Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

44
ASKEP GANGGUAN PENGLIHATAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah warga usia lanjut di Indonesia yang semakin banyak agaknya tidak terbendung lagi seiringnya usia harapan hidup. Diproyeksikan populasi orang usia lanjut pada tahun 1990-2025 akan naik 414 % suatu angka tertinggi didunia berbagai masalah fisik, psikologi dan sosial akan muncul pada usia lanjut sebagai akibat dari proses menua dan atau penyakit degeneratif yang muncul seiring dengan menuanya seseorang. Tentu tidak mudah untuk membedakan apakah masalah yang muncul merupakan akibat proses menua atau akibat dari penyakit kronik degeneratif yang diderita sejalan dengan berjalan usia seseorang. Keadaan ini dapat mengakibatkan masalah-masalah yang muncul pada seorang usia lanjut menjadi tidak terkelola dangan baik karena dianggap suatu proses terjadi akibat penuaan atau sebaliknya. Justru ditangani secara berlebihan. Padahal merupakan masalah yang muncul akibat proses menua. Secara umum proses menua didefenisikan sebagai perubahan yang dikaitkan dengan waktu, akibat universal, intrinsik, progresif dan detrimental.

Transcript of Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

Page 1: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

ASKEP GANGGUAN PENGLIHATAN

BAB I 

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jumlah warga usia lanjut di Indonesia yang semakin banyak agaknya tidak

terbendung lagi seiringnya usia harapan hidup. Diproyeksikan populasi orang usia

lanjut pada tahun 1990-2025 akan naik 414 % suatu angka tertinggi didunia

berbagai masalah fisik, psikologi dan sosial akan muncul pada usia lanjut sebagai

akibat dari proses menua dan atau penyakit degeneratif yang muncul seiring

dengan menuanya seseorang.

Tentu tidak mudah untuk membedakan apakah masalah yang muncul

merupakan akibat proses menua atau akibat dari penyakit kronik degeneratif yang

diderita sejalan dengan berjalan usia seseorang. Keadaan ini dapat mengakibatkan

masalah-masalah yang muncul pada seorang usia lanjut menjadi tidak terkelola

dangan baik karena dianggap suatu proses terjadi akibat penuaan atau sebaliknya.

Justru ditangani secara berlebihan. Padahal merupakan masalah yang muncul

akibat proses menua.

Secara umum proses menua didefenisikan sebagai perubahan yang

dikaitkan dengan waktu, akibat universal, intrinsik, progresif dan detrimental.

Keadaan tersebut dapat berkurang kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan

dan untuk dapat bertahan hidup. Proses menua antar individu dan antar organ

tubuh tidaklah sama proses menua amat dipengaruhi oleh penyakit-penyakit

degeneratif, kondisi lingkungan serta gaya hidup. Berbagai pihak menyadari

bahwa warga usia lanjut Indonesia yang semangkin bertambah akan membawa

pengaruh besar dalam pengelolaan masalah kesehatan. Pengaruh besar tidak saja

dari segi kuantitas namun juga kualitas, baik kualitas pelayanan kesehatan. Warga

usia lanjut tetap sehat dan mengupayakan agar deteksi dini dapat dilakukan

dengan baik merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan dan kualitas terhadap

usia lanjut.

Page 2: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya

daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh.

Walaupun demikian, memang harus diakuai bahwa ada berbagai penyakit yang

sering menghinggapi pada lansia. Proses menua sudah mulai berlangsung setiap

seseorang mencapai usia dewasa, misalnya dengan terjadinya pada otot,

pengindaraan baik itu indra penglihatan, penciuman, perabaan, pendengaran dan

pengecapan.

Maka dari pada itu, kelompok sangat tertarik untuk membahas yang terkait

dengan masalah-masalah yang terjadi pada usia lanjut. Khususnya gangguan

pengindraan yang dialami oleh usia lanjut.

B.     Ruang Lingkup

Luasnya tingkat permasalahan kesehatan yang terjadi pada pembahasan ini,

sehingga saya membatasi hanya pada asuhan keperawatan pada lansia dengan

gangguan indra khususnya lansia dengan penyakit “katarak”

C.     Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1.      Tujuan Umum

Memperoleh suatu gambaran tentang asuhan keperawatan pada lansia sehat

dengan gangguan indra khususnya lansia denga penyakit “katarak”

2.      Tujuan Khusus 

a. Mengidentifikasi anatomi fisiologi pengindraan.

b. Mengetahui gangguan sistem pengindraan yang terjadi pada lansia khususnya

lansia dengan penyakit “katarak”

c. Mengetahui diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada lansia dengan

gangguan indra khususnya lansia dengan penyakit “katarak”

Page 3: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. ANATOMI DAN FISOLOGI SISTEM PENGLIHATAN

1. Anatomi Mata

Indra penglihatan yang terletak pada mata (organ visus) yang terdiri dari organ

okuli assesoria (alat bantu mata) dan okulus (bola mata).  Saraf indra penglihatan,

yaitu saraf optikus (urat saraf kranial kadua), muncul dari sel-sel ganglion dalam

retina, bergabung untuk membentuk saraf optikus.Organ okuli assesorius terdiri

dari;

Kavum orbita, yang merupakan rongga mata yang bentuknya seperti kerucut

dengan puncaknya mengarah ke depan, dank e dalam. Dinding rongga mata

dibentuk oleh tulang: os frontalis, os zigomatikum, os sfenoidal, os palatum, dan

os lakrimal. Rongga bola mata berisi jaringan lemak, otot fasia, saraf, pembuluh

darah dan aparatus lakrimalis.

