ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis...

95

Transcript of ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis...

Page 1: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan
Page 2: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis

Tumbuhan Obat IndonesiaVolume 1

Page 3: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan
Page 4: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Penerbit IPB PressIPB Science Techno Park,Kota Bogor - Indonesia

C.01/1.2017

Editor:

Mohamad Rafi

Rudi Heryanto

Dewi Anggraini Septaningsih

ATLASKromatografi Lapis Tipis

Tumbuhan Obat IndonesiaVolume 1

Page 5: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Judul Buku: Atlas Kromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

Editor: Mohamad Rafi, Rudi Heryanto, Dewi Anggraini Septiningsih

Penyunting Tipografi: Atika Mayang Sari

Desain Sampul: Maudy Hardiyanti

Penata Isi: Andreas Levi Aladin

Korektor: Dwi M Nastiti

Jumlah Halaman: 78 + 18 halaman romawi

Edisi/Cetakan:Cetakan 1, Januari 2017

PT Penerbit IPB PressAnggota IKAPIIPB Science Techno ParkJl. Taman Kencana No. 3, Bogor 16128Telp. 0251 - 8355 158 E-mail: [email protected]

ISBN: 978-602-440-023-1

Dicetak oleh Percetakan IPB, Bogor - IndonesiaIsi di Luar Tanggung Jawab Percetakan

© 2017, HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari penerbit

Page 6: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya Buku Atlas Kromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia Volume 1 dapat diterbitkan. Buku ini diterbitkan sebagai salah satu sumbangsih Pusat Studi Biofarmaka Tropika Institut Pertanian Bogor (Trop BRC-IPB) bagi pengembangan metode standardisasi tumbuhan obat Indonesia dalam kerangka jaminan keamanan, kualitas, dan khasiat obat herbal Indonesia.

Buku ini membahas konsep standardisasi tumbuhan obat, penggunaan kromatografi lapis tipis (KLT) sebagai salah satu teknik analisis kimia untuk kepentingan kendali mutu bahan baku obat herbal, dan contoh-contoh metode analisis sidik jari KLT beberapa tumbuhan obat yang telah dikembangkan di Trop BRC-IPB. Kami berharap dengan terbitnya buku ini, sidik jari KLT dapat didorong menjadi salah satu cara dalam melakukan kendali mutu bahan baku tumbuhan obat untuk berbagai kepentingan. Bahan baku bermutu menjamin dihasilkannya produk obat herbal Indonesia dengan mutu yang baik dan konsisten sehingga mampu bersaing dalam pasar lokal maupun internasional.

Trop BRC-IPB mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terbitnya Buku Atlas Kromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia Volume 1 terutama kepada para penulis, Ditjen Kelembagaan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Pendidikan Tinggi - Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi melalui program Pusat Unggulan Ipteks Perguruan Tinggi, dan Divisi Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA IPB yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian pengembangan metode analisis sidik jari KLT tumbuhan obat Indonesia bersama dengan Trop BRC-IPB. Semoga buku ini menjadi penyokong

Page 7: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

vi

pengembangan standardisasi bahan baku tumbuhan obat Indonesia, sehingga pada akhirnya peningkatan kualitas bahan baku untuk produksi obat herbal di industri obat herbal yang ada di Indonesia dapat tercapai.

Bogor, November 2016

Dr. Irmanida Batubara, S.Si, M.Si

Kepala Pusat Studi Biofarmaka Tropika IPB

Page 8: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Editorial

Melalui pemberitaan resmi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia ataupun media lainnya banyak sekali kita mendengar adanya produk obat herbal palsu. Produk tersebut dikatakan palsu diantaranya karena menggunakan bahan baku yang tidak sesuai sehingga dapat berakibat negatif bagi kesehatan konsumen. Bentuk ketidak sesuaian yang ada salah satunya adalah penggunaan bahan baku yang tidak autentik. Keautentikan bahan baku ini menjadi hal yang penting karena umumnya pemalsuan terjadi dalam rangka menekan biaya produksi ataupun meningkatkan penampilan yang menarik. Diperlukan upaya menyeluruh untuk menangani isu terkait keamanan obat herbal ini. Standardisasi hulu ke hilir dalam pengembangan obat herbal merupakan upaya yang dapat memberikan jaminan keamanan, khasiat, dan kualitas yang baik bagi masyarakat Indonesia. Adapun komponen penting dalam proses standardisasi adalah tersedianya metode kendali mutu, suatu metode analisis yang teliti, tepat, dan handal.

Saat ini, metode analisis yang digunakan untuk tujuan identifikasi dan autentikasi bahan baku produk obat herbal didasarkan pada pengukuran konsentrasi dari satu atau segolongan komponen kimia yang dikenal memiliki aktivitas farmakologi tertentu pada obat herbal tersebut. Namun, pendekatan ini tidak dapat memberikan gambaran menyeluruh akan kualitas suatu bahan/obat herbal karena pada prinsipnya mutu, keamanan dan khasiat bahan/obat herbal ditentukan oleh sifatnya yang multikomponen. Oleh karena itu, diperlukan metode kendali mutu yang yang sesuai dengan karakter multikomponen dari bahan baku/obat herbal. Metode dengan pendekatan analisis sidik jari dapat memberikan informasi semua atau kelas komponen kimia untuk evaluasi bahan baku/obat herbal. Analisis sidik jari termasuk ke dalam analisis metabolomik telah banyak dikembangkan untuk kendali mutu bahan baku obat herbal.

Page 9: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

viii

Cara ini berfokus pada kemiripan maupun ketidakmiripan antar bahan baku yang berasal dari spesies tumbuhan yang berdekatan maupun memiliki kemiripan bentuk. Profil sidik jari ini dapat diperoleh menggunakan berbagai teknik analisis seperti kromatografi lapis tipis (KLT). Berdasarkan hal ini maka kami berinisiatif mengembangkan metode analisis sidik jari beberapa tumbuhan obat Indonesia menggunakan KLT. Hasilnya coba kami tuangkan dalam buku ini.

Buku Atlas Kromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia Volume 1 ini kami terbitkan dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan akan metode analisis untuk kendali mutu bahan baku obat herbal yang handal. Dalam buku ini kami memaparkan sidik jari KLT 6 tumbuhan obat Indonesia yaitu jahe, temulawak, meniran, pegagan, sambiloto, dan kumis kucing. Kami berharap buku ini akan terbit pula untuk volume selanjutnya dengan sidik jari KLT tumbuhan obat Indonesia lainnya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah menjadi kontributor dalam penulisan maupun pelaksanaan penelitian untuk isi buku ini. Teruntuk (Almarhumah) Prof. Dr. Ir. Latifah Kosim Darusman, MS dan (Almarhum) Drs. Edy Djauhari Purwakusumah, M.Si kami haturkan terima kasih atas segala curahan ilmu dan ide dalam hal standardisasi obat herbal Indonesia dan juga inisiasi penerbitan buku ini. Materi buku ini dihasilkan dari penelitian yang didanai oleh Hibah Kompetitif Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi. Semoga dengan adanya buku ini memberi manfaat bagi pemangku kepentingan dan juga menjadi langkah pengembangan berikutnya dalam proses standardisasi obat herbal di Indonesia.

Bogor, November 2016

Editor

Page 10: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Kontributor

Rudi Heryanto, Departemen Kimia FMIPA dan Pusat Studi Biofarmaka Tropika LPPM Institut Pertanian Bogor

Latifah Kosim Darusman, Departemen Kimia FMIPA dan Pusat Studi Biofarmaka Tropika LPPM Institut Pertanian Bogor

Wulan Tri Wahyuni, Departemen Kimia FMIPA dan Pusat Studi Biofarmaka Tropika LPPM Institut Pertanian Bogor

Mohamad Rafi, Departemen Kimia FMIPA dan Pusat Studi Biofarmaka Tropika LPPM Institut Pertanian Bogor

Dewi Anggraini Septaningsih, Pusat Studi Biofarmaka Tropika LPPM Institut Pertanian Bogor

Antonio Kautsar, Pusat Studi Biofarmaka Tropika LPPM Institut Pertanian Bogor

Akrom Efendi, Departemen Biokimia FMIPA Institut Pertanian Bogor

Edy Djauhari Purwakusumah, Departemen Biokimia FMIPA dan Pusat Studi Biofarmaka Tropika LPPM Institut Pertanian Bogor

Aditya Utama Fatahillah, Departemen Kimia FMIPA Institut Pertanian Bogor

Innaya Shofa, Departemen Biokimia FMIPA Institut Pertanian Bogor

Page 11: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan
Page 12: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

BismillahirrohmanirrohimDengan rahmat Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.

Dengan ini Kami persembahkan karya ini untuk (Almarhumah) Prof. Dr. Ir. Lati fah Kosim Darusman, MS (1953–2016)

(Almarhum) Drs. Edy Djauhari Purwakusumah, MSi (1963–2015)Terima kasih banyak untuk semua ilmu, didikan, dan pengalaman

yang sangat berarti bagi kami semua di Pusat Studi Biofarmaka Tropika,LPPM IPB.

Page 13: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan
Page 14: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................... v

Editorial ................................................................................................... vii

Kontributor ............................................................................................... ix

Daftar Isi ................................................................................................. xiii

Daftar Gambar ......................................................................................... xv

Daftar Tabel ............................................................................................xvii

BAB 1 Karakteristik Keragaan Kimiawi Tumbuhan Obat ........................1

BAB 2 Standardisasi untuk Obat Herbal Berkualitas ..............................7

BAB 3 Kendali Mutu Tumbuhan Obat Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis .................................................................................. 21

BAB 4 Sidik jari Kromatografi Lapis Tipis.............................................. 37

Jahe ........................................................................................... 37

Temulawak ................................................................................ 42

Meniran ..................................................................................... 47

Pegagan ..................................................................................... 53

Sambiloto .................................................................................. 60

Kumis Kucing ............................................................................. 65

Page 15: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan
Page 16: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1 Tiga isu kunci yang menjadi parameter prioritas dalam setiap tahapanpengembangan obat herbal ..........................................................................7

2 Keterkaitan antara proses pengembangan obat herbal dan kriteria 3K yang dihubungkan dengan standardisasi sebagai strategi pencapainnya ................................................................................................9

3 Kerangka pikir penjaminan kualitas obat herbal. GAP: Good agricultural practice, GACP: Good agricultural and collection practice, GPAIP: Good plant authentication and identification practice, GMP: Good manufacturing practice. Aflatoksin/mikotoksin, logam berat, pestisida, dan pemalsuan .......................................................10

4 Berbagai metode yang tesedia untuk kendali mutu tumbuhan obatdan obat herbal ...........................................................................................18

5 Tahapan dalam analisis sidik jari KLT ...........................................................28

6 Macam-macam tipe bilik kromatografi lapis tipis: flat bottom (a), dan twin trough (b) .....................................................................................31

7 Derivatisasi pita senyawa pada temulawak dengan pewarna fast blue (a): jahe dengan vanilin (b); dan anisaldehida (c); pegagan dengan Lieberman Burchard .......................................................................32

8 Dokumentasi sidik jari KLT daun jati belanda (fase diam: silika gel F254, fase gerak: heksana-etil asetat (60:40)) di bawah sinar UV 254 nm (a),UV 366 nm (b), sinar tampak (c), dan derivatisasi menggunakan vanilinpada sinar tampak (d) .......................................................................33

Page 17: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

xvi

9 Sidik jari KLT dari beberapa variasi tanaman yang memiliki kemiripanmorfologi (1 = bandotan, 2 = dandang gendis, 3 = sinensetin, 4 = kumis kucing, 5 = teh-tehan) .................................................................34

10 Rimpang jahe ...............................................................................................37

11 Sidik jari KLT jahe menggunakan pereaksi anisaldehida untuk pendeteksipita yang dilihat di bawah (b) sinar tampak. Tanpa menggunakan pereaksi anisaldehida dilihat di bawah (a) UV 254 nm ...............................40

12 Tanaman temulawak (a) rimpang temulawak (b) .......................................42

13 Sidik jari KLT temulawak menggunakan pereaksi anisaldehida untukpendeteksi pita yang dilihat di bawah sinar tampak ...................................44

14 Meniran .......................................................................................................47

15 Sidik jari KLT dengan pereaksi pendeteksi anisaldehida dilihat pad asinar tampak (a) daun meniran dan petai cina serta (b) herba meniran dan daun petai cina .....................................................................................51

16 Pegagan .......................................................................................................53

17 Sidik jari KLT pegagan menggunakan pereaksi Liebermann Burchard untuk pendeteksi pita yang dilihat di bawah (a) UV 366 nm (b) sinar tapak ..............................................................................................56

18 Sambiloto ....................................................................................................60

19 Sidik jari KLT sambiloto dengan deteksi (a) uv 254 nm dan (b) disemprot menggunakan pereaksi anisaldehida dilihat di bawah sinar tampak ................................................................................63

20 Kumis kucing ...............................................................................................65

21 Sidik jari KLT pemisahan kumis kucing dari beberapa daerah 1 = kumiskucing putih dari Bandung, 2 = kumis kucing ungu dari Bandung, 3 = Bogor, 4 = sinensetin, 5 = kumis kucing putih Jember,6 = kumis kucing putih Pekalongan,7 = kumis kucing putih Tuban. .....................................................................68

22 Sidik jari KLT pemisahan kumis kucing dengan sinar UV 254 nm (a),sinar UV 366 nm (b), dan pereaksi natural product di bawah sinar UV 366 nm (C) .....................................................................................69

Page 18: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

DAFTAR TABEL

No Halaman

1 Parameter standardisasi tumbuhan obat dan produk obat herbal .............11

2 Keuntungan KLT ...........................................................................................25

3 Fase gerak yang umum digunakan dalam pemisahan golongan senyawa umum pada tumbuhan obat dengan silika gel sebagai fase diam ..............30

Page 19: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan
Page 20: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Bab 1Karakteristik Keragaan Kimiawi Tumbuhan ObatR Heryanto dan LK Darusman

Tumbuhan (obat) telah menjadi bagian integral dari farmakoterapi sepanjang sejarah manusia. Bersama dengan bahan hayati yang lain,

tumbuhan obat memiliki peran penting sebagai sumber berharga untuk penemuan molekul bioaktif dari sejak permulaan pendekatan penemuan obat rasional digunakan pada abad ke-19. Newman & Cragg (2016) melakukan ulasan tentang sumber dari obat baru yang telah diizinkan untuk digunakan dalam pengobatan penyakit manusia. Ulasan dilakukan untuk data obat sepanjang 34 tahun dari 1981 sampai 2014. Hasil ulasan menunjukkan bahwa hampir 52% entitas kimia obat baru bersumber dari bahan alam, baik itu merupakan bahan alam langsung, turunannya, maupun terinspirasi dari bahan alam. Hal ini memberikan penekanan bahwa bahan alam yang bersumber dari tumbuhan obat atau bahan hayati lainnya terus memainkan peran yang sangat signifikan dalam proses penemuan dan pengembangan obat.

Terlepas dari dampaknya terhadap penemuan obat, bahkan jauh sebelum itu, tumbuhan obat memainkan peran penting untuk perawatan kesehatan manusia sebagai dasar dari obat-obatan herbal, sering disebut sebagai fitofarmaseutikal atau obat botani. Obat herbal merupakan bagian integral dari sistem pengobatan tradisional di seluruh dunia. Diperkirakan bahwa 70% dari populasi dunia tidak memiliki akses ke obat-obatan konvensional dan karena itu bergantung pada pengobatan tradisional termasuk penggunaan obat-obatan herbal sebagai sumber utama dalam perawatan kesehatan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), obat-obatan herbal didefinisikan sebagai material atau preparat

Page 21: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

2

turunan tanaman dengan fungsi terapetik atau memberikan manfaat untuk kesehatan manusia yang mengandung baik bahan-bahan mentah atau olahan dari satu atau lebih tanaman.

Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan tradisional yang dikenal banyak menggunakan tumbuhan obat sebagai bagian dalam proses pengobatannya. Tentunya tidak terlupa adalah jamu sebagai obat herbal yang digunakan untuk penyembuhan penyakit dan pemelihara kesehatan. Jamu yang beredar di kalangan masyarakat Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu jamu, ekstrak terstandar, dan fitofarmaka yang saat ini penamaannya sedang dirumuskan untuk diganti menjadi jamu empiris, jamu ekstrak terstandar, dan jamu fitofarmaka. Jamu merupakan obat herbal yang disediakan secara tradisional dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur. Jenis ini tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan uji klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris dan bukti bahwa ramuan tersebut aman. Ekstrak terstandar berasal dari ekstrak tumbuhan yang diketahui bahan aktifnya atau senyawa penciri dan mempunyai khasiat yang telah diuji secara preklinis dan uji toksisitas subkronis. Sementara itu, fitofarmaka adalah ekstrak yang telah memenuhi syarat untuk ekstrak terstandar dilengkapi dengan uji klinis. Dari semua sistem pengobatan tradisional yang memanfaatkan tanaman obat, terdapat satu karakteristik yang sama yaitu menggunakan pola pembedaan sindrom yang kompleks sebagai alat diagnosis yang diikuti dengan pengobatan menggunakan formula obat yang juga kompleks.

Paradigma Pengembangan Obat Herbal dari Tumbuhan Obat

Tumbuhan obat, sebagaimana diulas oleh Newman & Cragg (2016) telah banyak berperan sebagai sumber dalam penemuan obat yang dikembangkan dengan basis ide ‘one-drug-one-target lock-and-key model’. Metode pengembangan obat ini yang menekankan kesederhanaan kimiawi dengan mencari komponen aktif dalam tumbuhan (single chemical entity) telah menghasilkan banyak opsi untuk pengobatan penyakit. Namun demikian, beberapa riset terkini menunjukkan adanya keterbatasan dalam pendekatan tersebut, terutama untuk penyakit-penyakit yang kejadian

Page 22: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Bab 1Karakteristik Keragaan Kimiawi Tumbuhan Obat

3

dan gerak maju berkembangnya karena multifaktor dan multipatologis, seperti untuk penyakit-penyakit degeneratif diabetes, kardiovaskular, dan kanker. Kemudian, saat ini berkembang suatu ide bahwa obat yang mengandung molekul-molekul kimia berkemampuan menginterferensi secara simultan multitarget, boleh jadi lebih efektif dibanding obat ‘single target’. Paradigma penemuan obat berasas pada “multi-component drugs for multiple targets”.

