Ayo Teguhkan Qowwam Suami

download Ayo Teguhkan Qowwam Suami

of 4

description

Islam

Transcript of Ayo Teguhkan Qowwam Suami

AYO TEGUHKAN QOWWAM SUAMI

AYO TEGUHKAN QOWWAM SUAMIPenulis:Zirlyfera Jamil

Dalam rumah tangga, suami adalah qowwam. Di pundaknya terletak tanggungjawab untuk membimbing istri dan anak-anaknya menggapai kebahagiaan dunia akhirat. Dapatkah peran ini dialihtangankan oleh sebab tertentu, semisal ketidakmampuannya dalam mencukupi kebutuhan nafkah keluarga atau karena istri lebih sukses? Bagaimana peran istri dalam meneguhkan qowwam suami?

Kondisi rawanMeski secara normatif diakui bahwa suami adalah qowwam dalam rumah tangga, namun dalam implementasinya, peneguhan fungsi qowwam masih mengalami sandungan. Beberapa persoalan yang muncul, antara lain: pertama, suami depresi karena melihat istrinya lebih sukses dalam karier, lebih popular dalam pergaulan sosial, atau lebih mapan dalam masalah ekonomi. Dalam situasi ini, umumnya para suami menyikapi kelebihan istrinya sebagai sebuah ancaman yang dapat meruntuhkan harga diri dan martabatnya di hadapan keluarga, terutama anak-anak.

Kompensasinya, suami akan merasa minder, tertekan, menarik diri, atau bahkan memunculkan sikap kasar dan permusuhan untuk menunjukkan dirinyalah sang pemimpin.

Kedua, suami yang menyikapi kesuksesan istri sebagai sebuah kelumrahan, bahkan kewajiban. Kesuksesan dan kemapanan istri dijadikan alasan untuk menyerahkan semua tanggungjawab dan beban rumah tangga pada sang istri, sementara ia enjoy saja menikmati perannya sebagai ?pak turut?. Ketiga, istri yang menyikapi kelebihan potensi yang dimiliknya dengan besar kepala hingga mengabaikan peneguhan fungsi suami sebagai qowwam dalam rumahtangga. Tiga situasi di atas tentu saja bukan penggambaran tegaknya fungsi qowwam dalam rumahtangga. Apa penyebabnya? Kata kuncinya adalah ketidakmampuan pasangan dalam memaknai fungsi qowwam dan menjalani peran imam-makmum dengan baik dalam rumahtangga.

Memaknai qowwamMenurut Budi Dharmawan, konsultan masalah perkawinan, keluarga dan anak, makna qowwam adalah tegak dan menegakkan. Dalam konteks suami sebagai qowwam, maka ia adalah pemimpin, pembimbing, dan pemandu bagi seluruh anggota keluarga untuk menggapai kebahagiaan dunia akhirat. Jadi, agar bisa menegakkan yang lain, suami harus tegak diatas kakinya sendiri dulu, tandas Budi. ?Ia tidak bisa memberi jika tidak punya apa-apa, ia tidak bisa membangunkan orang lain jika ia sendiri masih tidur.?

Dalam pandangan DR Idris Abdu Somad, Sekjen Ikatan Dai Indonesia (IKADI), suami sebagai pemimpin dalam rumah tangga bukan bermakna sebagai pemegang otoritas yang boleh bersikap otoriter. Sebagai qowwam, suami justru dituntut memiliki kemampuan mengatur, mendidik dan membina anggota keluarga, serta mengusahakan segala-galanya guna mencapai tujuan kehidupan rumah tangganya, jelas dosen pasca sarjana UIN Syarief Hidayatullah, Jakarta. Untuk itu, ia harus mampu menjalin kemitraan yang baik dan harmonis dengan seluruh anggota keluarga; istri dan anak-anak.

Apa indikator tegaknya qowwam suami dalam rumah tangga? Menurut Budi, tanggungjawab adalah ukuran pertama tegaknya qowwam suami dalam rumah tangga. Artinya sejauh mana seorang suami dapat bertangjawab terhadap tindakan dirinya, tindakan istri, anak-anak dan anggota keluaga lainnya, sejauh itu pula tegak keqowwamannya. ?Jika ia baru bisa bertanggungjawab terhadap tindakan dirinya sendiri, tapi belum bisa bertanggungjawab terhadap tindakan orang lain, berarti tingkat keqowwamannya baru segitu??