Supersilium (alis mata), merupakan batas orbita dan potongan kulit tebal yang

melengkung, ditumbuhi oleh bulu pendek yang berfungsi sebagai kosmetik atau

Page 4: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

alat kecantikan dan sebagai alat pelindung mata dari sinar matahari yang sangat

terik.

Palpebra (kelopak mata), merupakan dua buah lipatan atas dan bawah kulit

yang terletak di depan bulbus okuli. Kelopak mata atas lebih lebar dari kelopak

mata bawah. Fungsinya adalah sebagai pelinding mata sewaktu-waktu kalau ada

gangguan pada mata (menutup dan membuka mata). Kelopak mata atas lebih

mudah digerakkan karena terdiri dari muskulus levator palpebra superior.

Apparatus lakrimalis (air mata). Air mata dihasilkan oleh kelenjar lakrimalis

superior dan inferior. Melalui duktus ekskretorius lakrimalis masuk ke dalam

mata ke dalam kanalis lakrimalis mengalir ke duktus nasolakrimalis terus ke

meatus nasalis inferior.

      Konjungtiva. Permukaan dalam kelopak mata disebut konjungtiva

palpebra, yang merupakan lapisan mukosa. Bagian yang membelok dan kemudian

melekat pada bola mata disebut konjungtiva bulbi. Pada konjungtiva ini banyak

sekali kelenjar-kelenjar limfe dan pembuluh darah.

Otot-otot penggerak mata :                     

A. M.Obliques superior

B. M.Rectus superior

C. Tendon obliques superior

D. M.Rectus lateral

E. M.Obliques inferior

F. M.Rectus inferior.

Tiga ruang atau rongga bola mata :

1. Camera occuli anterior (COA) :

A. Ruang bola mata bagian depan.

B. Antara iris dan kornea

C. Berisi cairan aques humor

Page 5: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

D. Terdapat sudut COA ( antara iris dan kornea ) yang menyerap aqeus

humor mengalir kekanan

E. SCHLEM = sinus venosus sclera (vena halus).

2. Camera oculli posterior COP :

A. Terletak antara iris dan lensa.

B. Corpus ciliaris sehingga terbentuknya aqueus humor

3. Corpus vitreum :

A. Terletak di antara iris dan lensa

B. Vitreus humor adalh cairan warna keputihan seperti gel ( agar-agar).

2.      Fisiologi Mata

            Organ sensori kompleks yang mempunyai fungsi optikal untuk melihat

dan saraf untuk tranduksi sinar. Aparatus optik mata membentuk dan

mempertahankan ketajaman fokus objek dalam retina. Prinsip optik: sinar

dialihkan berjalan dari satu medium ke medium lain dari kepadatan yang berbeda,

fokus utama pada garis yang berjalan melalui pusat kelengkungan lensa sumbu

utama.

            Indera penglihatan menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina

dengan perantara serabut nervus optikus, menghantarkan rangsangan ini ke pusat

penglihatan pada otak untuk ditafsirkan. Cahaya yang jatuh ke mata menimbulkan

bayangan yang letaknya difokuskan pada retina. Bayangan itu akan menembus

dan diubah oleh kornea lensa badan ekueus dan vitrous. Lensa membiaskan

cahaya dan memfokuskan bayangan pada retina bersatu menangkap sebuah titik

bayangan yang difokuskan.

B.       PROSES MENUA

      Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

maksimal setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan jumlah sel sel yang ada

Page 6: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi

secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan.

     Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi

serta memperbaiki kerusakan yang diderita ( constantinides 1994 ). Seiring

dengan proses  menua tersebut tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan

atau yang biasa disebut penyakit degeneratif. 

C.      TEORI TEORI PROSES PENUAAN

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori biologi,

teori kejiwaan sosial dan teori spiritual.

1.      Teori Biologi

Teori bilogi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow theory, teori

stres, teori radikal bebas, dan teori rantai silang.

a)                  Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies – spesies

tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram

oleh molekul – molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami

mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi

penurunan kemampuan fungsional sel)

b)                  Pemakaian dan rusak

Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak)

c)                  Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)

Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada

jaringan tubuh tertentu yang tidaktahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan

tubuh menjadi lemah dan sakit.

Page 7: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

d)                 Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)

Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus

kedalam tubuh dapat menyebabkab kerusakan organ tubuh.

e)                  Teori stres

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi

jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan

usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.

f)                   Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas

(kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti

karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat

regenerasi.

g)                  Teori rantai silang

Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,

khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,

kekacauan dan hilangnya fungsi.

2.      Teori kejiwaan sosial

a)  Aktivitas atau kegiatan (activity theory)

                                         i.          Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan

secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah

mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.

                                            ii.          Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari

lanjut usia.

