AUDIOMETRI Nada Murni Tht

22
1. DEFINISI Audiometri berasal dari kata audire dan metrios yang berarti mendengar dan mengukur (uji pendengaran). Audiometri tidak saja dipergunakan untuk mengukur ketajaman pendengaran, tetapi juga dapat dipergunakan untuk menentukan lokalisasi kerusakan anatomis yang menimbulkan gangguan pendengaran Nada murni berarti bunyi yang hanya mempunyai satu frekuensi, dinyatakan dalam jumlah getaran per detik. Audiometri nada murni/ pure tune audiometry (PTA) adalah salah satu jenis uji pendengaran untuk menilai fungsi pendengaran. 2,6 2. MANFAAT AUDIOMETRI Untuk mengukur batas pendengaran pada hantaran udara dan tulang serta derajat atau tipe ketulian. Hasil rekaman dapat disimpan dan digunakan untuk rujukan masa akan datang. Audiogram berguna sebagai acuan untuk pengunaan alat bantu dengar. 3. TUJUAN AUDIOMETRI 6 Kegunaan diagnostik penyakit telinga 1

description

AUDIOMETRI Nada Murni Tht

Transcript of AUDIOMETRI Nada Murni Tht

Page 1: AUDIOMETRI Nada Murni Tht

1.DEFINISI

Audiometri berasal dari kata audire dan metrios yang berarti mendengar

dan mengukur (uji pendengaran). Audiometri tidak saja dipergunakan untuk

mengukur ketajaman pendengaran, tetapi juga dapat dipergunakan untuk

menentukan lokalisasi kerusakan anatomis yang menimbulkan gangguan

pendengaran Nada murni berarti bunyi yang hanya mempunyai satu frekuensi,

dinyatakan dalam jumlah getaran per detik. Audiometri nada murni/ pure tune

audiometry (PTA) adalah salah satu jenis uji pendengaran untuk menilai fungsi

pendengaran.2,6

2. MANFAAT AUDIOMETRI

Untuk mengukur batas pendengaran pada hantaran udara

dan tulang serta derajat atau tipe ketulian.

Hasil rekaman dapat disimpan dan digunakan untuk

rujukan masa akan datang.

Audiogram berguna sebagai acuan untuk pengunaan alat

bantu dengar.

3. TUJUAN AUDIOMETRI6

Kegunaan diagnostik penyakit telinga

Mengukur kemampuan pendengaran dalam menangkap

percakapan sehari-hari. Atau validitas sosial pendengaran

seperti untuk tugas dan pekerjaan, apakah butuh alat bantu

dengar, ganti rugi seperti dalam bidang kedokteran

kehakiman dan asuransi.

Skrining pada anak balita dan sekolah dasar

Monitor pekerja yang bekerja di tempat bising.

1

Page 2: AUDIOMETRI Nada Murni Tht

4. ISTILAH DALAM AUDIOMETRI NADA MURNI

a) Nada murni (pure Tone): merupakan bunyi yang hanya

mempunyai satu frekuensi, dinyatakan dalam jumlah getaran per

detik.

b) Bising: merupakan bunyi yang mempunyai banyak frekuensi,

terdiri dari spectrum terbatas (Narrow band), spektrum luas (White

noise).

c) Frekuensi : merupakan nada murni yang dihasilkan oleh getaran

suatu benda yang sifatnya harmonis sederhana (simple harmonic

motion). Dengan satuannya dalam jumlah getaran per detik

dinyatakan dalam Hertz (Hz).

d) Intensitas bunyi: dinyatakan dalam desibel (dB). Dikenal dB HL

(hearing level), dB SL (sensation level), dB SPL (sound pressure

level). dB HL dan dB SL dasarnya adalah subjektif, dan inilah

yang biasanya digunakan pada audiometer, sedangkan dB SPL

digunakan apabila ingin mengetahui intensitas bunyi yang

sesungguhnya secara fisika (ilmu alam).2,7

e) Ambang dengar: merupakan bunyi nada murni yang terlemah

pada frekuensi tertentu yang masih dapat didengar oleh telinga

seseorang. Terdapat ambang dengar menurut konduksi udara (AC)

