Ayam Nenek

118
KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KOMODITI AYAM NENEK (GRAND PARENT STOCK BROILER) DI PT. GALUR PRIMA COBBINDO SUKABUMI WEMVI RISYANA A14105621 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

description

luar biasa

Transcript of Ayam Nenek

  • KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

    KOMODITI AYAM NENEK (GRAND PARENT STOCK BROILER)

    DI PT. GALUR PRIMA COBBINDO SUKABUMI

    WEMVI RISYANA

    A14105621

    PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

    FAKULTAS PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2008

  • RINGKASAN

    WEMVI RISYANA, Kinerja Supply Chain Management Ayam Nenek (Grand Parent Stock), Studi Kasus di PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi. Di Bawah Bimbingan Ibu EKA INTAN KUMALA PUTRI.

    Konsumsi daging dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini berhubungan dengan kesadaran masyarakat yang menyadari akan semakin penting mengkonsumsi daging, sehingga menjadi peluang untuk perusahaan peternakan dalam memenuhi permintaan masyarakat akan kebutuhan daging. PT Galur Prima Cobbindo sebagai perusahaan peternakan penghasil bibit induk DOC grand parent stock, sangat mempengaruhi terhadap kualitas mutu untuk perusahaan pembibit parent stock dalam menghasilkan ayam komersial untuk dikonsumsi dagingnya oleh masyarakat. Perusahaan terus meningkatkan efisiensi dalam mata rantai kegiatan bisnisnya. Penelitian yang dilakukan di PT Galur Prima Cobbindo bertujuan untuk menganalisis mekanisme di PT Galur Prima Cobbindo dalam menjamin ketersediaan bahan baku dan bahan penolong dari pemasoknya dengan menggunakan alternatif supply chain management (SCM), yang kedua bertujuan untuk menganalis pola rantai pasokan (supply chain) komoditi bibit GPS dari perusahaan peternakan ini hingga ke tingkat konsumen atau perusahaan pembibitan ayam sebar atau parent stock (PS), dan tujuan ketiga adalah untuk mengkaji manfaat dan kendala yang dihadapi perusahaan apabila menggunakan SCM sebagai alternatif untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Secara keseluruhan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja perusahaan dalam meningkatkan daya saing perusahaan dengan menggunakan alternatif supply chain management. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, adalah menggunakan metode deskriptif dan kuantitatif serta metode critical path method dalam menganalisis aktivitas perusahaan. Hasil penelitian ini diantaranya adalah berdasarkan analisis procurentment yang meliputi aspek mutu, aspek harga dan aspek waktu, bagi PT Galur Prima Cobbindo dalam melakukan pengendalian mutunya. Penyeleksian genetik merupakan salah satu bentuk pengendalian mutu oleh perusahaan. Tipe ayam yang dibudidayakan yaitu Cobb 500 jenis grand parent stock. Tujuan dari penyeleksian genetik yang dilakukan oleh perusahaan adalah untuk mendapatkan ayam jenis parent stock yang berkualitas baik. Ayam parent stock yang berkualitas baik tersebut dihasilkan dari male line dan female line pilihan yang sudah diseleksi. Male line (jalur jantan) terdiri dari ayam jantan (male line male) dan ayam betina (male line female). Jalur ini khusus untuk memproduksi ayam jantan parent stock. Ayam betina yang dihasilkan dari jalur ini dianggap by product. Female line (jalur betina) terdiri dari ayam jantan (female line male) dan ayam betina (female line female). Penyeleksian berikutnya adalah dengan penyeleksian melalui anatomi dan fisiologi. Keberhasilan pada unit penetasan (hatchery) ditentukan oleh persentase daya tetas (hatchability) atau persentase jumlah telur yang menetas dari total telur yang ditetaskan (setting), rata-rata jumlah telur yang dihasilkan PT Galur Prima Cobbindo perhari adalah 6055 telur, dengan jumlah telur yang berhasil ditetaskan

  • 1

    sebanyak 5005 telur perhari dan jumlah telur yang gagal tetas sebanyak 1050 telur sehingga keberhasilan unit penetasan 82,7%. Hatchability banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor yang disebabkan oleh breeding farm dan faktor yang disebabkan oleh hatchery.

    Hasil analisis harga menunjukan bahwa terdapat selisih harga antara harga pembelian aktual dengan harga analisis yang dilakukan dengan aplikasi supply chain management. Harga beli GPS adalah sebesar 22 USD atau Rp.220.000,- ,dan harga jual output berupa ayam parent stock (PS) yaitu sebesar Rp. 27.000,- per ekor. Dengan aplikasi supply chain management terdapat biaya-biaya yang dapat dikendalikan oleh perusahaan salah satunya komponen yang berhubungan dengan pengadaan, yaitu biaya telepon dan administrasi. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan kesepakatan atau kontrak kerja sama dengan supplier pada awal periode, sehingga biaya yang terjadi akibat biaya interaksi dapat dihilangkan. Harga aktual untuk bahan baku bibit DOC GPS untuk bulan Januari 2007 adalah sebesar Rp.202.300 per ekor sedangkan harga SCM adalah sebesar R.202.143 per ekor, sedangkan untuk harga aktual bahan baku pakan untuk bulan Januari adalah sebesar Rp.2.250/kg sedangkan harga SCM adalah sebesar Rp.2.184/kg. Rata-rata selisih harga pembelian bahan baku setelah adanya implementasi procurenment supply chain cost untuk bahan baku bibit DOC GPS adalah sebesar Rp.157 per ekor sedangkan untuk bahan baku pakan adalah sebesar R.66/kg. Perusahaan dalam satu tahun dapat melakukan penghematan biaya pembelian bahan baku bibit DOC GPS sebesar Rp.13.188.000. dan penghematan pembelian biaya pakan sebesar Rp.13.200.264.Sehinggga total penghematan biaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam melakukan pembelian bahan baku bibit DOC GPS dan pembelian bahan baku pakan yaitu sebesar Rp 26.388.264.

    Analisis jaringan kerja atau critical path method dengan proses supply chain management, dalam aktivitas perusahaan mulai dari pengadaan bahan baku hingga menghasilkan outputnya. Perusahaan mempunyai kapasitas mesin penetasan sebanyak 20.000 ekor. Perusahaan dapat menghasilkan output sebanyak 6055 telur perhari dan jumlah telur yang berhasil ditetaskan sebanyak 5005 telur perhari atau mencapai 181.650 per bulan. Total waktu optimis paling cepat yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam menghasilkan outputnya berupa ayam bibit DOC PS adalah sebesar 7301,32 jam dan total waktu optimis saat paling lambat sebesar 7309,32. Sedangkan untuk total waktu realistis paling cepat adalah sebesar 7341,40 jam dan total waktu realistis paling lambat sebesar 7343,40 jam. Total waktu pesimis saat paling cepat sebesar 7388,25 jam dan total waktu pesimis saat paling lambat sebesar 7390,25 jam.

  • KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

    KOMODITI AYAM NENEK (GRAND PARENT STOCK BROILER)

    DI PT. GALUR PRIMA COBBINDO SUKABUMI

    SKRIPSI

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

    Pada Fakultas Pertanian

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    Oleh

    Wemvi Risyana

    A14105621

    PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

    FAKULTAS PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2008

  • Judul : KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KOMODITI AYAM

    NENEK (GRAND PARENT STOCK) DI PT GALUR PRIMA

    COBBINDO SUKABUMI

    Oleh : WEMVI RISYANA

    NRP : A14105621

    Menyetujui, Dosen Pembimbing Skripsi

    Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, M.Si NIP. 131 918 659

    Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

    Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

    Tanggal Lulus :

  • PERNYATAAN

    DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI YANG

    BERJUDUL KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KOMODITI

    AYAM NENEK (GRAND PARENT STOCK) DI PT GALUR PRIMA

    COBBINDO SUKABUMI ADALAH BENAR MERUPAKAN KARYA

    SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIPUBLIKASIKAN DI

    PERGURUAN TINGGI MANAPUN.

    Bogor, November

    2008

    Wemvi Risyana

  • RIWAYAT PENULIS

    Wemvi Risyana dilahirkan pada tanggal 6 Juli 1985 di Sukabumi. Putra

    dari pasangan Bapak Jamiat dan Ibu Aat Mulyati. Penulis merupakan anak kedua

    dari tiga bersaudara.

    Pendidikan dasar penulis diselesaikan selama enam tahun di Sekolah

    Dasar Negeri III Kalapanunggal. Kemudian melanjutkan sekolah lanjutan tingkat

    pertama di SLTPN I Kalapanunggal selama tiga tahun. Kemudian menyelesaikan

    sekolah lanjutan tingkat atas selama tiga tahun di SMUN I Cicurug. Setelah lulus,

    penulis diterima di Program Diploma III Teknisi Peternakan, Fakultas Peternakan,

    Institut Pertanian Bogor. Pendidikan ini ditempuh penulis selama 3 tahun dan

    lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Program

    Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

    Bogor.

    Penulis saat ini sedang bekerja di Hotel Salak The Heritage Bogor sebagai

    Staff Operasional.

  • KATA PENGANTAR

    Penulis mengucapkan syukur kehadirat Allah. SWT, atas segala rahmat

    dan hidayahnya telah memberikan kesabaran dan kekuatan sehingga dapat

    menyelesaikan skripsi ini, dengan judul Kinerja Supply Chain Management

    Komoditi Ayam Nenek (Grand Parent Stock) Di PT Galur Prima Cobbindo

    Sukabumi yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan

    Program Sarjana pada Program Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas

    Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

    Ruang lingkup skripsi terdiri dari manajemen pengadaan bahan

    (procurement), manajemen pengendalian harga, manajemen pengendalian mutu

    dan jumlah, serta jaringan kerja Supply Chain Management.

    Penulis sebagai makhluk yang tidak luput dari salah dan dosa, tentunya

    dalam penulisan ini masih banyak kekurangan. Saran dan kritik yang bersifat

    membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan tulisan ini. Penulis

    berharap dengan adanya skripsi ini dapat memberikan wawasan baru mengenai

    supply chain management dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

    Bogor, November 2008

    Penulis

  • UCAPAN TERIMA KASIH

    Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Ibu Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri. MS. Selaku dosen Pembimbing saya

    yang telah meluangkan waktu didalam kesibukan beliau yang sangat tinggi

    untuk memberikan bimbingan dengan penuh perhatian dan kesabaran

    dalam pembuatan skripsi ini.

    2. Ibu Dr. Ir. Rita Nurmalina, Ms. Sebagai Dosen penguji utama yang telah

    memberikan masukan demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.

    3. Ibu Narni Farmayanti, Msc. Selaku dosen penguji wakil dari departemen

    yang telah memberikan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

    4. Bapak Gandhi selaku manager Hatchery dan Umum, seluruh staff dan

    karyawan PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi yang telah memberikan

    kesempatan dan bantuan dalam penelitian ini.

    5. Kepada kedua orang tuaku Bapa Jamiat dan Ibuku ibu Aat Mulyati, yang

    telah memberikan moril dan motivasi selama penulis menyelesaikan

    skripsi ini.

    6. Kepada istriku Nurul Andelisa dan anakku Saskiya Azarin, yang telah

    memberikan Doa dan spirit kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

    skripsi ini.

    7. Kepada kakak dan adikku Jemi Anandeska dan Resti Widiyanti, yang telah

    memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

    8. Kepada Mertuaku Bp. Ir. Aminuddin. MM dan Ibu Rohmania, yang telah

    memberikan dukungan kepada penulis.

