Aves Ragunan Baru

26
Aves Ragunan Angsa Hitam Klasifikasi: Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Aves Ordo : Anseriformes Famili : Anatidae Genus :Cygnus Spesies :C. atratus Deskripsi/ Karakter morfologi: Tipe paruh dan ukurannya: Paruh lebar dan memiliki ujung yang membulat, berwarna merah dengan garis putih diujungnya. Paruh ini digunakan untuk menyaring tanaman, biji dan hewan-hewan kecil dari lumpur dan air. Bentuk kaki dan susunan jarinya: Kaki berwarna abu-abu dan berselaput. Jari-jari depan saja yang bersambung dengan selaput renang. Bentuk ekor:

description

Tentang burung-burung yang ada di Ragunan

Transcript of Aves Ragunan Baru

Page 1: Aves Ragunan Baru

Aves Ragunan

Angsa Hitam

Klasifikasi:

Kerajaan : Animalia

Filum         : Chordata

Kelas        : Aves

Ordo         : Anseriformes

Famili        : Anatidae

Genus        :Cygnus

Spesies      :C. atratus

Deskripsi/ Karakter morfologi:

Tipe paruh dan ukurannya:

Paruh lebar dan memiliki ujung yang membulat, berwarna merah dengan garis

putih diujungnya. Paruh ini digunakan untuk menyaring tanaman, biji dan hewan-

hewan kecil dari lumpur dan air.

Bentuk kaki dan susunan jarinya:

Kaki berwarna abu-abu dan berselaput. Jari-jari depan saja yang bersambung

dengan selaput renang.

Bentuk ekor:

Bentuk ekor pointed.

Page 2: Aves Ragunan Baru

Ukuran tubuh:

Burung dewasa berukuran besar, dengan panjang mencapai +130cm.

Topografi dan tanda-tanda pada tubuh:

Seluruh bulu-bulunya berwarna hitam dengan perkecualian bulu sayap yang

terdapat warna putih dan mempunyai pelumas bulu. Iris mata berwarna hitam.

Angsa Hitam mempunyai leher yang sangat panjang dan membentuk huruf” S “.

Burung betina serupa dan berukuran lebih kecil dari burung jantan. Anak angsa

mempunyai bulu berwarna abu-abu. Kakinya berbentuk sebagai kaki perenang,

dengan paruh berwarna merah. Mempunyai lamella yang merupakan tambahan zat

tanduk yang berguna untuk menyaring lumpur pada kedua sisi paruhnya.

Perilaku reproduksi dan bersarang:

Hampir semua Angsa Hitam adalah monogami spesies. Kedua induk bersama-

sama membesarkan anak angsa dan bersarang di tengah-tengah danau yang

dangkal.

Habitat:

Rawa, payau, mangrove, tambak, kolam, sungai. Dapat sampai jauh ke

pedalaman.

Suara:

 

Pakan:

Tumbuh-tumbuhan dan invertebrata.

Kebiasaan:

Angsa Hitam tidak bermigrasi dan menetap di tempat dimana mereka menetas.

Penyebaran global:

Andaman, Sunda besar, Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi dan Nusa

Tenggara.

Perilaku angsa hitam di ragunan:

Perilaku angsa hitam yang diamati di ragunan dimulai dari pukul 09.09 sampai

pukul 09.20. Pada pukul 09.09 angsa bersuara di darat. Pukul 09.10 angsa makan

di darat. Pukul 09.13 menggoyangkan ekor. Pukul 09.15 angsa kembali ke air dan

berenang. Pukul -9.18 Angsa makan di air dan menyelamkan kepala. Pukul 09.22

angsa makan di darat dan minum di air. Makanan yang dimakan berasal dari

Page 3: Aves Ragunan Baru

pengelola kebun binatang ragunan yaitu: toge, sawi, kangkung, pur dan jagung.

Pada pukul 09.24 angsa menelisik bulu di air. Pada pukul 09.28 angsa berenang

sambil menggoyangkan ekornya.

Pelikan

Klasifikasi:

Kerajaan : Animalia

Filum       : Chordata

Kelas       : Aves

Ordo        : Pelecaniformes

Familia     : Pelecanidae

Genus      : P e l e c a n u s

Spesies    : Pelecanus conspicillum

Deskripsi/Karakter morfologi:

Tipe paruh:

Paruh berwarna merah jambu, besar dan lurus, dilengkapi dengan kait pada

ujungnya yang berwarna kuning dan kantong besar. Paruh bagian bawah berfungsi

untuk menyimpan makanan.

Bentuk kaki dan susunan jarinya:

Kaki berselaput penuh. Jari-jari berselaput renang penuh pada selaput jarinya.

Bentuk ekor:

Bentuk ekor rounded.

Ukuran tubuh:  

Page 4: Aves Ragunan Baru

Burung air yang sangat besar +(150 cm), mempunyai berat badan berkisar antara

4,5-11 kg, dengan rentangan sayap 2,75 m.

