Audit of Hospital Waste Management_1

84
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA HASIL PEMERIKSAAN ATAS KINERJA PELAYANAN KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2005 2007 PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI DI PALEMBANG Nomor : 04/S/XVIII.PLG/01/2008 Tanggal : 15 Januari 2008

Transcript of Audit of Hospital Waste Management_1

Page 1: Audit of Hospital Waste Management_1

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

HASIL PEMERIKSAAN

ATAS

KINERJA PELAYANAN KESEHATAN

TAHUN ANGGARAN 2005 − 2007 PADA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI

DI

PALEMBANG

Nomor : 04/S/XVIII.PLG/01/2008Tanggal : 15 Januari 2008

Page 2: Audit of Hospital Waste Management_1

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

Jl. Demang Lebar Daun No. 2, Palembang – 30137, Telp. (0711) 410549, 316513, Fax. (0711) 358948 Nomor : 04/S/XVIII.PLG/01/2008 Palembang, 15 Januari 2008Lampiran : 1 (Satu) berkas Perihal : Hasil Pemeriksaan atas Kinerja Pelayanan

Kesehatan Tahun Anggaran 2005 – 2007 pada RSUD Palembang BARI di Palembang

Kepada Yth. Ketua DPRD Palembang di

Palembang

Sesuai dengan Ketentuan Pasal 23 E Perubahan Ketiga UUD 1945 jo Pasal 8 ayat (1)

UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan jo Pasal 17 ayat (6) UU Nomor

15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,

dengan hormat kami sampaikan Hasil Pemeriksaan atas Kinerja Pelayanan Kesehatan Tahun

Anggaran 2005 – 2007 pada RSUD Palembang BARI di Palembang.

Badan Pemeriksa Keuangan mengharapkan tanggapan mengenai langkah-langkah

penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama

Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Page 3: Audit of Hospital Waste Management_1

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

Jl. Demang Lebar Daun No. 2, Palembang – 30137, Telp. (0711) 410549, 316513, Fax. (0711) 358948 Nomor : 05/S/XVIII.PLG/01/2008 Palembang, 15 Januari 2008Lampiran : 1 (Satu) berkas Perihal : Hasil Pemeriksaan atas Kinerja Pelayanan

Kesehatan Tahun Anggaran 2005 – 2007 pada RSUD Palembang BARI di Palembang

Kepada Yth. Walikota Palembang di

Palembang

Sesuai dengan Ketentuan Pasal 23 E Perubahan Ketiga UUD 1945 jo Pasal 8 ayat (1)

UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan jo Pasal 17 ayat (6) UU Nomor

15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,

dengan hormat kami sampaikan Hasil Pemeriksaan atas Kinerja Pelayanan Kesehatan Tahun

Anggaran 2005 – 2007 pada RSUD Palembang BARI di Palembang.

Badan Pemeriksa Keuangan mengharapkan tanggapan mengenai langkah-langkah

penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama

Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Tembusan : 1. Yth. Menteri Dalam Negeri, di Jakarta; 2. Yth. Anggota Pembina Utama Keuangan Negara V BPK-RI, di Jakarta; 3. Yth. Auditor Utama Keuangan Negara V BPK-RI, di Jakarta; 4. Yth. Kepala Direktorat Utama Revbang BPK-RI, di Jakarta; 5. Yth. Inspektur Utama BPK-RI, di Jakarta; 6. Yth. Tim Konsulen Hukum Perwakilan BPK-RI, di Palembang.

Page 4: Audit of Hospital Waste Management_1

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

Jl. Demang Lebar Daun No. 2, Palembang – 30137, Telp. (0711) 410549, 316513, Fax. (0711) 358948 Nomor : 07/S/XVIII.PLG/01/2008 Palembang, 15 Januari 2008Lampiran : 1 (Satu) berkas Perihal : Hasil Pemeriksaan atas Kinerja Pelayanan

Kesehatan Tahun Anggaran 2005 – 2007 pada RSUD Palembang BARI di Palembang

Kepada Yth. Direktur RSUD Palembang BARI di

Palembang

Sesuai dengan Ketentuan Pasal 23 E Perubahan Ketiga UUD 1945 jo Pasal 8 ayat (1)

UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan jo Pasal 17 ayat (6) UU Nomor

15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,

dengan hormat kami sampaikan Hasil Pemeriksaan atas Kinerja Pelayanan Kesehatan Tahun

Anggaran 2005 – 2007 pada RSUD Palembang BARI di Palembang.

Badan Pemeriksa Keuangan mengharapkan tanggapan mengenai langkah-langkah

penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama

Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Page 5: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI………………………………………………………………………..

i

RESUME HASIL PEMERIKSAAN……………………………………………...

ii

GAMBARAN UMUM.............................................................................................. 1

TEMUAN PEMERIKSAAN……………………………………………………… 8 1. Beberapa Indikator Mutu dan Efisiensi Pelayanan Kesehatan Belum

Memenuhi Standar Pelayanan..........................................................................

8

2. Ketersediaan Tenaga, Sarana dan Prasarana Belum Memenuhi Standar……. 13

3. Beberapa Bidang dan Instalasi Rumah Sakit Belum Membuat Program

Kerja Tahunan.................................................................................................. 16

4. Prosedur Tetap Pelaksanaan Tugas Administrasi oleh Tenaga Paramedis

pada Instalasi-instalasi Belum Dibuat............................................................. 18

5.

Satuan Pengawas Intern Rumah Sakit Belum Melaksanakan Tugas Secara

Optimal............................................................................................................ 20

6.

Pelayanan Farmasi Kepada Pasien Rumah Sakit oleh Apotek Pelengkap

Belum Dibuat Perjanjian.................................................................................. 22

7. Beberapa Alat Medis Belum Dimanfaatkan ……………….………………... 24

8. Hasil Penilaian atas Standar Pelayanan untuk Rumah Sakit 12 Pelayanan

Masih Dibawah Rata-rata……………………………………………………. 26

Page 6: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

RESUME HASIL PEMERIKSAAN

Pemeriksaan kinerja pelayanan kesehatan pada Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) Palembang BARI bertujuan untuk menilai apakah upaya pelayanan kesehatan

oleh RSUD telah dilaksanakan secara optimal sesuai dengan indikator pelayanan

kesehatan yang telah ditetapkan, untuk menilai apakah sarana dan prasarana kesehatan

pada RSUD telah tersedia sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dan telah

dimanfaatkan sesuai dengan peruntukkannya, dan untuk menilai apakah biaya kegiatan

upaya pelayanan kesehatan tersebut telah dilaksanakan secara ekonomis, efisien dan

efektif.

Metode pemeriksaan yang digunakan mengacu pada Standar Pemeriksaan

Keuangan Negara (SPKN), yaitu dilakukan secara uji petik (sampling) dengan analisis

prosedur yaitu mereview sistem yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan

pengecekan/pengawasan atas seluruh aktivitas yang diperiksa. Metode ini meliputi

wawancara dengan pejabat-pejabat yang kompeten dan pengujian terhadap dokumen-

dokumen yang ada seperti anggaran, laporan keuangan, program, rencana tahunan,

prosedur dan lain-lain.

Pemeriksaan atas kinerja pelayanan kesehatan pada RSUD Palembang BARI

Tahun Anggaran 2005 s.d 2007 dilakukan dengan berpedoman pada Peraturan Badan

Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) Nomor 1 Tahun 2007 tentang

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan untuk

merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar diperoleh keyakinan yang memadai

bahwa simpulan telah didukung bukti yang relevan. Hal-hal yang tidak diuji tidak

menjadi dasar dalam mengambil kesimpulan.

Page 7: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

iii

Ketercapaian Indikator Mutu dan Efisiensi Pelayanan Kesehatan Masyarakat oleh

RSUD Palembang BARI dari tahun 2005 sampai 2007 sesuai dengan Indikator Upaya

Kesehatan yang diatur dalam Kumpulan Indikator Kesehatan yang diterbitkan

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 1998, adalah sebagai berikut: Nilai No Indikator Pelayanan Standar

Pelayanan 2005 2006 2007 (sampai Juni) 1. Bed Occupancy Rate (BOR) 60 – 85 % 59,78 % 78,54% 77,91% 2. Bed Turn Over (BOT) 40 - 50 35,57 54,75 27,98 3. Turn Over Internal (TOI) 1 – 3 4,13 1,43 1,43 4. Average Length of Stay (Av.LOS) 6 – 9 6,13 5,24 5,04 5. Gross Death Rate (GDR) 45 ‰ 43,53 ‰ 33,97 ‰ 27,70 ‰ 6. Nett Death Rate (NDR) 25 ‰ 24,49 ‰ 15,89 ‰ 21,15 ‰

Tabel tersebut menunjukkan bahwa penampilan Kinerja Mutu dan Efisiensi Pelayanan

Kesehatan pada RSUD Palembang BARI Tahun Anggaran 2005 sampai dengan Tahun

Anggaran 2007 mengalami peningkatan yang cukup baik. Namun demikian dari hasil

pemeriksaan masih ditemukan hal-hal yang perlu mendapat perhatian yaitu:

1. Kelemahan Sistem Pengendalian Intern

Hasil evaluasi terhadap Sistem Pengendalian Intern atas pelaksanaan kegiatan

pelayanan kesehatan yang meliputi aspek Organisasi, Kebijaksanaan, Perencanaan,

Prosedur Kerja, Pencatatan, Personalia/SDM, Pelaporan dan Pengawasan Intern

menunjukkan bahwa sistem pengendalian intern telah ditetapkan cukup memadai,

namun dalam pelaksanaannya masih terdapat kekurangan-kekurangan yang

mengakibatkan sistem pengendalian intern menjadi kurang efektif dan optimal.

2. Temuan Pemeriksaan atas Kinerja Pelayanan Kesehatan

a. Beberapa indikator mutu dan efisiensi pelayanan kesehatan belum memenuhi standar pelayanan.

b. Ketersediaan tenaga, sarana dan prasarana belum memenuhi standar. c. Beberapa bidang dan instalasi rumah sakit belum membuat program kerja

tahunan. d. Prosedur tetap pelaksanaan tugas administrasi oleh tenaga paramedis pada

instalasi-instalasi belum dibuat. e. Satuan pengawas intern rumah sakit belum melaksanakan tugas secara optimal. f. Pelayanan farmasi kepada pasien rumah sakit oleh apotek pelengkap belum dibuat

perjanjian.

Page 8: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

iv

g. Beberapa alat medis belum dimanfaatkan. h. Hasil penilaian atas standar pelayanan untuk rumah sakit 12 pelayanan masih

dibawah rata-rata. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, BPK-RI berpendapat bahwa RSUD Palembang

BARI telah berupaya memberikan pelayanan kesehatan, namun masih memerlukan

beberapa perbaikan/peningkatan. Sehubungan dengan itu, BPK-RI menyarankan kepada

Direksi RSUD Palembang BARI agar melakukan langkah-langkah perbaikan antara lain

membuat prosedur tetap yang rinci, dalam merencanakan dan merealisasikan kebutuhan

tenaga, sarana dan prasarana mempedomani ketentuan yang berlaku, serta meningkatkan

fungsi pengawasan. Hasil pemeriksaan, tanggapan instansi dan rekomendasi BPK-RI

selengkapnya diuraikan secara rinci dalam laporan ini.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI Kepala Perwakilan BPK RI di

Palembang,

MUZAKKIR NIP.240000857

Page 9: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

I. GAMBARAN UMUM

A. Dasar Hukum Pemeriksaan

1. Undang Undang Dasar 1945 Pasal 23 E

2. Undang-undang No.15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan RI

3. Undang-undang No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara

4. Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan Rencana Kegiatan Pemeriksaan (RKP).

B. Entitas Pemeriksaan

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Palembang BARI di Palembang.

C. Tujuan Pemeriksaan

1. Untuk menilai apakah upaya pelayanan kesehatan oleh RSUD telah dilaksanakan

secara optimal sesuai dengan indikator pelayanan kesehatan yang telah

ditetapkan.

2. Untuk menilai apakah sarana dan prasarana kesehatan pada RSUD telah tersedia

sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dan telah dimanfaatkan sesuai dengan

peruntukkannya.

3. Untuk menilai apakah biaya kegiatan upaya pelayanan kesehatan tersebut telah

dilaksanakan secara ekonomis, efisien, dan efektif.

D. Sasaran Pemeriksaan.

Pelaksanaan kegiatan yang berhubungan langsung dengan pelayanan kesehatan pada

RSUD, yang meliputi kegiatan :

1. Pengelolaan, penggunaan dan pertanggungjawaban dana kegiatan pelaksanaan

pelayanan kesehatan,

2. Pemanfaatan sarana, prasarana, peralatan kesehatan, dan obat-obatan yang

menunjang upaya pelayanan kesehatan masyarakat,

3. Pendapatan dari pelayanan kesehatan dengan pihak ketiga,

4. Ketersediaan tenaga medis, paramedis, dan non medis.

Page 10: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

2

E. Periode yang Diperiksa

Pemeriksaan hanya mencakup kegiatan pelayanan kesehatan RSUD Palembang BARI

Tahun Anggaran 2005 sampai dengan Tahun Anggaran 2007.

F. Alasan Pemeriksaan

Pemeriksaan dilakukan karena pelayanan kesehatan merupakan kebutuhan yang

sangat esensial bagi masyarakat, sehingga kinerja rumah sakit perlu didukung dengan

pencapaian standar yang sesuai dengan Indikator Upaya Kesehatan.

G. Standar Pemeriksaan

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) BPK-RI Tahun 2007.

H. Metodologi Pemeriksaan

Pemeriksaan dilakukan dengan cara menghitung realisasi hasil dari indikator

pelayanan kesehatan masyarakat pada rumah sakit atas sasaran kinerja dan

membandingkannya dengan standar indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.

Selanjutnya melakukan evaluasi atas hasil perbandingan tersebut, serta kaitan dengan

biaya yang dikeluarkan untuk menilai ekonomis, efektivitas, dan efisiensi pencapaian

tujuan.

Pemilihan dan pengumpulan bukti dilakukan dengan menggunakan teknik stratified

random sampling. Untuk mengumpulkan bukti digunakan teknik pemeriksaan

berupa observasi, wawancara dan pengujian dokumen serta analisis pemeriksa.

I. Jangka Waktu Pemeriksaan

Pemeriksaan dilakukan dari tanggal 10 September s.d. 21 Nopember 2007.

J. Uraian Singkat Entitas yang Diperiksa

RSUD Palembang BARI pada awalnya dibangun dengan nama Poliklinik/ Puskesmas

Panca Usaha pada Tahun 1986 dan kemudian diresmikan menjadi RSUD Palembang

BARI pada tanggal 19 Juni 1995.

Page 11: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

3

RSUD Palembang BARI terletak di Kecamatan Seberang Ulu I Jalan Panca Usaha

Nomor 1 Kelurahan 5 Ulu Darat. Untuk sementara ini, RSUD Palembang BARI

membina daerah Seberang Ulu dan menerima rujukan dari 9 (sembilan) Pusat

Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Induk, 12 (dua belas) Puskesmas Pembantu,

Dokter dan Bidan praktik swasta, serta rujukan dari Puskesmas-Puskesmas yang

berada di wilayah Ogan Komering Ilir (OKI) dan Musi Banyuasin (Muba).

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1326/Menkes/SK/XI/1997 tanggal 10 November 1997, RSUD Palembang BARI telah

ditetapkan menjadi RSUD tipe C, dan saat ini sedang dalam proses akreditasi untuk

menjadi RSUD tipe B.

Dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, RSUD Palembang

BARI mempunyai pelayanan sebagai berikut :

1. Pelayanan Rawat Jalan.

a) Poliklinik Spesialis Bedah,

b) Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam,

c) Poliklinik Spesialis Kebidanan,

d) Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana (KB),

e) Poliklinik Spesialis Anak,

f) Poliklinik Spesialis Mata,

g) Poliklinik Spesialis Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT),

h) Poliklinik Spesialis Kulit dan Kelamin,

i) Poliklinik Spesialis Gigi, dan

j) Instalasi Rawat Darurat.

2. Pelayanan Rawat Inap.

a) Pelayanan Rawat Inap Umum,

b) Pelayanan Rawat Inap Umum Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan

Keluarga Berencana (KB),

c) Pelayanan Rawat Inap Penyakit Anak, dan

d) Pelayanan Rawat Inap VIP.

3. Pelayanan Penunjang.

Page 12: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

4

a) Instalasi Laboratorium Klinik,

b) Instalasi Radiologi,

c) Instalasi Farmasi,

d) Instalasi Bedah Sentral,

e) Instalasi Gizi, dan

f) Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit.

Susunan organisasi dan tata kerja RSUD Palembang BARI diatur dan ditetapkan

dalam Keputusan Walikota Nomor 05 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Peraturan

Daerah Nomor 03 Tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit

Umum Daerah Palembang BARI. Dalam keputusan tersebut dinyatakan bahwa RSUD

Palembang BARI adalah Lembaga Teknis Daerah yang merupakan unsur penunjang

Pemerintah Daerah di bidang pelayanan kesehatan. RSUD Palembang BARI

mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan dengan mengutamakan upaya

penyembuhan dan pemulihan penyakit, keadaan cacat badan dan jiwa yang

dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta

melaksanakan upaya rujukan.

