Atonia uteri
-
Upload
gittana-tian -
Category
Health & Medicine
-
view
3.772 -
download
10
description
Transcript of Atonia uteri
Atonia Uteri, retensio plasenta, plasenta restan,
inversio plasenta
1. Siti N.S.2. Nurul A.3. Gitta W.4. Elva P.S5. Nur Isnaini6. Shillatud D.7. Heny P.8. Erly B.9. Rosy I.
10. Farrah D.11. Ratna N.12. Linda O.13. Dinnar P.14. Rochmawati R.J15. Hesti N.
Nama Kelompok
Atonia Uteri
adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir. Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri. Perdarahan postpartum dengan penyebab atonia uteri tidak terlalu banyak dijumpai karena penerimaan gerakan keluarga berencana makin meningkat.
Perbedaan uterus kontraksi baik dengan atonia uteri
Atonia uteri dapat terjadi pada ibu melahirkan dengan faktor predisposisi (penunjang ) seperti :Overdistention uterus (regangan rahim
berlebihan) seperti: gemelimakrosomia, polihidramnion, atau anak
terlalu besar.Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.Multipara dengan jarak kelahiran pendek.Kelelahan karena persalinan lama atau
persalinan kasep.Ibu dengan keadaan umum yang kurang baik,
anemis, malnutrisi, atau menderita penyakit menahun.
Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim.
Penyebab Atonia Uteri
Uterus tidak berkontraksi dan
lunak
Perdarahan segera setelah plasenta dan
janin lahir
Gejala Klinis Atonia Uteri
Atonia uteri dapat dicegah dengan managemen aktif kala III, yaitu pemberian oksitosin segera setelah bayi lahir (Oksitosin injeksi 10 Unit IM, atau 5 Unit IM dan 5 Unit Intravenous atau 10-20 Unit perliter Intravenous drips 100-150 cc/jam).
Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi resiko perdarahan pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai terapi.
Pencegahan atonia uteri.
Penanganan Umum1. Mintalah bantuan. Segera mobilisasi tenaga yang
ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat darurat.
2. Lakukan pemeriksaan cepat keadaan umum ibu termasuk tanda vital.
3. Jika dicurigai adanya syok segera lakukan tindakan. Jika tanda -tanda syok tidak terlihat, ingatlah saat melakukan evaluasi lanjut karena status ibu tersebut dapat memburuk dengan cepat.
4. Jika terjadi syok, segera mulai penanganan syok, oksigenasi dan pemberian cairan cepat. Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan transfusi darah.
5. Pastikan bahwa kontraksi uterus baik.
Penanganan Atonia Uteri
6. Lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah. Bekuan darah yang terperangkap di uterus akan menghalangi kontraksi uterus yang efektif. berikan 10 unit oksitosin IM.
7. Lakukan kateterisasi dan pantau cairan keluar-masuk.
8. Periksa kelengkapan plasenta Periksa kemungkinan robekan serviks, vagina, dan perineum.
9. Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.
10.Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah perdarahan berhenti), periksa kadar hemoglobin :
Penanganan Khusus
1. Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri.
2. Teruskan pemijatan uterus. Masase uterus akan menstimulasi kontraksi uterus yang menghentikan perdarahan.
3. Lakukan pemasangan infus dan pemberian uterotonika.
4. Uterotonika dapat diberikan bersamaan atau berurutan.
5. Jika uterus berkontraksi. Evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus berlangsung, periksa apakah perineum / vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera.
5. Jika uterus tidak berkontraksi maka bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina dan ostium serviks. Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong.
6. Antisipasi dini akan kebutuhan darah dan lakukan transfusi sesuai kebutuhan. Jika perdarahan terus berlangsung:
7. Bila semua tindakan diatas telah dilakukan tetapi masih terjadi perdarahan lakukan tindakan spesifik.
Teknik KBI ( Kompresi Bimanual Uteri )
PENATALAKSANAAN ATONIA UTERI
Teknik KBE ( Kompresi Bimanual Eksterna )
TEKNIK AORTA ABNOMINALIS
Retensio Plasenta
Retensio Plasenta adalah plasenta yang belum lepas setelah bayi lahir, melebihi waktu setengah jam (Manuaba, 2001: 432).