Topografi dan tanda-tanda pada tubuh:

Burung ini biasanya putih atau sebagian besar putih. Sayap dan ekor sebagian

berwarna hitam. Pada bagaian dada putih,punggung hitam, tungging hitam, tunggir

putih. Selama musim mengeram warna kulit yang sulah, paruh, kantung,

tenggorok, dan kaki menjadi lebih jelas. Ciri lainnya iris cokelat pucat, kulit muka

tidak berbulu dan paruh berwarna merah jambu, kaki cokelat. Mempunyai kelenjar

minyak. Perbedaan morfologi antara jantan dan betina tidak jelas, sehingga agak

sukar membedakan pelikan jantan dengan pelikan betina.

Perilaku reproduksi dan bersarang:

Seekor pelikan mampu bertelur sebanyak 4 butir, telur berwarna putih dan

berukuran besar. Telur-telur itu akan menetas setelah dierami selam 30 hari.

Pengeraman dan pemeliharaan dilakukan oleh induk jantan dan betina secara baik,

yaitu secara bergantian.

Habitat:

Pelikan suka hidup berkelompok dan berenang di danau, rawa-rawa, sungai,

muara, teluk, dan lautan.

Suara:

Umumnya tidak bersuara, tetapi dapat mengeluarkan erangan dari tenggorokan.

Pakan:

Di alam burung pelikan memakan ikan dan cara menangkapnya dengan cara

menyendokan paruhnya kedalam air yang terdapat ikan. Seekor pelikan dalam satu

hari mampu memakan ikan seberat 6 kg.

Kebiasaan:

Burung pelikan merupakan burung yang hidup sosial, berkelompok dalam jumlah

50 sampai 40.000 berpindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain di daratan.

Burung ini suka berenang di air, pakan utamanya adalah ikan, sambil berenang

pelikan menangkap ikan dengan mudah, karena paruhnya yang bekerja serupa jala

penangkap ikan. Paruhnya yang menyerupai kantung tidak seperti jala yang

berlobang tapi sangat lentur dan mudah melar. Pada saat makan, paruh bagian

bawah akan memelar.

Page 5: Aves Ragunan Baru

Penyebaran global:

Berbiak di India barat daya, Sri Langka, Burma, dan Cina tenggara. Juga

diperkirakan di Asia tenggara dan Filipina. Bermigrasi ke selatan.

Penyebaran lokal dan status:

Rentan (Collar dkk 1994.) Pada musim dingin ke Sumatera utara. Tercatat di

Sumatera selatan, kemungkinan berbiak disana. Pada abad yang lalu, Spenser St

John pernah menemukan burung (yang kemungkinan besar adalah jenis ini) di P.

Blambangan, lepas pantai Sabah. Hanya sedikit catatan dari Jawa.

Perilaku pelikan di ragunan:

Perilaku pelikan yang diamati diragunan dimulai dari pukul 08.28 sampai pukul

09.01. Kami mengamati pada pukul 08.28 burung bergerak di air, meminum air,

mencari makan, kemudian karena sepertinya tidak mendapatkan makanan burung

pelikan ingin menelan botol minuman namun tidak bisa. Burung pelikan melakukan

hal itu berkali-kali hingga dia merasa botol itu bukanlah makanannya. Pukul 08.35

pelikan naik kedarat dan membersihkan bulunya. Pukul 08.40 pelikan mengibaskan

sayap kemudian membersihkan bulu kembali, kemudian kembali ke air untuk

mencari makan. Pada saat makan, parh pelikan membesar, terutama paruh bagian

bawah. Pukul 08.48 pelikan naik kedarat untuk berjemur dan menelisik bulu. Pukul

08.50 pelikan mengeluarkan kotoran dari duburnya. Kemudian pada pukul 09.00

pelikan menelisik bulu dan mengibaskan sayapnya sambil berlari.

Jalak Bali

Klasifikasi:

Kerajaan : Animalia

Page 6: Aves Ragunan Baru

Filum       : Chordata

Kelas       : Aves

Ordo        : Passeriformes

Familia     : Sturnidae

Genus      : Leucopsar

Spesies    : L. rothschildi

Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) adalah sejenis burung pengicau berukuran sedang,

dengan panjang lebih kurang 25cm, dari suku Sturnidae. Jalak Bali memiliki ciri-ciri

khusus, di antaranya memiliki bulu yang putih di seluruh tubuhnya kecuali pada ujung ekor

dan sayapnya yang berwarna hitam. Bagian pipi yang tidak ditumbuhi bulu,

berwarna birucerah dan kaki yang berwarna keabu-abuan. Burung jantan dan betina

serupa.

Endemik Indonesia, Jalak Bali hanya ditemukan di hutan bagian barat Pulau Bali. Burung

ini juga merupakan satu-satunya spesies endemik Bali dan pada tahun 1991 dinobatkan

sebagai lambang fauna Provinsi Bali. Keberadaan hewan endemik ini dilindungi undang-

undang.

Jalak Bali ditemukan pertama kali pada tahun 1910. Nama ilmiah Jalak Bali dinamakan

menurut pakar hewan berkebangsaan Inggris, Walter Rothschild, sebagai orang pertama

yang mendeskripsikan spesies ini ke dunia pengetahuan pada tahun 1912.

