Austisme

44
A. PENDAHULUAN Kehidupan anak tidak dapat lepas dari sains, kreativitas dan aktivitas sosial. Makan, minum, menggunakan berbagai benda yang ada di rumah seperti radio, TV, dan kalkulator tidak lepas dari sains dan teknologi. Oleh sebab itu, guru hendaknya dapat menstimulasi anak dengan berbagai kegiatan yang terkait dengan sains dan teknologi. Untuk itu, seorang guru perlu mempelajari konsep-konsep keilmuan dan cara pengajarannya. Pengenalan sains untuk anak pra sekolah lebih ditekankan pada proses daripada produk. Untuk anak prasekolah keterampilan proses sains hendaknya dilakukan secara sederhana sambil bermain. Kegiatan sains memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda, baik benda hidup maupun benda tak hidup yang ada disekitarnya. Anak belajar menemukan gejala benda dan gejala peristiwa dari benda- benda tersebut. Sains juga melatih anak menggunakan lima inderanya untuk mengenal berbagai gejala benda dan gejala peristiwa. Anak dilatih untuk melihat, meraba, membau, merasakan dan mendengar. Semakin banyak keterlibatan indera dalam belajar, anak semakin memahami apa yang dipelajari. Anak memperoleh pengetahuan baru hasil penginderaanya dengan berbagai benda yang ada disekitarnya. Pengetahuan yang diperolehnya akan berguna sebagai modal berpikir lanjut. Melalui proses sains, anak dapat melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak berpikir logis. Dalam pembelajaran sains, anak juga berlatih menggunakan alat ukur untuk melakukan pengukuran. Alat ukur tersebut dimulai dari alat ukur nonstandar, seperti jengkal, depa atau kaki. Selanjutnya anak berlatih menggunakan alat ukur standar. Anak secara bertahap berlatih menggunakan stuan yang akan memudahkan mereka untuk berfikir secara logis dan rasional. Dengan demikian sains juga mengembangkan kemampuan intelektual anak. B. Pengertian Sains Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dengan segala isinya. Hal yang dipelajari dalam sains adalah sebab-akibat, hubungan kausal dari kejadian-kejadian yang terjadi di alam. Menurut Powler(dalam Winataputra 1993),sains adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan dengan mengamati gejala- gejala kebendaan, dan didasarkan terutama atas pengamatan induksi.Carin dan Sund (1993)mendefinisikan sains sebagai pengetahuan yang sistematis atau tersusun secara teratur, berlaku umum, dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Aktivitas dalam sains selalu berhubungan dengan percobaan-percobaan yang membutuhkan keterampilan dan kerajinan. Secara sederhana, sains dapat juga didefinisikan sebagai apa yang dilakukan oleh para ahli sains. Dengan demikian, sains

description

deskripsi autism

Transcript of Austisme

Page 1: Austisme

A. PENDAHULUANKehidupan anak tidak dapat lepas dari sains, kreativitas dan aktivitas sosial. Makan, minum, menggunakan berbagai benda yang ada di rumah seperti radio, TV, dan kalkulator tidak lepas dari sains dan teknologi. Oleh sebab itu, guru hendaknya dapat menstimulasi anak dengan berbagai kegiatan yang terkait dengan sains dan teknologi. Untuk itu, seorang guru perlu mempelajari konsep-konsep keilmuan dan cara pengajarannya.Pengenalan sains untuk anak pra sekolah lebih ditekankan pada proses daripada produk. Untuk anak prasekolah keterampilan proses sains hendaknya dilakukan secara sederhana sambil bermain. Kegiatan sains memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda, baik benda hidup maupun benda tak hidup yang ada disekitarnya. Anak belajar menemukan gejala benda dan gejala peristiwa dari benda-benda tersebut. Sains juga melatih anak menggunakan lima inderanya untuk mengenal berbagai gejala benda dan gejala peristiwa. Anak dilatih untuk melihat, meraba, membau, merasakan dan mendengar. Semakin banyak keterlibatan indera dalam belajar, anak semakin memahami apa yang dipelajari. Anak memperoleh pengetahuan baru hasil penginderaanya dengan berbagai benda yang ada disekitarnya. Pengetahuan yang diperolehnya akan berguna sebagai modal berpikir lanjut. Melalui proses sains, anak dapat melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak berpikir logis.Dalam pembelajaran sains, anak juga berlatih menggunakan alat ukur untuk melakukan pengukuran. Alat ukur tersebut dimulai dari alat ukur nonstandar, seperti jengkal, depa atau kaki. Selanjutnya anak berlatih menggunakan alat ukur standar. Anak secara bertahap berlatih menggunakan stuan yang akan memudahkan mereka untuk berfikir secara logis dan rasional. Dengan demikian sains juga mengembangkan kemampuan intelektual anak. B. Pengertian SainsSains atau Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dengan segala isinya. Hal yang dipelajari dalam sains adalah sebab-akibat, hubungan kausal dari kejadian-kejadian yang terjadi di alam. Menurut Powler(dalam Winataputra 1993),sains adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan dengan mengamati gejala-gejala kebendaan, dan didasarkan terutama atas pengamatan induksi.Carin dan Sund (1993)mendefinisikan sains sebagai pengetahuan yang sistematis atau tersusun secara teratur, berlaku umum, dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Aktivitas dalam sains selalu berhubungan dengan percobaan-percobaan yang membutuhkan keterampilan dan kerajinan. Secara sederhana, sains dapat juga didefinisikan sebagai apa yang dilakukan oleh para ahli sains. Dengan demikian, sains bukan hanya kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi menyangkut cara kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah. Ilmuwan sains selalu tertarik dan memperhatikan peristiwa alam, selalu ingin mengetahui apa, bagaimana, dan mengapa tentang suatu gejala alam dan hubungan kausalnya.Dalam sains, terdapat tiga unsur utama, yaitu sikap manusia, proses atau metodologi, dan hasil yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Sikap manusia yang selalu ingin tahu tentang benda-benda, makhluk hidup, dan hubungan sebab-akibatnya akan menimbulkan permasalahan-permasalahan yang selalu ingin dipecahkan dengan prosedur yang benar. Prosedur tersebut meliputi metode ilmiah. Metode ilmiah mencakup perumusan hipotesis, perancangan percobaan, evaluasi atau pengukuran, dan akhirnya menghasilkan produk berupa fakta-fakta, prinsip-prinsip, teori, hukum, dan sebagainya.C. Sains dan Proses Pembelajaran

Page 2: Austisme

Sains pada dasarnya mencari hubungan kausal antara gejala-gejala alam yang diamati. Oleh karena itu, proses pembelajaran sains seharusnya mengem-bangkan kemampuan bernalar dan berpikir sistematis selain kemampuan deklaratif yang selama ini dikembangkan. Salah satu inovasi sebagai salah satu usaha adalah mencari model-model pembelajaran sains yang memiliki kontribusi terhadap peningkatan mutu pendidikan sains.Hal ini berarti, belajar sains tidak hanya belajar dalam wujud pengetahuan deklaratif berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, tetapi juga belajar tentang pengetahuan prosedural berupa cara memperoleh informasi, cara sains dan teknologi bekerja, kebiasaan bekerja ilmiah, dan keterampilan berpikir. Belajar sains memfokuskan kegiatan pada penemuan dan pengolahan informasi melalui kegiatan mengamati, mengukur, mengajukan pertanyaan, mengklasifikasi, memecahkan masalah, dan sebagainya.Pembelajaran sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung. Dengan demikian, siswa perlu dibantu untuk mampu mengembangkansejumlah pengetahuanyang menyangkut kerja ilmiah dan pemahaman konsep serta aplikasinya. Bahan kajian kerja ilmiah adalah :Mampu menggali pengetahuan melalui penyelidikan/ penelitian.Mampu mengkomunikasikan pengetahuannya,Mampu mengembangkan keterampilan berpikir.Mampu mengembangkan sikap dan nilai ilmiah.Selanjutnya, bahan kajian sains yang berkaitan dengan pemahaman konsep dan penerapannya adalah:Memiliki pengetahuan, pemahaman, dan aplikasinya tentang makhluk hidup dan proses kehidupan;Memiliki pengetahuan, pemahaman, dan aplikasinya tentang materi dan sifatnya;Memiliki pengetahuan, pemahaman, dan aplikasinya tentang energi dan perubahannya;Memiliki pengetahuan, pemahaman, dan aplikasinya tentang bumi dan alam semesta; sertaMemiliki pengetahuan, pemahaman, dan aplikasinya tentang hubungan antara sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.Keterampilan proses yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran sains, diantaranya adalah keterampilan mengamati dengan seluruh indera, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan, menggolongkan, menafsirkan, mengkomunikasikan, hasil temuan secara beragam, menggali dan memilah informasi faktual untuk menguji gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari.Prinsipnya pembelajaran sains, yaitucara memberi tahu dancara berbuat, akan membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang alam sekitarnya dengan mendudukkan siswa sebagai pusat perhatian dalaminteraksi aktif dengan teman, lingkungan, dan nara sumber lainnya.D. Tahapan usia dalam pengembangan sainsPendekatan yang digunakan dalam kegiatan belajar sains kepada anak sangat tergantung pada pengalaman, usia dan tingkat perkembangannya.perhatikan bebrapa indikator disetiap usia dibawah ini :1) Usia 3-4 TahunMulai menjelajah dan melakukan penelitian terhadap apa yang dilihat di sekitar lingkungannya.