Jenis-jenis retensio plasenta
1. Plasenta adhesiva, 2. Plasenta akreta, 3. Plasenta inkreta, 4. Plasenta inkarserata
Gambar jenis-jenis retensio plasenta
Gejala Separasi/akreta parsial Plasenta
inkarserata
Plasenta akreta
Konsistensi uterus Kenyal Keras cukup
Tinggi fundus Sepusat 2 jari bawah pusat sepusat
Bentuk uterus Discoid agak globuler discoid
Perdarahan sedang-banyak Sedang sedikit/tidak ada
Tali pusat terjulur sebagian Terjulur tidak terjulur
Ostium uteri Terbuka Konstriksi terbuka
Separasi plasenta lepas sebagian sudah lepas melekat seluruhnya
Syok sering Jarang jarang sekali, kecuali akibat
inversio oleh tarikan kuat
pada tali pusat
Gambaran dan dugaan penyebab retensio plasenta
1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus
2. Plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan (disebabkan karena tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III)
3. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta
4. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korealis menembus desidua sampai myometrium-sampai dibawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta)
Penyebab dan akibat retensio plasenta
Placenta manual merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan retensio placentaKejadian retensio placenta berkaitan dengan :
Grandemulti para dengan implantasi dalam bentuk placenta adhesiva, placenta akreta, dan placenta perkreta.
Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan.
Persiapan Placenta ManualHandscoon steril panjang.Desinfektan untuk genitalia eksterna
Plasenta Manual
Sebaiknya dengan narkosa, untuk mengurangi sakit dan menghindari syok.
Tangan kiri melebarkan genetalia eksterna, tangan kanan dimasukkan secara obstetri sampai mencapai tepi placenta dengan menelusuri tali pusat.
Tepi placenta dilepaskan dengan ulnar tangan kanan sedangkan tangan kiri menahan fundus uteri sehingga tidak terdorong ke atas.
Setelah seluruh placenta dapat dilepaskan, maka tangan dikeluarkan bersama dengan placenta.
Dilakukan eksplorasi untuk mencari sisa placenta atau membrannya.
Kontraksi uterus ditimbulkan dengan memberikan uterotonika.
Tekhnik
Gambar Plasenta manual
Tindakan placenta manual dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :
Terjadi perforasi uterusTerjadi infeksi akibat terdapat sisa
placenta atau membran dan bakteria terdorong ke dalam rongga rahim
Terjadi perdarahan karena atonia uteri.
Komplikasi Tindakan Placenta Manual
Observasi kontraksi uterus setiap 15 menit pada 1 jam pertama. Pada jam kedua setiap 30 menit.
Observasi TD dan nadi setiap 15 menit pada 1 jam pertama. Pada jam kedua setiap 30 menit.
Observasi suhu setiap 1 jam.Observasi TFU, UC dan kandung kemih setiap 15
menit pada 1 jam pertama. Pada jam kedua setiap 30 menit.
Observasi perdarahan.Pemenuhan kebutuhan cairan dengan RL.Pemenuhan kebutuhan nutrisi.Pemberian terapi obat terutama antibiotik dan
analgesik.Pemberian tablet Fe.Pemberian vit A.
Asuhan Kebidanan Pada Post Placenta Manual
Plasenta Restan
Plasenta Restan adalah tertinggalnya sebagian plasenta (satu atau lebih lobus) dan uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini menimbulkan perdarahan. Plasenta Restan merupakan adanya sisa plasenta yang sudah lepas tapi belum keluar dan ini akan menyebabkan perdarahan banyak.
Penemuan secara dini hanya mungkin dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa plasenta dengan perdaraahan post partum, sebagian pasien akan kembali lagi ke tempat persalinan dengan keluhan perdarahan.
