b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

80
LAPORAN AKHIR PROGRAM PENERAPAN IPTEKS PENGENALAN FORMULA WHO DALAM PENANGANAN GIZI BURUK PADA KELUARGA BALITA DAN KADER POSYANDU DI KABUPATEN MAROS Oleh: Dr. Nurhaedar Jafar, Apt.,M.Kes. 19641231 199002 2 001 Healthy Hidayanti, SKM, M.Kes 19810407 200801 2 013 Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, sesuai Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Kompetitif Pengabdian Pada Masyarakat Berbasis Riset Dalam Rangka Publikasi Domestik Tahun Anggaran 2009 Nomor : 035/SP2H/PPM/DP2M/IV/2009, tanggal 26 April 2009 LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

description

111

Transcript of b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

Page 1: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

LAPORAN AKHIRPROGRAM PENERAPAN IPTEKS

PENGENALAN FORMULA WHO DALAM PENANGANAN GIZI BURUK PADA KELUARGA BALITA DAN KADER

POSYANDU DI KABUPATEN MAROS

Oleh:Dr. Nurhaedar Jafar, Apt.,M.Kes.

19641231 199002 2 001Healthy Hidayanti, SKM, M.Kes

19810407 200801 2 013

Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional,

sesuai Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Kompetitif Pengabdian Pada Masyarakat Berbasis Riset Dalam Rangka Publikasi Domestik Tahun

Anggaran 2009 Nomor : 035/SP2H/PPM/DP2M/IV/2009, tanggal 26 April 2009

LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN

TAHUN ANGGARAN 2009

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN HASIL PENERAPAN IPTEKS

Page 2: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

1. Judul : Pengenalan Formula WHO dalam Penanganan Gizi Buruk pada Keluarga Balita dan Kader di Kabupaten Maros

2. Bidang : Ipteks (Kesehatan)3. Ketua Tim Pengusul :

a. Nama Lengkap : Dr. Nurhaedar Jafar, Apt., M.Kesb. Jenis Kelamin : Perempuanc. NIP : 19641231 199002 2 001d. Pangkat/Golongan : Penata Tk.I;III/de. Jabatan : Ketua Prodi S1 Gizi FKM Unhasf. Fakultas/Jurusan : Kesehatan Masyarakat/Gizih. Alamat : Gedung FKM Kampus UNHAS Tamalanrea

Jl. Perintis Kemerdekaan, Makassar 90245i. Telp/Fax/Email : Telp/Fax (0411) 585 087, email:

[email protected]. Alamat Rumah : Jl. Racing Centre Perumahan UMI B5k. Telp/Fax/Email : telp. 0411-445411 email:

[email protected]

4. Nama Anggota Tim : Healthy Hidayanti, SKM, M.Kes5. Lokasi Kegiatan : Kelurahan Maccini Baji Kab. Maros8. Jumlah Biaya yang diusulkan : Rp 7.500.000

Makassar, 28 Oktober 2009Mengetahui, Dekan FKM Ketua Tim Peneliti,

Prof. dr. Veni Hadju, Ph.D, Sp.GK Dr. Nurhaedar Jafar, Apt, MKesNIP 19620318 198803 1 004 NIP 19641231 199002 2 001

Menyetujui,Ketua LPPM UNHAS

u.b. Sekretaris

Prof. Dr. Ir. H. Sudirman, MPNIP 19641212 198903 1 004

ABSTRAK

2

Page 3: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

Tingginya prevalensi gizi buruk dan tidak bersedianya orang tua anak gizi buruk untuk dirujuk ke rumah sakit menunjukkan bahwa sangat penting dilakukannya penanganan gizi buruk di tingkat rumah tangga dan masyarakat (community care). Kegiatan ini bertujuan melihat sejauh mana model penanganan gizi buruk di community care dapat dilakukan baik oleh ibu balita dan kader posyandu.

Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah peningkatan pengetahuan, keterampilan kader posyandu dan orang tua balita melalui pendampingan. Materi yang diberikan mencakup pengetahuan dan keterampilan kader posyandu dan orang tua balita dalam penanganan gizi buruk melalui pengenalan formula WHO, intervensi dilakukan selama satu bulan.

Berdasarkan hasil kegiatan disimpulkan bahwa pengetahuan dan keterampilan kader Posyandu dalam penanganan anak gizi buruk cukup tinggi, sedangkan ibu balita dalam penanganan anak gizi buruk masih rendah karena masih sangat tergantung pada kehadiran tim pendamping. Penerimaan anak terhadap formula WHO masih rendah (rata-rata dibawah 70% yang dapat dihabiskan dari formula yang diberikan). Keberhasilan penanganan anak gizi buruk di community care belum memberikan hasil yang optimal

PRAKATA

3

Page 4: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

Alhamdulillah, puji shukur kami panjatkan kepada Allah Subhana Wata’alla

atas segala Rahmat dan Petunjuk-Nya sehingga pelaksanaan kegiatan pengabdian

dan selanjutnya penulisan laporan dapat dilaksanakan dengan baik.

Kegiatan pengabdian masyarakat tentang Pengenalan formula WHO dalam

penanganan gizi buruk pada keluarga balita dan kader posyandu Di Kabupaten

Maros tahun 2009 memberikan banyak informasi yang sangat bermanfaat. Kami

mengucapkan terima kasih kepada orang tua balita khususnya responden kami yang

mau menyisihkan waktunya disela-sela kesibukannya bekerja di rumah dan di sawah.

Tak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada Bidan, dan para Kader Posyandu

yang mau bekerja sama dengan kami juga kepada Kepala Lurah Kelurahan Maccini

Baji yang mengijinkan kami malaksanakan kegiatan pengabdian ini.

Kepada semua pihak yang turut terlibat dalam penelitian ini; kepada rekan

dosen di Program Studi Ilmu Gizi FKM terima kasih atas dukungannya, staf Prodi

Gizi FKM Unhas yang banyak membantu selama pelaksanaan penelitian ini dan

semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.

Kami menyadari bahwa laporan penelitian ini jauh dari kesempurnaan, untuk

itu kami mengharapkan saran dan kritik dari semua pembaca. Semoga Allah SWT

memberi Ridhlo atas semua niat dan amal baik kita.

Makassar, November 2009

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................

ii

4

Page 5: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

ABSTRAK ................................................................................................................

iii

PRAKATA.................................................................................................................

iv

DAFTAR ISI .............................................................................................................

v

DAFTAR TABEL......................................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................

ix

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................

1

1.1. Analisis Situasi ....................................................................................

1

1.2. Perumusan Masalah ............................................................................

2

1.3. Tujuan .................................................................................................

2

1.4. Manfaat ...............................................................................................

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................

4

5

Page 6: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

2.1. Tinjauan tentang Gizi Buruk ...............................................................

4

2.2. Penilaian Gizi Buruk ...........................................................................

5

2.3. Mekanisme Monitoring Pertumbuhan Anak .......................................

8

2.4. Prinsip Penanganan .............................................................................

10

BAB III MATERI DAN METODE .........................................................................

13

3.1. Kerangka Pemecahan Masalah ...........................................................

13

3.2. Realisasi Pemecahan Masalah ............................................................

14

3.3. Khalayak Sasaran ................................................................................

14

3.4. Metode Penerapan Ipteks ....................................................................

15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................

17

4.1. Hasil Kegiatan .....................................................................................

17

4.2. Pembahasan .........................................................................................

22

6

Page 7: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................

26

5.1. Kesimpulan .........................................................................................

26

5.2. Saran ...................................................................................................

26

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Bagan dan Jadwal Pengobatan 11

7

Page 8: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

Tabel 2.2. Kebutuhan Gizi Menurut Fase Pemberian Makan 12

Tabel 4.1. Distribusi Balita (Umur 6-59 Bulan) Berdasarkan Tempat Tinggal

17

Tabel 4.2. Balita (Umur 6-59 Bulan) yang terjaring 18

Tabel 4.3. Karakteristik Sosial Ekonomi Orang Tua Balita 18

Tabel 4.4. Kader yang Mengikuti Pelatihan 19

Tabel 4.5. Rata-rata Penerimaan Anak terhadap Formula WHO 20

Tabel 4.6. Berat Badan Anak pada Awal dan Akhir Intervensi 21

Tabel 4.7. Status Gizi Z-score Anak pada Awal dan Akhir Intervensi 21

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Diagram alur penanganan anak gizi buruk tingkat posyandu/ community care

13

Gambar 3.2. Model penanganan gizi buruk dengan pendampingan oleh kader 14

8

Page 9: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

Gambar 4.1. Persentase status gizi anak 6-59 bulan sebelum dan sesudah intervensi

21

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal, jnis, dan jumlah makanan yang diberikan 28

Lampiran 2 Formula WHO dan modifikasinya serta petunjuk pembuatan 29

Lampiran 3 Kuesioner kegiatan 31

Lampiran 4 Formulir Pencatatan Konsumsi Formula WHO/Modifikasi 36

9

Page 10: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

Lampiran 5 Formulir Recall 24 jam 37

Lampiran 6 Formulir Pencatatan Penimbangan Berat Badan Anak 38

Lampiran 7 Contoh Makanan PMT Lokal 39

Lampiran 8 Pembiayaan 40

Lampiran 9 Foto Balita dan Hasil Kegiatan 41

Lampiran 10 Organisasi Pelaksanaan 43

Lampiran 11 Daftar Riwayat Hidup Peneliti 44

10

Page 11: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Analisis Situasi

Data dari Dinas Kesehatan Propinsi Sulsel (2006) menyebutkan bahwa

kabupaten dengan prevalensi kurang gizi tinggi (diatas 30%) antara lain Kabupaten

Maros, Takalar, Pangkep, Jeneponto, Luwu dan Selayar. Sejalan dengan data

tersebut survei gizi dan kesehatan di Kabupaten Maros tahun 2005 diperoleh angka

kurang gizi 34,3% (9,6% gizi buruk dan 24,7% gizi kurang).

