AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI PUPUK...

download AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI PUPUK …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/60471/8/F09hpr.pdf · Bahan baku pembuatan pupuk urea yaitu ammonia, ... dan pengambilan

If you can't read please download the document

Transcript of AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI PUPUK...

  • AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI PUPUK UREA

    DI PT. PUPUK KUJANG

    Oleh:

    HERA PRATIWI

    F14053061

    2009

    DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

  • AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI PUPUK UREA

    DI PT. PUPUK KUJANG

    SKRIPSI

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

    Pada Departemen Teknik Pertanian

    Fakultas Teknologi Pertanian

    Institut Pertanian Bogor

    Oleh :

    HERA PRATIWI

    F14053061

    2009

    DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

  • FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI PUPUK UREA

    DI PT. PUPUK KUJANG

    SKRIPSI

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

    Pada Departemen Teknik Pertanian

    Fakultas Teknologi Pertanian

    Institut Pertanian Bogor

    Oleh :

    HERA PRATIWI

    F14053061

    Dilahirkan pada tanggal 24 Agustus 1987

    Di Garut

    Menyetujui,

    Bogor, Juli 2009

    Ir. Sri Endah Agustina, M.S Ir. Adityagung Murbantoro, M.T Pembimbing I Pembimbing II

    Mengetahui,

    Dr. Ir. Desrial, M.Eng Ketua Departemen Teknik Pertanian

    Tanggal ujian : 10 Juli 2009 Tanggal lulus :

  • Hera Pratiwi. F14053061. Audit Energi Pada Proses Produksi Pupuk Urea di PT. PUPUK KUJANG. Di bawah bimbingan Ir. Sri Endah Agustina, MS dan Ir. Adityagung Murbantoro, MT. 2009.

    RINGKASAN

    Saat ini cadangan energi dunia semakin berkurang. Indonesia sendiri saat ini memiliki cadangan gas bumi sebesar 165 TSCF status 1 Januari 2007. Dengan kondisi saat ini, cadangan gas Indonesia mencukupi untuk 62 tahun. Mengingat hal tersebut, maka diperlukan suatu upaya konservasi untuk memelihara kelestarian sumber daya yang ada. Langkah awal yang dapat dilakukan untuk konservasi energi adalah dengan melaksanakan audit energi secara berkala. Audit energi akan membantu menyediakan data pola penggunaan energi secara detil serta sistem distribusinya dalam suatu sistem proses, bentuk bentuk energi, dan sumber energi yang digunakan. Sehingga, apabila terjadi pemborosan energi maka akan dapat segera teridentifikasi.

    Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengkaji bentuk, sumber dan aliran energi pada proses produksi pupuk urea di PT. PUPUK KUJANG 1A, menghitung jumlah energi yang dibutuhkan untuk memproduksi per kg urea, menghitung efisiensi penggunaan energi di tiap seksi pada proses produksi pupuk urea dan mengidentifikasi seksi atau proses yang tidak efisien.

    Bahan baku pembuatan pupuk urea yaitu ammonia, karbondioksida dan air. Proses pembuatan pupuk urea sendiri terdiri dari beberapa seksi atau tahapan proses yang dilakukan di 4 (empat) seksi, yaitu seksi sintesa, seksi dekomposisi/purifikasi, seksi recovery, dan seksi kristalisasi dan prilling dengan menggunakan proses Mitsui Toatsu Total Recycle C Improved. PT. PUPUK KUJANG 1A mempunyai kapasitas produksi sebesar 1,725 ton/hari.

    Penelitian dilakukan selama bulan Maret 2009 di unit Teknik Proses (Process Engineering) Pupuk Kujang 1A. Metode audit yang digunakan yaitu pengamatan pada tiap seksi atau tahapan proses dengan memperhatikan kondisi produksi pada saat dilakukan audit energi. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah efisiensi energi masing-masing sistem yang diaudit. Pengambilan data dilakukan setiap hari setiap dua jam sekali selama 24 jam. Adapun pengambilan data dilakukan dengan cara pencataan di ruang pengendali dan pengambilan data di bagian teknik proses (process engineering).

    Hasil audit energi yang dilakukan di PT. PUPUK KUJANG 1A selama bulan Maret 2009 menunjukkan bahwa bentuk energi yang digunakan pada proses produksi pupuk urea adalah energi uap dan energi listrik yang bersumber dari gas alam yang diproses di utility plant, energi air umpan ketel dan energi biologis. Untuk memproduksi 1 kg urea dibutuhkan energi sebesar 6,083.23 kJ yang terdiri dari energi uap bertekanan 42 kg/cm2 sebesar 5,845.63 kJ (berasal dari utility plant), 220.85 kJ diperoleh dari energi listrik, 16.74 kJ diperoleh dari energi yang terkandung dalam air umpan ketel. Sisanya sebesar 0.0014 kJ diperoleh dari energi manusia. Efisiensi penggunaan energi di seksi sintesa, seksi dekomposisi/purifikasi, seksi recovery dan seksi kristalisasi dan prilling selama bulan Maret secara berturut-turut yaitu 39.54%, 43.39%, 39.97% dan 75.53%.

  • Kecilnya nilai efisiensi pada tiap seksi dikarenakan pada perhitungan audit taip-tiap seksi dianggap sebagai kesatuan terpisah. Sehingga energi yang sebenarnya masih digunakan untuk proses di seksi berikutnya dianggap sebagai energi yang hilang. Jika keseluruhan proses dianggap sebagai satu kesatuan sistem, maka diperoleh nilai efisiensi rata-rata selama bulan Maret 2009 yaitu 93.79%.

    Rata-rata efisiensi kerja gas turbin generator selama bulan Maret adalah 16.12%. Sedangkan efisiensi rata-rata ketel uap panas buang (2003-U), ketel uap paket I (2007-U) dan ketel uap paket II (2007-UA) selama bulan Maret 2009 berturut-turut adalah 87.52%, 89.92% dan 77.86%. Seluruh perhitungan yang dilakukan dalam audit selama bulan Maret 2009 menggunakan metode langsung. Sedangkan penelitian Suryadi (1994) dengan menggunakan metode perhitungan tidak langsung diperoleh efisiensi gas turbin generator, ketel uap panas buang, ketel uap paket I (2007-U) dan ketel uap paket II (2007-UA) berturut-turut adalah 23.75%, 74.32%, 74.69% dan 64.14%.

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 24 Agustus

    1987 dari ayah bernama Ade Barnas dan ibu bernama Noneng

    Nendah. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara.

    Tahun 2005, penulis lulus dari SMAN I Garut dan pada tahun

    yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB)

    melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan pada

    tahun 2006 penulis masuk pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas

    Teknologi Pertanian.

    Selama kuliah, penulis aktif mengikuti beberapa lembaga kemahasiswaan

    kampus, yaitu Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (HIMATETA) IPB,

    sebagai staf Departemen Keteknikan periode 2006-2007, sebagai bendahara II

    Himpunan Mahasiswa Garut (HIMAGA) periode 2006-2007, sebagai bendahara

    UKM Catur IPB pada tahun 2008, ketua bidang Pengembangan Sumber Daya

    Manusia (PSDM) HIMAGA periode 2007-2008 dan penanggung jawab klub

    kewirausahaan HIMATETA periode 2008-2009.

    Penulis pernah melaksanakan praktek lapangan pada tahun 2008 dengan

    topik Mempelajari Aspek Keteknikan Pada Proses Produksi Pupuk Urea

    di PT. PUPUK KUJANG. Dalam rangka menyelesaikan studinya, penulis

    melakukan penelitian dengan mengambil judul Audit Energi Pada Proses Produksi

    Pupuk Urea di PT. PUPUK KUJANG.

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

    hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

    berjudul Audit Energi Pada Proses Produksi Pupuk Urea di PT. PUPUK

    KUJANG.

    Skripsi ini tersusun atas bimbingan, dukungan dan doa yang begitu besar

    dari kedua orang tua dan keluarga. Ucapan terima kasih juga ingin penulis

    sampaikan atas segala dukungan dan bantuan selama penyusunan karya ilmiah ini

    kepada:

    1. Ir. Sri Endah Agustina, MS selaku dosen pembimbing akademik atas

    bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis.

    2. Ir. Adityagung Murbantoro, M.T selaku pembimbing II yang telah

    memberikan bimbingan kepada penulis selama penulis melakukan

    penelitian di PT. PUPUK KUJANG dan atas kesediaannya sebagai

    penguji.

    3. Dr. Ir. Y. Aris Purwanto, M.Sc selaku dosen penguji atas masukan-

    masukan yang membangun bagi penulis.

    4. Mas Ridwan yang telah banyak memberikan penulis bantuan dan

    dukungan selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi.

    5. Mas Yuda, Bapak Marwan, Bapak Maman dan seluruh jajaran

    PT. PUPUK KUJANG 1A dinas utility dan teknik proses yang telah

    banyak memberikan bantuan kepada penulis.

    6. Diki Pratama, Ricky Trinaldy, Teh Ami dan keluarga besar atas doa

    dan dukungan yang begitu besar.

    7. Bianca Dwiarsih (Acie) dan Nesh atas dukungan serta kebersamaanya

    selama di TEP.

    8. Neneh dan Yoe untuk bantuannya.

    9. Temanteman seperjuangan di Kisi (Adiesty, Sikom, dan Mira) dan

    teman-teman TEP 42.

  • Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh

    karena itu kritik, saran dan masukan yang membangun sangat diharapkan oleh

    penulis, agar ke depannya dapat lebih bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi

    pembaca.

    Bogor, Juli 2009

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    Hal

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

    DAFTAR TABEL ................................................................................................. v

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii

    DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... ix

    DAFTAR SIMBOL .............................................................................................. x

    DAFTAR ISTILAH .............................................................................................. xii

    I. PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG ......................................................................... 1

    B. TUJUAN PENELITIAN ..................................................................... 2

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. KEBUTUHAN ENERGI DI INDONESIA ........................................ 3

    B. KEBUTUHAN ENERGI PADA INDUSTRI PUPUK ....................... 4

    C. PROSES PRODUKSI PUPUK UREA DI PT. PUPUK KUJANG ...... 9

    D. AUDIT ENERGI ................................................................................. 17

    III. METODOLOGI PENELITIAN

    A. WAKTU DAN TEMPAT .................................................................... 20

    B. BATASAN SISTEM ........................................................................... 20

    C. PARAMETER PENGUKURAN ........................................................ 27

    D. METODE PENGAMBILAN DATA .................................................. 28

    E. BAHAN DAN ALAT .......................................................................... 30

    F. PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS ......................................... 30

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. UNIT PENYEDIAAN SARANA PENUNJANG (UTILITY)

    1. GAS TURBIN GENERATOR (2006-J) ........................................ 36

    2. KETEL UAP PANAS BUANG (2003-U) .................................... 38

    3. KETEL UAP PAKET I (2007-U) ................................................. 40

    4. KETEL UAP PAKET II (2007-UA) ............................................. 42

  • B. UNIT PROSES PEMBUATAN PUPUK UREA

    1. SEKSI SINTESA ........................................................................... 50

    2. SEKSI DEKOMPOSISI/PURIFIKASI ......................................... 51

    3. SEKSI RECOVERY ....................................................................... 53

    4. SEKSI KRISTALISASI DAN PRILLING .................................... 55

    C. UNIT UTILITAS PENDUKUNG PROSES PRODUKSI PUPUK

    UREA .................................................................................................. 59

    V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 63

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 65

    LAMPIRAN ......................................................................................................... 67

  • DAFTAR TABEL

    Hal

    Tabel 1.1. Penyediaan energi primer menurut jenis .......................................... 1

    Tabel 1.2. Pertumbuhan pemakaian energi final menurut sektor ...................... 2

    Tabel 2.1. Peran masing-masing sumber energi utama dalam penyediaan

    energi nasional ............................................................................... 3

    Tabel 2.2. Konsumsi pupuk di sektor pertanian dari tahun 2000-2007 ........... 4

    Tabel 2.3. Produksi pupuk urea per produsen tahun 200-2007 ......................... 5

    Tabel 2.4. Konsumsi energi di sektor industri .................................................. 5

    Tabel 2.5. Produksi gas alam ............................................................................ 6

    Tabel 2.6. Nilai kalor per unit satuan beberapa jenis bahan bakar ................... 7

    Tabel 2.7. Konsumsi energi per metrik ton urea dibeberapa produsen pupuk

    di Indonesia .................................................................................... 8

