Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Diabetes Mellitus Gestasional(Benar)
-
Upload
putra-syahreza -
Category
Documents
-
view
1.190 -
download
226
description
Transcript of Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Diabetes Mellitus Gestasional(Benar)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan
toleransi glukosa dengan tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa
membedakan penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan
trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini
merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian
besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada
saat pemeriksaan rutin. (http://creasoft.wordpress.com/2008/04/26/diabetes-
mellitus-pada-kehamilan).
Pada pasien yang telah menderita DM sebelumnya jika kemudian hamil
maka akan cukup rawan untuk terjadi komplikasi pada janin yang dikandung,
dan juga kesehatan si ibu dapat memburuk apabila terjadi komplikasi-
komplikasi diabetik.(Engkus Kusmiati,2007). Semua jenis diabetes mellitus
memiliki gejala yang mirip dan komplikasi pada tingkat lanjut. Hiperglikemia
sendiri dapat menyebabkan dehidrasi dan ketoasidosis. Komplikasi jangka
lama termasuk penyakit kardiovaskular (risiko ganda), kegagalan kronis
ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina yang dapat menyebabkan
kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi dan
gangren dengan risiko amputasi. Komplikasi yang lebih serius lebih umum
bila kontrol kadar gula darah buruk.(www.rumahdiabetes.com)
Di Indonesia, dengan menggunakan kriteria diagnosis O’Sullivan-
Mahan dilaporkan prevalensi diabetes mellitus pada kehamilan adalah sebesar
1,9–3,6% pada kehamilan umum. Pada ibu hamil dengan riwayat keluarga
menderita diabetes mellitus, prevalensinya menjadi 5,1%.(Yenni. 2008).
Sedangkan menurut Dr. Diapari Siregar Sp.OG dari berbagai Rumah Sakit di
Jakarta, setiap wanita hamil memiliki risiko menderita DMG berkisar 2-5
persen, bahkan pada populasi tinggi bisa meningkat 7-9 persen dan seorang
wanita yang telah menderita diabetes mellitus sebelum hamil memiliki risiko
1
lebih besar untuk menderita diabetes mellitus saat hamil. Meskipun begitu
tidak menutup kemungkinan bahwa wanita yang tidak mengidap diabetes
mellitus pun terkena DMG (Diabetes Mellitus Gestasional) saat hamil.
Kondisi gula darah yang tinggi yang terjadi pada masa kehamilan
umumnya akan kembali normal setelah masa kehamilan. Diabetes Melitus
menempati urutan ke-4 dalam ranking pembunuh manusia. Kongres Federasi
Diabetes International tahun 2003 menyebutkan bahwa sekitar 194 Juta orang
di dunia menderita penyakit ini. Di Indonesia sendiri tercatat 2,5 juta orang
dan diperkirakan akan terus bertambah. Diabetes mellitus perlu untuk
diperhatikan karena risiko morbiditas dan mortalitas pada maternal dan
perinatal tinggi. Akan tetapi, dengan pengelolaan dan penatalaksanaan yang
baik maka hasilnya dapat menjadi baik.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum adalah memberikan asuhan keperawatan pada Ibu
Hamil dengan Diabetes mellitus Gestasional.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Definisi dan Etiologi DM Gestasional
2. Untuk mengetahui Patofisiologi DM Gestasional
3. Untuk mengetahui Penegakan DM Gestasional
4. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien DM
Gestasional
1.3 Manfaat
Agar konsep penyakit dan ASKEP tentang Diabetes Melitus
Gestasional (DMG) dapat dipahami dan diterapkan dalam pemberian proses
keperawatan terhadap klien yang mengalami Diabetes Melitus Gestasional
(DMG)
1. Sebagai pedoman bagi mahasiswa keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan Diabetes Melitus Gestasional
(DMG).
2
2. Sebagai penambah pengetahuan mahasiswa tentang Diabetes Melitus
Gestasional (DMG).
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar Teori
2.1.1 Pengertian.
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan metabolisme karbohidrat,
di mana glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga
menyebabkan keadaan hiperglikemia. DM merupakan kelainan
endokrin yang terbanyak dijumpai. Yang paling sering terjadi yaitu:
diabetes mellitus yang diketahui sewaktu hamil yang disebut DM
gestasional dan DM yang telah terjadi sebelum hamil yang dinamankan
DM pragstasi. Diabetes mellitus merupakan ganguan sistemik pada
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Diabetes mellitus ditandai
dengan hiperglikemia atau peningkatan glukosa darah yang diakibatkan
produksi insulin yang tidak adekuat atau penggunaan insulin secara
tidak efektif pada tingkat seluler. (Bobak. Lowdermilk, Jensen.2004.