Karena penampilannya yang indah dan elok, jalak Bali menjadi salah satu burung yang

paling diminati oleh para kolektor dan pemelihara burung. Penangkapan liar, hilangnya

habitat hutan, serta daerah burung ini ditemukan sangat terbatas menyebabkan populasi

burung ini cepat menyusut dan terancam punah dalam waktu singkat. Untuk mencegah

hal ini sampai terjadi, sebagian besar kebun binatang di seluruh dunia menjalankan

program penangkaran jalak Bali.

Jalak Bali dinilai statusnya sebagai kritis di dalam IUCN Red List serta didaftarkan

dalamCITES Appendix I.

Merak Hijau

Page 7: Aves Ragunan Baru

Klasifikasi

Kerajaan   : Animalia

Filum         : Chordata

Kelas        : Aves

Ordo         : Galliformes

Famili        : Phasianidae

Genus        :Pavo

Spesies      :Pavo muticus

Merak Hijau atau kerap disebut Merak Jawa, nama ilmiahnya Pavo muticus adalah salah

satu burung dari tiga spesies merak. Seperti burung-burung lainnya yang ditemukan di

sukuPhasianidae, Merak Hijau mempunyai bulu yang indah. Bulu-bulunya berwarna hijau

keemasan. Burung jantan dewasa berukuran sangat besar, panjangnya dapat mencapai

300cm, dengan penutup ekor yang sangat panjang. Di atas kepalanya terdapat jambul

tegak. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan. Bulu-bulunya kurang

mengilap, berwarna hijau keabu-abuan dan tanpa dihiasi bulu penutup ekor.

Populasi Merak Hijau tersebar di hutan terbuka dengan padang rumput di Republik Rakyat

Cina, Indocina dan Jawa, Indonesia. Sebelumnya Merak Hijau ditemukan juga

di India,Bangladesh dan Malaysia, namun sekarang telah punah di sana. Walaupun berukuran

sangat besar, Merak Hijau adalah burung yang pandai terbang.

Pada musim berbiak, burung jantan memamerkan bulu ekornya di depan burung betina.

Bulu-bulu penutup ekor dibuka membentuk kipas dengan bintik berbentuk mata. Burung

betina menetaskan tiga sampai enam telur.

Page 8: Aves Ragunan Baru

Pakan burung Merak Hijau terdiri dari aneka biji-bijian, pucuk rumput dan dedaunan,

aneka serangga, serta berbagai jenis hewan kecil seperti laba-laba, cacing dan kadalkecil.

Namun karena banyaknya habitat hutanyang hilang dan penangkapan liar yang terus

berlanjut, serta daerah dimana burung ini ditemukan sangat terpencar, Merak Hijau

dievaluasikan sebagai rentan di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan

dalam CITES Appendix II.

Elang Ular-Bido

Kerajaan   : Animalia

Filum         : Chordata

Kelas        : Aves

Ordo         : Accipitriformes

Famili        : Accipitridae

Genus        :Spilonis

Spesies      :S. cheela

Elang-ular bido adalah sejenis elang besar yang menyebar luas di Asia, mulai

dari India di barat, Nepal, Srilanka, terus ke timur hingga Cina, ke selatan melintasi Asia

Tenggara,Semenanjung Malaya, kepulauan Sunda Besar, hingga ke Palawan di Filipina.

Elang ini merupakan anggota suku Accipitridae.

[sunting]Pengenalan

Dikenal juga sebagai Crested Serpent Eagle atau CSE oleh sebagian pecinta burung

pemangsa (BOP). Elang ini berwarna hitam dengan garis putih di ujung belakang sayap,

terlihat di saat terbang seperti garis yang tebal. Sangat berisik, suara panggilan seperti

""Kiiiik"" panjang dan diakhiri dengan penekanan nada. Sayap menekuk ke atas

(sepertielang jawa) dan ke depan, membentuk huruf C yang terlihat membusur. Ciri khas

lainnya adalah kulit kuning tanpa bulu di sekitar mata hingga paruh. Ada yang mengatakan

Page 9: Aves Ragunan Baru

bahwa kulit kaki dari elang ini mempunyai kekebalan terhadap bisa ular, karena itulah

elang ini di sebut elang ular karena mempunyai kekebalan terhadap bisa ular.

Makanan utama dari elang ular adalah Ular-ular kecil, burung-burung kecil sampai ke

mamalia kecil seperti tikus atau kelinci yang mempunyai ukuran yang kecil.

Pada waktu terbang, terlihat garis putih lebar pada ekor dan garis putih pada pinggir

belakang sayap. Berwarna gelap, sayap sangat lebar membulat, ekor pendek.

Dewasa: Bagian atas coklat abu-abu gelap. Bagian bawah coklat. Perut, sisi tubuh dan

lambung berbintik-bintik putih, terdapat garis abu-abu lebar di tengah garis-garis hitam

pada ekor. Jambul pendek dan lebar, berwarna hitam dan putih. Remaja: Mirip dewasa,

tetapi lebih coklat dan lebih banyak warna putih pada bulu. Iris berwarna kuning, paruh

coklat abu-abu, kaki kuning.

Kebiasaan

Hidup berpasang-pasangan. Sangat ribut, melayang-layang di atas wilayah sambil

mengeluarkan suara. Pada musim berbiak, pasangan menunjukkan gaya terbang

akrobatik.

