ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/390/2/STIKESPW...klien CVA dengan...
Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIENrepository.stikespantiwaluya.ac.id/390/2/STIKESPW...klien CVA dengan...
1
2
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CEREBROVASCULAR
ACCIDENT (CVA) DENGAN MASALAH GANGGUAN KOMUNIKASI
VERBAL DI RS PANTI WALUYA MALANG
Cici Andrati, Maria Magdalena Setyaningsih, Wibowo
Prodi D-III Keperawatan STIKes Panti Waluya Malang
E-mail : [email protected]
ABSTRAK
Cerebrovascular accident (CVA) adalah gangguan suplai darah ke otak yang terjadi secara
mendadak dikarenakan adanya sumbatan atau pecahnya pembuluh darah. CVA ini dapat
menyebabkan gangguan bicara atau afasia, hal ini dikarenakan terjadi gangguan fungsi otak. Desain
penelitian ini menggunakan metode studi kasus pada kedua responden di bulan februari 2020 di
Rumah Sakit Panti Waluya Malang yang bertujuan untuk melakukan asuhan keperawatan pada
klien CVA dengan masalah gangguan komunikasi verbal. Berdasarkan penelitian ini didapatkan
hasil pada kedua klien masalah teratasi sebagian dibuktikan dengan klien 1 mampu melakukan
komunikasi secara bertahap dan pada klien 2 belum mampu melakukan komunikasi dengan baik.
Melihat hasil dari penelitian ini maka klien CVA yang mengalami gangguan komunikasi verbal
dilakukan asuhan keperawatan untuk memperbaiki artikulasinya berupa terapi huruf vokal AIUEO
dan Facial massage. Dimana terapi ini dapat membantu klien untuk memperbaiki artikulasinya dan
dapat mengembalikan nervus yang terganggu aktif kembali. Karena dengan terapi ini maka otot dan
saraf akan terlatih sehingga mampu meningkatkan proses bicara dan terhindar dari masalah
gangguan bicara atau afasia.
Kata Kunci : Klien Cerebrovascular accident (CVA), Gangguan Komunikasi Verbal
ABSTRACT
CVA (Cerebrovascular Accident) is a sudden disruption in blood supply to the brain due to
blockages or rupture of blood vessels. This CVA can cause speech disorders or aphasia, this is due
to a disruption in brain function. The design of this study used the case study method for the two
respondents in February 2020 Hospital Panti Waluya Malang that aims to provide nursing care to
CVA clients with verbal communication problems. Based on this research, the results obtained on
the two clients partially resolved problems proved by the client one is able to communicate
gradually anda the second client has not been able to communicate well. Seeing the results of this
study, CVA client who experienced verbal communication disorders performed nursing care to
improve their articulation in the form of vocal letter therapy AUIEO dan Facial Massage, where
this therapy can help clients to improve their articulation and can restore the disturbed nervess to
reactivate. Because with this therapy the muscles and nerves will be trained so that they are able to
increase the prosea of speech and avoid the problem of speech disorders or aphasia
Keyword : Clients CVA (Cerebrovascular Accident), verbal communication problems
3
Pendahuluan
Cerebrovascular accident (CVA)
merupakan gangguan suplai darah ke
otak yang terjadi secara mendadak pada
24 jam terakhir dan mengakibatkan
pecahnya pembuluh darah (Hemoragik)
atau penyumbatan pada pembuluh darah
(Iskemik) (WHO, 2016)1.
Secara global, di beberapa negara
AS setiap tahunnya 15 juta orang
terserang stroke. Sepertiga meninggal
dan sisanya mengalami kecatatan
permanen (Stroke forum, 2015). Angka
kejadian Cerebrovascular accident
(CVA) di Indonesia, merubah Indonesia
menjadi peringkat pertama di Asia
dengan angka kejadian Cerebrovascular
accident (CVA) terbanyak. Tahun 2013
angka kejadian penyakit CVA di provinsi
Jawa Timur sebanyak 342.070 orang
(Riskesdas, 2013). Di RS Panti Waluya
Malang ditemukan sebanyak 205
penderita CVA dan 75% mengalami
gangguan komunikasi verbal. Dan
didapatkan fenomana terdapat klien yang
mengalami CVA dengan gangguan
komunikasi verbal yang ditandai dengan
sulit bicara dengan penyebutan kata yang
tidak jelas2.