                                           iii.          Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu

agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.

b) Kepribadian berlanjut (continuity theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini

merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa

perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh

tipe personality yang dimiliki.

Page 8: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

c) Teori pembebasan (disengagement theory)

Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara

berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini

mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun

kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni:

1.      kehilangan peran

2.      hambatan kontak sosial

3.      berkurangnya kontak komitmen

3.      Teori Spiritual

Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian hubungan

individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan.

James fowler mengungkapkan 7 tahap perkembangan kepercayaan

(Wong,et.al,1999 ). Fowler juga menyakini bahwa kepercayaan/ demensia

spiritual adalah suatu kekuatan yang memberi arti kehidupan dari kehidupan

seseorang.

Fowler menggunakan istilah kepercayaan sebagai suatu bentuk pengetahuan

dan cara berhubungan dengan kehidupan akhir. Menurutnya, kepercayaan adalah

suatu fenomena timbal balik, yaitu suatu hubungan aktif antara seseorang dengan

orang lain  dalam  menanamkan suatu keyakinan, cinta kasih, dan harapan.

Fowler menyakini bahwa perkembangan kepercayaan antara orang dan

lingkungan terjadi karena adanya kombinasi antara nilai-nilai pengetahuan.

Fowler juga berpendapat bahwa perkembangan spiritual pada lansia berada pada

tahap penjelmaan dari prisip cinta dan keadilan.

D.    PERUBAHAN SISTEM PENGLIHATAN PADA LANSIA

Perubahan penglihatan yang terjadi pada lansia yaitu seperti, respon

terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun, akomodasi menurun,

lapang pandang menurun dan katarak.

Mata merupakan bagian yang vital dalam kehidupan untuk pemenuhan

hidup sehari-hari, terkadang perubahan yang terjadi pada mata dapat menurunkan

Page 9: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

kemampuan beraktifitas. Para lansia yang memilih masalah mata menyebabkan

orang tersebut mengalami isolasi sosial dan penurunan perawatan diri sendiri.

1.    Mata normal

Mata merupakan organ penglihatan, bagian-bagian mata terdiri dari sklera,

koroid dan retina. Sklera merupakan bagian mata yang terluar yang terlihat

berwarna putih, kornea adalah lanjutan dari sklera yang berbentuk transparan yang

ada didepan bola mata, cahaya akan masuk melewati bola mata tersebut.

Sedangkan koroid merupakan bagian tengah dari bola mata yang merupakan

pembuluh darah. Dilapisan ketiga merupakan retina, cahaya yang masuk dalm

retina akan diputuskan oleh retina dengan bantuan aqueous humor, lensa dan

vitrous humor. Aqueous humor merupakan cairan yang melapisi bagian luar mata,

lensa merupakan bagian transparan yang elastis yang berfungsi untuk akomodasi.

2.    Hubungan usia dengan mata

Kornea, lensa, iris, aqueous humor, dan vitrous humor akan mengalami

perubahan seiring bertambahnya usia. Karena bagian utama yang mengalami

perubahan/penurunan sensifitas yang bisa menyebabkan kekeruhan lensa pada

mata, produksi aquous humor juga mengalami penurunan tetapi tidak terlalu

terpengaruh terhadap keseimbangan dan tekanan intra okuler lensa umum.

Bertambahnya usia akan mempengaruhi fungsi organ pada mata seseorang yang

berusia 60 tahun, fungsi kerja pupil akan mengalami penurunan 2/3 dari pupil

orang dewasa atau muda, penurunan tersebut meliputi ukuran-ukuran pupil dan

kemampuan melihat dari jarak jauh. Proses akomodasi merupakan kemampuan

untuk melihat benda-benda dari jarak dekat maupun jauh. Akomodasi merupakan

hasil koordinasi atas ciliary body dan otot-otot ini, apabila sesorang mengalami

penurunan daya akomodasi maka orang tersebut disebut presbiopi.

E.     MASALAH SISTEM PENGLIHATAN PADA LANSIA

Ada 5 masalah umum penglihatan yang sering muncul pada orang dengan

lanjut usia. Masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut :

Page 10: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

a.       Penurunan kemampuan penglihatan

Penurunan ini dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya adalah

progesifitas dan pupil kekunningan pada lensa mata, menurunnya vitrous humor,

perubahan ini dapat mengakibatkan berbagai masalah pada usia lanjut seperti :

mata kabur, hubungan aktifitas sosial, dan penampialan ADL, pada lansia yang

berusia lebih dari 60 tahun lensa mata akan semakin keruh, beberapa orang tidak

mengalami atau jarang mengalami penurunan penglihatan seirinng dengan

bertambahnya usia.

b.      ARMD ( age- relaed macular degeneration )

ARMD terjadi pada usia 50-65 tahun dibeberapa kasus ini mengalami

peningkatan makula berada dibelakang lensa sedangkan makula sendiri berfungsi

untuk ketajaman penglihatan dan penglihatan warna, kerusakan makula akan

menyebabkan sesorang mengalami gangguan pemusatna penglihatan.

