AUDIOLOGI

23
AUDIOLOGI Audiologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk fungsi pendengaran yang erat hubungannya dengan Hablitasi dan rehablitasi. Hablitasi : Usaha untuk memberikan fungsi yang seharusnya di miliki Rehablitasu :Usaha untuk mengembalikan fungsi yang pernah di miliki Audiologi Medik terbagi atas Audiologi dasar Audiologi Khusus Audoologi Dasar Audologi Dasar ialah Pengetahuan mengenai Nada Murni , Bising, Ganngguan pendengaran serta cara pemeriksaannya . Pemeriksaan Pendengaran yang dilakukan dengan beberapa cara yaitu : 1. Tes Penala 2. Tes Berbisik 3. Audiometer Nada murni Audiologi Khusus Untuk membedakan Tuli Saraf Koklea dengan Retro Koklea Audiometri obyektif Test tuli untuk tuli anorganik Audiologi anak [Type text] Page 1

description

qwee

Transcript of AUDIOLOGI

Page 1: AUDIOLOGI

AUDIOLOGI

Audiologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk fungsi pendengaran yang erat

hubungannya dengan Hablitasi dan rehablitasi.

Hablitasi : Usaha untuk memberikan fungsi yang seharusnya di miliki

Rehablitasu :Usaha untuk mengembalikan fungsi yang pernah di miliki

Audiologi Medik terbagi atas

Audiologi dasar

Audiologi Khusus

Audoologi Dasar

Audologi Dasar ialah Pengetahuan mengenai Nada Murni , Bising, Ganngguan pendengaran

serta cara pemeriksaannya . Pemeriksaan Pendengaran yang dilakukan dengan beberapa cara

yaitu :

1. Tes Penala

2. Tes Berbisik

3. Audiometer Nada murni

Audiologi Khusus

Untuk membedakan Tuli Saraf Koklea dengan Retro Koklea

Audiometri obyektif

Test tuli untuk tuli anorganik

Audiologi anak

Audiologi industry

Cara Pemeriksaan Pendengaran

TES PENALA

Test Penala merupakan test kuantitatif terbagi atas

Test Rinne ialah test untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui

tulang pada telinga yang di periksa

Cara Pemeriksaan :

[Type text] Page 1

Page 2: AUDIOLOGI

Penala digetarkan, tangkainya diletakkan di processus mastoid, setelah tidak terdengar

penala dipegang di depan telinga kira-kira 2,5cm. Bila masih terdengar disebut Rinne

positif (+), bila tidak terdengar disebut Rinne negatif (-).

Test Waber ialah test untuk membandingkan hantaran tulang pendegaran telinga kiri dan

telinga kanan

Cara pemeriksaan :

Penala digetarkan dan tangkai penala diletakkan di garis tengah kepala ( di vertex,

dahi, pangkal hidung, di tengah-tengah gigi seri atau di dagu), apbila bunyi penala

terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut Weber lateralisasi ke telinga

tersebut.

Bila tidak dapat dibedakan ke arah telinga mana bunyi terdengar lebih keras disebut

Weber tidak ada lateralisasi.

[Type text] Page 2

Page 3: AUDIOLOGI

Test Schwabach ialah membandingkan hantaran tulang yang diperiksa dengan

Pemeriksa dengan syarat pendegaran pemeriksa normal

Cara pemeriksaan :

Penala digetarkan dan tangkai penala diletakkan pada processus mastoideus

sampai tidak terdengar bunyi, kemusdian tangkai penala segera dipindahkan pada

processus mastoideus telinga pemeriksa yang pendengarannya normal.

Bila pemeriksa masih dapat mendengar disebut Schwabach memendek, bila pemeriksa

tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya yaitu penala

diletakkan pada processus mastoideus pemeriksa lebih dulu, bila pasien masih dapat

mendengar bunyi disebut Schwabach memanjang dan bila pasien dan pemeriksa kira-kira

sama-sama mendengarnya disebut schwabach sama dengan pemeriksa.