Edisi 4 hal 699)
Diabetes Pragestasi
Diabetes pragestasi, artinya sudah diketahui diabetes mellitus
kemudian hamil. Mereka tanpa komplikasi atau dengan komplikasi
yang ringan. mereka dengan komolikasi berat, khususnya retinopati,
nefropati dan hipertensi. Ada 4 hal penting mengapa diabetes gestasi
perlu ditegakkan diagnosisnya.Diabetes Pragestasi Adalah diabetes
yang terjadi sebelum konsepsi dan terus berlanjut setelah masa hamil.
Diabetes pragestasi dapat berupa diabetes tipe 1 (tergantung insulin)
dan tipe II (tidak tergantung insulin), yang mungkin disertai atau tidak
disertai penyakit vaskuler, retinopati, nefropati, dan komplikasi diabetic
lainnya. Kondisi diabetogenik kehamilan pada sistem metabolic yang
terganggu selama masa pragestasi memiliki implikasi yang signifikan.
Adapun hormone yang normal terhadap kehamilan
mempengaruhi kontrol glikemia pada pasien diabetic pragestasi.
4
Kehamilan juga dapat mempercepat kemajuan komplikasi
vaskuler diabetes. Selama trimester pertama, sementara kadar glukosa
darah maternal dalam kondisi normal menurun, dan respon insulin
terhadap glukosa meningkat, kontrol glikemia meningkat. Dosis insulin
untuk klien diabetic yang terkontrol baik perlu disesuaikan untuk
menghindari hipoglikemi. Episode hipoglikemia tidak umum terjadi
pada klien diabetic tipe 1 selama awal kehamilan (Mayer, palmer,
1990)
Diabetes Melitus Pada Masa Kehamilan
Kehamilan yang disertai diabetes mellitus merupakan kondisi
yang berisiko tinggi, oleh karena itu perlu penanganan dan
pendekatan multidisiplin untuk mencapai hasil akhir yang baik.
Perawat yang memberikan asuhan keperawatan kepada wanita
diabetik yang sedang hamil harus memahami respon fisiologis
normal terhadap kehamilan dan perubahan metabolisme akibat
diabetes, perawat juga harus mengetahui implikasi– implikasi
psikososial kehamilan diabetik, sehingga ia dapat mengarahkan
wanita yang sedang hamil dalam perencanaan pengimplementasian
dan pengevaluasian terhadap wanita dan keluarganya.
Disebut diabetes gestasional bila gangguan toleransi glukosa
yang terjadi sewaktu hamil kembali normal dalam 6 minggu setelah
persalinan. dianggap diabetes mellitus (jadi bukan gestasi) bila
gangguan toleransi glukosa menetap setelah persalinan. Pada
golongan ini, kondisi diabetes dialami sementara selama masa
kehamilan. Artinya kondisi diabetes atau intoleransi glukosa
pertama kali didapati selama masa kehamilan, biasanya pada
trimester kedua atau ketiga. Diabetes Mellitus Gestasional (DMG)
didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat
yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah
penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan
trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal
5
ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke
janin. Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis
ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin. Diabetes
melitus gestational adalah keadaan intoleransi karbohidrat dari
seorang wanita yang diketahui pertama kali ketika dia sedang hamil.
Diabetes gestational terjadi karena kelainan yang dipicu oleh
kehamilan, diperkirakan karena terjadinya perubahan pada
metabolisme glukosa.
Teori yang lain mengatakan bahwa diabetes tipe 2 ini disebut
sebagai “unmasked” atau baru ditemukan saat hamil dan patut
dicurigai pada wanita yang memiliki ciri gemuk, riwayat keluarga
diabetes, riwayat melahirkan bayi > 4 kg, riwayat bayi lahir mati,
dan riwayat abortus berulang. Angka lahir mati terutama pada
diabetes yang tidak terkendali dapat terjadi 10 kali dari normal.
Perubahan metabolic selama dan setelah masa kehamilan
Kehamilan normal dikatakan sebagai suatu kondisi
diabetogenik, dimana kebutuhan akan glukosa meningkat.