Habitatnya adalah hutan, tepi hutan, perkebunan, sub-urban. Tersebar sampai ketinggian

1.900 m dpl. Bido memangsa ular dan reptilpada umumnya, katak, serta mamalia kecil.

Berbiak sepanjang waktu, sarangnya terbuat dari tumpukan ranting berlapis daun di hutan

yang rapat. Telur berwarna putih suram, bercak kemerahan, berjumlah 1-2 butir.

Elang Jawa

Kerajaan   : Animalia

Filum         : Chordata

Kelas        : Aves

Ordo         : Falconiformes

Page 10: Aves Ragunan Baru

Famili        : Accipitridae

Genus        :Nisaetus

Spesies      :Nisaetus bartelsi

Elang Jawa atau dalam nama ilmiahnya Nisaetus bartelsi adalah salah satu spesies elangberukuran sedang yang endemik di Pulau Jawa. Satwa ini dianggap identik dengan lambang negara Republik Indonesia, yaitu Garuda. Dan sejak 1992, burung ini ditetapkan sebagai maskot satwa langka Indonesia

Identifikasi

Elang jawa (remaja), di Ragunan

Elang yang bertubuh sedang sampai besar, langsing, dengan panjang tubuh antara 60-

70 cm (dari ujung paruh hingga ujung ekor).

Kepala berwarna coklat kemerahan (kadru), dengan jambul yang tinggi menonjol (2-4

bulu, panjang hingga 12 cm) dan tengkuk yang coklat kekuningan (kadang nampak

keemasan bila terkena sinar matahari). Jambul hitam dengan ujung putih; mahkota dan

kumis berwarna hitam, sedangkan punggung dan sayap coklat gelap. Kerongkongan

keputihan dengan garis (sebetulnya garis-garis) hitam membujur di tengahnya. Ke bawah,

ke arah dada, coret-coret hitam menyebar di atas warna kuning kecoklatan pucat, yang

pada akhirnya di sebelah bawah lagi berubah menjadi pola garis (coret-coret) rapat

melintang merah sawomatang sampai kecoklatan di atas warna pucat keputihan bulu-bulu

perut dan kaki. Bulu pada kaki menutup tungkai hingga dekat ke pangkal jari. Ekor

kecoklatan dengan empat garis gelap dan lebar melintang yang nampak jelas di sisi

bawah, ujung ekor bergaris putih tipis. Betina berwarna serupa, sedikit lebih besar.

Iris mata kuning atau kecoklatan; paruh kehitaman; sera (daging di pangkal paruh)

kekuningan; kaki (jari) kekuningan. Burung muda dengan kepala, leher dan sisi bawah

tubuh berwarna coklat kayu manis terang, tanpa coretan atau garis-garis.[2]

Page 11: Aves Ragunan Baru

Ketika terbang, elang Jawa serupa dengan elang brontok (Nisaetus cirrhatus) bentuk

terang, namun cenderung nampak lebih kecoklatan, dengan perut terlihat lebih gelap,

serta berukuran sedikit lebih kecil.

Bunyi nyaring tinggi, berulang-ulang, klii-iiw atau ii-iiiw, bervariasi antara satu hingga tiga

suku kata. Atau bunyi bernada tinggi dan cepat kli-kli-kli-kli-kli. Sedikit banyak, suaranya

ini mirip dengan suara elang brontok meski perbedaannya cukup jelas dalam nadanya.[3]

[sunting]Penyebaran, ekologi dan konservasi

Elang Jawa, Kebun Binatang Bandung

Sebaran elang ini terbatas di Pulau Jawa, dari ujung barat (Taman Nasional Ujung Kulon)

hingga ujung timur di Semenanjung Blambangan Purwo. Namun demikian penyebarannya

kini terbatas di wilayah-wilayah dengan hutan primer dan di daerah perbukitan berhutan

pada peralihan dataran rendah dengan pegunungan. Sebagian besar ditemukan di

separuh belahan selatan Pulau Jawa. Agaknya burung ini hidup berspesialisasi pada

wilayah berlereng. [4]

Elang Jawa menyukai ekosistem hutan hujan tropika yang selalu hijau, di dataran

rendahmaupun pada tempat-tempat yang lebih tinggi. Mulai dari wilayah dekat pantai

seperti di Ujung Kulon dan Meru Betiri, sampai ke hutan-hutan pegunungan bawah dan

atas hingga ketinggian 2.200 m dan kadang-kadang 3.000 m dpl.

Pada umumnya tempat tinggal elang jawa sukar untuk dicapai, meski tidak selalu jauh dari

lokasi aktivitas manusia. Agaknya burung ini sangat tergantung pada keberadaanhutan

primer sebagai tempat hidupnya. Walaupun ditemukan elang yang menggunakan hutan

sekunder sebagai tempat berburu dan bersarang, akan tetapi letaknya berdekatan dengan

hutan primer yang luas.

Burung pemangsa ini berburu dari tempat bertenggernya di pohon-pohon tinggi dalam

hutan. Dengan sigap dan tangkas menyergap aneka mangsanya yang berada di dahan

pohon maupun yang di atas tanah, seperti pelbagai jenis reptil, burung-burung

sejenis walik,punai, dan bahkan ayam kampung. Juga mamalia berukuran kecil sampai

sedang seperti tupai dan bajing, kalong, musang, sampai dengan anak monyet.