Pada umumya Penala yang sering dipakai 512 Hz,1024 Hz,2048 Hz. Jika Memakai 1 penala gunakan 512

Hz

Tes Rinne Tes Waber Tes Schwabach Diagnosis

+ Tidak ada Lateralisasi Sama dng Pemeriksa Normal

- Laterlisasi Ke sisi

sakit

Memajang Tuli konduktif

+ Leteralisasi sisi sehat Memedek Tuli sensonural

[Type text] Page 3

Page 4: AUDIOLOGI

Tes Bing (tes Oklusi)

Cara: Tragus telinga yang diperiksa ditekan sampai menutup liang telinga, sehingga

terdapat tuli konduktif kira-kira 30 dB. Penala digetarkan dan diletakkan pada pertengahan

kepala (seperti pada tes Weber)

Penilainan : Bila terdapat lateralisasi ke telinga yang ditutup berarti telinga tersebut

normal atau tuli saraf. Bila bunyi pada telinga yang ditutup tidak bertambah keras berarti telinga

tersebut tuli konduktif.

Tes Stenger digunakan pada pemeriksaan tuli anorganik (simulasi atau pura-pura tuli)

Cara : Menggunakan prinsip Masking.

Misalnya pada seseorang yang berpura-pura tuli pada telinga kiri.

Dua buah penala yang identik digetarkan dan masing-masing diletakkan di depan telinga

kiri dan kanan, dengan cara yang tidak kelihatan oleh yang diperiksa. Penala pertama digetarkan

dan diletakkan di depan telinga kanan (yang normal) sehingga jelas terdengar. Kemudian penala

yang kedua digetarkan lebih keras dan diletakkan di depan teling yang kiri (yang pura-pura tuli).

Apabila kedua telinga normal karena efek masking, hanya telinga kiri yang mendengar

bunyi, jadi telinga kanan tidak akan mendengar bunyi. Tetapi bila telinga kiri tuli, telinga kanan

tetap mendengar bunyi.

TES BERBISIK

Pemeriksaan ini bersifat semi kuantitatif menentukan derajat ketulian secara kasar. Hal

ini dilakukan pada Ruangan yang tenang dengan panjang menimal 6 meter . pada nilai normal

tes berbisik 5/6 - 6/6

AUDIOMETRI NADA MURNI

Pemeriksaan audiometri nada murni perlu dipahami hal-hal seperti ini : nada murni,

bising NB (narrow Band) dan WN (white noise), frekuensi, intensitas bunyi, ambang dengar,

nilai nol audiometrik, standar ISO dan ASA, notasi pada audiogram, jenis dan derajat ketulian

serta gap dan masking

[Type text] Page 4

Page 5: AUDIOLOGI

Untuk membuat audiogram diperlukan alat audiometer

Bagian dari audiometer : Tombol pengatur intensitas bunyi, tombol pengatur frekuensi,

headphone untuk memeriksa AC ( hantaran udara), bone conductor untuk memeriksa BC

(hantaran tulang)

Nada murni (pure tone) merupakan bunyi yang hanya mempunyai satu fekuensi, dinyatakan

dalam jumlah getaran per detik.

Bising merupakan bunyi yang mempunyai banyak frekuensi, terdiri dari narrow band : spektrum

terbatas dan white noise : spektrum luas.

Frekuensi ialah nada murni yang dihasilkan oleh getaran suatu benda yang sifatnya harmonis

sederhana (simple harmonic motion). Jumlah getaran per detik dinyatakan dalam Hertz. Bunyi

(suara) yang dapat didengar oleh telinga manusia mempunyai frekwensi antara 20-18.000 Hertz.

Intensitas bunyi dinyatakan dalam dB (decibel), dikenal dB HL (hearing level), dB SL

(sensation level), dB SPL (sound pressure level)

Pada audiometer yang digunakan dB HL dan dB SL ( dasarnya subjektif) sedangkan dB SPL

digunakan apabila ingin mengetahui intensitas bunyi yang sesungguhnya secar fisika (ilmu alam)

Ambang dengar ialah bunyi nada murni yang terlemah pada frekuensi tertentu yang masih

dapat didengar oleh telinga seseorang. Terdapat ambang dengar menurut konduksi udara (AC)

dan menurut konduksi tulang (BC). Bila ambang dengar ini dihubungkan dengan garis , baik AC

maupun BC maka akan didapatkan audiogram. Dari audiogram dapat diketahui jenis dan derajat

ketulian.

