Asuhan Keperawatan Odha Dengan Diare Kronis

27
ASUHAN KEPERAWATAN ODHA DENGAN DIARE KRONIS PENGERTIAN : Diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 2-3minggu. TUJUAN : 1. Manajemen masalah infeksi dan pengobatan. 2.. Memaksimalkan kualitas hidup. 3. Menatalaksana penyakit kronis dan terulangnya penyakit. 4. Mencegah dan mengobati infeksi oportunistik. 5. Mencegah penularan selanjutnya. SASARAN : Semua odha dengan diare kronis. a.ANAMNESIS 1. Keluhan Utama : - diare terus menerus .>2mg. - badan lemah - nyeri abdomen - ekskoriasi / iritasi kulit perianal 2. Riwayat Penyakit saat ini - sejak kapan terdiagnosis HIV - menggunakan ART(anti retro viral terapi) atau tidak. - mulai kapan diare

description

Asuhan Keperawatan Odha Dengan Diare Kronis uploaded by 130010019 PSIK FKK UNUSA

Transcript of Asuhan Keperawatan Odha Dengan Diare Kronis

ASUHAN KEPERAWATAN ODHA DENGAN DIARE KRONIS

ASUHAN KEPERAWATAN ODHA DENGAN DIARE KRONISPENGERTIAN : Diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 2-3minggu.

TUJUAN : 1. Manajemen masalah infeksi dan pengobatan. 2.. Memaksimalkan kualitas hidup. 3. Menatalaksana penyakit kronis dan terulangnya penyakit. 4. Mencegah dan mengobati infeksi oportunistik. 5. Mencegah penularan selanjutnya.SASARAN : Semua odha dengan diare kronis.

a.ANAMNESIS

1. Keluhan Utama : - diare terus menerus .>2mg.

- badan lemah

- nyeri abdomen

- ekskoriasi / iritasi kulit perianal

2. Riwayat Penyakit saat ini

- sejak kapan terdiagnosis HIV

- menggunakan ART(anti retro viral terapi) atau tidak.

- mulai kapan diare

- jumlah CD 4

- tindakan yang sudah digunakan untuk masalah kesehatan

sebelum dibawa ke RS

obat yang dikonsumsi saat ini

3. Riwayat Penyakit yang diderita

- kenali faktor resiko seperti praktek seksual yang beresiko, pengguna

Narkoba, dan obat-obatan terlarang dengan cara iv bergantian.

bayi lahir dari seorang ibu dengan HIV &AIDS

riwayat penerima donor darah

4. Riwayat Penyakit keluarga

- anggota keluarga lainnya yang beresiko tinggi terkena HIV&AIDS seperti

Praktek seksual yang beresiko

pengguna narkoba secara iv bergantian

bayi lahir dari ibu dengan HIV&AIDS

riwayat penerima donor darah

5. Personal Hygiene

Kelemahan sering membuat pasien memerlukan bantuan dalam penentuan

ADL(aktifitas sehari-hari)

6. Bio-psiko-sosio-spiritual

Pemeriksaan Fisik

1. B1 (breath) : frekuensi pernafasan cenderung meningkat

2. B2 (blood) : nadi meningkat, febris, pucat, cyanosis, akral dingin, dehidrasi

3. B3(brain) : terjadi penurunan kesadaran

4. B4(bladder): terjadi anuri

5. B5(bowel) : mual, muntah, diare, bising usus meningkat, penurunan berat

badan, nyeri abdomen, furgor kulit menurun. 6. B6(bone) : adanya kelemahan

Pemeriksaan Penunjang : FL, Kultur Faeces.

DIAGNOSA PERAWATAN

1. Defisit volume cairan dan elektrolit b.d kehilangan yang berlebihan sekunder terhadap diare berat, muntah, status hipermetabolisme dan demam.

2. Infeksi, resiko tinggi terhadap progresi menjadi sepsis atau infeksi oprtunistik b.d depresi sistem imun.

3. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan untuk mencerna, mual muntah dan peningkatan laju metabolisme.

RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa perawatan I

Tujuan : volume cairan dan elektrolit tubuh dapat terpenuhi

Kriteria hasil : - membran mukosa lembab,

- turgor kkulit baik

- mata tidak cowong

- tanda vital stabil

- produksi urin adekuat

- kadar elektrolit dalam batas normal

Intervensi :

1. Berikan cairan yang adekuat sedikitnya 2,5l / hari dan pantau masukanoral.

2. Hindari makan yang menyebabkan diare.3. berikan cairan elektrolit intravena

4. Pantau tanda vital.

5. Pantau turgor kulit, membran mukosa dan haus.

6. Ukur produksi urine

7. Laksanakan pemberian anti emetik dan anti diare sesuai advis dokter.

Diagnosa Perawatan 2

Tujuan : Sepsis tidak terjadi dan infeksi oportunistik tidak mmenyebar

Kriteria Hasil : suhu 36-37,5 C dan tanda infeksi tidak terjadi.

Itervensi :

1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan perawatan.

2. Berikan lingkungan yang bersih dan berventillasi baik serta lakukan tindakan aseptik.3. Pantau tanda-tanda vital terutama suhu.

4. Periksa kulit dan membran mukosa oral terhadap bercak putih atau lesi.

5. Pantau keluhan nyari ulu hati, disphagia, peningkatan kram abdomen dan diare hebat.

6. Pantau hasil laboratorium.

7. Lakukan pemberian antibiotik yang sesuai dengan advis dokter.

Diagnosa Keperawatan 3

Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.Kriteria hasil : - mempertahankan berat badan atau peningkatan berat - tidak ada mual dan muntah

- porsi makan yang disediakan dari RS habis.

- albumin dalam batas normal

- total protein dalam batas normal

- hb >10mg%INTERVENSI

1. Berikan perawatan mulut secara rutin, minimal 2x sehari

2. Motivasi pasien untuk makan sedikit tapisering dengan makanan yang Tinggi kalori dan tinggi protein.

3. Berikan periode istirahat dan posisi duduk saat pasien makan.

4. Pastikan pola diet yang biasa pasien dapatkan dan yang disukai atau

Tidak disukai.

5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diet.

IMPLEMENTASI

SECARA UMUM

Istirahat, dukungan nutrisi yang memadai berbasis makronutrien dan mikronutrien untuk penderita HIV&AIDS, konseling termasuk pendekatan psikologis dan psikososial, membiasakan gaya hidup sehat.

SECARA KHUSUS

Pemberian antiretroviral terapi (ART) kombinasi, terapi infeksi sekunder sesuai jenis infeksi yang ditemukan, terapi malignans.DAFTAR PUSTAKA

1. Nasronudin. Management And Patien Safety In HIV/AIDS.Surabaya.2009.2. Unair,Fakultas Kedokteran. Protap HIV/AIDS RSU.Dr.Soetomo.Surabaya.2009.3. Firmansyah, andan.Konsep Keperawatan Komunitas,28 April 2009, (http://andaners.wordpress.com). Diakses 10 Januari 2010.BAB I

PENDAHULUANLatar Belakang

Semakin banyak manusia yang terinfeksi kuman HIV/AIDS sedangkan rumah sakit belum siap untuk menerima atau merawat pasien dengan aids dengan berbagai alasan. Ada yang mengatakan belum memiliki fasilitas, tidak ada ruang khusus atau ruang isolasi untuk merawat pasien dengan HIV/AIDS dan sebagainya. Padahal sebenarnya mereka enggan atau takut tertular atau terpapar HIV/AIDS. Memang petugas kesehatan sangat rentan terhadap penularan oleh virus HIV, bila diruntut dari cara penularannya,apalagi dalam melaksanakan tugasnya petugas kesehatan selalu mengadakan kontak dengan pasien sehingga sangat beralasan bila mereka enggan memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien dengan HIV/AIDS.

Akan tetapi petugas kesehatan tidak boleh dengan serta merta menghindari memberikan pelayanan terhadap odha(orang dengan HIV/AIDS) apalagi bila mereka datang dan meminta pertolongan.