Page 3: Austisme

Lebih menyukai aktivitas fisik danpenjelajahan melalui panca indera. Bagaimanapun mereka sudah mulai mampu untuk menerina informasi yang mempunyai hubungan langsung dengan pengalaman yang dia dapat dari percakapan atau dari buku-buku dengan tulisan sederhana..Mulai menyukai ilmu pengetahuan dan mau bekerja sama dengan orang dewasaBanyak bertanya tentang apapun tetapi tidak pernah puas dengan jawaban yang diberikan.Mulai berkembangnya kemampuan bahasanya..Belajar jadi lebih mudah diman mereka sudah mulai mengerti aktivitas yang akan dia kerjakan dan mulai percaya pada orang dewasa.2) Usia 4-5 tahunAnak-nak mulai mengerti tentang banyak hal berupa informasi yang berhubungan dengan apa yang terjadi di dunia sekitarnya.Mulai memahami apa maksud penelitian dan menjedi lebuh bermakna dan menemuklan penjelajahan mereka.Mulai memyeleksi aktivitas yang dilakuakan.Mulai mampu membuat perkiraan-perkiraan terhadap berbagai peristiwa yang akan terjadiSuka memikirkan penjelasan dari apa yang mereka teliti baik itu fakta ataupun imajinasi/fantasiMenikmati percakapan dengan anak-anak lain dan mulai secara spontan berbagi dan mengambil keputusanMemahami percakapan dengan yang lain seperti mereka bermain dan melakukan percobaanMulai menggunakan gambaran untuk mewakili dan mengunmgkapkan ide-ide.Senang melihat buku-buku dan pura-pura membacanya.3) Usia 5-6 tahunAnak mampu merencanakan penelitian yang berhubungan dengan pemecahan masalah, seperti ketika mencari jawaban bagaimana cara hewan berkembang biak ?Dapat mengikuti tiga tahap tujuan dan menikmati beberapa penelitian langsung dari guruMemiliki perhatian yang lama untuk berbagai aktivitas sains,mereka mulai dapat menikmati kegiatan yang dilakukan dalam kurun waktu beberapa hariBekerja sama bersama-sama dengan lima atau enam anak.Tetarik pada buku-buku yang yang berhubungan dengan aktivitas dari praktek sains dengan beberapa ilustrasi-ilustrasi berupa gambarMulai dpat memahami beberapa konsep sains yang bersifat abstrak, tetapi tetap dengan contoh-contoh nyata yang kongkrit dan praktek langsungSenang menggunakan gambar-gambar dan menulis berbagai pengalaman yang mereka dapatka dalam praktek sains yang telah dilakukanE. MANFAAT BELAJAR SAINS1) Eksplorasi dan investigasi, yaitu kegiatan untuk mengamati dan menyelidiki objek serta fenomena alam2) Mengembangkan ketrampilan proses sains dasar, seperti melakukan pengamatan, mengukur, mengkomunikasikan hasil pengamatan, dan sebagainya.3) Mengembangkan rasa ingin tahu, rasa senang dan mau melakukan kegiatan inkuiri atau penemuan.4) Memahami pengetahuan tentang berbagai benda baik ciri, struktur maupun fungsinya.F. Permainan Sains untuk Anak UsiaDiniKapur Barus LompatTelur ajaib Penggabungan warna

Page 4: Austisme

MagnetParu paru plastik Bermain rasa

Pentingnya Sains Untuk Anak Usia Dini

BAB I

PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang

Kehidupan anak tidak dapat lepas dari sains, kreativitas dan aktivitas sosial. Makan, minum,

menggunakan berbagai benda yang ada di rumah seperti radio, TV, dan kalkulator tidak lepas

dari sains dan teknologi. Oleh sebab itu, guru hendaknya dapat menstimulasi anak dengan

berbagai kegiatan yang terkait dengan sains dan teknologi. Untuk itu, seorang guru perlu

mempelajari konsep-konsep keilmuan dan cara pengajarannya.

Pengenalan sains untuk anak pra sekolah lebih ditekankan pada proses daripada produk.

Untuk anak prasekolah keterampilan proses sains hendaknya dilakukan secara sederhana sambil

bermain. Kegiatan sains memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda,

baik benda hidup maupun benda tak hidup yang ada disekitarnya. Anak belajar menemukan

gejala benda dan gejala peristiwa dari benda-benda tersebut.

Sains juga melatih anak menggunakan lima inderanya untuk mengenal berbagai gejala benda

dan gejala peristiwa. Anak dilatih untuk melihat, meraba, membau, merasakan dan mendengar.

Semakin banyak keterlibatan indera dalam belajar, anak semakin memahami apa yang dipelajari.

Anak memperoleh pengetahuan baru hasil penginderaanya dengan berbagai benda yang ada

disekitarnya. Pengetahuan yang diperolehnya akan berguna sebagai modal berpikir lanjut.

Melalui proses sains, anak dapat melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih

Page 5: Austisme

anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak berpikir

logis.

Dalam pembelajaran sains, anak juga berlatih menggunakan alat ukur untuk melakukan

pengukuran. Alat ukur tersebut dimulai dari alat ukur nonstandar, seperti jengkal, depa atau kaki.

Selanjutnya anak berlatih menggunakan alat ukur standar. Anak secara bertahap berlatih

menggunakan stuan yang akan memudahkan mereka untuk berfikir secara logis dan rasional.

Dengan demikian sains juga mengembangkan kemampuan intelektual anak.

Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai

optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis yang meliputi

perkembangan intelektual, bahasa, motorik dan sosio emosional.

berdasarkan kurikulum 2004 taman kanak-kanak dan raudlatul afhtal, pendidikan anak usia

dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak usia dini yang dilakukan

dengan memberikan rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan

jasmani dan rohani. melalui upaya ini, anak diharapkan memiliki kesiapan dalam memasuki

jenjang pendidikan selanjutnya.

Ruang lingkup kurikulum 2004 Taman Kanak-kanak dan Raudlatul Afhtal mencakup bidang

pengembangan pembiasaan dan bidang pengembangan kemampuan dasar yaitu berbahasa,

kognitif, fisik/motorik dan seni. Dalam bidang pengembangan kemampuan dasar kognitif

bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir.

dengan mengembangkan kemampuan berpikir, anak diharapkan dapat mengolah perolehan

belajar dan menemukan bermacam-macam alternatif pemecahan masalah. salah satu hasil belajar

yang harus dicapai adalah anak dapat mengenal berbagai konsep sains sederhana dalam

kehidupan sehari-hari. untuk itu diperlukan suatu metode pembelajaran yang dapat menunjang

tercapainya standar kompetensi dalam kurikulum 2004 taman kanak-kanak dan raudlatul afhtal.

Pembelajaran sains untuk siswa Taman Kanak-kanak dalam upaya menumbuhkan

kemampuan berpikir sangat memerlukan peran serta dari para pendidik baik orang tua, guru, dan

orang dewasa lainnya. Namun pada kenyataannya, masih banyak kendala yang harus dihadapi

khususnya dalam menanamkan hasil belajar pengenalan konsep-konsep sains sederhana (IGB

IGTKI Semarang: 2004 dalam Yulianti D, 2005: 1).

berdasarkan survey pada guru tk di semarang (yulianti d, 2005: 6) menyebutkan bahwa

implementasi pelaksanaan kbk 2004 mengalami kendala yaitu 80% mengalami kendala strategi

Page 6: Austisme

pembelajaran bermain sains, 80% sistem penilaian, 78% menyusun skenario pembelajaran sains.

oleh karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran pengenalan sains sederhana dengan materi

pengukuran untuk anak taman kanak-kanak terutama yang dapat melatih kemampuan

berpikirnya.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di TK X, diketahui bahwa peneliti mengalami

kesulitan dalam memilih metode yang tepat untuk memberikan pembelajaran mengenai konsep

sains sederhana. Peneliti juga merasa kesulitan dalam menyusun skenario pembelajaran agar

pembelajaran mengenai konsep sains sederhana menjadi lebih menarik bagi anak.

Karena dunia anak adalah bermain maka pembelajaran dapat dilakukan melalui kegiatan

bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain. Bermain adalah suatu kegiatan yang

dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau

memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak

(Sudono A, 2000: 1).

Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-

objek yang dekat dengannya, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, belajar

dengan bermain memberi kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang,

menemukan sendiri, mempraktekkan dan mendapatkan bermacam-macam konsep serta

pengertian yang tidak terhitung banyaknya.

Jadi, pembelajaran pengenalan sains sederhana dapat diberikan pada anak melalui metode

bermain. Dalam penelitian ini, penulis memilih lokasi penelitian di TK X tempat peneliti

mengajar.

2.      Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dalam pembahasan makalah ini dirumuskan pertanyaan – pertanyaan

di antaranya:

a.       Apa pengertian sains untuk Anak Usia Dini?

b.      Apa dan bagaimana pentingnya ains untuk Anak usia Dini?

c.       Apa tujuan pembelajaran sains untuk Anak Usia Dini?

d.      Apa dan bagaimana materi pembelajaran sains untuk Anak Usia Dini?

e.       Bagaimana strategi pembelajaran Anak Usia Dini?

f.       Bagaimana proses evaluasi pembelajaran sains untuk PAUD?

Page 7: Austisme

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Pengertian Sains Untuk Anak Usia Dini

Menurut istilah secara umum, Sains adalah proses pengamatan, berpikir, dan merefleksikan

aksi dan kejadian/peristiwa. Sains merupakan cara kita berpikir dan melihat dunia sekitar kita.