Nilai nol Audiometrik (audiometric zero) dalam dB HL dan dB SL, yaitu intensitas nada murni

yang terkecil pada suatu frekuensi tertentu yang masih dapat didengar oleh telinga rata-rata

orang dewasa muda yang normal (18-30 tahun)

0 dB ISO = -10 dB ASA, atau

10 dB ISO = 0 dB ASA

[Type text] Page 5

Page 6: AUDIOLOGI

Pada audiogram angka-angka intensitas dalam dB bukan menyatakan kenaikan linier,

tetapi merupakan kenaikan logaritma secar perbandingan, contoh 20 dB bukan 2 kali lebih keras

dari pada 10 dB, tetapi 20/10=2, jadi 10 kuadrat = 100 kali lebih keras.

Notasi pada audiogram

Grafik AC, yaitu dibuat garis lurus penuh (Intensitas yang diperiksa antara 125-8000 Hz)

Grafik BC dibuat dengan garis terputus-putus (Intensitas yang diperiksa 125-4000Hz), untuk

telinga kiri dipakai warna biru sedangkan telinga kanan warna merah.

Pada interpretasi audiogram harus ditulis: (a) telinga yang mana, (b) Apa jenis ketuliannya, (c)

bagaimana derajat ketuliannya.

JENIS DAN DERAJAT KETULIAN SERTA GAP

Jenis Ketulian terbagi atas

1. Tuli konduktif

2. Tuli sensoneural

3. Tuli Campur

1. CONTOH AUDIOGRAM PENDENGARAN NORMAL (TELINGA KANAN)

       

        Normal :   AC dan BC sama atau kurang dari 25 dB

[Type text] Page 6

Page 7: AUDIOLOGI

                         AC dan BC berimpit, tidak ada air-bone gap

2. CONTOH AUDIOGRAM TULI SENSORI NEURAL (TELINGA KANAN)

        Tuli sensori neural  :  AC dan BC lebih dari 25 dB

  AC dan BC berimpit, tidak ada air-bone gap

3. CONTOH AUDIOGRAM TULI KONDUKTIF (TELINGA KANAN)

        Tuli Konduktif        :    BC normal atau kurang dari 25 dB

  AC lebih dari 25 dB

                                          Antara AC dan BC terdapat air-bone gap

[Type text] Page 7

Page 8: AUDIOLOGI

4. CONTOH AUDIOGRAM TULI CAMPUR (TELINGA KANAN) 

        Tuli Campur  :    BC lebih dari 25 dB

 AC lebih besar dari BC, terdapat air-bone gap

Catatan :

·          Disebut terdapat air-bone gap apabila antara AC dan BC terdapat perbedaan lebih atau sama

dengan 10 dB, minimal pada 2 frekuensi yang berdekatan.

·          Untuk menghitung ambang dengar (AD), akumulasikan AD pada frekuensi 500 Hz, 1000 Hz,

dan 2000 Hz (merupakan ambang dengar percakapan sehari-hari), kemudian dirata-ratakan.

AD 500 Hz + AD 1000 Hz + AD 2000 Hz

3

Derajat ketulian (menurut buku FKUI) :

-       Normal : 0 – 25 dB

-       Tuli ringan : 26 – 40 dB

[Type text] Page 8

Page 9: AUDIOLOGI

-       Tuli sedang : 41 – 60 dB

-       Tuli berat : 61 – 90 dB

-       Tuli sangat berat : > 90 dB

Ada pula referensi yang menggolongkan derajat ketulian sebagai berikut (berlaku di

Poliklinik THT RSWS) :

-       Normal : -10 – 26 dB

-       Tuli ringan : 27 – 40 dB

-       Tuli sedang : 41 – 55 dB

-       Tuli sedang-berat : 56 – 70 dB

-       Tuli berat : 71 – 90 dB

-       Tuli total : > 90 dB

Pada diagnosis dapat ditulis hasil pemeriksaan:

·          NH (Normal Hearing)

·          SNHL (Sensory Neural Hearing Lose)

·          CHL (Conductive Hearing Lose)

·          MHL (Mix Hearing Loose)

