AUDIT PEMASARAN PADA KEBUN WISATA … RINGKASAN WIWI HERYAWANTI. Audit Pemasaran pada Kebun Wisata...
Transcript of AUDIT PEMASARAN PADA KEBUN WISATA … RINGKASAN WIWI HERYAWANTI. Audit Pemasaran pada Kebun Wisata...
AUDIT PEMASARAN PADA KEBUN WISATA KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
i
IT PEMASARAN PADA KEBUN WISATA PASIR MUKTIKABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
SKRIPSI
WIWI HERYAWANTIH34052063
DEPARTEMEN AGRIBISNISFAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR
2009
PASIR MUKTIKABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
ii
RINGKASAN
WIWI HERYAWANTI. Audit Pemasaran pada Kebun Wisata Pasir Mukti Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan FEBRIANTINA DEWI).
Indonesia memiliki potensi sumber daya alam dan hayati yang cukup besar. Pariwisata adalah salah sektor yang memanfaatkan sumber daya alam. Wisatawan menyukai wisata yang menyatu dengan alam seperti kegiatan pertanian, outbound, dan memancing. Selain itu, masyarakat menginginkan lokasi wisata yang mengandung unsur pendidikan bagi putra-putrinya seperti agrowisata. Agrowisata bagian dari Objek Daerah Tujuan Wisata (ODTW) minat khusus dimana Jawa Barat merupakan propinsi dengan jumlah ODTW minat khusus terbanyak ke dua. Kabupaten Bogor (Kab Bogor) salah satu wilayah di Jawa Barat yang berpotensi untuk mengembangkan agrowisata karena bagian dari kawasan andalan pariwisata Bogor-Puncak-Cianjur. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kab Bogor tiga tahun belakangan ini mengalami peningkatan. Hal tersebut secara tidak langsung mengakibatkan jumlah lokasi wisata di Kab Bogor terus meningkat dari 30 lokasi tahun 2004 menjadi 47 lokasi tahun 2008. Hal ini menyebabkan tingkat persaingan yang semakin tinggi diantara lokasi wisata khususnya agrowisata. Kebun Wisata Pasir Mukti (KaWePe) merupakan salah satu agrowisata di Kab Bogor. Saat ini KaWePe mengalami permasalahan yakni tidak tercapainya target pengunjung tahun 2008 sebanyak 120.000 orang hanya tercapai 118.000 orang. Selain itu, selama enam tahum berada dalam industri pariwisata keberadaan KaWePe relatif belum diketahui masyarakat umum. Maka dari itu, ditengah kondisi persaingan yang tinggi serta perubahan lingkungan yang semakin tidak menentu memicu KaWePe melakukan audit pemasaran untuk mengetahui posisi perusahaan pada kondisi persaingan untuk lima tahun mendatang. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis profil lingkungan internal (Company Alignment Profile) yang diterapkan KaWePe, (2) menganalisis profil lingkungan eksternal (Competitive Setting Profile) mencakup pelanggan, pesaing, dan perubahan lingkungan bisnis yang dihadapi KaWePe, (3) menganalisis kesesuaian strategi perusahaan dengan kondisi lingkungan eksternal perusahaan melalui analisis kesenjangan (Gap Analysis), serta (4) menganalisis efektivitas sumber daya pemasaran (Marketing Effectiveness Review) yang dimiliki KaWePe.
Penelitian dilaksanakan pada Kebun Wisata Pasir Mukti (KaWePe) yang terletak di Jalan Raya Tajur Km4, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Maret sampai Mei 2009. Penarikan sampel menggunakan metode purposive sampling, dimana pemilihan responden dipilih secara sengaja. Responden yang digunakan yaitu responden internal dan responden eksternal. Responden internal meliputi Manajer Sale & Marketing KaWePe, Manajer HRD & Umum KaWePe, serta Kepala Penelitian dan Pengembangan KaWePe. Sedangkan responden eksternal meliputi pengunjung KaWePe, Kepala Seksi Agrowisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab Bogor (Disbudpar), Kepala Seksi Promosi Disbudpar Kab Bogor, serta bagian Seksi Program Disbudpar Kab Bogor. Adanya keterlibatan pihak eksternal dalam penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan alternatif strategi yang
iii
lebih objektif. Jenis dan sumber data yang digunakan yaitu data primer dan sekunder, baik kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui observasi di lapangan, wawancara mendalam, dan pengisian kuesioner. Data sekunder diperoleh dari data perusahaan, literatur yang terkait topik penelitian, serta instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian, misalnya BPS Nasional, BPS Kab Bogor, Disbudpar Kab Bogor. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner Competitive Setting Profile (CSP), Company Alignment Profile (CAP), serta Marketing Effectiviness Review (MER). Metode pengolahan dan analisis data menggunakan konsep competitive audit, The Strategic Marketing Plus 2000 serta strategi kontrol (Marketing Effectiviness Review).
Hasil audit terhadap CAP diperoleh CAI sebesar 3,41 (skala 1-5) dengan standar deviasi 0,45 (≤0,5). KaWePe berada pada posisi marketing oriented company (perusahaan 3C) menuju market driven company (perusahaan 3,5C).bentuk perusahaan marketer menuju spesialis. Hasil audit terhadap CSP diperoleh CSI sebesar 3,71 (skala 1-5) dengan standar deviasi 0,36 (≤0,5) Situasi persaingan yang dihadapi KaWePe untuk lima tahun mendatang yaitu persaingan 3,5C yakni shopisticated (canggih). KaWePe akan menghadapi pesaing yang semakin ganas, perubahan lingkungan semakin diskontinu, serta konsumen diperlakukan secara khusus sebagai pelanggan. Hasil analisis kesenjangan diperoleh kesenjangan negatif sebesar 0,30. Nilai tersebut mengindikasikan strategi, taktik, dan nilai KaWePe ketinggalan dalam menghadapi persaingan yang akan terjadi. Menyikapi hal tersebut KaWePe harus meninjau ulang strategi yang ditetapkan sesuai dengan situasi persaingan yang akan dihadapi. Orientasi pemasaran harus diarahkan pada perusahaan 3,5C (Market Driven Company) yakni perusahaan spesialis. Sedangkan audit MER diperoleh MEI 21,67 (skor 0-30), menggambarkan tingkat efektifitas sumber daya pemasaran KaWePe sangat baik.
Hasil audit pada CSP dan CAP menunjukkan orientasi pemasaran harusdiarahkan pada posisi market driven company (bentuk perusahaan 3,5C). Alternatif strategi pemasaran KaWePe difokuskan pada elemen-elemen pemasaran yang saat ini belum sesuai dengan kondisi persaingan untuk lima tahun mendatang, diantaranya: (1) KaWePe sebaiknya memperhatikan kembali target pasar dari pengunjung paket dan pengunjung umum terutama sekolah; (2) KaWePe sebaiknya memposisikan dirinya menjadi beberapa identitas berbeda pada setiap ceruk pasar. KaWePe memposisikan dirinya sebagai lokasi wisata pintar, unik, berkualitas, dengan pelayanan terbaik untuk pengujung paket. Pada pengunjung umum memposisikan dirinya sebagai lokasi wisata pintar, lengkap, dan ramai; (3) KaWePe sebaiknya menerapkan taktik penjualan solusi untuk mengatasi permasalahan konsumen; (4) KaWePe sebaiknya memperhatikan kembali pelayanan kepada pengunjung dalam hal pemberian materi dilakukan secara komunikatif melalui tanya jawab dan pemberian hadiah, menambah lembar evaluasi untuk peserta paket, pembuatan lokasi pusat informasi KaWePe di depan Front Office, penambahan fasilitas wisata sesuai kebutuhan konsumen seperti kolam renang dan kelengkapan outbound, serta pembuatan papan penunjuk arah untuk memudahkan pengunjung; (5) KaWePe sebaiknya memperbaharui stuktur organisasi yakni menyatukan divisi dan sub divisi yang memiliki tugas sama dan berhubungan.
iv
AUDIT PEMASARAN PADA KEBUN WISATA PASIR MUKTIKABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
WIWI HERYAWANTIH34052063
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untukmemperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNISFAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR
2009
v
Judul Skripsi : Audit Pemasaran pada Kebun Wisata Pasir Mukti
Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Nama : Wiwi Heryawanti
NIM : H34052063
Disetujui,
Pembimbing
Febriantina Dewi, SE. MSc
NIP. 19690205 199603 2 001
Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 27 Juli 1987. Penulis adalah anak
kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak H Hamim AS dan Ibu Hj Edah.
Penulis tinggal di Jl. PT Amalgam Rt/Rw 03/07 Karang Asem Timur, Kecamatan
Citeureup, Kabupaten Bogor.
Penulis mengawali jenjang pendidikan di SDN Karang Asem Timur I pada
tahun 1993 dan lulus pada tahun 1999. Tahun 2002 penulis lulus dari SLTPN 1
Citeureup dan menyelesaikan pendidikan lanjutan menengah atas di SMA Negeri
3 Bogor pada tahun 2005.
Pada tahun 2005 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Tahun 2005 sampai 2006 penulis
mengikuti program Tingkat Persiapan Bersama (TPB). Selanjutnya, penulis
diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor pada tahun 2006 sebagai program mayor dan memilih
Komunikasi sebagai program minor.
Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor penulis cukup
aktif dalam kegiatan kemahasiswaan. Penulis tercatat sebagai pengurus Himpro
MISETA pada divisi Bisnis dan Kewirausahaan periode 2007-2008, Himpunan
Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA IPB) sebagai Bendahara Umum periode
2008-2009. Selain itu, penulis juga pernah menjadi asisten dosen Mata Kuliah
Ekonomi Umum periode 2008-2009.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, serta shalawat dan
salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Audit Pemasaran pada Kebun Wisata Pasir Mukti Kabupaten Bogor,
Jawa Barat”. Tujuan penelitian ini menganalisis profil lingkungan perusahaan
(Company Alignment Profile) dan profil lingkungan eksternal (Competitive
Setting Profile) meliputi permintaan konsumen, situasi persaingan, dan perubahan
lingkungan, menganalisis kesesuaian strategi pemasaran perusahaan dengan
kondisi lingkungan eksternal, serta menganilisis efektivitas sumber daya
pemasaran perusahaan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Maka dari itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan skripsi
ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Juni 2009
Wiwi Heryawanti
viii
UCAPAN TERIMAKASIH
Rasa syukur kepada Allah SWT karena memberikan kemudahan dalam
penyelesaian skripsi ini. Meskipun demikian, penyelesaian skripsi ini tidak
terlepas bantuan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan terima kasih dan
penghargaan kepada :
1. Febriantina Dewi, SE. MSc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
sabar memberikan bimbingan, arahan, waktu, masukan kepada penulis
selama penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji utama pada ujian sidang
penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran
demi perbaikan skripsi ini.
3. Etriya, SP. MM selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan yang
telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi
perbaikan skripsi ini.
4. Ir. Dwi Rachmina, MS yang telah menjadi pembimbing akademik atas
bimbingan dan arahan selama kuliah.
5. Orang tua dan keluarga tercinta khususnya Ayah, Ibu, Teh Wiwin, Uda Ijal,
Dek Asep, Dede Sasa untuk setiap dukungan, cinta kasih dan doa yang
diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.
6. Seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis atas bantuan yang diberikan
selama masa perkuliahan.
7. Pihak Kebun Wisata Pasir Mukti khususnya Ibu Feby Ginting, Ibu Hilda, dan
Bapak Cecep atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang
diberikan.
8. Bapak Robby selaku Kepala Seksi Agrowisata Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kab. Bogor yang telah bersedia meluangkan waktunya sebagai
responden pihak eksternal.
9. Bapak Arry selaku Kepala Seksi Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kab. Bogor yang telah bersedia meluangkan waktunya sebagai responden
pihak eksternal.
ix
10. Bapak Dony selaku Bagian Seksi Program Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kab. Bogor yang telah bersedia meluangkan waktunya sebagai responden
pihak eksternal.
11. Teguh Prakoso atas dukungan, semangat, dan motivasi yang diberikan selama
penyusunan skripsi.
12. Dina Wening Ati atas kesediannya sebagai pembahas dalam seminar dan
saran maupun masukan yang diberikan untuk perbaikan skripsi
13. Teman-teman satu bimbingan skripsi, yaitu Rika Kemala Sari, Ela Elawati,
dan Julaeha atas kebersamaan dan semangat yang diberikan selama penelitian
hingga penulisan skripsi.
14. Teman-teman satu lokasi gladikarya, khususnya tim Cibeureum, yaitu Reza,
Zulfan, Ririn, dan Asmita, serta tim Ciawigebang dan Pamijahan atas
kebersamaan dan pengalaman selama di Kuningan.
15. Wening, Gita, Dho2, Lisna, Ana, Ika, Aqsa, Yusda, dan seluruh temen-teman
Agribisnis 42 atas semangat, pengalaman, kebersamaan, dan sharing yang
diberikan selama penelitian hingga penulisan skripsi.
16. Teman-teman satu kosan “Wisma As-Silmi Perwira 99”, khususnya Mamah
Fierda, Ayu, Ava, Allenz, Widya, Dian, Devi, dan Iwit atas kebersamaan dan
kekeluargaan yang diberikan.
17. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Bogor, Juni 2009 Wiwi Heryawanti
x
DAFTAR ISI
Halaman
DATRAR TABEL ................................................................................. xiiiDAFTAR GAMBAR ............................................................................ xvDAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xviI PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................ 11.2. Perumusan Masalah ................................................................ 51.3. Tujuan Penelitian .................................................................... 91.4. Manfaat Penelitian .................................................................. 91.5. Ruang Lingkup ....................................................................... 10
II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 112.1. Pariwisata ................................................................................ 11
2.1.1. Objek Wisata ................................................................. 112.1.2. Manfaat Pariwisata ........................................................ 12
2.2. Agrowisata .............................................................................. 132.2.1. Ruang Lingkup Agrowisata .......................................... 132.2.2. Manfaat Agrowisata ...................................................... 142.2.3. Tujuan Agrowisata ........................................................ 17
2.3. Penelitian Terdahulu ............................................................... 172.3.1. Agrowisata .................................................................... 172.3.2. Audit Pemasaran ........................................................... 19
III KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................ 223.1. Pemasaran ............................................................................... 223.2. Audit Pemasaran ..................................................................... 233.3. Strategi 4C ............................................................................... 253.4. Company Alignment Profile (CAP) ......................................... 26
3.4.1. Strategi ........................................................................... 263.4.1.1. Segmentation ................................................... 273.4.1.2. Targeting ......................................................... 283.4.1.3. Positioning ....................................................... 28
3.4.2. Taktik ............................................................................ 293.4.2.1. Differentiation ................................................ 293.4.2.2. Marketing Mix ................................................ 303.4.2.3. Selling ............................................................. 30
3.4.3. Nilai .............................................................................. 313.4.3.1. Brand .............................................................. 313.4.3.2. Service ............................................................. 323.4.3.3. Process ............................................................ 32
3.5. Competitive Setting Profile (CSP) .......................................... 323.5.1. Costumer Demand ......................................................... 32
3.5.1.1. Enlighted ......................................................... 333.5.1.2. Informationalized ............................................. 343.5.1.3. Empowered ..................................................... 34
3.5.2. Competitor ................................................................... 35
xi
3.5.2.1. General ............................................................ 353.5.2.2. Agressiveness .................................................. 353.5.2.3. Capability ....................................................... 36
3.5.3. Change-driver ............................................................... 363.6. Situasi Persaingan Bisnis ........................................................ 373.7. Analisis Kesenjangan (Gap) ................................................... 413.8. Marketing Effectivities Review (MER) ................................... 413.9. Kerangka Pemikiran Operasional ........................................... 42
IV METODE PENELITIAN ............................................................. 454.1. Lokasi dan Waktu .................................................................. 454.2. Metode Penentuan Sampel ...................................................... 454.3. Data dan Instrumen ................................................................ 464.4. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 474.5. Metode Pengolahan Data ........................................................ 48
4.5.1. Strategic Marketing Plus 2000 ..................................... 484.5.1.1. Company Alignment Profile (CAP) ................. 484.5.1.2. Competitive Setting Profile (CSP) ................... 50
4.5.2. Standar Deviasi ............................................................. 524.5.3. Analisis Kesenjangan (Gap) ........................................ 534.5.4. Marketing Effectiviness Review (MER) ........................ 54
V DESKRIPSI UMUM KEBUN WISATA PASIR MUKTI ........ 565.1. Sejarah dan Perkembangan ..................................................... 565.2. Lokasi dan Layout Kebun Wisata Pasir Mukti ....................... 585.3. Stuktur Organisasi ................................................................... 625.4. Paket Wisata dan Fasilitas Penunjang ..................................... 685.5. Operasional Perusahaan .......................................................... 72
VI HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 736.1. Company Alignment Profile (CAP) ........................................ 73
6.1.1. Strategi .......................................................................... 746.1.1.1. Segmentasi ....................................................... 746.1.1.2. Targeting ......................................................... 766.1.1.3. Positioning ...................................................... 76
6.1.2. Taktik ............................................................................ 776.1.2.1. Diferensiasi ..................................................... 776.1.2.2. Marketing Mix ................................................. 796.1.2.3. Selling ............................................................. 85
6.1.3. Nilai .............................................................................. 876.1.3.1. Merek .............................................................. 876.1.3.2. Pelayanan ........................................................ 876.1.3.3. Proses .............................................................. 89
6.2. Competitive Setting Profile (CSP) .......................................... 896.2.1. Costumer Demand (Permintaan Pelanggan / C1).......... 91
6.2.1.1. Enlighted ......................................................... 926.2.1.2. Informationalized ............................................ 936.2.1.3. Empowered ..................................................... 95
6.2.2. Competitor (Pesaing / C3) ............................................ 966.2.2.1. General ............................................................ 97
xii
6.2.2.2. Agressiveness ................................................... 996.2.2.3. Capability ........................................................ 101
6.2.3. Change Driver (Perubahan Lingkungan / C4) ............. 1036.2.3.1. Teknologi ........................................................ 1046.2.3.2. Sosial, Ekonomi, dan Politik ........................... 1056.2.3.3. Pasar ................................................................ 107
6.3. Analisis Kesenjangan (Gap) .................................................... 1086.4. Marketing Effectiviness Review (MER) .................................. 109
6.4.1. Filosofi Pelanggan ........................................................ 1096.4.2. Organisasi Pemasaran Terpadu .................................... 1126.4.3. Informasi Pemasaran yang Memadai ........................... 1136.4.4. Orientasi Strategis ......................................................... 1146.4.5. Efisiensi Operasional .................................................... 116
VII ALTERNATIF STRATEGI PEMASARAN ............................. 1187.1. Strategi .................................................................................... 119
7.1.1. Segmentasi ................................................................... 1197.1.2. Targeting ...................................................................... 1217.1.3. Positioning ................................................................... 122
7.2. Taktik ...................................................................................... 1247.2.1. Diferensiasi Produk ...................................................... 1247.2.2. Marketing Mix .............................................................. 1287.2.3. Penjualan ...................................................................... 132
7.3 Nilai ....................................................................................... 1347.3.1. Merek ........................................................................... 1347.3.2. Pelayanan ..................................................................... 1357.3.3. Proses ........................................................................... 136
VIII KESIMPULAN dan SARAN ...................................................... 1388.1. Kesimpulan ............................................................................. 1388.2. Saran ....................................................................................... 138
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 141
LAMPIRAN ....................................................................................... 143
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Statistik Kunjungan Wisatawan di Indonesiatahun 2000-2007 ..................................................................... 2
2. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara Tahun 2001-2007 .................................................................... 3
3. Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten BogorTahun 2002-2007 .................................................................... 4
4. Pertumbuhan Jumlah Objek Wisata di Kabupaten BogorTahun 2002-2008 .................................................................... 5
5. Jumlah Pengunjung Kebun Wisata Pasir Mukti
Dibandingkan dengan Taman Wisata Mekar Sari .................. 8
6. Situasi Persaingan Bisnis ........................................................ 37
7. Evolusi Perusahaan ................................................................. 39
8. Jenis dan Jumlah Responden Penelitian .................................. 46
9. Pedoman Pengisian Company Alignment Profile ................... 49
10. Matriks Company Alignment Profile ...................................... 50
11. Matriks Competitive Setting Profile ........................................ 51
12. Tipe Kesenjangan antara CAI dan CSI ................................... 53
13. Matriks Marketing Effectiviness Review (MER) ..................... 54
14. Pedoman Kategori Efektivitas Pemasaran Perusahaan ........... 55
15. Hasil Audit Company Alignment Profile (CAP) ..................... 73
16. Kegiatan Promosi Kebun Wisata Pasir Mukti ........................ 83
17. Hasil Audit Competitive Setting Profile (CSP) ....................... 90
18. Hasil Audit Competitor (Pesaing) ........................................... 97
19. Hasil Audit pada Perubahan Lingkungan ................................ 103
20. Hasil Matriks Marketing Effectiviness Review (MER) ............ 117
21. Alternatif Strategi Segmentasi KaWePe ................................. 121
22. Alternatif Strategi Targeting KaWePe .................................... 121
23. Alternatif Strategi Positioning KaWePe ................................ 123
24. Alternatif Taktik Diferensiasi KaWePe .................................. 125
25. Alternatif Taktik Penjualan KaWePe ...................................... 132
xiv
26. Alternatif Nilai Merek KaWePe .............................................. 134
27. Alternatif Nilai Pelayanan KaWePe ........................................ 136
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman1. Strategic Triangle ..................................................................... 26
2. Alur Kerangka Pemikiran Operasional ................................... 44
3. Perhitungan Nilai Kesenjangan (Gap) .................................... 108
4. Bagan Alternatif Strategi Pemasaran KaWePe ....................... 119
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman1. Kuesioner Company Allignment Profile (CAP) ........................ 144
2. Kuesioner Competitive Setting Profile (CSP) ......................... 148
3. Kuesioner Marketing Effectiviness Review (MER).................. 152
4. Layout Kebun Wisata Pasir Mukti .......................................... 154
5. Jenis-jenis Pondok Penginapan di KaWePe ............................ 154
6. Stuktur Organisasi KaWePe .................................................... 155
7. Hasil Audit Costumer Demand (Permintaan Pelanggan) ........ 156
8. Alternatif Taktik Bauran Pemasaran KaWePe ........................ 157
9. Alternatif Stuktur Organisasi KaWePe ................................... 158
10. Dokumentasi ........................................................................... 159
1
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi cukup besar. Potensi
tersebut terletak pada kekayaan alam dan hayati berupa berbagai jenis atraksi
wisata alam meliputi daya tarik ekowisata, bahari, pulau kecil, danau, serta
gunung yang tersebar diseluruh wilayah yang siap dimanfaatkan dan
dikembangkan. Kekayaan alam dan hayati tersebut, jika dikelola dengan tepat
dapat menjadi andalan perekonomian nasional terutama. Salah satu sektor yang
dapat dikembangkan melalui pemanfaatan sumber daya alam yaitu pariwisata.
Pembangunan pariwisata baik di Indonesia maupun di mancanegara
menunjukkan kecenderungan terus meningkat. Hal ini dikarenakan pariwisata
mendorong terciptanya lapangan pekerjaan, perkembangan investasi, peningkatan
pendapatan dan kualitas masyarakat, serta menanamkan rasa cinta tanah air
terhadap nilai budaya bangsa.1 Alasan lainnya yaitu konsumsi jasa dalam bentuk
komoditas wisata bagi sebagian masyarakat negara maju termasuk Indonesia telah
menjadi kebutuhan sebagai akibat peningkatan pendapatan, aspirasi dan
kesejahteraannya.2 Kondisi ini tercermin dari jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara yang datang ke Indonesia (Tabel 1).
Jumlah wisatawan mancanegara di Indonesia cenderung meningkat.
Namun, terdapat penurunan pada tahun-tahun tertentu. Penurunan tersebut sebagai
akibat kondisi keamanan yang kurang mendukung karena banyak terjadi
gunjangan di beberapa daerah, seperti bom di Bali tahun 2002, tragedi tsunami di
Aceh tahun 2004, bom Jakarta tahun 2003, bom di Kedutaan Besar Australia
tahun 2004, bom Bali II tahun 2005, gempa Yogya dan Pangandaran tahun 2006
yang menyebabkan wisatawan takut datang ke Indonesia. Namun tahun 2007
jumlah wisatawan meningkat dari 4.871.351 pada tahun 2006 menjadi 5.505.759
1 Wajik C. 2008. Pertumbuhan Wisman Kembali Menurun. http//www.suarakarya.com [23-02-
2009]2 Biofokom. 2007. Strategi Pengembangan Wisata Agro di Indonesia. http//www.biofokom.com
[6-06-2008]
2
Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawam di Indonesia Tahun 2000-2007
TahunJumlah
Wisatawan Mancanegara
Rata-rata Pengeluaran Per Orang (USD)
Rata-rata Lama
Tinggal(Hari)
Penerimaan Devisa (Juta
USD)Per Kunjungan
Per Hari
2000 5.064.217 1.135,18 92,59 12,26 5.748,80
2001 5.153.620 1.053,36 100,42 10,49 5.396,26
2002 5.033.400 893,26 91,29 9,79 4.305,56
2003 4.467.021 903,74 93,27 9,69 4.037,02
2004 5.321.165 901,66 95,17 9,47 4.797,88
2005 5.002.101 904,00 99,86 9,05 4.521,89
2006 4.871.351 913,09 100,48 9,09 4.447,98
2007 5.505.759 970,98 107,70 9,02 5.345,98
Sumber: Statistical Report on Visitor Arrivals to Indonesia (2007)
Peningkatan kunjungan wisatawan bukan hanya dari mancanegara, tetapi
juga dari wisatawan nusantara. Hal ini menjadi pendorong pariwisata untuk
melakukan inovasi yang mampu menarik perhatian wisatawan.
Tabel 2. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara Tahun 2001-2007
TahunWisnus
(000 orang)Perjalanan(000 orang)
Rata-rataperjalanan
Total pengeluaran(trilyun rp)
Pengeluaran per perjalanan
(ribu rp)
2001 103.884 195.770 1,88 58,71 324,58
2002 105.379 200.589 1,90 68,82 343,09
2003 110.030 207.119 1,88 70,87 373,56
2004 111.353 202.763 1,82 71,70 373,85
2005 112.701 213.303 1,89 74,72 394,43
2006* 114.391 216.503 1,92 78,67 400,35
2007** 116.107 219.751 1,95 79,85 406,35
* Angka sementara** Angka sangat sementaraCatatan: Pengeluaran per perjalanan adalah rata-rata tertimbang dari setiap provinsiSumber: Pusat Pengelolaan Data dan Sistem Jaringan (2007)
3
Disamping jumlah wisatawan yang meningkat, saat ini terjadi perubahan
pola konsumsi wisatawan. Wisatawan tidak hanya fokus untuk bersantai dan
menikmati sun-sea and sand, tetapi pola konsumsinya berubah ke jenis wisata
yang lebih tinggi, yakni wisata santai dengan selera yang lebih meningkat yaitu
menikmati produk atau kreasi budaya dan peninggalan sejarah serta eko-wisata
dari suatu negara dengan kegiatan yang mengarah pada prinsip back to nature.3
Masyarakat berusaha mencari lokasi wisata hiburan yang menyatu dengan alam
seperti kegiatan pertanian, memancing, outbound dan lainnya. Kecenderungan
pemenuhan kebutuhan masyarakat menikmati objek wisata spesifik seperti, udara
segar, keindahan alam, pengolahan produk secara tradisional, maupun modern
semakin pesat. Kondisi ini sebagai jawaban mengurangi kepenatan masyarakat
pada rutinitas sehari-harinya yang cenderung monoton. Kecenderungan lainnya
masyarakat menginginkan tempat wisata yang tidak hanya memberikan hiburan
tetapi juga terdapat unsur pendidikan untuk putra-putrinya.4
Konsep agrowisata tercipta untuk memenuhi permintaan masyarakat
berdasarkan konsep uniqueness yang memanfaatkan sumber daya alam.
Agrowisata merupakan bagian objek kepariwisataan yang memanfaatkan usaha
pertanian sebagai objek utama. Tujuannya yaitu: memperluas pengetahuan,
pengalaman, atau hanya rekreasi dan mengakrabkan diri dengan bidang pertanian.
Prinsip agrowisata yakni kegiatan industri yang mengharapkan kedatangan
konsumen langsung di tempat wisata. Aset penting untuk menarik kunjungan
wisatawan yaitu keaslian, keunikan, kenyamanan, keindahan alam, keramanahan.5
Kegiatan jasa pariwisata sangat beragam jumlah dan jenisnya. Klasifikasi
jasa pariwisata terbagi enam yaitu kawasan pariwisata, museum dan taman wisata,
Objek Daerah Tujuan Wisata (ODTW) minat khusus, kegiatan olahraga, jasa
rekreasi, gelanggang permainan ketangkasan, serta jasa hiburan. Agrowisata
merupakan bagian ODTW minat khusus dikarenakan jasa yang ditawarkan khusus
pada peminat tertentu (Badan Pusat Statistik 2006). Lokasi agrowisata di
Indonesia menyebar luas disetiap daerah. Jawa Barat merupakan salah satu daerah
3 Santosa SP. 2002. Pengembangan Pariwisata Indonesia. http//www.suarakarya.com [23-02-
2009]4 Biofokom. 2007. Strategi Pengembangan Wisata Agro di Indonesia.
http//www.biofokom.com [6-06-2008]5 Deptan. 2004. Tentang Wisata Agro. http//www.deptan.go.id [8-11-2008]
4
yang memiliki jumlah lokasi ODTW minat khusus terbanyak kedua setelah Bali
berjumlah 31 pada tahun 2006.
Kabupaten Bogor adalah salah satu daerah kunjungan wisata di Propinsi
Jawa Barat. Kabupaten ini memiliki beragam jenis objek wisata seperti sektor
pertanian, suaka alam, wisata budaya dan lainnya. Kabupaten Bogor memiliki
berpotensi cukup besar untuk mengembangkan agrowisata karena merupakan
bagian dari Kawasan andalan Bogor-Puncak-Cianjur (Dinas pertanian tanaman
pangan 2005, diacu dalam Baskara 2008). Selain itu, kondisi Sumber Daya Alam
Kabupaten Bogor sesuai untuk dikembangkan agrowisata.
Tabel 3. Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Bogor tahun 2002-2007
Tahun
Wisatawan
Nusantara
Wisatawan
Mancanegara Jumlah
Pertumbuhan Jumlah
Wisatawan (persen)
2002 1.793.720 42.515 1.836.235 -
2003 1.788.774 1.504 1.790.278 -2,5
2004 1.498.321 18.028 1.516.349 -15,30
2005 1.747.584 23.397 1.770.981 16,79
2006 1.754.185 56.776 1.810.961 2,26
2007 2.155.702 24.259 2.179.961 20,37
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor (2008)
Tahun 2005-2007 jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten
Bogor meningkat dari 1.770.981 orang pada tahun 2005, 1.810.961 orang pada
tahun 2006, serta menjadi 2.179.961 orang pada tahun 2007. Peningkatan jumlah
wisatawan yang berkunjung menunjukkan pariwisata di Kabupaten Bogor
semakin diminati. Kondisi ini menjadi peluang dan tantangan pariwisata di
Kabupaten Bogor, khususnya agrowisata.
Peningkatan jumlah wisatawan secara tidak langsung berdampak pada
jumlah objek wisata. Jumlah objek wisata di Kabupaten Bogor mengalami
peningkatan setiap tahunnya (Tabel 4). Peningkatan jumlah objek wisata
memberikan alternatif pilihan tempat tujuan wisata. Selain itu, semakin majunya
arus informasi serta teknologi di satu sisi akan memberikan keuntungan bagi
konsumen dalam memperoleh informasi tempat tujuan yang dipilih. Hal ini
5
menyebabkan antar lokasi wisata maupun antar produk wisata bersaing ketat
untuk merebut konsumen. Menghadapi kondisi tersebut perusahaan harus
meninjau ulang strategi pemasarannya agar dapat mempertahankan konsumen dan
menarik konsumen lainnya, serta bertahan dalam kondisi persaingan yang terjadi
pada saat ini dan pada masa depan.
Tabel 4. Pertumbuhan Jumlah Objek Wisata di Kabupaten Bogor, 2002-2008
Tahun Jumlah Persentase Pertumbuhan (persen)
2002 25 -
2003 30 20
2004 30 0
2005 40 33,33
2006 40 0
2007 43 7, 50
2008 47 9,30
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor (2009)
Kebun Wisata Pasir Mukti yang terletak di Jl. Raya Tajur Km. 4
Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang wisata yang mengandung unsur pendidikan. Agrowisata ini memberikan
berbagai macam pilihan aktivitas di bidang agribisnis yang lebih menonjolkan
unsur pendidikan. Aktivitas yang ada diantaranya memetik buah, belajar
menanam, memancing, bermain lumpur, hidroponik, mencangkok, api unggun,
poco-poco, serta penyediaan arena penginapan. Kebun Wisata Pasir Mukti juga
menyediakan tempat-tempat menarik yang mampu mengajak konsumen untuk
datang diantaranya yaitu kebun buah, kebun sayur, tambulapot, tanaman anggrek,
camping ground, serta kolam lumpur.
1.2 Perumusan Masalah
Wisatawan cenderung membutuhkan sebuah hiburan dalam bentuk
menikmati obyek spesifik seperti udara segar, pemandangan indah, pengolahan
produk secara tradisional, maupun produk pertanian modern. Kecenderungan ini
merupakan tanda tingginya permintaan terhadap objek wisata.
6
Seiring meningkatnya jumlah permintaan terhadap objek wisata, jumlah
usaha di bidang agrowisata pun semakin meningkat yang menyebabkan
persaingan semakin tinggi. Tingginya tingkat persaingan, konsumen semakin
menentukan dalam penentuan harga suatu produk, bahkan konsumen dipandang
sebagai mitra (Kartajaya 2002). Posisi konsumen tidak hanya sekedar sebagai
pembeli, melainkan telah menjadi klien perusahaan yang telah memiliki cukup
informasi mengenai tujuan objek wisata. Konsumen memiliki kemudahan dalam
pencarian objek wisata dan dapat melakukan pilihan yang terbaik dari beberapa
alternatif objek wisata. Perusahaan senantiasa bukan hanya menyediakan fasilitas
maupun kegiatan-kegiatan sesuai dengan permintaan konsumen, tetapi juga harus
memperhatikan tingkat kepuasaan konsumennya. Hal ini bertujuan agar konsumen
tidak berpaling kepada pesaing.
Perusahaan tidak hanya meninjau sisi konsumen dan pesaing saja, tetapi
juga perubahan teknologi, ekonomi, dan pasar. Kemajuan teknologi mendorong
perusahaan untuk melakukan perubahan baik produk maupun strategi pemasaran
yang dijalankan agar tidak tertinggal dari pesaingnya yang akan merebut pangsa
pasar perusahaan. Selain itu, perusahaan harus memanfaatkan kemajuan teknologi
untuk memudahkan konsumen mengakses informasi mengenai suatu objek wisata
seperti melalui internet. Fluktuasi harga BBM, serta kebijakan-kebijakan pada
bidang pariwisata secara tidak langsung mempengaruhi pola konsumsi
masyarakat. Perusahaan harus menyadari perubahan tersebut dan melakukan
adaptasi pada strategi pemasarannya untuk tetap mempertahankan atau
meningkatkan eksistensinya di pasar.
Kebun Wisata Pasir Mukti (KaWePe) merupakan salah satu agrowisata di
Kabupaten Bogor. Konsep utama KaWePe yaitu agrowisata yang mengedepankan
pendidikan. Tujuan pendirian lokasi ini yaitu menyediakan tempat wisata yang
tidak hanya memberikan hiburan, melainkan juga pendidikan khususnya di bidang
pertanian. Maka dari itu, fasilitas yang disediakan serta kegiatan yang ditawarkan
tidak hanya fasilitas penunjang seperti restoran, penginapan, kolam ikan, sarana
peribadatan, hotel, serta area kemping, tetapi juga juga memiliki fasilitas
pendidikan pertanian seperti area persawahan.
7
Target pasar dari KaWePe ditujukan untuk semua usia. Namun target
pasar utamanya adalah pelajar khususnya siswa SD hingga SMA. Hal ini
dikarenakan pelajar merupakan generasi penerus bangsa yang akan menjadi
pejuang untuk memajukan bangsa serta sesuai dengan visi KaWePe yakni menjadi
objek wisata agro nasional yang berperan untuk kegiatan penelitian, pendidikan,
dan pelatihan agribisnis bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.
Meskipun demikian, KaWePe membuat program untuk jenjang usia lainnya
sesuai dengan kebutuhan konsumennya.
Tingginya tingkat persaingan pariwisata di Kabupaten Bogor tercermin
dari jumlah lokasi wisata yang terus meningkat. Jumlah lokasi wisata di
Kabupaten Bogor pada tahun 2004 berjumlah 30, sedangkan pada tahun 2008
meningkat menjadi 47.6 Hal ini menyebabkan pengunjung memiliki alternatif
pilihan lokasi wisata sehingga lebih selektif dalam menentukan lokasi tujuannya.
Akibatnya target jumlah pengunjung yang ditetapkan KaWePe pada tahun 2008
sebesar 120.000 hanya tercapai 118.200 orang.
Salah satu pesaing utama KaWePe dalam menarik pengunjung yaitu
Taman Wisata Mekar Sari karena lokasinya tidak jauh. Selain itu, Taman Wisata
Mekar Sari menerapkan strategi baru yang mampu menarik perhatian pengunjung.
Perkembangan pengunjung KaWePe mengalami penurunan sejak Taman Wisata
Mekar Sari menerapkan strategi baru dalam konsep kegiatan, fasilitas yang
diberikan, serta perubahan nama menjadi Taman Wisata Mekar Sari. Perubahan
strategi Taman Wisata Mekar Sari mampu meningkatkan kedatangan pengunjung
tahun 2007 sebanyak 274,3% dari tahun 2006. Padahal sebelum menerapkan
strategi barunya jumlah pengunjung tiap tahun KaWePe lebih tinggi dibandingkan
Taman Wisata Mekar Sari.
Dampak perubahan strategi Taman Wisata Mekar Sari secara tidak
langsung mempengaruhi jumlah pengunjung KaWePe. Hal ini terlihat pada (Tabel
5), jumlah pengunjung KaWePe tahun 2007 tidak memperlihatkan pertumbuhan
yang signifikan yakni dari 93.421 orang tahun 2006 menjadi 103.474 tahun 2007.
Tingkat perkembangan jumlah pengunjung mengalami penurunan dari 36,82%
antara tahun 2005 dan 2006 menjadi 09,72% dari tahun 2006 ke tahun 2007.
6 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, 2009
8
Melihat kenyataan tersebut KaWePe sebagai salah satu usaha di bidang
agrowisata harus tanggap dengan keadaan ini.
Kondisi ini memungkinkan beralihnya pelanggan ke Taman Wisata Mekar
Sari. Maka dari itu, setiap lokasi wisata berusaha menerapkan strategi yang
mampu mempertahankan konsumen maupun menarik perhatian konsumen.
Menyingkapi kondisi tersebut, KaWePe harus meninjau kembali strategi
pemasaran yang telah diterapkan agar dapat bertahan pada kondisi persaingan.
Tabel 5. Jumlah Pengunjung Kebun Wisata Pasir Mukti Dibandingkan dengan Taman Wisata Mekar Sari
No Tahun
Tempat Agrowisata
Kebun Wisata Pasir Mukti Taman Wisata Mekar Sari
Jumlah Pengunjung
Persentase Perkembangan (%)
Jumlah Pengunjung
Persentase Perkembangan (%)
1 2005 59.024 36,82
09,72
54.445 -18,2
274,2
2 2006 93.421 44.550
3 2007 103.474 166.720
Total 255.991 265.715
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor (2009)
Kebun Wisata Pasir Mukti telah berada 6 tahun di industri pariwisata.
Namun keberadaan lokasi ini kurang diketahui atau relatif belum dikenal oleh
masyarakat umum sehingga target jumlah pengunjung pada tahun 2008 tidak
dapat tercapai. Program-program pemasaran yang diterapkan KaWePe belum
mampu memperkenalkan sekaligus menarik perhatian pengunjung. Maka dari itu,
ditengah kondisi persaingan yang tinggi serta perubahan lingkungan seperti
teknologi, ekonomi, serta pasar memacu KaWePe untuk mengkaji lingkungan
perusahaan baik lingkungan internal meliputi strategi, taktik, dan nilai pemasaran
yang diterapkan perusahaan maupun lingkungan eksternal. Hal ini sebagai upaya
untuk meninjau posisi perusahaan saat ini dalam industri.
Berdasarkan uraian di atas terdapat empat permasalahan, yaitu :
1) Bagaimana strategi, taktik, dan nilai prmasaran yang diterapkan KaWePe ?
9
2) Bagaimana kondisi eksternal mencakup pelanggan, pesaing, dan perubahan
dalam lingkungan bisnis yang dihadapi KaWePe?
3) Apakah strategi perusahaan telah sesuia dengan kondisi lingkungan
eksternal perusahaan?
4) Sejauh mana efektivitas sistem pemasaran yang telah diterapkan KaWePe?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang di uraikan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah :
1) Menganalisis profil lingkungan internal (Company Alignment Profile) yang
diterapkan KaWePe.
2) Menganalisis profil lingkungan eksternal (Competitive Setting Profile)
mencakup pelanggan, pesaing, dan perubahan lingkungan bisnis yang
dihadapi KaWePe.
3) Menganalisis kesesuaian strategi perusahaan dengan kondisi lingkungan
eksternal perusahaan melalui analisis kesenjangan (Gap Analysis).
4) Menganalisis efektivitas sumber daya pemasaran (Marketing Effectiveness
Review) yang dimiliki KaWePe.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berbagai pihak yang
berkepentingan :
1) Bagi Perusahaan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan informasi sebagai
bahan pertimbangan dan masukan bagi manajemen dan pengelola Kebun
Wisata Pasir Mukti dalam mengevaluasi strategi pemasaran yang telah
diterapkan cukup sesuai dengan kondisi persaingan.
2) Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan menjadi kesempatan dalam mengamalkan ilmu
yang diperolehnya di kuliah dan belajar menganalisis permasalahan dan
menyelesaikan persoalan manajemen dalam dunia bisnis yang sebenarnya.
10
3) Bagi Pembaca
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
pembaca mengenai agrowisata dan audit pemasaran serta menjadi acuan
atau bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
1.5 Ruang Lingkup
Penelitian dilaksanakan di Kebun Wisata Pasir Mukti (KaWePe). Ruang
lingkup penelitiaan melakukan audit pemasaran dari The Strategic Marketing Plus
2000 dan Marketing Effectiveness Review (MER) untuk menganalisis efektifitas
sumberdaya pemasaran perusahaan menggunakan konsep Kotler karena Kertajaya
tidak menjelaskan konsep tersebut. Pengkajian pemasaran meninjau 4C, yaitu
company, costumer, competitor, serta change-driver. Kuesioner berupa lembar
Company Alignment Profile (CAP), Competitive Setting Profile (CSP), dan
Marketing Effectiveness Review (MER). Kuesioner CAP dan MER diisi pihak
manajemen perusahaan, sedangkan kuesioner CSP diisi pihak internal dan
eksternal perusahaan yakni pengunjung, dan pihak Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Bogor.
Analisis kesenjangan untuk membandingkan hasil dari competitive audit
perusahaan, yaitu indeks lingkungan perusahaan (Company Alignment Index /
CAI) dan indeks lingkungan industri (Competitive Setting Index / CSI). Hasil
analisis kesenjangan memberikan gambaran tentang strategi yang dijalankan telah
sesuai atau tidak dengan kondisi saat ini dan masa depan. Hasil dari analisis akan
menggambarkan posisi perusahaan di dalam lingkungan industri. Selanjutnya
memberikan alternatif strategi pemasaran kepada KaWePe. Tahap implementasi
dan evaluasi strategi pemasaran wewenang pihak manajemen perusahaan.
11
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pariwisata
Pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar domisili untuk melepaskan diri
dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Pariwisata sebagai suatu aktivitas,
pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar masyarakat maju
dan sebagian besar masyarakat berkembang. Pariwisata semakin berkembang
sejalan dengan perubahan sosial, budaya, ekonomi, teknologi, dan politik
(Danamik dan Weber 2006, diacu dalam Baskara 2008).
Berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau
lebih menuju tempat lain di luar tempat asalnya. Dorongan kepergian tersebut
dapat disebabkan oleh beberapa alasan diantaranya: kepentingan ekonomi-sosial,
kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain yang bersifat
ingin lebih mengetahui atau menambah pengalaman. Definisi pariwisata terkait
dengan perjalanan wisata yaitu suatu perubahan tempat tinggal sementara
seseorang di luar tempat tinggalnya, karena suatu alasan dan bukan untuk
melakukan kegiatan yang menghasilkan upah (Wiwoho 1990).
2.1.1 Objek Wisata
Menurut Wiwoho (1990) objek wisata memiliki pengertian sebagai
sesuatu yang dapat menjadi daya tarik untuk seseorang, atau calon wisatawan agar
memiliki keinginan untuk mengunjungi suatu daerah tujuan wisata. Daya tarik
sebuah objek wisata dibagi menjadi tiga jenis, diantaranya:
1) Sumber-sumber daya tarik yang bersifat alamiah, seperti: iklim,
pemandangan alam, lingkungan hidup, flora, fauna, kawah, danau, sungai,
karang dan ikan di bawah laut, gua-gua, tebing, lembah, dan gunung.
2) Sumber-sumber daya tarik buatan manusia, seperti: monumen bersejarah,
rumah peribadatan (candi, pura, mesjid, dan gereja), museum, peralatan
musik, tempat pemakaman, dan lain-lain.
3) Sumber-sumber daya tarik yang bersifat manusiawi dalam bentuk budaya,
seperti: tarian, sandiwara, drama, upacara penguburan mayat, upacara
perkawinan, upacara keagamaan, dan upacara peringatan peristiwa penting.
12
2.1.2 Manfaat Pariwisata
Pariwisata mempunyai manfaat pada berbagai bidang, diantaranya:
ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan hidup.
1) Manfaat ekonomi
Pengembangan pariwisata membuka kesempatan kerja kepada masyarakat
karena sifatnya yang padat karya membutuhkan banyak tenaga kerja.
Pengembangan pariwisata secara tidak langsung mendorong pertumbuhan
usaha lainnya, seperti: hotel, restoran, usaha kerajinan, dan makanan khas
daerah. Hal ini menyebabkan tingkat pendapatan masyarakat suatu daerah
wisata menjadi meningkat. Selain itu, memperbesar pendapatan pemerintah
daerah maupun pusat berasal dari pajak dalam memperbaiki neraca
pembayaran negara. Pengeluaran wisatawan dapat meningkatkan jumlah
devisa negara serta mendorong pembangunan sarana prasarana daerah.
2) Manfaat sosial
Pada bidang sosial, pengembangan pariwisata berhasil memberikan manfaat
ekonomi. Manfaat ekonomi yang diberikan mampu meningkatkan taraf
hidup dan kesejahteraan sosial masyarakat.
3) Manfaat budaya
Wisatawan membutuhkan lokasi yang memberikan produk seni dan budaya
daerah yang menarik untuk dipelajari, keindahan alam dan pemandangan.
Hal ini mendorong pengembangan nilai budaya bangsa, dan menghidupkan
kembali perkumpulan seni budaya tradisional. Kunjungan wisatawan
menumbuhkan dan mengembangkan industri kerajinan suatu daerah,
meningkatkan mutu desain dan produksi dari seni ukir, lukis, pembuatan
kain batik dan tenun. Selain itu, dapat memperkenalkan kebudayaan bangsa,
kekayaan dan keindahan alam, keanekaragaman seni budaya, sejarah dan
peninggalan purbakala. Maka dari itu, pengembangan pariwisata akan
memperkokoh wawasan nusantara, menumbuhkan rasa cinta tanah air,
memupuk persatuan dan kesatuan, serta menciptakan stabilitas nasional.