Metabolisme maternal mengalami perubahan untuk memastikan
suplai glukosa yang adekuat dan konstan untuk perkembangan
janin. Glukosa maternal ditransfer ke janin melalui proses difusi-
difasilitasi. Insulin ibu tidak menembusd plasenta. Pada usia gentasi
sepuluh minggu, janin meyekresi insulinnya sendiri dengan kadar
yang adekutat, yang memungkinnya menggunankan glukosa yang
diperoleh dari ibu.
Pada trimester pertama kehamilan, kadar glukosa ibu menurun
dengan cepat dibawah kadar glukosa tidak hamil sampai antara 55
dan 65 mg/dl. Akibat pengaruh estrogen dan progesterone, pancreas
meningkatkan produksi insulin, yang meningkatkan penggunaan
glukosa. Pada saat yang sama, penggunaan glukosa oleh janin
meningkat, sehingga menurunkan kadar glukosa ibu. Selain itu,
trimester pertama juga ditandai dengan nausea, vomitus, dan
6
penurunan asupan makanan sehingga kadar glukosa ibu semakin
menurun dan selama tri mester kedua dan ketiga peningkatan kadar
laktogen plasental human, estrogen, progesterone, kortisol,prolaktin,
dan insulin meningkatkan resistansi insulin melalui kerjanya
sebagai suatu antagonis. Resistansi insulin merupakan suatu
mekanisme penghematan glukosa yang memastikan suplai glukosa
yang berlimpah untuk janin. Kebutuhan ibu akan insulin meningkat
sejak trimester ke 2. Kebutuhan insulin dapat meningkat 2-4 kali
lipat pada kehamilan cukup bulan.
Pada saat bayi lahir, lepasnya plasenta menyebabkan
penurunan mendadak kadar hormone plasenta, kortisol dan insulin
yang bersirkulasi. Ke jaringan maternal dengan cepat kembali peka
terhadap insulin seperti pada periode sebelum hamil. Pada ibu yagn
tidak menyusui bayi, keseimbangan insulin – karbohidrat
prakehamilan biasanya dicapai kembali dalam sekitar 7-10 hari.
Dalam laktasi, glukosa maternal digunakan sehinggu kebutuhan
insulin ibu yang menyusui ibu tetap rendah selama 9 bulan. Setelah
penyapihan berakhir, kebutuhan insulin ibu kembali ke kebutuhan
insulinnya sebelum hamil.
2.1.2 Etiologi
Factor Predisposisi diabetes mellitus pada kehamilan :
1. Umur sudah mulai tua
2. Multiparitas
3. Penderita gemuk
4. Riwayat melahirkan anak lebih besar dari 4000 g
5. Bersifat keturunan
6. Riwayat kehamilan : Sering meninggal dalam rahim, Sering
mengalami lahir mati, Sering mengalami keguguran
7. Faktor autoimun setelah infeksi mumps, rubella dan coxsakie B4.
7
8. Meningkatnya hormon antiinsulin seperti GH, glukogen, ACTH,
kortisol, dan epineprin.
9. 9. Obat-obatan.
2.1.3 Klasifikasi Diabetes mellitus
a. Klasifikasi Diabetes Mellitus secara Umum.
1. Tipe I: Diabetes Mellitus tergantung insulin (Insulin Dependen
Diabetes Mellitus : IDDM.)
2. Tipe II: Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (Non Insulin
Dependen Diabetes Mellitus: NIDDM).
3. Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau
sindrom lainnya.
4. Diabetes mellitus Gestasional (DMG).
b. Klasifikasi menurut umur, waktu penyakit timbul, lama sakit,
berat penyakit, dan komplikasi (White)
1. Kelas A: Diabetes laten (subklinis atau diabetes hamil). Uji toleransi
gula tidak normal. Pengobatan tidak memerlukan insulin, cukup dengan
diet saja. Prognosis untuk ibu dan janin baik.
2. Kelas B: Diabetes dewasa diketahui setelah usia 19 tahun; berlangsung
kurang dari 10 tahun; tidak disertai kelainan pembuluh darah.
3. Kelas C: timbul pada umur 10-19 tahun, menderita selama 10-19 tahun;
tanpa kelainan pembuluh darah.
4. Kelas D: Diderita sejak umur 10 tahun; lama 20 tahun; disertai kelainan
pembuluh darah seperti arteriosklerosis pada retina, tungkai, dan renitis.