Susunan organisasi Rumah Sakit terdiri dari :

1. Direktur,

2. Wakil Direktur Keuangan dan Rekam Medik,

3. Wakil Direktur Pelayanan,

4. Komite Medik, Staf Medik Fungsional

5. Sekretariat,

6. Bidang Keuangan dan Program,

7. Bidang sarana dan Rekam Medik,

8. Bidang Medik dan Non Medik,

9. Bidang Keperawatan,

10. Kelompok Jabatan Fungsional,

11. Satuan Pengawas Intern.

Perkembangan jumlah tempat tidur dan jumlah kunjungan pasien serta jumlah

kematian pasien Tahun Anggaran 2005, 2006 dan 2007 yang menjadi dasar

perhitungan indikator mutu dan efisiensi pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut :

Page 13: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

5

No Uraian 2005 2006 2007 (sampai Juni) 1. Jumlah tempat tidur 93 100 1202. Jumlah hari perawatan 20.294 28.667 16.9213. Jumlah pasien yang keluar 3.308 5.475 3.3574. Jumlah seluruh kematian pasien 144 186 935. Jumlah kematian pasien > 48 jam 81 87 71

Rincian Sumber Daya Manusia yang ada pada RSUD Palembang BARI per

September 2007 adalah:

Jenis Tingkat Pendidikan Status No. Ketenagaan SD SMP SMA D-1 D-3 D-4 S-1 S-2 PNS PTT Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 Dokter Umum - - - - - - 15 - 9 6 15

2 Dokter Gigi - - - - - - 1 - 1 - 1

3 Dokter Ahli Bedah - - - - - - - 1 - 1 1

4 Dokter Ahli Penyakit Dalam - - - - - - - 4 3 1 4

5 Dokter Anak - - - - - - - 3 3 - 3

6 Dokter Ahli Obgin - - - - - - - 2 2 - 2

7 Dokter Ahli Radiologi - - - - - - - 1 1 - 1

8 Dojter Ahli Anastesi - - - - - - - 1 1 - 1

9 Dokter Ahli Patologi Klinik - - - - - - - 1 1 - 1

10 Dokter Ahli Mata - - - - - - - 1 1 - 1

11 Dokter Ahli THT - - - - - - - 1 1 - 1

12 Dokter Ahli Kulit/Kelamin - - - - - - - 2 2 - 2

13 Dokter Rehabilitasi Medik - - - - - - - 1 1 - 1

14 Dokter MARS/MM - - - - - - - 4 4 - 4

15 S-2 Lain-lain - - - - - - - 3 3 - 3

16 S-1 Kesehatan Masyarakat - - - - - - 5 - 4 1 5

17 S-1 Apoteker - - - - - - 2 - 1 1 2

18 S-1 Ekonomi - - - - - - 7 - 2 5 7

19 S-1 Hukum - - - - - - 2 - 2 - 2

20 S-1 Pendididkan - - - - - - 1 - - 1 1

21 S-1 Teknik - - - - - - 5 - 1 4 5

22 S-1 Keperawatan - - - - - - 2 - 1 1 2

23 D-4 Kebidanan - - - - - 1 - - 1 - 1

24 D-3 Farmasi - - - - 2 - - - - 2 2

25 D-3 Perawatan - - - - 69 - - - 47 22 69

26 D-3 Gizi - - - - 2 - - - 2 - 2

27 D-3 APK - - - - 1 - - - 1 - 1

28 D-3 Lain-lain - - - - 13 - - - 2 11 13

29 D-3 Kebidanan - - - - 16 - - - 13 3 16

30 D-3 Fisioterapi - - - - 2 - - - 1 1 2

Page 14: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

6

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

31 D-3 Refraksi Optisi - - - 1 - - - - 1 1

32 D-3 APRO - - - - 7 - - - 3 4 7

33 D-3 ATEM - - - - 1 - - - 1 - 1

34 D-3 AAK - - - - 4 - - - 2 2 4

35 D-3 Anastesi - - - - 2 - - - 2 - 2

36 D-1 Kes Lingkungan (SPPH) - - - 1 - - - - 1 - 1

37 D-1 Gizi (SPAG) - - - 2 - - - - 2 - 2

38 D-1 Lain-lain - - - 3 - - - - - 3 3

39 Bidan - - 3 - - - - - 3 - 3

40 Perawat Bidan - - 10 - - - - - 9 1 10

41 Perawat (SPK) - - 17 - - - - - 17 - 17

42 SPRG - - 3 - - - - - 3 - 3

43 SMAK - - 6 - - - - - 5 1 6

44 SMF - - 7 - - - - - 6 1 7

45 Pekarya Kesehatan 5 5 10 - - - - - - 20 20

46 SLTA Umum - - 23 - - - - - 2 21 23

47 SMK - - 16 - - - - - 2 14 16

48 SLTP - 4 - - - - - - - 4 4

49 SD 2 - - - - - - - - 2 2

JUMLAH 7 9 95 6 120 1 40 25 169 134 303

J. Batasan Pemeriksaan

Indikator Upaya Kesehatan yang dinilai berdasarkan Kumpulan Indikator Kesehatan

Departemen Kesehatan Tahun 1998 adalah ketersediaan dan pemanfaatan tempat

tidur pasien (Bed Occupancy Rate/BOR), rata-rata lamanya pasien dirawat (Average

Length of Stay/Av.LOS), frekuensi penggunaan tempat tidur (Bed Turn Over/BTO),

rata-rata tempat tidur tidak ditempati (Turn Over Internal/TOI), angka kematian

untuk 1000 penderita keluar (Gross Death Rate/GDR), angka kematian lebih dari 48

jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar (Nett Death Rate/NDR).

K. Kriteria Pemeriksaan

Peraturan yang berkaitan dengan kegiatan operasional dan organisasi Rumah Sakit :

1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

2. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional

(SISPENAS) Tahun 2005-2009.

Page 15: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

7

3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 558/Menkes/SK/II/1984 tentang Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

4. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992 Tanggal 12

Nopember 1993 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum.

5. Keputusan Presiden RI No. 40 Tahun 2001 tentang Pedoman Kelembagaan dan

Pedoman Pengelolaan Rumah Sakit Daerah.

6. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1333 Tahun 1999 tentang Standar Jasa

Pelayanan Rumah Sakit.

7. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 436/Menkes/SK/VI/1993 tentang

berlakunya Standar Pelayanan Rumah Sakit.

8. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik No. 811/2/2/VII/93 tanggal 3

Juli 1993 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum.

9. Kumpulan Indikator Kesehatan Departemen Kesehatan Tahun 1998.

10. Standar Peralatan, Ruang dan Tenaga Rumah Sakit, Direktorat Jenderal Pelayanan

Medik, Departemen Kesehatan RI Tahun 1994.

Page 16: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

II. TEMUAN PEMERIKSAAN

1. Beberapa Indikator Mutu dan Efisiensi Pelayanan Kesehatan Belum Memenuhi

Standar Pelayanan

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat memiliki peranan penting dan strategis dalam mempercepat

peningkatan derajat kesehatan masyarakat, oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk

memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat

menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Untuk mengukur keberhasilan kinerja pelayanan

kesehatan rumah sakit diperlukan indikator yang menjadi tolok ukur keberhasilan kinerja

Rumah Sakit, diantaranya kegiatan pelayanan dan pemanfaatan fasilitas perawatan oleh

masyarakat.

Baik/buruknya pelayanan kesehatan yang diberikan oleh RSUD Palembang BARI

kepada masyarakat dapat diketahui dari beberapa indikator sebagai berikut :

a. Indikator Mutu Pelayanan, yaitu :

1) Ketersediaan dan pemanfaatan tempat tidur pasien (Bed Occupancy Rate/BOR),

dengan rumus : jumlah hari perawatan/(jumlah tempat tidur x 365 hari);

2) Rata-rata lamanya pasien dirawat (Average Length of Stay/Av.LOS) dengan

rumus : jumlah hari perawatan/jumlah pasien yang keluar;

3) Frekuensi penggunaan tempat tidur (Bed Turn Over/BTO) dengan rumus : jumlah

pasien yang keluar/jumlah tempat tidur;

4) Rata-rata tempat tidur tidak ditempati (Turn Over Internal/TOI) dengan rumus:

{(jumlah tempat tidur x 365 hari) - jumlah hari perawatan}/jumlah pasien yang

keluar.

BOR digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.

Indikator BTO, TOI dan Av.LOS secara bersama-sama digunakan untuk mengetahui

tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur rumah sakit.

Page 17: Audit of Hospital Waste Management_1

9

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

b. Indikator Efisiensi Pelayanan, antara lain :

1) Angka kematian untuk 1000 penderita keluar (Gross Death Rate/GDR) dengan

rumus : jumlah pasien mati seluruhnya/jumlah pasien yang keluar;

2) Angka kematian lebih dari 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita

keluar (Nett Death Rate/NDR) dengan rumus : jumlah pasien meninggal > 48 jam

dirawat/jumlah pasien yang keluar.

GDR dan NDR berfungsi untuk mengetahui apakah mutu pelayanan rumah sakit

tersebut sudah cukup baik, semakin tinggi nilainya berarti mutu pelayanannya kurang

baik karena GDR dan NDR menunjukkan jumlah kematian pasien keluar per 1000

penderita yang keluar.

Indikator kesehatan di atas merupakan Indikator Upaya Kesehatan yang diatur dalam

Kumpulan Indikator Kesehatan yang diterbitkan Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Tahun 1998.

Berdasarkan dokumen yang diperoleh dari bagian Medical Record diketahui

bahwa selama Tahun Anggaran 2005, 2006 dan 2007, RSUD Palembang BARI memiliki

data sebagai berikut :

No Uraian 2005 2006 2007 (sampai Juni) 1. Jumlah tempat tidur 93 100 1202. Jumlah hari perawatan 20.294 28.667 16.9213. Jumlah pasien yang keluar 3.308 5.475 3.3574. Jumlah seluruh kematian pasien 144 186 935. Jumlah kematian pasien > 48 jam 81 87 71

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui perhitungan indikator mutu dan efisiensi

pelayanan kesehatan masyarakat RSUD Palembang BARI sebagai berikut :

a. Tahun 2005

Indikator mutu dan efisiensi pelayanan kesehatan masyarakat oleh RSUD Palembang

BARI pada Tahun 2005 adalah:

No Indikator Pelayanan Standar Pelayanan Nilai 1. BOR 60 – 85 % 59,78 % 2. BTO 40 – 50 35,57 3. TOI 1 – 3 4,13 4. Av. LOS 6 - 9 6,13 5. GDR 45 ‰ 43,53 ‰ 6. NDR 25 ‰ 24,49 ‰

Page 18: Audit of Hospital Waste Management_1

10

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

Angka BOR dibawah standar pelayanan menunjukkan kurangnya pemanfaatan

fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat.

Angka BTO dibawah standar pelayanan menunjukkan bahwa frekuensi penggunaan

tempat tidur rendah.

Angka TOI diatas standar pelayanan menunjukkan bahwa interval penggunaan

tempat tidur cukup tinggi.

Angka Av.LOS memenuhi standar pelayanan menunjukkan tingkat efisiensi

pelayanan rumah sakit baik.

Interpretasi secara keseluruhan atas indikator tersebut adalah efisiensi penggunaan

tempat tidur rumah sakit pada Tahun 2005 masih kurang.

Angka GDR dan NDR rumah sakit pada Tahun 2005 rendah menunjukkan bahwa

mutu pelayanan rumah sakit baik.

b. Tahun 2006

Indikator mutu dan efisiensi pelayanan kesehatan masyarakat oleh RSUD Palembang

BARI pada Tahun 2006 adalah:

No Indikator Pelayanan Standar Pelayanan Nilai 1. BOR 60 – 85 % 78,54% 2. BTO 40 – 50 54,75 3. TOI 1 – 3 1,43 4. Av. LOS 6 - 9 5,24 5. GDR 45 ‰ 33,97 ‰ 6. NDR 25 ‰ 15,89 ‰

Angka BOR memenuhi batas standar pelayanan.

Angka BTO diatas batas standar pelayanan menunjukkan bahwa frekuensi

penggunaan tempat tidur cukup tinggi.

Angka TOI memenuhi batas standar pelayanan.

Angka Av.LOS rendah menunjukkan efisiensi pelayanan rumah sakit baik.

Interpretasi secara keseluruhan atas indikator tersebut adalah efisiensi penggunaan

tempat tidur rumah sakit pada Tahun 2006 cukup baik dan diperlukan

pengembangan/penambahan tempat tidur.

Page 19: Audit of Hospital Waste Management_1

11

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

Angka GDR dan NDR rumah sakit Tahun 2006 rendah menunjukkan bahwa mutu

pelayanan rumah sakit baik.

c. Tahun 2007

Jumlah tempat tidur di seluruh ruangan di RSUD Palembang BARI untuk tahun 2007

adalah sebanyak 120 buah. Penambahan jumlah tempat tidur tersebut diantaranya

tempat tidur di ruang kebidanan yang sebenarnya berfungsi untuk tindakan dan

observasi dihitung sebagai tempat tidur instalasi rawat inap. Hal itu terjadi karena

seringkali tempat tidur tersebut digunakan untuk pasien rawat inap di bagian

kebidanan akibat kurangnya tempat tidur di bagian perawatan.

Indikator mutu dan efisiensi pelayanan kesehatan masyarakat oleh RSUD Palembang

BARI pada Tahun 2007 (sampai dengan bulan Juni) sesuai dengan jumlah tempat

tidur tersebut adalah sebagai berikut :

No Indikator Pelayanan Standar Pelayanan Nilai 1. BOR 60 – 85 % 77,91% 2. BTO 40 - 50 27,98 3. TOI 1 – 3 1,43 4. Av. LOS 6 – 9 5,04 5. GDR 45 ‰ 27,70 ‰ 6. NDR 25 ‰ 21,15 ‰

Angka BOR memenuhi standar pelayanan.

Angka BTO yang rendah menunjukkan bahwa frekuensi penggunaan tempat tidur

rendah. Angka TOI memenuhi standar pelayanan yang berarti bahwa interval

penggunaan tempat tidur baik.

Angka Av.LOS memenuhi standar pelayanan.

Interpretasi secara keseluruhan atas indikator tersebut adalah penggunaan tempat

tidur rumah sakit sudah cukup efisien, namun pemanfaatan tempat tidur oleh

masyarakat masih rendah.

Angka GDR dan NDR Tahun 2007 rendah menunjukkan bahwa mutu pelayanan

rumah sakit baik.

Page 20: Audit of Hospital Waste Management_1

12

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

Perhitungan indikator kesehatan Tahun 2005, Tahun 2006 dan Tahun 2007 (sampai

dengan bulan Juni) tersebut menunjukkan bahwa secara umum terjadi peningkatan mutu

dan efisiensi kegiatan pelayanan kesehatan dan pemanfaatan fasilitas perawatan oleh

masyarakat pada RSUD Palembang BARI. Angka BTO Tahun 2007 (sampai dengan

bulan Juni) yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan rumah

sakit oleh masyarakat.

Beberapa indikator pelayanan yang belum memenuhi standar pelayanan tidak

sesuai dengan Kumpulan Indikator Kesehatan yang diterbitkan oleh Departemen

Kesehatan RI Tahun 1998, sebagai parameter dalam menilai penampilan kinerja rumah

sakit.

Hal ini mengakibatkan mutu dan efisiensi pelayanan rumah sakit belum optimal.

Kondisi ini disebabkan belum ada upaya maksimal dari Komite Medik dan Panitia

Mutu Pelayanan RSUD Palembang BARI untuk mengevaluasi tingkat pelayanan

kesehatan kepada masyarakat.

Atas hal tersebut Direktur RSUD Palembang BARI menyatakan bahwa Panitia

Mutu memberikan laporan kepada Direktur/Komite Medik mengenai indikator-indikator

untuk mutu pelayanan medik. Hasil laporan dievaluasi bersama secara berkala (tiga bulan

sekali) sedangkan untuk kasus yang perlu ditindaklanjuti segera dibicarakan langsung

pada pertemuan dengan seluruh jajaran Komite Medik.

BPK-RI merekomendasikan kepada Direktur RSUD Palembang BARI agar

memberikan teguran tertulis kepada Komite Medik dan Panitia Mutu Pelayanan RSUD

Palembang BARI untuk secara maksimal menindaklanjuti laporan-laporan hasil evaluasi

mutu pelayanan rumah sakit.

Page 21: Audit of Hospital Waste Management_1

13

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

2. Ketersediaan Tenaga, Sarana dan Prasarana Belum Memenuhi Standar

Sebagai rumah sakit umum daerah di Kota Palembang, RSUD Palembang BARI

harus memberikan pelayanan terbaik yang didukung dengan jumlah tenaga yang cukup

dan profesional serta sarana dan prasarana yang memadai. Berdasarkan Surat Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1326/Menkes/SK/XI/1997 tanggal 10

November 1997, RSUD Palembang BARI telah ditetapkan menjadi RSUD tipe C, dan

saat ini sedang dalam proses akreditasi untuk menjadi RSUD tipe B.

Hasil pemeriksaan terhadap dokumen dan pemeriksaan fisik atas ketersediaan

tenaga dan sarana prasarana rumah sakit, menunjukkan hal-hal berikut :

a. Ketersediaan Tenaga

Jumlah tenaga untuk melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan rumah sakit

sampai dengan saat pemeriksaan secara keseluruhan telah sesuai dengan standar,

namun secara rinci berdasarkan spesialisasi jenis tenaga beberapa diantaranya belum

sesuai dengan standar, yaitu:

Jumlah Tenaga No Jenis Tenaga 2005 2006 2007 1. Dokter Ahli Rehabilitasi Medik - 1 1 2. Dokter Gigi 2 1 1 3. Perawat (SPK) 24 19 17 4. S I Gizi - - - 5. D II Gizi 1 1 - 6. Fisioterapis 2 2 2 7. Tehniker Gigi - - -

Jumlah tenaga berdasarkan spesialisasi jenis tenaga tersebut dibandingkan

dengan Standar Peralatan, Ruang dan Tenaga Rumah Sakit Kelas C yang dikeluarkan

oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI Tahun 1994

yang menetapkan jumlah minimal tenaga untuk rumah sakit kelas C menunjukkan

bahwa jumlah tenaga medis, paramedis perawat, paramedis non perawat dan non

medis masih di bawah standar yaitu :

Page 22: Audit of Hospital Waste Management_1

14

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

Selisih (kurang) No Jenis Tenaga Standar 2005 2006 2007 1. Dokter Ahli Rehabilitasi Medik 2 2 1 1 2. Dokter Gigi 2 - 1 1 3. Perawat (SPK) 19 - - 2 4. S I Gizi 1 1 1 1 5. D II Gizi 4 3 3 4 6. Fisioterapis 12 10 10 10 7. Tehniker Gigi 1 1 1 1

Jumlah 17 17 20

b. Ketersediaan sarana dan prasarana yang dimiliki rumah sakit

Jumlah tempat tidur yang ada di ruang rawat inap RSUD Palembang BARI pada

Tahun 2005, 2006, dan 2007 adalah sebagai berikut:

Jumlah No Kelas 2005 2006 2007 1. Utama 4 4 4 2. I 9 9 10 3. II 13 17 21 4. III 49 49 49 Total 75 79 84

Selain itu terdapat beberapa tempat tidur yang tersebar di ruangan lainnya yaitu:

Jumlah No Ruangan 2005 2006 2007 1. Kebidanan (VK) - - 5 2. Ginekologi - - 3 3. Neonatus 13 16 20 4. Isolasi 5 5 5 5. Observasi - - 3 Total 18 21 36

Dengan demikian total jumlah tempat tidur pada Tahun 2005 sebanyak 93 buah,

Tahun 2006 sebanyak 100 buah, dan Tahun 2007 sebanyak 120 buah. Dari jumlah

seluruh tempat tidur yang terdapat di ruangan rawat inap menunjukkan bahwa

fasilitas tiap kamar untuk Kelas Utama, I, II, dan III sudah cukup memadai, namun

Page 23: Audit of Hospital Waste Management_1

15

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

masih terdapat beberapa sarana prasarana ruangan yang kurang baik kondisinya

seperti tempat tidur, meskipun masih dapat dipergunakan, dan kebersihan di beberapa

ruangan yang kurang terpelihara.

