Audit Investigasi (1)

61
Audit Investigatif Sebelum memulai suatu investigasi, pimpinan atau lembaga perlu menetapkan apa yang sesungguhnya ingin dicapai dari investigasi itu. Investigasi merupakan proses yang panjang, mahal, dan bisa berdampak negative terhadap perusahaan atau stakeholdersnya. Proses yang panjang dan lama, diikuti dengan banyaknya pihak (baik intern maupun ekstern) yang terlibat atau dilibatkan, menyebabkan investigasi itu menjadi mahal. Perusahaan juga harus menyediakan banyak sumber daya atau harus meng-commit sumber daya yang akan disediakan. Reputasi perusahaan juga bisa hancur kalau pengungkapan investigasi ini tidak dikomunikasikan dengan baik. Contoh: obat yang sudah kadaluarsa dan seharusnya dihancurkan, justru dijual oleh pegawai bagian gudang. Kecurangan ini dapat menjadi bencana bagi konsumen. Namun kalau hasil investigasi dikomunikasikan dengan baik, maka hubungan antara perusahaan dan konsumen (atau stakeholders lainnya) justru dapat mencegah hancurnya reputasi perusahaan. Karena itu, tujuan dari suatu investigasi harus disesuaikan dengan keadaan khusus yang dihadapi,dan ditentukan sebelum investigasi dimulai. 1

Transcript of Audit Investigasi (1)

Page 1: Audit Investigasi (1)

Audit Investigatif

Sebelum memulai suatu investigasi, pimpinan atau lembaga perlu

menetapkan apa yang sesungguhnya ingin dicapai dari investigasi itu. Investigasi

merupakan proses yang panjang, mahal, dan bisa berdampak negative terhadap

perusahaan atau stakeholdersnya.

Proses yang panjang dan lama, diikuti dengan banyaknya pihak (baik

intern maupun ekstern) yang terlibat atau dilibatkan, menyebabkan investigasi itu

menjadi mahal. Perusahaan juga harus menyediakan banyak sumber daya atau

harus meng-commit sumber daya yang akan disediakan.

Reputasi perusahaan juga bisa hancur kalau pengungkapan investigasi ini

tidak dikomunikasikan dengan baik. Contoh: obat yang sudah kadaluarsa dan

seharusnya dihancurkan, justru dijual oleh pegawai bagian gudang. Kecurangan

ini dapat menjadi bencana bagi konsumen. Namun kalau hasil investigasi

dikomunikasikan dengan baik, maka hubungan antara perusahaan dan konsumen

(atau stakeholders lainnya) justru dapat mencegah hancurnya reputasi perusahaan.

Karena itu, tujuan dari suatu investigasi harus disesuaikan dengan keadaan

khusus yang dihadapi,dan ditentukan sebelum investigasi dimulai.

Tujuan Investigatif:

Dibawah ini disajikan bermacam-macam alternative mengenai tujuan investigasi:

1. Memberhentikan manajemen. Tujuan utamanya adalah sebagai teguran

keras bahwa manajemen tidak mampu mempertanggung jawabkan

kewajiban fidusiernya. Kewajiban fidusier ini termasuk mengawasi

dan mencegah terjadinya kecurangan oleh karyawannya.

2. Memeriksa, mengumpulkan dan menilai cukupnya dan relevannya

bukti. Tujuan ini akan menekankan bisa diterimanya bukti-bukti

sebagai alat bukti untuk meyakinkan hakim di pengadilan. Konsepnya

adalah forensic evidence, dan bukan sekedar bukti audit.

1

Page 2: Audit Investigasi (1)

3. Melindungi reputasi karyawan yang tidak bersalah. Misalnya dalam

pemberitaan di media masa bahwa karyawan di bagian produksi

menerima uang suap. Tanpa investigasi, reputasi dari semua karyawan

dibagian produksi akan tercemar. Investigasi mengungkapkan siapa

yang bersalah. Mereka yang tidak bersalah terbebas dari tuduhan

(meskipun perguncingan seringkali tetap tidak terhindari).

4. Menemukan dan mengamankan dokumen yang relevan untuk

investigasi. Banyak bukti dalam kejahatan keuangan berupa dokumen.

Kalau banyak dokumen disusun untuk menyembunyikan kejahatan,

atau kalau dokumen ini dapat memberi petunjuk kepada pelaku dan

penanggung jawab kecurangan, maka tujuan dari investigasi ini adalah

menjaga keutuhan dokumen. Ruang kerja harus diamankan, tidak

boleh ada orang masuk keluar tanpa izin, dokumen harus diindeks dan

dicatat.

5. Menemukan asset yang digelapkan dan mengupayakan pemulihan dari

kerugian yang terjadi. Ini meliputi penelusuran rekening bank,

pembekuan rekening, izin-izin untuk proses penyitaan dan atau

penjualan asset, dan penentuan kerugian yang terjadi.

6. Memastikan bahwa semua orang, terutama mereka yang diduga

menjadi pelaku kejahatan, mengerti kerangka acuan dari investigasi

tersebut; harapannya adalah bahwa mereka bersedia bersikap

kooperatif dalam investigasi itu. Tehnik pelaksanaannya adalah dengan

“dengar pendapat orang terbuka” yang menghadirkan orang luar

sebagai panelis. Orang luar ini biasanya orang terkemuka dan

terpandang. Hal ini umumnya dilakukan apabila “operasi tertutup dan

rahasia” (covert operations) gagal mengungkapkan kecurangan yang

berdampak luas.

7. Memastikan bahwa pelaku kejahatan tidak bisa lolos dari

perbuatannya. Ada dua versi dari pendekatan ini. Pertama, lakukan

penuntutan tanpa pandang bulu, berapapun besar biayanya, siapapun

pelakunya (penjahat besar maupun kecil). Hal ini akan mengirimkan

2

Page 3: Audit Investigasi (1)

pesan kepada seluruh karyawan dan pihak luar, bahwa perusahaan atau

lembaga itu serius dalam mengejar si penjahat. Kedua, kejar si

penjahat untuk mengembalikan dana atau asset yang dicurinya, dan

kemudian minta dia mengundurkan diri atau diberhentikan.

Pendekatan kedua, lebih “tenang”, tak ada gembar-gembor.

8. Menyapu bersih semua karyawan pelaku kejahatan. Seperti pada butir

diatas, tujuan utamanya adalah menyingkirkan “buah busuk” agar

“buah segar” tidak ikut busuk. Pendekatannya adalah pendekatan

disiplin perusahaan. Pembuktian terhadap tindak kejahatan ini

mungkin tidak akan lolos disidang pengadilan. Tapi pembuktian disini

diarahkan kepada penerapan peraturan intern perusahaan.

9. Memastikan bahwa perusahaan tidak lagi menjadi sasaran penjarahan.

Kecurangan menggerogoti sumber daya perusahaan, dan umumnya

pemulihan kerugian ini tidak ada atau sangat sedikit. Pendekatan ini

menghentikan kerugian lebih lanjut dan menutup celah-celah peluang

(loopholes) terjadinya kejahatan.

10. Menentukan bagaimana investigasi akan dilanjutkan. Apakah

investigasi akan diperluas atau diperdalam, atau justru dibatasi

lingkupnya. Kadang-kadang suatu investigasi dilaksanakan secara

tentative atau eksploratif dan bertahap. Dalam investigasi ini laporan

kemajuan memungkinkan evaluasi, apakah kita akan melanjutkannya

dan kalau ya, bagaiman lingkupnya.

11. Melaksanakan investigasi sesuai standar, sesuai dengan peraturan

perusahaan, sesuai dengan buku pedoman. Tujuan semacam ini

biasanya didasarkan atas pengalaman buruk. Dimasa lalu, misalnya,

tujuan dari pada investigasi adalah untuk menangkap pelakunya.

Ketika investigasi dilakukan secara gencar, investigasinya

“kebablasan” dan pelaksanaannya melanggar ketentuan.

12. Menyediakan laporan kemajuan secara teratur untuk membantu

pengambilan keputusan mengenai keputusan mengenai investigasi

ditahap berikutnya. Banyak investigasi bersifat iterative, artinya suatu

3

Page 4: Audit Investigasi (1)

investigasi atas dugaan kejahatn menghasilkan temuan baru yang

melahirkan dugaan tambahan atau suatu dugaan baru. Investigasi

pertama diikuti dengan investigasi berikutnya, dan seterusnya, secara

iterative memperluas pemahaman invstigator mengenai berapa

dalamnya masalah yang dihadapi. Konsultasi, diskusi, dan presentasi

dari temuan-temuan secara berkala(mingguan, misalnya), merupakan

ciri khas dari pendekatan ini.

13. Memastikan pelakunya tidak melarikan diri atau menghilang sebelum

tindak lanjut yang tepat dapat diambil. Ini biasanya merupakan tujuan

investigasi dalam hal pelaku tertangkap tangan seperti dalam kasus

pencurian di supermarket. Umumnya kejahatan ditempat kerja tidak

memiliki cirri kasus ini karena karyawan dikenal atau mempunyai

identitas yang disimpan dalam pencatatan perusahaan. Tetapi dalam

kejahatan tertentu, misalnya penggelapan uang yang melibatkan pihak-

pihak diluar perusahaan, pendekatan ini sangat tepat.

14. Mengumpulkan cukup bukti yang dapat diterima pengadilan, dengan

sumberdaya dan terhentinya kegiatan perusahaaan seminimal

mungkin. Pendekatan ini berupaya mencari pemecahan yang optimal

dalam kasus yang terjadi.

15. Memperoleh gambaran yang wajar tentang kecurangan yang terjadi

dan membuat keputusan yang tepat mengenai tindakan yang harus

diambil. Hasil investigasi seringkali ditindaklanjuti secara emosional.