Cerebrovascular accident (CVA)
dapat menyebabkan kelumpuhan pada
salah satunya adalah kelumpuhan pada
saraf bicara atau sering di sebut Afasia.
Afasia yang paling sering dialami oleh
klien CVA adalah Afasia motorik
(Ramdhani, 2014). Dampak dari Afasia
motorik ini yaitu gangguan emosional
karena klien merasakan frustasi yang
disebabkan tidak bisa menyampaikan
kata-kata atau berkomunikasi (Samiadi,
2016)3.
Berdasarkan fenomena yang
ditemui peneliti pada saat praktik klinik
di RS Panti Waluya pada tahun 2019,
terdapat 1 klien laki - laki berusia 51
tahun dengan Cerebrovascular accident
(CVA) dan mengalami gangguan
komunikasi verbal. Pada saat dilakukan
pengkajian didapatkan data
kliemengalami kesulitan untuk
berkomunikasi dan berbicara yang
ditandai dengan sulit berbicara, bicara
pelo, tidak jelas saat bicara, klien bicara
dengan pelan dan artikulasi kata klien
tidak jelas sehingga sulit untuk
dimengerti oleh orang lain, klien juga
mengalami kelumpuhan pada wajah
sebelah kiri (perot ke sebelah kiri)4.
Peran perawat dalam mengatasi
masalah gangguan komunikasi verbal
pada kasus penderita Cerebrovascular
accident (CVA) yang sulit berbicara
adalah diajarkan dan diterapi huruf vokal
untuk memperbaiki kata – kata yang
biasa dimengerti orang lain. Terapi
AIUEO dapat memperbaiki pengucapan
agar mudah dipahami oleh orang lain
4
dengan cara menggerakkan lidah, bibir,
otot wajah dan mengucapkan kata-kata.
Hal ini dapat diterapkan pada klien
dengan gangguan bicara atau afasia yang
mengalami kegagalan dalam berartikulasi
(Wardhana, 2011)5.
Metode Penelitian
Studi kasus ini merupakan studi untuk
mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan
pada Klien Cerebrovascular accident (CVA)
dengan masalah Gangguan Komunikasi
Verbal di Rumah Sakit Panti Waluya Malang,
maka dijabarkan oleh penulis :
1. Klien CVA hemoragik atau non-
hemoragik.
2. Klien yang mengalami CVA serangan
pertama atau berulang.
3. Klien yang mengalami CVA yang sudah
melewati fase akut 72 jam.
4. Klien yang mengalami CVA yang tidak
mampu berbicara.
5. Klien yang terdiagnosa medis
Cerebrovascular accident (CVA) yang
mengalami afasia
6. Klien yang sulit untuk memahami
komunikasi.
7. Klien yang kesulitan untuk menggunakan
ekspresi wajah atau tubuhnya.
8. Klien yang kesulitan mengungkapkan
kata-kata dan kalimat
Pada penelitian ini yaitu 2 klien dewasa
yang mengalami CVA dengan masalah
Gangguan Komunikasi Verbal di Rumah
Sakit Panti Waluya Malang yaitu Tn. R
berusia 45 tahun dengan CVA Hemoragik,
sedangkan klien 2 yaitu Tn. A berusia 67
tahun dengan CVA Infark.