Hasil survei gizi (2005) di kelurahan Maccini Baji telah ditindak lanjuti

(dipilih Lingkungan Belang-belang karena memiliki balita kurang gizi tetinggi)

dengan berbagai intervensi seperti optimalisasi peran kader posyandu, penyuluhan

pola asuh dan bantuan modal usaha bagi orangtua yang memiliki anak kurang gizi.

Hasil dari intervensi belum menggembirakan karena cakupan D/S masih rendah rata–

rata per bulan di bawah 50%, usaha kejar timbang oleh kader kurang maksimal,

walaupun prevalensi anak gizi buruk turun dari 15,6% menjadi 11,5% (per Januari

2006). Upaya merujuk balita gizi buruk ke rumah sakit belum dapat diterima oleh

keluarga, dengan alasan-alasan 1. trauma, 2. tidak ada yang mengurus keluarga, 3.

waktu, dan 4. ekonomi.

Sebagai jalan keluar, maka telah dilakukan pelatihan penanggulangan gizi

buruk melalui pemberian formula WHO/Modisco kepada seluruh kader posyandu di

Kelurahan Maccini Baji oleh TP PKK Prop. Sulsel bekerja sama dengan FKM

Unhas. Tujuan utama pelatihan ini adalah agar kader posyandu dapat mendampingi

ibu penderita gizi buruk dalam pemberian makanan (Community care). Hasil di

11

Page 12: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

lapangan menunjukkan bahwa apa yang diberikan pada pelatihan belum sepenuhnya

dilaksanakan oleh kader posyandu dengan alasan keluarga balita belum mau

menerima dengan berbagai alasan.

Untuk memberi pemahaman pentingnya Formula WHO (dan Modisco) yang

harus diberikan pada anak balita gizi buruk maka perlu sosialisasi langsung pada

tingkat rumah tangga (keluarga).

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan tingginya prevalensi gizi buruk dan tidak bersedianya orang tua

anak gizi buruk untuk dirujuk ke rumah sakit menunjukkan bahwa sangat penting

dilakukannya penanganan gizi buruk di tingkat rumah tangga dan masyarakat

(community care). Kader posyandu sebagai pilar kesehatan yang paling dekat dengan

masyarakat di Kelurahan ini telah mendapatkan pelatihan tentang pemberian

makanan pada anak gizi buruk berupa diet berbasis susu (Formula WHO dan

Modisco). Oleh karena itu penting kiranya kegiatan ini dapat dilakukan agar anak

gizi buruk dapat tertangani dengan segera tanpa harus dipisahkan dari keluarganya.

1.3. Tujuan Kegiatan

Tujuan umum kegiatan ini adalah untuk melihat sejauh mana model

penanganan gizi buruk di community care dapat dilakukan baik oleh ibu balita dan

kader posyandu.

Tujuan khusus kegiatan ini adalah :

2. Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader Posyandu dalam

penanganan anak gizi buruk.

12

Page 13: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

3. Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu balita dalam

penanganan anak gizi buruk.

4. Menilai besar penerimaan anak terhadap formula WHO.

5. Untuk melihat tingkat keberhasilan penanganan anak gizi buruk di

community care

1.4. Manfaat Kegiatan

1. Pengetahuan dan keterampilan Kader Posyandu bertambah dalam hal

penanganan anak balita gizi buruk.

2. Angka status gizi baik meningkat dan anak yang mengalami gangguan gizi

dapat tertangani.

13

Page 14: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan tentang Gizi Buruk

Gizi Buruk adalah akibat dari kegagalan untuk memenuhi persyaratan energi

dan gizi yang sudah bersifat kumulatif dan kronis. Manifestasi proses ini tergantung

pada beberapa faktor, seperti: usia, infeksi, kondisi gizi sebelumnya, dan

keterbatasan makanan, dan sebagainya. Studi eksperimental klasik terhadap

kekurangan energi makanan dan kelaparan para hewan dan manusia dan penelitian

pada anak yang kekurangan gizi parah pada awal penelitian dan selama

penyembuhan telah menambah pemahaman kita, walaupun situasi ini semakin

dipersulit dengan berbagai penyebab malnutrisi pada kebanyakan anak.

Tanpa adanya infeksi, kondisi kelaparan bisa menyebabkan berkurangnya

simpanan lemak dan simpanan glikogen yang dimediasi oleh perubahan metabolik

dan endokrin yang memiliki fungsi umum untuk menjaga fungsi-fungsi vital,

sehingga memungkinkan hewan atau manusia bertahan hidup sampai energi

makanan bisa dipulihkan. Perubahan-perubahan secara dini antara lain berkurangnya

aktivitas yang menghemat pengeluaran energi. Pertumbuhan lambat, mengurangi

energi yang diperlukan untuk mempertahankan kondisi ini, dan perubahan terjadi

pada komposisi tubuh. Laju metabolisme dinyatakan dalam kaitannya dengan tinggi

atau pengurangan massa tubuh. Otak dan viscera relatif terlindungi, yang

menghasilkan komposisi tubuh yang merupakan ciri khas dari anak penderita

marasmus. Ada peningkatan total air dalam tubuh, yang utamanya berada di luar sel

tapi bisa juga berada dalam sel.

14

Page 15: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

Penyebab utama timbulnya kurang gizi yaitu konsumsi makanan yang

rendah gizi dan kualitasnya disamping keadaan kesehatan atau penyakit infeksi yang

mungkin diderita anak. Anak yang mendapat makanan cukup baik tetapi sering

diserang diare, demam, ISPA, akhirnya dapat menderita kurang gizi. Demikian juga

pada anak yang konsumsi makanannya kurang, maka daya tahan tubuhnya (imunitas)

dapat melemah, sehingga dalam keadaan demikian mudah diserang infeksi yang

dapat mengurangi nafsu makan, dan akhirnya menderita kurang gizi. Dalam

kenyataannya keduanya (konsumsi makanan dan infeksi penyakit) secara bersama-

sama merupakan penyebab langsung kurang gizi. Kurang gizi berarti pertumbuhan

dan perkembangan anak terganggu baik fisik maupun mental.

Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di tingkat rumah tangga

yang tidak cukup (dapat juga akibat kemiskinan), pelayanan kesehatan (anak tidak

diimunisasi, tidak menimbang berat badan di posyandu secara teratur, tidak

membawa anak ke yankes jika sakit) dan sanitasai lingkungan yang tidak

mendukung. Pengasuhan anak yang kurang, sanitasi dan penyediaan air bersih yang

tidak memenuhi syarat merupakan agen utama infeksi penyakit.

2.2. Penilaian Gizi Buruk

a. Tanda-tanda dan gejala

Anak tampak sangat kurus, kadang-kadang disertai pembengkakan

(edema) di kedua kaki, mata cekung yang baru saja muncul, adanya kejadian

muntah/diare, tangan dan kaki teraba dingin, sering merasa

kehauasan/dehidrasi, perut kembung, suara usus, dan adanya suara seperti

pukulan pada permukaan air (abdominal splash), pucat yang sangat berat

15

Page 16: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

terutama pada telapak tangan, telinga, mulut dan tenggorokan terdapat tanda-

tanda infeksi dan terdapat purpura (tanda-tanda infeksi) pada kulit. Tanda

lainnya adalah kebiasaan makan yang menurun dibanding biasanya dan anak

selalu gelisah dan rewel (Depkes 2007).

Gizi buruk dengan gejala klinis yaltu kwarshiorkor, marasmus dan

kombinasi kwarshiorkor-marasmus, dengan ciri-ciri sebagai berikut:

Kwashiorkor

Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum

pedis)

Wajah membulat dan sembab

Pandangan mata sayu

Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut

tanpa rasa sakit, rontok

Perubahan status mental, apatis, dan rewel

Pembesaran hati

Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri

atau duduk

Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah

warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement

dermatosis)

Sering disertai : penyakit infeksi, umumnya akut, anemia, diare.

Marasmus:

- Tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit

- Wajah seperti orang tua

16

Page 17: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

- Cengeng, rewel

- Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada

(baggy pant/pakai celana longgar)

Perut cekung

Iga gambang

- Sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) dan diare

kronik atau konstipasi/susah buang air

Marasmik-Kwashiorkor:

- Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik

Kwashiorkor dan Marasmus, dengan BB/U <-3 SD Z-Score disertai

edema yang tidak mencolok.

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dapat dilakukan secara antropometri dan biokimia.

Secara antropometri status gizi buruk dapat diukur melalui berat badan dan

tinggi badan anak, umumnya menggunakan indeks berat badan menurut umur

(BB/u) Z-Score dan berat badan menurut tinggi badan (panjang badan) atau

BB/TB-PB Z-Score. Anak diklasifikasikan gizi buruk jika indeks BB/u Z-Score

atau BB/TB-PB Z-Score < -3 SD.

Pemeriksaan fisik secara biokimia dilakukan untuk melihat apakah ada

komplikasi dan menentukan keadaan beratnya. Pemeriksaan meliputi denyut

nadi (bila denyut nadi ≥ 25 kali/menit), pernafasan cepat (≥ 40 kali permenit

untuk anak usia 12 bulan ke atas, dan peningkatan pernafasan ≥ 5 kali/menit),

suhu/hipotermia (naik/turun secara tiba-tiba dan suhu aksiler <36,5oC),

17

Page 18: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

hipoglikemia (kadar gula darah < 54 mg/dl), capilay refill (bila perubahan

warna putih menjadi merah kembali pada kuku ibu jari yang ditekan > 3 detik

tanda-tanda renjatan.syok), anemia dan lain-lain.