Kalau karyawan itu disukai oleh atasan atau rekan sekerjanya,

pimpinan cenderung “memaafkan” perbuatannya dan tidak

memaanfaatkan peluang untuk memperbaiki sistem yang berhasil

“dijebolnya”. Sebaliknya, kalau pimpinan atau rekan sekerjanya tidak

menyukai si pelaku kecurangan, pimpinan cenderung menghukumnya

seberat-beratnya. Kedua sikap tadi akan merugikan perusahaan.

Dengan memperoleh gambaran yang layak (fair) maka pimpinan

secara sadar membuat keputusan tentang siapa yang melakukan

4

Page 5: Audit Investigasi (1)

investigasi (harus seorang professional) dan bagaimana

tindaklanjutnya.

16. Mendalami tuduhan (baik oleh orang dalam atau luar perusahaan, baik

lisan maupun tertulis baik dengan nama terang atau dalam bentuk surat

kaleng) untuk menanggapinya secara tepat. Investigasi yang

didasarkan pada tujuan ini, tidak akan menelan mentah-mentah “fakta”

yang diajukan dalam tuduhan itu. Fokusnya adalah pada konteks

tuduhan itu apakah tuduhan itu akan dianggap serius.

17. Memastikan bahwa hubungan dan suasana kerja tetap baik. Hal ini

sangat penting ketika morale kerja merupakan kunci keberhasilan

dalam perusahaan atau tim kerja.

18. Melindungi nama baik perusahaan atau lembaga. Tujuan dari

investigasi ini tentunya bukan untuk melindungi lembaga yang

sebagian besar memang sudah korup. Kalau tujuan ini ditetapkan

dalam kondisi semacam ini, maka yang tejadi adalah persekongkolan

jahat atau kolusi. Tujuan investigasi diatas sangat tepat apabila

kejahatan dilakukan oleh segelintir orang, padahal reputasi perusahaan

secara keseluruhan terancam.

19. Mengikuti seluruh kewajiban hokum dan mematuhi semua ketentuan

mengenai due diligence dan klaim kepada pihak ketiga (misalnya

klaim asuransi).

20. Melaksanakan investigasi dalam koridor kode etik. Kita umumnya

menyadari akan perlunya ketentuan perundang-undangan dipatuhi, dan

konsekuensi terhadap pelanggarannya. Namun, lebih sulit mengikuti

kewajiban etika. Dalam situasi dimana pelaku kecurangan “pasrah”, ia

seringkali mengikuti kehendak sang investigator. Dalam kondisi

seperti ini, si investigator lupa akan kode etiknya, sekedar karena pada

saat itu si “terduga” tidak mempertanyakan sikap dan tingkah si

investigator. Seringkali kepasrahan si “terduga” diikuti dengan

arogansi si investigator, menyuburkan praktek-praktek pelanggaran

kode etik. Dengan menetapkan tujuan investigasi ini, perusahaan ingin

5

Page 6: Audit Investigasi (1)

memastikan bahwa investigator senantiasa mengikuti kode etik yang

sudah ditetapkan.

21. Menentukan siapa pelakunya dan mengumpulkan bukti mengenai

niatnya. Prakarsa ini bermaksud untuk menyeret si pelaku ke

pengadilan pidana, misalnya pengadilan tindak pidana korupsi. Karena

itu, perlu pengumpulan bukti yang cukup untuk proses penyidikan

yang diikuti dengan penuntutan dan selanjutnya proses pengadilan.

Dengan demikian, seluruh daya dikerahkan disertai publisitas penuh,

yang sangat sejalan dengan kebijakan “tanpa ampun” (zero-tolerance

policy).

22. Mengumpulkan bukti yang cukup untuk menindak pelaku dalam

perbuatan yang tidak terpuji. Ini serupa dengan tujuan dalam butir 21

diatas, dengan perbedaan bahwa butir ini diproses melalui ketentuan

administrative atau perdata.

23. Mengidentifikasi praktek manajemen yang tidak dapat

dipertanggungjawabkan atau perilaku yang melalaikan tanggung

jawab. Seorang karyawan dibagian pengadaan berkolusi dengan

pemasok. Hal ini memungkinkan karyawan memperkaya dirinya

sendiri, yang dipakainya untuk pembelian property mewah. Investigasi

dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama diarahkan kepada pelaku.

Sedangkan tahap kedua, kepada atasannya. Tahap kedua ingin

menjawab pertanyaan: Mengapa atasannya tidak melihat petunjuk awal

(anak buah bertambah kekayaan dalam jangka waktu pendek), ataukah

sekurang-kurangnya mewawancarai anak buahnya. Tujuan investigasi

dalam butir ini adalah untuk tahap kedua tadi.

24. Mempertahankan kerahasiaan dan memastikan bahwa perusahaan atau

lembaga ini tidak terperangkap dalam ancaman tuntutan pencemaran

nama baik. Gaya kerja” serbu dan tangkap” atau “tangkap dulu,

jelaskan kemudian” seringkali rawan terhadap kemungkinan

perusahaan dituntut. Karena itu, tujuan investigasi ini harus jelas dan

ditegaskan sebelum investigasi dilakukan.

6

Page 7: Audit Investigasi (1)

25. Mengidentifikasi saksi yang melihat atau mengetahui terjadinya

kecurangan dan memastikan bahwa mereka memberikan bukti yang

mendukung tuduhan atau dakwaan terhadap sipelaku. Tujuan ini

berkaitan dengan petunjuk bahwa sipelaku mengidentifikasi orang-

orang yang secara potensial bisa menjadi saksi, baik dalam proses

penyidikan maupun dalam sidang pengadilan. Perlindungan terhadap

para saksi ini dapat mendorong mereka memberikan keterangan,

petunjuk, atau bukti yang diperlukan.

26. Memberikan rekomendasi mengenai bagaimana mengelola risiko

terjadinya kecurangan ini dengan tepat. Dalam jangka panjang,

manajemen risiko yang baiklah yang akan mencegah atau mengurangi

terjadinya kecurangan.

Dari contoh-contoh diatas, terlihat berbagai tujuan dalam melakukan suatu

investigasi. Istilah investigasi dalam penggunaan sehari-hari, memberi kesan

seolah-olah hanya ada satu jenis. Jenis yang kita kenal umumnya adalah dalam

konteks tindak pidana korupsi. Tujuan akhirnya, menjebloskan koruptor ke

penjara dan atau mendapatkan kembali sebagian atau seluruh hasil jarahannya.

Pemilihan di antara berbagai alternative tujuan investigasi, tergantung dari

organisasi atau lembaganya serta mandate yang dipunyainya, jenis dan besarnya

kecurangan, dan budaya di lembaga tersebut. Tanggung jawab untuk menentukan

tujuan yang ingin dicapai dalam suatu investigasi terletak pada pimpinan.

Investigatif

Pengertian investigasi dan pemeriksaan fraud digunakan silih berganti sebagai

sinonim. Idealnya ada kesamaan makna konsep-konsep auditing dan hukum;

namun, dari ssegi filsafat auditing dan filsafat hukum,hal itu tidaklah mungkin.

Ada sebab lain kenapa harmonisasi antara konsep-konsep hukum dan

auditing tidak dapat berjalan. Hukum Indonesia, khususnya hukum pidana dan

hukum secara pidana, masih berasal dari hukum Napoleonic. Sedangkan konsep-

konsep akuntansi dan auditing kita adopsi dari Amerika Serikat. Karena

7

Page 8: Audit Investigasi (1)

perbedaannya yang penting antara konsep-konsep auditing dan hukum, pemeriksa

fraud perlu memahami kedua-duanya.

Dalam filsafat auditing kita mengenal konsep due audit care, prudent

auditor, seorang professional yang berupaya menghindari tuntutan dengan

tuduhan teledor (negligent) dalam melaksanakan tugasnya. Untuk itu, pemeriksa

fraud atau investigator perlu mengetahui tiga aksioma dalam pemeriksaan fraud.

Suatu investigasi hanya dimulai apabila ada dasar yang layak, yang dalam

investigasi dikenal sebagai predication. Dengan landasan atau dasar ini, seorang

investigator mereka-reka mengenai apa, bagaimana, siapa dan pertanyaan lain

yang diduganya relevan dengan pengungkapan kasusnya: ia membangun teori

fraud (fraud theory).

Investigasi secara sederhana dapat didefinisikan sebagai upaya

pembuktian. Umumnya pembuktian ini berakhir di pengadilan dan ketentuan

hukum (acara) yang berlaku.

Aksioma Dalam Investigatif

Dalam melakukan investigasi ada beberapa aksioma. Aksioma adalah

asumsi dasar yang begitu gamblangnya sehingga tidak memerlukan pembuktian

mengenai kebenarannya. Tapi jangan remehkan “kegamblangannya”. Pemeriksa

yang berpengalaman pun menghadapi kesulitan ketika ia mengabaikan aksioma-

aksioma ini.

Ada tiga aksioma dalam pemeriksaan fraud, yang dibahas berturut-turut

dibawah. Ketiga aksioma ini berkenaan dengan sifat fraud yang tersembunyi,

pembuktian tentang fraud yang dilakukan secara timbal balik, dan terjadinya fraud

semata-mata merupakan kewenangan pengadilan untuk memutuskannya.

Fraud selalu tersembunyi –

Berbeda dengan kejahatan lain, sifat perbuatan fraud adalah tersembunyi

atau mengandung tipuan (yang terlihat di permukaan bukanlah yang sebenarnya

terjadi atau berlangsung). Bayangkan sejenak perampokan bank yang dilakukan

8

Page 9: Audit Investigasi (1)

segerombolan penjahat. Mereka masuk ke lobby bank, menodongkan senjata api

kepada teller (juru bayar) dan manajer bank, minta para teller mengisi kantong-

kantong mereka dengan uang dan barang berharga lain yang ada dalam kasanah

(vault,kluis), kemudian meninggalkan bank dengan kecepatan tinggi. Semuanya

disaksikan oleh pelanggan bank yang sedang atau akan bertransaksi.

