audit bab 2

5
HUBUNGAN ANTARA AKUNTANSI DAN AUDITING Banyak pemakai laporan keuangan dan masyarakat awam pada umunya, rancu tentang hubungan antara auditing dengan akuntansi. Ada yang mengatakan bahwa auditing adalah cabang dari akuntansi karena orang yang melakukan auditing pasti harus ahli di bidang akuntansi. Ada pula yang mengatakan bahwa pangauditan diartikan sebagai pemeriksa akuntansi. Metode akuntansi mencakup kegiatan mengidentifikasi bukti dan transaksi yang dapat mempengaruhi entitas. Setelah di identifikasi, maka bukti dan transaksi ini diukur, dicatat dikelompokkan serta di buat ikhtisar dalam catatan akuntansi. Dengan demikian, akuntansi adalah suatu proses yang kreatif. Sedangkan, audit laporan keuangan yang khas terdiri dari upaya memahami bisnis dan industi klien serta mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berkaitan dengan laporan keuangan manajemen, sehingga memungkinkan auditor meneliti apakah pada kenyataannya laporan keuangan tersebut telah menyajikan posisi keuangan entitas, hasil operasi, serta arus kas secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi. Tujuan utama audit laporan keuangan bukan untuk menciptakan informasi baru, melainkan untuk menambah keandalan laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen. Oleh karena itu, seorang akuntan pada suatu perusahaan yang ahli di bidang tidak harus mengerti tentang pengauditan, tetapi seorang auditor harus memahami akuntansi. Akuntansi menghasilkan laporan keuangan dan informasi penting lainnya, sedangkan pengauditan biasanya tidak menghasilkan data akuntansi, melainkan meningkatkan nilai informasi yang dihasilkan proses akuntansi dengan cara melakukan penilaian secara kritis atas informasi tersebut dan selanjutnya mengkomunikasikan hasil penilaian secara kritis atas informasi tersebut kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

description

ff

Transcript of audit bab 2

Page 1: audit bab 2

HUBUNGAN ANTARA AKUNTANSI DAN AUDITING

Banyak pemakai laporan keuangan dan masyarakat awam pada umunya, rancu tentang hubungan

antara auditing dengan akuntansi. Ada yang mengatakan bahwa auditing adalah cabang dari akuntansi

karena orang yang melakukan auditing pasti harus ahli di bidang akuntansi. Ada pula yang mengatakan

bahwa pangauditan diartikan sebagai pemeriksa akuntansi.

Metode akuntansi mencakup kegiatan mengidentifikasi bukti dan transaksi yang dapat

mempengaruhi entitas. Setelah di identifikasi, maka bukti dan transaksi ini diukur, dicatat dikelompokkan

serta di buat ikhtisar dalam catatan akuntansi. Dengan demikian, akuntansi adalah suatu proses yang

kreatif. Sedangkan, audit laporan keuangan yang khas terdiri dari upaya memahami bisnis dan industi

klien serta mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berkaitan dengan laporan keuangan manajemen,

sehingga memungkinkan auditor meneliti apakah pada kenyataannya laporan keuangan tersebut telah

menyajikan posisi keuangan entitas, hasil operasi, serta arus kas secara wajar sesuai dengan prinsip-

prinsip akuntansi. Tujuan utama audit laporan keuangan bukan untuk menciptakan informasi baru,

melainkan untuk menambah keandalan laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen.

Oleh karena itu, seorang akuntan pada suatu perusahaan yang ahli di bidang tidak harus mengerti

tentang pengauditan, tetapi seorang auditor harus memahami akuntansi. Akuntansi menghasilkan laporan

keuangan dan informasi penting lainnya, sedangkan pengauditan biasanya tidak menghasilkan data

akuntansi, melainkan meningkatkan nilai informasi yang dihasilkan proses akuntansi dengan cara

melakukan penilaian secara kritis atas informasi tersebut dan selanjutnya mengkomunikasikan hasil

penilaian secara kritis atas informasi tersebut kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

ASUMSI YANG MENDASARI PENGAUDITAN

Audit di lakukan berdasarkan asumsi bahwa data laporan keuangan dapat diverifikasi. Data

dikatakan dapat diverifikasi apabila dua atau lebih orang yang memiliki kualifikasi tertentu yang dapat

memberikan kesimpulan yang serupa dari data yang di periksa. Masalah bisa tidaknya diverifikasi

terutama berkaitan dengan ketersediaan bukti yang memiliki keabsahan sesuai dengan audit yang

dilakukan.

