Ayam Nenek
-
Upload
tofan-abdullah -
Category
Documents
-
view
72 -
download
11
description
Transcript of Ayam Nenek
-
KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT
KOMODITI AYAM NENEK (GRAND PARENT STOCK BROILER)
DI PT. GALUR PRIMA COBBINDO SUKABUMI
WEMVI RISYANA
A14105621
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
-
RINGKASAN
WEMVI RISYANA, Kinerja Supply Chain Management Ayam Nenek (Grand Parent Stock), Studi Kasus di PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi. Di Bawah Bimbingan Ibu EKA INTAN KUMALA PUTRI.
Konsumsi daging dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini berhubungan dengan kesadaran masyarakat yang menyadari akan semakin penting mengkonsumsi daging, sehingga menjadi peluang untuk perusahaan peternakan dalam memenuhi permintaan masyarakat akan kebutuhan daging. PT Galur Prima Cobbindo sebagai perusahaan peternakan penghasil bibit induk DOC grand parent stock, sangat mempengaruhi terhadap kualitas mutu untuk perusahaan pembibit parent stock dalam menghasilkan ayam komersial untuk dikonsumsi dagingnya oleh masyarakat. Perusahaan terus meningkatkan efisiensi dalam mata rantai kegiatan bisnisnya. Penelitian yang dilakukan di PT Galur Prima Cobbindo bertujuan untuk menganalisis mekanisme di PT Galur Prima Cobbindo dalam menjamin ketersediaan bahan baku dan bahan penolong dari pemasoknya dengan menggunakan alternatif supply chain management (SCM), yang kedua bertujuan untuk menganalis pola rantai pasokan (supply chain) komoditi bibit GPS dari perusahaan peternakan ini hingga ke tingkat konsumen atau perusahaan pembibitan ayam sebar atau parent stock (PS), dan tujuan ketiga adalah untuk mengkaji manfaat dan kendala yang dihadapi perusahaan apabila menggunakan SCM sebagai alternatif untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Secara keseluruhan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja perusahaan dalam meningkatkan daya saing perusahaan dengan menggunakan alternatif supply chain management. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, adalah menggunakan metode deskriptif dan kuantitatif serta metode critical path method dalam menganalisis aktivitas perusahaan. Hasil penelitian ini diantaranya adalah berdasarkan analisis procurentment yang meliputi aspek mutu, aspek harga dan aspek waktu, bagi PT Galur Prima Cobbindo dalam melakukan pengendalian mutunya. Penyeleksian genetik merupakan salah satu bentuk pengendalian mutu oleh perusahaan. Tipe ayam yang dibudidayakan yaitu Cobb 500 jenis grand parent stock. Tujuan dari penyeleksian genetik yang dilakukan oleh perusahaan adalah untuk mendapatkan ayam jenis parent stock yang berkualitas baik. Ayam parent stock yang berkualitas baik tersebut dihasilkan dari male line dan female line pilihan yang sudah diseleksi. Male line (jalur jantan) terdiri dari ayam jantan (male line male) dan ayam betina (male line female). Jalur ini khusus untuk memproduksi ayam jantan parent stock. Ayam betina yang dihasilkan dari jalur ini dianggap by product. Female line (jalur betina) terdiri dari ayam jantan (female line male) dan ayam betina (female line female). Penyeleksian berikutnya adalah dengan penyeleksian melalui anatomi dan fisiologi. Keberhasilan pada unit penetasan (hatchery) ditentukan oleh persentase daya tetas (hatchability) atau persentase jumlah telur yang menetas dari total telur yang ditetaskan (setting), rata-rata jumlah telur yang dihasilkan PT Galur Prima Cobbindo perhari adalah 6055 telur, dengan jumlah telur yang berhasil ditetaskan
-
1
sebanyak 5005 telur perhari dan jumlah telur yang gagal tetas sebanyak 1050 telur sehingga keberhasilan unit penetasan 82,7%. Hatchability banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor yang disebabkan oleh breeding farm dan faktor yang disebabkan oleh hatchery.
Hasil analisis harga menunjukan bahwa terdapat selisih harga antara harga pembelian aktual dengan harga analisis yang dilakukan dengan aplikasi supply chain management. Harga beli GPS adalah sebesar 22 USD atau Rp.220.000,- ,dan harga jual output berupa ayam parent stock (PS) yaitu sebesar Rp. 27.000,- per ekor. Dengan aplikasi supply chain management terdapat biaya-biaya yang dapat dikendalikan oleh perusahaan salah satunya komponen yang berhubungan dengan pengadaan, yaitu biaya telepon dan administrasi. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan kesepakatan atau kontrak kerja sama dengan supplier pada awal periode, sehingga biaya yang terjadi akibat biaya interaksi dapat dihilangkan. Harga aktual untuk bahan baku bibit DOC GPS untuk bulan Januari 2007 adalah sebesar Rp.202.300 per ekor sedangkan harga SCM adalah sebesar R.202.143 per ekor, sedangkan untuk harga aktual bahan baku pakan untuk bulan Januari adalah sebesar Rp.2.250/kg sedangkan harga SCM adalah sebesar Rp.2.184/kg. Rata-rata selisih harga pembelian bahan baku setelah adanya implementasi procurenment supply chain cost untuk bahan baku bibit DOC GPS adalah sebesar Rp.157 per ekor sedangkan untuk bahan baku pakan adalah sebesar R.66/kg. Perusahaan dalam satu tahun dapat melakukan penghematan biaya pembelian bahan baku bibit DOC GPS sebesar Rp.13.188.000. dan penghematan pembelian biaya pakan sebesar Rp.13.200.264.Sehinggga total penghematan biaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam melakukan pembelian bahan baku bibit DOC GPS dan pembelian bahan baku pakan yaitu sebesar Rp 26.388.264.
Analisis jaringan kerja atau critical path method dengan proses supply chain management, dalam aktivitas perusahaan mulai dari pengadaan bahan baku hingga menghasilkan outputnya. Perusahaan mempunyai kapasitas mesin penetasan sebanyak 20.000 ekor. Perusahaan dapat menghasilkan output sebanyak 6055 telur perhari dan jumlah telur yang berhasil ditetaskan sebanyak 5005 telur perhari atau mencapai 181.650 per bulan. Total waktu optimis paling cepat yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam menghasilkan outputnya berupa ayam bibit DOC PS adalah sebesar 7301,32 jam dan total waktu optimis saat paling lambat sebesar 7309,32. Sedangkan untuk total waktu realistis paling cepat adalah sebesar 7341,40 jam dan total waktu realistis paling lambat sebesar 7343,40 jam. Total waktu pesimis saat paling cepat sebesar 7388,25 jam dan total waktu pesimis saat paling lambat sebesar 7390,25 jam.
-
KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT
KOMODITI AYAM NENEK (GRAND PARENT STOCK BROILER)
DI PT. GALUR PRIMA COBBINDO SUKABUMI
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
Pada Fakultas Pertanian
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Oleh
Wemvi Risyana
A14105621
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
-
Judul : KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KOMODITI AYAM
NENEK (GRAND PARENT STOCK) DI PT GALUR PRIMA
COBBINDO SUKABUMI
Oleh : WEMVI RISYANA
NRP : A14105621
Menyetujui, Dosen Pembimbing Skripsi
Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, M.Si NIP. 131 918 659
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus :
-
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI YANG
BERJUDUL KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KOMODITI
AYAM NENEK (GRAND PARENT STOCK) DI PT GALUR PRIMA
COBBINDO SUKABUMI ADALAH BENAR MERUPAKAN KARYA
SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIPUBLIKASIKAN DI
PERGURUAN TINGGI MANAPUN.
Bogor, November
2008
Wemvi Risyana
-
RIWAYAT PENULIS
Wemvi Risyana dilahirkan pada tanggal 6 Juli 1985 di Sukabumi. Putra
dari pasangan Bapak Jamiat dan Ibu Aat Mulyati. Penulis merupakan anak kedua
dari tiga bersaudara.
Pendidikan dasar penulis diselesaikan selama enam tahun di Sekolah
Dasar Negeri III Kalapanunggal. Kemudian melanjutkan sekolah lanjutan tingkat
pertama di SLTPN I Kalapanunggal selama tiga tahun. Kemudian menyelesaikan
sekolah lanjutan tingkat atas selama tiga tahun di SMUN I Cicurug. Setelah lulus,
penulis diterima di Program Diploma III Teknisi Peternakan, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor. Pendidikan ini ditempuh penulis selama 3 tahun dan
lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Program
Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Penulis saat ini sedang bekerja di Hotel Salak The Heritage Bogor sebagai
Staff Operasional.
-
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan syukur kehadirat Allah. SWT, atas segala rahmat
dan hidayahnya telah memberikan kesabaran dan kekuatan sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini, dengan judul Kinerja Supply Chain Management
Komoditi Ayam Nenek (Grand Parent Stock) Di PT Galur Prima Cobbindo
Sukabumi yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan
Program Sarjana pada Program Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Ruang lingkup skripsi terdiri dari manajemen pengadaan bahan
(procurement), manajemen pengendalian harga, manajemen pengendalian mutu
dan jumlah, serta jaringan kerja Supply Chain Management.
Penulis sebagai makhluk yang tidak luput dari salah dan dosa, tentunya
dalam penulisan ini masih banyak kekurangan. Saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan tulisan ini. Penulis
berharap dengan adanya skripsi ini dapat memberikan wawasan baru mengenai
supply chain management dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.
Bogor, November 2008
Penulis
-
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri. MS. Selaku dosen Pembimbing saya
yang telah meluangkan waktu didalam kesibukan beliau yang sangat tinggi
untuk memberikan bimbingan dengan penuh perhatian dan kesabaran
dalam pembuatan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Ir. Rita Nurmalina, Ms. Sebagai Dosen penguji utama yang telah
memberikan masukan demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Narni Farmayanti, Msc. Selaku dosen penguji wakil dari departemen
yang telah memberikan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.
4. Bapak Gandhi selaku manager Hatchery dan Umum, seluruh staff dan
karyawan PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi yang telah memberikan
kesempatan dan bantuan dalam penelitian ini.
5. Kepada kedua orang tuaku Bapa Jamiat dan Ibuku ibu Aat Mulyati, yang
telah memberikan moril dan motivasi selama penulis menyelesaikan
skripsi ini.
6. Kepada istriku Nurul Andelisa dan anakku Saskiya Azarin, yang telah
memberikan Doa dan spirit kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini.
7. Kepada kakak dan adikku Jemi Anandeska dan Resti Widiyanti, yang telah
memberikan doa dan dukungan kepada penulis.
8. Kepada Mertuaku Bp. Ir. Aminuddin. MM dan Ibu Rohmania, yang telah
memberikan dukungan kepada penulis.
9. Teman-temanku Zacky, Akbar, Eko, Igor, dan semua teman-teman ektensi
angkatan-13 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan kepada penulis.