Bandingkan adegan tadi dengan adegan lain di mana kepala cabang suatu

bank besar memfasilitasi “pelanggannya” dengan membuka L/C fiktif atau

memberikan kredit bodong yang segera menjadi NPL (non-performing loan).

Dalam adegan kedua, terjadi dua scenario. Skenario pertama yang terjadi di

permukaan, seolah-olah ini transaksi normal antara banker dan pelanggan

“terhormat”. Transaksi ini didukung dengan segala macam berkas resmi dari

perusahaan sang pelanggan, bank, notaries, kantor akuntan, pengacara, bermacam-

macam legitimasi (termasuk surat-surat keputusan dari lurah sampai petinggi

Negara lainnya) dan entah berkas apalagi. Dalam scenario kedua, pihak-pihak

yang terlibat menutup rapat-rapat kebusukan mereka; penyuapan aparat penegak

hukum dan instansi lain merupakan biaya penutup kebusukan ini. Kedua scenario

ini tidak terpisah, satu menguatkan yang lain dalam jalinan ayau packaging yang

rapi. Karena itu, dirigennya juga mempunyai nama terhormat, arranger.

Adegan pembobolan pertama (oleh perampok) terlihat kasar dan kasat

mata. Adegan pembobolan kedua (oleh kelompok yang disebut atau menamakan

diri mereka “professional”) terlihat bersih; karena bagian yang kotor sudah

tersembunyi dlam pembungkusan atau packaging yang rapi.

Metode pembungkusannnya begitu rapi sehingga pemeriksa fraud atau

investigator yang berpengalaman sekalipun seringkali terkecoh. Karena itu

pemeriksa fraud atau investigator harus menolak memberikan pernyataan bahwa

hasil pemeriksaannya membuktikan tidakada fraud. Pernyataan yang mengandung

risiko yang sangat besar. Fraud tersembunyi (atau lebih tepat,”disembunyikan”),

fraud dibungkus rapi.

9

Page 10: Audit Investigasi (1)

Pembuktian Fraud Secara Timbal-Balik –

Pembuktian ada atau telah terjadinya fraud meliputi upaya untuk

membuktikan fraud itu tidak terjadi. Dan sebaliknya, untuk membuktikan fraud

tidak terjadi, kita harus berupaya membuktikan fraud itu terjadi harus ada upaya

pembuktian timbale balik atau reverse proof. Kedua sisi fraud (terjadi dan tidak

terjadi) harus diperiksa. Dalam hukum Amerika Serikat, “proof of fraud must

preclude any explanation other than guilt” artinya pembuktian fraud harus

mengabaikan setiap penjelasan, kecuali pengakuan kesalahan.

Hanya Pengadilan yang Menetapkan Bahwa Fraud Memang

Terjadi -

Pemeriksa fraud berupaya membuktikan fraud memang terjadi. Hanya

pengadilan yang mempunyai kewenangan untuk menetapkan hal itu. Di Amerika

Serikat wewenang itu ada pada pengadilan (majelis hakim) dan para jury.

Diatas dikatakan: pemeriksa Fraud harus menolak memberikan pernyataan

bahwa hasil pemeriksaannya membuktikan tidak ada fraud. Disini harus

ditegaskan: pemeriksa fraud harus menolak memberikan pernyataan bahwa

pemeriksanya membuktikan adanya fraud.

Dalam upaya menyelidiki adanya fraud, pemeriksa membuat dugaan

mengenai apakah seseorang bersalah (guilty) atau tidak (innocent). Bersalah atau

tidaknya seseorang merupakan dugaan atau bagian dari “teori”, sampai pengadilan

memberikan keputusannya.

Metodologi Investigatif

Kembali ke contoh pembobolan bank diatas. Dalam pembobolan oleh

perampok, identitas perampok tidak diketahui dan ini yang ingin diungkapkan.

Dalam penjarahan bank oleh pejabatnya yang bersekongkol dengan pelanggan,

identitas mereka bukan masalahnya. Masalahnya adalah membuktikan apakah

perbuatan mereka dapat dianggap fraud.

10

Page 11: Audit Investigasi (1)

Kemahiran si pemeriksa dalam menguasai konsep keuangan dalam kasus

yang dihadapinya dan kemampuannya menarik kesimpulan dari penerapan konsep

tersebut (secara benar atau menyimpang) akan membantunya dalam

mengungkapkan apakah perbuatan itu merupakan fraud (kejahatan atau

pelanggaran) menurut hukum. Dalam contoh L/C fiktif,si pemeriksa harus

memahami dengan baik segala seluk beluk (konsep) mengenai L/C dan celah-

celah, bahkan tipologi, dari kejahatan dengan modus operandi L/C fiktif.

Yang tidak kalah penting adalah kemahiran si pemeriksa untuk

menyampaikan konsep-konsep penting itu secara sederhana, sehingga mudah

dicerna oleh hakim yang harus memutus dan jaksa atau pengacara pembela yang

harus diyakinkan. Diagram yang menunjukkan arus uang dari hasil kejahatan

kepada pelaku yang merupakan otak kejahatan, merupakan contoh dari

kemampuan menyajikan sesuatu yang rumit secara sederhana.

Fraud Examiners Manual (2006) menjelaskan predication sebagai berikut:

Predication adalah keseluruhan dari peristiwa, keadaan pada saat peristiwa

itu, dan segala hal yang terkait atau berkaitan yang membawa seseorang yang

cukup terlatih dan berpengalaman dengan kehati-hatian yang memadai, kepada

kesimpulan bahwa fraud telah, sedang atau akan berlangsung. Predication adalah

dasar untuk memulai investigasi. Investigasi atau pemeriksaan fraud jangan

dilaksanakan tanpa adanya predication yang tepat.

Setiap investigasi dimulai dengan keinginan atau harapan bahwa kasus ini

berakhir dengan suatu litigasi. Padahal ketika memulai investigasi, pemeriksa

belum memiliki bukti yang cukup. Ia baru mempunyai dugaan atas dasar

predication yang dijelaskan di atas. Keadaan ini tidak berbeda dengan ilmuwan

yang membuat “dugaan” atas dasar pengamatannya terhadap berbagai fakta,

kemudian “dugaan” ini diujinya. Seperti hipotesis yang harus diuji oleh seorang

ilmuwan, pemeriksa fraud membuat teori tentang bagaimana fraud itu terjadi

selanjutnya akan disebut teori fraud. Teori ini tidak lain dari rekaan atau perkiraan

yang harus dibuktikan.

11

Page 12: Audit Investigasi (1)

Investigasi dengan pendekatan teori fraud meliputi langkah-langkah

sebagai berikut:

Analisis data yang tersedia

Ciptakan (atau kembangkan) hipotesis berdasarkan analisis di atas

Uji atau test hipotesis tersebut

Perhalus atau ubah hipotesis berdasarkan hasil pengujian

sebelumnya.

Pemeriksaan Dalam Hukum Acara Pidana

Pembahasan mengenai pemeriksaan fraud di atas adalah dari kaidah-

kaidah auditing. Istilah yang digunakan dalam pembahasan sebelumnya adalah

istilah auditing. Padahal pemeriksaan fraud dimaksudkan untuk pembuktian di

pengadilan. Idealnya, pendekatan auditing dan hukum berjalan seiring. Namun,

latar belakang kedua bidang ilmu ini berbeda.

Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1981) mengatur tahapan hukum acara pidana sebagai berikut:

1. Penyelidikan

2. Penyidikan

3. Penuntutan

4. Pemeriksaan di sidang pengadilan

5. Putusan pengadilan

6. Upaya hukum

7. Pelaksanaan putusan pengadilan

8. Pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pengadilan

Tahap 1(penyelidikan) sampai dengan Tahap 6 (Upaya Hukum)

merupakan satu rangkaian pemeriksaan yang merupakan upaya pembuktian. Hal

ini dijelaskan dalam setiap tahap dari Tahap 1 sampai dengan Tahap 6.

12

Page 13: Audit Investigasi (1)

Penyelidikan

Penyelidikan adalah serangkaian kegiatan penyelidik untuk mencari dan

menemukan suatu perbuatan yang diduga merupakan tindak pidana guna

menentukan dapat/tidaknya penyelidikan dilakukan.

Penyelidikan tidaklah berdiri sendiri atau terpisah dari penyidikan,

melainkan merupakan satu rangkaian yang mendahului tindakan penyidikan

lainnya, yakni penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan.

Penyelidik mempunyai wewenang sebagai berikut:

Menerima laporan atau pengaduan tentang adanya dugaan tindak pidana

Mencari keterangan dan barang bukti

Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa

tanda pengenal diri

Atas perintah penyidik, penyelidik dapat melakukan tindakan berupa:

Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan dan

penyitaan;

Pemeriksaan dan penyitaan surat;

Membawa dan menghadapkan seseorang kepada penyidik.

Wewenang penyelidik seperti mencari keterangan dan barang bukti sudah

memasuki ruang lingkup pembuktian. Kalau keterangan yang diperoleh dari

beberapa orang saling bersesuaian satu sama lain, apalagi kalau ada keterkaitan

dengan barang bukti yang ditemukan, maka penyelidik dapat menduga telah

terjadi suatu tindak pidana. Selanjutnya penyidikan dapat dilakukan.

Apabila Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan penyelidikan

dan dari penyelidikan itu tidak ditemukan sekurang-kurangnya dua bukti, maka

penyelidik melaporkan kepada KPK untuk menghentikan penyelidikan.

Sedangkan apabila Kejaksaan dan Kepolisian yang melakukan penyelidikan, tidak

dikenal penghentian penyelidikan. Dalam hal penyelidik (Kejaksaan dan

Kepolisian) berpendapat perbuatan tersebut bukan merupakan tindak pidana maka

penyelidikan tidak dilanjutkan, tanpa proses.