Penelitian dilakukan selama 3 hari
terhadap kedua responden dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang
berupa wawancara, obsevasi, pemeriksaan
fisik dan studi dokumen. Serta penulis juga
mencantumkan etika yang mendasari
penyusunan studi kasus, yang terdiri dari
1. Informed Consent (persetujuan menjadi
responden)
2. Anonimily (tanpa nama)
3. Confidentialy (kerahasiaan)
Hasil
Pada studi kasus ini didapatkan hasil
penelitian sebagai berikut :
1. Pengkajian
Klien 1 pada tanggal 9 Februari 2020
pukul 09.30 WIB masuk rumah sakit
serta pada tanggal 14 Februari 2020
pukul 12.00 WIB dilakukan pengkajian
klien mengeluh sulit untuk bicara sudah 6
hari, bibir klien tidak simetris posisi
cenderung ke arah kiri, bicaranya klien
tidak jelas, saat di minta untuk
mengucapkan huruf vokal AIUEO klien
hanya bisa mengucapkan 4 huruf saja
dan untuk vokal E klien masih kesulitan.
Dan di dapatkan hasil kesadaran
composmentis, keadaan cukup GCS E4-
V4-M6, kekuatan otot, Kanan kiri
5
5 4
5 4
TTV : TD : 180 / 120 mmHHg, S : 36,4OC ,
N : 88 x/menit, RR : 20 x/menit, spO2 : 98 %
Didapatkan hasil pemeriksaan nervus :
- N V : rahang klien sudah mulai bisa
menutup dengan rapat
- N VII Facialis : wajah sebelah kiri klien
sedikit turun atau asimetris dengan bagian
kanan, serta klien tidak bisa mengangkat
alis sebelah kiri dan bibir klien tidak
simetris posisi cenderung ke arah kiri
Klien 2 pada tanggal 12 Februari 2020
pukul 15.00 WIB masuk rumah sakit serta
tanggal 18 Februari pukul 10.00 WIB
dilakukan pengkajian didapatkan hasil
kesadaran klien composmentis dan keluarga
klien juga mengatakan jika klien masih sulit
untuk bicara, bibir klien tidak simetris posisi
cenderung ke arah kiri dan terbuka tidak bisa
menutup dengan rapat, bicaranya klien tidak
jelas, saat di minta untuk mengucapkan huruf
vokal AIUEO klien bisa tetapi tidak jelas.
kekuatan otot, Kanan kiri
3 3
3 3
TTV : TD : 160 / 90 mmHHg, S : 36 OC , N :
78 x/menit, RR : 20 x/menit, spO2 : 99%
Didapatkan hasil pemeriksaan nervus :
- N V : rahang klien masih belum bisa
menutup dengan rapat
- N VII Facialis : wajah sebelah kiri klien
sedikit turun atau asimetris dengan bagian
kanan, serta klien tidak bisa mengangkat
alis sebelah kiri dan bibir klien tidak
simetris posisi cenderung ke arah kiri
disertai bibir klien tidak bisa menutup
dengan rapat
2. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan dari hasil pengkajian
pada kedua klien ditegakkan diagnosis
keperawatan Gangguan Komunikasi
Verbal berhubungan dengan Penurunan
Sirkulasi Serebral
3. Rencana Keperawatan
Pada klien 1 dan 2 telah ditetapkan
rencana keperawatan sesuai dengan
tinjauan pustakan yaitu pada kedua klien
dilakukan pengkajian pada nervus V dan
VII, memberikan terapi pengucapan
huruf vokal AIUEO kepada klien, dan
memberikan Facial Massage
4. Implementasi Keperawatan
Pada kedua klien terdapat 11
intervensi yang direncakan dan 10
intervensi yang dapat dilakukan dan 1
intervensi yang tidak dilakukan karena
kedua klien tidak mengalami gangguan
pada masalah pendengarannya.