2.3. Mekanisme Monitoring Pertumbuhan Anak

a. Posyandu

Mekanisme monitoring pertumbuhan anak adalah setelah anak

ditimbang maka hasil penimbangannya akan diisikan ke dalam KMS (Kartu

Menuju Sehat). Jika hasil penimbangan menunjukkan bahwa BB/U kurang

dari 60% atau berada pada >-3SD<-2SD maka anak Berat Badannya Kurang.

Namun jika terjadi edema perlu diwaspadai anak menderita gizi buruk. Bila

hasil penimbangan BB/U menunjukkan hasil kurang dari 60% atau <-3 SD

maka tentukan status gizi anak dengan BB/TB-PB. Jika hasilnya

menunjukkan BB/TB

Ibu memperoleh penyuluhan gizi/kesehatan serta demontrasi cara

menyiapkan makanan untuk anak KEP

Kader menganjurkan pada ibu untuk tetap melaksanakan nasehat yang

diberikan tentang gizi dan kesehatan

Kader melakukan kunjungan rumah untuk memantau perkembangan

kesehatan dan gizi anak

b. Puskesmas

Puskesmas menerima rujukan KEP Berat/Gizi buruk dari posyandu

dalam wilayah kerjanya serta pasien pulang dari rawat inap di rumah sakit,

kemudian menyeleksi kasus dengan cara menimbang ulang dan dicek dengan

18

Page 19: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

Tabel BB/U Z-Score WHO-NCHS apabila ternyata berat badan anak berada

di bawah garis merah (BGM) dianjurkan kembali ke PPG/posyandu untuk

mendapatkan PMT pemulihan, apabila anak dengan KEP berat/gizi buruk

(BB < 60% Tabel BB/U Baku Median WHO-NCHS) tanpa disertai

komplikasi, anak dapat dirawat jalan di puskesmas sampai berat badan nya

mulai naik 0,5 Kg selama 2 minggu dan mendapat PMT-P dari PPG, apabila

setelah 2 minggu berat badannya tidak naik, lakukan pemeriksaan untuk

evaluasi mengenai asupan makanan dan kemungkinan penyakit penyerta,

rujuk ke rumah sakit untuk mencari penyebab lain

Anak KEP berat/Gizi Buruk dengan komplikasi serta ada tanda-tanda

kegawatdaruratan segera dirujuk ke rumah sakit umum, tindakan yang dapat

dilakukan di puskesmas pada anak KEP berat/ gizi buruk tanpa komplikasi :

Memberikan penyuluhan gizi dan konseling diet KEP berat/Gizi buruk

(dilakukan di pojok gizi)

Melakukan pemeriksaan fisik dan pengobatan minimal 1 kali per minggu

Melakukan evaluasi pertumbuhan berat badan balita gizi buruk setiap dua

minggu sekali

Melakukan peragaan cara menyiapkan makanan untuk KEP berat/Gizi

buruk

Melakukan pencatatan dan pelaporan tentang perkembangan berat badan

dan kemajuan asupan makanan

Untuk keperluan data pemantauan gizi buruk di lapangan, posyandu, dan

puskesmas diperlukan laporan segera jumlah balita KEP berat/gizi buruk

19

Page 20: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

ke Dinas kesehatan kabupaten/kota dalam 24 jam dengan menggunakan

formulir W1 dan laporan mingguan dengan menggunakan formulir W2

Apabila berat badan anak mulai naik, anak dapat dipulangkan dan

dirujuk ke posyandu/PPG serta dianjurkan untuk pemantauan kesehatan

setiap bulan sekali. Petugas kesehatan memberikan bimbingan terhadap kader

untuk melakukan pemantauan keadaan balita pada saat kunjungan rumah

2.4. Prinsip Penanganan

Dalam proses penangnan KEP berat/Gizi buruk terdapat 3 fase yaitu fase

stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus trampil

memilih langkah mana yang sesuai untuk setiap fase. tata laksana ini digunakan pada

pasien Kwashiorkor, Marasmus maupun Marasmik-Kwashiorkor.

Pada KEP berat/gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku,

karenanya stimulasi harus diberikan dengan cara :

Kasih sayang

Ciptakan lingkungan yang menyenangkan

Lakukan terapi bermain terstruktur selama 15 – 30 menit/hari

Rencanakan aktifitas fisik segera setelah sembuh

Tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dan

sebagainya)

20

Page 21: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

Tabel 2.1. Bagan dan jadwal pengobatan sebagai berikut:

FASE STABILISASI

FASE TRANSISI

FASEREHABILI

TASI

FASE TINDAK LANJUT*)

H1 - 2 H 3 - 7 H 8 - 14 Minggu Ke 3 - 6

Minggu ke7-26

1 Hipoglikemia2 Hipotermia3 Dehidrasi4 Elektrolit5 Infeksi6 Memperbaiki

kekurangan zat gizi mikro

Tanpa Fe Dengan Fe

7 Memberikan makanan untuk stabilisasi & transisi

8 Makanan tumbuh kejar

9 Stimulasi10 Tindak lanjut

*) Pada fase tindak lanjut dapat dilakukan di rumah, dimana anak secara berkala (1 minggu/kali) berobat jalan ke puskesmas atau rumah sakit.

Bila berat badan anak berada di garis warna kuning anak dapat dirawat di

rumah dan dipantau oleh tenaga kesehatan puskesmas atau bidan di desa. Pola

pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap diberikan dirumah dan ikuti

pemberian makanan seperti pada lampiran 5, dan aktifitas bermain.

Kader Posyandu yang pernah dilatih sebelumnya tentang penilaian anak

gizi buruk, pencatatan dan tatalaksana diet untuk balita gizi buruk berdasarkan

Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk Depkes 2007 dapat melakukan

penanganan awal pada anak yang mulai terdeteksi KEP ringan. Kader Posyandu

dapat menjaring anak yang berisiko mengalami gizi buruk serta menetapkan

penanggulangannya dan menangani jika terdapat anak balita gizi buruk (tanpa

edema) lebih cepat agar balita tersebut tidak jatuh lebih parah.

21

Page 22: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

Tabel 2.2. Kebutuhan Gizi Menurut Fase Pemberian Makan

FASE

STABILISASI TRANSISI REHABILITASI

Energi 100 Kkal/kgbb/hr 150 Kkal/kgbb/hr 150-200 Kkal/kgbb/hrProtein 1-1,5 g/kgbb/hr 2-3 g/kgbb/hr 4-6 g/kgbb/hrVitamin A Lihat langkah 6 Lihat langkah 6 Lihat langkah 6Asam Folat Idem Idem IdemZink Idem Idem IdemCuprum Idem Idem IdemFe Idem Idem IdemCairan 130 ml/Kgbb/hr

atau 100 ml/kgbb/hr bila ada edema

150 ml/Kgbb/hr 150-200 ml/Kgbb/hr

22

Page 23: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

Penimbangan anak balita 6-

59 bulan

Gizi Baik

Gizi KurangPenanganan di

Community Care

Gizi Buruk

Tanpa Gejala Klinis

Dengan Gejala Klinis

Penanganan di Community

Care

Dirujuk ke Puskesmas

atau RS

BAB III

MATERI DAN METODE

3.1. Kerangka Pemecahan Masalah :

Gambar 3.1. Diagram Alur Penanganan anak gizi buruk tingkat Posyandu/ community care.

Semua balita sasaran (S) di suatu daerah harus dipantau pertumbuhannya

melalui penimbangan rutin setiap bulan di posyandu (D). Jika cakupan D/S 100%,

pemantauan status gizi balita dapat tertangani dengan baik, sehingga jika ada balita

yang mengalami gizi buruk dengan disertai gejala klinis dapat cepat dirujuk ke

puskesmas atau rumah sakit. Jika ada balita yang mengalami gizi buruk tanpa disertai

gejala klinis maka dapat ditangani segera di tingkat posyandu atau community care

(post pelayanan gizi/PPG) demikian halnya pada balita yang mengalami gizi kurang.

Penanganan balita yang mengalami gangguan pertumbuhan berupa gizi kurang dan

gizi buruk harus ditangani dengan segera, agar jatuh pada kondisi kronik (marasmus

23

Page 24: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

Pendampingan oleh kader

Pemberian formula

WHO

Penerimaan terhadap

Formula WHOStatus Gizi

Infeksi PenyakitPelayanan Kesehatan

dan kwarsiorkor), untuk itu diperlukan kader-kader posyandu yang dapat memiliki

skill yang baik dalam hal ini.

3.2. Realisasi Pemecahan Masalah

Studi intervensi ini dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan status gizi

anak, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dan kader dalam menangani

anak gizi buruk dan sebagai cikal bakal (model) pusat pelayanan gizi di tingkat

kelurahan.

Gambar 3.2. Model penanganan gizi buruk dengan pendampingan oleh kader

3.3. Khalayak Sasaran

Balita gizi buruk usia 6 – 59 bulan merupakan sasaran dalam pelaksanaan

kegiatan intervensi ini. Kriteria anak balita gizi buruk yakni tanpa ada indikasi

komplikasi dan edema akan diberikan intervensi berupa larutan berbasis susu

(formula WHO) sesuai dengan kebutuhan anak (umur dan tingkat status gizinya).

24

Page 25: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

Kader posyandu sebagai mitra dalam pelaksanaan kegiatan ini, dimana

kader yang terlatih akan memantau anak setiap hari dan mendampingi ibu dalam

memberikan formula ini kepada anaknya dan menjalankan fungsi pencatatan.

3.4. Metode Penerapan Ipteks

1. Tahap Persiapan

a. melakukan koordinasi dengan lintas sektor terkait

b. pengurusan administrasi

c. pengembangan kuesioner dan persiapan bahan

d. inventarisir kader posyandu dan anak 6-59 bulan yang menderita gizi

buruk.

e. mengundang kader posyandu mengikuti pelatihan peningkatan tata

laksana pananganan gizi buruk di community care.