Penyidikan

13

Page 14: Audit Investigasi (1)

Penyidikan adalah serangkaian kegiatan penyidik untuk mencari dan

mengumpulkan bukti, dan dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang

terjadi untuk menemukan tersangkanya. Untuk mencari dan mengumpulkan bukti,

undang-undang memberi wewenang kepada penyidik untuk:

Menggeledah dan menyita surat dan barang bukti.

Memanggil dan memeriksa saksi, yang keterangannya dituangkan dalam

berita acara pemeriksaan saksi.

Memanggil dan memeriksa tersangka, yang keterangannya dituangkan

dalam berita acara pemeriksaan tersangka.

Mendatangkan ahli untuk memperoleh keterangan ahli yang dapat juga

diberikan dalam bentuk laporan ahli.

Menahan tersangka, dalam hal tersangka dikuatirkan akan melarikan diri,

menghilangkan barang bukti atau mengulangi melakukan tindak pidana.

Apabila dari bukti-bukti yang terkumpul diperoleh persesuaian antara yang

satu dengan yang lainnya, dan dari persesuaian itu diyakini bahwa memang telah

terjadi tindak pidana dan tersangka itulah yang melakukannya, maka penyidik

menyerahkan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum. Hasil penyidikan ini

tertuang dalam berkas perkara yang didalamnya terdapat bukti-bukti.

Dalam hal Penyidik (Kepolisian atau Kejaksaan) berpendapat bahwa dari

bukti-bukti yang dikumpulkan secara maksimal ternyata tidak cukup bukti atau

terbukti tapi bukan merupakan tindak pidana (korupsi) maka mereka berwenang

menghentikan penyidikan. KPK tidak dibenarkan menghentikan penyidikannya,

karena kewenangannya ada pada penghentian penyelidikan.

Prapenuntutan –

Prapenuntutan adalah tindakan jaksa (Penuntut Umum) untuk memantau

perkembangan penyidikan setelah menerima pemberitahuan dimulainya

penyidikan dari penyidik, mempelajari atau meneliti kelengkapan berkas perkara

hasil penyidikan yang diterima dari penyidik serta memberikan petunjuk guna

dilengkapi oleh penyidik untuk dapat menentukan apakah berkas perkara tersebut

dapat dilimpahkan atau tidak ke tahap penuntutan.

14

Page 15: Audit Investigasi (1)

Penuntut Umum tidak akan menerima berkas perkara hasil penyelidikan

yang buktinya tidak lengkap. Karena bukti ini akan dijadikan alat bukti di sidang

pengadilan untuk membuktikan tindak pidana yang didakwakan. Di tahap

prapenuntutan, pembuktian merupakan focus utama dalam meneliti berkas perkara

hasil penyidikan.

Penuntutan –

Penuntutan adalah tindakan Penuntut Umum yang melimpahkan perkara

ke Pengadilan Negeri yang berwenang, sesuai dengan cara yang diatur dalam

hukum acara pidana, dengan permintaan agar diperiksa dan diputus oleh Hakim di

sidang pengadilan.

Setelah Penuntut Umum menerima atau menerima kembali hasil

penyidikan yang lengkap dari penyidik, ia segera menentukan apakah berkas

perkara itu sudah/ belum memenuhi syarat untuk dilimpahkan ke pengadilan.

Pemeriksaan di pengadilan –

Seperti pada tahap-tahap sebelumnya, acara pemeriksaan di sidang

pengadilan utidak lain berkenaan dengan pembuktian. Bukti-bukti yang diperoleh

di tingkat penyidikan diperiksa kembali di sidang pengadilan untuk dijadikan alat

bukti:

Saksi-saksi yang telah diperiksa oleh penyidik dipanggil kembali ke

sidang pengadilan untuk memperoleh alat bukti keterangan saksi.

Tersangka yang sudah diperiksa di tahap penyidikan, diperiksa kembali

disidang pengadilan, untuk mendapat alat bukti keterangan terdakwa.

Ahli yang telah memberikan keterangan di penyidikan atau yang telah

membuat laporan ahli, dipanggil kembali untuk didengar pendapatnya atau

dibacakan laporannya di sidang pengadilan, agar diperoleh alat bukti

keterangan ahli.

Surat dan barang bukti yang telah disita oleh penyidik diajukan ke sidang

pengadilan untuk dijadikan alat bukti surat dan petunjuk.

15

Page 16: Audit Investigasi (1)

Itulah cara memperoleh alat bukti di sidang pengadilan. Hanya alat bukti

yang sah yang diperoleh di sidang pengadilan, yang dapat meyakinkan hakim

tentang kesalahan terdakwa. Alat bukti yang sah ini terdiri atas:

Keterangan saksi

Keterangan ahli

Surat

Keterangan terdakwa

Petunjuk

Pemeriksaan di sidang pengadilan mempunyai satu tujuan saja, yaitu

mencari alat bukti yang membentuk keyakinan hakim tentang bersalah atau

tidaknya terdakwa.

Putusan Pengadilan -

Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila

dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan

bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang

bersalah. Kesalahan terdakwa ditentukan oleh keyakinan hakim, namun keyakinan

itu harus didasarkan atas sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, yang harus

ada persesuaian satu dengan yang lain.

Berdasarkan alat bukti yang diperoleh di sidang pengadilan, hakim

menjatuhkan putusan:

Putusan pemidanaan, apabila pengadilan berpendapat bahwa terdakwa

terbukti bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya.

Putusan bebas, apabila pengadilan berpendapat bahwa dari hasil

pemeriksaan di sidang kesalahan terdakwa atas perbuatan yang

didakwakan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.

Putusan lepas dari segala tuntutan hukum, apabila pengadilan berpendapat

bahwa perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi

perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana atau terbukti akan

tetapi terdakwa tidak dapat dipertanggung jawabkan terhadap

perbuatannya.

16

Page 17: Audit Investigasi (1)

Upaya Hukum –

Upaya hukum adalah hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak

menerima putusan pengadilan yang berupa perlawanan atau banding atau kasasi,

atau hak terpidana untuk mengajukan permohonan peninjauan kembali, atau hak

Jaksa Agung untuk mengajukan kasasi demi kepentingan hukum dalam hal seta

menurut cara yang diatur dalam undang-undang.

Upaya hukum ada dua macam, yaitu Upaya Hukum Biasa dan Upaya

Hukum Luar Biasa. Upaya Hukum Biasa terdiri atas Pemeriksaan Tingkat

Banding dan Pemeriksaan Kasasi. Upaya Hukum Luar Biasa Terdiri atas

Pemeriksaan Kasasi Demi Kepentingan Hukum dan Peninjauan Kembali putusan

pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Bukti Dan Pembuktian – Auditing Dan Hukum

Dari penjelasan di bagian terdahulu, jelas bahwa keenam tahapan dalam

KUHAP (mulai tahap Penyelidikan sampai Tahap Upaya Hukum baik upaya

hukum biasa maupun upaya hukum luar biasa) berkenaan dengan pembuktian.

Juga penjelasan Mengenai Fraud Theory tidak lain dari proses mengumpulkan

bukti yang dapat diterima di pengadilan.

Para auditor yang berlatar belakang pendidikan akuntansi mengenal istilah

bukti audit. Mereka bahkan mengira bahwa pengertian bukti dalam auditing sama

dengan pengertian yang digunakan di pengadilan atau dalam bidang hukum.

Tabel 12.1

Comparative Classification of Evidence In Two Fields

Significant

Characteristics

Law Auditing

Special purpose of area to Maintenance of justice Protection of statement

17

Page 18: Audit Investigasi (1)

which evidence is

pertinent

Subject matter to which

evidence is pertinent

Method of collection or

development

Role of judgement-maker

in collection or

development

Nature of rules governing

the study of evidence

Importance of time in

judgement formation and

evidence collection

Compulsiveness of

evidence in judgement

formation

Occurrences at given

times and places

Presentation by opposing

parties

Rational deduction and

inference

Passive

Logical presumptions

Rules of admissibility

and relevance

A controlling factor

Persuasive

readers

Financial Statement

propositions

Submission by interested

and disinterested parties

Collected and developed

by independent party

Rationalization

Both positive and passive

Professional standards

A controlling factor

Varies from absolute to

persuasive

Dalam bidang mereka sendiri para akuntan dan auditor di Indonesia sering

terkecoh dengan “bukti” dan sesuatu yang mengandung unsur-unsur pembuktian

(evidential matter).

Investigatif dengan Tehnik Audit

18

Page 19: Audit Investigasi (1)

Kata “investigasi” dalam akuntansi forensic umumnya berarti audit

investigasi atau investgatif (investigative audit). Karena itu secara alamiah,

diantara beberapa tehnik investigasi ada tehnik-tehnik yang berasal dari tehnik-

tehnik audit (audit techniques).

Banyak auditor yang sudah berpengalamanpun, merasa ragu untuk terjun

dalam bidang investigasi. Padahal, tehnik-tehnik audit yang mereka kuasai,

memadai untuk dipergunakan dalam audit investigasi.

Tehnik audit adalah cara-cara yang dipakai dalam mengaudit kewajaran

penyajian laporan keuangan. Hasil dari penerapan tehnik audit adalah bukti audit.

Ada tujuh tehnik, yang dirinci dalam bentuk kata kerja bahasa Indonesia, dengan

jenis bukti auditnya dalam kurung (kata benda bahasa Inggris), yakni:

1. Memeriksa fisik (physical examination)

2. Meminta konfirmasi (confirmation)

3. Memeriksa dokumen (documentation)

4. Reviu analitikal (analytic review atau analytical review)

5. Meminta informasi lisan atau tertulis dari auditan (inquiries of the auditee)

6. Menghitung Kembali (reperformance)

7. Mengamati (observation)

Kalau tehnik-tehnik audit itu diterapkan dalam audit umum, maka bukti

audit yang berhasil dihimpun akan mendukung pendapat auditor independent.