Lakukan periksa dalam, keluarkan selaput ketuban dan bekuan darah yang masih tertinggal.
Lakukan masase uterus.Jika ada perdarahan hebat, ikuti langkah-
langkah pelaksanaan atonia uteri.
Penanganan
Insersio Uterus
• Inversio uterus adalah keadaan dimana lapisan dalam uterus (endometrium) turun dan keluar lewat ostium uteri eksternum yang dapat bersifat inkomplit sampai komplit. (Sarwono, 2009)
Faktor penyebab inversio uteri
Adanya atonia uteri, serviks yang masih membuka lebar, dana daya kekuatan yang menarik fundus ke bawah atau ada tekanan pada fundus uteri dari atas atau tekanan intra abdominal yang keras dan tiba-tiba. (Sarwono, 2009)
Klasifikasi inversio uteriBerdasarkan perkembangan inversio uteriBerdasarkan tingkat keparahannyaBerdasarkan waktu terjadinya
Tanda dan gejala inversio uteri Inversio uteri ditanda gejalai dengan :Syok karena kesakitan yang mengalami
inverse yang diperkirakan terjadi akibat peregangan saraf peritoneum dan ovarium yang tertarik ketika fundus
Fundus uteri sama sekali tidak teraba atau teraba lekukan pada fundus
Perdarahan yang bisa terjadi bisa tidak, bergantung pada derajat perlekatan plasenta ke dinding uterus
Diagnosis dan gejala klinis inversio uteri Dijumpai pada kala III atau post partum
dengan gejala nyeri yang hebat,perdarahan yang banyak sampai syok. Apalagi bila plasenta masih melekat dan sebagian sudah ada yang terlepas dan dapat terjadi strangulasi dan nekrosis.
Pada pemeriksaan dalam :Bila masih inkomplit maka pada daerah
simfisis uterus teraba fundus utericekung ke dalam.
Bila komplit, di atas simfisis uterus teraba kosong dan dalam vagina terabatumor lunak.
Kavum uteri sudah tidak ada (terbalik)
PenatalaksanaanKaji ulang indikasiKaji ulang prinsip dasar perawatan dan pasang infusBerikan petidin dan diazepam IV dalam semprit
berbeda secara perlahan-lahan, atau anestesia umum jika diperlukan
Basuh uterus dengan larutan antiseptic dan tutup dengan kain basah (dengan NaCl hangat) menjelang operasi
Pencegahan inversi sebelum tindakan
Koreksi ManualPasang sarung tangan DTTPegang uterus pada daerah insersi tali pusat dan
masukkan kembali melalui servix. Gunakan tangan lain untuk membantu menahan uterus dari dinding abdomen. Jika plasenta masih belum terlepas, lakukan plasenta manual setelah tindakan koreksi.
Jika koreksi manual tidak berhasil, lakukan koreksi hidrostatik.
Koreksi HidrostatikPasien dalam posisi trendelernburg-dengan
kepala lebih rendah sekitar 50cm dari perineumSiapkan sistem bilas yang sudah di disinfeksi,
berupa selang 2m berujung penyemprot berlubang lebar. Selang disambung dengan tabung berisi air hangat 3-5 liter (atau NaCl atau infus lain) dan pasang setinggi 2m.
Identifikasi fornik posteriorPasang ujung selang douche pada fornik
posterior sampai menutup labia sekitar selang dengan tangan
Guyur air dengan leluasa agar menekan uterus ke posisi semula
Perawatan pasca tindakanJika inversi sudah diperbaiki, berikan infus
oksitosin 20 unit dalam 500ml IV (NaCl 0,9%/RL) 10 tetes/menit
Berikan antibiotic profilaksis dosis tunggalLakukan perawatan pasca bedah jika diberikan
koreksi kombinasi abdominal vaginaJika ada tanda infkesi berikan antibiotika
kombinasi sampai pasien bebas demam selama 48 jam
Berikan analgesik jika perlu
Terima kasih