    9. Teman-temanku Zacky, Akbar, Eko, Igor, dan semua teman-teman ektensi

    angkatan-13 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah

    memberikan dukungan kepada penulis.

    Kami menyadari akan segala keterbatasan sehingga skripsi ini tidak luput

    dari kekurangan. Dan seperti pepatah mengatakan Tiada Gading yang tak retak

    maka dengan segala kerendahan hati bahwa skripsi ini masih kurang dari

    sempurna.

  • DAFTAR ISI Halaman

    RINGKASAN...........................................................................................

    KATA PENGANTAR ............................................................................

    DAFTAR ISI ................................................................................................

    DAFTAR TABEL .........................................................................................

    DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

    DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... BAB I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang...............................................................................1.2. Perumusan Masalah ................................................................1.3. Tujuan Penelitian ...........................................................................1.4. Manfaat Penelitian .........................................................................1.5. Ruang lingkup Penelitian ...............................................................

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Komoditas Ayam Broiler ...............................................................2.1.1. Sejarah Ayam Broiler.........................................................2.1.2. Ayam Bibit.........................................................................2.1.3. Usaha Peternakan Pembibitan Ayam Nenek Broiler ...........2.1.4. Faktor-Faktor Produksi.......................................................

    2.1.4.1. Bibit Ayam .............................................................2.1.4.2. Pakan Ayam ...........................................................2.1.4.3. Obat-Obatan dan Vaksin.........................................2.1.4.4. Tenaga Kerja ..........................................................2.1.4.5. Perkandangan .........................................................

    2.2. Penelitian Terdahulu ................................................................2.2.1. Ayam Broiler ................................................................2.2.2. Supply Chain Management.................................................

    BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

    3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis..........................................................3.1.1. Aktivitas Perusahaan ..........................................................3.1.2. Konsep Supply Chain Management ................................

    3.1.2.1. Siklus Pembelian (Procurement).............................3.1.2.2. Proses Pengendalian Mutu ................................3.1.2.3. Proses Pengendalian Harga ................................3.1.2.4. Proses Pengendalian Waktu ................................3.1.2.5. Konsep Critical Path Method................................

    3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ...................................................

    i iv vi viii ix x 1 4 6 6 6 7 7 7 8 9 9 10 13 13 14 16 16 17

    20 20 21 24 25 27 30 31 33

  • 1

    BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN

    4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian..........................................................4.2. Jenis dan Sumber Data................................................................4.3. Teknik Pengumpulan Data .............................................................4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ...........................................

    4.4.1. Analisis Mekanisme Pengadaan dan Pemasokan.................4.4.2. Analisis Mekanisme Pengendalian Mutu ............................4.4.3. Analisis Pengendalian Harga ... 4.4.3. Analisis Jaringan Kerja (Critical Path Method) ..................

    BAB V. GAMBARAN UMUM PT GALUR PRIMA COBBINDO

    5.1. Sejarah Singkat Perusahaan ...........................................................5.2. Visi dan Misi Perusahaan...............................................................5.3. Lokasi Perusahaan .........................................................................5.4. Struktur Organisasi Perusahaan .....................................................5.5. Produk PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi ................................

    BAB VI. MEKANISME SCM PT GALUR PRIMS COBBINDO

    6.1. Perusahaan Supplier PT Galur Prima Cobbindo .............................6.1.1.Cobb Amerika................................................................6.1.2. PT Cargill Indonesia...........................................................

    6.2. Perusahaan Konsumen PT Galur Prima Cobbindo..........................

    BAB VII. ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

    7.1. Analisis Procurement Ayam Nenek atau Grand Parent Stock................................................................................................

    7.1.1. Analisis Mutu Ayam Nenek (Grand Parent Stock) .............7.1.1.1. Tahap Seleksi Persilangan Genetika........................7.1.1.2. Penyeleksian Melalui Anatomi dan Fisiologi ..........7.1.1.3. Penyeleksian Melalui Manajemen Penetasan ..........

    7.1.2. Analisis Harga................................................................7.1.3. Analisis Deskripsi Jumlah ..................................................

    7.2. Analisis Critical Path Method........................................................7.2.1. Analisis Waktu Optimis .....................................................7.2.2. Analisis Waktu Realistis.....................................................7.2.3. Analisis Waktu Pesimis ......................................................

    7.3. Manfaat dan Kendala Supply Chain Management .......................... BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

    8.1. Kesimpulan....................................................................................8.2. Saran .............................................................................................

    DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

    37 37 38 38 38 39 40 40 45 45 46 46 48 50 50 50 51 56 57 57 60 61 62 65 68 74 78 80 82 85 86 87

  • 2

    DAFTAR TABEL Halaman

    Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12 Tabel 13 Tabel 14 Tabel 15 Tabel 16

    Populasi Ayam Broiler Grand Parent Stock (GPS) dan Parent Stock (PS) ....................................................................................... Beberapa Negara Produsen Ayam Broiler dan Strain yang dipasarkan........................................................................................ Kandungan Pakan Broiler Breeder Starter....................................................... Kandungan Pakan Broiler Breeder Layer......................................................... Kandungan Pakan Broiler Breeder Grower...................................................... Ringkasan Penelitian Terdahulu Tentang Supply Chain Management .............. Jumlah Karyawan PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi Tahun 2008 Tingkat Pendidikan Karyawan PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi. Hubungan Berat Telur Yang Ditetaskan Dengan Berat DOC . Contoh Performa Ayam Broiler Breeder (Grand Parent Stock)........................ Data Pasokan Ayam by product oleh PT Galur Prima Cobbindo Kepada PT Sido Agung Maret 2007-Maret 2008 ............................................. Hasil Analisis Harga Pembelian Bahan Baku bibit DOC GPS.......................... Hasil Analisis Harga Pembelian Bahan Baku Pakan................................ Hubungan Jaringan Kerja Supply Chain Management Grand Parent Stock di PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi..................................................

    Waktu Penyelesaian Setiap Aktivitas Proses Produksi PT Galur Prima Cobbindo, Sukabumi ................................................................ Waktu SPCi, SPLi, SPCj dan SPLj untuk Kegiatan Supply Chain Management di PT Galur Prima Cobbindo Berdasarkan Waktu Optimis.................................................................................................

    1 8 11 12 12

    19

    47 47 54 58 60 64 65 70 73 75

  • 3

    Tabel 17 Tabel 18

    Waktu SPCi, SPLi, SPCj dan SPLj untuk Kegiatan Supply Chain Management di PT Galur Prima Cobbindo Berdasarkan Waktu Realistis................................................................................................ Waktu SPCi, SPLi, SPCj dan SPLj untuk Kegiatan Supply Chain Management di PT Galur Prima Cobbindo Berdasarkan Waktu Pesimis.................................................................................................

    79 81

  • 4

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Gambar 10. Gambar 11. Gambar 12. Gambar 13. Gambar 14.

    Tiga Komponen Konsep Farm Ayam Ras Broiler............................

    Rangkain Supply Chain Management Pada Perusahaan Manufaktur................. Siklus Pengadaan Bahan (Procurenment) ........................................................ Deming Chain Reaction .................................................................................. Ilustrasi Waktu Pelaksanaan Kegiatan Proyek .................................................. Kerangka Operasional Penelitian ................................................................ Skema Penentuan Kegiatan Proyek Saat Paling Cepat dan Saat Paling Lambat Beberapa Kegiatan ...................................................... Skema Penentuan Kegiatan Proyek Saat Paling Cepat dan Saat Pa- Ling Lambat diluar Satu Kegiatan.................................................... Skema Penentuan Kegiatan Proyek Saat Paling Cepat dan Saat Paling Lambat keluar dari Beberapa Kegiatan .................................... Skema Alur Supply Chain Grand Parent Stock PT Galur Prima Cobbindo .................................... Mekanisme Produksi Supply Chain Aktivitas Perusahaan ..... Penyeleksian Genetik PT Galur Prima Cobbindo. Sukabumi ............................ Rata-rata Pasokan Ayam Sebar atau Parent Stock Periode Tahun 2007 ..................................................................................................... Alur Jaringan Kerja SCM PT Galur Prima Cobbindo .........

    3 23 25 27 32 36 42 43 43 53 55 59 67 71

  • 5

    DAFTAR LAMPIRAN Halaman

    Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13

    Struktur Organisasi PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi ................................ Denah Lokasi PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi................................

    Diagram Perbandingan Nilai Aktual dan SCM Dalam Pengadaan Bahan Baku DOC PT Galur Prima Cobbindo............ Diagram Perbandingan Nilai Aktual dan SCM Dalam Pengadaan Pakan PT Galur Prima Cobbindo ............................ Nama Perusahaan Konsumen Tetap PT Galur Prima Cobbindo........................ Standar Performa Produksi Mingguan Ayam Cobb 500 Breeder GPS .............................................................................................. Data Jumlah Populasi Kandang PT Galur Prima cobbindo.......... Kuisioner Penelitian..................................................................... Gambar Model CPM Supply Chain Management PT. Galur Prima Cobbindo dengan Waktu Optimis ................................... Gambar Model CPM Supply Chain Management PT. Galur Prima Cobbindo dengan Waktu Optimis. .................................... Gambar Model CPM Supply Chain Management PT. Galur Prima Cobbindo dengan Waktu Pesimistis.................................. Perkiraan Keuntungan PT Galur Prima Cobbindo ...................... Data Jumlah Populasi Ayam di PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi Bulan Maret 2008 .......................................................

    90 91 92 92 94 95 97 98 99

    100

    101

    102

    103

  • BAB I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan

    pertanian yang mengemban misi untuk menyediakan pangan asal ternak yang

    bergizi dan berdaya saing tinggi. Di Indonesia, perkembangan perusahaan

    pembibitan (breeding farm) sangat signifikan dan telah menyebar hampir ke

    seluruh wilayah. Jenis pembibitan ayam yang ada di Indonesia adalah pembibitan

    ayam bibit nenek (grand parent stock atau GPS) dan ayam bibit induk (parent

    stock atau PS).

    Peluang membuka usaha peternakan bibit ayam nenek (grand parent

    stock) di Indonesia cukup menjanjikan, karena perusahaan peternakan yang ada di

    Indonesia saat ini masih sedikit. PT Galur Prima Cobbindo merupakan salah satu

    perusahaan peternakan pembibit ayam nenek (grand parent stock) terbesar yang

    ada di Indonesia. Perkembangan usaha pembibitan terus meningkat karena

    permintaan bibit ayam broiler komersial (DOC) setiap tahun semakin tinggi,

    sejalan dengan perkembangan penduduk dan kebutuhan penduduk terhadap

    daging ayam.

    Jumlah populasi induk ayam broiler terus mengalami peningkatan dari

    tahun ketahun. Data populasi terakhir ayam induk yang diperoleh, dari tahun 2003

    hingga tahun 2004 terus mengalami peningkatan, data tersebut dapat dilihat pada

    Tabel 1.

    Tabel 1. Populasi Ayam Broiler Grand Parent Stock (GPS) dan Parent Stock (PS) di Indonesia pada Bulan September 2003 Desember 2004.