2. Tahap pelaksanaan

a. Pelaksanaan intervensi dilakukan oleh peneliti ditambah kader yang

memantau pelaksaan intervensi setiap hari.

b. Peneliti turun ke lapangan satu minggu sekali untuk evaluasi pelaksanaan

tiap minggu.

c. Pencatatan penerimaan anak terhadap formula WHO dilakukan tiap hari

oleh kader.

d. Penimbangan berat badan anak sebagai indikator keberhasilan kegiatan ini

dilakukan tiap 1 minggu sekali oleh peneliti.

25

Page 26: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

3. Tahap evaluasi

1. Evaluasi input :

a. Partisipant : dengan melihat status gizi anak (BB dan BB/U Z-Score).

b. Jumlah Formula WHO yang diberikan dan sisa.

c. Waktu yang digunakan untuk memberikan Formula WHO kepada balita

dengan status gizi buruk

2. Evaluasi proses : sejauh mana balita dapat menerima pemberian formula WHO

setiap fase, cara pemberian kepada anak, peran serta ibu balita, dan kinerja

kader dalam mendistribusikan bahan, pendampingan, pencatatan, dan

memonitoring pemberian Formula WHO kepada balita dengan status gizi

buruk.

3. Evaluasi Output : berupa peningkatan berat badan/status gizi anak

4. Evaluasi Out Come : pertumbuhan dan perkembangan balita yang lebih baik.

26

Page 27: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Kegiatan

4.1.1. Karakteriktik Balita

Kegiatan ini dilaksanakan mulai bulan September sampai dengan November

2009. Kegiatan pertama yang dilakukan adalah screening balita. Dari data yang

diterima dari posyandu di 6 lingkungan se Kelurahan Maccini Baji ada 3,8 % balita

gizi buruk, tetapi cakupan balita yang datang ke posyandu rata-rata hanya mencapai

58,9 % dari jumlah balita sasaran (D/S). Hal ini berarti ada 42,1 % yang belum

termonitor pertumbuhannya oleh posyandu. Balita yang terjaring pada kegiatan ini

merupakan kombinasi dari balita yang datang ke posyandu (5 orang) dengan yang

tidak (5 orang) dari tiga lingkungan di Kelurahan Maccini Baji.

Tabel 4.1. Distribusi balita (umur 6-59 bulan) berdasarkan tempat tinggal

No. Nama Anak Lingkungan Keterangan1. Ilh Maccini Ayo Tidak ke posyandu2. Nis Maccini Ayo Ke posyandu3. Sel Maccini Ayo Tidak ke posyandu4. Dir Maccini Ayo Tidak ke posyandu5. Was Bonto Kadato Ke posyandu6. Sar Bonto Kadato Tidak ke posyandu7. Ahm Belang-belang Ke posyandu8 Put Belang-belang Ke posyandu9. Nur Belang-belang Tidak ke posyandu10. Ind Belang-belang Ke posyandu

Balita gizi buruk yang terjaring dengan berbagai riwayat masa lalunya yang

tidak baik. 4 anak lahir dengan berat badan rendah, dan saat dalam kandungan 3

orang ibu balita tersebut menderita KEK. Rata-rata anak mengalami penyakit infeksi

satu bulan terakhir, antara lain panas/demam, ISPA dan diare. Semua anak

mengalami gangguan makan seperti kurang nafsu makan.

27

Page 28: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

Tabel 4.2. Balita (umur 6-59 bulan) yang terjaring

No.Nama Anak

SexUmur

(bulan)

Berat Badan (kg)

Tinggi Badan(cm)

Status Gizi (BB_u

Z-Score)Keterangan

1. Ilh Laki-laki 11 5,8 66,2 -4,21 Gizi buruk2. Nis Perempuan 24 7,5 74,8 -3,59 Gizi buruk3. Sel Perempuan 35 8,0 80,0 -4,27 Gizi buruk4. Dir Laki-laki 16 7,2 70,5 -3,38 Gizi buruk5. Was Perempuan 10 5,4 62,4 -3,74 Gizi buruk6. Sar Laki-laki 12 6,0 62,0 -4,14 Gizi buruk7. Ahm Laki-laki 24 8,0 74,6 -3,61 Gizi buruk8 Put Perempuan 19 7,0 75,0 -3,38 Gizi buruk9. Nur Perempuan 11 5,8 72,0 -3,42 Gizi buruk10. Ind Laki-laki 27 8,7 82,3 -3,28 Gizi buruk

Tabel 4.3. Karakteristik sosial ekonomi orang tua balita

No.Nama Anak

Umur Bapak

Umur Ibu

Kerja Bapak

kerja Ibu

Pddkn Bapak

Pddkn ibu anak

1. Ilh 23 21 Nelayan IRT SD SD 12. Nis 35 32 Nelayan Jualan ≠ Tamat SD ≠ Tamat SD 23. Sel 20 20 Petani

penggarapIRT/ buruh tani

Tamat SD SMP 2

4. Dir 35 30 Tukang ojek

IRT ≠ pernah sekolah

Tamat SD 4

5. Was 40 40 Tukang IRT SMA SMA 46. Sar 25 23 Petani IRT ≠ pernah

sekolahTamat SD 2

7. Ahm 30 28 Tukang IRT SMP SMP 18 Put 42 32 Petani

penggarapIRT Tamat SD Tamat SD 3

9. Nur 25 22 Petani IRT SMA SMA 210. Ind 26 23 Pemulung IRT ≠ Tamat SD SMP 4

Tabel 4.3. menunjukkan karakteristik orang tua balita gizi buruk. Terlihat

bahwa semua pengasuh balita adalah ibu yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga,

sehingga intervensi dapat dilakukan mengingat alokasi waktu ibu untuk kegiatan ini

cukup longgar.

Tabel 4.4. Kader yang mengikuti pelatihan

No. Kader Alamat

1. Ham Maccini ayo

2. Kas Maccini ayo

28

Page 29: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

3. Fat Bonto Kadato

4. Nur Belang-belang

5. Har Belang-belang

Proporsi kader dan balita pada kegiatan ini adalah 1 kader menangani 2 orang

balita gizi buruk. Pelatihan yang diberikan mencakup tata laksana penanganan gizi

buruk termasuk menilai gizi buruk baik secara fisik maupun antropometri;

pembuatan formula WHO dan Makanan lokal (MP-ASI/PASI); pengetahuan

mengenai pola asuh balita yang baik termasuk penanganan anak saat sakit dan

higiene anak serta sanitasi; cara memotivasi ibu agar anak mau makan, dan cara

pendistribusian bahan.

4.1.2. Penerimaan anak terhadap formula WHO

Penerimaan anak terhadap formula WHO yang diberikan kurang

menggembirakan. Tabel 4.5. memperlihatkan rata-rata penerimaan kurang dari 80%,

bahkan ada anak yang tidak mau lagi diberikan formula ini karena rasanya “enek”

sehingga peneliti menukar dengan makanan formula dengan bahan lokal.

Tabel 4.5. Rata-rata penerimaan anak terhadap formula WHO

No. Nama Anak% penerimaan anak

Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV1. Ilh 45,6 67,0 87,5 70,32. Nis 37,8 50,8 60,3 10,1*3. Sel 62,5 70,4 74,8 74,64. Dir 55,6 53,4 10,5* 0*5. Was 40,0 47,4 62,3 82,36. Sar 45,0 45,5 67,0 74,87. Ahm 60,5 75,6 80,5 90,18 Put 65,0 80,4 75,2 93,49. Nur 57,5 54,3 67,5 76,9

29

Page 30: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

10. Ind 65,0 83,2 80,5 85,4Rata-rata 53,5 62,8 66,6 65,8

Keterangan:* diganti dengan PMT Lokal

Selain pemberian formula WHO, ibu balita juga diajarkan oleh kader resep

berbahan dasar lokal (telur, ubi, teri, beras, bayam, kangkung, ikan, tempe, tahu, dll)

untuk menambah asupan makan anak dan agar lebih bervariasi, tetapi dengan harga

yang terjangkau dan anak mau makan. Berdasarkan laporan dari kader pendamping,

rata-rata anak suka dengan resep baru ini.

4.1.3. Status gizi balita selama intervensi

Status gizi anak diukur berdasarkan pertambahan berat badan. Berat badan

anak ditimbang pada awal, selama intervensi (setiap minggu) dan akhir intervensi.

Penimbangan dilakukan dengan menggunakan alat weight scale digital.

Penimbangan dilaksanakan oleh kader, mahasiswa pendamping dan peneliti (awal

dan akhir).

Analisis data antropometri untuk indikator berat badan menurut umur

menggunakan standar WHO 2005. dengan memakai software Antro-WHO 2005.

Tabel 4.6. Berat badan anak pada awal dan akhir intervensi

No.Nama Anak Berat badan (kg)

Awal Akhir1. Ilh 5,8 6,22. Nis 7,5 7,63. Sel 8,0 8,54. Dir 7,2 7,45. Was 5,4 6,36. Sar 6,0 6,57. Ahm 8,0 8,98 Put 7,0 7.69. Nur 5,8 6,1

30

Page 31: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

10. Ind 8,7 9,3

Tabel 4.7. Status Gizi Z-Score anak pada awal dan akhir intervensi

No.Nama Anak BB_u Z-Score Status Gizi

Awal Akhir Awal Akhir1. Ilh -4,21 -3,89 Gizi Buruk Gizi Buruk2. Nis -3,59 -3,62 Gizi Buruk Gizi Buruk3. Sel -4,27 -3,93 Gizi Buruk Gizi Buruk4. Dir -3,38 -3,31 Gizi Buruk Gizi Buruk5. Was -3,74 -2,74 Gizi Buruk Gizi Kurang6. Sar -4,14 -3,71 Gizi Buruk Gizi Buruk7. Ahm -3,61 -2,86 Gizi Buruk Gizi Kurang8 Put -3,38 -2,87 Gizi Buruk Gizi Kurang9. Nur -3,42 -3,23 Gizi Buruk Gizi Buruk10. Ind -3,28 -2,84 Gizi Buruk Gizi Kurang

100

0

60

40

0

20

40

60

80

100

Status Gizi Awal Status Gizi Akhir

Gizi Buruk Gizi Kurang

Gambar 4.1. persentase status gizi anak 6-59 bulan sebelum dan setelah intervensi4.2. Pembahasan

Telah dilakukan kegiatan pengabdian masyarakat di Kelurahan Maccini Baji

Kecamatan Lau Kabupaten Maros melibatkan kader posyandu sebagai mitra dan

orang tua balita gizi buruk yang merupakan sasaran yang strategis mengingat

perannya sebagai pengasuh, serta balita yang menderita gizi buruk (umur 6 – 59

bulan) sebagai objek intervensi.

