Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

download Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

of 148

Transcript of Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    1/148

    ATRIBUSI PUBLIK TERHADAP KRISIS SEMBURAN LUMPUR DI SIDOARJO

    (Studi Eksperimental Pengaruh Atribusi Publik atas Krisis Semburan Lumpur di Sidoarjo

    terhadap Perilaku Menghukum dari Publik di Dusun Candi Sayang, Sidoarjo)

    SKRIPSI

    Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada

    Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan Minat Utama Publ ic Relati ons

    Oleh:

    RIZKY IKA SAFITRI

    0911220116

    JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

    FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2013

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    2/148

    ii

    Atribusi Publik Terhadap Krisis Lumpur Di Sidoarjo (Studi Eksperimental Pengaruh

    Atribusi Publik Atas Krisis Lumpur di Sidoarjo Terhadap Perilaku Menghukum Dari

    Publik Di Dusun Candi Sayang, Sidoarjo).

    Rizky Ika Safitri

    Rachmat Kriyantono dan Yuyun Agus Riani

    ABSTRAKSI

    Krisis dapat menjadi ancaman bagi setiap perusahaan dalam mempertahankan

    reputasinya. Ketika krisis terjadi, beberapa publik akan mencari penyebab terjadinya

    krisis sehingga proses ini disebut atribusi. Publik dapat mengetahui penyebab krisis

    salah satunya melalui media massa dan nilai berita dalam pemberitaan dapat menjadi

    pendukung atribusi publik. Atribusi yang dilakukan oleh publik dapat menentukan

    bagaimana penilaian publik mengenai penanggung jawab krisis dan selanjutnya akan

    berdampak pada perilaku menghukum publik terhadap organisasi yang bersangkutan.

    Situational Crisis Communication Theory (SCCT) digunakan untuk mengkaji

    penanggung jawab krisis, sedangkan Atttribution Theorydigunakan untuk mengkaji

    perilaku menghukum publik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif

    dengan metode eksperimental. Sebelum melakukan metode eksperimen, analisis isi

    digunakan sebagai metode penelitian pendahuluan untuk meneliti nilai berita yang

    akan digunakan pada metode eksperimen. Sampel yang dipilih adalah publik di

    Dusun Candi Sayang, Sidoarjo. Teknik pengambilan data yang digunakan berupa

    kuisioner. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster sampling.Teknik analisis menggunakan one-way anova untuk melihat pengaruh pemberitaan

    media massa dengan mean atribusi publik antara kelompok eksperimen (kelompok

    pemberitaan positif, kelompok pemberitaan negatif) dan kelompok kontrol (tanpa

    diberi pemberitaan).

    Untuk mengetahui pengaruh pemberitaan sebagai perlakuan terhadap atribusi

    publik digunakan indikator yang meliputi penyebab krisis dan penanggung jawab

    krisis. Selain itu, pengaruh atribusi publik terhadap perilaku menghukum digunakan

    perilaku menghukum oleh publik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada

    pengaruh signifikan pemberitaan terhadap atribusi masyarakat Dusun Candi Sayang,

    Sidoarjo. Namun, atribusi tersebut mempengaruhi perilaku menghukum oleh publik

    terhadap PT Lapindo Brantas sebagai pihak yang dinilai harus bertanggung jawab

    atas terjadinya krisis.

    Kata Kunci: Situational Crisis Communication Theory, Attribution Theory, Atribusi

    Publik, Krisis, Perilaku Menghukum

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    3/148

    iii

    Public Attribution Against Crisis in Sidoarjo Mud Flow (Experimental Study of

    Effects of Public Attribution Over Crisis In Sidoarjo Mud Flow Against Punishing

    From the Public Behavior In Candi Sayang, Sidoarjo ).

    Rizky Ika Safitri

    Rachmat Kriyantono and Yuyun Agus Riani

    ABSTRACT

    Crisis can be a threat to any company in maintaining of reputation . When the crisis

    happens, the publics will find out some of the causes of the crisis so that the process

    is called attribution. The publics can find out the causes of crisis one of them through

    the mass media and news value in reporting can be a supporter of publics attribution.

    Attributions made by the publics to determine how the publics assessment of the

    person of the crisis and will have an impact on the behavior of publics punish the

    organization concerned. Situational Crisis Communication Theory (SCCT) is used to

    assess the persons in charge of the crisis, while Atttribution Theory is used to

    examine the punitive behavior of the publics. This study used a quantitative approach

    with experimental method. Before conducting the experimental method, content

    analysis is used as a method of preliminary research to examine the value of news

    that will be used on the experimental method. The sample selected is a public Candi

    Sayang Hamlet, Sidoarjo. Data collection technique is a questionnaire. The sampling

    technique used cluster sampling. Engineering analysis using one-way ANOVA to see

    the influence of the mass media to publics attribution between the experimental

    groups (groups of positive news, negative news group) and control group (without

    being given the news).

    To determine the effect of treatment on the news as a publics attribution used

    indicators include causes of the crisis and the person in charge of the crisis. In

    addition, the influence of publics attribution to punish behavior used to punish

    behavior by the publics. The results showed that there was no significant effect of the

    news on the publics attribution Candi Sayang Hamlet, Sidoarjo. However, these

    attribution influence behavior by punishing the publics against PT Lapindo Brantas as

    a party is considered to be responsible for the occurrence of a crisis.

    Keywords: Situational Crisis Communication Theory, Attribution Theory, Publics

    Attribution, Crisis, Punitive Behavior

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    4/148

    iv

    KATA PENGANTAR

    Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

    rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi

    dengan judul: Atribusi Publik Terhadap Krisis Lumpur di Sidoarjo (Studi

    Eksperimental Pengaruh Atribusi Publik atas Krisis Lumpur di Sidoarjo

    terhadap Perilaku Menghukum dari Publik di Dusun Candi Sayang, Sidoarjo).

    Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat dalam mencapai derajat Sarjana

    Ilmu Komunikasi pada Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Brawijaya. Atas

    selesainya penyusunan skripsi ini, ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

    diberikan kepada:

    1. Bapak Rachmat Kriyantono, Ph.D selaku dosen pembimbing utama dan IbuYuyun Agus Riani, M.Sc selaku dosen pembimbing kedua yang telah

    memberikan bimbingan dan petunjuk teknis sehinga terselesaikannya laporan

    ini.

    2. Seluruh warga Dusun Candi Sayang, Sidoarjo yang bersedia menjadi objekpenelitian ini.

    3. Seluruh perangkat Dusun serta perangkat RT RW di Dusun Candi Sayangyang membantu dalam memberikan kemudahan menemui warga yang akan

    dijadikan responden.

    Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

    Saran dan kritik yang bersifat membangun sangat saya harapkan. Semoga penelitian

    ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

    Malang, April 2014

    Rizky Ika Safitri

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    5/148

    v

    DAFTAR ISI

    ABSTRAKSI ................................................................................................................ ii

    ABSTRACT ................................................................................................................ iii

    KATA PENGANTAR ................................................................................................ iv

    DAFTAR ISI ................................................................................................................ vDAFTAR TABEL ..................................................................................................... vii

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ viii

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 11.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 13

    1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 141.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 14

    1.5 Pertimbangan Etis Penelitian ............................................................................ 15

    BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................... 162.1 Teori Atribusi dalam Situasi Krisis .................................................................. 16

    2.2 Teori Komunikasi Situasi Krisis (Situational Crisis Communication Theory) 182.3 Publik dan Sifat Relasinya dengan Organisasi ................................................. 23

    2.4 Media Massa dan Krisis ................................................................................... 252.5 Studi Pendahuluan ............................................................................................ 28

    2.6 Kerangka Pemikiran ......................................................................................... 37

    2.7 Hipotesis ........................................................................................................... 42

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 443.1 Pendekatan Penelitian ....................................................................................... 44

    3.2 Metode Penelitian ............................................................................................. 45

    3.2.1 Metode Penelitian Pendahuluan .............................................................. 453.2.2 Metode Eksperimen ................................................................................. 46

    3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................ 483.4 Definisi Operasional ......................................................................................... 49

    3.4.1 Metode Analisis Isi .................................................................................. 49

    3.4.2 Metode Eksperimen ................................................................................. 52

    3.5 Uji Validitas ...................................................................................................... 57

    3.6 Uji Realibilitas .................................................................................................. 593.7 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ............................................ 62

    3.7.1 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................... 62

    3.7.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel .................................................... 633.8 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 65

    3.9 Teknik Analisis Data ........................................................................................ 66

    3.9.1 Analisis Komparatif Ragam Satu Arah (One-WayAnova) .................... 663.9.2 Analisis Regresi Linier Sederhana .......................................................... 68

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 704.1 Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................................. 70

    4.2 Analisis Penelitian Pendahuluan ...................................................................... 724.2.1 Uji Reliabilitas ......................................................................................... 74

    4.2.2 Makna Berita Lumpur di Sidoarjo pada Jawa Pos dan Kompas ............. 76

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    6/148

    vi

    4.3 Analisis Identitas Responden ............................................................................ 79

    4.3.1 Jenis Kelamin .......................................................................................... 794.3.2 Usia .......................................................................................................... 80

    4.3.3 Pekerjaan ................................................................................................. 80

    4.4 Deskripsi Atribusi Publik ................................................................................. 81

    4.4.1 Deskripsi Atribusi Publik Kelompok Eksperimen Positif ....................... 814.4.2 Deskripsi Atribusi Publik Kelompok Eksperimen Negatif ..................... 84

    4.4.3 Deskripsi Atribusi Publik Kelompok Kontrol ........................................ 874.5 Deskripsi Perilaku Menghukum oleh Publik .................................................... 91

    4.5.1 Deskripsi Perilaku Menghukum oleh Publik Kelompok Eksperimen

    Positif ....................................................................................................... 91

    4.5.2 Deskripsi Perilaku Menghukum oleh Publik Kelompok EksperimenNegatif ..................................................................................................... 92

    4.5.3 Deskripsi Perilaku Menghukum oleh Publik Kelompok Kontrol .......... 92

    4.6 Analisis Data..................................................................................................... 93

    4.6.1 Ragam Satu Arah (One-WayAnova) ...................................................... 93

    4.6.2 Analisis Regresi Linier Sederhana .......................................................... 984.7 Interpretasi Data ............................................................................................. 101

    4.7.1 Tidak Terdapat Pengaruh Perlakuan terhadap Atribusi Publik ............. 1014.7.2 Terdapat Pengaruh Atribusi Publik terhadap Perilaku Menghukum oleh

    Publik ..................................................................................................... 107

    BAB V PENUTUP ................................................................................................... 1115.1 Simpulan ......................................................................................................... 111

    5.2 Saran ............................................................................................................... 112

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    7/148

    vii

    DAFTAR TABEL

    TABEL 1 Variabel Penanggung Jawab Krisis ......................................................... 54

    TABEL 2 Nilai Korelasi Variabel Penanggung Jawab Krisis.................................. 58