5. Kelas E: Telah terjadi kalsifikasi pembuluh darah.
6. Kelas F: Diabetes dengan nefropatia, termasuk glomerulonefritis dan
pielonefritis.
7. Kelas G: Diabetes dengan komplikasi retinistis proliferans atau dengan
perdarahan dalam korpus vitreum.
8. Kelas H: Diabetes dengan komplikasi penyakit koroner.
8
2.1.4 Patofisiologi
Dengan makan masing-masing, wanita hamil mengalami
serangkaian tindakan hormonal kompleks ibu (yaitu, peningkatan
glukosa darah; sekresi insulin pankreas sekunder, glukagon,
somatomedins, dan katekolamin adrenal).Penyesuaian ini menjamin
bahwa cukup, namun tidak berlebihan, pasokan glukosa tersedia untuk
ibu dan janin.
Ibu hamil cenderung untuk mengembangkan hipoglikemia
(glukosa plasma rata-rata = 65-75 mg / dL) antara waktu makan dan
saat tidur. Hal ini terjadi karena janin terus menarik glukosa melalui
plasenta dari aliran darah ibu, bahkan selama periode puasa.
hipoglikemia Interprandial menjadi semakin ditandai sebagai
kehamilan berlanjut dan permintaan glukosa meningkat janin. Tingkat
steroid plasenta dan hormon peptida (misalnya, estrogen, progesteron,
dan somatomammotropin chorionic) meningkat secara linear sepanjang
trimester kedua dan ketiga.
Karena hormon ini memberi jaringan resistensi insulin meningkat
naik tingkat mereka, permintaan untuk sekresi insulin meningkat
dengan semakin escalates makan selama kehamilan.Dua puluh empat
jam berarti tingkat insulin 50% lebih tinggi pada trimester ketiga
dibandingkan dengan keadaan tidak hamil. Ini biasanya bermanifestasi
sebagai episode berulang Hiperglikemi postprandial.Episode ini
postprandial yang paling signifikan bertanggung jawab untuk
pertumbuhan dipercepat dipamerkan oleh janin.hiperinsulinemia janin
mempromosikan penyimpanan kelebihan gizi, sehingga macrosomia
Pengeluaran energi yang berhubungan dengan konversi kelebihan
glukosa menjadi penyebab penurunan lemak dalam kadar oksigen janin.
Episode ini hipoksia janin yang disertai dengan lonjakan di katekolamin
adrenal, yang, pada gilirannya, menyebabkan hipertensi, remodelling
jantung dan hipertrofi, stimulasi eritropoietin, hiperplasia sel darah
merah, dan peningkatan hematokrit. Polisitemia (hematokrit> 65%)
9
terjadi pada 5-10% dari bayi yang baru lahir dari ibu diabetes. Temuan
ini tampaknya berhubungan dengan tingkat kontrol glisemik dan
ditengahi oleh penurunan tegangan oksigen janin.
Hematokrit tinggi nilai-nilai dalam memimpin neonatus untuk
sludging pembuluh darah, sirkulasi yang buruk, dan hiperbilirubinemia
pascakelahiran. Di sisi lain, gula darah postprandial nilai puncak jarang
melebihi 120 mg / dL. Meticulous replication of the normal glycemic
profile during pregnancy has been demonstrated to reduce the
macrosomia rate. Teliti replikasi dari profil glisemik normal selama
kehamilan telah ditunjukkan untuk mengurangi tingkat
macrosomia.Secara khusus, ketika kadar glukosa 2 jam postprandial
diselenggarakan kurang dari 120 mg / dL, sekitar 20% dari janin
menunjukkan macrosomia. Sebaliknya, jika tingkat postprandial
jangkauan hingga 160 mg / dL, harga macrosomia naik menjadi 35%.
10
2.1.5 W.O.C (Web Of Cesaution)
Terlampir
11
12
Tanda dan gejala klinis
Tanda dan gejala klinis patogenesis Diabetes Melitus menurut
Mansjoer,
(2000), yaitu sebagai berikut :
Polifagia.
Mata kabur .
Poliuria.
Pruritus vulva.
Polidipsi
Ketonemia.
Lemas.
Glikosuria.
BB menurun.
Gula darah 2 jam pp > 200 mg/dl.
Kesemutan.
Gula darah puasa > 126 mg/dl
Gula darah sewaktu > 200 mg/dl.