Ini adalah salah satu cabang ilmu atau subjek bahasan yang mengkaji fakta-fakta/kenyataan yang

terkait dengan fenomena alam. Pengkajian ini pun perlu dilakukan secara berkelanjutan (Isaac

Asimov, 1995). Sejalan dengan pendapat yang disampaikan oleh Kilmer dan Hofman (1995:60)

bahwa Sains merupakan pengetahuan tentang fenomena-fenomena tertentu,…proses yang

digunakan untuk mengumpulkan dan mengevaluasi informasi,…dan sebagai bentuk adaptasi

manusia pada lingkungan.

Pendapat di atas senada dengan pemahaman tentang sains yang disampaikan oleh Brewer

yang mengatakan bahwa sains adalah semua yang ada/nampak di sekitar kita, terjadi di mana

kita berada. Sains pada anak-anak usia dini dapat diartikan sebagai hal-hal yang menstimulus

mereka untuk meningkatkan rasa ingin tahu, minat dan pemecahan masalah, sehingga

memunculkan pemikiran dan perbuatan seperti mengobservasi, berpikir, dan mengaitkan antar

konsep atau peristiwa.

Sains adalah Aktifias pemecahan masalah yang dilakukan oleh manusia yang dimotivasikan

oleh rasa ingin tahu tentang dunia sekitar mereka dan keinginan. Untuk memahami alam

tersebut, serta keingian memanipulasi alam dalam rangka meluaskan keinginan atau

kebutuhannya.

Kata sains berasal dari bahasa latin ” scientia ” yang berarti pengetahuan. Berdasarkan

webster new collegiate dictionary definisi dari sains adalah “pengetahuan yang diperolehmelalui

pembelajaran dan pembuktian” atau “pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum dari

hukum – hukum alam yang terjadi misalnya didapatkan dan dibuktikan melalui metode ilmiah.

Sains dalam hal ini merujuk kepada sebuah sistem untuk mendapatkan pengetahuan yang dengan

menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena –

fenomena yang terjadi di alam. \

Page 8: Austisme

Pengertian sains jugamerujuk kepada susunan pengetahuan yang orang dapatkan melalui

metode tersebut. atau bahasa yanglebih sederhana, sains adalah cara ilmu pengetahuan yang

didapatkan dengan menggunakan metode tertentu.

Sains dengan definisi diatas seringkali disebut dengan sains murni, untuk membedakannya

dengan sains terapan, yang merupakan aplikasi sains yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan

manusia. ilmu sains biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu :

- Natural sains atau Ilmu pengetahuan Alam

-  Sosial sains atau ilmu pengetahuan sosial

Sedangkan berikut ini adalah contoh dari begitu banyak pembagian bidang – bidang sains,

khususnya natural sains atau IPA

BIOLOGI (Biology) : Anatomi,biofisika,genetika, Ekologi, Fisiologi, taksonomi,

virulogi, zoologi, dll

KIMIA (Chemistry) : Kimia Analitik, Elektrokimia, Kimia organik, kimia anorganik,

ilmu material, kimia polimer, thermokimia

Fisika (Physics) : Astronomi, fisika nuklir, kinetika, dinamika, fisika material, optik,

mekanika quantum, thermodinamika

Ilmu Bumi (Earth Science) : Ilmi lingkungan, geodesi, geologi, hydrologi, meteorologi,

paleontologi, oceanografi.

B.  Pentingnya Sains Untuk Anak usia Dini

anak usia dini, atau usia prasekolah, berada dalam masa emas perkembangan otaknya. salah

satu hasil penelitian menyebutkan, kapasitas kecerdasan anak pada usia empat tahun sudah

mencapai 50 persen. kapasitas ini akan meningkat hingga 80 persen pada usia delapan tahun. ini

menunjukkan pentingnya memberi rangsangan pada anak usia dini.

Mengenalkan sains dan matematika pada anak bukan berarti mengenalkan rumus-rumus.

Suasana harus fun, sehingga anak dalam kondisi ceria akan bertanya mengapa bisa demikian?

Apakah kejadian selanjutnya? Dan sebagainya.

Perlu diingat, mengenalkan sains pada anak harus sesuai dengan tahapan umur dan

perkembangannya. Sebagian besar waktu dari anak usia dini dihabiskan bersama orang tua.

Page 9: Austisme

Maka yang perlu dilakukan orang tua adalah meluangkan sedikit waktu untuk bermain dengan

anak. Dalam situasi bermain itulah kita dapat melakukan eksperimen sains dan mengenalkan

matematika.

Bermain merupakan tuntutan dan kebutuhan esensial bagi anak usia dini. Dengan bermain,

anak dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif,

kreativitas, bahasa, emosi, nilai, dan sikap hidup.

Menurut Whiterington (1979), bermain mempunyai fungsi mempermudah perkembangan

kognisi anak dan memungkinkan anak melihat lingkungan, mempelajari sesuatu, dan

memecahkan masalah yang dihadapi. Selain itu, bermain juga dapat meningkatkan

perkembangan sosial anak.

Banyak manfaat yang bisa diperoleh jika anak sejak dini telah diperkenalkan dengan sains.

Sains melatih anak bereksperimen dengan melaksanakan beberapa percobaan, memperkaya

wawasan anak untuk selalu ingin mencoba dan mencoba. Sehingga sains dapat mengarahkan dan

mendorong anak menjadi seorang yang kreatif dan penuh inisiatif.

Sains membiasakan anak-anak mengikuti tahap-tahap eksperimen dan tak boleh

menyembunyikan suatu kegagalan. Artinya, sains dapat melatih mental positif, berpikir logis,

dan urut (sistematis). Di samping itu, dapat pula melatih anak bersikap cermat, arena anak harus

mengamati, menyusun prediksi, dan mengambil keputusan.

Sekarang banyak buku panduan yang dapat diperoleh di toko buku. Orang tua dapat

menambah wawasan tentang sains dan matematika, dengan membacanya terlebih dulu untuk

dapat menjawab setiap pertanyaan anak. Yang perlu diingat, jangan berlaku sok tahu dalam

menanggapi pertanyaan anak. Jangan pula mematahkan semangatnya dalam bertanya dan

belajar.

Kehidupan anak tidak dapat lepas dari sains, kreativitas dan aktivitas sosial. Makan, minum,

menggunakan berbagai benda yang ada di rumah seperti radio, TV, dan kalkulator tidak lepas

dari sains dan teknologi. Oleh sebab itu, guru hendaknya dapat menstimulasi anak dengan

berbagai kegiatan yang terkait dengan sains dan teknologi. Untuk itu, seorang guru perlu

mempelajari konsep-konsep keilmuan dan cara pengajarannya.

Pengenalan sains untuk anak pra sekolah lebih ditekankan pada proses daripada produk.

Untuk anak prasekolah keterampilan proses sains hendaknya dilakukan secara sederhana sambil

bermain. Kegiatan sains memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda,

Page 10: Austisme

baik benda hidup maupun benda tak hidup yang ada disekitarnya. Anak belajar menemukan

gejala benda dan gejala peristiwa dari benda-benda tersebut.

Sains juga melatih anak menggunakan lima inderanya untuk mengenal berbagai gejala benda

dan gejala peristiwa. Anak dilatih untuk melihat, meraba, membau, merasakan dan mendengar.

Semakin banyak keterlibatan indera dalam belajar, anak semakin memahami apa yang dipelajari.

Anak memperoleh pengetahuan baru hasil penginderaanya dengan berbagai benda yang ada

disekitarnya. Pengetahuan yang diperolehnya akan berguna sebagai modal berpikir lanjut.

Melalui proses sains, anak dapat melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih

anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak berpikir

logis.

Dalam pembelajaran sains, anak juga berlatih menggunakan alat ukur untuk melakukan

pengukuran. Alat ukur tersebut dimulai dari alat ukur nonstandar, seperti jengkal, depa atau kaki.

Selanjutnya anak berlatih menggunakan alat ukur standar. Anak secara bertahap berlatih

menggunakan stuan yang akan memudahkan mereka untuk berfikir secara logis dan rasional.

Dengan demikian sains juga mengembangkan kemampuan intelektual anak.

Pembelajaran sains pada anak usia dini sangat penting untuk memberikan bekal ilmu

pengetahuan kepada anak tentang alam dan segala isinya yang memberikan makna terhadap

kehidupannya di masa yang akan datang.

Pengembangan pembelajaran sains bagi anak usia dini,  harus memiliki arah dan tujuan yang

jelas, karena dengan tujuan yang jelas akan dapat dijadikan standar dalam menentukan tingkat

ketercapaian dan keberhasilan suatu tujuan pembelajaran yang dikembangkan dan dilaksanakan.

Suatu tujuan yang dianggap terstandar dan memiliki karakteristik yang ideal, apabila tujuan yang

dirumuskan memiliki tingkat ketepatan (validity), kebermaknaan (meaningfulness), fungsional

dan relevansi yang tinggi dengan kebutuhan serta karakteristik sasaran.

Mengingat pentingnya tujuan pembelajaran mempunyai keterukuran yang memadai, artinya

tujuan pembelajaran yang dikembangkan harus dapat diukur dengan mudah, sederhana dan

praktis. Prasyarat keterukuran suatu program menjadi suatu keharusan apabila pembelajaran

sains dipandang sebagai suatu proses yang dinamis, terus menerus, berkesinambungan dan

terintgrasi.  Hasil pengukuran tersebut dapat menjadi umpan balik bagi perbaikan program-

program berikutnya. Hal ini sangat penting untuk pengembangan pembelajaran sains bagi anak

usia dini.