    TABEL 3 Tingkat Reliabilitas.................................................................................. 60

    TABEL 4

    Hasil Pengujian Reliabilitas ..................................................................... 62

    TABEL 5 Jumlah Penduduk di 15 Kecamatan pada Luar Area Peta Terdampak .... 73

    TABEL 6

    Pemberitaan Semburan Lumpur di Sidoarjo pada Jawa Pos dan Kompas

    selama JanuariMei 2013 ...................................................................... 74TABEL 7 Jumlah Persetujuan dan Ketidaksetujuan Antarkoder Mengenai Makna

    Berita Lumpur di Sidoarjo pada Jawa Pos dan Kompas selama Januari-

    Mei 2013 .................................................................................................. 75

    TABEL 8 Pengkuadratan Proporsi Total Berita Hasil Antarkoder I dan II ............. 75

    TABEL 9 Pengkuadratan Proporsi Total Berita Hasil Antarkoder I dan III ............ 80

    TABEL 10 Jenis Kelamin Responden ........................................................................ 80TABEL 11 Usia Responden ........................................................................................ 81

    TABEL 12 Pekerjaan Responden. .............................................................................. 82

    TABEL 13 Atribusi Penyebab Krisis oleh Kelompok Eksperimen Positif ................ 82

    TABEL 14 Atribusi Penyebab Krisis oleh Kelompok Eksperimen Positif ................ 83

    TABEL 15 Penanggung Jawab Krisis oleh Kelompok Eksperimen Positif ............... 83

    TABEL 16 Penanggung Jawab Krisis oleh Kelompok Eksperimen Positif .............. 84

    TABEL 17 Atribusi Penyebab Krisis oleh Kelompok Eksperimen Negatif ............... 85

    TABEL 18 Atribusi Penyebab Krisis oleh Kelompok Eksperimen Negatif ............... 85

    TABEL 19 Penanggung Jawab Krisis oleh Kelompok Eksperimen Negatif .............. 86

    TABEL 20 Penanggung Jawab Krisis oleh Kelompok Eksperimen Negatif .............. 87

    TABEL 21 Atribusi Penyebab Krisis oleh Kelompok Kontrol .................................. 88

    TABEL 22 Atribusi Penyebab Krisis oleh Kelompok Kontrol .................................. 88

    TABEL 23 Penanggung Jawab Krisis oleh Kelompok Kontrol ................................. 89

    TABEL 24 Penanggung Jawab Krisis oleh Kelompok Kontrol ................................. 91

    TABEL 25 Perilaku Menghukum oleh Kelompok Eksperimen Positif ...................... 92

    TABEL 26 Perilaku Menghukum oleh Kelompok Eksperimen Negatif .................... 92

    TABEL 27 Perilaku Menghukum oleh Kelompok Kontrol ........................................ 94

    TABEL 28 Nilai Sig. One-Way Anova ...................................................................... 96

    TABEL 29 Nilai F One-Way Anova .......................................................................... 96

    TABEL 30 Regresi Linier Atribusi Internal ............................................................... 98

    TABEL 31 Regresi Linier Atribusi Eksternal ........................................................... 100

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    8/148

    viii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran A Code Book

    Lampiran B Kuisioner Penelitian

    Lampiran C Data Tabulasi Nilai

    Lampiran D Uji Validitas

    Lampiran E Uji Reliabilitas

    Lampiran F Uji One-Way Anova

    Lampiran G Uji Regresi Linier Atribusi Internal

    Lampiran H Uji Regresi Linier Atribusi Eksternal

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    9/148

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Krisis merupakan hal yang sering dialami oleh banyak perusahaan besar

    maupun perusahaan kecil. Krisis dapat menjadi ancaman bagi setiap perusahaan

    dalam mempertahankan reputasinya. Menurut Spillan (dalam An-Sofie Claeys,

    Verolien Cauberghe, dan Patrick Vyncke Barton, 2010) tidak ada organisasi yang

    terhindar dari krisis selama hidup. Barton dikutip Coombs (2007) menyatakan

    perubahan yang terjadi akibat krisis juga dapat mempengaruhi bagaimana

    stakeholder berinteraksi dengan perusahaan. Namun, di sisi lain krisis dapat

    dimanfaatkan perusahaan untuk tujuan yang positif. Manajemen krisis yang baik akan

    meningkatkan citra perusahaan dalam persaingan bisnis yang dijalankan. Sebaliknya,

    manajemen krisis yang buruk akan menurunkan citra perusahaan terutama jika krisis

    tersebut memiliki dampak buruk yang cukup luas pada masyarakat tentu citra dan

    reputasi perusahaan menjadi taruhannya.

    Definisi krisis menurut Davlin dikutip Kriyantono (2012a, h. 171) adalah

    sebuah situasi yang tidak stabil dengan berbagai kemungkinan menghasilkan hasil

    yang tidak diinginkan. Jika organisasi mengalami situasi krisis, maka prosedur-

    prosedur normal tidak dapat berjalan dengan baik. Organisasi akan mengalami situasi

    berbeda sehingga menyebabkan beberapa hal akan berubah secara spontan. Situasi

    seperti ini jika tidak segera ditangani dengan cepat dan tepat akan memberikan

    dampak yang negatif terhadap organisasi.

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    10/148

    2

    Tanggung jawab manajemen krisis terhadap reputasi perusahaan sangat

    dibutuhkan. Salah satunya adalah komunikasi krisis. Penelitian komunikasi krisis

    telah ditulis oleh banyak praktisi dan muncul di beberapa jurnal penelitian praktis

    (Coombs, 2010, h. 23). Kemudian penelitian ini dimasukkan dalam penelitian

    akademis karena dibutuhkan penyelesaian masalah dalam komunikasi krisis.

    Walaupun penelitian komunikasi krisis dilakukan pada studi manajemen, namun

    penelitian komunikasi krisis juga dapat dilakukan pada studi komunikasi dan public

    relations. Penelitiandipublic relationsdan di studi komunikasi membuat komunikasi

    krisis menjadi poin utama dalam penelitian manajemen krisis (Coombs, 2010, h. 23)

    sehingga penelitian ini dapat dikategorikan dalam penelitian komunikasi.

    Beberapa literatur mengenai komunikasi krisis juga telah dipublikasikan dalam

    Public Relations Review dan Journal of Public Relations Research (Coombs dan

    Holladay, 2009). Salah satunya adalah W. Timothy Coombs yang terus melakukan

    kajian mengenai komunikasi krisis dan Situational Crisis Communication (Coombs,

    2007; Coombs dan Holladay, 2009). Pada dasarnya komunikasi krisis fokus pada

    kategori krisis atau respon krisis, seperti apa yang harus dikatakan dan dilakukan

    organisasi setelah krisis (Coombs, 2010, h. 20). Metode yang banyak digunakan pada

    penelitian komunikasi krisis adalah studi kasus. Perkembangan terakhir dari teori

    komunikasi krisis mengarahkan munculnya Situational Crisis Communication Theory

    (SCCT) untuk melakukan penelitian komunikasi krisis secara spesifik.

    Situational Crisis Communication Theory (SCCT) atau Teori Situasional

    Komunikasi Krisis mulai dikembangkan oleh W. Timothy Coombs pada tahun 1995

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    11/148

    3

    (Coombs, 2010, h. 38). Premis yang dibangun dari teori ini adalah krisis merupakan

    kejadian yang negative dan tak terduga, sehinggastakeholderakan membuat atribusi

    mengenai tanggung jawab krisis, dan kemudian atribusi tersebut akan mempengaruhi

    bagaimanastakeholderberinteraksi dengan organisasi dalam situasi krisis(Coombs

    dan Holladay, dalam Coombs, 2010, h. 39). Namun selama ini, sebagian besar

    penelitian lebih berpusat pada persepsi organisasi (Choi & Lin, dalam Kriyantono,

    2012b). Maka dari itu, penelitian ini memilih berfokus pada atribusi publik. Publik

    yang dipilih adalah publik yang masuk dalam kategori aware public, yaitu publik

    yang menyadari adanya krisis namun hanya pada batas mencari informasi mengenai

    krisis tersebut. Masyarakat di luar peta area terdampak termasuk dalam aware public

    karena mereka secara tidak langsung terkena dampak akibat krisis yang terjadi

    sehingga mereka mencari informasi mengenai krisis demi kepentingan mereka.

    Pemilihan atribusi publik dalam penelitian sehingga penelitian ini menerapkan

    metode kuantitatif untuk mendapat informasi yang lebih rinci karena tampaknya ada

    sedikit penelitian kualitatif yang berpusat pada pendekatan publik (Moffitt, dalam

    Kriyantono, 2012b).

    Beberapa penelitian SCCT telah dilakukan pada krisis yang terjadi di Indonesia.

    Kriyantono (2012b) menggunakan SCCT untuk mengukur reputasi perusahaan

    selama krisis semburan lumpur yang mengaitkan perusahaan Lapindo. Hasilnya

    adalah perusahaan harus menangani dengan baik dampak krisis terhadap para korban

    dan harus memastikan bahwa tidak ada orang di luar perusahaan yang menderita

    secara fisik dan psikologis. Perusahaan juga harus menyampaikan informasi dengan

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    12/148

    4

    cepat tentang apa yang orang harus lakukan dan memberikan kompensasi, daripada

    menghabiskan waktu untuk membuktikan bahwa perusahaan tidak bersalah

    (Kriyantono, 2012b). Meskipun penyebab letusan belum ditentukan, masyarakat

    mengaitkan penyebab itu ke sebuah kesalahan pengeboran. Persepsi mampu

    mempengaruhi realitas dan menciptakan kenyataan. Krisis dapat dibangun sebagai

    sesuatu yang baik atau buruk, tergantung pada bagaimana persepsi orang

    (Kriyantono, 2012b).

    Jika penelitian Kriyantono (2012b) menggunakan pendekatan etnografi dan

    dilakukan pada dua diskusi kelompok terfokus (12 orang) dan wawancara mendalam

    dengan korban (10 informan) sebagai data primer, maka penelitian Wulandari (2011)

    melakukan penelitian mengenai pengaruh tanggung jawab krisis terhadap perusahaan

    menggunakan metode survei. Tujuan penelitian ini adalah menemukan korelasi antara

    bentuk tanggung jawab krisis perusahaan bagi pemulihan reputasi. Analisis penelitian

    menggunakan metode survei responden yang berisi tiga perlakuan kejadian krisis dan

    dilakukan pada eksekutif manajemenpublic relationspada perusahaan riil dan jasa di

    Jakarta. Hipotesis dalam penelitian ini adalah tanggung jawab organisasi berpengaruh

    terhadap reputasi perusahaan. Hipotesis tersebut diuji dengan menggunakan tiga

    perlakuan tipe kejadian krisis, mulai dari kejadian krisis yang meninggalkan masalah

    (RS Omni Internasional), kejadian krisis yang tidak meninggalkan masalah (PT

    Nutrifood), dan kejadian krisis akibat faktor eksternal (PT Lapindo).

