Audit Resep

10
Audit Resep di Apotek dalam Praktek Pengobatan Rasional Dokter: dr. Auisi, SIK:...... Jl........ R/ Tetradex tab ¼ Parasetamol mg 100 Primperan tab ¼ Luminal mg 10 m.f.la dtd no XV S.t.d.d pulv I R/ Imodium tab ¼ New Diatab tab ½ m.f.la caps dtd no X S.t.d.d caps I R/ Oralit 200 mL Sue Pro : An.Mawar Umur : 5 tahun Penanganan Resep: 1) Skrining Resep Skrining resep secara administratif meliputi kelengkapan resep Dalam skrining resep berkaitan dengan pengobatan rasional Apoteker diharapkan dapat melakukan Anamnese keFarmasian (AF)adalah kegiatan apoteker dalam menganalisa indikasi masing-masing obat dan menerjemahkannya ke dalam suatu dugaan diagnose apa yang telah ditegakkan oleh dokter atau sakit apa yang diderita oleh Pasien. Berdasarkan analisa indikasi obat-obatan dalam resep anamnese Farmasi diperkirakan pasien Mawar menderita Diare. Untuk meyakinkan AF tersebut Apoteker harus melakukan chross chek kepada pasien, dengan bertanya apa keluhan yang disampaikan kepada dokter. Atau Apoteker melakukan kumonikasi kepada Dokter untuk menanyakan diagnose dari Pasien.

description

resep

Transcript of Audit Resep

Audit Resep di Apotek dalam Praktek Pengobatan Rasional

Dokter: dr. Auisi,SIK:......Jl........

R/Tetradex tab Parasetamol mg 100Primperan tab Luminal mg 10m.f.la dtd no XVS.t.d.d pulv I

R/ Imodium tab New Diatab tab m.f.la caps dtd no XS.t.d.d caps I

R/ Oralit 200 mLSue

Pro : An.MawarUmur : 5 tahun

Penanganan Resep:

1) Skrining ResepSkrining resep secara administratif meliputi kelengkapan resepDalam skrining resep berkaitan dengan pengobatan rasional Apoteker diharapkan dapat melakukan Anamnese keFarmasian (AF)adalah kegiatan apoteker dalam menganalisa indikasi masing-masing obat dan menerjemahkannya ke dalam suatu dugaan diagnose apa yang telah ditegakkan oleh dokter atau sakit apa yang diderita oleh Pasien. Berdasarkan analisa indikasi obat-obatan dalam resep anamnese Farmasi diperkirakan pasien Mawar menderita Diare. Untuk meyakinkan AF tersebut Apoteker harus melakukan chross chek kepada pasien, dengan bertanya apa keluhan yang disampaikan kepada dokter. Atau Apoteker melakukan kumonikasi kepada Dokter untuk menanyakan diagnose dari Pasien.

2) Penilaian Pengobatan Rasional oleh ApotekerBerdasarkan data pada langkah 1) Apoteker dalam penilaian Pengobatan Rasioanal harus berpegang pada Acuan Langkah Pengobatan Rasional yang dikeluarkan oleh WHO (1985) yaotu

The rational use of drugs requires that patients receive medicines appropriate to their clinical needs, in doses that meet their own individual requirements, for an adequate period of time, and at the lowest cost to them and the community. (WHO 1985)

Apoteker diwajinkan dapat melakukan analisa: a) Tepat indikasi, b) Tepat obat, c) Tepat dosis, d) Tepat pasien/pendertia, e) Waspada efek samping, dan pada akhirnya f) melakukan analisa farmakoekonomi untuk mendapatkan harga yang tepat dengan keuangan pasien.