    GPS Female D-Line (ekor) Parent Stock (PS)

    Bulan Belum Produksi (

  • 2

    Pemenuhan kebutuhan ayam broiler di Indonesia, tidak terlepas dari peran

    serta pemerintah dan perusahaan peternakan, diantaranya, perusahaan peternakan

    dalam bidang pengadaan bibit dasar (Foundation Stock), yaitu perusahaan

    peternakan yang menghasilkan bibit ayam, hasil dari suatu proses pemuliaan

    dengan spesifikasi tertentu yang mempunyai silsilah, untuk menghasilkan bibit

    induk; perusahaan pengadaan bibit Induk (Breeding Stock) yaitu perusahaan

    peternakan yang menghasilkan bibit dengan spesifikasi tertentu yang mempunyai

    silsilah, untuk menghasilkan bibit sebar; dan perusahaan pengadaan bibit sebar

    atau bibit niaga (Commercial Stock), yaitu bibit dengan spesifikasi tertentu untuk

    digunakan dalam proses produksi.

    Secara khusus untuk beberapa spesies tertentu seperti unggas, klasifikasi

    bibit terdiri atas: bibit galur murni atau pure line (PL), merupakan bibit dengan

    spesifikasi tertentu yang menghasilkan bibit ayam nenek atau grand parent Stock

    (GPS); bibit ayam nenek (GPS), merupakan ayam dengan spesifikasi tertentu

    untuk menghasilkan bibit induk ayam sebar atau parent stock (PS); ayam parent

    stock (PS), merupakan bibit dengan spesifikasi tertentu untuk menghasilkan bibit

    ayam broiler komersial atau final stock (FS); Final stock (FS) adalah bibit dengan

    spesifikasi tertentu untuk dipelihara dan dimanfaatkan dagingnya.

    Pengawasan peredaran benih dan bibit merupakan kegiatan penilaian dan

    pemantauan terhadap benih dan bibit ayam ras atau broiler yang diperdagangkan

    yang meliputi jenis, jumlah dan mutu, kelancaran peredaran, serta keseimbangan

    penawaran dan permintaan. Kegiatan ini bertujuan, untuk mendapatkan bahan

    perbaikan dalam perumusan kebijakan dalam pelaksanaan peredaran bibit, agar

    mekanisme pasar berkembang. Tiga komponen konsep farm ayam ras broiler,

    dapat dilihat pada Gambar 1.

    Selain ayam DOC Parent Stock (PS) sebagai produk utama dari PT Galur

    Prima Cobbindo, perusahaan juga menjual ayam by product dan telur yang gagal

    tetas serta, telur yang tidak lolos seleksi untuk ditetaskan didalam hatchery. Upaya

    peningkatan produksi peternakan harus di sertai dengan sistem alternatif

    pemasaran yang baik dan efisien. Supply chain management merupakan salah satu

    metode alternatifnya, untuk menjamin kontinuitas produksi dari para peternak dan

    perusahaan peternakan kepada perusahaan.

  • 3

    Gambar 1. Tiga Komponen Konsep Farm Ayam Ras Broiler.

    Menurut Watanabe (2001), selama dekade 1980-an dan 1990-an,

    lingkungan perusahaan global mengalami perubahan yang sangat drastis sehingga

    perusahaan generasi tua sering kehilangan bisnis dalam menghadapi tantangan

    keras untuk bertumbuh. Hal ini tidak dapat dihindari, apabila dilihat dari sektor

    peternakan, diantaranya sebagai berikut:

    1. Persaingan semakin sengit

    Walaupun jumlah perusahaan peternakan khususnya pembibit ayam nenek

    broiler belum begitu banyak, tetapi terjadi suatu persaingan. Biasanya usaha yang

    dilakukan oleh perusahaan perternakan pembibitan ayam nenek (GPS)

    berhubungan dengan harga produksi yaitu DOC dan kualitas dan kuantitas mutu

    produknya antar perusahaan.

    2. Tuntutan konsumen.

    Konsumen sekarang ini menjadi semakin rumit dan semakin menuntut.

    Mereka menuntut harga murah, mutu tinggi untuk setiap produk yang ditawarkan,

    dan penyerahan tepat waktu yang sesuai dengan selera mereka.

    3. Daur hidup produk.

    Daur hidup produk yang diharapkan oleh perusahaan, khususnya

    perusahaan peternakan ayam parent stock yang juga sebagai konsumennnya,

    adalah daur hidup produk yang sangat pendek seiring dengan perubahan-

    perubahan yang terjadi dalam lingkungan pasar.

    Daging ayam dan telur konsumsi

    Usaha Pembuatan

    Pakan

    Usaha Pembibitan

    Usaha Pemeliharaan ayam

  • 4

    4. Tuntutan stockholders

    Pihak stockholder menuntut pengembalian yang tinggi dalam investasi dan

    perusahaan yang ROI-nya cukup tinggi tidak dapat memperoleh modal yang

    cukup untuk investasi di masa depan.

    5. Teknologi informasi

    Supply chain management dalam perusahaan peternakan pembibit ayam

    nenek atau grand parent stock (GPS), sangat dipengaruhi oleh kemajuan-

    kemajuan dalam bidang teknologi yang terjadi begitu cepat.

    Tidak dapat dipungkiri, perusahaan dalam menghadapi persaingan yang

    semakin tinggi berusaha untuk mencari alternatif untuk mengatasi hal tersebut.

    Salah satunya dengan menerapkan metode perencanaan dan pengendalian operasi

    yang baik. Perencanaan dan pengendalian operasi merupakan kunci untuk

    menuntun suatu organisasi dan perusahaan sebagai supply chain, kearah yang

    diinginkan. Alternatif SCM dicoba diterapkan pada PT Galur Prima Cobbindo,

    dengan diikuti metode critical path method (CPM) sebagai alat untuk menentukan

    lintasan kritis aktivitas perusahaan, juga aspek pengendalian tersebut berfungsi

    sebagai kinerja pengukuran terbaik untuk mengukur keberhasilan supply chain.

    1.2. Perumusan Masalah

    PT Galur Prima Cobbindo, merupakan perusahaan yang bergerak di

    bidang breeding peternakan. Perusahaan ini juga merupakan perusahaan

    peternakan pembibitan ayam nenek atau grand parent stock (GPS) yang terletak

    di Kabupaten Sukabumi.

    Sebelum tahun 1998 PT Galur Prima Cobbindo menjadi perusahaan

    terbesar kedua di Indonesia, hingga dapat melakukan ekspor ke luar negeri.

    Setelah terjadi krisis moneter dan isu flu burung, konsumen luar negeri

    menghentikan impornya karena mereka menganggap bahwa perusahaan

    peternakan di Indonesia belum bebas dari flu burung. Akhirnya perusahaan

    mengalihkan pendistribusiannya dan lebih memfokuskan kegiatan supply

    outputnya ke dalam negeri.

    Perusahaan dalam melakukan aktivitasnya, terkadang mengalami kendala

    maupun masalah, diantaranya ketidaktepatan waktu dalam penerimaan pasokan

  • 5

    bahan baku sehingga mempengaruhi waktu pendistribusian produksi, kurangnya

    sumberdaya lokal yang menguasai pengetahuan luas dalam penanganan dan

    pemeliharaan ayam nenek atau grand parent stock, dan metode aktivitas kegiatan

    penjadwalan perusahaan yang belum efektif. Salah satu alternatif yang diterapkan

    pada perusahaan ini, yaitu konsep metode supply chain management yang

    bertujuan untuk mengoptimalkan waktu, meningkatkan kuantitas mutu dan

    meminimalkan biaya produksi perusahaan.

    Rantai penyaluran komoditas ayam bibit dari PT Galur Prima Cobbindo ke

    konsumen, akhirnya dapat dilihat melalui konsep pendekatan supply chain

    management. Konsep supply chain management menyediakan suatu pendekatan

    untuk mengatur atau manage aliran produk dan informasi dari keseluruhan

    aktivitas agribisnis untuk pemenuhan keinginan konsumen dalam hal waktu,

    kualitas, kuantitas serta harga. Rantai penyaluran melibatkan semua pihak yang

    menangani komoditas dalam perjalanannya dari produsen ke konsumen, serta

    terlibat dalam perpindahan fisik yang sesungguhnya dan perpindahan hak milik.

    Konsep SCM (Supply Chain Management) merupakan konsep atau

    mekanisme untuk meningkatkan produktivitas total perusahaan dalam rantai

    supply melalui optimalisasi waktu, lokasi dan aliran kuantitas bahan. Konsep

    SCM ini sering diterapkan oleh ritel-ritel modern seperti supermarket, dimana

    konsep ini digunakan untuk membantu dalam pengaturan dan pengkoordinasian

    aktivitas pemasokan beragam produk, baik segar maupun olahan yang dijual oleh

    supermarket agar mengetahui persediaan barangnya.

    Berdasarkan perumusan masalah diatas, menarik untuk dikaji mengenai:

    1. Bagaimana mekanisme SCM di PT Galur Prima Cobbindo untuk menjamin

    ketersediaan bahan dari pemasoknya?

    2. Bagaimana pola rantai pasokan (supply chain) komoditi bibit ayam nenek atau

    grand parent stock (GPS) dari PT Galur Prima Cobbindo hingga ketingkat

    konsumen atau perusahaan pembibitan ayam sebar atau parent stock (PS)?

    3. Bagaimana manfaat dan kendala dalam penerapan SCM dan CPM di PT Galur

    Prima Cobbindo?

  • 6

    1.3. Tujuan Penelitian

    Melihat perumusan permasalahan maka, tujuan dari penelitian ini adalah :

    1. Menganalisis mekanisme SCM di PT Galur Prima Cobbindo untuk menjamin

    ketersediaan bahan dari pemasoknya.

    2. Menganalisis pola rantai pasokan (supply chain) komoditi bibit ayam nenek

    atau grand parent stock (GPS) dari PT Galur Prima Cobbindo hingga

    ketingkat konsumen atau perusahaan pembibitan ayam parent stock (PS).

    3. Mengkaji manfaat dan kendala dalam penerapan SCM dan CPM di PT Galur

    Prima Cobbindo.

    1.4. Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian yang dilakukan ini, diharapkan dapat bermanfaat sebagai

    informasi bagi perusahaan dan khususnya untuk anggota rantai pendistribusian,

    hingga ke konsumen perusahaan ini. Serta manfaat lainnya untuk memperdalam

    dan mengembangkan ilmu dari konsep SCM ini agar menambah wawasan baik

    untuk peneliti maupun pembacanya. Manfaat lain yang diharapkan adalah sebagai

    salah satu pertimbangan bagi pihak manajemen PT Galur Prima Cobbindo dalam

    meningkatkan daya saing, melalui perbaikan manajemen penyediaan dan

    pendistribusiannya, serta dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh

    manajemen PT Galur Prima Cobbindo Sukabumi.

    1.5. Ruang Lingkup Penelitian

    Melalui aktivitas-aktivitas SCM, organisasi dapat mempelajari dan

    memperbaiki profitabilitas secara drastis dengan memfokuskan pada operasi lintas

    perusahaan dalam satu kesatuan supply chain, dari pada hanya berusaha sendiri

    dalam organisasi tunggal. Berdasarkan hal tersebut konsep Supply Chain

    Management di coba diterapkan pada komoditi ayam bibit pada ayam nenek

    broiler (GPS) di PT Galur Prima Cobbindo, yang berada di Kabupaten Sukabumi.

    Propinsi Jawa Barat. Kajian ini juga lebih difokuskan pada SCM pada aliran

    pasokan bahan baku, hingga pendistribusian ayam bibit nenek (GPS) yang ada

    pada perusahaan tersebut, kepada perusahaan-perusahaan pembibit ayam sebar

    atau parent stock (PS) sebagai konsumen akhirnya.