    Berkaitan dengan tipe kejadian krisis, maka hasil penelitian menunjukkan

    bahwa perusahaan yang mengalami krisis berkelanjutan tidak memiliki kemampuan

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    13/148

    5

    yang baik dalam memilih tanggung jawab krisis yang berpengaruh pada reputasi,

    perusahaan yang tidak mengalami krisis berkelanjutan memiliki kemampuan yang

    baik dalam memilih tanggung jawab krisis sebagai upaya pemulihan reputasi dan

    pada perusahaan yang mengalami kejadian akibat faktor eksternal cenderung

    memiliki pilihan tanggung jawab krisis yang sudah baik sebagai upaya memperbaiki

    reputasi (Wulandari, 2011). Seperti yang dijelaskan oleh Coombs (2007) bahwa

    ketika dalam situasi krisis, manajer krisis harus dapat menentukan strategi respon

    krisis yang dapat memaksimalkan perlindungan reputasi.

    SCCT sebagai teori yang digunakan dalam membuat strategi respon krisis

    mengacu pada metode eksperimental dan teori psikologi-sosial dan melakukan

    pengujian hipotesis terkait dengan bagaimana persepsi situasi krisis mempengaruhi

    respon krisis dan pengaruh respon krisis terhadap reputasi, emosi, dan niat pembelian

    produk (Coombs, 2007, h. 137). Penelitian Kriyantono (2012b) dan Wulandari

    (2011) memiliki kesamaan, yaitu membahas krisis semburan lumpur di Sidoarjo

    dengan Situational Crisis Communication Theory (SCCT). Semburan lumpur di

    Sidoarjo merupakan salah satu krisis di Indonesia yang hingga saat ini belum

    terselesaikan dengan baik atau masih meninggalkan masalah. Sesuai Duke &

    Masland dan Kouzmin yang dikutip oleh Kriyantono (2012a, h. 172) menekankan

    bahwa krisis sebagai situasi yang menyebabkan kerusakan-kerusakan fisik dan

    nonfisik, seperti peristiwa yang membahayakan jiwa manusia (meninggal atau luka-

    luka) dan merusak sistem organisasi dan lingkungan secara keseluruhan, khususnya

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    14/148

    6

    bagi korban. Definisi ini sesuai dengan peristiwa semburan lumpur yang terjadi di

    Sidoarjo, Jawa Timur yang menyebabkan kerusakan fisik maupun nonfisik.

    Kriyantono (2012b) menyatakan bahwa manajemen krisis yang dilakukan oleh

    PT. Lapindo Brantas berlangsung tidak efektif sehingga menimbulkan perkembangan

    krisis yang semakin buruk. Perusahaan yang lebih fokus menjaga reputasi

    perusahaan menjadi alasan lain penyebab Lapindo masih mengalami krisis.

    It would be irresponsible to begin crisis communication by focusing on the

    organizations reputation. To be ethical, crisis managers must begin their efforts byusing communication to address the physical and phsychological concern of thevictims. (Coombs, 2007, h. 165)

    Tidak hanya strategi respon krisis yang diperlukan dalam situasi krisis. Namun,

    manajer krisis juga perlu melihat bagaimana berbagai faktor dalam krisis dapat

    mempengaruhi atribusi publik terhadap krisis (Coombs dan Holladay, 2010, h. 181).

    Pada kasus semburan lumpur, permasalahan sosial pada korban tidak menjadi

    prioritas perusahaan tetapi Lapindo terus berusaha membuktikan bahwa penyebab

    terjadinya semburan lumpur bukanlah perusahaan. Sikap perusahaan ini kemudian

    menimbulkan atribusi publik mengenai peristiwa semburan lumpur di Sidoarjo.

    Atribusi dibutuhkan dalam situasi krisis karena atribusi merupakan bagaimana

    individu mempersepsi sumber krisis (Kriyantono, 2012a, h. 292). Attribution

    Theory atau Teori Atribusi menjelaskan bagaimana kita mengetahui penyebab

    perilaku kita sendiri dan orang lain (Ardianto, 2010, h. 109). Teori Atribusi

    merupakan teori pada bidang psikologi. Namun, kemudia teori ini diterapkan sebagai

    panduan penelitian komunikasi krisis (Coombs, 2007). Karakteristik kunci dari

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    15/148

    7

    Teori Atribusi yang dijelaskan Bernard Weiner adalah kebutuhan seseorang untuk

    mencari penyebab suatu event. Di sisi lain, kunci dari krisis adalah mereka tidak

    terduga dan negatif. Alasan inilah yang kemudian menghubungkan krisis dan Teori

    Atribusi (Coombs, 2007) sehingga Teori Atribusi dapat digunakan dalam bidang

    komunikasi khususnya pada penelitian komunikasi krisis. Penelitian ini

    mengaplikasikan Teori Atribusi sebagai dasar untuk melihat pengaruh atribui publik

    terhadap perilaku menghukum publik terhadap pihak yang bertanggung jawab atas

    krisis.

    Penelitian yang mengaplikasikan Teori Atribusi dalam komunikasi krisis adalah

    penelitian mengenai krisis di Korea Selatan (Jeong, 2009). Penelitian yang

    menggunakan metode kuantitatif ini melihat bagaimana respon publik terhadap

    perusahaan Samsung, perusahaan yang mengalami kecelakaan tumpahan minyak.

    Penelitian yang dilakukan pada 180 orang dewasa di Korea Selatan ini menemukan

    bahwa atribusi publik dapat mempengaruhi opini menghukum dan perilaku

    menghukum publik terhadap Samsung (Jeong, 2009). Selain itu, penelitian ini juga

    menerapkan SCCT untuk mengukur pengaruh informasi yang diberikan terhadap

    atribusi publik mengenai jenis penanggung jawab krisis. Hasilnya, penelitian ini

    menemukan bahwa kekhasan informasi dapat mempengaruhi atribusi tentang

    penyebab krisis adalah perusahaan dan publik memberikan opini menghukum serta

    perilaku menghukum kepada perusahaan (Jeong, 2009). Studi ini memberikan

    kontribusi untuk komunikasi krisis, hubungan masyarakat, dan penelitian opini publik

    dengan menerapkan Teori Atribusi untuk menjelaskan tanggapan hukuman publik

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    16/148

    8

    untuk aktor perusahaan dan dengan menghubungkan Teori Atribusi dan SCCT

    (Jeong, 2009). Penelitian ini membuktikan bahwa Teori Atribusi yang digunakan

    dalam penelitian psikologi dapat dilakukan pada penelitian studi komunikasi

    khususnya komunikasi krisis.

    Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penelitian komunikasi krisis

    dilakukan dengan metode studi kasus. Namun kemudian metode penelitian

    komunikasi krisis berkembang menjadi penelitian yang menggunakan metode

    eksperimen (Coombs & Holladay, 2009). Penelitian eksperimen digunakan untuk

    melihat bagaimana orang merasakan krisis, bagaimana strategi krisis mempengaruhi

    persepsi stakeholder dan bagaimana faktor-faktor tersebut membentuk organisasi

    dalam krisis (Coombs & Holladay, 2009). Seperti penelitian Jeong (2009) yang

    menggunakan metode eksperimen. Metode ini diterapkan pada 180 responden dewasa

    di Korea Selatan. Metode eksperimental post-test onlypada penelitian Jeong (2009)

    dilakukan melalui new media atau internet. Perlakuan beserta kuisioner dikirimkan

    kepada responden melalui masing-masing emailresponden. Perlakuan atau perlakuan

    yang diberikan tiga kelompok yang berbeda, yaitu masing-masing adalah kelompok

    yang diberi informasi positif (kegiatan CSR perusahaan Samsung), kelompok yang

    diberi informasi negatif (kecelakaan tumpahan miyak), dan kelompok yang tidak

    diberi informasi.

    Antara tahun 1987 2008 terdapat 17 penelitian eksperimental mengenai

    komunikasi krisis yang menggunakan media cetak sebagai stimuli atau perlakuan dan

    diterbitkan dalamPublic Relations ReviewdanJournal of Public Relations Research

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    17/148

    9

    (Coombs & Holladay, 2009). Menurut Coombs & Holladay (2009) banyak orang

    menerima informasi atau berita melalui media cetak. Penelitian yang dilakukan oleh

    Coombs & Holladay (2009) menggunakan metode eksperimen post-test onlykepada

    mahasiswa yang dibagi menjadi empat kelompok dan dilakukan di dalam kelas.

    Empat kelompok tersebut mendapat perlakuan berupa informasi sebelum terjadi

    ledakan kimia di Marcus Oil terjadi, informasi saat terjadi ledakan, dan informasi

    sesudah terjadi ledakan yang dimuat di media cetak, News Reuters dengan perbedaan

    isi berita, yaitu berita yang menunjukkan simpati perusahaan dan kompensasi yang

    diberi perusahaan. Sedangkan kedua kelompok lainnya diberi stimuli berupa

    informasi sebelum terjadi ledakan kimia di Marcus Oil terjadi, informasi saat terjadi

    ledakan, dan informasi sesudah terjadi ledakan pada pemberitaan di televisi, TV

    Lokal dengan perbedaan isi berita, yaitu berita yang menunjukkan simpati perusahaan

    dan kompensasi yang diberi perusahaan (Coombs & Holladay, 2009).

    One-way anovadigunakan untuk mengukur pengaruh stimuli terhadap respon

    publik terhadap krisis. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa stimuli yang diberikan

    antara berita di media cetak dan televisi tidak memberikan pengaruh yang signifikan

    sehingga kedua dapat digunakan dalam komunikasi krisis kepada publik (Coombs &

    Holladay, 2009). Penelitian eksperimental lain dalam komunikasi krisis dilakukan

    oleh An-Sofie Claeys, Verolin Cauberghe, dan Patrick Vyncke (2010). Penelitian

    yang dilakukan pada 316 responden ini dibagi dalam sembilan kelompok stimuli.

    Masing-masing kelompok diberi tiga berita dan dilakukan dengan dua kali pre-test.

    Seperti penelitian Jeong (2009), penelitian ini juga memberikan perlakuan beserta

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    18/148

    10

    kuisioner melalui new media atau secara online. Hasil penelitian ini membuktikan

    bahwa dengan mencocokkan jenis krisis dengan tanggapan krisis tidak menyebabkan

    persepsi yang lebih positif mengenai reputasi. Hasil ini ternyata bertentangan dengan

    temuan Coombs dan Holladay (dalam Claeys dkk, 2010), yaitu menurut tipologi

    SCCT kita dapat memanipulasi jenis krisis melalui penilaian tanggung jawab krisis.