Hal seperti tersebut di atas sebenarnya tidak perlu terjadi apabila petugas kesehatan mempunyai pengetahuan yang cukup tentang cara penanganan pasien dengan HIV/AIDS serta mempunyai kemauan memberikan pelayanan kesehatan terhadap pasien dengan hiv/aids dan tentu saja ditunjang dengan kemampuan untuk menyediakan fasilitas yang dibutuhkan.

Keselamatan dan keamanan petugas kesehatan menjadi masalah sehubungan keterbatasan fasilitas kesehatan dan kurangnya peralatan kewaspadaan universal di rumah sakit.

Sengaja penulis membahas masalah ini karena petugas kesehatan adalah merupakan salah satu komunitas pekerja. Sedangkan perawatan kesehatan kerja adalah penerapan prinsip-prinsip keperawatan dalam memelihara kelestarian kesehatan tenaga kerja dalam segala bidang pekerjaan (American Asociation of Occupational Health Nursing) Perawat kesehatan kerja mengaplikasikan praktek keperawatan untuk memenuhi kebutuhan unik individu, kelompok dan masyarakat di tatanan industri, pabrik, tempat kerja, tempak konstruksi, universitas dan lain-lain.Lingkup praktek keperawatan kesehatan kerja mencakup pengkajian riwayat kesehatan, pengamatan, memberikan pelayanan kesehatan primer konseling, promosi kesehatan, administrasi management quality asurance, peneliti dan kolaburasi dengan komunitas. Tujuan Adapun tujuan dari standar keselamatan ini adalah: a. Untuk menghindarkan petugas kesehatan dari terpapar HIV dan dapat menangani pasien dengan HIV secara benar sehingga bisa memberikan rasa aman kepada petugas dalam memberikan pelayanan kesehatan. b. Agar rumah sakit siap menghadapi dampak negatif dari era globalisas, yaitu menerima pasien dengan HIV.BAB IISTANDAR KESELAMATAN PERAWATAN PASIEN HIV/AIDS

Dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap penderita hiv/aids diperlukan tata cara tersendiri. Hal ini dikarenakan apabila penanganan penderita aids dilakukan tanpa ada panduan yang benar, maka bisa berakibat buruk bagi petugas kesehatan. Petugas kesehatan bisa terpapar aids disamping itu peralatan, bahan habis pakai yang telah digunakan oleh penderita juga merupakan sumber infeksi bagi siapa saja. Oleh karena itu perlu penanganan yang benar berupa prosedur tetap (protap) yang harus dimiliki oleh setiap rumah sakit. Semua rumah sakit sangat memerlukan protap tersebut sebagai upaya untuk menghindarkan petugas kesehatan dari terpapar aids. Sebenarnya bukan hanya untuk aids saja tetapi standar keselamatan ini bisa juga digunakan untuk menghindarkan petugas dari berbagai macam penyakit .yang cara penularannya sama dengan aids, misalnya pasien dengan hepatitis B .

Untuk mengantisipasi terjadinya penularan diperlukan adanya kerjasama antara petugas kesehatan dengan pihak yang terkait yang ada di rumah sakit.Hal ini bisa disesuaikan dengan teori perubahan perilaku yang dikemukakan oleh Snehandu B. Kar. Penjabaran dari teori Snehandu adalah sebagai berikut : 1. Behavior Intension (niat seseorang).

Suatu pekerjaan akan mudah dijalani apabila ada niat dari seseorang. Misalnya dalam penyelenggaraan standar keselamatan bagi petugas di rumah sakit harus ada niat baik dari pihak menejemen untuk membuat protap dan mengontrol tersenggaranya protap dengan baik ditunjang dengan pelaksanaan oleh petugas kesehatan. 2. Sosial support (dukungan sosial )

Harus ada dukungan dari pihak berwenang dalam hal ini pihak menejemen terkait.

3. Acces Ebility of information

Layanan informasi yang jelas dan mudah didapat bila ada pembaharuan serta ada kesulitan dalam pelaksanaan.

4. Personal Autonomi

Apabila memungkinkan sebaiknya menggunakan kemampuan sendiri.