Obat herbal biasanya tersusun oleh beberapa tumbuhan obat sehingga bisa berarti merupakan representasi dari kumpulan senyawa kimia. Dengan demikian, secara inheren obat herbal dapat memenuhi kriteria sebagai obat multikomponen untuk multitarget. Dalam prinsip ini, senyawa kimia yang berasal dari beberapa tumbuhan berinteraksi satu sama lain, saling memoderasi atau beroposisi, atau saling meningkatkan kinerjanya dalam cara aditif atau dengan kata lain suatu aksi sinergistik.

Sinergi dapat diartikan ketika kombinasi dari zat memberikan efek yang lebih besar dibanding kontribusi dari individual penyusunnya. Riset sinergi di bidang fitomedisin telah memantapkan dirinya sebagai suatu aktivitas kunci dalam proses pengembangan obat herbal. Salah satu tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menemukan alasan saintifik untuk keunggulan terapi ekstrak obat herbal dibandingkan dengan konstituen tunggalnya. Eksplorasi yang dilakukan oleh Yang et al. (2014) dari berbagai penelitian terkait obat herbal memperlihatkan bahwa mekanisme yang mendasari kerja terapetik sinergistik adalah 1) agen yang berbeda meregulasi target yang sama atau berbeda dalam beragam lintasan, dan berkerja sama dalam cara agonistik, cara sinergistik; 2) mengatur enzim dan pengangkut yang terlibat pada metabolisme hati dan usus untuk meningkatkan bioavalibilitas obat oral; 3) mengatasi mekanisme resistensi obat dari mikrob atau sel kanker; dan 4) menghilangkan efek merusak dan meningkatkan potensi farmakologis dari ‘agen’ atau melalui interaksi obat-obat.

Keragaan Kimiawi Tumbuhan ObatKonsep sinergistik mensyaratkan bahwa aktivititas biologi tumbuhan

obat tidak dapat hanya diatributkan pada satu senyawa aktif saja, tetapi merupakan hasil interaksi dari berbagai konstituen kimiawi tumbuhan

Page 23: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

4

yang saling bekerja sama menghasilkan efek klinik yang teramati sehingga memandang hal tersebut maka pengetahuan terkait bagaimana karakter keragaman kimiawi dalam tumbuhan obat menjadi penting.

Dari sudut pandang tumbuhan obat, efek medisinal yang menguntungkan dari penggunaan material tumbuhan biasanya dihasilkan dari kombinasi metabolit sekunder yang ada dalam tumbuhan tersebut. Berbeda dengan metabolit primer seperti karbohidrat, lipid, protein, heme, klorofil, dan asam nukleat yang umum untuk semua tanaman dan terlibat dalam proses metabolisme utama membangun dan memelihara sel-sel tumbuhan, metabolit sekunder seringkali unik untuk spesies atau kelompok tumbuhan tertentu.

Metabolit sekunder dihasilkan oleh tumbuhan untuk berbagai peran penting dalam aspek ekofisiologinya. Metabolit sekunder digunakan untuk peran defensif terhadap herbivora, serangan patogen, kompetisi antar tumbuhan, dan atraktan terhadap organisme bermanfaat seperti penyerbuk atau simbion. Metabolit sekunder juga memiliki peran potensial pada tingkat sel tumbuhan sebagai pengatur tumbuh, modulator ekspresi gen, dan tansduksi sinyal.

Senyawa metabolit sekunder biasanya diklasifikasikan menurut jalur biosintesisnya. Tiga kelompok besar metabolit sekunder adalah fenolat, terpena dan steroid, serta alkaloid. Di dalam tumbuhan, kelompok senyawa kimia ini dibentuk dan diuraikan melalui proses metabolisme yang didasari oleh kemampuan genetik dan perubahan kesetimbangan dinamik yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Oleh karena itu, jenis, kandungan, dan proporsi dari senyawaan metabolit sekunder dalam suatu tumbuhan obat akan bervariasi bergantung pada potensi genetik yang dimilikinya dan faktor abiotik dan biotik di mana tumbuhan tersebut hidup. Figueiredo et al. (2008) menjelaskan bahwa keberadaan, rendemen, dan komposisi senyawa volatil dalam minyak atsiri dipengaruhi oleh banyak aspek di antaranya oleh variasi fisiologis, kondisi lingkungan, variasi geografis, serta faktor genetik dan evolusi.

Tantangan dalam Penilaian Kualitas Tumbuhan ObatMengingat bahwa variabilitas fitokimia merupakan karakter yang

melekat pada setiap bahan herbal, serta banyaknya faktor eksternal yang

Page 24: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Bab 1Karakteristik Keragaan Kimiawi Tumbuhan Obat

5

memengaruhi profil metabolit sekunder dari tumbuhan obat selama pertumbuhan, panen, dan pengolahan pascapanen maka harus disadari bahwa akan terdapat variasi konsentrasi konstituen bioaktif dari batch ke batch atas bahan baku tumbuhan obat yang digunakan ataupun produk obat herbal yang dihasilkan. Oleh karena itu, dalam proses pengembangan obat herbal perlu untuk memastikan kualitas yang tepat mulai dari bahan baku yang digunakan dan sejauh mungkin pemastian kualitas juga terjadi pada semua tingkatan manufaktur. Dengan kata lain diperlukan adanya proses standardisasi dari hulu ke hilir.

Dikarenakan campuran fitokimia yang kompleks adalah sifat bahan baku tumbuhan obat dan produk obat herbal, menstandardisasi keduanya bukanlah tugas yang mudah. Demikian pula halnya dalam mempersiapkan perangkat kendali mutu yang dapat memotret kekompleksan fitokimia terebut. Hal ini adalah tantangan yang unik. Saat ini metode kendali mutu yang umum digunakan adalah melakukan evaluasi bahan baku dengan menganalisis suatu senyawa penanda atau senyawa aktifnya. Namun, cara ini tidak memberikan gambaran yang lengkap tentang kualitas multikomponen bahan baku dan produk herbal. Oleh karena itu, metode-metode kendali mutu yang berlandaskan aspek multikomponen perlu dikembangkan. Metode-metode yang berlandaskan pada pengenalan pola seperti sidik jari spektroskopi atau kromatografi dapat menjadi alternatif untuk memastikan kualitas dari bahan baku dan produk obat herbal.

Daftar PustakaFigueiredo AC, Barroso JG, Pedro LG, Scheffer JJC. 2008. Factors affecting

secondary metabolite production in plants: Volatile components and essential oils. Flavour and Fragrance Journal. 23 (4): 213–226.

Newman DJ, Cragg GM. 2016. Natural products as sources of new drugs from 1981 to 2014. Journal of Natural Products. 79 (3): 629–661.

Yang Y, Zhang Z, Li S, Ye X, Li X, He K. 2014. Synergy effects of herb extracts: Pharmacokinetics and pharmacodynamic basis. Fitoterapia 92: 133–147

Page 25: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan
Page 26: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Bab 2 Standardisasi untuk Obat Herbal BerkualitasWT Wahyuni dan R Heryanto

Standardisasi Hulu ke Hilir Obat Herbal

Berbeda dengan konsumsi pangan pada umumnya yang lebih menitikberatkan pada penggunaan metabolit primer seperti protein,

karbohidrat, dan lipid, konsumsi obat herbal mengedepankan pada pemanfaatan metabolit sekunder yang telah dikenal memiliki fungsi pengobatan. Adanya fungsi pengobatan menyebabkan obat herbal menuntut beberapa persyaratan seperti kepastian metabolit sekunder apa yang terkandung di dalamnya, bagaimana profil metabolit tersebut, dan seberapa aman produk tersebut untuk dikonsumsi. Berkaitan dengan hal tersebut, kita mengenal tiga isu kunci yang menjadi parameter dalam proses pengembangan obat herbal, yaitu kualitas, keamanan, dan khasiat (3K) (Gambar 1)

Khas

Prod

Kua

iat

duk

litas

Keammanan

Gambar 1 Tiga isu kunci yang menjadi parameter prioritas dalam setiap tahapan pengembangan obat herbal

Page 27: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

8

Kualitas obat herbal menggambarkan tingkat/ukuran baik buruknya produk tersebut. Tantangan dalam menjaga kualitas obat herbal meliputi tantangan internal dan eksternal. Tantangan internal meliputi kompleksitas jenis metabolit sekunder yang dikandung dan ketidakseragaman kandungan/kadar metabolit sekunder. Sementara tantangan eksternal mencakup kontaminasi (logam berat, pestisida, mikroba, dan mikotoksin), pemalsuan bahan baku, dan kesalahan identifikasi bahan baku (Li et al. 2012). Kualitas obat herbal bergantung pada tumbuhan obat penyusunnya dan proses pengolahannya. Sementara kualitas tumbuhan obat secara keseluruhan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti pergantian musim, waktu panen, dan pengolahan pascapanen.

Penjaminan keamanan merupakan hal yang sangat penting dalam pengembangan obat herbal. Secara umum obat herbal dianggap aman karena telah digunakan secara turun-temurun. Namun demikian keamanan obat herbal perlu selalu dievaluasi untuk menghindari adanya kemungkinan kontaminasi, pemalsuan bahan baku, dan dosis konsumsi yang tidak tepat. Evaluasi terhadap keamanan suatu obat herbal dapat dilakukan melalui serangkaian uji untuk memastikan produk aman dari kontaminasi logam berat, pestisida, mikroba, dan mikotoksin, uji toksisitas, dan uji penentuan dosis.

Khasiat diartikan sebagai kemampuan produk obat herbal dalam memperbaiki kesehatan (IUPAC 2008). Sekalipun banyak obat herbal yang beredar berasal dari ramuan yang digunakan sejak zaman nenek moyang, namun hal tersebut tidak serta-merta menjamin khasiatnya. Berbeda dengan obat modern yang khasiatnya fokus terhadap satu penyakit tertentu berdasarkan specific etiopathological entities, obat herbal memiliki pendekatan menyeluruh meliputi khasiat untuk kesehatan fisik, mental, dan sosial. Khasiat suatu obat herbal dapat dievaluasi melalui serangkaian proses uji mulai dari uji in vitro, in vivo, hingga uji klinis.

Pendekatan Apa yang Digunakan untuk Mencapai 3K pada Setiap Tahapan Pengembangan Obat Herbal?

Upaya memenuhi tiga isu kunci dalam pengembangan obat herbal memerlukan strategi dan pendekatan yang tepat dan menyeluruh. Standardisasi merupakan strategi yang tepat dalam menjamin kualitas,

Page 28: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Bab 2 Standardisasi untuk Obat Herbal Berkualitas

9

khasiat, dan keamanan obat herbal. Standardisasi perlu dilakukan secara menyeluruh mencakup aspek bahan baku, proses produksi, dan produk obat herbal (Gambar 2).

Standardisasi merupakan suatu sistem untuk meyakinkan bahwa setiap paket obat yang dijual memiliki jumlah yang tepat dan akan menginduksikan efek terapetiknya (Chaudury 1992). Standardisasi merujuk pada kumpulan informasi dan kendali yang diperlukan untuk memproduksi material dengan keajegan yang cukup. Hal ini dicapai melalui minimalisasi variasi internal dari komposisi bahan alam melalui penerapan jaminan mutu pada proses pertanian dan manufaktur (American Herbal Product Association). Sementara itu, standardisasi menurut guidance on the quality of herbal medicinal products ialah upaya menyesuaikan/memastikan sediaan obat herbal memiliki kadar tertentu/akurat dari senyawa atau sekelompok senyawa dengan aktivitas terapeutik yang diketahui.

Bahan BBaku Prose

Produes

uk standardisaasi

Gambar 2 Keterkaitan antara proses pengembangan obat herbal dan kriteria 3K yang dihubungkan dengan standardisasi sebagai strategi pencapainnya

1. Parameter Standardisasi Obat HerbalStandardisasi dapat dilakukan meliputi parameter autentikasi bahan

baku, pemeriksaan parameter fisik, evaluasi sidik jari, maupun senyawa penanda dengan teknik kromatografi atau spektroskopi, pengujian mikrobiologi, residu pestisida, residu logam berat, hingga pengujian bioaktivitas (Tabel 1). Parameter standardisasi tersebut umumnya diterapkan terhadap bahan baku (tumbuhan obat) dan produk obat herbal yang dihasilkan. Sementara itu, standardisasi terhadap proses dapat dilakukan dengan menerapkan good practices yang meliputi

Page 29: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

10

Good Agricultural and Collection Practices (GACP), Good Manufacturing Practices (GMP), Good Plant Authentication and Identification Practice (GPAIP), dan Good Supply Practices (GSP) (Zhang et al. 2012). Gambar 3 memberikan ilustrasi mengenai kerangka fikir penjaminan 3K produk obat herbal.

GACP

GPAIP

Bahan b

Koleksi/

kultivasi

cG

GP

Prgen

Profitok

Prkonta

baku

ManBah

MP

PAIP

rofil nom

ofil kimia

rofil minan*

Kendali M

GAP, GACP

Prose

nufaktur an Baku

Auditvendor

Profil fitokimia

Profil kontaminan*

Mutu

P, GMP

es

Rantai Supla

cG

Ave

Prfitok

Pkonta

*

Produ

ai Manprod

GMP

Audit endor

rofil kimia

Profil aminan*

uk

nufaktur duk jadi

Gambar 3 Kerangka fikir penjaminan kualitas obat herbal. GAP: good agricultural practices, GACP: good agricultural and collection practice, GPAIP: good plant authentication and identification practice, GMP: good manufacturing practice. *Aflatoksin/mikotoksin, logam berat, pestisida, dan pemalsuan.

Page 30: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Bab 2 Standardisasi untuk Obat Herbal Berkualitas

11

Bioaktivitas merupakan parameter kualitas produk obat herbal terpenting yang perlu dipastikan. Pengujian bioaktivitas terdiri atas langkah yang kompleks meliputi pengujian secara in vitro, in vivo, hingga uji klinis. Bioaktivitas suatu obat herbal merupakan kontribusi dari konstituen metabolit sekunder yang terdapat di dalamnya. Obat herbal dapat dipandang sebagai sistem multikomponen yang terdiri atas beberapa konstituen kimia yang masing-masing memberikan konstribusi terhadap bioaktivitasnya. Keajegan komposisi dan kadar konstituen kimia sangatlah penting dalam menjaga konsistensi bioaktivitasnya. Oleh karena itu, monitoring terhadap konstituen kimia yang terkandung dalam tumbuhan obat penyusun obat herbal maupun produk obat herbal (baik dengan teknik kromatografi maupun spektroskopi) lazim dijadikan pendekatan untuk memeriksa bioaktivitasnya.

Tabel 1 Parameter standardisasi tumbuhan obat dan produk obat herbal

NoParameter

standardisasiPenjelasan

1 Autentikasi Merupakan langkah awal yang dilakukan terhadap tanaman obat yang digunakan sebagai bahan baku obat herbal. Autentikasi dilakukan untuk memastikan identitas spesies tanaman herbal dan verifikasi botani nama latinnya. Proses autentikasi meliputi pemeriksaan taksonomi serta studi makroskopik dan mikroskopik tanaman. Laporan autentikasi harus memuat dan disertai bagian tanaman, asal lokasi, identitas botani seperti phytomophology, microskopial, analisis histologi, dan identitas taksonomi.

2 Parameter Fisik

Uji terhadap parameter fisik meliputi; uji organoleptik (karakter sensori: rasa, kenampakan, bau, tekstur), viskositas, kadar air, pH, kadar abu, sedimentasi, kerapuhan, kekerasan, kemampuan mengalir, waktu hancur.

Page 31: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

12

NoParameter

standardisasiPenjelasan

3 Evaluasi Kromatografi dan Spektroskopi

Teknik standardisasi yang mutakhir dengan menggunakan spektroskopi: UV–vis, resonansi magnet inti (NMR), dan inframerah dekat (NIR), teknik kromatografi: kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi lapis tipis kinerja tinggi (KLT-KT), kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC) telah dikembangkan. Memberikan informasi kuantitatif dan semikuantitatif dari senyawa aktif utama maupun senyawa penanda (marker).

Teknik spektroskopi dan kromatografi juga digunakan untuk analisis sidik jari yang memegang peran penting pada kontrol kualitas obat herbal.

4 Parameter Mikrobiologi

Kontaminan mikrobiologi dapat diukur berdasarkan metode yang dicantumkan dalam farmakope herbal. Analisis mikroba meliputi analisis kandungan E. coli dan kapang, total viable aerobic count, total enteriobacteria, dan analisis aflatoxin.

5 Analisis Residu Pestisida

Pestisida yang perlu dianalisis ialah pestisida yang residunya banyak ditemukan seperti DDT, BHC, aldrin, dan taxofena. Ambang batas residu pestisida telah ditentukan oleh World Health Organization (WHO) dan Food and Agricultural Organization (FAO).

6 Analisis Logam Berat

Logam yang toksik seperti Cu, Zn, Mn, Fe, terutama Cd, As, Pb, dan Hg harus dianalisis.