Gatal
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik
a. Adanya kadar glukosa darah yang tinggi secara abnormal. Kadar
gula darah pada waktu puasa > 140 mg/dl. Kadar gula sewaktu
>200 mg/dl.
b. Tes toleransi glukosa. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2
jam pp >200 mg/dl.
c. Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada
darah vena, serum/plasma 10-15% daripada darah utuh, metode
dengan deproteinisasi 5% lebih tinggi daripada metode tanpa
deproteinisasi
d. Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah
> 160-180% maka sekresi dalam urine akan naik secara
13
eksponensial, uji dalam urin: + nilai ambang ini akan naik pada
orang tua. Metode yang populer: carik celup memakai GOD.
e. Benda keton dalam urine: bahan urine segar karena asam asetoasetat
cepat didekrboksilasi menjadi aseton. Metode yang dipakai
Natroprusid, 3-hidroksibutirat tidak terdeteksi
f. Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah:
(Kholesterol, HDL, LDL, Trigleserid), Ffungsi hati, antibodi anti sel
insula langerhans ( islet cellantibody)
2.1.7 Penatalaksanaan
a. Pengobatan secara medis
Meningkatkan jumlah insulin
Sulfonilurea (glipizide GITS, glibenclamide, dsb.)
Meglitinide (repaglinide, nateglinide)
Insulin injeksi
Meningkatkan sensitivitas insulin
Biguanid/metformin
Thiazolidinedione (pioglitazone, rosiglitazone)
Memengaruhi penyerapan makanan
Acarbose
Hati-hati risiko hipoglikemia berikan glukosa oral (minuman
manis atau permen)
b. Penatalaksanaan obstetrik
1. Persalinan dilakukan:
Pertahankan janin sampai aterm (cukup umur) dan lahir
dengan spontan.
Usahakan lakukan persalinan pada minggu 37-38 kehamilan.
Bisa dilakukan Primer seksio sesarea.
2. Penanganan bayi dengan DM:
14
Bayi dengan DM disamakan penanganannya dengan bayi
prematur.
Observasi kemungkinan hipoglisemia pada bayi.
Rawat bayi di Perawatan intensif: neonatus intensif unit care
dengan pengawasan ahli neonatologi.
c. Pencegahan
1. Primer : untuk mengurangi obesitas dan BB.
2. Sekunder : deteksi dini, kontrol penyakit hipertensi, anto rokok,
perawatan.
3. Tersier : Pendidikan tentang perawatan kaki, cegah ulserasi,
gangren dan amputasi, pemeriksaan optalmologist, albuminuria
monitor penyakit ginjal, kontrol hipertensi, status metabolic dan
diet rendah protein, pendidikan pasien tentang penggunaan
medikasi untuk mengontrol medikasi
2.1.8 Komplikasi
a. Akut
Hipoglikemia
Koma Ketoasidosis
Koma hiperosmolar nonketotik
b. Kronik
Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar ; pembuluh
darah jantung, pembuluh darah tepi, dan pembuluh darah otak.
Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah kecil; retinopati
diabetik, nefropati diabetik.
Neuropati diabetik.
Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru, gingivitis, dan infeksi
saluran kemih.
Kaki diabetik
2.1.9 Pengaruh diabetes gestasional
15
Pengaruh diabetes gestasional Diabetes Melitus menurut,
Prawirohardjo, (2002).
1. Pengaruh DM terhadap kehamilan.
a. Abortus dan partus prematurus.
b. Pre eklamsia.
c. Hidroamnion.
d. Insufisiensi plasenta.
2. Pengaruh DM terhadap janin/bayi.
a. Kematian hasil konsepsi dalam kehamilan muda
mengakibatkan abortus.
b. Cacat bawaan.
c. Dismaturitas.
d. Janin besar (makrosomia)
e. Kematian dalam kandungan.
f. Kematian neonatal.
g. Kelainan neurologik dan psikologik
3. Pengaruh Kehamilan terhadap DM
a. Nausea dan vomiting hipoglikemik syok insulin resisten
jika terjadi ketosis
b. Wanita hamil mudah menjadi asidosis metabolik akibat
penghematan karbohidrat dan lipolisis dan pengaruh hormon
laktogen plasenta
c. Infeksi selama kehamilan resistensi insulin dan ketoasidosis
d. Setelah melahirkan kebutuhan insulin menurun secara cepat,
jika terjadi infeksi nifas menghambat respon ini
4. Pengaruh kehamilan, persalinan dan nifas terhadap DM
a. Kehamilan dapat menyebabkan status pre diabetik menjadi
manifes ( diabetik )
b. DM akan menjadi lebih berat karena kehamilan
5. Pengaruh DM terhadap persalinan
16
a. Gangguan kontraksi otot rahim partus lama / terlantar.