Kami menyadari akan segala keterbatasan sehingga skripsi ini tidak luput
dari kekurangan. Dan seperti pepatah mengatakan Tiada Gading yang tak retak
maka dengan segala kerendahan hati bahwa skripsi ini masih kurang dari
sempurna.
-
DAFTAR ISI Halaman
RINGKASAN...........................................................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................
DAFTAR TABEL .........................................................................................
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...............................................................................1.2. Perumusan Masalah ................................................................1.3. Tujuan Penelitian ...........................................................................1.4. Manfaat Penelitian .........................................................................1.5. Ruang lingkup Penelitian ...............................................................
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komoditas Ayam Broiler ...............................................................2.1.1. Sejarah Ayam Broiler.........................................................2.1.2. Ayam Bibit.........................................................................2.1.3. Usaha Peternakan Pembibitan Ayam Nenek Broiler ...........2.1.4. Faktor-Faktor Produksi.......................................................
2.1.4.1. Bibit Ayam .............................................................2.1.4.2. Pakan Ayam ...........................................................2.1.4.3. Obat-Obatan dan Vaksin.........................................2.1.4.4. Tenaga Kerja ..........................................................2.1.4.5. Perkandangan .........................................................
2.2. Penelitian Terdahulu ................................................................2.2.1. Ayam Broiler ................................................................2.2.2. Supply Chain Management.................................................
BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis..........................................................3.1.1. Aktivitas Perusahaan ..........................................................3.1.2. Konsep Supply Chain Management ................................
3.1.2.1. Siklus Pembelian (Procurement).............................3.1.2.2. Proses Pengendalian Mutu ................................3.1.2.3. Proses Pengendalian Harga ................................3.1.2.4. Proses Pengendalian Waktu ................................3.1.2.5. Konsep Critical Path Method................................
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ...................................................
i iv vi viii ix x 1 4 6 6 6 7 7 7 8 9 9 10 13 13 14 16 16 17
20 20 21 24 25 27 30 31 33
-
1
BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian..........................................................4.2. Jenis dan Sumber Data................................................................4.3. Teknik Pengumpulan Data .............................................................4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ...........................................
4.4.1. Analisis Mekanisme Pengadaan dan Pemasokan.................4.4.2. Analisis Mekanisme Pengendalian Mutu ............................4.4.3. Analisis Pengendalian Harga ... 4.4.3. Analisis Jaringan Kerja (Critical Path Method) ..................
BAB V. GAMBARAN UMUM PT GALUR PRIMA COBBINDO
5.1. Sejarah Singkat Perusahaan ...........................................................5.2. Visi dan Misi Perusahaan...............................................................5.3. Lokasi Perusahaan .........................................................................5.4. Struktur Organisasi Perusahaan .....................................................5.5. Produk PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi ................................
BAB VI. MEKANISME SCM PT GALUR PRIMS COBBINDO
6.1. Perusahaan Supplier PT Galur Prima Cobbindo .............................6.1.1.Cobb Amerika................................................................6.1.2. PT Cargill Indonesia...........................................................
6.2. Perusahaan Konsumen PT Galur Prima Cobbindo..........................
BAB VII. ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT
7.1. Analisis Procurement Ayam Nenek atau Grand Parent Stock................................................................................................
7.1.1. Analisis Mutu Ayam Nenek (Grand Parent Stock) .............7.1.1.1. Tahap Seleksi Persilangan Genetika........................7.1.1.2. Penyeleksian Melalui Anatomi dan Fisiologi ..........7.1.1.3. Penyeleksian Melalui Manajemen Penetasan ..........
7.1.2. Analisis Harga................................................................7.1.3. Analisis Deskripsi Jumlah ..................................................
7.2. Analisis Critical Path Method........................................................7.2.1. Analisis Waktu Optimis .....................................................7.2.2. Analisis Waktu Realistis.....................................................7.2.3. Analisis Waktu Pesimis ......................................................
7.3. Manfaat dan Kendala Supply Chain Management .......................... BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan....................................................................................8.2. Saran .............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
37 37 38 38 38 39 40 40 45 45 46 46 48 50 50 50 51 56 57 57 60 61 62 65 68 74 78 80 82 85 86 87
-
2
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12 Tabel 13 Tabel 14 Tabel 15 Tabel 16
Populasi Ayam Broiler Grand Parent Stock (GPS) dan Parent Stock (PS) ....................................................................................... Beberapa Negara Produsen Ayam Broiler dan Strain yang dipasarkan........................................................................................ Kandungan Pakan Broiler Breeder Starter....................................................... Kandungan Pakan Broiler Breeder Layer......................................................... Kandungan Pakan Broiler Breeder Grower...................................................... Ringkasan Penelitian Terdahulu Tentang Supply Chain Management .............. Jumlah Karyawan PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi Tahun 2008 Tingkat Pendidikan Karyawan PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi. Hubungan Berat Telur Yang Ditetaskan Dengan Berat DOC . Contoh Performa Ayam Broiler Breeder (Grand Parent Stock)........................ Data Pasokan Ayam by product oleh PT Galur Prima Cobbindo Kepada PT Sido Agung Maret 2007-Maret 2008 ............................................. Hasil Analisis Harga Pembelian Bahan Baku bibit DOC GPS.......................... Hasil Analisis Harga Pembelian Bahan Baku Pakan................................ Hubungan Jaringan Kerja Supply Chain Management Grand Parent Stock di PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi..................................................
Waktu Penyelesaian Setiap Aktivitas Proses Produksi PT Galur Prima Cobbindo, Sukabumi ................................................................ Waktu SPCi, SPLi, SPCj dan SPLj untuk Kegiatan Supply Chain Management di PT Galur Prima Cobbindo Berdasarkan Waktu Optimis.................................................................................................
1 8 11 12 12
19
47 47 54 58 60 64 65 70 73 75
-
3
Tabel 17 Tabel 18
Waktu SPCi, SPLi, SPCj dan SPLj untuk Kegiatan Supply Chain Management di PT Galur Prima Cobbindo Berdasarkan Waktu Realistis................................................................................................ Waktu SPCi, SPLi, SPCj dan SPLj untuk Kegiatan Supply Chain Management di PT Galur Prima Cobbindo Berdasarkan Waktu Pesimis.................................................................................................
79 81
-
4
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Gambar 10. Gambar 11. Gambar 12. Gambar 13. Gambar 14.
Tiga Komponen Konsep Farm Ayam Ras Broiler............................
Rangkain Supply Chain Management Pada Perusahaan Manufaktur................. Siklus Pengadaan Bahan (Procurenment) ........................................................ Deming Chain Reaction .................................................................................. Ilustrasi Waktu Pelaksanaan Kegiatan Proyek .................................................. Kerangka Operasional Penelitian ................................................................ Skema Penentuan Kegiatan Proyek Saat Paling Cepat dan Saat Paling Lambat Beberapa Kegiatan ...................................................... Skema Penentuan Kegiatan Proyek Saat Paling Cepat dan Saat Pa- Ling Lambat diluar Satu Kegiatan.................................................... Skema Penentuan Kegiatan Proyek Saat Paling Cepat dan Saat Paling Lambat keluar dari Beberapa Kegiatan .................................... Skema Alur Supply Chain Grand Parent Stock PT Galur Prima Cobbindo .................................... Mekanisme Produksi Supply Chain Aktivitas Perusahaan ..... Penyeleksian Genetik PT Galur Prima Cobbindo. Sukabumi ............................ Rata-rata Pasokan Ayam Sebar atau Parent Stock Periode Tahun 2007 ..................................................................................................... Alur Jaringan Kerja SCM PT Galur Prima Cobbindo .........
3 23 25 27 32 36 42 43 43 53 55 59 67 71
-
5
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13
Struktur Organisasi PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi ................................ Denah Lokasi PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi................................
Diagram Perbandingan Nilai Aktual dan SCM Dalam Pengadaan Bahan Baku DOC PT Galur Prima Cobbindo............ Diagram Perbandingan Nilai Aktual dan SCM Dalam Pengadaan Pakan PT Galur Prima Cobbindo ............................ Nama Perusahaan Konsumen Tetap PT Galur Prima Cobbindo........................ Standar Performa Produksi Mingguan Ayam Cobb 500 Breeder GPS .............................................................................................. Data Jumlah Populasi Kandang PT Galur Prima cobbindo.......... Kuisioner Penelitian..................................................................... Gambar Model CPM Supply Chain Management PT. Galur Prima Cobbindo dengan Waktu Optimis ................................... Gambar Model CPM Supply Chain Management PT. Galur Prima Cobbindo dengan Waktu Optimis. .................................... Gambar Model CPM Supply Chain Management PT. Galur Prima Cobbindo dengan Waktu Pesimistis.................................. Perkiraan Keuntungan PT Galur Prima Cobbindo ...................... Data Jumlah Populasi Ayam di PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi Bulan Maret 2008 .......................................................
90 91 92 92 94 95 97 98 99
100
101
102
103
-
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan
pertanian yang mengemban misi untuk menyediakan pangan asal ternak yang
bergizi dan berdaya saing tinggi. Di Indonesia, perkembangan perusahaan
pembibitan (breeding farm) sangat signifikan dan telah menyebar hampir ke
seluruh wilayah. Jenis pembibitan ayam yang ada di Indonesia adalah pembibitan
ayam bibit nenek (grand parent stock atau GPS) dan ayam bibit induk (parent
stock atau PS).
Peluang membuka usaha peternakan bibit ayam nenek (grand parent
stock) di Indonesia cukup menjanjikan, karena perusahaan peternakan yang ada di
Indonesia saat ini masih sedikit. PT Galur Prima Cobbindo merupakan salah satu
perusahaan peternakan pembibit ayam nenek (grand parent stock) terbesar yang
ada di Indonesia. Perkembangan usaha pembibitan terus meningkat karena
permintaan bibit ayam broiler komersial (DOC) setiap tahun semakin tinggi,
sejalan dengan perkembangan penduduk dan kebutuhan penduduk terhadap
daging ayam.
Jumlah populasi induk ayam broiler terus mengalami peningkatan dari
tahun ketahun. Data populasi terakhir ayam induk yang diperoleh, dari tahun 2003
hingga tahun 2004 terus mengalami peningkatan, data tersebut dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Populasi Ayam Broiler Grand Parent Stock (GPS) dan Parent Stock (PS) di Indonesia pada Bulan September 2003 Desember 2004.
GPS Female D-Line (ekor) Parent Stock (PS)
Bulan Belum Produksi (
-
2
Pemenuhan kebutuhan ayam broiler di Indonesia, tidak terlepas dari peran
serta pemerintah dan perusahaan peternakan, diantaranya, perusahaan peternakan
dalam bidang pengadaan bibit dasar (Foundation Stock), yaitu perusahaan
peternakan yang menghasilkan bibit ayam, hasil dari suatu proses pemuliaan
dengan spesifikasi tertentu yang mempunyai silsilah, untuk menghasilkan bibit
induk; perusahaan pengadaan bibit Induk (Breeding Stock) yaitu perusahaan
peternakan yang menghasilkan bibit dengan spesifikasi tertentu yang mempunyai
silsilah, untuk menghasilkan bibit sebar; dan perusahaan pengadaan bibit sebar
atau bibit niaga (Commercial Stock), yaitu bibit dengan spesifikasi tertentu untuk
digunakan dalam proses produksi.