Sumber: Mosihuzzaman & Choudhary (2008)

2. Aspek Praktis dalam Standardisasi Obat HerbalTelah dikemukakan dalam uraian sebelumnya bahwa standardisasi

mencakup beberapa parameter yang perlu diterapkan terhadap tumbuhan obat penyusun obat herbal, proses pengolahan/produksi, hingga produk obat herbal. Menurut Govindaraghavan & Sucher (2015), secara teknis untuk menjamin proses standardisasi berjalan dengan baik diperlukan adanya penjaminan kualitas yang meliputi:

Tabel 1 Parameter standardisasi tumbuhan obat dan produk obat herbal (lanjutan)

Page 32: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Bab 2 Standardisasi untuk Obat Herbal Berkualitas

13

a. Autentikasi dengan Sistem Klasik terhadap Tumbuhan Obat dan Penerapan Good Practices

Autentikasi tumbuhan obat yang digunakan untuk obat herbal merupakan aspek yang sangat penting dalam menjaga kualitas, keamanan, dan khasiatnya (3K). Dalam sistem autentikasi klasik, tumbuhan obat digambarkan, dijelaskan, dan diautentikasi berdasarkan karakter perbanyakan vegetatif, fenotipe bunga, dan buahnya. Karakter morfologi dari seluruh bagian tumbuhan diperlukan dalam sistem autentikasi klasik. Good authentication and identification practice (GAIP) merupakan hal yang penting diterapkan dalam autentikasi tumbuhan obat. Tahap awal dalam GAIP berisi pedoman operasional baku mengenai pembuatan voucher specimen. Baik tanaman obat yang dikultivasi maupun yang tumbuh obat yang tumbuh liar, voucher spesimennya harus terdiri atas seluruh biomassa atau bagian tanaman karena akan menggambarkan autentikasi spesies. Voucher specimen memuat informasi nomor identifikasi, waktu koleksi, nama pengoleksi, habitat tumbuh, koordinat geografis tempat tumbuh, ukuran populasi, sifat tanaman segar meliputi (warna, aroma, ukuran tanaman), serta nama kultivarnya. Voucher specimen dapat dibandingkan dengan reference voucher yang disimpan di herbarium untuk mengonfirmasi identitasnya.

Idealnya autentikasi dilakukan terhadap seluruh tumbuhan obat yang digunakan dalam setiap batch produksi produk obat herbal. Namun pada praktiknya, bahan baku obat herbal tidak selalu diperoleh dari sumber yang menerapkan kultivasi terstruktur. Bahan baku obat herbal seringkali diperoleh dari pengepul yang mengumpulkan tumbuhan obat yang tumbuh secara alami tanpa dikultivasi terstruktur. Bahan baku yang diperoleh dengan cara mengepul dijual di pasaran dalam bentuk yang telah disortasi (bukan tanaman utuh, hanya bagian yang digunakan untuk bahan baku produk obat herbal) dan dalam keadaan kering tanpa diketahui asal tumbuhnya sehingga autentikasi sangat sulit dilakukan. Bagian yang krusial dalam memberikan informasi autentikasi seperti bentuk, tipe, dan ukuran bunga, buah, dan daun seringkali tidak diperoleh pada bahan baku yang telah dikeringkan dan disortasi. Para pengepul perlu diberi panduan cara mengepul yang sesuai berupa Good Collecting Practices (GCP). GCP

Page 33: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

14

dapat berisi panduan mengenai identifikasi tanaman, wilayah/tempat yang disarankan, waktu/musim yang disarankan, serta peralatan dan cara pengepulan.

Di sisi lain, kualitas tumbuhan obat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain tempat tumbuh, perubahan iklim, waktu panen, dan proses pascapanen. Sekalipun penampakan secara fisik sangat identik, namun tanaman obat yang ditanam pada tempat, iklim, dan musim yang berbeda serta perlakuan pascapanen yang berbeda memiliki kemungkinan memiliki kandungan komponen kimia (jenis dan kadar) yang berbeda. Oleh karena itu, penerapan Good Agriculture and Collecting Practices (GACP) perlu diterapkan untuk menjamin konsistensi 3K.

b. Karakterisasi Makroskopik, Mikroskopik, dan Parameter Fisik Tumbuhan Obat

Karakter makroskopik dari bagian tertentu tumbuhan obat yang telah dikeringkan merupakan data penting dalam proses autentikasi. Sebagian besar farmakope dan monograf tanaman obat menyajikan informasi morfologi dan anatomi dari bagian tertentu tumbuhan obat (yang digunakan untuk pembuatan obat herbal) seperti daun pegagan, rimpang temulawak, dan sebagainya. Di samping informasi makroskopik, pada farmakope dan monograf juga diberikan informasi karakter mikroskopik berupa identifikasi senyawa penciri beserta protokol pengujiannya, tipe sel, tipe pembuluh, dan karakter mikroskopik lain yang diperiksa dengan bantuan mikroskop. Pemeriksaan makroskopik maupun mikroskopik ini secara praktis tidak selalu dilakukan oleh industri obat herbal karena memerlukan beberapa tahapan proses cukup panjang.

Pengujian terhadap sifat fisik tumbuhan obat dan produk obat herbal merupakan salah satu parameter standardisasi untuk menjamin kualitas tumbuhan obat dan obat herbal. Pengujian parameter fisik tersebut meliputi uji organoleptik (karakter sensori: rasa, kenampakan, bau, tekstur), viskositas, kadar air, pH, kadar abu, sedimentasi, kerapuhan, kekerasan, kemampuan mengalir, dan waktu hancur. Secara praktis, industri dan pelaku usaha seringkali hanya melakukan pengujian terhadap parameter fisik tertentu yang dinilai paling relevan dengan bahan baku dan produk obat herbal yang diproduksinya.

Page 34: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Bab 2 Standardisasi untuk Obat Herbal Berkualitas

15

c. Profil Fitokimia (Sidik jari) untuk Identifikasi dan Karakterisasi Tumbuhan Obat dan Obat Herbal

Pemeriksaan kandungan metabolit sekunder tumbuhan obat (baik yang dikultivasi maupun dikepul) merupakan salah satu metode penjaminan identitas dan kualitasnya. Profil fitokimia (sidik jari) yang dimiliki oleh suatu spesies menggambarkan seluruh konstituen fitokimia dalam suatu sampel yang terdeteksi oleh metode analisis sidik jari. Sidik jari suatu sampel bersifat khas dan menggambarkan identitasnya. Profil fitokimia suatu tumbuhan obat dapat digunakan untuk proses identifikasi tumbuhan obat juga untuk menghindari pemalsuan atau pencampuran simplisia dari tanaman yang mirip (misal simplisia daun meniran dicampur dengan daun petai cina. Profil fitokimia dari bagian daun, batang, bunga, dan buah suatu tanaman obat tertentu akan berbeda sehingga dapat digunakan untuk mengontrol terjadinya pencampuran. Sidik jari juga dapat digunakan untuk tumbuhan obat yang dipanen dari daerah yang berbeda maupun waktu panen berbeda.

d. Pemeriksaan Keberadaan Kontaminan dalam Tumbuhan ObatTumbuhan obat yang digunakan dalam pembuatan obat herbal harus

dipastikan bebas dari kontaminan seperti logam berat, residu pestisida, dan aflatoksi/mikotoksin. Logam berat dapat bersumber dari proses kultivasi (tanah yang tercemar logam berat) maupun proses pascapanen. Keberadaan logam berat (seperti Pb, Hg, Cd, As) dapat ditentukan dengan menggunakan teknik spektroskopi serapan atom (AAS), spektroskopi plasma gandeng induktif (ICP), dan analisis aktivasi neutron (NAA). Batas toleransi keberadaan logam berat dalam simplisia tumbuhan obat maupun obat herbal telah ditentukan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) dan diadopsi oleh masing-masing negara dalam dokumen monograf maupun farmakope masing-masing. Di Indonesia, batas toleransi logam berat dalam obat tradisional ditentukan berdasarkan peraturan kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. 12 Tahun 2014.

Cemaran berupa residu pestisida dapat ditemukan dalam tumbuhan obat yang dikultivasi dengan praktik yang tidak sesuai GAP. Residu pestisida yang mengontaminasi tumbuhan obat dapat berupa kelompok senyawa organoklorin, organofosfat, karbamat, ditiokarbamat, dan

Page 35: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

16

lainnya. Keberadaan cemaran residu pestisida dalam tumbuhan obat dapat dianalisis dengan teknik kromatografi.

Aflatoksin dan mikotoksin merupakan metabolit sekunder yang diproduksi oleh fungi dari spesies Aspergillus, Penicillium, Fusarium, dan Alternaria. Aflatoksin dan mikotoksin bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker), neurotoksik (beracun pada jaringan saraf), teratogenik (menyebabkan kerusakan genetik sehingga terjadi kecacatan pada bayi), dan immunotoksik (kegagalan fungsi sistem imun). Tumbuhan obat dapat saja terkontaminasi fungi penghasil aflatoksin/mikotoksin, terutama bila tidak mengikuti prinsip GAP, GACP, dan pengolahan pascapanen yang baik. Untuk memastikan keamanan dari tumbuhan obat, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap keberadaan aflatoksin tersebut. Batas toleransi aflatoksin dalam obat tradisional ditentukan berdasarkan peraturan kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. 12 Tahun 2014.

3. Kendali Mutu sebagai Perangkat Utama dalam Proses Standardisasi

Khasiat dan keamanan dari obat herbal berkorelasi langsung dengan kualitas dan komponen kimia (umumnya metabolit sekunder) dari tumbuhan obat yang digunakan. Konsistensi kualitas, khasiat, dan keamanan obat herbal berhubungan erat dengan konsistensi profil komponen kimia (metabolit sekunder) yang dikandungnya. Tujuan dari kendali mutu ialah menjamin keamanan dan khasiat produk obat herbal. Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan untuk kendali mutu, yaitu 1) berbasis senyawa penanda (senyawa marker) dan 2) berbasis sidik jari (fingerprint).

Senyawa marker idealnya merupakan senyawa yang memberikan efek terapeutik. Namun pada kenyataannya komponen yang memberikan efek terapeutik belum seluruhnya dapat dielusidasi sehingga kriteria lain dijadikan acuan dalam memilih senyawa marker. Pada dasarnya senyawa marker merupakan senyawa yang dapat digunakan pada proses evaluasi, standardisasi, dan pemeriksaan keamanan suatu obat herbal. Terdapat beberapa pendapat yang mengklasifikasikan senyawa marker, salah satu di antaranya yang dikemukakan oleh Li et al. 2008, klasifikasi

Page 36: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Bab 2 Standardisasi untuk Obat Herbal Berkualitas

17

senyawa marker meliputi 1) Komponen terapetik (memiliki efek terapi langsung), 2) Komponen bioaktif (bersama-sama dengan komponen lain berkontribusi terhadap efek terapi), 3) Komponen sinergistik (bekerja sinergi untuk memperkuat bioaktivitas atau mengatur efek terapi), 4) Komponen spesifik (komponen khas dan unik dari suatu tumbuhan obat), 5) Komponen utama (terdapat dalam jumlah melimpah, aktivitas biologis belum tentu diketahui), 6) Komponen korelatif (memiliki hubungan dekat, dapat berupa precursor, produk, metabolit dari suatu reaksi kimia maupun reaksi enzimatis), 7) Komponen toksik (memiliki efek toksik), serta 8) Komponen umum/lazim pada spesies, genus atau famili tertentu.

Pemeriksaan terhadap senyawa marker baik secara kualitatif maupun kuantitatif menjadi salah satu pendekatan untuk kendali mutu tumbuhan obat dan obat herbal. Komponen terapetik dan bioaktif dapat digunakan untuk mengontrol khasiat, komponen toksik digunakan untuk memastikan aspek keamanan, komponen utama dapat digunakan untuk memeriksa stabilitas dari tumbuhan obat dan obat herbal. Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa untuk kendali mutu yang mencakup aspek khasiat, keamanan, dan kualitas secara komprehensif, pendekatan dengan satu senyawa marker tidaklah memadai. Dalam hal ini kendali mutu berbasis sidik jari atau fingerprint merupakan pendekatan yang tepat. Sidik jari merupakan profil yang khas dan memberikan gambaran profil fitokimia yang menyeluruh (multiple chemical markers) tumbuhan obat maupun obat herbal.

Telah diketahui bahwa bahan tumbuhan obat dan obat herbal merupakan sistem multikomponen. Khasiat, keamanan, dan kualitasnya ditentukan oleh multikomponen yang dikandungnya secara bersama-sama. Oleh karena itu, pendekatan sidik jari yang mampu menggambarkan profil multikomponen yang dikandungnya merupakan pendekatan yang tepat untuk kendali mutu tumbuhan obat dan obat herbal.

4. Metode Kendali Mutu dalam Standardisasi Obat HerbalBerbagai metode dapat digunakan untuk kendali mutu berbasis sidik

jari. Metode yang paling banyak digunakan tergolong ke dalam teknik kromatografi, spektroskopi, dan tandem kromatografi-spektroskopi (Gambar 4). Selain teknik tersebut, elektroforesis kapiler juga merupakan

Page 37: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

18

teknik yang dapat digunakan untuk analisis sidik jari namun penggunaannya untuk sidik jari tumbuhan obat dan obat herbal tidak seluas teknik kromatografi dan spektroskopi.

Teknik Spektroskopi yang digunakan untuk analisis sidik jari antara lain spektroskopi resonansi magnet inti (NMR), spektroskopi massa, dan infra merah. Teknik kromatografi yang banyak digunakan untuk analisis sidik jari meliputi kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi lapis tipis kinerja tinggi (KLT-KT), kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC), dan kromatografi gas (GC). Deteksi dengan lampu UV dalam pembuatan profil fitokimia dengan teknik KLT dan HPTLC, detektor larik dioda (PDA) dan spektroskopi massa (MS) digunakan bersama dengan teknik HPLC maupun GC. Sementara itu, teknik tandem yang digunakan meliputi gabungan kromatografi cair, kromatografi gas, maupun elektroforesis kapiler yang ditandem dengan spektroskopi massa.

Kromatogra

KC

KG

KLT

JeniInstrum

fi Spektro

N

U

is men

skopi

NMR

MS

IR

UV-Vis

TTTeknik andem

KC-MS

KG-MS

CE-MS

Gambar 4 Berbagai metode yang tesedia untuk kendali mutu tumbuhan obat dan obat herbal

Page 38: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Bab 2 Standardisasi untuk Obat Herbal Berkualitas

19

Di antara teknik tersebut, kromatografi lapis tipis dengan deteksi menggunakan lampu UV maupun maupun natural product reagent banyak dilakukan karena merupakan teknik yang sederhana. Bab 4 pada buku ini akan membahas aplikasi penggunaan sidik jari KLT untuk pemeriksaan profil tumbuhan obat.

Daftar PustakaGovindaraghavan S, Sucher NJ. 2015. Quality assessment of medicinal

herbs and their extracts: criteria and prerequisites for consistent safety and efficacy of herbal medicines. Epilepsy and Behavior 52: 363–371.

[IUPAC] International Union of Pure and Applied Chemistry. 2008. Mosihuzzaman M, Choudhary MI. Protocols on safety, efficacy, standardization, and documentation of herbal medicine. Pure and Applied Chemistry 80(10): 2195–2230.

Li S, Han Q, Qiao C, Song J, Cheng CL, Xu H. 2008. Chemical markers for the quality control of herbal medicines: an overview. Chinese Medicine 3(7): 1–16.

[WHO] World Health Organization. 2008. WHO guidelines for assessing quality of herbal medicines with reference to contaminants and residues. Geneva (CH): WHO

Zhang J, Wider B, Shang H, Li X, Ernst E. 2012. Quality of herbal medicines: challenges and solutions. Complementary Therapies in Medicine 20: 100–106. doi:10.1016/j.ctim.2011.09.004.

Page 39: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan
Page 40: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Bab 3Kendali Mutu Tumbuhan Obat Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis M Rafi dan DA Septaningsih

Tumbuhan obat dapat mengandung puluhan hingga ratusan senyawa kimia dengan struktur yang beragam. Senyawa kimia inilah yang

bertanggung jawab dalam aktivitas biologis tertentu sehingga digunakan untuk standardisasi kualitas agar khasiat dan keamanannya terjamin. Standardisasi ini akan dapat tercapai salah satunya yaitu dengan memiliki metode analisis yang handal, teliti, dan akurat untuk evaluasi kualitas tumbuhan obat mulai dari bahan baku hingga produk obat herbalnya. Konsistensi kualitas, khasiat, dan keamanan ini menjadi suatu hal yang harus dipenuhi dalam produksi obat herbal. Dalam pandangan analitis, konsistensi ini terutama kualitas akan dapat diketahui melalui analisis kimia baik secara kualitatif yang dapat memberikan informasi mengenai identitas maupun kuantitatif yang dapat mengukur kadar senyawa kimia aktif maupun mayornya. Analisis sidik jari dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam mengembangkan metode analisis untuk standardisasi bahan baku dan produk obat herbal. Pendekatan jenis ini akan mengevaluasi keseluruhan komponen kimia dalam suatu sampel yang dapat terdeteksi oleh suatu instrumen analitik. Cara ini telah menjadi pilihan dan telah digunakan dalam farmakope herbal di beberapa negara termasuk Indonesia.

Analisis sidik jari merupakan suatu cara yang dapat digunakan dalam penapisan menyeluruh komposisi dan jumlah senyawa kimia suatu sampel dalam bentuk spektrum, kromatogram, atau grafik lain yang diperoleh

Page 41: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

22

dari suatu teknik analisis. Pola sidik jari dari suatu tumbuhan dapat memberikan informasi mengenai komponen kimia berupa kromatogram yang merupakan penciri dari tanaman tersebut dan mengklasifikasi suatu sampel berdasarkan bukti dari senyawa bioaktif yang saling berkaitan (Zhao et al. 2008). Analisis sidik jari merupakan metode yang efektif untuk mengontrol dan evaluasi kualitas bahan baku dan produk akhirnya. Analisis ini juga mampu mengontrol stabilitas kualitas karena mampu menunjukkan komposisi komponen kimia secara keseluruhan beserta konsentrasi relatifnya. Pengembangan metode analisis sidik jari melibatkan dua hal penting, yaitu bagaimana memperoleh informasi yang lebih efektif dan stabil, dan bagaimana mengevaluasi kesamaannya dengan metode kemometrik (Liang et al. 2009). Analisis sidik jari telah diterima oleh World Health Organization (WHO) sebagai suatu metodologi untuk mengontrol kualitas sampel tanaman (Ciesla 2012).