Dibandingkan dengan ketentuan dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal

Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI No.0159/Yan.Med/1987 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Pola Tarip Rumah Sakit Pemerintah, maka

penyebaran/penempatan tempat tidur belum sepenuhnya sesuai, yaitu terdapat

kelebihan tempat tidur di Kelas Utama dan kekurangan tempat tidur di beberapa

ruangan lainnya dengan rincian sebagai berikut :

Tahun 2005 No Kelas TT tersedia SK Menkes Pembulatan Ket. 1. Utama 4 2% x 93 = 1,86 (Maksimal) 2 Lebih 2 2. I 9 18% x 93 = 16,70 (Maksimal) 17 Kurang 8 3. II 13 20% x 93 = 18,60 (Maksimal) 19 Kurang 6 4. III 49 2 x 30% x 93 = 55,80 (Minimal) 56 Kurang 7

Tahun 2006 No Kelas TT tersedia SK Menkes Pembulatan Ket.

1. Utama 4 2% x 100 = 2 (Maksimal) 2 Lebih 2 2. I 9 18% x 100 = 18 (Maksimal) 18 Kurang 9 3. II 17 20% x 100 = 20 (Maksimal) 20 Kurang 3 4. III 49 2 x 30% x 100 = 60 (Minimal) 60 Kurang 11

Tahun 2007 No Kelas TT tersedia SK Menkes Pembulatan Ket.

1. Utama 4 2% x 120 = 2,40 (Maksimal) 2 Lebih 2 2. I 10 18% x 120 = 21,60 (Maksimal) 22 Kurang 12 3. II 21 20% x 120 = 24 (Maksimal) 24 Kurang 3 4. III 49 2 x 30% x 120 = 72 (Minimal) 72 Kurang 23

Hasil konfirmasi kepada Kepala Rekam Medik menunjukkan bahwa RSUD

Palembang BARI memang lebih banyak menangani pasien dari keluarga miskin atau

kelas III, seiring dengan program Askeskin yang dicanangkan Pemerintah, sehingga

memang dibutuhkan lebih banyak tempat tidur untuk memaksimalkan pelayanan

kesehatan kepada pasien dari keluarga miskin.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal

Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI No.0159/Yan.Med/Keu/1987 tentang

Petunjuk pelaksanaan Pola Tarip Rumah Sakit Pemerintah pada lampiran yaitu Bagian III

Page 24: Audit of Hospital Waste Management_1

16

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

angka 4 huruf b yang menyatakan bahwa persentase dari jumlah tempat tidur tersedia

pada RSU kelas C dan Rumah Sakit Karantina, terbagi atas :

- Kelas Utama 2% maksimal,

- Kelas I 18 % maksimal,

- Kelas II 20% maksimal,

- Kelas III 60% minimal.

Keadaan tersebut mengakibatkan tidak optimalnya pelayanan kesehatan yang

diberikan oleh rumah sakit kepada masyarakat umum khususnya pada pasien keluarga

miskin.

Hal tersebut disebabkan Wakil Direktur Keuangan dan Rekam Medik RSUD

Palembang BARI kurang cermat dalam merencanakan kebutuhan tenaga, sarana dan

prasarana.

Atas hal tersebut Direktur RSUD Palembang BARI menyatakan bahwa saat ini

RSUD Palembang BARI sedang dalam proses penilaian akreditasi untuk 12 pelayanan.

Penilaian yang diberikan sudah sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan baik

dari segi tenaga, sarana dan prasarananya. Perekrutan tenaga yang akan dilaksanakan

mempedomani persyaratan sesuai standar dan kompetensi tenaga yang diperlukan.

BPK RI merekomendasikan kepada Direktur RSUD Palembang BARI agar

memberi teguran tertulis kepada Wakil Direktur Keuangan dan Rekam Medik untuk lebih

cermat dalam merencanakan dan merealisasikan kebutuhan tenaga, sarana dan prasarana

dengan mempedomani ketentuan yang berlaku.

3. Beberapa Bidang dan Instalasi Rumah Sakit Belum Membuat Program Kerja

Tahunan

RSUD Palembang BARI merupakan RSUD tipe C yang susunan organisasi dan

tata kerjanya diatur dengan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2004 tanggal 7 Januari

Page 25: Audit of Hospital Waste Management_1

17

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

2004 dan dikukuhkan dengan Keputusan Walikota Palembang Nomor 5 Tahun 2004

tanggal 18 Febuari 2004. Salah satu sub bidang dalam susunan organisasi dan tata kerja

tersebut adalah Sub Bidang Program dibawah pimpinan Wakil Direktur Keuangan dan

Rekam Medik.

Program kerja tahunan merupakan gambaran mengenai kegiatan rumah sakit

terutama proses bisnis rumah sakit. Berdasarkan hasil pemeriksaan atas laporan dari

setiap bidang dan konfirmasi kepada Kepala Sub Bidang Program dan Rekam Medik

serta Kasub Bidang Yan Medik dan Non Medik RSUD Palembang BARI diketahui

terdapat 5 (lima) bidang dan 7 (tujuh) instalasi yang belum membuat program kerja

tahunan yaitu:

a. Kesekretariatan

b. Bidang Keuangan dan Program

c. Bidang Sarana dan Rekam Medik

d. Bidang Keperawatan

e. Bidang Medik dan Non Medik

f. Instalasi Rawat Jalan

g. Instalasi Rawat Inap

h. Instalasi Radiologi

i. Instalasi Laundry

j. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit

k. Instalasi Farmasi

l. Instalasi Penyehatan Lingkungan

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2004 tentang

Organisasi dan Tata Kerja RSUD Palembang BARI Pasal 18 Ayat (2) yang menyebutkan

bahwa Sub Bidang Program mempunyai tugas menyiapkan bahan penyusunan rencana,

mengevaluasi dan menginformasikan program RSUD Palembang BARI.

Keadaan tersebut mengakibatkan evaluasi atas pelaksanaan program kerja

tahunan tidak dapat diukur.

Page 26: Audit of Hospital Waste Management_1

18

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

Hal tersebut disebabkan kurangnya pengawasan dari Wakil Direktur Keuangan

dan Rekam Medik RSUD Palembang BARI.

Atas hal tersebut Direktur RSUD Palembang BARI menyatakan bahwa Program

Kerja Tahunan disusun berdasarkan informasi yang diterima dari setiap bidang dan

instalasi yang ada di lingkungan RSUD Palembang BARI dan mengacu pada visi, misi

yang telah ditetapkan. Khusus untuk Rencana Strategis Bisnis baru akan disusun sesuai

sengan ketentuan yang semestinya setelah mendapat masukan dari narasumber yang

berkompeten di bidangnya (mempersiapkan RSUD Palembang BARI menjadi BLUD

(Badan Layanan Umum Daerah)).

BPK-RI merekomendasikan Direktur RSUD Palembang BARI agar menegur

secara tertulis Wakil Direktur Keuangan dan Rekam Medik untuk meningkatkan

pengawasan dalam penyusunan program mempedomani Rencana Strategis Bisnis yang

disusun.

4. Prosedur Tetap Pelaksanaan Tugas Administrasi oleh Tenaga Paramedis pada

Instalasi-instalasi Belum Dibuat

RSUD Palembang BARI ditetapkan menjadi RSUD tipe C berdasarkan

Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1326/Menkes/SK/XI/1997 tanggal 10 November

1997. Sesuai dengan fungsinya untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan kegiatan

utamanya pelayanan preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif, maka melalui Surat

Keputusan Direktur No. 800/555/KR.2/2004 tanggal 14 Oktober 2004 tentang

Pembentukan Instalasi di RSUD Palembang BARI, rumah sakit memiliki 11 instalasi

yaitu :

a. Instalasi Rawat Jalan;

b. Instalasi Rawat Inap;

c. Instalasi Rawat Darurat;

d. Instalasi Bedah Sentral dan ICU;

Page 27: Audit of Hospital Waste Management_1

19

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

e. Instalasi Radiologi;

f. Instalasi Gizi;

g. Instalasi Laundry;

h. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit;

i. Instalasi Laboratorium dan Patologi Klinik;

j. Instalasi Farmasi;

k. Instalasi Penyehatan Lingkungan

Pelaksanaan tugas pelayanan pada instalasi-instalasi tersebut diantaranya

dilaksanakan oleh tenaga-tenaga paramedis baik perawatan maupun non perawatan. Tata

cara pelaksanaan tugas pada masing-masing instalasi diatur dalam suatu prosedur tetap

(protap) yang menjadi pedoman kerja bagi setiap tenaga paramedis dalam mengambil

tindakan pelayanan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan atas Laporan Instalasi Laboratorium dan

konfirmasi dengan Kasub Bidang Pelayanan Medik dan Non Medik serta Kepala

Ruangan Zaal Penyakit Dalam dan Kebidanan, diketahui bahwa selain melaksanakan

tugas pelayanan kesehatan seperti yang diatur dalam protap, tenaga paramedis tersebut

juga melaksanakan tugas administrasi antara lain mencatat keluar-masuk pasien,

pengurusan berkas administrasi pasien yang akan keluar dan melaporkannya ke bidang

keuangan. Pelaksanaan tugas tersebut untuk mendukung pelaksanaan sistem informasi

rumah sakit yang terpusat pada bidang keuangan.

Hasil penilaian atas pelaksanaan tugas tersebut diukur dari efektivitas tujuan

pelaksanaan sistem informasi rumah sakit menunjukkan masih banyak tenaga paramedis

yang tidak melaksanakan tugasnya secara semestinya. Berkas administrasi pasien masih

diinput langsung oleh bidang keuangan. Beberapa tenaga paramedis mengakui beban

kerja yang bertambah akibat tugas-tugas dimaksud. Kondisi tersebut juga didukung

dengan kekurangmampuan tenaga paramedis dalam pengoperasian komputer.

Seharusnya setiap prosedur kerja dituangkan dalam suatu kebijakan rumah sakit

berupa prosedur tetap atau standar operasional baku.

Page 28: Audit of Hospital Waste Management_1

20

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

Keadaan tersebut mengakibatkan pelaksanaan sistem informasi rumah sakit

terhambat.

Hal tersebut disebabkan Direktur RSUD Palembang BARI lalai tidak segera

membuat prosedur tetap atas pelaksanaan tugas administrasi yang dilakukan oleh tenaga

paramedis di setiap instalasi.

Atas hal tersebut Direktur RSUD Palembang BARI menyatakan bahwa prosedur

tetap pelaksanaan tugas administrasi yang dilakukan oleh tenaga paramedis di setiap

instalasi akan segera dibuat setelah dibahas bersama oleh bagian yang terkait.

BPK-RI merekomendasikan kepada Direktur RSUD Palembang BARI agar

membuat suatu prosedur tetap yang terinci atas pelaksanaan tugas administrasi yang

dilakukan oleh tenaga paramedis di setiap instalasi.

5. Satuan Pengawas Intern Rumah Sakit Belum Melaksanakan Tugas Secara Optimal

Susunan organisasi dan tata kerja RSUD Palembang BARI diatur dengan

Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2004 tanggal 7 Januari 2004 dan dikukuhkan dengan

Keputusan Walikota Palembang Nomor 5 Tahun 2004 tanggal 18 Febuari 2004. Di dalam

keputusan tersebut disebutkan bahwa Susunan Organisasi RSUD Palembang BARI

terdiri dari :

a. Direktur;

b. Wakil Direktur Keuangan dan Rekam Medik;

c. Wakil Direktur Pelayanan;

d. Sekretariat;

e. Bidang Keuangan dan Program;

f. Bidang Sarana dan Rekam Medik;

g. Bidang Medik dan Non Medik;

h. Bidang Keperawatan;

Page 29: Audit of Hospital Waste Management_1

21

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

i. Kelompok Jabatan Fungsional;

j. Komite Medik;

k. Staf Medis Fungsional;

l. Instalasi;

m. Satuan Pengawas Intern (SPI).

RSUD Palembang BARI telah membentuk tim SPI berdasarkan Surat Keputusan

Direktur Nomor 800/07.1/RSUD/2007 tanggal 14 Februari 2007 tentang Pembentukan

Tim Satuan Pengawas Intern RSUD Palembang BARI. Tim yang dibentuk tersebut telah

melaksanakan tugas namun masih banyak kegiatan pengawasan dan pengendalian yang

harus dibenahi dalam pengurusan administrasi keuangan dan pelaksanaan kegiatan rumah

sakit yang seharusnya dapat ditemukan lebih dini dan diperbaiki apabila Tim SPI telah

bertugas secara optimal, antara lain :

a. Pada pengelolaan karcis retribusi Unit Gawat Darurat (UGD) tidak terdapat catatan

yang menunjukkan berapa jumlah karcis retribusi yang merupakan persediaan akhir

tahun sebelumnya yang menjadi persediaan awal tahun berikutnya serta berapa

mutasi karcis masuk (pengadaan karcis) dan karcis yang keluar (didistribusikan ke

pasien UGD).

b. Rekonsiliasi atas pencatatan karcis antara unit gawat darurat dan rawat jalan dengan

pencatatan di bidang keuangan tidak pernah dilakukan.

c. Perbedaan pencatatan antara bidang pelayanan dan rekam medik mengenai jumlah

hari perawatan yang dicatat oleh setiap ruang rawat inap, jumlah tempat tidur dan

jumlah pasien untuk perhitungan indikator BOR, Av. LOS dan TOI.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

983/SK/Menkes/XI/1992 tanggal 12 November 1992 tentang Pedoman Organisasi

Rumah Sakit Umum pada Bab IX Pasal 47 (1) yang menyatakan bahwa Satuan Pengawas

Intern adalah kelompok fungsional yang bertugas melaksanakan pengawasan terhadap

pengelolaan sumber daya Rumah Sakit.

Page 30: Audit of Hospital Waste Management_1

22

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

Keadaan tersebut mengakibatkan ketidaktaatan pada peraturan pengelolaan

keuangan atau ketentuan tentang pelayanan kesehatan serta ketidaktertiban administrasi

tidak dapat dievaluasi secara cepat.

Hal tersebut disebabkan Tim SPI RSUD belum menjalankan program

kerja/rencana pemeriksaan yang dibuatnya secara optimal.

Atas hal tersebut Direktur RSUD Palembang BARI menyatakan bahwa SPI terdiri

dari Ketua dan dua anggota yang saat ini merangkap tugas di bagian keuangan dan

kepegawaian sehingga program kerja/ rencana pemeriksaan yang telah dibuat tidak dapat

dilaksanakan secara optimal. Untuk itu SPI akan segera dievaluasi karena salah satu

anggota sudah mengurus kepindahan tugasnya ke instansi lain di lingkungan Pemerintah

Kota Palembang.

BPK-RI merekomendasikan kepada Direktur RSUD Palembang BARI agar

segera mengevaluasi Tim SPI dan memerintahkan secara tertulis Tim SPI untuk

menjalankan program kerja/ rencana pemeriksaan yang telah dibuatnya.

6. Pelayanan Farmasi Kepada Pasien Rumah Sakit oleh Apotek Pelengkap Belum

Dibuat Perjanjian

Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi pada pelayanan pasien dan

penyediaan obat yang bermutu. Penyelenggaraan pelayanan tersebut difasilitasi oleh

instalasi farmasi dengan tugas pokok untuk melaksanakan kegiatan produksi, peracikan,

penyimpanan dan pendistribusian obat-obatan.

Tata kerja Instalasi Farmasi pada RSUD Palembang BARI diatur dengan

Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2004 tanggal 7 Januari 2004 tentang Organisasi dan

Tata Kerja RSUD Palembang BARI. Instalasi farmasi sebagai salah satu instalasi

Page 31: Audit of Hospital Waste Management_1

23

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

penunjang medis difungsikan untuk pemenuhan kebutuhan obat dan pelayanan resep bagi

pasien RSUD.

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan obat dan pelayanan resep bagi pasien

umum, instalasi farmasi dibantu oleh Apotek Pelengkap yang berfungsi melayani resep

pasien umum diluar pasien Askes PNS dan Askeskin yang tidak disediakan oleh Instalasi

Farmasi.

Berdasarkan hasil konfirmasi kepada Kepala Instalasi Farmasi diketahui bahwa

keberadaan Apotek Pelengkap tersebut belum dibuatkan perjanjian dan tidak ada

pembagian kontribusi kepada rumah sakit, padahal Apotek Pelengkap memanfaatkan

fasilitas ruangan dan petugas rumah sakit. Selain itu, resep yang dilayani oleh Apotek

Pelengkap pada dasarnya merupakan obat-obat yang tidak disediakan oleh Instalasi

Farmasi dan merupakan barang konsinyasi perusahaan-perusahaan farmasi.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Prinsip kepastian hukum bahwa setiap pemanfaatan fasilitas rumah sakit harus dibuat

perjanjian secara tertulis yang memuat hak dan kewajiban kedua belah pihak.

b. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 436/Menkes/SK/VI/1993

tentang berlakunya Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Medis di

Rumah Sakit, Standar Pertama dari pelayanan farmasi yang menjelaskan bahwa

pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem

pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan

pasien, penyediaan obat yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

Keadaan tersebut mengakibatkan rumah sakit tidak memperoleh kontribusi atas

pemanfaatan fasilitas oleh apotik pelengkap tersebut.

Hal tersebut terjadi karena Direktur RSUD Palembang BARI kurang

memperhatikan pentingnya membuat perikatan kesepakatan bersama dalam rangka

mengamankan kekayaan rumah sakit dan menambah potensi penerimaan bagi rumah

sakit.

Page 32: Audit of Hospital Waste Management_1

24

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

Atas hal tersebut Direktur RSUD Palembang BARI menyatakan bahwa Instalasi

Farmasi RSUD Palembang BARI mempunyai tugas dan fungsi untuk pelayanan obat-

obatan (mulai pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dalam pemenuhan kebutuhan

obat dan pelayanan resep bagi pasien). Khusus untuk Askes dan Askeskin langsung

dilaksanakan oleh Apotik Sehat Bersama (milik Koperasi Askes) yang dasar

pelaksanaannya mengacu pada MoU yang dibuat pihak rumah sakit dan PT. Askes.

Pelayanan obat untuk pasien umum dalam hal obat tidak tersedia di RSUD Palembang

BARI (sesuai dengan obat rutin yang disediakan dari APBD Kota Palembang) maka

Kepala Instalasi Farmasi menyediakan obat yang diperlukan dengan langsung

mengajukan permintaan kepada distributor untuk menyuplai ke Instalasi Farmasi.

Pengadaan tersebut dan pendistribusian sesuai dengan peresepan yang dapat

dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BPK RI merekomendasikan kepada Direktur RSUD Palembang BARI agar

mengembangkan pelayanan farmasi rumah sakit melalui perikatan dengan pihak koperasi

atau swasta lainnya yang menguntungkan rumah sakit.

7. Beberapa Alat Medis Belum Dimanfaatkan

Untuk dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada para pasien, RSUD

Palembang BARI, pada Tahun Anggaran 2006, telah melakukan pengadaan alat-alat

medis untuk mendukung pelayanan kepada pasien. Alat-alat medis tersebut

didistribusikan ke masing-masing instalasi rumah sakit yang akan memanfaatkannya.