Page 11: Austisme

C.  Tujuan Pembelajaran Sains Untuk Anak Usia Dini

Ada beberapa pandangan ilmuwan terhadap pendidikan dan pembelajaran sains

menyatakan bahwa tujuan pendidikan sains sejalan dengan kurikulum sekolah, yakni

mengembangkan anak secara utuh baik aspek domain kognitif, aspek afektif maupun aspek

psikomotor anak ( Abruscato, 1928), Sedangkan Sumaji mengemukakan bahwa tujuan sains

yang mendasar adalah untuk memupuk pemahaman, minat dan penghargaan anak didik terhadap

dunia dimana dia hidup. Sedangkan menurut Liek wilarjo (1988) mengemukakan bahwa fokus

dan tekanan pendidikan sains terletak pada bagaimana kita membiarkan diri anak dididik oleh

alam agar  menjadi lebih baik. Maknanya dididik dengan alam, melatih anak untuk jujur dan tak

berprasangka. Dari pengalaman bergumul keras untuk memecahkan persoalan dalam sains, kita

dilatih untuk gigih dan tekun dalam menghadapi berbagai kesulitan, meningkatkan kearifan, dan

meningkatkan mendewasaan pertimbangan   dalam menempuh jalan kehidupan. Dengan

demikian tujuan pembelajaran sains hendaknya diarahkan pada penguasaan konsep dan dimensi-

dimensinya, kemampuan menggunakan metode ilmiah, dalam pemecahan suatu masalah,

sehingga terbangun kesadaran akan kebesaran Tuhan Yang Maha Pencipta Alam, yang ciptaan-

Nya kita pelajari selama ini.      

            Leeper (1994) mengemukakan tujuan pembelajaran sains bagi anak usia dini adalah

sebagai berikut :

1.    Agar anak-anak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya melalui penggunaan

metode sains, sehingga anak-anak terbantu dan menjadi terampil dalam menyelesaikan berbagai

hal yang dihadapinya.

2.    Agar anak memiliki sikap ilmiah. Hal-hal yang mendasar, misalnya : tidak cepat-cepat dalam

mengambil keputusan, dapat melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang, berhati-hati terhadap

informasi yang diterimanya serta bersifat terbuka.

3.    Agar anak-anak mendapatkan  penngetahuan dan  informasi ilmiah yang lebih baik dan dapat

dipercaya, artinya informasi yang diperoleh anak berdasarkan pada standar keilmuan yang

semestinya, karena informasi yang disajikan merupakan hasil temuan dan rumusan yang obyektif

serta sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan yang menaunginya.

4.    Agar anak lebih berminat dan tertarik untuk menghayati sains yang berada dan ditemukan di

lingkungan dan alam sekitarnya.

Page 12: Austisme

Berdasarkan tujuan tersebut, jelaslah bahwa pengembangan  pembelajaran sains  bukan saja

membina domain kognitif anak saja, melainkan membina aspek afektif dan psikomotor secara

seimbang, bahkan lebih jauh  diharapkan dengan  mengembangkan pembelajaran sains yang

memadai (adequate) akan menumbuhkan kreativitas dan kemampuan berfikir kritis yang

semuanya akan sangat bermanfaat bagi aktualisasi dan kesiapan anak untuk menghadapi

perannya yang lebih luas dan kompleks pada masa akan datang.  

D.  Materi Pembelajaran Saiins untuk Anak Usia Dini

Ada beberapa jenis keterampilan sains dapat dilatihkan pada anak usia dini. Pertama,

mengamati. Caranya, ajak anak-anak mengamati fenomena alam yang terjadi di sekeliling kita.

Dimulai dari yang paling sederhana. Misalnya, mengapa es bisa mencair? Mengapa ada siang

dan malam, dan sebagainya.

Kedua, mengelompokkan. Dalam hal ini, anak diminta untuk menggolongkan benda sesuai

kategori masing-masing. Misalnya kelompok bunga-bungaan, kelompok biji-jian, kelompok

warna yang sama, dan lain sebagainya.

Ketiga, memprediksi. Misalnya, berapa lama es akan mencair, berapa lama lilin akan

meleleh, berapa lama air yang panas akan menjadi dingin, dan seterusnya. Keempat, menghitung.

Kita mendorong anak untuk menghitung benda-benda yang ada di sekeliling, kemudian

mengenalkan bentuk-bentuk benda kepadanya.

Jadi, sains dan matematika sebenarnya dapat diperkenalkan kepada anak sejak usia dini.

Tentu dengan memperhatikan cara dan bahasa penyampaiannya, serta disesuaikan dengan umur

dan perkembangan si anak.

Kegiatan pengenalan sains untuk anak prasekolah sebaiknya disesuaikan dengan tingkat

perkembangan anak. Guru/pendidik hendaknya tidak menjejalkan konsep sains kepada anak,

tetapi memberikan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan anak menemukan sendiri fakta

dan konsep sederhana tersebut. Teori Experimental Learning dari Carl Rogermengisyaratkan

pentingnya pembelajaran yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan anak. Menurutnya anak

secara alamiah dengan kapasitas dan kemauan untuk belajar. Fungsi pendidik hanyalah

memfasilitasi dan membantu agar anak dapat belajar secara optimal. Menurut Piaget (1972) anak

prasekolah usia 4-6 tahun berada pada fase perkembangan pra operasional dan menuju konkret

Page 13: Austisme

operasional. Untuk itu kegiatan sains sebaiknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan

karakterstik anak tersebut.

Berikut ini merupakan rambu-rambu yang dapat menjadi acuan dalam pembelajaran sains :

1. Bersifat konkrit:

Benda-benda yang digunakan bermain dalam kegiatan pembelajaran adalah benda yang konkrit

(nyata). Pendidik tidak dianjurkan untuk menjejali anak dengan konsep-konsep abstrak. Pendidik

sebaiknya menyediakan berbagai benda dan fasilitas lainnya yang diperlukan agar anak dapat

menemukan sendirri konsep tersebut.

2. Hubungan sebab akibat terlihat secara langsung:

Anak usia 5-6 tahun masih sulit menghubungkan sebab akibat yang tidak terlihat secara langsung

karena pikiran mereka yang bersifat transduktif. Anak tidak dapat menghubungkan sebab-akibat

yang tidak terlihat secara langsung. Jika anak melihat peristiwa secara langsung, membuat anak

mampu mengetahui hubungan sebab akibat yang terjadi. Sains kaya akan kegiatan yang melatih

anak menghubungkan sebab akibat.

3. Memungkinkan anak melakukan eksplorasi:

Kegiatan sains sebaiknya memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda

yang ada disekitarnya. Pendidik dapat menghadirkan objek dan fenomena yang menarik ke

dalam kelas. Misalnya guru menghadirkan induk kucing dengan anaknya, atau ulat yang akan

menjadi kepompong. Anak akn merasa senang memperhatikan perilaku dan perubahan yang

terjadi terhadap binatang tersebut. Bermain dengan air, magnet, balon, suara atau bayang-bayang

akan membuat anak sangat senang. Anak juga akan dapat menggunakan hampir semua panca

indranya untuk melakukan eksplorasi atau penyelidikan.

4. Memungkinkan anak menkonstruksi pengetahuan sendiri:

Sains tidak melatih anak untuk mengingat berbagai objek, tetapi melatih anak mengkonstruksi

pengetahuan berdasarkan objek tersebut. Oleh karena itu kegiatan pengenalan sains tidak cukup

dengan memberitahu definisi atau nama-nama objek, tetapi memungkinkan anak berinteraksi

langsung dengan objek dan memperoleh pengetahuan dengan berbagai inderanya dari objek

Page 14: Austisme

tersebut. Oleh sebab itu sangat tidak tepat jika memperkenalkan anak berbagai objek melalui

gambar atau model. Anak membutuhkan objek yang sesungguhnya.

5. Memungkinkan anak menjawab persoalan ”apa” dari pada ”mengapa”:

Keterbatasan anak menghubungkan sebab akibat menyebabkan anak sulit menjawab pertanyan

”mengapa”. Pertanyaan tersebut harus dijawab dengan logika berfikir sebab akibat. Jika anak

bermain dengan air di pipal lalu anak ditanya ”apa yang akan terjadi jika ujung pipa dinaikkan?”.

Anak dapat menjawab, ”air akan mengalir melalui ujung yang lain yang lebih rendah.” tidak

perlu anak ditanya ”mengapa jika ujung ini dinaikkan, air akan mengali ke ujung yang lebih

rendah”? Hal itu tidak akan dapat dijawab oleh anak. Sering anak menerjemahkan pertanyaan

’mengapa” dengan ”untuk apa”, sehingga pertanyaan mengapa akan dijawab ”agar” atau

”supaya” .

6. Lebih menekankan proses daripada produk:

Melakukan kegiatan eksplorasi dengan benda-benda akan sangat menyenangkan bagi anak. Anak

tidak brfikir apa hasilnya. Oleh sebab itu guru tidak perlu menjejali nak dengan berbagai konsep

sains atau mengharuskan anak untuk menghasilkan sesuatu dari kegiatan anak. Biarkan anak

secara alami menemukan berbagai pengertian dari interaksinya bermain dengan berbagai benda.

Dengan kata lain proses lebih penting daripada produk.