b. Janin besar sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
c. Gangguan pembuluh darah plasenta sehingga terjadi asfiksia
sampai dengan lahir mati
d. Perdarahan post partum karena gangguan kontraksi otot rahim.
e. Post partum mudah terjadi infeksi.
f. Bayi mengalami hypoglicemi post partum sehingga dapat
menimbulkan kematian
6. Pengaruh DM terhadap nifas
a. Mudah terjadi infeksi post partum
b. Kesembuhan luka terlambat dan cenderung infeksi mudah
menyerang
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
a. Data Biografi
Meliputi identitas pasien yaitu umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat dan identitas penanggung jawab.
b. Riwayat keperawatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah pasien pernah menderita hiperglikemia, infark
miokard, penyakit ginjal, hipertensi dan penyakit sistem
endokrin lainnya dan apakah pernah dirawat di rumah sakit ?
2) Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengeluh sering kencing, sering merasa haus,
mengalami peningkatan selera makan, nyeri pada abdomen,
mual, muntah, hiperventilasi napas berbau aseton.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit diabetes
mellitus ? hipertensi ? obesitas ?, mungkin dalam keluarga
17
mempunyai kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi
kolesterol dan tinggi glukosa.
c. Data Dasar Pengkajian
Data bergantung pada berat dan lamanya ketidakseimbangan
metabolik dan pengaruh pada fungsi organ.
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot,
tonus otot menurun. Gangguan tidur/istirahat
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau
dengan aktivitas.
Letargi/disorientasi, koma, penurunan kekuatan otot.
2. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi,
kebas, dan kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada
kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda : Takikardia, perubahan tekanan darah postural,
hipertensi, nadi yang menurun/tak ada, disritmia,
krekels, DVJ (GJK), kulit panas, kering dan
kemerahan, bola mata cekung
3. Integritas Ego
Gejala : Stres, tergantung pada orang lain, masalah finansial
yang berhubungan dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang.
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa
nyeri/terbakar, kesulitan berkemih/infeksi, ISK baru/berulang.
Nyeri tekan abdomen, diare
Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri (dapat
berkembang menjadi oliguria/anuria jika terjadi hipovolemia
berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras,
18
adanya asites. Bising usus lemah dan menurun, hiperaktif
(diare)
5. Makanan/cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, Mual/muntah, tidak mengikuti
diet, peningkatan masukan glukosa/karbohidrat.
Penurunan berat badan lebih dari periode beberapa
hari minggu, Haus. Penggunaan diuretik (tiazid)
Gejala : Kulit kering/bersisik, turgor jelek.
Kekakuan/distensi abdomen, muntah. Pembesaran
tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan
peningkatan gula darah). Bau halitosis/manis, bau
buah (napas aseton)
6. Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, Sakit kepala, Kesemutan, kebas
kelemahan pada otot, parestesia, Gangguan
penglihatan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma (tahap
lanjut). Gangguan memori (baru, masa lalu); kacau
mental. Refleks tendon dalam (RTD) menurun
(koma). Aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA)
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat
berhati-hati
8. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa
sputum purulen (tergantung adanya infeksi/tidak)
Tanda : Lapar udara, Batuk, dengan/tanpa sputum purulen (
infeksi). Frekuensi pernapasan
9. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
19
Tanda : Demam, diaforesis. Kulit rusak, lesi/ulserasi,
Menurunnya kekuatan umum/rentang gerak,
Parestesia/paralysis otot termasuk otot-otot
pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan
cukup tajam.
10. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)
Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada
wanita
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b. Defisit Volume Cairan
c. Resiko Infeksi
20
2.2.3 Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1 Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi : Intake nutrisi tidak
cukup untuk keperluan
metabolisme tubuh.