Page 12: Aves Ragunan Baru

Masa bertelur tercatat mulai bulan Januari hingga Juni. Sarang berupa tumpukan ranting-

ranting berdaun yang disusun tinggi, dibuat di cabang pohon setinggi 20-30 di atas tanah.

Telur berjumlah satu butir, yang dierami selama kurang-lebih 47 hari.

Pohon sarang merupakan jenis-jenis pohon hutan yang tinggi, seperti rasamala (Altingia

excelsa), pasang (Lithocarpus dan Quercus),tusam (Pinus merkusii), puspa (Schima

wallichii), dan ki sireum (Eugenia clavimyrtus). Tidak selalu jauh berada di dalam hutan,

ada pula sarang-sarang yang ditemukan hanya sejarak 200-300 m dari tempat rekreasi.[3]

Di habitatnya, elang Jawa menyebar jarang-jarang. Sehingga meskipun luas daerah

agihannya, total jumlahnya hanya sekitar 137-188 pasang burung, atau perkiraan jumlah

individu elang ini berkisar antara 600-1.000 ekor.[5] Populasi yang kecil ini menghadapi

ancaman besar terhadap kelestariannya, yang disebabkan oleh kehilangan habitat dan

eksploitasi jenis. Pembalakan liar dan konversi hutanmenjadi lahan pertanian telah

menyusutkan tutupan hutan primer di Jawa.[6] Dalam pada itu, elang ini juga terus diburu

orang untuk diperjual belikan di pasar gelap sebagai satwa peliharaan. Karena

kelangkaannya, memelihara burung ini seolah menjadi kebanggaan tersendiri, dan pada

gilirannya menjadikan harga burung ini melambung tinggi.

Mempertimbangkan kecilnya populasi, wilayah agihannya yang terbatas dan tekanan

tinggi yang dihadapi itu, organisasi konservasi dunia IUCN memasukkan elang Jawa ke

dalam status EN (Endangered, terancam kepunahan). [7] Demikian pula, Pemerintah

Indonesia menetapkannya sebagai hewan yang dilindungi oleh undang-undang.[8]

[sunting]Catatan taksonomis

Sesungguhnya keberadaan elang Jawa telah diketahui sejak sedini tahun 1820,

tatkala van Hasselt dan Kuhl mengoleksi dua spesimen burung ini dari kawasan Gunung

Salak untuk Museum Leiden, Negeri Belanda. Akan tetapi pada masa itu hingga akhir

abad-19, spesimen-spesimen burung ini masih dianggap sebagai jenis elang brontok.

Baru di tahun 1908, atas dasar spesimen koleksi yang dibuat oleh Max Bartels dari Pasir

Datar, Sukabumi pada tahun 1907, seorang pakar burung di Negeri Jerman, O. Finsch,

mengenalinya sebagai takson yang baru. Ia mengiranya sebagai anak jenis dari Spizaetus

kelaarti, sejenis elang yang ada di Sri Lanka. Sampai kemudian pada tahun 1924,

Prof. Stresemann memberi nama takson baru tersebut dengan epitet spesifik bartelsi,

untuk menghormati Max Bartels di atas, dan memasukkannya sebagai anak jenis elang

gunung Spizaetus nipalensis.[3]

Demikianlah, burung ini kemudian dikenal dunia dengan nama ilmiah Spizaetus nipalensis

bartelsi, hingga akhirnya pada tahun 1953 D. Amadon mengusulkan untuk menaikkan

peringkatnya dan mendudukkannya ke dalam jenis yang tersendiri, Spizaetus bartelsi

Page 13: Aves Ragunan Baru

Kakatua Hering

Kerajaan   : Animalia

Filum         : Chordata

Kelas        : Aves

Ordo         : Psittaciformes

Famili        : Psittrichasiidae

Genus        :Psittrichas

Spesies      :P. fulgidus

Parrot Pesquet (Psittrichas fulgidus) juga dikenali sebagai Parrot Heringadalah satu-satunya anggota dari puak Psittrichadini. Ia berasal dari kawasan hutan hujan dan berbukit di New Guinea..

Description

Page 14: Aves Ragunan Baru

Female profile showing vulturine features - taken at Cincinnati Zoo

Parrot Pesquet merupakan sejenisparrot bersaiz besar dengan panjang keseluruhan

kira-kira 46 cm (18 in) dan berat 680–800 g (24–28 oz). Bulunya berwarna hitam,

dengan warna hitam-kekelabuan pada bahagian dada, bahagian atas ekor merah

dan sayap manakala warna merah pada perut. Burung jantan dewasa memiliki titik

merah pada bahagian belakang mata, yang mana tidak didapati pada burung betina.[1] Dibandingkan dengan kebanyakan parrot lain, burung ini memiliki saiz kepala

yang kecil, sebahagian disebabkan oleh kulit mukanya yang licin tidak berbulu dan

paruh bercangkuk yang panjang. Penampilannya seolah-olah seperti burung

hering yang mana membawa kepada nama timangannya.