31

Page 32: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

Respon kader posyandu pada kegiatan ini cukup memuaskan. Kader

posyandu sangat koperatif dalam hal kerjasama baik dengan tim peneliti,

pendamping (mahasiswa), maupun dengan ibu balita. Selain itu, mereka juga

memberi masukan, berupa kebiasaan masyarakat setempat (budaya) dan kondisi

sosial ekonomi, utamanya bahan pangan (sumber, ketersediaan, dan harga). Dalam

hal penguasaan materi, kader posyandu bisa sangat cepat menangkap, karena model

pelatihan kader yang diberikan berupa diskusi, pemecahan kasus, dan keterampilan

secara langsung. Hal-hal yang mereka tidak mengerti atau terdapat kendala selama

intervensi berlangsung, mereka komunikasikan dengan peneliti atau pun

pendamping. Komunikasi dengan ibu pengasuh cukup bagus, bahasa yang sering

dipakai oleh kader adalah bahasa daerah setempat (bugis). Pemakaian bahasa

setempat memberi hubungan emosional yang positif sehingga proses transfer

pengetahuan dan keterampilan dapat lebih mudah dipahami oleh ibu pengasuh.

Banyak kendala selama kegiatan ini berlangsung, terutama dari ibu pengasuh

dan balita itu sendiri. Pada awal kegiatan intervensi dilakukan, kader dan tenaga

pendamping kesulitan untuk memberi pembelajaran kepada ibu pengasuh. Umumnya

ibu pengasuh tidak menerima kalau anaknya dikatakan gizi buruk, karena dalam

persepsi mereka anak gizi buruk adalah anak yang kurus kering dan tidak dapat

beraktivitas secara normal (dalam hal ini anak gizi buruk yang dimaksud adalah anak

yang sudah menderita gizi buruk kronik yang biasa dikenal sebagai marasmus,

kwarsiorkor atau marasmic-kwarsiorkor). Rendahnya tingkat pendidikan ibu

pengasuh (80%) memberi kendala dalam hal penerimaan pengetahuan dan

keterampilan yang diberikan. Solusi mengatasi hal ini dilakukan dengan

memberitahukan dampak gizi buruk yang terjadi jika anak tidak diintervensi dan

32

Page 33: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

pemberian motivasi kepada ibu pengasuh berupa motivasi pengasuhan yang

mengangkat antusiasme ibu sehingga dapat menerima program ini dengan baik. Pada

minggu pertama, kader yang membuat formula WHO dibantu oleh ibu pengasuh. Ibu

pengasuh diberitahu takaran bahan dengan memakai ukuran rumah tangga dan

banyaknya yang harus diberi ke anak balitanya. Pada minggu ke dua, ibu pengasuh

sudah dapat membuat sendiri, didampingi oleh kader, akan tetapi bahan diberikan

untuk keperluan satu hari (2-3 kali pembuatan/hari). Minggu selanjutnya, bahan

diberikan untuk waktu 3 hari sekali ke ibu balita agar penggunaan tidak berlebihan.

Rata-rata anak yang diintervensi memberikan ciri-ciri fisik anak kurang gizi,

seperti kulit muka yang kusam, rambut kuning kemerahan, keriput di bagian pantat

(3 anak), penurunan nafsu makan, dan anak sangat rewel. Berdasarkan recall

konsumsi sebelum intervensi, rata-rata konsumsi makanan hanya mencapai 20-55%

dari angka kebutuhan gizi yang dianjurkan. Pola konsumsi mereka pun tidak

bervariasi, hanya seputar nasi, ikan (rebus/goreng), telur dan snack (kerupuk-

kerupuk). Bahkan, anak lebih suka makan snack kerupuk dibanding makan nasi.

Selain itu, semua anak menderita/pernah (1 bulan terakhir) penyakit infeksi seperti

diare (4 anak), demam-flu (6 anak), dan batuk-pilek (4 anak).

Penerimaan formula WHO oleh anak pada awalnya tidak menggembirakan.

Hal ini disebabkan adanya gangguan nafsu makan sebelum intervensi ini

berlangsung dan ibu pengasuh cepat putus asa jika anak sudah tidak mau

mengonsumsi formula yang diberikan (lihat Tabel 4.5). Selain memberi keterampilan

membuat formula WHO kepada ibu pengasuh, kader dan pendamping juga mengajari

bagaimana cara mengolah bahan pangan yang tersedia dan terjangkau oleh mereka

(rata-rata peserta adalah rumah tangga miskin) menjadi makanan bergizi seimbang

33

Page 34: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

yang dapat dikonsumsi oleh anak mereka. Hal ini dimaksudkan untuk membantu

meningkatkan asupan makanan anak sehingga kebutuhan minimal metabolisme basal

(70%) terpenuhi. Rata-rata konsumsi makanan selama intervensi mencapai 60-96%

dari angka kebutuhan gizi yang dianjurkan.

Penderita gizi buruk umumnya rentan terhadap penyakit infeksi (diare,

malaria/DBD, infeksi pernapasan) dan menderita penyakit ini dengan durasi yang

lebih lama. Penderita gizi buruk mengalami penurunan laju metabolisme serta

pergantian protein yang menurun. Untuk itu, pemberian formula WHO dimaksudkan

untuk memulihkan tingkat absorpsi zat gizi sehingga laju metabolisme dapat

ditingkatkan. Pada kasus sepuluh balita yang diintervensi ini, dikategorikan

menderita gizi buruk tahap awal, sehingga frekuensi pemberian formula WHO

dilakukan 2-3 kali per hari dibantu dengan makanan lunak.

Kerentanan terhadap penyakit infeksi dapat dicegah dengan konsumsi makan

yang cukup, higiene dan sanitasi lingkungan yang baik dan menjauhkan anak dari

sumber penularan penyakit. Cara ini cukup ampuh, terbukti hanya 3 orang anak yang

menderita penyakit infeksi selama intervensi perlangsung, itu pun durasinya tidak

panjang (≤ 4 hari). Pengetahuan pola pengasuhan yang baik, dan penanganan anak

ketika sakit perlu diberikan kepada ibu pengasuh, agar penanganan gizi buruk lebih

mudah dilakukan.

Dari data terlihat (Tabel 4.7 dan Gambar 4.1), bahwa intervensi ini belum

optimal untuk memulihkan anak gizi buruk. Walaupun demikian, melihat status gizi

BB-u Z-score sebelum dan sesudah intervensi terdapat peningkatan (1 anak menurun

karena sakit ISPA), atau terdapat 40% anak (4 orang) yang status gizinya meningkat

dari gizi buruk ke gizi kurang. Dengan demikian, waktu intervensi selama 4 minggu

34

Page 35: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

belum cukup optimal untuk intervensi ini, sekiranya diperlukan waktu yang lebih

lama agar intervensi ini dapat optimal.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

1. Pengetahuan dan keterampilan kader Posyandu dalam penanganan anak gizi

buruk cukup tinggi

35

Page 36: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

2. Pengetahuan dan keterampilan ibu balita dalam penanganan anak gizi buruk

masih rendah karena masih sangat tergantung pada kehadiran tim

pendamping.

3. Penerimaan anak terhadap formula WHO.masih rendah (rata-rata dibawah

70% yang dapat dihabiskan dari formula yang diberikan)

4. Keberhasilan penanganan anak gizi buruk di community care belum

memberikan hasil yang optimal

5.2. SARAN

1. Perlu dilakukan sosialisasi secara periodik tentang penanganan KEP

khususnya gizi buruk pada masyarakat

2. Penanganan gizi buruk pada masyarakat masih harus dibantu dengan tenaga

pendamping gizi.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 1999. Pedoman Tata Laksana Kurang Energi-Protein pada Anak di Puskesmas dan di Rumah Tangga, Buku II, Direktorat Bina Gizi Masyarakat Ditjen Bina Kesmas Depkes RI. Jakarta

Depkes. 2007. Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Buku I dan II, Direktorat Bina Gizi Masyarakat Ditjen Bina Kesmas Depkes RI. Jakarta

36

Page 37: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

Dinkes Propinsi Sulsel. 2007. Profil Status Gizi Kabupaten Propinsi Sulawesi Selatan.

Diop, El Hadji Issakha et al. 2003. Comparison of the Efficacy of Solid Ready-to-use Food and a Liquid, Milk-based Diet for rehabilitation of severely malnaurished children: a randomized trial. Am J Clin Nutr 2003;78:302. Downloade April 2007.

Jurusan Gizi. 2005. Laporan Survei Gizi dan Kesehatan di Kelurahan Maccini Baji Kecamatan Lau Kabupaten Maros. Jurusan Gizi Masyarakat FKM Unhas,. Makassar.

Manary, M.J. dan Solomons. N.W. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat: aspek kesehatan masyarakat pada gizi kurang. EGC. Jakarta. Hal. 216.

Menkes RI, 2002. Keputusan menteri kesehatan RI Nomor 920 tentang Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun (Balita).

Subinarto, D., 2005. Super Food for Children: tuntunan gizi dan makanan untuk anak. Nexx Media Inc. Bandung.