Dalam penilaian 4T 1 W diatas:-Tepat Indikasi dan ObatApoteker harus memahami uraian penyakit yang dihadapi oleh Pasien. Dikaitkan dengan Resep diatas AF, mengatakan Pasien menderita Diare: Dari uraian penyakit penyebab diare dapat dikelompokkan kedalam: a) diare infeksi bakteri patogen, b) diare infeksi oleh amoba, c) diare oleh infeksi virus, d) diare non spesifik oleh kesalahan makanan.Dalam melakukan kros -chek kepada pasien apoteker harus dapat mencari penyebab diare dari pasien Mawar. Apoteker diharapkan mampu memberikan anjuran langkah pemeriksaan laboratorium yang nantinya sangat diperlukan oleh dokter dalam penegakan diagonose.Penilaian ketepatan indikasi obat didasarkan atas ketepatan diagnose dan keluhan pasien mawar. Dalam hal ini seorang apoteker dituntut mampu menilai indikasi dari masing-masing obat dikaitkan dengan ketepatan pengobatan diatas, sehingga berujung pada pengobatan yang rasional. Pada akhirnya seorang apoteker dapat menyimpulakan apakah pengobatan tersebut tepat indikasi dan obat.- Tepat Dosis, Jika apoteker sudah sampai pada keputusan tepat indikasi dan obat, sorang apoteker dituntut dapat menghitung dosis dari masing-masing obat yang diperlukan oleh pasien mawar.- Tepat Pasien/Penderita; seorang apoteker diharapkan dapat memilihkan bentuk sediaan obat yang sesuai dengan pasien,-Waspada Efek samping: seorang apoteker mencatat efek samping (advers reaction) dari obat atau interaksi obat yang mungkin ditimbulkan. Seorang apoteker diharapkan dapat melihat kemungkinan terjadinya Interaksi Obat, baik pada fase farmasetik (peracikan), farmakokinetik (adsorpsi, distribusi, dan eliminasi), dan fase farmakodinamik. Jika terjadi interaksi apoteker diharapkan dapat mengkomunikasikan kepada pasien.- Jika ada ketidak tepatan dalam pemilihan obat oleh dokter dalam tujuan pengobatan menurut analisa apoteker, apoteker diharuskan melakukan komunikasi kepada dokter penulis resep untuk menanyakan tujuan dokter dalam menuliskan obat dalam resep tersebut. (sebab sering terjadi perbedaan asumsi apoteker dengan pendekatan dokter dalam pemilihan obat). Jika kata sepakat antara apoteker dan dokter telah dicapai dalam kontek pengobatan rasional, maka seorang apoteker dapat melanjutkan ke:- Langkah terakhir seorang apoteker melakukan analisis farmakoekonomi, yaitu menawarkan beberapa pilihan obat yang secara ekonomis paling sesuai dengan keuangan pasien.

3) Peracikan obat (Compounding & Dispensing)Apoteker dapat melakukan penilaian farmseutik agar dalam peracikan obat tidak terjadi kerusakan obat. Diikuti dengan pengemasan dan pemberian etiket.

4) Penyerahan dan pemberian KIE (Konseling Informasi dan Edukasi) pasienPada penyerahan obat seorang apoteker harus dapat memberikan informasi tentang cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat dan berapa lama obat tersebut disimpan, dan menjelaskan reaksi efek samping obat yang mungkin timbul.

Contoh Resep: (Contoh ini adalah UTS mata kuliah Compounding & Dispensing, Jawaban atas resep ini dikerjakan oleh Fischer Raditya Simorangkir (Mhs Profesi PS-Apoteker Jurusan Farmasi Udayana, Angkatan ke 4)

Dr. Leo, Sp.PDSIK : 19/DIKES/2009JL Raya Sesetan no 98

22-07-2011

R/ Zumafib No L S 1 dd IR/ Hp Pro No XXX S 1 dd I

Pro : Bader

I. SKRINING RESEPMenurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek, persyaratan administratif dalam penulisan resep adalah:- Nama, SIP dan alamat dokter.- Tanggal penulisan resep.- Tanda tangan/paraf dokter penulis resep.- Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien.- Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang minta.- Cara pemakaian yang jelas.- Informasi lainnya.