Batasan karakteristik :
Berat badan 20 % atau
lebih di bawah ideal
Dilaporkan adanya intake
makanan yang kurang dari
RDA (Recomended Daily
Allowance)
Membran mukosa dan
konjungtiva pucat
Kelemahan otot yang
NOC :
Nutritional Status : food and
Fluid Intake
Nutritional Status : nutrient
Intake
Kriteria Hasil :
Adanya peningkatan berat
badan sesuai dengan tujuan
Berat badan ideal sesuai dengan
tinggi badan
Mampumengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
Tidk ada tanda tanda malnutrisi
Menunjukkan peningkatan
fungsi pengecapan dari menelan
Tidak terjadi penurunan berat
NIC :
Nutrition Management
Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
Anjurkan pasien untuk meningkatkan
intake Fe
Anjurkan pasien untuk meningkatkan
protein dan vitamin C
Berikan substansi gula
Yakinkan diet yang dimakan mengandung
tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan yang terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
Ajarkan pasien bagaimana membuat
catatan makanan harian.
21
21
digunakan untuk
menelan/mengunyah
Luka, inflamasi pada
rongga mulut
Mudah merasa kenyang,
sesaat setelah mengunyah
makanan
Dilaporkan atau fakta
adanya kekurangan
makanan
Dilaporkan adanya
perubahan sensasi rasa
Perasaan ketidakmampuan
untuk mengunyah makanan
Miskonsepsi
Kehilangan BB dengan
makanan cukup
Keengganan untuk makan
Kram pada abdomen
Tonus otot jelek
badan yang berarti Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori
Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas normal
Monitor adanya penurunan berat badan
Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
dilakukan
Monitor interaksi anak atau orangtua selama
makan
Monitor lingkungan selama makan
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
selama jam makan
Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
22
22
Nyeri abdominal dengan
atau tanpa patologi
Kurang berminat terhadap
makanan
Pembuluh darah kapiler
mulai rapuh
Diare dan atau steatorrhea
Kehilangan rambut yang
cukup banyak (rontok)
Suara usus hiperaktif
Kurangnya informasi,
misinformasi
Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan pemasukan
atau mencerna makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan faktor
biologis, psikologis atau
mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan
kadar Hb
Monitor makanan kesukaan
Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
Monitor kalori dan intake nuntrisi
Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oral.
Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
23
23
ekonomi.
24
2 Defisit Volume Cairan
Definisi : Penurunan cairan
intravaskuler, interstisial,
dan/atau intrasellular. Ini
mengarah ke dehidrasi,
kehilangan cairan dengan
pengeluaran sodium
Batasan Karakteristik :
Kelemahan
Haus
Penurunan turgor kulit/lidah
Membran mukosa/kulit
kering
Peningkatan denyut nadi,
penurunan tekanan darah,
penurunan volume/tekanan
nadi
Pengisian vena menurun
Perubahan status mental
Konsentrasi urine meningkat
NOC:
Fluid balance
Hydration
Nutritional Status : Food
and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
Mempertahankan urine output
sesuai dengan usia dan BB, BJ
urine normal, HT normal
Tekanan darah, nadi, suhu
tubuh dalam batas normal
Tidak ada tanda tanda
dehidrasi, Elastisitas turgor
kulit baik, membran mukosa
lembab, tidak ada rasa haus
yang berlebihan
NIC :
Fluid management
Timbang popok/pembalut jika diperlukan
Pertahankan catatan intake dan output yang
akurat
Monitor status hidrasi ( kelembaban
membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik ), jika diperlukan
Monitor vital sign
Monitor masukan makanan / cairan dan
hitung intake kalori harian
Kolaborasikan pemberian cairan IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan IV pada suhu ruangan
Dorong masukan oral
Berikan penggantian nesogatrik sesuai
output
Dorong keluarga untuk membantu pasien
makan
Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )
Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih 25
24
3 Resiko Infeksi
Definisi : Peningkatan resiko
masuknya organisme patogen
Faktor-faktor resiko :
Prosedur Infasif
Ketidakcukupan
pengetahuan untuk
menghindari paparan
patogen
Trauma
Kerusakan jaringan dan
peningkatan paparan
lingkungan
Ruptur membran amnion
Agen farmasi