Normal AC – BC sama atau kurang

dari 25 db

AC – BC Berimpit , Tidak ada gap

Tuli Sensoneural AC- BC lebih dari 25 db AC- BC Berimpit Tidak ada gap

Tuli Konduktif AC lebih dari 25 db tetapi

BC Normal atau kurang dari

25 db

AC – BC ada Gap

Tuli Campur AC Lebih Besar dari BC

BC lebih dari 25 gap

AC – BC ada Gap

Audiometri Khusus

Untuk mempelajari audiometri Khusus di perlukan pemahaman istilah recuiment dan decay

[Type text] Page 9

Page 10: AUDIOLOGI

1. Recuiment ialah suatu fenomena terjadi sensitifitas pendengaran yang berlebihan di atas

abang dengar keadaan ini khas untuk tuli koklea . Pada kelainan koklea pasien dapat

membedakan bunyi 1 db sedangkan pada orang normal baru bisa membedakan ya pada 5 db

2. Decay: ( Kelelahan) merupakan adaptasi abnormal merupakan tanda khas pada tuli

retrokoklea, saraf pendegaran cepat lelah bila dirasang terus menerus. Bila dibeli istirahat

akan pulih kembali

Fenomena tersebut dapat dilacak dengan Pemeriksaan sebagai berikut

Tes SISI ( Short sensitivity Index )

Tes ABLB ( Alternate Binaural loudness)

Test kelelahan ( Tone Decay )

Audiometri tutur

Audiometri bekesay

Tes SISI ( Short increment sensitivity Index )

Tes ini khas untuk mengetahui adaya kelainan koklea dengan memakai fenomena rekuitmen

cara pemeriksaan: Menentkan abang dengar pasien terlebih dahulu Misalnya 30db kemudian

diberi 20 db diatas abang rangsang yaitu 50 db. Setelah itu diberikan tambahan 5 db lalu

diturunkan 4 db lalu 3 kemudian 2 dan 1 db bila pasien dapat membedakan maka TEST

dinyatakan +

Tes ABLB ( Alternate Binaural loudness)

Pada Test ABLB diberikan intesitas bunyi tertentu pada ferkwensi yg sama pada kedua telinga,

sampai kedua telingah mencapai presepsi yang sama ,Yang disebut balans negative. Bila balans

tercapai terdapat recuitmen positif

[Type text] Page 10

Page 11: AUDIOLOGI

Test Kelelahan ( Tone Decay)

Terjadi kelelahan saraf oleh karena perasangan terus –menerus . Jadi kalau telinga yang diperiksa

dirangsang terus menerus terjadi kelelahan .Tanda pasien tidak dapat mendengar dengan telinga

yang diperiksa

Ada 2 cara

1. TTD = Treshold tone decay

2. STAT= Supra threshold Adaptasi tes

TTD Cara Gerhart memberikan Persangan secara terus menerus dengan intensitas sesuai dengan

ambang dengar . Misalnya 40 db bila setelah 60 detik masih tetap mendengar maka test

dinyatakan negative , jika sebaliknya terjadi kelelelahan atau tidak mendegar maka test

dinyatakan +

Kemudian intesitas Bunyi ditambah 5 db jadi 45 db maka pasien dapat mrndengar

lagi,rangsangan dilakukan dengan 45 db selama 60 detik dan seterusnya

Penambahan 0-5 = Normal

10-15 = Ringan

20-25 = Sedang

>30 = Berat

STAT

Cara pemeriksaan ini dimulai oleh Jegger

Prinsipnya pemeriksaan pada 3 Frekwensi( 500 hz 1000 hz dan 2000 hz) pada 110 db

SPL = 100 db Sl

Artinya Nada Murni pada frekwensi ( 500 hz 1000 hz dan 2000 hz) pada 110 db SPL

diberikan secara terus menerus selama 60 detik , terjadi kelelahan maka tes dinyatakan +

Audiometri tutur

Pada tes ini dipakai satu suku kata dan 2 suku kata,

Kata kata ini disusun dalam daftar Phonetically balance Word LBT ( PB,UST)