    Tabel 2.8. Kebutuhan energi listrik untuk industri pupuk urea dan non-

    industri pupuk urea ........................................................................ 9

    Tabel 2.9. Low Heating Value (LHV) untuk komponen yang terkandung

    dalam gas alam .............................................................................. 10

    Tabel 4.1. Neraca energi pada sub sistem gas turbin generator HITACHI

    (2006-J) (x 103 MJoule) ................................................................. 36

    Tabel 4.2. Neraca energi pada sub sistem ketel uap panas buang (2003-U)

    (.103 MJ/jam) ................................................................................. 39

    Tabel 4.3. Neraca energi pada sub sistem ketel uap paket I (2007-U)

    (.103 MJ/jam) ................................................................................. 41

    Tabel 4.4. Neraca energi pada sub sistem ketel uap paket II (2007-UA)

    (.103 MJ/jam) ................................................................................. 43

    Tabel 4.5. Neraca energi spesifik (kJ/kg urea) pada proses produksi pupuk

    urea ................................................................................................ 46

    Tabel 4.6. Jumlah produksi pupuk urea serta jumlah karbondioksida (CO2)

    dan ammonia (NH3) selama bulan Maret 2009 ............................. 49

    Tabel 4.7. Neraca energi di seksi sintesa (kJ/kg urea) ...................................... 50

    Tabel 4.8. Neraca energi pada seksi dekomposisi/purifikasi (kJ/kg urea) ........ 52

  • Tabel 4.9. Neraca energi pada seksi recovery (kJ/kg urea) ............................... 54

    Tabel 4.10. Neraca energi pada seksi kristalisasi dan prilling (kJ/kg urea) ...... 55

    Tabel 4.11. Pemakaian energi listrik oleh urea plant ...................................... 60

    Tabel 4.12. Konsumsi energi manusia pada proses produksi pupuk urea ........ 62

  • DAFTAR GAMBAR

    Hal

    Gambar 2.1. Diagram proses pembuatan pupuk urea .... 11

    Gambar 2.2. Diagram seksi pembuatan gas sintesa urea ... 12

    Gambar 2.3. Diagram alir seksi dekomposisi/purifikasi ... 13

    Gambar 2.4. Diagram alir seksi recovery urea .. 14

    Gambar 2.5. Diagram alir seksi kristalisasi dan Pembutiran ... 15

    Gambar 2.6. Diagram proses pretreatment .. 16

    Gambar 2.7. Diagram proses demineralisasi .... 16

    Gambar 3.1. Aliran proses dan definisi sub sistem sintesa

    Gambar 3.2. Aliran proses dan definisi sub sistem dekomposisi/purifikasi...

    Gambar 3.3. Aliran proses dan definisi sub sistem recovery

    Gambar 3.4. Aliran proses dan definisi sub sistem kristalisasi .

    Gambar 3.5. Aliran proses dan definisi sub sistem prilling ...

    Gambar 3.6. Kesetimbangan massa dan energi ([email protected])

    Gambar 4.1. Hubungan konsumsi bahan baku dan produksi listrik terhadap

    tanggal pengamatan ..

    Gambar 4.2. Hubungan konsumsi gas alam dan gas buang dari gas turbin

    generator dengan jumlah uap yang dihasilkan ketel uap panas

    buang dari tanggal 1 Maret hingga 9 Maret 2009 .

    Gambar 4.3. Hubungan konsumsi gas alam dengan jumlah uap yang

    dihasilkan ketel uap paket I dati tanggal 1 Maret hingga 9

    Maret 2009

    Gambar 4.4. Hubungan konsumsi gas alam dengan jumlah uap yang

    dihasilkan ketel uap paket II dari tanggal 1 Maret hingga 9

    Maret 2009

    Gambar 4.5. Konsumsi energi spesifik secara keseluruhan selama bulan

    Maret 2009

    Gambar 4.6. Neraca energi di seksi sintesa selama bulan Maret 2009

    Gambar 4.7. Neraca energi pada seksi dekomposisi/purifikasi selama bulan

    22

    23

    24

    25

    26

    34

    38

    40

    42

    44

    48

    51

  • Maret 2009

    Gambar 4.8. Neraca energi pada seksi recovery selama bulan Maret 2009 ..

    Gambar 4.9. Konsumsi energi spesifik pada seksi kristalisasi dan prilling

    selama bulan Maret 2009 ..

    Gambar 4.10. Karakteristik aliran material di urea plant ..

    Gambar 4.11. Karakteristik aliran energi dalam proses pembuatan pupuk

    urea

    Gambar 4.12. Penomoran langkah proses penyediaan uap air dan kondensat

    uap (steam condensate)

    Gambar 4.13. Hubungan produksi listrik dengan konsumsi oleh urea plant

    selama bulan Maret 2009 ...

    53

    55

    56

    58

    58

    61

    62

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Hal

    1. Tabel produksi uap oleh ketel uap dan pemakaiannya oleh urea plant

    2. Contoh perhitungan konsumsi energi spesifik (specific energi

    consumption, SEC)

    3. Data pengukuran pemakaian energi listrik oleh motor-motor

    penggerak pompa dan kompresor

    4. Konsumsi gas alam bulan Maret 2009 (m3)

    5. Konsumsi air umpan ketel bulan Maret 2009 (ton)

    67

    68

    69

    71

    72

    6. Komposisi gas alam bulan Maret 2009 (% mol)

    7. Contoh perhitungan efisiensi gas turbin generator HITACHI (2006-J)

    8. Contoh perhitungan efisiensi ketel uap panas buang (2003-U)

    9. Contoh perhitungan efisiensi ketel uap paket I (2007-U)

    10. Contoh perhitungan efisiensi ketel uap paket II (2007-UA)

    11. Rincian konsumsi energi uap pada seksi sintesa dan seksi purifikasi

    12. Rincian konsumsi energi uap pada seksi recovery dan seksi kristalisasi

    dan prilling

    13. Rincian konsumsi energi listrik pada proses produksi pupuk urea

    73

    74

    77

    79

    83

    87

    90

    93

  • DAFTAR SIMBOL

    U-GA101 : Liquid ammonia feed pump

    U-GA102 : Recycle solution feed pump

    U-GA201 : Circulation pump for crystallizer

    U-GA202 : Slurry feed pump

    U-GA203 : Mother liquor tank

    U-GA205 : Urea solution pump

    U-GA302 : Circulating pump for prilling tower

    U-GA401 : Recycle solution boost up pump

    U-GA402 : High pressure absorber pump

    U-GA403 : Low pressure absorber pump

    U-GA404 : Ammonia boost up pump

    U-GA405 : Aqua ammonia pump

    U-GA406 : Water pump

    U-GA407 : Off gas absorber recycle pump

    U-GA408 : Off gas absorber pump

    U-GB101 : CO2 compressor

    U-GB102 : CO2 booster compressor

    U-GB301 : Forced fan for dryer

    U-GB302 : Induced fan for dryer

    U-GB303 : Blower for fluidizing cooler

    U-GB304 : Induced fan for prilling tower

    U-GB401 : Off gas circulation blower

    U-DA201 : High pressure decomposer

    U-DA202 : Low pressure decomposer

    U-DA203 : Gas separator

    U-DA401 : High pressure absorber

    U-DA402 : Off gas absorber

    U-DC101 : Urea synthesis reactor

    U-EA101 : Ammonia preheater I

    U-EA102 : Ammonia preheater II

  • U-EA201 : Reboiler for high pressure decomposer

    U-EA202 : Reboiler for low pressure decomposer

    U-EA203 : Heat exchanger for low pressure decomposer

    U-EA301 : Melter

    U-EA401 : High pressure absorber cooler

    U-EA402 : Low pressure absorber

    U-EA404 : Ammonia condenser

    U-EA405 : Ammonia recovery absorber

    U-EA406 : Off gas condenser

    U-EA407 : Off gas absorber cooler

    U-EA408 : Off gas absorber final cooler

    U-EE201 : Vacuum generator

    U-FA161 : Knock out drum

    U-FA201 : Crystallizer

    U-FA203 : Mother liquor tank

    U-FA401 : Ammonia reservoir

    U-FA403 : Off gas absorber tank

    U-FC301 : Cyclone

    U-FD303 : Trommel

    U-FD304 : Dust separator

    U-FF301 : Fluidizing dryer

    U-GF201 : Centrifuge

    U-PF301 : Distributor

    U-PF302 : Dust chamber

    U-TA301 : Prilling tower

  • DAFTAR ISTILAH

    Ammonia condenser :Tempat pengembalian ammoniak yang

    dimurnikan oleh high pressure absorber ke

    reaktor

    Ammonia preheater : ammonia untuk pemanasan mula yang digunakan

    di seksi recovery

    Ammonia recovery absorber : Pemanfaatan kembali ammonia yang tidak masuk

    ke kristalisasi pada recovery

    Ammonia reservoir : Tempat pengembalian ammonia yang dimurnikan

    oleh high pressure absorber ke reaktor

    BFW : Boiler Feed Water, air pengumpan ketel uap

    Blowdown drum : Tangki penerima uap air yang bertekanan rendah

    BOE : Barrel Oil Equivalent

    Condensate cooler : Alat pendingin kondensat uap air

    Centrifuge : Tempat pemisahan larutan yang terbentuk menjadi

    kristal oleh vacuum crystallizer

    Cyclone : Penghisap udara untuk memisahkan kristal urea

    dengan debu

    Control room : Tempat pengawasan proses produksi

    Dekomposisi : proses penguraian ammonium karbamat

    Desuperheater : Tempat penurunan temperatur

    Filter : Alat penyaring

    Floc : Gumpalan lumpur/kotoran

    Flokulasi : Proses penyatuan partikel padatan kecil

    membentuk floc

    Floctreater : Tempat terjadinya proses flokulasi

    Flush Drum : Tempat pemanfaatan blow down boiler menjadi

    Low Steam di utility plant

    HS : High Steam, uap air tekanan tinggi

    Koagulasi : Proses pembentukan floc menjadi gumpalan yang

    lebih besar

  • KO Drum : Knock Out Drum

    LS : Low Steam, uap air tekanan rendah yaitu 3.5

    kg/cm2 dengan suhu 150oC

    LHV : Low Heating Value

    Melter : Tempat melelehkan kristal-kristal urea yang tidak

    tersaring di prilling tower dengan uap air sebagai

    pemanas

    MMBTU : Million Metrik British Thermal Unit (1 kJ =

    0.9478171 BTU; 1 kkal = 4.1868 kJ)

    MMSCFD : Million Metric Square Cubic Feet per Day

    Mother liquor : Larutan induk yang memiliki 0.1% berat pada

    daerah kristalisasi

    ML Tank : Mother Liquor Tank, tangki berisi larutan urea

    MT/tahun : Metrik ton per tahun

    MS : Medium Steam, uap air tekanan sedang yaitu 42

    kg/cm2 dengan suhu 400 oC

    Prilling Tower : Menara pengkristalan urea

    Steam Drum : Tangki uap air

    TOE : Ton of Oil Equivalent

    TSCF : Ton Square Cubic Feet

    Utility plant : Unit penyedia bahan baku

  • I. PENDAHULUAN

    LATAR BELAKANG

    Saat ini cadangan energi dunia semakin berkurang. Kecenderungan

    berkurangnya energi dunia ini telah dilukiskan oleh Meadows dan kawan-

    kawannya dari kelompok Roma (Club of Rome) (Meadows, 1972 dalam

    Abdullah, dkk, 1998).

    Indonesia sendiri saat ini memiliki cadangan gas bumi sebesar 165

    TSCF status 1 Januari 2007. Dengan kondisi saat ini, cadangan gas Indonesia

    mencukupi untuk 62 tahun. Data mengenai penyediaan energi primer menurut

    jenis energinya dan pemakaian energi final di berbagai sektor disajikan pada

    Tabel 1.1. dan Tabel 1.2.