Laporan keuangan berisi banyak asersi spesifik tentang unsur-unsur individual. Sebagai contoh,

dalam kaitannya dengan persediaan, manajemen menyatakan bahwa persediaan benar-benar ada,

merupakan milik dari entitas yang membuat laporan, dinilai dengan tepat sesuai metoda harga terendah di

antara biaya perolehan dan nilai bersih yang bisa direalisasi. Dalam pengauditan laporan, auditor harus

yakin bahwa asersi-asersi individual bisa diverifikasi (bisa diperiksa) dan dimungkinkan untuk mencapai

suatu kesimpulan tentang kewajaran laporan sebagai keseluruhan dengan memeriksa akun-akun yang

membentuk laporan.

Page 2: audit bab 2

KONDISI-KONDISI YANG MENYEBABKAN TIMBULNYA KEBUTUHAN AKAN

PENGAUDITAN

Para pengguna laporan keuangan kadang-kadang meragukan kewajaran informasi yang tertuang

dalam laporan keuangan yang disusun manajemen karena berbagai alasan antara lain:

1. Informasi Dibuat Oleh Pihak Lain

Dalam dunia modern, pengambil keputusan seringkali atau “terpaksa” mengandalkan informasi

yang dibuat oleh orang lain, maka kemungkinan (disengaja atau tidak disengaja) adanya

informasi yang tidak benar menjadi bertambah besar. Risiko salah informasi semakin meningkat

ketika lokasi objek yang dilaporkan berjauhan dengan penerima informasi.

2. Bias dan Motivasi Pembuat Informasi

Apabila informasi disusun oleh pihak atau orang lain yang tujuannya selaras dengan pengambilan

keputusan, maka informasi bisa menjadi bias demi keuntungan si pembuat informasi. Sebagai

contoh, dalam pengambilan keputusan pemberian kredit. Oleh karena informasi dalam laporan

keuangan tersebut disusun oleh pemohon kredit, maka sangat mungkin terjadi laporan tersebut

akan bias demi keuntungan si pemohon kredit, sehingga kredit bisa dilakukan.

3. Volume Data

Dalam sebuah organisasi, jiak makin banyak jumlah transaksi maka akan bisa menyebabkan

terjadinya kesalahan dalam pencatatan. Sebagai contoh, apabila sebuah perusahaan besar menarik

selembar check yang jumlah rupiahnya ditulis lebih besar beberapa ribu rupiah dari jumlah yang

seharusnya, kesalahan seperti ini sering tidak nampak kecuali bila perusahaan tersebut memiliki

kontrol yang sangat ketat.

4. Kerumitan Transaksi

Transaksi pertukaran antara organisasi semakin bertambah kompleks dan akibatnya semakin sulit

untuk mencatatnya secara tepat. Sebagai contoh, pada tahun-tahun terakhir ini transaksi leasing

(sewa guna) yang pencatatannya cukup rumit semakin sering terjadi, begitu pula penggabungan

dan pengungkapan hasil operasi dari anak perusahaan pada berbagai industri.

Cara Mengurangi Risiko Informasi

Ada tiga pilihan yang mungkin dilakukan untuk mengurangi risiko informasi, yaitu:

1. Pemakai Laporan Melakukan Sendiri Verifikasi atas Informasi

Pemakai laporan dating je perusahaan untuk melakukan pemeriksaan atas catatan dan mencari

informasi tentang keandalan laporan. Cara demikian biasanya tidak praktis untuk dikerjakan

karena mahal biayanya. Selain itu ditinjau dari segi ekonomis tidaklah efisien apabila semua

pemakai laporan keuangan melakukan verifikasi informasi secara sendiri-sendiri.

Page 3: audit bab 2

2. Pemakai Membebankan Risiko Informasi pada Manajemen

Pada hakekatnya manajemen harus bertanggungjawab untuk menyajikan informasi yang dapat

dipercaya bagi para pemakai informasi tersebut. Apabila pemakai laporan mengandalkan

keputusannya pada informasi dalam laporan dan sebagai akibat keputusan tersebut ia menderita

kerugian, maka pemakai laporan keuangan dapat menuntut ganti rugi kepada manajemen.

Sebagai contoh, apabila suatu perusahaan mengalami kebangkrutan an tidak dapat melunasi

hutangnya, ada kemungkinan manajemen tidak memiliki dana yang cukup untuk membayar

hutangnya.

3. Disediakan Laporan Keuangan Auditan

Jika terdapat lebih dari satu pengambil keputusan yang akan memakai informasi, biasanya akan

lebih murah apabila menugaskan seseorang untuk melakukan audit untuk seluruh pemakai

informasi, bukannya meminta tiap pemakai laporan untuk melakukan verifikasi secara sendiri-

sendiri. Biasanya manajemen akan meminta agar auditor memberikan jaminan kepada para

pemakai informasi bahwa laporan keuangan bisa diandalkan. Namun apabila opini yang diberikan

oleh auditor atas laporan keuangan dikemudian hari terbukti tidak benar, maka auditor akan

dituntut di pengadilan oleh dua pihak yaitu pemakai dan manajemen.