Behaviour

Pesquet's Parrot is a highly specialised frugivore, feeding almost exclusively on a

few species of figs. Flowers and nectar have also been reported. At least in parts of its

range, it is seasonally nomadic in response to the availability of fruits. The bare part of the

head is presumably an adaption to avoid feather-matting from sticky fruits. Little is known

about its breeding habits in the wild, but the two eggs are laid in a nest in a large, hollow

tree. It is typically seen in pairs or groups up to 20 individuals. In flight it alternates

between rapid flapping and short glides.

[edit]Status

The feathers of Pesquet's Parrot are highly prized. This combined with high prices

inaviculture has resulted in over hunting. Habitat loss also presents an on-going problem.

For these reasons, it is evaluated as Vulnerable on the IUCN Red List of Threatened

Species. The Pesquet's Parrot is listed on Appendix II of CITES.

1.    Itik benjut

Klasifikasi

Page 15: Aves Ragunan Baru

Kerajaan   : Animalia

Filum         : Chordata

Kelas        : Aves

Ordo         : Anserivormes

Famili        : Anatidae

Genus        :Anas

Spesies      :A. gibberifrons

Deskripsi/ karakter morfologi:

Tipe paruh dan ukuran:

Paruh lebar, berwarna abu-abu kebiruan dengan bercak kuning dekat ujungya, dan

memiliki ujung yang membulat. Tipe paruh ini digunakan untuk menyaring

tanaman, biji dan hewan-hewan kecil dari lumpur dan air.

Bentuk kaki dan susunan jari:

Bentuk kaki berselaput. Kaki dan tungkai abu-abu.

Bentuk ekor:

Bentuk ekor pointed.

Ukuran tubuh:

Berukuran agak kecil + (42 cm)

Topografi dan tanda-tanda pada tubuh:

Tubuh berwarna cokelat abu-abu. Mahkota cokelat gelap kemerahan. Muka dan

leher kekuningan, kadang-kadang hampir putih. Iris cokelat-merah. Bagian sisi dan

punggung cokelat kemerahan, sayap berspekulum kehitaman berbaur hijau-biru

mengkilap. Sewaktu terbang, bulu ketiak putih dan terlihat bercak putih didepan

speculum. Jantan: sedikit lebih besar daripada betina, ada tonjolan lubang pada

dahi.

Perlaku reproduksi dan bersarang:

Sarang berupa tumpukan bulu halus, pada permukaan tanah atau lubang pohon.

Telur berwarna krem, jumlah 8-10 butir. Berbiak bulan April-Agustus, November.

Habitat:

Page 16: Aves Ragunan Baru

Rawa, payau, mangrove, tambak, kolam, sungai. Dapat sampai jauh ke

pedalaman.

Suara:

Jantan “pip” jelas; betina seperti tawa terkekeh (sering pada waktu malam).

Pakan

Tumbuhan dan invertebrata.

Kebiasaan:

Ditemukan berpasangan atau dalam kelompok kecil di daerah rawa mangrove,

rawa payau, kolam dan sungai. Sering sampai jauh ke pedalaman.

Penyebaran global:

Andaman, Sulawesi, Sunda besar dan Nusa Tenggara.

Penyebaran lokal dan status:

Biasa terdapat di Sumatera selatan, tetapi tidak ada catatan perkembangbiakan.

Baru-baru ini tercatat di Kalimantan selatan dan Kalimantan timur. Tampaknya,

merupakan itik yang paling umum terdapat di Jawa dan Bali.

Catatan:

A. gracilis dari Australia dulu dimasukkan kedalam jenis ini. Pernah tercatat di

Maluku bahkan dapat mencapai Sunda Besar (tetapi tidak mempunyai tonjolan

pada dahi).

2.    Flamingo Eropa

Klasifikasi

Kerajaan   : Animalia

Filum         : Chordata

Kelas        : Aves

Infrakelas  : Neognathae

Ordo         : Phoenicopteriformes

Famili        : Phoenicopteridae

Genus        : Phoenicopterus

Page 17: Aves Ragunan Baru

Spesies      : Phoenicopterus ruberroseus

Deskripsi/ Karakter Morfologi:

Tipe Paruh dan ukurannya:

Paruh berbentuk membelok,  berwarna merah muda dan ujungnya hitam.

Bentuk kaki dan susunan jarinya:

Kaki jenjang, berbentuk selaput dan berwarna merah muda.

Bentuk ekor:

Bulu ekor berwarna merah muda dengan bentuk pointed.

Ukuran tubuh:

Ukuran tubuh  + (100cm )

Topografi dan tanda-tanda pada tubuh:

Bulu sayap, bulu dada dan kepala berwarna putih-merah muda. Burung ini memiliki

leher seperti angsa. Flamingo muda keluar dari telur dengan warna abu-abu,

namun flamingo dewasa memiliki warna bervariasi dari merah muda hingga merah

cerah karena bakteri akuatik dan beta karoten yang terkandung dalam makanan

mereka. Flamingo yang makan cukup memiliki warna yang lebih cerah dan menarik

sehingga mudah dalam menarik pasangannya.Sedangkan flamingo pucat atau

putih umumnya tidak sehat dan malnutrisi. Flamingo yang ditangkarkan umumnya

memiliki warna merah muda pucat karena asupan beta karoten yang didapatkan

tidak sebanyak yang didapatkan kerabat mereka di alam liar. Hal inilah yang

mengubah perilaku pengurus kebun binatang untuk memberi makan udang kepada

flamingo seperti di alam liar.