    Tabel 1.1. Penyediaan energi primer menurut jenis

    Tahun Batu bara

    Minyak bumi

    dan

    ekspor/impor

    BBM

    Gas bumi

    dan

    ekspor/impor

    (LPG dan

    LNG)

    Tenaga air Panas

    bumi Biomassa Jumlah

    BOE

    2000 93,831,548 415,011,903 165,655,289 25,248,895 9,596,400 269,073,181 978,417,215

    2001 119,125,379 442,033,714 172,083,821 29,380,607 9,960,940 268,970,034 1,041,554,495

    2002 122,918,549 452,817,870 188,822,314 25,038,179 10,248,040 270,230,078 1,070,075,031

    2003 128,658,448 456,647,707 204,142,054 22,937,538 10,375,200 272,005,374 1,094,766,321

    2004 128,276,301 498,117,696 187,554,081 24,882,086 11,077,000 271,806,233 1,121,713,397

    2005 173,554,586 496,143,612 191,189,376 27,120,985 10,910,460 271,094,208 1,170,013,227

    2006 207,861,993 462,066,984 196,599,386 24,256,796 11,182,742 276,329,431 1,178,297,331

    2007 258,174,000 475,436,625 183,623,636 28,451,261 11,421,759 274,443,321 1,231,550,602

    Sumber : Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia, 2008

    Dari Tabel 1.1. dapat dilihat bahwa ketersediaan energi terutama

    energi tidak terbarukan (non renewable) dari tahun 2000 sampai tahun 2005

    pertumbuhannya terus menurun sedangkan pemakaiannya terus meningkat

    baik di sektor industri, transportasi maupun penggunaan untuk non-energi

    seperti bahan baku untuk industri pembuatan pupuk dan juga industri

    petrokimia.

  • Tabel 1.2. Pertumbuhan pemakaian energi final menurut sektor (BOE)

    Tahun Industri Rumah tangga Komersial Transportasi Lainnya Total Penggunaan non

    energi *)

    2000 192,829,978 88,048,241 19,218,814 139,178,658 29,213,878 468,489,569 40,393,109

    2001 196,894,577 89,102,357 20,005,525 148,259,584 30,585,607 484,847,650 48,524,092

    2002 192,720,623 86,651,387 20,315,203 151,498,823 29,998,546 481,184,582 48,534,290

    2003 178,175,028 88,746,537 20,967,212 156,232,909 28,445,436 472,567,122 48,317,775

    2004 193,030,230 90,769,678 23,989,565 178,374,391 31,689,809 517,853,673 62,375,806

    2005 218,672,685 89,159,162 24,819,117 178,452,407 29,102,166 540,205,537 54,352,435

    2006 233,417,141 84,624,012 24,786,114 170,118,773 25,936,873 538,882,913 64,759,190

    2007 258,373,721 87,847,779 26,494,973 179,135,822 24,912,051 576,764,346 64,759,190

    Catatan : *) digunakan sebagai bahan baku industri pupuk dan petrokimia Sumber : Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia, 2008

    Mengingat ketersediaan energi dan pemakaian energi kenaikannya

    tidak berimbang, maka diperlukan suatu upaya konservasi untuk memelihara

    kelestarian sumber daya yang ada melalui penggunaan sumber daya secara

    bijaksana bagi tercapainya keseimbangan antara pembangunan, pemerataan

    dan pengembangan lingkungan hidup. Langkah awal yang dapat dilakukan

    untuk konservasi energi adalah dengan melaksanakan audit energi secara

    berkala. Audit energi akan membantu menyediakan pola penggunaan energi

    secara detil serta distribusinya dalam suatu sistem proses, bentuk bentuk

    energi, dan sumber energi yang digunakan. Sehingga, apabila terjadi

    pemborosan energi maka akan dapat segera teridentifikasi.

    TUJUAN

    Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah melakukan audit energi

    pada proses produksi pupuk urea di PT. PUPUK KUJANG. Secara khusus

    tujuan dari penelitian ini adalah :

    1. Mengkaji bentuk, sumber dan aliran energi pada proses produksi pupuk

    urea di PT. PUPUK KUJANG 1A.

    2. Menghitung jumlah energi yang dibutuhkan untuk memproduksi

    per kg urea.

    3. Menghitung efisiensi penggunaan energi di tiap seksi pada proses produksi

    pupuk urea.

    4. Mengidentifikasi seksi atau proses yang kurang efisien.

  • II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. KEBUTUHAN ENERGI DI INDONESIA Sebagai salah satu anggota dari negara-negara pengekspor minyak

    (OPEC), pembangunan nasional banyak dipengaruhi oleh naik turunnya

    ekspor minyak bumi dan gas. Namun, mengingat minyak bumi dan gas alam

    termasuk ke dalam sumber energi tidak terbarukan dan diperkirakan cadangan

    minyak bumi dan gas alam tersebut semakin menurun, maka pemerintah terus

    berusaha menggalakan usaha-usaha penghematan energi dan pengembangan

    sumber energi alternatif, seperti terlihat pada Tabel 2.1. berikut.

    Tabel 2.1. Peran masing-masing sumber energi utama dalam penyediaan energi nasional

    Jenis Energi 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

    Crude oil and fuel export/import 42.42% 42.44% 42.32% 41.71% 44.41% 42.40% 39.21%

    38.60%

    Batu bara 9.59% 11.44% 11.49% 11.75% 11.44% 14.83% 17.64% 20.96% Gas alam dan

    ekspor/impor (LPG dan LNG)

    16.93% 16.52% 17.65% 18.65% 16.72% 16.34% 16.69%

    14.91%

    Tenaga air 2.58% 2.82% 2.34% 2.10% 2.22% 2.32% 2.06% 2.31%

    Panas bumi 0.98% 0.96% 0.96% 0.95% 0.99% 0.93% 0.95% 0.93%

    Biomassa 27.5% 25.82% 25.25% 24.85% 24.23% 23.17% 23.45% 22.28% Sumber : Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia 2008

    Sebagai negara dengan tingkat kebutuhan energi tinggi, dimana pada

    tahun 2007 konsumsi energi final di Indonesia pada sektor industri yaitu

    sebesar 300.48 juta BOE, sektor rumah tangga sebesar 318.71 juta BOE,

    sektor komersial sebesar 27.90 juta BOE, sektor transportasi sebesar 179.14

    juta BOE, sektor lainnya sebesar 24.91 juta BOE dan sektor non energi

    sebesar 64.76 juta BOE (Handbook of Energy and Economic Statistics of

    Indonesia 2008). Indonesia relatif kurang memiliki akses ke sumber energi

    komersial. Hal ini, menyebabkan pemakaian energi per kapita masih rendah

    dibandingkan negara-negara lainnya. Konsumsi perkapita untuk saat ini hanya

    sekitar 3 SBM (Setara Barel Minyak) atau yang sama dengan sepertiga

    konsumsi perkapita rata-rata negara ASEAN. Fakta juga menunjukkan sekitar

  • separuh dari keseluruhan rumah tangga belum terlistriki (Republika, 23

    Februari 2005).

    Sementara dua pertiga dari total kebutuhan energi nasional sendiri

    berasal dari energi komersial dan sisanya berasal dari biomassa yang

    digunakan secara tradisional. Data dari dokumen HDI (Human Development

    Index) 2003 menyebutkan konsumsi tenaga listrik di Indonesia masih 345

    kWh/kap. Angka ini masih di bawah Malaysia yang sudah mencapai

    631 kWh/kap.

    B. KEBUTUHAN ENERGI PADA INDUSTRI PUPUK 1. Konsumsi Pupuk Indonesia

    Konsumsi pupuk di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami

    peningkatan sama halnya seperti yang terjadi di dunia. Kenaikan konsumsi

    pupuk terlihat pada Tabel 2.2. Sedangkan total produksi pupuk Indonesia

    dapat dilihat pada Tabel 2.3.

    Tabel 2.2 Konsumsi pupuk di sektor pertanian dari tahun 2000-2007

    Tahun UREA AS TSP/SP.36 KCL Total (ton)

    2000 2,673,113 594,710 623,260 400,000 4,291,083

    2001 4,069,585 580,724 778,689 425,000 5,853,998

    2002 4,022,387 529,399 670,775 450,000 5,672,561

    2003 4,336,729 511,129 1,414,091 63,715 6,325,664

    2004 4,656,723 633,404 789,164 1,012,295 7,091,586

    2005 4,842,537 651,986 778,706 947,212 7,220,441

    2006 5,107,886 684,100 817,033 1,039,295 7,648,314

    2007 5,010,434 745,378 802,812 1,382,166 7,940,790 Sumber : Assosiasi produsen pupuk Indonesia (APPI)

    Menurut Erwin Syamsuar (1986) dalam Suryadi (1994), minimal

    ada enam faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk di Indonesia,

    yaitu intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian, harga dan subsidi pupuk,

    kebijaksanaan perkreditan, penetapan harga dasar komoditi pangan oleh

    pemerintah, keberhasilan promosi/penyuluhan, dan kelancaran sistem

    distribusi.

  • Tabel 2.3. Produksi pupuk urea per produsen tahun 2000 2007

    Tahun PUSRI KUJANG KALTIM AAF PIM PETRO Total (ton)

    2000 1,924,820 580,030 2,237,595 586,798 664,201 341,434 6,334,878

    2001 2,005,250 552,646 2,105,550 122,832 220,367 313,116 5,319,761

    2002 2,032,680 552,984 2,081,827 601,629 586,035 151,066 6,006,221

    2003 2,053,410 597,597 2,023,321 305,598 491,016 260,176 5,733,121

    2004 2,187,550 526,899 2,272,289 - 336,321 344,356 5,667,000

    2005 2,045,860 537,563 2,665,021 - 195,847 404,364 5,848,655

    2006 2,051,250 851,579 2,214,961 - 205,225 331,677 5,654,692

    2007 2,020,760 874,104 2,344,719 - 244,428 381,845 5,865,856Sumber : Assosiasi produsen pupuk Indonesia (APPI)

    2. Input Energi Pada Industri Pupuk Energi sangat dibutuhkan untuk berjalannya suatu proses di

    industri, baik industri pertanian maupun industri penunjang pertanian,

    salah satunya industri pupuk. Jenis energi yang digunakan di industri

    pupuk urea yaitu energi gas alam, steam dan listrik. Jumlah konsumsi

    energi di sektor industri dapat dilihat pada Tabel 2.4. berikut.

    Tabel 2.4. Konsumsi energi di sektor industri (ribu BOE)

    Tahun Biomassa Batu bara Gas Bahan bakar

    LPG Listrik Total Minyak tanah ADO IDO

    Bahan bakar

    minyak

    Total bahan bakar

    2000 58,981 36,060 87,111 4,219 37,171 8,008 25,581 74,979 1,073 20,850 279,054

    2001 55,186 37,021 84,167 4,160 39,458 7,735 26,680 78,033 972 21,819 277,198

    2002 52,305 38,698 65,594 3,955 38,828 7,311 25,596 75,690 1,093 22,578 255,958

    2003 50,167 32,077 91,335 3,980 37,398 6,358 20,756 68,492 808 22,373 265,252

    2004 46,917 55,344 89,254 4,012 42,986 5,862 21,859 74,719 1,101 24,719 292,054

    2005 43,920 65,744 90,180 3,856 39,929 4,830 15,213 63,828 1,131 26,021 290,824

    2006 46,676 89,043 93,835 3,395 34,730 2,567 17,073 57,765 1,453 28,335 317,107

    2007 42,108 121,800 79,723 3,352 33,787 1,422 13,856 52,418 1,242 28,077 325,522 Sumber : Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia 2008

    Dari Tabel 2.4. terlihat bahwa energi yang paling tinggi

    dikonsumsi di industri adalah gas, yaitu sebesar 93,835,000 BOE pada

    tahun 2006. Biasanya gas di industri digunakan sebagai bahan bakar dan di

    industri tertentu gas juga digunakan sebagai bahan baku produksi, seperti

  • pada industri pupuk nitrogen (urea). Pupuk nitrogen adalah pupuk mineral

    terpenting dalam penggunaan energi sebagai nutrisi tanaman di dunia

    pertanian dalam kebutuhan energi. Konsumsi dunia terhadap pupuk

    nitrogen bertambah dari 36% juta ton nutrisi pada 1972 (30% di negara

    berkembang) menjadi 61.2% ton nutrisi pada 1982 (43% di negara

    berkembang) (Abdullah, 1998). Di Indonesia sendiri, kebutuhan gas alam

    disuplai oleh pertamina dan kontrak pembagian produksi dengan sejumlah

    kontraktor production sharing. Sedangkan konsumsi gas alam di industri

    pupuk urea yaitu sekitar 7% dari semua produksi gas nasional (Zaenal

    dalam majalah Trust, 2004). Jumlah gas alam yang diproduksi dapat

    dilihat pada Tabel 2.5.