Secara khusus untuk beberapa spesies tertentu seperti unggas, klasifikasi
bibit terdiri atas: bibit galur murni atau pure line (PL), merupakan bibit dengan
spesifikasi tertentu yang menghasilkan bibit ayam nenek atau grand parent Stock
(GPS); bibit ayam nenek (GPS), merupakan ayam dengan spesifikasi tertentu
untuk menghasilkan bibit induk ayam sebar atau parent stock (PS); ayam parent
stock (PS), merupakan bibit dengan spesifikasi tertentu untuk menghasilkan bibit
ayam broiler komersial atau final stock (FS); Final stock (FS) adalah bibit dengan
spesifikasi tertentu untuk dipelihara dan dimanfaatkan dagingnya.
Pengawasan peredaran benih dan bibit merupakan kegiatan penilaian dan
pemantauan terhadap benih dan bibit ayam ras atau broiler yang diperdagangkan
yang meliputi jenis, jumlah dan mutu, kelancaran peredaran, serta keseimbangan
penawaran dan permintaan. Kegiatan ini bertujuan, untuk mendapatkan bahan
perbaikan dalam perumusan kebijakan dalam pelaksanaan peredaran bibit, agar
mekanisme pasar berkembang. Tiga komponen konsep farm ayam ras broiler,
dapat dilihat pada Gambar 1.
Selain ayam DOC Parent Stock (PS) sebagai produk utama dari PT Galur
Prima Cobbindo, perusahaan juga menjual ayam by product dan telur yang gagal
tetas serta, telur yang tidak lolos seleksi untuk ditetaskan didalam hatchery. Upaya
peningkatan produksi peternakan harus di sertai dengan sistem alternatif
pemasaran yang baik dan efisien. Supply chain management merupakan salah satu
metode alternatifnya, untuk menjamin kontinuitas produksi dari para peternak dan
perusahaan peternakan kepada perusahaan.
-
3
Gambar 1. Tiga Komponen Konsep Farm Ayam Ras Broiler.
Menurut Watanabe (2001), selama dekade 1980-an dan 1990-an,
lingkungan perusahaan global mengalami perubahan yang sangat drastis sehingga
perusahaan generasi tua sering kehilangan bisnis dalam menghadapi tantangan
keras untuk bertumbuh. Hal ini tidak dapat dihindari, apabila dilihat dari sektor
peternakan, diantaranya sebagai berikut:
1. Persaingan semakin sengit
Walaupun jumlah perusahaan peternakan khususnya pembibit ayam nenek
broiler belum begitu banyak, tetapi terjadi suatu persaingan. Biasanya usaha yang
dilakukan oleh perusahaan perternakan pembibitan ayam nenek (GPS)
berhubungan dengan harga produksi yaitu DOC dan kualitas dan kuantitas mutu
produknya antar perusahaan.
2. Tuntutan konsumen.
Konsumen sekarang ini menjadi semakin rumit dan semakin menuntut.
Mereka menuntut harga murah, mutu tinggi untuk setiap produk yang ditawarkan,
dan penyerahan tepat waktu yang sesuai dengan selera mereka.
3. Daur hidup produk.
Daur hidup produk yang diharapkan oleh perusahaan, khususnya
perusahaan peternakan ayam parent stock yang juga sebagai konsumennnya,
adalah daur hidup produk yang sangat pendek seiring dengan perubahan-
perubahan yang terjadi dalam lingkungan pasar.
Daging ayam dan telur konsumsi
Usaha Pembuatan
Pakan
Usaha Pembibitan
Usaha Pemeliharaan ayam
-
4
4. Tuntutan stockholders
Pihak stockholder menuntut pengembalian yang tinggi dalam investasi dan
perusahaan yang ROI-nya cukup tinggi tidak dapat memperoleh modal yang
cukup untuk investasi di masa depan.
5. Teknologi informasi
Supply chain management dalam perusahaan peternakan pembibit ayam
nenek atau grand parent stock (GPS), sangat dipengaruhi oleh kemajuan-
kemajuan dalam bidang teknologi yang terjadi begitu cepat.
Tidak dapat dipungkiri, perusahaan dalam menghadapi persaingan yang
semakin tinggi berusaha untuk mencari alternatif untuk mengatasi hal tersebut.
Salah satunya dengan menerapkan metode perencanaan dan pengendalian operasi
yang baik. Perencanaan dan pengendalian operasi merupakan kunci untuk
menuntun suatu organisasi dan perusahaan sebagai supply chain, kearah yang
diinginkan. Alternatif SCM dicoba diterapkan pada PT Galur Prima Cobbindo,
dengan diikuti metode critical path method (CPM) sebagai alat untuk menentukan
lintasan kritis aktivitas perusahaan, juga aspek pengendalian tersebut berfungsi
sebagai kinerja pengukuran terbaik untuk mengukur keberhasilan supply chain.
1.2. Perumusan Masalah
PT Galur Prima Cobbindo, merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang breeding peternakan. Perusahaan ini juga merupakan perusahaan
peternakan pembibitan ayam nenek atau grand parent stock (GPS) yang terletak
di Kabupaten Sukabumi.
Sebelum tahun 1998 PT Galur Prima Cobbindo menjadi perusahaan
terbesar kedua di Indonesia, hingga dapat melakukan ekspor ke luar negeri.
Setelah terjadi krisis moneter dan isu flu burung, konsumen luar negeri
menghentikan impornya karena mereka menganggap bahwa perusahaan
peternakan di Indonesia belum bebas dari flu burung. Akhirnya perusahaan
mengalihkan pendistribusiannya dan lebih memfokuskan kegiatan supply
outputnya ke dalam negeri.
Perusahaan dalam melakukan aktivitasnya, terkadang mengalami kendala
maupun masalah, diantaranya ketidaktepatan waktu dalam penerimaan pasokan
-
5
bahan baku sehingga mempengaruhi waktu pendistribusian produksi, kurangnya
sumberdaya lokal yang menguasai pengetahuan luas dalam penanganan dan
pemeliharaan ayam nenek atau grand parent stock, dan metode aktivitas kegiatan
penjadwalan perusahaan yang belum efektif. Salah satu alternatif yang diterapkan
pada perusahaan ini, yaitu konsep metode supply chain management yang
bertujuan untuk mengoptimalkan waktu, meningkatkan kuantitas mutu dan
meminimalkan biaya produksi perusahaan.
Rantai penyaluran komoditas ayam bibit dari PT Galur Prima Cobbindo ke
konsumen, akhirnya dapat dilihat melalui konsep pendekatan supply chain
management. Konsep supply chain management menyediakan suatu pendekatan
untuk mengatur atau manage aliran produk dan informasi dari keseluruhan
aktivitas agribisnis untuk pemenuhan keinginan konsumen dalam hal waktu,
kualitas, kuantitas serta harga. Rantai penyaluran melibatkan semua pihak yang
menangani komoditas dalam perjalanannya dari produsen ke konsumen, serta
terlibat dalam perpindahan fisik yang sesungguhnya dan perpindahan hak milik.
Konsep SCM (Supply Chain Management) merupakan konsep atau
mekanisme untuk meningkatkan produktivitas total perusahaan dalam rantai
supply melalui optimalisasi waktu, lokasi dan aliran kuantitas bahan. Konsep
SCM ini sering diterapkan oleh ritel-ritel modern seperti supermarket, dimana
konsep ini digunakan untuk membantu dalam pengaturan dan pengkoordinasian
aktivitas pemasokan beragam produk, baik segar maupun olahan yang dijual oleh
supermarket agar mengetahui persediaan barangnya.
Berdasarkan perumusan masalah diatas, menarik untuk dikaji mengenai:
1. Bagaimana mekanisme SCM di PT Galur Prima Cobbindo untuk menjamin
ketersediaan bahan dari pemasoknya?
2. Bagaimana pola rantai pasokan (supply chain) komoditi bibit ayam nenek atau
grand parent stock (GPS) dari PT Galur Prima Cobbindo hingga ketingkat
konsumen atau perusahaan pembibitan ayam sebar atau parent stock (PS)?
3. Bagaimana manfaat dan kendala dalam penerapan SCM dan CPM di PT Galur
Prima Cobbindo?
-
6
1.3. Tujuan Penelitian
Melihat perumusan permasalahan maka, tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis mekanisme SCM di PT Galur Prima Cobbindo untuk menjamin
ketersediaan bahan dari pemasoknya.
2. Menganalisis pola rantai pasokan (supply chain) komoditi bibit ayam nenek
atau grand parent stock (GPS) dari PT Galur Prima Cobbindo hingga
ketingkat konsumen atau perusahaan pembibitan ayam parent stock (PS).
3. Mengkaji manfaat dan kendala dalam penerapan SCM dan CPM di PT Galur
Prima Cobbindo.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan ini, diharapkan dapat bermanfaat sebagai
informasi bagi perusahaan dan khususnya untuk anggota rantai pendistribusian,
hingga ke konsumen perusahaan ini. Serta manfaat lainnya untuk memperdalam
dan mengembangkan ilmu dari konsep SCM ini agar menambah wawasan baik
untuk peneliti maupun pembacanya. Manfaat lain yang diharapkan adalah sebagai
salah satu pertimbangan bagi pihak manajemen PT Galur Prima Cobbindo dalam
meningkatkan daya saing, melalui perbaikan manajemen penyediaan dan
pendistribusiannya, serta dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
manajemen PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Melalui aktivitas-aktivitas SCM, organisasi dapat mempelajari dan
memperbaiki profitabilitas secara drastis dengan memfokuskan pada operasi lintas
perusahaan dalam satu kesatuan supply chain, dari pada hanya berusaha sendiri
dalam organisasi tunggal. Berdasarkan hal tersebut konsep Supply Chain
Management di coba diterapkan pada komoditi ayam bibit pada ayam nenek
broiler (GPS) di PT Galur Prima Cobbindo, yang berada di Kabupaten Sukabumi.
Propinsi Jawa Barat. Kajian ini juga lebih difokuskan pada SCM pada aliran
pasokan bahan baku, hingga pendistribusian ayam bibit nenek (GPS) yang ada
pada perusahaan tersebut, kepada perusahaan-perusahaan pembibit ayam sebar
atau parent stock (PS) sebagai konsumen akhirnya.
-
7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komoditas Ayam Broiler
2.1.1. Sejarah Singkat Ayam Ras Brolier
Periode 1940-an masyarakat mulai mengenal ayam lain selain ayam liar.
Pada saat itu masyarakat mulai membedakan antara ayam orang Belanda dengan
ayam liar di Indonesia. Ayam liar Indonesia tersebut kemudian diberi nama ayam
kampung, sedangkan ayam orang Belanda dikenal dengan nama ayam negeri,
(Fadilah et al, 2006).