Perilaku reproduksi dan bersarang:

Habitat:

Hidup di daerah yang beriklim panas.

Pakan:

Sari buah, wortel, tomat, dedak dan ikan-ikan kecil.

Kebiasaan:

Flamingo seringkali berdiri dengan satu kaki. Alasan mengenai hal ini tidaklah

banyak diketahui. Ada yang mengatakan bahwa flamingo memiliki kemampuan

untuk membuat setengah bagian tubuhnya berada dalam keadaan tidur dengan

posisi sedemikian rupa, namun hal ini belum cukup terbukti. Ada yang mengatakan

Page 18: Aves Ragunan Baru

bahwa posisi berdiri dengan satu kaki untuk menjaga agar kaki tidak basah,

dengan maksud mengkonservasi energi. Karena berdiri di atas perairan, flamingo

menggunakan kaki berjaring mereka yang juga digunakan untuk mengaduk lumpur

demi mencari makanan.

Penyebaran global:

Eropa

Penyebaran lokal dan status:

3. Bangau tongtong

Klasifikasi

Kerajaan : Animalia

Filum         : Chordata

Kelas        : Aves

Ordo         : Ciconiiformes

Famili        : Ciconiidae

Genus        :Leptoptilos

Spesies      :L. javanicus

Deskripsi/Karakter morfologi :

Tipe paruh dan ukuran:

Paruh besar berwarna merah muda.

Bentuk kaki dan susunan jari:

Berjari 4, tiga didepan 1 di belakang dan tidak dihubungkan oleh selaput.

Bentuk ekor:

Ekor berwarna hitam dan berbentuk notched

Ukuran tubuh:

Burung ini mempunyai tubuh yang sangat besar, panjangnya mencapai 110 cm,

dengan tungkai panjang, leher panjang, dan paruh besar.

Topografi dan tanda-tanda pada tubuh:

Page 19: Aves Ragunan Baru

Bulu umumnya berwarna hitam dan putih. Iris mata berwarna hitam. Sayap,

punggung dan ekor berwarna hitam, tubuh bagian bawah dan kalung leher

berwarna putih, kepala botak, tenggorokan berwarna merah jambu dengan bulu

kapas putih halus pada mahkota. Leher dan muka berwarna kuning kaki berwarna

coklat kehijauan sampai berwarna hitam.

Perilaku reproduksi dan bersarang:

Burung bangau tong-tong membuat sarang di pohon yang tinggi, di tepi pantai,

tambak. Burung bangau tong-tong kadang suka bersarang dengan elang.

Sarang bangau tong-tong tersusun dari ranting-ranting berisi 3-5 butir telur. Telur

berwarna putih sebesar telur itik. Telur dierami oleh induk jantan dan betina

bergantian selama 34 hari.

Habitat:

Sawah, padang rumput terbuka yang terbakar atau kebanjiran, gosong lumpur dan

mangrove.

Suara:

Bangau ini termasuk burung pendiam, tidak banyak bersuara, selain desisan di

sarang, kepakan sayap dan paruh.

Pakan:

Di habitat aslinya burung bangau tong-tong terutama memakan hewan air tawar,

serangga besar, katak, tikus, kerang, siput dan ikan.

Kebiasaan:

Di alam burung ini sering keliaran terbang sendiri atau berkelompok. Bangau

memiliki kemampuan adaptasi untuk mengarungi air yang dangkal dan rawa-rawa

dengan jari kaki yang berselaput. Kebiasaan hidupnya sendiri atau berpasang-

pasangan. Jika diganggu maka paruhnya akan berderak-derak.

Penyebaran global:

Tersebar di India, Cina Selatan, Asia Tenggara dan Sunda Besar.

Penyebaran lokal dan status:

Rentan (Collar dkk. 1994). Tidak jarang di Sumatera timur. Di Sumatera selatan

dilaporkan adanya kelompok ini antara 40-50 ekor. Di Kalimantan, agak jarang dan

Page 20: Aves Ragunan Baru

terdapat setempat, tetapi sarangnya tercatat di Kalimantan tengah bagian selatan.

Di Jawa dan Bali pernah umum, tetapi sekarang jarang terdapat di daerah terbuka.

6. Blekok sawah

Klasifikasi

Kingdom: Animalia

Phylum    :   Chordata

Kelas       :   Aves

Ordo        :   Ciconiiformes

Famili      :   Ardeidae

Genus      :   Ardeola

Species    :   Ardeola speciosa

Deskripsi/ Karakter morfologi:

Tipe paruh:

Paruh berwarna kuning, ujung paruh hitam dan berbentuk meruncing.

Bentuk kaki dan susunan jari:

Jarinya 4 tidak dihubungkan oleh selaput. Tiga di depan dan 1 dibelakang (tipe kaki

burung pejalan di air).

Bentuk ekor:

Bentuk ekor rounded.

Ukuran tubuh:

Tubuh berukuran kecil +(45 cm).                                     