4) Manfaat lingkungan hidup
Pengembangan pariwisata tidak hanya terbatas pada jumlah objek wisata
dan keanekaragaman jenis wisata yang ditawarkan. Melainkan juga harus
13
menyiapkan pelayanan terbaik kepada pengunjung dari setiap sumberdaya
yang ada. Maka dari itu, diperlukan pembinaan kepribadian, pembinaan
keramahtamahan dan sikap yang baik. Kondisi tersebut mendorong
terciptanya lingkungan hidup yang serasi dan harmonis.
2.2 Agrowisata
Berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Menparpostel No.
204/KPTS/HK.050/4/1989 dan No. KM 47/DW.004/MPPT-89 tentang
Koordinasi Pengembangan Agrowisata, agrowisata adalah suatu bentuk kegiatan
pariwisata yang memanfaatkan usaha agro sebagai objek wisata dengan tujuan
untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi, dan hubungan usaha di
bidang pertanian. Agrowisata atau agrotourism dapat diartikan juga sebagai
pengembangan industri wisata alam yang bertumpu pada pembudidayaan
kekayaan alam. Industri ini mengandalkan pada kemampuan budidaya baik
pertanian, peternakan, perikanan ataupun kehutanan.
Agrowisata termasuk pada wisata ekologi (ecotourism) yaitu kegiatan
wisata dengan tidak merusak atau mencemari alam, dengan tujuan mengagumi
atau menikmati keindahan alam, hewan, serta tumbuhan liar pada habitat aslinya,
serta dapat dijadikan sarana pendidikan (Departemen Pertanian 2005). Terdapat
empat hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan agrowisata, diantaranya :
1) Pengaturan dasar alaminya meliputi kultur yang menarik, keunikan sumber
daya biofisik alaminya, konservasi sumber daya alam, serta kultur budaya.
2) Terdapat nilai pendidikan yaitu interpretasi untuk program pendidikan dari
areal agrowisata, termasuk lingkungan alami dan upaya konservasinya.
3) Partisipasi masyarakat dalam pemanfaatannya dengan ikut menjaga fasilitas
atraksi yang digemari wisatawan, serta dapat berpartisipasi sebagai
pemandu, mapun penyedia akomodasi dan makanan.
4) Dorongan untuk meningkatkan upaya konservasi yang berperan aktif dalam
melindungi areal lingkungannya.
2.2.1 Ruang Lingkup Agrowisata
Agrowisata memiliki batasan sebagai usaha yang memanfaatkan objek-
objek pertanian. Secara umum ruang lingkup dan potensi agrowisata diantaranya :
14
1) Kebun raya
Objek wisata berupa kebun raya memiliki kekayaan berupa tanaman yang
berasal dari berbagai spesies. Daya tarik yang ditawarkan kepada wisatawan
mencakup kekayaan flora, keindahan pemandangan, serta kesegaran udara.
2) Perkebunan
Kegiatan objek wisata perkebunan dapat berupa pra produksi (pembibitan),
produksi, dan pasca produksi (pengolahan dan pemasaran). Daya tarik
perkebunan sebagai sumber daya wisata antara lain : (1) daya tarik historis,
(2) lokasi perkebunan di pegunungan memberikan pemandangan yang indah
serta udara yang segar, (3) kegiatan dengan cara tradisional dalam pola
tanam, pemeliharaan, dan prosesnya, (4) perkembangan teknik pengelolaan.
3) Tanaman pangan dan holtikultura
Kegiatan wisata tanaman pangan meliputi usaha tanaman padi dan palawija
serta hortikultura, seperti bunga, buah, sayur, dan jamu-jamuan. Proses
kegiatan yang ditawarkan sebagai objek agrowisata mulai dari pra panen,
pasca panen berupa pengolahan hasil produksi, sampai kegiatan pemasaran.
4) Perikanan
Wisata perikanan berupa kegiatan budi daya perikanan sampai pasca panen.
Daya tarik perikanan sebagai sumber daya wisata diantaranya pola
tradisional dalam perikanan seperti kegiatan memancing ikan.
5) Peternakan
Daya tarik peternakan sebagai sumber daya wisata antara lain pola beternak,
cara tradisional dalam peternakan, serta budi daya hewan ternak.
2.2.2 Manfaat Agrowisata
Manfaat pengembangan agrowisata sesuai dengan kapabilitas, tipologi,
dan fungsi ekologis lahan berpengaruh terhadap kelestarian sumber daya lahan
dan pendapatan petani serta masyarakat sekitarnya. Kegiatan ini secara tidak
langsung akan meningkatkan persepsi positif petani serta masyarakat sekitarnya
tentang arti pentingnya pelestarian sumber daya lahan pertanian. Pengembangan
agrowisata dapat menciptakan lapangan pekerjaan, karena usaha ini menyerap
tenaga kerja dari masyarakat pedesaan, sehingga dapat menahan atau mengurangi
arus urbanisasi yang semakin meningkat saat ini. Manfaat yang dapat diperoleh
15
dari agrowisata adalah melestarikan sumber daya alam, melestarikan teknologi
lokal, dan meningkatkan pendapatan petani / masyarakat sekitar lokasi wisata.7
Menurut Tirtawinata (1999), beberapa manfaat dari agrowisata antara lain :
1) Meningkatkan konservasi lingkungan
Pengembangan agrowisata yang objeknya menyatu dengan lingkungan alam
harus memperhatikan kelestarian lingkungan. Nilai-nilai konservasi yang
ditekankan pada keseimbangan ekosistem yang ada menjadi salah satu
tujuan pengelolaan agrowisata. Daerah agrowisata diharapkan memiliki
nilai-nilai existence effect yang berguna bagi lingkungan yang akan
mempengaruhi cuaca bahkan iklim disekitarnya. Jumlah pepohonan dan
tanaman yang terdapat pada agrowisata berguna untuk menyerap kebisingan,
menjadikan udara segar dan nyaman. Secara hidrologis sebagai penahan
cadangan air, serta melestarikan sumber plasma nutfah tanaman budidaya.
2) Memberikan nilai rekreasi
Kegiatan agrowisata memiliki nilai rekreasi bagi pengunjung, karena dapat
memberikan kepuasan dan kegembiraan. Agrowisata sebagai tempat rekreasi
perlu menyediakan fasilitas penunjang atau paket acara yang menimbulkan
kegembiraan di tengah alam. Paket yang ditawarkan tidak boleh merusak
kelestarian alam atau membahayakan pengunjung. Pembentukan suasana
gembira bertujuan agar pengunjung melakukan kunjungan kembali. Hal ini
dapat dijadikan salah satu cara promosi yang efektif untuk masyarakat. Oleh
karena itu, kegiatan rekreasi perlu direncanakan secara matang dengan
dilengkapi fasilitas dan sarana pendukung.
3) Menigkatkan nilai estetika dan keindahan alam
Lokasi agrowisata memperlihatkan keindahan visual dari topografi, jenis
flora dan fauna, warna, arsitektur bangunan dalam suatu tata ruang yang
serasi dengan alam. Oleh karena itu, pembuatan agrowisata membutuhkan
perencanaan tata letak, arsitektur bangunan dan landscape yang tepat. Unsur
keindahan yang terdapat pada agrowisata yaitu kebersihan sehingga
pengelola menyediakan fasilitas pendukung berupa tempat sampah. Selain
7 Kabar Indonesia. 2005. Mengembangkan Agrowisata. http//www.kabarindonesia.com [5-11-
2008]
16
itu, pengelola berupaya untuk menyadarkan pengunjung dalam menjaga
kebersihan dengan membuat peraturan tentang kebersihan. Hal ini
dikarenakan kebersihan salah satu unsur untuk menciptakan keindahan.
4) Meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan
Pengelolaan dan peningkatan kualitas tempat agrowisata dilakukan dengan
membina hubungan dengan lembaga penelitian dan pendidikan. Para peneliti
dan mahasiswa diberi kesempatan melakukan penelitian di areal agrowisata.
Bentuk kerjasama ini berguna bagi kedua belah pihak. Pengelola
menyediakan tempat dan sarana penelitian, sedangkan peneliti
menyumbangkan hasil penelitiannya untuk pengembangan agrowisata.
5) Mendapatkan keuntungan ekonomi
Agrowisata memberikan keuntungan untuk pengelolanya, masyarakat
sekitar, pemerintah daerah dan negara. Keuntungan ekonomi bagi daerah
dan masyarakat yaitu membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan
pendapatan masyarakat, meningkatkan popularitas daerah. Pembentukan
lokasi agrowisata membuka peluang tumbuhnya usaha lain baik di sektor
formal maupun informal. Contoh usaha pada sektor formal yaitu usaha yakni
penyediaan fasilitas untuk pengunjung, seperti hotel dan restoran.
Sedangkan contoh usaha informal berupa pedagang kecil dan jasa angkutan.
Terbukanya peluang bagi masyarakat untuk memperoleh tambahan
pendapatan dari pekerjaan formal maupun informal. Contohnya menjual
produk khas daerah baik makanan ataupun kerajinan daerah sebagai cindera
mata. Keberadaan agrowisata disuatu daerah turut mengharumkan nama
daerah. Semakin banyak pengunjung yang datang ke objek agrowisata, maka
daerah tersebut dikenal masyarakat luas. Kepopuleran suatu nama daerah
akan memicu berkembangnya produk lain yang berasal dari daerah tersebut.
Agrowisata dikelola secara intensif untuk mengembangkan pertanian agar
menghasilkan produk yang memiliki kualitas dan kuantitas yang tinggi.
Pengelolaan tersebut akan berpengaruh terhadap peningkatan produksi
komoditas yang diusahakan. Upaya penelitian yang dilakukan di lokasi
agrowisata dengan tujuan meningkatkan teknik budi daya untuk manambah
jumlah produksi baik dari jumlah maupun keragaman produknya. Pemasaran
17
hasil produksi lebih mudah kepada pengunjung agrowisata sehingga
mendorong petani memperluas usahanya. Keuntungan ekonomi untuk objek
agrowisata diperoleh dari pembayaran bea masuk lokasi maupun penjualan
produk hasil produksi, serta hasil penyediaan fasilitas pendukung seperti
permainan, kendaraan keliling, restoran, penginapan, dan lainnya.
2.2.3 Tujuan Agrowisata
Tujuan khusus dari pengembangan agrowisata menurut (Departemen
Pertanian, diacu dalam Baskara 2008) adalah :
1) Menciptakan kesempatan wisatawan untuk berkunjung ke objek agrowisata.
2) Menciptakan iklim berusaha kepada para wisatawan di bidang agro dan
pariwisata di dalam penyelenggaraan dan pelayanan agrowisata.
3) Menciptakan pola pemasaran yang terpadu untuk agrowisata.
4) Mengamankan dan melestarikan keberadaan dan citra produk pertanian
sebagai salah satu diversifikasi produk pertanian.
Tujuan umum pengembangan agrowisata yang sejalan dengan sasaran
pengembangan pariwisata yaitu membina keselarasan hubungan manusia dan
lingkungannya melalui pemanfaatan sumber daya alam untuk tujuan wisata serta
meningkatkan devisa.
2.3 Penelitian Terdahulu
Pengkajian penelitian terdahulu adalah salah satu cara untuk mendapatkan
informasi tentang penelitian yang telah dilakukan. Penelitian terdahulu dapat
dijadikan acuan, terutama yang berkaitan dengan topik yang akan diteliti.
2.3.1 Agrowisata
Penelitian Anindito (2007) tentang analisis strategi bersaing agrowisata
Vin’s Berry Park di Lembang Bandung, menggunakan alat analisis matriks IFE
dan EFE, CPM, IE, SWOT, dan QSPM. Hasil matriks EFE peluang utamanya
yaitu tren back to nature (0,2241), dan ancamannya tingkat persaingan yang
tinggi (0,1802). Sedangkan hasil IFE, kekuatan utamanya unggul dalam budidaya
stroberi (0,2173), dan kelemahannya promosi yang belum optimal (0,1030). Hasil
CPM perusahaan memiliki keunggulan dalam jasa agro dan kelemahan pada harga
dibandingkan pesaingnya. Analisis matriks IE menunjukkan perusahaan berada
18
pada kuadran V yakni pertahankan dan pelihara, strategi yang cocok yaitu
pengembangan produk dan penetrasi pasar. Strategi total yang dapat diterapkan
yaitu menjadi agrowisata stroberi dengan muatan edukasi dan entertainment yang
dapat diperoleh dengan harga terjangkau. Hasil analisis SWOT dan QSPM
diperoleh enam strategi yaitu menciptakan paket edukatif yang lebih menarik,
meningkatkan personal selling kepada pengunjung grup, memaksimalkan network
yang dimiliki, memperbaiki jadwal produksi stroberi, meningkatkan kompetensi
karyawan, serta menerapkan skema potongan harga pada rombongan.
Penelitian Fandy Akhdiar (2008) tentang analisis prioritas strategi bauran
pemasaran pada Agrowisata Rumah Sutera Alam, Kab Bogor, Jawan Barat
menggunakan metode Proses Hierarki Analisis (PHA). Bauran pemasaran yang
dilakukan Rumah Sutera Alam terdiri dari tujuh yaitu produk, harga, tempat,
promosi, orang, proses, dan bukti fisik. Hasil pengolahan data menunjukkan
bahwa tujuan yang mendapatkan prioritas pertama yaitu meningkatkan jumlah
pengunjung dibandingkan menjadikan Rumah Sutera Alam sebagai objek wisata
potensial di Kab Bogor yang memberikan pengetahuan tentang agribisnis ulat
sutera. Hasil PHA, prioritas bauran pemasaran Rumah Sutera Alam, yaitu: (1)
produk / jasa dengan menggunakan strategi operasional kualitas atraksi wisata; (2)
promosi dengan strategi operasional pemasaran langsung; (3) harga dengan
strategi operasional kesesuaian harga dengan mutu; (4) bukti fisik dengan strategi
operasionalnya galeri kain sutera; (5) orang dengan strategi operasionalnya
kesigapan melayani pengunjung, (6) proses dengan strategi operasionalnya
tanggapan atas keluhan: (7) lokasi dengan strategi operasionalnya kenyamanan.
Penelitian tentang analisis kepuasaan pengunjung Kampoeng Wisata
Cinangneng oleh Gerry (2008), menggunakan alat analisis deskriptif, Importance
Performance Analysis (IPA), serta Customer Satisfaction Index (CSI). Hasil
tabulasi deskriptif memberikan karakteristik pengunjung Kampoeng Wisata
Cinangneng didominasi oleh wanita (70%), berusia 33 sampai 38 tahun (35%),
status telah menikah (85%), berpendidikan sarjana (45%), serta mayoritas bekerja
sebagai pegawai swasta (34%) dan guru (20%). Tahap pengenalan kebutuhan,
tujuan pengunjung ke agrowisata karena mengikuti program sekolah Field Trip,
untuk menambah pengetahuan tentang pertanian / Kebudayaan Jawa Barat, dan
19
alasan memilih lokasi disebabkan lingkungan yang masih alami. Tahap pencarian
informasi, sumber informasi utama yaitu teman atau keluarga, fokus perhatiannya
pada kegiatan wisata yang menarik dan mendidik. Tahap evaluasi, pengunjung
memilih lokasi ini karena paket yang ditawarkan menarik dan mendidik. Tahap
keputusan, mayoritas pengunjung pertama kali datang dan sudah terencana, waktu
kunjungan pada hari libur. Sedangkan tahap perilaku, pengunjung merasa puas
dan ingin kembali melakukan kunjungan. Hasil analisis kuadran, atribut promosi
areal parkir, dan toilet prioritas utama yang harus diperbaiki. Atribut paket wisata,
kebersihan, kenyamanan, kerapihan, pelayanan, keamanan, pengetahuan dan
ketanggapan pemandu, kemudahan prosedur pelayanan, kualitas dan pemeliharaan
fasilitas dan sarana, penataan layout menjadi kekuatan lokasi ini. Sedangkan
atribut yang harus dipertahankan dan diperbaiki yaitu harga tiket, fasilitas
penunjang, akses transportasi. Hasil analisis CSI sebesar 72,56% menunjukkan
bahwa pengunjung puas pada kinerja pelayanan Kampoeng Wisata Cinangneng.
1.3.2 Audit Pemasaran
Penelitian mengenai audit pemasaran jasa pembuatan taman pada Media
Flora dan Putra Mekar oleh Anindita (2005), menggunakan alat analisis
Competitive Setting Profile (CSP), Company Allignment Profile (CAI), analisis
kesenjangan, serta Marketing Effectiviness Review (MER). Hasil MER diperoleh
MEI 15 efektivitas pemasaran Media Flora berada pada kategori sedang, dan
Putra Mekar memiliki MEI 9 berada pada kategori kurang efektif. Kekurangan
Putra Mekar dalam memahami pelanggan serta inisiatif dalam mencari informasi.
Analisis CSP, Media Flora diperoleh CSI 3,89, sedangkan Putra Mekar memiliki
CSI 3,33. Maka kondisi persaingan yang mereka hadapi berada pada situasi 3C
yaitu rumit menuju situasi 3,5C yakni costumer menuntut diperlakukan sebagai
klien, pesaing yang kuat bergeser menjadi wild, serta perubahan lingkungan dari
continous bergeser menjadi discontinuous. Hasil CAP, Media Flora memiliki CAI
3 mengindikasikan bentuk perusahaan sebagai marketing oriented, dan Putra
Mekar memiliki CAI 2,44 mengindikasikan bentuk perusahaan sebagai selling
oriented. Hasil kesenjangan kedua lokasi menunjukkan nilai sama yakni
kesenjangan negatif 0,89 karena CSI lebih besar dari CAI. Meskipun demikian,
kesenjangan tersebut memiliki arti yang berbeda, Media Flora memiliki posisi
20
lebih baik karena sesuai kondisi persaingan dan berada dalam rentang skala yang
sama, dan Putra Mekar berada pada posisi yang kurang baik karena bentuk usaha
tidak sesuai dengan kondisi persaingan. Maka dari itu, Putra Mekar harus
melakukan beberapa upaya untuk merubah bentuk usaha menjadi marketing
oriented. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan audit pemasaran pada
dua tempat, sedangkan penelitian yang akan dilakukan fokus pada satu tempat.
Penelitian Afiff (2006) mengenai penerapan audit pemasaran dari
MarkPlus 2000 pada industri sayur organik di PT. Amani Mastra, menggunakan
alat analisis CSP, CAI, dan analisis kesenjangan dari kerangka kerja Strategic
Marketing Plus 2000. Hasil CSP diperoleh CSI 2,87 dengan standar deviasi 0,37
menunjukkan persaingan yang dihadapi yaitu persaingan 3C (Complicated) yakni
harus memperhatikan tingkat kepuasan pelanggan karena banyak pesaing yang
mulai kuat dalam hal modal, SDM, dan aset-aset tangible. Hasil CAP diperoleh
CAI 2,38 dengan standar deviasi 0,46 menunjukkan PT. Amani termasuk tipe
2,5C (selling oriented) yakni menitikberatkan pada perbaikan mutu dan
kontinuitas produk, perbaikan sistem distribusi, serta efisiensi operasional.
Analisis kesenjangan menunjukkan negatif 0,49, mengharuskan perusahaan untuk
lima tahun mendatang merubah orientasinya ke arah marketing oriented yakni
melalui efektifitas pasar, produk diferensiasi, serta promosi berimbang. Alternatif
strategi yang direkomendasikan yaitu segmentasi berdasarkan psikografi,
targeting dengan memilih orang dalam segmen pasar yang dianggap paling efektif
sebagai target market, perusahaan memposisikan dirinya berbeda dari perusahaan
lain, dan perusahaan dapat mengorganisasikan seluruh aspek operasinya untuk
disukai pelanggan. Bauran pemasaran yang digunakan adalah konsep 4P, strategi
penjualan yang dilaksanakan berbasis manfaat, perusahaan harus melakukan
berbagai upaya agar memiliki asosiasi tertentu dibenak konsumen, pelayanan
harus memberikan nilai tambah sesuai kebutuhan konsumen, dan perusahaan
harus melakukan perbaikan pada stuktur organisasinya dengan matriks (functional
streamlining). Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini CSP, CAP, dan
kesenjangan, tidak melakukan analisis efektivitas sumberdaya pemasarannya.
Penelitian mengenai penerapan audit pemasaran Strategic Marketing Plus
2000 pada PT Zeelandia Indonesia oleh Yefke (2007), menggunakan alat analisis
21
CSP, CAI, dan analisis kesenjangan dari kerangka kerja Strategic Marketing Plus
2000, serta MER. Hasil CSP diperoleh CSI 3,02, menunjukkan kondisi persaingan
3C (rumit) yakni menghadapi konsumen sebagai pelanggan, pesaing yang kuat,
serta perubahan secara kontinyu. Hasil CAP diperoleh CAI 3,00, menunjukkan
bentuk perusahaan yaitu marketing oriented. Analisis kesenjangan diperoleh
kesenjangan negatif 0,3 berarti perusahaan ketinggalan dengan situasi persaingan
yang akan dihadapi. Sedangkan hasil analisis MER 26,4 yakni termasuk kategori
luar biasa, PT Zeelandia Indonesia menggunakan sumber daya pemasaran secara
optimal, efisien, dan efektif dalam mendukung kinerja pemasarannya. Alternatif
strateginya yaitu menambah segmentasi, pemilihan target pasar tepat dengan
strategi yang diterapkan, positioning yang lebih menyangkut perasaan emosional,
perbaikan diferensiasi isi dan konteks, mempercepat waktu pengiriman dan
memberikan daftar produk yang lengkap, serta stuktur organisasi lebih flat.
Penelitian ini dilakukan di PT Zeelandia Indonesia, sedangkan penelitian
selanjutnya dilakukan di Kebun Wisata Pasir Mukti.
Penelitian Laura Pinta Uli (2008) mengenai audit pemasaran pada PT
Godongijo Asri (GIA) di Sawangan, Depok, Jawa Barat. Alat analisis yang
digunakan CSP, CAI, dan analisis kesenjangan dari kerangka kerja Strategic
Marketing Plus 2000, serta MER. Seluruh kuesioner di isi manajemen inti
perusahaan berdasarkan manajemen judgment. Hasil CAP diperoleh CAI 3,53
menunjukkan perusahaan berbentuk marketing oriented menuju market driven.
Hasil CSP diperoleh CSI 3,63 menunjukkan PT GIA berada pada kondisi
persaingan yang canggih yakni menghadapi konsumen sebagai klien, pesaing
yang ganas, serta perubahan lingkungan yang diskontinyu. Analisis kesenjangan
menunjukkan negatif 0,1, strategi PT GIA tertinggal dari kondisi persaingan untuk
lima tahun mendatang. Sedangkan analisis MER sebesar 24,4 yang berarti sumber
daya pemasaran PT. GIA tergolong sangat baik. Alternatif strateginya yaitu
perusahaan lebih selektif dalam menentukan target pasar, memposisikan dirinya
menjadi beberapa identitas yang berbeda pada tiap ceruk pasar, diferensiasi
produk berbeda pada setiap ceruk pasar, dan stuktur organisasi yang dijalankan
agar lebih flat. Responden pada penelitian ini hanya internal perusahaan,
sedangkan penelitian selanjutnya menggunakan responden internal dan eksternal.
22
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Pemasaran
Lingkup pemasaran dipandang sebagai tugas untuk menciptakan,
memperkenalkan, dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan
perusahaan lain. Definisi pemasaran dapat dibedakan secara sosial dan manajerial.
Pemasaran secara sosial yaitu proses sosial dimana suatu individu dan kelompok
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa bernilai dengan
pihak lain. Sedangkan secara manajerial, pemasaran sering digambarkan sebagai
“seni menjual produk” (Kotler 2005).
Pemasaran didefinisikan sebagai proses perencanaan dan pelaksanaan
pemikiran, penetapan harga, promosi, dan penyaluran gagasan, barang dan jasa
untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran individu dan organisasi.
Penanganan proses pertukaran tersebut menuntut banyak pekerjaan dan
keterampilan. Oleh karena itu, terbentuk manajemen pemasaran sebagai seni dan
ilmu memilih pasar sasaran serta mendapatkan, mempertahankan, dan menambah
jumlah pelanggan melalui penciptaan, penyampaian, dan pengkomunikasian nilai
pelanggan yang unggul (Asosiasi Pemasaran Amerika, diacu dalam Kotler 2005).
Kegiatan pemasaran dilakukan oleh pemasar yang mencari tanggapan
(perhatian, pembelian, pemberian suara, serta sumbangan) dari pelanggan.
Pemasar harus memahami kebutuhan, keinginan, dan permintaan dari pasar.
Kebutuhan adalah tuntutan dasar manusia. Orang membutuhkan makanan,
minuman, udara, air, pakaian, dan tempat tinggal untuk bertahan hidup. Selain itu,
orang juga membutuhkan rekreasi, pendidikan, dan hiburan. Kebutuhan menjadi
keinginan apabila diarahkan ke objek tertentu yang dapat memenuhi kebutuhan
tersebut. Keinginan dibentuk oleh lingkungan masyarakat seseorang. Permintaan
yaitu keinginan akan produk tertentu yang didukung kemampuan membeli. Maka
dari itu, perusahaan bukan hanya mengukur berapa banyak yang menginginkan
tetapi juga berapa banyak orang yang bersedia dan mampu membelinya.
Perbedaan tersebut memperjelas kritik yang menyebutkan bahwa pemasar
menciptakan kebutuhan atau membuat orang membeli barang yang tidak
diinginkannya. Hal ini dikarenakan pemasar tidak menciptakan kebutuhan, karena
23
kebutuhan telah ada sebelum adanya pemasar. Pemasar dengan sejumlah faktor
masyarakat lainnya hanya mempengaruhi keinginan melalui kegiatan promosi.
Konsep pemasaran sebagai kunci mencapai sasaran organisasi. Perusahaan
harus lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan,
dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada sasaran yang terpilih. Konsep
pemasaran berbeda dengan penjualan. Penjualan fokus pada kebutuhan penjual,
sedangkan pemasaran fokus kepada kebutuhan pembeli. Penjualan memberi
perhatian pada kebutuhan penjual untuk mengubah produk menjadi uang tunai.
Pemasaran memikirkan cara memuaskan kebutuhan pelanggan melalui sarana-
sarana produk, jasa, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan permasalahan
menciptakan, menyerahkan, dan akhirnya mengkonsumsinya.
3.2 Audit Pemasaran
Menurut (Kartajaya 2002) menyebutkan bahwa audit pemasaran adalah
pemeriksaan terhadap suatu perusahaan atau unit bisnis secara komprehensif,
sistematis, independent, dan berkala. Unsur-unsur yang dilibatkan yaitu
lingkungan, strategi, dan aktivitas pemasaran untuk melihat masalah, kesempatan,
serta memberikan rekomendasi untuk meningkatkan kinerja pemasaran dari
perusahaan. Audit pemasaran memiliki empat karakteristik, yaitu:
1) Komprehensif
Audit pemasaran mencakup semua kegiatan pemasaran yang relevan dalam
bisnis, tidak hanya melihat masalah pemasaran dalam lingkup sempit. Audit
pemasaran yang komprehensif lebih efektif dalam menemukan sumber
masalah yang sesungguhnya. Maka dari itu, audit pemasaran tidak ditujukan
untuk mengatasi masalah pemasaran spesifik, seperti penetapan harga.
2) Sistematis
Audit pemasaran adalah suatu pemeriksaan tertatur pada lingkungan makro
dan mikro pemasaran, tujuan dan strategi pemasaran, sistem pemasaran,
serta kegiatan perusahaan. Audit pemasaran melibatkan tahapan diagnosa
yang telah disusun sesuai logika atau rangkaian langkah yang terintegrasi.
3) Independent
Audit pemasaran yang baik harus dilakukan secara objektif dan tidak bias.
Sebenarnya audit dilakukan oleh pihak internal perusahaan, namun untuk
24
mempertahankan tingkat objektivitas. Maka audit pemasaran sering
menggunakan konsultan dari luar yang memiliki objektivitas, pengalaman
luas dalam sejumlah industri, suatu pengenalan industri yang diaudit, waktu
dan perhatian yang tidak terpecah untuk melakukan audit.
4) Periodik (Berkala)
Audit pemasaran seharusnya dilakukan secara berkala untuk perusahaan
yang sehat maupun yang bermasalah. Hal ini memungkinkan perusahaan
untuk terus memonitor posisi mereka terhadap pesaing dan perubahan
lingkungan bisnis dari industri.
Pada dasarnya audit pemasaran dilakukan untuk memberikan gambaran
tentang posisi perusahaan. Maka dari itu, audit pemsaran dapat dikatakan sebagai
langkah awal dalam suatu perencanaan bisnis. McDonald (1989) menyatakan
bahwa perencanaan bisnis harus berusaha menjawab tiga pertanyaan pokok, yaitu:
(1) dimana posisi perusahaan sekarang, (2) akan dibawa kemana perusahaan pada
masa yang akan datang, (3) bagaimana mengalokasikan sumber daya yang ada
untuk membawa perusahaan ke tujuan yang telah direncanakan.
Audit pemasaran yang digunakan dalam skripsi ini berdasarkan kerangka
kerja Strategic Marketing Plus 2000 yang dinamakan Competitive Audit. Konsep
ini disusun berdasarkan riset-riset yang dilakukan para ahli pemasaran dan
dipublikasikan diberbagai jurnal ilmiah pemasaran. Tujuan dari competitive audit
yaitu mendapatkan profil lingkungan bisnis yang mempengaruhi perusahaan dan
profil faktor internal yang terdiri dari strategi, taktik, dan nilai. Profil tersebut
yaitu Competitive Setting Profile (CSP) dan Company Alignment Profile (CAP).
Secara fundamental competitive audit memiliki persamaan dengan audit
pemasaran yang dilakukan Aaker (1992) yang membagi analisis menjadi dua
bagian besar yaitu analisis internal dan analisis eksternal. Meskipun demikian
terdapat perbedaan yakni pada elemen, dimensi yang diaudit, serta pada hasil yang
diperoleh. Hasil dari audit pemasaran yang dilakukan Aaker bersifat kualitatif,
sedangkan Strategic Marketing Plus 2000 bersifat kualitatif dan kuantitatif.
Kelebihan instrumen audit yang bersifat kuantitatif yaitu memudahkan
perusahaan dalam mengevaluasi realibilias dan validitas, serta memudahkan
praktisi pemasaran untuk melakukan perbandingan. Perbandingan tersebut dapat
25
dilakukan dengan melihat perubahan dari setiap elemen atau variabel secara jelas
pada salah satu atau seluruhnya dari waktu ke waktu, sehingga dapat dilakukan
penyesuaian untuk kegiatan audit berikutnya. Hal ini mengingat audit pemasaran
harus dilakukan secara berkala.
Kelebihan lain pengukuran kuantitatif yakni memberikan gambaran
kesenjangan yang bersifat kuantitatif yakni disebut analisis kesenjangan (gap).
Informasi dari analisis kesenjangan lebih bernilai bagi perusahaan karena bukan
hanya mengetahui arah kesenjangan, tetapi juga skala kesenjangannya. Hal ini
penting bagi manajemen puncak sebagai masukan untuk menentukan seberapa
jauh harus melakukan modifikasi terhadap strategi dan taktik, dan nilai
pemasarannya. Hasil analisis kesenjangan menghasilkan formulasi strategi yang
sesuai dengan kondisi lingkungan bisnis perusahaan tersebut berada.
Audit pemasaran berdasarkan kerangka kerja Strategic Marketing Plus
2000 juga memiliki kelemahan yaitu tidak terbuka elemen pemasaran lain yang
mungkin relevan untuk dimasukan dalam kerangka audit. Kelemahan lainnya
yaitu rentan terhadap subyektifitas yang besar dari para responden.
3.3 Strategi 4C
Menurut (Kehnichi Ohmae, diacu dalam Kartajaya 2002) menyebutkan
bahwa pada competitive audit terdapat 3 pemain yang harus diperhatikan dalam
menyusun strategi pemasaran. Tiga pemain tersebut yaitu Company (perusahaan),
Customer (pelanggan), serta Competitor (pesaing). Ketiga elemen tersebut disebut
strategic triangle (Gambar 2). Selain itu, terdapat satu elemen lain yaitu Change
(perubahan) sebagai faktor yang penting dipertimbangkan dalam penyusunan
strategi dan taktik, dan nilai pemasaran. Namun, faktor Change tidak dimasukan
dalam kerangka konsep secara eksplisit. Hal ini disebabkan perubahan lingkungan
bisnis akan semakin kompleks dari tahun ke tahun.
Menurut Kartajaya (2002), perubahan dalam lingkungan bisnis harus
diperhatikan dalam menyusun strategi. Hal ini dikarenakan perubahan yang terjadi
semakin cepat, kompleks, dan tidak terduga. Perubahan lingkungan bisnis dapat
dilihat dari tiga aspek diantaranya: teknologi, ekonomi, serta pasar. Kerangka
kerja Strategic Marketing Plus 2000 dititikberatkan dengan melihat keempat C
yakni Company (C2), Customer (C1), Competitor (C3), serta Change (C4)
26
tersebut secara terintegrasi. Hasil yang diperoleh dari audit keempat C tersebut
akan membentuk suatu profil, yaitu Competitive Setting Profile (CSP) dan
Company Alignment Profile (CAP).
Keterangan : C1 = costumer C2 = company
C3 = competitor C4 = change
Gambar 1. Strategic Triangel Sumber : Kartajaya (2002)
3.4 Company Alignment Profile (CAP)
Prinsip kerangka kerja Strategic Markting Plus 2000 adalah pemasaran.
Pemasaran pada dasarnya bukan suatu fungsi, tetapi jiwa atau filosofi perusahaan
sebagai tugas yang menciptakan, memperkenalkan, dan menyerahkan barang dan
jasa kepada konsumen, perusahaan lain, maupun pelanggan lain. Implikasinya
kegiatan pemasaran bukan hanya tugas dari divisi pemasaran, tetapi juga tugas
dan tanggung jawab setiap karyawan perusahaan.
Karakteristik yang terlihat dari marketing company adalah kemampuan
perusahaan untuk memberikan kepuasan yang berkesinambungan kepada tiga
pihak yang paling berkepentingan bagi perusahaan, yaitu pelanggan, karyawan,
dan pemilik perusahaan. Variabel utama pemasaran yang dianalisis dalam
Company Alignment Profile (CAP) diantaranya strategi, taktik, dan value.
3.4.1 Strategi
Menurut (Kartajaya 2002) menyebutkan bahwa strategi adalah konsep
yang dibuat baik segmentasi, targeting, maupun positioning untuk memenangkan
mind share dari pelanggan. Menurut (Hamel dan Prahalad, diacu dalam Umar
C1
C1C4
C2
C3
27
2008) strategi sebagai tindakan incremental (senantiasa meningkat) dan terus-
menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan
pelanggan. Maka strategi dimulai dari apa yang dapat terjadi, bukan dari apa yang
terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola konsumen
memerlukan kompetensi inti.
3.4.1.1 Segmentation
Pasar yang bersifat heterogen mempersulit perusahaan untuk melayani
konsumen. Pemasar harus memilih segmen tertentu yang homogen dengan ciri-
ciri sama, sesuai kemampuan perusahaan untuk memenuhi tuntutan konsumen.
Segmentasi adalah proses mengkotak-kotakkan pasar yang heterogen ke dalam
kelompok “potensial costumer” yang memiliki kesamaan kebutuhan dan/atau
kesamaan karakter, dan memiliki respon sama dalam membelanjakan uangnya
(Kasali 2003).
Pembagian pasar dapat dilakukan melalui beberapa kriteria tergantung
tipe perusahaan, diantaranya geografi, demografi, psikografi, perilaku, dan
individualized (Kartajaya 2002). Segmentasi berdasarkan demografi yakni
memilih pasar berdasarkan faktor who to buy. Sedangkan berdasarkan psikografi
memilih pasar berdasarkan faktor why the buy. Variabel perilaku membagi pasar
berdasarkan faktor how they buy dan mengacu pada kegiatan perilaku yang terjadi
secara konkret dan aktual. Segmentasi berdasarkan geografi yaitu membagi pasar
berdasarkan jangkauan geografinya. Hal ini dikarenakan setiap wilayah memiliki
karakter yang berbeda. Maka pemasar harus membagi wilayah berdasarkan
karakter yang sama. Segmentasi berdasarkan demografi yakni membagi pasar
berdasarkan variabel demografi (kependudukan), seperti usia, gender, jumlah
anggota keluarga, pekerjaan, pendidikan, agama, suku, pendapatan, dan
kebangsaan. Segmentasi berdasarkan psikografi yaitu membagi pasar berdasarkan
gaya hidup, sikap dan minat konsumen. Sedangkan gaya hidup mencerminkan
bagaimana seseorang menghabiskan waktu untuk aktivitasnya, minat dan opini-
opininya (Kasali 2003).
Tujuan utama segmentasi yaitu melayani konsumen lebih baik dan
memperbaiki posisi kompetitif perusahaan. Sedangkan tujuan lain yang spesifik
yaitu meningkatkan penjualan, memperbaiki pangsa pasar, melakukan komunikasi
28
dan promosi yang lebih baik, serta memperkuat citra perusahaan (Weistein 1994,
diacu dalam Kasali 2003).
3.4.1.2 Targeting
Targeting adalah memilih satu atau lebih segmen pasar yang dijadikan
target market yang merupakan satu atau beberapa segmen pasar yang akan
menjadi fokus kegiatan pemasaran. Terkadang targeting disebut juga selecting
karena pemasar harus menyeleksi pasar. Pemasar harus memiliki keberanian
untuk memfokuskan kegiatannya pada beberapa bagian saja (segmen) dan
meninggalkan bagian lainnya (Kasali 2003).
Menurut Kasali (2003) terdapat kriteria untuk mendapatkan pasar sasaran
yang optimal dalam targeting, diantaranya (1) Responsif, yakni tingkat respon
pasar sasaran terhadap produk dan program pemasaran, (2) Potensi penjualan,
ditentukan oleh jumlah populasi, daya beli, serta keinginan pasar terhadap produk,
(3) Pertumbuhan memadai, yakni kondisi pertumbuhan pasar yang dituju apakah
lambat atau cepat untuk bahan pertimbangan perusahaan dalam penetapan
strategi, dan (4) Jangkauan media, kemampuan perusahaan memilih media yang
digunakan untuk mempromosikan dan memperkenalkan produknya kepada pasar
sasaran. Pemilihan target market dapat dilakukan pada lima tujuan yakni semua
orang (everyone), memilih orang yang cocok (suitable one), orang yang paling
efektif, memilih orang dalam jumlah tidak banyak (a few good ones) dari suatu
fragmen pasar, terutama yang belum dilayani perusahaan secara baik atau
melayani beberapa fragmen pasar sekaligus pada saat bersamaan dengan cara
yang berbeda, serta melayani pelanggan sebagai orang penting (someone) bagi
perusahaan dengan pelayanan individual (Kartajaya 2002).
3.4.1.3 Positioning
Positioning merupakan posisi yang ditempati suatu produk di pasar
sebagai akibat persepsi target market. Positioning yaitu posisi yang diinginkan
pada benak konsumen. Penentuan positioning mempengaruhi peninjauan kembali
cara perusahaan membagi pasar dan pemilihan target pasar. Menurut (Ries dan
Trout, diacu dalam Kasali 2003) mendefinisikan positioning bukan suatu yang
dilakukan terhadap produk, tetapi sesuatu yang dilakukan terhadap otak calon
29
pelanggan. Positioning bukan strategi produk, tetapi strategi komunikasi yang
berhubungan dengan bagaimana konsumen menempatkan produk yang
ditawarkan dalam otaknya sehingga pelanggan dapat memberikan penilaian dan
mengidentifikasikan dirinya dengan produk.
Kondisi positioning perusahaan dalam pasar dapat sebagai perusahaan
satu-satunya dalam industri atau perusahaan yang memiliki posisi berlainan untuk
setiap pelanggannya. Pada positioning urutan perusahaan dalam menempatkan
dirinya yaitu perusahaan lebih baik dari perusahaan lain, perusahaan berbeda
dengan perusahaan lain, serta perusahaan memiliki posisi yang berbeda pada
setiap ceruk pasar yang berbeda (Kartajaya 2002).
3.4.2 Taktik
Taktik yaitu upaya yang dilakukan perusahaan secara konkret dan nyata
untuk merealisasikan strategi yang telah ditentukan dan menjawab janji yang
dilakukan pada strategi. Selain itu, taktik merupakan penggerak untuk
memenangkan market share (Kartajaya 2002). Komponen taktik terdiri dari
differentiation, marketing mix, serta selling.
3.4.2.1 Differentiation (Diferensiasi)
Differentiation merupakan tindakan merancang serangkaian perbedaan
berarti untuk membedakan tawaran perusahaan dengan pesaing (Kartajaya 2002).
Diferensiasi tidak terbatas pada persepsi pelanggan sebagai hal yang berbeda,
tetapi harus memiliki perbedaan dalam hal content, context, serta infrastructure.
Content terkait apa yang diberikan kepada pelanggan dari sebuah diferensiasi.
Context merupakan dimensi yang menunjuk pada cara perusahaan menawarkan
produk yakni berhubungan dengan usaha perusahaan dalam membantu pelanggan
untuk mempersepsikan tawaran dengan cara yang berbeda dari pesaingnya.
Sedangkan infrastuktur terkait dengan teknologi, Sumber Daya Manusia, serta
fasilitas yang digunakan untuk menciptakan diferensiasi content dan context.
Pencapaian diferensiasi yang baik dapat dilakukan melalui integrasi secara
tepat dari ketiga dimensi tersebut. Content, context, serta infrasuktur harus
kompatibel, dan saling memperkuat dalam mencapai nilai yang unik dan berbeda
sehingga mampu menjadi basis keunggulan kompetitif perusahaan. Urutan
30
differentiation sesuai posisi perusahaan yaitu menyusun semua aspek dalam
perusahaan demi kebaikan perusahaan, mengorganisasikan seluruh aspek
operasinya sesuai dengan salah satu tujuannya yaitu menghasilkan produk yang
lebih baik, mengkhususkan produknya untuk memenuhi kebutuhan satu atau
beberapa fragmen pasar tertentu agar diminati pelanggan, hingga
mengorganisasikan semua aspek dalam perusahaan sehingga mampu memberikan
pelayanan yang terkostumisasi untuk tiap-tiap pelanggan.
3.4.2.2 Marketing Mix (Bauran Pemasaran)
Marketing mix yaitu upaya menentukan kombinasi produk (product),
harga (price), tempat (place), serta promosi (promotion) sesuai dengan strategi
pemasaran. Marketing mix sebagai sebuah kombinasi antara tawaran dana akses
yakni tawaran perusahaan yang terdiri dari produk dan harga, serta diintegrasikan
dengan baik dengan akses yang mencakup saluran distribusi dan komunikasi
untuk menciptakan kekuatan pemasaran perusahaan.
3.4.2.3 Selling (Penjualan)
Prinsip penjualan tidak merujuk pada penjualan pribadi maupun aktivitas
menjual produk. Penjualan sebagai taktik menciptakan hubungan jangka panjang
dengan pelanggan melalui produk perusahaan. Terdapat tiga tingkatan selling
yaitu feature selling, benefit selling, serta solution selling. Perusahaan harus
menjual solusi kepada pelanggan bukan hanya sekedar feature maupun benefit
ketika produknya telah ramai digunakan pelanggan. Penjualan dilakukan
perusahaan sebagai upaya untuk menyadarkan konsumen tentang keberadaan
produk dan dipaksa menjadi advokator produk yang ditawarkan.
Pada penjualan terdapat tiga hal utama yang harus diperhatikan, yaitu
organisasi penjualan, manajemen penjualan, serta tenaga penjualan (Kartajaya,
2002). Organisasi penjualan menentukan bagaimana orang-orang pada
departemen penjualan melakukan pendekatan dalam menawarkan produk serta
membina hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Manajemen penjualan
bertugas mengatur perencanaan target penjualan, sisitem operasi dan prosuder
pengawasan serta mengatur program kunjungan pada pelanggan. Sedangkan
tenaga penjualan harus memenuhi aspek berikut ini: (1) mengerti situasi
31
perusahaan, produk, dan persaingan, (2) mempunyai pengetahuan tentang
pelanggan dan peluang pasar, (3) melakukan persentasi, menawarkan solusi bagi
permasalahan, dan bernegosiasi dengan pelanggan, serta (4) menjaga hubungan
sehingga menimbulkan citra positif.
3.4.3 Nilai
Nilai sebagai upaya merebut hati dari pasar yang dituju. Komponen nilai
yang harus diperhatikan dan diimplementasikan oleh perusahaan diantaranya
brand, service, dan process.
3.4.3.1 Brand (Merek)
Menurut (American Marketing Association, diacu dalam Kotler 1995)
merek sebagai nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari
hal tersebut untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari penjual dan untuk
membedakan dari produk pesaing. Merek merupakan janji penjual untuk secara
konsisten memberikan tampilan, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Maka
dari itu, merek tidak hanya sekedar nama atau simbol, melainkan sebuah jaminan
mutu untuk pelanggan. Brand merupakan indikator sebuah perusahaan untuk
menghindari jebakan komoditas. Brand dikembangkan tidak hanya melalui iklan
yang terhitung jumlahnya di media massa, atau dengan konfigurasi product, place,
promotion, dan price. Brand sebagai payung yang mempresentasikan produk atau
layanan kita yakni cerminan value yang diberikan kepada pelanggan.
Menurut Kotler dan Kartajaya (2002), kekuatan sebuah brand ditentukan
oleh empat komponen yaitu functional dan emotional benefit yang tinggi serta
other expenses dan price yang rendah. Functional benefit yaitu benefit
berdasarkan atribut produk yang memberikan manfaat fungsional untuk
pelanggan, benefit tersebut berkaitan dengan fungsi-fungsi yang dilakukan oleh
produk, seperti mobil memiliki functional benefit keawetan, keamanan, atau
kenyamanan berkendara. Sedangkan makanan berupa nilai gizi dan kesegarannya.
Emotional benefit adalah benefit berdasarkan atribut produk yang memberikan
manfaat emosional, seperti perasaan energetic setelah konsumsi minuman. Price
adalah biaya yang dikeluarkan pelanggan untuk mendapatkan produk atau jasa.
Sedangkan other expenses merupakan cost yang dikeluarkan pelanggan saat
32
mengkonsumsi produk atau jasa. Brand yaitu ekuitas perusahaan yang menambah
value untuk produk jasa yang ditawarkan, serta aset yang menciptakan value
untuk konsumen dengan memperkuat kepuasan dan pengakuan kualitas produk
dan jasa.
3.4.3.2 Service (Servis)
Service merupakan paradigma perusahaan dalam menciptakan value yang
terus-menerus untuk pelanggan melalui produk dan jasa. Awalnya service hanya
sebatas salah satu kategori bisnis dari dikotomi bisnis “produk dan jasa”. Hal ini
menyebabkan perusahaan produk sama dengan perusahaan jasa. Maka dari itu
perusahaan menambah servis untuk memberikan nilai tambah (value added).
Selanjutnya perusahaan memberikan nilai tambah yang sebenarnya dapat
digunakan oleh pelanggan (value in use). Tahap terakhir perusahaan berusaha
memberikan servis untuk memuaskan pelanggan serta menjadikan bisnis yang
dijalankan sebagai bisnis jasa tanpa memperdulikan jenis bisnis yang
dijalankannya.
3.4.3.3 Process (Proses)
Menurut Kartajaya (2002) proses menunjuk pada prinsip yang dimiliki
perusahaan untuk melibatkan setiap karyawan dalam proses pemuasan pelanggan.
Maka dari itu, nilai yang terkandung dalam proses akan tercipta apabila setiap
anggota perusahaan, langsung ataupun tidak langsung terlibat dalam proses
pemuasan pelanggan.
3.5 Competitive Setting Profile (CSP)
Competitive Setting Profile (CSP) digunakan untuk menggambarkan
tingkat persaingan dalam suatu industri yang akan dihadapi perusahaan dalam
lima tahun yang mendatang. Variabel yang terdapat pada audit CSP diantaranya
Customer Demand (C1), Competitive Situation (C3), serta Change Driver (C4).
