Azhar Arafat

45
BAB l PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Skripsi ini berjudul Analisis butir soal tes hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ( PAI ) kelas l di Sekolah Dasar Negeri Sariharjo Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan dan memaknai judul skripsi ini, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah tersebut sebagai berikut. 1. Analisis analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. 1  2. Butir Soal Soal merupakan pertanyaan atau pernyataan yang menimbulkan situasi masalah yang harus dipecahkan oleh siswa.Penguasaan siswa diketahui dari kemampuannya membuat pemecahan masalah.Satuan untuk soal adalah butir sehingga tiap item pertanyaan atau pernyataan dikenal sebagai butir soal 2 . 1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, ( Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012 ),hlm . 58. 2 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar , ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2008),hlm.74.

Transcript of Azhar Arafat

Page 1: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 1/45

BAB l

PENDAHULUAN

A.  Penegasan Judul

Skripsi ini berjudul Analisis butir soal tes hasil belajar mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam ( PAI ) kelas l di Sekolah Dasar Negeri

Sariharjo Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Untuk 

menghindari kesalahan dalam menafsirkan dan memaknai judul skripsi ini,

maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah tersebut sebagai berikut.

1.  Analisis

analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk 

mengetahui keadaan yang sebenarnya.1 

2.  Butir Soal

Soal merupakan pertanyaan atau pernyataan yang menimbulkan situasi

masalah yang harus dipecahkan oleh siswa.Penguasaan siswa diketahui

dari kemampuannya membuat pemecahan masalah.Satuan untuk soal

adalah butir sehingga tiap item pertanyaan atau pernyataan dikenal

sebagai butir soal2.

1Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, ( Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2012 ),hlm . 58.2Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar , ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2008),hlm.74.

Page 2: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 2/45

 

3.  Tes hasil belajar

Tes hasil belajar, yaitu tes yang menilai sampai di mana hasil belajar 

yang dicapai oleh siswa, setelah mereka menjalani perbuatan belajar 

dalam waktu tertentu. Jadi tes ini dilakukan setelah siswa mengalami

 proses belajar, dan bahan yang dijadikan soal tes tidak keluar dari

 bahan yang telah dipelajari oleh siswa.3 

4.  Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan usaha

terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat

memahami dan mengamalkan ajaran Agama Islam serta menjadikan

sebagai pandangan hidup.4 

5.  Sekolah Dasar Negeri Sariharjo

Sekolah Dasar Negeri Sariharjo adalah sekolah yang berada di Dusun

Sariharjo Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman.

Maksud judul skripsi ini adalah penelitian tentang analisis butir soal

untuk mengetahui koefisien validitas butir soal, koefisien tingkat

kesukaran butir soal, koefisien daya pembeda butir soal.

3

Slameto,Evaluasi Pendidikan,( Jakarta: PT Bumi Aksara,2001), hlm. 30.4Zakiyah Darajat,dkk, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara,1996 ), hlm. 86.

Page 3: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 3/45

 

B.  Latar belakang masalah

Tes merupakan metode pengukuran yang menggunakan alat ukur 

 berbentuk satu set pertanyaan untuk mengukur sampel tingkah laku, dan

 jawabannya biasa dikategorikan benar dan salah.5 

Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu

tugas atau serangkaian tugas yang harus di kerjakan oleh anak sehingga

menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut,

yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain

atau nilai standar yang ditetapkan.6 

Tes hasil belajar atau achievement tes ialah tes yang dipergunakan untuk 

menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada murid-

muridnya, atau oleh dosen kepada mahasiswa, dalam jangka waktu

tertentu.7 

Keberhasilan dalam dunia pendidikan dapat diketahui dari cara penilaian

hasil belajar yang telah ditentukan sesuai dengan kurikulum yang berlaku

di dalam pendidikan. Penilaian adalah salah satu bagian yang paling

 penting dalam rangkaian proses pembelajaran dalam pendidikan. Sehingga

5Bambang Subali, Prinsip Asesmen & Evaluasi Pembelajaran, ( Yogyakarta : UNY Press, 2012

),hlm. 1.6

Sudirman, Ilmu Pendidikan, ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1992 ), hlm. 243. 7

M.Ngalim Purwanto , Prinsip-Prinsip Dan Tehnik Evaluasi Pengajaran, ( Bandung :PT.RemajaRosdakarya,2010 ), hlm. 33.

Page 4: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 4/45

dapat dikatakan baik tidaknya kegiatan pendidikan, salah satunya di

tentukan oleh penilaian hasil belajar.

Tes sebagai salah satu alat evaluasi hasil belajar mempunyai peranan yang

 penting dalam mengukur prestasi hasil belajar siswa.

Dalam langkah-langkah penyusunan tes antara lain menetapkan tujuan,

analisis sumber materi belajar, menyusun kisi-kisi soal, menulis indikator 

soal, menulis soal, uji coba, analisis soal, revisi soal, menentukan soal

yang baik serta merakit soal menjadi tes.

Untuk mengetahui apakah butir soal itu baik atau jelek, dapat dilakukan

dengan menganalisis butir soal. Apabila butir soal dianalisis dalam kurva

normal dan hasilnya tercermin sebagian besar siswa berada didaerah

sedang, sebagian kecil berada disebelah kiri, dan sebagian kecil yang lain

 berada di sebelah kanan kurva maka butir soal telah memenuhi kriteria

 butir soal yang baik. Apabila butir soal dianalisis tidak sesuai yang

diharapkan dalam kurva normal berarti butir soal belum memenuhi kriteria

 butir soal yang baik.

Butir soal merupakan alat atau instrumen yang akan dijadikan sebagai

obyek penelitian. Butir soal tersebut berbentuk tes obyektif pilihan ganda

yang berjumlah 20 butir soal yang diambil dari soal tes hasil belajar mata

 pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas I di Sekolah Dasar Negeri

Sariharjo Sleman.

Page 5: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 5/45

Kelas I di Sekolah Dasar Sariharjo merupakan tempat yang akan dijadikan

 penelitian yang siswanya berjumlah 16 siswa untuk dijadikan responden

dalam penelitian.

Karena tes hasil belajar sebagai alat ukur untuk mengukur prestasi siswa,

maka dalam perangkat soal tes hasil belajar harus memiliki butir soal yang

 baik sebagaimana kriteria butir soal yang baik memiliki validitas, memiliki

tingkat kesukaran yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit dan juga

mempunyai daya beda soal yang dapat membedakan.