Topografi dan tanda-tanda pada tubuh:

Bersayap putih, cokelat bercoret-coret. Pada waktu berbiak: kepala dan dada

kuning tua, punggung nyaris hitam, tubuh bagian atas lainnya cokelat becoret-

coret, tubuh bagian bawah putih, ketika terbang sayap terlihat sangat kontras

dengan punggung yang gelap / hitam. Tak berbiak dan remaja: Coklat bercoret-

coret. Iris kuning, paruh kuning, ujung paruh hitam, kaki hijau buram.

Perilaku reproduksi dan bersarang:

Berbiak : Desember- Mei, Januari-Agustus

Habitat:

Sawah, rawa, daerah berair,tambak dan mangrove

Suara:

”krak” jika ada yang mengganggu

Page 21: Aves Ragunan Baru

Pakan:

Ikan belanak, ikan mujair, udang, ulat, dan laba-laba.

Kebiasaan:

Sendirian atau dalam kelompok tersebar, berdiri diam-diam dengan tubuh pada

posisi rendah dan kepala ditarik kembali sambil menunggu mangsa. Setiap sore

terbang dengan kepakan sayap perlahan-lahan, berpasangan atau bertigaan,

beramai-ramai menuju tempat istirahat.

Penyebaran global:

Semenanjung Malaysa, Indocina, Sunda Besar, Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali

dan Sulawesi.

Penyebaran lokal dan status:

Tercatat di Sumatera selatan sebagai pengunjung tidak berbiak dari Jawa. Berbiak

di Kalimantan tenggara, tetapi jarang mengunjungi Kalimantan bagian utara. Di

jawa dan Bali masih agak umum dijumpai di daerah rawa dan tawar. Bersarang

dengan dengan koloni burung air lain.

7. Kowak malam kelabu

Klasifikasi:

Ker ajaan : Animalia

Filum       : Chordata

Kelas       : Aves

Ordo        : Ciconiiformes

Famili      : Ardeidae

Genus      : Nyticorax

Spesies    : N. Nyticorax

Deskripsi/ Karakter morfologi:

Tipe paruh:

Paruh agak panjang dan runcing, berwarna hitam.

Bentuk kaki:

Burung kowak malam kelabu mempunyai jumlah jari 4. Tiga di depan dan 1

dibelakang (tipe kaki burung pejalan di air).

Bentuk ekor:

Page 22: Aves Ragunan Baru

Bentuk ekor rounded.

Ukuran tubuh:

Tubuh berukuran sedang +(61 cm).

Topografi dan tanda-tanda pada tubuh:

Berkepala besar, bertubuh kekar, berwarna hitam dan putih. Dewasa: mahkota

hitam, leher dan dada putih, dua bulu panjang tipis terjuntai dari tengkuk yang

putih, punggung hitam, sayap dan ekor abu-abu. Betina lebih kecil dari pada jantan.

Selama waktu berbiak: kaki dan kekang menjadi merah. Remaja: tubuh cokelat

bercoretan dan berbintik-bintik, harus ditangkap terlebih dahulu jika ingin

membedakannya dengan remaja Kowak-malam merah. Iris kuning (remaja) atau

merah terang (dewasa), paruh hitam (dewasa;merah), kaki kuning kotor.

Posisi terbang:

Gaya terbang mirip kalong.

Perilaku reproduksi dan bersarang:

Bersarang dalam koloni bersama burung air lain. Kadang bersama Kowak-malam

merah. Sarang dari tumpukan ranting yang tidak rapi, tersembunyi pada tajuk

pohon diatas air. Pada musim kawin sampai bertelur, burung ini mempunyai dua

bulu putih hiasan yang memanjang dari belakang kepalanya hingga mencapai

mantelnya. Telur berwarna biru hijau pucat, jumlah 2-4 butir. Berbiak bulan

Desember-April, Februari-Juli.

Habitat:

Sawah, tambak, rawa, padang rumput, dan tepi sungai.

Suara:

”Wok” atau ”kowak” yang parau sewaktu terbang, dan uakan sserak jika terganggu.

Pakan:

ikan, katak, serangga air, ular kecil, tikus kecil

Kebiasaan:

Bersifat nokturnal. Keluar mencari makan pada senja hari, terbang berputar-putar

sambil bersuara. Pada siang hari burung ini beristirahat, bertengger sambil

berkumpul dalam kelompok, di dahan-dahan atau di sela dedaunan pohon yang

rimbun. Biasanya tidak jauh dari air.

Petang hari burung-burung itu mulai beterbangan di sekitar tempatnya beristirahat,

dan di waktu magrib berkelompok-kelompok terbang meninggalkan

peristirahatannya menuju tempatnya masing-masing untuk mencari makanan.

Page 23: Aves Ragunan Baru

Kelompok burung itu terbang dalam gelap sambil mengeluarkan bunyi-bunyi

panggilannya yang khas, yang terdengar sampai jauh. Pagi-pagi buta kelompok itu

akan kembali, juga sambil berbunyi-bunyi saling memanggil.

Penyebaran global:

Seluruh dunia.

Penyebaran lokal dan status:

Pengunjung di luar waktu berbiak ke Sumatera dan Kalimantan bagaian utara.

Penetap di Kalimantan dan Jawa.