    Tidak hanya itu, penelitian dengan metode eksperimental ditujukan untuk

    mengerti bagaimana berbagai elemen dalam krisis mempengaruhi persepsi orang

    terhadap krisis dan reaksi terhadap usaha komunikasi krisis (Coombs & Holladay,

    2010). Manipulasi yang digunakan adalah 4 kelompok dengan dua kelompok jenis

    krisis (kecelakaan dan penarikan produk) dan dua kelompok tipe kesalahan

    (kesalahan manusia dan kesalahan teknik). Kecelakaan industri kilang minyak, Tosco

    di California menjadi manipulasi pada jenis krisis kecelakaan, sedangkan krisis botol

    air Perrier yang mengandung zat kimia berbahaya dijadikan manipulasi pada jenis

    krisis penarikan produk. Terdapat perbedaan yang signifikan tentang bagaimana

    stakeholder menerima situasi krisis antara kedua jenis krisis dan jenis kesalahan.

    Sebagian besar responden membuat atribusi bahwa perusahaan merupakan pihak

    yang menyebabkan terjadinya krisis sehingga perusahaan sebaiknya bertanggung

    jawab atas krisis akibat kesalahan manusia daripada krisis yang diakibatkan oleh

    kesalahan teknik(Coombs & Holladay, 2010).

    Berdasarkan penjelasan penelitian-penelitian sebelumnya, kesamaan penelitian

    eksperimen tentang respon krisis, banyak menggunakan media cetak sebagai

    perlakuan karena banyak orang menerima berita melalui media cetak (Coombs &

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    19/148

    11

    Holladay, 2009). Pfau dan Wan (dalam Coombs & Holladay, 2009) mengambarkan

    jika orang menerima berita dari televisi maka orang akan fokus pada sumber pesan,

    sedangkan jika orang menerima berita melalui media cetak maka orang akan fokus

    pada isi pesan sehingga pesan di media cetak akan lebih mudah diproses. Kesamaan

    lain yang terdapat pada penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu sebagian besar

    penelitian menggunakan lebih dari dua kelompok dalam metode eksperimental yang

    dilakukan. Sehingga, diperlukan perhitungan one-way anova untuk mengukur

    pengaruh perlakuan pada lebih dari dua kelompok. Terbukti pada beberapa penelitian

    sebelumnya, sebagian besar menggunakan rumus one-way anovauntuk menghitung

    pengaruh perlakuan yang diberikan pada responden (Coombs & Holladay, 2009;

    Jeong, 2009; Coombs & Holladay, 2010; Claeys dkk, 2010).

    Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, berbagai studi dalam

    masing-masing kajian komunikasi krisis, Teori Atribusi dan SCCT telah banyak

    dilakukan. Namun dari temuan yang telah dipaparkan sebelumnya, peneliti belum

    menemukan kajian komunikasi krisis di Indonesia yang diteliti dengan SCCT dan

    Teori Atribusi secara bersamaan dalam kajian komunikasi. Krisis yang dipilih adalah

    krisis semburan lumpur di Sidoarjo karena sesuai dengan tahapan isu, isu krisis

    semburan lumpur ini masuk dalam kategori dormant stage issue. Ketika isu berada

    dalam tahapan resolution (dormant stage) maka pada dasarnya organisasi telah

    mampu mengatasi isu dengan baik (setidaknya, publik puas karena pertanyaan-

    pertanyaan seputar isu dapat terjawab, pemberitaan oleh media mulai menurun,

    perhatian masyarakat juga menurun, salah satu karena berjalannya waktu, ada solusi

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    20/148

    12

    dari organisasi atau pemerintah), sehingga isu diasumsikan telah berakhir

    Kriyantono (2012a, 161). Namun, kemudian kondisi seperti itu dapat memunculkan

    kembali isu yang sama karena masih ada ketidakpuasan publik terhadap penyelesaian

    krisis. Hal ini dibuktikan dengan belum terselesaikannya pembayaran ganti rugi

    korban hingga pada sidang kabinet paripurna, 14 Februari 2013, Presiden Susilo

    Bambang Yudhoyono kembali mengingatkan PT. Lapindo Brantas untuk segera

    menyelesaikan kewajibannya untuk penanganan korban bencana lumpur di Sidoarjo

    (Jibi, 2013).

    Masyarakat di luar peta area terdampak termasuk dalam publik yang memiliki

    keterkaitan terhadap krisis semburan lumpur di Sidoarjo. Hal ini karena publik

    tersebut masuk dalam kategori aware public, yaitu jika kelompok tersebut kemudian

    menyadari dan dapat mengidentifikasi suatu permasalahan (isu) maka kelompok

    tersebut berkembang (Grunig dalam Kriyantono, 2012a, h. 231). Publik di RW I,

    Dusun Candi Sayang, Sidoarjo termasuk dalam kategori aware publickarena mereka

    terkena dampak tidak langsung sehingga termasuk dalam publik yang menyadari

    adanya isu namun hanya pada batas mencari informasi. Pemilihan responden ini

    untuk melakukan aplikasi SCCT dan Teori Atribusi dengan menggunakan metode

    eksperimental dan desain posttest only, artinya hasil hanya dilihat setelah responden

    mendapat perlakuan dan kemudian dibandingkan antara kelompok eksperimen dan

    kelompok kontrol. Peneliti menyajikan perlakuan berupa informasi melalui media

    cetak, yaitu surat kabar dan belum ada yang meneliti persepsi (atribusi) publik

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    21/148

    13

    mengenai penyebab dan tanggung jawab krisis Lapindo dengan analisis SCCT dan

    Teori Atribusi

    Atribusi publik tidak hanya berdasarkan pengalaman namun juga berkaitan

    dengan media massa, khususnya media cetak. Menurut Weitzer & Kubrin (2004, h.

    499), terpaan oleh media kemungkinan akan semakin besar jika persepsi orang

    mengenai dunia nyata sesuai dengan apa yang sering digambarkan media. SCCT

    digunakan dalam penelitian ini untuk menjelaskan klaster atau jenis penanggung

    jawab krisis oleh perusahaan sedangkan Teori Atribusi digunakan dalam penelitian

    ini untuk menjelaskan sikap perilaku menghukum oleh publik terhadap perusahaan

    setelah mengetahui jenis penanggung jawab krisis. Sehingga peneliti ingin melakukan

    penelitian yang berjudul Atribusi Publik Terhadap Krisis Lumpur di Sidoarjo (Studi

    Eksperimental Pengaruh Atribusi Publik atas Krisis Lumpur di Sidoarjo Terhadap

    Perilaku Menghukum dari Publik di Dusun Candi Sayang, Sidoarjo).

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti merumuskan masalah

    sebagai berikut:

    1. Bagaimana pengaruh jenis pemberitaan tentang Lapindo terhadap atribusi

    publik mengenai klaster aktor yang bertanggung jawab atas krisis lumpur di

    Sidoarjo pada kelompok eksperimen positif, kelompok eksperimen negatif,

    dan kelompok kontrol?

    2. Bagaimana pengaruh atribusi publik terhadap perilaku menghukum dari

    publik terhadap perusahaan?

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    22/148

    14

    1.3 Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah:

    1. Untuk mengkaji pengaruh jenis pemberitaan tentang Lapindo terhadap

    atribusi publik mengenai klaster aktor yang bertanggung jawab atas

    krisis lumpur di Sidoarjo berdasarkan Situational Crisis Communication

    Theory(SCCT).

    2. Untuk mengkaji pengaruh atribusi publik terhadap perusahan sehingga

    menimbulkan perilaku menghukum dari publik terhadap perusahaan

    yang terlibat dalam krisis lumpur di Sidoarjo berdasarkan Attribution

    Theory.

    1.4 Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritis

    Secara teoritis penelitian ini mengaplikasikan dua teori.Teori Situational Crisis

    Communication diharapkan mampu mengkaji pengaruh pemberitaan Lapindo

    terhadap atribusi publik tentang penanggung jawab krisis lumpur di Sidoarjo.

    Sementara itu, Teori Atribusi diharapkan mampu mengkaji atribusi danperilaku

    menghukum publik terhadap perusahaan yang terlibat dalam krisis lumpur di

    Sidoarjo setelah adanya atribusi yang diperoleh oleh publik itu sendiri.

    2. Manfaat Praktis

    Hasil analisis atribusi publik mengenai aktor yang bertanggung jawab atas

    krisis lumpur di Sidoarjo diharapkan mampu membantu perusahaan dalam

    menyusun strategi manajemen krisis yang lebih efektif sehingga berdampak

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    23/148

    15

    baik pada reputasi perusahaan tanpa mengorbankan kepentingan

    korban.Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Public Relations PT.

    Lapindo Brantas dalam melakukan langkah-langkah terkait guna

    memaksimalkan faktor-faktor program kehumasan mereka lebih efektif dalam

    menjangkau khalayak. Hasil penelitian ini akan direkomendasikan kepada

    perusahaan sebagai informasi tentang kondisi publik terkait krisis lumpur.

    1.5 Pertimbangan Etis Penelitian

    Semua partisipan (responden) dalam penelitian ini diminta untuk membaca dan

    memahami surat keterangan penelitian yang berisi mengenai hak-hak responden

    selama berpatisipasi dalam penelitian ini. Mereka menandatangani formulir

    persetujuan ketika mereka setuju untuk menjadi responden. Selain itu, peneliti

    memberikan kesempatan kepada responden untuk dapat menarik diri dari partisipasi

    mereka dalam penelitian ini kapan pun dan tanpa denda apa pun.

    Responden diberi informasi mengenai tujuan penelitian dan menjamin bahwa

    respon mereka hanya akan digunakan untuk tujuan penelitian dan bahwa kerahasiaan

    mereka akan dijaga. Namun, responden diminta untuk memberikan beberapa

    informasi pribadi termasuk nama, usia, pekerjaan, dan aspek demografis yang

    kerahasiaannya tetap dijaga. Alat instrument tersebut akan disimpan di lokasi yang

    aman, yaitu dalam komputer pribadi yang hanya dapat diakses oleh peneliti melalui

    password sampai penelitian telah selesai dan skripsi ini telah disampaikan dan

    disetujui.

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    24/148

    16

    BAB IIKAJIAN PUSTAKA

    2.1 Teori Atribusi dalam Situasi Krisis

    Dua sifat utama dari krisis adalah mereka tak terduga dan negatif (Coombs,

    2006). Sedangkan karakteristik Teori Atribusi yang dikemukakan oleh Bernard

    Weiner adalah kebutuhan masyarakat untuk mencari penyebab suatu peristiwa

    (Weiner dalam Coombs, 2006). Karakteristik tersebut yang menghubungkan krisis

    dengan Teori Atribusi. Publik akan membuat atribusi tentang penyebab krisis dan

    mereka menilai tanggung jawab krisis tersebut, apakah krisis akibat dari faktor

    situasional (bencana alam) atau sesuatu yang sengaja dilakukan oleh organisasi.