Dalam audit investigative, tehnik-tehnik audit tersebut bersifat eksplorative,

mencari “wilayah garapan”, atau probing (misalnya dalam reviu analitikal)

maupun pedalaman (misalnya dalam confirmation dan documentation).

Tehnik-tehnik audit relative sederhana untuk diterapkan dalam audit

investigative. Sederhana, namun ampuh. Tema kesederhanaan dalam pemilihan

tehnik audit (termasuk audit investigative).

Tehnik-Tehnik Audit

Ada tehnik audit yang lebih dekat kepada praktek investigasi perpajakan

dan organized crime(seperti Net Worth Method dan Expenditure Method); Ada

juga tehnik audit seperti Follow the Money, yang mempunyai unsure pencucian

19

Page 20: Audit Investigasi (1)

uang dalam tindak pidananya yang berkaitan erat dengan naluri penjahat dan

sangat dipengaruhi oleh teknologi informasi dalam pengungkapannya.

Meskipun semua(tujuh) tehnik audit yang disebutkan pembahasan akan

berfokus pada reviu analitikal.

Memeriksa Fisik dan Mengamati

Memeriksa fisik atau physical examination lazimnya diartikan sebagai

penghitungan uang tunai (baik dalam mata uang rupiah atau mata uang asing),

kertas berharga, persediaan barang, aktiva tetap, dan barang berwujud (tangible

assets) lainnya.

Mengamati sering diartikan sebagai pemanfaatan indera kita untuk

mengetahui sesuatu. Kalau kita melakukan kunjungan pabrik, kita melihat luasnya

pabrik, peralatan yang ada, kegiatan yang dilakukan, banyaknya dan beragamnya

tenaga kerja. Kita juga mendengar sesuatu, mungkin sesuatu yang wangi (seperti

di pabrik parfum, aromatic, obat, dan lain-lain) atau bahkan bau yang menyengat

(misalnya ditempat penyamakan kulit atau tempat pengolahan sampah). Kita bisa

mencicipi,misalnya dipabrik yang menghasilkan makanan. Kita merasa suhu

panas atau dingin ditempat kerja. Singkatnya, mengamati adalah menggunakan

indera, bisa salah satu atau beberapa indera sekaligus.

Dalam kedua tehnik ini investigator menggunakan inderanya, untuk

mengetahui atau memahami sesuatu. Dari beberapa contoh dibawah, kita melihat

berbagai tingkat pemahaman yang bisa diperoleh dari pengamatan dan

pemeriksaan fisik:

Dari kunjungan ke lokasi yang terkena dampak semburan Lumpur panas di

Porong, Sidoarjo tahun 2006, investigator menyaksikan sendiri apa yang

terjadi dan luasnya musibah. Ini salah satu pemahaman. Investigator

mempunyai “bayangan”. Pemahaman ini penting ketika nantinya ia

membaca laporan para ahli secara rinci tentang luasnya kerusakan dan

besarnya kerugian.

Dari kunjungan ke wilayah yang terkena gempa, para relawan dan petugas

dari dinas Sosial dapat menentukan jumlah kilometer jalan, rumah,

20

Page 21: Audit Investigasi (1)

sekolah, rumah ibadah, kantor, pabrik, dan lain-lain yang rusak.

Pemahaman ini lebih dalam dari “bayangan” mengenai intensitas kerugian

akibat semburan Lumpur panas tadi. Disini ada data kuantitatif.

Meminta Informasi dan Konfirmasi

Meminta informasi baik lisan maupun tertulis kepada auditan, merupakan

prosedur yang biasa dilakukan auditor. Pertanyaannya, apakah dalam investigasi

hal itu perlu dilakukan? Apakah sebaiknya kita tidak meminta informasi, supaya

yang diperiksa tidak mengetahui apa yang kita cari? Yang bersangkutan juga

mempunyai kepentingan dan peluang untuk berbohong.

Seperti dalam audit juga dalam investigatif, permintaan informasi harus

dibarengi, diperkuat, atau dikolaborasi dengan informasi dari sumber lain atau

diperkuat (substantiated) dengan cara lain. Permintaan informasi sangat penting,

dan juga merupakan prosedur yang normal dalam suatu investigatif.

Meminta konfirmasi adalah meminta pihak lain (dari yang diinvestigasi)

untuk menegaskan kebenaran atau tidak keebenaran suatu informasi. Dalam audit,

tehnik ini umumnya diterapkan untuk mendapat kepastian mengenai saldo utang-

piutang. Tapi sebenarnya ia dapat diterapkan untuk berbagai informasi, keuangan

maupun non keuangan.

Memeriksa Dokumen

Tehnik ini tidak memerlukan pembahasan khusus. Tak ada investigasi

tanps pemeriksaan dokumen. Hanya saja, dengan kemajuan teknologi, definisi

dokumen menjadi luas, termasuk informasi yang diolah, disimpan dan

dipindahkan secara elektronis/digital.

Reviu Analitikal

Dalam reviu analitikal yang penting bukannya perangkat lunaknya, tetapi

semangatnya, Pada dasarnya seorang invvestigator secara intuitif terobsesi dengan

“sesuatu yang melenceng” dan bahwa “something must be wrong because it

21

Page 22: Audit Investigasi (1)

appears so”. Karena itu ia memerlukan patokan atau benchmark untuk

membandingkannya dengan apa yang dihadapinya. Patokan inilah yang

dirumuskan Stringer dan Stewart sebagai results that may reasonably be expected.

Misalnya kita sedang menginvestigasi suatu bank yang berkewajiban

memungut pajak penghasilan atas bunga yang diperoleh nasabahnya. Apakah

bank menyetorkan pajak penghasilan ini sesuai ketentuan, baik dalam jumlah

maupun waktu penyetoran? Apakah investigasi ini harus dimulai di cabang-

cabang atau kantor-kantor perwakilan? Menurut reviu analitikal,tidak.

Kita mulai dengan mencocokkan angka-angka agregat. Pertama, kita

tentukan jumlah pajak penghasilan yang sudah disetorkan untuk bank secara

keseluruhan (Kantor Pusat dan Cabang-cabang), menurut pembukuan bank itu.

Selanjutnya, ini adalah hasil perkalian antar tarif pajak (misal 10 %) dengan

jumlah bunga yang dibayarkan bank itu kepada kepada para nasabahnya.

Perbedaan antara data A dengan data B bisa merupakan perbedaan waktu

(timming difference) saja. Yakni, perbedaan antara saat memotong dan saat

menyetor pajak penghasilan. Timming difference ini juga mudah dialokasi.

Tetapi mungkin juga ada perbedaan yang bersifat tetap (permanent

difference) misalnya dalam hal deposan dalam negeri yang mendapat pembebasan

pajak penghasilan dan deposan di cabang-cabang luar negeri dimana bank tidak

berkewajiban memungut pajak penghasilannya. Perbedaan ini mudah diketahui

karena umumnya jumlah deposan dalam negeri yang dibebaskan, tidak banyak.

Sedangkan untuk deposan di cabang-cabang diluar negeri, kita mengabaikan

seluruh data bunga luar negeri (bagian dari data B semula).

Dengan contoh ini, mari kita saji definisi reviu analitikal diatas: a form of

deductive reasoning in which the propriety of the individual details is inferred

from evidence of the reasonableness of the aggregate results. Kiita haeus memulai

dari belakang. Pertama, evidence of the reasonbleness of the aggregate of the

results; ini diperoleh dari data B yang diadjust untuk deposan dalam negeri yang

dikecualikan pemungutan pajak penghasilannya dan bunga di cabang-cabang luar

negeri.

22

Page 23: Audit Investigasi (1)

Kedua, a form of deductive reasoning. Di sinin kita membuat deduksi dari

data agregat, data global, data menyeluruh, yang dalam hal ini adalah data A dan

data B. Deduksi ini berkenaan dengan the proprierty of the individual details.

Individual details disini adalah pemungutan dan penyetoran pajak penghasilan

oleh bank secara transaksi demi transaksi, cabang demi cabang, atau mungkin per

pejabat bank sesuai dengan kewenangannya. Kita “think ananlytical first”, dan

tidak langsung terjun dan menyibukkan diri dengan detailed substantive test.

Ada bermacam-macam variasi dari tehnik reviu analitical, namun

semuanya didasarkan atas perbandingan antara apa yang dihadapi dengan apa

yang layaknya harus terjadi, dan berusaha menjawab sebabnya tterjadi

kesenjangan. Apakah ada kesalahan (error), fraud, atau salah merumuskan

patokannya.

Membandingkan anggaran dengan realisasi –

Membandingkan data anggaran dan realisasi dapat mengindikasikan

adanya fraud. Yang perlu dipahami di sini adalah mekanisme pelaksanaan

anggaran, evaluasi atas pelaksanaan anggaran, dan insentif (keuangan maupun

non keuangan) yang terkandung dalam sistem anggarannya.

Dalam entitas yang merupakan profit center atau revenue center, pejabat

tertentu menerima insentif (bonus) sesuai dengan “keberhasilan” yang diukur

dengan pelampauan anggaran. Investigator perlu mengantisipasi kecenderungan

realisasi penjualannya dibuat tinggi (overstated). Penjualan kredit dan pengiriman

barang secara besar-besaran pada akhir tahun merupakan indikasi mengenai hal

itu. Pengembalian barang sesudah akhir tahun memperkuat indikasi adanya fraud.

Hubungan antara satu data keuangan dengan data keuangan

lain–

Beberapa akun, baik dalam suatu maupun beberapa laporan keuangan, bisa

mempunyai keterkaitan yang dapat dimanfaatkan untuk reviu analitikal. Contoh:

angka penjualan dengan piutang dan persediaan rata-rata, angka penjualan dengan

23

Page 24: Audit Investigasi (1)

bonus bagian penjualan, penghasilan bunga dengan saldo rata-rata tabungan dan

seterusnya.