Untuk mengetahui kualitas butir soal tes hasil belajar tersebut, maka

kiranya perlu dilakukan penelitian dengan cara melakukan analissi butir 

soal sehingga hasil analisis butir soal tersebut dapat dijadikan sebagai

informasi yakni bagi guru, sekolah dan khususnya bagi team pembuat soal

sehingga dapat melakukan penyempurnaan butir soal, apabila butir soal

tersebut nelum memenuhi kriteria butir soal yang baik.

C.  Alasan pemilihan judul

1.  Menarik, karena dengan analisis butir soal, penulis dapat mengetahui

kualitas butir soal.

2.  Penting, karena analisis butir soal merupakan bagian dari evaluasi

 pendidikan.

3.  Karena sepengetahuan penulis dalam sebuah penelitian belum begitu

 banyak meneliti tentang analisis butir soal.

Page 6: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 6/45

D.  Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diketahui rumusan

masalah sebagai berikut:

1.  Bagaimana koefisien validitas butir soal test hasil belajar kelas I di

Sekolah Dasar Negeri Sariharjo Sleman Yogyakarta?

2.  Bagaimana koefisien tingkat kesukaran butir soal test hasil belajar 

kelas I di Sekolah Dasar Negeri Sariharjo Sleman Yogyakarta?

3.  Bagaimana koefisien daya beda butir soal test hasil belajar kelas I di

Sekolah Dasar Negeri Sariharjo Sleman Yogyakarta?

E.  Tujuan penelitian

1.  Untuk mengetahui koefisien validitas butir soal test hasil belajar kelas

I di Sekolah Dasar Negeri Sariharjo Sleman Yogyakarta.

2.  Untuk mengetahui koefisien tingkat kesukaran butir soal test hasil

 belajar kelas I di Sekolah Dasar Negeri Sariharjo Sleman Yogyakarta.

3.  Untuk mengetahui koefisien daya beda butir soal test hasil belajar 

kelas I di Sekolah Dasar Negeri Sariharjo Sleman Yogyakarta.

F.  Kegunaan penelitian

1.  Menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam evaluasi

 pendidikan islam.

2.  Bagi Kelompok kerja Guru ( KKG ) akan memperoleh gambaran

secara rinci tentang keadaan butir soal sehingga dapat digunakan untuk 

 penyempurnaan butir soal.

Page 7: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 7/45

3.  Bagi Guru, akan memperoleh gambaran secara rinci tentang keadaan

 butir soal.

G.  Metode penelitian

Untuk memudahkan pengumpulan dan analisis data, serta mengacu pada

 penelitian yang relevan dengan judul skripsi maka penulis menggunakan

langkah-langkah sebagai berikut;

1.  Metode penentuan subyek 

a.  Kepala sekolah yang merupakan subyek yang bersifat sekunder,

 penulis akan mendapatkan data yang berupa gambaran umum

Sekolah Dasar Negeri Sariharjo Sleman Yogyakarta.

 b.  Guru Pendidikan Agama Islam adalah subyek yang bersifat primer,

maka penulis akan mendapatkan data perangkat soal test hasil

 belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam beserta kunci

 jawabannya.

c.  Siswa kelasI Sekolah Dasar Negeri Sariharjo adalah subyek yang

 bersifat primer, maka penulis akan mendapatkan jawaban siswa

terhadap butir soal tes hasil belajar mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam.

Peneliti menggunakan teknik populasi, karena subyeknya kurang

dari 100, Suharsimi Arikunto berpendapat :

Page 8: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 8/45

“ Apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua

sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika

 jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 15% - 20% atau 20% -25 %’. 

2.  Teknik pengumpulan data

a.  Metode dokumentasi

Metode Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah

 berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang.8 

1)  Perangkat soal test hasil belajar mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam kelas I tahun ajaran 2012/2013 beserta kunci

 jawabannya.

2)  Hasil jawaban siswa tes hasil belajar kelas Imata pelajaran

Pendidikan Agama Islam tahun ajaran 2012/2013.

3)  Gambaran umum Sekolah Dasar Negeri Sariharjo Sleman

Yogyakarta yang merupakan tempat penulis meneliti yang

meliputi tujuan didirikannya sekolah, data guru dan karyawan

sekolah, jumlah siswa dan struktur organisasi sekolah.

8

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ( Pendekatan Kuantitatif dan R & D ) , ( Jakarta:Alfabeta, 2007 ), hlm. 329.

Page 9: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 9/45

b.  Metode wawancara

Metode wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk 

 bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.9 

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang gambaran

umum sekolah yang meliputi sejarah singkat sekolah dan letak 

sekolah.

3.  Metode analisis data

Analisis data yang digunakan untuk mengumpulkan data dan

mengolah data sampai pada kesimpulan.

Teknik yang digunakan dalam dalam penelitian ini maka penulis akan

menggunakan teknik statistik yaitu analisis deskrptif kuantitatif . Yang

artinya data yang diperoleh dalam penelitian ini disajikan apa adanya

kemudian disajikan secara deskriptifkuantitatif untuk mengetahui :

a. 

Koefisien validitas butir soal

Untuk menentukan validitas butir soal bentuk tes obyektif pilihan

ganda skor untuk item biasa diberikan dengan 1 ( bagi item yang

dijawab benar ) dan 0 ( item yang di jawab salah ) sedangkan skor 

total selanjutnya merupakan jumlah dari skor untuk semua item

9Ibid , hlm. 317.

Page 10: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 10/45

yang membangun skor tersebut. Selanjutnya perhitungan dilakukan

dengan menggunakan rumus korelasi product moment . Adapun

rumus korelasi product momet adalah sebagai berikut :

√   

Keterangan :

rXY = koefisien korelasi antara X dan Y

X =skor butir soal

Y = skor total

 N = jumlah subyek 

 b.  Koefisien tingkat kesukaran

Untuk mengetahui tingkat kesukaran dapat digunakan rumus

sebagai berikut:

 

 

Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar 

JS = jumlah siswa tes

c.  Koefisien daya beda butir soal

Page 11: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 11/45

Untuk menentukan daya beda butir soal dapat digunakan rumus

sebagai berikut:

= PA - P 

Keterangan :

J = jumlah peserta tes

Jᴀ = banyaknya peserta kelompok atas

Jв = banyaknya peserta kelompok bawah 

Bᴀ = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu

dengan benar 

Bв = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu

dengan benar 

Pᴀ = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar 

Pв = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar  

H.  Sistematika Skripsi

Sistematika adalah urutan permasalahan yang dibahas dalam skripsi secara

keseluruhan dari permulaan sampai akhir, oleh karena itu dalam penulisan

skripsi ini terdiri dari tiga bagian yaitu bagian awal, bagian pokok dan

 bagian akhir.