Supariasa. IDN, Bachyar B, dan Ibnu, F. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta

Walker, W. Alan, Watkins, John B., Duggan, C. 2003. Nutrition in Pediatrics: basic science and clinical applications. 3rd ed. BC Decker Inc. London.

37

Page 38: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

LAMPIRAN 1 : Jadwal, Jenis, Dan Jumlah Makanan Yang Diberikan

FASE

JUMLAH CAIRAN (ml) SETIAP MINUM MENURUT

BB ANAK4 Kg 6 Kg 8 Kg 10 Kg

Stabilisasi Hari 1-2

Hari 3-4

Hari 5-7

F75/modifikasi/Modisco ½

F75/modifikasi/Modisco½

F75/Modifikasi/Modisco ½

12 x ( dg ASI )12 x ( tanpa ASI)

8 x ( dg ASI)8 x (tanpa ASI)

6 x (dg ASI)6 x (Tanpa ASI)

4545

6565

9090

6565

100100

130130

-90

-130

-175

-110

-160

-220

Transisi Hari 8-14 F100/modifikasi/Modisco IAtau II

4 x ( dg ASI )6 x ( tanpa ASI)

13090

195130

-175

-220

Rehabilitasi

BB < 7 Kg

Minggu 3-6 F135/modifikasi/Modisco III, ditambah

Makanan lumat/makanlembiksari buah

3 x ( dg/tanpa ASI )

3 x 1 porsi

1 x

90

-

100

100

-

100

150

-

100

175

-

100

BB >7 Kg Makanan lunak/makanAn biasaBuah

3 x 1 porsi

1 –2 x 1 buah

-

-

-

-

-

-

-

-*) 200 ml = 1 gelas

Contoh :Kebutuhan anak dengan berat badan 6 Kg pada fase rehabilitasi diperlukan :Energi : 1200 Kkal400 kalori dipenuhi dari 3 kali 100 cc F 135 ditambah 800 kalori dari 3 kali makanan lumat/makanan lembik dan 1 kali 100 cc sari buah

38

Page 39: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

LAMPIRAN 2: Formula WHO dan Modifikasinya serta Petunjuk Pembuatan

Formula WHO

Bahan Per 100 ml F 75 F 100 F 135FORMULA WHOSusu skim bubuk g 25 85 90Gula pasir g 100 50 65Minyak sayur g 30 60 75Larutan elektrolit Ml 20 20 27Tambahan air s/d Ml 1000 1000 1000NILAI GIZIEnergi Kalori 750 1000 1350Protein g 9 29 33Lactosa g 13 42 48Potasium Mmol 36 59 63Sodium Mmol 6 19 22Magnesium Mmol 4.3 7.3 8Seng Mg 20 23 30Copper Mg 2.5 2.5 3.4% energi protein - 5 12 10% energi lemak - 36 53 57Osmolality Mosm/l 413 419 508

Modifikasi Formula WHOFASE STABILISASI TRANSISI REHABILITASI

Bahan Makanan F75 I F75 II

F75III

M½ F100 M1 MII F135 MIII

Susu skim bubuk (g) 25 - - 100 - 100 100 - -Susu full cream (g) - 35 - - 110 - - 25 120Susu sapi segar (ml) - - 300 - - - - - -Gula pasir (g) 70 70 70 50 50 50 50 75 75Tepung beras (g) 35 35 35 - - - - 50 -Tempe (g) - - - - - - - 150 -Minyak sayur (g) 27 17 17 25 30 50 - 60 -Margarine (g) - - - - - - 50 - 50Lar. Elektrolit (ml) 20 20 20 - 20 - - 27 -Tambahan air (L) 1 1 1 1 1 1 1 1 1

*) M : Modisco

Keterangan :1. Fase stabilisasi diberikan Formula WHO 75 atau modifikasi.Larutan Formula WHO 75 ini mempunyai osmolaritas tinggi sehingga kemungkinan tidak dapat diterima oleh semua anak, terutama yang mengalami diare. Dengan demikian pada kasus diare lebih baik digunakan modifikasi Formula WHO 75 yang menggunakan tepung2. Fase transisi diberikan Formula WHO 75 sampai Formula WHO 100 atau modifikasi

39

Page 40: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

3. Fase rehabilitasi diberikan secara bertahap dimulai dari pemberian Formula WHO 135 sampai makanan biasa

CARA MEMBUAT

1. Larutan Formula WHO75

Campurkan susu skim, gula, minyak sayur, dan larutan elektrolit, diencerkan

dengan air hangat sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai homogen dan

volume menjadi 1000 ml. Larutan ini bisa langsung diminum

Larutan modifikasi :

Campurkan susu skim/full cream/susu segar, gula, tepung, minyak. Tambahkan

air sehingga mencapai 1 L (liter) dan didihkan hingga 5-7 menit.

2. Larutan Formula WHO 100 dan modifikasi Formula WHO 100

Cara seperti membuat larutan Formula WHO 75

Larutan modifikasi :

Tempe dikukus hingga matang kemudian dihaluskan dengan ulekan (blender,

dengan ditambah air). Selanjutnya tempe yang sudah halus disaring dengan air

secukupnya. Tambahkan susu, gula, tepung beras, minyak, dan larutan elektrolit.

Tambahkan air sampai 1000 ml, masak hingga mendidih selama 5-7 menit.

3. Larutan elektrolit

Bahan untuk membuat 2500 ml larutan elektrolit mineral, terdiri atas :

KCL 224 g

Tripotassium Citrat 81 g

MgCL2.6H2O 76 g

Zn asetat 2H2O 8,2 g

Cu SO4.5H2O 1,4 g

Air sampai larutan menjadi 2500 ml (2,5 L)

Ambil 20 ml larutan elektrolit, untuk membuat 1000 ml Formula WHO 75,

Formula WHO 100, atau Formula WHO 135. Bila bahan-bahan tersebut tidak

tersedia, 1000 mg Kalium yang terkandung dalam 20 ml larutan elektrolit

tersebut bisa didapat dari 2 gr KCL atau sumber buah-buahan antara lain sari

buah tomat (400 cc)/jeruk (500cc)/pisang (250g)/alpukat (175g)/melon (400g)

LAMPIRAN 3 : Kuesioner Kegiatan

40

Page 41: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

KUESIONER KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKATPENGENALAN FORMULA WHO DALAM PENANGANAN GIZI BURUK PADA KELUARGA BALITA DAN KADER POSYANDU DI KABUPATEN

MAROS

PROGRAM STUDI ILMU GIZI JURUSAN GIZIFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNHAS

A. KETERANGAN RUMAH TANGGA

1 Nama kepala rumah tangga:

2 Banyaknya anggota rumah tangga: 3 Nama Ayah :

4 Nama Ibu :

5 Umur Ayah/Ibu / tahun

6Pendidikan Ayah/ibu

/7a Pekerjaan Ayah :

7b Pekerjaan Ibu :

8 Jumlah balita (umur di bawah 5 tahun): B. KEADAAN LINGKUNGAN, PERUMAHAN DAN STATUS EKONOMI

01 Tempat BAB (berak)

02 Tempat membuang sampah

03 Jarak Rumah ke tempat pembuangan sampah (meter)

04 Sumber air minum keluarga

05 Apakah air minum dimasak sebelum diminum

06 Bangunan/Rumaha. Luas luas lantai bangunan rumah (m2)

b. Bahan lantai terluas

c. Bahan dinding terluas

1=Tdk pernah sekolah; 2= Kejar paket ; 3=Tdk tamat SD; 4=Tamat SD; 5=SMP; 6=SMA; 7= PT/Akademi

1=Toilet; 2=Cemplung; 3=Sungai/rawa/parit; 4=Pekarangan/kebun; 5=Tempat lainnya

1 = Dibuang ke got, 2 =Langsung dibakar, 3 = Langsung dikubur, 4 =Tempat pembuangan sampah umum, 5 = Dibuang di jalan tanpa dibungkus tertutup, 6= Sembarang tempat , 7 = Lainnya

1 =ledeng (PAM), 2 = Sumur tembok, 3 = Sumur tidak tembok, 4 = Pompa tangan/mesin, 5 = Artesis, 6= Dibeli, 7 = Lainnya

1 = Ya, 2 =Tidak

1=Tanah,2=Bambu,3=Semen/batu merah,4=Kayu,5=Tegel

1=Kardus,2=Bambu,3=Tembok,4=Kayu,5=Seng

41

Page 42: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

d. Bahan atap

e. Kepemilikan rumah

07 a. Apakah di Keluarga ibu Melaksanakan 3 M?b. Jika Ya, Berapa kali dalam 1 bulan ? a. b.

08 a. Apakah di daerah ini terdapat pasarb. Jika ya, berapa kali (hari pasar) dalam seminggu, hari apa sajac. Selain pasar, dimanakah keluarga ibu memperoleh bahan pangand. Jarak rumah dengan pasar

a. b.

c. _____/_________

d. _________ km

09 Siapa dari anggota keluarga yang menghasilkan uang?

10 Siapa yang terbanyak menghasilkan uang?

11 Penghasilan keluarga rata-rata per hari: Rp. ______________

12 Pengeluaran rata-rata keluarga per hari? (keseluruhan) Rp. ____

13 Pengeluaran rata-rata keluarga per hari untuk makanan Rp. ___

14 a. Adakah penghasilan keluarga berupa bahan pangan (beras, sayur,buah, ternak dll) termasuk yang diberi oleh keluarga lain untuk dikonsumsi sendiri?

b. Jika ada, sebutkan dan berapa jumlahnya (per bulan)?

15 a. Menurut ibu, apakah keluarga ibu termasuk keluarga miskin ?b. Jika ya, apakah ibu mendapatkan bantuan beras miskin (raskin)?c. Berapa (kg) raskin yang ibu terima _____kg/ berapa kali /bulan __________

a. b.