Menggunakan data non keuangan –

Inti dari reviu analitikal adalah mengenal pola hubungan, relationship

pattern. Pola hubungan ini tidak mesti hanya antara satu data keuangan dengan

data keuangan lain. Pola hubungan non keuanganpun bisa bermacam-macam

bentuknya.

Dalam bisnis perkebunan ada hubungan antara jumlah pupuk yang

dipergunakan dengan hasil produksi atau panen; angka masukan maupun keluaran

dinyatakan dalam satuan non keuangan, seperti jumlah ton untuk pupuk dan sawit.

Di pabrik gula ada ukuran antara jumlah ton tebu yang masuk ke pabrik

dan jumlah ton gula yang dihasilkan. Pola hubungan antara masukan dan keluaran

ini dinyatakan dalam suatu ratio yang dalam industri gula dikenal sebagai

rendemen. Perhitungan serupa kita lihat di industri kayu lapis atau blackboard,

dengan nama recovery.

Bermacam ratio kita gunakan untuk berbagai industri. Bahkan industri-

industri atau perusahaan pemeringkat mengembangkan dan menyebarkan industry

ratios.

Perusahaan penerbangan Garuda mendapatkan hasil yang sangat signifikan

dari perjalanan haji. Data yang penting, jumlah calon haji yang diterbangkan,

dapat diperoleh dari sumber intern maupun ekstern Garuda.

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di konsulat-konsulat kita diluar

negeri, mempunyai hubungan linier dengan banyaknya visa yang diterbitkan.

Reviu analitikal sering dilakukan dengan hitungan cepat untuk

menunjukkan keganjilan. Seorang bankir mencatat informasi yang diterimanya

dari calon nasabah kreditnya. Dengan cepat ia menetukan bahwa pabrik pulp

berkapasitas besar dilokasi yang terisolasi, tidak akan bisa beroperasi karena

bahan bakunya tidak akan cukup. Semua data untuk membuat kesimpulan itu ia

peroleh selama makan siang dengan calon debiturnya.

24

Page 25: Audit Investigasi (1)

Regresi atau Analisis Trend -

Dengan data historikal yang memadai(makin banyak makin baik, ceteris

paribus), reviu analitikal dapat mengungkapkan trend. Berbagai perangkat lunak

mempermudah hitungan dan grafiknya, misalnya STAR.

Menggunakan indikator ekonomi makro –

Ada hubungan antara besarnya pajak penghasilan yang diperoleh dalam

suatu tahun dengan indikator-indikator ekonomi seperti inflasi, tingkat

pengangguran, cadangan devisa, indikator ekonomi negara-negara yang menjadi

partner perdagangan Indonesia, hargaminyak mentah dan komoditi lain, dan lain-

lain. Ini merupakan bidang studi yang ditekuni para ahli ekonomi makro dan

ekonometri.

MENGHITUNG KEMBALI

Menghitung kembali atau repeform tidak lain dari mencek kebenaran

perhitungan (kali, bagi, tambah, kurang, dan lain-lain). Ini prosedur yang sangat

lazim dalam audit. Biasanya tugas ini diberikan kepada seseorang yang baru mulai

bekerja sebagai auditor; seorang junior auditor di kantor akuntan.

Dalam investigatif, perhitungan yang dihadapi umumnya sangat kompleks,

didasarkan atas kontrak atau perjanjian yang rumit, mungkin sudah terjadi

perubahan dan renegoisasi berkali-kali dengan pejabat(atau kabinet) yang

berbeda. Perhitungan ini dilakukan atau disupervisi oleh investigator yang

berpengalaman.

Beberapa contoh penghitungan kembali semacam itu yang berpotensi

triliunan rupiah:

Kasus penyelesaian kewajiban pemegang saham menurut Keputusan

Menteri Keuangan nomor 151/KMK.01/2006 tanggal 16 Maret 2006

mensyaratkan penetapan jumlah kewajiban berdasarkan data terakhir.

Perhitungan cost recovery oleh kontraktor bagi hasil (Production Sharing

Contractor). Cost recovery ini sangat besar jumlahnya. Kalau tidak

25

Page 26: Audit Investigasi (1)

dihitung kembali oleh counterpart PSC atau lembaga pemeriksa

independen, cost recovery rawan penyalahgunaan.

Biaya yang dikeluarkan BUMN yang mempunyai kewajiban memberikan

pelayanan umum (public Service Obligation). Keterlambatan

pembayaran PSO mempunyai dampak yang besar terhadap likuiditas

BUMN yang bersangkutan.

Investigatif Dengan Tehnik Perpajakan

Investigatif dengan tehnik perpajakan menggunakan dua tehnik yang

secara luas dipraktekkan oleh IRS (Internal Revenue Services) di Amerika

Serikat. Kedua tehnik investigasi ini digunakan untuk menentukan panghasilan

kena pajak (PKP) yang belum dilaporkan oleh wajib pajak dalam SPT-nya.

Penerapan tehnik-tehnik ini terus berkembang, sehingga menjadi umum

digunakan dalam memerangi organized crime.

Kedua tehnik investigatif ini adalah Net Worth Method dan Expenditure

Method. Keduanya menggunakan logika pembukuan atau akuntansi yang

sederhana. IRS menggunakannya sebagai bukti tidak langsung (circumstantial

evidence). Tehnik ini menggeser beban pembuktian dari negara/fiskus kepada

wajib pajak. Perlindungan hak wajib pajak diperlukan karena pergeseran beban

pembuktian tersebut diatas.

NET WORTH METHOD

Net worth method diterapkan oleh kantor pajak Amerika Serikat (IRS).

Pemakaiannya bisa ditelusuri kembali ke tahun 1931 ketika IRS berhasil

menjaring Al(fonso) Capone. Sejak Congress mengundangkan RICO Act pada

tahun 1970, penggunaannya diperluas untuk menemukan indikasi illegal income

dari organized crime (kejahatan yang diorganisasi seperti Mafia,Triad, dan lain-

lain).

Net worth method untuk investigasi pajak ingin membuktikan adanya PKP

yang belum dilaporkan oleh wajib pajak. Untuk organized crime yang ingin

26

Page 27: Audit Investigasi (1)

dibuktikan adalah terdapatnya penghasilan yang tidak sah, melawan hukum, atau

illegal income.

Net Worth Method untuk Perpajakan -

Di Amerika Serikat di mana Net Worth Method diterima sebagai cara

pembuktian tidak langsung, dasar penggunaannya adalah kewajiban wajib pajak

untuk melaporkan semua penghasilannya (sebagaimana didefinisikan oleh

undang-undangnya) dalam tax returns mereka. Ketentuan serupa juga berlaku di

Indonesia di mana wajib pajak diwajibkan penghasilannya secara lengkap dan

benar dalam SPT (Surat Pemberitahuan Tahunan, dalam hal ini SPT PPh).

Pemeriksa pajak menetapkan net worth atau kekayaan bersih pada awal

tahun. Ini diperoleh dari pengurangan seluruh assets seseorang dengan seluruh

liabilities-nya. Jadi di awal tahun tertentu,sebutlah Tahun-1, net worth = assets-

lialibilities. Hal yang sama dilakukan untuk menentukan net worth Tahun-2.

Selanjutnya, net worth Tahun-1 dibandingkan dengan net worth tahun-2.

perbandingan ini akan menghasilkan kenaikan net worth (net worth increase) yang

seharusnya sama dengan PKP untuk tahun-2. Karena itu kenaikan net worth ini

dibandingkan dengan penghasilan yang dilaporkan dalam SPT PPh tahun-2.

Net Worth Method untuk organized crime -

Dengan rumus yang hampir sama, kita dapat menentukan illegal income.

Seperti disebutkan tadi, di Amerika Serikat metode ini digunakan dalam

memerangi organized crime. Di Indonesia pendekatan ini dapat digunakan untuk

memerangi korupsi. Ketentuan perundang-undangannya sudah ada, yakni laporan

mengenai kekayaan pejabat.

Legal income adalah semua penghasilan yang dilaporkan yang

bersangkutan. Inilah yang dibandingkan dengan net worth increase (sesudah di-

adjust dengan personal expenses) untuk menentukan illegal income.

27

Page 28: Audit Investigasi (1)

EXPENDITURE METHOD

Sebagaimana halnya dengan Net Worth yang dijelaskan, penerapan

Expenditure Method juga dipelopori IRS. Expenditure Method yang merupakan

derivasi atau turunan dari net worth method digunakan IRS sejak tahun 1940an.

Ketika RICO Act diundangkan dalam tahun 1970, Expenditure Method

dimanfaatkan sebagai petunjuk organized crime. Expenditure Method juga

merupakan cara pembuktian tidak langsung.

Seperti Net Worth Method, Expenditure Method juga dimaksudkan untuk

menentukan unreported taxable income. Expenditure Method lebih cocok untuk

para wajib pajak yang tidak mengumpulkan harta benda, tetapi mempunyai

pengeluaran-pengeluaran besar (mewah).

Expenditure Method lebih populer dari Net Worth Method, karena

Expenditure Method lebih mudah dibuat atau dihitung, dan juga lebih mudah

dimengerti oleh orang awam. Mahkamah Agung di Amerika Serikat tidak

menetapkan Expenditure Method secara khusus sebagai alat pembuktian, karena

Expenditure Method dianggap derivasi atau turunan dari Net Worth Method.

Seorang akuntan harusnya mampu menghitung unreported taxable income

berdasarkan Net Worth Method akan mengkonversikannya ke Expenditure

Method.