5. Action situation.

Situasi yang memungkinkan ini terkait dengan kemampuan yang dimiliki.SASARAN DAN TUJUAN Dalam hal ini yang menjadi sasaran penyuluhan adalah semua petugas rumah sakit, dari mulai dokter, perawat, pembantu perawat, petugas gizi, petugas laboratorium tidak terkecuali petugas kebersihan.

Tujuan yang ingin dicapai adalah apabila petugas kesehatan mengetahui apa dan bagaimana cara penularannya serta bagaimana cara menghindarinya dan cara penanganannya, maka petugas kesehatan akan terhindar dari terpapar hiv/aids dan juga dapat memberikan rasa aman kepada petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada individu dan masyarakat tanpa rasa khawatir tertular hiv/aids. Dan bagi rumah sakit dapat menerima pasien dengan tangan terbuka tanpa alasan yang tidak masuk akal karena pada dasarnya penanganan hiv/aids sama dengan penaganan pasien yang lain yang cara penularannya sama dengan hiv/aids.

Metode dan alat peraga Untuk menyampaikan semua ini penulis menggunakan metode penyuluhan dan curah pendapat. Sedangkan alat perga yang digunakan adalah media elektrolit, yaitu LCD. APA HIV/AIDS

HIV/AIDS adalah suatu kumpulan gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi virus HIV.PERJALANAN INFEKSI HIV Perjalanan infeksi HIV ada 3 fase secara klinis 1. Fase infeksi akut Setelah HIV menginfeksi target, terjadi proses replikasi yang menimbulkangejala mirip sindroma flu. Fase ini berlangsung 3-6 minggu. Gejala umum yaitu demam, faringitis, limfadenopti, atralgia, mialgia, letargia,malaise, nyeri kepala, mual, muntah, diare, anoreksia, penurunan berat badan.Pada fase akut terjadi penurunan limfosit T kemudian terjadi kenaikan karena terjadi respon imun.Jumlah limfosit T pada fase ini di atas 500 sel/mm3 dan kemudian akan mengalami penurunan setelah 6 minggu terinfeksi HIV.

2.Fase infeksi laten

Pembentukan respon imun spesifik HIV dan terperangkapnya virus dalam Sel Dendritik Folikuler di pusat germinativum kelenjar llimfe menyebabkan virion dapat terkendali, gejala hilang dan mulain memasuki fase laten. Fase ini berlangsung rerata sekitar 8-10 tahun (dapat 3-13 tahun) setelah terinfeksi HIV. Pada tahun ke delapan akan muncul gejala klinik yaitu demam, banyak berkeringat pada malam hari, kehhilangan berat badan kurang dari 10%, diare, lesi pada mukosa dan kulit berulang, penyakit infekasi kulit berulang. Gejala ini merupakan tanda awal munculnya infeksi oportunistik.

3. Fase infeksi kronis

Pada fase ini dalam kelenjar limfe terus terjadi replikasi virus yang diikuti kerusakan dan kematian Sel Dendritik Folikuler karena banyaknya virus. Limfosit semakin tertekan karena intervensi HIV yang semakin banyak. Terjadi penurunan jumlah limfosit hingga di bawah 200 sel/mm3. Ini menyebabkan sistim imun menurun dan pasien semakin rentan terhadap berbagai macam penyakit infeksi sekunder. Perjalanan penyakit semakin progresif yang mendorong ke arah AIDS.CARA PENULARAN

Cara penularan hiv/aids adalah adanya kontak dengan cairan tubuh ODHA orang dengan hiv/aids, terutama cairan vagina, sperma, darah ataupun produk darah. Dari cara penularannya, maka hal penting yang harus dihindari untuk mencegah terjadinya penularan tentunya dengan cara menghindari kontak dengan cairan tubuh tersebut di atas.

Adapun cairan tubuh bisa ditransmisikan melalui berbagai cara, yaitu:

a. Transmisi melalui kontak seksual.b. Transmisi melalui darah dan produk darah.

c. Transmisi secara vertikal dari ibu ke anak.

d. Potensi transmisi melalui cairan tubuh lain.