Berdasarkan hasil pengamatan di beberapa instalasi diketahui terdapat alat medis

di Instalasi Bedah Sentral yang semenjak pengadaannya belum juga dioperasikan, yaitu :

No Nama Alat Merk

1. Laparoscopy Surgery Richard Woul

2. Endoscopy / Gastroscopy Flexible USA Vision Compact

Page 33: Audit of Hospital Waste Management_1

25

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

Alat medis tersebut bersifat spesifik dan hanya bisa dioperasikan oleh dokter yang

memiliki sertifikasi pengoperasian alat medis tersebut. Berdasarkan hasil wawancara

dengan Kepala Sub Bagian Diklat dan Litbang RSUD Palembang BARI diketahui bahwa

proses pengajuan untuk mendapatkan sertifikasi tersebut membutuhkan waktu yang lama.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia

Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Barang/Jasa Pemerintah, Pasal 3

huruf b yang menyatakan bahwa pengadaaan barang/jasa wajib menerapkan prinsip

efektif, berarti pengadaan barang dan jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah

ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran

yang ditetapkan.

Keadaan tersebut mengakibatkan alat medis tersebut belum dapat menunjang

peningkatan pelayanan kesehatan kepada pasien sesuai dengan tujuan pengadaannya.

Hal tersebut disebabkan Wakil Direktur Keuangan dan Rekam Medik RSUD

Palembang BARI dalam merencanakan pengadaan alat medis tidak diikuti dengan

perencanaan kebutuhan tenaga medis yang memiliki kompetensi mengoperasikan alat

medis tersebut.

Atas hal tersebut Direktur RSUD Palembang BARI menyatakan bahwa dalam

rangka pengembangan rumah sakit diperlukan Sumber Daya Manusia, sarana, dan

prasarana yang sesuai dengan standar yang ditentukan, diantaranya termasuk penyediaan

alat-alat kesehatan yang diperlukan. Sejalan dengan pengadaan alat-alat kesehatan

tersebut juga direncanakan diklat untuk tenaga yang akan mendapat sertifikasi

pengoperasian alat medis tersebut yang waktu dan tempat pelaksanaannya tergantung dari

pihak penyelenggara. Untuk pengoperasian Laparascopy dan Endoscopy akan dilakukan

setelah dokter spesialis yang bersangkutan selesai mengikuti diklat (pada bulan Desember

2007 dan awal tahun 2008) dan mendapat sertifikasi.

Page 34: Audit of Hospital Waste Management_1

26

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

BPK RI merekomendasikan kepada Direktur RSUD Palembang BARI agar

memberikan teguran tertulis kepada Wakil Direktur Keuangan dan Rekam Medik supaya

dalam setiap pengadaan alat-alat medis mempertimbangkan penyediaan SDM yang

mampu (yang mendapat sertifikasi) untuk mengoperasikan alat tersebut.

8. Hasil Penilaian atas Standar Pelayanan untuk Rumah Sakit 12 Pelayanan Masih

Dibawah Rata-rata

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat memiliki peranan penting yang sangat strategis dalam

mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat, oleh karena itu rumah sakit

dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang

ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Untuk mengukur

keberhasilan kinerja pelayanan kesehatan rumah sakit diperlukan indikator yang menjadi

tolok ukur keberhasilan kinerja pelayanan kepada masyarakat. Indikator tersebut secara

umum mengacu kepada Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Rumah

Sakit yang wajib dilaksanakan daerah, yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 228/MENKES/SK/2002 tanggal 28 Maret 2002.

SPM tersebut mengatur beberapa jenis pelayanan minimal yang wajib diselenggarakan

yaitu :

a. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan

b. Manajemen Rumah Sakit

c. Pelayanan Medik

1) Rawat jalan

2) Rawat Inap

3) Pelayanan penunjang

Suatu standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan sebagai

patokan dalam melakukan kegiatan dan meningkatkan mutu pelayanan. Evaluasi atas

Page 35: Audit of Hospital Waste Management_1

27

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

mutu pelayanan dilakukan oleh Panitia Mutu Pelayanan Rumah Sakit dan monitoring

dilakukan oleh Tim Akreditasi Rumah Sakit.

Dalam rangka peningkatan RSUD Palembang BARI menjadi tipe B, manajemen

rumah sakit telah melakukan penilaian atas standar pelayanan untuk Rumah Sakit 12

Pelayanan yang dibina dan dievaluasi oleh Departemen Kesehatan, terdiri dari :

a. Pelayanan Farmasi,

b. Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana,

c. Pelayanan Radiologi,

d. Pelayanan Laboratorium,

e. Pelayanan Kamar Operasi,

f. Pelayanan Pengendalian Infeksi (INOS),

g. Pelayanan Perinatal Risiko Tinggi (PERISTI),

h. Administrasi dan Manajemen,

i. Pelayanan Rekam Medik,

j. Pelayanan Keperawatan,

k. Pelayanan Medik,

l. Pelayanan Gawat Darurat.

Instrumen-instrumen standar tersebut disiapkan oleh Tim Akreditasi RSUD

Palembang BARI yang dibuat dalam bentuk Kelompok Kerja (Pokja) 12 pelayanan yang

ketuanya juga menjabat sebagai ketua Komite Medik RSUD Palembang BARI. Standar

yang dinilai dari masing-masing jenis pelayanan terdiri dari :

a. Falsafah dan Tujuan,

b. Administrasi dan Pengelolaan,

c. Staf dan Pimpinan,

d. Fasilitas dan Peralatan,

e. Kebijakan dan Prosedur,

f. Pengembangan Staf dan Program Pendidikan,

g. Evaluasi dan Pengendalian Mutu.

Page 36: Audit of Hospital Waste Management_1

28

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

Standar diatas merupakan acuan yang ditetapkan RSUD Palembang BARI dalam

rangka menilai mutu pelayanan sekaligus sebagai standar yang digunakan oleh Komisi

Akreditasi RS dan Sarana Kesehatan Lainnya (KARS) dalam rangka penilaian kelayakan

peningkatan tipe rumah sakit.

Hasil penilaian yang dilakukan menunjukkan adanya kenaikan persentase

pencapaian standar (penilaian sampai dengan bulan November 2007) namun persentase

pencapaian standar untuk 2 (dua) pelayanan Keselamatan Kerja, Kebakaran, dan

Kewaspadaan Bencana Rumah Sakit (K3 RS) dan Pengendalian Infeksi Nosokomial

(INOS) Tahun 2007 masih dibawah rata-rata, terdiri dari:

Nilai (%) No. Pelayanan

2006 2007 1 K3 RS 48,88 65,00 2 INOS 35,29 60,00

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Pedoman Survei Akreditasi RS dan Sarana

Kesehatan Lainnya Tahun 2003 mengenai Pedoman Khusus Keselamatan Kerja,

Kebakaran, dan Kewaspadaan Bencana Rumah Sakit (K3 RS), serta Pedoman Khusus

Pengendalian Infeksi Nosokomial (INOS) yang menyatakan bahwa, nilai standar yang

harus dipenuhi untuk K3 RS dan INOS masing-masing adalah 75%.

Hal tersebut mengakibatkan pelayanan rumah sakit untuk Keselamatan Kerja,

Kebakaran, dan Kewasapadaan Bencana Rumah Sakit (K3 RS), dan Pengendalian Infeksi

Nosokomial (INOS) belum memadai.

Permasalahan tersebut disebabkan Direktur RSUD Palembang BARI belum

merencanakan dan merealisasikan sarana dan prasarana yang mendukung pencapaian

standar pelayanan Keselamatan Kerja, Kebakaran, dan Kewasapadaan Bencana Rumah

Sakit (K3 RS), dan Pengendalian Infeksi Nosokomial (INOS) secara optimal.

Atas hal tersebut Direktur RSUD Palembang BARI menyatakan bahwa nilai lulus

untuk masing-masing pokja adalah jika nilai rata-ratanya 75% dan tidak ada nilai 60%

atau di bawah 60%. Untuk tahun 2007 untuk penilaian standar akreditasi masih terdapat

Page 37: Audit of Hospital Waste Management_1

29

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

dua pokja yang harus diperhatikan yaitu Infeksi Nosokomial (INOS) dan Keselamatan

Kerja, Kebakaran, dan Kewasapadaan Bencana Rumah Sakit (K3 RS). Hal tersebut

dipengaruhi oleh fasilitas yang tersedia dan diklat untuk (SDM) yang belum terpenuhi.

Untuk itu semua sarana, prasarana, dan diklat akan dilaksanakan supaya pada penilaian

berikutnya akan diperoleh sertifikasi 12 pelayanan.

BPK-RI merekomendasikan kepada Direktur RSUD Palembang BARI untuk

lebih optimal dalam merencanakan dan merealisasikan sarana dan prasarana yang

mendukung pencapaian standar pelayanan.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Page 38: Audit of Hospital Waste Management_1

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

HASIL PEMERIKSAAN

ATAS

PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT

TAHUN ANGGARAN 2005 − 2007 PADA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI

DI

PALEMBANG

Nomor : 05/S/XVIII.PLG/01/2008Tanggal : 15 Januari 2008

Page 39: Audit of Hospital Waste Management_1

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

Jl. Demang Lebar Daun No. 2, Palembang – 30137, Telp. (0711) 410549, 316513, Fax. (0711) 358948 Nomor : 08/S/XVIII.PLG/01/2008 Palembang, 15 Januari 2008Lampiran : 1 (Satu) berkas Perihal : Hasil Pemeriksaan atas Pengelolaan

Limbah Rumah Sakit Tahun Anggaran 2005 – 2007 pada RSUD Palembang BARI di Palembang

Kepada Yth. Ketua DPRD Palembang di

Palembang

Sesuai dengan Ketentuan Pasal 23 E Perubahan Ketiga UUD 1945 jo Pasal 8 ayat (1)

UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan jo Pasal 17 ayat (6) UU Nomor

15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,

dengan hormat kami sampaikan Hasil Pemeriksaan atas Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

Tahun Anggaran 2005 – 2007 pada RSUD Palembang BARI di Palembang.

Badan Pemeriksa Keuangan mengharapkan tanggapan mengenai langkah-langkah

penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama

Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Page 40: Audit of Hospital Waste Management_1

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

Jl. Demang Lebar Daun No. 2, Palembang – 30137, Telp. (0711) 410549, 316513, Fax. (0711) 358948 Nomor : 09/S/XVIII.PLG/01/2008 Palembang, 15 Januari 2008Lampiran : 1 (Satu) berkas Perihal : Hasil Pemeriksaan atas Pengelolaan

Limbah Rumah Sakit Tahun Anggaran 2005 – 2007 pada RSUD Palembang BARI di Palembang

Kepada Yth. Walikota Palembang di

Palembang

Sesuai dengan Ketentuan Pasal 23 E Perubahan Ketiga UUD 1945 jo Pasal 8 ayat (1)

UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan jo Pasal 17 ayat (6) UU Nomor

15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,

dengan hormat kami sampaikan Hasil Pemeriksaan atas Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

Tahun Anggaran 2005 – 2007 pada RSUD Palembang BARI di Palembang.

Badan Pemeriksa Keuangan mengharapkan tanggapan mengenai langkah-langkah

penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama

Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Tembusan : 1. Yth. Menteri Dalam Negeri, di Jakarta; 2. Yth. Anggota Pembina Utama Keuangan Negara V BPK-RI, di Jakarta; 3. Yth. Auditor Utama Keuangan Negara V BPK-RI, di Jakarta; 4. Yth. Kepala Direktorat Utama Revbang BPK-RI, di Jakarta; 5. Yth. Inspektur Utama BPK-RI, di Jakarta; 6. Yth. Tim Konsulen Hukum Perwakilan BPK-RI, di Palembang.

Page 41: Audit of Hospital Waste Management_1

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

Jl. Demang Lebar Daun No. 2, Palembang – 30137, Telp. (0711) 410549, 316513, Fax. (0711) 358948 Nomor : 10/S/XVIII.PLG/01/2008 Palembang, 15 Januari 2008Lampiran : 1 (Satu) berkas Perihal : Hasil Pemeriksaan atas Pengelolaan

Limbah Rumah Sakit Tahun Anggaran 2005 – 2007 pada RSUD Palembang BARI di Palembang

Kepada Yth. Direktur RSUD Palembang BARI di

Palembang

Sesuai dengan Ketentuan Pasal 23 E Perubahan Ketiga UUD 1945 jo Pasal 8 ayat (1)

UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan jo Pasal 17 ayat (6) UU Nomor

15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,

dengan hormat kami sampaikan Hasil Pemeriksaan atas Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

Tahun Anggaran 2005 – 2007 pada RSUD Palembang BARI di Palembang.

Badan Pemeriksa Keuangan mengharapkan tanggapan mengenai langkah-langkah

penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama

Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Page 42: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

DAFTAR ISI

Halaman

Resume Hasil Pemeriksaan……………………………………………………………... i

I. Pemeriksaan Pengelolaan Limbah RSUD Palembang BARI .................................... 1

1.1. Dasar Pemeriksaan........................................................................................................ 1

1.2. Tujuan Pemeriksaan...................................................................................................... 1

1.3. Sasaran Pemeriksaan..................................................................................................... 1

1.4. Obyek Pemeriksaan....................................................................................................... 1

1.5. Lingkup Pemeriksaan ................................................................................................... 1

1.6. Jangka Waktu Pemeriksaan.......................................................................................... 1

1.7. Metodologi Pemeriksaan............................................................................................... 1

1.8. Batasan Pemeriksaan..................................................................................................... 2

1.9. Kriteria Pemeriksaan..................................................................................................... 2

II. Latar Belakang............................................................................................................... 4

2.1. Gambaran Umum RSUD Palembang BARI................................................................. 4

2.2. Jenis Limbah RSUD Palembang BARI......................................................................... 6

2.3. Pengelolaan Limbah RSUD Palembang BARI............................................................. 8

2.4. Dampak Bila Limbah RSUD Tidak Dikelola dengan Baik.......................................... 11

III. Hasil Pemeriksaan…………………………………………………………………... 13

3.1.1 Perencanaan Pengelolaan Limbah Belum Mendukung Upaya Penyehatan

Lingkungan Rumah Sakit………………………………………………………….

13

3.2.1 Pengelolaan Limbah Cair Tidak Memperhatikan Kesehatan Lingkungan………... 19

3.2.2 Pengelolaan Sampah Medis Tidak Memadai dan Berisiko Menimbulkan Bahaya

Pencemaran………………………………………………………………………..

23

3.2.3 Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan Sampah Medis Melalui Incinerator Belum

Memadai dan Membahayakan Kesehatan Lingkungan……………………………

28

3.2.4 Pengelolaan Sampah Non Medis di Tempat Pembuangan Sementara (TPS)

Page 43: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

ii

Berisiko Menimbulkan Bahaya Pencemaran……………………………………… 32

3.3.1 Upaya Pemantauan Pengelolaan Limbah Belum Dilaksanakan secara Memadai… 33

3.3.2 Lokasi Bekas Penimbunan Sampah Medis Tidak Dikelola Secara Memadai…….. 37

IV. Kesimpulan................................................................................................................... 39

Page 44: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

HASIL PEMERIKSAAN PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT PADA RSUD PALEMBANG BARI

DI PALEMBANG

SEMESTER II TAHUN ANGGARAN 2007

RESUME HASIL PEMERIKSAAN

Pemeriksaan Pengelolaan Limbah Rumah Sakit pada RSUD Palembang BARI

bertujuan untuk menilai apakah RSUD telah melakukan pengelolaan limbah rumah sakit

sesuai dengan peraturan perundangan.

Metode pemeriksaan yang digunakan mengacu pada Standar Audit Pemerintahan,

yaitu dilakukan secara uji petik (sampling) dengan analisa prosedur yaitu mereview

sistem yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan atas seluruh

aktivitas yang diperiksa. Metode ini meliputi wawancara dengan pejabat-pejabat yang

kompeten dan pengujian terhadap dokumen-dokumen yang ada seperti program, rencana

tahunan, prosedur dan lain-lain.

Pemeriksaan atas Pengelolaan Limbah Rumah Sakit pada RSUD Palembang

BARI Tahun Anggaran 2005 s.d 2007 dilakukan dengan berpedoman pada Peraturan

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) Nomor 1 Tahun 2007 tentang

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan kami

merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar kami memperoleh keyakinan yang

memadai bahwa Simpulan kami telah didukung bukti yang relevan. Hal-hal yang tidak

kami uji tidak menjadi dasar kami dalam mengambil kesimpulan.

Page 45: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

ii

Tanpa mengurangi keberhasilan yang telah dicapai, bahwa dari hasil pemeriksaan

masih menunjukkan beberapa penyimpangan yang perlu mendapat perhatian, yakni

sebagai berikut:

a. Perencanaan Pengelolaan Limbah Belum Mendukung Upaya Penyehatan Lingkungan

Rumah Sakit

b. Pengelolaan Limbah Cair Tidak Memperhatikan Kesehatan Lingkungan

c. Pengelolaan Sampah Medis Tidak Memadai dan Berisiko Menimbulkan Bahaya

Pencemaran

d. Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan Sampah Medis Melalui Incinerator Belum

Memadai dan Membahayakan Kesehatan Lingkungan

e. Pengelolaan Sampah Non Medis di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Berisiko

Menimbulkan Bahaya Pencemaran

f. Upaya Pemantauan Pengelolaan Limbah Belum Dilaksanakan secara Memadai

g. Lokasi Bekas Penimbunan Sampah Medis Tidak Dikelola Secara Memadai

Sehubungan dengan hasil pemeriksaan tersebut di atas, disarankan agar segera

diambil langkah-langkah tindak lanjut seperlunya sesuai rekomendasi BPK-RI

sebagaimana dimuat dalam Temuan Pemeriksaan.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI KEPALA PERWAKILAN BPK RI DI

PALEMBANG

MUZAKKIR NIP.240000857

Page 46: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

BAB I PEMERIKSAAN PENGELOLAAN LIMBAH

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI 1.1. Dasar Pemeriksaan

a. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 23 E.

b. Undang-undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan RI.

c. Undang-undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara.

1.2. Tujuan Pemeriksaan

Untuk menilai apakah Rumah Sakit Umum Daerah telah melakukan pengelolaan

limbah rumah sakit sesuai dengan peraturan perundangan.

1.3. Sasaran Pemeriksaan

Pemeriksaan diarahkan pada kegiatan pengelolaan Limbah Cair dan kegiatan

pengelolaan Limbah Padat yang pada dasarnya meliputi kegiatan:

a. Perencanaan pengelolaan limbah rumah sakit,

b. Pengumpulan limbah rumah sakit,

c. Penyimpanan limbah rumah sakit,

d. Pemindahan limbah rumah sakit,

e. Pengolahan dan pembuangan limbah rumah sakit, serta

f. Pengawasan/pemantauan atas limbah rumah sakit.

1.4. Obyek Pemeriksaan

Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI yang berkedudukan di Kelurahan

5 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I, Kota Palembang.

1.5. Lingkup Pemeriksaan

Pemeriksaan ini hanya mencakup kegiatan pengelolaan limbah rumah sakit dari

periode Tahun Anggaran 2005 sampai dengan 2007.

1.6. Jangka Waktu Pemeriksaan

Pemeriksaan dilakukan dari tanggal 10 September s.d. 21 Nopember 2007.