Salah satu teknik analisis yang banyak digunakan untuk pengembangan metode identifikasi dan autentifikasi tumbuhan obat menggunakan pendekatan analisis sidik jari yaitu kromatografi seperti, kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi gas, kromatografi cair kinerja tinggi, dan jenis kromatografi lainnya. Kromatografi lapis tipis menjadi pilihan yang atraktif untuk analisis sidik jari tumbuhan obat karena memiliki keunggulan seperti sederhana, biaya rendah, kapasitas sampel yang besar, dan hasil yang cepat (Vermaak et al. 2009). Kromatografi lapis tipis dapat memberikan resolusi pemisahan yang baik sehingga memungkinkan identifikasi simultan dari berbagai zat dalam sekali elusi. Profil sidik jari KLT dapat digunakan untuk mengetahui kesamaan atau ketidaksamaan dan untuk mengetahui ada atau tidak adanya suatu senyawa fitokimia tertentu sehingga dapat pula digunakan untuk metode deteksi adanya pemalsuan bahan tumbuhan obat yang digunakan dalam suatu produk obat herbal. Analisis sidik jari menggunakan KLT telah banyak digunakan untuk identifikasi dan autentikasi tumbuhan obat seperti deteksi pemalsuan pada black cohosh (Ankli et al. 2008), standardisasi formula Ayurveda Haridra Kadra (Rout et al. 2008), diskriminasi kunyit, temulawak, dan bangle (Rafi et al. 2011), kendali mutu formulasi TCM Cangzhu Xianglian San (Li et al. 2010), studi metabolomis empat obat herbal TCM (Ogegbo et al. 2012), dan identifikasi propolis asal Tiongkok (Tang et al. 2014).

Page 42: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Bab 3Kendali Mutu Tumbuhan Obat Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis

23

Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi lapis tipis termasuk ke dalam tipe kromatografi planar

merupakan teknik analisis yang banyak digunakan untuk memisahkan campuran senyawa kimia berdasarkan distribusinya di antara dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam merupakan bahan pelapis pada lempeng KLT yang biasanya terbuat dari bubuk silika, alumunium oksida, atau selulosa. Fase gerak merupakan pelarut tunggal atau campuran yang menyebabkan ekstrak mengalami pemisahan. Fase gerak berinteraksi dengan fase diam melalui daya kapilaritas yang memungkinkan terjadinya pemisahan beragam komponen berdasarkan kelarutan dan retensinya dalam fase diam dan fase gerak. Pemisahan dicapai melalui kompetisi antara molekul sampel dan fase gerak untuk berikatan atau berinteraksi dengan fase diam (Lade et al. 2014). Setiap senyawa kimia tersebut akan bergerak dengan laju tertentu dan tingkat pergerakannya dinyatakan sebagai faktor retardasi (Rf). Faktor retardasi adalah perbandingan jarak yang ditempuh fase gerak mulai dari garis awal hingga akhir dengan jarak pergerakan senyawa kimia yang telah terpisah. Senyawa yang mempunyai afinitas yang besar terhadap fase gerak atau afinitas yang lebih kecil terhadap fase diam akan bergerak lebih cepat daripada senyawa yang mempunyai afinitas sebaliknya (Striegel & Hill 1997).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pemisahan maupun penunjang lainnya dari teknik KLT di antaranya fase diam, aplikasi cuplikan, fase gerak, bejana kromatografi, dan derivatisasi (pewarnaan). Ukuran partikel fase diam berperan penting dalam pemisahan karena semakin kecil dan seragam akan meningkatkan daya pemisahan. Fase diam yang paling umum digunakan dalam KLT adalah silika gel baik dalam bentuk silika maupun turunannya karena silika mempunyai kekuatan pemisahan yang sangat baik. Aplikasi sampel dapat dilakukan secara manual maupun automatik. Untuk mendapatkan resolusi yang optimum maka aplikasi sampel baik berupa bercak atau pita dengan ukuran sekecil mungkin sehingga untuk mengatasi volume cuplikan saat aplikasi maka penggunaan aplikasi sampel automatik lebih disukai. Pemilihan fase gerak sangat penting dalam KLT karena menentukan pula keterpisahan senyawa. Fase gerak dipilih berdasarkan fase diam yang akan digunakan dan struktur komponen yang akan dipisahkan. Berbagai macam bejana kromatografi

Page 43: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

24

dapat digunakan, disesuaikan dengan metode yang ada. Derivatisasi (pewarnaan) sangat diperlukan untuk memunculkan komponen yang telah dipisahkan dan untuk memberikan hasil yang spesifik pada analisis sidik jari KLT (Koll et al. 2003).

Aplikasi Kromatografi Lapis Tipis untuk Kendali Mutu Tumbuhan Obat

Seperti yang telah kita ketahui secara luas bahwa senyawa kimia dalam tumbuhan obat sangat banyak jumlahnya dan kompleks secara struktur kimianya. Senyawa kimia yang berperan dalam aktivitas biologis tertentu dari suatu tumbuhan obat umumnya tidak hanya berasal dari satu senyawa saja seperti halnya obat sintetik. Oleh karena itu, pendekatan analitik yang digunakan dalam kendali mutu tumbuhan obat agak berbeda dengan obat sintetik. Pendekatan yang umum digunakan yaitu pendekatan kuantitatif satu atau lebih senyawa bioaktifnya yang disebut sebagai analisis senyawa penciri dan pendekatan sidik jari dengan konsep dapat mendeteksi sebanyak mungkin senyawa-senyawa yang ada dalam suatu tumbuhan obat. Pendekatan sidik jari memiliki beberapa kelebihan seperti dapat menjelaskan kekompleksan senyawa yang ada di dalam suatu sampel karena bertujuan menampilkan sebanyak mungkin senyawa yang terdeteksi. Pendekatan sidik jari dari keseluruhan senyawa yang dikandung oleh obat herbal dapat menjadi cara dalam menentukan kualitas dan stabilitas obat herbal mulai dari bahan baku hingga produk akhirnya. Kromatografi lapis tipis dapat menjadi pilihan yang atraktif untuk tujuan tersebut dengan berbagai keuntungan seperti yang tertera pada Tabel 2.

Page 44: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Bab 3Kendali Mutu Tumbuhan Obat Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis

25

Tabel 2 Keuntungan KLT

Keuntungan KLTWaktu analisis Waktu yang diperlukan untuk pemisahan pada KLT •

relatif lebih cepat dibandingkan dengan kromatografi kolom.

Dapat menganalisis sampel dalam jumlah banyak • secara paralel dalam satu waktu yang bersamaan.

Kemudahan deteksi

Mudah untuk pelaksanaan multideteksi tanpa • mengulang pemisahannya.

Hasil pemisahan sebagai gambar

Hasil visualisasi KLT adalah salah satu metode • kromatografi yang menawarkan pilihan menyajikan hasilnya sebagai foto kromatogram. Sebuah kromatogram dapat dilihat sebagai urutan gelap, berwarna, atau zona fluoresens pada pelat, dan dapat dengan mudah didokumentasikan sebagai gambar.

Sidik jari Sidik jari KLT dapat dioptimumkan untuk senyawa • target tertentu dan juga menjadi identitas khas suatu tumbuhan obat.

Daya keterpisahannya rendah

Terlihat seperti kelemahan untuk KLT, namun • perbedaan kecil signifikan dapat membedakan antara sampel sebagai akibat dari keragaman sampel sehingga lebih mudah dalam menentukan diterimanya untuk kendali mutu.

Lainnya Biaya yang efektif, konsumsi fase gerak yang sedikit • dan menyediakan informasi sidik jari dengan atau tanpa senyawa standar.

Resolusi yang tinggi dan pemisahan yang baik sehingga • analisis kuantitatif dapat akurat.

Sumber: Schibli & Reich (2005)

Page 45: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

26

Kendali mutu obat herbal mulai dari bahan baku hingga produk akhirnya merupakan tugas analitik yang menantang karena obat herbal dengan senyawa kimia yang dikandungnya dapat dianggap sebagai bahan aktifnya terlepas apakah senyawa yang menimbulkan aktivitas biologis tertentu diketahui atau tidaknya (Koll et al. 2003). Teknik KLT telah umum digunakan dalam berbagai farmakope herbal di seluruh dunia untuk tujuan identifikasi tumbuhan obat. Selain untuk tujuan identifikasi, KLT telah pula digunakan untuk kendali konsistensi produksi antarkelompok untuk mengetahui stabilitas selama proses produksinya.

Identifikasi Tumbuhan Obat Identifikasi tumbuhan obat merupakan aplikasi yang paling banyak

digunakan dari KLT. Identitas suatu tumbuhan obat dapat diketahui dengan membandingkannya menggunakan suatu pembanding standar pada pelat KLT yang sama. Hal ini merupakan salah satu kelebihan dari KLT yaitu dapat digunakan untuk beberapa sampel pada satu waktu dan pelat KLT yang sama. Pelaksanaan yang bersamaan ini sangat baik untuk menghindari adanya dampak lingkungan seperti udara (oksigen), faktor iklim (suhu, kelembapan), cahaya, uap, dan tekanan yang dapat mengganggu proses pemisahan jika dilakukan pada pelat yang berbeda. Hasil dari analisis sidik jari KLT berupa gambaran visual pemisahan senyawa kimia yang dikandungnya. Visualisasi pemisahan senyawa kimia ini dapat dilakukan dengan berbagai macam pendeteksi, baik menggunakan sinar tampak maupun UV 254 atau 366 nm. Pendeteksian dengan pewarna spesifik untuk golongan senyawa tertentu juga dapat digunakan untuk menggambarkan komposisi senyawa yang dikandung suatu tumbuhan obat. Evaluasi yang dilakukan untuk tujuan identifikasi ini berupa jumlah, warna, urutan, dan posisi relatif dari suatu pita. Selain itu juga dibandingkan dengan senyawa penciri maupun sampel tumbuhan yang berkerabat dekat untuk lebih menunjukkan hasil identifikasi yang akurat. Metode sidik jari KLT yang dikembangkan bersifat spesifik sehingga hanya tumbuhan yang sesuai dengan spesifikasi akan menghasilkan sidik jari yang dapat dibedakan secara signifikan dengan jenis tumbuhan lainnya.

Page 46: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Bab 3Kendali Mutu Tumbuhan Obat Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis

27

Standardisasi Produksi Obat HerbalStandardisasi produk obat herbal mulai dari bahan baku hingga

produk akhirnya menjadi hal yang harus diperhatikan untuk konsistensi kualitas, khasiat, dan keamanan obat herbal. Analisis sidik jari KLT sering digunakan untuk tujuan tersebut seperti pengecekan bahan baku yang digunakan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan, menentukan kondisi ekstraksi yang tepat untuk standardisasi ekstrak, dan untuk deteksi perubahan atau degradasi bahan selama proses formulasi obat herbal. Dalam produksi obat herbal yang baik sangatlah penting untuk mendokumentasikan mulai dari penerimaan bahan baku hingga proses konversinya menjadi obat herbal dengan komposisi produk antarkelompok yang tetap konsisten. Evaluasi yang dilakukan dari sidik jari KLT untuk tujuan tersebut, yaitu membandingkan jumlah, urutan, dan intensitas relatif pita dari bahan baku hingga produk akhirnya dan juga antarkelompoknya. Pengujian stabilitas mulai dari bahan baku hingga produk akhir juga harus dilakukan dalam produksi obat herbal untuk menjamin tidak ada perubahan komposisi senyawa kimia pada ekstrak atau produk akhirnya. Selama pengujian pita-pita yang dihasilkan tidak berubah pada rentang waktu yang telah ditentukan dan jika terdapat degradasi maka akan terdeteksi (Schibli & Reich 2005).

Tahapan dalam Analisis Sidik Jari KLTAnalisis sidik jari KLT telah umum digunakan untuk proses identifikasi

maupun autentikasi bahan baku obat herbal. Berbagai metode referensi telah tersedia dalam buku farmakope herbal di berbagai negara termasuk Indonesia. Farmakope Herbal Indonesia telah memuat KLT sebagai salah satu teknik analisis identifikasi tumbuhan obat akan tetapi belum mencakup secara keseluruhan tumbuhan obat di Indonesia. Oleh karena itu, pengembangan metode sidik jari KLT terus dilakukan untuk tumbuhan-tumbuhan obat lainnya. Dalam penggunaannya, terdapat beberapa tahapan dalam menggunakan analisis sidik jari KLT untuk kendali mutu bahan baku dan produk obat herbal. Tahapan-tahapan ini yaitu preparasi sampel dan peralatan KLT (fase diam dan fase gerak), aplikasi sampel, pengembangan pelat KLT, derivatisasi pita, dan dokumentasinya (Gambar 5).

Page 47: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

28

Preparasi Sampel

Peralatan KLT

Aplikasi sampel

Pengembangan pelat KLT

Derivatisasi pita

Dokumentasi

Gambar 5 Tahapan dalam analisis sidik jari KLT

Preparasi sampelPemilihan teknik ekstraksi dan pelarut yang digunakan untuk

mengekstrak bergantung pada tujuan analisis yang diinginkan. Hal ini dikarenakan perbedaan kelarutan maupun karakteristik lainnya dari komponen kimia yang akan diekstrak dari suatu tumbuhan obat. Suatu tumbuhan obat yang banyak mengandung komponen atsiri akan cocok jika diekstraksi dengan teknik distilasi. Komponen kimia dalam tumbuhan obat juga bervariasi sehingga pemilihan pelarut pengekstrak menjadi penting untuk dapat mengekstrak secara optimum komponen kimianya terutama untuk tujuan kuantitatif.

Page 48: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Bab 3Kendali Mutu Tumbuhan Obat Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis

29

Peralatan KLTPemilihan fase diam

Sebagian besar jenis fase diam yang digunakan pada kromatografi kolom dapat digunakan pada KLT. Fase diam yang umum digunakan seperti silika gel, aluminium oksida, selulosa dan juga silika gel yang sudah dimodifikasi seperti amino-, cyano-, diol-, reverse phase- (RP2, RP8, RP18) bonded silica. Hal lainnya kita dapat memilih jenis fase diam KLT konvensional atau KLT-kinerja tinggi (KLT-KT). Tidak ada alasan umum bahwa KLT-KT haruslah menjadi pilihan utama karena kedua jenis KLT ini baik konvensional maupun kinerja tinggi dapat menghasilkan pemisahan dan ketersalinan yang baik. Pelat KLT-KT memiliki harga yang lebih mahal dibanding dengan KLT konvensional tetapi digantikan dengan penghematan biaya pelarut dan waktu analisis. KLT konvensional memerlukan waktu analisis sekitar 30 menit hingga satu jam sedangkan pada kondisi yang sama KLT-KT hanya memerlukan 5 sampai 20 menit saja.

Pemilihan fase gerakFase gerak merupakan salah satu faktor penting dalam pemisahan

pada KLT karena akan membawa analat melewati fase diam. Fase gerak dipilih berdasarkan material adsorben yang digunakan sebagai fase diam dan struktur kimia dari analat yang akan dipisahkan. Pada KLT biasanya menggunakan silika gel sebagai fase diamnya yang menggunakan sistem kromatografi adsorpsi. Tidak seperti kromatografi fase terbalik yang menggunakan sedikit air atau pelarut organik, fase normal pada silika gel memiliki keuntungan fase gerak yang lebih bervariatif. Umumnya fase gerak yang digunakan adalah yang memiliki ketoksikan yang rendah untuk mengurangi masalah pencemaran lingkungan. Pelarut yang digunakan dapat berupa eluen tunggal maupun campuran. Eluen campuran umumnya digunakan untuk meningkakan pemisahan analat dalam sampel. Beberapa fase gerak berikut dapat digunakan untuk memisahkan golongan senyawa kimia yang umum terdapat di tumbuhan obat (Tabel 3).

Page 49: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

30

Tabel 3 Fase gerak yang umum digunakan dalam pemisahan golongan senyawa umum pada tumbuhan obat dengan silika gel sebagai fase diam

Senyawa Fase gerakAlkaloid Toluena : etil asetat : dietilamin (7:2:1)

Toluena : etil asetat : amonium (7:2:1)Flavonoid Etil asetat : asam format : asam asetat : air (100:11:11:26)

Etil asetat : asam format : air dengan berbagai perbandinganSaponin Kloroform : metanol : air (70:30:4)

Asam asetat : air : 1-butanol (1:4:5)

Amonia : air : etanol : etil asetat (1:9:25:65)Tanin Etil asetat : asam format: air dengan berbagai perbandingan,

tidak atau dengan asam asetat

Toluena : etil asetat (98:2)

Etil asetat : asam asetat : eter : heksana (4:2:2:2)Minyak atsiri Etil asetat atau metanol dengan toluena atau heksana dengan

berbagai perbandingan

Diklorometana murniSumber: Schibii & Reich (2005)

Aplikasi sampelMenempatkan sampel pada pelat KLT merupakan salah satu aspek

paling kritis secara teknis pada KLT terutama bila bertujuan untuk analisis kuantitatif. Terdapat dua cara dalam mengaplikasikan sampel pada pelat KLT yaitu cara spot dan pita yang masing-masing memiliki beberapa keuntungan. Kelebihan untuk bentuk pita yaitu resolusi yang lebih baik, distribusi sampel yang merata, lebih fleksibel dalam memuat sampel, dsb. Sementara untuk bentuk spot kelebihannya yaitu tidak memerlukan automatisasi, murah, dan hemat waktu. Untuk aplikasi sampel berupa pita saat ini tersedia aplikator baik manual maupun yang automatis.