  • 7

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Komoditas Ayam Broiler

    2.1.1. Sejarah Singkat Ayam Ras Brolier

    Periode 1940-an masyarakat mulai mengenal ayam lain selain ayam liar.

    Pada saat itu masyarakat mulai membedakan antara ayam orang Belanda dengan

    ayam liar di Indonesia. Ayam liar Indonesia tersebut kemudian diberi nama ayam

    kampung, sedangkan ayam orang Belanda dikenal dengan nama ayam negeri,

    (Fadilah et al, 2006).

    Tahun 1950-an pemerintah Republik Indonesia merencanakan program

    yang disebut Rencana Kesejahteraan Indonesia (RKI) atau dikenal juga dengan

    nama plan kasimo yaitu program pembangunan bidang peternakan yang pada

    saat itu dinilai masih sangat ketinggalan. Pada periode ini sejarah dimulainya

    pengembangan ayam ras di Indonesia.

    Tahun 1990-an, peternakan ayam broiler mulai meningkat. Ayam ini

    diusahakan untuk diambil dagingnya. Ayam petelur dwiguna atau yang lebih

    dikenal dengan ayam petelur cokelat juga mulai meningkat jumlahnya. Disinilah

    masyarakat mulai menyadari bahwa ayam ras mempunyai klasifikasi sebagai

    ayam petelur yang handal dan pedaging yang enak.

    Awal tahun 2000 seiring dengan pencabutan Keppres No.50 tahun 1981,

    mengenai pembatasan skala usaha peternakan ayam, kondisi perekonomian

    Indonesia secara bertahap mulai meningkat. Begitu pula halnya dengan bisnis

    peternakan ayam di Indonesia. Peternakan tidak lagi hanya diusahakan pada skala

    usaha tani tetapi berubah menjadi skala perusahaan peternakan.

    Pemerintah memberikan perhatian serius terhadap peternakan ayam ras,

    salah satu bentuk perhatian pemerintah adalah dengan dikeluarkannya Keputusan

    Presiden No. 50 tahun 1998 tentang pembinaan usaha peternakan ayam ras yang

    menggantikan Keputusan Presiden No.22 tahun 1990.

    2.1.2. Ayam Bibit

    Bibit ternak merupakan salah satu sarana produksi pembudidayaan ternak

    yang penting dan strategis untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil dalam

  • 8

    menyediakan pangan asal ternak yang berdaya saing tinggi. Untuk mendapatkan

    bibit ternak yang bermutu diperlukan penemuan bibit ternak unggul yang

    dilakukan melalui pemuliaan serta proses sertifikasi.

    Kegiatan pembibitan ternak meliputi pemuliaan, pembudidayaan,

    perkembangbiakan, pengawasan penyakit, penyebaran, peredaran, pengawasan

    mutu, pelestarian sumberdaya ternak, pengendalian lingkungan, serta

    pengembangan usaha pembibitan yang dapat dilakukan baik oleh pemerintah

    maupun swasta.

    Departemen Pertanian (2004) menerangkan bahwa maksud dan tujuan

    pembibitan nasional adalah, untuk pedoman pembibitan ternak nasional,

    dimaksudkan sebagai acuan pembibitan ternak dalam mendorong tumbuh dan

    berkembangnya kegiatan perbibitan ternak nasional. Bagi perusahaan untuk

    mendapatkan penyediaan bibit ternak yang memenuhi persyaratan teknis,

    ekonomis dan sosial, serta pengembangan sistem dan perusahaan pembibitan

    ternak sebagai komponen agribisnis peternakan secara keseluruhan dan

    pemanfaatan sumber daya genetik ternak secara lestari juga pengembangan daerah

    atau kawasan sebagai sumber bibit ternak.

    Menurut Fadilah et al, (2006), beberapa negara yang menjadi produsen

    ayam broiler breeder di antaranya adalah negara Amerika Serikat, Prancis,

    Jerman, dan Belanda. Sementara itu, beberapa negara di Asia yang mampu

    menjadi produsen ayam bibit broiler di antaranya Thailand, Cina, Fhilipina, dan

    Jepang.

    Tabel 2. Beberapa Negara Produsen Ayam Broiler dan Strain yang dipasarkan.

    Asal Negara Strain

    Amerika Serikat Cobb, Arbor, Arces, Avian

    Prancis Isa Vedette, Shaver

    Inggris Ross

    Belanda Hybro, Hubbard

    2.1.3. Usaha Peternakan Pembibitan Ayam Nenek Broiler

    Direktoral Jenderal Peternakan (1986) menerangkan bahwa usaha

    peternakan merupakan suatu lapangan hidup, tempat seseorang dapat

  • 9

    menanamkan modal untuk keperluan hidup keluarganya atau sekelompok

    masyarakat. Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian RI No.

    362/Kpts/TN.120/5/1990, perusahaan peternakan adalah suatu usaha yang

    dijalankan secara teratur-menerus pada suatu tempat dan dalam jangka waktu

    tertentu untuk tujuan komersial yang meliputi kegiatan menghasilkan ternak

    (ternak bibit atau ternak potong), telur, susu serta suatu usaha yang mengelola

    suatu jenis ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan dan memasarkan, untuk

    tiap jenis ternak melebihi dari jumlah yang ditetapkan, untuk tiap jenis ternak

    pada peternakan rakyat.

    Pulungan (1985), mengemukakan bahwa tujuan umum suatu peternakan

    adalah mencukupi kebutuhan masyarakat akan protein dan lain-lain bahan yang

    berasal dari hewan atau ternak. Sementara itu, peternakan ayam ras di definisikan

    sebagai suatu usaha budidaya ayam ras petelur dan ayam ras pedaging, tidak

    termasuk pembibitan (Kepres No.22 tahun 1990).

    (Direktorat Jenderal Peternakan,1990), menerangkan, usaha ternak ayam

    pembibitan broiler ditujukan untuk mencapai beberapa sasaran, yaitu (1) tingkat

    kematian serendah mungkin (2) kesehatan ternak yang baik (3) berat timbangan

    setiap ekor setinggi mungkin, dan (4) daya alih makanan baik (hemat).

    2.1.4. Faktor-Faktor Produksi

    Rasyaf (2004) menyatakan bahwa faktor-faktor produksi yang dibutuhkan

    dalam produksi ayam broiler adalah day old chick (DOC), pakan, obat-obatan,

    tenaga kerja, dan kandang dan hatchery sebagai alat mesin penetasan.

    2.1.4.1 Pembibitan

    Pembibitan adalah suatu sistem yang meliputi pemuliaan, perbanyakan,

    pembudidayaan, peredaran, pengawasan penyakit, pengawasan mutu,

    pengembangan usaha dan kelembagaan. Pembibitan juga merupakan kegiatan

    budidaya untuk menghasilkan bibit ternak untuk keperluan sendiri atau untuk

    diperjual belikan (Departemen pertanian, 2004).

    Rasyaf (2004) menjelaskan bahwa pedoman untuk memilih DOC antara

    lain, ayam harus berasal dari induk yang sehat agar tidak membawa penyakit

  • 10

    bawaan, ukuran atau bobot ayam yaitu untuk bobot normal DOC sekitar 35-40

    gram, anak ayam itu memperlihatkan mata yang cerah dan bercahaya, aktif serta

    tampak tegar, DOC juga tidak memperlihatkan cacat fisik seperti kaki bengkok,

    mata buta atau kelainan fisik lainnya yang mudah dilihat, dan tidak ada lekatan

    tinja di duburnya.

    Cahyono (1996), menambahkan dengan menyeleksi anak ayam maka

    beberapa keuntungan dapat diperoleh selama dalam pemeliharaan selanjutnya,

    yakni:

    a) produksi yang dicapai dapat optimal karena tingkat mortalitas pada ternak

    ayam rendah.

    b) memudahkan dalam pengelolaan, karena anak ayam yang dipelihara

    mempunyai tingkat keragaman yang tinggi, baik dalam hal kesehatan, ukuran

    besar, dan jenisnya.

    c) keuntungan yang diperoleh dapat lebih tinggi, dan.

    d) dapat meningkatkan kepuasan dan kepercayaan konsumen.

    Menurut Fadilah et al (2006), saat ini lebih dari 300 jenis ayam murni dan

    varietas, termasuk ayam broiler pembibit (broiler breeder stock) yang telah

    terseleksi dan ditingkatkan keunggulan potensi genetiknya, telah tersebar

    diseluruh dunia. Beberapa potensi genetik yang telah ditingkatkan sebagai berikut.

    1. Ukuran tubuh besar.

    2. Proporsi daging karkas tinggi,

    3. Kerangka tulang kuat.

    4. Cepat tumbuh.

    5. Kulit berwarna putih atau kuning bersih.

    6. Memiliki konversi pakan yang baik.

    7. Tahan terhadap penyakit.

    2.1.4.2. Pakan Ayam

    Menurut Rasyaf (2004), pakan atau ransum merupakan kumpulan bahan

    makanan yang layak dimakan oleh ayam dan telah disusun mengikuti aturan

    tertentu. Pakan tersebut memiliki nilai kebutuhan gizi bagi ayam dan nilai

    kandungan gizi bahan makanan yang digunakan.

  • 11

    Pakan broiler ayam di Indonesia kebanyakan dibagi atas dua macam

    sesuai masa pemeliharannya, yaitu pakan untuk ayam broiler masa awal, dan

    pakan untuk ayam broiler masa akhir (pakan finisher). Kedua pakan ini memiliki

    kandungan gizi yang berbeda. Untuk itu perlu diperhatikan umur ayam yang

    dipelihara. Anak ayam berumur kurang dari empat minggu diberi pakan masa

    awal, sedangkan bila ayam berumur empat minggu akhir diberi pakan masa akhir.

    Terdapat tiga macam bentuk fisik pakan, yaitu bentuk tepung komplit,

    bentuk butiran (pellet), dan bentuk pecah (crumble). Pakan bentuk komplit dapat

    digunakan untuk semua umur, mulai anak ayam broiler umur sehari hingga ayam

    broiler siap dijual. Harganya pun tidak terlalu mahal. Pellet atau pakan bentuk

    butiran hanya digunakan untuk ayam broiler masa akhir, yaitu pellet dengan

    ukuran garis tengah 3,2 mm. Pakan bentuk butiran pecah atau biasa disebut

    crumble ini banyak digunakan untuk ayam broiler masa starter (Rasyaf, 2004).

    Secara garis besar, nutrisi dalam pakan ayam terdiri dari karbohidrat,

    lemak, mineral, vitamin, dan air. Energi sering dikelompokan sebagai bagian dari

    zat makanan karena dihasilkan dari proses metabolisme karbohidrat, lemak dan

    protein tubuh (Fadilah et al, 2006).

    Pengadaan pakan ayam oleh PT Galur Prima Cobbindo dipasok dari PT.

    Cargill Indonesia. Produk pakan dari PT Cargill Indonesia terdiri dari tiga jenis

    produk, yang pertama adalah Broiler Breeder Starter, bentuk produk tersebut

    berupa butiran, pakan komplit tersebut diberikan pada induk ayam pedaging masa

    pertumbuhan awal (starter) umur 0 7 minggu. Pakan ini mengandung

    virginiamycin dan colistin sebagai pemacu pertumbuhan.