1.7. Metodologi Pemeriksaan

Pemilihan fokus pemeriksaan dilakukan melalui pendekatan risiko dengan

mempertimbangkan sistem pengendalian intern, dampak, dan frekuensi

Page 47: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

2

terjadinya ketidakpatuhan atas kegiatan pengelolaan limbah cair, limbah padat

medis dan non medis.

Pemilihan dan pengumpulan bukti dilakukan dengan menggunakan teknik

stratified random sampling. Untuk mengumpulkan bukti digunakan teknik

pemeriksaan berupa observasi, wawancara dan pengujian dokumen serta analisis

pemeriksa.

1.8. Batasan Pemeriksaan

Pemeriksaan ini juga menggunakan data dan informasi sekunder dari pendapat

ahli dalam bentuk hasil kajian, hasil survei, dan lain-lain yang diperoleh dari

berbagai sumber. BPK-RI menggunakan data dan informasi ini sebagai

pendukung atas kondisi yang disajikan tanpa melakukan pengujian lebih lanjut

atas kebenaran data atau informasi tersebut.

1.9. Kriteria Pemeriksaan

Peraturan yang berkaitan dengan kegiatan pengelolaan limbah Rumah Sakit :

a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Limbah

Bahan Berbahaya dan Beracun.

d. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun 1995

tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit.

e. Keputusan Menteri LH Nomor 86 Tahun 2002 tentang Pedoman

Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan

LH.

f. Keputusan Menteri LH Nomor KEP-42/MENLH/11/1994 tentang Pedoman

Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan.

g. Keputusan Menteri LH Nomor 50/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat

Kebauan.

h. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 928/Menkes/Per/IX/1995 tentang

Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Bidang Kesehatan.

i. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

Page 48: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

3

j. Formulir Pemeriksaan Kesehatan Lingkungan (Inspeksi Sanitasi) Rumah

Sakit, Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan

Lingkungan Pemukiman, Departemen Kesehatan RI.

k. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: Kep-

03 Bapedal/09/1995 tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun.

l. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 472 Tahun 1996 tentang: Pengamanan

Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan.

m. Pedoman Pembuangan Secara Aman Obat-Obatan Tak Terpakai Saat dan

Pasca Kedaruratan, World Health Organizations 1999.

n. Peraturan-Peraturan Daerah yang terkait dengan Pengelolaan Limbah.

Page 49: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

BAB II LATAR BELAKANG

2.1. Gambaran Umum RSUD Palembang BARI

RSUD Palembang BARI pada awalnya dibangun dengan nama Poliklinik/

Puskesmas Panca Usaha pada Tahun 1986 dan kemudian diresmikan menjadi RSUD

Palembang BARI pada tanggal 19 Juni 1995.

RSUD Palembang BARI terletak di Kecamatan Seberang Ulu I Jalan Panca

Usaha Nomor 1 Kelurahan 5 Ulu Darat. Untuk sementara ini, RSUD Palembang

BARI membina daerah Seberang Ulu dan menerima rujukan dari 9 (sembilan) Pusat

Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Induk, 12 (dua belas) Puskesmas Pembantu,

Dokter dan Bidan praktik swasta, serta rujukan dari Puskesmas-Puskesmas yang

berada di wilayah Ogan Komering Ilir (OKI) dan Musi Banyuasin (Muba).

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1326/Menkes/SK/XI/1997 tanggal 10 November 1997, RSUD Palembang Bari telah

ditetapkan menjadi RSUD tipe C, dan saat ini RSUD Palembang Bari sedang dalam

proses akreditasi untuk menjadi RSUD tipe B.

Dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, RSUD

Palembang BARI mempunyai pelayanan sebagai berikut :

a. Pelayanan Rawat Jalan.

1) Poliklinik Spesialis Bedah,

2) Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam,

3) Poliklinik Spesialis Kebidanan,

4) Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana (KB),

5) Poliklinik Spesialis Anak,

6) Poliklinik Spesialis Mata,

7) Poliklinik Spesialis Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT),

8) Poliklinik Spesialis Kulit dan Kelamin,

9) Poliklinik Spesialis Gigi, dan

10) Instalasi Rawat Darurat.

b. Pelayanan Rawat Inap.

1) Pelayanan Rawat Inap Umum,

Page 50: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

5

2) Pelayanan Rawat Inap Umum Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan

Keluarga Berencana (KB),

3) Pelayanan Rawat Inap Penyakit Anak, dan

4) Pelayanan Rawat Inap VIP.

c. Pelayanan Penunjang.

1) Instalasi Laboratorium Klinik,

2) Instalasi Radiologi,

3) Instalasi Farmasi,

4) Instalasi Bedah Sentral,

5) Instalasi Gizi, dan

6) Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit.

Susunan organisasi dan tata kerja RSUD Palembang Bari diatur dan ditetapkan

dalam Keputusan Walikota Nomor 05 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Peraturan

Daerah Nomor 03 Tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit

Umum Daerah Palembang BARI. Dalam keputusan tersebut dinyatakan bahwa RSUD

Palembang Bari adalah Lembaga Teknis Daerah yang merupakan unsur penunjang

Pemerintah Daerah di bidang pelayanan kesehatan. RSUD Palembang Bari

mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan dengan mengutamakan upaya

penyembuhan dan pemulihan penyakit, keadaan cacat badan dan jiwa yang

dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta

melaksanakan upaya rujukan.

Susunan organisasi Rumah Sakit terdiri dari

a. Direktur,

b. Wakil Direktur Keuangan dan Rekam Medik,

c. Wakil Direktur Pelayanan,

d. Komite Medik, Staf Medik Fungsional

e. Sekretariat,

f. Bidang Keuangan dan Program,

g. Bidang sarana dan Rekam Medik,

h. Bidang Medik dan Non Medik,

i. Bidang Keperawatan,

j. Kelompok Jabatan Fungsional,

k. Satuan Pengawas Intern.

Page 51: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

6

Pelaksanaan kegiatan pengelolaan limbah dilakukan oleh Instalasi Penyehatan

Lingkungan Rumah Sakit (IPL-RS) yang dibentuk berdasarkan Keputusan Direktur

RSUD Palembang Bari Nomor 800/502/RSUD/2006, tanggal 1 Mei 2006 tentang

Struktur Organisasi Instalasi Penyehatan Lingkungan RSUD Palembang Bari. IPL-RS

merupakan unit fungsional yang bertanggung jawab terhadap lingkungan fisik,

kimiawi dan biologi di rumah sakit.

Perkembangan sarana Tempat Tidur dan Kunjungan Rawat Jalan/Inap RSUD

Palembang BARI Tahun 2002 sampai dengan Tahun 2006 adalah sebagai berikut :

2002 2003 2004 2005 2006Tempat Tidur 82 82 84 88 93Kunjungan Rawat Jalan 22.865 27.197 21.582 27.498 33.492Kunjungan Rawat Inap 4.103 2.789 2.987 3.427 5.561

Peningkatan jumlah kunjungan secara langsung memberikan dampak peningkatan

produksi limbah rumah sakit.

2.2. Jenis Limbah RSUD Palembang BARI

Dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan, RSUD menghasilkan 3

(tiga) jenis limbah, yaitu:

a. Limbah cair yaitu semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan

rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia

beracun, dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan. Limbah cair dapat berupa

buangan dari pasien, bekas cucian peralatan, bekas cucian tangan, tetesan darah,

limbah dari obat-obatan cair yang mengandung berbagai bahan kimia baik yang

beracun maupun yang tidak beracun.

b. Limbah padat yaitu semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai

akibat kegiatan rumah sakit. Limbah padat terdiri dari:

1) Limbah padat medis yaitu limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius,

limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis dan

limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah

dengan kandungan logam berat yang tinggi.

2) Limbah padat non medis yaitu limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di

rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan

halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.

Page 52: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

7

c. Limbah gas yaitu semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan

pembakaran di rumah sakit antara lain pembakaran insinerator, dapur,

perlengkapan generator, anastesi, dan pembuatan obat sitotoksik.

Limbah medis RSUD merupakan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), yang

berdasarkan sifatnya dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Limbah infeksius yaitu limbah yang terkontaminasi organisme pathogen yang

tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan

virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan;

b. Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi ujung

atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit, seperti jarum,

perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah;

c. Limbah sitotoksis yaitu limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan

pemberian obat sitotoksik untuk kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan

untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup;

d. Limbah jaringan tubuh padat yang meliputi organ, anggota badan yang dihasilkan

pada saat pembedahan atau autopsi;

e. Limbah kimia yaitu limbah yang dihasilkan dari penggunaan kimia dalam

tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi dan riset;

f. Limbah farmasi yaitu limbah yang berasal dari obat-obatan;

g. Limbah radioaktif adalah bahan bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop

yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionucleida.

Limbah cair

Page 53: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

8

Limbah padat

2.3. Pengelolaan Limbah RSUD Palembang BARI

Prosedur pengelolaan limbah RSUD per jenis limbah adalah sebagai berikut :

a. Prosedur pengelolaan limbah cair

1) Saluran pembuangan air limbah dipisah untuk saluran air hujan dan saluran

limbah cair;

2) Limbah cair disalurkan ke septic tank dan rawa resapan;

3) Limbah cair diolah dalam septic tank setiap hari;

4) Limbah cair pada rawa resapan dipantau melalui pemeriksaan effluent (air

limbah olahan) dengan parameter fisik, kimia, dan mikrobiologi sebelum

dibuang ke lingkungan.

b. Prosedur pengelolaan limbah padat non medis

1) Pemilahan/ pemisahan limbah padat non medis an-organik yang berbentuk

logam, kaca, kertas, plastik (sampah kering), dan organik berupa sampah

makanan dan tanaman (sampah basah);

2) Pengemasan dan pengumpulan limbah padat non medis dengan menggunakan

kantong plastik berwarna hitam;

3) Pengangkutan limbah padat non medis dari ruangan/instalasi ke Tempat

Pembuangan Sementara (TPS) RSUD dilakukan 2 (dua) kali sehari dan

pengangkutan dari TPS RSUD ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

dilakukan oleh Dinas Kebersihan;

4) Pengolahan limbah padat non medis dilakukan oleh Dinas Kebersihan;

5) TPS dibersihkan setelah limbah padat non medis diangkut ke TPA;

6) Pengawasan di lapangan dilakukan secara berkala sesuai jadwal.

Page 54: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

9

c. Prosedur pengelolaan limbah padat medis

1) Pemisahan/pemilahan antara limbah padat medis tajam dan tidak tajam;

2) Pengemasan dan pengumpulan limbah padat medis tidak tajam ditempatkan ke

kantong plastik berwarna kuning, sedangkan limbah padat medis tajam

ditempatkan dalam tempat khusus (safety box) yang tahan benda tajam;

3) Pengangkutan limbah padat medis dari ruangan ke selasar yang telah

ditentukan kemudian diangkut ke insinerator dengan troli setiap pagi atau

siang hari;

4) Selama Tahun 2005, RSUD melakukan penimbunan (sanitary landfill) atas

sampah medis yang dihasilkannya. Unit pemusnah sampah medis berupa

incinerator baru mulai dioperasikan pada tanggal 18 Februari 2006.

Pengolahan limbah medis padat dengan insinerasi/pembakaran di insinerator

dilakukan 2 hari sekali atau tergantung jumlah limbah yang dihasilkan;

5) Abu hasil pembakaran diangkut ke TPA oleh petugas Dinas Kesehatan;

6) Pengawasan di lapangan dilakukan secara berkala sesuai jadwal.

d. Prosedur pengelolaan limbah gas

1) Pembakaran dengan insinerator dilakukan suhu pembakaran minimal 1000°C

untuk pemusnahan bakteri pathogen dan mengurangi emisi gas dan debu;

2) Melakukan penghijauan dengan menanam pohon yang banyak memproduksi

gas oksigen dan dapat menyerap debu.

Khusus untuk limbah radioaktif yang dapat berupa limbah cair maupun limbah padat

ditampung atau dikumpulkan untuk kemudian dikembalikan kepada produsen untuk

didaur ulang.

Secara umum, proses pengelolaan limbah dapat digambarkan pada diagram

berikut:

Limbah Rumah Sakit

Padat Cair

Non Klinis Klinis

Kontainer Pengumpulan

Ditimbun/ Dibakar

TPA

Septic Tank

Rawa/Resapan Tanah

Page 55: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

10

Incinerator

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)

Dalam pengelolaan limbah, sarana dan prasarana yang digunakan RSUD

terdiri dari:

a. Untuk pengelolaan limbah cair berupa saluran air hujan, spool hook, saluran

limbah cair, septic tank, dan saluran pembuangan limbah ke lingkungan.

b. Untuk pengelolaan limbah padat non medis berupa tempat sampah, kantong

plastik warna hitam, gerobak/troli, Tempat Penampungan Sementara (TPS),

topi/helm pelindung, sepatu, sarung tangan dan pakaian khusus.

c. Untuk pengelolaan limbah padat medis berupa tempat sampah medis, kantong

plastik warna kuning, tempat pengumpulan khusus limbah padat tajam (safety

box), gerobak/troli, insenerator, Tempat penampungan Sementara (TPS),

topi/helm pelindung, sepatu, sarung tangan, pakaian dan kacamata pelindung.

d. Untuk pengelolaan limbah gas berupa alat untuk mengurangi emisi gas dan debu

serta pohon untuk penyerapan.

Page 56: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

11

2.4. Dampak Bila Limbah RSUD Tidak Dikelola dengan Baik

Limbah RSUD jika tidak tertangani dengan baik akan berdampak bagi

manusia, mahluk hidup, serta lingkungan di sekitar RSUD. Dampak tersebut yaitu:

a. Dampak Pencemaran Air

1) air menjadi tidak bermanfaat untuk keperluan rumah tangga (misalnya air

minum, memasak, mencuci). industri, pertanian (misalnya: air yang terlalu

asam/basa akan mematikan tanaman/hewan);

2) air menjadi penyebab penyakit menular, air yang telah tercemar oleh senyawa

organik maupun anorganik menjadi media berkembangnya berbagai penyakit

dan penularan langsung melalui air (misalnya Hepatitis A, Cholera, Thypus

Abdominalis, Dysentri, Ascariasis/Cacingan, dan sebagainya);

3) air menjadi penyebab penyakit tidak menular, penyakit tidak menular dapat

muncul terutama karena air lingkungan telah tercemar oleh senyawa anorganik

terutama unsur logam (misalnya keracunan air raksa/merkuri)

b. Dampak Pencemaran Daratan

Pencemaran daratan pada umumnya berasal dari limbah padat yang dibuang atau

dikumpulkan di suatu tempat penampungan, tempat penampungan ini dapat

bersifat sementara atau tetap. Dampak pencemaran daratan terdiri dari:

1) Dampak langsung, dampak pencemaran daratan yang secara langsung

dirasakan adalah timbulnya bau busuk karena degradasi limbah organik oleh

mikroorganisme, dampak langsung lainnya timbunan limbah padat dalam

jumlah besar akan menimbulkan kesan kumuh dan kotor, secara psikis akan

mempengaruhi penduduk di sekitar tempat penumpukan sampah tersebut;

2) Dampak tak langsung, contohnya tempat pembuangan limbah padat baik

Tempat Pembuangan Sementara (TPS) maupun Tempat Pembuangan Akhir

(TPA) akan menjadi pusat perkembangbiakan tikus dan serangga yang

merugikan manusia seperti lalat dan nyamuk. Penyakit-penyakit yang

ditimbulkan dengan perantaraan tikus, lalat dan nyamuk di antaranya adalah

pest, kaki gajah, malaria, demam berdarah dan sebagainya.

c. Dampak Pencemaran Udara

Dampak pencemaran udara merupakan masalah yang serius, karena dampak

pencemaran udara sangatlah merugikan tidak hanya akibat langsung terhadap

kesehatan manusia tetapi juga berpengaruh kepada hewan, tanaman dan

sebagainya. Berikut uraian komponen pencemar udara:

Page 57: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG

12

1) Karbon monoksida (CO)

Karbon monoksida apabila terhisap ke dalam paru-paru akan ikut peredaran

darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh.

Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun metabolis, ikut bereaksi

secara metabolis dengan darah.

2) Nitrogen Oksida (Nox)

Konsentrasi gas NO yang tinggi dapat mnyebabkan gangguan pada sistem

syaraf yang mengakibatkan kejang-kejang, bila keracunan ini terus berlanjut

akan menyebabkan kelumpuhan.

3) Belerang Oksida (Sox)

Pencemaran Sox menyebabkan gangguan pada sistem pernafasan, hal ini

karena gas Sox yang mudah menjadi asam tersebut menyerang selaput lendir

pada hidung, tenggorokan, dan saluran pernafasan lain sampai ke paru-paru,

serangan gas tersebut menyebabkan iritasi pada bagian tubuh yang terkena.

4) Partikel

Udara yang telah tercemar oleh partikel dapat menimbulkan berbagai macam

penyakit saluran pernafasan/pneumokoniosis

5) Pencemaran Debu Kapas

Pencemaran debu kapas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke

dalam paru-paru menimbulkan penyakit bisinosis, tanda-tanda awalnya adalah

sesak nafas, apabila sudah lanjut dan berat bisa menimbulkan bronkhitis

kronis.

Page 58: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

BAB III

HASIL PEMERIKSAAN

3.1. PERENCANAAN PENGELOLAAN LIMBAH RSUD

3.1.1.Perencanaan Pengelolaan Limbah Belum Mendukung Upaya Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit

Upaya pengelolaan limbah rumah sakit meliputi kegiatan-kegiatan yang

kompleks sehingga memerlukan suatu perencanaan yang tidak hanya memenuhi

persyaratan kesehatan lingkungan tetapi juga persyaratan hukum dan dukungan

pendanaan yang memadai. Mengingat dampak besar yang mungkin terjadi sebagai

akibat pengelolaan limbah yang tidak optimal, kebijakan-kebijakan yang mendukung

pengelolaan limbah rumah sakit yang memenuhi persyaratan-persyaratan dimaksud

sangat diperlukan.

RSUD Palembang BARI merupakan rumah sakit milik Pemerintah Kota

Palembang dan ditetapkan sebagai RSUD Tipe C berdasarkan Surat Keputusan

Departemen Kesehatan Nomor 1326/Menkes/SK/XI/1997 tentang Penetapan RSUD

Palembang BARI menjadi RSUD Kelas/Tipe C. Dengan kondisi demikian, faktor

dukungan pemerintah kota sangat diperlukan selain perhatian yang penuh atas

pengelolaan limbah rumah sakit dari manajemen rumah sakit.

Hasil penilaian atas pemenuhan beberapa persyaratan perencanaan

penanganan limbah rumah sakit dapat diuraikan hal-hal sebagai berikut :

a. Program Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit belum mendukung rencana

pengelolaan lingkungan rumah sakit, diantaranya :

1) Program pengelolaan limbah cair tidak memperhatikan tolok ukur dampak

dalam Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) RSUD Palembang BARI.