3.5.1 Customer Demand (Permintaan Pelanggan)
Pelanggan merupakan individu atau rumah tangga yang membeli barang
dan jasa untuk dikonsumsi. Pelanggan perusahaan memiliki jumlah dan variasi
33
yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari beberapa hal, diantaranya usia,
tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, pola mobilitas, serta selera.
Menurut Kotler & Amstrong (1995) terdapat lima jenis pelanggan yaitu
konsumen, industri, reseller, pemerintah, dan pelanggan internasional. Konsumen
yaitu perseorangan dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk
pribadi. Industri yaitu organisasi yang membeli barang dan jasa untuk produksi.
Reseller yaitu organisasi yang membeli barang dan jasa untuk dijual kembali agar
mendapatkan laba. Pemerintah yaitu pelanggan yang membeli barang dan jasa
untuk layanan umum atau memindahkan barang dan jasa kepada yang
membutuhkan. Sedangkan pelanggan internasional yaitu pelanggan luar negeri
termasuk konsumen, industri, reseller, dan pemerintah asing.
(Peter FD, diacu dalam Kartajaya 2002) mengingatkan bahwa tujuan
utama bisnis yaitu menciptakan pelanggan. Meskipun pernyataan tersebut tidak
sepenuhnya diterima tetapi semakin banyak konsep pemasaran yang terpengaruh
untuk melihat pelanggan sebagai elemen terpenting untuk diperhatikan. Maka dari
itu, strategi dan taktik yang dijalankan harus memperhatikan pelanggannya.
Berdasarkan pemikiran tersebut, competitive audit costumer dilakukan
berdasarkan faktor-faktor yang menyebabkan perubahan kebutuhan, keinginan,
serta harapan dari pelanggan. Variabel yang akan dinilai untuk melihat permintaan
pelanggan diantaranya enlightneted, informationalized, dan empowered.
3.5.1.1 Enlighted (Tercerahkan)
Pelanggan tercerahkan memiliki pandangan ke depan, lebih rasional, serta
mampu mempengaruhi orang lain agar mempercayai visinya. Hal ini sesuai
dengan analogi yang menyebutkan pemimpin tercerahkan yaitu pemimpin yang
dapat melihat visi ke depan dan mampu mengkomunikasikan visinya kepada
bawahannya (Oakley dan Krug 1996 diacu dalam Kartajaya 2002).
Pelanggan tercerahkan selalu menggunakan pertimbangan jangka panjang
dalam menentukan pilihan. Selain itu, pelanggan sudah lebih well-educated dalam
menentukan pilihannya. Maka dari itu, dibutuhkan peran pendidikan dan
pengetahuan dari pelanggan dalam menentukan pembelian. Pelanggan tercerahkan
sadar akan perubahan lingkungan seperti kesehatan. Berbeda dengan pelanggan
yang bersikap “tradisional” dalam pengambilan keputusan. Pelanggan tercerahkan
34
telah memiliki pandangan yang luas ke depan, serta logis dalam mengambil
keputusan (Kartajaya 1996).
3.5.1.2 Informationalized (Tahu Informasi)
Pelanggan yang Informationalized adalah seorang pelanggan yang
memiliki banyak pilihan. Sedangkan pelanggan yang tidak mengetahui informasi
yaitu pelanggan yang “terbelenggu” dan tidak memiliki pilihan.
Menurut (Tom Peter, diacu dalam Kartajaya 2002) menggunakan istilah
Informationalized untuk membebaskan karyawan perusahaan dari hierarki dan
birokrasi. Karyawan yang mempunyai akses dan dapat menggunakan informasi
tentang pelanggan maka karyawan tersebut memiliki kesempatan yang lebih baik
untuk melayani pelanggan. Sedangkan pelanggan yang mengetahui informasi
yaitu pelanggan yang mempunyai kesempatan lebih baik untuk membandingkan
diantara pilihan yang semakin banyak. Hal ini dikarenakan akses pada informasi
yang semakin mudah, murah, dan cepat.
3.5.1.3 Empowered (Berkemampuan)
Empowered costumer yaitu pelanggan yang memiliki kekuatan atau
kemampuan untuk merealisasikan keputusannya. Variabel ini dekat dengan
perilaku pembelian sehingga paling dominan dalam menentukan permintaan
pelanggan pada saat tingkat persaingan yang semakin tinggi.
Pola pemikiran terhadap tiga variabel tersebut untuk melakukan observasi
terhadap permintaan pelanggan didasari oleh teori perilaku konsumen. Proses
pembentukan atau perubahan perilaku pelanggan dievaluasi dengan melihat tiga
komponen perilaku yaitu: kognitif, afektif, dan konatif (psikomotor). Pelanggan
tercerahkan mengacu pada kognitif atau daya pikirnya berhubungan dengan
pengetahuan terhadap merek-merek di pasar. Pelanggan yang telah memiliki
informasi akan semakin canggih pada tingkat afektif yakni sikapnya yang
menyebabkan pelanggan mampu mengevaluasi merek-merek di pasar. Sedangkan
pelanggan yang memiliki kemampuan berhubungan dengan konatif yakni
terdorong untuk melakukan suatu perilaku pembelian (Kartajaya 2002).
35
3.5.2 Competitor (pesaing)
Pesaing yaitu organisasi atau perusahaan dalam industri yang sama yang
menjadi tantangan dan hambatan bagi perusahaan untuk menjalankan strateginya.
Tingkat persaingan antar perusahaan semakin meningkat dalam memperoleh
pasar. Maka dari itu, keberlangsungan suatu bisnis mutlak tergantung pada tingkat
perhatian yang besar terhadap kebutuhan pelanggan.
Perusahaan harus memperhatikan need pelanggan yang relatif tetap, want
yang berubah, serta expectation yang harus dipenuhi. Jika perusahaan hanya
mengetahui need dan want saja, kemungkinan besar ditinggalkan pelanggannya.
Hal ini dikarenakan pesaing mengetahui ekspektasi pelanggan. Sesuatu yang lebih
halus dan memiliki tingkat lebih tinggi sebatas need dan want (Kartajaya 1996).
Pergeseran kecanggihan pelanggan sangat erat hubungannya dengan
pergeseran pesaing. Tiga variabel utama yang harus diperhitungkan dalam
mengkaji pesaing yaitu general, aggresiveness, serta capability.
3.5.2.1 General (umum)
Perusahaan harus meninjau jumlah pesaing. Semakin banyak pesaing,
maka perusahaan semakin sulit memuaskan pelanggan. Hal ini dikarenakan
pelanggan memiliki pilihan yang banyak. Dimensi general menggambarkan
jumlah pesaing dalam industri, pesaing potensial dimasa yang akan datang serta
pesaing dari produk subsitusi (Kartajaya 2002).
Pergeseran dan kecanggihan pelanggan memacu banyaknya pilihan yang
diberikan pesaing dan menggeser kecanggihan pelanggan itu sendiri. Pelanggan
tidak hanya dikendalikan oleh perubahan teknologi, ekonomi, dan pasar, tetapi
juga dididik oleh pesaing. Maka, pelanggan yang loyal dapat berbalik menjadi
marah karena dimanja oleh pesaing (Kartajaya 1996).
3.5.2.2 Aggressiveness
Agressiveness diartikan seberapa jauh pesaing menerapkan strateginya
secara kreatif dan efektif. Terdapat satu pesaing kreatif dan efektif dalam
menerapkan strateginya lebih berbahaya dibandingkan puluhan pesaing pasif.
Perusahaan akan sulit mempertahankan pelanggan lama dan mendapatkan
pelanggan baru jika aggressiveness pesaing tinggi (Kartajaya 2002).
36
3.5.2.3 Capability
Produk subsitusi tidak hanya produk pengganti yang ada, tetapi dapat
berupa produk generasi berikutnya yang mampu mengganti produk. Hal ini terkait
dengan kemampuan pesaing dalam hal teknologi, tenaga maupun mesin yang
dimilikinya lebih canggih dibandingkan yang dimiliki perusahaan. Dimensi
capability diukur berdasarkan kondisi keuangan, karyawan, dan aset-aset tangible
terutama berkaitan dengan teknologi (Kartajaya 2002).
Kapabilitas memungkinkan pesaing merealisasikan kreativitasnya yang
tidak hanya dapat melewati entry-barrier dalam industri atau mengeluarkan
produk baru (subsitusi), tetapi juga mampu melakukan integrasi vertikal. Pesaing
dengan kapabilitas tinggi mampu membeli hulu dan hilir, walaupun dapat
menimbulkan resiko ketidakefisienan parsial (Kartajaya 1996).
Pengukuran dan observasi terhadap pesaing berdasarkan pergerakan
tingkat persaingan industri terdiri dari tiga tahap, diantaranya: embrio, boundary
dan bounddaryless. Tahap embrio terdapat beberapa pesaing yang masuk dan
mulai meningkatkan agresivitasnya, batas-batas industri semakin jelas dan terjadi
persaingan langsung. Perusahaan dengan mudah mengetahui pesaingnya. Namun,
pada saat capability semakin berperan terutama perkembangan teknologi batas
industri semakin kabur (bounddaryless). Maka dari itu, perusahaan sulit
mengetahui pesaingnya, karena banyak pesaing yang bersifat tidak langsung.
3.4.4 Change-Driver (peubah)
Faktor peubah yang mempengaruhi CSP diantaranya teknologi, sosial
ekonomi dan budaya, serta pasar. Teknologi adalah change driver yang paling
vital dalam mempengaruhi perubahan terhadap permintaan pelanggan dan
pesaing. Teknologi memiliki peranan besar untuk mengubah stuktur industri,
menciptakan industri baru, dan mempengaruhi keunggulan kompetitif suatu
industri. Perubahan teknologi berupa perubahan teknologi informasi, produksi dan
lainnya yang akan membawa perubahan pada pola perilaku konsumen.
Sistem perekonomian yang berlaku di lokasi suatu bisnis berada sangat
mempengaruhi kondisi persaingan dalam industri tertentu. Faktor ekonomi yang
mempengaruhi pola konsumsi pelanggan maupun strategi perusahaan diantaranya,
pertumbuhan ekonomi, harga BBM, serta daya beli masyarakat. Perusahaan harus
37
melihat pengaruh perubahan sistem ekonomi terhadap bisnisnya khususnya
pengaruh terhadap perilaku pelanggan dan pesaing.
Pasar dari perusahaan akan semakin luas sebagai dampak perdagangan
bebas. Meskipun demikian perusahaan harus waspada terhadap pasar yang akan
dimasuki oleh pesaing baru. Selain itu, stuktur dan perilaku pasar akan berubah.
Sistem perekonomian yang berubah dan perkembangan teknologi semakin
maju akan mengurangi jalur distribusi. Selain itu, pasar lebih sensitif terhadap apa
yang ditawarkan dalam industri. Maka dari itu, perusahaan harus dapat melihat
dampak perubahan pasar terhadap perilaku pelanggan dan pesaing. Perusahaan
dapat melakukan persiapan dalam menghadapi perubahan yang terjadi.
3.5 Situasi Persaingan Bisnis
Situasi persaingan terus mengalami pergeseran. Hasil audit pemasaran
terhadap costumer, competitor, dan change driver dapat memberikan hasil berupa
skor Competitive Setting Index (CSI). Hasil dari skor CSI dapat memperlihatkan
tingkat situasi persaingan bisnis yang sedang dihadapi oleh perusahaan.
Tabel 6. Situasi Persaingan Bisnis
Competitive Setting
Stable (2C)
Interrupted (2.5C)
Complicated (3C)
Shophisticated (3.5C)
Chaos(4C)
Costumer (C2)
Buyer Consumer Costumer Client Partner
Competitor (C3)
None Mild Strong Wild Invisible
Change (C4)
None Gradual Continous Discontinous Surprising
Sumber : Kartajaya (2002)
Tabel diatas menjelaskan situasi persaingan bisnis sebagai dampak dari
kondisi pelanggan, pesaing, maupun perubahan lingkungan yang terjadi di sekitar
perusahaan. Berdasarkan kerangka kerja Strategic Marketing Plus 2000 situasi
persaingan terus mengalami pergeseran.
1) Situasi Persaingan 2C
Situasi persaingan 2C disebut stabil. Perusahaan tidak memiliki pesaing
sama sekali dan konsumen diperlakukan sebagai pembeli (buyer).
38
Konsumen harus menerima produk atau jasa apapun yang dihasilkan
perusahaan, karena posisinya sangat lemah sehingga tidak memiliki pilihan
lain untuk memenuhi kebutuhannya. Tidak terdapat perubahan lingkungan
bisnis yang berarti. Maka yang berperan hanya costumer dan company.
Situasi ini yaitu situasi ekstrem kiri, perusahaan bersifat monopoli.
2) Situasi Persaingan 2,5C
Situasi persaingan 2,5C disebut dengan terganggu (interupted). Terdapat
pesaing yang lemah serta perubahan lingkungan yang gradual. Konsumen
semakin menuntut karena terdapat pilihan produk atau jasa lain dari pesaing.
Maka dari itu, konsumen diperlakukan sebagai konsumen. Situasi 2,5C
semua pihak berperan yakni company, costumer, competitor, maupun
change. Meskipun demikian terdapat beberapa pihak yang perannya kecil.
3) Situasi Persaingan 3C
Situasi persaingan 3C disebut dengan rumit (complicated). Tingkat
persaingan kuat dan perubahan lingkungan semakin kontinyu. Konsumen
semakin menuntut karena pilihan yang semakin banyak dan bervariasi.
Maka, konsumen diperlakukan sebagai pelanggan yang tidak hanya
diperhatikan kebutuhan dan keinginannya saja, tetapi juga harapannya.
4) Situasi Persaingan 3,5C
Situasi persaingan 3,5C disebut canggih (shopisticated). Tingkat persaingan
semakin ganas dan perubahan lingkungan semakin discontinu. Setiap
perusahaan berupaya memanfaatkan teknologi yang ada untuk menghasilkan
produk dan jasa yang berbeda. Hal ini bertujuan untuk menarik perhatian
konsumen yang diperlakukan secara khusus sebagai klien.
5) Situasi Persaingan 4C
Situasi persaingan 4C disebut kacau (chaos). Tingkat persaingan semakin
tidak terlihat (invisible), karena banyak pesaing baru yang bersifat tidak
langsung yang sulit ditinjau. Pesaing tersebut menghasilkan produk atau jasa
yang beda dengan kualitas lebih baik, namun memiliki peran yang sama
dengan produk perusahaan. Selain itu, terdapat pesaing yang menerapkan
strategi pemasaran tidak menggunakan media massa, serta banyak pesaing
global dari luar negeri yang memberikan pilihan kepada konsumen dengan
39
berbagai cara, menggunakan teknologi telekomunikasi dan informasi yang
canggih. Perubahaan lingkungan bersifat tidak terduga dan sering
mengejutkan. Konsumen sangat tercerahkan (enlightened), memiliki
informasi yang cukup (informationalised), serta kekuatan (empowered)
sehingga semakin pintar dan berpengalaman. Konsumen diperlakukan
sebagai mitra kerja dimana perusahaan berinteraksi dengannya untuk
kepentingan bersama.
Kerangka kerja Strategic Marketing Plus 2000 dilakukan pada lingkungan
perusahaan dan lingkungan industri. Audit yang dilakukan pada lingkungan
perusahaan (company) menghasilkan skor akhir Company Alignment Index (CAI).
Skor CAI dijadikan patokan untuk mengetahui kategori bentuk perusahaan dengan
mencocokkan (Tabel 7). Terdapat lima kategori bentuk perusahaan, diantaranya
producer, seller, marketer, specialist, dan service-provider. Setiap bentuk
perusahaan memiliki karakteristik dan faktor kunci kesuksesan masing-masing.
Tabel 7. Evolusi Perusahaan
Company
(C1)
Produser Seller Marketer Specialist Service-Provider
Type of Company
Product Oriented Selling Oriented
Marketing Oriented
Market Driven Costumer Driven
Key Succesful Factors
Operational efficiency
Product standardization
Mass distribution
Persuasive selling
Product featuring
Mass promotion
Market effectiveness
Product differentiation
Balanced promotion
Niche selectivity
Product specialization
Integrated communication
Data base accountability
Product costumization
Interactive communication
Sumber : Kartajaya (2002)
a) Product Oriented Company (Perusahaan 2C)
Perusahaan 2C merupakan perusahaan tunggal atau monopoli karena tidak
ada pesaing maupun perubahan lingkungan. Faktor kesuksesannya dengan
menitikberatkan pada efisiensi operasional, produk standarisasi, serta
distribusi massal. Perusahaan dengan mudah dapat mencapai kesuksesan
karena konsumen tidak memiliki pilihan produk sehingga harus menerima
produk yang bersifat standar untuk memenuhi kebutuhannya.
40
b) Selling Oriented Company (Perusahaan 2,5C)
Perusahaan 2,5C memiliki faktor kesuksesan pada cara penjualan yang
persuasif, perbaikan produk, dan kegiatan promosi massal. Perusahaan tipe
ini masih dapat berhasil, karena pesaing lemah dan perubahan lingkungan
tidak berarti. Perusahaan berupaya meyakinkan konsumen dengan
memaksimalkan fungsi tenaga penjualan melalui promosi dan periklanan
massal yang menyatakan bahwa produk lebih baik dari pesaing.
c) Marketing Oriented Company (Perusahaan 3C)
Perusahaan 3C memiliki tingkat persaingan kuat, serta perubahan
lingkungan yang kontinyu sehingga konsumen memiliki banyak pilihan
karena informasi sangat berlimpah dan transparan. Faktor kesuksesan yang
dapat dilakukan yaitu penjualan produk dengan memilih segmen pasar yang
efektif dan tidak dilakukan pada seluruh pasar. Perusahaan berusaha
menghasilkan produk yang lebih baik dan melakukan diferensiasi dengan
memperhatikan kebutuhan konsumen, serta melakukan promosi secara
seimbang baik kepada pemakai lansung (end-users) maupun pedagang.
d) Market Driven Company (Perusahaan 3,5C)
Perusahaan 3,5C menjadi perusahaan spesialis, hanya melayani sebuah atau
beberapa fragmen pasar. Faktor kesuksesan yang dapat dilakukan dengan
menyediakan produk khusus. Jika penjualan produk yang sama pada
beberapa fragmen pasar, maka perusahaan membuat beberapa elemen
pemasaran yang berbeda sesuai dengan setiap fragmen pasar.
e) Costumer Driven Company (Perusahaan 4C)
Perusahaan 4C memiliki tingkat persaingan kacau, karena banyak pesaing
baru yang tidak kelihatan datang secara tidak langsung dan perubahan
lingkungan yang mengejutkan. Perusahaan memberikan pelayanan khusus
secara individu berupa produk sesuai kebutuhan tiap individu. Perusahaan
selalu memperbaharui database untuk relationship marketing. Dilakukan
komunikasi interaktif dua arah agar terjadi pertukaran informasi. Situasi 4C
semua bisnis dianggap bisnis jasa, karena perusahaan menganggap dirinya
sebagai penyedia jasa yang melayani mitranya.
41
3.6 Analisis Kesenjangan (Gap)
Analisis kesenjangan (gap) yaitu analisis yang membandingkan hasil dari
competitive audit, yaitu indeks lingkungan perusahaan (Company Alignment
Index/CAI) dan indeks lingkungan industri (Competitive Setting Index/CSI). Hasil
analisis kesenjangan membentuk tiga kemungkinan (Kartajaya 2002).
1) Kesenjangan positif
Kesenjangan positif terjadi apabila CAI lebih besar dari CSI (CAI > CSI).
Kondisi ini menunjukkan bahwa strategi yang ditetapkan dan dijalankan
perusahaan lebih maju atau lebih agresif untuk menghadapi persaingan
dibandingkan situasi bisnis lingkungan bisnis yang dialami perusahaan.
2) Kesenjangan negatif
Kesenjangan negatif terjadi apabila CAI lebih kecil dari CSI (CAI < CSI).
Kondisi ini menunjukkan bahwa strategi yang ditetapkan dan dijalankan
perusahaan ketinggalan atau keagresifannya kurang dalam menghadapi
persaingan dibandingkan situasi lingkungan bisnis yang dialami perusahaan.
3) Kesenjangan nihil atau “par”
Kesenjangan nihil terjadi apabila CAI sama dengan CSI (CAI = CSI).
Kondisi ini menunjukkan bahwa strategi yang ditetapkan dan dijalankan
perusahaan sesuai dengan situasi lingkungan bisnis yang dialami
perusahaan.
Tujuan analisis kesenjangan yakni menginformasikan kondisi perusahaan
secara konseptual yaitu kondisi orientasi pemasarannya dan kondisi bisnis ke
depan. Skor CAI mengindikasikan orientasi pemasaran yang dilakukan
perusahaan, sedangkan CSI mengindikasikan persaingan bisnis yang dihadapi
perusahaan lims tahun mendatang. Tingkat persaingan dijadikan dasar perumusan
orientasi pemasaran yang sesuai untuk menghadapi persaingan masa datang.
3.7 Marketing Effectivities Review (MER)
Marketing effectivities Review (MER) merupakan pengkajian perusahaan
mengenai efektifitas sistem pemasaran dalam penggunaan sumber daya
pemasaran perusahaan. Konsep MER yang digunakan yaitu konsep yang
dikembangkan Kotler.
42
Pengkajian mengenai efektivitas pemasaran dikarenakan efektivitas
pemasaran tidak hanya dapat dilihat dari penjualan maupun kinerja laba yang
dihasilkan perusahaan. Kemungkinan hasil yang baik dari sebuah perusahaan
dikarenakan divisi tersebut berada pada tempat yang tepat pada waktu yang tepat,
bukan karena memiliki manajemen pemasaran yang efektif. Pengkajian efektivitas
pemasaran tercermin dari lima atribut utama orientasi pemasarannya: filosofi
pelanggan, organisasi pemasaran terpadu, infomasi pemasaran yang memadai,
orientasi strategis, dan efisiensi operasional (Kotler 1995).
3.8 Kerangka Pemikiran Operasional
Jumlah lokasi wisata di Kabupaten Bogor terus meningkat hingga
mencapai 47 lokasi pada tahun 2008. Hal tersebut menyebabkan persaingan di
industri pariwisata semakin meningkat. Dampaknya perkembangan jumlah
pengunjung Kebun Wisata Pasir Mukti (KaWePe) pada tahun 2007 mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya. Perkembangan pengunjung dari tahun 2005 ke
tahun 2006 sebesar 36,82% sedangkan dari tahun 2006 ke tahun 2007
perkembangan jumlah pengunjung hanya sebesar 09,72%. Selain itu, KaWePe
belum dapat mencapai target jumlah pengunjung sebesar 120.000 orang pada
tahun 2008 hanya tercapai 118.200 orang. Menyikapi kondisi tersebut, KaWePe
harus menetapkan strategi pemasaran yang tepat untuk mempertahankan maupun
meningkatkan pangsa pasarnya. Kondisi persaingan yang semakin kompetitif,
mendorong perusahaan melakukan audit pemasaran. Perusahaan melakukan audit
pemasaran untuk mengetahui posisi perusahaan perusahaan pada situasi
persaingan yang terjadi serta efektivitas sumberdaya pemasaran agar dapat
menyusun rencana strategi yang tepat.
Audit pemasaran yang digunakan untuk mengatasi permasalahan KaWePe
yaitu Competitive Audit dari The Strategic Marketing Plus 2000 yang
dikembangkan Hermawan Kartajaya serta Merketing Effectiviness Review dari
Kotler. Competitive audit ini menggambarkan posisi perusahaan pada suatu
industri dengan melihat hubungan empat (4) komponan C yaitu : customer
demand (C1), company (C2), competitor (C3), serta change-driver (C4).
Kegiatan audit dilaksanakan pada dua lingkungan, yaitu lingkungan
industri dan lingkungan perusahaan. Analisis lingkungan perusahaan dilakukan
43
dengan memeriksa strategi, taktik, dan nilai yang diterapkan KaWePe. Strategi
terdiri dari segmentasi, positioning, serta targeting, pemeriksaan taktik perusahaan
terkait differensiasi, bauran pemasaran, serta penjualan. Sedangkan nilai
perusahaan terkait merek, servis, dan proses. Analisis lingkungan industri
dilakukan pada tiga variabel yaitu customer demand (C1), competitor (C3), serta
change-driver (C4). Variabel customer demand yang dianalisis diantaranya
tingkat tercerahkan, tahu informasi, serta berkemampuan. Analisis competitor
dilakukan pada tiga variabel yaitu umum, keagresifan, serta kapabilitas.
Sedangkan faktor change-driver yang dianalisis yaitu teknologi, ekonomi, sosial,
politik dan pasar.
Hasil analisis lingkungan perusahaan terangkum dalam lembar Company
Alignment Profile (CAP). Lembar CAP terdiri dari tiga bagian, yaitu: (1) strategi,
(2) taktik, dan (3) nilai. Hasil audit CAP diperoleh Company Alignment Index
(CAI). Analisis lingkungan industri terangkum dalam lembar Competitive Setting
Profile (CSP). Lembar CSP terdiri dari tiga bagian, yaitu: (1) costumer demand,
(2) competitor, dan (3) change-driver, terdiri dari: teknologi, sosial-ekonomi,
pasar, dan politik. Hasil lembar CSP diperoleh Competitive Setting Index (CSI).
Hasil audit CAP berupa CAI untuk mengetahui kondisi orientasi
pemasaran KaWePe. Sedangkan hasil audit CSP berupa CSI untuk mengetahui
kondisi persaingan yang dihadapi perusahaan untuk lima tahun mendatang. Tahap
selanjutnya analisis kesenjangan (gap) dengan membandingkan CAI dengan CSI.
Analisis kesenjangan menghasilkan tiga kemungkinan yaitu CAI lebih besar dari
CSI atau kesenjangan positif, CAI lebih kecil dari CSI atau kesenjangan negatif,
dan CAI sama dengan CSI yaitu kesenjangan nihil.
Tahap terakhir analisis Marketing Effectiveness Review (MER) untuk
melihat sejauh mana sumberdaya pemasaran perusahaan dipergunakan secara
efektif. Atribut MER terdiri dari filosofi pelanggan, organisasi pemasaran terpadu,
informasi pemasaran yang memadai, orientasi strategis, serta efisiensi operasional.
Hasil keseluruhan analasis dapat diketahui posisi KaWePe di lingkungan industri
dan merumuskan alternatif strategi pemasaran yang tepat untuk perusahaan.
44
\
Keterangan :: Ruang Lingkup Penelitian
Gambar 2. Alur Kerangka Pemikiran Operasional
Competitive Setting Index (CSI)
Company AlignmentIndex (CAI)
Analisis Kesenjangan (Gap)
Kesesuaian strategi, taktik, dan nilai perusahaan dengan kondisi persaingan
Marketing Effectiviness Index (MEI)
Alternatif Strategi Pemasaran
Implementasi Strategi Pemasaran
Evaluasi Strategi Pemasaran
Berkembangnya jumlah pariwisata di Kabupaten Bogor menyebabkan tingkat persaingan di industri pariwisata semakin tinggi. Perkembangan jumlah pengunjung Kebun Wisata Pasir Mukti mengalami penurunan serta tidak tercapainya target pengunjung tahun 2008
Audit Pemasaran
C2: CompanyC1: CostumerC3: CompetitorC4: Change
Filosofi PelangganOrganisasi Pemasaran TerpaduInformasi Pemasaran Orientasi StrategisEfeisiensi Operasional
Competitive Setting Profile (CSP)
Company AlignmentProfile (CAP)
Marketing Effectiviness ReviewCompetitive Audit
Apakah pemasaran perusahaan sesuai dengan kondisi persaingan ?
Sejauh mana efektivitas pemasaran perusahaan ?
45
IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu
Penelitian mengenai audit pemasaran The Strategic Marketing Plus 2000
dan Marketing Effectiveness Review (MER) dilakukan di Kebun Wisata Pasir
Mukti (KaWePe) yang berlokasi di Jl. Raya Tajur, Desa Pasirmukti Km 4,
Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kebun Wisata Pasir Mukti
merupakan agrowisata yang mengedepankan pendidikan. Kegiatan yang
ditawarkan dititikberatkan untuk memberikan pendidikan di bidang pertanian,
diantaranya membajak sawah, menanam padi, menanam dan merawat tanaman,
dunia padi, hidroponik, memancing, mengenal tanaman obat, dan lainnya.
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan bahwa KaWePe adalah agrowisata yang mengedepankan unsur
pendidikan dan belum pernah melakukan audit pemasaran dengan Strategic
Marketing Plus 2000 dan Marketing Effectiveness Review (MER). Kegiatan
penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga Mei 2009.
4.2 Metode Penentuan Sampel
Metode penentuan sampel atau responden dilakukan secara sengaja
(purposive sampling). Responden dalam penelitian yaitu pihak internal dan
eksternal perusahaan. Responden internal berjumlah tiga orang meliputi Manajer
Sales dan Marketing, Ibu Feby Ginting, Manajer HRD & Umum, Ibu Hilda, serta
kepala Pendidikan dan Latihan (Diklat) Bapak Cecep. Pemilihan responden
internal berdasarkan pertimbangan bahwa responden tersebut berperan besar
dalam perumusan dan implementasi strategi pemasaran sehingga memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai kondisi internal perusahaan. Responden
internal mengisi lembar kuesioner CAP, CSP, dan MER.
Responden eksternal terdiri dari pengunjung KaWePe berjumlah sepuluh
orang yaitu pengunjung umum, sekolah, serta perusahaan, dan pihak Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor berjumlah tiga orang yakni Kepala
Seksi Agro Bapak Robby, Kepala Seksi Promosi Bapak Arry, serta anggota Seksi
Program Bapak Donny. Pemilihan responden eksternal dengan pertimbangan
bahwa pengunjung memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengisi lembar CSP
46
bagian permintaan konsumen, dan mengenai kondisi persaingan serta perubahan
lingkungan diisi oleh pihak dinas. Penggunaan responden pihak eksternal
bertujuan untuk mengurangi subjektifitas yang tinggi dari pihak internal serta
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Tabel 8. Jenis dan Jumlah Responden Penelitian
N
oJenis Kuesioner
Jenis RespondenJumlah
RespondenInternal Eksternal
1 Company Alignment Profile(CAP) / C2
1. Manajer Sales & Marketing (Ibu Feby)
2. Manajer HRD & Umum (Ibu Hilda)
3. Kepala Pendidikan & Pelatihan (Bpk Cecep)
- 3 orang
2
Competitive Setting Profile(CSP)
Permintaan Pelanggan
(C1)
Manajer Sales & Marketing (Ibu Feby)
Sepuluh orang pengunjung
11 orang
Situasi Persaingan
(C3)
1 Manajer Sales & Marketing (Ibu Feby)
2 Kepala Pendidikan & Pelatihan (Bpk Cecep)
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab Bogor
1. Kasi Agro (Bpk Robby)
2. Kasi Promosi (Bpk Arry)
3. Anggota Seksi Program (Bpk Doni)
5 orang
Perubahan Lingkungan
(C4)
1 Manajer Sales & Marketing (Ibu Feby)
2 Kepala Pendidikan & Pelatihan (Bpk Cecep)
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab Bogor
1 Kasi Agro (Bpk Robby)
2 Kasi Promosi (Bpk Arry)
3 Anggota Seksi Program (Bpk Doni)
5 orang
3 Marketing Effectiveness Review (MER)
1. Manajer Sales & Marketing (Ibu Feby)
2. Manajer HRD & Umum (Ibu Hilda)
3. Kepala Pendidikan & Pelatihan (Bpk Cecep)
- 3 orang
Sumber : Hasil kuesioner penelitian (2009)
4.3 Data dan Instrumen
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari pihak internal dan eksternal perusahaan.
47
Data primer diperoleh melalui observasi langsung, wawancara mendalam, serta
pengisian kuesioner. Wawancara mendalam kepada karyawan perusahaan
dilakukan untuk mengetahui kegiatan operasional perusahaan selama ini baik dari
segi penentuan kegiatan yang ditawarkan, pelayanan kepada pelanggan, maupun
pemasaran. Wawancara mendalam kepada pengunjung dilakukan untuk
memperoleh informasi yang objektif mengenai kinerja perusahaan terkait kualitas
produk yang ditawarkan maupun pelayanan yang diberikan kepada pelanggan.
Sedangkan wawancara kepada pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dilakukan
untuk memperoleh informasi mengenai kondisi industri pariwisata yang terjadi.
Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen perusahaan, buku, situs internet,
skripsi, dan beberapa instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), dan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor.
Alat pengumpul data yang digunakan yaitu kuesioner. Terdapat tiga jenis
kuesioner yakni Company Alignment Profile (CAP), Competitive Setting Profile
(CSP), serta Marketing Effectiviness Review (MER).
4.4 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara
mendalam, serta pengisian kuesioner. Observasi dilakukan melalui pengamatan
langsung di lokasi penelitian sebagai bahan pertimbangan data hasil wawancara.
Wawancara mendalam dilakukan dalam bentuk diskusi dan percakapan
dua arah antara pihak manajemen perusahaan, karyawan perusahaan, serta pihak
eksternal perusahaan dengan peneliti. Peneliti menjelaskan konsep penelitian yang
akan dilakukan baik tujuan yang akan dicapai, alat analisis yang digunakan,
maupun komponen yang akan dianalisis. Selanjutnya peneliti memberikan
kesempatan responden untuk bertanya mengenai konsep penelitian sehingga
terbentuk diskusi dan percakapan dua arah. Kedua belah pihak menjadi mengerti
tentang konsep penelitian, dan peneliti memiliki pengetahuan kondisi perusahaan.
Pengisian kuesioner dilakukan melalui wawancara mendalam. Peneliti
memberikan beberapa pertanyaan terkait dengan variabel-variabel yang digunakan
dan responden di minta manjawab memberikan argumentasinya sebagai bahan
pertimbangan peneliti dalam memberikan penilaian.
48
4.5 Metode Pengolahan Data
Metode pengolahan data menggunakan konsep audit pemasaran
(Competitive Audit) berdasarkan kerangka kerja The Strategic Marketing Plus
2000 yang dikeluarkan oleh Kartajaya dan konsep strategi kontrol (Strategic
Control) yang dikeluarkan oleh Kotler. Analisis data dilakukan secara kualitatif
dan kuantitatif. Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel dan uraian.
4.5.1 Strategic Marketing Plus 2000
Audit pemasaran Strategic Marketing Plus 2000 yaitu competitive audit
dengan melibatkan partisipasi dari manajemen perusahaan yang terlibat dalam
perumusan atau implementasi startegi atau taktik perusahaan, serta pihak eksternal
perusahaan yang memiliki pengetahuan tentang kondisi perusahaan maupun
persaingannya. Elemen penilaian yang digunakan empat C (4C), diantaranya:
Costumer (C1), Company (C2), Competitor (C3), serta Change-Driver (C4).
Pihak manejemen perusahaan yang menjadi responden harus kompeten
terhadap pemasaran yang ditetapkan perusahaan. Selain itu, harus memiliki
pengetahuan yang cukup dalam memberikan pendapat atau penilaian terhadap
elemen dan dimensi Strategic 4C, serta strategi yang diterapkan perusahaan.
Hasil competitive audit mendapatkan profil kondisi internal perusahaan
seperti strategi, taktik, dan nilai (Company Alignment Profile), serta profil kondisi
eksternal atau lingkungan bisnis yang mempengaruhi perusahaan (Competitive
Setting Profile). Lembar CAP diisi oleh pihak manajemen perusahaan dengan cara
management judgment , dan lembar CSP diisi oleh pihak internal dan eksternal
perusahaan yaitu pengunjung, dan pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Bogor, mengakibatkan hasilnya bersifat kualititaf. Maka dari itu,
menggunakan skala untuk mentransformasikan penilaian kualitatif menjadi
kuantitaif. Transformasi tersebut dilakukan dengan menggunakan 5 point scale,
yakni dari skor 1(satu) sampai 5 (lima).
4.5.1.1 Company Alignment Profile (CAP)
Pengisian lembar CAP dilakukan dengan memeriksa tiga elemen yaitu
strategi, taknik dan nilai yang ditetapkan perusahaan. Lembar CAP diisi oleh
responden menggunakan pedoman (Tabel 9) untuk skor 1 (satu) sampai 5 (lima).
49
Tabel 9. Pedoman Pengisian Company Alignment Profile (CAP)
Type of marketing No Marketing Mass Marketing
Segmentasi Marketing
Niche Marketing
Individul Marketing
Str
ateg
iSegmentation Geographic Demographic Psychographic Behavioral Individulized
Targeting Every one Suitable one Chosen one A few good one
Some one
Positioning The only one The better one One statement Different one One to one
Tak
tik
Differentiation Good for company
Better than competitive
Preferred by costumer
Specialized for niche
Costumized for individuals
Marketing Mix 4AAssortmentAffordableAvailableAnnouncement
4BBestBergainingBuffer stockingBombarding
4PProductPricePlacePromotion
4VVarietyValueVenueVoice
4CCostumerSolution CostConvenienceCommunication
Selling Informing about product
Feature selling
Benefit selling Solution selling
Interacting for success
Val
ue
Brand Jaus a name Brand awareness
Brand association
Perceived quality
Brand loyalist
Service One business category
Value edded business
Value in use business
Costumer statisfying business
The only business category
Process System & procedure implementation
Interventional teamwork
Functional streamling
Total delivery reengineering
Extented value chain
Skor 1 2 3 4 5
Sumber : Kartajaya (2002)
Contoh pengisian lembar CAP yakni elemen segmentasi, responden dapat
mengevaluasi cara segmentasi yang dilakukan oleh perusahaan. Responden yang
merasa perusahaannya menggunakan geografi sebagai dasar segmentasi, maka
responden akan memberikan nilai satu (1) sesuai dengan pedoman yang telah
ditetapkan dalam pengisian CAP.
Elemen lembar CAP diantaranya: (1) segmentasi, (2) targeting, (3)
positioning, (4) diferensiasi produk, (5) bauran pemasaran, (6) penjualan, (7)
merek, (8) pelayanan, (9) proses. Jawaban responden atas pertanyaan yang
diajukan dalam kuesioner CAP (Lampiran 1) dimasukan dalam lembar CAP.
Apabila kuesioner CAP telah diisi oleh semua responden, selanjutnya menghitung
rata-rata setiap elemen CAP dengan menjumlahkan nilai seluruh responden untuk
setiap elemen dan dibagi jumlah responden. Skor rata-rata dari ke-sembilan
elemen dijumlahkan, lalu dibagi 9 akan diperoleh skor akhir yaitu Company
Alignment Index (CAI). Namun, sebelum ditetapkan CAI dilakukan uji validasi
menggunakan rumus simpangan baku dari Walpole (1995). Berikut matrik
pengisian lembar CAP:
50
Tabel 10. Matriks Company Alignment Profile (CAP)
CAP R1 R2 R3 Rata-rata Sdev
CA1
Strategy Segmentation
Targeting
Positioning
Tactics Differentiation
Marketing Mix
Selling
Value Brand
Service
Process
Total rata-rata CAI
Keterangan :R1-R3 : Responden yang mengisi form CAPSumber : Kartajaya (2002)
Skor CAI menggambarkan kondisi pemasaran yang dijalankan perusahaan
saat ini. Manajemen perusahaan dapat mengetahui tipe perusahaannya dari skor
CAI yang dihasilkan. Berdasarkan kerangka kerja Strategic Marketing Plus 2000,
terdapat lima tipe perusahaan yang dapat dilihat pada (Tabel 7), diantaranya:
1) Production Oriented Company (Tipe 2C), apabila skor CAI sebesar 1
2) Selling Oriented Company (Tipe 2,5C), apabila skor CAI sebesar 2
3) Marketing Oriented Company (Tipe 3C), apabila skor CAI sebesar 3
4) Market Driven Company (Tipe 4C), apabila skor CAI yang sebesar 4
5) Costumer Driven Company (Tipe 5C), apabila skor CAI yang sebesar 5
4.5.1.2 Competitive Setting Profile (CSP)
Responden yang mengisi lembar CSP diminta membayangkan situasi
persaingan untuk lima tahun mendatang. Variabel yang termasuk dalam lembar
CSP yaitu customer demand (permintaan pelanggan), competitive situation
(situasi persaingan), serta change-driver (perubahan lingkungan). Pada setiap
elemen terdapat tiga variabel yang menjadi pedoman dalam pengisian CSP.
Customer demand (C2) memiliki elemen enlighted (tercerahkan),
informationalized (tahu informasi), dan empowered (berkemampuan). Competitive
situation (C3) memiliki elemen general (umum), aggressiveness (agresifitas),
51
serta capability (kapabilitas). Sedangkan change-driver (C4) memiliki elemen
teknologi, ekonomi, dan pasar. Setiap elemen pada lembar CSP memiliki
beberapa pertanyaan yang dianggap dapat mewakili masing-masing elemen
tersebut. Kuesioner pertanyaan untuk setiap elemen terdapat pada (Lampiran 2).
Berikut matrik pengisian lembar CSP.
Tabel 11. Matriks Competitive Setting Profile (CSP)
CSP R1 R2 R3 Sdev Rata-rata
C2
Customer
EnlightenedABC
Informationalized
ABCD
EmpoweredAB
C3
Competitor
GeneralABC
Aggressiveness
ABCDEF
Capability
ABCDEF
C4
Change –Driver
Technology
ABCD
Sosekbud
ABCD
MarketAB
Competitive Setting Index
Keterangan :R1-R3 : Responden yang mengisi form CSPA,B,C,D,E, dsb : Pertanyaan-pertanyaan yang menggambarkan elemenSumber : Kartajaya (2002)
52
Pengisian lembar CSP dengan memberikan skor 1 (satu) hingga 5 (lima).
Skor satu menunjukkan elemen yang diukur sangat rendah kinerjanya, sedangkan
skor lima menunjukkan elemen yang diukur sangat tinggi kinerjanya. Setiap
responden malakukan penilaian terhadap masing-masing elemen yang terdapat
pada lembar CSP. Apabila kuesioner CSP telah diisi oleh semua responden,
selanjutnya menghitung rata-rata setiap elemen. Masing-masing skor dari setiap
elemen dijumlahkan, kemudian dibagi dengan jumlah responden sehingga
diperoleh skor rata-rata tiap elemen. Skor rata-rata tiap elemen dijumlahkan dan
dibagi dengan jumlah elemen dari masing-masing variabel sehingga diperoleh
skor rata-rata tiap variabel. Skor rata-rata dari ke-sembilan elemen dijumlahkan,
lalu dibagi Sembilan sehingga diperoleh skor akhir yaitu Competitive Setting
Index (CSI). Namun, Sebelum ditetapkan CSI (Competitive Setting Index), harus
dilakukan uji validasi menggunakan rumus simpangan baku / standar deviasi dari
Walpole (1995).
CSI digunakan untuk melihat situasi persaingan yang akan dihadapi.
Terdapat lima kategori situasi persaingan bisnis dapat dilihat pada (Tabel 6).
1) Situasi stabil (C2), apabila skor CSI yang diperoleh yaitu 1
2) Situasi terganggu (C2,5), apabila skor CSI yang diperoleh yaitu 2
3) Situasi rumit (C3), apabila skor CSI yang diperoleh yaitu 3
4) Situasi canggih (C3,5), apabila skor CSI yang diperoleh yaitu 4
5) Situasi kacau (C4), apabila skor CSI yang diperoleh yaitu 5
4.5.2 Standar Deviasi
Uji validasi dilakukan sebelum penetapan CAI maupun CSI. Uji validasi
menggunakan rumus simpangan baku/standar deviasi Walpole (1995).
Standar deviasi merupakan ukuran penyebaran untuk mengukur seberapa
besar data menyebar dari nilai tengahya. Semakin kecil sebarannya, maka data
semakin baik karena data memiliki tingkat penyebaran kecil dari nilai tengahnya.
Hal ini menunjukkan kehomogenan yang tinggi dan perbedaan data yang tidak
terlalu tinggi. Mengindikasikan bahwa responden memiliki persepsi dan
pemahaman sama terhadap pertanyaan yang diajukan. Perhitungan standar deviasi
menggunakan Microsoft Excel 2007. Berikut rumus perhitungan standar deviasi:
53
= ∑ ( 湡 − )− 1Xi = nilai x1, x2, x3, x4, x5 (jawaban masing-masing responden)
= nilai rata-rata (rata-rata jawaban seluruh responden)
n = jumlah responden
Menurut Rangkuti (2002), jika standar deviasi bernilai 10 persen dari
angka tertinggi atau kurang, maka jawaban responden sahih. Berdasarkan teori ini,
standar deviasi maksimal 0,5, yakni 10 persen angka tertinggi kuesioner yaitu 5.
1) Sdev ≤ 0,5; maka nilai CAI dan komponen-komponennya sah
2) Sdev ≥ 0,5; maka nilai CAI dan komponen-komponennya tidak sah
4.5.3 Analisis Kesenjangan (Gap)
Analisis kesenjangan merupakan analisis yang dilakukan untuk melihat
perbedaan kondisi internal perusahaan dengan situasi persaingan. Kerangka kerja
analisis kesenjangan yaitu membandingkan hasil competitive audit perusahaan,
yaitu indeks lingkungan perusahaan (CAI) dan indeks lingkungan industri (CSI).
Perhitungan kesenjangan dilakukan dengan mengurangkan skor CAI
dengan skor CSI. Hasil skor CAI menginformasikan orientasi pemasaran yang
dilaksanakan perusahaan saat ini, dan skor CSI menginformasikan situasi
persaingan bisnis untuk lima tahun mendatang. Hasil perhitungan kesenjangan
dijadikan sebagai pertimbangan dalam merumuskan orientasi pemasaran yang
harus dilaksanakan perusahaan sesuai dengan kondisi persaingan untuk lima tahun
mendatang. Terdapat tiga kemungkinan kesenjangan (Tabel 12) :
Tabel 12. Tipe Kesenjangan antara CAI dan CSI
Tipe Kesenjangan Ciri-ciri Artinya
Kesenjangan Positif CAI > CSI Strategi perusahaan lebih agresif daripada lingkungan bisnisnya
Kesenjangan Negatif CAI < CSI Strategi perusahaan tertinggal dari lingkungan bisnisnya
Kesenjangan Nihil CAI = CSI Strategi perusahaan sesuai dengan lingkungan bisnisnya
Sumber : Kartajaya (2002)
54
4.5.4 Marketing Effectiviness Review (MER)
MER adalah alat analisis yang digunakan untuk mengetahui efektifitas
sumberdaya pemasaran yang dimiliki perusahaan. Atribut yang dikaji diantaranya:
filosofi pelanggan, organisasi pemasaran yang terpadu, informasi pasar yang
memadai, orientasi strategis, serta efisiensi operasional. Masing-masing atribut
digambarkan oleh tiga pertanyaan dalam kuesioner pada (Lampiran 3).
Analisis MER bersifat kualitatif, sehingga pengukurannya membutuhkan
proses pengkuantitatifan melalui pembobotan. Bobot setiap pertanyaan dari
masing-masing atribut memiliki tiga pilihan yaitu 0 (nol), 1 (satu), atau 2 (dua).
Bobot 0 (nol) diberikan pada atribut yang tidak efektif sebaliknya bobot 2 (dua)
diberikan pada kategori yang paling efektif.
Tabel 13. Matriks Marketing Effectiviness Review (MER)
No Atribut MER R1 R2 R3 Rata-rata1.
Filosofi PelangganABC
2.Organisasi Pemasaran Terpadu
ABC
3.Informasi Pemasaran yang Memadai
ABC
4.Orientasi Strategis
ABC
5.Efisiensi Operasional
ABC
Total rata-rata MEI
Keterangan :R1-R3 : Responden yang mengisi form MERA,B,C, dsb : Pertanyaan-pertanyaan yang menggambarkan atributSumber : MER Kotler, 1995
Responden mengisi seluruh pertanyaan dengan memilih salah satu
jawaban yang paling sesuai dengan kondisi kinerja perusahaan. Selanjutnya
menghitung rata-rata setiap pertanyaan dari seluruh responden. Hasil rata-rata
setiap pertanyaan dijumlahkan dan dibagi jumlah pertanyaan sehingga diperoleh
nilai MEI (Marketing Effectiveness Index) yang nilainya antara 0 hingga 30.