Page 50: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Bab 3Kendali Mutu Tumbuhan Obat Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis

31

Pengembangan pelat KLTPengembangan pelat KLT dapat dilakukan dengan berbagai tipe bilik

KLT seperti flat bottom, twin trough, ataupun bilik untuk pengembangan horizontal (Gambar 6). Sebelum dilakukan pengembangan, umumnya dilakukan penjenuhan bilik kromatografi yang bertujuan untuk melancarkan gerak eluen dan komponen selama elusi. Tanpa adanya penjenuhan dapat menurunkan ketersalinan dan menyebabkan bidang pelarut menjadi melengkung. Tipe dan bentuk bilik kromatografi harus spesifik untuk metode tertentu. Pelat KLT diletakan di depan batas bilik kromatografi dengan fase diam menghadap ke dalam bilik kromatografi. Panjang jarak pengembangan tidak memengaruhi pemisahan, tetapi pita-pita yang dihasilkan lebih menyebar.

Gambar 6 Macam-macam tipe bilik kromatografi lapis tipis: flat bottom (a), dan twin trough (b)

DerivatisasiPerlakuan derivatisasi pada pelat setelah proses kromatografi

merupakan keuntungan lebih dari KLT. Dalam kendali mutu dan uji stabilitas pada tumbuhan obat, derivatisasi menjadi penting dalam banyak kasus untuk visualisasi analat maupun sidik jarinya karena pada proses ini beberapa senyawa akan tampak dengan pereaksi spesifiknya (Gambar 7). Beberapa pereaksi yang dapat digunakan untuk analisis bahan baku tumbuhan obat maupun produknya seperti asam sulfat, anisaldehida, vanillin, fast blue, natural product reagent, dragendorf, uap ammonia, ninhidrin, dan sebagainya. Jika memungkinkan, pereaksi yang memiliki potensi toksik yang rendah lebih disukai. Derivatisasi dapat dilakukan

Page 51: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

32

dengan pencelupan atau penyemprotan pelat KLT. Proses derivatisasi terkadang memerlukan proses pengeringan dengan waktu tertentu atau pemanasan untuk menghasilkan deteksi yang optimum.

a b c d

Gambar 7 Derivatisasi pita senyawa pada temulawak dengan pewarna fast blue (a); jahe dengan vanilin (b); dan anisaldehida (c); pegagan dengan Lieberman Burchard (d)

Dokumentasi Berdasarkan tujuan analisisnya, evaluasi visual pemisahan pada KLT

dapat menggunakan beberapa cara. Untuk proses identifikasi biasanya menggunakan tampilan dari kromatogram dan perbandingannya dengan bahan acuan tumbuhan (botanical reference material) atau senyawa pencirinya. Pendeteksian yang paling umum dilakukan di bawah sinar UV pada panjang gelombang 254 dan 366 nm maupun sinar tampak (Gambar 8). Jika pada pelat KLT dilakukan derivatisasi senyawa menggunakan pereaksi pendeteksinya maka dokumentasi dapat dilakukan sebelum dan sesudah derivatisasi. Sistem dokumentasi secara digital mulai banyak digunakan untuk mengarsipkan kromatogram KLT karena mudah digunakan, diedit, disimpan, dan diolah fotonya.

Densitometer dapat pula digunakan untuk mendeteksi pita/spot hasil pemisahan pada KLT untuk meningkatkan sensitivitas terutama dalam untuk analisis semikuantitaif dan kuantitatif senyawa penciri. Nilai absorbans atau fluoresens dari pita/spot hasil pemisahan selanjutnya

Page 52: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Bab 3Kendali Mutu Tumbuhan Obat Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis

33

diukur lalu dibandingkan nilainya dengan senyawa standar yang telah diketahui konsentrasinya. Densitometer dapat digunakan sebelum atau setelah derivatisasi.

a

T

b c d

Gambar 8 Dokumentasi sidik jari KLT daun jati belanda (fase diam: silika gel F254, fase gerak: heksana-etil asetat (60 : 40)) di bawah sinar UV 254 nm (a), UV 366 nm (b), sinar tampak (c), dan derivatisasi menggunakan vanilin pada sinar tampak (d)

Validasi Metode Sidik jari KLTSetelah kita memperoleh kondisi optimum sidik jari KLT maka

validasi metode harus dilakukan. Validasi metode merupakan proses berulang yang biasanya dihubungkan dengan pengembangan dan pengoptimuman metode analisis untuk tujuan mengevaluasi parameter kinerja analitik agar metode yang dihasilkan absah. Validasi dimulai dengan mendefinisikan tujuan analisis dan dilanjutkan pemilihan metode meliputi optimasi atau pengembangan metode yang tepat, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tahap selanjutnya yang disebut prevalidasi

Page 53: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

34

dilakukan untuk menguji kekonsistenan dengan memeriksa stabilitas analat, pemeriksaan selektivitas metode serta menguji ketahanan dan ketersalinannya. Setelah semua parameter validasi disusun, dilakukan, dan didokumentasikan sebagai protokol validasi, data dievaluasi dan dibandingkan dengan kriteria keterterimaannya. Jika kriteria semua diterima, maka metode tersebut dinyatakan absah/valid. Validasi metode dapat dilakukan dengan beberapa produk komersial untuk diinvestigasi variasi bahan alam setiap spesies (Gambar 9) dan deteksi perbedaan sidik jari yang cocok untuk pengujian pada campuran (Ankli et al. 2008). Detail dalam validasi metode analisis sidik jari KLT tertulis pada tulisan Reich et al. (2008) dalam Journal of AOAC International dan buku tentang KLT-KT oleh Reich & Schibli (2006).

Gambar 9 Sidik jari KLT dari beberapa variasi tanaman yang memiliki kemiripan morfologi (1 = bandotan, 2 = dandang gendis, 3 = sinensetin, 4 = kumis kucing, 5 = teh-tehan)

Page 54: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Bab 3Kendali Mutu Tumbuhan Obat Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis

35

Daftar PustakaAnkli A, Reich E, Steiner M. 2008. Rapid high-performance thin-layer

chromatographic method for detection of 5% adulteration of black cohosh with Cimicifuga foetida, C. heracleifolia, C. dahurica, or C. americana. Journal of AOAC International. 91: 1257–1264.

Ciesla L. 2012. Biological fingerprinting of herbal samples by means of liquid chromatography. Chromatography Research International. 2012: 1–9.

Koll K, Reich E, Blatter A, Veit M. 2003. Validation of standardized high-performance thin layer chromatographic methods for quality control and stability testing of herbals. Journal of AOAC International. 86: 909–915.

Lade BD, Patil AS, Paikrao HM, Kale AS, Hire KK. 2014. A comprehensive working, principles and applications of thin layer chromatography. Research Journal of Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences. 5: 486–503

Li Z, Merfort I, Reich E. 2010. High-performance thin layer chromatography for quality control of multicomponent herbal drugs: example of cangzhu xianglian san. Journal of AOAC International. 93: 1390–1398.

Liang XM, Jin Y, Wang YP, Jin GW, Fu Q, Xiao YS. 2009. Qualitative and quantitative analysis in quality control of traditional Chinese medicines. Journal of Chromatography A. 1216: 2033–2044.

Ogegbo OL, Eyob S, Parmar S, Wang ZT, Bligh SWA. 2012. Metabolomics of four TCM herbal products: application of HPTLC analysis. Analytical Methods. 4: 2522–2527.

Rafi M, Rohaeti E, Miftahudin A, Darusman LK. 2011. Differentiation of Curcuma longa, Curcuma xanthorriza and Zingiber cassumunar by thin layer chromatography fingerprint analysis. Indonesia Journal of Chemistry. 11: 71–74.

Reich E, Schibli A. 2006. High-Performance Thin Layer Chromatography for the Analysis of Medicinal Plants. New York (USA): Thieme Medical Publishers, Inc.

Page 55: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

36

Reich E, Schibi A, Debatt A. 2008. Validation of high-performance thin layer chromatograpic methods for the identification of botanicals in a cGMP environment. Journal of AOAC International. 91: 13–20.

Rout KK, Parida S, Mishra SK. 2008. Standardization of the ayurvedic formulation haridra khanda using high-performance thin-layer chromatography-densitometry. Journal of AOAC International. 91: 1162–1168.

Schibli A, Reich E. 2005. Modern TLC: A key technique for identification and quality control of botanicals and dietary supplements. Journal of Planar Chromatography. 18: 34–38.

Striegel MF, Hill J. 1997. Thin-Layer Chromatography for Binding Media Analysis. Los Angeles (USA): The Getty Coservation Institute.

Tang TX, Guo WY, Xu Y, Zhang SM, Xu XJ, Wang DM, Zhao ZM, Zhu LP, Yang DP. 2014. Thin-layer chromatographic identification of Chinese propolis using chemometric fingerprinting. Phytochemical Analysis. 25: 266–272.

Vermaak I, Hamman JH, Viljoen AM. 2010. High performance thin layer chromatography as a method to authenticate Hoodia gordonii raw material and products. South African Journal of Botany. 76: 119–124.

Zhao L, Chaoyu H, Zhen S, Bingren X, Linghua M.2008. Fingerprint analysis of Psoralea corylifolia L by HPLC and LC-MS. Journal of Chromatography B. 821: 67

Page 56: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Bab 4Sidik Jari Kromatografi Lapis Tipis

Jahe(Zingiber officinale Rosc.)

A Kautsar, M Rafi

Deskripsi tanamanJahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan berbentuk herba perenial,

berbatang semu karena berasal dari kumpulan pelepah daun yang saling membungkus. Tingginya antara 15–100 cm, rimpang terdapat di bawah batang semu, bergerombol. Rimpangnya tebal dan kuat, bercabang dengan ukuran diameter antara 1,5–2,5 cm (Gambar 10). Warna rimpang kuning pucat tertutup oleh lapisan sisik. Berdasarkan aroma, warna, bentuk, dan besarnya rimpang dikenal tiga jenis jahe yakni jahe besar yang sering disebut jahe gajah, jahe kecil, atau yang lebih sering dikenal dengan jahe emprit dan jahe merah yang lebih sering dikenal dengan jahe sunti.

Gambar 10 Rimpang jahe

Page 57: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

38

Kandungan Senyawa KimiaJahe telah diketahui memiliki senyawa kimia yang terdiri dari gingerol,

zingeron, dan shogaol. Selain itu, terdapat minyak atsiri dan oleoresin. Komponen utama dari jahe segar adalah senyawa homolog fenolik keton yang dikenal sebagai gingerol. Selain itu, terdapat senyawa kimia lainnya, yaitu 1,8-sineol, 10-dehidroginger-dion, 10-ginger-dion, 6-ginger-dion, 6-gingerol, arginina, α-asam linolenat asam aspartat, β-sitosterol, asam kaprilat, farnesal, farnesena, dan farnesol.

Aktivitas FarmakologiJahe merupakan salah satu tumbuhan obat yang efektif dalam

mengobati beberapa penyakit, antara lain untuk mengobati penyakit rematik, asma, stroke, sakit gigi, diabetes, sakit otot, tenggorokan, kram, hipertensi, mual, demam, dan infeksi (Ali et al. 2008; Wang & Wang 2005; Tapsell et al. 2006). Jahe secara farmakologis telah teruji sebagai antioksidan (Jelled et al. 2015), sebagai antiinflammatori dan inhibitor xanthine oxidase (Nile & Park 2015), sebagai nutrasetikal dalam makanan dan antialergi (Semwal et al. 2015), sebagai antibakteri (Mesomo et al. 2015), dan sebagai antikanker (Shukla & Singh 2007).

Analisis Sidik Jari KLTProsedurPreparasi sampel : Sebanyak 200 mg simplisia sampel ditambahkan

10 mL metanol dan disonikasi selama 30 menit. Selanjutnya campuran disaring dan filtrat digunakan sebagai larutan uji.

Preparasi standar : Larutan standar 6-gingerol dibuat dengan konsentrasi 200 ppm dalam metanol.

Preparasi pendeteksi

: Larutan pendeteksi dibuat dengan mencampurkan 0.5 mL anisaldehida, 10 mL asam asetat glasial, 5 mL asam sulfat pekat dan 85 mL metanol.

Pelat KLT : Pelat KLT silika gel 60 F254

Page 58: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Bab 4Sidik Jari Kromatografi Lapis Tipis

39

Aplikasi sampel : Sampel dan standar diaplikasikan pada pelat KLT dalam bentuk pita dengan lebar 8 mm, jarak antar pita 4 mm, 10 mm dari sisi bawah dan 15 mm dari sisi kiri dan kanan pelat. Jumlah sampel dan standar yang diaplikasikan sebanyak 15 µL dan 3 µL

Sistem kromatografiTipe bejana : Twin Through ChamberPenjenuhan : 30 menit Larutan pengembang

: Etil Asetat : n-heksana : kloroform (2:6:2)

Jarak pengembangan

: 80 mm dari posisi aplikasi sampel

Derivatisasi : Pelat dicelupkan ke dalam larutan pendeteksi bercak dan dikeringkan dalam oven 105oC selama 15 menit.

Dokumentasi : Dokumentasi dilakukan di bawah UV 254 nm dan sinar tampak

HasilGambar 11 di bawah ini menunjukkan sidik jari KLT jahe dengan

lengkuas merah dan lengkuas putih yang memiliki bentuk yang hampir mirip dengan jahe.

Page 59: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

40

(a) (b)

1 2 3 4 1 2 3 4

KeteranganLajur Sampel

1 6-gingerol2 Zingiber officinale Rosc.3 Alpinia galanga4 Alpinia purpurata K. Schum

Gambar 11 Sidik jari KLT jahe menggunakan pereaksi anisaldehida untuk pendeteksi pita yang dilihat di bawah (b) sinar tampak. Tanpa menggunakan pereaksi anisaldehida dilihat di bawah (a) UV 254 nm

IdentifikasiIdentifikasi dapat dilakukan dengan membandingkan hasil Sidik

jari KLT pembanding untuk jahe (Gambar 11). Tambahan pita dengan intensitas lemah mungkin dapat terjadi. Deteksi menggunakan pereaksi anisaldehida, sampel jahe akan memperlihatkan pita berwarna ungu (Rf ~ 0.26) yang merupakan pita 6-gingerol.

Metode ini dapat digunakan untuk identifikasi jahe dari sampel lain yaitu lengkuas merah dan lengkuas putih. Pita 6-gingerol terlihat jelas pada jahe dan tidak terdeteksi pada lengkuas merah dan lengkuas putih.

Page 60: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Bab 4Sidik Jari Kromatografi Lapis Tipis

41

Daftar PustakaAli BH, Blunden G, Tanira MO, Nemmar A. 2008. Some phytochemical,

pharmacological and toxicological properties of ginger (Zingiber officinale Roscoe): A review of recent research. Food and Chemical Toxicology. 46 : 409–420.

Jelled A, Fernandes A, Barros L, Chahdoura H, Achour L, Ferreira ICFR, Cheikh HB. 2015. Chemical and antioxidant parameters of dried forms of ginger rhizomes. Industrial Crops and Products. 77: 30–35.

Nile SH, Park SW. 2015. Chromatographic analysis, antioxidant, anti-inflammatory, and xanthine oxidase inhibitory activities of ginger extracts and its reference compounds. Industrial Crops and Products. 70: 238–244.

Semwal RB, Semwal DK, Combrick S, Viljoen AM. 2015. Gingerols and Shogaols: Important nutraceutical principles form ginger. Phytochemistry. 117: 554–568.

Mesomo MC, Corazza ML, Ndiaye PM, Santa ORD, Cardozo L, Scheer AdP. 2013. Supercritical CO2 extracts and essential oil of ginger (Zingiber officinale R.): Chemical composition and antibacterial activity. The Journal of Supercritical Fluids. 80: 44–49.

Shukla Y, Singh M. 2007. Cancer preventive properties of ginger: A brief review. Food and Chemical Toxicology. 45: 683–690.

Tapsell LC, I Hemphill, L Cobiac, CS Patch, DR Sullivan, M Fenech, S Roodenrys, JB Keogh, PM Clifton, PG Williams, VA Fazio, KE Inge. 2006. Health benefits of herbs and spices: the past, the present, the future. Medical Journal of Australia. 185 (Suppl. 4): S4–S24.

Wang WH, Wang ZM. 2005. Studies of commonly used traditional medicine-ginger. Zhongguo Zhong Yao Za Zhi. 30: 1569–1573.

Page 61: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

42

Temulawak(Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

A Kautsar, M Rafi

Deskripsi TanamanTemulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) merupakan tumbuhan

rumpun berbatang semu dengan ciri daun tunggal lebar dan panjang, warna daun hijau atau coklat keunguan, dan di atas tulang terdapat garis berwarna kecoklatan, tiap batang umumnya mempunyai daun 2–9 helai dengan bentuk lanset memanjang, panjang daun 31–84 cm dan lebar 10–18 cm, serta panjang tangkai daun termasuk helaian 43–80 cm (Gambar 12). Bunga tersusun secara lateral atau menyamping dengan tangkai ramping dan sisik berbentuk garis, panjang tangkai 9–23 cm dan lebar 4–6 cm. Kelopak bunga berwarna hijau muda, panjang 8–13 mm, sedangkan mahkota bunganya berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4,5 cm berwarna putih kemerahan atau kuning. Rimpang bagian luar berwarna kuning muda, sedangkan rimpang bagian dalamnya berwarna kuning kejinggaan sampai cokelat kejinggaan. Aroma rimpang yang khas dengan rasa pahit dan agak pedas.

a b

Gambar 12 Tanaman temulawak (a) rimpang temulawak (b)

Page 62: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Bab 4Sidik Jari Kromatografi Lapis Tipis

43

Kandungan Senyawa KimiaTemulawak memiliki kandungan kimia yang beragam. Komponen-

komponen yang terkandung dapat digolongkan menjadi 2 golongan, yaitu minyak atsiri dan golongan kurkuminoid. Terdapat 4 senyawa seskuiterpenoid, yaitu α-kurkumena, ar-turmeron, dan xanthorhizol. Sementara untuk senyawa kurkuminoid terbagi dalam 3 senyawa, yaitu kurkumin, desmetoksikurkumin, dan bisdesmetoksikurkumin.