dan menurut konduksi tulang (BC). Bila ambang dengar ini

dihubung-hubungkan dengan garis, baik AC maupun BC, maka

akan didapatkan audiogram. Dari audiogram dapat diketahui jenis

dan derajat ketulian.2,7

f) Nilai nol audiometrik (audiometric zone) dalam dB HL dan dB

SL, yaitu intensitas nada murni yang terkecil pada suatu fekuensi

tertentu yang masih dapat didengar oleh telinga rata-rata dewasa

2

Page 3: AUDIOMETRI Nada Murni Tht

muda yang normal (18-30 tahun). Pada tiap frekuensi intensitas

nol audiometrik tidak sama. Pada audiogram angka-angka

intensitas dalam dB bukan menyatakan kenaikan linier, tetapi

merupakan kenaikan logaritmik secara perbandingan. Terdapat

dua standar yang dipakai adalah ISO (International Standard

Organization) dan ASA (American standard Association). Dengan

nilai berupa 0dB ISO = -10 dB ASA atau 10dB ISO = 0 dB

ASA.2,7

g) Notasi pada audiogram. Untuk pemeriksaan audiogram dipakai

grafik AC, yaitu dibuat dengan garis lurus penuh (intensitas yang

diperiksa antara 125 – 8000 Hz) dan grafik BC yaitu dibuat

dengan garis terputus-putus (intensitas yang diperiksa: 250 – 4000

Hz). Untuk telinga kiri dipakai warna biru sedangkan untuk telinga

kanan, warna merah.2,7

Gambar 1 : simbol-simbol notasi pada audiogram 7

5. MEKANISME KERJA AUDIOMETRI

Audiometri nada murni merupakan uji sensitivitas prosedur masing

masing telinga dengan menggunakan alat listrik yang dapat menghasilkan bunyi

nada-nada murni dari frekuensi bunyi yang berbeda beda, yaitu 250, 500, 1000,

2000, 4000 dan 8000 Hz dan dapat diatur intensitasnya dalam satuan desibel (dB).

3

Page 4: AUDIOMETRI Nada Murni Tht

Bunyi dihasilkan dari dua sumber yaitu sumber pertama adalah dari earphone

yang ditempelkan pada telinga, manakala sumber kedua adalah suatu osilator atau

vibrator hantaran tulang yang ditempelkan pada mastoid (atau dahi) melalui satu

head band. Vibrator menyebabkan osilasi tulang tengkorak dan menggetarkan

cairan dalam koklear.

Bunyi yang dihasilkan disalurkan melalui ear phone atau melalui bone

conductor ke telinga orang yang diperiksa pendengarannya.1 Hasil pemeriksaan

digambar sebagai audiogram dan akan diperiksa secara terpisah, untuk bunyi yang

disalurkan melalui ear phone mengukur ketajaman pendengaran melalui hantaran

udara, sedangkan melalui bone conductor telinga mengukur hantaran tulang pada

tingkat intensitas nilai ambang. Dengan membaca audiogram yang dihasilkan kita

dapat mengetahui jenis dan derajat kurang pendengaran seseorang.

Gambaran audiogram rata-rata sejumlah orang yang berpendengaran

normal dan berusia sekitar 18-30 tahun merupakan nilai ambang baku

pendengaran untuk nada murni.1,2 Tujuan pemeriksaan adalah menentukan tingkat

intensitas terendah dalam dB dari tiap frekuensi yang masih dapat terdengar pada

telinga seseorang, dengan kata lain ambang pendengaran seseorang terhadap

bunyi.2

6. SYARAT PEMERIKSAAN AUDIOMETRI NADA MURNI

a) Alat Audiometer7

terdiri dari enam komponen utama yaitu;