1. 

Bagian awal skripsi terdiri dari :halaman judul, nota dinas, halaman pengesahan, halaman motto,

halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel dan

daftar lampiran.

2.  Bagian pokok skripsi yang terdiri dari :

a.  BAB I. Pendahuluan

Pendahuluan meliputi penegasan judul, latar belakang masalah,

alasan pemilihan judul, rumusan masalah, tujuan penelitian,

keguanaan penelitian, metode penelitian dan sistematika skripsi.

b.  BAB II. Landasan teori

Page 12: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 12/45

Dalam bab ini menerangkan tentang : pengertian tes, fungsi tes,

komponen tes, penggolongan tes, bentuk-bentuk tes, ciri-ciri tes

hasil belajar yang baik, prinsip penyusunan tes hasil belajar,

langkah-langkah penyusunan tes, analisis butir soal, analisis

validitas, analisis tingkat kesukaran dan analisis daya pembeda.

c.  BAB III. Penyajian dan analisis data

Dalam bab ini terdiri dari gambaran secara umum Sekolah Dasar 

 Negeri Sariharjo Sleman yang terdiri dari deskripsi mengenai

sejarah singkat sekolah, letak sekolah, data guru dan karyawan

sekolah, tujuan didirikan sekolah, visi misi sekolah, sarana dan

 prasarana sekolah, jumlah siswa, dan struktur organisasi sekolah,

 pada sub bab yang lain yaitu analisis data meliputi koefisientingkat kesukaran butir soal dan koefisien daya beda butir soal.

d.  BAB IV. Penutup

Dalam bab ini terdiri dari kesimpulan, saran-saran dan kata

 penutup.

3.  Bagian akhir.

Bagian akhir meliputi: Daftar pustaka, lampiran dan biodata penulis.

BAB II

LANDASAN TEORI

A.  Tes hasil belajar

1.  Pengertian tes

Secara harfiyah, kata “test ” berasal dari bahasa perancis

kuno :testum yang artinya piring untuk mengisikan logam-

logam mulia. Dalam bahasa inggris ditulis dengan “test ”

Page 13: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 13/45

yang dalam bahasa indonesia diterjemahkan dengan tes,

ujian atau percobaan.

Beberapa istilah yang memerlukan penjelasan sehubungan

dengan masalah diatas, yaitu istilah test, testing, tester, dan

testee.Test  adalah alat atau prosedur yang dipergunakan

dalam rangka pengukuran dan penilaian;

testing  berarti saat dilaksanakannya pengukuran dan

 penilaian; tester artinya orang yang melaksanakan tes atau

 pembuat tes; sedangkan testee adalah peserta tes.10 

Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk 

mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan

cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.11 

Tes merupakan salah satu prosedur evaluasi yang

komprehensif, sistematik, dan objektif yang hasilnya dapat

dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan

dalam proses pengajaran yang dilakukan oleh guru.12 

Tes adalah cara yang dapat dipergunakan atau prosedur 

yang perlu ditempuh dalam rangka pengukuran dan

 penilaian dibidang pendidikan, yang berbentuk pemberian

tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-

 pertanyaan yang harus dijawab, atau perintah-perintah

10Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011 ), hlm.

67.11

Suharsimi Arikunto,Op. Cit , hlm. 53. 12Djaali & Muljono, Pengukuran dalam Bidang Pendidikan, ( Jakarta: PTGrasindo, 2008 ), hlm. 7.

Page 14: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 14/45

yang harus dikerjakan oleh testee, sehingga atas dasar data

yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut dapat

dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau

 prestasi testee; nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-

nilai yang dicapai oleh testee lainnya atau dibandingkan

dengan nilai standar tertentu.13 

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan

 bahwa tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan

untuk mengevaluasi individu maupun kelompok yang

mempunyai standar obyektif untuk mengamati satu atau

lebih karakteristik seseorang yang hasilnya dapat dijadikan

sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.

2.  Fungsi tes

Beberapa fungsi tes dalam evaluasi pendidikan adalah:

a.  Sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa.

 b.  Sebagai motivator dalam pembelajaran.Tes dianggap

sebagai motivator ekstrinsik, yaitu siswa akan belajar 

lebih giat dan berusaha lebih keras untuk memperoleh

nilai dan prestasi yang baik.

c.  Sebagai upaya perbaikan kualitas pembelajaran.

13Anas Sudijono, Op. Cit , hlm. 67.

Page 15: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 15/45

d.  Sebagai penentu berhasil tidaknya siswa sebagai syarat

untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi dengan melaksanakan tes sumatif.14 

3.  Komponen tes

Tes hasil belajar mempunyai beberapa komponen.Pada tes

 berbentuk esai terdiri dari petunjuk pengerjaan dan

soal.Lebih dari itu pada tes berbentuk obyektif terdiri dari

 perangkat soal, butir soal, pilihan, kunci jawaban dan

 pengecoh.

Adapun penjelasan masing-masing komponen sebagai

 berikut:

a.  Perangkat soal

Perangkat soal adalah keseluruhan butir pertanyaan atau

 pernyataan berikut segala kelengkapannya.

 b.  Petunjuk pengerjaan

Petunjuk pengerjaan mendeskripsikan detail petunjuk 

yang harus dilakukan dalam mengerjakan soal.

c.  Butir soal

Soal merupakan pertanyaan atau pernyataan yang

menimbulkan situasi masalah yang harus dipecahkan

oleh siswa.Penguasaan siswa diketahui dari

kemampuannya memecahkan masalah.Satuan untuk 

14Djaali & Muljono, Op. Cit , hlm. 7.