Expenditure Method harusnya digunakan untuk kasus-kasus perpajakan

apabila kondisi-kondisi berikut sangat kuat atau dominan:

1. Wajib pajak tidak menyelenggarakan pembukuan atau catatan.

2. Pembukuan dan catatan wajib pajak tidak tersedia, misalnya karena

terbakar.

3. Wajib pajak menyelenggarakan pembukuan tetapi tidak memadai.

4. Wajib pajak menyembunyikan pembukuan.

5. Wajib pajak tidak mempunyai assets yang terlihat atau dapat diidentifikasi.

Expenditure Method harusnya digunakan untuk kasus-kasus organized

crime apabila kondisi-kondisi berikut sangat kuat atau dominan:

1. Tersangka kelihatannya tidak membeli asset seperti rumah, tanah,

saham, perhiasan, mobil atau kapal mewah, dan seterusnya.

28

Page 29: Audit Investigasi (1)

2. Tersangka mempunyai gaya hidup mewah dan agaknya diluar

kemampuannya.

3. Tersangka diduga mengepalai jaringan kejahatan, atau semua saksi

yang memberatkan dia adalah para penjahat yang sudah dijatuhi

hukuman.

4. Illegal income harus ditentukan untuk menghitung denda (misalnya

dalam kejahatan penebangan hutan ilegal), menghitung kerugian

negara (dalam kasus korupsi), dan pungutan negara lainnya.

Expenditure Method adalah derivasi dari Net Worth Method. Namun,

perlakuan terhadap asset dan liabilities-nya berbeda. Misalnya, dalam Net Worth

Method penyidik akan mencantumkan saldo akhir kas dan bank. Dalam

Expenditure Method, hanya perubahannya yang diambil (kenaikan atau penurunan

kas dan bank). Hal yang sama juga berlaku untuk persediaan barang, piutang,

utang, dan pinjaman bank. Depresiasi, amortisasi, deplesi, deffered gains, dan

semacamnya juga diabaikan dalam Expenditure Method ini sebenarnya

merupakan hal yang elementer untuk seorang akuntan.

FOLLOW THE MONEY

Pertama kita akan melihat naluri penjahat. Tanpa disadarinya, nalurinya ini

akan meninggalkan jejak-jejak berupa gambaran mengenai arus uang. Jejak-jejak

uang atau money trails inilah yang dipetakan oleh penyidik.

Ketentuan perundang-undangan mengenai tindak pidana pencucian uang

menginagtkan kita bahwa bukan kejahatan utamanya saja (seperti korupsi,

penyuapan, penyelundupan barang dan manusia, pencurian, prostitusi, terorisme,

dan lain-lain) yang merupakan tindak pidana, tetapi juga pencucian uangnya

adalah tindak pidana.

Uang sangat cair/likuid, mudah mengalir. Itulah sebabnya Follow The

Money mempunyai banyak peluang untuk digunakan dalam investigatif. Namun,

mata uang kejahatan atau currency of crime bukanlah uang semata-mata.

29

Page 30: Audit Investigasi (1)

Mengetahui currency of crimeakan membuka peluang baru untuk menerapkan

tehnik Follow The Money.

Naluri Penjahat

Dalam setiap kejahatan pada umumnya, dan fraud khususnya, ada suatu

gejala yang sangat lumrah, yakni pelaku berupaya memberi kesan bahwa ia tidak

terlibat fraud. Untuk itu, pelaku “harus jauh” dari fraud itu sendiri dan “harus

jauh” dari uang yang merupakan hasil kejahatan. Itulah sebabnya, salah satu

aksioma dalam fraud ialah fraud is hidden atau fraud itu tersembunyi.

Di lain pihak, motive dari perbuatan fraud itu sendiri pada umumnya,

adalah mendapatkan uang. Kalaupun bukanitu motive-nya ada aliran uang ke diri

pelaku(atau keluarganya).pada akhirnya ada arus uang atau dana dari “tempat

persembunyian” atau “tempat penitipan” yang mengalir ke alamat sipelaku utama.

Jejak-jejak kejahatan, dalam hal ini, berupa arus uang. Karena itu, dalam

mencari pelaku, investigator menelusuri jejak-jejak uang ini. Tehnik investigatif

yang menelusuri arus dana dan mencari muaranya, disebut Follow The Money.

Kriminalisasi dari pencucian uang

Pola perilaku pelaku kejahatan dengan “menjauhkan” uang dari pelaku dan

perbuatannya dilakukan melalui cara placement, layering, dan integration. Tindak

perbuatan ini denga tegas diperlakukan serbagai tindak pidana sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang nomor 15 tahun 2002 tentang Tindak pidana Pencucian

uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 25 tahun 2003.

Dengan diperlakukannya pencucian uang sebagai tindak pidana

(kriminalisasi dari pencucian uang), maka banyak kasus kejahatan (termasuk

tindak pidana korupsi) dapat diproses (pengadilan) melalui kejahatan utamanya

dan melalui pencucian uangnya.

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) merupakan

lembaga yang penting untuk mengungkapkan pelaku-pelaku dengan menelusuri

30

Page 31: Audit Investigasi (1)

laporan-laporan dari berbagai sumber, tanpa harus membuktikan kejahatan

utamanya.

Follow The Money dan Data Mining

Tehnik investigasi ini sebenarnya sangat sederhana. Kesulitannya adalah

datanya sangat banyak dalam hitungan terabytes. Kita tidak bisa mulai dengan

pelakunya, yang kita ingin kita lihat justru adanya pola-pola arus dana yang

menuju ke suatu tempat (yang memberi indikasi tentang pelaku atau otak

kejahatan).

Disamping kerumitan karena data yang begitu besar, juga diperlukan

kecermatan dan persistensi dalam mengumpulkan bahan-bahannya. Kemajuan

yang sangat pesat di bidang teknologi informasi, memfasilitasi proses ini.

Mata Uang Kejahatan

Ciri dari penggunaan currency of crime yang bukan berupa uang adalah

izin-izin atau lisensi untuk akses ke sumber-sumber daya alam yang umumnya

dialokasikan kepada keluarga dan kerabat sang diktator.

Dalam hal itu currency of crime- nya bisa berupa intan berlian, minyak

bumi, pasir laut, kayu bundar (logs), ganja, dan lain sebagainya. Di sini ada dua

arus yang bisa diikuti investigator, yakni arus dana dan arus fisik barang. Arus

fisik barang sering memberikan indikasi kuat, karena adanya anomali. Contoh:

data statistik resmi mengenai impor-ekspor yang menunjukkan kesenjangan yang

besar, antara data negara pengimpor dan negara pengekspor.

Investigatif Tindak Pidana Korupsi

Tindak Pidana Korupsi (TPK) dilihat dari ketentuan perundangan yang

berlaku di Indonesia. Yang akan dipakai sebagai acuan dalam pembahasan ini

adalah Undang-Undang nomor 31 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang nomor 20 tahun 2001 tentang pemberantasan TPK. Untuk TPK

31

Page 32: Audit Investigasi (1)

yang dilakukan sebelum berlakunya undang-undang ini, yakni tanggal 21

november 2001, berlaku Undang-Undang nomor 3 tahun 1971.

Analisis pasal-pasal TPK akan menganalisis semua pasal yang

mengandung TPK ke dalam unsur-unsurnya, bagian inti atau bestanddeel.

Pendekatan ini dipakai oleh penyelidik, penyidik, dan jaksa penuntut umum.

Keberhasilan atau kegagalan suatu investigatif TPK, di luar masalah

penyuapan kepada penegak hukum, ditentukan oleh kemampuan membuktikan

bagian-bagian inti dan meyakinkan majelis hakim dalam persidangan pengadilan.

Analisis Pasal-Pasal TPK

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi, mencakup 30 tindak pidana yang diartikan sebagai tindak pidana

korupsi (TPK). Ini dapat dilihat dalam pasal-pasal dan ayat-ayat yang berikut:

No. Pasal No. Pasal No. Pasal

1. 2 11. 7 ayat (2) 21. 12 huruf f

2. 3 12. 8 22. 12 huruf g

3. 5 ayat (1) huruf a 13. 9 23. 12 huruf h

4. 5 ayat (1) huruf b 14. 10 24. 12 huruf i

5. 6 ayat (1) huruf a 15. 11 25. 12 B

6. 6 ayat (1)huruf b 16. 12 huruf a 26. 12 C

7. 7 ayat (1) huruf a 17. 12 huruf b 27. 13

8. 7 ayat (1) huruf b 18. 12 huruf c 28. 14

9. 7 ayat (1) huruf c 19. 12 huruf d 29. 15

10. 7 ayat (1) huruf d 20. 12 huruf e 30. 16

Pemeriksa memfokuskan investigasinya pada pencarian indikasi-indikasi

atau bukti awal dari masing-masing unsur atau bagian inti TPK. Dengan

meningkat dan mendalamnya investigasi, maka upaya diarahkan kepada

pengumpulan dan penyajian alat-alat bukti.

32

Page 33: Audit Investigasi (1)

Karena itu, penting sekali bagi pemeriksa untuk mengetahui bagian inti

atau berstanddeel dari ke 30 TPK. Dalam uraian pasal-pasal dan ayat-ayat yang

mencangkup ke 30 TPK, berstanddeel ini digaris bawahi. Pasal-pasal ini juga

disertai dengan penjelasan undang-undangnya.

Dalam dokumentasi investigasinya, pemeriksa merinci semua indikasi dan

alat bukti untuk masing-masing bagian inti atau tindak pidana korupsi yang

disangkakan atau didakwakan.

Beberapa Konsep Undang-Undang TPK

Dibawah ini ada catatan mengenai beberapa konsep, baik yang secara

umum dikenal dalam KUHP dan KUHAP, maupun yang khas untuk TPK.