Tanda dan gejala ARMD meliputi : penglihatan samar-samar dan kadang-

kadang menyebabkan pencitraan yang salah. Benda yang dilihat tidak sesuai

dengan kenyataan, saat melihat benda ukuran kecil maka akan terlihat lebih kecil

dan garis lurus akan terlihat bengkok atau bahkan tidak teratur. Pada dasarnya

orang yang ARMD akan mengalami gangguan pemusatan penglihatan,

peningkatan sensifitas terhadap cahaya yang menyilaukan, cahaya redup dan

warna yang tidak mencolok. Dalam kondisi yang parah dia akan kehilangan

penglihatan secara total. Pendiagnosaan dilakukan oleh ahli oftalmologi dengan

bantuan berupa test intravena fluorerensi angiografy.

Treatment: beberapa kasus dalam ARMD dapat dilakukan dengan tembok

laser (apabila akondisi tidak terlalu parah) pelaksanaan dalam keperawatan adalah

membantu aktifitas sehari-harinya, membantu perawatan diri dan memberikan

pendidikan tentang ARMD.

c.       Glaucoma

Glaukoma dapat terjadi pada semua usia tapi resiko tinggi pada lansia usia

60 tahun keatas, kerusakan akibat glaukoma sering tidak bisa diobati namun

dengan medikasi dan pembedahan mampu mengurangi kerusakan pada mata

akibat glaukoma. Glaukoma terjadi apabila ada peningkatan tekanan intra okuler (

IOP ) pada kebanyakan orang disebabkan oleh oleh peningkatan tekanan sebagai

Page 11: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

akibat adanya hambatan sirkulasi atau pengaliran cairan bola mata (cairan jernih

berisi O2, gula dan nutrisi), selain itu disebabkan kurang aliran darah kedaerah

vital jaringan nervous optikus, adanya kelemahan srtuktur dari syaraf.

Populasi yang berbeda cenderung untuk menderita tipe glaukoma yang

berbeda pula pada suhu Afrika dan Asia lebih tinggi resikonnya di bandinng orang

kulit putih, glaukoma merupakan penyebab pertama kebutuhan di Asia.

Tipe glaukoma ada 3 yaitu :

1.        Primary open angle Gloueoma (glaukoma sudut terbuka)

Tipe ini merupakan yang paling umum terjadi terutama lansia usia > 50

tahun. Penyebabnya adalah peningkatan tekanan di dalam bola mata yang

berfungsi secara perlahan, rata-rata tekanan normal bola mata adalah 14- 16

mmHg. Tekanan 20mmHg masih dianggap normal namun bila lebih dari 22

diperkirakan menderita glaukoma dan memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

    Tekanan bola mata yang meningkat dapat membahayakan dan menghacurkan

sel-sel mata. Setelah terjadi kehancuran sel-sel tersebut maka munculah bintik-

bintik yang akan lapang pandang bintik ini dimulai dari tepi atau daerah yang

lebih luar dari satu lapang pandangan.

Tidak ada gejala yang nyata dengan glaukoma sudut terbuka, sehingga susah

untuk didiagnosa. Penderita tidak merasakan adanya nyeri dan sering tidak

disadari.

2.        Normal tenion glukoma (glaucoma bertekanan normal)

Glukoma bertekanan normal adaalh suatu keadaan dimana terjadi kerusakan

yang progesif pada syaraf optikus dan kehilangan lapang pandangan meskipun

tekanan bola mata normal. Tipe glaukoma ini diperkirakan ada hubunganya

(meski kecil) dengan kurangnya sel syaraf optikus yang membawa impuls ke

retina menuju otak. Glukoma bertekanan normal ini sering terjadi pada orang

yang mempunyai riwayat penyakit pembuluh darah, kebanyakan pada orang

jepang atau wanita.

3.              Angel clousure gloukoma (Glaukoma sudut tertutup)

Sudut antara iris dan kornea adalah menyempit, adanya gangguan pada

cairan bola mata, peningkatan tekanan boala mata sangat cepat karena saluran

Page 12: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

cairan bola mata terhambat, tanda-tandanya muncul secara tiba-tiba dan

penanganan secara cepat dibutuhkan untuk kerusakan mata secara permanen.

Diliteratur lain disebutkan bahwatipe glaukoma selain di atas antara lain

pigmentary glukoma, congenitak glukoma, secondary glaukoma. Secara umum

tanda dan gejala yang muncul pada open gloukoma adalah sulit untuk

diidentifikasi, kejadiannya berjalan sangat lambat, kehilangan sudut pandang dari

tepi, penurunan kemampuan penglihatan. Sedangkan pada class gloukoma adalah

munculsecara tiba-tiba adanya nyeri pada mata, sudut mata menyempit, mata

memerah, kabur, neusea, vomite atau brodykardia bisa terjadi karena adanaya

nyeri pada mata.

Treatment :

Ketika tanda dan gejala sudah muncul segera lakukan pemeriksaan alatnya

berupa tanometer. Penanganannya berupa:

1)      Tetes mata : cara ini merupakan cara umum dan sering dan harus dilakukan,

sebagian klien dapat mendaptkan respon yang bagus dari obat namun beberapa

juga tidak ada respon pemberian obat harus sesuai dengan tipe glaukoma.