Tahun 1950-an pemerintah Republik Indonesia merencanakan program
yang disebut Rencana Kesejahteraan Indonesia (RKI) atau dikenal juga dengan
nama plan kasimo yaitu program pembangunan bidang peternakan yang pada
saat itu dinilai masih sangat ketinggalan. Pada periode ini sejarah dimulainya
pengembangan ayam ras di Indonesia.
Tahun 1990-an, peternakan ayam broiler mulai meningkat. Ayam ini
diusahakan untuk diambil dagingnya. Ayam petelur dwiguna atau yang lebih
dikenal dengan ayam petelur cokelat juga mulai meningkat jumlahnya. Disinilah
masyarakat mulai menyadari bahwa ayam ras mempunyai klasifikasi sebagai
ayam petelur yang handal dan pedaging yang enak.
Awal tahun 2000 seiring dengan pencabutan Keppres No.50 tahun 1981,
mengenai pembatasan skala usaha peternakan ayam, kondisi perekonomian
Indonesia secara bertahap mulai meningkat. Begitu pula halnya dengan bisnis
peternakan ayam di Indonesia. Peternakan tidak lagi hanya diusahakan pada skala
usaha tani tetapi berubah menjadi skala perusahaan peternakan.
Pemerintah memberikan perhatian serius terhadap peternakan ayam ras,
salah satu bentuk perhatian pemerintah adalah dengan dikeluarkannya Keputusan
Presiden No. 50 tahun 1998 tentang pembinaan usaha peternakan ayam ras yang
menggantikan Keputusan Presiden No.22 tahun 1990.
2.1.2. Ayam Bibit
Bibit ternak merupakan salah satu sarana produksi pembudidayaan ternak
yang penting dan strategis untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil dalam
-
8
menyediakan pangan asal ternak yang berdaya saing tinggi. Untuk mendapatkan
bibit ternak yang bermutu diperlukan penemuan bibit ternak unggul yang
dilakukan melalui pemuliaan serta proses sertifikasi.
Kegiatan pembibitan ternak meliputi pemuliaan, pembudidayaan,
perkembangbiakan, pengawasan penyakit, penyebaran, peredaran, pengawasan
mutu, pelestarian sumberdaya ternak, pengendalian lingkungan, serta
pengembangan usaha pembibitan yang dapat dilakukan baik oleh pemerintah
maupun swasta.
Departemen Pertanian (2004) menerangkan bahwa maksud dan tujuan
pembibitan nasional adalah, untuk pedoman pembibitan ternak nasional,
dimaksudkan sebagai acuan pembibitan ternak dalam mendorong tumbuh dan
berkembangnya kegiatan perbibitan ternak nasional. Bagi perusahaan untuk
mendapatkan penyediaan bibit ternak yang memenuhi persyaratan teknis,
ekonomis dan sosial, serta pengembangan sistem dan perusahaan pembibitan
ternak sebagai komponen agribisnis peternakan secara keseluruhan dan
pemanfaatan sumber daya genetik ternak secara lestari juga pengembangan daerah
atau kawasan sebagai sumber bibit ternak.
Menurut Fadilah et al, (2006), beberapa negara yang menjadi produsen
ayam broiler breeder di antaranya adalah negara Amerika Serikat, Prancis,
Jerman, dan Belanda. Sementara itu, beberapa negara di Asia yang mampu
menjadi produsen ayam bibit broiler di antaranya Thailand, Cina, Fhilipina, dan
Jepang.
Tabel 2. Beberapa Negara Produsen Ayam Broiler dan Strain yang dipasarkan.
Asal Negara Strain
Amerika Serikat Cobb, Arbor, Arces, Avian
Prancis Isa Vedette, Shaver
Inggris Ross
Belanda Hybro, Hubbard
2.1.3. Usaha Peternakan Pembibitan Ayam Nenek Broiler
Direktoral Jenderal Peternakan (1986) menerangkan bahwa usaha
peternakan merupakan suatu lapangan hidup, tempat seseorang dapat
-
9
menanamkan modal untuk keperluan hidup keluarganya atau sekelompok
masyarakat. Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian RI No.
362/Kpts/TN.120/5/1990, perusahaan peternakan adalah suatu usaha yang
dijalankan secara teratur-menerus pada suatu tempat dan dalam jangka waktu
tertentu untuk tujuan komersial yang meliputi kegiatan menghasilkan ternak
(ternak bibit atau ternak potong), telur, susu serta suatu usaha yang mengelola
suatu jenis ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan dan memasarkan, untuk
tiap jenis ternak melebihi dari jumlah yang ditetapkan, untuk tiap jenis ternak
pada peternakan rakyat.
Pulungan (1985), mengemukakan bahwa tujuan umum suatu peternakan
adalah mencukupi kebutuhan masyarakat akan protein dan lain-lain bahan yang
berasal dari hewan atau ternak. Sementara itu, peternakan ayam ras di definisikan
sebagai suatu usaha budidaya ayam ras petelur dan ayam ras pedaging, tidak
termasuk pembibitan (Kepres No.22 tahun 1990).
(Direktorat Jenderal Peternakan,1990), menerangkan, usaha ternak ayam
pembibitan broiler ditujukan untuk mencapai beberapa sasaran, yaitu (1) tingkat
kematian serendah mungkin (2) kesehatan ternak yang baik (3) berat timbangan
setiap ekor setinggi mungkin, dan (4) daya alih makanan baik (hemat).
2.1.4. Faktor-Faktor Produksi
Rasyaf (2004) menyatakan bahwa faktor-faktor produksi yang dibutuhkan
dalam produksi ayam broiler adalah day old chick (DOC), pakan, obat-obatan,
tenaga kerja, dan kandang dan hatchery sebagai alat mesin penetasan.
2.1.4.1 Pembibitan
Pembibitan adalah suatu sistem yang meliputi pemuliaan, perbanyakan,
pembudidayaan, peredaran, pengawasan penyakit, pengawasan mutu,
pengembangan usaha dan kelembagaan. Pembibitan juga merupakan kegiatan
budidaya untuk menghasilkan bibit ternak untuk keperluan sendiri atau untuk
diperjual belikan (Departemen pertanian, 2004).
Rasyaf (2004) menjelaskan bahwa pedoman untuk memilih DOC antara
lain, ayam harus berasal dari induk yang sehat agar tidak membawa penyakit
-
10
bawaan, ukuran atau bobot ayam yaitu untuk bobot normal DOC sekitar 35-40
gram, anak ayam itu memperlihatkan mata yang cerah dan bercahaya, aktif serta
tampak tegar, DOC juga tidak memperlihatkan cacat fisik seperti kaki bengkok,
mata buta atau kelainan fisik lainnya yang mudah dilihat, dan tidak ada lekatan
tinja di duburnya.
Cahyono (1996), menambahkan dengan menyeleksi anak ayam maka
beberapa keuntungan dapat diperoleh selama dalam pemeliharaan selanjutnya,
yakni:
a) produksi yang dicapai dapat optimal karena tingkat mortalitas pada ternak
ayam rendah.
b) memudahkan dalam pengelolaan, karena anak ayam yang dipelihara
mempunyai tingkat keragaman yang tinggi, baik dalam hal kesehatan, ukuran
besar, dan jenisnya.
c) keuntungan yang diperoleh dapat lebih tinggi, dan.
d) dapat meningkatkan kepuasan dan kepercayaan konsumen.
Menurut Fadilah et al (2006), saat ini lebih dari 300 jenis ayam murni dan
varietas, termasuk ayam broiler pembibit (broiler breeder stock) yang telah
terseleksi dan ditingkatkan keunggulan potensi genetiknya, telah tersebar
diseluruh dunia. Beberapa potensi genetik yang telah ditingkatkan sebagai berikut.
1. Ukuran tubuh besar.
2. Proporsi daging karkas tinggi,
3. Kerangka tulang kuat.
4. Cepat tumbuh.
5. Kulit berwarna putih atau kuning bersih.
6. Memiliki konversi pakan yang baik.
7. Tahan terhadap penyakit.
2.1.4.2. Pakan Ayam
Menurut Rasyaf (2004), pakan atau ransum merupakan kumpulan bahan
makanan yang layak dimakan oleh ayam dan telah disusun mengikuti aturan
tertentu. Pakan tersebut memiliki nilai kebutuhan gizi bagi ayam dan nilai
kandungan gizi bahan makanan yang digunakan.
-
11
Pakan broiler ayam di Indonesia kebanyakan dibagi atas dua macam
sesuai masa pemeliharannya, yaitu pakan untuk ayam broiler masa awal, dan
pakan untuk ayam broiler masa akhir (pakan finisher). Kedua pakan ini memiliki
kandungan gizi yang berbeda. Untuk itu perlu diperhatikan umur ayam yang
dipelihara. Anak ayam berumur kurang dari empat minggu diberi pakan masa
awal, sedangkan bila ayam berumur empat minggu akhir diberi pakan masa akhir.
Terdapat tiga macam bentuk fisik pakan, yaitu bentuk tepung komplit,
bentuk butiran (pellet), dan bentuk pecah (crumble). Pakan bentuk komplit dapat
digunakan untuk semua umur, mulai anak ayam broiler umur sehari hingga ayam
broiler siap dijual. Harganya pun tidak terlalu mahal. Pellet atau pakan bentuk
butiran hanya digunakan untuk ayam broiler masa akhir, yaitu pellet dengan
ukuran garis tengah 3,2 mm. Pakan bentuk butiran pecah atau biasa disebut
crumble ini banyak digunakan untuk ayam broiler masa starter (Rasyaf, 2004).
Secara garis besar, nutrisi dalam pakan ayam terdiri dari karbohidrat,
lemak, mineral, vitamin, dan air. Energi sering dikelompokan sebagai bagian dari
zat makanan karena dihasilkan dari proses metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein tubuh (Fadilah et al, 2006).
Pengadaan pakan ayam oleh PT Galur Prima Cobbindo dipasok dari PT.
Cargill Indonesia. Produk pakan dari PT Cargill Indonesia terdiri dari tiga jenis
produk, yang pertama adalah Broiler Breeder Starter, bentuk produk tersebut
berupa butiran, pakan komplit tersebut diberikan pada induk ayam pedaging masa
pertumbuhan awal (starter) umur 0 7 minggu. Pakan ini mengandung
virginiamycin dan colistin sebagai pemacu pertumbuhan.
Tabel 3. Kandungan Pakan Broiler Breeder Starter
Kandungan nutrisi Persentase (%) Kadar Air Maksimun 13,0 Protein Kasar Minimum 19,0 Lemak Kasar Minimum 5,0 Serat Kasar Minimum 4,0 Abu Maksimum 6,5 Calcium 0,9 1,1 Phospor 0,7 0,9 Virginiamycin 5 15 ppm Colistin 2 20 ppm Sumber: PT. Cargill Indonesia (2007)
-
12
Produk pakan yang kedua yang di-supply oleh PT. Cargill Indonesia ke PT
Galur Prima Cobbindo adalah jenis Broiler Breeder Layer, yang berbentuk
butiran, pakan komplit ini diberikan pada induk ayam periode bertelur umur 22
64 minggu. Mengandung Zinc Bacitracin sebagai pemacu produksi telur dan
meningkatkan efisiensi pakan. Kandungan pakan ini dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan Pakan Broiler Breeder Layer.