    Tabel 3. Kandungan Pakan Broiler Breeder Starter

    Kandungan nutrisi Persentase (%) Kadar Air Maksimun 13,0 Protein Kasar Minimum 19,0 Lemak Kasar Minimum 5,0 Serat Kasar Minimum 4,0 Abu Maksimum 6,5 Calcium 0,9 1,1 Phospor 0,7 0,9 Virginiamycin 5 15 ppm Colistin 2 20 ppm Sumber: PT. Cargill Indonesia (2007)

  • 12

    Produk pakan yang kedua yang di-supply oleh PT. Cargill Indonesia ke PT

    Galur Prima Cobbindo adalah jenis Broiler Breeder Layer, yang berbentuk

    butiran, pakan komplit ini diberikan pada induk ayam periode bertelur umur 22

    64 minggu. Mengandung Zinc Bacitracin sebagai pemacu produksi telur dan

    meningkatkan efisiensi pakan. Kandungan pakan ini dapat dilihat pada Tabel 4.

    Tabel 4. Kandungan Pakan Broiler Breeder Layer.

    Kandungan nutrisi Persentase Kadar Air Maksimun 11,0 Protein Kasar Minimum 18,0 Lemak Kasar Minimum 3,0 Serat Kasar Minimum 4,0 Abu Maksimum 13,5 Calcium 3,2 3,3 Phospor 0,7 0,9 Zinc Bacitracin 4 50 ppm Sumber: PT. Cargill Indonesia (2007)

    Jenis produk pakan yang ketiga adalah Broiler Breeder Grower Male,

    pakan ini juga berbentuk butiran, pakan komplit ini untuk diberikan pada induk

    ayam Line Male masa pertumbuhan akhir (finisher) umur 21 hari sampai

    selection. Mengandung Zin Bacitracin sebagai pemacu pertumbuhan. Kandungan

    pakan ini dapat dilihat pada Tabel 5.

    Tabel 5. Kandungan Pakan Broiler Breeder Grower

    Kandungan nutrisi Persentase Kadar Air Maksimun 12,0 Protein Kasar Minimum 20,0 Lemak Kasar Minimum 3,0 Serat Kasar Minimum 4,0 Abu Maksimum 6,5 Calcium 0,95 1,1 Phospor 0,7 0,9 Zinc Bacitracin 4 50 ppm Sumber: PT. Cargill Indonesia (2007)

  • 13

    2.1.4.3. Obat-Obatan dan Vaksin

    Obat-obatan dan vaksin yang dimaksud di sini adalah obat-obatan yang

    digunakan unutk pengobatan ternak yang terserang penyakit. Vaksin digunakan

    untuk pencegahan penyakit yang berasal dari virus, serta antibiotika, dan vitamin,

    serta dapat mendukung pertumbuhan ayam sehingga dapat tumbuh secara optimal

    (Rasyaf,2004).

    Menurut Cahyono (2004), pemberian vaksin, vitamin, dan obat-obat

    antibiotik harus dilakukan secara teratur. Hal ini sangat penting untuk mencegah

    terjangkitnya penyakit pada ternak ayam, terutama terhadap penyakit tetelo

    (penyakit ND) yang sangat membahayakan ternak, dan penyakit gumboro. Lebih

    lanjut dikatakan juga cara pemberian vaksin dapat dilakukan dengan melalui tetes

    mata, tetes hidung, injeksi atau suntik, atau dengan metode spray (penyemprotan

    halus). Jadwal pemberian vaksin adalah sebagai berikut:

    (1) umur ayam 3-4 hari diberikan vaksin ND strain F dan setiap ekor ayam diberi

    1 dosis, yakni 1 ml.

    (2) umur ayam 10 hari diberikan vaksin gumboro dengan dosis sesuai dengan

    anjuran.

    (3) umur ayam 21 hari vaksin ND strain F dan setiap ekor ayam diberikan 1 dosis

    (1 ml), dan.

    (4) umur ayam 42 hari vaksin ND strain K (Komarov)

    2.1.4.4. Tenaga Kerja

    Rasyaf (1996) menyatakan bahwa peternakan ayam nenek ras pedaging

    sebenarnya lahan padat karya dan tidak selalu padat modal. Peternakan ayam ras

    pedaging mempunyai kesibukan yang temporer terutama pagi hari dan pada saat

    ada tugas khusus seperti vaksinasi. Oleh karena itu, di suatu peternakan dikenal

    beberapa jenis tenaga, antara lain: tenaga kerja tetap, tenaga kerja harian, tenaga

    kerja harian lepas, dan kontrak. Selanjutnya dikatakan juga bahwa tenaga kerja

    pada peternakan ayam broiler yang dikelola secara manual (tanpa alat-alat

    otomatis) maka untuk 2000 ekor ayam broiler mampu dipelihara oleh satu orang

    pria dewasa. Bila mempergunakan alat otomatis (pemberian pakan dan air minum

    secara otomatis) maka untuk 6000 ekor cukup satu orang pria dewasa sebagai

  • 14

    tenaga kandang atau disebut anak kandang yang melakukan tugas sehari-hari di

    kandang. Di samping itu, perlu tenaga kerja bantu umum untuk vaksinasi,

    pengaturan pakan, dan kegiatan lainnya.

    (Soeharto, 1995), Variabel-variabel yang mempengaruhi produktivitas

    tenaga kerja lapangan dapat dikelompokan menjadi:

    1. Kondisi fisik lapangan dan sarana bantu.

    2. Supervisi, perencanaan, dan koordinasi.

    3. Komposisi kelompok kerja.

    4. Kerja lembur.

    5. Ukuran besar proyek.

    6. Kurva pengalaman (learning curve).

    7. Pekerja langsung versus subkontraktor, dan.

    8. Kepadatan tenaga kerja.

    2.1.4.5. Perkandangan

    Pembuatan kandang itu dapat ditinjau dari berbagai segi, baik dari segi

    ekonomis, segi teknis, estetis (keindahan), bentuk, kesehatan maupun yang lain-

    lain. Tetapi yang terpenting didalam membangun kandang itu, semuanya tidak

    terlepas dari tujuannya, bahwa fungsi kandang adalah:

    Melindungi dari bahaya luar

    Pelindung panas, dingin, dan hujan.

    Prinsip pokok didalam pembuatan kandang broiler adalah harus terbuka.

    Sistem kandang yang umum diterapkan dan memberikan hasil baik adalah sistem

    kandang berhamburan (litter system), pilihan lain yang bisa diterapkan dengan

    menggunakan sistem baterai. Menurut hasil penelitian sampai saat ini sistem litter

    berhamburan memberikan hasil lebih baik, yaitu dalam berat timbangan dan

    kualitas ternak. Sistem berlantai kawat/ kisi, timbangan berat yang dicapai tidak

    sebaik dengan sistem litter pada umur yang sama. Ayam yang dipelihara dengan

    memakai kandang berlantai kawat/ baterai ini kualitas ternaknya kurang baik

    karena sering terjadi pembengkakan tulang dada.

    Persyaratan umum yang perlu diperhatikan di dalam perkandangan ini

    adalah:

  • 15

    1) Pemeliharaan tempat untuk mendirikan kandang/ lokasi.

    2) Konstruksi/ bentuk kandang itu sendiri.

    Sedangkan tempat untuk mendirikan kandang harus memenuhi persyaratan

    sebagai berikut:

    1) Lebih tinggi dari tempat sekitarnya supaya udara dapat bergerak dengan

    bebas dan supaya air tanah tidak mengumpul pada lantai kandang.

    2) Tempat tersebut harus bebas dari bangunan dan tanaman-tanaman rendah

    seperti semak belukar supaya aliran udara tidak terhambat.

    Udara segar atau baru di dalam kandang sangat diperlukan untuk

    kebutuhan pokok ayam, yaitu untuk:

    1) Tersedianya udara baru yang banyak mengandung zat asam (oksigen) yang

    sangat diperlukan oleh semua mahluk hidup.

    2) Mengusir gas-gas sisa/ pembuangan seperti gas asam arang (CO2), amoniak

    dan sebagainya.

    3) Menjaga kelembaban suhu udara yang rendah, yaitu dengan terbawanya uap

    air dari kotoran dan sisa pembuangan lainnya keluar kandang.

    Menurut Fadilah et al (2006), Kendala utama usaha beternak broiler

    komersial atau breeder di daerah iklim tropis adalah temperatur lingkungan relatif

    tinggi, terutama di daerah dataran rendah dan ketika musim kemarau. Temperatur

    di daerah tropis 22-39o C dengan rata-rata temperatur setiap tahun 26,5o C.

    Permasalah tersebut bisa diatasi dengan cara menambah beberapa peralatan di

    dalam kandang sebagai berikut:

    a. Memasang insulasi di atap kandang (roof insulation).

    Insulasi adalah setiap bahan yang dapat mengurangi kecepatan

    perpindahan panas dari satu area ke area lain. Fungsi dari insulasi adalah

    mengurangi pemanasan langsung ke kandang selama musim kemarau,

    mengurangi tingkat penambahan panas pada musim kemarau, dan mengurangi

    pengumpulan kelembapan di dinding dan permukaan pendingin karena dinding

    dan permukaan pendingin tersebut relatif hangat.

    b. Memasang kipas angin (blower fan)

    Kipas angin sering digunakan pada kandang terbuka, terutama di kandang

    yang menggunakan system postal (litter). Jenis kipas angin yang digunakan

  • 16

    adalah kipas angin pendorong (blower fan) dengan ukuran 24, 36, dan 42.

    Kipas angin biasanya diletakan di bawah atau di atas dengan ketinggian 0,5-1,2

    meter dari lantai.

    Tujuan pemakaian kipas angin adalah membantu mempercepat

    perpindahan udara didalam kandang, sehingga udara yang panas dan gas buang

    yang beracun (CO2, amonia, dan CO) di dalam kandang dapat dibuang keluar

    kandang.

    c. Membuat hujan buatan (roof springklers).

    Istilah hujan buatan digunakan untuk kandang yang menggunakan nosel

    dan mengeluarkan air secara terus-menerus di atas atap kandang (roof

    springklers), sehingga atap kandang selalu basah dan dingin pada saat panas.

    d. Memasang kipas kabut di dalam kandang (fooger fan).

    Cara kerja kipas kabut hampir sama dengan cara kerja kipas angin (blower

    fan). Perbedaannya terletak pada penggunaan nosel. Nosel pada kipas kabut

    mengeluarkan kabut air di sekitar kipas, sehingga kabut tersebut terdorong angin.

    Adanya kabut partikel air yang diembuskan kipas menyebabkan udara panas di

    dalam kandang secara otomatis akan menurun.

    2.2. Penelitian terdahulu

    Sekarang ini perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia, sedang

    berusaha keras agar bagaimana perusahaan yang dikelola tersebut tetap berjalan

    dengan baik sehingga dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya.

    Perusahaan-perusahaan di Indonesia khususnya perusahaan yang bergerak di

    bidang peternakan harus berpikir keras, agar perusahaan peternakan ini menjadi

    salah satu bidang usaha unggulan yang memenuhi kebutuhan masyarakat

    Indonesia. Salah satu konsep yang perlu dicoba untuk perusahaan peternakan agar

    maju dan dapat bersaing, adalah dengan menerapkan konsep supply chain

    managemet.

    2.2.1. Ayam Broiler

    Penelitian-penelitian terdahulu mengenai komoditas ayam broiler

    membantu penulis dalam melakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik

    produk berupa ayam broiler dan pemasarannya.