Aktivitas FarmakologiTemulawak memiliki efek farmakologis yang sangat banyak, antara

lain senyawa kurkuminoid sebagai antioksidan (Masuda et al. 1992), sebagai inhibitor tyrosinase dan antioksidan (Batubara et al.2015), sebagai antimikroba (Mary et al. 2012), sebagai antimetastatik (Choi et al. 2004), sebagai inhibitor tumor necrosis (Chan 1995), dan lain sebagainya.

Analis Sidik Jari KLTProsedurPreparasi sampel : Sebanyak 200 mg simplisia sampel rimpang

temulawak ditambahkan 10 mL metanol dan disonikasi selama 30 menit. Selanjutnya campuran disaring dan filtrat digunakan sebagai larutan uji.

Preparasi standar : Larutan standar kurkuminoid dibuat dengan konsentrasi 200 µg/mL dalam metanol. Larutan standar xanthorrizol dibuat dengan konsentrasi 200 µg/mL dalam metanol.

Preparasi pendeteksi

: Pereaksi vanillin dibuat dengan mencampurkan 1.25 gram vanillin dan 250 µL asam sulfat pekat ke dalam labu takar 25 mL. Kemudian dilarutkan dan ditera metanol.

Pelat KLT : Pelat KLT silika gel 60 F254

Page 63: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

44

Aplikasi sampel : Sampel dan standar diaplikasikan pada pelat KLT dalam bentuk pita dengan lebar 8 mm, jarak antar pita 4 mm, 10 mm dari sisi bawah dan 15 mm dari sisi kiri dan kanan pelat. Jumlah sampel dan standar yang diaplikasikan sebanyak 15 µL dan 3 µL

Sistem kromatografiTipe bejana : Twin Through Chamber Penjenuhan : 30 menit Larutan pengembang

: Diklorometana : kloroform (2:8)

Jarak pengembangan

: 80 mm dari posisi aplikasi sampel

Derivatisasi : Pelat dicelupkan ke dalam larutan pendeteksi bercak dan dikeringkan dalam oven 1050C selama 15 menit.

Dokumentasi : Dokumentasi dilakukan di bawah sinar tampak

HasilGambar 13 di bawah ini menunjukkan sidik jari KLT temulawak

dengan kunyit (Curcuma longa Linn), bangle (Zingiber cassumunar), dan temu mangga (Curcuma mangga Val) yang memiliki bentuk dan warna yang hampir mirip dengan temulawak.

Page 64: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Bab 4Sidik Jari Kromatografi Lapis Tipis

45

1 2 3 4 5 6

Keterangan

Lajur Sampel1 Xanthorhizol2 Kurkuminoid3 Curcuma xanthorrhiza Roxb.4 Curcuma longa Linn.5 Zingiber cassumunar6 Curcuma mangga Val.

Gambar 13 Sidik jari KLT temulawak menggunakan pereaksi anisaldehida untuk pendeteksi pita yang dilihat di bawah sinar tampak

IdentifikasiIdentifikasi temulawak dilakukan dengan membandingkan

kromatogram temulawak dan senyawa standar yang digunakan. Sidik jari temulawak memperlihatkan adanya xanthorizol, kurkumin, dan demetoksikurkumin dengan Rf masing-masing adalah 0.70; 0.30; dan 0.12. Senyawa penanda pada temulawak adalah xanthorizol.

Metode spesifik untuk membedakan temulawak dengan sampel lain dalam 1 famili (kunyit, bangle, dan temu mangga). Setiap sampel mempunyai sidik jari yang berbeda. Pendeteksian dengan pewarna vanilin akan menampakan spot biru yang merupakan xanthorizol sebagai senyawa penanda temulawak yang tidak terlihat pada sampel lainnya.

Page 65: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

46

PustakaBatubara I, Julita I, Darusman LK, Muddathir AM, Mitsunaga T. 2015.

Flower bracts of Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza) for skin care: Anti-acne and whitening agents. Procedia Chemistry. 14: 216–224.

Choi MA, Kim SH, Chung WY, Hwang JK, Park KK. 2004. Xanthorrhizol a natural sesquiterpenoid from Curcuma xanthorrhiza has an anti-metastatic potential in experimental mouse lung metastasis model. Biochemical and Biophysical Research Communications. 326(1): 210–217.

Chan MM. 1995. Inhibition of tumor necrosis factor by curcumin a phytochemical. Biochemical Pharmacology. 49(11): 1551–1556. Phattanawasin P, Sotanaphun U, Sriphong L. 2009. Validated TLC-image analysis method for simultaneous quantification of curcuminoids in Curcuma longa. Chromatographia. 69: 397–400.

Hwang JK, Shim JS, Pyun YR. 2000. Antibacterial activity of xanthorrhizol from Curcuma xanthorrhiza against oral pathogens. Fitoterapia. 71(3): 321–323.

Hwang JK. 2004. Xanthorrizol: a potential antibacterial agent from Curcuma xanthorrhiza against Streptococcus mutans. Planta Medica. 66: 196–197.

Kim JE, Kim HE, Hwang JK, Lee HJ, Kwon HK, Kim BI. 2008. Antibacterial characteristic of Curcuma xanthorrhiza extract on Streptococcus mutans biofilm. The Journal of Microbiology. 46(2): 228–232.

Mary HPA, Susheela GK, Jayasree S, Nizzy AM, Rajagopal B, Jeeva S. 2012. Phytochemical characterization and antimicrobial activity of Curcuma xanthorrhiza Roxb. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine. 2(2): S637–S640.

Masuda T, Isobe J, Jitoe A, Nakatani N.1992. Antioxidative curcuminoids from rhizomes of Curcuma xanthorrhiza. Phytochemistry. 31(10): 3645–3647.

Page 66: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Bab 4Sidik Jari Kromatografi Lapis Tipis

47

Meniran Hijau(Phyllanthus niruri)

A Efendi, ED Purwakusumah, M Rafi

Deskripsi TanamanMeniran hijau (Phyllanthus niruri) merupakan tumbuhan liar yang

berasal dari Asia Tropik yang tersebar di seluruh Asia, termasuk Indonesia (Kardinan & Kusuma 2004). Tumbuhan ini kerap dianggap sebagai gulma dan banyak ditemukan di ladang dan tanah berbatu. Meniran hijau memiliki batang berbentuk bulat, basah, dan tingginya dapat mencapai 80 cm. Daun bersirip genap dan setiap satu tangkai daun terdiri dari daun mejamuk yang mempunyai ukuran kecil dan berbentuk lonjong (Gambar 14). Bunga terdapat pada ketiak daun menghadap ke arah bawah.

Gambar 14 Meniran

Kandungan Senyawa Kimia Meniran hijau mengandung berbagai macam senyawa kimia yang

termasuk ke dalam golongan senyawa alkaloid, benzenoid, kumarin, flavonoid, lignin, lipid, sterol, tanin, dan terpenoid (Gunawan 2008). Alkaloid yang terdapat pada meniran seperti 4-metoksi-nor-sekurinina

Page 67: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

48

dan nirurina. Senyawa lignan seperti filantin dan hipofilantin telah dikenal sebagai senyawa penciri untuk tumbuhan ini. Nirantin, nirtetralin, filtetralin, isolintretalin, nirurisida, dan nirfilin. Untuk senyawa flavonoid yang terkandung dalam meniran seperti nirurin, rutin, fisetinglukosida, astragalin, kuersetin, kuersitirin, isokuersitirin, katekin, dan epikatekin. Lipid yang dikandung oleh meniran yang berhasil diidentifikasi yaitu asam risinoleat. Estradiol, β-sitosterol, dan isopropyl-24-kolesterol merupakan jenis sterol yang terkandung dalam meniran. Geraniin dan korilagin, suatu jenis tanin yang berhasil diidentifikasi pada meniran. Triterpena berikut ada di dalam meniran seperti lupeol, lupeol asetat, filantenol, filantenon, dan filanteol (Calixto et al. 1998).

Aktivitas FarmakologiMeniran hijau merupakan salah satu tumbuhan obat yang efektif

mengobati beragam penyakit, di antaranya batu ginjal atau empedu, infeksi saluran pernafasan atas, diabetes, diare, malaria atau demam, radang ginjal, epilepsi atau ayan, influenza, hepatitis, gonorhoea, dan TBC (Kardinan & Kusuma 2004). Herba meniran telah terbukti mempunyai berbagai efek farmakologis, antara lain sebagai hepatoprotektif (Harish et al. 2006; Munjrekar et al. 2008), antidiabetes (Okoli et al. 2011), antioksidan (Harish et al. 2006), imunomodulator (Jose et al. 2014), antihiperurisemia (Murugaiyah & Chan 2009), antimikroba (Mathur 2012), dan lain sebagainya.

Analisis Sidik Jari KLTProsedur Preparasi sampel : Sebanyak 1 g simplisia sampel ditambahkan 10

mL metanol dan disonikasi selama 30 menit. Selanjutnya campuran disaring dan filtrat digunakan sebagai larutan uji.

Preparasi standar : Larutan standar filantin dan hipofilantin dibuat dengan konsentrasi 5 ppm dalam metanol.

Page 68: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Bab 4Sidik Jari Kromatografi Lapis Tipis

49

Preparasi pendeteksi

: Larutan pendeteksi dibuat dengan mencampurkan 0.5 mL anisaldehida, 10 mL asam asetat glasial, 5 mL asam sulfat pekat dan 85 mL metanol.

Pelat KLT : Pelat KLT silika gel 60 F254

Aplikasi sampel : Sampel dan standar diaplikasikan pada pelat KLT dalam bentuk pita dengan lebar 7 mm, jarak antar pita 5 mm, 10 mm dari sisi bawah dan 15 mm dari sisi kiri dan kanan pelat. Jumlah sampel dan standar yang diaplikasikan sebanyak 15 µL.

Sistem kromatografiTipe bejana : Twin Through Chamber Penjenuhan : 30 menit Larutan pengembang

: Kloroform-diklorometana (9:1)

Jarak pengembangan

: 85 mm dari posisi aplikasi sampel

Derivatisasi : Pelat dicelupkan ke dalam larutan pendeteksi bercak dan dikeringkan dalam oven 1050C selama 15 menit.

Dokumentasi : Dokumentasi dilakukan di bawah sinar tampak

HasilGambar 15 menunjukkan sidik jari KLT meniran dan daun petai cina

yang memiliki bentuk daun yang mirip dengan meniran.

Page 69: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

50

(a)

(b)

Page 70: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Bab 4Sidik Jari Kromatografi Lapis Tipis

51

Keterangan

Lajur Sampel1 Herba P. niruri (Gunung Kidul, Yogyakarta)2 Herba P. debilis (Cianjur, Jawa Barat)3 Daun Leucaena leucocephala (Bogor, Jawa Barat)4 Daun Leucaena leucocephala (Boyolali, Jawa Tengah)5 Daun Leucaena leucocephala (Sukabumi, Jawa Barat)6 (a) filantin (b) hipofilantin7 Herba P. niruri (Bogor, Jawa Barat)8 Herba P. niruri (Ponorogo, Jawa Timur)9 Herba P. niruri (Kendal, Jawa Tengah)

10 Herba P. urinaria (Cianjur, Jawa Barat)11 Herba P. urinaria (Cianjur, Jawa Barat)

Gambar 15 Sidik jari KLT dengan pereaksi pendeteksi anisaldehida di lihat pada sinar tampak (a) daun meniran dan petai cina serta (b) herba meniran dan daun petai cina

IdentifikasiIdentifikasi dapat dilakukan dengan membandingkan hasil dengan

Sidik jari KLT pembanding untuk meniran hijau (Gambar 15). Tambahan pita dengan intensitas lemah mungkin dapat terjadi. Dengan menggunakan pereaksi anisaldehida yang dilihat pada sinar tampak, sampel meniran hijau akan memperlihatkan pita berwarna abu-abu gelap yang jelas (Rf

~ 0.37) yang merupakan pita hipofilantin. Selain itu juga terdapat pita berwarna biru pias (Rf ~ 0.28) yang merupakan pita filantin.

Metode ini dapat digunakan untuk identifikasi meniran hijau (P. niruri) setelah dibandingkan dengan profil pemisahan tumbuhan yang berkerabat dekat (P. urinaria dan P. debilis) maupun yang mirip bentuk daunnya yaitu L. leucocephala. Pita hipofilantin lebih jelas terlihat pada P. niruri dibandingkan dengan P. urinaria dan P. debilis, sedangkan pada L. leucocephala tidak terdapat pita hipofilantin. Selain itu, pita filantin hanya dapat terlihat sebagai pita berwarna biru pias pada meniran hijau.

Page 71: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

52

PustakaAhmeda A, Ismail Z, Gabriel A. 2005. Antioxidants properties of Phyllanthus

niruri extracts. Malaysian Journal of Science. 24(1): 195–200.

Calixto JB, Santos AR, Cechinel Filho V, Yunes RA. 1998. A review of the plants of the genus Phyllanthus: their chemistry, pharmacology, and therapeutic potential. Medical Research Review. 18: 225–258.

Gunawan I, Bawa I, Sutrisnayanti N. 2008. Isolasi dan identifikasi senyawa terpenoid yang aktif antibakteri pada herba meniran (Phyllanthus niruri Linn). Jurnal Kimia. 12: 31–39.

Harish R, Shivanandappa T. 2006. Antioxidant activity and hepatoprotective potential of Phyllanthus niruri. Food Chemistry. 95: 180–185.

Jose J, Sudhakaran S, Kumar S, Jayaraman S, Jayadevi V. 2014. Study of in vitro immunomodulatory effect of flavonoid isolated from Phyllanthus niruri on human blood lymphocytes and evaluation of its antioxidant potential. International Joutnal of Pharmacognosy and Phytochemical Research. 6(2): 284–289.

Kardinan A, Kusuma FR. 2004. Meniran Penambah Daya Tahan Tubuh Alami. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka

Munjrekar AP, Jisha V, Bag PP, Adhikary B, Pai MM, Hegde A, Nandini M. 2008. Effect of Phyllanthus niruri Linn. treatment on liver, kidney and testes in CCl4 induced hepatotoxic rats. Indian Journal of Experimental Biology. 46: 514–520.

Murugaiyah V, Chan KL. 2009. Mechanism of antihyperuricemics effect of Phyllanthus niruri L. and its lignin constituents. Journal of Ethnopharmacology. 124(2): 233–239.

Okoli CO, Obidike IC, Ezike AC, Akah PA, Salawu OA. 2011. Studies on the possible mechanisms of antidiabetic activity of extract of aerial parts of Phyllanthus niruri. Pharmaceutical Biology. 49: 248–255.

Page 72: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Bab 4Sidik Jari Kromatografi Lapis Tipis

53

Pegagan(Centella asiatica)

AU Fatahillah, W T Wahyuni, M Rafi

Deskripsi TanamanPegagan (Centella asiatica)

merupakan tumbuhan dengan penyebaran yang sangat luas, terutama daerah tropis seperti Indonesia. Tumbuhan ini tumbuh subur pada ketinggian 100–2.500 m di atas permukaan laut, di daerah terbuka dan di tempat yang lembap atau terlindung, seperti pematang sawah, tegalan, dan di bawah pohon (Mora & Fernando

2012). Pegagan merupakan herba tahunan, tanpa batang tetapi dengan rimpang pendek dan stolon-stolon yang merayap dengan panjang sekitar 10–80 cm. Daunnya tunggal yang tersusun dalam roset yang terdiri dari 2–10 daun, kadang-kadang agak berambut, tangkai daun panjang sampai 50 mm, helai daun berbentuk ginjal, lebar, dan bundar dengan garis tengah 1–7 cm, pinggir daun beringgit sampai beringgit-bergerigi, terutama ke arah pangkal daun (Gambar 16). Perbungaan berupa payung tunggal atau 3–5 bersama-sama keluar dari ketiak daun kelopak, gagang perbungaan 5–50 mm, lebih pendek dari tangkai daun. Bunga umumnya 3, yang ditengah duduk, yang disamping bergagang pendek, daun pelindung 2, panjang 3–4 mm, bentuk bundar telur, tajuk berwarna merah lembayung, panjang 1–1,5 mm, dan lebar sampai 0,75 mm. Buah pipih, lebar lebih kurang 7 mm, dan tinggi lebih kurang 3 mm, berlekuk dua, jelas berusuk, berwarna kuning kecokelatan, serta berdinding agak tebal (Backer & van den Brink Jr 1963).

Gambar 16 Pegagan

Page 73: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

54

Kandungan Senyawa KimiaPegagan telah diketahui memiliki senyawa kimia dari berbagai macam

kelas senyawa dengan yang utama yaitu terpena. Triterpena termasuk ke dalam kelas mayor pada pegagan. Senyawa utama yang termasuk ke dalam kelas triterpena tersebut yaitu asiatikosida, madekasosida, asam asiatat, dan asam madekasat (Schaneberg et al. 2002; Hashim et al. 2011). Triterpena lainnya yang berhasil diidentifikasi pada pegagan yaitu asam madasiatat, asam betulinat, asam thankunat, asam isothankunat, asam brahmat, centellin, centellisin, asiatisin, bayogenin, asam terminolat, asam 3β,6β,23-trihidroksiolean-12-en-28-oat, asam 3β,6β,23-trihidroksiurs-12-en-28-oat, asam 3-O-[α-L-arabinofuranosil] 2α,3β,6β,23-α tetrahidroksiurs-12-en-28-oat, centellasapogenol A, centellasaponin A-D, asam ursolat, asam pomolat, asam 3-epimaslinat, 23-O-asetilmadekasosida, dan 23-O-asetilasiatikosida B (Brinkhaus et al. 2000; Orhan 2012).