    Publik membuat atribusi tentang tanggung jawab krisis dan perilaku untuk

    organisasi (Coombs & Holladay dalam Coombs, 2006). Jika organisasi dianggap

    bertanggung jawab, maka reputasinya terancam. Dampaknya, para pemangku

    kepentingan (stakeholder) dapat memutuskan hubungan atau membuat negative

    word-of-mouth. Organisasi memiliki kepentingan untuk mencegah salah satu dari dua

    hasil negatif.

    Teori Atribusi merupakan kerangka penting untuk memahami mengapa orang

    mendukung suatu stigma dan terlibat dalam perilaku diskriminatif. Atribusi

    seseorang tentang penyebab dan pengendalian suatu situasi dapat menyebabkan

    reaksi emosional yang mempengaruhi kesediaan mereka untuk membantu dan

    kemungkinan mereka untuk menghukum (Littlejohn, 2009, h. 62). Jika Anda

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    25/148

    17

    menganggap bahwa krisis yang dialami seseorang akibat dari kesalahan yang mereka

    lakukan maka orang lain cenderung bereaksi marah daripada menawarkan bantuan.

    Atribusi publik tentang penyebab krisis dapat menyebabkan prasangka dan

    diskriminasi.

    Teori Atribusi Wiener dibangun pada premis bahwa orang perlu untuk

    menetapkan tanggung jawab untuk suatu event. Kebanyakan ahli setuju bahwa krisis

    adalah negatif dan tak terduga. Bila dihubungkan dengan Teori Atribusi, maka

    ancaman krisis sebagian besar adalah bagaimana publik menilai penanggung jawab

    krisis, bersimpati atau cenderung menyalahkan. Coombs (dikutip Coombs, 2007)

    menjelaskan manajer harus mengevaluasi situasi untuk menentukan respon krisis

    yang terbaik untuk situasi. Penelitian pertama dari komunikasi krisis muncul dalam

    literatur manajemen pada 1980-an. Mowen (dalam Coombs, 2006) adalah di antara

    yang pertama membicarakan gagasan respon krisis secara sistematis. Mowen juga

    memulai konsep yang penting untuk menggunaan Teori Atribusi dalam komunikai

    krisis. Selain itu, Bradford dan Garrett (dalam Coombs, 2006) mengembangkan

    sebuah model, yang berbasis pada Teori Atribusi, yang dirancang untuk menjelaskan

    respon krisis yang dipilih harus berdasarkan sifat dari krisis etika. Teori Atribusi kini

    telah diterapkan untuk berbagai jenis krisis.

    Teori Atribusi menyediakan dasar pemikiran untuk hubungan antara banyak

    variabel yang nantinya akan digunakan dalam SCCT. SCCT memprediksi ancaman

    reputasi akibat krisis dan untuk membuat strategi respon krisis untuk melindungi

    reputasi. Melalui pernyataan mengenai sifat utama dari krisis dan atribusi maka wajar

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    26/148

    18

    apabila kita menghubungkan krisis dengan Teori Atribusi. Stakeholderakan membuat

    atribusi tentang penyebab krisis dan mereka akan menilai siapa yang bertanggung

    jawab atas krisis tersebut. Jika mereka menilai organisasi adalah pihak yang dianggap

    bertanggung jawab maka kemungkinan mereka akan menghukum. Sebaliknya, jika

    bukan organisasi penyebabnya maka kemungkinan mereka akan memberi bantuan.

    Sehingga Teori Atribusi digunakan dalam penelitian ini karena sesuai untuk menilai

    perilaku menghukum oleh publik terhadap pihak yang dianggap bertanggung jawab

    atas krisis. Jeong (2009) juga menggunakan Teori Atribusi untuk menilai opini

    menghukum dan perilaku menghukum dari publik terhadap Samsung, perusahaan

    yang mengalami krisis tumpahan minyak di Korea Selatan.

    2.2 Teori Komunikasi Situasi Krisis (Situational Crisis Communication Theory)

    Situational Crisis Communication Theory atau SCCT merupakan teori yang

    digagas oleh W. Timothy Coombs (Coombs, 2007). Teori ini bertujuan untuk

    menjelaskan mekanisme antisipasi bagaimana stakeholder bereaksi terhadap krisis

    untuk melindungi reputasi organisasi akibat krisis tersebut. Tujuan lain teori ini

    adalah untuk menjelaskan reaksi publik terhadap sebuah krisis dan strategi krisis

    yang dibuat oleh praktisi Public Relations (Kriyantono, 2012, h. 246). SCCT

    merupakan perluasan dari Teori Atribusi sehingga kedua teori ini memiliki

    keterkaitan dalam menganalisis sebuah krisis organisasi.

    Publik pada dasarnya memiliki atribusi-atribusi mengenai sebuah krisis yang

    terjadi dalam organisasi. Atribusi publik muncul akibat tindakan dan perkataan

    manajemen dalam menyelesaikan krisis. Teori ini menegaskan bagaimana sebuah

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    27/148

    19

    organisasi seharusnya lebih berkonsentrasi terhadap apa yang menimpa korban

    daripada fokus pada reputasi organisasi (Coombs, 2007). Claeys dkk (2010)

    mengungkapkan bahwa organisasi yang melakukan permintaan maaf sebagai salah

    satu strategi respon krisis mampu membangun kembali reputasi secara efektif

    dibandingkan dengan menyangkal atau bertahan. Tanggung jawab organisasi

    terhadap korban akibat krisis akan mempengaruhi atribusi publik terhadap reputasi

    perusahaan. Kriyantono (2012, h. 245) menyebutkan pada kenyataannya persepsi

    lebih menentukan daripada fakta karena ketika persepsi menjadi fakta maka reputasi

    akan jatuh dan sulit untuk memulihkannya. Jika semakin banyak tanggung jawab

    krisis yang dikaitkan pada organisasi, semakin negatif pula dampak pada reputasi

    perusahaan (Claeys, Cauberghe, dan Vyncke, 2010).

    SCCT membantu penanggung jawab krisis mengukur ancaman reputasi

    organisasi dalam situasi krisis. Secara keseluruhan, bahasan SCCT akan mengarah

    pada penyelamatan reputasi sebagai hasil dari strategi-strategi komunikasi yang

    dilakukan manajemen selama krisis. Coombs (2007) menyebutkan bahwa

    reputations are widely recognized as a valuable, intangible asset . Artinya bahwa

    reputasi merupakan aset yang memiliki nilai dan bersifat tidak terlihat secara fisik.

    Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa reputasi merupakan hasil

    bentukan dari berbagai informasi yang diterima publik sehingga salah satu cara untuk

    mempertahankan reputasi yang baik adalah dengan memiliki hubungan yang baik

    dengan publik.

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    28/148

    20

    SCCT mengemukakan bahwa dengan memahami situasi krisis, manajer krisis

    dapat menentukan strategi yang akan memaksimalkan perlindungan reputasi. SCCT

    berpusat pada manajer krisis yang menilai tingkat ancaman reputasi akibat krisis.

    Ancaman adalah jumlah kerusakan yang diakibatkan oleh krisis dan berdampak pada

    reputasi organisasi jika tidak segera mengambil tindakan yang tepat (Coombs, 2007).

    Ada tiga faktor yang menjadi ancaman reputasi dalam situasi krisis, yaitu:

    1. Penanggung jawab krisis

    Tingkat tinggi rendahnya atribusi publik terhadap tanggung jawab organisasi

    atau seberapa besar kepercayaan publik bahwa krisis terjadi karena perilaku

    organisasi. Termasuk di sini adalah persepsi tentang siapa aktor yang mesti

    bertanggung jawab dalam krisis.

    Penelitian SCCT memiliki identifikasi tiga klaster krisis (crisis cluster)

    berdasarkan atribusi mengenai penanggung jawab krisismenurut jenis krisis:

    a. Klaster korban (victim cluster)(Atribusi mengenai penanggung jawab krisis lemah)Sebuah organisasi akan dilihat sebagai korban apabila krisis yang terjadi

    disebabkan oleh bencana alam (kisah kerusakan alam suatu organisasi, seperti

    gempa bumi), kekerasan di tempat kerja (karyawan yang masih bekerja ataumantan karyawan menyerang organisasi tersebut), kerusakan produk (pihak

    eksternal menyebabkan kerusakan pada sebuah organisasi), dan rumor

    (beredarnya informasi palsu dan merusak organisasi).

    b. Klaster kecelakaan atau tanpa kesengajaan (accidental cluster)

    (Atribusi mengenai penanggung jawab krisis sedang)Organisasi melakukan tindakan yang mengarah ke krisis yang disengaja.Organisasi yang mengalami krisis akibat kesalahan teknis (kegagalan

    teknologi atau peralatan menyebabkan kecelakaan industri), kesalahan produk

    yang berbahaya (kegagalan teknologi atau peralatan menyebabkan kesalahanproduk), dan tantangan (stakeholdermengklaim sebuah organisasi beroperasi

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    29/148

    21

    dengan cara yang tidak pantas) dianggap sebagai krisis yang tanpa disengaja

    atau tidak terkendali oleh organisasi.

    c. Klaster kesengajaan (Preventable Cluster)(Atribusi mengenai penanggung jawab krisis kuat)

    Organisasi sengaja menempatkan orang yang berisiko, mengambil tindakan

    yang tidak pantas atau melanggar hukum/ peraturan. Kesalahan manusia(human error yang menyebabkan kecelakaan industri), kesalahan produk

    bahaya (human error yang menyebabkan produksi produk berbahaya),,

    kesalahan manajemen organisasi (hukum atau peraturan yang dilanggar oleh

    manajemen), dan kesalahan organisasi tanpa cidera (stakeholderyang tertiputanpa cedera), kesalahan organisasi dengan cidera (stakeholder ditempatkan

    pada sebuah risiko oleh manajemen dan terjadi cedera), dan perbuatan jahat

    organisasi dan acara ini dianggap tujuan (Coombs dan Holladay, dikutipdalam Coombs, 2007).

    Melalui penjelasan klaster krisis di atas dapat disimpulkan bahwa rendahnya

    atribusi tentang penanggung jawab krisis terjadi pada klaster korban dan

    atribusi tentang penanggung jawab krisis yang tinggi terjadi pada klaster

    kesengajaan.

    2. Sejarah krisis

    Apakah organisasi mempunyai pengalaman mengalami situasi krisis yang

    sama di masa lalu atau tidak (Kriyantono, 2012, h. 250).

    3. Reputasi organisasi sebelumnya

    Persepsi publik tentang bagaimana perlakuan organisasi terhadap korban

    (publik) pada situasi-situasi sebelumnya. Misalnya, apakah organisasi memberikan

    perhatian yang besar kepada publik atau tidak. Menurut SCCT, jika organisasi

    tidak memperlakukan publik dengan baik pada beberapa situasi sebelumnya, dapat

    dipastikan organisasi tersebut mempunyaiprior relational reputationyang buruk.