Konsep-konsep itu adalah:

Alat bukti yang sah

Beban pembuktian terbalik

Gugatan perdata atas harta yang disembunyikan

Pemidanaan secara in absentia

“Memperkaya” versus” Menguntungkan”

Pidana mati

Nullum delictum

Concursus idealis

Concursus realis

Perbuatan berlanjut

“Lepas dari tuntutan hukum” versus “ bebas”

Konsep ini dimaksudkan untuk membantu investigator yang tidak

mempunyai latar belakang pendidikan hukum. Dalam analisis kasus para

investigator dapat melihat penerapan sebagian konsep-konsep ini.

Analisis Beberapa Kasus Korupsi

Para akuntan forensik dapat menarik pelajaran berharga dari pendapat dan

komentar para ahli hukum, mengenai kasus-kasus yang sudah ada putusan hakim.

33

Page 34: Audit Investigasi (1)

Prof. Dr. Jur. Andi Hamzah adalah seorang di antara ahli hukum pidana dan

hukum secara pidana yang banyak menulis tentang kasus-kasus korupsi.

Dalam bukunya, Profesor Andi Hamzah secara rinci mencantumkan posisi

dan analisis kasusnya. Analisis di bawah merupakan ringkasan untuk

menonjolkan hal-hal yang penting bagi akuntan forensik. Para akuntan forensik

sebaiknya mempelajari secara utuh dokumentasi dari suatu kasus, yakni sejak

surat dakwaan yang diajukan penuntut umum, sampai kepada putusan Mahkamah

Agung.

Kasus Samadikun Hartono

Penuntut Umum mendakwa Samadikun Hartono (Presiden Komisaris PT

Bank Modern Tbk), bersama-sama dengan Bambang Trianto ( Presiden Direktur

PT Bank Modern Tbk):

Dakwaan Primair:

Secara berlanjut melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain

atau suatu badan secara melawan hukum atau secara tidak patut menggunakan

uang atau menyalurkan sejumlah dana BLBI atau bertentangan dengan

peruntukkannya yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara

sebesar Rp 169.492.986.461,54

Dakwaan Subsidair:

Dengan perbuatan itu juga menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu

badan dengan menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada

padanya karena jabatan atau kedudukan, yang langsung atau tidak langsung dapat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Menarik sekali apa yang dikatakan Andi Hamzah mengenai putusan

Pengadilan Negeri dan Mahkamah Agung dalam kasus Samadikun Hartono, serta

tragedi pada akhirnya:

Didalam pertimbangan Pengadilan Negeri perbuatan terdakwa tidak dapat

dikualifikasikan sebagai perbuatan melawan hukum karena itu, terdakwa

dibebaskan dari segala dakwaan baik yang primair maupun yang subsidiair.

34

Page 35: Audit Investigasi (1)

Nyata sekali kekeliruan hakim karena pada dakwaan subsidiair yang

terdakwa juga dibebaskan, tidak ada bagian inti (bestandeel) melawan hukum,

sehingga tidak perlu dibuktikan.

Kasus Djoko S. Tjandra

Djoko S. Tjandra melakukan kontrak cessie dengan Rudi Ramli (Bank

Bali). Karena perbuatan itu dilakukan pada tahun 1998, penuntut umum

mendakwa Djoko Tjandra dengan pasal 1 ayat 1 huruf a dari undang-undang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi nomor 3 tahun 1971.

Menurut Andi Hamzah:

Kurang tepat mendakwa perbuatan cessie sebagai merupakan perbuatan

melawan hukum memperkaya diri sendiri. Sehingga Pengadilan Negeri dan

Mahkamah Agung membebaskan Djoko S. Tjandra, dengan alasan perbuatan

melakukan cessie adalah perbuatan perdata dan bukan pidana.

Yang menjadi soal sebenarnya adalah mengapa pencairan uang hasil cessie

itu berjalan dengan cepat dan mulus. Mengapa kalau orang lain yang membuat

cessie, hasil cessie-nya sulit dicairkan? Jadi seharusnya Djoko S Tjandra didakwa

memberi suap kepada pejabat negara dan BPPN primair pasal 209 KUHP juncto

pasal 1 ayat (1) huruf c undang-undang 3/1971;, subsidiair pasal 1 ayat (1) huruf d

undang-undang 3/1971, yang sekarang menjadi pasal 13 UU PTPK 1999.

Investigatif Pengadaan

Pengadaan merupakan salah satu sumber korupsi terbesar dalam sektor

keuangan publik. Tiap-tiap tahun BPK maupun BPKP, melaporkan kasus

pengadaan yang mengansung unsur tindak pidana korupsi. Tidak banyak yang

masuk ke persidangan pengadilan. Beberapa kasus pengadaan yang berhasil

diselesaikan di pengadilan, membuyarkan legenda bahwa mark-up “hanya” 30%.

Cara-cara investigasi yang dijelaskan di bawah, diterapkan dalam pengadaan yang

menggunakan sistem tender atau penawaran secara terbuka. Dalam sistem ini,

lazimnya ada tiga tahapan besar sebagai berikut:

35

Page 36: Audit Investigasi (1)

1. Tahap pra tender

2. Tahap penawaran dan negoisasi

3. Tahap pelaksanaan dan penyelesaian administratif

Auditor harus menguasai seluk-beluk dan potensi fraud dalam setiap

tahap. Yang dapat membantunya adalah gejala-gejala yang sering muncul ke

permukaan pada setiap tahap tersebut diatas.

Standar

Secara sederhana, standar adalah ukuran mutu. Karena itu dalam pekerjaan

audit, para auditor ingin menegaskan standar mereka. Dengan standar ini pihak

yang diaudit (auditee), pihak yang memakai laporan audit, dan pihak-pihak lain

dapat mengukur mutu kerja si auditor. Hal yang sama juga ingin dicapai para

investigator dan forensic accountant.

Standar tersebut adalah:

1. Seluruh investigasi harus dilandasi praktek terbaik yang diakui

2. kumpulkan bukti-bukti dengan prinsip kehati-hatian sehingga bukti-bukti

tadi dapat diterima dipengadilan.

3. Pastikan bahwa seluruh dokumentasi, dalam keadaan aman, terlindungi

dan diindeks; dan jejak audit tersedia.

4. Pastikan bahwa para investigator mengerti hak-hak azasi pegawai dan

senatiasa menghormatinya.

5. Beban pembuktian ada pada yang “menduga” pegawainya melakukan

kecurangan, dan pada penuntut umum yang mendakwa pegawai tersebut,

baik dalam kasus hukum administratif maupun hukum pidana.

6. Cakup seluruh substansi investigasi dan “kuasai” seluruh target yang

sangat kritis ditinjau dari segi waktu.

7. Liput seluruh tahapan kunci dalam proses investigasi, termasuk

perencanaan, pengumpulan bukti dan barang bukti, wawancara, kontak

dengan pihak ketiga, pengamanan mengenai hal-hal yang bersifat rahasia,

ikuti tata cara atau protokol, dokumentasi dan penyelenggaraan catatan,

36

Page 37: Audit Investigasi (1)

keterlibatan polisi, kewajiban hukum, dan persyaratan mengenai

pelaporan.

Standar –1

Seluruh investigasi harus dilandasi praktek-praktek terbaik yang diakui

(accepted best practices).istilah best practices sering dipakai dalam penetapan

standar. Dalam istilah ini tersirat dua hal. Pertama,adanya upaya membandingkan

antara praktek-praktek yang ada dengan merujuk kepada yang terbaikpada saat

itu. Upaya ini disebut benchmarking. Kedua,upaya benchmarking dilakukan terus

menerus untuk mencari solusi terbaik.

Standar-2

Kumpulkan bukti-bukti dengan prinsip kehati-hatian (due care) sehingga

bukti-bukti tadi dapat diterima dipengadilan. Bandingkan standar ini dengan

nasehat kedua dari daviadi atas.

Standar-3

Pastikan bahwa seluruh dokumentasi dalam keadaan aman, terlindungi,

dan diindeks; dan jejak audit tersedia. Dokumentasi ini diperlukan sebagai

referensi apabila ada penyelidikan di kemudian hari untuk memastikan bahwa

investigasi sudah dilakukan dengan benar. Referensi ini juga membantu

perusahaan dalam upaya perbaikan cara-cara investigasi sehingga accepted best

practices yang dijelaskan dapat dilaksanakan.

Standar-4

Pastikan bahwa investigator mengerti hak-hak azasi pegawai dan

senantiasa menghormatinya. Kalau investigatif dilakukan dengan cara yang

melanggar hak azasi pegawai, yang bersangkutan dapat menuntut perusahaan dan

investigatornya. Bukti-bukti yang sudah dikumpulkan dengan waktu dan biaya

yang banyak, menjadi sia-sia.

37

Page 38: Audit Investigasi (1)

Standar-5

Ingatlah bahwa beban pembuktian ada pada perusahaan yang “menduga”

pegawainya melakukan kecurangan, danpada penuntut umumyang mendakwa

pegawai tersebut, baik dalam kasus hukumadminstratif dan pidana. Dalam kasus

pidana di Amerika Serikat, beban pembuktian ini harus beyond reasonable doubt

atau “melampaui keraguan yang layak”.

Standar-6

Cakup seluruh substansi investigasi dan “kuasai” seluruh target yang

sangat kritis ditinjau dari segi waktu.

Dalam melaksanakan investigatif, kita menghadapi keterbatasan waktu.

Dalam menghormati azaspraduga tidak bersalah, hak dan kebebasan seseorang

harus dihormati.

Standar-7

Liput seluruh tahapan kunci dalam proses investigatif, termasuk

perencanaan, pengumpulan bukti, dan barang bukti, wawancara, kontak

denganpihak ketiga, pengamanan mengenai hal-hal yang bersifat rahasia, ikuti tata

cara atau protokol, dokumentasi dan penyelenggaraan catatan, keterlobatan polisi,

kewajiban hukum, dan persyaratan mengenai pelaporan.

38