Page 16: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 16/45

soal adalah butir sehingga tiap item pertanyaan atau

 pernyataan disebut sebagai butir soal.

d.  Pilihan ( option )

Pilihan adalah sejumlah alternatif yang ditawarkan.

e.  Kunci jawaban ( key )

Kunci jawaban adalah pilihan yang merupakan jawaban

atas pertanyaan yang diajukan dalam soal.

f.  Pengecoh ( distractor )

Pengecoh adalah pilihan yang bukan kunci jawaban.15 

Komponen dalam tes terdiri dari :

a.  Buku tes, yaitu lembaran atau buku yang memuat butir-

 butir soal yang harus dikerjakan oleh siswa.

 b.  Lembar jawaban tes, yaitu lembaran yang disediakan

oleh penilaian bagi peserta tes untuk mengerjakan tes.

c.  Kunci jawaban tes, yaitu berisi jawaban-jawaban yang

dikehendaki. Kunci jawaban ini dapat berupa huruf atau

kalimat.

d. 

Pedoman penilaian

Pedoman penilaian atau pedoman scoring berisi

keterangan perincian tentang skor atau angka yang

15Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar , ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008 ), hlm. 73-74.

Page 17: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 17/45

diberikan kepada siswa bagi soal-soal yang telah

dikerjakan.16

 

4.  Penggolongan tes

Tes hasil belajar dapat digolongkan dalam beberapa

golongan.

a.  Tes berdasarkan fungsi sebagai alat pengukur 

 perkembangan atau kemajuan peserta didik.

Tes sebagai alat pengukur perkembangan peserta didik,

tes dapat digolongkan menjadi enam golongan yaitu :

tes seleksi, tes awal, tes akhir, tes diagnostik, tes

formatif dan tes sumatif.

Adapun penjelasan masing-masing tes sebagai berikut:

1.  Tes seleksi

Tes seleksi seringdikenal dengan ujian saringan atau

ujian masuk.Tes ini dilaksanakan dalam rangka

 penerimaan calon siswa baru, dimana tes digunakan

untuk memilih calon peserta didik yang tergolong

 paling baik dari sekian banyak calon yang mengikuti

tes.

2.  Tes awal

Tes awal sering dikenal dengan istilah pre-tes.Tes

ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana materi

16

Suharsimi Arikunto , Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, ( Yogyakarta : Bumi Aksara, Edisi Revisi ),hlm. 76.

Page 18: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 18/45

atau bahan pelajaran yang diajarkan telah dapat

dikuasai oleh peserta didik.

3.  Tes akhir 

Tes akhir sering dikenal dengan istilah post-tes.Tes

akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui

apakah semua materi pelajaran yang tergolong

 penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya

oleh peserta didik.

4.  Tes diagnostik 

Tes diagnostik adalah tes untuk menentukan jenis

kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik dalam

mata pelajaran tertentu.

5.  Tes formatif 

Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan

untuk mengetahui sejauh manakah peserta didik 

telah berbentuk sesuai dengan tujuan pengajaran

yang telah ditentukan setelah mereka mengikuti

 proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.

6.  Tes sumatif 

Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang

dilaksanakan setelah satuan program pengajaran

Page 19: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 19/45

selesai diberikan. Di sekolah tes ini dikenal dengan

istilah ulangan umum atau Evaluasi Belajar Tahap

Akhir ( EBTA ), dimana hasilnya untuk mengisi

nilai rapor dan mengisi ijazah ( STTB ).

 b.  Tes berdasarkan aspek psikis yang ingin diungkap.

Tes ditilik dari aspek psikis yang ingin diungkap, tes

dapat dibedakan menjadi lima golongan yaitu: tes

intelegensi, tes kemampuan, tes sikap, tes kepribadian

dan tes hasil belajar.

Adapun penjelasan masing-masing tes sebagai berikut:

1.  Tes intelegensi

Tes intelegensi adalah tes yang dilaksanakan dengan

tujuan untuk mengungkap atau mengetahui tingkat

kecerdasan seseorang.

2.  Tes kemampuan

Tes kemampuan adalah tes yang dilaksanakan untuk 

mengungkap kemampuan dasar atau bakat yang

dimiliki oleh peserta tes.

3.  Tes sikap

Tes sikap adalah tes yang dipergunakan untuk 

mengungkap kecenderungan seseorang untuk 

melakukan respon tertentu terhadap alam sekitar,

 baik berupa individu maupun obyek tertentu.

Page 20: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 20/45

4.  Tes kepribadian

Tes kepribadian adalah tes yang dilaksanakan

dengan tujuan mengungkap ciri-ciri khas dari

seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriyah

seperti gaya bicara, cara berpakaian, nada suara,

hobi atau kesenangan dan lain-lain.

5.  Tes hasil belajar 

Tes hasil belajar sering dikenal dengan tes

 percapaian, yaitu tes yang biasa digunakan untuk 

mengungkap tingkat percapaian atau prestasi

 belajar.

c.  Tes ditilik dari segi banyaknya orang yang mengikuti

tes.

Tes ditilik dari segi banyaknya orang yang mengikuti

tes, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu tes

individual dan tes kelompok.

Adapun penjelasan masing-masing tes sebagai berikut:

1. 

Tes individual

Tes individual adalah tes dimana tester hanya

 berhadapan dengan satu orang testee saja.

2.  Tes kelompok 

Page 21: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 21/45

Tes kelompok adalah tes dimana tester berhadapan

dengan lebih dari satu orang testee.

d.  Tes ditilik dari segi waktu yang disediakan bagi testee

untuk menyelesaikan tes, tes dapat dibedakan menjadi

dua golongan, yaitu:

1.   Power test adalah tes dimana waktu yang disediakan

 buat testee untuk menyelesaikan tes tersebut tidak 

dibatasi.

2.  Speed test , adalah tes dimana waktu yang

disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes

tersebut dibatasi.

e.  Tes ditilik dari segi bentuk responnya

Tes ditilik dari segi responnya, tes dapat dibedakan

menjadi dua golongan yaitu verbal test  dan nonverbal 

test .

Adapun penjelasan masing-masing tes sebagai berikut:

1.  Verbal test 

Verbal test  adalah tes yang menghendaki respon (

 jawaban ) yang tertuang dalam bentuk ungkapan

kata-kata atau kalimat, baik secara lisan maupun

secara tertulis.

2.   Nonverbal test 

Page 22: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 22/45

 Nonverbal test adalah tes yang menghendaki respon

( jawaban ) dari testee bukan berupa ungkapan kata-

kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau

tingkah laku.

f.  Tes ditilik dari segi cara mengajukan pertanyaan atau

memberikan jawabannya, tes dapat dibedakan menjadi

dua yaitu tes tertulis dan tes lisan.