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    30/148

    22

    Sejarah krisis dan reputasi organisasi sebelumnya memiliki efek langsung dan

    tidak langsung pada ancaman reputasi yang ditimbulkan oleh krisis. Secara tidak

    langsung, antara sejarah krisis atau reputasi organisasi sebelumnya yang tidak

    menguntungkan mempengaruhi ancaman reputasi. Selain itu, menurut Coombs

    (dikutip dalam Coombs, 2007) dua faktor ini memiliki efek langsung terhadap

    ancaman reputasi yang terpisah dari penanggung jawab krisis.

    Penelitian lain yang menunjukkan pengelompokkan klaster adalah penelitian

    yang dilakukan oleh Jeong (2009). Jeong mengelompokkan penanggung jawab krisis

    menjadi dua kelompok, yaitu organisasi sebagai korban (atribusi eksternal) dan

    organisasi sebagai pelaku (atribusi internal). Dua kelompok ini kemudian menjadi

    dasar peneliti untuk menggunakan dua variabel penanggung jawab krisis, seperti yang

    dilakukan oleh Jeong (2009). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, SCCT

    merupakan teori yang menjelaskan mengenai faktor yang menjadi ancaman reputasi

    perusahaan dan strategi menjaga reputasi perusahaan berdasarkan ketiga faktor

    tersebut. Salah satu faktor yang disebutkan adalah aktor penanggung jawab krisis

    yang masing-masing klasternya menuntun manajer krisis untuk melihat ancaman

    reputasi perusahaan. Namun, dalam penelitian ini SCCT digunakan untuk

    menentukan aktor yang bertanggung jawab atas krisis tanpa meneliti strategi

    komunikasi krisis yang dilakukan berdasarkan ancaman yang ditunjukkan. Maka dari

    itu peneliti akan menganalisis atribusi publik mengenai penanggung jawab krisis

    semburan lumpur di Sidoarjo, apakah krisis semburan lumpur terjadi akibat bencana

    alam sehingga Lapindo sebagai perusahaan yang berkaitan dengan krisis dinilai

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    31/148

    23

    sebagai korban atau krisis terjadi akibat kesalahan pengeboran sehingga Lapindo

    dinilai sebagai pelaku atau penyebab krisis.

    2.3 Publik dan Sifat Relasinya dengan Organisasi

    Publik merupakan sekumpulan orang atau kelompok dalam masyarakat yang

    memiliki kepentingan atau perhatian yang sama terhadap suatu hal (Kriyantono,

    2012a, h. 1). Grunig (dalam Kriyantono, 2012, h. 231) mengartikan publik sebagai

    kelompok khusus yang anggota-anggotanya memepunyai alasan yang sama untuk

    tertarik dalam aktivitas dan perilaku organisasi. Beberapa organisasi sering

    menggunakan istilahpublic relationsuntuk bidang yang berhubungan dengan publik

    organisasi. Seperti dijelaskan James E. Grunig dan Todd Hunt (dalam Kriyantono,

    2012a, h. 2) public relations adalah bagian dari manajemen komunikasi antara

    organisasi dan publiknya. Melalui penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa publik

    memiliki relasi atau hubungan dengan sebuah organisasi.

    Sifat-sifat relasi publik menurut Dewey (dalam Kriyantono, 2012a, h. 231)

    mengalami perkembangan berdasarkan tiga aspek, yaitu aspek munculnya masalah,

    aspek kesadaran akan masalah, dan aspek bentu-bentuk respon terhadap masalah

    tersebut. Berdasarkan aspek tersebut, Grunig (dalam Kriyantono, 2012a, h. 231)

    membagi populasi umum menjadi tiga macam tipe publik, yaitu:

    a. Publik tersembunyi (latent public) adalah sekelompok orang yang sebenarnya

    mempunyai permasalahan yang sama tetapi tidak dapat mengidentifikasi atau

    menyadari permasalahan tersebut sehingga mereka tidak memberikan respon.

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    32/148

    24

    b. Publik teridentifikasi (aware public) adalah bentuk perkembangan dari latent

    public, yaitru jika kelompok tersebut kemudian menyadari dan dapat

    mengidentifikasi suatu permasalahan (isu) maka kelompok tersebut berkembang

    menjadi "aware public".

    c. Publik aktif (active public) adalah sekelompok orang yang mendiskusikan

    merespon permasalahan tersebut dengan mengeluarkan opini atau melakukan

    aksi-aksi tertentu.

    Pada tahap public active individu akan memiliki kecenderungan untuk pro atau

    kontra terhadap perusahaan, tergantung organisasi tersebut berdampak positif atau

    negatif terhadap kepentingan individu, tingkat pendidikan, dan kekuatan politik

    publik (Kriyantono, 2012a, h. 232). Seperti dalam penelitian Kriyantono (2012c)

    yang menjelaskan sikap para korban lumpur Sidoarjo terhadap permasalahan-

    permasalahan luapan lumpur dan respon sikap mereka merespon manajemen krisis

    yang dilakukan Lapindo. Terkait dengan para korban menyadari bahwa krisis lumpur

    memunculkan situasi problematik seperti ketidakpastian ganti rugi dan kekurangan

    informasi (Kriyantono, 2012a, h. 347). Namun, penelitian tersebut tidak bertujuan

    untuk menggeneralisasi data, tetapi menyelidiki karakteristik korban, sebagai salah

    satu publik eksternal, sebagai publik yang menyadari masalah-masalah yang

    dihadapinya (aware public) karena mereka dalam waktu singkat berupaya mencari

    informasi (Kriyantono, 2012a, h. 347).

    Penelitian ini dilakukan pada tipe aware public. Alasannya adalah pada tipe ini

    publik telah menyadari peristiwa semburan lumpur di Sidoarjo dan kaitannya dengan

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    33/148

    25

    Lapindo. Publik di Dusun Candi Sayang bukan publik yang menjadi korban dari

    krisis tersebut. Namun, publik di Dusun Candi Sayang terkena dampak tidak

    langsung terhadap krisis tersebut sehingga mereka tidak sampai melakukan aksi-aksi

    tertentu dalam merespon permasalahan tersebut. Mereka hanya pada batas publik

    yang mencari informasi karena krisis semburan lumpur memepengaruhi kehidupan

    mereka, salah satunya dampak polusi lingkungan yang mereka rasakan.

    2.4 Media Massa dan Krisis

    Penilaian krisis didasarkan pada jenis krisis. Penelitian framing dalam

    komunikasi massa berfungsi untuk menjelaskan dasar pemikiran dibalik jenis krisis

    sebagai frame krisis. Secara umum, frame adalah perhatian mengenai apa yang

    menonjol atau penekanan dan beroperasi pada dua tingkatan terkait, yaitu frame

    dalam komunikasi dan frame dalam pikiran (Druckman dalam Coombs, 2007).

    Frames dalam komunikasi melibatkan cara (kata, frasa, gambar, dll) bahwa informasi

    yang disajikan dalam pesan. Misalnya, media sesungguhnya menampilkan aspek-

    aspek tertentu dari suatu masalah atau situasi ke dalam sebuah cerita (Yioutas dan

    Segvic, dalam Coombs, 2007). Frame dalam pikiran melibatkan kognitif struktur,

    seperti script atau skema, dan seseorang memanfaatkannya ketika menafsirkan

    informasi (Druckman dalam Coombs, 2007). Frames dalam komunikasi membantu

    membentuk frame dalam pikiran. Cara pesan dibingkai membentuk bagaimana

    orang mendefinisikan masalah, penyebab masalah, atribusi tanggung jawab dan

    solusi untuk masalah(Cooper, dalam Coombs, 2007). Penelitian komunikasi massa

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    34/148

    26

    menunjukkan bahwa bagaimana pembingkaian isu oleh media mempengaruhi

    penilaian politik.

    Frame menekankan fakta atau nilai tertentu yang membuat mereka menonjol

    ketika individu membuat keputusan (Joslyn dalam Coombs, 2007). Efek framing

    terjadi ketika komunikator memilih faktor-faktor tertentu untuk menekankan.

    Perhatian orang-orang yang menerima pesan akan fokus pada faktor-faktor yang

    membentuk pendapat mereka dan membuat penilaian (Druckman dalam Coombs,

    2007). Jenis krisis adalah bentuk dari frame. Masing-masing jenis krisis memiliki

    aspek-aspek tertentu dari sebuah krisis. Isyarat ini mengindikasikan bagaimana para

    stakeholderharus menafsirkan krisis (Coombs dan Holladay dalam Coombs, 2007).

    Manajer krisis mencoba untuk membangun atau membentuk frame krisis

    dengan menekankan petunjuk tertentu. Termasuk petunjuk apakah ada atau tidak

    pihak eksternal atau kekuatan lain penyebab krisis, apakah krisis adalah hasil dari

    kebetulan atau tindakan disengaja oleh anggota organisasi dan apakah penyebab

    krisis adalah kesalahan teknis atau kesalahan manusia. Hal itu tidak akan menjadi

    masalah jika para stakeholder melihat krisis sebagai kecelakaan, sabotase atau pidana

    kelalaian.

    Penelitian Coombs dan Holladay (2009) melihat bagaimana pengaruh media

    cetak dan media elektronik (televisi) terhadap sikap simpati dan kompensasi yang

    dilakukan perusahaan. Hasilnya, kedua media tersebut tidak memiliki perbedaan yang

    signifikan sehingga tidak mempengaruhi responden dalam menilai sikap simpati dan

    kompensasi yang dilakukan perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa organisasi,

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    35/148

    27

    dalam hal ini manajer krisis dapat memanfaatkan media cetak atau media elektronik

    seperti televisi untuk melakukan komunikasi krisis. Berkembangnya media internet

    pun menjadi salah satu saluran yang dapat dipilih untuk mengkomunikasikan sebuah

    krisis. Bahkan jika perusahaan memiliki website maka komentar yang masuk pada

    perusahaan tersebut dapat dikendalikan oleh perusahaan. Penelitian eksperimen

    tentang respon krisis telah menggunakan media cetak karena banyak orang menerima

    berita melalui media cetak. Pfau dan Wan (dalam Coombs dan Holladay, 2009)

    mengambarkan jika orang menonton berita pada televisi maka orang akan fokus pada

    sumber pesan, sedangkan jika di media cetak maka orang akan fokus pada isi pesan.

    Sehingga pesan di media cetak akan lebih mudah diproses.