2)      Bedah laser : ( trabukulopasty) ini dilakuka jika obat tetes mata tidak

menghentikan glaukoma. Walaupun sudah dilaser obat harus diberikan

3)      Pembedahan (trabekulectomy) sebuah saluran dibuat untuk memungkinkan

caira keluar, tindkan ini dapat menyelamatkan sisa penglihtan yang ada.

4)      Obat yang diperlukan :

a)      Pilocarpine atau timololmalat

Yaitu untuk mencegah keparahan glaukoma dan menurunkan produk cairan yang

yang menyebabkan gangguan pulmo dan detak jantung menurun. Betaxolol

(betotik) direkomendasi bagi klien yang menderita asma atau eapisima,

pilocarpine menyebabkan miosis (kontriksi) pupil tetapi mempu menormalkan

tekanan boal mata, obat lain seperti : Brimohidrine, untuk menurinkan aquous

humor.

b)      Oral karbonik anhydrase inhibitor seperti acitamolamide (diamox) yaitu untuk

mengurangi cairan., obat ini menyebabkan depresi, fatique letargy.

Page 13: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

d.      Katarak

Anatomi Mata

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,

berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar.  Lensa

mengandung tiga komponen anatomis.  Pada zona sentral terdapat nukleus, di

perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan

posterior.  Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna

menjadi coklat kekuningan .  Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di

anterior dan poterior nukleus.  Opasitaspada kapsul poterior merupakan bentuk

aktarak yang paling bermakna seperti kristal salju.

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya

transparansi.  Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memaenjang

dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa.  Perubahan kimia dalam protein

lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan

menghambat jalannya cahaya ke retina.  Salah satu teori menyebutkan terputusnya

protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan

serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar.  Teori lain

mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari

degenerasi.  Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada

pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.

Page 14: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau

sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang

normal.  Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi

radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan

yang kurang dalam jangka waktu yang lama.

Definisi Katarak

Katarak adalah istilah kedokteran untuk setiap keadaan kekeruhan yang

terjadi pada lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan

lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya.

Biasanya mengenai

kedua mata dan berjalan

progresif. Katarak

menyebabkan penderita

tidak bisa melihat dengan jelas

karena dengan lensa yang

keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur

pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi.

Patofisiologi

Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya

keseimbangan atara protein yang dapat larut dalam protein yang tidak dapat larut

dalam membran semipermiabel. Apabila terjadi peningkatan jumlah protein yang

tdak dapat diserap dapat mengakibatkan penurunan sintesa protein, perubahan

biokimiawi dan fisik dan protein tersebut mengakibatkan jumlah protein dalam

lens melebihi jumlah protein dalam lensa melebihi jumlah protein dalam bagian

yang lain sehingga membentuk suatu kapsul yang dikenal dengan nama katarak.

Terjadinya penumpukan cairan/degenerasi dan desintegrasi pada serabut tersebut

menyebabkan jalannya cahaya terhambat dan mengakibatkan gangguan

penglihatan.

Page 15: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

Etiologi

Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia

seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas.

Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus

pada saat hamil muda.

Penyebab katarak lainnya meliputi :

1. Faktor keturunan

2. Cacat bawaan sejak lahir

3. Masalah kesehatan, misalnya diabetes

4. Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid

5. Gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)

6. Gangguan pertumbuhan

7. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup

lama

8. Rokok dan alkohol

9. Operasi mata sebelumnya

10. Trauma (kecelakaan) pada mata

11. Faktor-faktor lainya yang belum diketahui

Macam – macam Katarak

1) katarak kongenital

Adalah katarak sebagian pada lensa yang sudah didapatkan pada waktu

lahir. Jenisnya adalah:

a) Katarak lamelar atau zonular.

b) Katarak polaris posterior.

c) Katarak polaris anterior

Page 16: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

d) Katarak inti (katarak nuklear)

e) Katarak sutural

2) Katarak juvenil

Adalah katarak yang terjadi pada anak – anak sesudah lahir.

3) Katarak senil

Adalah kekeruhan lensa yang terjadi karena bertambahnya usia. Ada

beberapa macam yaitu:

a) katarak nuklear

Kekeruhan yang terjadi pada inti lensa

b) Katarak kortikal

Kekeruhan yang terjadi pada korteks lensa

c) Katarak kupliform

Terlihat pada stadium dini katarak nuklear atau kortikal.

Katarak senil dapat dibagi atas stadium:

a) katarak insipiens

Katarak yang tidak teratur seperti bercak – bercak yang

membentuk gerigi dengandasar di perifer dan daerah jernih di

antaranya.

b) katarak imatur

Terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum

mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapt bagian- bagian

yang jernih pada lensa

c) katarak matur

Bila proses degenerasi berjala terus maka akan terjadi

pengeluaran air bersama – sama hasil desintegritas melalui

kapsul.

Page 17: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

d) katarak hipermatur

Merupakan proses degenerasi lanjut sehingga korteks lensa

mencair dan dapat keluar melalui kapsul lensa.

4) Katarak komplikasi

Terjadi akibat penyakit lain. Penyakit tersebut dapat intra okular atau

penyakit umum.

5) Katarak traumatik

Terjadi akibat ruda paksa atau atarak traumatik.