Rumah sakit telah melakukan pemantauan kualitas kesehatan lingkungan

diantaranya pengujian kualitas air limbah pada kolam penampungan setiap

tahunnya. Beberapa parameter yang diuji melebihi kadar maksimum yang

diperbolehkan dalam ketentuan yang berlaku. Dampak besar dan penting

penanganan limbah cair dalam RKL menyebutkan bahwa limbah cair dari

berbagai kegiatan berupa air kotor dan bekas akan menurunkan kualitas air

karena menyebabkan penurunan dissolved oxygen badan air, peningkatan

Page 59: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

14

BOD, COD, minyak dan lemak sulfida, phospat, dan bakteri yang berdampak

sekunder pada biota air dan kesehatan masyarakat. Upaya pengelolaan limbah

untuk mengurangi dampak tersebut tidak didukung oleh program percepatan

pembuatan sarana pengolahan limbah yang memenuhi persyaratan kesehatan

lingkungan.

2) Upaya pengelolaan pencemaran udara dan bau dalam RKL tidak dituangkan

dalam Program Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit.

Tujuan pengelolaan pencemaran udara dan bau dalam RKL adalah mencegah

terjadinya pencemaran udara oleh bau dan pembusukan sampah (NH3 dan

H2S) serta uap logam dari pembakaran di incinerator. Untuk menghindari

risiko tersebut, upaya pengelolaan yang harus dilakukan adalah menguji

efisiensi pembakaran incinerator, namun pada kenyataannya upaya tersebut

tidak didukung oleh program yang dijalankan.

b Kegiatan pengolahan limbah rumah sakit belum memenuhi persyaratan hukum

diantaranya pengoperasian incinerator yang belum memiliki izin. Izin operasi alat

pengolahan tersebut berupa izin mengenai kelayakan pengoperasian peralatan

pengolahan limbah antara lain efisiensi pembakaran 99,99% dengan menggunakan

alat pengendalian pencemaran udara. RSUD Palembang BARI juga tidak

memiliki izin dalam melakukan pembuangan limbah cair kategori B3 yang

dibuang ke kolam penampungan dan resapan tanah melalui septic tank tanpa

pengolahan terlebih dahulu.

c. Sumber daya manusia pengelola limbah belum memadai dan memenuhi

kualifikasi.

Instalasi Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit (IPL-RS) dibentuk berdasarkan

Keputusan Direktur RSUD Palembang BARI Nomor 800/502/RSUD/2006,

tanggal 1 Mei 2006 tentang Struktur Organisasi Instalasi Penyehatan Lingkungan

RSUD Palembang BARI. IPL-RS merupakan unit fungsional yang bertanggung

jawab terhadap lingkungan fisik, kimiawi dan biologi di rumah sakit dan dipimpin

oleh Kepala Instalasi yang dibantu dan didampingi oleh 4 (empat) Kepala Sub

Instalasi (Sub Instalasi Administrasi dan Logistik, Sub Unit Penyehatan Air, Sub

Unit Kesehatan Lingkungan, Sub Unit Sanitasi Ruang Bangunan) serta pelaksana

dan operator.

Berdasarkan Lampiran Keputusan Direktur RSUD Palembang BARI Nomor

800/502/RSUD/2006 tersebut menunjukkan bahwa IPL-RS dipimpin oleh Kepala

Page 60: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

15

Instalasi yang hanya dibantu oleh 1 (satu) orang Kepala Sub Instalasi yaitu Sub

Instalasi Penyehatan Air. Tugas-tugas lain seperti administrasi dan logistik,

penyelenggaraan kesehatan lingkungan dan pemeliharaan kebersihan/kesehatan

gedung dilaksanakan langsung oleh Kepala Instalasi. 3 (tiga) orang pelaksana dan

1 (satu) orang operator incinerator belum mencukupi untuk menyelenggarakan

pengelolaan limbah dan tidak memiliki kualifikasi dan kompetensi yang memadai

dalam hal pengetahuan tentang pengelolaan limbah. Pelaksanaan pengelolaan

limbah hanya didasari atas rutinitas pekerjaan dan pengarahan internal dari Kepala

Instalasi.

d. Anggaran yang disediakan dalam rangka pengelolaan limbah rumah sakit tidak

memadai. Hasil pengamatan atas pelaksanaan kegiatan pengelolaan limbah

menunjukkan beberapa permasalahan yang timbul sebagai akibat minimnya

pendanaan yang dialokasikan rumah sakit untu kegiatan tersebut, diantaranya :

1) Hasil pemantauan dan pemeriksaan oleh Tim Pemantauan Bapedalda Kota

Palembang Tahun 2002 sesuai Surat Nomor 660/201/Bapedalda/2002 tanggal

7 Mei 2002 perihal Pengendalian Dampak Lingkungan merekomendasikan

kepada Direktur RSUD Palembang BARI untuk membuat Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL) sebagai unit pengolah limbah rumah sakit

namun tidak ditanggapi serius oleh Pemerintah Kota Palembang. Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL) baru direalisasikan pada Tahun Anggaran

2007 dan masih dalam tahap pengerjaan.

2) Kinerja incinerator sangat dibawah standar. Asap hasil proses insinerasi

seharusnya dibuang melalui cerobong namun pada kenyataannya keluar dari

tutup incinerator yang rusak. Biaya pemeliharaan untuk incinerator tidak

pernah dianggarkan. Pemeliharaan mutlak dibutuhkan untuk memperpanjang

umur ekonomis dan teknis alat tersebut untuk dapat memproses sampah medis

yang sesuai dengan persyaratan lingkungan. Emisi incinerator belum pernah

diuji sehingga tidak dapat diketahui informasi mengenai baku mutu emisi

tersebut.

3) Biaya pengelolaan limbah yang paling banyak diserap dalam APBD hanya

berupa pengadaan kantong plastik, kotak sampah dan pengujian kualitas air

kolam penampungan/rawa resapan.

4) Pengujian kualitas udara sebagai bagian dari aspek pengelolaan limbah belum

pernah dilakukan. Kualitas udara disekitar kolam penampungan/rawa resapan

Page 61: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

16

dan Tempat Pembuangan Sementara (TPS) seharusnya menjadi ukuran rumah

sakit dalam pengelolaan limbahnya.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :

a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup :

1) Pasal 16 ayat (1) Setiap Penanggung Jawab Usaha Dan/Atau Kegiatan Wajib

Melakukan Pengelolaan Limbah Hasil Usaha Dan/Atau Kegiatan.

2) Pasal 20 ayat (1) Tanpa suatu keputusan izin, setiap orang dilarang melakukan

pembuangan limbah ke media lingkungan hidup.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun, Pasal 40 :

1) ayat (1) Setiap badan usaha yang melakukan kegiatan :

a) penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengolahan dan/atau

penimbunan limbah B3 wajib memiliki izin operasi dari Kepala instansi

yang bertanggung jawab.

b) pengangkut limbah B3 wajib memiliki izin pengangkutan dari Menteri

Perhubungan setelah mendapat rekomendasi dari Kepala instansi yang

bertanggung jawab.

c) pemanfaatan limbah B3 sebagai kegiatan utama wajib memiliki izin

pemanfaatan dari instansi yang berwenang memberikan izin pemanfaatan

setelah mendapat rekomendasi dari Kepala instansi yang bertanggung

jawab.

2) ayat (3) Kegiatan pengolahan limbah B3 yang terintegrasi dengan kegiatan

pokok wajib memperoleh izin operasi alat pengolahan limbah B3 yang

dikeluarkan oleh Kepala instansi yang bertanggung jawab.

3) ayat (4) Persyaratan untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) adalah sebagai berikut :

a) memiliki akte pendirian sebagai badan usaha yang telah disyahkan oleh

instansi yang berwenang;

b) nama dan alamat badan usaha yang memohon izin;

c) kegiatan yang dilakukan;

d) lokasi tempat kegiatan;

e) nama dan alamat penanggung jawab kegiatan;

f) bahan baku dan proses kegiatan yang digunakan;

Page 62: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

17

g) spesifikasi alat pengelolaan limbah;

h) jumlah dan karakteristik limbah B3 yang disimpan, dikumpulkan,

dimanfaatkan, diangkut, diolah atau ditimbun;

i) tata letak saluran limbah, pengolahan limbah, dan tempat penampungan

sementara limbah B3 sebelum diolah dan tempat penimbunan setelah

diolah;

j) alat pencegah pencemaran untuk limbah cair, emisi, dan pengolahan

limbah B3.

c. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 134 Tahun 1978 tentang Pelaksana

Kegiatan Instalasi Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit diantaranya disebutkan

bahwa dalam menunjang pelayanan kesehatan di rumah sakit diperlukan tenaga

ahli kesehatan lingkungan sesuai dengan bidang tugasnya yaitu dengan kriteria

sebagai berikut :

No. Jabatan Jumlah Pendidikan Keterangan 1. 2. 3. 4.

Kepala IPL-RS Ka. Sub Instalasi Urusan Pelaksana

1 4 7 *

S1 S1/DIII/DI DIII/DI SLTA/SLTP/SD

Kualifikasi tenaga disesuaikan dengan bidang tugasnya.

d. Keputusan Kepala Bappedal No.Kep03/Bappedal/09/1995 tanggal 5 september

1995 pada lampiran di huruf f menyebutkan bahwa perusahaan wajib memberikan

pelatihan secara berkala kepada karyawan meliputi pelatihan dasar dan pelatihan

teknis.

Keadaan tersebut mengakibatkan :

a. Pengelolaan limbah rumah sakit tidak efektif dan menimbulkan dampak negatif

bagi kesehatan lingkungan di kemudian hari.

b. Dalam melaksanakan tugas rutinnya para pelaksana yang awam terhadap

penyehatan lingkungan kurang memahami tugas yang dilaksanakan.

c. Tingkat resiko kesalahan kerja yang tinggi karena minimnya pengetahuan tentang

tugas yang dilaksanakan dan dampak-dampak yang ditimbulkan dari kesalahan

tersebut.

Hal ini terjadi karena :

a. Walikota Palembang kurang memberikan perhatian terhadap pengelolaan limbah

rumah sakit.

Page 63: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

18

b. Direktur RSUD Palembang BARI belum optimal dalam merencanakan

pengelolaan limbah, baik itu untuk program penyehatan lingkungan rumah sakit

maupun peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia.

Atas permasalahan tersebut, Direktur RSUD Palembang BARI menyatakan

bahwa pengelolaan limbah RSUD Palembang BARI telah direncanakan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku dengan tahapan pembuatan studi AMDAL RSUD Palembang

BARI yang disahkan oleh Walikota Palembang Nomor 439 Tahun 2006 tanggal 03

Maret 2006. Dalam pengembangan menuju Rumah Sakit Kelas B dan agar

pengelolaan limbah dapat dilaksanakan lebih baik / secara professional dibentuk

Instalasi Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit (IPL-RS) berdasarkan Keputusan

Direktur RSUD Palembang BARI Nomor : 800/502/RSUD/2006 tanggal 01 Maret

2006. Struktur organisasi IPL-RS terdiri dari Kepala IPL-RS yang kompetensinya

sudah sesuai dengan ketentuan yang diharapkan (Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 134 Tahun 1978 tentang Pelaksanaan Kegiatan IPL-RS

sedangkan Pelaksana Administrasi dan Logistik dengan latar belakang SMA,

Penanggungjawab Unit dikoordinasikan oleh Sanitarian dengan latar belakang D3

(APK) dan D1 (SPPH). Secara bertahap penambahan personil di lapangan

dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan ditindaklanjuti setelah kami memperoleh

informasi dari Tim Surveyor KARS Departemen Kesehatan pada waktu pembinaan

Akreditasi 12 Pelayanan. Perekrutan pegawai yang dilakukan sesuai dengan

kompetensinya dan untuk kebutuhan tenaga-tenaga tersebut saat ini sedang dalam

proses seleksi. Diklat/kursus (AMDAL A dan C) untuk kegiatan IPL telah diikuti oleh

3 (tiga) orang tenaga IPL RSUD Palembang BARI walaupun tidak secara berkala dan

untuk waktu yang akan datang program pengelolaan limbah akan lebih dioptimalkan.

Walikota Palembang sangat memperhatikan sekali program kesehatan untuk

masyarakat Kota Palembang dan sangat mendukung program-program pengembangan

RSUD Palembang BARI walaupun pelaksanaannya dilakukan secara bertahap yang

mana pada saat ini RSUD Palembang BARI telah mempunyai incinerator, Instalasi

Pengolahan Air Limbah juga alat penghancur jarum suntik (cyro).

BPK-RI merekomendasikan kepada :

a. Walikota Palembang agar lebih memberikan perhatian terhadap pengelolaan

limbah rumah sakit melalui alokasi anggaran yang memadai untuk sarana dan

prasarana pengelolaan limbah rumah sakit dan memerintahkan Direktur RSUD

Page 64: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

19

Palembang BARI untuk menyesuaikan sumber daya pengelolaan lingkungan

(termasuk pengelolaan limbah) dengan ketentuan dan memberikan pelatihan-

pelatihan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia pengelolaan limbah.

b. Direktur RSUD Palembang BARI agar mengevaluasi perencanaan pengelolaan

limbah, baik itu untuk program penyehatan lingkungan dan pengelolaan limbah

rumah sakit didasari dengan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL).

c. Direktur RSUD Palembang Bari memerintahkan Wakil Direktur Keuangan dan

Rekam Medik untuk segera melakukan pengurusan perizinan pengoperasian

incinerator.

3.2. PELAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH RSUD 3.2.1 Pengelolaan Limbah Cair Tidak Memperhatikan Kesehatan Lingkungan

Rumah sakit merupakan salah satu penghasil limbah bahan berbahaya dan

beracun (B3) seperti disebutkan dalam Lampiran I Peraturan Pemerintah Nomor 18

Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun bahwa

rumah sakit merupakan penghasil limbah B3 dari sumber yang spesifik dengan kode

limbah D227 dan sumber pencemarannya adalah seluruh kegiatan rumah sakit dan

laboratorium klinis.

Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan

berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau

jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan

dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan

hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.

Untuk menjamin semua limbah B3 dibuang dengan aman, maka diperlukan

pengelolaan khusus sebagai strategi pengelolaan limbah sebagai bentuk tanggung

jawab rumah sakit terhadap kesehatan lingkungan di sekitarnya.

RSUD Palembang BARI telah melakukan strategi pengelolaan limbah cair

sebagai usaha untuk mereduksi dan mengolah limbah B3 yang dihasilkannya seperti

tertuang dalam Petunjuk Teknis Pengelolaan Kesehatan Lingkungan RSUD

Palembang BARI. Petunjuk Teknis tersebut merupakan kebijakan penyehatan

lingkungan rumah sakit yang memuat tata cara pelaksanaan kegiatan penyehatan

lingkungan RSUD Palembang BARI. Pelaksanaan kegiatan tersebut diselenggarakan

oleh Instalasi Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit (IPL-RS).

Page 65: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

20

Berdasarkan prosedur pengelolaan limbah dalam Petunjuk Teknis Pengelolaan

Kesehatan Lingkungan diketahui bahwa limbah cair yang dihasilkan oleh unit

penghasil limbah dibuang/diolah pada rawa/resapan tanah dan septic tank.

Limbah cair yang berasal dari kamar ruangan/unit perawatan dibuang ke

selokan dan mengalir ke rawa/resapan tanah yang letaknya berdekatan dengan

ruangan tersebut. Limbah cair dari dapur/instalasi gizi dan resapan dari septic tank

laundry mengalir ke kolam penampungan yang letaknya di depan bangunan ruangan

Unit IPSRS atau di belakang bangunan ruangan laundry. Limbah cair berupa darah,

urine, tinja, cairan developer untuk proses pencucian foto rontgen, bahan kimia

organik, detergent yang berasal dari unit penghasil limbah seperti ruang perawatan,

Unit Gawat Darurat, ruang bedah sentral, rawat jalan, laboratorium, laundry,

radiologi, ICCU, farmasi dan perkantoran dibuang dan diolah pada unit pengolahan

berupa septic tank.

Dari hasil pengamatan langsung pada kolam penampungan dan rawa/resapan

tanah dapat disimpulkan bahwa penggunaan kolam penampungan dan rawa/resapan

tanah tersebut mengganggu estetika dan menimbulkan pencemaran udara oleh

mikroorganisme. Hasil uji air kotor yang dilakukan oleh Balai Besar Laboratorium

Kesehatan Palembang pada kolam penampungan yang digunakan sebagai tempat

pembuangan limbah cair tersebut menunjukkan sebagai berikut:

smt. II Thn 2006 smt. I Thn 2007 smt. II Thn 20071 BOD5 mg/L 30 mg/L 105,25 360,00 77,882 COD mg/L 80 mg/L 62,00 1.053,00 85,503 pH 6 - 9 7,00 6,00 6,894 Ammonia mg/L 0,1 - - 3,905 Phospat mg/L 2 mg/L - - 1,596 TSS mg/L 30 mg/L 30,00 1.039,00 91,00

Hasil PemeriksaanNo Parameter Satuan Kadar Maksimum

Dari tabel diatas menunjukkan beberapa parameter yang diuji melebihi kadar

maksimum yang diperbolehkan dalam ketentuan yang berlaku.

Hasil pengamatan langsung pada unit-unit penghasil limbah terbesar dalam

rumah sakit yang membuang dan mengolah limbahnya ke saluran septic tank dapat

diketahui jenis limbah cair yang dihasilkannya antara lain :

a) Darah dan air ketuban dari proses persalinan pada ruang kebidanan.

b) Darah dan air cuci tangan dari proses tindakan operasi pada ruang bedah sentral.

c) Limbah kimia/reagen dari laboratorium diantaranya acetate (bersifat korosif),

detergent (berbahaya bagi lingkungan), phenol (beracun dan korosif), picric acid

Page 66: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

21

dan sodium azide (beracun), sodium hydroxide dan sodium hypochlorite (bersifat

iritasi).

d) Detergent, darah dan kaporit dari laundry.

e) Perak Halida/HBr Ag dalam proses pencucian foto rontgen (bersifat asam/korosif)

dari ruang radiologi.

Hasil pemeriksaan lebih lanjut terhadap penggunaan septic tank sebagai unit

pengolahan limbah cair menunjukkan bahwa kontruksi septic tank menggunakan dua

bak dimana bak utama untuk menampung limbah cair sebelum dialirkan ke bak

kontrol sebagai bak pengolah. Di dalam bak kontrol dilakukan pengolahan tradisional

dengan menggunakan lapisan-lapisan batu kali, batu dan ijuk, kerikil, pasir sebelum

dibuang ke resapan tanah.

Dari hasil pengamatan tersebut dapat disimpulkan bawah kontruksi septic tank

tidak memadai untuk mengolah limbah B3. Pengolahan dalam bak kontrol hanya

untuk memisahkan lumpur namun tidak untuk mereduksi limbah B3 yang meresap ke

tanah.