    Temuan-temuan tersebut membuat peneliti memilih media cetak sebagai

    perlakuan dalam penelitian ini dengan alasan bahwa publik akan lebih fokus pada

    sumber pesan (Pfau dan Wan, dalam Coombs dan Holladay, 2009). Selain itu,

    penelitian sebelumnya yang juga menggunakan media cetak sebagai perlakuan adalah

    penelitian yang dilakukan oleh Jeong (2009). Jeong menggunakan media cetak yang

    menginformasikan mengenai sisi positif, seperti kegiatan CSR dari perusahaan

    Samsung, perusahaan yang mengalami krisis dan sisi negatif perusahaan, yaitu

    tumpahan minyak di laut. Hasilnya, informasi pada media cetak tersebut memberikan

    pengaruh yang cukup signifikan terhadap atribusi masyarakat mengenai krisis

    tumpahan minyak tersebut.

    ketika isu berada dalam tahapan resolution (dormant stage) maka pada dasarnyaorganisasi telah mampu mengatasi isu dengan baik (setidaknya, publik puas karena

    pertanyaan-pertanyaan seputar isu dapat terjawab, pemberitaan oleh media mulai

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    36/148

    28

    menurun, perhatian masyarakat juga menurun, salah satu karena berjalannya waktu, ada

    solusi dari organisasi atau pemerintah), sehingga isu diasumsikan telah berakhir Kriyantono (2012a, 161)

    Sampai seseorang memunculkan kembali dengan pemikiran dan persoalan baru

    atau muncul isu baru yang ternyata mempunyai keterkaitan dengan isu sebelumnya

    atau pada waktu peringatan saat isu muncul pertama kali. Kondisi seperti itu dapat

    memunculkan kembali isu yang sama jika masih ada ketidakpuasan pada publik. Oleh

    karena itu, pemilihan waktu hanya sampai bulan Mei karena pada bulan Mei

    bertepatan dengan peringatan tahunan krisis semburan lumpur sehingga diasumsikan

    banyak terpaan media. Apalagi dengan tujuh tahun peringatan krisis semburan

    lumpur proses ganti rugi yang dijanjikan perusahaan belum juga dilunasi.

    2.5 Studi Pendahuluan

    Peneliti menggunakan referensi dari beberapa penelitian terdahulu sebagai

    bahan pijakan dalam penelitian ini yang menggunakan analisis Teori Komunikasi

    Situasi Krisis (Situational Crisis Communication Theory) dan Teori Atribusi sebagai

    teknik analisis data penelitian.

    Pertama penelitian yang dilakukan oleh Rachmat Kriyantono di Indonesia

    yang dilakukan pada tahun 2010. Penelitian yang dimuat di International Journal of

    Bussiness and Social Science3 (9) ini berjudulMeasuring a Company Reputation in

    a Crisis Situation: An Ethnography Approach on the Situational Crisis

    Communication Theory (Kriyantono, 2012b). Tujuan penelitian untuk mengetahui

    tindakan perusahaan yang dilakukan untuk mengatasi krisis dan mengaplikasikan

    variabel-variabel dalam teori komunikasi situasi krisis terhadap reputasi perusahaan.

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    37/148

    29

    Situational Crisis Communication Theory digunakan sebagai landasan teori dalam

    penelitian ini.

    Pada penelitian tersebut peneliti mengamati tindakan-tindakan perusahaan

    dalam menangani krisis semburan lumpur di Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan

    jenis penelitian deskriptif dengan metode etnografi untuk memungkinkan peneliti

    mendapatkan data secara rinci dan lengkap mengenai segala aspek penyebab krisis

    semburan lumpur. Jika yang dilakukan Kriyantono adalah lebih melihat pada sisi

    korban dan perusahaan maka berbeda dengan yang dilakukan penulis pada penelitian

    sekarang ini yang menggunakan metode eksperimen.

    Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perusahaan tidak melakukan

    manajemen krisis yang efektif sehingga merugikan para korban. Manajemen yang

    tidak baik berdampak pada reputasi perusahaan sehingga korban cenderung

    menyalahkan perusahaan sebagai pihak yang bertanggung jawab atas krisis tersebut.

    Selain itu berdasarkan teori komunikasi situasi krisis, perusahaan lebih berkonsentrasi

    untuk mengembalikan reputasi perusahaan dibandingkan memikirkan nasib korban

    sehingga tindakan-tindakan yang dilakukan tidak berjalan efektif.

    Keterkaitannya dengan penelitian penulis sekarang ini terletak pada topik

    yang diteliti yaitu sama-sama meneliti mengenai Situational Crisis Communication

    Theorypada krisis semburan lumpur di Sidoarjo, Jawa Timur. Kesamaan ini menjadi

    alasan untuk diadopsi karena permasalahan dalam penelitian ini, yaitu aktor yang

    bertanggung jawab terhadap krisis hanya dapat diteliti dengan menggunakan

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    38/148

    30

    Situational Crisis Communication Theory. Maka dari itu, penelitian yang dilakukan

    oleh Rachmat Kriyantono diadopsi di dalam penelitian.

    Penelitian ini meneliti tentang atribusi publik mengenai krisis lumpur di

    Sidoarjo dengan mengaplikasikan Situational Crisis Communication Theory dan

    Teori Atribusi. Metode yang digunakan, yaitu studi eksperimental dan penerapan dua

    teori yang meneliti mengenai atribusi publik mengenai penanggung jawab krisis dan

    perilaku menghukum terhadap krisis yang terjadi. Tujuannya untuk melihat

    perbedaan atribusi yang diterima publik antara dua tiga kelompok yang disebut

    kelompok eksperimen positif, kelompok eksperimen negatif, dan kelompok kontrol.

    Penelitian lain yang juga berkaitan dengan Situational Crisis Communication Theory

    (SCCT) adalah penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2011) dengan judul

    Pengaruh Tanggung Jawab Perusahaan dalam Menanggulangi Krisis terhadap

    Reputasi Perusahaan. Penelitian yang dimuat dalam Jurnal Ilmu Komunikasi

    Universitas Atma Jaya Yogyakarta Volume 8 Nomor 2 Tahun 2011 ini menjelaskan

    mengenai pengaruh tanggung jawab krisis terhadap perusahaan menggunakan metode

    survei. Survei ini dilakukan pada 50 reseponden di level eksekutif manajemenPublic

    Relation perusahaan sektor riil dan jasa di Jakarta. Masing-masing responden

    menerima 8 pernyataan kuesioner yang mewakili dua variabel, yaitu variabel

    tanggungjawab organisasi dan reputasi organisasi. Ke-8 pernyataan itu diulang pada

    tiga stimulan kejadian krisis berdasarkan tipe krisis, yaitu kejadian krisis yang

    meninggalkan masalah, kejadian krisis yang tidak meninggalkan masalah, dan

    kejadian krisis akibat faktor eksternal.

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    39/148

    31

    Hipotesis dalam penelitian ini adalah tanggung jawab organisasi berpengaruh

    terhadap reputasi perusahaan. Hipotesis tersebut diuji dengan menggunakan tiga

    perlakuantipe kejadian krisis, mulai dari kejadian krisis yang meninggalkan masalah

    (RS Omni International), kejadian krisis yang tidak meninggalkan masalah (PT

    Nutrifood), dan kejadian krisis akibat faktor eksternal (PT Lapindo). RS Omni

    International dipilih sebagai perusahaan yang kejadian krisisnya meninggalkan

    masalah karena setelah kasus Prita, banyak bermunculan pasien yang merasa tidak

    mendapat pengobatan dengan benar. PT Nutrifood sebagai perusahaan yang

    mengalami kasus produk yang dikeluarkan diduga mengandung aspartem, setelah

    melakukan konferensi pers, krisis pun berakhir. Sedangkan kejadian krisis akibat

    faktor eksternal dialami oleh PT Lapindo karena menurut peneliti kejadian semburan

    lumpur di Sidoarjo tidak hanya berasal dari kesalahan pengeboran namun juga

    dampak dari bencana alam yang terjadi sebelumnya.

    Berkaitan dengan tipe kejadian krisis, maka hasil penelitian menunjukkan

    bahwa perusahaan yang mengalami krisis berkelanjutan tidak memiliki kemampuan

    yang baik dalam memilih tanggung jawab krisis yang berpengaruh pada reputasi,

    perusahaan yang tidak mengalami krisis berkelanjutan memiliki kemampuan yang

    baik dalam memilih tanggung jawab krisis sebagai upaya pemulihan reputasi dan

    pada perusahaan yang mengalami kejadian akibat faktor eksternal cenderung

    memiliki pilihan tanggung jawab krisis yang sudah baik sebagai upaya memperbaiki

    reputasi (Wulandari, 2011).

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    40/148

    32

    Kesamaan penelitian tersebut dengan penelitian saat ini adalah sama-sama

    mengaplikasikan SCCT. Namun, penggunaan metode yang dilakukan berbeda karena

    penelitian tersebut menggunakan metode survei sedangkan penelitian ini

    menggunakan metode eksperimental. Jika penelitian tersebut fokus pada pengaruh

    tanggung jawab krisis perusahaan terhadap reputasi perusahan, maka penelitian ini

    berfokus untuk melihat atribusi publik mengenai klaster penanggung jawab krisis

    yang kemudian dilihat pengaruhnya terhadap perilaku menghukum oleh publik.

    Tidak hanya krisis di Indonesia yang diaplikasikan dari SCCT, namun krisis

    yang terjadi di beberapa negara juga mengaplikasikan SCCT. Se-Hoon Jeong, Korea

    University, Korea yang berjudul Publics Responses To An Oil Spill Accident: aTest

    of The Attribution Theory and Situational Crisis Communication Theory (Jeong,

    2009). Penelitian yang dimuat di Public Relations Review 35 ini mengamati

    tanggapan publik terhadap kecelakaan tumpahan minyak yang dialami oleh

    perusahaan Samsung dengan mengaplikasikan Teori Situational Crisis

    Communication dan Teori Atribusi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat persepsi

    publik mengenai aktor yang bertanggung jawab terhadap kecelakaan tersebut, internal

    atribusi (organisasi sebagai pihak yang bertanggung jawab) atau eksternal atribusi

    (kecelakaan terjadi karena bencana sehingga perusahaan tidak bertanggung jawab).

    Selain itu, Jeong juga bertujuan untuk melihat atribusi publik dengan perilaku dan

    opini menghukum yang dilakukan terhadap perusahaan Samsung.

    Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental. Metode ini

    peneliti membagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok yang diberi perlakuan

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    41/148

    33

    dengan pemberitaan positif (sejarah CSR perusahaan), kelompok dengan pemberitaan

    negatif (sejarah kesalahan manajemen), dan kelompok tanpa diberi pemberitaan.

    Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemberian informasi negatif

    meningkatkan atribusi internal publik dan perilaku publik yang mengganggap

    perusahaan yang bertanggung jawab dan berhak dihukum. Hasil tersebut berbeda

    ketika yang diberikan adalah informasi positif, atribusi eksternal dan perilaku

    menghukum tidak setinggi ketika pemberian informasi negatif.

    Selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Coombs & Holladay (2009)

    dengan judul Further explorations of post-crisis communication: Effects of media

    and response strategies on perceptions and intentions. Penelitian ini dimuat di

    Public Relations ReviewVolume 35. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen

    kepada 184 mahasiswa dari Midwestern University dengan usia yang berkisar 17-56

    tahun. Responden dibagi menjadi empat kelompok dan dilakukan di dalam kelas.