  • 17

    Ibiniyah (2002) meneliti tentang tataniaga ayam broiler yang

    menggunakan sistem tataniaga yaitu dengan mencari nilai elastisitas transmisi

    harga dari peternak kepada pengumpul. Hasil penelitian dari Silviana adalah

    tataniaga ayam broiler di PT. NA terdiri dari tiga saluran, yang pertama peternak

    plasma ke inti, ke pedagang pengumpul, dan ke pedagang pengecer, yang kedua

    peternak plasma ke pedagang pengumpul kemudian ke pengecer dan yang ketiga

    dari peternak plasma ke pedagang pengecer. Bentuk dari PT. NA adalah

    oligopsoni, yaitu inti dan pedagang pengumpul mempunyai kekuatan untuk

    mengontrol fungsi dan kegiatan tataniaga ayam broiler. Tataniaga yang paling

    efisien adalah saluran tataniaga dari peternak plasma langsung ke pedagang

    pengecer, hal ini disebabkan oleh nilai elastisitas transmisi harga dari peternak ke

    pengecer lebih besar dari pada nilai elastisitas transmisi harga peternak ke

    pengumpul.

    2.2.2. Supply Chain Management

    Penelitian-penelitian terdahulu mengenai konsep supply chain

    management membantu penulis dalam melakukan penelitian pada perusahaan

    yang berbeda dan alat analisis yang beberapa diataranya memiliki perbedaan.

    Aini (2005) meneliti tentang sistem supply sayuran pada supplier dengan

    menggunakan pendekatan analisis deskriptif mengenai hubungan kelembagaan

    dan analisis marjin tataniaga. Hasil penelitian yang dilakukan Aini menjelaskan

    bahwa alokasi penggunaan biaya terbesar dalam pengadaan barang (procurement)

    dan distribusi adalah pembelian bahan baku yang dilakukan secara kredit dan

    tunai serta biaya transportasi. Untuk melakukan efisiensi biaya, perusahaan

    melakukan penghematan di sektor lain seperti biaya pemesanan (ordering cost)

    yang berkurang serta beralih pada media elektronik, selain itu perusahaan

    berusaha meningkatkan pendapatan penjualan karena akan mengurangi biaya

    tetap perusahaan. Faktor lain yang mempengaruhi tingkat keuntungan perusahaan

    adalah meminimalisasi persentase jumlah barang yang kembali dari pasar (retur).

    Studi tentang supply chain management lainnya juga dilakukan oleh

    Noviyanti (2005). Peneliti melakukan studi tentang efisiensi supply chain produk

    benih padi yang dilakukan di PT Sang Hyang Sri Persero. Metode yang digunakan

  • 18

    pada penelitian ini adalah analytical hierarky proses (AHP). Hasil dari penelitian

    tersebut yaitu untuk mengefisienkan supply chain management dengan cara

    dilakukan kerjasama pada perusahaan hilir (down stream) dengan memperhatikan

    ukuran-ukuran pelaksanaan (performance metric) pada elemen yang kritikal.

    Elemen yang kritikal diantaranya adalah proses pelaksanaan, dengan demikian

    maka aliran-aliran informasi baik input maupun output harus terstuktur.

    Ardiansyah (2005), mengemukakan dalam penelitiannya mengenai

    manajeman penyediaan barang (procurenmet) bagian hulu produk susu

    pasteurisasi, bahwa manajemen rantai penyediaan bagian hulu produk susu

    meliputi siklus yang berjalan dalam jaringan sistem organisasi bagian hulu.

    Jaringan sistem organisasi yang terlibat mencakup pihak Koperasi Peternakan

    Bandung Selatan (KPBS) yaitu organisasi bagian hulu (upstream) dan Industri

    Pengolahan Susu (IPS) serta distributor sebagai sistem organisasi bagian hilir

    (downstream). Penelitian ini mendeskripsikan penyediaan susu segar yang

    dimulai dari peternak sebagai mitra koperasi dan aktivitas penanganan susu segar

    yang dilakukan oleh koperasi tersebut yang dijual ke IPS.

    Penelitian ini bermaksud melakukan identifikasi dan analisis supply chain

    management pada perusahaan pembibitan ayam nenek (grand parent stock) yaitu

    di PT Galur Prima Cobbindo yang terletak di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

    Penelitian ini mengkaji sejauh mana kegiatan supply chain managemet dapat

    dilakukan pada perusahaan ini yang meliputi kegiatan penyediaan bahan baku,

    seperti pengadaan DOC, pakan, obat dan vaksin, juga penjualan produk dengan

    memperhatikan mutu produk, harga, waktu proses pengiriman dan sebagainya,

    serta menganalisis jaringan kerja (critical path method) yang ada pada perusahaan

    PT Galur Prima Cobbindo.

    Persamaan dengan penelitian sebelumnya adalah topik yang dibahas pada

    penelitian ini mengenai supply chain management. Dimana perusahaan

    melakukan integrasi rantai supply dalam mendapatkan bahan baku. Pada

    perusahaan ini, untuk DOC dan pakan serta kualitas produk yang dihasilkan, dan

    menganalisis mengenai penentuan harga, serta proses pendistribusian produk PT

    Galur Prima Cobbindo berupa ayam sebar (PS) kepada perusahaan breeder parent

    stock, sekaligus sebagai konsumen dari PT Galur Prima Cobbindo melalui mutu,

  • 19

    harga yang sesuai, serta penyaluran produk yang tepat waktu sesuai pesanan yang

    ditentukan .

    Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah objek yang diteliti, karena

    selama ini penelitian tentang komoditi ayam nenek broiler (grand parent stock)

    belum ada, dan metode analisis yang digunakan juga masih jarang, serta terdapat

    banyak perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Peneliti melakukan analisisnya

    hampir ke seluruh jaringan supply chain yang terkait dengan PT Galur Prima

    Cobbindo di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

    Tabel 6. Ringkasan Penelitian Terdahulu Tentang Supply Chain Management

    Peneliti Topik Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian

    Silvina Ibniyah 2002

    Kajian Tehahadap Efisiensi Saluran Tataniaga Ayam Broiler

    Data dan Instrumentasi Analisis Efisiensi Tataniaga yaitu Elastisitas Transmisi Harga dan Analisis Biaya dan Marjin Tataniaga

    Mengetahui saluran tataniaga ayam broiler di PT. NA. Pemasaran produk terdiri dari pemasaran melalui inti dan menjual sendiri. Perusahaan berbentuk oligopsoni dan mengetahui tentang tataniaga yang paling efisien.

    Aini 2005

    Analisis Sistem Pasokan Sayur

    Analisis Deskriptif dan Analisis Margin Pemasaran

    Alokasi biaya terbesar dalam pengadaan barang dan distribusi adalah pengadaan bahan baku yang dilakukan secara kredit maupun secara tunai serta biaya transportasi. Total margin, dari tiga jenis sayur berada diatas 50 persen artinya konsumen mengeluarkan 90 persen biaya tambahan dari tiga harga jual petani.

    Ardiansyah 2005

    Manajemen supply chain bagian hulu susu pasteurisasi

    Analisis Deskriptif Manajemen rantai penyediaan barang bagian hulu meliputi siklus yang berjalan dalam sistem jaringan organisasi.

    Noviyanti 2005

    Analisis Efisiensi SCM

    Proses Hierarky

    Analytic (PHA) Efisiensi supply chain dapai dicapai melalui kerjasama dengan perusahan bagian hulu dan hilir dengan lebih terstruktur.

  • 20

    BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

    3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

    3.1.1. Aktivitas Perusahaan

    Pada saat ini perusahaan-perusahaan khususnya perusahaan agribisnis

    berusaha agar mampu memenuhi tutuntutan permintaan dari konsumen.

    Perusahaan atau indrustri berusaha agar dapat menghasilkan suatu produk atau

    jasa dengan harga yang relatif murah tapi dengan kualitas produknya yang baik,

    dengan demikian peningkatan suatu laba perusahaan akan meningkat, seiring

    dengan meningkatnya permintaan kepuasan konsumen akan suatu produk yang

    ditawarkan. Hal ini, tidak terlepas dari strategi suatu perusahaan didalam

    melakukan pemasaran produknya serta berhubungan dengan kualitas kinerja

    perusahaan didalam melakukan aktivitas perusahaannya.

    Aktivitas pengadaan bahan oleh PT Galur Prima Cobbindo diantaranya

    seperti, pengadaan bibit ayam nenek, pengadaan pakan, dan sebagainya,

    merupakan aktivitas suatu perusahaan yang melibatkan organisasi lain di bagian

    hulu (upstream supply chain management). Sedangkan proses produksi

    merupakan aktivitas internal perusahaan atau (internal supply chain management)

    dalam mengubah bahan berupa ayam DOC GPS tersebut, menjadi ayam GPS

    produksi dalam menghasilkan bibit ayam sebar (parent stock). Aktivitas bagian

    hilir (down stream supply chain management) yaitu berhubungan dengan proses

    distribusi produk seperti pendistribusian DOC ayam sebar (parent stock) sampai

    di tangan perusahaan breeder ayam sebar (parent stock). Semua kegiatan tersebut

    merupakan rangkaian aktivitas supply chain management pada perusahaan

    pembibitan ayam nenek atau grand parent stock broiler (Usman,2007).

    Indrajit dan Djoko Pranoto (2002), menyatakan bahwa rantai pasokan

    (Supply Chain) adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang

    produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan

    jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai

    tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaaan atau

    penyaluran barang tersebut.

  • 21

    Pertambahan umur pada ternak, termasuk pembibitan ayam GPS (grand

    parent stock) merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi

    produktivitas ternak. Pola produksi ternak ayam GPS mengikuti suatu kurva

    produksi tertentu, yaitu saat produksi pertama rendah lalu semakin meningkat

    sejalan dengan bertambahnya umur ternak, kemudian mencapai produksi

    maksimum hingga akhirnya mulai menurun pada kondisi terendah.

    Ketika terjadinya suatu persaingan didalam suatu perusahaan, baik itu

    karena adanya jumlah pesaing baru, persaingan harga produk, persaingan kualitas

    produk, persaingan pelayanan terhadap konsumen dan sebagainya, semua itu

    menuntut perusahaan untuk meningkatkan kualitas kinerjanya. Namun demikian,

    tetap diakui bahwa ada masalah manakala perusahaan tersebut berhubungan

    dengan perusahaan lain. Masalah yang muncul karena adanya penyekatan ketika

    diterapkannya konsep supply chain management. Kegiatan perencanaan produksi,

    distribusi, transportasi dilihat sebagai aktivitas yang terpisah satu sama lain.

    Ketika konsumen semakin kritis, mereka menuntut penyediaan suatu

    produk secara tepat tempat, tepat waktu. Perusahaan agribisnis yang antisipatif

    akan hal tersebut akan mendapatkan pelanggan sedangkan perusahaan agribisnis

    yang tidak antisipatif akan kehilangan pelanggannya. Supply chain management

    menjadi satu solusi terbaik untuk memperbaiki tingkat produktivitas antara

    perusahaan-perusahaan yang berbeda.