Ukuran kedua, jelas ayah 13 anak ini, adalah kemampuan dalam memberikan pelayanan, minimal mampu melayani diri sendiri. ?Semakin luas ruang atau cakupan dalam melayani atau memberi kontribusi pada hajat orang lain, semakin tegak pula keqowwamanya.?

Menurut Idris, faktor utama tegaknya qowwam suami dalam rumah tangga adalah pemahaman yang benar tentang fungsi, hak dan kewajiban serta konsekuensi tugas keqowwaman tersebut. Sehingga, kata Idris, saat seorang suami memberi kesempatan pada istrinya untuk mengembangkan potensi, ia akan tetap memperhatikan, memberikan arahan dan bimbingan agar sang istri tidak melalaikan peran orisinalitasnya dalam misi kehidupan berkeluarga. Faktor berikutnya, keikhlasan ?mencari ridho Allah semata- dalam menjalani rumahtangga, termasuk saat memotivasi atau menasihati istri. Ketiga, adanya kemampuan (skill), misalnya skill komunikasi, manajemen konflik, dsbnya.

Qowwam: nafkah dan pembagian peranAdakah hubungan yang signifikan antara tegaknya fungsi qowwam dengan kemampuan mencari nafkah? Meski tidak dominan, Idris mengakui, dalam tataran praktis, kondisi kemapanan ekonomi suami sedikit banyak mempengaruhi keqowwamannya dalam rumah tangga. Namun, seperti diungkap di atas, selama pasangan suami istri memahami peran imam-makmum dalam arti sebenarnya, masalah hitung-hitungan kontribusi ekonomi tidak akan menjadi sandungan bagi tegaknya fungsi qowwam. ?Suami tetap mampu dan percaya diri dalam memenej rumah tangga.?

Budi mengatakan bahwa ada perbedaan prinsipil antara bekerjanya seorang suami dan bekerjanya istri. Kata Budi, suami bekerja adalah wajib untuk mata pencarian (kasbul ma?isyah) guna menafkahi keluarga. Sedangkan bekerjanya istri adalah dalam rangka mengembangkan potensi (tanmiyaul kafa?ah). Jika hasilnya digunakan membiayai keluarga, maka ia mendapat pahala sedekah. Karena itu, kata dia, dalam situasi darurat dimana suami tidak berpenghasilan, harus ada keberanian untuk menempatkan suami sebagai manajer keuangan dalam keluarga agar fungsi qowwam tetap tegak. Meski istri yang bekerja, suami tetap harus tahu kondisi riil keuangan keluarga sehingga ia bisa mengambil kebijakan yang pas untuk kepentingan bersama. Bahkan, jika mungkin, ada kesempatan bagi suami untuk meningkatkan arus kas keluarga dengan memutar uang yang ada. Misalnya, kata Budi, dengan melakukan jual beli yang perputaran uangnya cepat dan resiko rugi kecil, bahkan nol. ?Ada komputer 5 juta, ia beli dan jual lagi pada temannya yang ia tahu memang butuh seharga 6 juta. Ada keuntungan satu juta untuk menambah kas keluarga.?

Jadi, kata Budi, dalam situasi tidak bekerja atau tidak berpenghasilan, suami tetap dapat bertanggungjawab dan mengambil tugas pelayanan lebih besar dalam keluarga. ?Jangan malah sensitive, perasa atau rendah diri. Lakukanlah sesuatu.?Menurut Idris, masalah kontribusi ekonomi dan pembagian peran publik-domestik bisa dikompromikan dan disesuaikan dengan situasi rumahtangga tersebut. Dalam situasi normal, suami harus bertanggungjawab penuh terhadap nafkah keluarga. Dalam situasi tertentu, istri bisa saja memberi kontribusi untuk nafkah keluararga atau malah menanggung sepenuhnya, namun jangan sampai menggoyahkan fungsi qowwam suami.

Qowwam: penyesuaian dan kompromiUntuk mencapai keharmonisan dan keseimbangan peran, penyesuaian atau adaptasi antara suami dan istri adalah sebuah keharusan. Psikolog Rustika Thamrin menyebutkan, penyesuaian yang dilakukan suami isteri janganlah berangkat dari keinginan untuk mengubah pasangan menjadi seperti apa yang kita inginkan, tetapi lebih kepada penyesuaian untuk memahami Dan membentuk budaya keluarga sendiri yang khas.