1. Oksilator yang menghasilkan berbagai nada murni,

2. Amplifier untuk menaikkan internsitas nada murni hingga dapat

terdengar,

3. Pemutus (interrupter) yang memungkinkan pemeriksa menekan dan

mematikan tombol nada murni secara halus tanpa tedengar bunyi lain,

4

Page 5: AUDIOMETRI Nada Murni Tht

4. Attenuator agar pemeriksa dapat menaikkan dan menurunkan intensitas

ke tingkat yang dikehendaki,

5. Earphone yang mengubah gelombang listrik menjadi bunyi yang dapat

didengar,

gambar 2. Contoh earphone supra aural5

6. Bone vibrators

Merupakan suatu transducer yang dirancang untuk memberi tekanan pada

tulang bila diletakkan secara berkontak langsung dengan tengkorak. Nilai

konduksi tulang pada audiometri nada murni dapat diukur dengan

menggunakan alat seperti di bawah ini :

gambar 3. Bone-conduction vibrator6

7. sumber suara pengganggu (masking) yang sering diperlukan untuk

meniadakan bunyi ke telinga yang tidak diperiksa. Narrow band masking

5

Page 6: AUDIOMETRI Nada Murni Tht

noise atau garis selubung suara sempit merupakan suara putih atau white

noise (sejenis suara mirip aliran uap atau deru angin) yang sudah disaring

dari enegi suara yang tidak dibutuhkan uantuk menyelubungi bunyi

tertentu yang sedang digarap. Ini adalah bunyi masking yang paling efektif

untuk audiometerik nada murni.

Gambar 4. Contoh alat audiometer

Pada audiometri terdapat pilihan nada dari oktaf yaitu 125, 250, 500, 1000, 2000,

4000 dan 8000 Hz yang memungkinkan intensitas lebih dari 110 dB. Standar alat

yang digunakan berdasarkan BS EN 60645-1(IEC 60645-1).2,6,7

b) Lingkungan Pemeriksaan yang Baik

Orang yang diperiksa seharusnya dapat dilihat sepenuhnya oleh pemeriksa.

Orang tersebut tidak boleh melihat atau mendengar pemeriksa dan audiometernya.

Pemeriksaan dilakukan di dalalam ruangan dengan tingkat kebisingan terendah

sehingga kepekaan pendengaran pasien tidak terganggu. Suara tambahan tidak

boleh lebih dari 38 dB. Pemeriksaan ini sesuai standard BS EN ISO 8253-1.6,7

c) Kontrol Infeksi

Alat yang telah terkena kontak dengan pasien harus dilakukan prosedur

kontrol infeksi. Alat yang dipakai harus dibersihkan dan disinfeksi setiap kali

pemakaian. Pemakaian disposable ear phone sangat direkomendasikan. Pemeriksa

6

Page 7: AUDIOMETRI Nada Murni Tht

harus cuci tangan dengan sabun ataupun alkohol sebelum menyentuh pasien.6

7. PROSEDUR PEMERIKSAAN

Sebelum dilakukan pemeriksaan, anamnesis mengenai riwayat penyakit harus

telah didapatkan dan pemeriksaan otoskopi telah dilakukan. Tanyakan apakah

menderita tinnitus atau apakah tidak tahan suara keras. Tanyakan pula telinga

yang mendengar lebih jelas. 2,6

Pemeriksaan liang telinga

Untuk memastikan kanal tidak tersumbat. Telinga harus bebas dari

serumen. Alat bantu dengar harus dilepas setelah instruksi pemeriksa

sudah dijalankan. 8

Pemberian instruksi

Berikan perintah yang sederhana dan jelas. Jelaskan bahwa akan

terdegar serangkaian bunyi yang akan terdengar pada sebelah telinga.

Pasien harus memberikan tanda dengan mengangkat tangannya, menekan

tombol atau mengatakan “ya” setiap terdengar bunyi bagaimanapun

lemahnya.1

Pemasangan earphone atau bone conductor

Lepaskan dahulu kacamata atau giwang, regangkan headband, pasangkan di

kepalanya dengan benar, earphone kanan ditelinga kanan kemudian

kencangkan sehingga terasa nyaman. Perhatikan membrane earphone tepat di

depan liang telinga di kedua sisi.1,2

Seleksi telinga

Mulailah dengan telinga yang sehat dahulu. 5

Urutan frekuensi

7

Page 8: AUDIOMETRI Nada Murni Tht

Prosedur dasar pemeriksaan ini adalah,

a) dimulai dengan signal nada yang sering didengar (familiarization),

b) pengukuran ambang pendengaran.