7. Memungkinkan anak mengunakan bahasa dan matematika:

Pengenalan sains hendaknya terpadu ddengan disiplin ilmu yang lain, seperti bahasa,

matematika, seni dan atau budi pekerti. Melalui sains anak melakukan eksplorasi terhadap objek.

Anak dapat menceritakan hasil eksplorasinya kepada temannya (bahasa). Anak melakukan

pengukuran, menggunakan bilangan, dan membaca angka (matematika). Anak dapat juga

menggambarkan objek yang diamati dan meawarnai gambarnya (seni). Anak juga diajarkan

mencintai lingkungan atau benda disekitarnya (budipekerti).

8. Menyajikan kegiatan yang menarik (the wondwer of science):

Sains menyajikan berbagai percobaan yang menarik seperti sulap. Anak-anak yang masih

memiliki pikiran magis (/imagical reasoning) akan sangat tertarik dengan keajaiban tersebut.

Page 15: Austisme

Misalnya air susu dicampur air sabun dan diberi tiga macam pewarna makanan, lalu diaduk.

Dengan manmbahkan sedikit air soda, anak akan melihat air berbuih dan mengeluarkan

gelembung seperti mendidih, menampilkan air warna warni yang menarik.

Ada beberapa materi sains yang sesuai untuk anak prasekolah terutama usia 5-6 tahun.

Pembelajaran topik-topik sains hendaknya lebih bersifat memberikan pengalaman tangan

pertama (first-hand experience) kepada anak, bukan mempelajari konsep saians yang abstrak.

Selain itu pembelajaran sains hendaknya mengembangkan kemampuana observasi, klasifikasi,

pengukuran, mengunakan bilangan dan mengidentifikasi hubungan sebab akibat. Materi tersebut

antara lain:

1. Mengenal gerak:

Anak sangat senang bermain dengan benda-benda yang dapat bergrak, memutar, menggelinding,

melenting, atau melorot. Ada beberpa kegiatan untuk mengenalkan anak dengan gerakan, antara

lain:

a. Menggelinding dan bentuk benda: Materi ini menyadarkan anak akan sebab-sebab timbulnya

gerakan pada benda. Kemiringan papan, bentuk benda slilidris dan kotak, halus kasarnya

permukaan benda ikut mempengaruhi kecepatan gerakan. Materi ini juga dapat melatih

kemampuan observasi.

b. Menggelinding dan ukuran benda: Bermain dengan cara menggelindingkan benda-benda

dengan berbagai ukuran akan membantu siswa untuk mengenal bahwa besar kecil, berat

ringannya suatu benda akan mempengaruhi gerak benda tersebut. Meteri ini juga melatih

kemampuan observasi pada anak.

2. Mengenal benda cair:

Bermain dengan air merupakan salah satu kesenangan anak. Pendidik dapat mengarahkan

permainan tersebut agar anak dapat memiliki berbagai pengalaman tentang air. Air senantiasa

menyesuaikan bentuknya dengan bentuk wadahnya. Air mengalir dari tempat yang lebih tinggi

ke tempat yng lebih rendah atau dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan

rendah. Berbagai kegiatan n dengn air, antara lain:

Page 16: Austisme

a. Konservasi volume: Kegiatan ini merupakan cara untuk melatih anak memahami isi atau

volume benda cair. Anak Pra operasional belum dapat memahami konservasi volume (Piaget

1972). Oleh karena itu memperkenalkan anak dengan bejana yang dapat diisi akan membantu

anak memahami konservasi volume. Sambil mengisi botol besar, lalu memindahkan ke botol

yang lebih kecil dan sebalaiknya, anak belajar mengunakan bilangan untuk menghitung

banyaknya air yang dimasukkan ke botol tersebut. Anak juga akan berlatih memahami

pengertian lebih banyak dan lebih sedikit. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan di luar kelas. Agar

tidak basah, sebaiknya anak diminta memakai rompi plastik.

b. Tenggelam dan terapung: Kegiatan ini dapat dilakukan di kelas atau di luar kelas. Jika di

kelas, beri alas plastik dan koran agar air tidak mmbasahi tempat. Tujuan kegiatan ini adalah

agar anak diberi pengalaman bahwa ada benda yang tenggelam an ada yang terapung. Anak

sering mengira benda yang berukuran kecil terapung dan yang besar tenggelam. Tenggelam atau

terapung tidak ditentukan oleh ukuran benda melainkan oleh berat jenis benda.

c. Membuat benda terapung: Tujuan kegiatan ini addalah untuk mengenalkan pada anak bahwa

benda yang tenggelam dapat dibuat terapung. Dari kegiatan ini pula anak akan memahami,

mengapa perahu yang berat dapat terapung.

d. Larut dan tidak larut: Sebagian benda larut ke dalam air dan sebagian lagi tidak. Gula, garam

dan warna pada teh larut dalam air sehingga akan membentuk larutan. Jika larutan dibiarkan,

maka akan membentuk endapan, kecuali jika airnya diuapkan semua. Benda lain tidak larut

dalam air, seperti tepung, pasir dan minyak. Jika benda tersebut dicampur dengan air maka tidak

akan membentuk larutan, tetapi membentuk campuran. Campuran kelihatan tidak homogen dan

jika diendapkan, maka akan terlihat adanya endapan.

e. Air mengalir: Air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah karena

gravitasi bumi. Air dari tempat yang lebih rendah dapat dialirkan ke tempat yang lebih tingi

dengan menambah tekanan, misalnya dengan pompa air. Anak sangat senang bermain dengan air

Page 17: Austisme

mengalir dan memperoleh pengalaman langsung yang kelak akan berguna untuk mempelajari

sains.

f. Mengenal sifat berbagai benda cair: Melalui kegiatan ini anak diperkenalkan bahwa benda cair

itu bermacam-macam, tidak hanya air. Benda-benda cair itu juga memiliki sifat yang berbeda.

3. Mengenal timbangan (neraca):

Neraca sangat baik untuk melatih anakmenghubungkan sebab akibat karena hasilnya akan

nampak secara langsung.jika beban di satu lengan timbangan di tambah, maka beban akan turun.

Demikian pula jika beban di geser menjauhi sumbu. Berbagai benda memiliki massa jenis

berbeda. Kapas dan spon memiliki massa jenis yang lebih kecil dibanding besi dan batu,

meskipun batu dan besi ukurannya kecil tetapi akan lebih berat dari kapas atau spon.

4. Bermain gelembung sabun:

Anak sangat menyukai bermain dengan gelembung sabun. Dengan menambahkan satu sendok

gliserin pada dua liter air, larutan sabun, akan diperoleeh larutan yang sabun yang menakjubkan

yang dapat digunakan untuk membentuk gelembung raksasa, jendela kaca, atau bentuknya

lainnya dari busa..

5. Mengenal benda-benda lenting:

Benda-benda dari karet pada umumnya memuliki kelenturan sehingga mampu melenting jika

dijatuhkan. Demikian pulla benda dari kare yang diisi udara , seperi bola basket, bola voli dan

bola plastik. Anak sangat senang bermin dengan benda-benda tersebut.

6. Mengenal Binatang:

Binatang merupakan mahluk yang menarik bagi anak-anak karena mampu merespon

rangsang. Anjing, misalnya mampu mengembalikan bnda-benda yang dilemparkan pemiliknya.

Anak kucing akan mengejar dan menerkam benda-benda yang bergerak. Meskipun masih

diperdebatkan dari segi sanaitasi dan higienisnya, memelihara hewan peliharaan dapat

mengembangkan rasa kasih dan sayang pada anak. Melalui binatang anak akan belajar banyak

tentang mahluk tersebut. Oleh karena itu di nagara-negara maju, kebun binatang dilengkapi

Page 18: Austisme

dengan pojok sains (sains center) dimana anak dapat berinteraksi dengan bintang yang jinak dan

bersih sambil memperlajarinya. Ada beberapa keuntungan yang diperoleh anak jika berinteraksi

dengan binatang. Pertama, anak belajar mengenal dan menghargai mahluk hidup, ia belajar

bahwa mahluk hidup memerlukan makanan, papan dan kasih sayang. Kedua, anak belajar untuk

menyayangi binatang yang pada akhirnya akan menumuhkan rasa kasih sayang pada mahluk

hidup.

Masih banyak materi yang dapat membantu anak mengenal sains termasuk mengenal tubuh

mereka sendiri. Guru dapat mengembangkan sendiri fenomena-fenomena yang ada dan yang

terjadi di sekitar anak. Termasuk tumbuhan yang ada di sekitar mereka.

E.  Strategi Pembelajaran Anak Usia Dini

  Strategi Pengembangan Pembelajaran Sains Melalui Seni Rupa

Banyak Taman Kanak-kanak di Indonesia yang mendekati seni dengan dua cara:

pertama dengan mengajarkan seni sebagai bidang pengembangan yang tersendiri dan terbuka

bagi siswa. Kedua dengan mengintegrasikan seni ke dalam semua bidang pengembangan sebagai

alat belajar mengajar. Seni-seni visual (rupa) menggambar, melukis, mengukir, merancang dan

instalasi sering diintegrasikan dalam pembelajaran di Taman Kanak Kanak.