Selain itu pegagan juga mengandung senyawa golongan flavonoid seperti kuersetin, kaempferol, patuletin, rutin, apigenin, kastiliferol, kastilisetin, dan mirisetin (Brinkhaus et al. 2000; Orhan 2012). Senyawa lainnya yang juga berhasil diidentifikasi pada pegagan yaitu sterol seperti sitosterol dan stigmasetrol (Srivastava & Shukla 1996; Rumalla et al. 2010), serta kastasteron (Sondhi et al. 2010), maupun asam fenolat seperti asam rosmarinat (Yoshida et al. 2005), turunan asam kuinat, dan asam klorogenat (Subban et al. 2008)

Aktivitas FarmakologiSecara tradisional pegagan digunakan untuk mengobati batuk, susah

tidur, tuberkulosa, peluruh air seni, kencing darah, sariawan, demam, nafsu makan berkurang, luka kulit, pembengkakan hati, campak, bisul, mimisan, amandel, radang tenggorokan, bronkhitis, tekanan darah tinggi, wasir, keracunan, cacingan, sakit perut, epilepsi, kesuburan wanita, keputihan, antitumor, pegal linu, asma, lepra, demam, dan penambah darah (Nooryati 2007; BPOM 2010).

Aktivitas biologis pegagan telah banyak dilaporkan, seperti antioksidan (Jayashree et al. 2003), efek pelindung tukak lambung (Cheng et al. 2003),

Page 74: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Bab 4Sidik Jari Kromatografi Lapis Tipis

55

mencegah kerusakan kulit (Sommerfeld 2007), antiinflamasi (Li et al. 2009), antitumor (Pittella et al. 2009), dapat meningkatkan memori dan fungsi saraf (Soumyanath et al. 2011), hepatoprotektif (Pingale 2008), antikonvulsan (Sudha et al. 2002), imunostimulan (Wang et al. 2003), kardioprotektif (Gnanapragasam et al. 2004), dan antibakteri (Zaidan et al. 2005).

Analisis Sidik Jari KLTProsedur Preparasi sampel : Sebanyak 1 g simplisia sampel ditambahkan 10

ml metanol dan disonikasi selama 30 menit. Selanjutnya campuran disaring dan filtrat digunakan sebagai larutan uji.

Preparasi standar : Larutan standar asiatikosida dibuat dengan konsentrasi 1200 µg/mL dalam metanol.

Preparasi pendeteksi : Pereaksi Liebermann-Burchard dibuat dengan mencampurkan 1 mL asam sulfat pekat dan 20 mL anhidrida asetat ke dalam 79 mL kloroform

Pelat KLT : Pelat KLT silika gel 60 F254

Aplikasi sampel : Sampel dan standar diaplikasikan pada pelat KLT dalam bentuk pita dengan lebar 6 mm, jarak antar pita 5 mm, 10 mm dari sisi bawah, sisi kiri dan kanan pelat. Jumlah sampel dan standar yang diaplikasikan sebanyak 8 µL dan 3.3 µL

Sistem kromatografi Tipe bejana : Twin Through Chamber Penjenuhan : 30 menit Larutan pengembang : Kloroform-metanol-asam asetat (6.4: 3.5: 0.1)Jarak pengembangan : 80 mm dari posisi aplikasi sampelDerivatisasi : Pelat dicelupkan ke dalam larutan pendeteksi

bercak dan dikeringkan dalam oven dengan suhu 100oC selama 20 menit

Dokumentasi : Dokumentasi dilakukan di bawah sinar UV 366 nm

Page 75: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

56

HasilGambar 17 menunjukkan sidik jari KLT pegagan dengan daun

antanan air (Hydrocotyle verticillata) dan semanggi gunung (Hydrocotyle sibthorpioides) yang memiliki bentuk daun hampir mirip dengan pegagan.

(a) (b)1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7

Keterangan

Lajur Sampel1 C. asiatica2 H. verticillata3 H. sibthorpioide 4 asiatikosida5 C. asiatica (umur tanaman 3 bulan)6 C. asiatica (umur tanaman 4 bulan)7 C. asiatica (umur tanaman 5 bulan)

Gambar 17 Sidik jari KLT pegagan menggunakan pereaksi Liebermann Burchard untuk pendeteksi pita yang dilihat di bawah (a) UV 366 nm (b) sinar tampak

Page 76: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Bab 4Sidik Jari Kromatografi Lapis Tipis

57

IdentifikasiIdentifikasi dapat dilakukan dengan membandingkan hasil dengan

sidik jari KLT pembanding untuk pegagan (Gambar 17). Tambahan pita dengan intensitas lemah mungkin dapat terjadi. Dengan menggunakan pereaksi Lieberman Burchard sampel pegagan akan memperlihatkan pita berwarna biru terang (UV 366 nm) dan abu-abu yang pias (Rf ~ 0.51) yang merupakan pita asiatikosida.

Metode ini dapat digunakan untuk identifikasi pegagan setelah dibandingkan dengan profil pemisahan tumbuhan yang berkerabat dekat yaitu antanan air dan semanggi gunung. Pita asiatikosida terlihat jelas pada pegagan dan tidak terdeteksi pada antanan air dan semanggi gunung.

PustakaBacker CA, van den Brink B. 1963. Flora of Java (Spermatophytes only)

Volume II. Groningen: P Nordhoff.

[BPOM] Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2010. Pegagan (Centella asiatica (L) Urban). Jakarta: Direktorat Obat Asli Indonesia BPOM RI.

Brinkhaus B, Lindner M, Schuppan D, Hahn EG. 2000. Chemical, pharmacological and clinical profile of the East Asian medicinal plant Centella asiatica. Phytomedicine. 7(5): 427–448.

Cheng CL, Guo JS, Luk J, Koo MWL. 2004. The healing effects of Centella extract and asiaticoside on acetic acid induced gastric ulcers in rats. Life Sciences. 74: 2237–2249.

Gnanapragasam A, Kumar Ebenezar K, Sathish V, Govindaraju P, Devaki T. 2004. Protective effect of Centella asiatica on antioxidant tissue defense system against adriamycin induced cardiomyopathy in rats. Life Sciences. 76(5): 585–597.

Hashim P, Sidek H, Helme M, Sabery A, Palanisamy UD, Ilham M. 2011. Triterpene composition and bioactivities of Centella asiatica. Molecules. 16: 1310–1322.

Jayashree G, Muraleedhara GK, Sudarslal S, Jacob VB. 2003. Antioxidant activity of Centella asiatica on lymphoma-bearing mice. Fitoterapia. 74: 431–434.

Page 77: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

58

Li H, Gong X, Zhang L, Zhang Z, Luo F, Zhou Q, Chen J, Wan J. 2009. Madecassoside attenuates inflammatory response on collagen-induced arthritis in DBA/1 mice. Phytomedicine. 16: 538–546.

Mora E, Fernando A. 2012. Optimasi ekstraksi triterpenoid total pegagan [Centella asiatica (Linn.) Urban] yang tumbuh di Riau. Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia. 1(1): 11–16.

Nooryati. 2007. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia. Jakarta (ID): Sunda Kelapa Pustaka.

Orhan IE. 2012. Centella asiatica (L.) Urban: from traditional medicine to modern medicine with neuroprotective potential. Evidence Based Complementary Alternative Medicines Article ID 946259.

Rumalla CS, Ali Z, Weerasooriya AD, Smillie TJ, Khan IA. 2010. Two new triterpene glycosides from Centella asiatica. Planta Medica. 76(10): 1018–1021.

Pittella F, Dutra RC, Junior DD, Lopes MTP, Barbosa NR. 2009. Antioxidant and cytotoxic activities of Centella asiatica (L) Urb. International Journal of Molecular Sciences. 10: 3713–3721.

Pingale SS. 2008. Evaluation of effect of Centella asiatica on CCl4 induced rat liver damage. Pharmacology Online. 3: 537–543.

Schaneberg BT, Mikell JR, Bedir E, Khan IA. 2002. An improved HPLC method for quantitative determination of six triterpenes in Centella asiatica extracts and commercial products. Pharmazie. 58: 381–384.

Sommerfeld B. 2007. Randomised, placebo-controlled, double-blind, split-face study on the clinical efficacy of tricutanR on skin firmness. Phytomedicine. 14: 711–715.

Sondhi N, Bhardwaj R, Kaur S, Chandel M, Kumar N, Singh B. 2010. Inhibition of H2O2-induced DNA damage in single cell gel electrophoresis assay (comet assay) by castasterone isolated from leaves of Centella asiatica. Health. 2(6): 595–602.

Soumyanath A, Zhong YP, Henson E, Wadsworth T, Bishop J, Gold BG, Quinn JF. Centella asiatica extract improves behavioral deficits in a mouse model of alzheimer’s disease: investigation of a possible mechanism of action. International Journal of Alzheimer’s Disease. Article ID 381974.

Page 78: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Bab 4Sidik Jari Kromatografi Lapis Tipis

59

Srivastava R, Shukla YN. 1996. Some chemical constituents from Centella asiatica. Indian Drugs. 33(5): 233–234.

Subban R, Veerakumar A, Manimaran R, Hashim KM, Balachandran I. 2008. Two new flavonoids from Centella asiatica (Linn.). Journal of Natural Medicines. 62(3): 369–373.

Sudha S, Kumaresan S, Amit A, David J, Venkataraman BV. 2002. Anticonvulsant activity of different extracts of Centella asiatica and Bacopa monnieri in animals. Journal of Natural Remedies. 2(1): 33–41.

Yoshida M, Fuchigami M, Nagao T, Okabe H, Matsunaga K, Takata J, Karube Y, Tsuchihashi R, Kinjo J, Mihashi K, Fujioka T. 2005. Antiproliferative constituents from umbelliferae plants VII. Active triterpenes and rosmarinic acid from Centella asiatica. Biological and Pharmaceutical Bulletin. 28(1): 173–175.

Wang XS, Dong Q, Zuo JP, Fang JN. 2003. Structure and potential immunological activity of a pectin from Centella asiatica (L.) Urban. Carbohydrate Research. 338(22): 2393–2402.

Zaidan MR, Noor Rain A, Badrul AR, Adlin A, Norazah A, Zakiah I. 2005. In vitro screening of five local medicinal plants for antibacterial activity using disc diffusion method. Tropical Biomedicine. 22(2): 165–170.

Page 79: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

60

Sambiloto(Andrographis paniculata)I Shofa, ED Purwakusumah, M Rafi

Deskripsi TanamanSambiloto (Andrographis paniculata Nees) dapat ditemukan di

berbagai negara karena tanaman ini dapat tumbuh di semua jenis tanah. Sambiloto (Gambar 18) dapat tumbuh mencapai ketinggian 60–70 cm. Batangnya berkayu dan memiliki banyak cabang (monopodial). Daunnya tunggal saling berhadapan silang dengan pangkal dan ujung yang runcing, tepi daun rata dan permukaannya halus, berwarna hijau. Panjang daunnya sekitar 2–8 cm dan lebarnya 1–3 cm. Bunganya berbibir berwarna putih keunguan dan berbentuk tabung kecil (Subramanian et al. 2008).

Gambar 18 Sambiloto

Kandungan Senyawa KimiaKandungan senyawa bioaktif pada sambiloto termasuk dalam kelas

diterpenoid lakton dan flavonoid (Widyawati 2007). Komponen utama dari sambiloto yaitu andrografolida dan turunannya. Selain itu, dalam sambiloto juga terdapat alkaloid, polifenol, dan saponin (Mahendra 2005).

Page 80: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Bab 4Sidik Jari Kromatografi Lapis Tipis

61

Aktivitas FarmakologiDi Indonesia, herba sambiloto telah digunakan untuk pengobatan

demam, sebagai tonik, dan mengobati gatal-gatal pada kulit (BPOM 2006). Tumbuhan ini mempunyai aktivitas biologis yang luas seperti yang telah dilaporkan oleh beberapa hasil penelitian yaitu antibakteri (Singha et al. 2003), antiinflamasi (Sheeja et al. 2006), antioksidan, antioedema, analgesik (Lin et al. 2009), antidiare (Gupta et al. 1993), antivirus (Wiart et al. 2005), antimalaria (Zein et al. 2013), antikanker (Kumar et al. 2004), antihiperglikemik (Reyes et al. 2006), hepatoprotektor (Kapil et al. 1993), dan imunostimulan (Kumar et al. 2004).

Analisis Sidik Jari KLTProsedur Preparasi sampel : Sebanyak 1 g simplisia sampel ditambahkan

10 mL metanol dan disonikasi selama 30 menit. Selanjutnya campuran disaring dan filtrat digunakan sebagai larutan uji.

Preparasi standar : Larutan standar andrografolida dibuat dengan konsentrasi 1.000 µg/mL dalam metanol.

Preparasi pendeteksi : Sejumlah 10 mL asam sulfat pekat ditambahkan pada campuran 170 mL metanol dan 20 mL asam asetat glasial, kemudian campuran tersebut ditambahkan dengan 1 mL anisaldehida.

Pelat KLT : Pelat KLT silika gel 60 F254

Aplikasi sampel : Sejumlah 15 μL larutan sampel dan standar diaplikasikan pada pelat KLT dalam bentuk pita dengan lebar 8 mm dengan jarak antar pita 5 mm, 10 mm dari sisi bawah, dan 5 mm dari sisi atas pelat.

Sistem kromatografi

Tipe bejana : Twin trough chamberPenjenuhan : 30 menit Larutan pengembang : Kloroform-metanol (9.5: 0.5)Jarak pengembangan : 80 mm dari posisi aplikasi sampel

Page 81: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

62

Derivatisasi : Pelat disemprot dengan larutan anisaldehida untuk mendeteksi bercak dan dikeringkan dalam oven 105 0C selama 10 menit.

Dokumentasi : UV 254 nm (pelat tanpa larutan pendeteksi)

Di bawah sinar tampak (pelat yang disemprot dengan larutan pendeteksi)

HasilGambar 19 di bawah ini menunjukkan sidik jari KLT daun, batang, dan

akar sambiloto.

(a)

(b)

Lajur Sampel1 Andrografolida2 Daun sambiloto (Bogor, Jawa Barat)3 Batang sambiloto (Bogor, Jawa Barat)4 Akar sambiloto (Bogor, Jawa Barat)5 Daun sambiloto (Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta)

Page 82: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Bab 4Sidik Jari Kromatografi Lapis Tipis

63

Lajur Sampel6 Batang sambiloto (Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta)7 Akar sambiloto (Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta)8 Daun sambiloto (Solo, Jawa Tengah)9 Batang sambiloto (Solo, Jawa Tengah)

10 Akar sambiloto (Solo, Jawa Tengah)11 Daun sambiloto (Sukoharjo, Jawa Tengah)12 Batang sambiloto (Sukoharjo, Jawa Tengah)13 Akar sambiloto (Sukoharjo, Jawa Tengah)14 Daun sambiloto (Boyolali, Jawa Tengah)15 Batang sambiloto (Boyolali, Jawa Tengah)16 Akar sambiloto (Boyolali, Jawa Tengah)

Gambar 19 Sidik jari KLT sambiloto dengan deteksi (a) UV 254 nm dan (b) disemprot menggunakan pereaksi anisaldehida dilihat di bawah sinar tampak

IdentifikasiIdentifikasi dapat dilakukan dengan membandingkan hasil dengan sidik jari KLT pembanding untuk sambiloto (Gambar 19). Tambahan pita dengan intensitas lemah mungkin dapat terjadi. Deteksi menggunakan UV 254 nm maupun pereaksi anisaldehida, sampel sambiloto akan memperlihatkan pita berwarna hitam (UV 254 nm) dan ungu gelap (anisaldehida) (Rf ~ 0.1) yang merupakan pita andrografolida.

Pustaka[BPOM-RI] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

(2006). Serial Data Terkini Tumbuhan Obat: Sambiloto. Andrographis paniculata (Burm. F.) Ness. Jakarta: BPOM RI.

Gupta S, Yadava JNS, Tandon JS. 1993. Antisecretory (antidiarrhoeal) activity of Indian medicinal plants against Escherichia coli enterotoxin-induced secretion in rabbit and guinea pig ileal loop models. Pharmaceutical Biology. 31: 198–204.

Kapil A, Koul IB, Banerjee SK, Gupta BD. 1993. Antihepatotoxic effects

Page 83: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

64

of major diterpenoid constituents of Andrographis paniculata. Biochemical Pharmacology. 46: 182–185.

Kumar RA, Sridevi K, Kumar NV, Nanduri S, Rajagopal S. 2004. Anticancer and immunostimulatory compounds from Andrographis paniculata. Journal of Ethnopharmacology. 92: 291–295.

Lin FL, Wu SJ, Lee SC, Ng LT. 2009. Antioxidant, antioedema and analgesic activities of Andrographis paniculata extracts and their active constituent andrographolide. Phytoteraphy Research. 23: 958–964.

Mahendra B. 2005. 13 Jenis Tanaman Obat Ampuh. Jakarta: Penebar Swadaya.

Reyes BA, Bautista ND, Tanquilut NC, Anunciado RV, Leung AB, Sanchez GC, Magtoto RL, Castronuevo P, Tsukamura H, Maeda, KI. 2006. Antidiabetic potentials of Momordica charantia and Andrographis paniculata and their effects on estrous cyclicity of alloxan-induced diabetic rats. Journal of Ethnopharmacology. 105: 196–200.

Singha PK, Roy S, Dey S. 2003. Antimicrobial activity of Andrographis paniculata. Journal of Ethnopharmacology. 74: 692–694.

Sheeja K, Shihab PK, Kuttan G. 2006. Antioxidant and antiinflammatory activities of the plant Andrographis paniculata Nees. Immunopharmacology and Immunotoxicology. 28: 129–140.

Subramanian R, Azmawi MZ, Sadikun A. 2008. In vitro a-glucosidase and a-amylase enzyme inhibitory effects of Andrographis paniculata extract and andrografolid. Acta Biochimica Polonica. 55: 391–398.