[Type text] Page 11

Page 12: AUDIOLOGI

Pasien disuruh mengulanngi kata kata yang di dengar melalui kaset tape recorder

Pada tuli saraf koklea , Pasien sulit membedakan bunyi S,R,H,C,H,CH

Sedangkan pada tuli retrokoklea lebih sulit lagi

Dinilai dengan menggunakan speech discrimination score

90 – 100 % berari Pendengaran Normal

75 – 90 % Tuli Ringan

60 – 75 % Tuli sedang

50 - 60 % Kesukaran dalam mengikuti pembicaraan

< 50 % Tuli Berat

Audiometri Bekessy

Prinsipnya mengunakan Nada yang terputus dan Continyu

Bila ada suara masuk maka pasien menekan tombol

Ditemukan grafik seperti gigi gergaji

Garis yang Menaik adalah priode suara yang dapat didengar

Garis yang turun ialah suara yang tidak di dengar

Pada telinga normal amplitude 10 db sedangkan pada Recuitmen amplitude lebih kecil

Normal Nada Terputus dan terus menerus Berimpit

Tuli Saraf Koklea Nada terputus dan terus menerus berimpit hanya sampai

frekwensi 1000 hz dan grafi kotinue makin kecil

Tuli f Retro koklea Nada Terputus dan terus menerus berpisah

Audiometri Obyektif

Terdapat 4 cara pemeriksaan yaitu

Audiometri Impedans

Electro kokleo grafi

Envoke rensponse Audiometri

Otoacoustic Emission/ OAE

[Type text] Page 12

Page 13: AUDIOLOGI

1. Audiometri impedans

pada pemeriksaan ini di periksa kelenturan membrane timpani dengan tekanan tertentu

pada Meatus Acusticus Eksterna

a. Timpanometri yaitu untuk mengetahui keadaan dalam kavum timpani Misalnya ada

cairan , gangguan rangkaian tulang pendegaran , Kekakuan pada membrane Timpani

dan membrane timpani sangat Lutur

b. Fungsi Tuba Estacius : Untuk mengetahui Fungsi Tuba ( Terbuka atau Tertutup )

c. Refleks stapedius Pada telinga Normal Reflek satapedius muncul pada

Rangsangan 70 – 80 db

Pada Lesi koklea ambang rangsang reflex Stapedius Menurun sedangkan pada Lesi

Retrokolea ambang rangsang itu naik.

2. Elektrokokleografi

Pemeriksaan ini digunakan untuk merekam gelombang – gelombang yang khas dari

evoke elctro potensial koklea

Caranya Dengan Elektroda jarum , Membran timpani ditusuk sampai ke Promontorium

kemudian dilihat grafiknya

3. Envoke Rensponce Audiometri

Pada pemiriksaan ini di pakai elektroda permukaan , Kemudian direkam gelombang –

gelombang yang datang dari batang otak , Terdapat 5 macam gelombang

Gelombang I : Datang Dari koklea

Gelombang II : Datang dari Nucleus Koklearis

Gelombang III : Datang dari Nucleus oliva superior

Gelombang IV : Datang dari leminiscus lateralis

[Type text] Page 13

Page 14: AUDIOLOGI

Gelombang V : Datang Dari Folikulus Inferior

Perubahan potensial listrik diotak akan diterima oleh ketiga elektroda di setiap nucleus

saraf sepanjang jalur saraf pendengaran tersebut dapat dinilai bentuk gelombang dan

waktu yang di perlukan dari saat pemberian rangsang suara sampai mencapai nucleus-

nucleus saraf tersebut. Dengan demikian setiap keterlambatan waktu untuk mencapai

masing-masing nucleus saraf dapat member arti klinis keadaan saraf pendengaran,

maupun jaringan otak di sekitarnya. BERA dapat memebrikan informasi mengenai

keadaan neurologis, neuroanatomo dari saraf-saraftersebut hingga pusa0pusat yang lebih

tinggi dengan menilai gelpmbang yang timbul lebih akhir atau latensi yang memanjang.

Pemeriksaan BERA sangat bermanfaat terutama pada keadaan tidak

memungkinkan dilakukan pemeriksaan pendengaran biasa misalnya pada bayi,anak,

dengan gangguan sifat dan tingkah intelegensi rendah, cacat ganda,kesadaran menurun.

Pada orang dewasa dapat untuk memeriksa orang yang berpura-pura tuli atau ada

kecurigaan tuli saraf retrokoklea.