Dua cara menentukan nada familiarization:1,6

i. Dengan memulai dari 1000 Hz, dimana pendengaran paling stabil, lalu

secara bertahap meningkatkan oktaf lebih tinggi hingga terdengar.

ii. Pemberian nada 1000 Hz pada 30 dB. Jika terdengar, lakukan pemeriksaan

ambang pendengaran. Jika tidak terdengar nada awal di tinggkatkan

intensitas bunyi hingga 50 dB, dengan menaikkan tiap 10 dB hingga

tedengar.

Familiarization tidak selalu dilakukan pada setiap kasus. Terutama pada kasus

forensic atau pasien dengan riwayat ketulian.6

Masking

Pada pemeriksaan audiometri, kadang-kadang perlu diberi masking. Suara

masking, diberikan berupa suara seperti angina (bising), pada headphone

telinga yang tidak diperiksa supaya telinga yang tidak diperiksa tidak dapat

mendengar bunyi yang diberikan pada telinga yang diperiksa. Pemeriksaan

dengan masking dilakukan apabila telinga yang diperiksa mempunyai

pendengaran yang mencolok bedanya dari telinga yang satu lagi. Oleh karena

AC pada 45 dB atau lebih dapat diteruskan melalui tengkorak ke telinga

kontralateral, maka pada telinga kontralateral (yang tidak diperiksa) diberi

bising supaya tidak mendengar bunyi yang diberikan pada telinga yang

diperiksa.2,7,8

Tujuan masking.5

Tujuan utama dari uji audiologi dasar ialah untuk menilai fungsi auditoris

8

Page 9: AUDIOMETRI Nada Murni Tht

dari masing-masing telinga. Tetapi ada beberapa keadaan pada uji konduksi udara

dan uji konduksi tulang dimana hal ini tidak terjadi. Meskipun nada murni atau

rangsangan bicara diberikan melalui transducer kepada telinga yang diuji, telinga

yang tidak diuji pun dapat berkontribusi secara parsial bahkan total terhadap

respon yang diobservasi. Apabila kita menduga telinga yang tidak diuji berespon

selama pengujian telinga yang satunya, rangsangan masking harus diberikan pada

telinga yang sedang diuji untuk mengurangi partisipasinya.

Saat-saat menggunakan masking.5

Masking kontralateral diperlukan kapanpun ada kemungkinan bahwa

sinyal uji dapat diterima oleh telinga yang sedang tidak diuji. IA (interaural

attenuation) adalah salah satu faktor utama yang dipertimbangkan saat

mengevaluasi perlunya masking.

audiometri nada murni – konduksi udara :

masking kontralateral diperlukan selama audiometri nada

murni- konduksi udara apabila ambang konduksi udara pada

telinga yang diuji setara atau melebihi ambang konduksi tulang

telinga yang tidak diuji oleh suatu nilai IA konservatif

(misalnya , ambang konduksi tulang tanpa masking).

ACtest ear−BCnontest ear ≥ IA

audiometri nada murni – konduksi tulang :

Penggunaan masking kontralateral diindikasikan apabila hasil

audiometri konduksi tulang tanpa masking menunjukkan

adanya suatu air-bone gap pada telinga yang diuji sebesar

15dB atau lebih besar.

Air−Bone Gaptest ear ≥15 dB

dimana

Air−bonegap=ACtest ear−unmasked BC

9

Page 10: AUDIOMETRI Nada Murni Tht

Sementara itu ASHA merekomendasikan bahwa , masking

kontralateral harus digunakan apabila ada potensi air-bone gap

sebesar 10 dB atau lebih.

Pemilihan masking5

Audiometer diagnostic standar memiliki 3 piihan rangsang masking:

narrowband noise, speech spectrum noise, and white noise. Tujuan utama kita

adalah untuk memilih suatu masker yang efisien. Suatu masker yang efisien

adalah masker yang menghasilan tingkatan masking yang efektif dengan tingkat

tekanan suara keseluruhan.