    3.1.2. Konsep Supply Chain Management

    Definisi supply chain management merupakan serangkaian pendekatan

    yang diterapkan untuk mengintegrasikan pemasok, pengusaha, gudang

    (warehouse) dan tempat penyimpanan lainnya secara efisien sehingga produk

    dihasilkan dan didistribusikan dengan kuantitas yang tepat dan waktu yang tepat

    untuk memperkecil biaya dan memuaskan kebutuhan pelanggan (Simchi-Levi et

    al, 1999 dalam Indrajit dan Richardus, 2002). Selain itu, supply chain

    management merupakan kegiatan pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka

    memperoleh bahan mentah tersebut menjadi barang dalam proses barang setengah

    jadi dan kemudian mengirimkan produk tersebut ke konsumen melalui sistem

    distribusi (Heizer dan Rander, 2004 dalam Siagan,2005). Definisi lain dari Supply

  • 22

    cahain management adalah perencanaan, desain dan pengendalian terhadap aliran

    informasi dan materi yang terdapat pada supply chain dalam rangka memenuhi

    kebutuhan pelanggan dengan cara yang efisien saat ini dan untuk masa yang akan

    datang (Schroder,2000 dalam Rangkuti, 2004). Jadi secara umum supply chain

    management didefinisikan sebagai pendekatan sistem secara total untuk

    mengelola seluruh aliran informasi, materi dan jasa mulai dari bahan baku yang

    dipasok melalui pabrik, gudang sampai ke pelanggan (Chase, 1998 dalam

    Rangkuti,2004).

    Menurut Render dan Heizer (2001), Supply Chain Management adalah

    mencakup keseluruhan interaksi antara supplier, perusahaan manufaktur,

    distributor dan konsumen. Interaksi ini juga berkaitan dengan transportasi,

    informasi penjadwalan, transfer kredit dan tunai, serta transfer bahan baku antara

    pihak-pihak yang terlibat. Purnomo (2006), supply chain management merupakan

    sekumpulan pendekatan yang digunakan untuk mengefisensikan integrasi

    pemasok-pabikan-gudang-distributor-pengecer dalam memproduksi dan distribusi

    pada kuantitas yang tepat, lokasi yang tepat, dan waktu yang tepat untuk

    meminimalisasi seluruh biaya dan memenuhi kebutuhan tingkat konsumen.

    Supply chain management menurut (Render dan Barry, 2001), merupakan

    kegiatan pengolahan dalam memperoleh bahan mentah, barang dalam proses atau

    barang setengah jadi dan, barang jadi yang kemudian barang tersebut dikirim

    kepada konsumen melalui sistem distribusi. Pemikiran yang mendasari SCM

    adalah pemfokusan pada pengurangan kebiasaan dan maksimisasi nilai pada rantai

    pasokannya. Pengelolaan dalam rangka memperoleh bahan pakan dan pengadaan

    DOC bibit termasuk didalalamnya aktivitas yang berhubungan dengan pengadaan

    bahan baku dari supplier. Perusahaan sebagai konsumen bahan baku mempunyai

    spesifikasi terhadap bahan baku yang dibelinya, spesifikasi tersebut berdasarkan

    pertimbangan untuk tetap mempertahankan mutu dan harga produk yang

    dihasilkan untuk mempertahankan kepuasan konsumen.

    Perusahaan didalam menerapkan konsep SCM ini, sering menghadapi

    masalah baik itu dari logistik, waktu dan masalah-masalah lain yang sering

    dihadapi. Sehingga perusahaan harus berpikir bagaimana agar perusahaan tersebut

    dapat mempertahankan eksistensi dan peningkatan efisiensi baik dari segi biaya,

  • 23

    peningkatan laba dan peningkatan kualitas dan kuantitas dari produk yang

    dipasarkan di dalam era persaingan saat ini. Hambatan- hambatan lain yang sering

    terjadi didalam pendistribusi barang oleh perusahaan, misalnya terjadinya

    kemacetan lalu lintas yang menyebabkan terjadinya keterlambatan didalam

    penyampaian produk kepada konsumen sehingga merupakan salah satu aktivitas

    yang tidak memberikan nilai terhadap produk yang dikirimkan.

    Perusahaan-perusahaan lokal kadang menjadi pesaing utama dalam

    perusahaan. Perusahaan lokal biasanya berusaha bersaing dengan harga, mereka

    biasanya berusaha menjual produk dan harga murah, walaupun secara kualitas

    mereka tidak terlalu memperhatikan masalah mutu suatu produk. Perusahaan

    harus siaga didalam mengadapi masalah tersebut, maka konsep SCM ini memiliki

    peran yang sangat penting dalam mendukung kinerja suatu perusahaan untuk

    mencapai tujuan perusahaan. Diantaranya dengan peningkatan mutu dan

    pelayanan yang baik kepada distibutor maupun penjualan langsung kepada

    konsumen.

    Berikut Gambar 2 merupakan contoh rangkaian supply chain management

    pada perusahaan manufaktur menurut Chopra dan Meindl (2001).

    Gambar 2. Rangkaian Supply Chain Management pada Perusahaan Manufaktur Sumber : Chopra dan Meindl, 2001.

    Supply chain management terdiri atas tiga elemen yang saling terikat satu

    sama lain, yaitu:

    1. Struktur jaringan supply chain

    Jaringan kerja anggota dan hubungan dengan anggota supply chain lainnya.

    2. Proses bisnis supply chain

    Aktivitas-aktivitas yang menghasilkan nilai keluaran tertentu bagi pelanggan.

    Supplier Manufacturer Distributor Retailer Customer

  • 24

    3. Komponen manajemen supply chain.

    Variabel-variabel manajerial dimana proses bisnis disatukan dan disusun

    sepanjang supply chain.

    Pelaksanaan supply chain management meliputi pengenalan anggota

    supp]y chain dengan siapa dia berhubungan, proses apa yang perlu dihubungkan

    dengan tiap anggota inti dan, jenis penggabungan apa yang perlu diterapkan pada

    setiap proses hubungan tersebut. Tujuannya adalah memaksimalkan persaingan

    dan keuntungan bagi perusahaan dan seluruh anggotanya, termasuk pelanggan

    akhir.

    3.1.2.1. Siklus Pembelian (Procurement)

    Kegiatan pengadaan bahan baku merupakan salah satu bagian dari jaringan

    kerja supply chain management yang memerlukan penanganan khusus sehingga

    diperoleh bahan baku yang bermutu baik, harga murah, jumlah sesuai kebutuhan,

    dan pengiriman produk dengan waktu tepat dan terjadwal. Harga pembelian bahan

    baku merupakan salah satu faktor penting yang akan berpengaruh terhadap input

    produksi perusahaan didalam pengadaan bahan baku.PT Galur Prima Cobbindo

    mengimpor bibit ayamnya dari luar negeri yaitu dari Amerika Serikat, sedangkan

    pengadaan bahan baku pakan didatangkan dari PT Cargill Indonesia. Heizer dan

    Render (2001), mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan pembelian adalah

    suatu kegiatan pemerolehan bahan baku atau jasa sehingga memperoleh peluang

    yang besar untuk pengurangan biaya dan peningkatan mutu margin kontribusi.

    Siklus pengadaan bahan baku terjadi pada bagian produksi dengan

    supplier yang mencakup seluruh proses yang dibutuhkan untuk memenuhi

    ketersediaan bahan baku dalam proses produksinya.

  • 25

    Gambar 3. Siklus Pengadaan Bahan Sumber: (Chopra dan Meindl, 2001)

    Pada Gambar 3 dapat dilihat, bahwa pemesanan bahan baku yang

    dilakukan oleh perusahaan adalah berdasarkan jadwal produksi dan kebutuhan

    perusahaan akan bahan baku tersebut. Kemudian perusahaan mengirimkan

    informasi pembelian kepada supplier untuk mengatur penjadwalan pengiriman

    bahan baku yang dipesan hingga akhirnya bahan baku dapat diterima oleh

    perusaahaan.

    3.1.2.2. Proses Pengendalian Mutu

    Suatu produk dibuat untuk memenuhi kebutuhan dalam berbagai kondisi

    produksi sehingga keragaman mutu sangat mungkin terjadi. Keragaman mutu

    pada komoditi hasil peternakan misalnya tergantung dari faktor kesehatan ternak,

    makanan ternak, dan lingkungan ternak. Sifat mutu yang dinamis memerlukan

    pendefinisian yang jelas mengenai karakteristik bahan baku agar dapat memenuhi

    standar kebutuhan. Pendefinisian ini selanjutnya diimplementasikan dalam suatu

    ukuran batas mutu yang akan memberikan kepuasan bagi semua pihak. Produk

    atau bahan baku yang memiliki mutu di bawah garis batas mutu yang telah

    ditetapkan disebut produk lewat mutu (off grade product). Bahan baku atau

    produk yang sesuai dengan batas mutu disebut mutu minimal. Sedangkan untuk

    mutu bahan baku yang berada di atas batas mutu akan terbagi pada kelas-kelas

    mutu (grade).

    Dalam arti yang luas mutu atau kualitas bersifat subyektif. Suatu barang

    yang bermutu baik bagi seseorang, belum tentu bermutu menurut orang lain.

    Sehingga perusahaan mencoba memberikan batasan yang dapat diterima oleh

    Pesanan Berdasarkan Jadwal Produksi atau Kebutuhan Perusahan

    Penerimaan Bahan Baku di perusahaan

    Penanganan dan Pengiriman Bahan Baku

    Penjadwalan Pengadaan dari Supplier

  • 26

    kalangan yang berkepentingan. PT Galur Prima Cobbindo dalam memberikan

    batasan stadar kualitas mutunya menggunakan ISO 9000.

    Penentuan mutu akan dipengaruhi oleh unsur kriteria mutu. Segala sesuatu

    yang ada pada komoditas, akan langsung mempengaruhi nilai pemuas atau nilai

    manfaat pada komoditas tersebut. Secara umum mutu dapat dikelompokkan dalam

    tiga kategori, yaitu: sifat mutu, parameter mutu, dan faktor mutu. Sifat mutu yaitu

    sifat-sifat yang yang langsung dapat diamati, dianalisa, atau diukur dari bahan

    baku atau produk. Sifat ini dapat diukur dengan dilihat secara langsung. Parameter

    mutu adalah besaran yang mencirikan beberapa sifat umum mutu bibit, yang

    diturunkan dari beberapa pengukuran sifat fisik. Faktor mutu adalah hal yang

    tidak dapat diukur atau diamati secara langsung dari suatu komoditi atau bahan

    tetapi mempunyai pengaruh langsung terhadap mutu.

    Tidak semua unsur mutu dapat digunakan untuk mencirikan mutu bahan

    baku atau produk dalam praktek pengendalian mutu. Praktek dalam pengendalian

    mutu hubungannya dengan standarisasi dan pengkelasan mutu, hanya beberapa

    unsur mutu yang digunakan. Unsur mutu dalam perusahaan pembibitan ini

    membutuhkan tingkat ketelitian dan perhatian yang cukup besar oleh perusahaan,

    tujuannya agar meningkatkan kualitas mutu produk perusahaan pembibitan

    tersebut.

    Kepentingan peningkatan mutu dalam suatu organisasi atau perusahaan

    akan berdampak pada banyak hal, tidak hanya terhadap mutu produk yang akan

    dihasilkan tetapi juga pada keseluruhan performa perusahaan itu sendiri. Konsep

    ini terangkai sebagai suatu mata rantai yang digagas oleh Deming dikutip oleh

    Rampersad (2001), dalam Gambar 4.

    Ternyata tuntutan peningkatan mutu atau kualitas tidak hanya diharapkan

    oleh konsumen, tetapi perusahaan sebagai penghasil produk juga merasakan

    dampaknya. Jika pengendalian mutu dilakukan secara baik dalam suatu

    perusahaan, maka perusahaan akan dapat meningkatkan tingkat efisiensi waktu,

    kuantitas bahan, dan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk.