Cara pemeriksaan BERA menggunakan tiga buah elektroda yang diletakkan di

vertex atau dahi dan dibelakang kedua telinga (pada prosessus ,astoideus) atau pada

kedua lobules auricular yang dihubungkan dengan preamplifier. Untuk menilai fungsi

batang otak pada umumnya digunakan bunyi rangsang click , karena dapat mengurangi

artefak. Rangsang ini diberikan melalui head phone secara unilateral dan rekaman

dilakukan pada masing-masing telinga.reaksi yang timbul akibat rangsang suara

sepanjang jalur ssaraf pendengaran dapat dibedakan menjadi beberapa bagian. Pembagian

ini berdasarkan waktu yang diperlukan mulai dari saat pemberian rangsang suara sampai

menimbulkan reaksi dalam bentuk gelombang yaitu: early response timbul dalam waktu

kurang dari 10 mili detik, merupakan reaksi dari batang otak. Middle response antara 10-

50 mili detik. Merupakan reaksi dari thalamus dan korteks auditories primer, late

response antara 50-500 mili detik,merupaka reaksi dari area auditorius primer dan

sekitarnya.

Penilaian BERA:

1. Masa laten absolute gelombang I,III,V

2. Beda masing-masing masa laten absolute (interwave latency I-V,I-III,III-V)

[Type text] Page 14

Page 15: AUDIOLOGI

3. Beda masa laten absolute teelinga kanan dan kiri

4. Beda masa laten pada penurunan intensitas bunyi

5. Rasio amplitude gelombang V/I yaiitu rasio antara nilai puncak gelombang V

kepuncak gelombang I. yang akan meningkat dengan menurunya intensitas.

4. Otoacoustic Emission/ OAE

Merupaka respon koklea yang di hasilkan oleh sel-sel rambut luar yang dipancarkan

dalam bentuk energy akuistik sel sel rambut luar di persarafi oleh serabut saraf eferen dan

mempunyai elektromotilitas, sehingga pergerakan sel0sel rambut akan menginduksi

depolarisai sel. Pergerakan mekanik yang kecil diinduksi menjadi besarakibat ya suara

yang kecil akan di ubah menjadi besar.

Pemeriksaan OEA dilakukan dengan cara memasukkan sumbat telinga (probe) kedalam

liang telinga luar. Dalam probe tersebut terdapat mikrofon dan pengeras suara yang

berfungsi memberikan stimulus suara. Sumbat telinga dihubungkan dengan computer

untuk mencatat respon yang timbul dari koklea.pemeriksaan sebaiknya dilakukan

diruangan yang sunyi atau kedap suara, hal ini untuk mengurangi bising lingkungan.

[Type text] Page 15

Page 16: AUDIOLOGI

Pemeriksaan Tuli Anorganik :

Pemeriksaan ini di perlukan untuk memeriksa seseorang yang pura pura tuli ( menginkan

asuransi )

1. Cara Stenger memberikan 2 nada suara yang bersamaan pada ke 2 teliga, Kemudian

pada sisi yang sehat nada di jauhkan

2. Dengan Audiometri nada murni secara berulang dalam satu minggu , Hasil audiogram

berbeda

3. Dengan Impedans

Audiologi Anak

Untuk memeriksa ambang dengar anak dilakukan didalam ruangan Khusus ( Free Field)

Cara memeriksanya dengan beberapa cara

1. Neometer dibunyikan suara kemudian perhatikan reaksi anak

2. Free field test- Dilakukan pada ruangan Kedap suara anak sedang bermain kemudian

diberikan rangsang bunyi , Perhatikan reaksiya

3. Screening Untuk screening ( Tapis masal ) dipakai hantaran udara saja dengan

Frekwensi 500 hz, 1000 hz, 2000 hz

[Type text] Page 16

Page 17: AUDIOLOGI

DAFTAR PUSTAKA

1. Boies, Lawrence R dkk. 1997. Buku Ajar Penyakiy THT. Jakarta: EGC2. Efianty,Arsyad dkk. 2007. Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Jakarta : FKUI3. Mansjoer, Arief dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran I. Jakarta : MediaAesculapius

[Type text] Page 17