8. INTERPRETASI AUDIOGRAM

Terdapat ambang dengar menurut konduksi udara (AC) dan menurut

konduksi tulang (BC). Apabila ambang dengar ini dihubungkan dengan garis, baik

AC maupun BC, maka akan didapatkan didalam audiogram.7,8,9,10

i. Audiogram Normal

Secara teoritis, bila pendengaran normal, ambang dengar untuk hantaran

udara maupun hantaran tulang tercatat sebesar 0 dB. Pada anakpun keadaan

ideal seperti ini sulit tercapai terutam pada frekuensi rendah bila terdapat

bunyi lingkungan (ambient noise). Pada keadaan tes yang baik, audiogram

dengan ambang dengar 10 dB pada 250, 500 Hz 0 dB pada 1000, 2000,4000,

10000 Hz pada 8000 Hz dapat dianggap normal.7

10

Page 11: AUDIOMETRI Nada Murni Tht

1.

Gambar 5. Gambar audiogram pada orang normal

ii. Tuli Konduktif

Diagnosis gangguan dengar konduktif ditegakkan berdasarkan prinsip

bahwa gangguan konduktif (telinga tengah) menyebabkan gangguan hantaran

udara yang lebih besar daripada hantaran tulang. Pada keadaan tuli konduktif

murni, keadaan koklea yang baik (intak) menyebabkan hantaran tulang

normal, yaitu 0 dB pada audiogram.2,6,7

Pengecualian adalah pada tuli konduktif karena fiksasi tulang stapes

(misalnya pada otosklerosis). Disini terdapat ambang hantaran tulang turun

menjadi 15 dB pada 2000Hz. Diperkiran keadaan ini bukan karena ketulian

sensorineural, tapi belum diketahui sebabnya. Penyebab ketulian koduktif

seperti penyumbatan liang telinga, contohnya serumen, terjadinya OMA,

OMSK, penyumbatan tuba eustachius. Setiap keadaan yang menyebabkan

gangguan pendengaran seperti fiksasi kongenitalm fiksasi karena trauma,

dislokasi rantai tulang pendengaran, juga akan menyebabkan peninggian

amabang hantaran udara dengan hantaran tulang normal. Gap antara hantran

tulang dengan hantaran udara menunjukkan beratnya ketulian konduktif.2,7

Derajat ketulian yang disebabkan otitis media sering berfluktuasi.

Eksarsebasi dan remisi sering terjadi pada penyakit telinga tenga terutama

11

Page 12: AUDIOMETRI Nada Murni Tht

otitis media serosa. Pada orang tua sering mengeluhkan pendengaran anaknya

bertambah bila sedang pilek, sesudah berenang atau sedang tumbuh gigi. dapat

juga saat perubahan pada musim tertentu karena alergi.

Penurunan Pendengaran akan menetap sekitar 55-60 dB pada pasien otitis

media. Selama koklea normal, gangguan pendengaran maksimum tidak

melebihi 60 dB. Konfigurasi audiogram pada tuli konduktif biasanya

menunjukkan pendengaran lebih pada frekuensi rendah. Dapat pula berbentuk

audiogram yang datar.2,7

Gambar 6 . Audiogram tuli konduktif7

iii. Tuli Sensorineural (SNHL)

Tuli sensorineural terjadi bila didapatkan ambang pendengaran hantaran

tulang dan udara lebih dari 25 dB. Tuli sensorineural ini terjadi bila terdapat

gangguan koklea, N.auditorius (NVIII) sampai ke pusat pendengaran termasuk

kelainan yang terdapat didalam batang otak. Kelainan pada pusat pendengaran

saja (gangguan pendengaran sentral) biasanya tidak menyeababkan gangguan

dengar untuk nada murni, namun tetap terdapat gangguan pendengaran

tertentu.

Gangguan pada koklea terjadi karena dua cara, pertama sel rambut

didalam koklea rusak, kedua karena stereosilia dapat hancur. Proses ini dapat

terjadi karena infeksi virus, obat ototoxic, dan biasa terpapar bising yang lama,

12

Page 13: AUDIOMETRI Nada Murni Tht

dapat pula terjadi kongenital. Istilah retrokoklea digunakan untuk sistem

pendengaran sesudah koklea, tetapi tidak termasuk korteks serebri (pusat

pendengaran), maka yang termasuk adalah N.VIII dan batang otak.7

Berdasarkan hasil audiometrik saja tidak dapat membedakan jenis tuli

koklea atau retrokoklea. Maka perlu dilakukan pemeriksaan khusus. Pada

ketulian Meniere, pendengaran terutama berkurang pada frekuensi tinggi. Tuli

sensorineural karena presbikusis dan tuli suara keras biasanya terjadi pada

nada dengan frekuensi tinggi.7

Apabila tingkat konduksi udara normal, hantaran tulang harusnya normal

pula. Bila konduksi udara dan konduksi tulang keduaduannya abnormal dan

pada level yang sama, maka pastilahnya masalah terletak pada koklea atau N.