55
Berdasarkan nilai MEI yang diperoleh dapat mengetahui kategori efektivitas
pemasaran yang dilakukan perusahaan (Tabel 14).
Tabel 14. Pedoman Kategori Efektivitas Pemasaran Perusahaan
Index Interval Kategori Pemasaran
0-5 Tidak Efektif
6-10 Kurang Efektif
11-15 Cukup Efektif
16-20 Baik
21-25 Sangat Baik
26-30 Luar Biasa
Sumber : Kotler (1995)
56
V DESKRIPSI UMUM KEBUN WISATA PASIR MUKTI
5.1 Sejarah dan Perkembangan
Hobi bercocok tanam Ibu Emily Turangan Senduk yang dikenal dengan
Ibu Lili menjadi awal berdirinya Kebun Wisata Pasir Mukti (KaWePe). Kecintaan
seorang ibu lulusan Teknologi Pertanian Universitas Gajah Mada terhadap
tanaman, tercermin dari ketangguhannya belajar bercocok tanam anggrek mulai
dari teknik budidaya hingga kultur jaringannya.
A. Th. Turangan, suami Ibu Lili melihat ketangguhan, semangat, dan
keseriusan istrinya dalam bercocok tanam mendorongnya untuk terus memberikan
dukungan dalam mengembangkan hobinya. Tahun 1979, Bapak A. Th. Turangan
yang mendapat tawaran tanah di desa Tajur, Citeureup langsung mengajak istrinya
untuk melihatnya. Tanah seluas 50 hektar tersebut terlihat kosong, sehingga beliau
bersama Chang Lie, Rius dan istrinya, serta Merry terus mempelajari kontur
tanah, stuktur tanah, aliran air, serta curah hujan untuk menentukan tanaman yang
cocok di tanam. Kondisi tanah yang berbatu dengan kandungan lempung yang
tinggi mencerminkan kesuburan tanah yang rendah. Kondisi tanah berbatu, dan
berkapur tidak mengurungkan niatnya serta menurunkan semangatnya untuk terus
bercocok tanam dan menjadikan lokasi tersebut sebagai kebun hobi. Menyingkapi
hal tersebut, ibu Lili terus belajar dan menerapkan budi daya tanaman buah dalam
pot atau tambulampot.
Kondisi perekonomian Indonesia yang terpuruk memotivasi Ibu Lili untuk
merubah kebun hobinya menjadi tempat wisata yang berorientasi edukatif. Hal ini
dikarenakan Indonesia sebagai negara pertanian dengan kekayaan dan Sumber
Daya Alam yang melimpah tidak memanfaatkan sektor pertanian. Selain itu,
masyarakat Indonesia khususnya sekolah memiliki minat yang rendah serta
pengetahuan yang kurang mengenai pertanian. Pendiri berkeinginan membuka
mata masyarakat Indonesia khususnya pelajar mengenai pertanian, serta
menumbuhkan minat masyarakat Indonesia khusunya pelajar terhadap pertanian.
Maka dari itu Ibu Lili mendirikan KaWePe sebagai lokasi wisata bernilai edukatif.
KaWePe didirikan tahun 2001, namun lokasi ini tidak langsung
dikomersilkan. Tanggal resmi pendirian KaWePe 2 April 2003 dengan status
perusahaan berbadan hukum. Tanggal tersebut sesuai dengan tanggal kelahiran
57
pendiri. Selama dua tahun lokasi ini hanya digunakan sebagai kebun hobi pemilik
serta tempat berlibur sanak saudara maupun teman pemilik. Selain itu, pemilik
memanfaatkan waktu tersebut untuk penyebaran kuesioner demi perkembangan
KaWePe sehingga dapat memberikan pelayanan terbaik pada pengunjungnya.
Nama Kebun Wisata Pasir Mukti dikarenakan lokasi berada diantara tiga
desa yaitu Tajur, Pasir Mukti, dan Gunung Sari. Meskipun demikian, hanya satu
tempat yang dijadikan nama lokasi ini yaitu Pasir Mukti. Pemilihan nama tersebut
dikarenakan dalam bahasa setempat Pasir Mukti berarti “tanah yang sejahtera”.
Hal ini mengandung harapan agar keberadaan perusahaan tersebut membawa
kesejahteraan tidak hanya untuk pemiliknya, tetapi juga untuk pengunjung,
karyawan, masyarakat sekitar, serta bangsa dan negara.
Konsep wisata yang berorientasi pengenalan pertanian ini memberikan
program kegiatan yang berhubungan dengan pertanian, serta penyediaan fasilitas
pendukung kegiatan pertanian. Hal ini tercermin dari visi KaWePe yaitu menjadi
objek wisata agro nasional yang berperan untuk kegiatan penelitian, pendidikan,
dan pelatihan agribisnis bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.
Target pasar utama KaWePe yaitu sekolah khususnya pelajar TK, SD,
SMP, dan SMA. Namun seiring dengan perkembangannya KaWePe terus
menambah target pasar tidak hanya sekolah tetapi masyarakat umum serta
perusahaan yang akan melakukan gathering. Perkembangan yang dilakukan
KaWePe bukan hanya pada target pasarnya saja melainkan juga pada program
kegiatan, fasilitas, maupun pelayanan untuk memuaskan pengunjungnya.
Awalnya KaWePe hanya terdiri dari beberapa kebun hobi seperti kebun
tanaman hias dan buah, serta fasilitas umum. Namun seiring banyaknya masukan
dan permintaan pengunjung, KaWePe terus malakukan perkembangan untuk
mendukung pencapaian tujuan pendirian KaWePe sebagai media pendidikan dan
pengenalan pertanian untuk generasi muda. Perkembangan dilakukan dengan
membangun fasilitas-fasilitas penunjang rekreasi, seperti restoran, penginapan,
fasilitas kolam lumpur, dan lainnya. Selain itu, terdapat pula penambahan kebun,
seperti kebun sayuran, tanaman obat, dan kebun palawija, serta penambahan
koleksi tanaman dan buah-buahan.
58
Tanggal 29 April 2005, KaWePe menetapkan buah Jeruk Katsuri sebagai
maskot kebun. Pemilihan jeruk Katsuri, dikarenakan jeruk tersebut cukup mudah
tumbuh di tanah yang kurang subur dan berkapur, seperti di Pasir Mukti serta
tidak diperlukan perawatan yang sulit dan khusus. Jeruk tersebut belum populer di
Indonesia karena rasanya yang asam serta belum banyak yang menanam atau
membudidayakannya. Namun, di kampung halaman Ibu Lily di Manado, Sulawesi
Utara buah tersebut sangat banyak dibudidayakan dan dikenal dengan nama buah
“Lemong Cui”. Saat ini, salah satu ciri khas KaWePe yaitu menetapkan Lemong
Cui sebagai minuman selamat datang untuk pengunjungnya.
5.2 Lokasi dan Layout Kebun Wisata Pasir Mukti
Kebun Wisata Pasir Mukti (KaWePe) merupakan kebun wisata agro ramah
lingkungan dengan panorama hamparan sawah diantara kebun buah dan kolam
ikan. KaWePe terletak di Jl. Raya Tajur, Desa Pasirmukti Km 4, Kecamatan
Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sedangkan kantor pusat KaWePe
bertempat di Jl. Iskandarmuda 2A, Arteri Pondok Indah, Jakarta Selatan. KaWePe
terletak diantara tiga desa yaitu Tajur, Pasir Mukti, dan Gunung Sari.
Penataan lokasi disesuaikan dengan konsep pertanian yakni lokasi wisata
alam terbuka (Lampiran 4). Hal ini ditunjang oleh letak KaWePe yang berada di
samping Sungai Cileungsi sehingga menambah suasana kealamiahaan.
Pengunjung yang datang harus menyiapkan diri dengan stamina yang cukup untuk
mengetahui seluruh tempat yang terdapat di KaWePe. Luas area KaWePe 50
hektar, namun yang digunakan untuk lokasi wisata hanya seluas 15 hektar dan
sisanya digunakan sebagai area persawahan dan perkebunan jati. Area wisata
dibagi menjadi beberapa tempat dan fasilitas penunjang untuk mendukung
program kegiatan yang ditawarkan. Berikut tempat-tempat di KaWePe:
1) Taman Anggrek
Taman anggrek merupakan tempat budidaya dan perawatan aggrek.
Terdapat banyak jenis anggrek yang dibudidayakan, diantaranya
Dendrobium, Phalaenopsis, Oncidium, Cattleya. Selain itu, terdapat pula
tanaman hias lain yang dibudidayakan baik untuk disewa maupun dibeli.
Pengunjung akan diberikan tips dan demo gratis perawatan tanaman.
Pengunjung dapat pula membeli atau melihat parsel tanaman hidup.
59
2) Kebun Tabulampot
Kebun tabulampot merupakan sebuah kebun yang didesain untuk mengatasi
keterbatasan lahan maupun ketidaksesuaian tanah. Terdapat beraneka ragam
pohon buah yang ditanam dalam pot. Pohon buah tersebut diantaranya:
jambu, mangga, rambutan, belimbing, lemong cui, dan lainnya. Pada lokasi
ini pengunjung dapat mengikuti paket pelatihan agrowisata dan demo
pembuatan tabulampot. Selain itu, pengunjung dapat memanfaatkan jasa
layanan perawatan secara berkala dirumah oleh petugas agro.
3) Kebun Buah
Lokasi ini berisi tanaman buah tropis yang beranegaram untuk menambah
pengetahuan pengunjung. Pengunjung dapat menikmati acara andalan
KaWePe yaitu petik buah. Selain itu, lokasi ini dapat dijadikan tempat
berolah raga di alam terbuka serta tempat merayakan ulang tahun dalam
suasana “garden party” dengan nuansa alam yang indah dan romantis.
4) Kolam Pancing
Kolam pemancingan berisi berbagai macam ikan yaitu ikan mas, gurame,
nila, dan bawal. Pengunjung dapat menyalurkan hobi memancing dan
menikmati hasil pancingannya di Resto Bakudapa. Selain itu, pengunjung
dapat belajar memancing, memberi makan ikan, serta foto bersama ikan
hasil pancingannya sebagai atraksi yang menarik dan mendidik bagi anak-
anak. Pengelola menyediakan saung-saung kecil di pinggir kolam, sehingga
memberikan kemudahan dan kenyamanan pengunjung yang sedang
menyalurkan hobi memancingnya. Hal ini menyebabkan pengunjung dapat
beristirahat sekaligus menyalurkan hobi memancingnya.
5) Arena Kolam Lumpur
Arena kolam lumpur adalah lokasi bermain di KaWePe yang paling diminati
pengunjung khususnya anak-anak. Pengunjung dapat bermain dan belajar
kembali ke alam untuk menambah kecintaannya pada pertanian, serta
menguji kekompakkan dan kerja samanya. Terdapat aneka permainan di
kolam lumpur yaitu tarik tambang, tangkap belut, adu tinju, serta belajar
membajak dengan bajak tradisional yang dibantu tenaga binatang.
60
6) Kebun Sayur dan Rumah Kaca
Kebun sayur luasnya tidak terlalu besar. Jumlah rumah kaca di KaWePe pun
hanya dua unit. Pendirian lokasi ini bertujuan untuk memberikan gambaran
dan pengetahuan kepada pengunjung mengenai sayuran dan rumah kaca.
Pengunjung dapat melihat sekaligus belajar cara menanam sayur, merawat
sayuran, hingga ikut panen sayur. Selain itu, pengunjung dapat membawa
hasil panen atau membeli sayuran sebagai buah tangan wisata di KaWePe.
7) Pondok Minahasa
Pondok Minahasa merupakan tempat penginapan di KaWePe dengan
arsitektur Minahasa. Pengunjung dapat menginap di rumah kayu dengan
kenyamanan seperti di hotel berbintang. Terdapat delapan unit pondok di
KaWePe. Setiap pondok dilengkapi AC,TV, serta fasilitas kamar mandi
dengan air panas dan dingin. Pengunjung yang menginap mendapat
minuman Lemong Cui, keranjang petik buah, makan pagi dan malam,
fasilitas pemancingan, serta pemanduan wisata pagi hari. Setiap pondok
memiliki jumlah kamar, fasilitas, serta harga yang berbeda (Lampiran 5)
8) Resto Bakudapa
Resto Bakudapa merupakan restoran di KaWePe yang menyajikan berbagai
macam menu khas Minahasa. Sebagian besar bahan baku restoran berasal
dari hasil kebun di KaWePe. Salah satu minuman favorit serta minuman
selamat datang KaWePe yaitu Lemong Cui. Desain restoran dibuat dengan
arsitektur yang menarik serta penataan lokasi yang dapat menambah
kenyaman pengunjung. Pengunjung tidak hanya menikmati makanan, tetapi
juga melihat pemandangan indah berupa hamparan sawah, kebun buah, serta
kebun tambulapot.
9) Area Kemping dan KaWePe Outbound
Area kemping di KaWePe berupa lahan luas berumput hijau diantara
pepohonan dengan pemandangan asri kebun buah, hamparan sawah, aliran
sungai, dan bukit karang. Pada lokasi ini pengunjung dapat mengikuti
pembelajaran kembali ke alam, seperti outbound di siang hari, dan api
unggun di malam hari. Area kemping dilengkapi dengan fasilitas penunjang
seperti kamar mandi, tempat mencuci, serta dapur umum.
61
10) Wale Tonas dan Menara Klabat
Wale Tonas dan Menara Klabat merupakan lokasi di KaWePe yang didesain
untuk acara pertemuan atau rapat kerja bagi keluarga besar, organisasi, dan
perusahaan. Ruang pertemuan ini terdiri dari beberapa jenis, tergantung
jumlah pesertanya mulai dari yang terkecil hingga ruang dengan kapasitas
150 orang. Pada tempat ini dilengkapi fasilitas ruang pertemuan serta
penginapan yang dapat mendukung kesuksesan acara pengunjung.
11) Taman Bermain
Taman bermain merupakan lokasi di KaWePe yang didesain sebagai tempat
bermain untuk pengunjung. Pada lokasi ini terdapat berbagai macam
permainan anak seperti ayunan, perosotan, jungkat-jangkit, serta permainan
lainnya. Selain itu, lokasi ini dikelilingi pohon rambutan, sehingga
pengunjung dapat berlari bebas diantara pohon rambutan.
12) Saung Cilu’Ba
Saung Cilu’Ba merupakan salah satu tempat berupa saung di KaWePe yang
didesain sebagai lokasi bermain untuk balita. Tempat ini di buat seperti
rumah yang berisi berbagai permainan untuk balita, seperti mandi bola,
rumah boneka, dan permainan lainnya. Pada lokasi ini disediakan pula
tempat istirahat untuk ibu dan bayi.
13) Museum Padi dan Lumbung Padi
Museum padi adalah salah satu tempat di KaWePe untuk menambah
pengetahuan pengunjung tentang peralatan pertanian dari berbagai daerah,
seperti gerabak sapi dari Jogja, caping tani dari Bali, dan lainnya. Sedangkan
lumbung padi sebagai tempat membersihkan padi dari kulit gabahnya. pada
lokasi lumbung padi pengunjung dapat belajar dan membantu ibu tani yang
sedang membersihkan padi.
14) Pondok Ole-ole
Pondok Ole-ole merupakan tempat di KaWePe yang menjual berbagai hasil
produksi KaWePe yang dijadikan oleh-oleh wisata. Terdapat berbagai jenis
olahan hasil kebun yang dijadikan buah tangan, diantaranya: sirup Lemong
Cui, selai, tanaman, buah, tanaman, dan lainnya.
62
15) Rumah Tani
Rumah tani adalah sebuah rumah di KaWePe yang didesain seperti rumah
petani pada umumnya. Terdapat jenis ternak yang di pelihara pak tani seperti
sapi, kambing, domba, ayam, dan lainnya. Pembuatan lokasi ini memberikan
gambaran serta pengetahuan mengenai kehidupan petani. Pengunjung dapat
memberi makan dan bermain bersama ternak.
16) TOGA / Apotik Hidup
Lokasi ini adalah tempat yang memberikan pengetahuan pengunjung
mengenai kekayaan tanaman obat tradisional. Pengunjung di perkenalkan
dan dijelaskan mengenai jenis-jenis tanaman obat beserta khasiatnya.
Terdapat berbagai jenis koleksi tanaman obat serta rempah-rempah yang
dapat digunakan untuk obat. Pengunjung dapat mencoba minuman
tradisional (jamu) dari olahan hasil panen di TOGA.
17) Arena Combait dan Paintball
Lokasi ini merupakan tempat yang dikhususkan untuk arena permainan
simulasi perang ala tentara yaitu Combait dan Paintball. Permainan ini
tergolong baru di KaWePe berdasarkan permintaan pengunjung untuk
menambah kebahagiaan pengunjung.
18) Kampung Pelangi
Kampung pelangi merupakan sebuah lokasi yang didesain menjadi sebuah
kampung kecil yang terdiri dari rumah petani disertai berbagai jenis hewan
peliharaan seperti burung, bebek, kambing, kerbau, dan kolam ikan.
Kegiatan yang dapat dilakukan diantaranya mengelus marmut, menunggang
kerbau, menyerok ikan, memberi makan ternak, serta memancing ikan.
5.3 Stuktur Organisasi
Stuktur organisasi KaWePe merupakan stuktur dari divisi dan sub-divisi
terkait dengan pelimpahan wewenang dari pimpinan tertinggi kepada unit
dibawahnya serta deskripsi pekerjaan setiap divisi maupun sub divisi. Stuktur
organisasi KaWePe berbentuk datar yakni terdiri dari tiga jenjang jabatan yaitu
direktur utama, divisi, dan sub divisi. Stuktur organisasi KaWePe bersifat dinamis
mengikuti kebutuhan, perubahan dan perkembangan KaWePe (Lampiran 6)
63
Pembagian tugas dalam stuktur organisasi KaWePe tidak bersifat kaku.
Hal ini dikarenakan masing-masing divisi maupun sub divisi tidak terpaku hanya
pada tugasnya masing-masing, tetapi dapat merangkap melaksanakan tugas dari
divisi lainnya, seperti direktur utama sebagai perencana, pengawas dan
mengkoordinasikan seluruh divisi-divisi di KaWePe ikut serta dalam kegiatan
pemasaran perusahaan.
1) Dewan Komisaris
Dewan komisaris merupakan posisi tertinggi stuktur organisasi KaWePe.
Posisi ini diisi oleh Ibu Emily Turangan Senduk sebagai pendiri sekaligus
pemilik KaWePe. Dewan komisaris bertugas mengawasi serta mengontrol
seluruh kegiatan perusahaan secara tidak langsung, melalui pertanggung
jawaban direktur utama. Meskipun demikian, terkadang dewan komisaris
mengawasi dan mengontrol secara langsung kegiatan perusahaan di
lapangan serta memberikan masukan-masukan kepada direktur utama untuk
perkembangan KaWePe.
2) Direktur Utama
Direktur utama ditempati oleh putra sulung Ibu Lily yaitu Bapak Hibran
Steven Turangan Senduk. Direktur utama memiliki kewenangan penuh
dalam pengambilan keputusan yang bertugas terkait dalam pembuatan
perencanaan-perencanaan untuk kelangsungan dan perkembangan KaWePe,
mengatur, mengawasi, dan mengkoordinasikan seluruh divisi dan sub divisi
dalam stuktur organisasi KaWePe. Selain itu, direktur utama bertugas
melaporkan dan menginformasikan kondisi KaWePe kepada pemilik atau
dewan komisaris.
3) Finance & Accounting
Posisi manajer keuangan diduduki Ibu Jani yang memiliki tugas terkait
pengontrolan dan pencatatan seluruh pemasukan dan pengeluaran keuangan
perusahaan, mengkoordinasikan seluruh kegiatan keuangan, serta melakukan
analisa keuangan kegiatan perusahaan meliputi analisa arus kas, dan analisa
biaya-biaya. Hasil pencatatan keuangan dijadikan sebagai salah satu alat
kontrol perusahaan terkait dengan kondisi perkembangan perusahaan.
64
Terdapat tiga sub divisi yang saling berkoordinasi untuk menghasilkan
laporan keuangan yang baik dan benar.
a) Purchasing
Puschasing bertugas dalam pembelian input produksi dan barang
kebutuhan lainnya, serta mencari dan menganalisis kondisi harga-harga
input produksi tanaman, seperti bibit, pupuk, peralatan, dan lain-lain,
serta barang-barang kebutuhan lainnya baik untuk penginapan, kolam
pemancingan, peralatan kantor, maupun bahan-bahan restoran.
Pertimbangan yang dilakukan dalam pembelian bahan baku yaitu harga
dan kualitas. Purchasing berusahan mencari penawaran-penawaran
harga yang murah, namun memiliki kualitas yang baik.
b) Kasir
Kasir bertugas menjual tiket maupun barang-barang lainnya di loket atau
Point Of Sales (POS) di beberapa tempat seperti di Pondok Ole-ole, tiket
masuk, Kolam Pemancingan, Resto Bakudapa, lokasi Outbound,
Kampung Pelangi, serta Saung Cilu’Ba. Kasir bertanggung jawab
melaporkan pendapatannnya setiap kepada General Kasir.
c) Accounting
Accounting bertugas menyusun laporan pengeluaran dan pemasukan
seluruh keuangan KaWePe. Data keuangan ini menjadi alat kontrol
melihat kondisi perusahaan, serta sebagai pedoman dalam pembelian
stok bahan baku baik kebutuhan agro, wisata, maupun kantor.
4) HRD & Umum
Manajer HRD & umum diduduki Ibu Hilda yang bertugas dalam
pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) serta fasilitas-fasilitas
perusahaan. Terdapat lima sub divisi yangpada divisi ini, diantaranya:
a) Human Resource
Tugas divisi ini berkaitan dengan pengelolaan SDM KaWePe yaitu
tenaga kerja terutama untuk pengembangan kualitas tenaga kerja
terutama pengetahuan dan pelayanan terhadap pengunjung. Human
resource bertanggung jawab dalam kegiatan perekrutan tenaga kerja dan
kegiatan pelatihan untuk tenaga kerja.
65
b) Penelitian dan Pengembangan (Litbang)
Divisi ini berkaitan dengan kegiatan penelitian baik yang dilakukan oleh
pihak perusahaan maupun pihak lain seperti mahasiswa dan pihak dinas.
Litbang bertugas mengevaluasi kinerja program-program serta kondisi
secara keseluruhan, maupun meneliti kekurangan yang dibutuhkan untuk
mengembangkan KaWePe. Hasil yang diperoleh dari kegiatan penelitian
di serahkan kepada divisi pengembangan untuk merealisasikan kegiatan
pengembangan yang harus dilaksanakan.
c) Umum
Umum adalah sub divisi yang bertugas mengelola seluruh fasilitas yang
terdapat di KaWePe. Divisi ini bertugas merawat, memelihara dan
memperbaiki fasilitas-fasilitas perusahaan. Fasilitas dapat berupa
properti maupun bukan properti seperti got, listrik, dan lainnya.
d) Security
Sub divisi ini bertugas menjaga keamanan KaWePe meliputi
pemeriksaan kendaraan pengunjung sebelum masuk ke KaWePe, dan
mengelilingi KaWePe untuk melihat kondisi keamanan perusahaan.
5) Sales & Marketing
Manajer sales & marketing diduduki Ibu Feby Ginting. Tugas divisi ini
berhubungan dengan pengelolaan peningkatan kunjungan serta pelayanan
pada pangunjung.
a) Pemandu
Pemandu berfungsi sebagai pengarah dan pemberi informasi kepada
pengunjung. Tugasnya yaitu mengatur dan mengarahkan pengunjung
yang mengikuti paket wisata, serta memberikan infomasi terkait dengan
materi yang disampaikan. Pemandu merupakan bagian yang paling vital
karena berhubungan dengan pemahaman pengunjung terhadap materi.
Terdapat dua jenis pemandu yaitu pemandu tetap dan pemandu
panggilan. Meskipun demikian, antara kedua pemandu memperoleh
pelatihan dan pengetahuan yang sama mengenai program KaWePe.
Pemandu panggilan digunakan saat jumlah pengunjung melebihi target
yang ditetapkan.
66
b) Promotion & Business Development
Sub divisi ini bertugas membuat perencanaan dan memformulasikan
kegiatan promosi, melaksanakan kegiatan promosi perusahaan untuk
memperkenalkan perusahaan kepada seluruh masyarakat dan menarik
pengunjung serta melihat potensi yang dimiliki perusahaan sebagai
upaya untuk mengembangkan perusahaan.
c) Community Relation
Sub divisi ini merupakan jembatan antara KaWePe dengan masyarakat
sekitar. Tugasnya yaitu menjalin kerja sama antara perusahaan dengan
perangkat desa wilayah sekitar terkait perekrutan tenaga kerja. Selain itu,
mencari informasi mengenai kebutuhan masyarakat sekitar dan
memberikan bantuan berupa pembuatan fasilitas umum seperti toilet
umum serta lapangan olahraga untuk remaja desa menyalurkan hobinya.
Adapun kegiatan lain yang dilakukan yaitu memotivasi semangat belajar
siswa-siswi sekolah di sekitar lokasi dengan mengundang dan menjamu
siswa-siswi berprestasi. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menjalin
hubungan baik serta keberadaan KaWePe dapat pula mengembangkan
wilayah dan masyarakat sekitar.
6) Wisata
Wisata merupakan divisi di KaWePe yang berkaitan dengan kegiatan-
kegiatan wisata yang di tawarkan kepada pengunjung yang bertujuan untuk
memberikan kegembiraan dan kebahagiann kepada pengunjung.
a) Food & Beverage
Sub divisi ini memiliki tugas terkait penyediaan makanan dan minuman
baik untuk pengunjung maupun pekerja. KaWePe memiliki sebuah resto
yang bertugas menyediakan seluruh makanan dan minuman baik untuk
pengunjung maupun untuk pekerja.
b) House Keeping
Sub divisi ini memiliki tugas berkaitan dengan penyedian tempat
penginapan, dan pengelolaan terhadap tempat wisata. Sub divisi ini
bertanggung jawab atas delapan penginapan serta tempat wisata yang
67
berada di KaWePe baik kebersihan, keamanan, maupun kenyaman,
maupun jadwal pemakaian untuk digunakan pengunjung.
c) Front Office
Sub divisi ini memiliki tugas berkaitan dengan pelayanan informasi
maupun pemesanan dan penjualan tiket. Tugasnya memberikan
penjelasan kepada pengunjung terkait dengan paket-paket wisata yang
ditawarkan serta mengatur jadwal kunjungan terutama yang berasal dari
pesanan melalui telepon untuk menghindari terjadinya bentrok.
d) Kebun Area Sewa
Sub divisi ini bertugas mengelola kebun-kebun atau area-area yang
disewakan untuk ulang tahun maupun pernikahan. Sub divisi ini
menjaga kebersihan, keamanan, dan kenyaman kebun yang akan
disewakan.
7) Agro
Agro merupakan divisi utama yang terdapat di KaWePe terutama berkaitan
dengan konsep pendidikan pertanian yang ditawarkan kepada pengunjung.
Divisi ini memiliki tugas berkaitan dengan penanaman, perawatan hingga
pemanenan hasil kebun. Selain itu, memberikan pengetahuan berupa
informasi, serta mengajarkan teknik-teknik menanam, mencangkok,
memberi pupuk, menyiram tanaman, serta merawat tanaman kepada
pengunjung. Divisi agro mengelola beberapa jenis kebun yang terdapat di
KaWePe. Kebun tersebut, diantaranya: kebun sayur, kebun anggrek,
tanaman hias, tanaman buah, tanaman obat (TOGA), kebun pembibitan, dan
kebun palawija. Divisi ini tidak hanya mengelola kebun untuk pembelajaran,
tetapi juga mengelola kebun untuk di komersilkan atau digunakan sebagai
bahan baku makanan di Resto Bakudapa.
8) Pengembangan
Pengembangan merupakan divisi yang berkaitan dengan perkembangan
KaWePe. Pengembangan dapat berupa pengembangan fasilitas yang sudah
ada atau pembuatan inovasi baru. Divisi ini melanjutkan tugas dari divisi-
divisi yang menyusun rencana pengembangan yakni merealisasikan kegiatan
68
pengembangan yang dibuat Litbang serta sub divisi Promotion &
Development.
5.4 Paket Wisata dan Fasilitas Penunjang
KaWePe merupakan lokasi wisata dengan konsep wisata agro tidak hanya
sebagai tempat bermain, tetapi juga memberikan nilai tambah berupa pengetahuan
dan pengalaman dibidang pertanian. Objek wisata yang berorientasi edukatif ini,
memiliki target pasar utama sekolah. Hal ini dikarenakan potensi pertanian
Indonesia sangat tinggi, namun tidak dijadikan tulang punggung perekonomian.
Selain itu, rendahnya minat dan pengetahuan generasi muda saat ini terhadap
pertanian. Maka dari itu, lokasi ini memiliki konsep yang beda yakni
memperkenalkan pertanian sejak dini pada generasi muda. Hal ini tercermin dari
visi KaWePe yaitu menjadi objek wisata agro nasional yang berperan untuk
kegiatan penelitian, pendidikan, dan pelatihan agribisnis bagi wisatawan domestik
maupun mancanegara.
KaWePe menawarkan berbagai aktivitas yang berorientasi edukatif di
bidang pertanian. Hal ini bertujuan agar pengunjung tidak hanya memperoleh
kegembiraan, tetapi juga mendapatkan pengetahuan dan pengalaman berharga di
bidang pertanian. KaWePe merangkum aktivitas yang ditawarkannya menjadi
paket Edukatif Agropintar. Paket Edukatif Agropintar ditujukan untuk beberapa
kelompok dengan program kegiatan yang berbeda untuk setiap kelompok sesuai
dengan jenjang usianya. Agropintar merupakan salah satu ciri yang membedakan
KaWePe dengan lokasi wisata lainnya. Maka dari itu, KaWePe pada bulan April
2008 meresmikan Agropintar sebagai motto dan nama paket yang ditawarkan.
Kondisi ini dikarenakan semakin banyak lokasi wisata baru yang bermunculan
dan mengikuti konsep Agropintar KaWePe.
Program kegiatan KaWePe sebagian besar dibuat dalam paket wisata.
Paket wisata KaWePe memiliki beberapa jenis sesuai target pasarnya. Meskipun
demikian, KaWePe membuka kesempatan pengunjung yang tidak mengikuti paket
wisata hanya berkeliling dan melihat KaWePe atau mancing bersama keluarga.
Biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 12.500 dengan fasilitas parkir gratis,
minuman selamat datang, serta asuransi kecelakaan. Berikut paket wisata yang di
tawarkan beserta program kegiatan dan biaya yang dikeluarkan:
69
1) Paket Edukatif Agropintar
Paket Edukatif Agropintar yaitu paket utama yang ditawarkan KaWePe.
Paket ini dibuat untuk seluruh usia yang dirancang secara menarik,
menyenangkan, namun mencerdaskan. Paket Agropintar dapat diikuti
pengunjung minimal 20 orang dengan harga Rp. 65.000/orang. Pengunjung
didampingi seorang pemandu dengan fasilitas tenda dan makan siang (box).
a) Kelompok bermain & Taman Kanak-kanak
Pada kelompok ini program kegiatan yang ditawarkan adalah frutiwok,
menyiram tanaman, dunia unggas, serta dunia ikan.
b) SD kelas 1- kelas 3
Program kegiatan yang ditawarkan yaitu memetik buah / panen sayuran,
mengenal tubuh tanaman, dunia unggas, dunia ikan, serta memancing
c) SD kelas 4- kelas 6
Program kegiatan yang ditawarkan yaitu memetik buah / panen sayuran,
belajar reproduksi tanaman, dunia unggas, dunia ikan, serta memancing
d) SMP dan sederajat
Program kegiatan yang ditawarkan yaitu demo cangkok, lingkungan
hidup dan biopori, dunia ikan, memancing, serta belajar hidroponik.
e) SMA dan sederajat
Kegiatan yang ditawarkan pertanian Indonesia, demo pemangkasan,
lingkungan hidup dan biopori, dunia ikan, memancing, serta hidroponik.
f) Dewasa umum
Program kegiatan yang ditawarkan yaitu perkenalan pertanian Indonesia,
demo perangkap lalat buah, hidroponik, serta belajar jenis-jenis tanaman
obat keluarga dan jamu serta manfaatnya untuk kehidupan sehari-hari.
2) Paket Agro Junior
Paket Agro Junior hampir sama dengan paket Edukatif Agropintar karena
pengunjung didampingi seorang pemandu. Namun jumlah minimum
penggunanya 10 orang dengan biaya yang lebih besar yaitu Rp. 100.000 /
orang. Kegiatan yang dilaksanakan yaitu membajak sawah dan menanam
padi, merawat tanaman, melukis caping, makan siang, snack, serta sertifikat.
70
3) Paket Anak Tani
Paket Anak Tani untuk pengunjung yang menginap. Pengunjung menginap
2 hari 1 malam dengan fasilitas penginapan Pondok Minahasa, makan dan
snack sebanyak tiga kali. Kegiatan yang ditawarkan yaitu membajak sawah
dan menanam padi, belajar di Rumah Tani, api unggun dan pertualan malam
hari, serta sertifikat. Pengunjung didampingi seorang pemandu. Biaya yang
dikeluarkan sebesar Rp 300.000/orang dengan jumlah minimal 20 orang.
4) Paket Agro Adventure
Paket ini hampir sama dengan paket Anak Tani, namun lokasi menginap di
tenda. Kegiatan yang ditawarkan yaitu membajak sawah, menanam padi,
belajar di Rumah Tani, off road track, cara bertahan hidup di alam, api
unggung, serta pertualangan malam hari. Paket ini dapat diikuti minimal 20
orang dengan biaya Rp. 200.000/orang.
5) Paket Wisata Agro
KaWePe mendesain paket ini khusus untuk acara perusahaan seperti
pertemuan, dan gathering. Fasilitas dan kegiatan yang ditawarkan yaitu
Saung pertemuan, frutiwok, aneka permainan kelompok dan kekompakan,
sound system, serta makan siang prasmanan dan snack. Paket Wisata Agro
dapat diikuti minimal 20 orang dengan biaya Rp. 90.000 / orang.
6) Paket Ceria
Paket Ceria adalah paket yang didesain untuk pengunjung yang sedang
melaksanakan acara keluarga, ataupun perayaan ulang tahun dan lainnya.
Fasilitas yang ditawarkan yaitu tenda, terpal, dan makan siang. Pengunjung
dapat mengikuti paket ini dengan biaya Rp. 45.000,00/ orang
7) Paket lansia
Paket lansia merupakan paket khusus untuk pengunjung berusia lebih dari
60 tahun. Pengunjung lansia dapat bersantai dan bergembira dengan aneka
permainan khusus lansia, fruitwok dengan makan siang dan snack. Paket ini
dapat diikuti minimal 20 orang dengan biaya Rp. 60.000/orang.
8) Paket Tangkas
Paket Tangkas yaitu paket khusus untuk kegiatan perlombaan, seperti
peringatan hari kemerdekaan maupun ulang tahun perusahaan. Pengunjung
71
diarahkan kepada kegiatan yang fokus pada acara 3K (Kreativitas,
Kerjasama, dan Kemandirian). Selain itu, pengunjung juga memperoleh
jamuan makan siang prasmanan dan snack yang menunjang kelancaran
kegiatan. Pengunjung dapat mengikuti paket ini dengan biaya sebesar Rp
150.000,0 / orang dan jumlah minimal pengunjung 20 orang.
9) Paket Kemping
Paket kemping yaitu paket khusus di KaWePe yang didesain untuk
pengunjung yang ingin merasakan tidur di alam terbuka hanya dialasi oleh
sebuah tenda. Pengunjung yang mengikuti paket ini mendapatkan fasilitas
berupa tenda, makan pagi dan malam, serta MCK. Biaya yang dibutuhkan
untuk menikmati paket ini yaitu Rp. 70.000 / orang/ hari.
10) Paket Seminar
Paket seminar merupakan paket yang ditawarkan kepada pengunjung yang
akan melaksanakan pertemuan atau rapat. Terdapat dua jenis paket seminar
yaitu paket seminar sehari dan paket seminar menginap.
a) Paket Seminar Sehari
Paket ini merupakan paket yang diberikan untuk kegiatan pertemuan
yang hanya menggunakan ruang pertemuan selama delapan (8) jam.
Fasilitas yang diberikan yaitu ruang pertemuan, papan tulis, flip chart,
layar, sound system, notes, makan siang, kopi sebanyak dua kali. Jumlah
minimal pengunjung 20 orang dengan biaya sebesar Rp. 140.000/orang.
b) Paket Seminar Menginap
Paket ini ditawarkan untuk kegiatan pertemuan yang membutuhkan
waktu yang lama serta diharuskan menginap. KaWePe menyediakan tiga
jenis paket seminar menginap diantaranya : paket utama (PU) dengan
biaya Rp. 350.000 / orang, paket festival (PF) Rp. 275.000/orang, serta
paket ekonomis (PE) Rp. 175.000/orang. Fasilitas yang diberikan yaitu
akomodasi Pondok Minahasa untuk Pu dan PF, akomodasi Menara
Klabat untuk PE, tiga kali makan prasmanan, tiga kali kopi, ruang
pertemuan, papan tulis, flip chart, layar, sound system, serta notes.
KaWePe tidak hanya meyediakan kegiatan edukatif dalam bentuk paket,
tetapi juga menyediakan kegiatan terpisah untuk pengunjung umum yang tidak
72
mengikuti paket. Namun terdapat beberapa kegiatan yang memiliki batasan
minimal jumlah pengunjung. Kegiatan menanam dan membajak sawah seharga
Rp. 10.000/orang, melukis caping/layang-layang Rp. 10.000/orang, bermain di
arena Kolam Lumpur Rp. 10.000. Berikut beberapa kegiatan yang memiliki
batasan minimal jumlah pengunjung 20 orang diantaranya: belajar Tanaman Obat
Keluarga (TOGA) Rp. 10.000/orang, menanam dan merawat tanaman Rp.
10.000/orang, perbanyakan anggrek Rp. 10.000/orang, rumah tani Rp.
10.000/orang, dunia padi Rp. 10.000/orang, hidroponik Rp. 15.000/orang, serta
cangkok tanaman buah Rp. 25.000/orang. Selain itu, KaWePe menyediakan paket
lainnya yaitu KaWePe outbound fan paintball, serta fun game.
KaWePe tidak hanya menyediakan fasilitas utama, tetapi menyediakan
pula fasilitas pendukung untuk menambah kanyamanan pengunjung. Beberapa
fasilitas pendukung di KaWePe diantaranya toilet, mushola, tempat peristirahatan,
dan tempat parkir yang memadai. KaWePe sangat memperhatikan kenyamanan,
kebersihan dan keamanan pengunjung. Maka dari itu, pihak KaWePe selalu
melakukan pengontrolan terhadap fasilitas-fasilitas pendukungnya. Selain itu,
untuk menjaga keamanan, pihak security KaWePe bergantian berkeliling
memantau kondisi keamanan. Hal tersebut dilakukan agar pengunjung merasa
nyaman berkunjung ke KaWePe sehingga menciptakan citra yang baik di mata
pengunjung serta pengunjung memiliki keinginan untuk berkunjung kembali.
5.5 Operasional Perusahaan
Kebun Wisata Pasir Mukti dibuka setiap hari untuk umum. Pengunjung
dapat berkunjung ke KaWePe mulai pukul 08.00 hingga pukul 17.00 WIB.
KaWePe tidak hanya dapat digunakan sebagai tempat wisata, tetapi juga dapat
digunakan untuk acara khusus di luar waktu tersebut dengan menginap. KaWePe
menyediakan fasilitas tempat penginapan dan area kemping (camping ground).
Calon pengunjung yang akan berkunjung atau mengadakan acara di
KaWePe dapat melakukan survey terlebih dahulu. Kegiatan survey dapat
dilakukan pada hari Senin hingga Jumat mulai pukul 09.00 hingga pukul 16.00.
Calon pengunjung dapat pula melakukan survey pada hari libur dengan membuat
perjanjian terlebih dahulu dengan pihak KaWePe. Calon pengunjung akan
mendapat maksimal empat buah tiket secara gratis untuk melakukan survey.
73
VI HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Company Alignment Profile (CAP)
Analisis pada Company Alignment Profile (CAP) digunakan untuk
mengaudit profil dari faktor-faktor internal perusahaan yang terdiri dari strategi,
taktik, dan nilai. Hasil audit CAP diperoleh CAI sebesar 3,41 (skala 1-5) dengan
standar deviasi 0,37 (≤0,5). Nilai standar deviasi kurang dari 0,5 menunjukkan
bahwa pengetahuan dan jawaban responden pada strategi, taktik, dan nilai
perusahaan dapat dipercaya karena penyebaran jawaban setiap responden tidak
terlalu besar (Kartajaya 2002). Responden yang dipilih yaitu orang-orang yang
memenuhi syarat untuk berpartisipasi mengisi lembar CAP dengan pertimbangan
manajemen perusahaan yang ikut serta dalam penyusunan strategi pemasaran serta
mempunyai peran dalam pengambilan keputusan perusahaan.
Tabel 15. Hasil Audit Company Alignment Profile (CAP)
CAP R1 R2 R3 S dev Rata-rata
C1
Strategy
Segmentation 4 4 4 0,00 4,00
Targeting 2 1 2 0,58 1,67
Positioning 3 3 2 0,00 2,67
Rata-rata 0,33 2,78
Tactics
Differentiation 4 4 4 0,00 4,00
Marketing Mix 5 5 4 0,58 4,67
Selling 3 4 3 0,58 3,33
Rata-rata 0,38 4,00
Value
Brand 3 4 4 0,58 3,67
Service 4 5 5 0,58 4,67
Process 2 2 2 0,00 2,00
Rata-rata 0,38 3,44
Company Alligment Index (CAI) 0,37 3,41
Keterangan :R1-R3 : Responden yang mengisi form CAP
R1 : Kepala divisi sales & marketing Ibu Feby GintingR2 : Kepala divisi HRD & umum Ibu HildaR3 : Kepala Pendidikan dan latihan (Diklat) Bapak Cecep
74
Skor CAI sebesar 3,41 (skala1-5) menggambarkan bahwa KaWePe berada
pada posisi marketing oriented company (bentuk perusahaan 3C) menuju posisi
market driven company (bentuk perusahaan 3,5C) (Tabel 7). Bentuk KaWePe saat
ini berada pada transisi marketer menuju spesialis.
6.1.1 Strategi
Audit pemasaran terhadap komponen strategi dilakukan pada tiga elemen
yaitu segmentasi, targeting, positioning.
6.1.1.1 Segmentasi
KaWePe mengelompokkan konsumen dengan meninjau bagaimana
konsumen berkunjung dan memperlihatkan perilaku konsumen saat berkunjung.
Skor yang diperoleh sebesar 4,00 (skala 1-5). Konsumen dikelompokkan
berdasarkan kejadian saat kunjungan, manfaat yang ingin diperoleh, status
pengunjung, tingkat kunjungan, serta tingkat kesetiaan pengunjung. KaWePe
merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa pariwisata. Produk
dalam bentuk jasa wisata dapat dinikmati setiap saat. Meskipun demikian jasa
wisata tidak dibutuhkan setiap saat karena jasa wisata bukan kebutuhan primer
melainkan kebutuhan tersier. Selain itu, keterbatasan waktu, padatnya rutinitas
menyebabkan konsumen mengutamakan rutinitas utamanya dibandingkan wisata.
Operasional KaWePe dibuka setiap hari pukul 08:00-17:00 WIB, namun
konsumen yang melakukan kunjungan tidak setiap hari. Pengunjung umum
berkunjung pada hari sabtu, minggu, liburan sekolah, dan hari libur nasional
seperti Idul fitri, dan Natal. Pengunjung paket yaitu sekolah, bimbingan belajar,
dan lembaga pendidikan berkunjung pada hari sabtu, minggu, dan hari sekolah.
Sedangkan pada musim ujian sekolah, Agustus, dan Tahun Baru sebagian besar
pengunjung berasal dari perusahaan, kelompok pengajian, serta kelompok arisan.
Menurut Manajemen KaWePe terdapat rentang waktu tertentu dimana
jumlah kunjungan meningkat dan jumlah kunjungan menurun hingga tidak ada
pengunjung. Bulan Ramadhan merupakan salah satu waktu dimana jumlah
kunjungan menurun hingga tidak ada sama sekali. Hal ini dikarenakan kondisi
umat muslim yang sedang menjalankan kewajibannya yaitu ibadah puasa
sehingga mengurangi aktivitasnya terutama kegiatan wisata. Selain itu, pada bulan
75
Ramadhan sebagian besar masyarakat mengalokasikan dananya untuk kebutuhan
pangan dan sandang serta untuk biaya persiapan Hari Raya seperti biaya pulang
kampung. Pada awal tahun dan tahun ajaran baru pun jumlah kunjungan sekolah
menurun. Sebaliknya, pada musim liburan sekolah dan hari libur nasional seperti
Tahun Baru, liburan Hari Raya, serta Agustus jumlah kunjungan meningkat
terutama pengunjung paket hingga mengalami kelebihan pengunjung. hal tersebut
mengakibatkan KaWePe menggunakan pemandu tambahan baik pemandu
panggilan maupun bagian manajemen serta pemasangan tenda tambahan.
KaWePe mengelompokkan konsumen berdasarkan manfaat yang ingin
diperolehnya seperti sekolah membutuhkan pendidikan pertanian untuk siswanya,
kelompok pengajian menginginkan lokasi berlibur dan pembelajaran pertanian
yang berguna untuk kehidupan sehari-hari, perusahaan membutuhkan lokasi
bersantai untuk gathering, serta pengunjung keluarga membutuhkan lokasi
berlibur dengan aktivitas yang menyatu dengan alam seperti memancing,
outbound, dan lainnya. Menurut Kotler & Amstrong (1995) terdapat lima jenis
pasar yaitu konsumen, industri, reseller, pemerintah, dan pelanggan internasional.
Pasar yang dituju KaWePe yaitu konsumen. Pasar konsumen yang dimaksud yaitu
pemakai akhir yang berasal dari masyarakat umum. Namun, dari keseluruhan
pasar konsumen tersebut KaWePe membagi menjadi dua jenis pengunjung yaitu
pengunjung umum dan pengunjung paket (pengunjung sekolah, lembaga
pendidikan, serta perusahaan, kelompok pengajian, serta kelompok arisan).
Segmentasi berdasarkan perilaku dilakukan peninjauan pada tingkat
kunjungan, serta kesetiaan pengunjung. Pengunjung KaWePe sebagian besar
pengunjung baru, meskipun terdapat pengunjung pelanggan yang jumlahnya tidak
terlalu banyak. Salah satu upaya mempertahankan dan meningkatkan kesetiaan
pengunjung dengan pembuatan membership seharga Rp 350.000,00 dengan
berbagai keuntungan yang ditawarkan. Jasa wisata merupakan kebutuhan tersier
sehingga pemenuhannya dilaksanakan setelah kebutuhan primer dipenuhi. Selain
itu, tingkat kunjungan konsumen pada sebuah lokasi wisata cenderung rendah.
Hal ini dikarenakan kecenderungan masyarakat melakukan kunjungan ke suatu
lokasi wisata dikarenakan penasaran dan ingin mencoba. Masyarakat yang tidak
merasa nyaman dan tidak memperoleh pelayanan baik tidak akan melakukan
76
kunjungan kembali. Tingkat kunjungan memiliki kontribusi pada jumlah
kunjungan KaWePe. Jumlah kunjungan KaWePe tahun 2008 sebesar 118.200
orang. Menurut kepala divisi Sale & Marketing keseluruhan rata-rata jumlah
pengunjung tersebut, 60 persen pengunjung umum, dan 40 persen pengunjung
paket terdiri dari 90 persen sekolah, dan 10 persen perusahaan, kelompok
pengajian, atau kelompok arisan.