Adapun penjelasan masing-masing tes sebagai berikut:

1.  Tes tertulis

Tes tertulis adalah tes dimana tester dalam

mengajukan butir-butir pertanyaan atau soalnya

dilakukan secara tertulis dan tester memberikan

 jawabannya juga secara tertulis.

2.  Tes lisan

Tes lisan adalah tes dimana tester didalam

mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau soalnya

dilakukann secara lisan, dan testee memberikan

 jawabannya juga secara lisan.

5.  Bentuk-bentuk tes

Tes dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu sebagai

 berikut:

a.  Tes subyektif 

Page 23: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 23/45

Tes subyektif pada umumnya berbentuk esai ( uraian ).

Tes esai adalah tes kemajuan belajar yang memerlukan

 jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-

kata.

Ciri-ciri pertanyaannya diawali dengan kata-kata seperti

uraikan, jelaskan, bagaimana, simpulkan dan

sebagainya.

Adapun kebaikan dan kelemahan tes subyektif sebagai

 berikut:

1)  Kebaikan-kebaikan tes subyektif 

(a) Mudah disiapkan dan disusun.

(b) Tidak memberi kesempatan untuk berspekulasi

atau untung-untungan.

(c) Mendorong siswa untuk mengemukakan

 pendapat serta menyusun dalam kalimat yang

 bagus.

(d) Memberi kesempatan kepada siswa untuk 

mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa

dengan caranya sendiri.

(e) Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami

masalah yang diteskan.

2)  Kelemahan-kelemahan tes subyektif 

Page 24: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 24/45

(a) Kadar validitas dan reliabilitas rendah karena

sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan

siswa yang telah dikuasai.

(b) Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh

 bahan pelajaran yang akan dites karena soalnya

hanya beberapa saja (terbatas).

(c) Cara memeriksanya dipengaruhi oleh unsur-

unsur subyektif.

(d) Pemeriksaanya lebih sulit sebab membutuhkan

 pertimbangan individual lebih banyak dari

 penilai.

 b.  Tes obyektif 

Tes obyektif adalah tes yang dalam pemeriksaanya

dapat dilakukan secara obyektif.

Adapun kebaikan dan kelemahan dari tes obyektif 

adalah sebagai berikut:

1)  Kebaikan tes obyektif 

(a) Lebih banyak mengandung segi-segi positif 

misalnya: lebih representatif mewakili dan luas

 bahan lebih obyektif, dapat dihindari dari

campur tangan unsur-unsur subyektif.

Page 25: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 25/45

(b) Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya

karena dapat menggunakan kunci tes bahkan

alat-alat kemajuan teknologi.

(c) Pemeriksaanya dapat diserahkan kepada orang

lain.

(d) Dalam pemeriksaan, tidak ada unsur subyektif 

yang dipengaruhi.

2)  Kelemahan tes obyektif 

(a) Persiapan untuk mengukurnya jauh lebih sulit

daripada tes esai karena soalnya banyak dan

harus teliti untuk menghindari kelemahan-

kelemahan yang lain.

(b) Soal-soalnya cenderung mengungkapkan

ingatan dan daya pengenalan saja dan sukar 

untuk mengukur proses mental yang tinggi.

(c) Banyak kesempatan untuk main untung-

untungan.

(d) Kerja sama antar siswa pada waktu mengerjakan

tes lebih terbuka.

Dalam hal tes obyektif, tes obyektif terdiri dari

 beberapa macam yaitu:

1)  Tes benar-salah ( true-false)

Page 26: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 26/45

Soal-soalnya berupa pernyataan-

 pernyataan.Pernyataan tersebut ada yang benar 

dan ada yang salah.Orang yang ditanya bertugas

untuk menandai masing-masing pernyataan

dengan melingkari huruf  B  jika pernyataan itu

 betul menurut pendapatnya dan melingkari huruf 

S jika pernyataannya salah.

2)  Tes pilihan ganda ( multiple choice test )

Tes pilihan ganda terdiri dari keterangan atau

 pemberitahuan tentang suatu pengertian yang

 belum lengkap.Untuk melengkapinya harus

memilih satu dari kemungkinan atas jawaban

yang disediakan.Kemungkinan jawaban terdiri

dari kunci jawaban dan beberapa pengecoh.

3)  Menjodohkan ( matching test )

 Matching test  dikenal dengan istilah

mempertandingkan, mencockkan atau

menjodohkan. Matching test terdiri dari satu seri

 pertanyaan dan satu seri jawaban.Masing-

masing pertanyaan mempunyai jawabannya

yang tercantum dalam seri jawaban.

4)  Tes isian (completion tes )

Page 27: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 27/45

Completion test dikenal dengan istilah tes isian,

tes menyempurnakan atau tes melengkapi.

Completion test terdiri dari kalimat-kalimat yang

ada bagiannya yang dihilangkan atau yang harus

oleh murid ini adalah merupakan pengertian

yang kita minta dari murid.

6.  Ciri-Ciri tes hasil belajar yang baik 

Terdapat empat ciri atau karakteristik yang harus dimiliki

oleh tes hasil belajar, sehingga tes tersebut dapat dinyatakan

sebagai tes yang baik, yaitu:

a.  Bersifat valid, kata valid dapat diartikan dengan tepat,

 benar, absah. Tes hasil belajar dikatakan valid apabila

tes dapat mengungkap atau mengukur hasil-hasil belajar 

yang telah dicapai oleh peserta didik, setelah mereka

menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu

tertentu.

 b.  Bersifat reliabel atau memiliki reliabilitas, kata

reliabilitas sering diterjemahkan dengan keajegan atau

kemantapan. Apabila tes dikaitkan dengan fungsi tes

sebagai alat pengukur mengenai keberhasilan belajar 

 peserta didik, maka sebuah tes hasil belajar dapat

dinyatakan reliabel apabila hasil pengukuran yang

dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara

Page 28: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 28/45

 berulangkali terhadap subyek yang sama, senantiasa

menunjukkan hasil yang sama atau sifatnya ajeg dan

stabil.

c.  Bersifat obyektif, tes hasil belajar dikatakan tes hasil

 belajar yang obyektif, apabila tes tersebut disusun dan

dilaksanakan menurut apa adanya. Ditinjau dari materi

tes maka istilah “apa adanya” itu mengandung

 pengertian bahwa materi tes bersumber dari bahan

 pelajaran yang telah diberikan sesuai dengan tujuan

instruksional.