(imunosupresan)
Malnutrisi
Peningkatan paparan
lingkungan patogen
NOC :
Immune Status
Knowledge : Infection control
Risk control
Kriteria Hasil :
Klien bebas dari tanda dan
gejala infeksi
Menunjukkan kemampuan
untuk mencegah timbulnya
infeksi
Jumlah leukosit dalam batas
normal
Menunjukkan perilaku hidup
sehat
NIC :
Infection Control (Kontrol infeksi)
Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
lain
Pertahankan teknik isolasi
Batasi pengunjung bila perlu
Instruksikan pada pengunjung untuk
mencuci tangan saat berkunjung dan setelah
berkunjung meninggalkan pasien
Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
tangan
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
tindakan kperawatan
Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
pelindung
Pertahankan lingkungan aseptik selama
pemasangan alat
Ganti letak IV perifer dan line central dan
dressing sesuai dengan petunjuk umum
Gunakan kateter intermiten untuk
26
25
Imonusupresi
Ketidakadekuatan imum
buatan
Tidak adekuat pertahanan
sekunder (penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan
respon inflamasi)
Tidak adekuat pertahanan
tubuh primer (kulit tidak
utuh, trauma jaringan,
penurunan kerja silia,
cairan tubuh statis,
perubahan sekresi pH,
perubahan peristaltik)
Penyakit kronik
menurunkan infeksi kandung kencing
Tingktkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
dan lokal
Monitor hitung granulosit, WBC
Monitor kerentanan terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung terhadap penyakit
menular
Partahankan teknik aspesis pada pasien yang
beresiko
Pertahankan teknik isolasi k/p
Berikan perawatan kuliat pada area epidema
Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
27
26
Dorong masukkan nutrisi yang cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk minum antibiotik
sesuai resep
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
infeksi
Ajarkan cara menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif
28
2827
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
DM yang terjadi dan diketahuinya saat hamil, maka ini dinamakan
dengan DM gestasional, sedangkan bila DM telah diketahui sebelum hamil,
maka dinamakan DM pregestasi. DM yang terjadi pada ibu hamil dan
diketahui saat hamil kemudian akan pulih kembali 6 minggu pasca persalinan,
maka ini dinamakan DM gestasional, namun apabila setelah 6 minggu
persalinan DM belum juga sembuh, maka ini bukannya diabetes Gestasional,
tetapi DM. Dm gstasional perlu penanganan yang serius, karena dapat
mempengaruhi perkembangan janin, dan dapat mengancam kehidupan janin
kedepannya. sehingga perlu diberikan asuhan keperawatan secara
professional terhadap ibu hamil dengan DM, supaya tidak lagi terjadi
berbagai komplikasi-komplikasi yang tidak diinginkan
3.2. Saran
Penulis berharap semoga mahasiswa dapat mengerti bagaimana asuhan
keperawatan pada ibu hamil dengan DM, dan paham bagaimana patofiologi
yang terjadi pada ibu hamil yang mengalami DM. sehingga bisa berpikir
kritis dalam melakukan tindakan keperawatan.
29
DAFTAR PUSTAKA
Mitayani, S.ST.,M.Biomed Asuhan keperawatan maternitas Jakarta : salemba Medika, 2009
Estridge, Bonnie Kehamilan dan Diabetes / Bonnie Estridge,Jo Davies ; alih bahasa, Edi Nugroho ; editor,Lilian Yuwowno. - alih bahasa, Edi Nugroho ; editor,Lilian Yuwowno. – jakarta : Arcan, 2000
Dods R.F, Diabetes Mellitus, In Clinical Chemistry: Theory, Analysis, Correlation, Eds, Kaplan L.A, Pesce A.J, 3rd Edition, Mosby Inc, USA, 1996:613-640
Sacks D.B., Carbohydrates, In Tietz Fundamentals of Clinical Chemistry, Eds Burtis C.A, Ashwood E.R, 5th Edition, W.B. Saunders Company, USA, 2001:427-461
Foster D.W, Diabetes Mellitus, In Harrison’s Principles of Internal Medicine, Eds Fauci, Braunwald, Isselbacher, et al, 14th Edition, McGraw-Hill Companies, USA, 1998:623-75
Hendromartono, Consensus on The Management of Diabetes Mellitus (Perkeni 1998), In Surabaya Diabetes Update VI, Eds Tjokroprawiro A, Hendromartono, Sutjahjo A, Tandra H., Pranoto A., Surabaya, 1999:1-14
Kaplan, L.A., Laboratory Approaches, In Method’s in Clinical Chemistry, Eds Amadeo J, Kaplan L.A., 1987:94-96
Tabaei B.P., Al-Kassab A.S., Ilag L.L., et al, Does Microalbuminuria Predict Diabetic Nephropathy?,Diabetes Care, 24:9, 2001:1560-1566
30