16 a. Apakah ibu memiliki pekarangan ?b. Jika Ya, apakah ibu memanfaatkan (termasuk ternak ?)c. Jika dimanfaatkan, sebutkan jenisnya

1. Tanaman buah : _______________________2. Tanaman sayur : _______________________3. Tanaman obat : _______________________4. Tanaman lainnya : _______________________5. Ternak : _______________________

d. Luas Pekarangan : _______________ m2

a. b.

1=Rumbia,2=Seng,3=Bambu,4=Kayu,5=Genteng

1=Milik Sendiri,2=Milik bersama,3=Menempati,4=Sewa

1 = Ya, 2 =Tidak

1. Ayah; 2=Ibu; 3=Anak; 4=Ayah&Ibu; 5=Ayah&Anak; 6=Ayah&keluarga; 7=lainnya

1 = Ayah, 2 = Ibu, 3 = Anak, 4 = Lainnya

1 = <Rp. 5000, 2 = Rp. 5000 - 10000, 3 = 10000 - 15000, 4 = >Rp. 15000

1 = <Rp. 5000, 2 = Rp. 5000 - 10000, 3 = 10000 - 15000, 4 = >Rp. 15000

1 = <Rp. 5000, 2 = Rp. 5000 - 10000, 3 = 10000 - 15000, 4 = >Rp. 15000

1 = Ya, 2 =Tidak

1 = Ya/ 2 =Tidak

1 = Ya, 2 =Tidak

42

Page 43: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

C. UPAYA MENCARI PENGOBATAN

01 Apakah di daerah ini terdapat :a. Puskesmasb. Pustu/polindesc. Posyandu

a. b. c.

Nama Posyandu :___________________

03 Apakah ada Anak yang sakit dalam 3 bulan terakhir

04 a. Bila Ya, Sebutkan: 1. __________ 2. __________ 3. ____________

b. Sakit apa : 1. __________ 2. __________ 3. _____________ Bila Tidak, langsung ke pertanyaan no. 09

05 Adakah upaya mencari pengobatan ?1. 2. 3.

06 Bila Ya, Kemana mencari pengobatan

1. 2. 3.

07 Jika Tidak mencari pengobatan, mengapa?

1. 2. 3.

08 Bila melakukan pengobatan sendiri, jenis pengobatan apa yang dilakukan?

1. 2. 3.

09 a. Apakah ibu dalam 1 tahun terakhir pernah ke tempat pelayanan kesehatan?

b. jika ya, tempat yang paling sering dikunjungi?

c. Alasan ke tempat pelayanan tersebut -___________________________

a.

b.

10 a. Apakah keluarga ini mempunyai kartu sehat? (agar gratis berobat)b. Bila Ya, apakah pernah dimanfaatkanc. Bila Tidak dimanfaatkan, mengapa? _______________________d. Bila tidak mempunyai kartu sehat, mengapa? -______________________

D. IBU DAN ANAK

01 a. Berapa umur ibu waktu menikah

b. Apakah ibu sudah pernah melahirkan

c. Berapa jumlah anak hidup

d. Jarak anak terakhir dengan anak sebelumnya

tahun

orang

tahun bulan

1 = Ya, 2 =Tidak

1 = Ya, 2 =Tidak lanjut ke no.07

1 = RS Pemerintah, 2 = RS Swasta, 3 = Puskesmas, 4 = Pustu, 5 = Dokter praktek, 6 = Petugas Kes. (praktek), 7 = Klinik, 8 = Polindes, 9 = Posyandu, 10 = Dukun terlatih, 11 = Dukun tdk terlatih, 12 = Pengobatan Sendiri

1 = Bisa sembuh sendiri, 2 =Tidak ada dana, 3 = Fasilitas Kes jaraknya jauh 4 = Tidak ada waktu, 5 = Tidak tahu harus kemana

1 = Ramuan tradisional (Tanaman obat), 2 = Obat dijual bebas, 3 = “Makanan” obat, 4 = Lainnya

1 = Ya, 2 =Tidak

1 = Ya, 2 =Tidak

1 = Ya, 2 =Tidak

1. Puskesmas; 2=Polindes; 3=Posyandu; 4=BKIA; 5=Dokter praktek/klinik; 6=RS; 7=dll

1 = Ya, 2 =Tidak

43

Page 44: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

02 a. Apakah ibu melaksanakan Kelurga Berencana (KB)?

b. Jika Ya, Metode kontrasepsi apa yang digunakan?

a.

b. _____________

03 Berapa berat bayi ibu waktu lahir? gram04 Apakah anak ibu ini pernah memperolah ASI?

Jika Tidak langsung ke no. 07

05 a. Bila Ya, Apakah sekarang masih memperoleh ASI (masih menyusu)

b. Bila Tidak, Mengapa

06 Bila anak ibu tidak lagi menyusui, sejak umur berapa? bulan

07 Bila anak ibu tidak pernah memperoleh ASI, mengapa ?

08 a. Apakah anak ibu saat ini telah memperoleh makanan pendamping ASI (MP-ASI)

b. Bila Ya, Sejak umur berapa bulan? bulan 09 Apakah anak ibu ini pernah dibawa ke Posyandu

10 Bila Ya, Berapa kali dalam 2 bulan terakhir?

11 Bila Tidak, Mengapa ?

12 a. Apakah anak ibu pernah memperoleh bantuan makanan tambahan?

b. Bila Ya, apa jenisnya? ________________________

c. Bila Ya, darimana bantuan tersebut?

FREKUENSI MAKANAN/MINUMAN ANAK BALITA

Dalam sebulan yang lalu sampai kemarin (sebagai patokan tanggal wawancara) apakah anak ibu menkonsumsi bahan makanan tersebut dibawah ini :

Bahan Makanan Tidak Pernah

1 – 3 hari per bulan

1-2 hari per

minggu

3-6 hari per

minggu

Tiap Hari

13 Formula: SGM/S26/Promil/Enfamil/Bebelac/dll 1 2 3 4 514 Bubur buatan pabrik : Sun/Promina/Cerelac//dll 1 2 3 4 515 Susu sapi segar/susu kental manis/bubuk/kedelai 1 2 3 4 516 Daging : Sapi/kerbau/kambing 1 2 3 4 517 Ikan : Segar/Asin/makanan laut (kepiting, udang,

kerang, tripang, dll) 1 2 3 4 5

18 Daging : Ayam/Itik/unggas (burung dara) 1 2 3 4 519 Hati : Ayam/sapi/kambing/kerbau/dll 1 2 3 4 520 Telur : Ayam/Itik/Burung 1 2 3 4 5

1 = Ya, 2 =Tidak

1 = Ya, 2 =Tidak

1 = Ya, 2 =Tidak

1 = ASI tdk ada lagi, 2 = Anak tdk mau menyusu, 3 = Ibu sakit, 4 = Ibu tidak mau menyusui, 5=anak sudah disapih, 6= ibu hamil lagi, 7=lainnya 5 = lainnya, Sebutkan,

1 = ASI tidak keluar, 2 = Anak tdk mau menyusu, 3 = Ibu sakit, 4 = Ibu tidak mau menyusui, 5=Lainnya, 5 = lainnya, Sebutkan,

1 = Ya, 2 =Tidak

1 = Ya, 2 =Tidak

1 = Tidak tahu kegiatan Posyandu, 2 = Posyandu jauh, 3 = Anak sudah besar, 4 = Tidak ada waktu, 5=Lainnya, 5 = lainnya, Sebutkan,

1 = Ya, 2 =Tidak

1 = Instansi pemerintah, 2 =NGO/LSM

44

Page 45: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

21 Tempe, Tahu, Oncom 1 2 3 4 522 Kacang hijau/tanah 1 2 3 4 523 Sayuran berwarna hujau tua (bayam, kangkung,

dll) 1 2 3 4 5

24 Sayuran berwarna merah/kuning (wortel, labu kuning, ubi jalar, dll) 1 2 3 4 5

25 Buah berwarna merah/kuning (pepaya, mangga, dll) 1 2 3 4 5

26 Buah lainnya (pisang, apel, dll) 1 2 3 4 527 Jus buah 1 2 3 4 528 Snack : Taro/chiki/kerupuk/dll 1 2 3 4 5

Pengukuran Antropometri dan Pemeriksaan Ciri-ciri fisik tubuh

1. Nama Anak :

2. Tanggal Lahir :

3. Tanggal Pengukuran :

4. Umur Anak : Tanggal pengukuran – tanggal lahir (bulan)

5. Jenis Kelamin Anak :

6. Berat Badan Anak :

7. Panjang/Tinggi badan anak :

8:

Ciri-ciri Fisik :a. Rambut ________________________________________________b. Mata ______________________________________________c. Muka (secara keseluruhan) _____________________________d. Bibir _____________________________________e. Lidah ____________________________________f. Kulit _____________________________________g. Kuku _____________________________________h. Tubuh ____________________________________

LAMPIRAN 4 : Formulir Pencatatan Konsumsi Formula WHO/Modifikasi

Nama Anak : ___________________

Minggu : ___________________

Waktu : ___________________

Nama Ortu/Ibu: ___________________

Kader : ___________________

Petunjuk pengisian :

45

Page 46: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

1. Perhatikan volume Formula WHO yang akan diberikan (ukuran per gelas, isi tidak penuh biarkan kosong 1 cm).

2. Catat jumlah yang diberikan3. Perhatikan berapa banyak yang dikonsumsi anak (ukuran per gelas)

Hari/tgl Jenis Formula Jumlah diberiJumlah

dikonsumsiJumlah Sisa

Kader Pendamping

_______________________

___

LAMPIRAN 5 : Formulir Recall 24 jam

Nama Anak : ___________________

Minggu : ___________________

Nama Ortu/Ibu: ___________________

Kader : ___________________

Waktu Resep Makanan Jenis Bahan MakananJumlah konsumsi

uRT gramPagi

46

Page 47: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

Selingan

Siang

Selingan

Malam

LAMPIRAN 6: Formulir Pencatatan Penimbangan Berat Badan Anak

No.