Untuk mencapai tahap berkesesuaian, suami istri tak dapat lepas dari soal kompromi. Baik kompromi dalam perilaku, kebiasaan, peran serta tugas-tugas kerumahtanggaan. Dalam hal ini, ujar Rustika, suami isteri hendaknya tidak bersandar penuh pada pengalaman bagaimana dia dahulu dibesarkan. Perubahan situasi memungkinkan terjadinya perluasan peran suami atau istri. Jika dulu pembagian peran sangat ketat, isteri berperan secara penuh di rumah sementara suami tidak perlu ambil pusing dengan urusan kerumahtanggaan, sementara saat ini isteri pun memiliki banyak aktivitas di luar rumah. Istri turut mencari nafkah atau aktif berdakwah.

Ustadz Idris lantas menegaskan, bahwa sebagai seorang pemimpin, suamilah yang sejak awal perlu melihat potensi-potensi apa yang terdapat dalam ?masyarakat? yang dipimpinnya. Lantas, ia sudah semenstinya pula dapat memenej potensi-potensi ini agar dapat tumbuh Dan berkembang dengan baik. Misalnya saja, ujar Ustadz lulusan Univ. Ibnu Saud, Saudi Arabia ini pula, ?Seorang suami yang memiliki isteri dengan potensi sosial atau potensi politik, jangan lantas membatasi isterinya dengan hanya memposisikannya dalam basis rumah tangga saja.?

Begitu pula bila seorang suami sibuk dalam aktifitas dakwah sehingga waktunya habis dari pagi hingga malam, seorang isteri dapat mengisi peran sosial suaminya dengan warga sekitar sehingga tidak ada kesempatan bagi tetangga untuk komplain bahwa keluarga itu adalah keluarga yang ekslusif Dan tidak mau bergaul.

Ayo support suami!Sebaik-baik aplikasi keqowwaman dalam rumahtangga adalah apa yang ditunjukkan oleh Rasulullah saw. Beliau merasakan berat apa yang dirasakan berat oleh keluarganya (azizun ?alaihi). Tanpa malu, canggung apalagi merasa direndahkan, beliau bersedia menjahit sendiri pakaiannya yang sobek. Beliau pun tidak marah-marah minta dilayani makan oleh istrinya, bahkan saat tidak ada makanan, dengan ikhlas beliau memilih menjalani shaum.

Rasulullah pun amat menginginkan kebaikan dan kebahagiaan untuk orang-orang yang dipimpinnya (hariishun ?alaikum). Karena itu, saat beliau mengambil keputusan atau kebijakan, motivasinya sebesar-besar diarahkan untuk kebaikan dan kebahagiaan bersama, bukan untuk menunjukkan wewenang dan otoritasnya. Singkatnya, beliau meneguhkan fungsi qowwamnya dengan kasih sayang, sikap santun dan keteladanan.

Oleh karena itu, kata Idris, jika kita ingin meneladani rasulullah saw, fungsi suami sebagai qowwam dalam rumahtangga selamanya harus ditegakkan. Sebagai qowwam, suami perlu mensupport dirinya sendiri untuk mengobarkan jiwa kepemimpinannya, dengan cara-cara bijak dan benar. Sementara istri dan anak-anak juga harus memberikan dukungan agar ruh itu tidak padam. Bagaimana caranya? Teruslah memotivasi suami agar menunaikan menunaikan kewajibannya, beri semangat dan kalau mungkin jalan keluar. Saya yakin, suami yang salih akan berusaha sekuat tenaga.? (dsw/zif, Laporan: Team Liputan Ummi)

Pemimpinku Sayang?Bukan Cuma pimpinan partai Dan pimpinan negara yang butuh dukungan. Pimpinan ?negara kecil? pun punya kebutuhan yang sama. Dihormati, dihargai, didengarkan Dan diberi masukan agar tak salah memilih jalan.