Kondisi diatas tidak sesuai dengan :

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup, Pasal 20 ayat (1) Tanpa suatu keputusan izin, setiap orang

dilarang melakukan pembuangan limbah ke media lingkungan hidup,

b. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun Pasal 9 ayat (1) Setiap orang yang melakukan usaha

dan/atau kegiatan yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun dan/atau

menghasilkan limbah B3 wajib melakukan reduksi limbah B3, mengolah limbah

B3 dan/atau menimbun limbah B3.

c. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58 tahun 1995 tentang

Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Rumah Sakit : Pasal 7, ayat (1) Setiap

penanggung jawab kegiatan atau pengelola rumah sakit wajib:

a) Melakukan pengelolaan limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan sehingga

mutu limbah cair yang dibuang ke lingkungan tidak melampau Baku Mutu

Limbah Cair yang telah ditetapkan;

b) Membuat saluran pembuangan limbah cair tertutup dan kedap air sehingga

tidak terjadi perembesan ke tanah serta terpisah dengan saluran limpahan air

hujan.

Page 67: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

22

d. Lampiran I Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 15 Tahun 2005 tentang

Baku Mutu Limbah Cair (BMLC) bagi Kegiatan Industri, Hotel, Rumah Sakit,

Domestik dan Pertambangan Batubara, Nomor 33. Baku Mutu Limbah Cair bagi

Kegiatan Rumah Sakit :

Parameter Kadar Maksimum (mg/l) pH 6 – 9

BOD5 30 COD 80

Residu Tersuspensi 30 NH3 bebas 0,1

PO4 2

Keadaan tersebut mengakibatkan :

a. Adanya potensi pasien, petugas, pengunjung, serta masyarakat yang tinggal di

lingkungan RSUD terkena dampak yang membahayakan kesehatan.

b. Pencemaran badan air atau sungai atau air tanah oleh beberapa parameter seperti:

Ammonia, Phospat, COD dan TSS.

Hal tersebut disebabkan tidak adanya pengawasan dan evaluasi atas proses

pengelolaan limbah B3.

Direktur RSUD Palembang BARI menyatakan bahwa pengolahan limbah cair

yang semestinya harus dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), air limbah

(effluent) melalui proses pre-treatment :

a. Pre-treatment kitchen dari Instalasi Gizi.

b. Pre-treatment laundry dari Instalasi Laundri.

c. Heavy metal precipitation dari unit penghasil limbah B3 (laboratorium dan

radiologi).

d. Septic tank dari WC semua bagian/unit penghasil tinja.

Setelah melalui proses penyaringan (Bar Screen dan Fine Screen) masuk ke bak

akualisasi → IPAL → Aero Reactor → Biomed Filtration Technology →

Sedimentation → Chlorination → Sterilisation → Effluent

Pada saat ini Instalasi Pengolahan Air Limbah baru selesai dilaksanakan dan

diharapkan dengan beroperasinya IPAL RSUD Palembang BARI menunjukkan

pengolahan limbah cair telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Page 68: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

23

BPK-RI merekomendasikan kepada :

a. Walikota Palembang agar menegur dan memberi sanksi kepada Direktur RSUD

Palembang BARI atas kelalaiannya yang kurang memberikan perhatian atas

pengelolaan limbah rumah sakit dan potensi dampak negatif yang akan

ditimbulkan.

b. Direktur RSUD Palembang BARI agar melaksanakan proses penanganan limbah

B3 sesuai ketentuan dan secara rutin melakukan pengawasan dan evalusi atas

pelaksanaannya.

3.2.2 Pengelolaan Sampah Medis Tidak Memadai dan Berisiko Menimbulkan Bahaya Pencemaran

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan dengan kegiatan

utamanya adalah pelayanan preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif. Dampak

negatif yang mungkin timbul dari kegiatan tersebut diantaranya adalah pencemaran

lingkungan oleh limbah dan sampah baik medis maupun non medis yang tidak

dikelola secara benar. Untuk menghindari dampak tersebut diperlukan prosedur

pengelolaan limbah dan sampah yang berorientasi pada kesehatan lingkungan.

Pengelolaan sampah medis adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi,

penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan

penimbunan sampah. Upaya pengelolaan sampah medis tersebut dituangkan dalam

suatu kebijakan yang akan menjadi acuan kerja rumah sakit dalam menjamin kondisi

lingkungan rumah sakit yang memenuhi syarat sesuai standar sanitasi dan pencegahan

pencemaran lingkungan.

Tata cara pengelolaan sampah medis RSUD Palembang BARI diatur dalam

suatu Petunjuk Teknis Pengelolaan Kesehatan Lingkungan dan Keputusan Direktur

Nomor 800/182/KR.2/2002 tentang Prosedur Tetap Pembuangan Sampah Medis.

Hasil pengamatan atas pelaksanaan kebijakaan pengelolaan sampah medis

untuk Tahun 2005, 2006 dan 2007 dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Penanganan sampah medis di beberapa unit penghasil sampah tidak

mempedomani persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, diantaranya sebagai

berikut :

1) Tutup tempat pengumpul sampah di ruang laboratorium rusak sehingga harus

menggunakan tangan untuk membukanya;

Page 69: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

24

2) Tempat pengumpul sampah di Ruang Recovery Room dan Ruang Perawatan

Umum tidak langsung didisinfeksi setelah dikosongkan;

3) Jarum suntik bekas hanya dimasukkan ke botol aqua dan atau botol infus;

4) Kertas film yang rusak di ruang rontgen hanya dimasukkan ke kotak kardus.

b. Selama Tahun 2005, RSUD Palembang BARI melakukan penimbunan (sanitary

landfill) atas sampah medis yang dihasilkannya. Penimbunan sampah medis

merupakan suatu kegiatan menempatkan sampah medis pada suatu fasilitas

penimbunan dengan maksud tidak membahayakan kesehatan manusia dan

lingkungan hidup. Penimbunan merupakan pilihan terakhir dalam pengelolaan

limbah mengingat risiko yang mungkin akan ditimbulkan apabila tidak

dilaksanakan secara benar.

Metode penimbunan sampah medis yang diatur dalam Keputusan Direktur

tersebut dilaksanakan oleh Instalasi Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit (IPL-

RS) dan tidak berlaku lagi pada saat RSUD Palembang BARI memiliki unit

pemusnahan sampah medis berupa incinerator yang mulai dioperasikan pada

tanggal 18 Februari 2006.

Dari Prosedur Tetap Pembuangan Sampah Medis dapat diketahui sumber

penghasil dan jenis sampah medis diantaranya sebagai berikut :

Sumber JenisRuang perawatan Jarum suntik, ampul bekas, perban, handscan, botol infusBedah sentral Jarum suntik, jaringan tubuh, kantong darah, perbanLaboratorium wadah spesimen, slide spc.Laundry/dapur sisa makananRadiologi filmFarmasi Obat kadaluwarsa Dari jenis sampah medis pada tabel diatas menunjukkan bahwa beberapa sampah

medis tersebut dapat dikategorikan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)

mengingat sifatnya infeksius.

Hasil pengamatan terhadap pelaksanaan prosedur penimbunan sampah medis

tersebut dapat dijelaskan bahwa petugas pada setiap instalasi penghasil sampah

medis mengumpulkan sampah medis yang dihasilkannya ke dalam wadah/kantung

plastik berwarna setiap harinya untuk selanjutnya dikumpulkan oleh petugas

kebersihan IPL-RS untuk dikubur di dalam lubang galian yang ditutup tanah.

Lokasi penimbunan terletak di belakang bangunan unit perawatan kebidanan.

Sampah medis hanya ditempatkan pada kantong-kantong plastik, diikat dan

Page 70: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

25

kemudian ditimbun dengan lapisan-lapisan tanah biasa. Lokasi penimbunan tidak

memiliki tanda-tanda khusus dan tidak memiliki pengamanan yang memadai.

Selain pelaksanaan penimbunan sampah medis oleh IPL-RS, RSUD Palembang

BARI, setiap tahunnya, melalui Instalasi Farmasi telah melakukan pemusnahan

obat dan alat kesehatan yang sudah kadaluwarsa. Pemusnahan tersebut tertuang

dalam Berita Acara Pemusnahan Obat dan Alat Kesehatan yang sudah

Kadaluwarsa dan dilaksanakan oleh Bagian Gudang Farmasi RSUD Palembang

BARI.

Dari keterangan Kepala Instalasi Farmasi RSUD Palembang BARI diketahui

bahwa pelaksanaan pemusnahan tersebut dilakukan dengan cara penimbunan yang

lokasinya berada di lingkungan rumah sakit. Lokasi penimbunan tidak diberi

tanda-tanda khusus dan mudah diakses oleh pengunjung rumah sakit.

Kondisi diatas tidak sesuai dengan :

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup, Pasal 20 ayat (1) Tanpa suatu keputusan izin, setiap orang

dilarang melakukan pembuangan limbah ke media lingkungan hidup.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun :

1) Pasal 9 ayat (1) Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang

menggunakan bahan berbahaya dan beracun dan/atau menghasilkan limbah B3

wajib melakukan reduksi limbah B3, mengolah limbah B3 dan/atau menimbun

limbah B3.

2) Pasal 36 Lokasi penimbunan limbah B3 wajib memenuhi persyaratan sebagai

berikut :

a) bebas dari banjir;

b) permeabilitas tanah maksimum 10 pangkat negatif 7 centimeter per detik;

c) merupakan lokasi yang ditetapkan sebagai lokasi penimbunan limbah B3

berdasarkan rencana tata ruang;

d) merupakan daerah yang secara geologis dinyatakan aman, stabil tidak

rawan bencana dan di luar kawasan lindung;

e) tidak merupakan daerah resapan air tanah, khususnya yang digunakan

untuk air minum.

Page 71: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

26

c. Keputusan Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan

Pemukiman Nomor : HK.00.06.6.44. tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan,

Ruang dan Bangunan serta Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit pada huruf C tentang

Fasilitas Sanitasi, pada angka 3 tentang Fasilitas Pembuangan Sampah/

Limbah Padat, pada huruf a tentang Tempat Pengumpul Sampah yang menyatakan

bahwa :

1) Tempat pengumpul sampah mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup

tanpa mengotori tangan.

2) Khusus untuk pengumpul sampah kategori infeksius (plastik kuning) dan

sampah citotoksis (plastik ungu) segera dibersihkan dan didisinfeksi setelah

dikosongkan, apabila akan dipergunakan kembali.

d. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah

Sakit, Lampiran I. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Bagian IV.

Pengelolaan Limbah :

1) huruf B. Persyaratan, angka 1. Limbah Medis Padat, poin b.3 tentang

Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang yang

menyatakan bahwa limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah

tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti

bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak

berkepentingan tidak dapat membukanya.

2) huruf C. Tata Laksana, poin e.2) Pengolahan, Pemusnahan dan Pembuangan

Akhir Limbah Farmasi yang menyebutkan antara lain :

a) Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan insinerator

pirolitik (pyrolytic incinerator), rotary kiln, dikubur secara aman, sanitary

landfill, dibuang ke sarana air limbah atau insinerasi. Tetapi dalam jumlah

besar harus menggunakan fasilitas pengolahan yang khusus seperti rotary

kiln, kapsulisasi dalam drum logam, dan insinerasi.

b) Limbah padat farmasi dalam jumlah besar harus dikembalikan kepada

distributor, sedangkan bila dalam jumlah sedikit dan tidak memungkinkan

dikembalikan, supaya dimusnahkan melalui incinerator pada suhu di atas

1.000°C.

Page 72: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

27

e. Pedoman Pengelolaan Limbah Padat BAB II tentang Macam-Macam Limbah

Klinis :

1) Pada angka 2.1. Limbah Benda Tajam yang menyatakan bahwa limbah benda

tajam hendaknya ditempatkan dalam kontainer benda tajam yang dirancang

cukup kuat, tahan tusukan dan diberi label dengan benar.

2) Pada angka 3.3. Standarisasi Kantong dan Kontainer Pembuangan Limbah

yang menyatakan bahwa Sampah Radioaktif : kantong berwarna merah

dengan simbol radioaktif yang telah dikenal secara internasional.

Keadaan tersebut mengakibatkan adanya potensi pasien, petugas, pengunjung,

serta masyarakat yang tinggal di lingkungan RSUD terkena dampak yang

membahayakan kesehatan.

Hal tersebut disebabkan :

a. Tidak adanya pengawasan dalam proses pengumpulan dan pemindahan/

pengangkutan sampah medis.

b. Tidak ada evaluasi atas kinerja pengumpulan dan pemindahan/pengangkutan

sampah medis.

Atas permasalahan tersebut, Direktur RSUD Palembang BARI menyatakan

pengelolaan sampah medis (padat) pada saat ini menggunakan incinerator begitupun

untuk jarum suntik. Untuk waktu yang akan datang pengelolaan jarum suntik akan

menggunakan cyro (pada saat ini alat tersebut sudah ada dan akan segera digunakan).

Pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan yang telah dibuat akan lebih

ditingkatkan, antara lain :

a. Memperhatikan protap pembuangan sampah medis yang akan dievaluasi/direvisi

oleh bagian yang terkait dan di bawah koordinasi Kepala IPL-RS.

b. Akan membuat protap pemusnahan sampah farmasi dengan melibatkan bagian

yang terkait khususnya di bawah koordinasi Kepala Instalasi Farmasi dan Kepala

IPL-RS.

BPK-RI merekomendasikan kepada Direktur RSUD Palembang BARI agar

melaksanakan proses pengumpulan dan pemindahan/pengangkutan sampah medis

sesuai ketentuan serta melakukan pengawasan dan evaluasi secara rutin mengenai

pelaksanaannya.

Page 73: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

28

3.2.3 Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan Sampah Medis Melalui Incinerator Belum Memadai dan Membahayakan Kesehatan Lingkungan

Pemusnahan sampah medis melalui proses insinerasi merupakan pilihan

terbaik untuk mengurangi potensi bahaya sampah medis terhadap kesehatan

lingkungan. Untuk menjamin semua sampah medis dimusnahkan dengan baik dan sisa

pembakaran tidak mencemari lingkungan maka diperlukan tata cara pelaksanaan

pemusnahan sampah medis yang memadai.

Sejak Tahun 2006 sampai dengan sekarang, RSUD Palembang BARI

menggunakan incinerator sebagai sarana pemusnahan sampah medis dan mengatur

pelaksanaan pemusnahan tersebut dalam suatu Prosedur Tetap (Protap) Pemakaian

Incinerator. Protap tersebut memuat tata cara pemakaian dan pemeliharaan incinerator

yang harus diselenggarakan unit Instalasi Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit (IPL-

RS) sebagai unti yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan penyehatan lingkungan

rumah sakit.

Hasil wawancara dengan Kepala IPL-RS dan pengamatan langsung terhadap

proses insinerasi dapat diketahui hal-hal sebagai :

a. Incinerator sejak pertama kali dioperasikan belum pernah dikalibrasi. Pelaksanaan

kalibrasi alat dimaksudkan untuk menjamin kebenaran nilai keluaran atau kinerja

dan keselamatan pemakaian.

b. Asap yang seharusnya keluar melalui cerobong asap pada saat proses insinerasi,

keluar melalui tutup incinerator, padahal lokasi incinerator hanya berjarak sekitar

±15 meter dari pemukiman penduduk. Asap yang keluar dari tutup incinerator

memiliki risiko tinggi mengganggu kesehatan operator inicinerator dan

masyarakat sekitar.

c. Bangunan tempat pengoperasian incinerator tidak dilengkapi dengan alat

pengamanan untuk mencegah terjadinya kebakaran.

d. Sedimentasi/sisa proses insinerasi berupa abu, botol, jarum suntik ditimbun di

areal sekitar incinerator dengan jarak ±100 meter dari Daerah Aliran Sungai

(DAS). Lokasi penimbunan tidak diberi tanda khusus dan tanpa pagar pembatas.

e. Petugas/operator incinerator tidak mempunyai latar belakang pendidikan

pengelolaan limbah B3, hanya memperoleh pelatihan singkat tentang cara

pengoperasian incinerator.

Page 74: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

29

f. Emisi udara hasil proses insinerasi tidak pernah diuji. Pengujian dimaksudkan

untuk mengetahui apakah emisi dari incinerator memenuhi baku mutu yang

diperbolehkan.

Berdasarkan hasil uji emisi pada incinerator milik RSUD Palembang BARI

pada tanggal 7 November 2007, yang dilakukan oleh Perwakilan BPK-RI di

Palembang bekerjasama dengan Bapedalda Provinsi Sumatera Selatan dengan hasil

sebagai berikut :

Hasil Pengukuran Pada Lokasi

No Parameter Yang Diukur Satuan

18-07-11-07

Peraturan Gubernur Sumsel No.15 Tgl 15 Mei 2005

Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak

01. Nitrogen Dioksida (NO2) mg/Nm3 375 1000

02. Amoniak (NH)3 mg/Nm3 1,9696 0,5

03. Sulfur Dioksida (SO3) mg/Nm3 115 800

04. Sulfida (H2S) mg/Nm3 0,5 35

05. CIZ mg/Nm3 0,15 10

06. Cd mg/Nm3 0,03 8

07. Zn mg/Nm3 tt 50

08. Pb mg/Nm3 1,5 12

09. HF mg/Nm3 0,75 10

10. Partikel mg/Nm3 34 350

11. Opasitas % 10 35

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat salah satu parameter melebihi standar

baku mutu yang diperkenankan.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :

a. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun, Pasal 30 ayat (1) huruf d yang menyatakan Kegiatan

pengumpulan limbah B3 wajib memiliki perlengkapan untuk penanggulangan

terjadinya kecelakaan.

b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 363/MEN-KES/PER/IV/1998 tanggal 8

April 1998 tentang Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan pada Sarana

Pelayanan Kesehatan, pada :

1) Pasal 1

a) ayat (2), yang menyatakan bahwa pengujian adalah keseluruhan tindakan

yang meliputi pemeliharaan fisik dan pengukuran untuk membandingkan

Page 75: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

30

alat ukur dengan standar untuk satuan ukur yang sesuai guna menetapkan

sifat ukurannya (sifat metrologik) atau menentukan besaran atau kesalahan

pengukuran;

b) ayat (5), yang menyatakan bahwa kalibrasi adalah kegiatan peneraan untuk

menentukan kebenaran nilai penjualan alat ukur dan atau bahan ukur.

2) Pasal 2

a) ayat (1), yang menyatakan bahwa setiap alat kesehatan wajib dilakukan

pengujian dan atau kalibrasi untuk menjamin kebenaran nilai keluaran atau

kinerja dan keselamatan pemakaian;

b) ayat (2), yang menyatakan bahwa pengujian dan atau kalibrasi dilakukan

pada alat kesehatan yang dipergunakan di sarana pelayanan kesehatan

dengan kriteria:

(1) Belum mempunyai sertifikat;

(2) Sudah berakhir jangka waktu sertifikat.