5. Evaluasi
Pada klien 1 dan 2 dilakukan asuhan
keperawatan selama 3 hari perawatan
druang rawat inap dan hasil yang di dapat
dari kedua klien sesuai dengan kriteria
6
hasil yang ditetapkan dan masalah
teratasi sebagian di tandai dengan klien 1
mengalami peningkatan dalam berbicara
dan berkomunikasi tetapi masih belum
lancar total, namun klien mampu dan
dapat mengucapkan huruf vokal AIUEO
secara perlahan dengan artikulasi yang
mulai jelas meskipun hanya 1 huruf vokal
yang masih kesulitan diucapkan klien
yaitu huruf vokal E, dan keadaan bibirnya
yang masih tidak simetris dan cenderung
ke sebelah kiri. Sedangkan pada klien ke
2 mulai mengalami peningkatan dalam
berbicara dan berkomunikasi tetapi masih
belum jelas, namun klien mampu dan
dapat mengucapkan huruf vokal AIUEO
secara perlahan meskipun tidak semua
huruf vokal bisa didengar dengan jelas.
Pembahasan
1. Pengkajian
kllien 1 mengatakan sulit bicara dari
beberapa hari yang lalu, bibir klien tidak
simetris cenderung ke sebelah kiri, bicara
klien tidak jelas. Saat di minta
mengucapkan AIUEO klien bisa hanya 4
huruf vokal saja dan untuk vokal E klien
masih kesulitan. Keluarga klien juga
mengatakan jika Tn R mempunyai
riwayat hipertensi. Didapatkan hasil
kesadaran klien composentis, GCS E4-
V4-M6, keadaan umum klien cukup.
Didapatkan hasil pemeriksaan nervus : N
V : rahang klien sudah mulai bisa
menutup dengan rapat dan N VII Facialis
: wajah sebelah kiri klien sedikit turun
atau asimetris dengan bagian kanan, serta
klien tidak bisa mengangkat alis sebelah
kiri dan bibir klien tidak simetris
cenderung ke sebelah kiri. klien 2
mengatakan klien sulit bicara, bibir klien
tidak bisa menutup dengan rapat, bicara
klien tidak jelas, saat diminta
mengucapkan AIUEO klien tidak jelas
dalam mengucapkannya. Didapatkan
hasil kesadaran klien composmentis,
GCS E4-V3-M6, keaadaaan umum klien
cukup. Didapatkan hasil pemeriksaan
nervus : N V : rahang klien masih belum
bisa menutup dengan rapat dan N VII
Facialis : wajah sebelah kiri klien sedikit
turun atau asimetris dengan bagian kanan,
serta klien tidak bisa mengangkat alis
sebelah kiri dan bibir klien tidak simetris
cenderung ke sebelah kiri serta tidak bisa
menutup dengan rapat. Hal tersebut
sesuai dengan teori Smelltzer dan Bare
(2012) bahwa penyebab terjadinya
CerebrovascularAccident (CVA) bisa
dari faktor usia, hipertensi, pola makan,
dan pola aktivitas. Selain itu untuk tanda
dan gejalanya dari
CerebrovascularAccident (CVA) adalah
kesulitan klien dalam bicara dan
berkomunikasi dengan artikulasi yang
benar dan tepat.
2. Diagnosis Keperawatan
Pada klien 1 dan 2 di tegakkan
diagnosis Gangguan Komunikasi Verbal
berhubungan dengan Penurunan Sirkulasi
Serebral. Hal ini sesuai dengan teori
7
menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2016). Batasan karakteristik dari
diagnosa gangguan komunikasi verbal
adalah afasia, disartria, bicara tidak jelas,
kesulitan menyusun kata-kata atau
kalimat, sulit memahami komunikasi,
tidak bisa bicara, sulit menggunakan
ekspresi wajah dan tubuhnya, dan sulit
mengungkapkan kata-kata.
3. Rencana Keperawatan
pada klien 1 dan 2 telah ditetapkan
intervensi keperawatan sebagai berikut :
Observasi :
1. Monitor kecepatan, tekanan,
kuantitas, volume dan diksi bicara
2. Monitor proses kognitif, anatomis,
dan fisiologi yang berkaitan dengan
bicara (misalnya ; memori,
pendengaran, dan pengucapan bahasa)
3. Monitor frustasi, marah, depresi atau
hal lain yang mengganggu bicara
Terapeutik :
4. Gunakan metode komunikasi
alternatif (mis. Menulis, mata
berkedip, papan komunikasi dengan
gambar dan huruf, isyarat tangan)
5. Sesuaikan gaya komunikasi dengan
kebutuhan (mis. berdidiri didepan
klien saat bicara, mendengarkan
dengan seksama, gunakan komunikasi
tertulis)