Manifestasi Klinik Katarak

Tanda: lensa keruh, penglihatan kabur secara berangsur-angsur tanpa rasa

sakit, pupil berwarna putih, miopisasi pada katarak intumessen.

Gejala: merasa silau terhadap cahaya matahari, penglihatan kabur secara

berangsur-angsur tanpa rasa sakit, penglihatan diplopia monokuler (dobel),

persepsi warna berubah,perubahan kebiasaan hidup.

Sejak awal, katarak dapat terlihat melalui pupil yang telah berdilatasi

dengan oftalmoskop, slit lamp, atau shadow test. Setelah katarak

bertambah matang maka retina menjadi semakin sulit dilihat sampai

akhirnya reflex fundus tidak ada dan pupil berwarna putih

Pemeriksaan Diagnostik Katarak

1.       Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan

kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit

sistem saraf, penglihatan ke retina.

Page 18: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

2.       Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, 

glukoma.

3.       Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)

4.       Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup

glukoma.

5.       Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glaukoma

6.       Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,

papiledema, perdarahan.

7.       Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.

8.       EKG, kolesterol serum, lipid

9.       Tes toleransi glukosa : kotrol DM

Penatalaksanaan Katarak

Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke

titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya

konservatif.

Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk

bekerja ataupun keamanan.  Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan

yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman

pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi

segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai

penyakit retina atau sarf optikus, seperti diabetes dan glaukoma.

Ada 2 macam teknik pembedahan ;

1.       Ekstraksi katarak intrakapsuler

Page 19: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan.

2.       Ekstraksi katarak ekstrakapsuler

Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98 % pembedahan

katarak.  Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan.

      Diagnosa Keperawatan

1.      Pre Operatif

Kecemasan b/d kurang terpapar terhadap informasi tentang prosedur tindakan

pembedahan.

2.      Pasca Operatif

a.       Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan TIO, perdarahan intraokuler,

kehilangan vitreous.

b.      Risiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan

katarak).

2.3 Kosep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Operasi Katarak

2.3.1 Pengkajian

1) Data Subyektif

a) Nyeri

Page 20: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

b) Mual

c) Diaporesis

d) Riwayat jatuh sebelumnya

e) Pengetahuan tentang regimen terapeutik

f) Sistem pendukung, lingkungan rumah.

2) Data obyektif

a) Perubahan tanda – tanda vital

b) Respon yang azim terhadap nyeri

c) Tanda – tanda infeksi:

- Kemerahan

- Edema

- Infeksi konjungtiva (pembuluh darah konjungtiva

menonjol)

- Drainase pada kelopak mata dan bulu mata

- Zat purulen

- Peningaktan suhu tubuh

- Nilai laboratorium: peningkatan SDP, perubahan

SDP, hasil pemeriksaan kultur sesitivitas abnormal.

d) Ketajaman penglihatan masing – masing mata.

e) Cara berjalan, riwayat jatuh sebelumnya.

f) Kemungkinan penghalang lingkungan seperti;

- kaki kursi, perabot yang rendah

- Tiang infus

- Tempat sampah

- Sandal

g) Kesiapan dan kemampuan untuk belajar dan menyerap

informasi.

I.3.2 Perumusan Diagnosa Keperawatan

Pre operatif

Kecemasan b/d kurang terpapar terhadap informasi tentang

Page 21: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

prosedur tindakan pembedahan.

    Pasca Operatif

Nyeri akut b/d interupsi pembedahan jaringan tubuh

Resiko tinggi terhadap infeksi b/d peningkatan perentanan sekunder

terhadap interupsi permukaan tubuh.

Resiko tinggi terhadap cidera b/d keterbatasan penglihatan, berada di

lingkungan yang asing dan keterbatasan mobilitas dan perubahan

kedalaman persepsi karena pelindung mata.

Resiko tinggi terhadap infektif penatalaksanaan regimen terapeutik b/d

kurang aktivitas yang diijinkan, obat – obatan, komplikasi dan

perawatan lanjutan.

Perencanaan

 Intervensi pre operatif

1. Kecemasan

Tujuan : .    

Kecemasannya berkurang sampai pada tingkat dapat diatasi.

Kriteria hasil:

Page 22: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

Pasien mengungkapkan dan mendiskusikan rasa

cemas/takutnya.

Pasien tampak rileks tidak tegang dan melaporkan

kecemasannya berkurang sampai pada tingkat dapat

diatasi.

Pasien dapat mengungkapkan keakuratan pengetahuan

tentang pembedahan

Intervensi:

Kaji tingkat kecemasan pasien dan catat adanya tanda-

tanda verbal dan nonverbal.

Rasional : Derajat kecemasan akan dipengaruhi

bagaimana informasi tersebut diterima oleh individu.

.      Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi

pikiran dan perasaan takutnya.

Rasional :  Mengungkapkan rasa takut secara

terbuka dimana rasa takut dapat ditujukan.

.      Observasi tanda vital dan peningkatan respon fisik

pasien.

Rasional : .      Mengetahui respon fisiologis yang

ditimbulkan akibat kecemasan

Intervensi Pasca Operatif

1) Nyeri akut

a) Tujuan: nyeri teratasi

b) Kriteria hasil: klien melaporkan penurunan nyeri progresif dan

penghilangan nyeri setelah intervensi.

c) Intervensi:

Bantu klien dalam mengidentifikasi tindakan penghilangan

Page 23: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

nyeri yang efektif.