                  Pendekatan yang kedua di atas, dapat di terapkan dalam bidang pengembangan sains di

Taman kanak-Kanak. Akan tetapi tentu saja guru/pendidik di Taman Kanak-Kanak harus

memperhatikan tipologi dan gaya karya seni rupa anak, secara umum anak juga mengalami

periodisasi atau masa perkembangan menggambar. Bahkan dikatakan bahwa pada masa peka

itulah anak-anak mengalami masa keemasan ekspresi kreatif. Berdasarkan hasil penelitian

terhadap karya gambar yang dilakukan oleh para ahli antara lain W. Labert Britain dan Viktor

Lowenfeld menunjukkan bahwa setiap anak mengalami masa-masa perkembangan menggambar.

Menurut Lowenfeldperiodisasi menggambar anak-anak dibedakan menjadi:

  masa goresan (sekitar usia 2-4 tahun)

  Masa prabagan (sekitar usia 4-7 tahun)

  Masa bagan (sekitar usia 7-9 tahun)

  Masa permulaan realisme (sekitar usia 9-11 tahun)

  Masa realisme semu (sekitar umur 11-13 tahun)

Page 19: Austisme

Anak usia TK B adalah termasuk masa prabagan. Masa ini goresan-goresan yang

dilakukan oleh anak masih bersifat mendatar, tegak dan melingkar yang selanjutnya berkembang

menjadi wujud ungkapan-ungkapan yang dapat dikaitkan dengan wujud objek tertentu, misalnya

bentuk bagan manusia yang masih sederhana. Kehadiran gambar manusia yang sering

diwujudkan anak-anak memang sangat wajar di mana anak selalu dalam lingkungan yang secara

visual manusialah yang sering dilihatnya. Sejak masa ini anak sudah dapat mewujudkan objek

gambarnya secara tetap dengan ciri-ciri tertentu, misalnya ini aku, ini ibu, ini ayah, ini kakak,

dan sebagainya. Goresan-gorasan yang dibuat sudah mulai terarah sesuai dengan hasratnya untuk

memberi bentuk kepada imajinasinya. Masa ini merupakan masa peralihan dari masa

menoreng/menggores ke masa bentuk bagan/skematis, sehingga dikenal dengan perkembangan

menggambar prabagan.

Masa seperti ini juga terjadi dalam bidang seni rupa yang lain, di mana anak mulai

dapat mengungkapkan imajinasinya ke dalam bentuk tertentu.

Dengan demikian dalam pembelajaran sain melalui seni rupa untuk anak TK B, harus

memperhatikan periodisasiperkembangan kognitif dan periode perkembangan seni rupa bagi

anak. Di mana anak dalam periode praoperasional dari sisi kogitif dan pada masa prabagan dari

sisi perkembangan seni. Berangkat dari sinilah pengembangan pembelajaran sains melalui seni

mulai disusun dengan memadukan pada semua aspek pengembangan dan mengacu pada tema-

tema yang telah dirangcang oleh dewan guru bersama kepala sekolah dalam rangka memberikan

pendidikan yang terbaik untuk ana

  Pendekatan dan Metode Pembelajaran Di Taman Kanak-kanak Menurut R.J. Drost dalam Mardiyanto (2008:12) taman Kanak-kanak adalah pendidikan

untuk anak usia prasekolah. Taman Kanak-kanak merupakan pendidikan untuk usia prasekolah sehingga kegiatannya mencakup kegiatan pendidikan, penanaman nilai, sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan dalam kurikulum 2004 Taman Kanak-kanak dan Raudlatul Afhtal (Depdiknas, 2004:2) disebutkan bahwa Taman Kanak-kanak adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun.

Berdasarkan definisi di atas, anak Taman Kanak-kanak (TK) adalah anak usia prasekolah yang berada dalam rentang usia antara empat sampai enam tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat Susanti (2007:6) yang menyatakan bahwa anak Taman Kanak-kanak (TK) adalah anak-anak usia antara lima sampai dengan enam tahun.

Masa Kanak-kanak merupakan masa saat anak belum mampu untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Mereka cenderung ingin menyenangkan orang dewasa, senang bermain bersama tiga atau empat teman pada saat yang bersamaan, tetapi mereka juga ingin menang sendiri dan sering merubah aturan main untuk kepentingannya sendiri (Juwita K, 1997: 27). Pada

Page 20: Austisme

masa itu, anak menjadi sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi yang dimilikinya.

Pada masa itu pula terjadi pematangan fungsi- fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral dan nilai-nilai agama.

Dalam kurikulum 2004 Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudlatul Athfal (RA) menguraikan bahwa pendekatan pembelajaran pada pendidikan TK dan RA dilakukan dengan berpedoman pada suatu program kegiatan yang telah disusun sehingga seluruh pembiasaan dan kemampuan dasar yang ada pada anak dapat dikembangkan dengan sebaik-baiknya. Pendekatan pembelajaran pada anak TK dan RA hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Berorientasi pada Kebutuhan Anak Anak TK adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun perkembangan psikis yang meliputi intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional. Dengan demikian berbagai jenis kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan melalui analisis kebutuhan yang disesuaikan dengan berbagai aspek perkembangan dan kemampuan pada masing-masing anak. 2. Bermain Sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pada anak-anak usia Taman Kanak-kanak dan Raudlatul Athfal. Untuk itu dalam memberikan pendidikan pada anak usia Taman Kanak-kanak dan Raudlatul Athfal harus dilakukan dalam situasi yang menyenangkan sehingga ia tidak merasa bosan dalam mengikuti pelajaran. Selain menyenangkan, metode, materi dan media yang digunakan harus menarik perhatian serta mudah diikuti sehingga anak akan termotivasi untuk belajar. Melalui kegiatan bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengannya, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Bermain bagi anak juga merupakan suatu proses kreatif untuk bereksplorasi, mempelajari keterampilan yang baru dan dapat menggunakan simbol untuk menggambarkan dunianya. 3. Kreatif dan Inovatif Proses pembelajaran dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu, memotivasi anak untuk berpikir kritis dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan pembelajaran hendaknya juga dilakukan secara dinamis. Artinya anak tidak hanya dijadikan sebagai objek, tetapi juga dijadikan subyek dalam proses pembelajaran. Kegiatan belajar di Taman Kanak-kanak dirancang untuk membentuk perilaku dan mengembangkan kemampuan dasar yang ada dalam diri anak usia Taman Kanak-kanak, tetapi dalam pelaksanaannya harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangannya. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di Taman Kanak-kanak, seorang guru harus memahami dan menguasai metode pembelajaran yang digunakan. Dengan menguasai metode pembelajaran ini, diharapkan tujuan pendidikan yang di antaranya untuk mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral dan nilai- nilai agama dapat tercapai secara optimal. Beberapa metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak TK menurut Moeslichatoen (1999) adalah : 1. Metode bermain 2. Metode Karyawisata 3. Metode Bercakap-cakap 4. Metode Bercerita

Page 21: Austisme

5. Metode Demonstrasi 6. Metode Proyek 7. Metode Pemberian tugas

F.   EvaluasiPenbelajaranSainsUntuk PAUD

Salah satu komponen penting dalam sistem pembelajaran adalah penilaian atau evaluasi.

Oleh karena itu, perangkat penilaian merupakan bagian integral yang dikembangkan berdasarkan

tuntutan tujuan pendidikan. Menurut Arikunto (2009), penilaian dalam pendidikan merupakan

sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan ketercapaian tujuan pendidikan, bahkan

aktivitas penilaian dapat pula digunakan untuk mengambil keputusan. Penilaian dilakukan

dengan berbagai cara dan menggunakan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi

tentang kemajuan atau pencapaian kompetensi siswa.

Dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan oleh guru untuk mengukur

perkembangan hasil belajar siswa sebagaimana yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.

Selain itu, penilaian juga dilakukan untuk mendiagnosis kesulitan belajar dan memberikan

umpan balik kepada siswa. Dengan demikian, penilaian dilakukan secara terus menerus guna

memastikan terjadinya kemajuan dalam belajar siswa. Hasil penilaian yang diperoleh, dapat

dijadikan sebagai dasar menentukan keputusan tentang upaya perbaikan pembelajaran. Dalam

hal ini upaya bimbingan terhadap siswa, yang diperlukan untuk memperbaiki hasil pembelajaran.

Sains dan mengajarkan siswa tentang sains memiliki arti lebih dari pada pengetahuan ilmiah

itu sendiriknowledge.. Menurut Rezba (1999), hThere are three dimensionsal ini disebabkan

karena iof science that are all importalmu pengetahuan dikonstruksi atas tiga dimensi penting.

The first Pertamaof these is the content of science, the basic adalah konten atau isi dari ilmu

pengetahuan, konsep dasarconcepts, and our scientific knowledge., dan pengetahuan ilmiah.

Dimensi ini merupakan dimensi ilmu pengetahuan yang sangat penting dan umumnya menjadi

bahan pemikiran pertama. Kedua adalah The other two important dimensions of sciencprosesof

doing science and scientific attitudes. kerja sains, di mana proses sains dalam hal ini adalah

keterampilan proses sains yang digunakan para ilmuan dalam proses melakukan sains atau kerja

ilmiah. Ketika siswa belajar sains menggunakan pendekatan keterampilan proses sains, maka

pada saat yang sama juga belajar tentang keterampilan proses sains.