Ditilik dari segi pemberian skor dan penentuan hasil tes

istilah apa adanya itu mengandung pengertian bahwa

 pekerjaan koreksi, pemberian skor dan penentuan nilai

terhindar dari unsur-unsur subyektivitas yang melekat

 pada penyusunan tes.

d.  Bersifat praktis dan ekonomis, bersifat praktis

mengandung pengertian bahwa tes hasil belajar 

dilaksanakan dengan mudah, karena tes itu bersifat

sederhana dalam arti tidak memerlukanperalatan yang

 banyak atau peralatan yang sulit pengadaannya, lengkap

dalam arti bahwa tes tersebut telah dilengkapi dengan

kunci jawaban dan pedoman scoring serta penentuan

nilainya. Bersifat ekonomis mengandung pengertian

Page 29: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 29/45

 bahwa tes hasil belajar tersebut tidak memakan waktu

dan tidak memerlukan tenaga serta biaya yang banyak.

Suatu tes agar dapat menjalankan fungsinya sebagaimana

yang diharapkan, maka diperlukan ciri-ciri yang baik yang

harus dimiliki oleh tes. Adapun ciri-ciri tes yang baik 

adalah sebagai berikut:

a.  Validitas

 b.  Reliabilitas

c.  Tingkatan kesukaran

d.  Kemampuan diskriminasi.

7.  Prinsip-Prinsip dasar penyusunan tes hasil belajar

Ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan di

dalam menyusun tes hasil belajar agar tes tersebut benar-

 benar dapat mengukur tujuan pelajaran yang telah

diajarkan, atau mengukur kemampuan dan atau

keterampilan siswa yang diharapkan setelah siswa

menyelesaikan suatu unit pengajaran tertentu.

a. 

Tes tersebut hendaknya dapat mengukur secara jelas

hasil belajaryang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan

instruksional.

 b.  Mengukur sample yang representatif dari hasil belajar 

dan bahan pelajaran yang telah diajarkan.

Page 30: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 30/45

c.  Mencakup bermacam-macam bentuk soal yang benar-

 benar cocok untuk mengukur hasil belajar yang

diinginkan sesuai tujuan.

d.  Didesain sesuai dengan kegunaannya untuk 

memperoleh hasil yang diinginkan.

e.  Dibuat seandal mungkin sehingga mudah

diinterpretasikan dengan baik.

f.  Digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa dan

cara mengajar guru.

8.  Langkah-langkah penyusunan tes

Dalam menyusun tes diperlukan langkah-langkah yang

sistematis sehingga dapat diperoleh tes efektif. Langkah-

langkah tersebut sebagai berikut:

a.  Menentukan atau merumuskan tujuan tes

Tes prestasi belajar dapat dibuat untuk bermacam-

macam tujuan. Karena perlu ditetapkan terlebih dahulu

untuk tujuan apa tes yang disusun itu dipergunakan.

 b. 

Analisis kurikulum

Analisis kurikulum untuk menetapkan isi bahan yang

akan ditanyakan melalui tes dengan memperhatikan

tujuan kurikuler, tujuan instruksional umum (TIU),

serta pokok bahasan dan sub bahasan yang terdapat

Page 31: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 31/45

dalam buku garis-garis besar program pengajaran

(GBPP).

c.  Analisis buku pelajaran dan sumber belajar lainnya

Tes yang akan disusun hendaknya mengenai seluruh

materi dan pokok bahasan esensial yang telah

ditetapkan. Pkok bahasan dan sub bahasan itu secara

terinci terdapat dalam buku pelajaran.

d.  Menyusun kisi-kisi

Kisi-kisi disusun dalam bentuk matriks yang memuat

komponen-komponen tertentu.Adapun komponen-

komponen suatu kisi-kisi tes ditentukan oleh tujuan

 penulisan soal tersebut.

Komponen tersebut antara lain jenis sekolah, program

atau jurusan, mata pelajaran, kurikulum yang diacu,

tujuan instruksional umum (TIU), pokok bahasan atau

sub bahasan, bahan kelas, uraian materi, ranah kognitif 

atau aspek tingkah laku dan tujuan instruksional khusus

(TIK) atau indikator, bentuk soal, tingkat kesukaran

soal dan jumlah soal dan waktu yang diperlukan.

e.  Menulis TIK / indikator 

Penulisan TIK harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan

yang telah ditetapkan dalam kisi-kisi.

f.  Menulis soal

Page 32: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 32/45

Soal-soal ditulis tidak boleh menyimpang dari TIK yang

telah dirumuskan dalam kisi-kisi. Dalam bagian

 penulisan soal dapat dimasukkan beberapa kegiatan lain

yaitu:

1.  Review ( menelaah soal )

2.  Seleksi soal

3.  Merakit soal

g.  Reproduksi tes terbatas

Tes yang sudah jadi diperbanyak dalam jumlah yang

cukup untuk tujuan uji coba.

h.  Uji coba

Tes yang sudah diperbanyak diujicobakan pada sampel

yang telah ditentukan.

i.  Analisis soal

Tes yang telah diujicobakan dianalisis butir-butir 

soalnya.Melalui analisis soal dapat diketahui kualitas

suatu butir soal.Kualitas soal dapat diketahui dengan

melihat taraf kesukarannya, funsi pokok soal, fungsi

 pengecoh serta penyebaran pada pengecoh dalam

kelompok total.

 j.  Revisi soal

Merevisi kembali apabila ada butir soal yang jelek.

k.  Menentukan soal-soal yang baik 

Page 33: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 33/45

Menetapkan butir-butir soal yang baik.

l.  Merakit soal menjadi tes

Semua soal yang baik, kalau sudah banyak data yang

terkumpul dan meliputi semua pokok bahasan serta

aspek yang hendak diukur, dapat dirakit menjadi tes

yang standar.

Dalam pengembangan tes hasil belajar diperlukan

langkah-langkah yang efektif sebagai berikut:

a.  Pengembangan spesifik tes

 b.  Penulisan soal

c.  Penelaahan soal

d.  Perakitan soal ( untuk tujuan uji coba )

e.  Uji coba tes

f.  Seleksi dan perakitan soal ( bentuk akhir )

g.  Percetakan tes

h.  Administrasi tes bentuk akhir 

i.  Penyusunan skala dan norma.