VIII, sedangkan telinga tengah normal.7

Gambar 7. Audiogram tuli sensorineural7

iv. Tuli Campuran

Kemungkinan tarjadinya kerusakan koklea disertai sumbatan

serumen yang padat dapat terjadi. Level konduksi tulang menunjukkan

gangguan fungsi koklea ditambah dengan penurunan pendengaran karena

sumbatan konduksi udara mengambarkan tingkat ketulian yang

disebabkan oleh komponen konduktif.7

13

Page 14: AUDIOMETRI Nada Murni Tht

Gambar 8 . Audiogram tuli campuran

9. JENIS DAN DERAJAT KETULIAN SERTA GAP

Dari audiogram dapat dilihat apakah pendengaran normal (N) atau tuli, jenis

ketulian yaitu tuli konduktif, tuli sensorineural atau tuli campur.

Derajat ketulian berdasarkan ISO 1964:8,10,11,12

AMBANG

PENDENGARANINTERPRETASI

0-25 dB Normal

26-40 dB Tuli ringan

41-54 dB Tuli sedang

55-70 dBTuli sedang –

berat

71-90 dB Tuli berat

>90 dB Tuli total

14

Page 15: AUDIOMETRI Nada Murni Tht

Nilai ambang dengar dapat diukur dengan menggunakan perhitungan

seperti yang berikut: Menambahkan ambang dengar 500Hz, 1000Hz, 200Hz,

4000Hz lalu dibagi 4.2,10,11

Misal, ambang dengar (AD) =

AD 500 Hz+ AD1000 Hz+ AD2000 Hz+ AD 4000 Hz4

DAFTAR PUSTAKA

1. Levine S. Audilogi. Dalam : BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC;1997; 46-74.

2. Soepardi, Efiaty Arsyad et al. Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala Leher. Jakarta. Balai Penerbit FKUI; 2008; 10-22.

3. Sherwood, Lauralee. Human Physiology. 6thed. USA: The Thomson Corporation. 2007

4. Guyton A.C. Physiology of The Human Body. 11th ed. Philadelphia: W.B. Saunders Company. 2003.

5. Katz, Jack. Handbook Of Clinical Audiology. 7th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer. 2009.

6. Dhingra PL: Assessment of hearing, Disease of ENT, 4 th edition: Elsevier: 2007

7. Kutz, Joe Walter ; Meyers, Arlend ; Bauer, Carol A, et al. Audiology Pure-Tone Testing. [cited on 22th Mei 2012]. Available from: http://www.emedicine.medscape.com/article/1822962-overview

8. Hopkins, Johns. Pure Tone Audiometry. [cited on 22th Mei 2012]. Available

15

Page 16: AUDIOMETRI Nada Murni Tht

from : http://www.johnshopkinsmedicine.org/puretoneaudiometry.html

9. Carol J.Y. How To Read An Audiogram. [cited on 31th Mei 2012]. Available from:http://www.wou.edu/education/sped/wrocc/HT%20Read%20Audiogram%20web.pdf

10. Timothy C.H. Audiometry. Pure Tone Audiometry. [cited on 31th Mei 2012]. Available from: http://www.dizziness-andbalance.com/testing/hearing/audiogram.html

11. General Practice Notebook. Audiogram Pure Tone. [cited on 31th Mei 2012]. Available from: http://www.gpnotebook.co.uk/simplepage.cfm?ID=845873165

12. American Speech-Language-Hearing Association. (2005). Guidelines for Manual Pure-Tone Threshold Audiometry [cited on 31th Mei 2012]. Available from http://www.asha.org/docs/pdf/GL2005-00014.pdf

16