Kandungan nutrisi Persentase Kadar Air Maksimun 11,0 Protein Kasar Minimum 18,0 Lemak Kasar Minimum 3,0 Serat Kasar Minimum 4,0 Abu Maksimum 13,5 Calcium 3,2 3,3 Phospor 0,7 0,9 Zinc Bacitracin 4 50 ppm Sumber: PT. Cargill Indonesia (2007)
Jenis produk pakan yang ketiga adalah Broiler Breeder Grower Male,
pakan ini juga berbentuk butiran, pakan komplit ini untuk diberikan pada induk
ayam Line Male masa pertumbuhan akhir (finisher) umur 21 hari sampai
selection. Mengandung Zin Bacitracin sebagai pemacu pertumbuhan. Kandungan
pakan ini dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kandungan Pakan Broiler Breeder Grower
Kandungan nutrisi Persentase Kadar Air Maksimun 12,0 Protein Kasar Minimum 20,0 Lemak Kasar Minimum 3,0 Serat Kasar Minimum 4,0 Abu Maksimum 6,5 Calcium 0,95 1,1 Phospor 0,7 0,9 Zinc Bacitracin 4 50 ppm Sumber: PT. Cargill Indonesia (2007)
-
13
2.1.4.3. Obat-Obatan dan Vaksin
Obat-obatan dan vaksin yang dimaksud di sini adalah obat-obatan yang
digunakan unutk pengobatan ternak yang terserang penyakit. Vaksin digunakan
untuk pencegahan penyakit yang berasal dari virus, serta antibiotika, dan vitamin,
serta dapat mendukung pertumbuhan ayam sehingga dapat tumbuh secara optimal
(Rasyaf,2004).
Menurut Cahyono (2004), pemberian vaksin, vitamin, dan obat-obat
antibiotik harus dilakukan secara teratur. Hal ini sangat penting untuk mencegah
terjangkitnya penyakit pada ternak ayam, terutama terhadap penyakit tetelo
(penyakit ND) yang sangat membahayakan ternak, dan penyakit gumboro. Lebih
lanjut dikatakan juga cara pemberian vaksin dapat dilakukan dengan melalui tetes
mata, tetes hidung, injeksi atau suntik, atau dengan metode spray (penyemprotan
halus). Jadwal pemberian vaksin adalah sebagai berikut:
(1) umur ayam 3-4 hari diberikan vaksin ND strain F dan setiap ekor ayam diberi
1 dosis, yakni 1 ml.
(2) umur ayam 10 hari diberikan vaksin gumboro dengan dosis sesuai dengan
anjuran.
(3) umur ayam 21 hari vaksin ND strain F dan setiap ekor ayam diberikan 1 dosis
(1 ml), dan.
(4) umur ayam 42 hari vaksin ND strain K (Komarov)
2.1.4.4. Tenaga Kerja
Rasyaf (1996) menyatakan bahwa peternakan ayam nenek ras pedaging
sebenarnya lahan padat karya dan tidak selalu padat modal. Peternakan ayam ras
pedaging mempunyai kesibukan yang temporer terutama pagi hari dan pada saat
ada tugas khusus seperti vaksinasi. Oleh karena itu, di suatu peternakan dikenal
beberapa jenis tenaga, antara lain: tenaga kerja tetap, tenaga kerja harian, tenaga
kerja harian lepas, dan kontrak. Selanjutnya dikatakan juga bahwa tenaga kerja
pada peternakan ayam broiler yang dikelola secara manual (tanpa alat-alat
otomatis) maka untuk 2000 ekor ayam broiler mampu dipelihara oleh satu orang
pria dewasa. Bila mempergunakan alat otomatis (pemberian pakan dan air minum
secara otomatis) maka untuk 6000 ekor cukup satu orang pria dewasa sebagai
-
14
tenaga kandang atau disebut anak kandang yang melakukan tugas sehari-hari di
kandang. Di samping itu, perlu tenaga kerja bantu umum untuk vaksinasi,
pengaturan pakan, dan kegiatan lainnya.
(Soeharto, 1995), Variabel-variabel yang mempengaruhi produktivitas
tenaga kerja lapangan dapat dikelompokan menjadi:
1. Kondisi fisik lapangan dan sarana bantu.
2. Supervisi, perencanaan, dan koordinasi.
3. Komposisi kelompok kerja.
4. Kerja lembur.
5. Ukuran besar proyek.
6. Kurva pengalaman (learning curve).
7. Pekerja langsung versus subkontraktor, dan.
8. Kepadatan tenaga kerja.
2.1.4.5. Perkandangan
Pembuatan kandang itu dapat ditinjau dari berbagai segi, baik dari segi
ekonomis, segi teknis, estetis (keindahan), bentuk, kesehatan maupun yang lain-
lain. Tetapi yang terpenting didalam membangun kandang itu, semuanya tidak
terlepas dari tujuannya, bahwa fungsi kandang adalah:
Melindungi dari bahaya luar
Pelindung panas, dingin, dan hujan.
Prinsip pokok didalam pembuatan kandang broiler adalah harus terbuka.
Sistem kandang yang umum diterapkan dan memberikan hasil baik adalah sistem
kandang berhamburan (litter system), pilihan lain yang bisa diterapkan dengan
menggunakan sistem baterai. Menurut hasil penelitian sampai saat ini sistem litter
berhamburan memberikan hasil lebih baik, yaitu dalam berat timbangan dan
kualitas ternak. Sistem berlantai kawat/ kisi, timbangan berat yang dicapai tidak
sebaik dengan sistem litter pada umur yang sama. Ayam yang dipelihara dengan
memakai kandang berlantai kawat/ baterai ini kualitas ternaknya kurang baik
karena sering terjadi pembengkakan tulang dada.
Persyaratan umum yang perlu diperhatikan di dalam perkandangan ini
adalah:
-
15
1) Pemeliharaan tempat untuk mendirikan kandang/ lokasi.
2) Konstruksi/ bentuk kandang itu sendiri.
Sedangkan tempat untuk mendirikan kandang harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1) Lebih tinggi dari tempat sekitarnya supaya udara dapat bergerak dengan
bebas dan supaya air tanah tidak mengumpul pada lantai kandang.
2) Tempat tersebut harus bebas dari bangunan dan tanaman-tanaman rendah
seperti semak belukar supaya aliran udara tidak terhambat.
Udara segar atau baru di dalam kandang sangat diperlukan untuk
kebutuhan pokok ayam, yaitu untuk:
1) Tersedianya udara baru yang banyak mengandung zat asam (oksigen) yang
sangat diperlukan oleh semua mahluk hidup.
2) Mengusir gas-gas sisa/ pembuangan seperti gas asam arang (CO2), amoniak
dan sebagainya.
3) Menjaga kelembaban suhu udara yang rendah, yaitu dengan terbawanya uap
air dari kotoran dan sisa pembuangan lainnya keluar kandang.
Menurut Fadilah et al (2006), Kendala utama usaha beternak broiler
komersial atau breeder di daerah iklim tropis adalah temperatur lingkungan relatif
tinggi, terutama di daerah dataran rendah dan ketika musim kemarau. Temperatur
di daerah tropis 22-39o C dengan rata-rata temperatur setiap tahun 26,5o C.
Permasalah tersebut bisa diatasi dengan cara menambah beberapa peralatan di
dalam kandang sebagai berikut:
a. Memasang insulasi di atap kandang (roof insulation).
Insulasi adalah setiap bahan yang dapat mengurangi kecepatan
perpindahan panas dari satu area ke area lain. Fungsi dari insulasi adalah
mengurangi pemanasan langsung ke kandang selama musim kemarau,
mengurangi tingkat penambahan panas pada musim kemarau, dan mengurangi
pengumpulan kelembapan di dinding dan permukaan pendingin karena dinding
dan permukaan pendingin tersebut relatif hangat.
b. Memasang kipas angin (blower fan)
Kipas angin sering digunakan pada kandang terbuka, terutama di kandang
yang menggunakan system postal (litter). Jenis kipas angin yang digunakan
-
16
adalah kipas angin pendorong (blower fan) dengan ukuran 24, 36, dan 42.
Kipas angin biasanya diletakan di bawah atau di atas dengan ketinggian 0,5-1,2
meter dari lantai.
Tujuan pemakaian kipas angin adalah membantu mempercepat
perpindahan udara didalam kandang, sehingga udara yang panas dan gas buang
yang beracun (CO2, amonia, dan CO) di dalam kandang dapat dibuang keluar
kandang.
c. Membuat hujan buatan (roof springklers).
Istilah hujan buatan digunakan untuk kandang yang menggunakan nosel
dan mengeluarkan air secara terus-menerus di atas atap kandang (roof
springklers), sehingga atap kandang selalu basah dan dingin pada saat panas.
d. Memasang kipas kabut di dalam kandang (fooger fan).
Cara kerja kipas kabut hampir sama dengan cara kerja kipas angin (blower
fan). Perbedaannya terletak pada penggunaan nosel. Nosel pada kipas kabut
mengeluarkan kabut air di sekitar kipas, sehingga kabut tersebut terdorong angin.
Adanya kabut partikel air yang diembuskan kipas menyebabkan udara panas di
dalam kandang secara otomatis akan menurun.
2.2. Penelitian terdahulu
Sekarang ini perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia, sedang
berusaha keras agar bagaimana perusahaan yang dikelola tersebut tetap berjalan
dengan baik sehingga dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya.
Perusahaan-perusahaan di Indonesia khususnya perusahaan yang bergerak di
bidang peternakan harus berpikir keras, agar perusahaan peternakan ini menjadi
salah satu bidang usaha unggulan yang memenuhi kebutuhan masyarakat
Indonesia. Salah satu konsep yang perlu dicoba untuk perusahaan peternakan agar
maju dan dapat bersaing, adalah dengan menerapkan konsep supply chain
managemet.
2.2.1. Ayam Broiler
Penelitian-penelitian terdahulu mengenai komoditas ayam broiler
membantu penulis dalam melakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik
produk berupa ayam broiler dan pemasarannya.
-
17
Ibiniyah (2002) meneliti tentang tataniaga ayam broiler yang
menggunakan sistem tataniaga yaitu dengan mencari nilai elastisitas transmisi
harga dari peternak kepada pengumpul. Hasil penelitian dari Silviana adalah
tataniaga ayam broiler di PT. NA terdiri dari tiga saluran, yang pertama peternak
plasma ke inti, ke pedagang pengumpul, dan ke pedagang pengecer, yang kedua
peternak plasma ke pedagang pengumpul kemudian ke pengecer dan yang ketiga
dari peternak plasma ke pedagang pengecer. Bentuk dari PT. NA adalah
oligopsoni, yaitu inti dan pedagang pengumpul mempunyai kekuatan untuk
mengontrol fungsi dan kegiatan tataniaga ayam broiler. Tataniaga yang paling
efisien adalah saluran tataniaga dari peternak plasma langsung ke pedagang
pengecer, hal ini disebabkan oleh nilai elastisitas transmisi harga dari peternak ke
pengecer lebih besar dari pada nilai elastisitas transmisi harga peternak ke
pengumpul.