Wiart C, Kumar K, Yusof MY, Hamimah H, Fauzi ZM, Sulaiman M. 2005. Antiviral properties of ent-labdane diterpenes of Andrographis paniculata Nees. inhibitors of herpes simplex virus type I. Phytotherapy Research.19: 1069–1070.

Widyawati T. 2007. Aspek farmakologi sambiloto (Andrographis paniculata Nees). Majalah Kedokteran Nusantara. 40: 216–222.

Zein U, Fitri LE, Saragih A. 2013. Comparative study of antimalarial effect of sambiloto (Andrographis paniculata) extract, chloroquine and artemisinin and their combination against Plasmodium falciparum in vitro. Acta Medica Indonesiana. 45: 38–43.

Page 84: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Bab 4Sidik Jari Kromatografi Lapis Tipis

65

Kumis Kucing (Ortosiphon stamineus)

D.A. Septaningsih, E.D. Purwakusumah, M. Rafi

Deskripsi TanamanTanaman kumis kucing dapat ditemukan pada daerah yang teduh tidak

telalu kering. Kumis kucing (Gambar 20) mempunyai ciri semak pendek dengan ketinggian 0.3–1 m. Batang kumis kucing memiliki bulu halus dan agak berkayu. Daun tanaman ini berbentuk bundar, sedikit lonjong dan memanjang 2–4 cm dengan tepi daun bergerigi dan berbulu halus, serta ujung dan pangkalnya meruncing. Bunga tersusun dalam bentuk tandan dalam jumlah banyak, berwarna putih atau keunguan. Buahnya keras, memanjang serta berkerut halus.

Gambar 20 Kumis kucing

Kandungan Senyawa KimiaKandungan senyawa pada kucing kucing termasuk dalam golongan

polimetoksilat flavonoid, fenilpropanoid (turunan asam kafeat), terpenoid (terutama diterpena dan triterpena), steroid, saponin, glikosida, dan karbohidrat (Maltured et al. 1989). Flavonoid yang terdapat pada ekstrak daun O. stamineus adalah eupatorin, 3’-hidroksi-5,6,7,4’-

Page 85: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

66

tetrametoksiflavon, termasuk sinensetin yang telah diketahui sebagai senyawa penciri dari kumis kucing (Akowuah et al. 2004; Loon et al. 2005) Senyawa siphonol dari jenis terpenoid ditemukan dalam kumis kucing dari Indonesia, selain senyawa orthosiphol (Takeda et al. 1993). Olah et al. (2003) menunjukan kandungan senyawa asam kafeat, asam sikorat, asam rosmarinat sebagai golongan fenilpropanoid pada kumis kucing.

Aktivitas FarmakologiKumis kucing telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai pengobatan radang ginjal, batu ginjal, albuminuria, kencing manis, rematik, menurunkan kadar gula, dan syphilis. Kumis kucing memiliki aktivitas biologis sebagai formula untuk penyembuhan diabetes (Mohamed et al. 2011), diuretik (peluruh urin), antihipertensi (Matsubara et al. 1999; Ohashi et al. 2000), antiinflamasi (Hsu et al. 2010), antioksidan (Pratiwi et al. 2010), antibakteri (Ho et al. 2010), kardioprotektif (Maheshwari et al. 2011), antiangiogenik, dan antitumor (Ahamed et al. 2012).

Analisis Sidik Jari KLTProsedur Preparasi sampel : Sebanyak 0.5 g simplisia sampel ditambahkan

10 mL metanol dan disonikasi selama 30 menit. Selanjutnya campuran disaring dan filtrat digunakan sebagai larutan uji.

Preparasi standar : Larutan standar sinensetin dibuat dengan konsentrasi 200 ppm dalam metanol.

Preparasi pendeteksi

: Larutan pendeteksi A dibuat dengan melarutkan 0.1 g Asam difenilboronat amino etil ester dalam 20 mL etil asetat.

Larutan pendeteksi B dibuat dengan melarutkan 1 g Polietilena glikol 400 (macrogol) dengan 20 mL diklorometana.

Pelat KLT : Pelat KLT silika gel 60 F254

Page 86: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Bab 4Sidik Jari Kromatografi Lapis Tipis

67

Aplikasi sampel : Sampel dan standar diaplikasikan pada pelat KLT dalam bentuk pita dengan lebar 8 mm, jarak antarpita 4 mm, 10 mm dari sisi bawah, serta 10 mm dari sisi kiri dan kanan pelat.

Jumlah sampel dan standar yang diaplikasikan sebanyak 15 µL dan 3 µL

Sistem kromatografiTipe bejana : Twin Trough ChamberPenjenuhan : 30 menitLarutan pengembang

: kloroform: heksana : etil asetat (1:2:2)

Jarak pengembangan

: 80 mm dari posisi aplikasi sampel

Derivatisasi : Pelat dipanaskan dalam oven 105 oC selama 3 menit kemudian dalam keadaan panas dicelupkan ke dalam larutan pendeteksi A dikeringkan dalam suhu kamar. Setelah kering pelat dicelupkan pada larutan pendeteksi B.

Dokumentasi : Dokumentasi dilakukan di bawah UV 254 nm, 366 nm, dan sinar tampak

Page 87: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

68

HasilGambar 21 menunjukkan sidik jari KLT kumis kucing dari beberapa daerah

dan Gambar 22 menunjukan sidik jari KLT kumis kucing dengan bandotan, dandang gendis dan teh tehan yang memiliki bentuk daun yang hampir mirip dengan kumis kucing.

1 2 3 4 5 6 7 Gambar 21 Sidik jari KLT pemisahan kumis kucing dari beberapa daerah

(1 = kumis kucing putih dari Bandung, 2 = kumis kucing ungu dari Bandung, 3 = Bogor, 4 = sinensetin, 5 = kumis kucing putih dari Jember, 6 = kumis kucing putih dari Pekalongan, 7 = kumis kucing putih dari Tuban)

Page 88: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Bab 4Sidik Jari Kromatografi Lapis Tipis

69

1 1 12 2 23 3 34 4 45 5 5

Lajur Sampel Rf1 Bandotan (Ageratum conyzoides) -2 Dandang gendis (Clinacanthus nutans L.) -3 Sinensetin 0.294 Kumis Kucing (Ortosiphon stamineus) 0.295 Teh-tehan (Duranta Erecta) -

Gambar 22 Sidik jari KLT pemisahan kumis kucing dengan sinar UV 254 nm (a), sinar UV 366 nm (b), dan pereaksi natural product di bawah sinar UV 366 nm (c)

IdentifikasiIdentifikasi dapat dilakukan dengan membandingkan sidik jari KLT

kumis kucing dengan pembanding standar sinensetin (Gambar 20). Pita yang dapat membedakan senyawa sinensetin dengan senyawa lain adalah pita warna biru (Rf ~ 0.29) yang dihasilkan di bawah UV 254 nm. Warna biru yang lebih cerah dihasilkan pada UV 366 nm.

Profil pemisahan kumis kucing yang berasal dari beberapa daerah menunjukan hasil yang tidak berbeda signifikan. Perbedaan yang terlihat adalah dari intensitas warna pita yang dihasilkan. Tambahan pita dengan intensitas lemah mungkin dapat terjadi. Sampel kumis kucing dari daerah Pekalongan dan Tuban memiliki intensitas warna untuk senyawa sinensetin yang lebih rendah. Hal ini dapat menduga kandungan sinensetinnya lebih kecil dibandingkan dari daerah lainnya.

Page 89: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

70

Deteksi Senyawa PalsuMetode spesifik dilakukan untuk membedakan kumis kucing dengan

sampel lain yang memiliki bentuk daun yang hampir sama (bandotan, dandang gendis dan teh-tehan). Setiap sampel mempunyai sidik jari yang berbeda (Gambar 21). Tanaman bandotan menunjukan pita yang yang sama seperti standar sinensetin dan kumis kucing (Rf ~ 0.29) dengan pendeteksi natural produk di bawah UV 366 nm. Namun pada UV 254 nm menegaskan pita tersebut tidak terlihat sehingga senyawa sinensetin hanya dimiliki pada kumis kucing dan sebagai penciri dalam membedakan dengan sampel yang lain.

Pustaka Ahamed MBK, Aisha AFA, Nassar ZD, Siddiqui JM, Ismail Z, Omari SMS,

Parish CR, Majid AMSA. 2012. Cat’s whiskers tea (Orthosiphon stamineus) extract inhibits growt of colon tumor in nude mice and angiogenesis in endothelial cells via suppressing VEGFR phosphorylation. Nutrition and Cancer. 64: 89–99.

Akowuah GA, Zhari I, Norhayati I, Sadikun A, Khamsah SM. 2004. Sinensetin, eupatorin, 3’-hydroxyl-5,6, 7, 4’-tetramethoxyflavone and rosmarinic acid contents and antioxidative effect of Orthosiphon stamineus from Malaysia. Food Chemistry. 87: 559–566.

Ho CH, Noryati I, Sulaiman SF, Rosma A. 2010. In vitro antibacterial and antioxidant activities of Orthosiphon stamineus Benth. extracts against food-borne bacteria. Food Chemistry. 122: 1168.

Hsu CL, Hong BH, Yu YS, Yen GC. 2010. Antioxidant and Anti-Inflammatory Effects of Orthosiphon aristatus and Its Bioactive Compounds. Journal of Agricultural and Food Chemistry. 58 (4): 2150–2156.

Loon YH, Wong, JW, Yap SP, Yuen, KH. 2005. Determination of flavonoids from Orthosiphon stamineus in plasma using a simple HPLC method with ultraviolet detection. Journal of Chromatography. 816: 161–166.

Page 90: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Bab 4Sidik Jari Kromatografi Lapis Tipis

71

Maheshwari C, Umadevi M, Anudeepa J, Ramya R, Narayanan RV. 2011. Cardioprotective Effect of Orthosiphon stamineus on Isoproterenol Induced Myocardial Infarction in Rat. International Journal of Pharmacy and Technology. 3: 2896–2904.

Malterud KE, Hanche-Olsen IM, Smith-Kielland I. 1989. Flavonoids from Orthosiphon spicatus. Planta Medica. 55: 569–570.

Matsubara T, Bohgaki T, Watarai M, Suzuki H, Ohashi K, Shibuya H. 1999. Antihypertensive actions of methylripariochromene A from Orthosiphon aristatus, an Indonesian traditional medicinal plant. Biological and Pharmaceutical Bulletin. 22(10): 1083–1088.

Mohamed EA, Mohamed AJ, Asmawi MZ, Sadikun A, Ebrika OS, Yam MF. 2011. Antihyperglycemic Effect of Orthosiphon Stamineus Benth Leaves Extract and Its Bioassay-Guided Fractions. Molecules. (16): 3787–3801.

Ohashi K, Bahgaki T, Shibuya H. 2000. Antihypertensive Substance in the leaves of Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus) in Java Island. Yakugaku Zasshi Journal Pharmaceutical Society. 120(5) : 474–482.

Olah NK, Radu L, Mogosan C, Hanganu D, Gocan S. 2003.Phytochemicals and pharmacological studies on OrthosiphonstamineusBenth (Lamiacece) hydroalcoholic extract. Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analysis. 33: 117–123.

Pratiwi P, Surezy M, Cahyono B. 2010. Total Fenolat dan Flavonoid dari ekstrak dan fraksi daun Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus B.) Jawa Tengah serta aktivitas antioksidan. Jurnal Sains dan Matematika. 18: 140–148.

Takeda Y, Matsumoto T, Terao H, Shingu T, Futatsuishi Y, Nohara T, Kajimoto T. 1993. Orthosiphol D And E, Minor Diterpenes From Orthosiphon-stamineus. Phytochemistry. 33(2): 411–415.

Page 91: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan
Page 92: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Indeks

AAfinitas 23

aktivitas 3, 9, 17, 21, 24, 26, 38, 43, 48, 54, 61, 66, 71

andrografolid 64

Andrographis paniculata 60, 63, 64

Anisaldehida 31, 32, 38, 40, 45, 49, 51, 61, 62, 63

Asam asetat 30, 38, 49, 55, 61

Asam sulfat 31, 38, 43, 49, 55, 61

asiatikosida 54, 55, 56, 57

Bbandotan 34, 68, 69, 70

Bejana 23, 39, 44, 49, 55, 61, 67

Bioaktif 1, 5, 17, 22, 60

Biologis 17, 21, 24, 26, 54, 61, 66

CCentella asiatica 53, 57, 58, 59

Curcuma Xanthorrhiza Roxb. 45, 46

Ddandang gendis 34, 68, 69, 70

Densitometer 32, 33

Derivatisasi 23, 24, 27, 28, 31, 32, 33, 39, 44, 49, 55, 62, 67

deskripsi tanaman 37, 42, 47, 53, 60, 65

Diklorometana 30, 44, 49, 66

Diskriminasi 22

Dokumentasi 28, 32, 33, 39, 44, 49, 55, 62, 67

EEluen 29, 31

Elusi 22, 31

Etil asetat 30, 33, 39, 66, 67

FFarmakologi 38, 43, 48, 54, 61, 64,

66

Fase diam 23, 27, 29, 30, 31, 33

Fase gerak 23, 25, 27, 29, 30, 33

fast blue 31, 32

Page 93: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

74

filantin 48, 51

Fitofarmaka 2

Fitokimia 4, 5, 10, 15, 17, 18, 22

Formulasi 22, 27

GGACP 10, 14, 16

GAP 10, 15, 16

Gingerol 38, 40

GMP 10

GPAIP 10

HHeksana 30, 33, 39, 67

Herbal 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 24, 26, 27, 35

hipofilantin 48, 51

JJahe 32, 37, 38, 39, 40

Jarak 23, 31, 39, 44, 49, 55, 61, 67

Jati belanda 33

KKeamanan 7, 8, 9, 13, 16, 17, 21,

27

Kendali mutu 5, 16, 17, 18, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 31, 33, 35

Keragaan 1, 3, 5

Ketersalinan 29, 31

Khasiat 3, 7, 8, 9, 16, 17, 21, 27

Kimiawi 1, 2, 3, 4, 5

Kloroform 30, 39, 44, 49, 55, 61, 67

KLT 12, 18, 19, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 38, 39, 40, 43, 44, 45, 48, 49, 51, 55, 56, 57, 61, 62, 63, 66, 67, 68, 69

KLT-KT 12, 18, 29, 34

Konsistensi 11, 14, 16, 21, 26, 27

Kromatografi 5, 9, 11, 12, 16, 17, 18, 22, 23, 25, 29, 31, 39, 44, 49, 61, 67,

Kromatografi lapis tipis 2, 4, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71

Kualitas 4, 5, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 21, 22, 24, 27

Kumis kucing 34, 65, 66, 68, 69, 70, 71

kurkuminoid 43, 45

Page 94: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

Indeks

75

LLiebermann-Burchard 55

MMeniran 15, 47, 48, 49, 51, 52

Metabolomis 22

Metanol 30, 38, 43, 48, 49, 55, 61, 66

Mutu 5, 9, 10, 16, 17, 18, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 31, 33, 35

morfologi 13, 14, 34

Nnatural product 19, 31, 69

OObat 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12,

13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 33, 35, 36, 38, 48, 57, 58, 63, 64

Ortosiphon stamineus 65, 69

PPegagan 14, 32, 53, 54, 56, 57, 58

Pelarut 23, 28, 29, 31

pelat 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 38, 39, 43, 44, 49, 55, 61, 62, 66, 67

Pemalsuan 8, 10, 15, 22

Pemisahan 22, 23, 25, 26, 29, 30, 31, 32, 51, 57, 68, 69

pendeteksi 26, 38, 39, 40, 43, 44, 45, 49, 51, 55, 56, 61, 62, 66, 67, 70

produk 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 21, 22, 24, 26, 27, 34, 70

Penapisan 21

Penciri 2, 14, 22, 24, 26, 32, 48, 66, 70

Pendeteksi 26, 38, 39, 40, 43, 44, 45, 49, 51, 55, 56, 61, 62, 66, 67, 70

petai cina 15, 49, 51

Phyllanthus niruri 47, 52

Pita 23, 26, 27, 28, 30, 32, 39, 40, 44, 45, 49, 51, 55, 56, 57, 61, 63, 67, 69, 70

RResolusi 22, 23, 25, 30

SSambiloto 60, 61, 62, 63, 64

Senyawa 2, 3, 4, 5, 9, 12, 14, 15, 16, 17, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 38, 43, 45, 47, 48, 52, 54, 60, 65, 66, 69, 70

Page 95: ATLAS - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2019/Atlas Kromatografi Lapis Tipis... · Traditional Chinese medicine, ayurveda, dan unani termasuk di antara sistem pengobatan

ATLASKromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia

76

Sidik jari 5, 9, 12, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 33, 34, 37, 38, 39, 40, 41, 43, 44, 45, 47, 48, 49, 51, 53, 55, 56, 57, 59, 61, 62, 63, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71

Silika 23, 29, 30, 33, 38, 43, 49, 55, 61, 66

Simplisia 15, 38, 43, 48, 55, 61, 66

Sinensetin 34, 66, 68, 69, 70

Spektroskopi 5, 9, 11, 12, 15, 17, 18

Spesies 4, 11, 13, 15, 16, 17, 34

Spot 30, 32, 45

stabilitas 17, 22, 24, 26, 27, 31, 34

Standardisasi 5, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 21, 22, 27

TTCM 22, 35

Teh-tehan 34, 69, 70

Temulawak 14, 22, 32, 42, 43, 44, 45, 46

Terapetik 2, 3, 17

tumbuhan 1, 2, 3, 4, 5, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 38, 40, 42, 44, 46, 47, 48, 50, 51, 52, 53, 54, 56, 57, 58, 60, 61, 62, 63, 64, 66, 68, 70

twin trough chamber 61, 67

UUV 12, 18, 19, 26, 32, 33, 39, 40,

55, 56, 57, 62, 63, 67, 69, 70

VValidasi 33, 34

Vanilin 32, 33, 45

XXanthorizol 45

ZZingiber officinale Rosc. 40

Zona 25