6.1.1.2 Targeting
Strategi targeting yang dilakukan KaWePe yaitu untuk semua orang dan
mengarah pada spesialisasi pasar untuk orang yang cocok dan diyakini mampu
membeli poduk yang dihasilkan perusahaan. Skor rata-rata untuk targeting
sebesar 1,67 (skala 1-5). Target pasar KaWePe ditujukan untuk semua orang,
Namun sesuai dengan visinya yaitu memperkenalkan pertanian sejak dini
sehingga paket wisata yang ditawarkan khusus mengenai pengenalan pertanian
tidak mungkin dapat menjangkau semua orang yang mungkin tidak menyukai
bidang pertanian. Maka dari itu, KaWePe membuat paket wisata yang bernama
paket Edukatif Agropintar yang ditujukan untuk masyarakat umum yang
menyukai bidang pertanian. KaWePe menawarkan sepuluh jenis paket wisata
sesuai usia dan kebutuhan konsumen.
Paket Agropintar untuk pengunjung sekolah dan pengunjung umum yang
membutuhkan pendidikan pertanian, paket tangkas, dan paket seminar untuk
perusahaan yang melaksanakan gathering serta kegiatan seminar, paket lansia
untuk pengunjung berusia lanjut yang ingin bersantai. Penentuan target pasar
dengan memilih orang yang cocok dan diyakini mampu berkunjung diimbangi
dengan kegiatan pemasarannya. KaWePe melakukan berbagai kegiatan pemasaran
baik yang jangkauannya umum maupun khusus. Pemasaran khusus melalui sales
call dan school gathering. Hal ini bertujuan agar kegiatan pemasaran tertuju pada
target pasar dan diyakini mampu menarik perhatian konsumen.
6.1.1.3 Positioning
Elemen positioning memperoleh skor sebesar 2,67 (skala 1-5). Skor
tersebut menggambarkan bahwa strategi positioning yang diterapkan KaWePe
77
yaitu sebagai produk yang lebih baik dari pesaing dan memiliki satu pernyataan
yang melekat di benak konsumen.
Paket wisata KaWePe yakni Agropintar bukan hanya sebatas nama saja
tetapi memiliki makna yang sangat besar yakni wisata pintar yaitu pengenalan
pertanian untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman di bidang pertanian.
Maka dari KaWePe meresmikan Agropintar pada April 2008 sebagai nama paket
wisata KaWePe. Peresmian nama Agropintar untuk menghindari peniruan oleh
lokasi wisata lainnya. Hal ini sebagai upaya memposisikan KaWePe lebih baik
dari pesaing dan memiliki satu pernyataan yang melekat di benak konsumen.
Konsumen akan menganggap bahwa jika terdapat Agropintar maka yang tersirat
adalah KaWePe. Upaya yang dilakukan KaWePe untuk menjadikan Agropintar
melekat di benak konsumen melalui pemberian pelayanan terbaik, bersikap ramah
terhadap konsumen, peningkatan kualitas SDM KaWePe melalui pelatihan, serta
upaya peningkatan kualitas paket wisata dengan menyesuaikan kebutuhan
konsumen.
6.1.2 Taktik
Audit pemasaran terhadap taktik perusahaan melibatkan tiga elemen,
diantaranya yaitu diferensiasi, bauran pemasaran, dan penjualan.
6.1.2.1 Differentiation (Diferensiasi)
Skor elemen diferensiasi sebesar 4,00 (skala 1-5). Diferensiasi produk
yang diupayakan KaWePe sesuai kebutuhan tiap ceruk pasar melalui
penyempurnaan, pengurangan dan penambahan yang lama, serta pembuatan yang
baru.
Salah satu diferensiasi produk KaWePe yaitu pembuatan paket Agropintar.
Awalnya paket yang ditawarkan KaWePe bersifat umum tidak terdapat perbedaan
untuk setiap ceruk pasar. Paket Agropintar telah disesuaikan dengan kebutuhan
segmen pasarnya dengan jenis paket berbeda setiap pasar tujuannya. Selain itu,
terdapat pula satu produk baru yang akan ditawarkan kepada pengunjung umum
yaitu Paspor Kasih Sayang. Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam
diferensiasi produk, diantaranya: content (apa yang ditawarkan), context
78
(bagaimana cara perusahaan menawarkannya), serta infrastucture (SDM,
teknologi, dan fasilitas) (Kertajaya 2002).
a) Content (Apa yang ditawarkan)
Produk utama yang ditawarkan KaWePe berupa paket wisata mulai paket
wisata Edukatif, restoran, hingga penginapan. KaWePe juga menyediakan
berbagai hasil kebun maupun hasil olahan kebun seperti tanaman, sirup,
serta selai. Upaya inovasi dilakukan melalui penyempurnaan, pengurangan
dan penambahan paket wisata, serta pembuatan paket wisata yang baru.
Salah satu contoh inovasi yang dibuat KaWePe pada tahun 2008 yaitu
pembuatan paket wisata Agropintar serta kegiatan outbound. Paket wisata
Agropintar memiliki beberapa jenis sesuai dengan kebutuhan tiap ceruk
pasar. Paket wisata yang ditawarkan KaWePe sebelum diresmikan
Agropintar yaitu paket wisata yang bersifat umum, tidak terdapat perbedaan
kegiatan dari masing-masing jenjang usia. Setelah diresmikan Agropintar
setiap paket wisata memiliki program kegiatan yang berbeda sesuai
kebutuhan konsumen. Selain itu penyediaan kegiatan outbound sebagai
upaya memenuhi permintaan konsumen, namun tetap mempertahankan
pembelajaran dan pengalaman yang bermanfaat seperti kerja sama tim.
Salah satu diferensiasi yang sedang di rencanakan KaWePe yaitu program
kegiatan untuk pengunjung umum yang benama Paspor Kasih Sayang.
Produk ini belum dimiliki lokasi lain. Pengunjung diberi buku kecil seperti
paspor yang berisi pertanyaan. Pengunjung melakukan kegiatan ini tanpa
didampingi pemandu, hanya mengikuti petunjuk buku tersebut.
b) Context (Bagaimana cara perusahaan menawarkannya)
Upaya yang dilakukan KaWePe untuk menawarkan produknya dengan
kegiatan pemasaran melalui kegiatan promosi seperti website, pameran, serta
kerjasama media. Selain itu, KaWePe melakukan kegiatan promosi langsung
melalui sales call dan school gathering. KaWePe memberikan tiket masuk
gratis untuk survey maksimal empat orang. Kegiatan survey bukan hanya
meninjau tetapi langsung praktek mengikuti kegiatan yang ditawarkan.
Konsumen dapat pula melakukan pemesanan lewat telepon dan mengirim
uang dengan transfer melalui atm.
79
c) Infrastucture (SDM, teknologi, dan fasilitas)
Infrastuktur dalam diferensiasi terkait dengan Sumber Daya Manusia
(SDM), teknologi, serta fasilitas. KaWePe memiliki SDM yang sebagian
besar memiliki keterampilan, pengetahuan, maupun keahlian yang cukup
rendah. Sebagian besar SDM KaWePe bukan merupakan pekerja keras serta
kurang disiplin dalam menjalankan tugasnya. Meskipun demikian KaWePe
selalu berusaha meningkatkan kualitas SDMnya melalui kegiatan pelatihan.
Selain itu, KaWePe memberikan reward maupun sanksi untuk memotivasi
seluruh pekerjanya agar lebih baik. Teknologi yang digunakan untuk
diferensiasi produk yakni teknologi informasi berupa internet untuk
pencarian informasi maupun pemasaran melalui website. KaWePe memiliki
website yaitu www.pasirmukti.co.id sebagai alat pemasaran dengan
jangkauan yang sangat luas. Sedangkan untuk teknologi budidaya
pemeliharaan tanaman yang dimiliki KaWePe masih bersifat sederhana
yakni penggunaan teknik budidaya baru seperti hidroponik, tambulampot,
dan rumah kaca. Peralatan pendukung paket wisata pun sangat sederhana,
hanya menggunakan pengeras suara. KaWePe menyediakan fasilitas umum
serta fasilitas demo gratis untuk pembelajaran seperti demo tambulampot,
demo hidroponik, serta demo tanaman obat. Pengunjung umum yang tidak
mengikuti paket dapat tetap belajar mengenai pengenalan pertanian. Namun
kelemahannya yaitu sebagian besar pengunjung tidak mengetahui jadwal
maupun keberadaan demo tersebut diselenggarakan KaWePe. Hal ini
dikarenakan kurangnya informasi kepada pengunjung mengenai
penyelenggaraan demo tersebut. Fasilitas KaWePe memiliki kekurangan
pada fasilitas wisata yang mampu menarik perhatian pengunjung.
6.1.2.2 Marketing Mix (Bauran Pemasaran)
Skor yang diperoleh dari elemen ini sebesar 4,67 (skala 1-5). Bauran
pemasaran yang diterapkan KaWePe yaitu 4C (Costumer solution, Cost,
Convenience, Communication).
a) Costumer solution
Produk utama KaWePe yaitu paket wisata yang bernilai edukatif. Namun
KaWePe juga menyediakan produk lainnya berupa penginapan, restoran,
80
wisata permainan, hasil kebun dan hasil olahan kebun seperti tanaman, selai,
dan sirup Lemong Cui. Paket wisata KaWePe sebanyak sepuluh jenis sesuai
rentang usia dan kebutuhan konsumen sehingga paket wisata yang
ditawarkan mampu menjadi solusi pada kebutuhan konsumen. Paket
Edukatif Agropintar merupakan paket unggulan KaWePe yang terdiri dari
beberapa jenis. Keunggulan paket wisata yang ditawarkan oleh KaWePe
yaitu konsistensi pihak KaWePe terhadap tujuan yang ingin di capai yakni
memperkenalkan pertanian dan pengetahuan kepada masyarakat. Pihak
KaWePe tetap konsisten menawarkan kegiatan wisata yang fokus pada
pengenalan pertanian, namun mengemasnya menjadi hal yang menarik dan
tidak membosankan. Contohnya yaitu mandi lumpur, tujuan pihak KaWePe
yaitu mendekatkan konsumen terhadap alam, KaWePe mencoba
menghilangkan rasa jijik, dan jorok dari pengunjung dan mengajak bermain-
main di kolam lumpur untuk memperlihatkan kerjasama tim. Kegiatan dari
setiap paket ditentukan atas dasar berbagai pertimbangan, tidak hanya
pemikiran pihak internal KaWePe tetapi juga hasil peninjuan terhadap
permintaan pelanggan dan meninjau pula kondisi pesaing, serta diskusi
dengan pihak eksternal seperti pengunjung umum, sekolah, maupun pihak
dinas terkait. Kelebihan dari paket di KaWePe yaitu pembelajaran yang
diajarkan kepada pengunjung tidak hanya berupa teori melainkan langsung
dipraktekkan. Pengunjung dapat membawa hasil kreatifitasnya sebagai oleh-
oleh dan mempraktekkan ilmu yang diperolehnya seperti merawat tanaman
dari hasil belajar menanam. Manfaat yang diperoleh dari kunjungan di
KaWePe tidak hanya kegembiraan tetapi juga pendidikan, pengetahuan,
serta pengalaman yang berharga di bidang pertanian. Pengunjung dapat lebih
dekat terhadap alam dan lebih menghargai hasil pertanian. Pengunjung
menghargai makanan karena diajarkan menanam padi hingga panen bahwa
sulit dan lamanya proses menanam. Maka dari itu, paket KaWePe menjadi
solusi untuk konsumen dengan meyesuaikan kebutuhan konsumen.
b) Cost
Harga yang ditawarkan KaWePe berada pada posisi rata-rata sesuai dengan
harga yang ditetapkan pesaing. Terdapat pesaing yang menetapkan harga
81
lebih murah dan ada pula yang menetapkan harga lebih mahal. Sedangkan
dari kualitas KaWePe dengan lokasi lainnya hampir sama, namun dari segi
fasilitas terdapat pesaing yang memiliki fasilitas lebih baik adapula pesaing
dengan fasilitas yang hampir sama dengan KaWePe. Harga yang ditetapkan
KaWePe berdasarkan biaya total yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. Penetapan harga KaWePe dengan
meninjau jumlah kegiatan yang di ikuti, fasilitas yang digunakan, persentase
keuntungan yang akan diterima KaWePe untuk setiap kegiatan. Harga
masuk KaWePe Rp. 12.500, harga tersebut berupa tiket masuk, parkir gratis,
serta minuman selamat datang Lemong Cui. Contohnya paket Agropintar
seharga Rp. 65.000/orang. Paket Agropintar mendapat fasilitas 1 tenda,
pemandu, tiket masuk, makan siang, dan 4 kegiatan.
c) Convenience (Lokasi)
Lokasi KaWePe cukup jauh dari keramaian kota sehingga masih bernuansa
alami khas pedesaan. Konsumen pun merasa nyaman berada di KaWePe
seolah-olah berada di desa tempat tinggalnya. Penataan lokasi KaWePe
dibuat senyaman mungkin terutama untuk pengunjung paket sehingga tidak
merasa kelelahan saat melaksanakan kegiatan dari satu lokasi ke lokasi
lainnya dengan berjalan kaki. Paket yang ditawarkan KaWePe berusaha
menghindari penggunaan peralatan modern yang mampu menimbulkan
polusi, seperti penggunaan mobil untuk perjalanan wisata. Seluruh paket
dikemas dengan berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lain. Maka dari itu,
layout lokasi yang disusun KaWePe berupa jalur perjalanan yang jarak antar
lokasi tidak jauh sehingga konsumen tidak merasa lelah berjalan jauh dan
mengelilingi KaWePe. Kelemahan lokasi KaWePe yaitu tidak adanya lokasi
yang jelas untuk pengunjung umum yang mudah mengakses pada lokasi-
lokasi yang banyak dimanfaatkan pengunjung umum. Selain itu, kurangnya
papan penunjuk arah menyulitkan konsumen dalam mencari lokasi tujuan.
Penyusunan layout KaWePe berdasarkan beberapa pertimbangan
diantaranya memperhatikan dan memperlihatkan sisi alamiah, mengikuti
jalur-jalur perjalanan paket demi kenyamanan konsumen yang mengikuti
paket agar tidak merasa lelah dan dapat menerima materi yang disampaikan.
82
d) Communication
KaWePe melakukan promosi dengan menerapkan komunikasi dua arah yang
interaktif dengan konsumen, namun terdapat pula promosi yang dilakukan
tidak membentuk komunikasi dua arah. Kegiatan promosi melalui
komunikasi dua arah bertujuan untuk lebih jelas memperkenalkan KaWePe
kepada masyarakat sehingga lebih mudah dan cepat mempengaruhi
konsumen melalui penjelasan yang lebih mendalam. KaWePe menerapkan
berbagai kegiatan promosi yang menggunakan lima alat promosi yaitu
periklanan, personal selling, promosi penjualan, public relation, dan
pemasaran langsung. Pemilihan kegiatan promosi tersebut dengan
pertimbangan bahwa produk berupa jasa, konsumen tidak dapat dengan
mudah mencoba seperti halnya produk melalui contoh taster, dan jika hanya
informasi satu arah konsumen kurang memahami dan kurang dapat
dipengaruhi. Melalui komunikasi dua arah KaWePe dapat menjelaskan
secara jelas sehingga konsumen lebih mengerti dan memahami penjelasan
yang mendalam. Konsumen tidak hanya mengetahui jenis paket dan
kegiatannya, tetapi dapat menanyakan secara rinci kegiatan yang
dilaksanakan dan dalam menjelaskannya digunakan ilustrasi-ilustrasi yang
membuat konsumen penasaran dan ingin mencobanya. Selain itu, salah satu
upaya pemasaran KaWePe yaitu pemberian tiket masuk gratis untuk survey
sehingga calon pengunjung dapat melihat dan mengikuti secara langsung
kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan. Terdapat Sembilan kegiatan
promosi yang dilaksanakan KaWePe (Tabel 16). Sales call merupakan
promosi langsung yang dilakukan KaWePe kepada sekolah, tempat les,
perusahaan, maupun tempat peribadatan, dan kelompok pengajian. Terdapat
tiga tenaga penjualan yang berada di kantor pusat yang langsung
mempromosikan ke sekolah serta tempat lainnya dengan membagikan
brosur dan melakukan persentasi di depan pihak sekolah. Melalui pemasaran
ini pengunjung dapat bertanya mengenai paket wisata dari harga hingga
kegiatan yang dilaksanakan. Tenaga penjualan mencari informasi ke Dinas
Pendidikan mengenai data sekolah, selanjutnya menghubungi pihak sekolah
melalui telepon untuk bernegosiasi mengadakan persentasi, lalu
83
mengirimkan brosur KaWePe dan selanjutnya jika disetujui maka dilakukan
persentasi di sekolah. Kegiatan pemasaran tidak hanya terbatas pada
kegiatan persentasi, tetapi berlanjut dengan selalu menghubungi pihak
sekolah dan membuat daftar nama sekolah yang telah berkunjung sebagai
upaya mengingatkan sekolah untuk kembali melakukan kunjungan
Tabel 16. Kegiatan Promosi Kebun Wisata Pasir Mukti
Nama KegiatanWaktu
Pelaksanaan (tiap tahun)
Target promosiAlat Promosi
Umum Paket
Sales call Tidak tentu Paket Personal SellingSchool gathering 2 kali Sekolah Personal SellingPameran 3 kali Umum Paket Promosi penjualan
Internet Tidak tentu Umum Paket Pemasaran langsung
Kerjasama media liputan
Tidak tentu Umum Paket Public relation
Pemasangan iklan Tidak tentu Umum Paket Periklanan Pembagian brosur dan leaflet
Tidak tentu Umum Paket Periklanan
Membership Tidak tentu Umum Promosi penjualanDiscount card Tidak tentu Umum Promosi penjualan
Sumber : Komunikasi internal KaWePe dan hasil observasi (2009)
Promosi melalui school gathering merupakan satu bentuk promosi yang
dilakukan dengan mengundang beberapa sekolah untuk datang ke KaWePe.
Kegiatan yang dilaksanakan yaitu mempromosikan KaWePe kepada sekolah
baik dengan persentasi, pembagian brosur, serta turun langsung dalam
kegiatan yang ditawarkan KaWePe. Kegiatan school gathering dilakukan
KaWePe sebanyak dua kali setiap tahunnya yaitu pada ulang tahun KaWePe
bulan April, serta pada semester dua yakni antara September-November.
Sekolah yang diundang KaWePe untuk kegiatan ini bergantian tergantung
lokasi daerah yang menjadi tujuan. Sekolah yang diundang terpilih dengan
pertimbangan bahwa sekolah tersebut mampu dan memiliki kurikulum
untuk kegiatan wisata. Kegiatan ini merupakan salah satu promosi yang
paling efektif karena calon konsumen tidak hanya diberikan penjelasan
secara teori tetapi langsung diajak mengikuti kegiatan. Kegiatan pameran
yang diikuiti oleh KaWePe dalam satu tahun ± 3 kali yaitu Gebyar
84
Wisatawan yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata,
Education Fair yang diadakan oleh Gramedia Group dan Kompas Group,
dan Pameran Agro yang diadakan oleh Dinas Pertanian. Pihak KaWePe
dalam pameran menyediakan orang kompeten di bidang pemasaran untuk
memberikan informasi serta menarik perhatian pengunjung agar berkunjung
ke KaWePe. Selain itu, KaWePe juga menyediakan brosur dan leaflet paket
wisata untuk dibagikan kepada pengunjung pameran. KaWePe menyediakan
pula hadiah menarik berupa tas dan notes yang bergambar logo KaWePe.
Perkembangan teknologi informasi mempermudah masyarakat memperoleh
informasi yang dibutuhkan. Salah satu alat pemasaran yang digunakan
KaWePe dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi yaitu website
(www.pasirmukti.co.id). KaWePe memiliki sebuah website yang berisi
mengenai gambaran umum KaWePe serta paket wisata yang di ditawarkan
KaWePe. Selain itu, masyarakat dapat pula memberikan saran dan kritiknya.
Kegiatan update masih jarang dilakukan dan belum menetapkan jadwal
untuk diperbaharui. Pemasaran bertujuan untuk menginformasikan
keberadaan KaWePe beserta dengan program kegiatan yang ditawarkan dan
untuk menarik perhatian pengunjung agar berkunjung ke KaWePe. Target
pemasaran ditujukan untuk masyarakat luas sehingga salah satu kegiatan
promosi yang dilakukan KaWePe yaitu kerjasama dengan media liputan. Hal
ini mengingat jangkauan dari media liputan baik cetak maupun elektronik
sangat luas yang nantinya akan menguntungkan KaWePe. Meskipun
demikian, pihak KaWePe pun tetap memperhatikan jenis media cetak
maupun elektronik yang digunakan. Berikut beberapa media cetak dan
media elektronik yang telah melakukan kerjasama dengan KaWePe yaitu
RCTI, SCTV, TPI, Indosiar, ANTV, TV One, Global TV, Sinar Harapan,
Suara Merdeka, Media Indonesia, majalah Trubus, Femina, Bobo, dan
tabloid Pesona. Salah satu bentuk kerjasama yang dilakukan KaWePe
dengan media liputan yakni Trans 7 yaitu Jambore Si Bolang pada April
2008. Promosi yang dilakukan oleh KaWePe tidak hanya bersifat verbal.
Tetapi terdapat pula yang bersifat non verbal yakni melalui pemasangan
iklan. Pemasangan iklan di lakukan KaWePe dengan membuat papan nama
85
KaWePe yang di pasang di pinggir jalan, serta pemasangan iklan di media
cetak maupun elektronik. Selain itu, KaWePe juga melalukan promosi
dengan membagikan brosur dan leaflet yang dilaksanakan di KaWePe, serta
dalam kegiatan pameran. Promosi penjualan yang dilakukan KaWePe
berupa pembuatan membership dan kartu potongan harga yang ditujukan
untuk pengunjung umum. Hal ini sebagai upaya menarik perhatian
pengunjung serta meningkatkan loyalitas pengunjung terhadap KaWePe.
6.1.2.3 Selling (Penjualan)
Taktik penjualan KaWePe yaitu menjual manfaat produk serta solusi untuk
mengatasi permasalahan konsumen. Skor yang diperoleh sebesar 3,33 (skala 1-5).
Produk KaWePe berupa jasa wisata edukatif sesuai kebutuhan konsumen sehingga
paket wisata yang ditawarkan dapat memberikan manfaat pendidikan dan
pengetahuan dibidang pertanian dan mampu menjadi solusi bagi konsumen yang
membutuhkan lokasi wisata yang tidak hanya memberikan kegembiraan tetapi
juga pendidikan dan pengetahuan. Terdapat tiga hal yang diperhatikan dalam
penetapan penjualan, diantaranya:
a) Organisasi Penjualan
Organisasi penjualan KaWePe terbagi menjadi bagian pemasaran dan bagian
penjualan langsung. Organisasi untuk kegiatan pemasaran dibagi kepada dua
pasar yaitu pengunjung umum dan pengunjung paket. KaWePe melakukan
kegiatan pemasaran khusus kepada pengunjung paket terutama sekolah
melalui sale call dan school gathering. Sedangkan untuk pengunjung umum
kegiatan promosi dilakukan melalui internet, pembagian brosur, pameran,
dan kerjasama media liputan. Pengorganisasian penjualan KaWePe dibagi
menjadi beberapa POS (Point Of Sales) yang terdapat dibeberapa tempat,
seperti di pondok Ole-Ole, tiket masuk, Kolam Pemancingan, Resto
Bakudapa, lokasi Outbound, Kampung Pelangi, serta Saung Cilu’Ba. Setiap
POS tersebut yang bertanggung jawab menjadi tenaga penjualan yaitu kasir
dan wajib melaporkan pendapatannnya setiap sore hari kepada General
Kasir. Upaya KaWePe untuk mempertahankan dan meningkatkan loyalitas
pengunjung dengan membuat data base pengunjung umum dan paket, serta
membership seharga Rp. 350.000,00 dan discount card untuk pengunjung
86
umum. Pihak KaWePe biasanya mengirimkan sms ucapan selamat ulang
tahun, maupun mengundang pengunjung tersebut untuk berkunjung kembali
dan menawarkan paket baru.
b) Manajemen Penjualan
Manajemen penjualan KaWePe di kendalikan oleh manajer Sales dan
Marketing bekerja sama dengan divisi Finance dan Accounting. Manajer
pemasaran yang mengontrol dan mengendalikan kondisi penjualan KaWePe
apakah menurun atau meningkat. Kontrol terhadap kondisi penjualan
dilakukan berdasarkan hasil kondisi keuangan apakah meningkat atau
menurun. Divisi finance dan Accounting melaporkan kondisi keuangannya
kepada manajer Sales dan Marketing yang nantinya berdampak terhadap
peninjauan ulang pada strategi pemasaran yang diterapkan KaWePe serta
target jumlah kunjungan perusahaan. KaWePe membuat target jumlah
kunjungan setiap tahun untuk meninjau kinerja perusahaan berdasarkan hasil
tahun sebelumnya serta pertimbangan kondisi tahun yang akan datang.
c) Tenaga Penjualan
Tenaga penjualan KaWePe dibagi menjadi dua yakni tenaga pemasaran dan
tenaga penjualan pada setiap POS (Point Of Sales). Tenaga pemasaran
KaWePe berada di kantor pusat sebanyak tiga orang dengan kualitas SDM
yang baik dan disiplin. Tenaga pemasaran melakukan kegiatan promosi
untuk menarik perhatian pengunjung. Tenaga penjualan pemasaran memiliki
tingkat pengetahuan yang lebih tinggi baik mengenai paket wisata, deskripsi
kegiatan, harga, fasilitas, pelayanan, maupun manfaat yang diperoleh
pengunjung. Selain itu, pengalaman yang lebih lama mempermudah
penawaran produk dalam mempengaruhi calon konsumen. Meskipun
demikian tanaga kerja lainnya wajib melakukan penawaran paket wisata
kepada konsumen. Sedangkan tenaga penjualan KaWePe yang berada pada
setiap POS berjumlah 7 orang beserta dua orang yang berada di Front
Office. Tenaga penjualan yang berada di KaWePe bertugas untuk mencoba
menjelaskan paket wisata yang ditawarkan serta mempengaruhi untuk
mengikuti paket yang ditawarkan. Namun tingkat pengetahuan, pengalaman,
serta keterampilan tenaga penjualan di kebun masih rendah. Tenaga kerja
87
yang dimiliki sebagian KaWePe besar bukan merupakan pekerja keras
terutama pekerja dibawah manajer. Sedangkan untuk pekerja tingkat
manajer minimal berpendidikan sarjana yang sesuai dengan bidang yang
ditekuninya dan memiliki kualitas yang baik, dari pengetahuan, pengalaman,
hingga keterampilan.
6.1.3 Nilai
Audit pemasaran terhadap nilai meliputi merek, pelayanan, dan proses.
6.1.3.1 Merek
Skor untuk merek KaWePe sebesar 3,67 (skala 1-5). Skor tersebut
menggambarkan bahwa perusahaan menggunakan merek perusahaan agar
mempunyai asosiasi tertentu di benak konsumen serta menunjukkan kualitas dari
produk yang ditawarkan. Merek dari Kebun Wisata Pasir Mukti bukan hanya
semata-mata sebagai nama saja, tetapi juga memperlihatkan konsep dari paket
yang ditawarkan.
Motto yang dimiliki KaWePe yaitu Agropintar yakni “wisata pintar ya
KaWePe” merupakan sebuah lokasi wisata yang memberikan pendidikan dan
pengenalan pertanian. Melalui merek tersebut konsumen dapat membedakan
antara KaWePe dengan pesaingnya dan nama KaWePe dengan motto Agropintar
telah melekat di benak konsumen sehingga konsumen lebih mudah mengenal
KaWePe sebagai lokasi wisata yang bernilai edukatif. Selain itu, penggunaan
merek KaWePe dengan motto Agropintar dan tagline “wisata pintar ya KaWePe”
menunjukkan kualitas paket wisata yang ditawarkan mengarah pada konsep
pendidikan pertanian.
6.1.3.2 Pelayanan
Skor yang diperoleh untuk pelayanan sebesar 4,67 (skala1-5). Skor
tersebut menggambarkan bahwa pelayanan yang diberikan KaWePe sebagai
upaya untuk memuaskan konsumen dan mengarah pada pelayanan terbaik sebagai
satu-satunya tujuan perusahaan. Upaya KaWePe untuk memberikan pelayan
terbaik kepada konsumen dengan melakukan berbagai kegiatan peningkatkan
kualitas SDM KaWePe melalui pelatihan-pelatihan baik yang diadakan KaWePe
maupun yang diadakan pihak lain seperti pihak dinas.
88
Upaya lain yang dilakukan KaWePe untuk meningkatkan pelayanan
kepada konsumen yaitu pembuatan lembar evaluasi serta penyediaan media
komplen. KaWePe membuat lembar evaluasi untuk meninjau ulang paket yang
ditawarkannya. Terdapat tiga jenis lembar evaluasi yaitu lembar evaluasi untuk
paket wisata, penginapan, dan restoran. Lembar evaluasi untuk paket diberikan
kepada panitia yang dikirimkan kembali ke KaWePe setelah kegiatan atau
beberapa hari setelah kunjungan. Sedangkan lembar evaluasi untuk restoran dan
penginapan diberikan langsung di lokasi dan diisi di tempat. Hasil lembar evaluasi
di tinjau ulang setiap satu bulan sekali melalui department meeting. Departemen
meeting merupakan rapat rutin kepala divisi untuk mengevaluasi kinerja setiap
departemen serta sebagai upaya melakukan perbaikan dan penyempurnaan paket
wisata yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Paket wisata yang ditawarkan KaWePe dibuat berdasarkan hasil rapat
pihak KaWePe atas peninjauan terhadap kebutuhan konsumen serta peninjauan
pada kondisi perubahan lingkungan. Peninjauan kebutuhan konsumen dilakukan
melalui penelusuran internet, mengikuti seminar, serta bekerjasama dengan Dinas
Pendidikan untuk meninjau kurikulum pendidikan yang berlaku. Selain itu,
melalui hasil lembar evaluasi yang diberikan kepada konsumen maupun media
komplen yang terdapat diperusahaan.
KaWePe memiliki media komplen berupa telepon maupun komunikasi
langsung yang ditangani oleh kepala divisi sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan. Namun jika hari libur, yang bertanggung jawab terhadap media
komplen manajer Andjoid. Manajer Andjoid yaitu manajer yang sedang bertugas
mengawasi seluruh kegiatan operasional yang dijalankan perusahaan serta
mengatasi segala macam komplen yang diajukan konsumen. Jika komplen yang
diajukan cukup kompleks, maka komplen tersebut akan dijawab setelah di
diskusikan dalam rapat mingguan.
Adapun upaya lain yaitu rencana pembuatan SOP materi yang
disampaikan. Hal ini bertujuan agar materi yang disampaikan sesuai dengan teori
yang sebenarnya dan tidak terdapat kesalahan penyampaian materi. KaWePe
melakukan kerjasama dengan lembaga jasa asuransi yaitu asuransi Jasa Raharja.
Konsumen yang mengalami kecelakan mendapatkan santunan untuk pengobatan,
89
diantaranya jika luka kecil, tidak dapat ditangani sendiri oleh KaWePe mendapat
pengobatan gratis ke klinik terdekat, jika konsumen luka parah dan harus dirawat
mendapat santunan sebesar Rp.1000.000,-. Sedangkan konsumen yang mengalami
cacat maupun meninggal dunia mendapat santunan sebesar Rp.100.000.000,- .
6.1.3.3 Proses
Skor yang diperoleh untuk proses yaitu 2,00 (skala 1-5). Skor tersebut
menunjukkan bahwa proses aktivitas yang dilakukan KaWePe merupakan
kerjasama antar fungsi sebagai bagian untuk kelancaran proses yang dijalankan
perusahaan. Fungsi dan tugas antar divisi di KaWePe memiliki hubungan yang
saling melengkapi dan mendukung. Hal ini memaksa setiap divisi menjalin
hubungan kerjasama dengan divisi lainnya dalam proses aktivitasnya agar
tugasnya dapat dilaksanakan dengan baik demi kelancaran kegiatan perusahaan.
Stuktur organisasi KaWePe berbentuk datar yakni membagi dalam tiga
tingkatan yakni general manajer, divisi, dan sub divisi. Stuktur organisasi
KaWePe tidak bersifat kaku karena pegawai tidak hanya fokus menjalankan
tugasnya saja, tetapi dapat melaksanakan tugas lainnya sesuai dengan kebutuhan.
Saat jumlah kunjungan paket meningkat dan jumlah pemandu yang tersedia tidak
mencukupi, terkadang manajer Sales & Marketing menjadi pemandu, ataupun
manajer divisi lainnya.
Upaya KaWePe untuk meningkatkan kinerja pegawainya melalui
pemberian reward serta sanksi. Reward diberikan kepada pekerja yang mampu
menunjukkan kinerjanya dengan baik serta mampu berprestasi seperti
mengembangkan KaWePe. Bentuk reward yang diberikan berupa insentif maupun
promosi jabatan sesuai dengan kinerjanya. Sedangkan sanksi diberikan kepada
pekerja yang melanggar peraturan yang berlaku, terdapat dua jenis sanksi yaitu
berupa teguran dan pemecatan sesuai dengan kesalahan yang dilakukan pekerja.
6.2 Competitive Setting Profile (CSP)
Analisis pada Competitive Setting Profile (CSP) digunakan untuk
menggambarkan situasi persaingan dalam suatu industri yang akan dihadapi
perusahaan untuk lima tahun mendatang. Hasil audit terhadap CSP diperoleh CSI
sebesar 3,71 (skala 1-5) dengan standar deviasi sebesar 0,36 (≤0,5). Nilai standar
90
deviasi kurang dari 0,5 menunjukkan bahwa pengetahuan dan jawaban responden
mengenai situasi persaingan dalam industri pariwisata (khususnya agrowisata) di
Kabupaten Bogor dapat dipercaya karena penyebaran jawaban dari setiap
responden tidak terlalu besar (Kartajaya 2002).
CSI sebesar 3,71 menggambarkan bahwa situasi persaingan yang dihadapi
KaWePe untuk lima tahun mendatang berada pada posisi persaingan 3,5C yaitu
shopisticated (canggih). Tingkat persaingan semakin ganas, perubahan lingkungan
discontinue, serta pelanggan diperlakukan khusus sebagai klien. Tingkat
persaingan yang semakin ganas tercermin dari upaya pesaing memanfaatkan
teknologi yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang berbeda serta
pelayanan yang lebih baik kepada konsumen. Pesaing ganas yang dihadapi oleh
KaWePe diantaranya Taman Wisata Mekar Sari, Kampung Wisata Cinangneng,
dan Taman Matahari. Pesaing tersebut memiliki tingkat agresifitas yang cukup
tinggi serta kondisi perubahan lingkungan yang discontinue sehingga perusahaan
harus siap menghadapi perubahan yang semakin tidak menentu. Terkadang
perubahan lingkungan yang terjadi terakumulasi. Pelanggan memiliki pilihan
produk semakin banyak serta pelayanan yang lebih baik dan lebih cepat.
Tabel 17. Hasil Audit Competitive Setting Profile (CSP)
Variabel 1 2 3 4 5 Rata-rata Sdev
C1
Cos
tum
er
Dem
and Enlighted 3,91 0,49
Informatinalized 3,59 0,50
Empowered 3,82 0,48
C3
Com
peti
tve
Situ
atio
n
General 3,95 0,47
Agresiveness 3,24 0,40
Capability 3,80 0,44
C4
Cha
nge
Dri
ver
Technology 3,55 0,47
Sosekpol 3,68 0,49
Market 4,10 0,22
Competitive Setting Profile 3,71 0,36
Sumber : Hasil Kuesioner CSP, 2009
91
Karakteristik pelanggan yang dihadapi pada situasi persaingan
shopisticated (canggih) yaitu pelanggan yang diperlakukan sebagai klien. Hal ini
dikarenakan seorang klien harus diperlakukan secara khusus. Pembeli hanya
sekedar membeli produk tanpa ingin mengetahui karakteristik produk dan
menginginkan sesuatu yang lebih terhadap produk. Pemakai sudah semakin
menuntut karena memiliki banyak pilihan. Selain itu, memiliki tingkat keinginan
dan harapan yang lebih tinggi karena tidak hanya ingin diperhatikan kebutuhan
dan keinginannya saja dengan membeli dan memakai produk, tetapi juga
harapannya melalui pelayanan perusahaan yang lebih baik. Pelanggan telah
diberikan pelayanan yang lebih tinggi untuk memuaskan kebutuhan, keinginan,
dan harapannya. Sedangkan untuk melayani pelanggan sebagai klien, perusahaan
harus meningkatkan komunikasi yang lebih interaktif pada setiap kliennya. Audit
CSP dilakukan dengan mengukur tiga variabel yaitu costumer demand
(permintaan pelanggan), competitor (pesaing), serta change driver (perubahan
lingkungan).
6.2.1 Costumer Demand (Permintaan Pelanggan / C1)
Hasil audit pemasaran terhadap permintaan pelanggan diperoleh nilai
standar deviasi sebesar 0,48 (≤0,5). Nilai tersebut menunjukkan bahwa responden
cukup representatif terhadap pertanyaan yang diajukan mengenai permintaan
pelanggan sehingga tingkat penyebaran jawaban responden sesuai dengan kriteria
audit. CSI untuk permintaan pelanggan sebesar 3,76 (skala 1-5). Variabel yang
menggambarkan kondisi permintaan pelanggan pada (Lampiran 7).
Nilai C1 sebesar 3,76 menggambarkan tingkat permintaan pelanggan pada
jasa pariwisata khususnya agrowisata untuk lima tahun mendatang besar.
Perusahaan harus memperhatikan jenis wisata serta kegiatan wisata yang diminati
dan diinginkan konsumen untuk lima tahun mendatang, tingkat pengetahuan
konsumen mengenai program wisata yang ditawarkan, serta daya beli konsumen
untuk merealisasikan kunjungan wisata pada saat ini dan di waktu mendatang.
Ketiga faktor tersebut harus diperhatikan perusahaan karena sering mengalami
perubahan. Wisata merupakan kebutuhan tersier sehingga bukan prioritas utama
masyarakat dalam mengalokasikan dananya. Meskipun demikian permintaan jasa
wisata akan terus besar mengingat rutinitas sehari-hari yang membosankan dan
92
melelahkan sehingga masyarakat membutuhkan jasa wisata untuk mengembalikan
staminanya agar dapat menjalani rutinitasnya. Elemen yang diukur untuk
mengetahui tingkat permintaan konsumen yaitu enlighted (tercerahkan),
informationalized (tahu informasi), serta empowered (berkemampuan).
6.2.1.1 Enlighted (Tercerahkan)
Konsumen tercerahkan merupakan konsumen yang memiliki tingkat
pengetahuan yang cukup terhadap produk perusahaan, memiliki pandangan
kedepan dan bertindak rasional dalam membuat keputusan, serta mampu
mempengaruhi konsumen lain untuk melakukan pembelian. Hasil audit CSP
untuk permintaan pelanggan pada elemen tercerahkan diperoleh skor sebesar 3,91
(skala 1-5). Skor tersebut menggambarkan bahwa konsumen memiliki tingkat
pencerahan yang tinggi.
Konsumen KaWePe memiliki pandangan dan pengetahuan yang cukup
besar terhadap paket wisata yang ditawarkan. Skor variabel ini sebesar 3,18 (skala
1-5). Pandangan dan pengetahuan konsumen terhadap KaWePe baik lokasi, harga,
konsep wisata, maupun paket wisata dan kegiatan wisata yang ditawarkan cukup
besar. Namun konsumen belum mengetahui secara rinci perbedaan paket dan
kegiatan wisata yang ditawarkan. Hal ini dikarenakan masih rendahnya kegiatan
pemasaran KaWePe sebagai akibat keterbatasan biaya. Selain itu, kegiatan
pemasaran KaWePe sebagian besar fokus untuk pelanggan paket diantaranya
sekolah, serta lembaga pendidikan sehingga sebagian besar pengunjung yang
tidak mengikuti paket wisata tidak mengetahui secara jelas mengenai paket wisata
yang ditawarkan.
Pengunjung memiliki tingkat rasionalitas yang sangat tinggi dalam
memutuskan kunjungan ke KaWePe. Skor variabel ini 4,73 (skala 1-5)
menunjukkan bahwa untuk lima tahun mendatang konsumen lebih berfikir
rasional dalam memutuskan kunjungan ke KaWePe. Konsumen dalam
memutuskan kunjungan tidak hanya berfikir karena lokasi yang strategis serta
tingkat harga yang lebih murah, tetapi juga keanekaragaman kegiatan wisata yang
ditawarkan, pelayanan yang diberikan oleh lokasi wisata, serta kualitas dan
manfaat yang diperoleh dengan melakukan kunjungan. Konsumen berfikir
rasional dalam memutuskan kunjungan lokasi tujuan wisata sebagai akibat
93
tingginya persaingan pariwisata khususnya agrowisata di Kab Bogor. Jumlah
lokasi wisata di Kab Bogor pada tahun 2008 sebanyak 47 lokasi. Selain itu,
kondisi perekonomian yang tidak menentu, seperti krisis global menyebabkan
konsumen lebih rasional dalam mengalokasikan uangnya dan lebih selektif dalam
menentukan pilihan. Kecenderungan konsumen mencari lokasi yang tidak hanya
memperoleh kegembiraan tetapi juga mendapatkan manfaat dengan mempelajari
lingkungan seperti pendidikan dan pengalaman di bidang pertanian.8
Konsumen memiliki tingkat pengaruh yang besar dalam mempengaruhi
pihak lain untuk memutuskan kunjungan ke KaWePe dengan skor sebesar 3,82
(skala 1-5). Skor tersebut menggambarkan bahwa untuk lima tahun mendatang
word of mouth promotion lebih cepat mempengaruhi keputusan kunjungan
dibandingkan melalui media promosi. Pengalaman yang diperoleh pengunjung
saat kunjungan di lokasi wisata menjadi salah satu faktor yang mampu
mempengaruhi konsumen lain untuk berkunjung. Konsumen lain akan tergugah
dan termotivasi untuk melakukan kunjungan ke lokasi wisata dengan melihat
kepuasaan yang diperoleh pengunjung terdahulu. Sedangkan, apabila pengunjung
memperoleh pengalaman yang tidak memuaskan saat berkunjung ke KaWePe
akan menjadi penghalang konsumen lain untuk berkunjung. Menyikapi kondisi
tersebut KaWePe harus memberikan pelayanan terbaik agar pengunjung puas dan
mampu menjadi media informasi untuk memasarkan KaWePe kepada pihak lain.
Hal ini sebagai upaya memperkenalkan KaWePe karena selama 6 tahun berdiri
keberadaan KaWePe relatif belum diketahui masyarakat umum.
6.2.1.2 Informationalized (Tahu informasi)
Konsumen yang tahu informasi adalah konsumen yang memiliki
kemampuan dan pengetahuan untuk mengevaluasi pilihan yang terdapat di pasar
akibat kemudahan dan kecepatan konsumen mendapatkan informasi. Hasil audit
CSP untuk permintaan pelanggan pada elemen tahu informasi diperoleh skor
sebesar 3,59 (skala 1-5). Skor tersebut menggambarkan bahwa untuk lima tahun
mendatang konsumen memiliki informasi yang cukup tinggi sebelum
8 Biofokom. 2007. Strategi Pengembangan Wisata Agro di Indonesia.
http//www.biofokom.com [6-06-2008]
94
memutuskan lokasi yang dikunjungi. Konsumen dapat dengan mudah melakukan
pilihan-pilihan yang ditawarkan di pasar.
Konsumen memiliki kemampuan yang besar untuk membandingkan paket
wisata yang ditawarkan KaWePe dengan yang ditawarkan lokasi lain untuk lima
tahun mendatang. Skor untuk variabel ini sebesar 3,73 (skala 1-5). Konsumen
memiliki banyak informasi untuk membandingkan paket wisata KaWePe dengan
lokasi lain. Perkembangan teknologi informasi memudahkan konsumen
memperoleh informasi yang dibutuhkan. Informasi yang konsumen miliki dalam
membandingkan paket wisata yaitu tingkat harga, keragaman dan kualitas paket
wisata yang ditawarkan. Konsumen memprediksikan bahwa harga di KaWePe
sama saja dengan harga di lokasi lainnya, keragaman paket wisata yang
ditawarkan cukup beragam, serta kualitas paket wisata KaWePe lebih baik
dibandingkan dengan lokasi lainnya yang tercermin dari pelayanan dan
keramahan pekerja KaWePe, serta program kegiatan fokus pada pengenalan
pertanian, sehingga manfaat yang diperoleh konsumen tidak hanya hiburan tetapi
juga pendidikan dan pengalaman khususnya di bidang pertanian.
Paket wisata KaWePe memiliki keanekaragaman yang tinggi
dibandingkan lokasi lainnya. Skor yang diperoleh variabel ini sebesar 3,73 (skala
1-5). Daya tarik sebuah objek wisata merupakan salah satu pendorong yang
memotivasi konsumen untuk melakukan kunjungan ke lokasi wisata. Maka dari
itu, setiap lokasi wisata harus berupaya melakukan inovasi pada paket wisatanya.
Konsumen saat ini dan waktu mendatang semakin memperhatikan manfaat positif
yang diperoleh dari kegiatan wisata tidak hanya sekedar untuk memperoleh
kegembiraan. Paket wisata KaWePe beranekaragam sesuai dengan usia dan
kebutuhan konsumen. KaWePe memiliki sepuluh jenis paket wisata. Terdapat
kekurangan dari salah satu paket KaWePe yaitu paket untuk pengunjung umum
belum jelas terutama mengenai pengenalan pertanian, karena pada paket tersebut
hanya berisi tiket masuk, biaya asuransi, dan minuman selamat datang.
Pengunjung umum belum memperoleh pembelajaran khusus mengenai pertanian,
kecuali yang mengikuti demo gratis. Namun, saat ini KaWePe sedang
memformulasikan kegiatan edukatif untuk pengunjung umum yang bernama
95
Paspor Kasih Sayang. Selain itu, KaWePe memiliki kekurangan dalam hal
fasilitas untuk wisata jumlahnya masih terbatas.
Akses informasi konsumen baik usaha konsumen mencari informasi
maupun kemudahan dan kecepatan konsumen memperoleh informasi sebelum
memutuskan kunjungan tinggi. Skor yang diperoleh sebesar 3,73 (skala 1-5).
Peningkatan teknologi informasi mendorong setiap perusahaan berupaya
memanfaatkan kondisi tersebut untuk memperkenalkan lokasinya dan menarik
perhatian konsumen untuk berkunjung seperti melalui internet, iklan televisi dan
koran, serta media lainnya. Hal ini memudahkan konsumen untuk memperoleh
informasi dan melakukan pilihan lokasi yang akan dikunjungi. Konsumen
semakin selektif dalam melakukan pilihan sehingga usaha konsumen untuk
memperoleh informasi cukup besar sebelum memutuskan lokasi yang dikunjungi.
Hal ini sebagai upaya konsumen untuk memperoleh lokasi wisata terbaik.
Perbedaan merek KaWePe dengan merek wisata sejenis untuk lima tahun
mendatang cukup besar. Skor yang diperoleh sebesar 3,18 (skala 1-5). Usaha di
bidang jasa pariwisata merupakan sebuah usaha yang bertujuan untuk
menyediakan lokasi berlibur dengan pelayanan terbaik agar konsumen
memperoleh kepuasan. Setiap lokasi wisata memiliki konsep dan jenis wisata
masing-masing, sehingga perbedaan merek antar lokasi wisata cukup besar,
meskipun hampir semua lokasi wisata menganggap merek tidak hanya
menunjukkan identitas lokasi tetapi menunjukkan konsep wisata, serta tujuan
yang ingin dicapai masing-masing lokasi. Motto Agropintar KaWePe merupakan
wisata agro ramah lingkungan dengan panorama hamparan sawah diantara kebun
buah dan kolam ikan memiliki beranekaragam paket wisata dengan konsep
pendidikan dan pengalaman khususnya pertanian.