6. Ulangi apa yang disampaikan klien
7. Berikan dukungan psikologis
8. Berikan terapi AIUEO kepada klien.
9. BerikanFacial massage
Edukasi :
10. Anjurkan klien untuk bicara secara
perlahan
Kolaborasi :
11. Rujuk ke ahli patologi bicara atau
terapis
Intervensi yang telah direncakan sesuai
dengan teori menurut (Tim Pokja SIKI
DPP PPNI, 2018) yang menyatakan
beberapa tindakan yang akan membantu
klien untuk membantu mencoba
berkomunikasi , berbicara dengan jelas
dan juga sesuai dengan dengan teori
Haryanto (2014) yang mengajarkan dan
melakukan terapi wicara dengan
menggunakan pelafalan huruf vokal
AIUEO dimana hal ini dapat membantu
klien dalam melatih pengucapan yang
jelas dan teori Khotimah (2016) yang
menyatakan untuk memberikan terapi
facial massage sebagai intervensi yang
sesuai dengan keadaan klien diharapkan
dapat mencapai kriteria hasil yang telah
ditetapkan.
4. Implementasi Keperawatan
Pada klien 1 dan klien 2 dari 11
intervensi yang telah direncanakan, 10
intervensi dapat di laksanakan sesuai
dengan tinjauan teori dan hanya 1
intevensi yang tidak dilakukan oleh
peneliti dikarenakan pada kedua klien
tidak mengalami gangguan dalam
pendengaran. kedua klien sangat
kooperatif sehingga dapat mempermudah
peneliti untuk melaksanakan
8
implementasi keperawatan. Hal diatas
sesuai menurut teori Potter & Perry
(2011) bahwa implementasi keperwatan
merupakan proses pelaksanaan intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan
spesifik implemen keperawatan
dilakukan berdasarkan intervensi
keperawatan yang sudah diterapkan
selama tiga hari adalah memonitor
keadaan klien.
5. Evaluasi
Pada klien 1 masalah teratasi sebagian
karena klien mampu dalam
berkomunikasi meskipun belum lancar
dan berbicara serta dalam pengucapan
huruf vokal AIUEO klien mulai jelas
artikulasinya. Sedangkan pada klien 2
masalah teratasi sebagian karena klien
mampu berbicara tetapi dalam
pengucapan kalimat belum lancar dan
belum terlalu jelas serta dalam
pengucapan huruf vokal AIUEO belum
terdengar jelas semua hanya huruf vokal
A dan O yang terdengar jelas untuk huruf
vokal I, U, E masih belum. Hal tersebut
sesuai dengan teori menurut Nurarif &
Kusuma (2015) bahwa hasil yang
diharapkan setelah dilakukan tindakan
keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Bicara klien dapat dipahami orang lain
dengan perlahan
2. Klien dapat menyusun kata-kata ataupun
kalimat secara bertahap
3. Klien dapat mengerti apa yang kita
bicarakan
4. Klien dapat mendemonstrasikan terapi
yang sudah diberikan dengan mengulang
kembali apa yang telah peneliti ajarkan
Kesimpulan
Asuhan Keperawatan Pada Klien
Cerebrovascular Accident (CVA) Dengan
Masalah Gangguan Komunikasi Verbal di
Rumah Sakit Panti Waluya Malang
dilaksanakan pada klien 1 dan 2 selama 3 hari
klien di rawat inap di Rumah Sakit Panti
Waluya Malang. Pada klien 1 masalah
keperawatan teratasi sebagian karena setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24
jam klien mampu melatih pengucapan huruf
vokal A I U E O dengan artikulasi mulai jelas
dan dapat berkomunikasi secara bertahap
meskipun belum lancar dan pada klien 2
masalah keperawatan teratasi sebagian setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24
jam klien hanya mampu mengucapkan huruf
A dan O secara jelas untuk huruf I, U dan E
masih terdengar pelat (pelo) masih belum
jelas.