Untuk petugas kesehatan di rumah sakit yang perlu diwaspadai adalah transmisi melalui darah dan produk darah serta cairan tubuh lain, walaupun masih potensial. Hal ini disebabkan karena petugas kesehatan dalam kegiatannya sehari-hari sangat berhubungan dengan hal tersebut di atas. Oleh karena itu sangatlah penting bagi petugas kesehatan mengadakan kewaspadaan universal. Setelah mengetahui cara serta transmisi penularan hiv/aids, maka yang penting bagi pekerja atau tenaga kesehatan adalah : - Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh penderita. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan. Dekontaminasi cairan tubuh penderita. memelihara kebersihan tempat pelayanan kesehatan. Membuang limbah secara benar. PROTOKOL KEWASPADAAN UNIVERSAL

1. Cuci tangan atau permukaan kulit secara rata untuk mencegah kontaminasi tangan oleh kuman pada tangan dengan menggunakan air bersih yang mengalir dan sabun sesudah nelakukan tindakan atau perawatan.

2. Pemakaian alat pelindung sesuai dengan indikasi. Sebagai contoh

a. Sarung tangan digunakan bila akan menjamah darah atau cairan tubuh lain , menyentuh selaput mukosa dan kulit yang luka dari setiap pasien. b. menangani benda dan peralatan yang terpapar darah atau cairan

tubuh.

c. masker dan pelindung mata digunakan untuk mencegah pejanan pada

mukosa mulut ddan hidung.

d. Jubah atau celemek dipakai tindakan yang dapat menimbulkan

percikan atau tumpahan darah atau cairan tubuh. 3. Pemakaian antiseptik dan disinfektan dengan benar sesuai aturan.

4. Pengelolaan khusus alat bekas pakai dan benda tajam dan menghindari

resiko kecelakaan tusukan jarum suntik atau benda tajam lain

5. Dekontaminasi, pembersihan dansterilisasi/ disinfeksi.

6. Petugas yang mempunyai luka basah atau luka mengucurkan darah harus menjauhi tugas perawatan langsung.

7.Pengelolaan limbah yang sesuai dengan kaidah kesehatan.

8.Instrumen dan linen yang diduga tercemar direndam dalam cairan klorin 0,5% selama 10 menit sebelum dicuci biasa.

DEKONTAMINASI

Dekontaminasi adalah langkah pertama dalam menangani berbagai peralatan yang telah digunakan oleh penderita. Bahan yang akan digunakan adalah : - larutan klorin 0,5% - alat sterilisasi alat dtt /obat dtt : alat rebus,glutaraldehid 2-4%, formaldehid 8%, sabun deterjen, ember cuci, sarung tangan rumah tangga, apron plastik dan masker kerja.PENGELOLAAN ALAT TAJAM DAN LIMBAH TERCEMAR DARAH Benda tajam seperti jarum suntik, gunting, pisau operasi dan sebagainya yang telah tercemar merupakan peralatan yang menjadi penyebab utama penularan HIV melalui kecelakaan kerja, misalnya tertusuk jarum. Oleh karena itu pengelolaan dan pembuangan alat tajam harus dilakukan dengan aman, yaitu dengan menempatkan alat tajam tersebut dalam wadah tahan tusukan dan tertutup baru kemudian dibakar atau dikubur dalam lubang yang cukup dalam. Sedangkan untuk limbah tercemar, seperti limbah padat tercemar, cairan tubuh, spesimen laboratorium, jaringan tubuh harus ditempatkan dalam kantong yang kedap air dan tidak bocor, kemudian dibakar atau dikubur dengan kedalaman kurang lebih 2m dan sedikitnya berjarak 10m dari sumber air. Untuk limbah cair harus dibuang melalui sistem pengolahan limbah cair atau dibuang ke dalam wc. KECELAKAAN KERJA DAN TATALAKSANA PEJANAN DARAH Petugas kesehatan adalah aset penting dalam memberikan pelayanan kesehatan, oleh karena itu keselamatan petugas sangat penting dan kecelakaan kerja sedapat mungkin harus dihindari. Apabila kecelakaan kerja harus terjadi , maka harus dilakukan dokumentasi oleh atasan dan dilaporkan kepada unit kesehatan kerja dan diberikan fasilitas konseling bagi petugas yang mendapat kecelakaan kerja. Banyak sarana kesehatan yang mengabaikan hal tersebut sehingga petugas kurang mendapat perhatian bahkan sering tidak diberikan sama sekali. PENATALAKSANAANA. Penatalaksanaan umum :