2.2.2. Supply Chain Management
Penelitian-penelitian terdahulu mengenai konsep supply chain
management membantu penulis dalam melakukan penelitian pada perusahaan
yang berbeda dan alat analisis yang beberapa diataranya memiliki perbedaan.
Aini (2005) meneliti tentang sistem supply sayuran pada supplier dengan
menggunakan pendekatan analisis deskriptif mengenai hubungan kelembagaan
dan analisis marjin tataniaga. Hasil penelitian yang dilakukan Aini menjelaskan
bahwa alokasi penggunaan biaya terbesar dalam pengadaan barang (procurement)
dan distribusi adalah pembelian bahan baku yang dilakukan secara kredit dan
tunai serta biaya transportasi. Untuk melakukan efisiensi biaya, perusahaan
melakukan penghematan di sektor lain seperti biaya pemesanan (ordering cost)
yang berkurang serta beralih pada media elektronik, selain itu perusahaan
berusaha meningkatkan pendapatan penjualan karena akan mengurangi biaya
tetap perusahaan. Faktor lain yang mempengaruhi tingkat keuntungan perusahaan
adalah meminimalisasi persentase jumlah barang yang kembali dari pasar (retur).
Studi tentang supply chain management lainnya juga dilakukan oleh
Noviyanti (2005). Peneliti melakukan studi tentang efisiensi supply chain produk
benih padi yang dilakukan di PT Sang Hyang Sri Persero. Metode yang digunakan
-
18
pada penelitian ini adalah analytical hierarky proses (AHP). Hasil dari penelitian
tersebut yaitu untuk mengefisienkan supply chain management dengan cara
dilakukan kerjasama pada perusahaan hilir (down stream) dengan memperhatikan
ukuran-ukuran pelaksanaan (performance metric) pada elemen yang kritikal.
Elemen yang kritikal diantaranya adalah proses pelaksanaan, dengan demikian
maka aliran-aliran informasi baik input maupun output harus terstuktur.
Ardiansyah (2005), mengemukakan dalam penelitiannya mengenai
manajeman penyediaan barang (procurenmet) bagian hulu produk susu
pasteurisasi, bahwa manajemen rantai penyediaan bagian hulu produk susu
meliputi siklus yang berjalan dalam jaringan sistem organisasi bagian hulu.
Jaringan sistem organisasi yang terlibat mencakup pihak Koperasi Peternakan
Bandung Selatan (KPBS) yaitu organisasi bagian hulu (upstream) dan Industri
Pengolahan Susu (IPS) serta distributor sebagai sistem organisasi bagian hilir
(downstream). Penelitian ini mendeskripsikan penyediaan susu segar yang
dimulai dari peternak sebagai mitra koperasi dan aktivitas penanganan susu segar
yang dilakukan oleh koperasi tersebut yang dijual ke IPS.
Penelitian ini bermaksud melakukan identifikasi dan analisis supply chain
management pada perusahaan pembibitan ayam nenek (grand parent stock) yaitu
di PT Galur Prima Cobbindo yang terletak di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Penelitian ini mengkaji sejauh mana kegiatan supply chain managemet dapat
dilakukan pada perusahaan ini yang meliputi kegiatan penyediaan bahan baku,
seperti pengadaan DOC, pakan, obat dan vaksin, juga penjualan produk dengan
memperhatikan mutu produk, harga, waktu proses pengiriman dan sebagainya,
serta menganalisis jaringan kerja (critical path method) yang ada pada perusahaan
PT Galur Prima Cobbindo.
Persamaan dengan penelitian sebelumnya adalah topik yang dibahas pada
penelitian ini mengenai supply chain management. Dimana perusahaan
melakukan integrasi rantai supply dalam mendapatkan bahan baku. Pada
perusahaan ini, untuk DOC dan pakan serta kualitas produk yang dihasilkan, dan
menganalisis mengenai penentuan harga, serta proses pendistribusian produk PT
Galur Prima Cobbindo berupa ayam sebar (PS) kepada perusahaan breeder parent
stock, sekaligus sebagai konsumen dari PT Galur Prima Cobbindo melalui mutu,
-
19
harga yang sesuai, serta penyaluran produk yang tepat waktu sesuai pesanan yang
ditentukan .
Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah objek yang diteliti, karena
selama ini penelitian tentang komoditi ayam nenek broiler (grand parent stock)
belum ada, dan metode analisis yang digunakan juga masih jarang, serta terdapat
banyak perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Peneliti melakukan analisisnya
hampir ke seluruh jaringan supply chain yang terkait dengan PT Galur Prima
Cobbindo di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Tabel 6. Ringkasan Penelitian Terdahulu Tentang Supply Chain Management
Peneliti Topik Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian
Silvina Ibniyah 2002
Kajian Tehahadap Efisiensi Saluran Tataniaga Ayam Broiler
Data dan Instrumentasi Analisis Efisiensi Tataniaga yaitu Elastisitas Transmisi Harga dan Analisis Biaya dan Marjin Tataniaga
Mengetahui saluran tataniaga ayam broiler di PT. NA. Pemasaran produk terdiri dari pemasaran melalui inti dan menjual sendiri. Perusahaan berbentuk oligopsoni dan mengetahui tentang tataniaga yang paling efisien.
Aini 2005
Analisis Sistem Pasokan Sayur
Analisis Deskriptif dan Analisis Margin Pemasaran
Alokasi biaya terbesar dalam pengadaan barang dan distribusi adalah pengadaan bahan baku yang dilakukan secara kredit maupun secara tunai serta biaya transportasi. Total margin, dari tiga jenis sayur berada diatas 50 persen artinya konsumen mengeluarkan 90 persen biaya tambahan dari tiga harga jual petani.
Ardiansyah 2005
Manajemen supply chain bagian hulu susu pasteurisasi
Analisis Deskriptif Manajemen rantai penyediaan barang bagian hulu meliputi siklus yang berjalan dalam sistem jaringan organisasi.
Noviyanti 2005
Analisis Efisiensi SCM
Proses Hierarky
Analytic (PHA) Efisiensi supply chain dapai dicapai melalui kerjasama dengan perusahan bagian hulu dan hilir dengan lebih terstruktur.
-
20
BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Aktivitas Perusahaan
Pada saat ini perusahaan-perusahaan khususnya perusahaan agribisnis
berusaha agar mampu memenuhi tutuntutan permintaan dari konsumen.
Perusahaan atau indrustri berusaha agar dapat menghasilkan suatu produk atau
jasa dengan harga yang relatif murah tapi dengan kualitas produknya yang baik,
dengan demikian peningkatan suatu laba perusahaan akan meningkat, seiring
dengan meningkatnya permintaan kepuasan konsumen akan suatu produk yang
ditawarkan. Hal ini, tidak terlepas dari strategi suatu perusahaan didalam
melakukan pemasaran produknya serta berhubungan dengan kualitas kinerja
perusahaan didalam melakukan aktivitas perusahaannya.
Aktivitas pengadaan bahan oleh PT Galur Prima Cobbindo diantaranya
seperti, pengadaan bibit ayam nenek, pengadaan pakan, dan sebagainya,
merupakan aktivitas suatu perusahaan yang melibatkan organisasi lain di bagian
hulu (upstream supply chain management). Sedangkan proses produksi
merupakan aktivitas internal perusahaan atau (internal supply chain management)
dalam mengubah bahan berupa ayam DOC GPS tersebut, menjadi ayam GPS
produksi dalam menghasilkan bibit ayam sebar (parent stock). Aktivitas bagian
hilir (down stream supply chain management) yaitu berhubungan dengan proses
distribusi produk seperti pendistribusian DOC ayam sebar (parent stock) sampai
di tangan perusahaan breeder ayam sebar (parent stock). Semua kegiatan tersebut
merupakan rangkaian aktivitas supply chain management pada perusahaan
pembibitan ayam nenek atau grand parent stock broiler (Usman,2007).
Indrajit dan Djoko Pranoto (2002), menyatakan bahwa rantai pasokan
(Supply Chain) adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang
produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan
jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai
tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaaan atau
penyaluran barang tersebut.
-
21
Pertambahan umur pada ternak, termasuk pembibitan ayam GPS (grand
parent stock) merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
produktivitas ternak. Pola produksi ternak ayam GPS mengikuti suatu kurva
produksi tertentu, yaitu saat produksi pertama rendah lalu semakin meningkat
sejalan dengan bertambahnya umur ternak, kemudian mencapai produksi
maksimum hingga akhirnya mulai menurun pada kondisi terendah.
Ketika terjadinya suatu persaingan didalam suatu perusahaan, baik itu
karena adanya jumlah pesaing baru, persaingan harga produk, persaingan kualitas
produk, persaingan pelayanan terhadap konsumen dan sebagainya, semua itu
menuntut perusahaan untuk meningkatkan kualitas kinerjanya. Namun demikian,
tetap diakui bahwa ada masalah manakala perusahaan tersebut berhubungan
dengan perusahaan lain. Masalah yang muncul karena adanya penyekatan ketika
diterapkannya konsep supply chain management. Kegiatan perencanaan produksi,
distribusi, transportasi dilihat sebagai aktivitas yang terpisah satu sama lain.
Ketika konsumen semakin kritis, mereka menuntut penyediaan suatu
produk secara tepat tempat, tepat waktu. Perusahaan agribisnis yang antisipatif
akan hal tersebut akan mendapatkan pelanggan sedangkan perusahaan agribisnis
yang tidak antisipatif akan kehilangan pelanggannya. Supply chain management
menjadi satu solusi terbaik untuk memperbaiki tingkat produktivitas antara
perusahaan-perusahaan yang berbeda.
3.1.2. Konsep Supply Chain Management
Definisi supply chain management merupakan serangkaian pendekatan
yang diterapkan untuk mengintegrasikan pemasok, pengusaha, gudang
(warehouse) dan tempat penyimpanan lainnya secara efisien sehingga produk
dihasilkan dan didistribusikan dengan kuantitas yang tepat dan waktu yang tepat
untuk memperkecil biaya dan memuaskan kebutuhan pelanggan (Simchi-Levi et
al, 1999 dalam Indrajit dan Richardus, 2002). Selain itu, supply chain
management merupakan kegiatan pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka
memperoleh bahan mentah tersebut menjadi barang dalam proses barang setengah
jadi dan kemudian mengirimkan produk tersebut ke konsumen melalui sistem
distribusi (Heizer dan Rander, 2004 dalam Siagan,2005). Definisi lain dari Supply
-
22
cahain management adalah perencanaan, desain dan pengendalian terhadap aliran
informasi dan materi yang terdapat pada supply chain dalam rangka memenuhi
kebutuhan pelanggan dengan cara yang efisien saat ini dan untuk masa yang akan
datang (Schroder,2000 dalam Rangkuti, 2004). Jadi secara umum supply chain
management didefinisikan sebagai pendekatan sistem secara total untuk
mengelola seluruh aliran informasi, materi dan jasa mulai dari bahan baku yang
dipasok melalui pabrik, gudang sampai ke pelanggan (Chase, 1998 dalam
Rangkuti,2004).