9. 

Penilaian dan hasil belajar

Dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, penilaian

hasil belajar harus mencakup beberapa aspek atau ranah

yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut

Bloom, ranah kognitif berhubungan erat dengan

kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi,

Page 34: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 34/45

menganalisis , mensintesis dan mengevaluasi. Ranah

 psikomotorik adalah ranah yang berhubungan erat dengan

aktivitas fisik. Sedangkan ranah afektif berhubungan erat

dengan watak, perilaku seperti sikap, minat, konsep diri,

nilai dan moral.

B.  Analisis butir soal

Analisis butir soal merupakan pengkajian pertanyaan-

 pertanyaan tes agar diperoleh perangkat pertanyaan yang

memiliki kualitas yang memadai. Analisis butir soal bertujuan

untuk memperoleh kualitas soal yang baik sehingga

memperoleh gambaran tentang prestasi siswa yang sebenarnya.

Adapun cara melakukan analisis butir soal, yakni dengan

analisis validitas , analisis reliabilitas, analisis tingkat

kesukaran dan analisis daya pembeda.

Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1.  Analisis validitas

Kata validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti

sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam

melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur 

dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila alat

tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil

ukur yang sesuai dengan maksud pengukuran tersebut.

Page 35: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 35/45

Dalam menentukan valid atau tidaknya tes hasil belajar dapat

dilakukan dari dua segi yaitu dari segi validitas tes sebagai

suatu totalitas dan validitas itemnya.

a.  Validitas tes sebagai suatu totalitas

Validitas tes sebagai suatu totalitas dapat ditempuh dengan

dua cara yaitu dengan analisis validitas rasional dan analisis

empirik.

1)  Analisis validitas rasional

Analissi rasional dilakukan dengan jalan berfikir secara

rasional atau menggunakan logika. Untuk menganalisis

validitas rasional tersebut dapat dilakukan dari dua segi

yaitu segi validitas isi (content validity)dan validitas

konstruksi ( construck validity). 

2)  Analisis validitas empirik 

Analisis validitas empirik dilakukan dengan

mendasarkan pada kenyataan empiris,. Adapun untuk 

menganalisis validitas empirik tersebut dapat dilakukan

dari dua segi yaitu dari segi ramalan (predictifvalidity) 

dan validitas bandingan ( concurrent validity).

Dari uraian dua macam analisis validitas, yakni analissi

validitas rasional yang ada dua macam, maka secara

keseluruhan validitas tes dapat dikelompokkan menjadi

empat macam yaitu: validitas isi (content validity),

Page 36: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 36/45

validitas konstruksi (construct validity), validitas

ramalan ( predictif validity) dan validitas bandingan

(concurrent validity).

Adapun penjelasan masing-masing validitas adalah

sebagai berikut:

(a) Validitas isi

Validitas isi merupakan validitas yang berhububgab

dengan representativitas sampel butir dari semua

 populasi butir.

(b) Validitas konstruksi

Validitas konstruksi merupakan perngujian validitas

yang dilakukan dengan melihat kesesuaian

konstruksi butir dengan kisi-kisi.

(c) Validitas ramalan

Validitas ramalan merupakan pengujian validitas

yang dilakukan dengan menggunakan kriteria

eksternal dimana kriteria pembandingnya belum ada

 pada saat tes hasil belajar dikembangkan. Kriteria

sebagai pembandingnya harus diramalkan dengan

menggunakan skor hasil pengukuran tes hasil

 belajar.

(d) Validitas bandingan

Page 37: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 37/45

Validitas bandingan merupakan pengujian validitas

dengan menggunakan kriteria eksternal dimana

kriteria yang digunakan telah ada saat pengujian tes

hasil belajar dilakukan.

b.  Validitas item atau butir soal

Validitas butir soal adalah ketepatan mengukur yang

dimiliki oleh butir item dalam mengukur apa yang

seharusnya diukur melalui butir item tersebut.

Sebuah butir soal atau item dikatakan memiliki validitas

tinggi jika skor pada butir soal atau item mempunyai

kesejajaran dengan skor total. Kesejajaran ini dapat

diartikandengan korelasi. Adapun untuk skor soal bentuk 

obyektif untuk item diberikan 1 bagi item yang dijawab

 benar dan 0 bagi item yang dijawab salah, sedangkan skor 

total merupakan jumlah dari skor untuk semua item yang

membangun soal tersebut. Untuk menghitung kesejajaran

skor item dengan skor total tersebut yaitu dengan cara

mengkorelasikan skor item atau butir soaldengan skor total

dengan menggunakan rumus korelasi  product moment 

sebagai berikut:

√   

Page 38: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 38/45

Keterangan :

rXY = koefisien korelasi antara X dan YX = skor butir soal

Y = skor total

 N = jumlah subyek 

Dalam hal validitas butir, untuk kesejajaran atau korelasi

 perlu adanya interpretasi koefisien korelasi untik 

menunjukkan kesejajaran atau korelasi tersebut. Berikut

interpretasi koefisien korelasi:

Antara 0,00 sampai dengan 0,20 : sangat rendah

Antara 0,20 sampai dengan 0,40 : rendah

Antara 0,40 sampai dengan 0,70 : cukupAntara 0,70 sampai dengan 0,90 : tinggi

Antara 0,90 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi.

2.  Analisis tingkat kesukaran

Tingkat kesukaran adalah pengukuran seberapa besar derajat

kesukaran suatu item atau test. Jika suatu item atau test

memiliki tingkat kesukaran seimbang, maka test tersebut dapat

dikatakan baik. Dengan kata lain suatu item atau test

hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah.

Dalam hal tingkat kesukaran, tingkat kesukaran dinyatakan

oleh suatu indeks yang dinamakan indeks kesukaran dan

disimbolkan oleh huruf  P (Proporsi). suatu item sedemikian

sukarnya sehingga tidak seorang siswa pun siswa menjawab

dengan benar maka harga P akan sama dengan 0, sedangkan

apabila suatu tesitem sedemikian mudahnyasehingga seluruh

siswa menjawab dengabn benar maka harga P akan sama

Page 39: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 39/45

dengan 1,. Jadi kisaran tinggat kesukaran antara 1 samapai

dengan 0.