II. SPESIFIKASI OBATA. ZumafibKomposisi: FenofibratEfek farmakologis: Fenofibrat merupakan agonis peroxisome proliferator-activated receptor-alpha (PPAR-alpha), yang menurunkan regulasi apoprotein C dan menaikkan regulasi apoliprotein a-1, protein transport asam lemak, dan lipoprotein lipase menghasilkan peningkatan VLDL katabolisme, oksidasi asam lemak, dan eliminasi partikel trigliserida (Lacy,et al. 2009).Efek Samping: Hepatik : Kerusakan hati (3-13%). Sistem saraf pusat : Sakit Kepala (3%). Gastrointestinal : Nyeri abdominal (5%), Konstipasi (2%), Nausea (2%). Neuromuskular dan skeletal : Nyeri punggung (3%) (Lacy, et al. 2009).Kontraindikasi: Kehamilan (Farktor resiko C) (Lacy, et al. 2009)Interaksi Obat:Meningkatkan efek dari obat obat : Ezetimibe, Sulfonilurea, antagonis vitamin K dan Warfarin (Lacy, et al. 2009).Dosis: Hipertrigliseridemia : 45-135 mg perhari. Dosis maksimum 135 mg per hari. Hiperkolestrolemia : 50-135 mg per hari. Dosis maksimum 135 mg per hari.B. HP ProKomposisi: Curcuma Zedoaria, Curcuma xhantorriza, Ipomoea pres-caprael.s, Phylanthus urinaria, madu.Efek farmakologis: Hepatoprotektor, suplemen.Dosis: 1-3 kali sehari : Suplemen untuk hati.

III. ANAMNESE KEFARMASIANAnalisis jenis penyakit secara umum dapat dilakukan berdasarkan jenis dan indikasi obat. Pasien diberikan Zumafib dengan kandungan fenofibrat yang diindikasikan untuk hiperkolestrolemia dan hipertrigliseridemia. Hp pro diduga digunakan sebagai suplemen untuk melindungi fungsi hati untuk mencegah kerusakan hati. Berdasarkan hal tersebut diduga pasien menderita hiperlipidemia yang memiliki efek lanjutan berupa perlemakan hati (fatty liver). Gambar berikut merupakan algoritme penatalaksanaan hiperlipidemia: hipertrigliseridemia.Untuk meyakinkan anamnese kefarmasian ini maka dilakukan cross check kepada pasien dengan menanyakan keluhan yang disampaikan pasien kepada dokter. Adapun hal-hal yang perlu ditanyakan kepada pasien:1. Keluhan apa yang anda sampaikan ke dokter?Jawab: Saya punya penyakit kolesterol (Pasien berbadan gemuk/obesitas). 2. Bagaimana penjelasan dokter tentang obat yang diresepkan untuk anda?Jawab: Saya mendapat obat untuk kolesterol saya.3. Bagaimana penjelasan dokter mengenai cara penggunaan obat ini?Jawab: Dokter tidak mengatakan mengenai cara penggunaan obat.4. Bagaimana penjelasan dokter tentang harapan setelah anda mendapatkan pengobatan ini?Jawab: Setelah mengkonsumsi obat, kolesterol saya turun.5. Anda sudah melakukan cek laboratorium sebelumnya?Jawab: Sudah. Saat itu dokternya mengatakan kolesterol saya cukup tinggi.6. Apakah bapak sebelumnya sudah mengkonsumsi obat lain?Jawab: Tidak.

Hasil Test Laboratorium Pasien Bader

IndikatorPasienNormalStatus

- Fungsi ginjalNatriumKaliumKloridaCO2BUNSCR- 140 mEq/L- 4,2 mEq/L- 105 mEq/L- 28 mEq/L- 11 mg/dL- 1,0 mg/dL- 135 - 145mEq/L- 3,5 - 5 mEq/L- 95 -105 mEq/L- 20-29 mEq/L- 7-20 mg/dL- 0-8 1,4mg/dLFungsi ginjalnormal

- Gula darahKadar glukosaHbA1C- 120 mg/dL- 6,2 %-