Menurut Render dan Heizer (2001), Supply Chain Management adalah
mencakup keseluruhan interaksi antara supplier, perusahaan manufaktur,
distributor dan konsumen. Interaksi ini juga berkaitan dengan transportasi,
informasi penjadwalan, transfer kredit dan tunai, serta transfer bahan baku antara
pihak-pihak yang terlibat. Purnomo (2006), supply chain management merupakan
sekumpulan pendekatan yang digunakan untuk mengefisensikan integrasi
pemasok-pabikan-gudang-distributor-pengecer dalam memproduksi dan distribusi
pada kuantitas yang tepat, lokasi yang tepat, dan waktu yang tepat untuk
meminimalisasi seluruh biaya dan memenuhi kebutuhan tingkat konsumen.
Supply chain management menurut (Render dan Barry, 2001), merupakan
kegiatan pengolahan dalam memperoleh bahan mentah, barang dalam proses atau
barang setengah jadi dan, barang jadi yang kemudian barang tersebut dikirim
kepada konsumen melalui sistem distribusi. Pemikiran yang mendasari SCM
adalah pemfokusan pada pengurangan kebiasaan dan maksimisasi nilai pada rantai
pasokannya. Pengelolaan dalam rangka memperoleh bahan pakan dan pengadaan
DOC bibit termasuk didalalamnya aktivitas yang berhubungan dengan pengadaan
bahan baku dari supplier. Perusahaan sebagai konsumen bahan baku mempunyai
spesifikasi terhadap bahan baku yang dibelinya, spesifikasi tersebut berdasarkan
pertimbangan untuk tetap mempertahankan mutu dan harga produk yang
dihasilkan untuk mempertahankan kepuasan konsumen.
Perusahaan didalam menerapkan konsep SCM ini, sering menghadapi
masalah baik itu dari logistik, waktu dan masalah-masalah lain yang sering
dihadapi. Sehingga perusahaan harus berpikir bagaimana agar perusahaan tersebut
dapat mempertahankan eksistensi dan peningkatan efisiensi baik dari segi biaya,
-
23
peningkatan laba dan peningkatan kualitas dan kuantitas dari produk yang
dipasarkan di dalam era persaingan saat ini. Hambatan- hambatan lain yang sering
terjadi didalam pendistribusi barang oleh perusahaan, misalnya terjadinya
kemacetan lalu lintas yang menyebabkan terjadinya keterlambatan didalam
penyampaian produk kepada konsumen sehingga merupakan salah satu aktivitas
yang tidak memberikan nilai terhadap produk yang dikirimkan.
Perusahaan-perusahaan lokal kadang menjadi pesaing utama dalam
perusahaan. Perusahaan lokal biasanya berusaha bersaing dengan harga, mereka
biasanya berusaha menjual produk dan harga murah, walaupun secara kualitas
mereka tidak terlalu memperhatikan masalah mutu suatu produk. Perusahaan
harus siaga didalam mengadapi masalah tersebut, maka konsep SCM ini memiliki
peran yang sangat penting dalam mendukung kinerja suatu perusahaan untuk
mencapai tujuan perusahaan. Diantaranya dengan peningkatan mutu dan
pelayanan yang baik kepada distibutor maupun penjualan langsung kepada
konsumen.
Berikut Gambar 2 merupakan contoh rangkaian supply chain management
pada perusahaan manufaktur menurut Chopra dan Meindl (2001).
Gambar 2. Rangkaian Supply Chain Management pada Perusahaan Manufaktur Sumber : Chopra dan Meindl, 2001.
Supply chain management terdiri atas tiga elemen yang saling terikat satu
sama lain, yaitu:
1. Struktur jaringan supply chain
Jaringan kerja anggota dan hubungan dengan anggota supply chain lainnya.
2. Proses bisnis supply chain
Aktivitas-aktivitas yang menghasilkan nilai keluaran tertentu bagi pelanggan.
Supplier Manufacturer Distributor Retailer Customer
-
24
3. Komponen manajemen supply chain.
Variabel-variabel manajerial dimana proses bisnis disatukan dan disusun
sepanjang supply chain.
Pelaksanaan supply chain management meliputi pengenalan anggota
supp]y chain dengan siapa dia berhubungan, proses apa yang perlu dihubungkan
dengan tiap anggota inti dan, jenis penggabungan apa yang perlu diterapkan pada
setiap proses hubungan tersebut. Tujuannya adalah memaksimalkan persaingan
dan keuntungan bagi perusahaan dan seluruh anggotanya, termasuk pelanggan
akhir.
3.1.2.1. Siklus Pembelian (Procurement)
Kegiatan pengadaan bahan baku merupakan salah satu bagian dari jaringan
kerja supply chain management yang memerlukan penanganan khusus sehingga
diperoleh bahan baku yang bermutu baik, harga murah, jumlah sesuai kebutuhan,
dan pengiriman produk dengan waktu tepat dan terjadwal. Harga pembelian bahan
baku merupakan salah satu faktor penting yang akan berpengaruh terhadap input
produksi perusahaan didalam pengadaan bahan baku.PT Galur Prima Cobbindo
mengimpor bibit ayamnya dari luar negeri yaitu dari Amerika Serikat, sedangkan
pengadaan bahan baku pakan didatangkan dari PT Cargill Indonesia. Heizer dan
Render (2001), mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan pembelian adalah
suatu kegiatan pemerolehan bahan baku atau jasa sehingga memperoleh peluang
yang besar untuk pengurangan biaya dan peningkatan mutu margin kontribusi.
Siklus pengadaan bahan baku terjadi pada bagian produksi dengan
supplier yang mencakup seluruh proses yang dibutuhkan untuk memenuhi
ketersediaan bahan baku dalam proses produksinya.
-
25
Gambar 3. Siklus Pengadaan Bahan Sumber: (Chopra dan Meindl, 2001)
Pada Gambar 3 dapat dilihat, bahwa pemesanan bahan baku yang
dilakukan oleh perusahaan adalah berdasarkan jadwal produksi dan kebutuhan
perusahaan akan bahan baku tersebut. Kemudian perusahaan mengirimkan
informasi pembelian kepada supplier untuk mengatur penjadwalan pengiriman
bahan baku yang dipesan hingga akhirnya bahan baku dapat diterima oleh
perusaahaan.
3.1.2.2. Proses Pengendalian Mutu
Suatu produk dibuat untuk memenuhi kebutuhan dalam berbagai kondisi
produksi sehingga keragaman mutu sangat mungkin terjadi. Keragaman mutu
pada komoditi hasil peternakan misalnya tergantung dari faktor kesehatan ternak,
makanan ternak, dan lingkungan ternak. Sifat mutu yang dinamis memerlukan
pendefinisian yang jelas mengenai karakteristik bahan baku agar dapat memenuhi
standar kebutuhan. Pendefinisian ini selanjutnya diimplementasikan dalam suatu
ukuran batas mutu yang akan memberikan kepuasan bagi semua pihak. Produk
atau bahan baku yang memiliki mutu di bawah garis batas mutu yang telah
ditetapkan disebut produk lewat mutu (off grade product). Bahan baku atau
produk yang sesuai dengan batas mutu disebut mutu minimal. Sedangkan untuk
mutu bahan baku yang berada di atas batas mutu akan terbagi pada kelas-kelas
mutu (grade).
Dalam arti yang luas mutu atau kualitas bersifat subyektif. Suatu barang
yang bermutu baik bagi seseorang, belum tentu bermutu menurut orang lain.
Sehingga perusahaan mencoba memberikan batasan yang dapat diterima oleh
Pesanan Berdasarkan Jadwal Produksi atau Kebutuhan Perusahan
Penerimaan Bahan Baku di perusahaan
Penanganan dan Pengiriman Bahan Baku
Penjadwalan Pengadaan dari Supplier
-
26
kalangan yang berkepentingan. PT Galur Prima Cobbindo dalam memberikan
batasan stadar kualitas mutunya menggunakan ISO 9000.
Penentuan mutu akan dipengaruhi oleh unsur kriteria mutu. Segala sesuatu
yang ada pada komoditas, akan langsung mempengaruhi nilai pemuas atau nilai
manfaat pada komoditas tersebut. Secara umum mutu dapat dikelompokkan dalam
tiga kategori, yaitu: sifat mutu, parameter mutu, dan faktor mutu. Sifat mutu yaitu
sifat-sifat yang yang langsung dapat diamati, dianalisa, atau diukur dari bahan
baku atau produk. Sifat ini dapat diukur dengan dilihat secara langsung. Parameter
mutu adalah besaran yang mencirikan beberapa sifat umum mutu bibit, yang
diturunkan dari beberapa pengukuran sifat fisik. Faktor mutu adalah hal yang
tidak dapat diukur atau diamati secara langsung dari suatu komoditi atau bahan
tetapi mempunyai pengaruh langsung terhadap mutu.
Tidak semua unsur mutu dapat digunakan untuk mencirikan mutu bahan
baku atau produk dalam praktek pengendalian mutu. Praktek dalam pengendalian
mutu hubungannya dengan standarisasi dan pengkelasan mutu, hanya beberapa
unsur mutu yang digunakan. Unsur mutu dalam perusahaan pembibitan ini
membutuhkan tingkat ketelitian dan perhatian yang cukup besar oleh perusahaan,
tujuannya agar meningkatkan kualitas mutu produk perusahaan pembibitan
tersebut.
Kepentingan peningkatan mutu dalam suatu organisasi atau perusahaan
akan berdampak pada banyak hal, tidak hanya terhadap mutu produk yang akan
dihasilkan tetapi juga pada keseluruhan performa perusahaan itu sendiri. Konsep
ini terangkai sebagai suatu mata rantai yang digagas oleh Deming dikutip oleh
Rampersad (2001), dalam Gambar 4.
Ternyata tuntutan peningkatan mutu atau kualitas tidak hanya diharapkan
oleh konsumen, tetapi perusahaan sebagai penghasil produk juga merasakan
dampaknya. Jika pengendalian mutu dilakukan secara baik dalam suatu
perusahaan, maka perusahaan akan dapat meningkatkan tingkat efisiensi waktu,
kuantitas bahan, dan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk.