Saran
1. Bagi Lahan Penelitian
Penulis mengharapkan bagi lahan
penelitian yaitu bagi Rumah Sakit
Panti Waluya Malang untuk untuk
menggunakan hasil penelitian yaitu
“Asuhan Keperawatan pada klien
CVA (Cerebrovascular Accident)
dengan Masalah Gangguan
Komunikasi Verbal” dengan teknik
9
melatih pengucapan huruf vokal A I U
E O dan facial massage guna untuk
memperbaiki kualitas dalam berbicara
dan untuk memperbaiki artikulasinya
dengan jelas sesudah klien CVA
melewati fase kritisnya.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Peneliti berharap dari hasil
penelitian ini dapat dijadikan bahan
referensi tambahan bagi institusi
pendidikan mengenai asuhan
keperawatan pada klien CVA
(Cerebrovascular Accident) dengan
Maslah Gangguan Komunikasi Verbal
yang memiliki intervensi unggulan
yaitu dengan menerapkan teknik
melatih pengucapan huruf voakal A I
U E O dan facial massage.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dalam malakukan penelitian ini
peneliti menemukan banyak tantangan
saat melakukan asuhan keperawatan
pada kedua responden yang memiliki
keinginan untuk sembuh yang berbeda
dengan klien 1 sangat tinggi
motivasinya untuk sembuh dan untuk
klien 2 mudah putus asa dengan
keadaannya saat ini, maka peran dari
peneliti harus bisa menyakinkan klien
agar kooperatif dalam diberikannya
asuhan keperawatan terapi
pengucapan huruf vokal AIUEO dan
Facial Massage dengan menggunakan
suatu pendekatan yang menyakinkan
kepada kedua klien. Peneliti berharap
untuk penelitian selanjutnya dapat
mempraktekkan suatu pendekatan
dengan klien dengan penuh
kepercayaan agar kita dalam
melakukan asuhan keperawatan bisa
dengan mudah dan dapat mencapai
tujuan yang telah kita kita harapkan.
Daftar pustaka
Haryanto, Ghoffar. 2014. Pengaruh Terapi
AIUEO Terhadap Kemampuan Bicara
Pada Klien Stroke Yang Mengalami
Afasia Motorik di RSUD Tugurejo
Semarang.
Junaidi, L., 2011. Stroke Waspadai
Ancamannya. Edisi 1. Yogyakarta.
Khotimah, Diah. 2016. Efektifitas Facial
Massage dan Facial Expression
TerhadapKesimetrisan Wajah Klien
Stroke Dengan Face Drooping Di RS
Mardi Ra-hayu Kudus (JIKK)
Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan
Klien dengan gangguan Sistem Per-
sarafan.Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. 2015.
AplikasiAsuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.
Potter & Perry, A. G. 2011. Buku Ajaran
Fundamental Keperawatan Konsep
Proses, dan Praktik, Edisi 7, Volume
2. Jakarta : Selemba Medika
PPNI (2016). Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI.
____________ 2018. Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.
10
Rekam Medis RS Panti Waluya Malang.
2019. Prevalensi Klien Dengan
DiagnosaMedis Stroke Di RS Panti
Waluya Malang. Malang : RS Panti
Waluya Malang.
Riskesdas. 2013. Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan
Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementria Kesehatan RI
Samiadi. 2016. Jenis Afasia Bisa Terjadi
Pasca Stroke. Diunduh tanggal 11
Januari 2017. Pada
http://hellosehat.com.
Smeltzer S. C., Bare G. B. 2009. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8
Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran : EGC.
Wardhana, W Arya. 2011. Strategi mengatasi
dan bangkit dari stroke.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar
11
Lembar Konsultasi Pembimbing 1
12
13
Lembar Konsultasi Pembimbing 2
14
15
16
Lembar Konsultasi Pembimbing Klinik
17