Dalam keseharian, Anda mungkin mengenali minimal tiga tipe suami berkaitan dengan pola kepemimpinannya. Pertama, ada tipe suami berkuasa yang kadang menjadi sok kuasa. Anda tak bisa membeli pakaian tanpa dia yang memutuskan mana warna Dan corak mana yang terbaik untuk Anda. Suami pula yang memutuskan kegiatan apa yang perlu Dan tidak perlu Anda ikuti. Pendapat isteri bukan hal penting baginya Dan tiap kali berselisih, kata-kata favoritnya adalah, ?Ummi gak taat sama suami. Ingat Mi, ridho suami adalah ridho Allah.? Soal keuangan keluarga pun berada dalam kendali penuh suami sehingga Anda lebih merasa ?takut? dalam menggunakan uang ketimbang nyaman dalam mengelolanya.

Tipe kedua, adalah suami yang serba bingung. Berubah pikiran Dan keputusan adalah kebiasaannya. Ketika Anda bertanya, ?Sebaiknya Atikah kita sekolahkan kemana ya Bi?? dia akan menjawab bagusnya di sekolah A, karena begini Dan begitu. Lalu siang hari dia akan bimbang Dan berkata sebaiknya disekolah B karena kata orang begini Dan begitu, esoknya kembali yakin pada sekolah A sebelum ujung-ujungnya dia ingin masukkan putri Anda ke sekolah C.

Tipe ketiga adalah tipe suami terserah Anda. Kalau ada persoalan atau masalah, jawaban klasiknya adalah, ?Terserah Ummi deh, bagaimana baiknya.? Anda mungkin sesekali senang karena punya kebebasan, tetapi kalau sedang butuh pegangan, semua jawaban ?terserah? rasanya lebih menyerupai sebuah beban.

Jangan keburu sebal, emosi apalagi putus asa kalau suatu ketika punya masalah serupa. Sebagaimana Anda yang tak sempurna, begitu juga dirinya. Lebih baik tengok pada diri sendiri, apa yang dapat kita lakukan untuk membantunya menyempurnakan keqowwamannya?

Saling nasehat dengan penuh kasih sayangTak ada orang luput dari salah, khilaf Dan dosa. Begitu pula suami atau isteri. Kemitraan yang baik bukan berarti sekedar saling dukung Dan saling bantu, tapi juga berarti saling menasehati dalam kebenaran Dan kesabaran.

Bermuhasabah sebelum tidur amat dianjurkan untuk dilakukan agar suami Dan isteri bisa menilai apa saja yang sudah terjadi di hari ini? Mungkin saja suami sempat melangkah salah pada hari itu atau isteri sedang khilaf sehingga membangkang pada suami?

Siap untuk saling mengevaluasi, saling terbuka Dan saling mendengarkan adalah kesempatan untuk menumbuhkan rasa saling menghargai Dan membutuhkan. Bila pernikahan adalah sebuah kapal besar, suami adalah nakhoda Dan isteri juru mudinya. Tak ada satu pihak yang merasa dirinya lebih penting dari lain. Karena tugas mereka bersama adalah mengarahkan kapal mereka menuju satu tujuan, ridho Allah semata.

Ikhlas, kunci utamaKeikhlasan adalah modal utama kita untuk menerima segala takdir Allah. Mensyukuri nikmatNya Dan bersabar atas cobaanNya. Dengan menjadikan ikhlas sebagai kerangka beramal maka seorang suami tidak akan memimpin selayaknya raja yang berkuasa Dan seorang isteri tidak akan taat kepada suami selayaknya budak pada tuannya. Kedua belah pihak akan selalu menjalani perannya sebagai bagian dari pengabdian kepada Allah, dalam rangka mencari ridhonya. Karena Allahlah seorang suami akan memimpin Dan karena Allahlah seorang isteri akan taat pada pimpinannya.

Sabar Dan shalat adalah senjataTentu tak ada pasangan suami isteri yang hidup dalam masa indah Dan tenteram terus menerus. Berselisih, beda pendapat, rasa tak suka, tak cocok, terluka Dan melukai mungkin datang silih berganti. Sebelum mencoba segala teknik Dan teori ambil dulu senjata utama, sabar Dan shalat sebagaimana diungkap Allah dalam surat Al-Baqoroh ayat ke 45.

Seringkali kesabaran mampu mendinginkan kepala Dan mencerahkan hati, sehingga tak perlu keluar keputusan pun tindakan-tindakan yang sangat mungkin kelak akan disesali. Sementara shalat adalah hubungan komunikasi terdekat manusia dengan Allah sang Pencipta, Pemilik, Penguasa hati manusia. Suami adalah ciptaan Dan milik Allah. Maka adukanlah segala urusan kita dengannya kepada pemiliknya, insya Allah, terbukalah hatinya, lapanglah hati kita Dan munculah jalan keluar yang seringkali tak terduga arah datangnya.