(3) Pasal 3 yang menyatakan bahwa alat kesehatan yang wajib diuji dan

dikalibrasi tercantum dalam lampiran 3) Pasal 4, Ayat (1) yang

menyatakan bahwa pengujian dan atau kalibrasi alat kesehatan

dilakukan oleh Instansi Penguji secara berkala, sekurang-kurangnya

satu kali dalam satu tahun.

c. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) RSUD Palembang BARI, pada angka

3.3.2 tentang Pencemaran Udara dan Bau, pada huruf d yang menyatakan bahwa

tujuan pegelolaan adalah mencegah terjadinya pencemaran udara oleh bau dan

pembusukan sampah (NH3 dan H2S) serta uap logam dari pembakaran

incinerator.

d. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Lampiran I. Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Bagian IV. Pengelolaan Limbah, huruf B.

Persyaratan, angka 4. Limbah Gas yang menyebutkan bahwa Standar limbah gas

(emisi) dari pengolahan pemusnah limbah medis padat dengan incinerator

mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-

13/MenLH/3/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.

e. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-13/MenLH/3/1995 tentang

Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak, Pasal 7 :

Page 76: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

31

(1) ayat (1) setiap penanggung jawab jenis kegiatan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2 ayat (1) wajib memenuhi ketentuan sebagaimana berikut :

membuat cerobong emisi yang dilengkapi dengan sarana pendukung dan alat

pengaman;

(2) ayat (2) memasang alat ukur pemantauan yang meliputi kadar dan laju alir

volume untuk setiap cerobong emisi yang tersedia serta alat ukur arah dan

kecepatan angin;

(3) ayat (3) melakukan pencatatan harian hasil emisi yang dikeluarkan dari setiap

cerobong emisi.

Keadaan tersebut mengakibatkan :

a. Kelayakan dan kebenaran nilai keluaran dan kinerja serta keselamatan pemakaian

dalam pengelolaan sampah medis kurang terjamin.

b. Menurunnya taraf kesehatan petugas, pasien pengunjung rumah sakit dan

masyarakat sekitar.

c. Lambannya penanganan bila terjadi kebakaran di incinerator.

d. Potensi terjadinya risiko infeksi silang atas kemungkinan penggunaan area

penimbunan sedimentasi/sisa pembakaran sebagai tempat perlintasan masyarakat

sekitar ataupun hewan.

e. Tidak diperoleh informasi mengenai nilai baku mutu emisi incinerator.

Hal tersebut terjadi karena :

a. Direktur RSUD Palembang BARI dalam membuat kebijakan berupa Prosedur

Tetap tidak memperhatikan pedoman-pedoman persyaratan kesehatan lingkungan.

b. Kepala IPL-RS kurang cermat dalam melaksanakan proses insinerasi terhadap

sampah medis.

Direktur RSUD Palembang BARI menyatakan bahwa prosedur tetap (protap)

penggunaan incinerator dalam pelaksanaan pemusnahan sampah medis telah dibuat

dan segera direvisi dengan memperhatikan pedoman-pedoman persyaratan lingkungan

yang harus dipenuhi antara lain : APAR, pemeliharaan alat, uji emisi, dan lain-lain

dan akan dilaksanakan oleh Kepala IPL-RS sebagai koordinator dengan melibatkan

semua bagian yang terkait.

Page 77: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

32

BPK-RI merekomendasikan kepada :

a. Direktur RSUD Palembang BARI agar mengevaluasi prosedur tetap pemakaian

incinerator dengan memperhatikan aspek keamanan dan kesehatan lingkungan

serta melakukan pengujian emisi incinerator secara berkala.

b. Menegur secara tertulis Kepala IPL-RS agar lebih cermat dalam melaksanakan

proses insinerasi terhadap sampah medis dan pengelolaan sedimentasi/sisa proses

insinerasi.

3.2.4.Pengelolaan Sampah Non Medis di Tempat Pembuangan Sementara (TPS)

Berisiko Menimbulkan Bahaya Pencemaran

Sampah non medis atau biasa juga disebut dengan sampah domestik/rumah

tangga dapat diartikan sebagai bahan-bahan tidak berguna, tidak digunakan yang

dihasilkan unit-unit di dalam rumah sakit. Jenis sampah ini seperti kertas, karton,

kaleng, botol, plastik, sisa makanan/bahan makanan dan debu.

RSUD Palembang BARI memiliki 1 (satu) unit Tempat Pembuangan

Sementara (TPS) sebagai tempat penampungan sampah non medis yang dihasilkan

rumah sakit sebelum diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). TPS yang

dimiliki berupa bak terbuat dari besi berkapasitas 6m3 dan letaknya berdekatan

dengan bangunan IPL-RS (± 10 m) dan bak penampungan air bersih (± 3 m).

Hasil wawancara dengan Kepala IPL-RS diketahui bahwa pengangkutan

sampah dari TPS ke TPA dilakukan oleh Dinas Kebersihan Kota Palembang dengan

jadwal 2 (dua) hari sekali sesuai dengan Surat Walikota Palembang Nomor

658/001559/VI tanggal 28 Agustus 2003.

Dari pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa penumpukan sampah non

medis pada TPS lebih dari 1x24 jam memungkinkan terbentuknya habitat vektor

penyakit dan infeksi silang sebagai akibat dari proses pembusukan. Letak TPS yang

berdekatan dengan bangunan IPL-RS dan bak penampungan air bersih sangat

mengganggu estetika dan menimbulkan risiko pencemaran air dan udara oleh

mikroorganisme. Keadaan seperti didukung juga dengan kondisi dimana bak

penampungan air bersih yang mengalami keretakan dan menimbulkan kebocoran.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :

a. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) RSUD Palembang BARI, angka 3.3.6.

Pencemaran Limbah Padat dan Sanitasi Lingkungan, huruf d. Tujuan Pengelolaan,

Page 78: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

33

yang menyatakan antara lain bahwa pengelolaan limbah padat dimaksudkan untuk

mencegah terjadinya pencemaran udara (bau) dan air lindi dari proses

pembusukan yang menyebabkan pencemaran air.

b. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia pada Seri 2 tentang penyediaan air

pada kegunaan khusus, pada angka 5.1, halaman 34 yang menyatakan bahwa

bahan tangki harus dipilih sedemikian untuk mencegah kebocoran terhadap

kontaminan. Pemilihan bahan pipa distribusi dan tangki sama pentingnya.

Keadaan tersebut mengakibatkan adanya potensi pasien, petugas, pengunjung,

serta masyarakat yang tinggal di lingkungan RSUD terkena dampak yang

membahayakan kesehatan.

Hal ini disebabkan :

a. Tidak adanya pengawasan dalam proses pengumpulan dan pemindahan/

pengangkutan sampah non medis.

b. Tidak ada evaluasi atas kinerja pengumpulan dan pemindahan/pengangkutan

sampah non medis.

Direktur RSUD Palembang BARI menyatakan bahwa prosedur tetap

pengelolaan sampah non medis akan dievaluasi dengan memperhatikan dampak

pengelolaan yang dapat mengakibatkan pencemaran udara (bau) dan pencemaran

akibat leachate/lindi yang dihasilkan dari proses pembusukan dan akan dilaksanakan

oleh Kepala IPL-RS sebagai koordinator dengan melibatkan semua bagian yang

terkait. Mengenai lokasi penempatan TPS akan dipertimbangkan kembali sesuai

dengan Master Plan yang telah dibuat.

BPK-RI merekomendasikan kepada Direktur RSUD Palembang BARI agar

melakukan pengawasan dan evaluasi secara rutin mengenai proses pengumpulan dan

pemindahan/pengangkutan sampah non medis.

3.3. PENGAWASAN/PEMANTAUAN ATAS LIMBAH RSUD

3.3.1.Upaya Pemantauan Pengelolaan Limbah Belum Dilaksanakan secara Memadai

Pelaksanaan kegiatan pengelolaan limbah yang dilakukan rumah sakit tidak

terlepas dari kegiatan pemantauan yang dimaksudkan untuk mengevaluasi

pelaksanaan tersebut dan memberikan panduan bagi rumah sakit untuk menentukan

Page 79: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

34

program penyehatan lingkungan selanjutnya. Upaya pemantauan tersebut juga

dimaksudkan sebagai isyarat dini mengenai adanya perubahan-perubahan yang tidak

dikehendaki dalam pelaksanaan pengelolaan limbah dimaksud.

Hasil penilaian atas pelaksanaan pemantauan pengelolaan limbah diukur

melalui prosedur yang wajib dipenuhi oleh manajemen rumah sakit, maka dapat

diuraikan hal-hal sebagai berikut :

a. Upaya pemantauan pengelolaan limbah belum mempedomani Rencana

Pemantauan Lingkungan (RPL) RSUD Palembang BARI, diantaranya :

1) Evaluasi terhadap efektivitas pelaksanaan pengelolaan sampah medis dan non

medis dan limbah cair tidak dilaksanakan.

Rumah sakit telah menetapkan tolok ukur dampak pemantauan kualitas udara,

bau dan sanitasi lingkungan yang dituangkan dalam RPL. Hasil pengamatan

atas pelaksanaan pemantauan menunjukkan bahwa masih banyak penanganan

limbah rumah sakit yang belum memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan

baik itu dari kegiatan pengumpulan, penyimpanan, pengolahan maupun

pembuangan. Analisis data penanganan sampah (peralatan/sarana dan tenaga

pengelola) belum direalisasikan ke dalam suatu rencana/program. Rumah sakit

juga belum melakukan pengukuran parameter tingkat kebauan di TPS, tingkat

kepadatan vektor dan baku mutu emisi incinerator.

2) Evaluasi terhadap efektivitas pelaksanaan pengelolaan sumber infeksi silang

belum dilaksanakan.

Salah satu dampak yang seharusnya dipantau dengan nosokomial (infeksi

silang) adalah penanganan limbah medis. Metode pemantauan yang harus

dilakukan diantaranya adalah identifikasi terhadap kontinuitas penanganan

limbah medis. Dampak yang perlu diperhatikan dalam penanganan limbah

medis tersebut adalah infeksi silang yang mungkin terjadi pada petugas

pengelola limbah. Untuk mengawasi dampak tersebut, upaya pemantauan

yang seharusnya dilakukan adalah pengujian kesehatan secara rutin bagi

petugas. Hasil wawancara dengan Kepala IPL-RS diketahui bahwa

penyelenggaraan pengujian kesehatan bagi petugas tidak pernah dilakukan.

b Rumah sakit belum memenuhi kewajiban melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan

pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup kepada walikota.

Page 80: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

35

c. Intensitas kegiatan promosi kesehatan berupa penyuluhan kesehatan sangat

kurang. Tata cara penyuluhan tersebut diatur dalam Petunjuk Teknis Pengelolaan

Kesehatan Lingkungan namun belum dilaksanakan secara berkelanjutan.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :

a. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun, Pasal 52 :

1) ayat (1) Untuk menjaga kesehatan pekerja dan pengawas yang bekerja di

bidang pengelolaan limbah B3 dilakukan uji kesehatan secara berkala.

2) ayat (2) Uji kesehatan pekerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di-

selenggarakan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan pengelolaan

limbah B3

b. Keputusan Walikota Palembang Nomor 439 Tahun 2006 tentang Kelayakan

Lingkungan Kegiatan Pengembangan RSUD Palembang BARI yang antara lain

menyatakan bahwa dalam melakukan kegiatan pengembangan RSUD Palembang

BARI wajib mentaati ketentuan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan

pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup kepada Walikota Palembang

melalui Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kota

Palembang minimal 6 (enam) bulan sekali terhitung sejak tanggal ditetapkannya

keputusan ini.

c. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) RSUD Palembang BARI :

1) Angka 2.3.2. Kualitas Udara, Bau dan Sanitasi Lingkungan, huruf d. yang

menyatakan bahwa tujuan rencana pemantauan kualitas udara, bau dan sanitasi

lingkungan adalah melakukan evaluasi terhadap efektivitas pelaksanaan

pengelolaan sampah padat infeksius (medis), non medis dan pengelolaan

limbah cair.

2) Angka 2.3.7. Nosokomial (infeksi silang), huruf d. yang menyatakan bahwa

tujuan rencana pemantauan infeksi silang adalah melakukan evaluasi terhadap

efektivitas pelaksanaan pengelolaan sumber infeksi silang.

d. Petunjuk Teknis Pengelolaan Kesehatan Lingkungan RSUD Palembang BARI,

angka 9. Promosi Kesehatan yang antara lain menyatakan bahwa promosi

kesehatan adalah penyampaian pesan tentang higiene dan sanitasi RS kepada

pasien/keluarga pasien dan pengunjung serta karyawan untuk mengetahui,

Page 81: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

36

memahami, menyadari dan mau membiasakan diri berperilaku hidup bersih dan

sehat serta dapat memanfaatkan fasilitas sanitasi RS dengan benar.

Keadaan tersebut mengakibatkan informasi atas efektivitas pelaksanaan

pengelolaan limbah tidak dapat diketahui.

Hal ini terjadi karena Direktur RSUD Palembang BARI belum optimal dalam

melakukan pemantauan pengelolaan limbah.

Atas permasalahan tersebut, Direktur RSUD Palembang BARI menyatakan

bahwa kegiatan pengelolaan limbah supaya hasilnya dapat lebih optimal akan dibuat

program kerja yang disusun oleh Kepala IPL-RS dengan memperhatikan pedoman-

pedoman yang telah ditentukan. Pada proses pelaksanaannya akan dilaksanakan

pemantauan/pengawasan. Setelah pelaksanaan akan dievaluasi bersama dengan

melibatkan bagian yang terkait dan hasil evaluasi akan ditindaklanjuti dengan tetap

berpedoman pada aturan-aturan/ketentuan yang berlaku. Pada saat ini setelah

mendapat hasil pembinaan akreditas 12 pelayanan oleh Tim Surveyor untuk

kelompok kerja (pokja) Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) telah disusun program

pemeriksaan kesehatan berkala untuk petugas rumah sakit dan direncanakan

pemeriksaan lebih dulu dilaksanakan untuk petugas-petugas dengan resiko tinggi

terjadinya dampak/penyakit yang ditimbulkan akibat pekerjaan. Hal ini telah sesuai

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3

Pasal 52 :

1) ayat (1) untuk menjaga kesehatan pekerja dan pengawas yang bekerja di bidang

pengelolaan limbah B3 dilakukan uji kesehatan secara berkala.

2) ayat (2) uji kesehatan pekerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diselenggarakan oleh penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan pengelolaan

limbah B3.

BPK-RI merekomendasikan kepada Direktur RSUD Palembang BARI agar

dalam melakukan pengawasan/pemantauan pengelolaan limbah memperhatikan

Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) dan ketentuan yang berlaku.

Page 82: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

37

3.3.2.Lokasi Bekas Penimbunan Sampah Medis Tidak Dikelola Secara Memadai

Seiring dengan meningkatnya jumlah sampah medis sebagai dampak

peningkatan pelayanan kesehatan, pada tanggal 18 Februari 2006, RSUD Palembang

BARI memulai pengoperasian incinerator sebagai unit pemusnahan sampah medis

dan menghentikan pelaksanaan pengelolaan sampah medis melalui metode

penimbunan. Penghentian penimbunan sampah medis tersebut mengharuskan adanya

pengelolaan yang memadai atas lokasi bekas penimbunan untuk menghindari

timbulnya risiko yang membahayakan kesehatan lingkungan.

Hasil pengamatan langsung terhadap lokasi bekas penimbunan sampah medis

tersebut menunjukkan bahwa manajemen RSUD Palembang BARI tidak memberikan

perhatian khusus terhadap lokasi tersebut. Lokasi bekas penimbunan yang berdekatan

dengan bangunan ruang perawatan kebidanan merupakan tempat terbuka, mudah

diakses oleh pengunjung rumah sakit dan direncanakan untuk didirikan bangunan.

Kondisi diatas tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun

1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Pasal 39 ayat (1)

Terhadap lokasi penimbunan limbah B3 yang telah dihentikan kegiatannya wajib

memenuhi hal-hal sebagai berikut :

a. menutup bagian paling atas tempat penimbunan dengan tanah setebal minimum

0,60 meter;

b. melakukan pemagaran dan memberi tanda tempat penimbunan limbah B3;

c. melakukan pemantauan kualitas air tanah dan menanggulangi dampak negatif

yang mungkin timbul akibat keluarnya limbah B3 ke lingkungan, selama

minimum 30 tahun terhitung sejak ditutupnya seluruh fasilitas penimbunan limbah

B3;

d. peruntukan lokasi penimbun yang telah dihentikan kegiatannya tidak dapat

dijadikan pemukiman atau fasilitas umum lainnya.

Keadaan tersebut mengakibatkan potensi terjadinya risiko infeksi silang atas

kemungkinan penggunaan area bekas penimbunan sebagai tempat perlintasan

masyarakat sekitar ataupun hewan.

Hal tersebut disebabkan Kepala IPL-RS kurang cermat dalam melakukan

pengelolaan terhadap lokasi bekas penimbunan sampah medis.

Page 83: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

38

Atas permasalahan tersebut, Direktur RSUD Palembang BARI bersama

dengan Kepala IPL-RS akan meninjau lokasi bekas penimbunan sampah medis dan

mengevaluasi bagaimana pengelolaan yang telah dilaksanakan terhadap lokasi

tersebut apakah memang dapat menimbulkan dampak terhadap masyarakat di

sekitarnya. Tindak lanjut evaluasi akan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

BPK-RI merekomendasikan kepada Direktur RSUD Palembang BARI agar

segera memantau lokasi bekas penimbunan sampah medis dan menegur secara tertulis

Kepala IPL-RS atas kekurangcermatannya dalam melakukan pengelolaan terhadap

lokasi bekas penimbunan tersebut.

Page 84: Audit of Hospital Waste Management_1

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

BAB IV

KESIMPULAN

Perencanaan pengelolaan limbah rumah sakit yang dituangkan ke dalam

Program Penyehatan Lingkungan dan Pengelolaan Limbah Rumah Sakit belum

sepenuhnya mengacu kepada Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL). Pengelolaan

limbah rumah sakit menjadi tidak efektif dengan kurang memadainya sumber daya

manusia pengelola limbah, fasilitas peralatan yang belum sepenuhnya terpelihara,

anggaran yang relatif kecil dihadapkan dengan kebutuhan dan perhatian atas masalah-

masalah pengelolaan limbah.

Pengelolaan limbah cair, limbah padat medis dan limbah padat non medis

yang dituangkan dalam Prosedur Tetap belum sepenuhnya memenuhi ketentuan yang

diatur dalam Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, Peraturan

lingkungan lainnya yang terkait serta RKL dan Rencana Pemantauan Lingkungan

(RPL). Hal ini terlihat antara lain dari belum diolahnya limbah cair melalui Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL), proses insinerasi limbah padat medis yang

membahayakan kesehatan serta petugas-petugas di masing-masing unit penghasil

limbah yang kurang memahami pengelolaan limbah yang benar.

Pengawasan yang dilakukan tidak sepenuhnya mengacu kepada ketentuan

yang berlaku dimana upaya pemantauan yang dilakukan tidak didasarkan pada RPL.

Kepedulian sosial terhadap pentingnya pengelolaan limbah masih kurang ditunjukkan

dengan intensitas kegiatan promosi kesehatan berupa penyuluhan kesehatan yang

sangat kurang.