Page 22: Austisme

Dimensi ketiga ilmu pengetahuan adalah sikap ilmiah. Dimensi ini fokus pada sikap dan

“watak” yang menjadi karakter dari sains. Dimensi ini mencakup hal-hal seperti rasa

keingintahuan dan kemampuan imajinasi, antusiasme dalam mengajukan pertanyaan dan

menyelesaikan masalah. Selain itu, sikap ilmiah yang diperlukan adalah penghargaan terhadap

metode dan nilai-nilai ilmiah. Metode ilmiah dan nilai ilmiah tersebut diperlukan dalam

menjawab pertanyaan dengan menggunakan berbagai macam fakta atau bukti, serta ketelitian

dalam menemukan data. Lebih dari itu, sikap ilmiah yang penting adalah bahwasanya

pengetahuan dan teori ilmiah berubah setiap saat berdasarkan perkembangan informasi. Dalam

hal ini, siswa menyikapi kebenaran dalam ilmu pengetahuan sebagai kebenaran yang bersifat

sementara atau tentatif.

Dalam sifat ketentativan ilmu pengetahuan, guru tidaklah mungkin dapat mengajarkan

semua konten dalam ilmu pengetahuan. Siswa dalam keterbatasannya pun tidak mungkin dapat

mengetahui semua fakta-fakta yang telah ditemukan oleh para ilmuwan. Oleh karena itu, hal

yang paling rasional dapat dilakukan adalah siswa harus memahami metodologi kerja sains dan

memiliki keterampilan dalam kerja ilmiah atau keterampilan proses sains. Dengan hal itu, siswa

memiliki kompetensi untuk dapat mengembangkan sendiri pengetahuannya. Pada suatu saat,

siswa mungkin saja dapat memberi kontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

Keterampilan proses sains dapat dikatakan sebagai kompetensi yang bersifat generik.

Keterampilan proses sains memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembentukan ilmu

pengetahuan.  Dalam hal ini, kemampuan keterampilan proses sains dapat mempengaruhi

perkembangan pengetahuan siswa. Membiasakan siswa belajar melalui proses kerja ilmiah,

selain dapat melatih detail keterampilan ilmiah dan kerja sistematis, dapat pula membentuk pola

berpikir siswa secara ilmiah. Dengan demikian, pengembangan keterampilan proses sains dapat

berimplikasi pada pengembangan kemampuan berpikir siswa (high order of thinking).

Oleh karena itu, dalam konteks pembelajaran sains pun harus dirancang sebagaimana desain

tiga dimensi sains yaitu konten/produk pengetahuan, proses ilmiah dan sikap ilmiah. Dalam hal

ini, pembelajaran sains haruslah mengintegrasikan antara pembelajaran keterampilan kerja

ilmiah sebagai proses penemuan dan pembentukan pengetahuan, pembelajaran konsep dasar

pengetahuan sains sebagai konten/produk sains, dan pembelajaran sikap ilmiah. Oleh karena

pembentukan pengetahuan sains diawali dari proses yang ilmiah, maka pembelajaran sains pun

Page 23: Austisme

harus diletakkan dan ditekankan lebih awal pada kemampuan keterampilan proses sains siswa.

Dengan demikian, perkembangan kemampuan keterampilan proses siswa memiliki peran yang

sama penting dan terintegrasi dengan penguasaan pengetahuan sains dan sikap ilmiah.

Menurut Rezba (1999), pengajaran dan pengukuran keterampilan proses dapat dilakukan

pada seluruh tingkatan kelas. Perbedaan materi dan tingkat kerumitan, metode dan sistem

pengukuran dapat disesuaikan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Kemampuan siswa

menggunakan proses sains akan berkembang seiring dengan berkembangnya pengalaman belajar

dan tingkatan kelas atau tingkat kognitif siswa secara biopsikologis. Penilaian terhadap

kemampuan keterampilan proses sains, dapat memberikan infromasi data status pencapaian

keterampilan siswa. Hasil tersebut, dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan keterampilan

proses selanjutnya serta instrument refleksi terhadap perencanaan dan proses pembelajaran.

Dengan demikian, pentingnya keterampilan proses sains merupakan dasar dalam pembentukan

pengetahuan sains bagi siswa dan akan digunakan siswa dalam setiap sisi kehidupannya di masa

depan.

Menurut Rezba (1999) dan Wetzel (2008), keterampilan proses dasar terdiri atas enam

komponen tanpa urutan tertentu, yaitu:

1. Observasi atau mengamati, menggunakan lima indera untuk mencari tahu informasi

tentang obyek seperti karakteristik obyek, sifat, persamaan, dan fitur identifikasi lain.

2. Klasifikasi, proses pengelompokan dan penataan objek

3. Mengukur, membandingkan kuantitas yang tidak diketahui dengan jumlah yang

diketahui, seperti: standar dan non-standar satuan pengukuran.

4. Komunikasi, menggunakan multimedia, tulisan, grafik, gambar, ataucara lain untuk

berbagi temuan.

5. Menyimpulkan, membentuk ide-ide untuk menjelaskan pengamatan.

6. Prediksi, mengembangkan sebuah asumsi tentang hasil yang diharapkan.

MenurutRezba (1999), keenamketerampilan proses dasar diatas terintegrasi secara bersama-

sama ketika ilmuan merancang dan melakukan penelitian, maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Semua komponen keterampilan proses dasar penting baik secara parsial maupun ketika

terintegrasi secara bersama-sama. Keterampilan proses dasar merupakan fondasi bagi

Page 24: Austisme

terbentuknya landasan berpikir logis. Oleh karena itu, sangat penting dimiliki dan dilatihkan bagi

siswa sebelum melanjutkan keketerampilan proses yang lebih rumit dan kompleks.

Keterampilan proses sains dapat meletakkan dasar logika untuk meningkatkan kemampuan

berpikir siswa bahkan pada siswa di kelas awal  tingkat sekolah dasar. Di kelas awal, siswa lebih

banyak menggunakan keterampilan proses sains yang mudah seperti pengamatan dan

komunikasi, namun seiring perkembangannya mereka dapat menggunakan keterampilan proses

sains yang kompleks seperti inferensi dan prediksi (Rezba, 1999).         

Penilaian merupakan tahapan penting dalam proses pembelajaran. Penilaian dalam

pembelajaran sains dapat dimaknai sebagai membawa konten, proses sains dan sikap ilmiah

secara bersama-sama. Penilaian dilakukan terutama untuk menilai kemajuan siswa dalam

pencapaian keterampilan proses sains.

MenurutSmith danWelliver, pelaksanaanpenilaianketerampilan proses

dapatdilakukandalambeberapabentuk, diantaranya:

1.      Pretes dan postes.  Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa pada awal

tahun sekolah.  Penilaian ini bertujuan untuk menentukan kekuatan dan kelemahan dari masing-

masing siswa dalam keterampilan yang telah diidentifikasi. Pada akhir tahun sekolah, guru

melaksanakan tes kembali untuk mengetahui perkembangan skor siswa setelah mengikuti

pembelajaran sains.

2. Diagnostik. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa pada awal

tahun ajaran. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan pada bagian manasiswa

memerlukan bantuan dengan keterampilan proses. Kemudian guru merencanakan

pelajaran dan kegiatan laboratorium yang dirancang untuk mengatasi kekurangan siswa.

3. Penempatan kelas. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa sebagai

salah satu kriteria dalam penempatan kelas. Misalnya, criteria untuk memasuki kelas

akselerasi, kelas sains atau kelas unggulan.

4. Pemilihan kompetisi siswa. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains

siswa sebagai kriteria utama dalam pemilihan siswa yang akan ikut dalam lomba-lomba

sains. Jika siswa memiliki skor tes tinggi, maka dia akan dapat mengikuti lomba sains

dengan baik.

Page 25: Austisme

5. Bimbingan karir. Biasanya para peneliti melakukan uji coba menggunakan penilaian

keterampilan proses sains untuk mengidentifikasi siswa yang memiliki potensi di bidang

ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dibina.

Penilaian keterampilan proses sains dilakukan dengan menggunakan instrumen yang

disesuaikan dengan materi  dantingkat perkembangan siswa atau tingkatan kelas (Rezba, 1999).

Oleh karena itu, penyusunan instrumen penilaian harus direncanakan secara cermat sebelum

digunakan.  Menurut Widodo (2009), penyusunan instrumen untuk penilaian terhadap

keterampilan proses siswa dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasikan jenis keterampilan proses sains yang akan dinilai.

2. Merumuskan indikator untuk setiap jenis keterampilan proses sains.

3. Menentukan dengan cara bagaimana keterampilan proses sains tersebut diukur (misalnya

apakah tes unjuk kerja, tes tulis, atau kah tes lisan).

4. Membuat kisi-kisi instrumen.

5. Mengembangkan instrumen pengukuran keterampilan proses sains berdasarkan kisi-kisi

yang dibuat. Pada saat ini perlu mempertimbangkan konteks dalam item tes keterampilan

proses sains dan tingkatan keterampilan proses sains (objek tes)

6. Melakukan validasi instrumen.

7. Melakukan uji coba terbatas untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas empiris.

8. Perbaikan butir-butir yang belum valid.

9. Terapkan sebagai instrumen penilaian keterampilan proses sains dalam pembelajaran

sains.

Pada langkah-langkah penyusunan instrument di atas, pencarian validitas dan reabilitas

empiris terutama dilakukan untuk penilaian keterampilan proses sains yang beresiko tinggi.

Penilaian yang beresiko tinggi yang dimaksud adalah penilaian dalam penelitian, penilaian dalam

skala besar atau penilaian untuk tujuan tertentu.

Pengukuran terhadap keterampilan proses siswa, dapat dilakukan dengan menggunakan

instrumen tertulis. Pelaksanaan pengukuran dapat dilakukan secarates (paper and pencil test) dan

bukan tes.Penilaian melalui tes dapat dilakukan dalam bentuk tes tertulis (paper and pencil test).