Nama AnakBerat Badan (kg)

Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 41

2

3

4

5

47

Page 48: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

6

7

8

9

10

Catatan :

1. Sebelum intervensi anak terlebih dahulu ditimbang2. Penimbangan Anak sebagai evaluasi dilakukan pada akhir minggu (hari ke

tujuh)3. Perhitungan 1 bulan intervensi adalah 4 minggu atau 28 hari.

Penanggung Jawab

______________________

LAMPIRAN 7: Contoh Makanan PMT Lokal

Resep : Bubur Nasi Telur

Untuk Balita 12-23 Bulan

Bahan :

20 g Beras25 g Tempe25 g Daun kangkung25 g Tomat buah (tanpa isi dalamnya)1 butir telur ayam1 sdm margarin (dapat diganti dengan minyak kelapa)

48

Page 49: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

625 ml air

Cara Membuat

1. Masak beras dan tempe dengan air sampai menjadi bubur.2. Masukkan kangkung dan tomat, masak hingga matang.3. Masukkan telur ayam dan margarine sambil diaduk hingga matang.4. Sajikan hangat.

Untuk 1 Porsi.

Kandungan Gizi:

Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g)

236 11,9 11,4 22,3

LAMPIRAN 8 : Pembiayaan

No. URAIAN BIAYA1 Persiapan

- Pengembangan proposal: 1 pkt x Rp 500.000 Rp. 500.000- Koordinasi ke Kab. Maros : 2 akt x Rp 100.000 Rp. 200.000- Dukungan Administrasi: 4 bln x Rp 250.000 Rp. 1.000.000- Penggandaan materi sosialisasi: 10 exp x Rp 15.000 Rp. 150.000

2 Pelaksanaan    Pelatihan Kader   Konsumsi (snack dan makan siang):10 org x Rp. 40.000 Rp. 400.000  Pembelian bahan intervensi :

49

Page 50: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

  10 balita x 30 hari x Rp. 5.000 Rp. 1.500.000  Transport kader: 5 org x 1 bln x Rp. 150.000 Rp. 750.000  Transport Peneliti : 2 org x 4 akt x Rp. 100.000 Rp. 800.000

Tranport Mahasiswa: 2 org x 4 akt x Rp. 100.000 Rp. 800.000

 4 Pelaporan

Analisis Data dan Laporan: 2 akt x Rp 550.000 Rp. 1.100.000Penggandaan Laporan: 10 exp x Rp. 30.000 Rp. 300.000

Total Biaya Rp 7.500.000

LAMPIRAN 9: Foto Balita dan Hasil Kegiatan.

50

Page 51: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

Ilm, 11 bulan Was, 10 bulan Nis, 24 bulan

Put, 19 bulan Sel, 35 bulan Ind, 27 bulan

51

Page 52: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

Sar, 12 bulan

LAMPIRAN 10: ORGANISASI PELAKSANAAN

Nur, 11 bulan, Dir, 16 bulan,

Ahm, 24 bulan,

Suasana Saat Pelatihan

52

Page 53: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

1. Ketua Pelaksana

Penanggung Jawab kegiatan : Dra. Nurhaedar Jafar, Apt. M.Kes

NIP/pangkat/golongan : 19641231 199002 2 001 /Lektor/III/d

Jabatan : Dosen

Fakultas/jurusan : Kesehatan Masyarakat/Program Studi Ilmu Gizi

Waktu Kegiatan : 6 bulan

2. Anggota Pelaksana

Nama : Healthy Hidayanti, SKM, M.Kes

NIP/pangkat/golongan : 19810407 200801 2 013/ Penata Muda Tk.I,

III/b

Jabatan : Dosen

Fakultas/jurusan : Kesehatan Masyarakat/Gizi Masyarakat

Waktu Kegiatan : 6 bulan

3. Mahasiswa

Nama : Iwan

Stambuk : K211 08 556

Nama : Sri Wahyuni

Stambuk : K211 07 502

LAMPIRAN 11. DAFTAR RIWAYAT HIDUP

53

Page 54: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

Nama : Dr. Nurhaedar Jafar, Apt., M.Kes.NIP : 19641231 199002 2 001Instansi tetap : FKM UnhasTempat/tanggal lahir : Sewo / 13 Juli 1964Agama/Jenis Kelamin : Islam / PerempuanPangkat/Golongan : Penata Tk.I, III/dJabatan Struktural : Sekretaris Program Studi Ilmu Gizi FKMUHAkademik : Lektor Alamat Kantor : Jl. P. Kemerdekaan Km.11 Tamalanrea Makassar

(0411)–585087, Fax. (0411) 586013Alamat Rumah : Jl. Racing Center Perumahan Umi B5

(0411) 445411 / HP. 081342768385Riwayat Pendidikan:

SD : SDN 19 Sewo WatansoppengSMP : SMPN 1 WatansoppengSMU : SMUN 200 WatansoppengS1 : Farmasi Unhas, Makassar, 1988S2 : Prog. Studi Kesehatan Masyarakat, Universitas

Airlangga, Surabaya, 1994Profesi : Apoteker, 1989S3 : Program Ilmu Kedokteran, Universitas Hasanuddin, 2009

Pengalaman Penelitian:

1. Daya hambat ekstrak buah dan klika Ketjapi terhadap pertumbuhan mikroba penyebab diare 1998.

2. Studi kualitas air sungai Buntung terhadap terjadinya penyakit diare & kulit yang ditimbulkan melalui sumur gali penduduk di Kec. Waru, Kab. Sidoarjo, Jawa Timur, 1994

3. Identifikasi sumber dan jenis bahan makanan keluarga di Pesisir Pantai Ajakkang Kecamatan Soppengriaja, Kab. Barru Sulsel 1995

4. Pola pemberian ASI di daerah Kepulauan Kec. Liukang Tupabiring Kabupaten Pangkep, Sulsel 1996

5. Prevalensi GAKY dan Fluorisis di Kecamatan Malunda, Kebupaten Majene Sulsel 1996

6. Analisis Faktor-faktor risiko dan intervensi penanggulangan GAKY di wilayah pantai Kepulauan Maluku 1997

7. Dampak PMT-AS terhadap status gizi dan prestasi belajar di Kecamatan Watang Pulu Kab. Sidrap Sulsel 1997

8. Gambaran Makanan jajanan pada program Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) di Kelurahan Tamarunang Kec. Sombaopu Kab. Gowa 1998-1999.

9. Fortifikasi zat besi & yodium pada laru tempe dan analisis efektifitas biologis tempe yang dihasilkan tahun 2000

54

Page 55: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

10. Pengaruh Suplementasi Besi, Vitamin A dan Vitamin C Sekali Seminggu terhadap Peningkatan Kadar Haemoglobin dan Kognitif Siswa Sekolah Dasar Makassar, tahun 2004.

11. Penanggulangan Gizi Buruk pada Bayi Melalui Pendampingan dan Pemberian MP-ASI Lokal di Sulawesi Selatan, tahun 2006.

12. Hubungan antara infestasi cacing dengan status gizi anak umur 24-59 bulan di Kelurahan Maccini Baji Kecamatan Lau Kabupaten Maros

13. Hubungan sosial ekonomi dan investasi cacing terhadap kadar hemoglobin (status gizi) anak umur 24-59 bulan di kabupaten maros tahun 2008.

Makassar, November 2009

Dra. Nurhaedar Jafar, Apt.,M.Kes

01. Nama : Healthy Hidayanty, SKM.,M.Kes02. NIP : 19810407 200801 2 013

55

Page 56: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

03. Instansi tetap : FKM Unhas04. Tempat/tanggal lahir : Kendari, 7 April 198105. Agama/Jenis Kelamin : Islam/Perempuan06. Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk.I ; III/b07. Jabatan Struktural : -08. Akademik : Asisten Ahli 09. Alamat Kantor : Gedung FKM Kampus UNHAS Tamalanrea

Jalan Perintis Kemerdekaan, Makassar 90245. Telp: 0411-585 087, Fax. (0411) 586013

10. Alamat Rumah : Kompleks Perumahan Unhas Blok EC/15 Tamalanrea, Makassar

Riwayat Pendidikan:

SD : SDN I Kemaraya Kendari, 1993SMP : SMPN I Kendari, 1996SMU : SMUN I Kendari, 1999S1 : FKM Unhas, Makassar, 2003S2 : Program Studi Kesehatan Masyarakat, PPS

Universitas Hasanuddin, Makassar, 2007

Pengalaman Penelitian:

1. Pengaruh Pemberian Kapsul Ekstrak Ikan Gabus Pada Pasien Pasca Operasi di RSU. Wahidin Sudirohusodo Makassar, 2007.

2. Enumerator Pada Penelitian Evalusi Proyek Intensifikasi Penanggulangan GAKY, Kendari, Sultra, 2003.

3. Enumerator Pada Penelitian Studi Kualitatif Penguatan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan Pertisipasi Sadar Sehat di Kec. Ranomeeto Kab.Konsel Sultra, 2003.

4. Enumerator pada penelitian Studi Kulitatif Analisis Kemitraan Pendampingan Bidan di Desa terhadap Pertolongan Persalinan oleh Dukun Bayi di Kec. Duruka Kab. Muna, Sultra, 2003.

5. Studi Pola Konsumsi dan Status Gizi Atlet Dayung Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Kendari, Sultra, 2003

6. Hubungan sosial ekonomi dan investasi cacing terhadap kadar hemoglobin (status gizi) anak umur 24-59 bulan di kabupaten maros tahun 2008

Makassar, November 2009

Healthy Hidayanty, SKM.,M.Kes

56

Page 57: b22 Pengenalan Formula Who Dalam Penanganan Gizi Buruk

57