    Tabel 2.5. Produksi gas alam

    (MMSCF) Tahun Pertamina Kontrak pembagian produksi Total 2000 346,483 2,554,896 2,901,379 2001 346,710 2,460,440 2,807,150 2002 334,745 2,707,130 3,041,875 2003 336,966 2,818,277 3,155,243 2004 383,870 2,646,262 3,030,132 2005 379,612 2,605,729 2,985,341 2006 306,482 2,647,617 2,954,099

    Sumber : Direktorat Jendral minyak dan gas dalam Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia 2007

    Kebutuhan energi dalam bidang industri dan pertanian dapat dibagi

    menjadi dua, yaitu energi langsung dan energi tidak langsung.

    a. Energi Langsung Energi langsung merupakan energi yang digunakan secara

    langsung pada proses produksi yaitu berupa bahan bakar fosil

    (Abdullah, 1998). Input energi listrik merupakan energi yang penting,

    terutama untuk proses produksi yang banyak menggunakan motor

    listrik. Kebutuhan terhadap energi listrik pada tiap jenis proses

    produksi tidak sama. Adanya perbedaan tersebut tergantung dari jenis

    dan kondisi peralatan produksi yang digunakan.

  • Sedangkan besarnya jumlah konsumsi energi spesifik dari suatu

    proses di industri maupun dalam bidang pertanian dipengaruhi oleh

    sumber energi yang digunakan. Masing-masing sumber energi

    memiliki nilai kalor yang berbeda-beda sehingga akan menghasilkan

    nilai energi total yang berbeda pula. Perbedaan nilai kalor dari

    beberapa jenis bahan bakar dapat dilihat pada Tabel 2.6.

    Tabel 2.6. Nilai kalor per unit satuan beberapa jenis bahan bakar

    Sumber energi Unit satuan Nilai kalor (MJ/unit)

    Input produksi (MJ/unit)

    Nilai kalor total (MJ/unit)

    Gasolin 1 32.24 8.08 40.32 Diesel 1 38.66 9.12 47.78

    Minyak diesel 1 38.66 9.12 47.78 LPG 1 26.10 6.16 32.26

    Gas alam m3 41.38 8.07 49.45 Baru bara keras Kg 30.23 2.36 32.59 Batu bara lunak Kg 30.39 2.37 32.76

    kayu keras Kg 19.26 1.44 20.70 kayu lunak Kg 17.58 1.32 18.90

    Listrik KWh 3.60 8.39 11.99 Sumber : Cervinca dalam Suryadi (1994)

    b. Energi Tidak Langsung Energi tidak langsung merupakan energi yang digunakan untuk

    memproduksi suatu input produksi selain energi bahan bakar dan

    listrik. Energi tidak langsung dapat berupa materi penyusun produk

    atau mesin-mesin dan energi manusia. Energi manusia lebih dikenal

    sebagai energi biologis.

    Energi biologis dapat berperan sebagai energi langsung jika

    berupa suatu kerja, disebut tenaga manusia. Energi biologis adalah

    energi yang bersumber dari hasil kegiatan biologis, seperti tenaga

    manusia, tenaga hewan dan kemampuan tumbuh pada tanaman. Setiap

    orang memiliki kapasitas kerja yang berbeda-beda tergantung dari :

    a. Sifat pekerja yang meliputi umur, kekuatan dan tingkat

    keterampilan.

    b. Tingkat konsumsi makanan dan oksigen.

    c. Macam kegiatan.

  • d. Lamanya bekerja. Semakin lama bekerja semakin tidak efisien.

    e. Kondisi lingkungan, seperti suhu, kelembaban dan lainnya.

    Zander (1973) dalam Sigit (1981) berpendapat bahwa energi

    yang dimanfaatkan oleh seseorang secara efektif untuk melakukan

    kerja hanya 10-30% dari energi total yang dibutuhkan untuk

    mengerjakan aktifitas tersebut. Untuk aktivitas yang sedang, seperti

    pekerjaan pada industri kecil (beberapa pekerjaan pertanian, ibu rumah

    tangga dan siswa) kebutuhan energi adalah 9,210 kJ/hari untuk wanita

    standar berbobot 55 kg dan berumur 25 tahun. Sedangkan untuk laki-

    laki standar berbobot 65 kg dan berumur 25 tahun kebutuhan energi

    adalah 12,560 kJ/kg. (FAO & WHO, 1974 dalam Abdullah, 1998).

    Jumlah energi langsung dan tidak langsung yang digunakan

    untuk memproduksi suatu barang disebut embodied energy. Menurut

    Doering (1978) dalam Sulistiono (2008) embodied energy adalah

    energi yang digunakan secara tidak langsung pada produksi pertanian,

    dalam hal ini yaitu energi untuk memproduksi mesin, peralatan, pupuk,

    pestisida, bangunan dan bahan pendukung lainnya.

    Setiap produsen pupuk urea mengkonsumsi jumlah energi yang

    berbeda-beda. Konsumsi energi per ton urea dibeberapa produsen pupuk

    urea dapat dilihat pada Tabel 2.7.

    Tabel 2.7. Konsumsi energi per metrik ton urea dibeberapa produsen pupuk di Indonesia

    Pabrik Konsumsi Energi (MMBTU/MT)

    PUSRI I 42,600 PUSRI II 33,600 PUSRI III 32,850 PUSRI IV 32,850

    PUPUK KUJANG 1A 34,140 AAF 32,200

    PIM 1 32,200 KALTIM I 36,120 KALTIM II 30,430 KALTIM III 24,730

    Sumber : PII, 1992

  • Gas alam selain digunakan sebagai bahan bakar (sumber energi

    langsung), juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk. Selain

    gas alam (sumber energi langsung), energi yang diperlukan dalam proses

    produksi pupuk urea adalah energi listrik. Energi listrik digunakan untuk

    menggerakkan motor listrik. Kebutuhan energi listrik untuk industri pupuk

    urea dapat dilihat pada Tabel 2.8.

    Tabel 2.8. Kebutuhan energi listrik untuk industri pupuk urea dan non-industri pupuk urea

    Jenis industri Energi listrik kWh % Industri pupuk urea 691,023,679 3.70

    Industri non-pupuk urea 17,990,927,720 96.30 Total 18,681,951,399 100

    Sumber : BPS, 1992 dalam Suryadi (1994)

    C. PROSES PRODUKSI PUPUK UREA DI PT. PUPUK KUJANG Urea pertama kali ditemukan pada tahun 1773 yaitu terdapat didalam

    urine. Orang pertama yang berhasil mensintesis urea dari amonia dan asam

    sianida adalah Woehler pada tahun 1828 dan penemuan ini dianggap sebagai

    penemuan pertama yang berhasil mensintesa zat organik dari zat anorganik.

    Proses yang menjadi dasar dari proses pembuatan urea saat ini adalah proses

    dehidrasi yang ditemukan oleh Bassarow pada tahun 1870 yang mensintesis

    urea dari pemanasan ammonium karbamat.

    Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan urea adalah gas alam,

    air dan udara. Sifat-sifat gas alam biasanya diwakili oleh komponen-

    komponen yang terkandung dalam gas alam. Komponen terbesar dalam gas

    alam adalah metan (CH4). Tetapi terdapat juga etana, propane, butane,

    pentane, karbondioksida, hidrogen dan argon. LHV (Low Heating Value) dari

    masing-masing komponen tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.11.

    Pabrik pupuk urea yang diaudit ini didesain untuk memproduksi 1,725

    ton urea prill per hari. Pabrik ini menggunakan teknologi Mitsui Toatsu Total

    Recycled C Improved yang memiliki sifat mudah dioperasikan, investasi

    pembangunan yang rendah, biaya operasi rendah dan memiliki produk dengan

  • kualitas tinggi. Proses tersebut dikembangkan oleh Toyo Engineering

    Corporation (TEC) Jepang.

    Tabel 2.9. Low Heating Value (LHV) untuk komponen yang terkandung dalam gas alam

    Komponen LHV (MJ/kg)

    CO2 CO Ar

    N2

    CH4 50.009

    C2H6 47.794

    C3H8 46.357

    i-C4H10 45.613

    n-C4H10 45.752

    i-C5H12 45.241

    n-C5H12 45.357Jumlah 326.123

    Sumber : http://ecen.com/eee48/eee48e/carbon_content_n_gas_using_heat_values.htm (Rabu, 16 Juli 2008)

    Secara keseluruhan proses produksi pupuk urea di PT. PUPUK KUJANG

    dibagi dalam empat plant yaitu utility plant, ammonia plant, urea plant dan

    bagging plant. Keempat plant tersebut satu sama lain saling berkaitan.

    Utility plant menyediakan air bersih untuk air minum, perkantoran dan

    juga air bebas mineral yang digunakan oleh seluruh dinas sebagai air umpan ketel,

    steam yang digunakan untuk menggerakkan turbin, instrument air dan plant air,

    cooling water dan listrik dari gas turbin generator.

    Ammonia plant menghasilkan ammonia dan karbondioksida untuk dikirim

    ke urea plant sebagai bahan baku pembuatan urea. Setelah diproses di urea plant

    menjadi urea curah, selanjutnya dikirim ke bagging plant untuk dikantongkan

    sebelum di jual ke konsumen. Secara umum proses produksi pupuk urea dapat

    dilihat pada Gambar 2.1.

  • Gambar 2.1. Diagram proses pembuatan pupuk urea (Pratiwi, 2008)

    Proses produksi pupuk urea sendiri dibagi dalam beberapa tahapan

    proses (seksi) yang dilakukan di PT. PUPUK KUJANG, yaitu seksi sintesa,

    seksi dekomposisi/ purifikasi, seksi recovery serta seksi kristalisasi dan

    prilling.

    1. Seksi Sintesa Pada seksi ini, urea diproduksi melalui reaksi antara NH3 dan CO2

    yang sangat eksotermik membentuk ammonium karbamat. Kemudian

    diikuti dehidrasi endotermik ammonium karbamat membentuk urea.

    Reaksi yang terjadi dalam reaktor sintesa adalah :

    CO2 + 2NH3 NH4CO2NH2 -38.3 kcal/g.mol

    NH4CO2NH2 NH2CONH2 + H2O +7.8 kcal/g.mol

    Produk yang keluar dari reaktor adalah urea dan ammonium

    karbamat. Reaksi tersebut dipengaruhi oleh temperatur, tekanan,

    perbandingan ammonia dan karbondioksida, dan jumlah air. Temperatur

    yang optimal dalam reaktor adalah 200oC, yaitu temperatur dimana

    konversi mendekati kesetimbangan dalam waktu tinggal (residence time)

    0.3-1 jam. Sedangkan tekanan optimum dalam reaktor adalah 200 kg/cm2

    karena konversi ammonium karbamat menjadi urea hanya terjadi pada fase

    cair sehingga kondisi operasi dalam reaksi sintesa ini memiliki tekanan

    dan temperatur yang tinggi.

    Perbandingan ammonia dan karbondioksida berkisar antara 3.5 - 4.

    Kelebihan ammonia akan mempercepat reaksi yang pertama dan

    (ammonium karbamat)

    (ammonium karbamat) (urea)

  • mencegah terjadinya reaksi pembentukan biuret. Biuret yang berlebih

    tidak dikehendaki karena merupakan racun bagi tanaman.

    2NH2COONH2 NH2CONHCONH4 + NH3

    Reaksi kedua dari pembentukan urea dipengaruhi oleh jumlah air.

    Dengan adanya air, maka urea yang terbentuk dari karbamat akan

    berkurang. Sehingga mengurangi konversi pembentukan urea. Secara lebih

    jelas, proses pada seksi sintesa dapat dilihat pada Gambar 2.2.

    NH4COONH2 NH3 + CO2

    NH3 CO2

    NH4COONH2 NH2COONH +H2O NH3 dan CO2 NH3 + CO2 NH4COONH2

    Larutan recycle

    Gambar 2.2. Diagram seksi pembuatan gas sintesa urea (Pratiwi, 2008)

    2. Seksi Dekomposisi/Purifikasi Pada seksi ini terjadi proses pemisahan ammonium karbamat, air,

    dan kelebihan ammonia dari larutan urea. Proses ini berlangsung dengan

    pemanasan dan tekanan yang diturunkan.

    NH4CO2NH2 CO2 + NH3 +42.3 kcal/g.mol

    Untuk memisahkan ammonium karbamat dan kelebihan ammonia

    dari larutan urea, sebelum dialirkan ke crystallizer dilakukan tiga tahap

    (ammonium karbamat)

    Seksi

    Dekomposisi

    / Purifikasi

    Seksi

    Sintesa

    Seksi

    Recovery

    Seksi

    Kristalisasi

    Seksi

    Pembutiran

    Urea curah ke unit

    pengantongan

  • dekomposisi, yaitu dari tekanan 17.0 kgf/cm2, 2.5 kgf/cm2, sampai tekanan

    atmosfir. Dekomposisi ini dilakukan pada suhu 1200C - 1650C.