Sedangkan penilaian melalui bukan tes dapat dilakukan dalam bentuk observasi atau

Page 26: Austisme

pengamatan. Menurut Bajah (2000), penilaian dalam keterampilan proses agak sulit dilakukan

melalui tes tertulis dibandingkan dengan teknik observasi. Namun demikian, menggunakan

kombinasi kedua teknik penilaian tersebut dapat meningkatkan akurasi penilaian terhadap

keterampilan proses sains.

BAB III

PENUTUP

1.    Kesimpulan

Sains adalah proses sepanjang hayat sebagaimana belajar berhitung. Anak-anak dari segala jenis usia akan memperoleh manfaat dengan menganalisis keadaan-keadaan di sekitarnya yang mengadung unsur sains. Anak-anak perlu didorong agar memperoleh lebih banyak pengalaman

Page 27: Austisme

sains di alam, kemudian menjelaskan peristiwa-peristiwa yang mereka lihat, menanyakannya, dan menganalisis cara peristiwa-peristiwa itu terjadi.

Jika kita tidak menginteraksikan sains kepada anak-anak sejak dini, maka sama artinya kita mencetak anak-anak yang sukar menganalisis peristiwa sains. Dengan demikian, ketika kita menginginkan anak-anak kita memiliki kinerja yang baik saat duduk di jenjang sekolah yang lebih tinggi, maka sains mesti kita ajarkan sejak taman kanak-kanak.

Seorang guru mesti membiarkan anak-anak bereksperimen. Kegiatan eksperimen itu bisa berupa mengumpulkan batu, melempar bola, membaca gambar, menambah kosakata dengan saling bertukar pikiran, dan memberi kesempatan mereka untuk bertanya serta mencari jawabannya. Kesemuanya itu dimasukkan ke dalam kurikulum untuk pendidikan prasekolah.

Mungkin ada sebuah pertanyaan yang sekarang muncul di dalam benak kita, sains itu terjadi kapan saja? Sejatinya, ada banyak kegiatan sehari-hari yang mengandung inti konsep dasar sains. Menuangkan minuman memberikan penjelasan tentang sifat zat cair yang mengalir dari atas ke bawah. Kincir kertas yang berputar karena ditiup angin, bola menggelinding di atas bidang miring adalah beberapa kegiatan yang nampaknya remeh tetapi membuka peluang bagi anak-anak untuk mengajukan pertanyaan: mengapa perstiwa-peristiwa tersebut dapat terjadi.

Sains dan pengajaran sains tidak hanya sekedar pengetahuan yang bersifat ilmiah saja, melainkan terdapat dimensi-dimensi ilmiah penting yang menjadi bagian sains. Pertama, adalah muatan sains (content of science) yang berisi berbagai fakta, konsep, hukum, dan teori-teori. Dimensi inilah yang menjadi obyek kajian ilmiah manusia.

Dimensi kedua sains adalah proses dalam melakukan aktivitas ilmiah dan sikap ilmiah dari aktivis sains. Proses dalam melakukan aktivitas-aktivitas yang terkait dengan sains biasa disebut dengan keterampilan proses sains (science proccess skills). Keterampilan proses inilah yang digunakan setiap ilmuwan ketika mengerjakan aktivitas-aktivitas sains. Karena sains adalah tentang mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, maka keterampilan ini dapat juga diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari ketika kita menemukan persoalan-persoalan keseharian dan kita harus mencari jawabannya. Jadi, mengajarkan keterampilan proses sains pada siswa sama artinya dengan mengajarkan keterampilan yang nantinya akan mereka gunakan dalam kehidupan keseharian mereka.

Dimensi ketiga dari sains merupakan dimensi yang terfokus pada karakteristik sikap dan watak ilmiah. Dimensi ini meliputi keingintahuan seseorang dan besarnya daya imajinasi seseorang, juga antusiasme yang tinggi untuk mengajukan pertanyaan dan memecahkan permasalahan. Sikap lain yang juga harus dimiliki seorang ilmuwan adalah sikap menghargai terhadap metode-metode dan nilai-nilai di dalam sains. Metode-metode sains yang dimaksud di sini meliputi usaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan menggunakan bukti-bukti, kemauan untuk mengakui pentingnya mengecek ulang data yang diperoleh, dan memahami bahwa pengetahuan ilmiah dan teori-teori berubah sepanjang waktu selama informasi-informasi yang lebih banyak dan lebih baik diperoleh.

Dalam pengajaran sains, ada enam buah keterampilan proses dasar yang perlu diajarkan kepada murid. Keterampilan-keterampilan proses merupakan  bagian-bagian yang membentuk landasan metode-metode ilmiah. Keenam keterampilan tersebut yaitu: pengamatan (observation); pengomunikasian   (communication); pengklasifikasian (classification); pengukuran   (measurement); penyimpulan (inference); dan peramalan (prediction).

Keenam keterampilan di atas terintegrasi ketika seorang ilmuwan merancang dan mengadakan sebuah eksperimen. Enam keterampilan dasar di atas sangat penting dalam kedudukannya sebagai keterampilan mandiri sebagaimana pentingnya ketika berkedudukan

Page 28: Austisme

sebagai keterampilan terintegrasi. Pendek kata, belajar sains adalah belajar keterampilan berpkir dan bertindak ilmiah.

Sementara itu, metode sains untuk prasekolah berarti seorang guru harus mendorong dan membiasakan anak untuk mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban. Menggunakan metode sains artinya memusatkan perhatian pada apa yang akan terjadi, membuat prediksi, bahkan bagi anak-anak prasekolah dengan aktivitas menebak mereka. Guru dapat membantu anak-anak mempelajari metode ini setiap kali guru membacakan atau memberi anak-anak cerita. Cara itu dilakukakan dengan menanyakan kepada mereka: “Kira-kira, apa yang akan terjadi berikutnya?”, atau, “Apa yang terjadi pada halaman berikutnya?”

Meskipun aktivitas-aktivitas itu dilakukan oleh anak-anak usia prasekolah, tetapi mereka telah belajar melakukan aktivitas-aktivitas penelitan sekaligus berinteraksi dengan keterampilan proses sains. Anak-anak harus mendapatkan kesempatan untuk mengatakan gagasan mereka dan pikiran mereka sebagai wujud dari sebuah dugaan-dugaan sebelum memulai aktivtas sains.

Saat memberikan kegiatan, guru tidak diperkenankan terlalu banyak bicara dan membiarkan anak-anak mengolah hipotesis, pernyataan tentang apa yang mereka pikirkan atau yang mereka pikir akan terjadi. Tugas seorang guru hanyalah menanti anak-anak memformulasikan gagasan mereka. Aktivitas ini akan menjadi kebiasaan jika guru membiasakannya. Ketika anak-anak menemukan serangga di tempat mereka bermain dan mereka bertanya kepada guru, “Apa itu?” maka guru akan mengatakan, ”Menurutmu itu apa? Apa yang dilakukannya? Di mana kamu menemukannya, di rerumputan atau di tanah?” Doronglah mereka untuk mengenali atau membangun simpanan ilmu pengetahuan mereka tentang serangga tersebut. Pada saat yang lain, anak-anak mungkin menginginkan guru menjadi sumber informasi bagi mereka. Ketika hal tersebut terjadi, jawablah pertanyaan atau bantulah mereka menemukan jawabannya di buku.

Kemudian dalam hal ini, bagian yang amat penting dalam metode sains adalah mengulang percobaan yang yang memberikan hasil yang sama. Bisakah anak yang lain memperoleh hasil yang sama? Ketika guru dan anak-anak melakukan percobaan mencampur warna, guru menunggu seorang anak untuk menemukan bahwa mencampur warna biru dan kuning membentuk warna hijau. Anak yang lain berteriak, ‘Hei, punyaku juga berubah menjadi hijau! Bagaimana denganmu Mustafa? Bagaimana denganmu Latifah?” Anak-anak belajar bahwa sains bukanlah sihir ketika mereka membuat sesuatu terjadi dan dapat mengulanginya kembali berulangkali. Hasil yang mereka dapatkan bukan karena guru mempunyai kekuatan khusu atau karena guru mengatakan mantera, tetapi karena sifat dari bahannya. Peristiwa itu akan selalu terjadi setiap kali guru melakukan hal yang sama. Tunjukkan hasil yang berulang ini kepada mereka selama percobaan sains karena mereka mungkin terlalu sibuk dengan bahan-bahan percobaan sehingga tidak memperhatikan apa yang orang lain lakukan.

2.    Saran

         Bagi pengembang pembelajaran sains pada anak usia dini, hendaknya pahami terlebih dahulu

tujuan sains secara  komprehensif  dan karakteristik perkembangan anak usia dini untuk setiap

tahapan usia, kemudian tuangkan dalam rencana pembelajaran yang operasional dengan

menerapkan konsep bermain yang menyenangkan.

Page 29: Austisme

          Gunakan multi media dalam pembelajaran sains, untuk menghindari rasa jenuh, bosan  pada

anak, serta mempertahan perhatian anak untuk tidak berpaling pada objek lain.

Diposkan oleh Ririn Liestyawati di 16.31 |

2 komentar:

Yunita S.Pd. mengatakan...

tahunnya say, blm tercantum. thx artikelya

13 April 2014 09.07

Nurul Idhayani mengatakan...

kok ga dicantumin daftar pustakanya

5 Mei 2014 09.41

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Blog Archive

Followers