Komunikasi jembatan hatiKedekatan kita, kerukunan kita, perselisihan kita, kebencian kita dalam rumah tangga seringkali muncul karena kita salah dalam memenej komunikasi dengan suami. Berkomunikasi tak hanya bermakna berbicara lewat bahasa verbal, tapi juga bahasa hati, bahasa tubuh Dan bahasa empati.

Adakalanya Anda perlu berkata pada suami, ?Mengapa Abi pikir pakaian ini cocok untuk Ummi?? atau berkata, ?Ummi mengerti Abi bingung, tetapi kalau kita pertimbankan lebih dahulu kelebihan Dan kekurangan sekolah-sekolah ini, mungkin kita lebih mudah memilih.? Atau ?Karena Ummi tidak mengerti soal biaya tukang, lebih baik Abi saja yang memutuskan tukang mana yang akan kita panggil??

Namun pada kesempatan lain, Anda mungkin bahkan tak perlu bicara sama sekali, kecuali diminta. Cukup mendengar segala keluh kesahnya, karena bisa jadi, selama ini kita terlalu banyak berbicara namun jarang mendengarkan.

Intinya, tarik ulurlah pola komunikasi Anda dengan suami agar selalu dalam kondisi seimbang. Ada saat Anda bicara, ada saat Anda mendengar. Ungkapkan pujian Dan dukungan atas setiap keputusan baik suami dengan penuh syukur Dan ungkapkan pula setiap argumen atau pendapat Anda yang berbeda dengan penuh kasih sayang.

Proaktif Dan AsertifBila pola komunikasi Anda Dan suami sudah terbangun dengan baik, artinya Anda tidak lagi punya masalah untuk mengungkapkan keinginan diri maupun keluhan. Ini saatnya Anda mencoba tampil asertif terhadap suami. Yaitu mencoba mendapatkan apa yang kita ingini tanpa melukai perasaan Dan harga dirinya.

Untuk membangun tegaknya sikap kepemimpinan suami mendekati pola ideal, Anda juga bisa proaktif menampakkan dukungan. Mau memahami latar belakang budaya suami, mau memahami sifat Dan karakternya, mau mendengarkan pendapat Dan keluh kesahnya namun juga siap memberikan masukan Dan ide-ide untuk pengembangan diri suami.

Misalnya saja, suami berkuasa tentu tak berkenan punya isteri ?tukang ngajari?, karena itu untuk lebih mudahnya lakukan pendekatan dukungan Dan pengertian sebelum mengungkapkan keluhan atau keinginan.

Daripada mengatakan ?Abi egois Dan pelit,? lebih baik ungkapkan bahwa Anda mengerti beratnya tanggungjawabnya Dan bermaksud membantu meringankan bebannya dengan ikut mengelola keuangan rumah tangga. Dalam situasi yang hangat Dan santai Anda bisa juga berkata, ?Baju hijau pilihan Abi bagus, tetapi Ummi merasa lebih cocok dengan baju biru ini. Apalagi potongannya yang sederhana kelihatannya melangsingkan ya, Bi??

Contoh lain adalah suami yang senang gonta-ganti usaha karena tak pernah merasa mantap di satu bidang saja. Meski Anda mungkin cemas dengan perkembangan hari tua Dan masa depan anak-anak Anda, cobalah memahami terlebih dahulu, apa yang membuatnya tak pernah merasa ?mantap?. Hasil yang kurang menguntungkan secara ekonomis? Mitra kerja yang tak pernah sempurna? Atau apa? Setelah mendengarkan Dan mencoba memahaminya, barulah Anda bisa memberikan usul atau bantuan untuk memantapkan pilihannya. ?Apa yang bisa Ummi bantu?? ?Bagaimana kalau Ummi bantu carikan mitra?? ?Kalau begitu, Ummi usul, bagaimana bila bisnis ini? saja, sedikit lebih rumit memang, tapi Abi tak perlu pusing soal mitra. Hasilnya pun secara perhitungan lebih menjanjikan??(Zif)

Budi Waskito