    Proses hidrolisa urea:

    NH2CNH2 + H2O CO2 + 2NH3 +28.4 kcal/g.mol

    Proses hidrolisa ini akan mengurangi kadar urea didalam larutan

    sehingga pada saat proses ini berlangsung harus dikontrol dengan ketat

    untuk mengurangi kehilangan produk. Proses ini terjadi pada suhu tinggi,

    tekanan rendah dan waktu tinggal (residence time) yang lama. Pada suhu

    diatas 900C, urea akan terkonversi menjadi biuret dan ammonia. Secara

    lebih jelas, proses pada seksi dekomposisi/purifikasi dapat dilihat pada

    Gambar 2.3.

    Urea, air, biuret, ammonium karbamat, Gas NH3 dan CO2 ke seksi recovery NH3 sisa dari seksi sintesa

    Larutan

    urea,

    biuret ke

    seksi

    kristalisasi

    Gambar 2.3. Diagram alir seksi dekomposisi/purifikasi (Pratiwi, 2008)

    3. Seksi Recovery Gas-gas ammonia dan karbondioksida yang telah bereaksi setelah

    dekomposisi ammonium karbamat dikembalikan ke reaktor sintesis.

    Low Pressure

    Decomposer

    High Pressure

    Decomposer Gas Separator

    Urea, biuret, gas terlarut dan sisa ammonium karbamat

    Urea, biuret, gas terlarut dan

    air

    Gas sisa dari seksi

    recovery untuk

    stripping

    (urea)

  • Metoda pengembalian gas-gas yang tidak bereaksi diklasifikasikan

    menjadi :

    - Memisahkan dan mengembalikannya sebagai gas

    - Mengembalikannya sebagai larutan (slurry)

    Gambar 2.4. Diagram alir seksi recovery urea (Pratiwi, 2008)

    4. Seksi Kristalisasi dan Pembutiran (Prilling) Larutan urea di seksi purifikasi/dekomposisi dikristalkan secara

    vakum dan dipisahkan dengan centrifuge. Setelah itu dikeringkan dengan

    udara panas sehingga kadar airnya menjadi 0.3 % berat. Agar kadar biuret

    tetap (

  • mother liquor tank (ML tank). Sedangkan urea dalam bentuk kristal masuk

    ke dalam fluidizing dryer untuk dikeringkan yang kemudian masuk ke

    cyclone untuk dipisahkan dengan debu (dust). Debu (dust) masuk ke dust

    separator sedangkan kristal urea masuk ke melter untuk dilelehkan dengan

    uap sebagai pemanas. Kemudian lelehan mengalir melalui distributor-

    distributor dan membentuk tetesan-tetesan yang memadat dengan adanya

    pendinginan oleh udara dalam prilling tower untuk memperkecil

    pembentukan biuret. Waktu tinggal dalam prilling tower diusahakan

    sekecil mungkin.

    Dalam prilling tower, kadar air dibuat sekecil mungkin agar

    diperoleh butiran yang keras. Kemudian butiran tersebut disaring dengan

    ayakan trommel untuk memisahkan butiran-butiran yang berukuran lebih

    (oversize) dari butiran-butiran yang dikehendaki. Setelah itu butiran yang

    dikehendaki disimpan dalam bulk storage.

    Gambar 2.5. Diagram alir seksi kristalisasi dan pembutiran (Pratiwi, 2008)

    Tahapan proses produksi pupuk urea di atas didukung oleh beberapa

    unit penunjang. Unit penunjang yang diperlukan antara lain unit pengolahan

    air untuk air umpan ketel, unit pembangkit uap dan unit pembangkit listrik.

  • Raw water

    Air bebas

    mineral

    Air bersih

    Air bersih

    1. Unit pengolahan air Unit pengolahan air bertujuan untuk mengolah air baku menjadi air

    bersih. Unit pengolahan air terdiri dari dua proses, yaitu :

    a. Pretreatment

    Pretreatment bertujuan untuk mengolah air baku menjadi air bersih

    dengan pH 7.0 7.5 dan kekeruhan maksimum 2.0 ppm. Proses yang

    dilakukan pada pretreatment yaitu koagulasi, flokulasi, sedimentasi

    dan filtrasi. Secara umum proses pretreatment dapat dilihat pada

    diagram alir di bawah ini.

    Gambar 2.6. Diagram proses pretreatment (Pratiwi, 2008)

    b. Demineralisasi Demineralisasi bertujuan untuk mengolah air bersih menjadi air

    bebas mineral yang akan digunakan sebagai air umpan ketel dengan

    cara pertukaran ion. Secara umum proses demineralisasi dapat dilihat

    pada diagram berikut :

    Gambar 2.7. Diagram proses demineralisasi (Pratiwi, 2008)

    2. Unit pembangkit uap Uap yang digunakan dalam memproduksi pupuk urea dihasilkan

    oleh ketel uap. Terdapat tiga jenis ketel uap yaitu ketel uap paket I, ketel

    uap paket II dan ketel uap panas buang. Jenis uap yang dihasilkan dari

    ketiga jenis ketel uap ini adalah medium steam yang memiliki tekanan 42.2

    Premix

    tank

    Floctreater Tangki

    penampungan

    air bersih

    Sand filter

    (pasir 6 biji)

    Mix Bed

    Polisher

    Anion

    Exchanger

    Cation

    Exchanger

    Carbon Filter

  • kg/cm2 dengan suhu 399oC. Selain medium steam dihasilkan juga low

    steam yang didapatkan dengan cara memanfaatkan air blow down dari

    buangan ketel uap yang masih memiliki suhu tinggi dengan

    mengalirkannya ke flush drum sehingga didapatkan tekanan 3.5 kg/cm2

    dengan suhu 150oC. Selain melalui flush drum, low steam juga didapatkan

    dengan melewatkan medium steam ke let down valve dan juga dari uap

    keluaran exhaust turbine.

    3. Unit pembangkit listrik Listrik yang digunakan untuk proses produksi pupuk urea

    dihasilkan oleh gas turbin generator yang memiliki kapasitas power 18.350

    MVA dengan tegangan 13.6 13.8 kV/50 Hz. Selain dari gas turbin

    generator terdapat juga cadangan listrik dari PLN sebesar 10 MW, stand

    by generator sebanyak dua buah dengan power masing-masing 750 kW,

    emergency generator dan UPS (Uninterrupted Power Supply).

    D. AUDIT ENERGI Menurut Malcolm Slesser (1982) dalam Suryadi (1994), audit energi

    adalah suatu perhitungan aliran energi dalam sebuah proses produksi, biasanya

    agar proses tersebut menjadi ekonomis.

    Menurut Wayne C. Turner (1982) , langkah-langkah dalam audit

    energi adalah sebagai berikut :

    1. Pengumpulan data (Data Gathering)

    Teknik pengumpulan data ini meliputi :

    a. Teknik analisis pendahuluan

    a. Pengumpulan data tetapan-tetapan peralatan, pabrik/mesin, tetapan

    pendukung dalam menganalisis aliran energi pada setiap sub sistem

    b. Catatan lapangan

    c. Pengoperasian data terhadap persamaan yang telah ada

    d. Uji coba peralatan/unjuk kerja

  • 2. Teknik analisis (Analytical Techniques)

    Tahapan analisis ini meliputi :

    a. Menganalisa konsep penambahan biaya untuk tahapan tertentu

    bilamana diperlukan

    b. Menganalisis kesetimbangan massa dan energi

    c. Menganalisis energi yang masuk dan yang keluar pada tiap sub sistem

    d. Menganalisis pindah panas

    e. Mengevaluasi sifat muatan listrik

    f. Membuat model dan simulasi

    3. Evaluasi biaya peralatan/perbaikan peralatan

    4. Membuat laporan hasil perhitungan konsumsi energi

    Tahap ini merupakan langkah akhir dalam perumusan audit energi

    yang meliputi :

    a. Laporan utama, merupakan hasil keseluruhan dari proses audit (mulai

    dari bahan baku sampai barang jadi siap dipasarkan

    b. Laporan biasa, merupakan data hasil perhitungan harian dan belum

    dijadikan hasil audit yang baku

    c. Laporan efektivitas pengelolaan peralatan auditing maupun peralatan

    pabrik

    d. Laporan tinjauan (review) tiap tahapan proses.

    Sedangkan menurut tim KONEBA (1989), metode audit energi yang

    dilakukan di PT. Pupuk Kalimantan Timur terdiri dari dua tahap, yaitu :

    1. Tahap pendahuluan (Preliminary Energy Audit)

    Pemeriksaan pendahuluan adalah pengumpulan data awal dan

    analisa pendahuluan, yang terdiri dari :

    a. Pengelompokan sumber data (Organize Resources)

    b. Mengidentifikasi data-data yang diperlukan (Identify Data

    Requirements)

    c. Pengumpulan data (Collect Data)

    d. Analisa data (Analize Data)

    e. Membuat rencana pengembangan (Develop Action Plan)

  • 2. Pemeriksaan Menyeluruh (Detailed Energy Audit)

    Pemeriksaan energi secara umum/menyeluruh adalah melakukan

    penjajagan (surveying) terhadap peralatan yang dipakai di suatu pabrik dan

    melakukan analisa, baik terhadap alat yang tetap digunakan secara

    kontinyu maupun alat yang bersifat tidak tetap.

    Tahapan pada pemeriksaan energi secara menyeluruh ini meliputi :

    a. Evaluasi pengelolaan energi harian (Review the energy management

    program to date)

    b. Pemeriksaan energi pendahuluan (Conduct a preliminary energy audit)

    c. Rencana pengembangan aktivitas pabrik (Develop action plan)

    d. Pemilihan bagian yang akan diaudit (Select scope of the detailed

    energy audit)

    e. Persiapan kelengkapan kerja (Complete preparatory work)

    f. Pemeriksaan dan pencatatan data lapangan (Carry out detailed audit

    field work)

    g. Evaluasi data yang telah dikumpulkan (Evaluate collected data)

    h. Mengidentifikasi peluang untuk melakukan konservasi (Identify

    conservation opportunities)

    i. Rencana pengembangan aktivitas peralatan (Develop action plan for

    implementation)

    j. Pengawasan penggunaan energi secara kontinyu (Continue to

    monitoring energy use)

    k. Penyempurnaan pengelolaan energi secara menyeluruh (Refine overall

    energy management program)

  • III. METODOLOGI PENELITIAN

    Dalam pengamatan awal dilihat tiap seksi atau tahapan proses dengan

    memperhatikan kondisi produksi pada saat dilakukan audit energi. Dari

    kondisi produksi tersebut selanjutnya ditentukan batasan sistem yang diaudit

    serta didapatkan pola produksi riil. Dari pola produksi tersebut data dianalisis

    dalam bentuk grafik untuk menentukan metoda pengambilan data, yaitu waktu

    pengambilan data dan frekuensi pengambilan data.

    A. WAKTU DAN TEMPAT

    Penelitian dilaksanakan dalam kurun waktu Maret 2009 sampai dengan

    Mei 2009. Tempat pelaksanaan penelitian adalah di PT. PUPUK KUJANG

    1A, PERSERO di bagian Process Engineering.

    B. BATASAN SISTEM Kegiatan audit energi ini dilakukan di tiga unit, yaitu unit penyediaan

    sarana penunjang (utility), unit proses produksi pupuk urea dan unit utilitas

    pendukung proses produksi pupuk urea. Batasan masing-masing unit tersebut

    dijelaskan sebagai berikut :

    1. Unit penyediaan sarana penunjang (utility)

    Unit penyediaan sarana penunjang produksi (utility) ini dianggap

    sebagai suatu kesatuan sistem. Untuk memudahkan dalam kegiatan audit

    dan menghindari kesalahpahaman terhadap hasil yang disajikan, sistem ini

    dibagi menjadi empat sub sistem. Sub sistem tersebut antara lain gas turbin

    generator HITACHI (2006-J), ketel uap panas buang (2003-U) dan ketel

    uap paket I dan II (2007-U dan 2007-UA).

    a. Sub sistem gas turbin generator HITACHI (2006-J)

    Gas turbin generator HITACHI (2006-J) berfungsi sebagai unit

    penyediaan tenaga listrik untuk seluruh pabrik (plant), perumahan dan

    perkantoran.