Suatu tes yang baik harus mempunyai proporasi butir soal

yang tingkat kesukarannya seimbang, artinya bedistribusi

secara normal. Mengingat distribusi normal ini, maka dapat

dijadikan pedoman bahwa proporsi tingkat kesukaran butir 

soal yang mudah, sedang dan sukar masing-masing adalah

27%, 46% dan 27%. Makinsukar dan makin mudah suatu butir 

soal hendaknya merupakan bagian yang sedikit jumlahnya.

Untuk menghitung tingkat kesukaran soal dapat menggunakan

rumus sebagai berikut:

 

 

Keterangan :

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul

JS = jumlah seluruh peserta test.

Tingkat kesukaran mempunyai rentang nilai, adapun untuk 

menentukan rentang nilai tingkat kesukaran dapat

dikategorikan dalam tiga kelompok. Berikut kategori tingkat

kesukaran dalam tiga kelompok:

Tabel 1: kriteria tingkat kesukaran butir soal.

Page 40: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 40/45

Rentang TK  kategori

0,00 - 0,32 Sukar 

0,33 – 0,66 Sedang

0,67 – 1,00 mudah

3.  Analisis daya pembeda

Daya pembeda adalah bagaimana kemampuan suatu soal untuk 

membedakan antara siswa yang termasuk kelompok siswa

yang pandai dengan siswa-siswa yang termasuk kelompok 

kurang.

Suatu aitem dikatakan memiliki daya diskriminasi tinggi

haruslah dijawab dengan benar oleh semua atau sebagian

kelompok tinggi dan tidak dapat dijawab dengan benar oleh

semua siswa kelompok rendah atau sebagian besar siswa

kelompok rendah.

Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut

indeks diskriminasi, disingkat dengan D. Adapun untuk 

mementukan indeks diskriminasi (D) dapat dilakukan dengan

membedakan kelompok kecil ( kurang dari 100) dan kelompok 

 besar ( 100 orang keatas). Kelompk kecil, seluruh kelompok 

testee dibagi dua sama besar, 50% kelompok atas dan 50%

Page 41: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 41/45

kelompok bawah kemudian seluruh kelompok testee

dideretkan mulai skor teratas sampai terbawah, kemudian

dibagi 2, kelompok besar hanya diambil kedua kutubnya, yaitu

27% skor teratas sebagai kelompok atas (JA) dan 27% skor 

terbawah sebagai kelompok bawah (JB).

Untuk menghitung indeks diskriminasi tersebut dapat

menggunakan rumus sebagai berikut:

= PA - P 

Keterangan:

J = jumlah peserta tes

Jᴀ = banyaknya peserta kelompok atas

Jв = banyaknya peserta kelompok bawah

Bᴀ = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soalitu dengan benar 

Bв = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal

itu dengan benar 

Pᴀ = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar 

Pв = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar 

Dalam hal daya pembeda, indeks diskriminasi yang ideal

adalah yang sebesar mungkin mendekati agka 1, semakin besar 

indeks diskriminasi ( mendekati angka 1) berarti item tersebut

semakin mampu membedakan antara mereka yang menguasai

 bahan yang diujikan dan mereka yang tidak.. semakin kecil

indeks ( mendekati 0) berarti semakin tidak jelaslah fungsi

Page 42: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 42/45

item yang bersangkutan dalam membedakan mana subyek 

yang menguasai bahan pelajaran dan subyek yang tidak tahu

apa-apa.

Daya pembeda atau indeks diskriminasi dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

Tabel 2: kriteria daya pembeda butir soal.

Besarnya Angka indeks

Diskriminasi item (D) 

Kasifikasi interpretasi

Page 43: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 43/45

Kurang dari 0,20

0,20-0,40

0,40-0,70

0,70-1,00

Bertanda negatif 

 Poor 

Satisfactory

Good 

 Excellent 

-

Butir item daya

 pembedanya

lemah sekali

(jelek),

dianggap tidak 

memiliki daya

 pembeda yang

 baik 

Butir item telahmemiliki daya

 pembeda yang

cukup ( sedang)

Butir item telah

memilki daya

 pembeda yang

 baik 

Butir item telah

memiliki daya

 pembeda yang

 baik sekali

Butir item daya

 pembedanya

negatif 

( jelek sekali)

4.  Analisis reliabilitas

Page 44: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 44/45

Reliabilitas adalah ketepatan atau konsistensi dari nilai yang

diperoleh sekelompok individu dalam kesempatan yang

 berbeda dengan tes yang sama ataupun itemnya yang

ekuivalen.

Reliabilitas dapat diartika dengan keterandalan. Artinya suatu

tes memiliki keterandalan apabila tes tersebut dapat dipakai

mengukur berulang-ulang hasilnya sama. Dengan demikian

reliabilitas dapat juga diartikan keajegan atau stabilitas.

Reliabilitas diartikan keajegan apabila tes tersebut diujikan

 berkali-kali hasilnya relatif sama, artinya setelah tes pertama

dengan tes berikutnya dikorelasikan terdapat korelasi

signifikan.

Metode dalam menguji reliabilitas tersebut secara garis besar 

dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok berdasarkan

 perbedaan dalam mendefinisikan reliabilitas.

a.  Reliablitas adalah kesetabilan hasil pengukuran apabila tes

hasil belajar (THB) diujikan beberapa kalai ( stabilitas

eksternal ). Reliablitas sebagai stabilitas eksternal

memandang bahwa THB dikatakan reliabel apabila diujikan

 beberapa kali akan memberikan hasil pengukuran yang

relatif konsisten. Metode yang tegolong dalam kelompok ini

dapat dibagi menjadi dua berdasarkan jumlah butirnya.

Page 45: Azhar Arafat

7/16/2019 Azhar Arafat

http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 45/45

 b.  Reliabilitas merupakan konsistensi internal hasil

 pengukuran butir-butir THB.

Reliabilitas sebagai konsistensi internal memandang bahwa

THB dikatakan reliabel apabila diantara butir-butir THB

memberikan hasil pengukuran yang konsisten. Metode yang

tergolong dalam kelompok ini dapat dibagi menjadi dua

 berdasarkan jumlah butirnya.

Apabila jumlah butirnya genap maka dapat menggunakan

metode belah dua, flanagan dan rulon, apabila jumlah butir 

soalnya ganjil maka metode yang dapat digunakan adalah

metode Kuder-Richardson, hoyt dan Alpha Cronbach.