Rasional: Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan

terapi.

Jelaskan bahwa nyeri dapat akan terjadi sampai beberapa jam

setelah pembedahan.

Rasional: Nyeri post op dapat terjadi sampai 6 jam post op.

Lakukan tindakan penghilanagn nyeri non invasif atau non

farmakologik, seperti berikut;

- Posisi: tinggikan bagian kepala tempat tidur, berubah –

ubah antara berbaring pada punggung dan pada sisi yang

tidak dioperasi.

- Distraksi

- Latihan relaksasi

Rasional: beberapa tindakan penghilang nyeri non invasif

adalah tindakan mandiri yang dapat dilaksanakan perawat

dalam usaha meningkatkan kenyamanan pada klien.

Berikan dukungan tindakan penghilangan nyeri dengan

aalgesik yang diresepkan.

Rasional: Analgesik mambantu dalam menekan respon nyeri

dan menimbulkan kenyamanan pada klien.

Beritahu doker jika nyeri tidak hilang setelah ½ jam pemberian

obat, jika nyeri disertai mual atau jika anda memperhatikan

drainase pada pelindung mata.

Rasional: Tanda ini menunjukkan peningaktan tekanan intra

okuli (TIO) atau komplikasi lain.

2) Resiko tinggi terhadap infeksi

a) Tujuan: infeksi tidak terjadi.

b) Kriteria hasil: klien akan menunjukkan penyembuhan insisi tanpa

Page 24: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

gejala infeksi.

c) Intervensi:

Tingkatkan penyembuhan luka:

- Berikan dorongan untuk mengikuti diet yang seimbang dan

asupancairan yang adekuat.

- Instruksikan klien untuk tetap menutup mata sampai hari

pertama setelah operasi atau sampai diberitahukan

Rasional: Nutrisi dan hidrasi yang optimal meningkatkan

kesehatan secara keseluruhan, yang meningkatkan

penyembuhan

Gunakan teknik aseptik untuk meneteskan tetes mata:

- Cuci tangan sebelum memulai

- Pegang alat penetes agak jauh dari mata

- Ketika meneteskan, hindari kontak antara ata, tetesan dan

alat penetes.

Ajarkan teknik ini kepada klien dan anggota keluarganya.

Rasional: Teknik aseptik meminimialkan masuknya

mikroorganisme dan mengurangi resiko infeksi.

Kaji tanda dan gejala infeksi:

- Kemerahan, edema pada kelopak mata

- Infeksi konjungtiva (pembuluh darah menonjol)

- Drainase pada kelopak mata dan bulu mata

- Materi purulen pada bilik anterior (antara korm\nea dan

iris)

- Peningkatan suhu

- Nilai laboratorium abnormal (mis. Peningkatan SDP, hasil

kultur dan sensitivitas positif)

Rasional: Deteksi dini infeksi memungkinkan penanganan yang

cepat untuk meminimalkan keseriusan infeksi.

Lakukan tindakan untuk mencegah ketegangan pada jahtan

Page 25: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

(misal anjurkan klien menggunakan kacamata protektif dan

pelindung mata pada siang hari dan pelindung mata pada

malam hari).

Rasional: Ketegangan pada jahitan dapat menimbulkan

interupsi menciptakan jalan masuk untuk mikroorganisme.

Beritahu dokter tentang semua drainase yang terlihat

mencurigakan.

Rasional: Drainase abnormal memerlukan evaluasi medis dan

kemungkinan memulai penanganan farmakologi.

3) Resiko tinggi terhadap cidera

a) Tujuan: Cidera tidak terjadi.

b) Kriteria hasil: Klien tidak mengalami cidera atau trauma jaringan

selama dirawat.

c) Intervesi:

Orientasikan klien pada lingkungan ketika tiba.

Rasional: Pengenalan klien dengan lingkungan membantu

mengurangi kecelakaan.

Modifikasi lingkungan untuk menghilangkan kemungkinan

bahaya.

- Singkirkan penghalang dari jalur berjalan.

- Singkrkan sedotan dari baki.

- Pastikan pintu dan laci tetap tertutup atau terbuka secara

sempurna.

Rasonal: Kehilangan atau gangguan penglihatan atau

menggunakan pelindung mata juga apat mempengaruhi resiko

cidera yang berasal dari gangguan ketajaman dan kedalaman

persepsi.

Tinggikan pengaman tempat tidur. Letakkan benda dimana

klien dapat melihat dan meraihnya tanpa klien menjangkau

Page 26: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

terlalu jauh.

Rasional: Tinakan ini dapat membantu mengurangi resiko

terjatuh.

Bantu klien dan keluarga mengevaluasi lingkungan rumah

untuk kemungkinan bahaya.

- karpet yang tersingkap.

- Kabel listrik yang terpapar.

- Perabot yang rendah

- Binatang peliharaan

- Tangga

Rasional: Perlunya untuk empertahankan lingkungan yang

aman dilanjutkan setelah pulang.

4) Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen

terapeutik

a) Tujuan: Inefektif penatalaksanaan regimen tidak terjadi.

b) Kriteria hasil: Berkaitan dengan rencana pemulangan rujuk pada

rencana pemulangan.

c) Intervensi:

Diskusikan aktifitas yang diperbolehkan setelah pembedahan.

- Membaca

- Menonton televisi

- Memasak

- Melakukan pekerjaan rumah tangga yang ringan

- Mandi siram atau mandi di bak mandi.

Rasional: Memulai diskusi dengan menguraikan aktifitas yang

diperbolehkan daripada pembatasan memfokuskan klien pada

aspek positif penyembuhan daripada aspek negatifnya.

Pertegas pembatasan aktifitas yang disebutkan dokter yang

mungkin termasuk menghindari aktifitas berikut:

Page 27: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

- Berbaring pada sisi yang dioperasi

- Membungkuk melewati pinggang

- Mengangkat benda yang beratnya melebihi 10 kg.

- Mandi

- Mengedan selama defekasi.

Rasional: Pembatasan diperlukan utnuk menguangi gerakan

mata dan mencegah peningkatan tekanan okuler. Pembatasan

yang spesifik tergantung pada beberapa faktor, termasuk sifat

dan luasnya pembedahan, preferensi dokter, umur serta status

kesehatan klien secara keseluruhan. Pemahaman klein tentang

alasan untuk pembatasan ini dapat mendorong kepatuhan klien.

Tekankan pentingnya tidak mengusap mata atau menggosok

mata dan menjaga balutan serta pelindung protektif tetap pada

tempatnya sampai hari pertama setelah operasi.

Rasional: Mengusap atau menggosok mata dapat merusak

integritas jahitan dan memebrikan jalan masuk untk

mikroorganisme. Menjaga mata tertutup mengurangi resiko

kontaminasi oleh mikroorganisme di udara.

Jelaskan informasi berikut untuk tetap setiap obat – obatan

yang diresepkan.

- Nama, tujuan dan kerja obat.

- Jadwal, dosis (jumlah dan waktu)

- Teknik pemberian

- Instruksi atau kewaspadaan khusus

Rasional: Memberikan informasi yang akurat sebelum pulang

dapat meningkatkan kepatuhan dengan regimen pengobatan

dan membantu mencegah kesalahan dalam pemberian obat.

Instruksikan klien dan keluarga untuk melaporkan tanda dan

gejala berikut:

- Kehilangan penglihatan

- Nyeri pada mata

Page 28: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

- Abnormalitas penglihatan (misalnya, kilasan cahaya atau

mengeras)

- Emerahan, drainase meningkat, suhu meningkat.

Rasional: Melaporkan tanda dan gejala ini lebih awal

memungkinkan intervensi yang cepat untuk mencegah atau

meminimalkan infeksi, peningkatan tekanan intra okular,

perdarahan, terlepasnya retina atau komplikasi lain.

Instruksikan untuk menjaga hygiene mata (membuang drainase

yang mengeras dengan menyeka kelopak mata yang terpejam

menggunakan bola kapas yang dielmbabakan dengan larutan

irigasi mata).

Rasional: Sekresi dapat melekat pada kelopak mata dan blu

mata. Pembuangan sekresi dapat memberikan kenyamanan dan

mengurangi resiko infeksi dengan mneghilangkan sumber

mikroorganisme.

Tekankan pentingnya perawatan lanjutan yang adekuat, dengan

adwal yang ditentukan oleh ahli bedah. Klien harus mengetahui

tanggal dan waktu jadwal perjanjian pertamanya sebelum

pulang.

Rasional: Perawatan lanjutan memberikan kemungkinan

penyembuhan dan memngkinkan deteksi dini komplikasi.

Sediakan instruksi tertulis pada waktu klien pulang.

Rasional: Instruksi tertulis memberikan klien dan keluarga

sumber informasi yang dapat merekam rujuk jika diperlukan.

Pelaksanaan

Disesuaikan dengan intervensi yang telah ditetapkan serta keadaan

umum klien.

Page 29: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

Evaluasi

Disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan, menggunakan

metode SOAP.

Page 30: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

BAB IIIPENUTUP

A.    KesimpulanPada hakikatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti

seseorang telah melewati tiga tahap kehidupan yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran baik secara psikis maupun fisik, kemundurun fisik ditandai dengan kulit mengendor, rambut memutih, penurunan semua fungsi tubuh dan meningkatnya sensitifitas emosional.

B.     SaranBerdasarkan kesimpulan yang telah dibuat maka kelompok mengajukan beberapa saran sebagai pertimbangan untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia. Adapun saran-sarannya adalah sebagai berikut:

1.      Untuk meningkatkan usia harapan hidup lansia harus lebih menyadari tentang kesehatan dirinya sendiri.

2.       Perawat dituntut untuk dapat memahami secara umum tentang konsep dasar perawatan gerontik agar dapat terlaksana asuhan keperawatan yang komperhensif dan memiliki kemampuan dalam melaksanakannya.

Page 31: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Penglihatan

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif.2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1.Jakarta, Media

Aesculapius. Fakultas Kedokteran UI

Doengoes, Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta; EGC

Diunduh dari http://www.scribd.com/doc/62302767/askep-katarak