-
27
Gambar 4. Deming Chain Reaction Sumber: Rampersad, (2001)
Proses pengendalian dan peningkatan mutu oleh perusahaan diantaranya
dengan menerapkan proses sanitasi sebelum masuk perusahaan baik itu terhadap
karyawan maupun tamu yang akan masuk kedalam perusahaan tersebut,
penyeleksian genetik, penyeleksian produk dan sebagainya. Kemudian yang
berhubungan dengan teknologi yang digunakan dalam kegiatan perusahaan,
diataranya untuk impor DOC (day old chick) dari Amerika dengan menggunakan
kapal yang dilengkapi pengaturan suhu, sehingga ayam tersebut merasa nyaman
dan tidak stress, serta fasilitas lain perusahaan memadai, diantaranya dengan
menggunakan mobil pengangkut ayam bibit, yang dilengkapi dengan pengatur
suhu, dengan demikian kualitas produk tersebut dapat terus terjaga.
3.1.2.3. Proses Pengendalian Harga
Dalam proses pengadaan bahan baku ada beberapa komponen biaya yang
diperhitungkan sehingga akan berpengaruh terhadap peningkatan biaya input
bahan baku. Komponen biaya yang diperhitungkan dalam proses pengadaan
Peningkatan Mutu/ Kualitas
Pengurangan biaya atas pengerjaan ulang, kesalahan yang lebih sedikit, keterlambatan dan penundaan yang lebih kecil dan penggunaan waktu dan
bahan yang efisien
Peningkatan Produktivitas
Meningkatkan kualitas yang lebih baik dan harga yang lebih rendah (kompetitif)
Bertahan di Persaingan Bisnis
Penyediaan lapangan kerja yang stabil dan membuka kesempatan kerja baru
-
28
bahan baku tersebut adalah biaya inspeksi, biaya bongkar muat, biaya telepon dan
biaya administrasi.
Hermanto (1992), salah satu tujuan dari pokok akuntansi biaya adalah
untuk penentuan harga pokok produk dan rugi laba periodik. Mulyadi (1992),
mengemukakan bahwa dalam suatu perusahaan yang berproduksi secara massa,
informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu yang
bermanfaat bagi manajemen untuk: (a) menentukan harga jual produk, (b)
memantau realisasi biaya produksi, (c) menghitung laba atau rugi periodik (d)
menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang
disajikan dalam neraca.
Hermanto (1992) mengemukakan dalam proses penentuan harga pokok
atau perhitungan biaya untuk melaksanakan suatu kegiatan disebut costing. Proses
itu sendiri harus dilakukan secara sistematis yang meliputi tahap-tahap, sebagai
berikut:
a) Penggolongan Biaya
Menurut Mulyadi (1992) biaya dapat digolongkan menurut : (1) objek
keluaran, (2) fungsi pokok dalam perusahaan, (3) hubungan dengan sesuatu yang
dibiayai, (4) perilaku biaya dalam hubungan dengan perubahan volume kegiatan.
Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan, dikelompokan
menjadi tiga kelompok yaitu: (1) biaya produksi, (2) biaya pemasaran, (3) dan
biaya administrasi umum.
Komponen-komponen biaya produksi serta unsur biaya yang perlu
diperhitungkan dalam masing-masing komponen biaya tersebut, diataranya.
1. Biaya Bahan
Biaya Bahan dapat digolongkan kedalam biaya bahan baku dan bahan
penolong. Biaya bahan baku meliputi harga pokok semua bahan yang dibutuhkan
untuk proses pertumbuhan bibit ayam nenek broiler (grand parent stock) tersebut
sehingga dengan mudah dilihat produk jadinya yaitu berupa ayam sebar (parent
stock) yang dijual kepada konsumen. Bahan baku diantaranya, bibit atau DOC
ayam nenek, bibit tersebut di impor langsung dari Amerika, bibit yang di impor
dari Amerika tersebut dikenal dengan nama great grand parent stock (GGPS).
Pakan merupakan salah satu bahan baku yang dibutuhkan dalam proses produksi,
-
29
pasokan pakan tersebut diperoleh dari PT. Cargill Indonesia, perusahaan ini
menjadi pemasok kuat untuk perusahaan PT. Galur Prima, karena perusahaan
pembibitan ini hanya dipasok pakan dari satu perusahaan saja, maka ini menjadi
pertimbangan bagi perusahaan terhadap harga, apakah akan lebih menguntungkan
atau menjadikan masalah bagi perusahaan.
2. Biaya Tenaga Kerja
Salah satu elemen biaya produksi yang penting adalah biaya atau
pengorbanan yang terjadi dalam hubungannya dengan penggunaan jasa tenaga
kerja atau karyawan. Jasa tenaga kerja atau karyawan, baik berupa kegiatan fisik
maupun mental diperlukan untuk mengkonversikan bahan baku menjadi produk
akhir, dengan atau tanpa bantuan mesin-mesin produksi. Untuk jasa tenaga kerja
tersebut perusahaan harus membayar sejumlah biaya yang disebut dengan biaya
tenaga kerja. Sumber daya manusia berupa tenaga kerja yang dipergunakan pada
perusahaan ini, hampir semuanya mempergunakan tenaga kerja lokal, hal ini bisa
menjadi keuntungan juga bisa menjadi masalah untuk perusahaan, karena
terbentur kemampuan kualitas tenaga kerja lokal yang belum maksimal.
3. Biaya Overhead
Biaya overhead pada perusahaan PT Galur Prima Cobbindo ini merupakan
elemen biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja, terdiri dari
berbagai macam biaya dan semuanya tidak dapat ditelusuri secara langsung
kepada produk atau aktivitas lainnya dalam upaya perusahaan untuk
merealisasikan pendapatan. Biaya tersebut salah satunya adalah biaya upah
langsung, dan biaya dasar jam kerja mesin.
b) Pengumpulan Biaya Produksi
Menurut Mulyadi (1991), pada dasarnya kegiatan memproduksi suatu
produk dibagi menjadi dua macam yaitu memproduksi atas dasar pesanan dan
memproduksi secara masa atau berkelanjutan. Perusahaan menjual produknya
berupa bibit atau DOC ayam sebar, ayam tersebut berasal dari hasil penetasan
ayam nenek pada perusahaan peternakan ayam sebar tersebut berdasarkan atas
pesanan dari pihak luar.
-
30
Biaya infeksi dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka melakukan
pengujian mutu bahan baku sebelum diterima oleh perusahaan. Komponen biaya
ini sifatnya mutlak diperhitungkan oleh perusahaan karena menyangkut
implementasi manajemen mutu total pada seluruh tahapan yang terlibat dalam
proses menghasilkan produk yang siap dipasarkan kepada konsumen. Biaya
bongkar muat merupakan salah satu komponen biaya yang mempengaruhi harga
input bahan baku baik itu DOC ataupun pakan ayam itu sendiri terhadap
peningkatan biaya input bahan baku.
Biaya telepon merupakan salah satu komponen biaya yang dikeluarkan
oleh perusahaan, diantaranya dalam proses pemesanan bahan baku, koordianasi
dengan kantor pusat, dan interaksi dengan perusahaan lain yang berfungsi sebagai
konsumen. Sedangkan biaya administrasi pembelian merupakan biaya yang
dikeluarkan untuk proses surat-menyurat yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam
proses pengadaan bahan baku.
3.1.2.4. Pengendalian Waktu
Pada sistem SCM sangat perlu diperhatikan mengenai masalah efisiensi
waktu. Analisis waktu merupakan segala tingkah laku perusahaan yang bertujuan
untuk mempelajari pelaksanaan selama penyelenggaraan proyek. Setiap kegiatan
dapat diterapkan skala prioritasnya dengan analisis waktu, sehingga apabila terjadi
perubahan waktu pelaksanaan kegiatan segera dapat diperkirakan sebab akibatnya
sehingga keputusan dapat segera diambil (Ali, 1995). Penetapan skala prioritas
atas kegiatan dalam suatu proyek, dilakukan analisis jaringan kerja terlebih
dahulu, bertujuan untuk membatu perusahaan dalam mengidentifikasi kegiatan
yang bersifat kritis dan tidak kritis dalam suatu proyek.
Manajemen waktu yang efektif adalah mampu menjawab permintaan
produk dari konsumen pada saat yang tepat (just in time). Proses pengerjaan
produk pesanan dari distributor dituntut secepat mungkin dengan perencanaan
sesuai dengan keperluan. Data yang telah ditabulasikan selanjutnya disiapkan
sesuai dengan keperluan pengolahan data. Pengolahan data yang dilakukan
dengan menggunakan Microsof Excel. Untuk data yang bersipat kualitatif yang
-
31
berasal dari internal maupun eksternal perusahaan selanjutnya diolah dan
kemudian disajikan dalam bentuk deskriptif.
3.1.2.5. Konsep Critical Path Method
Menurut Sutomo (1997), critical path method adalah sebuah alat
managemen yang memungkinkan untuk lebih luas dan lengkap dalam
perencanaan dan pengawasan suatu proyek. Pada prinsipnya suatu proyek
merupakan kumpulan dari banyak aktivitas yang saling bergantungan.
Perencanaan sebuah kegiatan secara umum didefinisikan sebagai suatu rangkaian
kegiatan-kegiatan, yang mempunyai saat permulaan dan yang harus dilaksanakan
serta diselesaikan untuk mendapatkan suatu tujuan tertentu. Biasanya yang
dimaksudkan dengan tujuan tertentu merupakan sebuah ujung akhir, baik
dipandang logika maupun waktu. Untuk pengawasan suatu proyek, ada beberapa
faktor yang harus diperhatikan. Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Rencana, yang harus berdasar pada pengertian yang teliti dan tepat pada
waktu, untuk menentukan kegiatan-kegiatan apa yang harus dilaksanakan atau
dikerjakan serta logika ketergantungan satu sama lain.
2. Waktu, baik yang mengenai masing-masing kegiatan maupun yang mengenai
proyek keseluruhan.
3. Sumber Daya, diantaranya sumberdaya manusia, equipment, dan material
yang diperlukan.
4. Biaya, mencakup seluruh biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan tersebut.
Menurut Johannes Supranto (1988), Critical Path Method merupakan
suatu teknik yang berguna untuk menyusun perencanaan, penjadwalan, dan
pengawasan atau pengontrolan proyek. CPM pada dasarnya merupakan metode
berorientasikan waktu, yang artinya bahwa metode tersebut akan berakhir dengan
penjadwalan waktu (a time schedule). CPM juga dinamakan teknik penjadwalan
proyek (project schedulling technique) yang terdiri dari tiga tahapan yaitu
perencanaan, penjadwalan, dan pengawasan.
Perkiraan waktu untuk aktivitas perusahaan ditentukan dengan diagram
jaringan kerja (Network) yang dinyatakan dengan anak gambar panah, dimulai
dari anak panah yang menunjukan kegiatan (activity) awal perusahaan hingga
-
32
menunjukan kegiatan akhir perusahaan. Waktu kegiatan pelaksanaan setiap event
dalam jaringan kerja supply chain management diperhitungkan berdasarkan waktu
optimistis, realistis, waktu pesimis dan waktu rata-rata. Ilustrasi waktu dapat
dilihat pada Gambar 5 berikut ini.
X1
T1
X2
T2
Gambar 5. Ilustrasi