6.2.1.3 Empowered (Berkemampuan)
Konsumen yang berkemampuan merupakan konsumen yang mampu
merealisasikan keputusannya untuk melakukan kunjungan. Hasil audit CSP
terhadap elemen berkemampuan diperoleh skor sebesar 3,82 (skala 1-5). Skor
tersebut menggambarkan bahwa untuk lima tahun mendatang konsumen memiliki
kemampuan yang besar untuk merealisasikan kunjungan ke KaWePe.
96
Pengaruh pihak lain (teman, keluarga, dan lainnya) pada keputusan
konsumen untuk berkunjung ke KaWePe besar. Skor yang diperoleh 4,00 (skala
1-5). Pengalaman ataupun informasi yang diberikan pihak lain terutama teman
dan keluarga cukup besar pengaruhnya dalam memotivasi atau menghambat
konsumen berkunjung ke KaWePe sesuai kepuasan yang diperolehnya saat
berkunjung. Lokasi wisata yang sudah 6 tahun ini berlokasi agak sulit diketahui.
Upaya pemasaran pun belum maksimal sebagai dampak keterbatasan dana yang
dimiliki sehingga keberadaan lokasi ini relatif belum diketahui masyarakat umum.
Kemampuan konsumen merealisasikan kunjungan ke KaWePe besar. Skor
yang diperoleh sebesar 3,64 (skala 1-5). Jasa wisata bukan merupakan kebutuhan
pokok, melainkan kebutuhan tersier. Meskipun demikian kebutuhan rekreasi dapat
menjadi salah satu kebutuhan utama untuk memperoleh hiburan dalam
mengembalikan energi akibat rutinitas sehari-hari yang melelahkan dan
membosankan. Kondisi perekonomian yang semakin menurun akibat krisis global
menyebabkan harga barang dipasar meningkat begitu pun kemungkinan terjadi
pada harga wisata. Namun perubahan harga tidak membatalkan niat konsumen
yang akan berkunjung terutama konsumen umum dan sekolah. Pada konsumen
perusahaan perubahan harga yang meningkat mempengaruhi tingkat realisasi
kunjungan ke KaWePe seperti tahun 2008 jumlah kunjungan perusahaan
mengalami penurunan signifikan sebesar 70 persen sebagai upaya mengurangi
pengeluaran untuk memperbaiki keuangan perusahaan.
6.2.2 Competitor (Pesaing / C3)
Hasil audit pemasaran terhadap pesaing diperoleh nilai standar deviasi
sebesar 0,37 (≤0,5). Nilai tersebut menunjukkan responden cukup representatif
terhadap pertanyaan yang diajukan mengenai pesaing sehingga tingkat
penyebaran jawaban responden sesuai dengan kriteria audit. CSI untuk pesaing
sebesar 3,75 (skala 1-5). Responden yang mengisi kuesioner CSP untuk C3 yaitu
pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor serta pihak KaWePe.
Nilai C3 sebesar 3,66 menggambarkan pesaing di industri pariwisata
khususnya agrowisata di Kabupaten Bogor untuk lima tahun mendatang besar
sehingga tingkat persaingan cukup tinggi. Elemen yang diukur yaitu general
(umum), agresiveness (agresifitas), serta kapabilitas (kemampuan pesaing).
97
Tabel 18. Hasil Audit pada Pesaing
C
3
Elemen Variabel R1 R2 R3 R4 R5 Sdev Rata-rata
Umum
A Jumlah pesaing 5 5 5 3 4 0,89 4,40
B Pesaing potensial 4 4 4 4 4 0,00 4,00
C Produk subsitusi 3 3 4 4 4 0,55 3,60
D Pesaing baru 4 4 3 4 4 0,45 3,80
Rata-rata 0,47 3,95
Agresifitas
A Segmentasi pesaing 4 4 4 5 4 0,45 4,20
B Targeting pesaing 2 1 2 1 2 0,55 1,60
C Positioning pesaing 2 3 3 3 3 0,45 2,80
D Penentuan harga pesaing 4 3 4 3 4 0,55 3,60
E Perkembangan kualitas pesaing
4 4 4 4 4 0,00 4,00
Rata-rata 0,40 3,24
Kapabilitas
A Keuangan pesaing 4 3 4 4 4 0,45 3,80
B Kemampuan SDM pesaing
4 4 4 4 4 0,00 4,00
C Jumlah aset pesaing 4 3 4 4 4 0,45 3,80
D Teknologi pesaing 4 4 3 5 5 0,84 4,20
E kreatifitas pesaing 3 4 4 4 4 0,45 3,80
F Kemampuan mengenali pesaing lain
3 3 4 3 3 0,45 3,20
Rata-rata 0,44 3,80
Rata-rata nilai C3 0,44 3,66
Keterangan :A,B,C, dsb : Pertanyaan-pertanyaan yang menggambarkan variabelR1-R5 : Responden yang mengisi form C3
R1 : Divisi Agro Dinas Kebudayaan dan PariwisataR2 : Divisi Promosi Dinas Kebudayaan dan PariwisataR3 : Divisi Program Dinas Kebudayaan dan PariwisataR4 : Divisi Sales dan Marketing KaWePeR5 : Divisi Pendidikan dan Latihan KaWePe
6.2.2.1 General (Umum)
Umum menggambarkan jumlah pesaing yang berada di industri maupun
pesaing potensial, pesaing subsitusi, dan pesaing pendatang baru. Hasil audit CSP
elemen umum 3,95 (skala 1-5), menggambarkan jumlah pesaing dalam industri
pariwisata khususnya agrowisata di Kab Bogor diprediksikan tinggi.
Jumlah usaha agrowisata di Kab Bogor saat ini sangat tinggi. Skor yang
diperoleh sebesar 4,40 (skala 1-5). Persaingan dalam industri pariwisata di Kab
98
Bogor tinggi sebagai akibat banyaknya jumlah usaha jasa wisata sebanyak 47
usaha. Sedangkan jumlah agrowisata di Kab Bogor berjumlah 9 usaha. Jumlah
lokasi wisata maupun agrowisata di Kab Bogor kemungkinan akan terus
meningkat mengingat usaha jasa wisata memiliki potensi cukup tinggi sebagai
akibat kondisi sumber daya alam Kab Bogor cukup baik untuk usaha agrowisata,
dan lokasinya strategis dekat pasar utama Jakarta dan sekitarnya serta gerbang
penerbangan internasional. Selain itu, keberhasilan usaha wisata yang telah ada
mampu menjadi motivator pembuatan lokasi baru. Pesaing utama KaWePe yaitu
Taman Wisata Mekar Sari. Hal ini dikarenakan lokasi yang berdekatan, konsep
wisata yang hampir sama, fasilitas wisata yang sangat banyak, serta aksesibilitas
ke Mekar Sari lebih baik dibandingkan ke KaWePe harus melewati sebuah pasar
dengan kemacetan akibat pasar tumpah. Selain itu, terdapat pula pesaing lainnya
baik dari usaha wisata dengan konsep sejenis maupun usaha wisata lainnya.
Pesaing potensial yang berasal dari usaha wisata yang terdapat di Kab
Bogor yang berpotensi menjadi pesaing KaWePe untuk lima tahun mendatang
tinggi. Skor yang diperoleh sebesar 4,00 (skala 1-5). Banyaknya jumlah lokasi
wisata di Kab Bogor menyebabkan tingkat persaingan menjadi tinggi. Pada saat
ini pesaing utama KaWePe yaitu Taman Wisata Mekar Sari. Namun untuk lima
tahun mendatang kemungkinan munculnya pesaing potensial dari usaha wisata di
Kab Bogor tinggi. Hal ini tercermin dari usaha wisata di Kab Bogor yang belum
diperhitungkan oleh KaWePe sebagai pesaing utama selalu berupaya melakukan
berbagai usaha untuk meningkatkan kinerja usahanya dengan melakukan inovasi
pada paket wisata maupun fasilitas yang ditawarkan. Menurut Kasi Promosi,
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor beberapa lokasi agrowisata
yang potensial menjadi pesaing utama KaWePe yaitu Taman Wisata Matahari,
Kampoeng Wisata Cinangneng, serta Rumah Sutera Alam. Lokasi wisata yang
dapat dikatakan pesaing tidak hanya tercermin dari kedekatan lokasi tetapi dari
harga, konsep wisata, fasilitas, serta pelayanan yang diberikan kepada konsumen.
Produk subsitusi yang ada dan mampu menjadi pesaing KaWePe saat ini
banyak. Skor yang diperoleh sebesar 3,60 (skala 1-5). Menurut Kasi program,
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab Bogor (2009) konsumen tidak hanya
menyukai konsep wisata yang yang menyatu dengan alam tetapi membutuhkan
99
wisata yang tidak membosankan, mampu menguji mental konsumen, dan
meningkatkan team work. Selain itu, konsumen juga menyukai wisata air (kolam
renang). Produk subsitusi yang mampu menjadi pesaing KaWePe yaitu wisata
outbound mampu menguji mental dan keberanian, serta team work konsumen,
serta wisata air dengan konsep bola air, air tumpah, maupun kolam arus. Lokasi
wisata yang menjadi pesaing subsitusi KaWePe yaitu wisata outbound Gunung
Gunder, Kawani outbound, Kansebu di Gadog, Sabut Kelapa outbound di Taman
Wisata Mekar Sari, Pramesti outbound di Gadog, dan The Junggle di Kota Bogor.
Pendatang baru yang akan masuk industri pariwisata khususnya
agrowisata di Kab Bogor untuk lima tahun mendatang banyak. Skor yang
diperoleh sebesar 3,80 (skala 1-5). Industri pariwisata merupakan salah satu
industri yang menguntungkan akibatnya banyak pendatang baru yang mungkin
hadir. Selain itu, kondisi perekonomian yang berfluktuasi mengakibatkan
permintaan terhadap jasa wisata semakin meningkat untuk mengurangi stress yang
dialami masyarakat, kondisi alam dan sumber daya yang mendukung untuk
pembuatan lokasi wisata di Kab Bogor, serta kemudahan memasuki industri
pariwisata dan tingginya PDRB sector pariwisata yakni menduduki peringkat
terbesar ke tiga PDRB di Kab Bogor setelah pertanian dan pendidikan sebesar 11
% atau 32 milyar/tahun. Hal tersebut merangsang pertumbuhan investasi di bidang
ini. Pertumbuhan jumlah lokasi wisata di Kab Bogor yang terus meningkat setiap
tahunnya menjadi cerminan melihat jumlah wisata untuk lima tahun mendatang.
6.2.2.2 Agressiveness (agresifitas)
Tingkat agresifitas pesaing menggambarkan usaha pesaing menerapkan
strateginya secara kreatif dan efektif. Tingkat agresifitas pesaing di industri
pariwisata khususnya agrowisata di Kab Bogor untuk lima tahun mendatang
cukup tinggi. Skor yang diperoleh sebesar 3,24 (skala 1-5).
Skor segmentasi pesaing sebesar 4,20 (skala 1-5) menggambarkan strategi
segmentasi pesaing berdasarkan perilaku yakni meninjau manfaat yang diinginkan
konsumen, tingkat penggunaan, serta kesetiaan konsumen. Segmen pasar yang
dituju pesaing fokus berdasarkan manfaat yang diinginkan konsumen dimana
lokasi wisata membuat konsep wisata yang tidak hanya memberikan kegembiraan
tetapi memberikan unsur manfaat terutama untuk pengetahuan dan pengalaman.
100
Selain itu, pesaing juga lebih memperhatikan tingkat penggunaan dan kesetiaan
konsumen dengan memperhatikan permintaan konsumen yakni menyeimbangkan
antara kebutuhan pendidikan dan juga kebutuhan hiburan seperti penyediaan arena
permainan beserta fasilitas pendukung yang lebih lengkap. Hal tersebut
menyebabkan pilihan yang ditawarkan lebih banyak dan loyalitas konsumen
semakin meningkat sehingga konsumen kembali melakukan kunjungan.
Strategi targeting yang ditetapkan oleh pesaing rendah skor yang
diperoleh sebesar 1,60 (skala 1-5). Pesaing menetapkan target pasar program
wisatanya ditujukan untuk semua orang dan untuk orang yang cocok serta
diyakini mampu berkunjung ke lokasi wisata. Pesaing membuat program kegiatan
yang beranekaragam yakni memenuhi seluruh keinginan konsumen sehingga
target pasar yang dituju adalah semua orang. Namun program wisata yang di
tawarkan telah memiliki kriteria tertentu untuk konsumen sesuai dengan
kebutuhannya.
Skor yang diperoleh dari strategi positioning pesaing sebesar 2,80 (skala
1-5) menggambarkan bahwa pesaing memposisikan paket wisatanya sebagai
paket wisata yang lebih baik dari tempat lain dan memiliki satu pernyataan yang
melekat di benak konsumen. Pesaing terdekat KaWePe memiliki jenis paket yang
beranekaragam serta fasilitas pendukung yang memadai untuk memberikan
kepuasaan konsumen dan meningkatkan loyalitas konsumen. Kegiatan wisata
pesaing utama fokus untuk memperkenalkan buah sehingga posisi pesaing
memiliki satu pernyataan yang melekat di benak konsumen sebagai kebun buah.
Tingkat penentuan harga yang ditetapkan pesaing untuk 5 tahun
mendatang diprediksikan cukup murah. Skor yang diperoleh sebesar 3,60 (skala
1-5). Contohnya tiket masuk KaWePe seharga Rp. 12.500 / orang sedangkan
untuk pesaing KaWePe seperti Taman Wisata Mekar sari Rp 15.000 / orang,
Taman Matahari Rp. 6.000 / orang. Namun meskipun demikian terdapat pula yang
harganya lebih mahal yaitu Taman Safari Indonesia Rp 60.000 / orang. Secara
umum harga yang ditetapkan pesaing cukup murah dibandingkan KaWePe.
Penentuan harga pesaing disesuaikan dengan fasilitas yang diberikan pada
konsumen. Selain itu, banyak pesaing KaWePe yang memberikan potongan harga
yang cukup besar 10-30% terutama untuk rombongan. Potongan harga merupakan
101
intensif yang diberikan kepada panitia dan menjadi alat promosi yang mampu
menarik pengunjung, serta pendorong untuk menentukan lokasi tujuan wisata.
Inovasi yang dilakukan pesaing sebagai upaya untuk meningkatkan
kualitas wisata yang ditawarkan kepada konsumen tinggi. Skor yang diperoleh
sebesar 4,00 (skala 1-5). Inovasi merupakan salah satu cara menarik konsumen
untuk berkunjung. Pesaing terdekat yaitu Taman Wisata Mekar Sari selalu
melakukan inovasi seperti menambah kegiatan wisata yang tidak hanya taman
buah, tetapi menjadi taman wisata, teknik budidaya seperti persilangan buah,
penambahan dan perbaikan fasilitas wisata maupun akses transportasi berupa bis,
serta pembuatan kartu discount untuk pengunjungnya. Inovasi yang dilakukan
pesaing telah mampu menarik pengunjung yakni peningkatan pengunjung hingga
274,2 persen pada tahun 2006 sebesar 44.550 orang menjadi 166.720 orang pada
tahun 2007 (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab Bogor 2009).
6.2.2.3 Capability (Kemampuan pesaing)
Kemampuan pesaing merupakan kemampuan yang dimiliki pesaing dari
kondisi keuangan, Sumber Daya Manusia (SDM), jumlah aset perusahaan, serta
teknologi yang diterapkan perusahaan untuk memenangkan persaingan di industri
pariwisata khususnya agrowisata di Kab Bogor. Kemampuan pesaing dalam
industri pariwisata khususnya agrowisata di Kab Bogor untuk lima tahun
mendatang diprediksikan tinggi. Skor yang diperoleh sebesar 3,80 (skala 1-5).
Skor dari kondisi keuangan pesaing 3,80 (skala 1-5), menggambarkan
keuangan pesaing untuk memenangkan persaingan pada lima tahun mendatang
tinggi. Pesaing KaWePe sebagian besar melakukan berbagai upaya yang
mecerminkan kondisi keuangan yang tinggi. Upaya peningkatkan keuangan
dilakukan melalui kegiatan inovasi pada paket wisata, penambahan fasilitas sesuai
permintaan dan kebutuhan konsumen, serta perbaikan infrastuktur untuk
kenyamanan konsumen. Upaya tersebut berdampak pada jumlah kunjungan dan
mempengaruhi keuangan perusahaan.
Kemampuan SDM pesaing untuk lima tahun mendatang tinggi. Skor yang
diperoleh 4,00 (skala 1-5). Tenaga kerja pesaing memiliki tingkat pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman yang banyak. Selain itu, karakteristik tenaga kerja
pesaing cukup disiplin dan pekerja keras yakni SDM pesaing berasal dari seluruh
102
Indonesia. Sedangkan untuk tenaga kerja KaWePe sebagian besar memiliki
kualitas yang kurang, baik pengetahuan maupun karakteristiknya bukan pekerja
keras. Meskipun demikian kelebihan KaWePe yaitu memanfaatkan SDM daerah
sekitar sehingga pendirian KaWePe bermanfaat pula untuk masyarakat sekitar.
Kemampuan pesaing memenangkan persaingan dari jumlah aset yang
dimiliki untuk lima tahun mendatang diprediksikan besar. Skor yang diperoleh
sebesar 3,80 (skala 1-5). Jumlah aset pesaing tercermin dari jumlah fasilitas yang
dimilikinya serta upaya pembangunan yang terus dilakukan untuk meningkatkan
kualitas dan pelayanan kepada pengunjung. Pesaing terus melakukan
pembangunan setiap tahunnya seperti pembuatan fasilitas wisata yang mampu
menarik pengunjung, pembangunan dan perbaikan infrastuktur.
Kemampuan pesaing memanfaatkan perkembangan teknologi informasi
untuk kegiatan pemasarannya tinggi. Skor yang diperoleh sebesar 4,20 (skala 1-5).
Teknologi informasi yang dimanfaatkan untuk kegiatan pemasaran yaitu website
yang berisi gambaran umum perusahaan, paket wisata, serta media penyampaian
saran. Pesaing memanfaatkan secara maksimal teknologi informasi yang
dimilikinya seperti website dengan tampilan menarik dan selalu memperbaharui
informasi yang disampaikan. Sedangkan tampilan website KaWePe masih
sederhana belum mampu menarik perhatian konsumen serta tingkat pembaharuan
informasi yang relatif lambat. Pemanfaatan teknologi informasi mampu
memasarkan lokasi wisata bukan hanya dalam negeri, tetapi juga luar negeri.
Tingkat kreatifitas pesaing memenangkan persaingan untuk lima tahun
mendatang tinggi. Skor yang diperoleh sebesar 3,80 (skala 1-5), menggambarkan
bahwa kreatifitas pesaing tinggi dalam pembuatan paket wisata yang berbeda
sehingga memiliki ciri-ciri yang membedakan dengan lokasi lainnya. Selain itu,
hampir seluruh pesaing KaWePe memiliki ciri khas yang membedakan antara satu
lokasi dengan lokasi lainnya. Perbedaan tersebut tercermin dari konsep wisata,
pelayanan yang diberikan, serta merek dan motto lokasi.
Kemungkinan pesaing dapat mengenali pesaing lainnya sebagai upaya
memenangkan persaingan cukup. Skor yang diperoleh sebesar 3,20 (skala 1-5).
Pesaing mempunyai pengetahuan mengenai pesaingnya, karena banyak upaya
yang dilakukan lokasi wisata untuk meninjau kondisi pesaingnya. Upaya tersebut
103
dengan mengikuti asosiasi, kegiatan study banding, serta pameran sehingga setiap
lokasi wisata dapat mengetahui kondisi wisata lainnya.
6.2.3 Change Driver (Perubahan Lingkungan / C4)
Hasil audit terhadap perubahan lingkungan diperoleh standar deviasi
sebesar 0,39 (≤0,5). Nilai tersebut menunjukkan bahwa responden cukup
representatif pada pertanyaan yang diajukan mengenai perubahan lingkungan
sehingga tingkat penyebaran jawaban responden sesuai dengan kriteria audit. Skor
akhir CSI untuk perubahan lingkungan sebesar 3,78 (skala 1-5).
Tabel 19. Hasil Audit pada Perubahan Lingkungan
Keterangan :R1-R5 : Responden yang mengisi form C3A,B,C,D,E, dsb : Pertanyaan-pertanyaan yang menggambarkan elemen
ACDSee 7.0.lnk
C
4
Elemen Variabel R1 R2 R3 R4 R5 Sdev Rata-rata
Teknologi
A Pengaruh teknologi pada stuktur industri
4 3 4 4 3 0,55 3,60
B Pengaruh inovasi teknologi 3 3 3 4 3 0,45 3,20
C Pengaruh teknologi pada keunggulan bersaing
3 3 3 4 3 0,45 3,20
D Pengaruh teknologi peda strategi perusahaan
4 5 4 4 4 0,45 4,20
Rata-rata 0,47 3,55
Sosekpol
A Pengaruh ekonomi pada penjualan
3 3 4 4 4 0,55 3,60
B Pengaruh ekonomi pada daya beli
3 3 4 4 4 0,55 3,60
C Pengaruh globalisasi dan liberalisme perdagangan
3 4 4 4 4 0,45 3,80
D Pengaruh peraturan pemerintah
4 3 3 3 3 0,45 3,20
E Pengaruh perubahan kelas sosial
4 4 4 5 4 0,45 4,20
Rata-rata 0,49 3,68
Pasar
A Peluang pemain baru 5 5 5 5 5 0,00 5,00
B Tingkat kesulitan masuk industri
3 3 3 4 3 0,45 3,20
Rata-rata 0,22 4,10
Rata-rata nilai C4 0,39 3,78
104
Nilai C4 sebesar 3,78 menggambarkan bahwa perubahan lingkungan di
industri pariwisata khususnya agrowisata di Kab Bogor untuk lima tahun
mendatang memiliki pengaruh yang besar. Elemen yang diukur pada perubahan
lingkungan yaitu teknologi, sosial, ekonomi, dan politik, serta pasar.
6.2.3.1 Teknologi
Skor yang diperoleh untuk elemen teknologi sebesar 3,55 (skala 1-5). Skor
tersebut menggambarkan bahwa perubahan teknologi memiliki pengaruh yang
besar terhadap industri pariwisata khususnya agrowisata. Hal ini tercermin dari
pemanfaatan teknologi informasi seperti internet yang mempermudah lokasi
wisata melakukan promosi kepada konsumen dalam dan luar negeri.
Pengaruh teknologi terhadap stuktur industri pariwisata khususnya
agrowisata untuk lima tahun mendatang besar dengan skor sebesar 3,60 (skala 1-
5). Perubahan teknologi yang berpengaruh terhadap stuktur industri pariwisata
yaitu teknologi informasi, teknologi produksi, serta teknologi pemesanan dan
pembayaran. Penggunaan internet melalui website, penggunaan komputerisasi
untuk mempermudah penyimpanan data, serta pembelajaran teknik budidaya
penanaman seperti hidroponik, tambulampot, dan teknik persilangan. Sedangkan
perkembangan teknologi untuk kemudahan dan kecepatan berkaitan dengan
kemudahan konsumen dalam pembayaran yakni tidak harus langsung dilokasi
wisata tetapi ditransfer melalui atm. Perubahan teknologi mempermudah,
mempercepat, dan memperluas jangkauan promosi. Dampaknya jumlah
pengunjung meningkat sehingga agrowisata dalam stuktur industri pariwisata
memiliki peranan lebih baik tercermin dari devisa yang semakin meningkat.
Skor yang diperoleh pengaruh inovasi teknologi terhadap agrowisata
sebesar 3,20 (skala 1-5) menggambarkan bahwa inovasi teknologi memiliki
pengaruh yang cukup terhadap agrowisata. Agrowisata termasuk pada wisata
ekologi (ecotourism) yaitu kegiatan wisata dengan tidak merusak atau mencemari
alam, dengan tujuan mengagumi atau menikmati keindahan alam, hewan, serta
tumbuhan liar pada habitat aslinya, serta dapat dijadikan sarana pendidikan
(Departemen Pertanian 2005). Pemanfaatan inovasi teknologi di agrowisata
terutama untuk kegiatan wisata maupun peralatan yang digunakan cukup kecil
karena kegiatan yang ditawarkan difokuskan pada kegiatan back to nature yakni
105
menghindari pemanfaatan teknologi seperti mesin, maupun yang mampu merusak
keaslian alam. Inovasi teknologi hanya digunakan pada teknik penanaman seperti
hidroponik, tambulampot, persilangan, kegiatan pemasaran, komputerisasi,
maupun kemudahan pemesanan dan pembayaran.
Teknologi memiliki pengaruh yang cukup pada keunggulan bersaing
agrowisata. Skor yang diperoleh sebesar 3,20 (skala 1-5). Keunggulan bersaing
agrowisata tidak tercermin dari pemanfaatan teknologi untuk kegiatan wisatanya
melainkan dari pelayanan, manfaat pendidikan dan pengalaman pertanian yang
diperoleh konsumen yang bersifat alami. Selain itu, inovasi teknologi tidak
memiliki pengaruh besar pada produk yang ditawarkan karena kegiatan
agrowisata diarahkan pada prinsip back to nature dan mencoba mengurangi
pemanfaatan teknologi yang bersifat merusak lingkungan. Salah satu contohnya
yaitu kegiatan membajak sawah menggunakan bajak tradisional dengan tenaga
binatang dan menghindari penggunaan traktor, begitu pula kegiatan menumbuk
padi menggunakan alat penumbuk tradisional tidak menggunakan mesin healer.
Pengaruh teknologi besar terhadap strategi yang ditetapkan lokasi wisata.
Skor yang diperoleh 4,20 (skala 1-5). Pemanfaatan perkembangan teknologi pada
industri pariwisata khususnya agrowisata tercermin dari teknologi informasi,
produksi, serta pemesanan dan pembayaran. Pemanfaatan teknologi informasi
berupa website memudahkan konsumen memperoleh informasi mengenai lokasi
wisata. Setiap lokasi wisata berlomba-lomba membuat paket wisata yang lebih
baik melalui diferensiasi serta jangkauan promosi semakin luas. Hal ini
menyebabkan perusahaan harus meninjau ulang strategi yang ditetapkan seperti
segmentasi, targeting, dan positioning agar memenuhi permintaan konsumen.
Selain itu, pengaruh pemanfaatan teknologi memudahkan konsumen melakukan
pembayaran melalui atm serta pemesanan dengan telepon. Sedangkan untuk
budidaya meyebabkan pengetahuan yang diperoleh konsumen semakin banyak
seperti hidroponik, tambulampot, serta persilangan.
6.2.3.2 Sosial, Ekonomi, dan Politik (Sosekpol)
Skor yang diperoleh untuk elemen sosekpol sebesar 3,68 (skala 1-5). Skor
tersebut menggambarkan bahwa pengaruh perubahan kondisi sosial, ekonomi, dan
politik terhadap industri pariwisata khususnya agrowisata besar.
106
Pengaruh ekonomi terhadap daya beli konsumen dan penjualan jasa wisata
besar dengan skor sebesar 3,60 (skala 1-5). Kondisi perekonomian Indonesia
selalu berubah salah satunya karena dipengaruhi oleh fluktuasi harga BBM (bahan
bakar minyak). Fluktuasi harga minyak dunia berdampak pada harga BBM yang
akan berpengaruh pada daya beli masyarakat. Hal ini dikarenakan perubahan pada
harga BBM berpengaruh pada perubahan harga barang-barang di pasaran. Maka
dari itu, konsumen akan semakin selektif mengalokasikan uangnya yakni
mengutamakan kebutuhan pokok dibandingkan kebutuhan tersier seperti wisata.
Seiring dengan diturunkannya harga BBM pada tanggal 15 Januari 2009 diikuti
pula penurunan harga kebutuhan pokok lain seperti minyak goreng, dan tarif
angkutan akan berdampak pada daya beli masyarakat semakin membaik.9
Menurut Kasi Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor
(2009) faktor lain yang mempengaruhi kunjungan wisata yaitu kondisi keamanan
lokasi wisata, kesempatan dan waktu luang yang dimiliki, serta kondisi kesehatan
konsumen untuk melakukan wisata.
Pengaruh liberalisme dan perdagangan bebas pada agrowisata besar
dengan skor 3,80 (skala 1-5). Pemberlakuan perdagangan bebas memberikan
pengaruh positif dan negatif terhadap pariwisata khususnya agrowisata di
Indonesia. Pengaruh negatif liberalisme dan perdagangan bebas yaitu
meningkatnya persaingan industri pariwisata khususnya agrowisata dimana
persaingan terjadi bukan hanya dari dalam negeri tetapi juga luar negeri. Namun
pengaruh negatif tersebut memberikan pengaruh positif kepada usaha pariwisata
khususnya agrowisata untuk melakukan inovasi agar mampu bersaing dalam
kondisi perdagangan bebas baik mempertahankan maupun menarik konsumen.
Pengaruh peraturan dan kebijakan pemerintah pada pariwisata khususnya
agrowisata cukup besar. Skor yang diperoleh sebesar 3,20 (skala 1-5). Kebijakan
atau peraturan yang ditetapkan pemerintah terhadap pariwisata terdapat yang
berpengaruh positif dan terdapat pula yang berpengaruh negatif. Peraturan yang
bersifat positif diantaranya peraturan mengenai peningkatan mutu SDM pekerja
9 [Anonim]. 2009. Memaknai Penurunan Harga BBM. http//www.republika.com [05-03-2009]
107
lokasi wisata hal ini berdampak positif bahwa perusahaan berusaha meningkatkan
kualitas SDM dan nantinya meningkatkan pelayanan kepada pengunjung.
Menurut Kasi Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Bogor (2009) kebijakan pemerintah mengenai pembuatan NPWP untuk beberapa
tahun ke depan memiliki pengaruh positif dan negatif pada industri pariwisata
khususnya agrowisata. Pengaruh positif kebijakan tersebut yaitu memotivasi
lokasi wisata di Indonesia untuk lebih baik dan meningkatkan kualitasnya agar
tetap bertahan pada situasi persaingan yang terjadi dan mampu menarik perhatian
pengunjung. Sedangkan pengaruh negatif kebijakan tersebut terhadap pemotongan
biaya fiskal wisatawan domestik yang akan ke luar negeri sehingga memotivasi
wisatawan domestik berwisata ke luar negeri.
Pengaruh perubahan kelas sosial, gaya hidup, dan perilaku masyarakat
besar terhadap permintaan jasa wisata khususnya agrowisata dengan skor 4,20
(skala 1-5). Perubahan kelas sosial akan berpengaruh pula pada gaya hidup dan
perilaku masyarakat. Peningkatan kelas sosial akan mendorong perubahan gaya
hidup dan perilaku yang lebih tinggi. Masyarakat tidak hanya ingin memenuhi
kebutuhan primernya, tetapi juga berusaha memenuhi kebutuhan sekunder dan
tersier seperti jasa wisata. Selain itu, perubahan kelas sosial mangakibatkan gaya
hidup masyarakat mengikuti trend yang berlaku, seperti trend di bidang jasa
wisata yakni jasa wisata dengan prinsip back to nature seperti agrowisata maupun
trend pariwisata untuk beberapa tahun ke depan.
6.2.3.3 Pasar
Skor yang diperoleh untuk elemen pasar sebesar 4,30 (skala 1-5). Skor
tersebut menggambarkan bahwa perubahan kondisi pasar memiliki pengaruh
besar terhadap industri pariwisata khususnya agrowisata.
Peluang datangnya pemain baru dalam industri pariwisata khususnya
agrowisata di Kab Bogor untuk lima tahun mendatang sangat besar. Skor yang
diperoleh sebesar 5,00 (skala 1-5). Tingginya pendapatan devisa dari sektor
pariwisata di Kab Bogor sebesar 32 milyar, tingginya permintaan terhadap lokasi
wisata sebagai akibat kepenatan dari rutinitas sehari-sehari, kondisi sumber daya
alam Kab Bogor sesuai untuk pembuatan lokasi wisata agro, serta lokasi Kab
Bogor strategis dekat dengan ibu kota Jakarta dan gerbang penerbangan utama
108
menjadi pendorong investor membuka lokasi wisata baru dan memberikan
peluang pendatang baru di industri pariwisata khususnya agrowisata Kab Bogor.
Tingkat kesulitan masuk industri pariwisata khususnya agrowisata di Kab
Bogor pada lima tahun mendatang cukup. Skor yang diperoleh sebesar 3,20 (skala
1-5). Industri pariwisata merupakan industri yang membutuhkan biaya investasi
yang cukup besar serta membutuhkan lokasi yang luas karena penggunaan sarana
dan prasarana yang cukup banyak. Kesulitan yang akan dihadapi para pelaku
usaha yaitu dalam pembangunan dan penggunaan lokasi. Pembangunan tersebut
tidak sesuai dengan tata ruang wilayah yang direncanakan. Selain itu, Kab Bogor
merupakan daerah serapan air. Maka dari itu terdapat batasan wilayah yang
digunakan untuk pembangunan seperti daerah Puncak-Cianjur sehingga pendatang
baru cukup sulit untuk memasuki industri pariwisata. Namun, hal tersebut tidak
menghambat pelaku usaha membuka lokasi baru. Hal ini dikarenakan pelaku
usaha dapat membuat di lokasi lainnya di Kab Bogor yang dapat digunakan untuk
pembuatan lokasi wisata baru.
6.3 Analisis Kesenjangan (Gap)
Analisis kesenjangan merupakan analisis yang membandingkan hasil
competitive audit pada perusahaan, yaitu indeks lingkungan perusahaan (Company
Alignment Index/CAI) dan indeks lingkungan industri (Competitive Setting
Index/CSI). Skor audit terhadap lingkungan perusahaan diperoleh CAI sebesar
3,41 (skala1-5) yang menunjukkan bahwa bentuk perusahaan saat ini merupakan
perusahaan 3C (Marketing Oriented Company) menuju perusahaan 3,5C (Market
Driven Company). Bentuk perusahaan yaitu sebagai marketer menuju specialist.
Sedangkan skor audit terhadap lingkungan persaingan diperoleh CSI sebesar 3,71
(skala1-5) yang menggambarkan bahwa situasi persaingan yang akan dihadapi
perusahaan untuk lima tahun mendatang yaitu situasi persaingan 3,5C disebut
canggih (shopisticated). Tingkat persaingan semakin ganas dan perubahan
lingkungan semakin discontinu. Setiap perusahaan berupaya memanfaatkan
teknologi yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang berbeda. Hal ini
bertujuan menarik perhatian konsumen yang diperlakukan khusus sebagai klien.
109
Gambar 3. Perhitungan Nilai Kesenjangan (Gap)
Hasil analisis kesenjangan terhadap CAI dan CSI menunjukkan bahwa
KaWePe menghadapi kesenjangan negatif sebesar 0,30 (CAI-CSI). Nilai gap
tersebut menggambarkan strategi yang diterapkan perusahaan ketinggalan atau
keagresifannya kurang dalam menghadapi persaingan dibandingkan situasi
lingkungan bisnis perusahaan. Menyikapi hal tersebut KaWePe harus meninjau
ulang kembali strategi yang telah ditetapkan sesuai dengan situasi persaingan
yang dihadapi. Orientasi pemasaran yang harus dilakukan perusahaan dari
perusahaan 3C (Marketing Oriented Company) menuju perusahaan 3,5C (Market
Driven Company). Perusahaan 3,5C menjadi perusahaan spesialis, perusahaan
hanya melayani sebuah atau beberapa fragmen pasar. Faktor kesuksesan yang
dapat dilakukan dengan menyediakan produk khusus. Selain itu, jika penjualan
produk yang sama pada beberapa fragmen pasar, maka perusahaan membuat
beberapa elemen pemasaran yang berbeda sesuai dengan setiap fragmen pasar.
6.4 Marketing Effectiviness Review (MER)
Marketing Effectivities Review (MER) merupakan pengkajian perusahaan
mengenai efektifitas penggunaan sumber daya pemasaran perusahaan. Hasil audit
diperoleh MEI sebesar 21,67 (skor 0-30). Berdasarkan pedoman kategori
efektivitas pemasaran perusahaan (Tabel 14) skor tersebut menggambarkan bahwa
tingkat efektifitas sumber daya pemasaran KaWePe sangat baik dan efektif.
Pengkajian efektifitas permasaran diukur terhadap lima atribut utama orientasi
pemasaran, diantaranya filosofi pelanggan, organisasi pemasaran terpadu,
infomasi pemasaran yang memadai, orientasi strategis, dan efisiensi operasional.
6.4.1 Filosofi Pelanggan
Hasil pengkajian filosofi pelanggan diperoleh skor rata-rata sebesar 5,67
(skala 0-6). Skor tersebut menunjukkan bahwa KaWePe telah memahami dengan
GAP = CAI - CSI
GAP = 3,41 - 3,71
= - 0,30
110
baik mengenai filosofi pelanggan. Perusahaan telah memahami pelanggannya dan
upaya yang harus dilakukan untuk memenuhi kepuasan pelanggannya..
1) Pihak KaWePe menyadari pentingnya melayani kebutuhan dan keinginan
pasar yang dipilih, manajemen berpikir dari sudut pelayanan kepada
kebutuhan serta keinginan pasar dan segmen pasar yang ditentukan dengan
baik dan dipilih berdasarkan pertumbuhan dan potensi laba jangka
panjangnya untuk perusahaan tersebut. KaWePe melakukan berbagai upaya
untuk melayani kebutuhan dan keinginan dari pasar yang dipilih,
diantaranya pembuatan lembar evaluasi kepada pengunjung, yang terdiri
dari tiga jenis yaitu untuk paket wisata, restoran, dan penginapan. Lembar
evaluasi sebagai upaya meninjau ulang efektifitas kinerja dari pihak
KaWePe serta untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan dari pelanggan,
pembuatan media komplen, penyediaan fasilitas penunjang kegiatan maupun
fasilitas yang bersifat umum. KaWePe menyediakan demo gratis
pembelaran hidroponik, dan tambulampot, dan lainnya. Selain itu,
perumusan mengenai paket wisata beserta kegiatan yang ditawarkan
merupakan hasil diskusi antara pihak internal KaWePe dengan meninjau
kebutuhan konsumen yakni kegiatan yang ditawarkan sesuai dengan
kurikulum pendidikan yang berlaku serta memberikan kemudahan
pelanggan dalam memahami materi sesuai dengan kebutuhannya. Inovasi
produk selalu dilakukan KaWePe baik memperbaiki maupun membuat
produk baru sesuai dengan kebutuhan segmen pasar, seperti penyediaan
lokasi outbound dan arena permainan lainnya.
2) KaWePe menyusun penawaran dan rencana pemasaran yang berbeda untuk
segmen pasar yang berbeda. Produk yang ditawarkan KaWePe berupa paket
wisata baik paket wisata yang bersifat individu berupa HTM maupun yang
bersifat kelompok berupa paket wisata Agropintar dan lainnya. Upaya
KaWePe menawarkan atau memasarkan paket yang ditawarkannnya pun
berbeda sesuai dengan segmen pasar yang dituju. Terdapat rencana
pemasaran yang bersifat umum, terdapat pula yang bersifat khusus.
Pemasaran umum yang dilakukan KaWePe berupa pembuatan website di
media internet, pemasangan iklan, kerjasama dengan media elektronik
111
maupun media cetak, penyebaran brosur, serta kegiatan pameran. Sedangkan
pemasaran khusus untuk pengunjung paket berupa sales call dan school
gathering. Kegiatan pemasaran ini dianggap paling efektif dari pemasaran
yang dilakukan oleh KaWePe.
3) Pihak manajemen KaWePe melakukan pertimbangan terhadap seluruh
bagian pemasaran seperti pemasok, pesaing, serta pelanggan dalam
menyusun perencanaan bisnis dengan melihat dan menyadari ancaman dan
peluang yang muncul untuk perusahaan akibat adanya perubahan. Pemasok
berhubungan erat dengan sub divisi Purchasing yang bertugas menganalisis
kondisi penawaran harga-harga input produksi tanaman, seperti bibit, pupuk,
peralatan, dan lain-lain, serta barang-barang kebutuhan lainnya baik untuk
penginapan, kolam pemancingan, peralatan kantor, maupun restoran.
Sebagian besar pemasok bahan baku dan kebutuhan KaWePe berasal dari
daerah dan pasar setempat. Untuk menjalin hubungan baik, terdapat pula
kemitraan KaWePe dengan pemasok, namun tidak seluruhnya karena
mempertimbangan harga yang murah dan kulitas yang terbaik. Peninjauan
terhadap pesaing bertujuan untuk melihat kondisi pesaing yang dapat
menjadi ancaman maupun peluang bagi KaWePe. Upaya yang dilakukan
yaitu studi banding, dan pameran. Sedangkan untuk mengetahui kondisi
pelanggan KaWePe membuat evaluation sheet, media komplen, serta
bekerja sama dengan perguruan tinggi yakni memberikan kesempatan untuk
melakukan penelitian. Sedangkan untuk lingkungan KaWePe selalu melihat
perubahan yang terjadi melalui pencarian informasi di internet maupun
kepada pihak dinas terkait. Pemanfaatan perkembangan teknologi yang
dilakukan KaWePe yakni penggunaan internet untuk kegiatan pemasaran
dan komputerasi untuk memperlancar penyusunan dan penyimpanan data
bagi pihak manajemen. Kondisi ekonomi seperti krisis global berpengaruh
terhadap jumlah kunjungan terutama perusahaan yakni tahun 2008 semester
dua banyak perusahaan yang menghapus kegiatan gathering dan
mengutamakan biaya operasional perusahaan, penurunan jumlah
pengunjung terjadi pula pada pengunjung lainnya karena konsumen semakin
selektif mengalokasikan dana yang dimilikinya dan jasa wisata merupakan
112
kebutuhan tersier, maka memiliki prioritas dibawah kebutuhan pokok,
kesehatan, dan pendidikan.
6.4.2 Organisasi Pemasaran Terpadu
Hasil pengkajian terhadap organisasi pemasaran terpadu diperoleh skor
rata-rata sebesar 5,33 (skala 0-2). Skor tersebut menggambarkan bahwa tingkat
keterpaduan manajemen KaWePe dalam mengatur sistem pemasaran tergolong
sangat baik. Hubungan dalam manajemen KaWePe untuk mengatur sistem
pemasaran terjalin dengan baik.
1) Fungsi-fungsi pemasaran KaWePe terdiri dari tiga divisi yang tergabung
dalam Wisata, Agro, dan Marketing. Pada ketiga diivisi tersebut fungsi
pemasaran KaWePe tergabung dalam tujuh Point Of Sales (POS). Wisata
terdiri dari restoran, penginapan, dan kolam pancing. Agro mengelola
seluruh kebun di KaWePe yakni Kebun Sayur, Kebun Anggrek, tanaman
hias, tanaman buah, tanaman obat (TOGA), Kebun Pembibitan, dan Kebun
Palawija. Sedangkan Marketing yakni pemandu, Promotion & Business
Development, serta Community Relation. Fungsi-fungsi pemasaran tersebut
bekerja sama saling mendukung, Marketing berusaha memasarkan KaWePe
dan menarik pengunjung, sedangkan Agro dan Wisata berusaha membuat
penawaran produk yang lebih baik serta bersedia untuk melayani
pengunjung dengan baik. Namun tingkat integrasi formal dan pengendalian
atas fungsi-fungsi pemasaran masih rendah karena kerjasama yang terjalin
masih bersifat sederhana tidak bersifat formal dengan peraturan tertulis.
2) Kerjasama antara menajamen pemasaran KaWePe dengan manajemen
lainnya dalam perusahaan terjalin dengan baik dan efektif untuk
memecahkan permasalahan demi kepentingan perusahaan secara
keseluruhan. Hal ini dikarenakan tugas dan fungsi antar manajemen saling
berhubungan sehingga terjalin koordinasi yang baik antar menajemen untuk
kelancaran kegiatan perusahaan. Koordinasi dilakukan manajamen KaWePe
melalui rapat, diantaranya (1) Rapat Koordinasi yang dilaksanakan setiap
satu minggu, diikuti oleh 3 divisi Wisata, Agro, dan Marketing, serta sub
divisi seperti pendidikan dan pelatihan, umum, dan keamanan, (2)
Supervisor Meeting dilaksanakan setiap satu bulan, diikuti seluruh divisi
113
KaWePe, dan (3) Rapat Akhir Tahun, diikuti oleh seluruh divisi beserta
dewan direksi, dilaksanakan setiap satu tahun atau enam bulan sesuai
dengan kebutuhan. Contohnya kerjasama divisi pemasaran dan keuangan
terkait dengan biaya pemasaran yang disesuaikan dengan kondisi keuangan
KaWePe. Sedangkan kerjasama dengan divisi Litbang, dan pengembangan
berhubungan dengan pengembangan paket wisata yang ditawarkan sesuai
dengan permintaan konsumen dan dipromosikan oleh divisi pemasaran.
3) KaWePe melakukan pengembangan paket wisata baru dengan sistem yang
terstuktur dan bekerja dengan prinsip kerja tim. Paket wisata yang
ditawarkan KaWePe merupakan hasil diskusi pihak internal serta
pertimbangan dari pihak eksternal. KaWePe melakukan evaluasi paket
wisata yang ditawarkannya melalui lembar evaluasi, serta media komplen.
Selain itu, KaWePe melalui divisi Litbang dan pengembangan mencari
informasi dari dinas terkait, internet, maupun lokasi pesaing mengenai paket
wisata yang diminati konsumen. Pengembangan paket wisata berupa
pengurangan atau penambahan paket lama, serta pembuatan paket baru,
tetapi pengembangan paket wisata tetap pada koridor pengenalan pertanian.
Pengembangan paket wisata KaWePe dilakukan dengan prinsip kerja tim
karena membentuk suatu alur kerja yang saling berhubungan.
Pengembangan paket baru berdasarkan informasi divisi Litbang dan
dilaksanakan oleh divisi pengembangan dengan mempertimbangkan biaya
dan kondisi keuangan perusahaan. Selanjutnya dipromosikan oleh divisi
Marketing & Promotion, dan membutuhkan persiapan dari divisi Agro dan
Wisata untuk memberikan pelayanan terbaik.
6.4.3 Informasi Pemasaran yang Memadai
Hasil pengkajian terhadap informasi pemasaran yang memadai diperoleh
skor rata-rata sebesar 3,67 (skala 0-6). Skor tersebut menggambarkan informasi
yang dimiliki KaWePe untuk menunjang pemasaran perusahaan cukup memadai.
Upaya pemerolehan informasi yang memadai untuk menunjang pemasaran
KaWePe belum optimal.
1) Riset terakhir yang dilakukan KaWePe mengenai pelanggan, pengaruh
pembelian, saluran, dan pesaing dilakukan satu tahun yang lalu. Hasil dari
114
riset tersebut yaitu penetapan paket Edukatif Agropintar serta motto
KaWePe Agropintar pada April 2008. Selain itu, riset terakhir mengenai
kepuasaan konsumen dan strategi promosi yang dilakukan oleh mahasiswa
dan dosen sebuah perguruan tinggi. Namun, meskipun demikian terdapat
upaya lain yang dilakukan KaWePe untuk pemerolehan informasi yaitu
lembar evaluasi kepada pengunjung, media komplen, mengikuti pameran,
dan kegiatan study banding yang dilaksanakan pekerja KaWePe, serta aktif
dalam asosiasi yang berhubungan dengan agrowisata. Kegiatan study riset
dilakukan secara pribadi oleh pihak KaWePe yakni oleh divisi Litbang,
Marketing & Promotion, serta pengembangan, tetapi terdapat pula riset yang
dilaksanakan pihak luar yakni mahasiswa dan dosen untuk penelitian.