  • b. Sub sistem ketel uap panas buang (2003-U)

    Ketel uap panas buang (2003-U) berfungsi sebagai pembangkit

    uap dengan memanfaatkan gas buang dari gas turbin generator untuk

    pembakaran.

    c. Sub sistem ketel uap paket I dan II (2007-U dan 2007-UA)

    Ketel uap paket I dan II (2007-U dan 2007-UA) berfungsi

    sebagai pembangkit uap dengan masukan gas alam dan udara sebagai

    bahan bakar.

    2. Unit proses pembuatan pupuk urea

    Seperti halnya pada unit penyediaan sarana penunjang produksi

    (utility), unit proses pembuatan pupuk urea juga dianggap sebagai suatu

    kesatuan sistem. Untuk memudahkan dalam kegiatan audit dan

    menghindari kesalahpahaman terhadap hasil yang disajikan, sistem ini

    dibagi menjadi empat sub sistem. Sub sistem tersebut antara lain seksi

    sintesa, seksi dekomposisi/purifikasi, seksi recovery dan seksi kristalisasi

    dan prilling.

    a. Sub sistem seksi sintesa

    Komponen utama pada seksi sintesa adalah reaktor sintesa (U-

    DC101). Sedangkan komponen lainnya adalah pompa, kompresor dan

    alat penukar panas (heat exchanger).

  • Gambar 3.1. Aliran proses dan definisi sub sistem sintesa

    b. Sub sistem seksi dekomposisi/purifikasi

    Peralatan pada sub sistem ini antara lain high pressure

    decomposer (U-DA201), low pressure decomposer (U-DA202), dan

    gas separator (U-DA203).

    U-DC101

    Ke unit

    purifikasi

    U-EA102

    U-EA101

    U-FA401

    U-GA101A-D

    U-GA404A,B

    U-GA102A,B

    U-GA402A,B

    Larutan

    recycle

    U-GB101A,B

    U-GB102

    CO2 dari pabrik

    ammonia

    Udara

    pasivasi

    Batas sub sistem

  • Gambar 3.2. Aliran proses dan definisi sub sistem dekomposisi/purifikasi

    c. Sub sistem seksi recovery Peralatan pada sub sistem ini antara lain low pressure absorber

    (U-EA402), off gas absorber (U-DA402), high pressure absorber

    cooler (U-EA401), high pressure absorber (U-DA401), ammonia

    recovery absorber (U-EA405), dan ammonia reservoir (U-FA401).

  • Batas sub sistem

    Gambar 3.3. Aliran proses dan definisi sub sistem recovery

    Ke U-DA202

    Dari U-GA203A,B

    Ke U-GB401

    Dari U-DA202

    Ke U-DC101

    dari/ke U-GA201A,B

    Dari U-DA205

    Dari U-DA201

    Ke U-FA401

    Steam

    condensate

    Steam condensate

    U-EA402

    U-DA402

    U-EA407

    U-EA408U-FA403

    U-EA406

    U-EA401

    U-DA401

    U-EA405

    U-GA403A,B

    U-GA407A,B

    U-GA402A,B

    U-GA408A,B

    U-GA401A,B

    U-GA406A,B

    U-GA405A,B

    cw cw

    cw

    cw

    cw

    cw cw

    cw

  • d. Sub sistem seksi kristalisasi dan prilling

    Peralatan pada seksi kristalisasi dan prilling antara lain

    crystallizer (U-FA201), mother liquor tank (U-FA203), fluidizing

    dryer (U-FF301), dan prilling tower (U-IA301).

    Gambar 3.4. Aliran proses dan definisi sub sistem kristalisasi

  • Batas sub sistem

    Gambar 3.5. Aliran proses dan definisi sub sistem prilling

    Ke U-FA303

    Ke pengantongan

    steam

    condensat

    steam

    steam

    Ke U-FA203

    udara

    udara

    Dari U-GF201A-E

    U-GB303

    U-FD303

    U-FD304

    U-GB302

    U-GA302A,B

    U-PF303

    U-FD305

    U-PF302

    U-GB304A-

    U-EA301

    U-JD301A,B

    U-FC301

    U-FF301

    U-EC301

    U-GB301

    U-FA301

    U-PF301A-L

    U IA301

  • 3. Unit utilitas pendukung proses produksi pupuk urea Seperti halnya unit sarana penunjang (utility) dan unit proses

    produksi, unit utilitas pendukung proses produksi pupuk urea di urea plant

    dianggap sebagai suatu kesatuan sistem. Untuk memudahkan dalam

    kegiatan audit dan menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam

    pembahasan, sistem ini dibagi menjadi tiga sub sistem. Sub sistem tersebut

    antara lain penyediaan uap dan kondensat uap, penyediaan air panas (hot

    water tank (U-FA703)) dan penyediaan air pendingin.

    a. Sub sistem penyediaan uap dan kondensat uap

    Peralatan pada sub sistem ini antara lain desuperheater I (U-

    BF701), desuperheater II (U-BF702), flash drum (U-FA701), steam

    condensate tank (U-FA702), dan condensate cooler (U-EA701).

    b. Sub sistem penyediaan air panas (hot water tank (U-FA703))

    c. Sub sistem penyediaan air pendingin

    Peralatan pada sub sistem ini antara lain cooling tower for urea

    process part (U-EF601) dan cooling tower for crystallizer part (U-

    EF601)

    C. PARAMETER PENGUKURAN Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah :

    1. Penggunaan energi listrik

    Data yang digunakan meliputi jenis alat, jumlah alat, lama

    penggunaan alat, daya tegangan, dan arus listrik yang terpasang dan

    terukur dan jumlah produksi pupuk urea.

    2. Penggunaan energi uap

    Data yang digunakan meliputi konsumsi uap, nilai kalor uap, dan

    jumlah produksi pupuk urea.

    3. Penggunaan energi bahan bakar gas alam

    Data yang digunakan meliputi konsumsi gas alam, nilai low

    heating valuedari masing-masing komponen yang terkandung dalam gas

    alam dan jumlah produksi pupuk urea.

  • 4. Penggunaan energi manusia

    Data yang digunakan meliputi jumlah tenaga kerja pada tiap

    tahapan produksi, jumlah jam kerja, jumlah produksi pupuk urea, dan nilai

    metabolisme manusia.

    5. Efisiensi penggunaan energi

    Data yang digunakan dalam menentukan efisiensi penggunaan

    energi adalah energi input, energi berguna, kapasitas terukur dan kapasitas

    terpasang.

    D. METODE PENGAMBILAN DATA Metode audit energi yang dilakukan di PT. PUPUK KUJANG 1A

    mengacu pada metode audit energi yang dilakukan oleh tim KONEBA di

    PT. Pupuk Kalimantan Timur (1989). Sehingga, audit energi ini terdiri dari

    dua tahap, yaitu :

    1. Tahap pendahuluan (preliminary energi audit) Pada tahap ini dilakukan pengelompokkan sumber data yang

    diperlukan seperti kondisi dan pola produksi dan mengidentifikasi data-

    data tersebut. Setelah itu dilakukan analisis data untuk menentukan metode

    pengambilan data dalam satu bulan, satu minggu dan satu hari dengan tiga

    kali ulangan. Sehingga, data tersebut dapat dievaluasi pada tahap

    pemeriksaan menyeluruh (detailed energy audit).

    2. Pemeriksaan menyeluruh (detailed energy audit) Setelah ditentukan metode pengambilan data yaitu data diambil

    setiap dua jam sekali selama 24 jam selama bulan Maret 2009, selanjutnya

    dilakukan pemeriksaan menyeluruh dengan melakukan penjajagan

    (surveying) terhadap peralatan yang dipakai di suatu pabrik dan melakukan

    analisa, baik terhadap alat yang tetap digunakan secara kontinyu maupun

    alat yang bersifat tidak tetap.

    Tahapan selanjutnya dari pemeriksaan menyeluruh ini adalah

    melakukan pemeriksaan dan pencatatan atau pengambilan data.

    Pengambilan data untuk audit energi ini dilakukan dengan 2 (dua) cara,

    yaitu :

  • 1. Pengumpulan data primer

    Waktu pengumpulan data primer ditentukan setelah dilakukan

    preliminary energy audit. Sedangkan pengambilan data dilakukan

    dengan tiga kali ulangan. Data-data yang diambil yaitu pada data

    peralatan yang menggunakan energi listrik, turbin uap, ketel uap, gas

    turbin generatot dan data pada proses produksi. Data-data tersebut

    dijelaskan sebagai berikut :

    a. Pengamatan dan pengukuran pada peralatan yang menggunakan

    listrik. Data yang diambil adalah kuat arus listrik terukur pada

    setiap alat/mesin.

    b. Pengamatan dan pengukuran pada turbin uap. Data yang diambil

    pada turbin uap adalah tekanan uap dan suhu uap.

    c. Pengamatan dan pengukuran pada tiga jenis ketel uap, yaitu ketel

    uap paket I (2007-U), ketel uap paket II (2007-UA) dan ketel uap

    panas buang (2003-U). Data yang diambil pada ketel uap adalah

    suhu uap, tekanan uap, suhu air umpan, laju alir massa air umpan,

    laju alir massa gas alam, suhu gas buang masuk economizer, suhu

    gas buang keluar economizer. Alat yang digunakan adalah alat

    yang terpasang pada ruang pengendali (control room).

    d. Pengamatan dan pengukuran pada gas turbin generator HITACHI

    (2006-J). Data yang diambil yaitu tegangan dan arus terukur. Alat

    yang digunakan adalah alat yang terpasang pada ruang pengendali

    (control room).

    e. Pengamatan dan pengukuran pada proses produksi pupuk urea

    berupa data tekanan, temperatur, laju alir massa, jumlah produksi

    urea, konsumsi uap air, ammonia dan air pengumpan ketel.

    2. Pengumpulan data sekunder

    Data sekunder merupakan data penunjang lainnya yang diperoleh

    dari bagian Process Engineering termasuk data yang tidak dapat diukur di

    ruang pengendali (control room) seperti data mengenai komposisi gas

    alam yang diterima oleh PT. PUPUK KUJANG 1A.

  • E. BAHAN DAN ALAT Objek yang diaudit pada penelitian ini antara lain gas turbin generator

    HITACHI (2006-J), ketel uap panas buang (2003-U), ketel uap paket I dan II

    (2007-U dan 2007-UA), turbin, pompa, kompresor dan motor listrik.

    Sedangkan alat ukur yang digunakan dalam kegiatan audit ini adalah semua

    alat ukur sensor yang terpasang di ruang pengendali (control room) dan alat

    ukur yang terpasang di lapangan.

    Bahan yang digunakan dalam kegiatan audit ini adalah gas alam, air

    dan udara.

    F. PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS Audit energi yang dilakukan pada proses produksi pupuk urea ini

    dilakukan pada setiap tahap yang telah ditentukan. Semua perhitungan akhir

    energi dikonversikan ke dalam satuan energi yang sama yaitu kJ/kg urea.

    1. Energi listrik Kebutuhan energi listrik dalam proses produksi pupuk urea dapat

    dihitung dengan persamaan berikut :

    El = (P * t * ) / Q (3.1)

    P = v * I * cos * 3 (3.2)

    Dimana :

    El = Energi listrik yang digunakan untuk memproduksi tiap kg pupuk

    urea (MJ/kg)

    P = Daya motor/mesin terukur (kW)

    t = Waktu (jam)

    = Efisiensi alat (%)

    Q = Jumlah produksi pupuk urea (kg)

    v = Tegangan (volt)

    I = Arus (ampere)

    cos = Faktor daya

  • 2. Energi uap Kebutuhan energi uap dalam proses produksi pupuk urea dapat

    dihitung dengan persamaan berikut :

    Es = ms * h (3.3)

    Dimana :

    Es = Energi uap (kJ/jam)

    ms = Laju aliran massa uap (kg/jam)

    h = Entalpi uap pada tekanan dan suhu tertentu (kJ/kg)

    3. Energi bahan bakar gas alam Energi bahan bakar gas alam dalam proses produksi pupuk urea

    dapat dihitung dengan persamaan berikut :

    ENG = mNG * LHV (3.4)

    Dimana :

    ENG = Energi gas alam (kJ/jam)

    mNG = Laju aliran massa gas alam (lb/jam)

    LHV = Low Heating Value gas alam (kJ/lb)

    Pada perhitungan energi bahan bakar gas alam, satuan yang

    digunakan untuk laju aliran massa adalah lb/jam dikarenakan nilai LHV

    yang diperoleh memiliki satuan kJ/lb.