Istirahat, dukungan nutrisi yang memadai berbasis makronutriendanmikronutrien untuk penderita HIV/AIDS, konseling termasuk pendekatan psikologis dan psikososial, membiasakn gaya hidup sehat. B. Penatalaksanaan Khusus : Pemberian antiretroviral therapy (ART) kombinasi, terapi sekunder sesuai jenis infeksi yang ditemukan, terapi malignansi.

BAB III

KESIMPULAN

Secara teoritis petugas kesehatan mempunyai resiko tertular karena kemungkinan kontak dengan cairan tubuh dari pasien terinfeksi HIV. Dalam rangka menghindarkan petugas kesehatan dari terpapar HIV akibat kecelakaan kerja terkait dengan tertusuk jarum yang telah dipakai pasien yang terinfeksi HIV semua petugas kesehatan harus selalu waspada dan menghindari terjadinya kecelakaan kerja dengan kewaspadaan universal. Disamping itu kewaspadaan universal bisa menghindarkan penularan dari pasien ke pasien terutama karena alat kesehatan yang tercemar dan tidak tidak didisinfeksi secara baik dan melalui transfusi darah. Sarana kesehatan juga harus lebih giat memberikan penyuluhan tentang kewaspadaan universal kepada petugas kesehatan. Upaya menurunkan resiko penularan HIV di rumah sakit adalah sebagai berikut :

1. Memahami dan selalu menerapkan kewaspadaan universal setiap saat kepada semua pasien, di semua tempat pelayanan atau ruang perawatan tanpa memandang status infeksi pasien.

2. Menghindari transfusi, suntikan, jahitan dan tindakan invasif lain yang tidak perlu.

3. Mengupayakan ketersediaan sarana agar dapat selallu mmenerapkan pengendalian infeksi secara standar, meskipun dalam keterbatasan sumber daya.

4. Mematuhi kebijakan dan pedoman yang sesuai tentang penggunaan bahan dan alat secara baik dan benar, pedoman pendidikan dan pelatihan serta supervisi.5. Menilai dan menekan risiko melalui pengawasan yang teratur di sarana pelayanan kesehatan.

KATA PENGANTAR Alhamdulillah saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah kepada saya agar makalah ini bisa selesai. Semoga makalah yang berjudul Penatalaksanaan Pasien Dengan HIV/AIDS yang membahas tentang kewaspadaan universal mampu menghindarkan petugas kesehatan sebagai komunitas pekerja terinfeksi HIV melalui kecelakaan kerja.

Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing serta semua pihak yang telah membantu kelancaran pembuatan makalah ini.

Saya menyadari sepenuhya bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penulisan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini berguna bagi kita semua, terutama bagi petugas kesehatan yang melayani masyarakat.

Penulis

PROFIL

NAMA : Fridajanti TTL : Surabaya, 1 Maret 1968

AGAMA : Islam ALAMAT : Wonokusumo Wetan IV/12 Surabaya. STATUS : Menikah dan telah dikaruniai 3 putri. PEKERJAAN : RS.Islam Wonokromo Surabaya sejak th 1991 hingga Sekarang.

RIWAYAT PENDIDIKAN : Lulus SD th 1981

Lulus SMP th 1984

Lulus SMA th 1987 Lulus DIII Keperawatan th1991DAFTAR ISI HalamanKata Pengantar

Daftar Isi

BAB I : Pendahuluan ...............................................................................

BAB II : Standar Keselamatan Perawatan Pasien HIV/AIDS....................BAB III : Kesimpulan..................................................................................Daftar Pustaka

Profil

PAGE