2) Tingkat pengetahuan manajemen mengenai potensi penjualan dan
profitabilitas berbagai segmen pasar, pelanggan, kawasan, produk, saluran,
dan ukuran pesanan masih sedikit. Hal ini dikarenakan sedikitnya jumlah
SDM KaWePe dan masih rendahnya kualitas SDM KaWePe. Fokus
penjualan KaWePe ditujukan kepada sekolah. Hal ini dikarenakan sekolah
merupakan segmen pasar yang paling tepat dan sesuai untuk dapat mencapai
tujuan pendirian KaWePe.
3) Usaha KaWePe untuk mengukur dan meningkatkan efektivitas biaya
pemasaran cukup banyak. Hal ini dikarenakan jumlah biaya yang dimiliki
KaWePe untuk kegiatan pemasaran tergolong rendah. Maka dari itu, dalam
melakukan kegiatan pemasaran pihak KaWePe selalu berhati-hati dalam
menggunakan dananya sehingga selektif dalam memilih media pemasaran
agar dengan jumlah dana yang rendah upaya pemasaran yang dilakukan
KaWePe mencapai tujuan yang diinginkan. Alat ukur efektivitas biaya
pemasaran yang digunakan KaWePe bukan hanya dari harga yang murah,
tetapi kualitas pencapaian tujuan pemasaran seperti jangkauan konsumen.
6.4.4 Orientasi Strategis
Hasil pengkajian pada orientasi strategis diperoleh skor rata-rata sebesar
3,33 (skala 0-6). Skor tersebut menggambarkan strategi pemasaran yang
dilakukan KaWePe cukup baik.
115
1) Perencanaan pemasaran yang dilakukan KaWePe berupa rencana pemasaran
tahunan. Penyusunan rencana dilakukan pada saat rapat akhir tahun. Pada
rapat tersebut dilakukan pula evaluasi kinerja KaWePe selama satu tahun
dan meninjau ulang hasil rencana pemasaran tahun sebelumnya. Rencana
pemasaran tahunan berisi seluruh rencana KaWePe beserta anggaran biaya
yang dibutuhkan dengan pertimbangan tahun sebelumnya serta prospek
kedepan. Isi rencana pemasaran diantaranya penetapan target pengunjung,
upaya pemasaran yang dilakukan, anggaran biaya, pengembangan paket
wisata maupun fasilitas, penetapan harga, dan rencana lainnya. Namun,
rencana tahunan yang telah disusun dapat berubah jika selama satu tahun
terdapat kondisi yang tidak memungkinkan tercapainya target perusahaan
dan dilaksanakannya kegiatan pemasaran yang direncanakan serta anggaran
dana yang tidak mencukupi melalui rapat enam bulanan.
2) Strategi pemasaran yang ditetapkan saat ini mencerminkan kesinambungan
strategi sebelumnya. Penyusunan strategi berdasarkan data kinerja strategi
tahun sebelumnya serta pertimbangan prospek tahun mendatang. Alat ukur
yang digunakan KaWePe untuk meninjau efektivitas dari strategi pemasaran
yang ditetapkannya yaitu tingkat kunjungan, kondisi keuangan, komplen
pengunjung, serta infrastuktur KaWePe seperti penambahan fasilitas.
3) Tingkat pemikiran kontijensi yang dilakukan manajemen KaWePe masih
rendah dan sedikit disusun perencanaan kontijensi formal. Rencana
kontijensi yang dilakukan KaWePe masih terbatas pada kondisi perubahan
yang dapat diketahui jelas akan terjadi dan telah dialami tahun sebelumnya,
seperti penurunan penjualan pada awal tahun dan bulan puasa dimanfaatkan
KaWePe untuk beristirahat dan memikirkan rencana menghadapi musim
liburan lebaran agar mampu menarik perhatian pengunjung. Namun,
pemikiran untuk perubahan ekonomi dan lingkungan tidak dibuat rencana
formal, melainkan jika terjadi perubahan diadakan rapat tambahan yaitu
rapat enam bulanan untuk menyusun rencana baru dalam menghadapi
perubahan kondisi tersebut, seperti perubahan jumlah target konsumen,
rencana pemasaran, keuangan, serta rencana lainnnya.
116
6.4.5 Efisiensi Operasional
Hasil pengkajian terhadap efisiensi operasional diperoleh skor rata-rata
sebesar 3,67 (skala 0-6). Skor tersebut menggambarkan bahwa tingkat efisiensi
manajemen dalam operasi strategi pemasarannya cukup efisien.
1) Komunikasi dan penerapan strategi pemasaran KaWePe cukup berhasil
dilaksanakan. Penyampaian informasi mengenai strategi pemasaran
disampaikan atau dikomunikasikan kepada seluruh divisi dalam kegiatan
rapat mingguan. Namun, untuk tingkat efektivitas dan pemahaman terhadap
strategi pemasaran yang disampaikan tergolong kurang, karena terkadang
dalam pelaksanaan rapat terdapat beberapa divisi yang diwakilkan oleh
anggotanya. Jumlah maupun kualitas SDM di KaWePe sebagian besar
masih rendah tingkat kemampuan, maupun pemahamannya. Hal ini
menyebabkan adanya perbedaan persepsi dalam menilai informasi sehingga
terkadang strategi pemasaran yang direncanakan tidak dilaksanakan sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Maka dari itu, setiap divisi memiliki
waktu untuk diadakan breafing sebelum melaksanakan kegiatannya.
2) Sumber daya pemasaran inti yang dimiliki KaWePe jumlahnya sedikit,
sebagian besar SDM KaWePe memiliki kualitas masih kurang serta
jumlahnya terbatas dan tidak dimanfaatkan secara optimal. Karakteristik
SDM KaWePe memiliki tingkat pengetahuan dan pemahaman masih rendah,
serta pengalaman yang dimiliki masih sedikit karena sebagian besar
perekrutan tenaga kerja berasal dari pelajar yang sedang magang untuk
keperluan sekolah. Selain itu, karakteristik tenaga kerja harian KaWePe
bukan merupakan pekerja keras, pekerja tidak dapat memanfaatkan waktu,
bersikap santai dalam menyelesaikan pekerjaannya, dan tidak tekun dalam
menjalankan tugasnya.
3) Manajemen bereaksi secara cepat berdasarkan informasi yang diperoleh
KaWePe dari hasil study banding kepada lokasi lain, media informasi baik
cetak maupun elektronik dan browsing internet, kegiatan pameran, serta
berpartisipasi dalam asosiasi yang berhubungan dengan agrowisata.
Pencarian informasi dilakukan oleh seluruh pihak KaWePe namun fokus
utama dilakukan divisi Litbang serta sales & marketing. Dampak dari
117
perkembangan mempunyai pengaruh besar baik positif maupun negatif.
Maka dari itu, KaWePe berusaha melihat perkembangan yang terjadi dan
melakukan inovasi dalam strategi pemasarannya agar tetap mempertahankan
penjualannya dan mengikuti perkembangan yang terjadi.
Tabel 20. Hasil Matriks Marketing Effectiviness Review (MER)
No Atribut MER R1 R2 R3 Rata-rata
1.Falsafah Pelanggan
A 2 2 1 1,67B 2 2 2 2,00C 2 2 2 2,00
Jumlah Rata-rata 567
2.Organisasi Pemasaran Terpadu
D 1 1 2 1,33E 2 2 2 2,00F 2 2 2 2,00
Jumlah Rata-rata 5,33
3.Informasi Pemasaran yang Memadai
G 1 1 1 1,00H 1 1 1 1,00I 2 1 2 1,67
Jumlah Rata-rata 3,67
4.Orientasi Strategis
J 1 1 2 1,33K 1 1 1 1,00L 1 1 1 1,00
Jumlah Rata-rata 3,33
5.Efisiensi Operasional
M 1 1 1 1,00N 1 1 2 1,33O 1 2 1 1,33
Jumlah Rata-rata 3,67Marketing Effectiviness Index (MEI) 21,67
Sumber : Hasil kuesioner MER KaWePe, 2009Keterangan :R1-R3 : Responden yang mengisi form MERA,B,C,D,E, dsb : Pertanyaan-pertanyaan yang menggambarkan atribut
118
VII ALTERNATIF STRATEGI PEMASARAN
Hasil audit lingkungan perusahaan diperoleh CAI sebesar 3,41 (skala1-5).
CAI tersebut menunjukkan bahwa bentuk perusahaan saat ini berada pada posisi
marketing oriented company (bentuk perusahaan 3C) menuju posisi market driven
company (bentuk perusahaan 3,5C). Bentuk perusahaan yaitu marketer mengarah
spesialis. Hasil audit terhadap situasi persaingan diperoleh CSI sebesar 3,71 (skala
1-5). Skor tersebut menggambarkan bahwa situasi persaingan yang akan dihadapi
oleh KaWePe untuk lima tahun mendatang situasi persaingan 3,5C yaitu
shopisticated (canggih). Tingkat persaingan yang dihadapi semakin ganas,
perubahan lingkungan semakin discontinue, serta pelanggan diperlakukan secara
khusus sebagai klien. Hasil analisis kesenjangan menunjukkan kesenjangan
negatif sebesar 0,30. Nilai kesenjangan tersebut menunjukkan bahwa strategi
pemasaran yang ditetapkan dan dijalankan KaWePe ketinggalan atau
keagresifannya kurang dalam menghadapi situasi persaingan di industri pariwisata
khususnya agrowisata di Kab Bogor. Secara keseluruhan hasil audit pemasaran
pada Kebun Wisata Pasir Mukti menunjukkan bahwa pemasaran yang yang
diterapkan perusahaan saat ini sudah baik meskipun masih tertinggal dengan
situasi persaingan yang dihadapinya. Namun, KaWePe tetap harus meninjau ulang
dan memperbaharui strategi pemasaran yang diterapkannya sesuai dengan situasi
persaingan yang akan dihadapi untuk lima tahun mendatang.
Orientasi pemasaran KaWePe harus menyesuaikan diri dengan kondisi
persaingan yakni diarahkan pada posisi market driven company (bentuk
perusahaan 3,5C). Perusahaan 3,5C merupakan perusahaan spesialis, perusahaan
hanya melayani sebuah atau beberapa fragmen pasar. Faktor kesuksesan yang
dapat dilakukan dengan menyediakan produk-produk khusus. Selain itu, jika
penjualan produk yang sama pada beberapa fragmen pasar, maka perusahaan
membuat beberapa elemen pemasaran yang berbeda sesuai dengan masing-masing
fragmen pasar. Oleh karena itu, KaWePe perlu meninjau ulang serta merancang
ulang strategi pemasarannya, agar masing-masing elemen pemasarannya sesuai
dengan kondisi persaingan industri. Strategi yang diterapkan KaWePe terdapat
yang harus dipertahankan, ditingkatkan, atau dirubah. Dengan demikian
manajemen KaWePe dapat menghadapi situasi persaingan shopisticated (canggih)
119
dengan karakteristik konsumen, pesaing, dan perubahan lingkungan yang juga
bersifat 3,5C. Pergeseran perusahaan dari posisi marketing oriented company
(bentuk perusahaan 3C) menuju posisi market driven company (bentuk
perusahaan 3,5C) dapat dilihat pada (Gambar 4)
Gambar 4. Bagan Alternatif Strategi Pemasaran Kebun Wisata Pasir Mukti
7.1 Strategi
Alternatif strategi diarahkan pada posisi perusahaan 3,5C. Alternatif untuk
strategi terdiri dari tiga hal: segmentasi, targeting, dan positioning.
7.1.1 Segmentasi
Kebun Wisata Pasir Mukti diarahkan untuk melakukan segmentasi
konsumen berdasarkan psikografik (perilaku). Kenyataannya strategi segmentasi
KaWePe telah sesuai dengan kondisi persaingan. Namun, terdapat kekurangan
yang harus diperbaiki oleh KaWePe atau tetap dipertahankan (Tabel 21).
1) Kejadian Saat Kunjungan
Pada bulan Ramadhan jumlah kunjungan menurun sebaiknya KaWePe tidak
hanya membuat paket baru untuk sekolah, tetapi juga untuk pengunjung
paket dari kelompok pengajian maupun lembaga peribadatan dibarengi
TAKTIKSTRATEGI NILAI
a) Perilakub) Orang yang cocokc) Satu Pernyataan
melekat
a) Kualitas produk b) Pelayanan terbaikc) Stuktur horizontal
Alt
erna
tif
Str
ateg
i P
emas
aran
Str
ateg
i pem
asar
aan
saat
ini
a) Spesialisasi setiap ceruk pasar
b) 4Cc) Menjual manfaat
a) Kualitas produkb) Konsumen puasc) Kerjasama antar
fungsi
a) Perilakub) Selektifc) Identitas beda tiap
ceruk pasar
a) Spesialisasi setiap ceruk pasar
b) 4Cc) Menjual solusi
120
dengan kegiatan bakti sosial dan buka bersama. Sedangkan pada waktu ujian
sekolah yakni bulan Mei hingga Juni, KaWePe sebaiknya memfokuskan
pemasarannya pada pengunjung paket perusahaan, lembaga peribadatan,
serta kelompok pengajian. Hal ini dikarenakan pada musim ujian preferensi
pengunjung sekolah dan umum terhadap wisata menurun karena persiapan
menghadapi ujian sekolah. Selain itu, pada bulan tersebut merupakan waktu
senggang dan penurunan bonus karyawan sehingga permintaan pada jasa
wisata untuk kegiatan gathering cukup besar. Upaya menutupi kunjungan
yang menurun pada bulan Ramadhan, KaWePe dapat memanfaatkan produk
hasil kebun maupun hasil olahan untuk dijual dalam bentuk parsel lebaran.
2) Manfaat yang Ingin Dicapai
KaWePe sebagai lokasi wisata pendidikan telah menyediakan paket edukatif
untuk pengunjung paket maupun umum. Namun keberadaan demo gratis
belum diketahui seluruh pengunjung. Sebaiknya KaWePe memperhatikan
penyebaran informasi mengenai keberadaan paket tersebut kepada
pengunjung sebagai daya tarik KaWePe yang mampu menarik perhatian
pengunjung. Selain itu, sebaiknya KaWePe memperhatikan fasilitas wisata
dan kegiatan wisata untuk pengunjung. KaWePe menyediakan fasilitas
wisata seperti kolam renang dan kelengkapan outbound sesuai permintaan
konsumen. Hal ini untuk menambah daya tarik KaWePe serta sebagai upaya
memberikan manfaat edukatif serta hiburan kepada pengunjung.
3) Status Pemakai
Pembagian konsumen KaWePe menjadi pengunjung umum dan pengunjung
paket. Pembagian pengunjung tersebut telah diimbangi dengan paket-paket
wisata yang sesuai dengan kebutuhan setiap jenis pengunjung.
4) Tingkat Pemakaian dan Kesetiaan Pemakai
KaWePe sebaiknya membuat beberapa jenis membership sesuai jenis
konsumen tidak hanya untuk pengunjung umum, tetapi juga pengunjung
paket. Hal ini dikarenakan pengunjung paket terutama sekolah memiliki
kurikulum pendidikan untuk setiap kelasnya tidak jauh berbeda terutama
kegiatan study tour. KaWePe juga harus memperhatikan loyalitas
pengunjung sekolah dengan memberikan discount atau intensif pada panitia.
121
Tabel 21. Alternatif Strategi Segmentasi KaWePe
Segmentasi
Saat ini Alternatif segmentasi
Berdasarkan Perilaku Berdasarkan Perilaku
Ele
men
Seg
men
tasi
Ber
dasa
rkan
Per
ilak
u
Kejadian saat kunjungan
1) Perbedaan jenis pengunjung menurut waktu kunjungan
2) Pembuatan paket baru saat terjadi penurunan jumlah kunjungan
1) Penambahan paket serta produk yang sesuai saat terjadi penurunan jumlah kunjungan
Manfaat yang ingin dicapai
1) Manfaat edukatifkepada pengunjung
1) Manfaat edukatif dan wisata kepada pengunjung paket dan pengunjung umum
Status pemakai
1) Pengunjung umum dan pengunjung paket
1) Pengunjung umum dan pengunjung paket
Tingkat pemakaian dan kesetiaan pemakai
1) Pembuatan data base pengunjung dan membership untuk pengunjung umum
1) Penambahan membershipuntuk pengunjung paket
2) Pemberian discount untuk pengunjung paket
Sumber : Internal KaWePe (2009)
7.1.2 Targeting
Strategi targeting yang dilaksanakan KaWePe yaitu untuk semua orang
dan mengarah pada spesialisasi produk untuk orang yang cocok dan diyakini
mampu membeli produk yang dihasilkan perusahaan. Strategi penetapan target
pasar yang sesuai dengan perusahaan 3,5C adalah melakukan spesialisasi selektif
atau pada fragmen pasar terutama yang belum dilayani perusahaan dengan baik.
Tabel 22. Alternatif Strategi Targeting KaWePe.Targeting
Saat ini Alternatif targeting
Semua orang dan orang yang cocok serta mampu membeli produk
Spesialisasi selektif atau pada fragmen pasar dan belum dilayani dengan baik
1) Target pasarnya untuk semua masyarakat
1) Memfokuskan target pasar pada pengunjung paket dari sekolah serta pengunjung umum yang belum dilayani dengan baik.
2) Memperhatikan jangkauan wilayah pemasaran khusus untuk pengunjung sekolah
Sumber : Internal KaWePe, 2009
122
Target pasar yang dituju KaWePe yaitu sekolah, lembaga bimbingan
belajar, perusahaan, kelompok pengajian, serta pengunjung umum. Seharusnya
KaWePe lebih memperhatikan beberapa fragmen pasar yang belum dilayani
dengan baik. KaWePe harus selektif dalam menentukan target pasar potensialnya
yakni tidak hanya pengunjung sekolah, tetapi juga pengunjung umum. Hal ini
dikarenakan data jumlah kunjungan KaWePe tahun 2003-2008 diperoleh data
sebesar 60% pengunjung umum dan 40% pengunjung paket yakni 90% sekolah
dan 10% perusahaan.
Berdasarkan jumlah kunjungan, pengunjung umum memiliki andil
terbesar, Namun berdasarkan besarnya pendapatan maupun keuntungan yang
diperoleh pengunjung yang memiliki andil terbesar yaitu pengunjung paket
terutama sekolah. Maka dari itu, KaWePe harus memfokuskan target pasarnya
pada pengunjung umum dan sekolah. Hal ini dikarenakan dengan memfokuskan
target pasar terutama kepada sekolah, KaWePe tidak hanya dapat mencapai tujuan
perusahaan yang bersifat komersil tetapi juga mencapai tujuan perusahaan yang
bersifat sosial yakni meningkatkan pengetahuan dan kecintaan masyarakat
Indonesia terhadap pertanian terutama generasi muda penerus bangsa. Selain itu,
pihak penjualan KaWePe harus memperhatikan jangkauan pemasaran paket
wisata tidak hanya di daerah Jakarta dan sekitarnya, tetapi juga sekolah yang
berlokasi dekat dengan KaWePe yakni di Kab Bogor dan Kota Bogor yang kurang
diperhatikan padahal berpotensi besar menjadi target pasar. Sedangkan untuk
pengunjung umum KaWePe harus meninjau ulang kegiatan pemasaran yang
ditujukan kepada pengunjung umum dengan melakukan kegiatan promosi
langsung menuju pasar sasaran melalui pembagian brosur dan leaflet di lokasi
perbelanjaan, gerbang tol, dan sekolah-sekolah, serta pembuatan stiker untuk
dipasang pada kendaraan-kendaraan yang berkunjung ke KaWePe.
7.1.3 Positioning
Strategi positioning yang diterapkan KaWePe yaitu sebagai produk yang
lebih baik dari pesaing dan memiliki satu pernyataan yang melekat di benak
konsumen. KaWePe harus menyesuaikan strategi positioning sesuai dengan
situasi persaingan mengarahkan posisi perusahaan menjadi market driven
123
company yakni perusahaan harus memposisikan produk menjadi beberapa
identitas yang berbeda pada setiap ceruk pasar.
Tabel 23. Alternatif Strategi Positioning KaWePePositioning
Saat ini Alternatif positioning
Lebih baik dari pesaing dan memiliki satu pernyataan yang melekat di benak konsumen
Memposisikan produk menjadi beberapa identitas yang berbeda pada setiap ceruk pasar
1) Motto agropintar dan taglinewisata pintar ya KaWePe
1) Pada pengunjung paket sebagai lokasi wisata pintar, unik, berkualitas, dan pelayanan terbaik.
2) Pada pengunjung umum sebagai lokasi wisata pintar, lengkap, dan ramai.
Sumber : Internal KaWePe (2009)
Motto sekaligus nama paket yang ditawarkan KaWePe yaitu Agropintar
dengan tagline wisata pintar ya KaWePe menggambarkan KaWePe sebagai salah
satu lokasi wisata yang memiliki konsep pengenalan pertanian sehingga telah
melekat di benak konsumen sebagai lokasi wisata pintar yang tidak hanya
memberikan kegembiraan tetapi juga pendidikan dan pengenalan di bidang
pertanian. Namun, pada kondisi persaingan semakin banyak pemain baru di
industri pariwisata khususnya agrowisata yang menawarkan konsep wisata yang
hampir sama dengan KaWePe. Selain itu, bentuk wisata yang sedang diminati
yaitu wisata outbound, dan wisata air yang mampu menjadi pesaing subsitusi
KaWePe. Hal tersebut menjadi pendorong KaWePe untuk merubah strategi
positioning yang lebih spesifik dan berbeda setiap ceruk pasar yang dituju.
Pada pengunjung paket KaWePe dapat merubah positioning produknya
sebagai lokasi wisata pintar, unik, berkualitas, serta memberikan pelayanan
terbaik. Lokasi wisata pintar, unik, dan berkualitas, KaWePe menawarkan wisata
dengan konsep pengenalan dan pendidikan pertanian, tidak hanya wisata untuk
memperoleh kegembiraan tetapi juga mendapatkan pengalaman di bidang
pertanian. Meskipun demikian, KaWePe mengemasnya secara menarik,
menyenangkan, dan tidak monoton seperti halnya belajar di kelas, tetapi praktek
dilapangan dan diimbangi permainan kembali ke alam seperti mandi lumpur.
124
Selain itu, pelayanan pihak KaWePe cepat dimana KaWePe selalu bersedia
menerima pengunjung dalam jumlah yang banyak, dan tetap dilayani dengan
cepat tanpa harus menunggu waktu kosong karena KaWePe telah menyediakan
pemandu cadangan serta seorang pekerja dari bagian manajer untuk melayani
komplen yang diajukan oleh pengunjung. Selain itu, keramahan pekerja membuat
pengunjung merasa nyaman dan ingin kembali berkunjung.
Pada pengunjung umum KaWePe dapat memposisikan produknya sebagai
lokasi wisata pintar, lengkap, dan ramai. Pengunjung umum tidak hanya dapat
berlibur untuk memperoleh kegembiraan, tetapi juga dapat mempelajari cara-cara
menanam, maupun merawat tanaman. Selain itu, sebagai lokasi wisata yang
lengkap dan ramai, KaWePe menyediakan berbagai permainan sesuai dengan
permintaan konsumen yakni penyediaan arena outbound terlengkap dan kolam
renang. KaWePe juga menyediakan hasil kebun dan hasil olahan kebun seperti
tanaman, selai, dan sirup lemong cui sebagai oleh-oleh. Pencapaian pemposisian
untuk setiap jenis pengunjung harus diimbangi upaya KaWePe melalui
peningkatan kualitas SDM agar mampu memberikan pelayanan terbaik, KaWePe
memperbaharui fasilitas-fasilitas yang dimilikinya dan berupaya menyediakan
fasilitas yang dibutuhkan konsumen. Selain itu, KaWePe harus menonjolkan
kembali keberadaan klinik tanaman berupa pemberian tips merawat tanaman,
demo hidroponik, serta produk hasil kebun dan hasil olahan sebagai oleh-oleh.
7.2 Taktik
Alternatif taktik diarahkan pada posisi perusahaan 3,5C. Alternatif untuk
taktik terdiri dari tiga hal: diferensiasi produk, bauran pemasaran, serta penjualan.
7.2.1 Diferensiasi Produk
Diferensiasi produk yang diterapkan KaWePe sebagai upaya untuk
memenuhi kebutuhan tiap ceruk pasar. Taktik diferensiasi KaWePe telah sesuai
dengan situasi persaingan. Hal ini sesuai dengan positioning yang diterapkan
KaWePe karena diferensiasi merupakan taktik yang dilakukan perusahaan agar
dapat memenuhi janji pada positioning yang telah disusun. Meskipun demikian,
masih terdapat beberapa hal yang harus diperbaiki dan tetap dipertahankan.
125
Tabel 24. Alternatif Taktik Diferensiasi KaWePe
Diferensiasi
Saat ini Alternatif Diferensiasi
Hal
-hal
yan
g di
perh
atik
an d
alam
dif
eren
sias
i
Mengkhsuskan produk untuk memenuhi kebutuhan tiap ceruk pasar
Mengkhsuskan produk untuk memenuhi kebutuhan tiap ceruk pasar
Content
1) Pembuatan paket Edukatif Agropintar.
2) Pembuatan paket pesantren kilat untuk sekolah pada bulan Ramadhan.
1) Penambahan paket edukatifuntuk pengunjung umum.
2) Penambahan kegiatan wisata.
3) Penambahan paket pada bulan Ramadhan untuk jenis pengunjung lainnya.
Context
1) Berbagai kegiatan promosi terutama pemasaran langsung pada sekolah melalui sales call dan school gathering, serta web site.
1) Penambahan dan perbaharui promosi untuk pengunjung umum serta memperbaharui website KaWePe baik informasi maupun tampilannya.
2) Peningkatkan upaya penyampaian informasi mengenai paket maupun fasilitas yang ditawarkan kepada pengunjung yang berada di KaWePe.
Infrastucture
1) Pemanfaatan teknologi informasi, budidaya, keamanan pengunjung, serta kecepatan dan kemudahan pengunjung
2) Peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan-pelatihan.
3) Penyediaan fasilitas umum dan fasiltas pendukung.
1) Perbaharui teknologi yang telah dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen
2) Penjadwalan pelatihan serta memusatkan pelatihan cara menyampaikan materi yang baik serta pelatihan mengenai teori yang terbaru
3) Penambahan fasilitas wisata untuk menarik pengunjung umum
Sumber : Internal KaWePe (2009)
1) Content (Apa yang ditawarkan)
KaWePe telah membuat paket Edukatif Agropintar sebanyak sepuluh jenis
serta sedang merencanakan paket edukatif untuk pengunjung umum yang
bernama Paspor Kasih Sayang. Produk untuk pengunjung umum tersebut
126
belum dimiliki lokasi lainnya. Namun kelemahan dari KaWePe yaitu
informasi mengenai keberadaan paket tersebut kurang diketahui oleh
pengunjung. Sebaiknya KaWePe lebih siap sebelum kegiatan tersebut
ditawarkan pada pengunjung. Selain itu, pihak KaWePe menambahkan
lembar-lembar informasi seperti di TOGA mengenai khasiat dari tanaman
tersebut serta cara menggunakannya sehingga dapat dimanfaatkan konsumen
dalam kehidupan sehari-hari. KaWePe sebagai lokasi wisata harus
memperhatikan pula kegiatan wisata yang ditawarkannya apakah telah
memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Sebaiknya KaWePe
menambah kegiatan wisata baru yakni wisata air dan kelengkapan outbound.
Diferensiasi produk untuk bulan Ramadhan tidak hanya untuk pengunjung
sekolah saja, tetapi juga pengunjung paket lainnya dengan membuat paket
buka bersama untuk perusahaan, kelompok pengajian, dan pengunjung
umum yang akan mengadakan kegiatan buka bersama dengan panti asuhan.
2) Context (Bagaimana cara perusahaan menawarkannya)
Penawaran paket KaWePe dilakukan melalui kegiatan promosi terutama
sales call dan school gathering. Kegiatan promosi tersebut hanya
menjangkau pengunjung paket sekolah Jakarta dan sekitarnya sebagai akibat
keterbatasan jumlah tenaga pemasaran. Sebaiknya kegiatan tersebut
dilakukan pula pada sekolah sekitar KaWePe seperti Kab Bogor dan Kota
Bogor yang berpotensi menjadi pengunjung dengan memanfaatkan pekerja
yang menganggur saat tidak ada kunjungan. Selain itu, KaWePe harus
meninjau ulang cara penawaran kepada pengunjung umum karena sebagian
besar pengunjung mengetahui keberadaan lokasi ini berdasarkan informasi
dari kerabat dekat seperti keluarga, maupun yang bertempat tinggal dekat
dengan KaWePe. Sebaiknya dengan keterbatasan dana yang dimiliki,
KaWePe dalam menawarkan paket maupun memberitahukan keberadaannya
dengan membagikan brosur dan leaflet langsung pada konsumen di lokasi
perbelanjaan, gerbang tol, dan sekolah pada siswa-siswinya. KaWePe dapat
pula membuat stiker dan memasangkannya pada kendaraan yang
berkunjung. KaWePe juga harus memperhatikan web site yang dimilikinya
untuk selalu diperbaharui sehingga masyarakat yang mengunjungi web site
127
tersebut mendapatkan informasi terbaru. Penampilan web site dibuat lebih
menarik untuk menarik perhatian konsumen sehingga termotivasi
melakukan kunjungan dengan melihat gambar-gambar. KaWePe juga harus
memperhatikan media informasi di kebun. Sebaiknya membuat lokasi pusat
informasi KaWePe seperti di depan front office dengan membuat poster
bergambar maupun papan pengumuman mengenai paket, kegiatan, serta
fasilitas yang ditawarkan, dan jadwal demo gratis untuk pengunjung.
3) Infrastucture (Teknologi, SDM, dan fasilitas)
Teknologi yang digunakan dalam diferensiasi produk lebih diarahkan pada
ternologi informasi, teknologi budidaya, serta teknologi kecepatan dan
kemudahan pengunjung. Sebaiknya teknologi yang telah digunakan
KaWePe dapat dimanfaatkan sebaik mungkin oleh KaWePe. Sebaiknya
KaWePe menyusun jadwal pembaharuan informasi pada website serta
pembuatan design website yang lebih menarik. Hal ini bertujuan agar
masyarakat dapat memperoleh informasi yang dibutuhkannya dari website
tersebut dan dengan pembuatan gambar yang menarik, masyarakat menjadi
penasaran dan tertarik untuk melakukan kunjungan. KaWePe juga
menyediakan halaman untuk pengiriman pesan baik bertanya maupun
pemberian masukan untuk KaWePe dan selalu membalas pertanyaan
tersebut secara cepat dan tepat. Teknologi budidaya yang diperhatikan yaitu
perkembangan pada teknik budidaya yang dibutuhkan konsumen untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari kegiatan menanamnya. SDM dari
KaWePe secara keseluruhan memiliki kualitas yang tidak terlalu baik
sebagai akibat tingkat pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang
rendah, serta sebagian besar pekerja KaWePe berasal dari daerah sekitar
yang memiliki karakteristik bukan pekerja keras dan kurang disiplin dalam
menjalankan tugasnya. Pelatihan yang dilakukan KaWePe sebaiknya
difokuskan pada pembelajaran cara berkomunikasi yang baik dengan
pengunjung terutama cara penyampaian materi yang tidak membosankan
dan dapat meningkatkan pemahaman pengunjung, serta pelatihan mengenai
pengembangan pengetahuan pekerja seperti informasi materi terbaru. Selain
itu, untuk meninjau keefektifan dari kegiatan pelatihan tersebut KaWePe
128
juga menyediakan lembar tugas kepada pekerja yang mengikuti pelatihan.
KaWePe sebagai lokasi wisata komersil harus memperhatikan fasilitas
wisata sesuai kebutuhan konsumen. KaWePe perlu menyediakan wisata air
seperti kolam renang dan penambahan fasilitas outbound yang mampu
menarik perhatian pengunjung untuk melakukan kunjungan. KaWePe juga
harus memanfaatkan keanggotaannya dalam asosiasi yang diikuti untuk
pemerolehan informasi serta memperkenalkan KaWePe kepada masyarakat.
7.2.2 Marketing Mix (Bauran Pemasaran)
Marketing Mix yang diterapkan KaWePe saat ini konsep bauran
pemasaran 4V (Variety, Value, Venue, Voice) menuju 4C (Costumer solution,
Cost, Convenience, Communication). Alternatif taktik bauran pemasaran KaWePe
(Lampiran 8).
1) Costumer solution
Produk utama KaWePe adalah paket wisata yang bernilai edukatif yang
dibuat dari hasil pemikiran pihak KaWePe dengan berbagai pertimbangan
diantaranya tujuan utama KaWePe, kebutuhan konsumen, serta
perkembangan yang terjadi. Paket edukatif yang ditawarkan untuk
pengunjung memiliki beranekaragam sesuai dengan jenjang usia, namun
paket tersebut lebih dikhususnya untuk pengunjung paket. Sebagian besar
pengunjung umum hanya melakukan kegiatan memancing atau bermain di
arena outbound, combait, dan paintball. Meskipun demikian, saat ini telah
direncanakan pembuatan paket edukatif untuk pengunjung umum yang
bernama Paspor Kasih Sayang. KaWePe juga harus lebih memperhatikan
demo-demo atau pelatihan yang diberikan pada pengunjung umum dengan
memperhatikan kebutuhan pengunjung dan dapat menjadi solusi dalam
mengatasi permasalahan yang dihadapi pengunjung seperti pelatihan cara
merawat tanaman baik penyiraman dan pemupukan yang baik. Namun yang
harus diperhatikan yakni informasi mengenai keberadaan kegiatan tersebut
masih kurang sehingga kegiatan demo atau pelatihan yang di buat KaWePe
tidak dimanfaatkan oleh pengunjung karena informasi keberadaan kegiatan
tersebut masih kurang. Padahal KaWePe dapat menjadikan kegiatan demo
gratis seperti perawatan tanaman maupun pembelajaran menanam
129
hidroponik untuk pengunjung umum menjadi daya tarik wisata yang mampu
menarik perhatian konsumen terutama masyarakat yang membutuhkan
solusi untuk mengatasi permasalahan pada tanaman yang dihadapinya.
Selain itu, keberadaan produk hasil kebun seperti tanaman anggrek, maupun
produk hasil olahan seperti sirup dan selai jeruk lemong cui harus lebih
diinformasikan lagi. Hal ini dikarenakan dapat menjadi daya tarik KaWePe
serta pemasukan dana untuk KaWePe. KaWePe dapat memasarkan
produknya tidak hanya pada pengunjung, tetapi juga masyarakat luas dengan
sistem pengiriman. Sebaiknya penjualan tanaman maupun produk hasil
olahan kebun tidak hanya di Pondok Ole-ole saja yang letaknya agak jauh
dari lokasi wisata pengunjung. KaWePe dapat menjualnya di POS yang
dekat dengan pengunjung seperti POS arena outbound, POS pemancingan,
restoran, serta Saung Cilu’Ba. Keseluruhan paket wisata KaWePe salah satu
kekurangannya yaitu kegiatan wisata karena keterbatasan fasilitas yang
dimiliki KaWePe untuk wisata. Sebaiknya KaWePe mempertimbangkan
keinginan konsumen untuk disediakan kolam renang dan fasilitas outbound
yang lebih lengkap. Makanan pada restoran baik untuk paket maupun
penjualan yaitu makanan khas Minahasa, sebaiknya KaWePe meninjau
kembali jenis makanan yang ditawarkan agar disesuaikan dengan situasi
lokasi serta jenis pengunjung mayoritas dari Jawa sehingga makanan yang
ditawarkan kurang sesuai dengan pengunjung. Hal ini menyebabkan
rendahnya pemasukan dana dari restoran hanya 5% dari keseluruhan
pendapatan KaWePe disamping harganya juga yang terlalu mahal.
2) Cost
Jumlah kunjungan KaWePe sebagian besar berasal dari pengunjung umum
dan paket sekolah. Namun keuntungan terbesar diperoleh dari paket sekolah.
Pihak KaWePe harus lebih memperhatikan penetapan harga untuk pihak
sekolah terutama pemberian insentif atau pemberian potongan harga untuk
pihak sekolah yang bertugas sebagai panitia. Hal ini akan memotivasi pihak
sekolah untuk memutuskan kunjungan di KaWePe. KaWePe harus meninjau
ulang harga pada produk pengiapan dan restoran. Hal ini dikarenakan harga
terlalu mahal jika dibandingkan pesaing dengan konsep penginapan yang
130
lebih menarik berupa rumah pohon, serta jenis makanan yang disukai
pengunjung pada harga yang lebih murah. KaWePe sebaiknya
mempertimbangkan hal tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan
pemasukan KaWePe dari produk tersebut karena saat ini kedua produk
tersebut belum memberikan kontribusi yang cukup besar dalam keuangan
KaWePe hanya 5% dari restoran dan 10% dari penginapan.
3) Convenience
Lokasi KaWePe terletak di Jl. Raya Tajur, Desa Pasirmukti Km 4,
Kecamatan Citeureup, Kab Bogor, Jawa Barat berada cukup dekat dengan
Jakarta. Namun keberadaan lokasi ini masih jarang diketahui dan sering
terjadi salah jalan karena sebagian besar masyarakat Indonesia khusunya
Jakarta menganggap Jl. Raya Tajur merupakan lokasi di Kota Bogor yang
terkenal dengan lokasi belanja tas. Menyikapi hal tersebut KaWePe harus
mempertegas kembali pengenalan lokasi terutama alamat sehingga dapat
mengurangi jumlah kesalahan jalan. Penataan lokasi KaWePe untuk jalur
perjalanan paket sudah cukup baik, namun KaWePe belum memperhatikan
lokasi untuk pengunjung umum yang mudah mengakses lokasi tujuannya.
Meskipun terdapat sebuah lokasi sebagai sentra pengunjung umum yaitu
kolam pancing. Tetapi untuk pengunjung yang tidak suka memancing,
KaWePe harus menyiapkan sebuah lokasi bersantai dan mudah untuk akses
pada lokasi permainan seperti outbound, lokasi jajanan, maupun fasilitas
umum yang nantinya mempermudah KaWePe dalam melakukan pemasaran
produk yang ditawarkan. Selain itu, kurangnya papan penunjuk arah
menyulitkan pengunjung dalam mencari sebuah lokasi. Keterbatasan dana
yang dimiliki KaWePe sebaiknya ditanggulangi dengan membuat papan
penunjuk arah yang sederhana seperti dari papan dengan cat berwarna. Hal
ini dikarenakan luasnya lokasi KaWePe dan agak jauhnya jarak satu lokasi
dengan lokasi lainnya sebagai upaya meningkatkan kenyamanan pengunjung
dan mempermudah pengunjung dalam menjangkau lokasi tujuannya.
4) Communication
Promosi yang dilakukan KaWePe sudah dapat mencerminkan bentuk
promosi yang communication yakni promosi dilakukan dengan komunikasi
131
dua arah yang interaktif dengan konsumen. Namun kegiatan promosi ini
baru dilakukan pada pengunjung paket terutama sekolah melalui sales call
dan school gathering. Kegiatan promosi tersebut juga harus ditingkatkan
jangkauannya yang tidak hanya fokus untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya,
tetapi juga memperhatiakn sekolah sekitar KaWePe seperti di Kab Bogor
dan Kota Bogor yang berpotensi menjadi calon konsumen dengan alasan
kedekatan lokasi maupun untuk memenuhi kebutuhan siswa-siswinya.
Kegiatan promosi untuk pengunjung umum sudah banyak namun masih
belum efektif, karena sebagian besar pengunjung umum KaWePe
mengetahui keberadaan KaWePe bukan dari kegiatan promosi yang
dilaksanakan perusahaan melainkan informasi dari teman atau saudara yang
lokasi tempat tinggalnya dekat dengan KaWePe. KaWePe dapat melakukan
kegiatan promosi dengan membagikan brosur dan leaflet kepada konsumen
di gerbang tol atau lokasi perbelanjaan, dan sekolah kepada muridnya, serta
pemasangan stiker di kendaraan yang berwisata di KaWePe. Masyarakat
setidaknya mengetahui keberadaan KaWePe dan nantinya jika termotivasi
berkunjung akan mencari informasi lebih lengkap melalui website KaWePe
maupun langsung menelpon ke KaWePe. Upaya pendukung kegiatan
promosi tersebut dengan memanfaatkan fungsi website sebagai media
promosi yakni selalu memperbaharui informasi yang disampaikan. Selain
itu, pekerja KaWePe juga harus lebih pintar dalam menjawab pertanyaan
konsumen serta dalam menarik perhatian konsumen untuk berkunjung ke
KaWePe. Kegiatan promosi lainnya untuk memperkenalkan keberadaan
KaWePe dengan membuat sebuah acara besar di KaWePe. Pelaksanaannya
bertepatan dengan ulang tahun KaWePe tanggal 2 April. Namun, sebelum
dilaksanakan acara tersebut KaWePe harus sudah siap untuk melayani
konsumen dengan baik dan menawarkan produk yang dimiliknya mulai dari
paket wisata, produk olahan, demo gratis, serta permainan yang disediakan
untuk konsumen. Sebaiknya promosi penjualan berupa membership dan
kartu discount dibuat juga untuk pengujung paket terutama sekolah sebagai
upaya meningkatkan loyalitas pengunjung paket.
132
7.2.3 Selling (Penjualan)
Taktik penjualan yang diterapkan KaWePe yaitu menjual manfaat produk
dan mengarah pada penjualan solusi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi
konsumen. Taktik penjualan yang mencerminkan perusahaan 3,5C (Market
Driven Company) untuk lima tahun mendatang yaitu menjual solusi untuk
mengatasi permasalahan yang dihadapi konsumen.
Tabel 25. Alternatif Taktik Penjualan KaWePe
Selling (Penjualan)
Saat ini Alternatif Penjualan
Menjual manfaat Menjual solusi untuk mengatasi permasalahan konsumen
Hal
-hal
yan
g di
perh
atik
an d
alam
Pen
jual
an
Organisasi Penjualan
1) Melaksanakan organisasi pemasaran dengan baik terutama untuk pengunjung paket sekolah melalui school gathrering dan sales call
2) Pembuatan POS di setiap lokasi wisata, namun keberadaannya kurang diketahui
1) Penambahan organisasi pemasaran untuk pengunjung umum yang bersifat langsung.
2) KaWePe mempertegas kembali keberadaan POS serta penjualan produk kebun maupun hasil olahan tidak hanya pada satu POS
Manajemen Penjualan
1) Pembuatan target jumlah kunjungan
1) Pembuatan target jumlah penjualan produk
2) Peninjauan penjualan sebaiknya dilakukan pula divisi agro, wisata, serta pengembangan
Tenaga Penjualan
1) Pembagian tenaga penjualan mejadi tenaga pemasaran dan penjualan (kasir), namun tenaga pemasaran jumlahnya terbatas.
2) Kualitas SDM penjualan masih rendah baik pengetahuan maupun karakteristik perkerja, dan hanya berfungsi sebagai kasir
1) Pemanfaatkan tenaga kerja lain untuk menjadi tenaga pemasaran saat kunjungan menurun
2) Peningkatan kualitas SDM penjualan dan tidak hanya fokus sebagai kasir tetapi juga melakukan penawaran
3) Pemberian reward kepada tenaga penjualan yang mencapai target penjualan
Sumber : Internal KaWePe (2009)
133
1) Organisasi Penjualan
Organisasi pemasaran KaWePe untuk pengunjung paket sudah cukup baik
dengan kegiatan promosi sales call dan school gathering. Sedangkan untuk
pengunjung umum masih kurang karena kegiatan pemasaran masih belum
dapat menjangkau masyarakat secara khusus dan sebagian besar pengunjung
umum mengetahui keberadaan KaWePe bukan dari kegiatan promosi tetapi
informasi dari orang terdekat. Sebaiknya kegiatan promosi lebih mendekati
masyarakat seperti pembagian brosur atau leaflet di gerbang tol, lokasi
perbelanjaan, sekolah untuk siswanya, serta pemasangan stiker di kendaraan
yang berkunjung ke KaWePe sebagai solusi mengatasi ketidaktahuan
pengunjung pada KaWePe. POS (Point Of Sales) KaWePe memiliki
beberapa tempat, namun ada beberapa yang bentuknya kecil dan kurang
menarik sehingga keberadaannya tidak diketahui. Sebaiknya KaWePe
meperbaharui tampilan POS yang kurang menarik dan tidak diketahui
keberdaannya. Upaya memudahkan pengunjung KaWePe seperti penyediaan
oleh-oleh tidak hanya di Pondok Ole-ole, tetapi juga di POS pemancingan,
restoran, outbound serta saung Ci’luBa yang banyak dikunjungi.
2) Manajemen Penjualan
Manajemen penjualan sebaiknya tidak hanya membuat target jumlah
pengunjung, tetapi juga target penjualan produk KaWePe baik paket,
penginapan, restoran, produk permainan, maupun produk hasil kebun dan
hasil olahan kebun seperti sirup dan selai. Peninjauan penjualan KaWePe
seharusnya tidak hanya dikendalikan oleh manajer Sales dan Marketing
dengan divisi Finance dan Accounting, tetapi juga oleh divisi lainnya seperti
Agro, Wisata, serta Pengembangan sehingga dapat diketahui dengan jelas
kekurangan atau kelebihan KaWePe yang menyebabkan terjadi penurunan
dan peningkatan penjualan.
3) Tenaga Penjualan
Keterbatasan jumlah tenaga pemasaran dengan kualitas yang baik
seharusnya disikapi KaWePe dengan memanfaatkan pekerja lainnya seperti
pemandu yang sedang menganggur untuk melakukan pemasaran, namun
dengan pembekalan materi yang cukup. Sedangkan untuk tenaga penjualan
134
di setiap POS serta di front office memiliki sembilan orang. Tenaga
penjualan KaWePe lebih mengarah sebagai kasir yang hanya melayani
pembayaran. Sebaiknya tenaga penjualan diarahkan pula untuk melakukan
penawaran kepada pengunjung serta memotivasi pengunjung dengan
pemberian informasi mengenai produk baik harga, kualitas, serta
kelebihannya. Menyikapi hal ini KaWePe harus memberikan pengetahuan
yang cukup mengenai produk maupun kelebihan produknya sehingga
memotivasi pengunjung membeli. Selain itu, untuk memotivasi pekerja,
sebaiknya dibuat juga target penjualan setiap hari atau minggunya, dan
pemberian reward pada pekerja yang mencapai target penjualan.
7.3 Value (Nilai)
Alternatif nilai yang diterapkan KaWePe diarahkan pada posisi perusahaan
3,5C. Alternatif untuk nilai terdiri dari tiga hal: merek, pelayanan, serta proses.
7.3.1 Merek
Merek yang ditetapkan KaWePe telah mencerminkan perusahaan 3,5C
(Market Driven Company) untuk menunjukkan kualitas suatu produk.
Penggunaan merek KaWePe dengan motto agropintar merupakan sebuah nama
yang digunakan untuk menunjukkan kualitas produk yang ditawarkan KaWePe.
Tagline yang dimiliki KaWePe “wisata pintar ya KaWePe” telah sesuai dengan
produk yang ditawarkan. Namun, merek tersebut belum diketahui secara luas oleh
masyarakat umum.
Tabel 26. Alternatif Nilai Merek KaWePe
Merek
Saat ini Alternatif Merek KaWePe
Merek menunjukkan kualitas produk Merek menunjukkan kualitas produk
1) Merek KaWePe dengan motto agropintar dan tagline wisata pintar ya KaWePe
1) Mempertegas kembali pengenalan merek KaWePe kepada masyarakat dengan tetap memperhatikan pelayanan dan produk yang ditawarkan sesuai dengan motto dan tagline yang telah dibuat
Sumber : Internal KaWePe (2009)
135
Pihak KaWePe lebih memperhatikan kembali perkenalan atau promosi
merek tersebut agar diketahui masyarakat umum. Sebaiknya untuk menguatkan
merek perusahaan, KaWePe memfokuskan kembali tagline dan mottonya
sehingga masyarakat mengetahui KaWePe dan termotivasi untuk melakukan
kunjungan dengan paket wisata yang ditawarkan memiliki kualitas yang baik
yakni sebagai lokasi wisata yang tidak hanya memberikan kegembiraan, tetapi
juga pendidikan dan pengenalan di bidang pertanian. Selain itu, dalam
memperkuat merek dan mottonya, KaWePe harus memperhatikan pelayanan
maupun produk wisata yakni kegiatan dan fasilitas wisata yang ditawarkannya
agar mampu menarik konsumen.