    4. Energi air umpan ketel Kebutuhan energi air umpan ketel dalam proses produksi pupuk

    urea dapat dihitung dengan persamaan berikut :

    Eair = mair * Cpa dT (3.5)

    Dimana :

    Eair = Energi air umpan ketel (kJ/jam)

    mair = Laju aliran massa air umpan ketel (kg/jam)

    Cpa = Panas jenis air umpan ketel (kJ/kg.mol)

    T1 = Suhu reference (298 K)

    T2 = Suhu air umpan ketel (K)

  • Nilai panas jenis air umpan ketel merupakan fungsi integral

    terhadap suhu. Nilai Cp dapat dihitung dengan menggunakan tabel Heat

    Capacity for Inorganic Compounds and Elements.

    5. Energi oksigen yang terkandung dalam udara Kebutuhan energi oksigen yang terkandung dalam udara pada

    proses produksi pupuk urea dapat dihitung dengan persamaan berikut :

    Eudara = mudara * Cpu dT (3.6)

    Dimana :

    Eudara = Energi udara (kJ/jam)

    mudara = Laju aliran massa oksigen yang terkandung dalam udara secara

    teoritis (kg.mol/jam)

    Cpu = Panas jenis udara (kJ/kg.mol)

    T1 = Suhu reference (298 K)

    T2 = Suhu udara (K)

    Nilai panas jenis udara merupakan fungsi integral terhadap suhu.

    Nilai Cp dapat dihitung dengan menggunakan tabel Heat Capacity for

    Inorganic Compounds and Elements.

    6. Energi manusia Kebutuhan energi manusia dalam proses produksi pupuk urea

    dapat dihitung dengan persamaan berikut :

    Emanusia = (n x T x Cmanusia)/Npupuk urea (3.7)

    Dimana :

    Emanusia = Energi manusia (kJ/jam)

    n = Jumlah pekerja per hari

    T = Jam kerja per hari (jam)

    C = Metabolisme dasar manusia (laki-laki = 4.27 kJ/menit

    atau 256.2 kJ/jam)

    Npupuk urea = Jumlah produksi pupuk urea per hari (kg/hari)

  • 7. Efisiensi penggunaan energi Efisiensi penggunaan energi dalam proses produksi pupuk urea

    adalah sebagai berikut :

    a. Efisiensi riil

    Efisiensi riil yaitu perbandingan antara jumlah energi berguna

    dengan jumlah energi input. Efisiensi riil dapat dihitung dengan

    persamaan sebagai berikut :

    riil = Eberguna / Ein x 100% (3.8)

    Dimana :

    riil = Efisiensi riil (%)

    Eberguna = Energi berguna (kJ/jam)

    Ein = Energi input (kJ/jam)

    b. Efisiensi teknis

    Efisiensi teknis yaitu perbandingan efisiensi terukur (riil)

    dengan efisiensi alat/mesin terpasang. Efisiensi teknis dapat dihitung

    dengan persamaan sebagai berikut :

    teknis = riil /menurut spesifikasi x 100% (3.9)

    Dimana :

    teknis = Efisiensi teknis (%)

    menurut spesifikasi = Efisiensi alat/mesin menurut spesifikasi (%)

    riil = Efisiensi riil (%)

    Setelah didapatkan parameter pengukuran yang dibutuhkan,

    selanjutnya dilakukan analisis terhadap hasil perhitungan yang diperoleh.

    Metode analisis yang akan digunakan pada penelitian ini mengacu pada

    metode audit menurut Wayne C. Turner (1982) dengan tahapan analisis

    kesetimbangan massa dan energi, analisis energi yang masuk dan yang keluar

    pada tiap sub sistem dan analisis pindah panas.

    Kesetimbangan massa dan energi sangat penting dalam sebuah proses

    di industri. Kesetimbangan massa adalah aspek penting sebagai pengontrol

  • proses terutama untuk mengontrol produk yang dihasilkan. Kesetimbangan

    massa dan energi didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana massa dan

    energi pada saat masuk proses dan keluar proses adalah sama. Secara lebih

    jelas konsep kesetimbangan massa dan energi dapat dilihat pada Gambar 3.6.

    Gambar 3.6. Kesetimbangan massa dan energi ([email protected])

    Dari Gambar 3.6. di atas dapat dituliskan rumus kesetimbangan massa

    dan energi sebagai berikut :

    Massa masuk = massa keluar + massa tersimpan (3.10)

    Bahan baku masuk = produk + limbah + material tersimpan (3.11)

    mR = mP + mW + mS (3.12)

    (dimana (sigma) menunjukan jumlah semua kondisi).

    mR = mR1 + mR2 + mR3 = Total bahan baku. (3.13)

    mP = mP1 + mP2 + mP3 = Total produk. (3.14)

    mw = mW1 + mW2 + mW3 = Total limbah. (3.15)

    ms = mS1 + mS2 + mS3 = Total produk tersimpan. (3.16)

  • Jika tidak ada perubahan kimia selama proses, hukum kesetimbangan

    massa dapat digunakan untuk masing-masing komponen, sehingga untuk

    komponen A :

    mA pada material yang masuk = mA pada material yang keluar + mA

    yang tersimpan di dalam proses.

    (3.17)

    Tetapi jika terjadi perubahan kimia selama proses, maka sebagian

    massa akan hilang karena reaksi kimia. Sehingga rumus untuk menghitung

    kesetimbangan massa menjadi :

    mAR = mAP + mAW + mAS+ mAU (3.18)

    dimana mAU adalah massa yang hilang yang tidak diketahui dan harus

    diidentifikasi.

    Seperti halnya massa, energi dalam suatu proses juga harus dihitung.

    Energi yang masuk dalam suatu proses harus sama dengan energi yang keluar.

    Energi masuk = Energi keluar + Energi tersimpan (3.19)

    ER = EP +EW +EL + ES (3.20)

    Dimana :

    ER = ER1 + ER2 + ER3 + . = Total energi masuk

    EP = EP1 + EP2 + EP3 + . = Total energi yang keluar bersama produk

    EW = EW1 +EW2 + EW3 + = Total energi yang keluar bersama limbah

    EL = EL1 + EL2 + EL3 + .. = Total energi yang hilang ke lingkungan

    ES = ES1 + ES2 + ES3 + .. = Total energi tersimpan

    Kesetimbangan energi lebih rumit untuk dihitung karena bentuk dari

    energi itu sendiri yang dapat dikonversikan ke bentuk lainnya seperti energi

    mekanik yang dikonversi menjadi energi panas. Tetapi jumlah secara

    keseluruhan haruslah seimbang.

    Dengan analisis tersebut diharapkan dapat diketahui aliran energi dari

    tiap sub sistem pada proses produksi pupuk urea. Sehingga dapat diketahui

    efisiensi penggunaan energi dan mendapatkan cara terbaik penghematan

    energi pada proses produksi pupuk urea.

  • IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. UNIT PENYEDIAAN SARANA PENUNJANG (UTILITY) 1. GAS TURBIN GENERATOR (2006-J)

    Dari hasil perhitungan, ternyata pada gas turbin generator ini

    terjadi kehilangan panas yang cukup besar, yaitu sebesar 101,119.60 x 103

    MJ selama bulan Maret 2009. Sebesar 91,825.60 x 103 merupakan panas

    gas buang hasil pembakaran di combustion chamber. Dalam perhitungan,

    panas ini dianggap sebagai panas yang hilang padahal dalam kenyataannya

    panas tersebut dimanfaatkan oleh ketel uap panas buang untuk

    pembakaran. Sedangkan sebesar 9,294 x 103 MJ merupakan panas yang

    hilang karena konduksi, konveksi dan radiasi yang terjadi selama proses

    penyediaan listrik. Sementara itu dari hasil audit energi (Tabel 4.1.),

    terlihat bahwa efisiensi gas turbin generator rata-rata pada selama bulan

    Maret 2009 adalah sebesar 16.12%.

    Tabel 4.1. Neraca energi pada sub sistem gas turbin generator HITACHI (2006-J) (x103 MJoule)

    Tanggal Energi Input Total input Energi Output Total output Efisiensi Gas alam Udara Listrik Flue gas lain-lain

    1 4,134.69 1.52 4,136.21 672.48 3,140.30 323.43 4,136.21 16.26%

    2 4,139.04 36.46 4,175.50 658.08 3,135.02 382.40 4,175.50 15.76%

    3 4,130.91 36.76 4,167.68 645.12 3,165.34 357.21 4,167.68 15.48%

    4 4,143.59 37.09 4,180.69 668.88 3,187.44 324.36 4,180.69 16.00%

    5 4,155.37 37.06 4,192.43 717.84 3,186.98 287.61 4,192.43 17.12%

    6 4,153.74 37.54 4,191.28 708.48 3,227.53 255.27 4,191.28 16.90%

    7 4,438.70 39.65 4,478.35 687.60 3,411.62 379.13 4,478.35 15.35%

    8 4,459.26 40.26 4,499.52 682.56 3,462.77 354.19 4,499.52 15.17%

    9 4,488.01 40.22 4,528.23 689.76 3,459.73 378.73 4,528.23 15.23%

    10 - - - - - - - -

    11 - - - - - - - -

    12 - - - - - - - -

    13 4,424.10 39.47 4,463.58 708.48 3,397.74 357.36 4,463.58 15.87%

    14 4,314.34 38.52 4,352.86 691.92 3,313.52 347.41 4,352.86 15.90%

    15 4,375.46 39.31 4,414.77 680.40 3,378.89 355.47 4,414.77 15.41%

    16 4,255.76 38.08 4,293.84 707.76 3,273.77 312.31 4,293.84 16.48%

    17 4,215.49 37.80 4,253.29 715.68 3,248.73 288.88 4,253.29 16.83%

    18 4,256.80 37.99 4,294.79 704.88 3,266.02 323.90 4,294.79 16.41%

    19 4,112.27 36.82 4,149.10 703.44 3,167.31 278.34 4,149.10 16.95%

    20 4,165.48 37.57 4,203.05 701.28 3,225.55 276.22 4,203.05 16.69%

  • Lanjutan Tabel 4.1. Neraca energi pada sub sistem gas turbin generator HITACHI (2006-J) (x103 MJoule)

    Tanggal Energi Input Total input Energi Output Total output Efisiensi Gas alam Udara Listrik Flue gas lain-lain

    21 4,233.80 37.92 4,271.73 683.28 3,259.19 329.26 4,271.73 16.00%

    22 4,232.64 37.86 4,270.50 680.40 3,254.63 335.48 4,270.50 15.93%

    23 4,228.15 37.97 4,266.11 701.28 3,263.52 301.32 4,266.11 16.44%

    24 4,203.40 37.59 4,240.98 699.84 3,230.45 310.69 4,240.98 16.50%

    25 4,215.83 37.63 4,253.45 691.20 3,233.88 328.37 4,253.45 16.25%

    26 4,121.48 36.82 4,158.30 691.20 3,165.54 301.57 4,158.30 16.62%

    27 4,096.67 36.54 4,133.21 712.80 3,142.85 277.56 4,133.21 17.25%

    28 4,447.15 39.59 4,486.74 689.76 3,403.46 393.51 4,486.74 15.37%

    29 4,471.15 40.03 4,511.17 684.00 3,437.05 390.12 4,511.17 15.16%

    30 4,452.97 39.50 4,492.47 714.96 3,393.25 384.26 4,492.47 15.91%

    31 4,432.20 39.50 4,471.70 718.56 3,393.50 359.64 4,471.70 16.07%

    Jumlah 119,498.44 1,033.08 120,531.52 19,411.92 91,825.60 9,294.00 120,531.52 16.12% Keterangan : (-) tidak diperoleh data komposisi gas alam. Sehingga tidak dapat dihitung

    energi gas alam, dan efisiensinya.

    Siklus kerja gas turbin generator yang beroperasi di PT. PUPUK

    KUJANG 1A termasuk ke dalam jenis siklus terbuka. Siklus ini bekerja

    berdasarkan siklus Brayton. Siklus Brayton pertama kali digagas oleh

    George Brayton untuk digunakan pada mesin berbahan bakar minyak tipe

    reciprocating yang dia kembangkan sekitar tahun 1870.