    Empat kelompok tersebut adalah stimuli berupa informasi informasi sebelum terjadi

    ledakan kimia di Marcus Oil terjadi, informasi saat terjadi ledakan, dan informasi

    sesudah terjadi ledakan yang dimuat di media cetak,News Reutersdengan perbedaan

    isi berita, yaitu berita yang menunjukkan simpati perusahaan dan kompensasi yang

    diberi perusahaan. Sedangkan kedua kelompok lainnya diberi stimuli berupa

    informasi mengenai sebelum ledakan kimia di Marcus Oil terjadi, saat terjadi

    ledakan, dan sesudah ledakan pada berita berita di televisi, TV Lokal dengan

    perbedaan isi berita, yaitu berita yang menunjukkan simpati perusahaan dan

    kompensasi yang diberi perusahaan (Coombs & Holladay, 2009).

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    42/148

    34

    One-way anovadigunakan untuk mengukur pengaruh stimuli terhadap respon

    publik terhadap krisis. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa stimuli yang diberikan

    antara berita di media cetak dan televisi tidak memberikan pengaruh yang signifikan

    sehingga kedua dapat digunakan dalam komunikasi krisis kepada publik (Coombs &

    Holladay, 2009). Penggabungan strategi krisis akan tetap baik jika media cetak dan

    video, bahkan internet digunakan sebagai sumber berita . Hal ini penting untuk

    mempertimbangkan bahwa ketika organisasi dalam krisis organisasi tidak dapat

    menentukan bagaimana komentar publik yang muncul terkait reputasi organisasi yang

    sebelumnya disampaikan oleh juru bicara perusahaan dalam sebuah pemberitaan.

    Penelitian ini memiliki kesamaan dalam penggunaan metode penelitian, yaitu

    metode eksperimental. Selain itu, kesamaan juga terjadi pada salah satu perlakuan.

    Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah informasi dari media cetak,

    yaitu Jawa Pos dan Kompas sedangkan dalam penelitian tersebut informasi dari

    media cetak yang digunakan berasal dari News Reuters. Selain itu penelitian ini

    berfokus pada pengaruh media yang digunakan dalam menanggulangi krisis terhadap

    reputasi perusahaan. Sehingga perbedaan dengan penelitian saat ini adalah dari fokus

    penelitian karena penelitian ini lebih melihat atribusi publik mengenai klaster

    penanggung jawab krisis.

    Penelitian dalam komunikasi krisis juga dilakukan oleh An-Sofie Claeys,

    Verolin Cauberghe, dan Patrick Vyncke (2010). Penelitian dengan judul Restoring

    reputations in times of crisis: An experimental study of the Situational Crisis

    Communication Theory and the moderating effects of locus of controlyang dimuat

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    43/148

    35

    diPublic Relations Reviewvolume 36 ini dilakukan pada 316 responden yang dibagi

    dalam sembilan kelompok eksperimen. Responden dipilih secara acak dengan

    memilih dari kelompok masyarakat Belgia laki-laki dan perempuan dengan rata-rata

    usia 1770 tahun. Masing-masing kelompok diberi tiga berita dan dilakukan dengan

    dua kali pre-test. Penelitian ini memberikanperlakuant beserta kuisioner melalui new

    mediaatau secara online.

    Banyaknya kelompok perlakuan yang digunakan maka untuk mengecek hasil

    perlakuan digunakan penghitungan one-way anova. Hasil penelitian ini membuktikan

    bahwa dengan mencocokkan jenis krisis dengan tanggapan krisis tidak menyebabkan

    persepsi yang lebih positif mengenai reputasi. Hasil ini ternyata bertentangan dengan

    temuan Coombs dan Holladay (dalam Claeys dkk, 2010), yaitu menurut tipologi

    SCCT kita dapat memanipulasi jenis krisis melalui penilaian tanggung jawab krisis.

    Persamaan dalam penelitian ini adalah adalah penggunaan metode eksperimental

    dalam mengaplikasikan Situational Crisis Communication Theory (SCCT).

    Perbedaannya dalam melakukan perlakuan di penelitian tersebut dengan penelitian

    saat ini adalah penggunaan new media dan bertemu langsung kepada responden.

    Sehingga diharapkan dapat mengontrol responden dalam mengisi kuisioner yang

    diberikan.

    Examining the effects of mutability and framming on perceptions of human

    error and technical error crises: Implications for Situational Crisis Communication

    Theory merupakan judul penelitian W. T. Coombs, & S. J. Holladay (2010) yang

    dipublikasikan di The Handbook of Crisis Communications. Penelitian ini dilakukan

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    44/148

    36

    untuk melihat bagaimana tanggung jawab perusahaan kesalahan terhadap jenis krisis

    dan jenis kesalahan yang mengakibatkan krisis. Responden yang dipilih dalam

    penelitian ini adalah 74 mahasiswa di dua universitas di Midwestern. Penelitian ini

    menggunakan metode eksperimen. Perlakuan yang digunakan adalah 4 kelompok

    dengan dua kelompok jenis krisis (kecelakaan dan penarikan produk) dan dua

    kelompok tipe kesalahan (kesalahan manusia dan kesalahan teknik). Kecelakaan

    industri kilang minyak, Tosco di California menjadi manipulasi pada jenis krisis

    kecelakaan, sedangkan krisis botol air Perrier yang mengangung zat kimia berbahaya

    dijadikan manipulasi pada jenis krisis penarikan produk. Terdapat perbedaan yang

    signifikan tentang bagaimana stakeholder menerima situasi krisis antara kedua jenis

    krisis dan jenis kesalahan.

    Penelitian Se-Hoon Jeong diadopsi dalam penelitian ini karena dalam

    penelitian yang dilakukan olehnya dengan penelitian sekarang ini sama-sama

    mengaplikasian Situational Crisis Communication Theory dan Teori Atribusi pada

    sebuah krisis. Perbedaan dengan penelitian ini adalah objek yang diteliti berbeda

    karena peneliti menggunakan krisis semburan lumpur di Sidoarjo, Jawa Timur dan

    metode eksperimen yang dilakukan pun berbeda. Jika penelitian Jeong melakukan

    metode eksperimennya dengan memberi perlakuan kepada responden melalui e-mail,

    maka yang dilakukan peneliti pada metode eksperimennya kali ini dengan

    memberikan perlakuan secara langsung atauface-to-facekepada responden.

    Alasan mengadopsi penelitian Jeong pada penelitian ini karena krisis yang

    dialami Lapindo, perusahaan yang terkait dalam krisis ini telah berlangsung hingga

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    45/148

    37

    hampir tujuh tahun.Banyaknya kerusakan fisik dan psikologis yang dialami oleh

    korban masih terasa. Tidak hanya perusahaan yang terlibat, bahkan pemerintah pun

    ikut menjadi pihak yang dinilai bertanggung jawab atas peristiwa ini karena masalah

    yang berlarut-larut dan masih meninggalkan konflik. Dampak jika metode penelitian

    Jeong diterapkan dalam kasus Lapindo adalah membantu penulis untuk melihat

    pengaruh media dalam membentuk atribusi publik dalam menilai pihak yang

    bertanggung jawab terhadap krisis. Selain itu, penelitian yang dilakukan setelah tujuh

    tahun terjadinya krisis menjadi faktor lain yang membedakan antara penelitian ini

    dengan penelitian Jeong yang dilakukan satu bulan setelah kejadian krisis tumpahan

    minyak di laut oleh perusahaan Samsung.

    2.6 Kerangka Pemikiran

    Lapindo Brantas Inc. adalah perusahaan eksplorasi gas dan minyak yang

    merupakan joint venture antara PT. Energi Mega Persada Tbk. (50%), PT Medco

    Energi Tbk. (32%) dan Santos Australia (18%), di mana keluarga Bakrie melalui

    investasinya memegang kendali atas PT. Energi Mega Persada Tbk. Pada tanggal 29

    Mei 2006 di Desa Siring, serangkaian semburan lumpur terjadi, yang terdekat

    berjarak 200 meter dari situs eksplorasi yang dioperasikan oleh perusahaan di Desa

    Renokenongo (Lapindo, 2011). Berdasarkan pada fakta-fakta yang ada peneliti

    tertarik untuk meneliti atribusi publik mengenai krisis lumpur di Sidoarjo yang

    hingga tahun 2013 krisis masih terjadi karena masih ada korban yang belum

    menerima pembayaran lunas atas ganti rugi tanah dan bangunan mereka yang

    terendam lumpur.

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    46/148

    38

    Pemberitaan media massa yang melakukan pembingkaian terhadap krisis

    lumpur di Sidoarjo memiliki nilai positif, negatif, dan netral. Masing-masing media

    massa memiliki caranya sendiri untuk membingkai (framing) berita termasuk

    pemberitaan mengenai semburan lumpur di Sidoarjo, Jawa Timur yang juga

    melibatkan perusahaan Lapindo. Frames dalam komunikasi membantu membentuk

    framedalam pikiran.Cooper (dikutip dalam Coombs, 2007) menyebutkan bahwa cara

    pesan dibingkai membentuk bagaimana orang mendefinisikan masalah, penyebab

    masalah, atribusi tanggung jawab dan solusi untuk masalah. Melalui pemberitaan

    tersebut publik akan mencari tahu siapakah pihak yang dianggap bertanggung jawab

    terhadap krisis tersebut.

    Weiner (dikutip dalam Coombs, 2007) mengatakan bahwa teori atribusi

    mengemukakan bahwa orang mencari penyebab kejadian (membuat atribusi),

    terutama yang negatif dan tak terduga. Begitu pula yang disampikan oleh Coombs,

    2007) bahwa krisis bersifat tak terduga dan negatif. Kedua sifat dari krisis dan

    atribusi inilah yang kemudian menyatukan Teori Atribusi dapat digunakan dalam

    penelitian komunikasi krisis. Penelitian komunikasi krisis sering dilakukan dengan

    metode studi kasus untuk mendapat informasi mendalam mengenai krisis yang terjadi

    terutama bagi mereka yang terlibat dalam krisis (Coombs, 2007). Namun, beberapa

    penelitian sebelumnya telah menggunakan metode eksperimental untuk mendapat

    hasil yang dapat digeneralisasikan (Coombs, 2010).

    Begitu pula yang dilakukan dalam penelitian ini, penggunaan metode

    eksperimental bertujuan untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap atribusi publik.

  • 7/21/2019 Atribusi Publik Terhadap Krisis Semburan Lumpur Di Sidoarjo

    47/148

    39

    Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini adalah pemberitaan perusahaan yang

    terkait dengan krisis, PT Lapindo Brantas. Perlakuandiberikan kepada tiga kelompok

    yang berbeda, yaitu kelompok dengan perlakuan berita positif tentang PT Lapindo,

    perlakuan berita negatif tentang PT Lapindo, dan kelompok ya