7.3.2 Pelayanan
KaWePe menetapkan pelayanan yang diberikan sebagai upaya memuaskan
konsumen dan mengarah pada pelayanan terbaik sebagai satu-satunya tujuan
perusahaan. Pelayanan yang diberikan KaWePe sesuai dengan situasi persaingan
pada lima tahun mendatang yaitu untuk memuaskan konsumen. Selain itu,
pelayanan yang ditetapkan telah lebih baik yakni mengarah pada pemberian
pelayanan terbaik sebagai satu-satunya tujuan perusahaan. Pelayanan yang
diberikan KaWePe sudah cukup baik terutama dalam penyediaan media komplen
secara langsung dan pembuatan lembar evaluasi untuk pengunjungnya. Meskipun
demikian, KaWePe harus meningkatkan kembali kualitas pelayanannya karena
pelayanan sebagai satu-satunya tujuan perusahaan (Tabel 27).
Pelayanan yang diberikan KaWePe untuk pengunjung paket cukup baik
yakni dari penyediaan lokasi yang nyaman serta seorang pemandu. Namun, masih
terdapat kekurangan pada saat penyampaian materi kurang komunikatif.
Sebaiknya KaWePe untuk memberikan pelayanan terbaik memberikan pelatihan
pada pekerja terutama penyampai materi cara berkomunikasi yang lebih interaktif
serta pengetahuan-pengetahuan mengenai materi yang akan disampaikan. Selain
itu, menerapkan sistem tanya jawab dan pemberian hadiah kepada peserta paket
agar lebih memperhatikan penyampai materi. KaWePe harus lebih memperhatikan
pelayanan untuk pengunjung umum. Hal ini dikarenakan kepuasan pengunjung
dengan melakukan kunjungan ke KaWePe menjadi salah satu alasan yang
memotivasi konsumen lainnya untuk melakukan kunjungan ke KaWePe.
136
Informasi yang dimiliki pengunjung mengenai kegiatan edukatif seperti
demo gratis maupun paket wisata, serta produk hasil kebun dan hasil olahan
kebun masih rendah sehingga pengunjung umum merasa tidak dilayani dengan
baik. Pengunjung umum hanya diberikan informasi mengenai layout lokasi saja.
Sebaiknya KaWePe juga memberikan brosur kegiatan wisata yang ditawarkan
atau membuat lokasi pusat informasi KaWePe di depan front office melalui
pemasangan spanduk pengumuman mengenai jadwal kegiatan demo, paket yang
ditawarkan, serta hasil kebun dan produk olahan kebun sehingga pengunjung
dapat mengetahui produk dan fasilitas yang ditawarkan KaWePe. Selain itu, untuk
memberikan pelayanan terbaik KaWePe harus dapat menjadi lokasi wisata yang
menjadi solusi pengunjung dalam menghadapi permasalahan dan kebutuhanya
dengan melengkapi fasilitas wisata seperti kelengkapan outbound dan kolam
renang. Selain itu, untuk mempermudah pengunjung dalam mencari lokasi tujuan
wisata perlu dibuat papan penunjuk arah.
Tabel 27. Alternatif Nilai Pelayanan KaWePePelayanan
Saat ini Alternatif Pelayanan KaWePePelayanan untuk memuaskan pengunjung dan mengarah sebagai satu-satunya tujuan perusahaan
Pelayanan sebagai satu-satunya tujuan perusahaan
1) Pembuatan tiga jenis lembar evaluasi dan media komplen
2) Pengunjung paket didampingi pemandu sehingga mendapat pelayanan cukup baik karena langsung mendapat pengarahan, namun masih kurang
3) Penyediaan fasilitas paket edukatifdan fasilitas umum, namun masih kurang fasilitas wisata
4) Pemberian santunan pengobatan pada pengunjung yang mengalami kecelakaan
1) Penambahan satu jenis lembar evaluasi untuk peserta paket terutama sekolah
2) Pemberian materi sebaiknya dilakukan secara komunikatif melalui tanya jawab dan pemberian hadiah untuk pengunjung.
3) Pembuatan lokasi pusat informasi KaWePe untuk memberikan informasi mengenai keberadaan demo gratis maupun produk KaWePe.
4) Penyediaan fasilitas wisata sesuai dengan kebutuhan dan permintaan konsumen seperti kelengkapan outbound dan kolam renang.
5) Pembuatan papan penunjuk arah
Sumber : internal KaWePe (2009)
7.3.3 Proses
Proses aktivitas yang dilakukan KaWePe merupakan kerjasama antar
fungsi sebagai bagian untuk kelancaran proses yang dijalankan perusahaan.
137
Sedangkan proses aktivitas yang mencerminkan perusahaan 3,5C (Market Driven
Company) sesuai dengan situasi persaingan pada lima tahun mendatang yaitu
stuktur organisasi berbentuk horizontal.
Stuktur organisasi yang dimiliki KaWePe sudah berbentuk horizontal serta
proses aktivitas yang dilaksanakan oleh pekerja KaWePe tidak bersifat kaku
mengikuti stuktur organisasi yang telah ditetapkan perusahaan. Pekerja tidak
hanya melaksanakan tugasnya tetapi juga melaksanakan tugas lainnya sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki pekerja tersebut. Namun, dalam
stuktur organisasi tersebut masih terdapat beberapa divisi atau subdivisi memiliki
fungsi dan tugas yang sama. Sebaiknya jika divisi dan subdivisi tersebut dapat
disatukan menjadi sebuah divisi yang melingkupi tugas dan fungsi kedua divisi
tersebut. Contohnya yaitu divisi Litbang dan Pengembangan seharusnya disatukan
dalam satu divisi penelitian dan pengembangan (Lampiran 9).
138
VIII KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil audit pemasaran pada Kebun Wisata Pasir Mukti
(KaWePe) diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1) Hasil audit terhadap internal perusahaan menunjukkan KaWePe berada pada
posisi perusahaan 3C (Marketing Oriented Company) menuju perusahaan
3,5C (Market Driven Company). KaWePe berada pada transisi dari marketer
yakni perusahaan melakukan penjualan hanya pada segmen pasar yang
paling efektif dengan meghasilkan produk yang lebih baik dan melakukan
diferensiasi sesuai kebutuhan konsumen, serta melakukan promosi secara
seimbang baik kepada pemakai langsung maupun pedagang, menuju
specialist yakni perusahaan hanya melayani sebuah atau beberapa fragmen
pasar dengan menghasilkan produk khusus untuk setiap fragmen pasarnya
dan melakukan pemasaran yang berbeda untuk setiap fragmen pasar.
2) Hasil audit terhadap lingkungan eksternal perusahaan menggambarkan
situasi persaingan yang akan dihadapi KaWePe untuk lima tahun mendatang
tinggi. KaWePe menghadapi situasi persaingan 3,5C yaitu shopisticated
(canggih). Tingkat persaingan semakin ganas, perubahan lingkungan
semakin discontinue, serta pelanggan diperlakukan khusus sebagai klien.
3) Hasil audit The Strategic Marketing Plus 2000 diperoleh kesenjangan
negatif antara CAI dan CSI, sehingga strategi perusahaan tertinggal
dibandingkan dengan lingkungan bisnisnya. Oleh karena itu, KaWePe
sebagai Marketing Oriented Company perlu memposisikan diri sebagai
Market Driven Company.
4) Tingkat efektivitas sumberdaya pemasaran tergolong sangat baik. Atribut
filosofi pelanggan, organisasi pemasaran terpadu, infomasi pemasaran yang
memadai, orientasi strategis, dan efisiensi operasional secara keseluruhan
sudah berjalan secara efektif.
8.2 Saran
Berdasarkan hasil audit pemasaran Kebun Wisata Pasir Mukti (KaWePe),
diperoleh saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan manajemen perusahaan:
139
1) KaWePe sebaiknya memperhatikan kembali target pasar dari pengunjung
paket terutama sekolah dan pengunjung umum. Sebaiknya KaWePe
menambah jangkauan kegiatan promosi untuk sekolah yakni sale call dan
school gathering terutama di wilayah Kab Bogor dan Kota Bogor yang
berpotensi menjadi konsumen. Selain itu, KaWePe sebaiknya melakukan
promosi melalui pembagian brosur dan leaflet di gerbang tol, lokasi
perbelanjaan, dan sekolah, serta pembuatan stiker yang dipasang pada
kendaraan-kendaraan yang berkunjung ke KaWePe.
2) KaWePe sebaiknya memposisikan dirinya sebagai lokasi wisata pintar, unik,
berkualitas, dengan pelayanan yang terbaik untuk pengunjung paket.
Sedangkan pada pengunjung umum KaWePe sebaiknya memposisikan
dirinya sebagai lokasi wisata pintar, lengkap, dan ramai.
3) KaWePe sebaiknya menerapkan taktik penjualan dengan menjual solusi
untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi konsumen.
a) Organisasi penjualan
KaWePe harus memperhatikan kegiatan pemasaran yang dilakukan pada
pengunjung umum melalui pembagian brosur, dan leaflet di lokasi
perbelanjaan, gerbang tol, dan sekolah. Pembuatan member ship untuk
pengunjung paket terutama sekolah. Selain itu, KaWePe harus
menginformasikan kembali keberadaan POS (Point Of Sales), serta
penjualan produk hasil kebun maupun produk olahan seperti selai dan
sirup tidak hanya di Pondok Ole-ole, tetapi juga di POS Kolam Pancing,
Resto Bakudapa, POS Outbound, serta POS Saung Ci’luBa.
b) Manajemen penjualan
Manajemen KaWePe harus memperhatikan jumlah penjualan produk
selain paket wisata yakni melalui pembuatan target jumlah penjualan
produk. Selain itu, peninjauan penjualan sebaiknya dilakukan pula oleh
divisi agro, wisata, dan pengembangan.
c) Tenaga penjualan
Manajemen KaWePe harus dapat memanfaatkan tenaga kerja
menganggur saat kunjungan menurun untuk melakukan pemasaran.
Selain itu, KaWePe sebaiknya melakukan pelatihan peningkatan kualitas
140
SDM baik dalam melakukan penawaran maupuan cara penyampaian
materi yang komunikatif. KaWePe juga dapat memberikan reward pada
pekerja yang mencapai target penjualan.
4) KaWePe sebaiknya memperhatikan pelayanan yang diberikan kepada
pengunjung terutama dalam hal penyampaian materi harus lebih komunikaif,
serta pembuatan lembar evaluasi untuk peserta paket. Selain itu, KaWePe
harus memperhatikan pula pelayanan kepada pengunjung umum terutama
dalam pemerolehan informasi, sebaiknya KaWePe membuat sebuah lokasi
pusat informasi KaWePe di depan Front Office yang berisi berbagai
informasi baik paket yang ditawarkan maupun jadwal kegiatan demo gratis.
Sebaiknya KaWePe memperhatikan pula fasilitas yang ditawarkan terutama
fasilitas wisata sesuai dengan kebutuhan konsumen seperti penyediaan
kolam renang dan kelengkapan outbound. Untuk kemudahan pengunjung
yang melakukan pencarian lokasi sebaiknya membuat papan penunjuk arah.
5) KaWePe sebaiknya memperbaharui stuktur organisasi yakni menyatukan
divisi dan sub divisi yang memiliki tugas sama dan saling berhubungan
seperti divisi pengembangan disatukan dengan sub divisi penilitian.
6) Disaranakan pada penelitian selanjutnya jika menggunakan responden
internal dan eksternal, masing-masing responden tersebut diberikan bobot
penilaian sesuai dengan kompetensi dari masing-masing responden.
141
DAFTAR PUSTAKA
Akhdiar F. 2008. Analisis prioritas strategi bauran pemasaran pada agrowisata Rumah Sutera Alam Kecamatan Pasir Eurih, Kabupaten Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Baskara GG. 2008. Analisis kepuasan pengunjung Kampoeng Wisata Cinangneng dan implikasinya terhadap bauran pemasaran [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2008. Jakarta: Badan Pusat Statistik
. Data Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata di Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2004, 2005, 2006, 2007. Bogor.
Dewandana AF. 2006. Penerapan audit pemasaran dari Markplus 200 pada industri sayur organik di Jabotabek, kasus pada PT Amani Mastra, Caman, Jatibening, Bekasi [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. 2008. Data Objek Wisata di Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor.
Inarie Y. 2007. Penerapan audit pemasaran Strategic Marketing Plus 2000 pada PT. Zeelandia Indonesia, studi kasus pada penjualan produk Zeelandia di Wilayah Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Kartajaya H et al. 2002. MarkPlus on Strategy. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kartajaya H. 1996. Marketing Plus 2000 Siasat Memenangkan Persaingan Global. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kotler P. 1987. Dasar-dasar Pemasaran. Jakarta: Intermedia.
. 1995. Manajemen Pemasaran Edisi 8 Buku 2. Jakarta: Salemba Epes.
. 2005. Manajemen Pemasaran Jilid 1 & 2. Jakarta: PT Indeks Gramedia.
Kotler P, Kartajaya H, Huan HD, Liu S. 2003. Rethinking Merketing (Meninjau Ulang Pemasaran). Jakarta: PT Prenhallindo.
Kasali R. 2003. Membidik Pasar Indonesia, Segmentasi, Targeting, Positioning. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Muttaqien AA. 2007. Analisis strategi bersaing Agrowisata Vin’s Berry Park Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
142
Nazir M. 2005. Metode Penelitian. Cetakan Keenam. Bogor : Ghalia Indonesia
Rangkuti F. 2002. Creating Effective Marketing Plan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Satriyani A. 2005. Audit pemasaran jasa pembuatan taman, studi kasus Media Flora dan Putra Mekar di Pusat Penjualan Tanaman Hias dan Kerajinan Dirgantara Asri, Jakarta Timur [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Tirtawinata MR, Fachruddin L. 1996. Daya Tarik dan Pengelolaan Agrowisata. Jakarta: Penebar Swadaya.
Uli LP. 2008. Audit pemasaran pada PT Godongijo Asri di Sawangan, Depok, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Umar H. 2008. Strategic Management in Action. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Wiwoho B, Pudjawati R, Himawati Y. 1990. Pariwisata Citra dan Manfaatnya. Jakarta: PT Bina Rena Pariwara.
143
LAMPIRAN
144
Lampiran 1. Kuesioner Company Allignment Profile (CAP)
Nama :
Jabatan :
A. Strategi Perusahaan
a. Berdasarkan apakah segmentasi yang ditetapkan Kebun Wisata Pasir Mukti (KaWePe) dalam menentukan pasar sasarannya? ( segmentasi yaitu cara membagi pasar berdasarkan variabel tertentu)1. Geografi / wilayah, seperti kota, ukuran kota, dan kepadatan penduduk2. Demografi, seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, penghasilan, pekerjaan, agama,
jumlah keluarga dan lain-lain3. Psikografi, berdasarkan gaya hidup, kelas social, dan kepribadian. 4. Perilaku konsumen, bagaimana konsumen membeli produk dilihat dari manfaat yang
diinginkan, waktu pembelian, status pemakai, tingkat pemakaian, status kesetiaan pada produk, sikap terhadap produk.
5. Individual, memilih konsumen sebagai sasaran dan cara pendekatan berbeda untuk setiap konsumen karena setiap konsumen berbeda
Berdasarkan jawaban diatas pilihlah variabel segmentasi yang ditetapkan :
1) Bagaimana segmentasi geografi yang diterapkan oleh perusahaan?(Isi pertanyaan ini apabila jawaban pertanyaan pada poin a adalah 1)1. Berdasarkan kota-kota besar, yaitu2. Berdasarkan ukuran kota : a) Kurang dari 5.000 km2
b) 5.000 - 20.000 km2
c) 20.000 - 50.000 km2
d) 50.000 – 100.000 km2
e) Lebih dari 100.000 km2
3. Berdasarkan kepadatan penduduk : 1. Perkotaan2. Pinggiran kota3. Pedesaan
2) Bagaimana segmentasi demografi yang diterapkan oleh perusahaan? (Isi pertanyaan ini apabila jawaban pertanyaan pada poin a adalah 2)
1. Berdasarkan usia : a) Di bawah 6 tahun b) 6 - 11 tahun
c) 12 - 19 tahund) 20 - 35 tahune) 36 - 49 tahunf) 50 - 65 tahung) 65 tahun ke atas
2. Berdasarkan jenis kelamin : a) Laki-laki b) Perempuan
3. Berdasarkan pendidikan : a)Taman Kanak-kanakb)Sekolah Dasarc) Sekolah Menengah Pertamad)Sekolah Menengah Atase) Perguruan Tinggi
4. Berdasarkan jenis pekerjaan : a) Pelajar dan Mahasiswab)Ibu rumah tangga
Petunjuk :
a) Pilihlah satu jawaban sesuai dengan kondisi Kebun Wisata Pasir Mukti.
b)Berilah tanda silang (X) pada setiap jawab berupa pilihan poin 1,2,3,4, atau 5
145
c) Pegawai d)Wiraswastae) Manajer
5. Kelas sosial : a) Kelas bawahb) Kelas menengah bawahc) Kelas menengah atasd) Kelas atas
3) Bagaimana segmentasi psikografi yang ditetapkan perusahaan ? (Isi pertanyaan ini apabila jawaban pertanyaan pada poin a adalah 3)
a. Gaya hidup : a) Waktu yang sangat berharga bagi konsumen b) Keterbatasan uang yang dimiliki oleh konsumen
b. Kepribadian : ……………..4) Bagaimanakah segmentasi perilaku yang ditetapkan perusahaan? (Isi pertanyaan ini apabila jawaban pertanyaan pada poin a adalah 4)
1. Berdasarkan kejadian : a) Biasa b) Khusus
2. Berdasarkan manfaat : a) Kualitasb) Pelayananc) Ekonomisd) Kecepatan
3. Berdasarkan tingkat pemakaian : a) Ringan b) Sedang
c) Berat
4. Berdasarkan status pengguna : a) Bukan pengguna b) Bekas pengguna
c) pengguna potensiald) pengguna pertama kalie) pengguna teratur
5. Berdasarkan status kesetiaan : a) Tidak adab) Sedangc) Kuatd) Mutlak
KETERANGAN : …
b. Bagaimana Targeting yang dilakukan KaWePe dalam menetapkan target pasarnya ? (targeting yaitu memilih satu atau lebih segmen pasar sebagai sasaran)1. Produk ditujukan untuk semua orang2. Spesialisasi pasar/produk untuk orang yang cocok dan diyakini mampu membeli
produk 3. Spesialisasi produk untuk orang terpilih dan dalam segmen yang dituju4. Spesialisasi selektif/produk hanya untuk beberapa orang saja , terutama yang belum
dilayani perusahaan secara baik. 5. Produk yang berbeda untuk setiap orang
KETERANGAN : …
c. Bagaimana positioning produk KaWePe dalam industri pariwisata? (positioning merupakan posisi yang diinginkan di benak konsumen)1. Produk yang ditawarkan merupakan satu-satunya di pasar2. Produk lebih baik dari produk pesaing3. Produk memiliki satu pernyataan yang melekat di benak konsumen/berbeda dengan
produk pesaing4. Identitas produk berbeda di setiap ceruk pasar
146
5. Posisi produk berbeda untuk setiap orang
KETERANGAN : …
B. Taktik Perusahaan
d. Bagaimana taktik differensiasi produk yang diterapkan KaWePe?(diferensiasi merupakan cara perusahaan membedakan segala macam aspek terkait dengan perusahaan terhadap perusahaan lain)1. Menyusun semua aspek untuk kebaikan perusahaan2. Diferensiasi produk dilakukan untuk membuktikan bahwa perusahaan lebih baik dari
pesaing3. Diferensiasi produk agar disukai oleh konsumen4. Diferensiasi khusus untuk memenuhi kebutuhan tiap ceruk pasar5. Diferensiasi khusus untuk memberikan pelayanan pada kebutuhan tiap konsumen
KETERANGAN : …
e. Bagimana taktik Marketing Mix yang diterapkan KaWePe?1. 4A;
Assortment : Perusahaan menyediakan cukup pilihan produk yang belum pasti cocok dengan kebutuhan dan keinginan konsumen
Affordable : Harga produk terjangkau untuk konsumen Available : Produk selalu tersedia untuk konsumen Announcement : Publikasi ketersediaan produk dilakukan melalui pengumuman
sederhana 2. 4B;
Best : Perusahaan berusaha menghasilkan produk yang lebih baik dari pesaing dan berani menyatakan bahwa produknya yang terbaik di pasar.
Bargaining : Harga yang ditawarkan tinggi, namun dapat berubah menjadi lebih mahal atau lebih murah apabila terjadi proses penawaran oleh konsumen.
Buffer stock: Saluran distribusi (distributor / retailer)”diharuskan” memiliki banyak persediaan
Bombarding : Publikasi produk dilakukan melalui periklanan3. 4P;
Product : Perusahaan menyediakan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen, sehingga dapat memuaskannya serta meningkatkan keuntungan perusahaan dari peningkatan penjualan.
Price : Harga disesuaikan dengan situasi persaingan produk sejenis di pasar Place : Produk tersedia saat dan di tempat yang diinginkan konsumen Promotion : Perusahaan melakukan berbagai kegiatan promosi, yaitu periklanan,
personal selling, promosi penjualan, publisitas dan hubungan masyarakat untuk mengadakan komunikasi dengan konsumen.
4. 4V; Variety : Perusahaan menghasilkan beberapa jenis produk untuk ceruk pasar
yang berbeda. Value : Penetapan harga jual berdasarkan nilai atau value yang diperoleh
konsumen dengan mengkonsumsi produk. Venue : Lokasi penjualan dibuat khusus untuk setiap ceruk pasar yang telah
ditargetkan Voice : Perusahaan semakin memperhitungkan suara, keinginan, dan harapan
konsumen, sehingga terjadi komunikasi dua arah antara produsen dan konsumen.
5. 4C;
147
Costumer solution : Perusahaan menghasilkan produk untuk memberikan solusi bagi konsumen, pembuatan produk disesuaikan dengan kebutuhan individu.
Cost : Perusahaan menetapkan harga berdasarkan biaya total yang dikeluarkan konsumen untuk membeli produk.
Convenience : Penjual membuat tempat penjulan yang nyaman dan lokasi yang tidak menyusahkan konsumen, seperti penyediaan alat komunikasi canggih agar produk dapat langsung diperiksa, dilihat, dan cepat dipesan.
Communication : Promosi dilakukan dengan komunikasi dua arah yang interaktif dengan konsumen.
KETERANGAN: …
f. Bagaimana taktik penjualan yang diterapkan Kebun Wisata Pasir Mukti?1. Perusahaan hanya memberi informasi mengenai ketersediaan produk2. Perusahaan menjual fitur produk kepada konsumen3. Perusahaan menjual manfaat produk kepada konsumen4. Perusahaan menjual solusi untuk mengatasi permasalahan konsumen5. Perusahaan melakukan penjualan berinteraksi dengan konsumen
KETERANGAN: …
C. Nilai Perusahaan
g. Apakah tanggapan anda mengenai merek Kebun Wisata Pasir Mukti?1. Merek sebagai pembeda produk perusahaan dengan produk pesaing2. Merek digunakan agar produk dikenal oleh orang banyak3. Merek dipakai agar mempunyai asosiasi tertentu di benak konsumen4. Merek digunakan untuk menunjukkan kualitas suatu produk5. Merek dipakai agar konsumen puas dan setia pada merek perusahaan
KETERANGAN: …
h. Apakah tanggapan anda mengenai pelayanan yang diberikan KaWePe kepada konsumen?1. Pelayanan merupakan salah satu kategori bisnis dan tidak menganggap sebagai
perusahaan jasa, sehingga tidak memperhatikan pelayanan.2. Pelayanan dilakukan untuk memberi nilai tambah produk perusahaan3. Pelayanan merupakan bagian dari penjualan untuk memberikan nilai tambah yang
benar-benar bisa digunakan oleh konsumen4. Pelayanan dilakukan untuk memuaskan konsumen5. Perusahaan memberikan pelayanan terbaik sebagai satu-satunya tujuan perusahaan
KETERANGAN : …
i. Bagaimana proses aktivitas dalam Kebun Wisata Pasir Mukti?1. Karyawan bekerja berdasarkan sistem dan prosedur yang ada sesuai uraian tugas
masing-masing2. Kerjasama antar fungsi merupakan bagian utama perusahaan agar terjadi kelancaran
proses yang lebih baik3. Membuat stuktur perusahaan lebih “flat” atau menerapkan organisasi matrikx
(functional streamlining) yang berarti fungsi atau tugasnya dipertahankan, tetapi diperkecil ukurannya.
4. Stuktur organisasi berbentuk horizontal5. Melakukan aliansi dengan perusahaan lain untuk kesuksesan bersama.
KETERANGAN : …
-Terima Kasih Atas Partisipasi Anda -
148
Lampiran 2. Kuesioner Competitif Setting Profile (CSP)
Wiwi Heryawanti (H34052063)
Program Sarjana Manajemen Agribisnis
Institut Pertanian Bogor
IDENTITAS RESPONDEN :
Nama :
Jabatan :
Alamat :
PERTANYAAN PENELITIAN
A. Permintaan Konsumen1. Tercerahkan
a. Seberapa besar pandangan atau pengetahuan konsumen mengenai paket wisata Kebun Wisata Pasir Mukti (KaWePe) untuk 5 tahun mendatang? Kecil………………………………………………..…..Besar (1) (2) (3) (4) (5)
b. Seberapa besar konsumen bertindak rasional dalam memutuskan kunjungan ke KaWePe untuk 5 tahun mendatang? Kecil………………………………………………..…..Besar (1) (2) (3) (4) (5)
c. Seberapa besar pengaruh konsumen terhadap konsumen lain dalam memutuskan kunjungan ke KaWePe untuk 5 tahun mendatang?Kecil………………………………………………..…..Besar (1) (2) (3) (4) (5)
2. Tahu Informasia. Seberapa besar kemampuan konsumen membandingkan paket wisata KaWePe
dengan paket wisata pesaing untuk 5 tahun mendatang?Kecil………………………………………………..…..Besar (1) (2) (3) (4) (5)
b. Seberapa besar keanekaragaman paket wisata KaWePe untuk 5 tahun mendatang?Kecil………………………………………………..…..Besar (1) (2) (3) (4) (5)
c. Seberapa besar usaha konsumen mencari informasi (bertanya, mengevaluasi pilihan, dan lainnya) maupun kemudahan konsumen memperoleh informasi sebelum memutuskan berkunjung pada merek wisata yang dipilihnya untuk 5 tahun mendatang?Kecil………………………………………………..…..Besar (1) (2) (3) (4) (5)
Petunjuk :
1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut sesuai dengan pilihan anda.
2. Berilah tanda silang (X) pada setiap jawab berupa pilihan poin 1,2,3,4, & 5
149
d. Seberapa besar perbedaaan merek KaWePe dibandingkan dengan merek-merek wisata sejenis yang ada dalam industri pariwisata khususnya agrowisata untuk 5 tahun mendatang? Kecil………………………………………………..…..Besar (1) (2) (3) (4) (5)
3. Berkemampuana. Seberapa besar pengaruh pihak lain (teman, keluarga, dan lainnya) terhadap
keputusan konsumen untuk berkunjung ke KaWePe untuk 5 tahun mendatang?Kecil………………………………………………..…..Besar (1) (2) (3) (4) (5)
b. Seberapa besar kemampuan konsumen merealisasikan keputusannya untuk berkunjung ke KaWePe untuk 5 tahun mendatang?Kecil………………………………………………..…..Besar (1) (2) (3) (4) (5)
B. Situasi Persaingan1. Umum
a. Seberapa banyak jumlah pesaing KaWePe di industri pariwisata khususnya agrowisata di Kabupaten Bogor untuk 5 tahun mendatang?Kecil …………………………………………………..Besar(1) (2) (3) (4) (5)
b. Seberapa banyak pesaing potensial KaWePe dalam industri pariwisata khususnya agrowisata di Kabupaten Bogor untuk 5 tahun mendatang?Kecil………………………………………………..…..Besar
(1) (2) (3) (4) (5)c. Sebesar banyak produk subsitusi yang ada dalam pasar pariwisata khususnya
agrowisata di Kabupaten Bogor pada 5 tahun mendatang?Kecil………………………………………………..…..Besar
(1) (2) (3) (4) (5)d. Seberapa besar kemungkinan munculnya pesaing baru KaWePe dalam industri
pariwisata khususnya agrowisata di Kabupaten Bogor pada 5 tahun mendatang?Kecil………………………………………………..…..Besar(1) (2) (3) (4) (5)
2. Agresifitasa. Seberapa besar kemampuan pesaing di industri pariwisata khususnya agrowisata di
Kab Bogor dalam menerapkan strategi segmentasi untuk memasarkan paket wisatanya pada 5 tahun mendatang?Kecil………………………………………………..…..Besar (1) (2) (3) (4) (5)
b. Seberapa besar kemampuan pesaing pada industri pariwisata khususnya agrowisata di Kabupaten Bogor dalam menetapkan pasar sasaran paket wisatanya untuk 5 tahun mendatang?Kecil………………………………………………..…..Besar (1) (2) (3) (4) (5)
c. Seberapa besar kemampuan pesaing di industri pariwisata khususnya agrowisata di Kab Bogor, menentukan posisi pasar (positioning) dalam memasarkan paket wisatanya untuk 5 tahun mendatang?Kecil………………………………………………..…..Besar (1) (2) (3) (4) (5)
d. Seberapa besar kemampuan pesaing dalam strategi penentuan harga untuk memenangkan persaingan dalam industri pariwisata khususnya agrowisata di Kabupaten Bogor pada 5 tahun mendatang?Kecil………………………………………………..…..Besar (1) (2) (3) (4) (5)
e. Seberapa besar inovasi perkembangan mutu / kualitas paket wisata yang dilaksanakan pesaing KaWePe untuk memenangkan persaingan dalam industri pariwisata khususnya agrowisata di Kabupaten Bogor pada 5 tahun mendatang?
150
Kecil………………………………………………..…..Besar (1) (2) (3) (4) (5)
3. Kapabilitasa. Seberapa besar kemampuan pesaing dilihat dari kondisi keuangan yang dimilikinya
untuk memenangkan persaingan dalam industri pariwisata khususnya agrowisata di Kabupaten Bogor pada 5 tahun mendatang?Kecil………………………………………………..…..Besar (1) (2) (3) (4) (5)
b. Seberapa besar kemampuan pesaing dilihat dari kemampuan SDM yang dimilikinya untuk memenangkan persaingan dalam industri pariwisata khususnya agrowisata di Kabupaten Bogor pada 5 tahun mendatang?Kecil………………………………………………..…..Besar (1) (2) (3) (4) (5)
c. Seberapa besar aset-aset yang dimiliki pesaing sebagai penunjang untuk memenangkan persaingan dalam industri pariwisata khususnya agrowisata di Kabupaten Bogor pada 5 tahun mendatang?Kecil………………………………………………..…..Besar (1) (2) (3) (4) (5)
d. Seberapa besar kemampuan pesaing memanfaatkan perkembangan teknologi informasi untuk memenangkan persaingan dalam industri pariwisata khususnya agrowisata di Kabupaten Bogor pada 5 tahun mendatang?Kecil………………………………………………..…..Besar
(1) (2) (3) (4) (5)e. Seberapa besar tingkat kejelasan ciri-ciri (misalnya desain merek, program kegiatan,
dan harga) yang dimiliki pesaing untuk membedakan satu jenis paket wisata dengan paket wisata lainnya pada 5 tahun mendatang?Kecil………………………………………………..…..Besar
(1) (2) (3) (4) (5)f. Seberapa besar kemampuan sebuah perusahaan dalam industri pariwisata khususnya
agrowisata di Kabupaten Bogor dapat mengenali pesaingnya dengan jelas pada 5 tahun mendatang?Kecil………………………………………………..…..Besar (1) (2) (3) (4) (5)
C. Perubahan Lingkungan1. Teknologi
a. Seberapa besar perubahan yang ditimbulkan teknologi mempengaruhi stuktur industri pariwisata khususnya agrowisata pada lima tahun mendatang? Kecil………………………………………………..…..Besar (1) (2) (3) (4) (5)
b. Seberapa besar perubahan yang ditimbulkan oleh inovasi teknologi dalam industri pariwisata khususnya agrowisata pada 5 tahun mendatang? Kecil………………………………………………..…..Besar (1) (2) (3) (4) (5)
c. Seberapa besar peranan perkembangan teknologi terhadap keunggulan bersaing dalam industri pariwisata khususnya agrowisata pada 5 tahun mendatang?Kecil………………………………………………..…..Besar
(1) (2) (3) (4) (5)d. Seberapa besar pengaruh perkembangan teknologi terhadap strategi yang diterapkan
perusahaan (segmentasi, posisioning, serta targeting) dalam industri pariwisata khususnya agrowisata untuk 5 tahun mendatang?Kecil………………………………………………..…..Besar
(1) (2) (3) (4) (5)2. Sosekpol
a. Seberapa besar perubahan kondisi ekonomi dapat mempengaruhi penjualan jasa wisata dalam industri pariwisata khususnya agrowisata untuk 5 tahun mendatang?Kecil………………………………………………..…..Besar
151
(1) (2) (3) (4) (5)b. Seberapa besar perubahan kondisi ekonomi mempengaruhi daya beli masyarakat
yang nantinya berpengaruh pada penjualan jasa wisata di industri pariwisata khususnya agrowisata untuk 5 tahun mendatang?Kecil………………………………………………..…..Besar (1) (2) (3) (4) (5)
c. Seberapa besar perubahan kondisi ekonomi yang ditimbulkan akibat adanya era globalisasi dan liberalisasi perdagangan terhadap penjualan jasa wisata dalam industri pariwisata khususnya agrowisata pada 5 tahun mendatang?Kecil………………………………………………..…..Besar (1) (2) (3) (4) (5)
d. Seberapa besar kemungkinan peningkatan permintaan konsumen terhadap jasa wisata akibat perubahan lingkungan, seperti kelas sosial, gaya hidup, dan perilaku konsumen dalam industri pariwisata khususnya agrowisata untuk 5 tahun mendatang?Kecil………………………………………………..…..Besar
(1) (2) (3) (4) (5)e. Seberapa besar pengaruh peraturan pemerintah atau instansi terkait terhadap perilaku
konsumen pada keputusan kunjungan jasa wisata dalam industri pariwisata khususnya agrowisata untuk 5 tahun mendatang?Kecil………………………………………………..…..Besar
(1) (2) (3) (4) (5)3. Pasar
a. Seberapa besar peluang masuknya pemain baru dalam industri pariwisata (khususnya agrowisata) untuk 5 tahun mendatng ?Kecil………………………………………………..…..Besar
(1) (2) (3) (4) (5b. Seberapa besar tingkat kesulitan masuk ke dalam industri pariwisata (khususnya
agrowisata) untuk 5 tahun mendatng ?Kecil………………………………………………..…..Besar
(1) (2) (3) (4) (5)
-Terima Kasih Atas Perhatian Anda -
152
Lampiran 3. Kuesioner Marketing Effectiviness Review (MER)
Wiwi Heryawanti (H34052063)Program Sarjana Manajemen AgribisnisInstitut Pertanian Bogor
IDENTIAS RESPONDEN
Nama :Jabatan :PERTANYAAN PENELITIAN
1. Filosofi Pelanggan
a. Apakah manajemen menyadari pentingnya merancang perusahaan untuk melayani kebutuhan dan keinginan pasar yang dipilih ?0. Manajemen berpikir dari sudut penjualan program kegiatan saat ini dan program
kegiatan baru kepada siapa pun yang akan membelinya1. Manajemen berpikir dari sudut pelayanan kepada berbagai jenis pasar dan kebutuhan
yang luas dengan efektifitas yang sama2. Manajemen berpikir dari sudut pelayanan kepada kebutuhan dan keinginan pasar dan
segmen pasar yang ditentukan dengan baik dan yang dipilih berdasarkan pertumbuhan dan potensi laba jangka panjangnya bagi perusahaan tersebut.
b. Apakah manajemen membuat penawaran dan rencana pemasaran yang berbeda untuk segmen yang berbeda ?0. Tidak 1. Sedikit2. Dalam cakupan yang luas
c. Apakah manajemen mempertimbangkan seluruh bagian pemasaran (pemasok, saluran, pesaing, pelanggan, dan lingkungan) dalam melakukan perencanaan bisnis?0. Tidak, manajemen berkonsentrasi pada penjualan dan layanan kepada pelanggan
langsungnya1. Sedikit, manajemen memiliki pandangan yang jauh tentang salurannya, walaupun
sebagian besar upayanya ditujukan untuk penjualan dan pelayanan2. Ya, manajemen mempertimbangkan seluruh rencana pemasaran, dengan menyadari
ancaman dan peluang yang timbul bagi perusahaan tersebut oleh perubahan dalam setiap bagian tersebut.
2. Organisasi Pemasaran Terpadu
a. Apakah terdapat integrasi pemasaran tingkat tinggi dalam pengendalian atas fungsi-fungsi pemasaran utama perusahaan?0. Tidak, penjualan dan fungsi-fungsi pemasaran lainnya tidak terpadu pada lapisan atas
dan terdapat suatu konflik yang tidak produktif1. Sedikit, terdapat integrasi formal dan pengendalian atas fungsi-fungsi pemasaran
utama tetapi koordinasi dan kerja sama kurang memuaskan2. Ya, fungsi-fungsi pemasaran utama terpadu secara efektif.
b. Apakah manajemen pemasaran bekerjasama secara baik dengan manajemen lainnya di dalam perusahaan?0. Tidak, terdapat keluhan bahwa pemasaran tidak masuk akal dengan permintaan dan
biaya yang diminta oleh departemen lainnya1. Sedikit, hubungan bersahabat walaupun setiap departemen berusaha memenuhi
kepentingannya sendiri.2. Ya, departemen bekerja sama dengan efektif dan memecahkan masalah untuk
kepentingan terbaik perusahaan secara keseluruhan.
1. Pilihlah salah satu jawaban yang tepat sesuai dengan kondisi manajemen Kebun Wisata Pasir Mukti (KaWePe).
2. Bobot nilai 0 (nol) = Tidak Efektif 1 (satu) = Sedang
Pihak Manajemen KaWePe
153
c. Seberapa baik proses pengembangan program wisata baru diorganisasikan?0. Sistem tersebut didefinisikan dan ditangani dengan buruk1. Sistem tersebut secara formal ada, tetapi tidak canggih.2. Sistem tersebut terstuktur dengan baik dan bekerja dengan prinsip kerja tim.
3. Informasi Pemasaran yang Memadai
a. Kapankah dilakukan studi riset terakhir mengenai pelanggan, pengaruh pembelian, saluran, dan pesaing?0. Bertahun-tahun yang lalu1. Beberapa tahun yang lalu2. Baru-baru saja
b. Sebaik apakah manajemen mengetahui potensi penjualan dan profitabilitas berbagai segemen pasar, pelanggan, kawasan, produk, saluran, dan ukuran pesanan?0. Tidak sama sekali1. Sedikit2. Sangat baik
c. Usaha apa yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengukur dan meningkatkan efektifitas biaya dari berbagai biaya pemasaran?0. Sedikit atau tanpa usaha1. Sedikit usaha2. Banyak usaha
4. Orientasi Strategi
a. Sejauh mana dilakukan perencanaan pemasaran formal?0. Manajemen tidak melakukan atau hanya sedikit melakukan perencanaan pemasaran
formal.1. Manajemen membuat rencana pemasaran tahunan.2. Manajemen membuat rencana pemasaran tahunan terperinci dan rencana strategis
jangka-panjang yang diperbaiki setiap tahun.b. Sebaik apakah strategi pemasaran yang diterapkan saat ini?
0. Strategi saat ini tidak jelas1. Strategi saat ini jelas dan mencerminkan kesinambungan strategi sebelumnya.2. Strategi sekarang jelas, inovatif, berdasarkan data, dan logis.
c. Sejauh apa tingkat kontijensi pemikiran dan perencanaan?0. Manajemen tidak atau sedikit melakukan pemikiran kontijensi1. Manajemen melakukan sedikit pemikiran kontijensi dan sedikit perencanaan
kontijensi formal.2. Manajemen secara formal mengidentifikasi kontijensi-kontijensi penting dan
membuat rencana kontijensi.
5. Efisiensi Operasional
a. Sebaik apakah strategi pemasaran dikomunikasikan dan diterapkan?0. Buruk1. Cukup2. Berhasil
b. Apakah manajemen melakukan tugas yang efektif dengan sumber daya pemasarannya?0. Tidak. Sumber daya pemasaran tidak memadai untuk melakukan pekerjaannya.1. Sedikit. Sumber daya pemasaran memadai tetapi tidak digunakan secara optimal.2. Ya. Sumber daya pemasaran memadai dan digunakan secara efisien.
c. Apakah manajemen menunjukkan kemampuan yang baik untuk bereaksi secara cepat dan efektif atas perkembangan yang terjadi?0. Tidak. Informasi penjualan dan pasar tidak baru dan reaksi manajemen lambat.1. Sedikit. Manajemen menerima informasi penjualan dan pasar yang cukup baru,
reaksi manajemen bervariasi.2. Ya. Manajemen telah memasang system yang menghasilkan informasi yang terbaru
dan reaksi yang cepat.
- Terima Kasih Atas Partisipasi Anda-
154
Lampiran 4. Layout Kebun Wisata Pasir Mukti
Lampiran 5. Jenis-Jenis Pondok Penginapan di KaWePe
No Nama Podok Harga per hari FasilitasJumlah orang
1 Pondok Duku Rp. 850.000 2 kamar dan mini bar 5 orang
2 Pondok Durian Rp. 1.000.000 2 kamar dan mini bar 5 orang
3 Pondok Delima Rp. 1.000.000 2 kamar dan mini bar 5 orang
4 Pondok Jamblang Rp. 1.000.000 Studio, pantry, dan mini bar
6 orang
5 Pondok Jambu Rp. 1.200.000 2 kamar dan mini bar 8 orang
6 Pondok Jeruk Rp. 1.200.000 2 kamar dan mini bar 8 orang
7 Pondok Rambutan Rp. 1.500.000 3 kamar, ekstra kamar, dapur dan aula
10 orang
8 Pondok Manggis Rp. 1.800.000 3 kamar, ekstra kamar, dapur, dan aula
12orang
9 Menara Klabat Rp. 1.500.000 15 orang
Sumber : Internal KaWePe (2009)
155
Lampiran 6. Stuktur Organisasi KaWePe
1.Human Resource2.Litbang 3.Security
1.Purchasing2.Kasir3.Accounting
1. Pemandu2. Promotion &
Business Development
3. Community Relation
1. Food & beverage
2.House keeping
3.Front Office4.Garden Area
Sewa
1.Kebun Sayur2.Kebun Aggrek3.Tanaman Hias4.Tanaman Buah5.TOGA6.Kebun
Pembibitan7.Kebun Palawija
Dewan Komisaris
Direktur Utama
Finance & Accounting
WisataHRD & Umum
Agro PengembanganSales & Marketing
156
Lampiran 7. Hasil Audit pada Permintaan Konsumen
C1
Elemen Variabel R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 Sdev Rata-rata
Tercerahkan
A Pengetahuan Konsumen 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 0,40 3,18
B Rasionalitas kunjungan konsumen 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 0,47 4,73
C Kemampuan pengaruhi orang lain 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 5 0,60 3,82
Rata-rata 0,49 3,91
Tahu Informasi
A Membandingkan produk 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 0,65 3,73
B Keragaman produk 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 0,47 3,73
C Akses informasi 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 0,47 3,73
D Perbedaan merek 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 0,40 3,18
Rata-rata 0,50 3,59
BerkemampuanA Tingkat pengaruh orang lain 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 0,45 4,00
B Kemampuan realisasi kunjungan 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 0,50 3,64
Rata-rata 0,48 3,82
Rata-rata nilai C1 0,49 3,77Keterangan :
R1-R11 : Responden yang mengisi form C1
A,B,C,D,E, dsb : Pertanyaan-pertanyaan yang menggambarkan elemen
157
Lampiran 8. Tabel Alternatif Taktik Maketing Mix KaWePe
Marketing Mix (Bauran Pemasaran)
Saat ini Alternatif Bauran Pemasaran
4C (Costumer solution, Cost, Convenience, Communication)
4C (Costumer solution, Cost, Convenience, Communication)
Kom
bina
si B
aura
n P
emas
aran
Product
1) Produk utama paket wisata agropintar untuk setiap jenjang usia, restoran, dan penginapan.
2) Produk hasil kebun dan hasil olehan seperti sirup serta selai.
3) Lokasi outbound yang masih sederhana.
4) Produk restoran adalah makanan Minahasa
1) Paket edukatif untuk pengunjung umum.
2) Penambahan demo gratis serta informasi keberadaan kegiatan tersebut dan produk lainnya seperti hasil kebun agar dapat dimanfaatkan pengunjung dan menjadi daya tarik KaWePe.
3) Penambahan atraksi di outbound. 4) Pembuatan wisata air.5) Menyediakan makanan Jawa.
Price
1) Harga paket wisata berada pada tingkat harga rata-rata diantara pesaing berdasarkan jumlah kegiatan, fasilitas yang diterima pengunjung, sertakeuntungan ingin diperoleh
2) Harga restoran dan penginapan terlalu mahal dibandingkan lokasi lain dengan konsep yang lebih menarik
1) Pemberian insentif untuk panitia pengunjung paket terutama sekolah.
2) Peninjauan terhadap harga penginapan dan restoran dengan menyesuaikan fasilitas yang diberikan pada pengunjung.
Place
1) Lokasi kurang strategis karena jarang diketahui oleh orang banyak
2) Penataan lokasi untuk pengunjung paket telah baik, namun pengunjung umum kurang jelas.
3) Kurangnya media informasi paket, kegiatan, dan jadwal demo pelatihan
1) Mempertegas kembali lokasi KaWePe saat promosi
2) Memperbaiki penataan lokasi untuk pengunjung umum serta pembuatan papan petunjuk arah
3) Pembuatan lokasi pusat informasi KaWePe yang mudah diakses oleh pengunjung, serta media komunikasi dengan pengunjung berupa pengeras suara
Promotion
1) KaWePe telah menerapkan lima alat promosi namun masih terdapat yang jangkauannya kurang serta belum dapat menjangkau pengunjung umum secara langsung.
1) Penambahan jangkauan sales call dan school gathering pada sekolah di Kab dan Kota Bogor
2) Promosi untuk pengunjung umum diarahkan pada pengenalan serta pemberitahuan mengenai keberadaan KaWePe baik melalui pembagian brosur maupun membuat acara besar di KaWePe.
3) Memanfaatkan fungsi website4) Promosi penjualan baik member ship
maupun discount card ditujukan pula pada pengunjung umum untuk meningkatkan loyalitas pengunjung.
Sumber : Internal KaWePe (diolah)
158
Lampiran 9. Alternatif Stuktur Organisasi
1.Human Resource2.Umum3.Security
1 Purchasin2 Kasir3 Accounting
1.Pemandu2.Promotion &
Business Development
3.Community Relation
1. Food & beverage
2.House keeping
3.Front Office4.Garden Area
Sewa
1.Kebun Sayur2.Kebun Aggrek3.Tanaman Hias4.Tanaman Buah5.TOGA6.Kebun
Pembibitan7.Kebun Palawija
1. Penelitian2.Pengembangan
Finance & Accounting Wisata
HRD & Umum Agro
Penelitian dan Pengembangan
Sales & Marketing
Dewan Komisaris
Direktur Utama
159
Lampiran 10. Dokumentasi
Maskot Kebun Wisata Pasir Mukti Pemandangan Kebun Tambulampot
Bajak Sawah Tanaman Obat Keluarga (TOGA)
Menumbuk Padi Bermain di Kolam Lumpur