    Menurut Reay dalam Suryadi (1994), digunakannya turbin gas

    dalam industri karena ketahanannya untuk dioperasikan secara terus

    menerus dalam jangka waktu yang lama, walaupun efisiensinya hanya

    sekitar 20%. Dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

    Suryadi (1994) diperoleh efisiensi gas turbin generator sebesar 23.72%.

    Sedangkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Razi (1996) di PUSRI

    I-B diperoleh efisiensi gas turbin generator sebesar 19.50%. Terjadinya

    perbedaan nilai efisiensi gas turbin generator saat ini dengan hasil

    perhitungan Suryadi dikarenakan adanya perbedaan komposisi gas alam

    yang diterima pada saat ini dengan tahun 1994 dan juga karena adanya

    perbedaan metodologi penelitian yang digunakan.

    Tetapi jika dibandingkan antara hasil penelitian Suryadi dengan

    Razi terlihat bahwa gas turbin generator yang beroperasi di PT. PUPUK

    KUJANG 1A memiliki efisiensi yang lebih baik dibandingkan dengan gas

  • turbin generator yang beroperasi di PUSRI 1B. Sedangkan kebutuhan

    energi gas alam dan jumlah energi listrik yang dihasilkan oleh gas turbin

    generator seperti yang terlihat pada Tabel 4.1. dapat disajikan dalam

    bentuk grafik yang terlihat pada Gambar 4.1.

    Gambar 4.1. Hubungan konsumsi bahan baku dan produksi listrik

    terhadap tanggal pengamatan.

    2. KETEL UAP PANAS BUANG (2003-U) Dari hasil perhitungan audit pada sub sistem ketel uap panas buang

    (2003-J) didapatkan nilai efisiensi rata-rata selama bulan maret yaitu

    sebesar 87.52% dengan kehilangan panas sebesar 26.60 x 103 MJ/jam.

    Dengan nilai efisiensi tersebut maka dapat dikatakan ketel uap panas

    buang masih bekerja dengan baik. Secara lebih jelas, neraca energi pada

    sub sistem ketel uap panas buang dapat dilihat pada Tabel 4.2. berikut.

    0.00500.00

    1,000.001,500.002,000.002,500.003,000.003,500.004,000.004,500.005,000.00

    1 2 3 4 5 6 7 8 9

    Ene

    rgi (

    .103

    MJo

    ule)

    Tanggal (Maret 2009)

    Gas alam

    Listrik

  • Tabel 4.2. Neraca energi pada sub sistem ketel uap panas buang (2003-U) (x 103 MJ/jam)

    Tanggal Energi input Total

    energi input

    Energi output Total energi output

    Efisiensi (%) Gas

    alam

    Gas buang

    dari GTG

    Air umpan ketel

    Steam Panas hilang

    1 66.99 130.85 10.30 208.13 191.60 16.53 208.13 92.062 68.39 130.63 9.96 208.98 182.96 26.02 208.98 87.55 3 60.02 131.89 9.91 201.82 182.32 19.51 201.82 90.33 4 48.76 132.81 9.39 190.95 178.14 12.82 190.95 93.295 78.75 130.85 10.60 220.19 196.23 23.96 220.19 89.12 6 81.04 134.48 10.64 226.16 194.18 31.99 226.16 85.86 7 64.03 142.15 10.63 216.80 196.44 20.37 216.80 90.61 8 69.31 144.28 10.37 223.96 191.62 32.34 223.96 85.56 9 68.29 144.16 10.73 223.17 195.56 27.61 223.17 87.63 10 - - - - - - - - 11 - - - - - - - - 12 - - - - - - - - 13 67.60 141.57 9.83 219.00 180.73 38.27 219.00 82.53 14 61.79 138.06 9.65 209.51 177.47 32.04 209.51 84.71 15 74.06 140.79 10.35 225.20 193.62 31.58 225.20 85.98 16 52.11 136.41 9.57 198.09 180.10 17.99 198.09 90.92 17 85.50 135.36 10.90 231.77 200.72 31.05 231.77 86.60 18 71.16 136.08 10.25 217.50 190.35 27.14 217.50 87.52 19 76.92 131.97 10.56 219.45 193.95 25.50 219.45 88.38 20 60.56 134.40 9.80 204.75 182.42 22.33 204.75 89.09 21 65.94 135.80 9.81 211.56 182.32 29.24 211.56 86.18 22 77.93 135.61 10.51 224.05 193.24 30.82 224.05 86.2523 70.52 135.98 9.96 216.46 187.53 28.93 216.46 86.63 24 59.19 134.60 9.50 203.29 175.90 27.40 203.29 86.52 25 56.29 134.75 9.42 200.46 175.85 24.61 200.46 87.7226 61.38 131.90 9.68 202.96 179.36 23.60 202.96 88.37 27 59.48 130.95 9.65 200.08 178.66 21.42 200.08 89.29 28 55.11 141.81 9.45 206.37 178.39 27.98 206.37 86.44 29 63.39 143.21 9.80 216.39 181.98 34.41 216.39 84.10 30 58.40 141.39 9.57 209.35 176.21 33.14 209.35 84.17 31 53.72 141.40 9.47 204.58 178.42 26.16 204.58 87.21

    Rata-rata 65.59 136.58 10.01 212.18 185.58 26.60 212.18 87.52 Keterangan : (-) tidak diperoleh data komposisi gas alam. Sehingga tidak dapat dihitung

    energi gas alam, dan efisiensinya.

  • Kebutuhan gas alam, gas buang dari gas turbin generator dan

    jumlah uap yang dihasilkan pada ketel uap panas buang dari tanggal 1

    Maret hingga 9 Maret jika ditampilkan dalam bentuk grafik dapat dilihat

    pada Gambar 4.2. berikut.

    Gambar 4.2. Hubungan konsumsi gas alam dan gas buang dari gas turbin

    generator dengan jumlah uap yang dihasilkan ketel uap panas buang dari tanggal 1 Maret hingga 9 Maret 2009

    3. KETEL UAP PAKET I (2007-U) Dari hasil perhitungan audit energi, ketel uap paket I (2007-U)

    didapatkan nilai efisiensi rata-rata pada bulan Maret sebesar 89.92%

    dengan rata-rata kehilangan panas sebesar 16.19 x 103 MJ/jam. Secara

    lebih rinci, hasil perhitungan audit energi dapat dilihat pada Tabel 4.3.

    0.00

    50.00

    100.00

    150.00

    200.00

    250.00

    1 2 3 4 5 6 7 8 9

    Ene

    rgi (

    .103

    MJ/

    jam

    )

    Tanggal (Maret 2009)

    Gas alam

    Gas buang dari GTG

    Steam

  • Tabel 4.3. Neraca energi pada sub sistem ketel uap paket I (2007-U) (x 103 MJ/jam)

    Tanggal

    Energi Input Total energi input

    Energi Output Total energi output

    Efisiensi (%) Gas

    alam Udara Air

    umpan ketel

    Steam Panas hilang

    1 148.49 1.31 8.45 158.26 140.17 18.08 158.26 88.57 2 145.97 1.29 8.53 155.78 140.40 15.38 155.78 90.13 3 144.13 1.28 8.39 153.81 139.10 14.71 153.81 90.44 4 146.02 1.31 8.43 155.75 140.36 15.39 155.75 90.12 5 146.03 1.30 8.46 155.79 140.31 15.48 155.79 90.07 6 147.40 1.33 8.39 157.11 139.79 17.33 157.11 88.97 7 145.91 1.30 8.40 155.62 140.17 15.44 155.62 90.08 8 145.68 1.32 8.45 155.44 140.23 15.21 155.44 90.22 9 146.92 1.32 8.34 156.57 137.24 19.33 156.57 87.65 10 - - - - - - - - 11 - - - - - - - - 12 - - - - - - - - 13 162.37 1.45 9.35 173.17 153.62 19.56 173.17 88.71 14 163.40 1.46 9.36 174.23 156.99 17.23 174.23 90.11 15 161.30 1.45 9.26 172.01 153.37 18.64 172.01 89.16 16 154.93 1.39 9.09 165.41 150.11 15.30 165.41 90.75 17 145.60 1.31 8.63 155.54 140.42 15.12 155.54 90.28 18 145.44 1.30 8.37 155.11 141.05 14.06 155.11 90.94 19 144.59 1.29 8.47 154.35 139.73 14.61 154.35 90.53 20 148.65 1.34 8.58 158.56 143.48 15.08 158.56 90.49 21 145.00 1.30 8.43 154.73 140.49 14.24 154.73 90.80 22 146.46 1.31 8.42 156.19 138.85 17.35 156.19 88.89 23 146.61 1.32 8.64 156.57 142.62 13.95 156.57 91.09 24 148.54 1.33 8.71 158.58 142.59 15.99 158.58 89.92 25 148.67 1.33 8.57 158.57 141.66 16.90 158.57 89.34 26 148.25 1.32 8.50 158.08 142.06 16.02 158.08 89.86 27 147.73 1.32 8.56 157.61 141.44 16.17 157.61 89.74 28 148.32 1.32 8.55 158.19 141.33 16.86 158.19 89.34 29 150.06 1.34 8.59 159.99 142.81 17.19 159.99 89.26 30 149.76 1.33 8.54 159.63 143.06 16.57 159.63 89.62 31 149.69 1.33 8.56 159.59 143.57 16.01 159.59 89.97

    Rata-rata 149.00 1.33 8.61 158.94 142.75 16.19 158.94 89.82 Keterangan : (-) tidak diperoleh data komposisi gas alam. Sehingga tidak dapat dihitung

    energi gas alam, dan efisiensinya.

    Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ketel uap beroperasi setiap

    hari dengan efisiensi diatas 70%. Hal tersebut menandakan bahwa ketel

    uap paket I masih bekerja dengan baik. Kebutuhan gas alam, udara dan

    jumlah uap yang dihasilkan pada ketel uap paket I dari tanggal 1 Maret

  • hingga 9 Maret jika ditampilkan dalam bentuk grafik dapat dilihat pada

    Gambar 4.3. berikut.

    Gambar 4.3. Hubungan konsumsi gas alam dengan jumlah uap yang

    dihasilkan ketel uap paket I dari tanggal 1 Maret hingga 9 Maret 2009

    4. KETEL UAP PAKET II (2007-UA) Dari hasil perhitungan audit energi pada sub sistem ketel uap paket

    II didapatkan nilai efisiensi rata-rata bulan Maret sebesar 77.86% dengan

    jumlah kehilangan panas rata-rata sebesar 40.75 x 103 MJ/jam. Dengan

    nilai efisiensi tersebut maka dapat dikatakan ketel uap paket II masih

    bekerja dengan baik meskipun jika dibandingkan dengan ketel uap panas

    buang dan ketel uap paket I. Secara lebih jelas, neraca energi pada sub

    sistem ketel uap paket II dapat dilihat pada Tabel 4.4.

    130

    132

    134

    136

    138

    140

    142

    144

    146

    148

    150

    1 2 3 4 5 6 7 8 9

    Ene

    rgi (

    .103

    MJ/

    jam

    )

    Tanggal (Maret 2009)

    Gas alam

    Steam

  • Tabel 4.4. Neraca energi pada sub sistem ketel uap paket II (2007-UA)

    (x 103 MJ/jam)

    Tanggal

    Energi Input Total energi input

    Energi Output Total energi output

    Efisiensi (%) Gas

    alam Udara Air

    umpan ketel

    Steam Panas hilang

    1 173.02 1.53 8.45 183.00 140.43 42.57 183.00 76.74 2 171.60 1.51 8.41 181.52 136.62 44.90 181.52 75.26 3 169.73 1.51 8.40 179.64 139.39 40.25 179.64 77.60 4 172.63 1.55 8.44 182.62 141.23 41.39 182.62 77.34 5 170.08 1.52 8.16 179.75 136.62 43.13 179.75 76.01 6 168.95 1.53 8.32 178.79 139.07 39.72 178.79 77.78 7 169.18 1.51 8.23 178.92 135.80 43.12 178.92 75.908 180.00 1.63 8.72 190.35 144.39 45.96 190.35 75.86 9 175.87 1.58 8.42 185.86 139.71 46.15 185.86 75.17

    10 - - - -- - - - - 11 - - - - - - - - 12 - - - - - - - - 13 165.05 1.47 8.68 175.21 137.88 37.33 175.21 78.70 14 167.20 1.49 8.59 177.29 137.59 39.70 177.29 77.61 15 158.72 1.43 7.94 168.08 130.67 37.41 168.08 77.74 16 149.01