  • 27

    Gambar 4. Deming Chain Reaction Sumber: Rampersad, (2001)

    Proses pengendalian dan peningkatan mutu oleh perusahaan diantaranya

    dengan menerapkan proses sanitasi sebelum masuk perusahaan baik itu terhadap

    karyawan maupun tamu yang akan masuk kedalam perusahaan tersebut,

    penyeleksian genetik, penyeleksian produk dan sebagainya. Kemudian yang

    berhubungan dengan teknologi yang digunakan dalam kegiatan perusahaan,

    diataranya untuk impor DOC (day old chick) dari Amerika dengan menggunakan

    kapal yang dilengkapi pengaturan suhu, sehingga ayam tersebut merasa nyaman

    dan tidak stress, serta fasilitas lain perusahaan memadai, diantaranya dengan

    menggunakan mobil pengangkut ayam bibit, yang dilengkapi dengan pengatur

    suhu, dengan demikian kualitas produk tersebut dapat terus terjaga.

    3.1.2.3. Proses Pengendalian Harga

    Dalam proses pengadaan bahan baku ada beberapa komponen biaya yang

    diperhitungkan sehingga akan berpengaruh terhadap peningkatan biaya input

    bahan baku. Komponen biaya yang diperhitungkan dalam proses pengadaan

    Peningkatan Mutu/ Kualitas

    Pengurangan biaya atas pengerjaan ulang, kesalahan yang lebih sedikit, keterlambatan dan penundaan yang lebih kecil dan penggunaan waktu dan

    bahan yang efisien

    Peningkatan Produktivitas

    Meningkatkan kualitas yang lebih baik dan harga yang lebih rendah (kompetitif)

    Bertahan di Persaingan Bisnis

    Penyediaan lapangan kerja yang stabil dan membuka kesempatan kerja baru

  • 28

    bahan baku tersebut adalah biaya inspeksi, biaya bongkar muat, biaya telepon dan

    biaya administrasi.

    Hermanto (1992), salah satu tujuan dari pokok akuntansi biaya adalah

    untuk penentuan harga pokok produk dan rugi laba periodik. Mulyadi (1992),

    mengemukakan bahwa dalam suatu perusahaan yang berproduksi secara massa,

    informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu yang

    bermanfaat bagi manajemen untuk: (a) menentukan harga jual produk, (b)

    memantau realisasi biaya produksi, (c) menghitung laba atau rugi periodik (d)

    menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang

    disajikan dalam neraca.

    Hermanto (1992) mengemukakan dalam proses penentuan harga pokok

    atau perhitungan biaya untuk melaksanakan suatu kegiatan disebut costing. Proses

    itu sendiri harus dilakukan secara sistematis yang meliputi tahap-tahap, sebagai

    berikut:

    a) Penggolongan Biaya

    Menurut Mulyadi (1992) biaya dapat digolongkan menurut : (1) objek

    keluaran, (2) fungsi pokok dalam perusahaan, (3) hubungan dengan sesuatu yang

    dibiayai, (4) perilaku biaya dalam hubungan dengan perubahan volume kegiatan.

    Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan, dikelompokan

    menjadi tiga kelompok yaitu: (1) biaya produksi, (2) biaya pemasaran, (3) dan

    biaya administrasi umum.

    Komponen-komponen biaya produksi serta unsur biaya yang perlu

    diperhitungkan dalam masing-masing komponen biaya tersebut, diataranya.

    1. Biaya Bahan

    Biaya Bahan dapat digolongkan kedalam biaya bahan baku dan bahan

    penolong. Biaya bahan baku meliputi harga pokok semua bahan yang dibutuhkan

    untuk proses pertumbuhan bibit ayam nenek broiler (grand parent stock) tersebut

    sehingga dengan mudah dilihat produk jadinya yaitu berupa ayam sebar (parent

    stock) yang dijual kepada konsumen. Bahan baku diantaranya, bibit atau DOC

    ayam nenek, bibit tersebut di impor langsung dari Amerika, bibit yang di impor

    dari Amerika tersebut dikenal dengan nama great grand parent stock (GGPS).

    Pakan merupakan salah satu bahan baku yang dibutuhkan dalam proses produksi,

  • 29

    pasokan pakan tersebut diperoleh dari PT. Cargill Indonesia, perusahaan ini

    menjadi pemasok kuat untuk perusahaan PT. Galur Prima, karena perusahaan

    pembibitan ini hanya dipasok pakan dari satu perusahaan saja, maka ini menjadi

    pertimbangan bagi perusahaan terhadap harga, apakah akan lebih menguntungkan

    atau menjadikan masalah bagi perusahaan.

    2. Biaya Tenaga Kerja

    Salah satu elemen biaya produksi yang penting adalah biaya atau

    pengorbanan yang terjadi dalam hubungannya dengan penggunaan jasa tenaga

    kerja atau karyawan. Jasa tenaga kerja atau karyawan, baik berupa kegiatan fisik

    maupun mental diperlukan untuk mengkonversikan bahan baku menjadi produk

    akhir, dengan atau tanpa bantuan mesin-mesin produksi. Untuk jasa tenaga kerja

    tersebut perusahaan harus membayar sejumlah biaya yang disebut dengan biaya

    tenaga kerja. Sumber daya manusia berupa tenaga kerja yang dipergunakan pada

    perusahaan ini, hampir semuanya mempergunakan tenaga kerja lokal, hal ini bisa

    menjadi keuntungan juga bisa menjadi masalah untuk perusahaan, karena

    terbentur kemampuan kualitas tenaga kerja lokal yang belum maksimal.

    3. Biaya Overhead

    Biaya overhead pada perusahaan PT Galur Prima Cobbindo ini merupakan

    elemen biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja, terdiri dari

    berbagai macam biaya dan semuanya tidak dapat ditelusuri secara langsung

    kepada produk atau aktivitas lainnya dalam upaya perusahaan untuk

    merealisasikan pendapatan. Biaya tersebut salah satunya adalah biaya upah

    langsung, dan biaya dasar jam kerja mesin.

    b) Pengumpulan Biaya Produksi

    Menurut Mulyadi (1991), pada dasarnya kegiatan memproduksi suatu

    produk dibagi menjadi dua macam yaitu memproduksi atas dasar pesanan dan

    memproduksi secara masa atau berkelanjutan. Perusahaan menjual produknya

    berupa bibit atau DOC ayam sebar, ayam tersebut berasal dari hasil penetasan

    ayam nenek pada perusahaan peternakan ayam sebar tersebut berdasarkan atas

    pesanan dari pihak luar.

  • 30

    Biaya infeksi dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka melakukan

    pengujian mutu bahan baku sebelum diterima oleh perusahaan. Komponen biaya

    ini sifatnya mutlak diperhitungkan oleh perusahaan karena menyangkut

    implementasi manajemen mutu total pada seluruh tahapan yang terlibat dalam

    proses menghasilkan produk yang siap dipasarkan kepada konsumen. Biaya

    bongkar muat merupakan salah satu komponen biaya yang mempengaruhi harga

    input bahan baku baik itu DOC ataupun pakan ayam itu sendiri terhadap

    peningkatan biaya input bahan baku.

    Biaya telepon merupakan salah satu komponen biaya yang dikeluarkan

    oleh perusahaan, diantaranya dalam proses pemesanan bahan baku, koordianasi

    dengan kantor pusat, dan interaksi dengan perusahaan lain yang berfungsi sebagai

    konsumen. Sedangkan biaya administrasi pembelian merupakan biaya yang

    dikeluarkan untuk proses surat-menyurat yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam

    proses pengadaan bahan baku.

    3.1.2.4. Pengendalian Waktu

    Pada sistem SCM sangat perlu diperhatikan mengenai masalah efisiensi

    waktu. Analisis waktu merupakan segala tingkah laku perusahaan yang bertujuan

    untuk mempelajari pelaksanaan selama penyelenggaraan proyek. Setiap kegiatan

    dapat diterapkan skala prioritasnya dengan analisis waktu, sehingga apabila terjadi

    perubahan waktu pelaksanaan kegiatan segera dapat diperkirakan sebab akibatnya

    sehingga keputusan dapat segera diambil (Ali, 1995). Penetapan skala prioritas

    atas kegiatan dalam suatu proyek, dilakukan analisis jaringan kerja terlebih

    dahulu, bertujuan untuk membatu perusahaan dalam mengidentifikasi kegiatan

    yang bersifat kritis dan tidak kritis dalam suatu proyek.

    Manajemen waktu yang efektif adalah mampu menjawab permintaan

    produk dari konsumen pada saat yang tepat (just in time). Proses pengerjaan

    produk pesanan dari distributor dituntut secepat mungkin dengan perencanaan

    sesuai dengan keperluan. Data yang telah ditabulasikan selanjutnya disiapkan

    sesuai dengan keperluan pengolahan data. Pengolahan data yang dilakukan

    dengan menggunakan Microsof Excel. Untuk data yang bersipat kualitatif yang

  • 31

    berasal dari internal maupun eksternal perusahaan selanjutnya diolah dan

    kemudian disajikan dalam bentuk deskriptif.

    3.1.2.5. Konsep Critical Path Method

    Menurut Sutomo (1997), critical path method adalah sebuah alat

    managemen yang memungkinkan untuk lebih luas dan lengkap dalam

    perencanaan dan pengawasan suatu proyek. Pada prinsipnya suatu proyek

    merupakan kumpulan dari banyak aktivitas yang saling bergantungan.

    Perencanaan sebuah kegiatan secara umum didefinisikan sebagai suatu rangkaian

    kegiatan-kegiatan, yang mempunyai saat permulaan dan yang harus dilaksanakan

    serta diselesaikan untuk mendapatkan suatu tujuan tertentu. Biasanya yang

    dimaksudkan dengan tujuan tertentu merupakan sebuah ujung akhir, baik

    dipandang logika maupun waktu. Untuk pengawasan suatu proyek, ada beberapa

    faktor yang harus diperhatikan. Faktor-faktor tersebut adalah :

    1. Rencana, yang harus berdasar pada pengertian yang teliti dan tepat pada

    waktu, untuk menentukan kegiatan-kegiatan apa yang harus dilaksanakan atau

    dikerjakan serta logika ketergantungan satu sama lain.

    2. Waktu, baik yang mengenai masing-masing kegiatan maupun yang mengenai

    proyek keseluruhan.

    3. Sumber Daya, diantaranya sumberdaya manusia, equipment, dan material

    yang diperlukan.

    4. Biaya, mencakup seluruh biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan tersebut.

    Menurut Johannes Supranto (1988), Critical Path Method merupakan

    suatu teknik yang berguna untuk menyusun perencanaan, penjadwalan, dan

    pengawasan atau pengontrolan proyek. CPM pada dasarnya merupakan metode

    berorientasikan waktu, yang artinya bahwa metode tersebut akan berakhir dengan

    penjadwalan waktu (a time schedule). CPM juga dinamakan teknik penjadwalan

    proyek (project schedulling technique) yang terdiri dari tiga tahapan yaitu

    perencanaan, penjadwalan, dan pengawasan.

    Perkiraan waktu untuk aktivitas perusahaan ditentukan dengan diagram

    jaringan kerja (Network) yang dinyatakan dengan anak gambar panah, dimulai

    dari anak panah yang menunjukan kegiatan (activity) awal perusahaan hingga

  • 32

    menunjukan kegiatan akhir perusahaan. Waktu kegiatan pelaksanaan setiap event

    dalam jaringan kerja supply chain management diperhitungkan berdasarkan waktu

    optimistis, realistis, waktu pesimis dan waktu rata-rata. Ilustrasi waktu dapat

    dilihat pada Gambar 5 berikut ini.

    X1

    T1

    X2

    T2

    Gambar 5. Ilustrasi