ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

47
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PERUBAHAN PADA LANSIA - PROSES PENUAAN Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindari. Walaupun proses penuaan benar adanya dan merupakan sesuatu yang normal, tetapi pada kenyataannya proses ini menjadi beban bagi orang lain dibadingkan dengan proses lain yang terjadi. Perawat yang akan merawat lansia harus mengerti sesuatu tentang aspek penuaan yang normal dan tidak normal. ASPEK BIOLOGIS PADA PENUAAN Proses penuaan biologis yang dialami lansia relatif tidak akan menimbulkan perubahan buruk saat diperlukan penurunan tingkat ketergantungan fisik yang tinggi. Berikut ini teori biologis tentang penuaan : A. Teori seluler à Sel diprogram hanya untuk membelah pada waktu yang terbatas. B. Teori sistesis à Akibat penuaan, protein tubuh terutama kolagen dan elastin menjadi kurang fleksibel dan kurang elastis. C. Teori keracunan oksigen à Kemampuan lansia untuk melawan efek racun oksigen akan berkurang. D. Teori sistem imun à Kopetensi yang menurun dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan infeksi, penyakit autoimun, dan kanker. PENUAAN PADA SISTEM TUBUH (FISIOLOGIS) Penuaan dapat dibedakan antara penuaan yang normal (fisiologis) dan penuaan karena kondisi penyakit (patologis). Berikut ini merupakan efek fisiologis dari penuaan : A. Sistem muskuloskeletal à Atrofi otot, dekalsifikasi tulang, dan perubahan postural. B. Perubahan kardiopulmonal à Pembuluh darah kehilangan elastisitas, peningkatan nadi dan peningkatan tekanan darah. à Pendistribusian tulang kalsium menyebabkan dekalsifikasi tulang iga dan kalsifikasi kartilago kosta : Perubahan ini dan perubahan postural menyebabkan penurunan efislensi paru. C. Sistem perkemihan à Kehilangan irama diurnal pada produksi urine dan penurunan filtrasi ginjal D. Sistem pencernaan à Tidak ada perubahan yang signifikan

Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

PERUBAHAN PADA LANSIA- PROSES PENUAAN

Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindari. Walaupun proses penuaan benar adanya dan merupakan sesuatu yang normal, tetapi pada kenyataannya proses ini menjadi beban bagi orang lain dibadingkan dengan proses lain yang terjadi. Perawat yang akan merawat lansia harus mengerti sesuatu tentang aspek penuaan yang normal dan tidak normal.

ASPEK BIOLOGIS PADA PENUAANProses penuaan biologis yang dialami lansia relatif tidak akan menimbulkan perubahan buruk saat diperlukan penurunan tingkat ketergantungan fisik yang tinggi. Berikut ini teori biologis tentang penuaan :A. Teori selulerà Sel diprogram hanya untuk membelah pada waktu yang terbatas.

B. Teori sistesisà Akibat penuaan, protein tubuh terutama kolagen dan elastin menjadi kurang fleksibel dan kurang elastis.

C. Teori keracunan oksigenà Kemampuan lansia untuk melawan efek racun oksigen akan berkurang.

D. Teori sistem imunà Kopetensi yang menurun dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan infeksi, penyakit autoimun, dan kanker.

PENUAAN PADA SISTEM TUBUH (FISIOLOGIS)Penuaan dapat dibedakan antara penuaan yang normal (fisiologis) dan penuaan karena kondisi penyakit (patologis). Berikut ini merupakan efek fisiologis dari penuaan :A. Sistem muskuloskeletalà Atrofi otot, dekalsifikasi tulang, dan perubahan postural. B. Perubahan kardiopulmonalà Pembuluh darah kehilangan elastisitas, peningkatan nadi dan peningkatan tekanan darah.à Pendistribusian tulang kalsium menyebabkan dekalsifikasi tulang iga dan kalsifikasi kartilago kosta : Perubahan ini dan perubahan postural menyebabkan penurunan efislensi paru.C. Sistem perkemihanà Kehilangan irama diurnal pada produksi urine dan penurunan filtrasi ginjalD. Sistem pencernaanà Tidak ada perubahan yang signifikanE. Sistem sarafà Kemunduran pendengaran dan penglihatanF. Sistem endokrinà Kemunduran fungsi gonad

ASPEK-ASPEK PSIKOLOGIS PADA PENUAANAspek psikologis pada lansia tidak dapat langsung tampak. Pengertian yang salah tentang lansia adalah bahwa mereka mempunyai kemampuan memory dan kecerdasan mental yang kurang. Berikut aspek psikologis pada penuaan :A. Kepribadian, intelegensi dan sikapTes intelegensi dengan jelas memperlihatkan adanya penurunan kecerdasan pada lansia. Lansia seringkali mempertahankan sikap yang kuat, sehingga sikapnya lebih stabil dan sedikit sulit untuk diubah.

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

B. Teori aktivitas dan pelepasan- Teori pelepasan : Lansia secara berangsur-angsur mengurangi aktivitasnya dan bersama menarik diri dari masyarakat.- Teori aktivitas : Sebagai orang yang telah berumur, mereka meninggalkan bentuk aktivitas yang pasti, dan mengkompensasi dengan melakukan banyak aktivitas yang baru.

KEPERAWATAN GERONTIKPENGERTIAN GERONTOLOGI DAN GERIATRI NURSINGA. Gerontologi adalah cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan masalah yang mungkin terjadi pada lanjut usia.- Geriatri nursing adalah spesialis keperawatan lanjut usia yang dapat menjalankan perannya pada tiap peranan pelayanan dengan menggunakan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lanjut usia secara komprehensif. Karena itu, perawatan lansia yang menderita penyakit dan dirawat di RS merupakan bagian dari gerontic nursing.

PENDEKATAN PERAWATAN LANJUT USIAA. Pendekatan fisikà Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :- Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain.- Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami kelumpuhan atau sakit.

B. Pendekatan psikisà Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.

C. Pendekatan sosialà Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya perawatan dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama dengan sesama klien lanjut usia untuk menciptakan sosialisasi mereka.

D. Pendekatan spiritualà Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan tuhan atau agama yang dianutnya, terutama jika klien dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.

TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIAA. Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri.B. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan lansia melalui perawatan dengan pencegahan.- Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup / semangat hidup lansia.- Menolong dan merawat klien yang menderita sakit.- Merangsang petugas kesehatan agar dapat mengenal dan menegakkan diagnosa secara dini.- Mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu pertolongan pada lansia.

FOKUS ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA1) Peningkatan kesehatan (health promotion)2) Pencegahan penyakit (preventif)3) Mengoptimalkan fungsi mental.4) Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.

TAHAP-TAHAP ASUHAN KEPERAWATAN LANSIAA. Pengkajian :- Proses pengumpulan data untuk mengidentifikasi masalah keperawatan meliputi aspek :a) Fisik : - Wawancara- Pemeriksaan fisik : Head to tea, sistem tubuh.b) Psikologisc) Sosial ekonomid) Spiritual

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

Pengkajian dasar meliputi : Temperatur, nadi, pernafasan, tekanan darah, berat badan, tingkat orientasi, memori, pola tidur, penyesuaian psikososial.Sistem tubuh meliputi : Sistem persyarafan, kardiovaskuler, gastrointestinal, genitovrinarius, sistem kulit, sistem musculoskeletal.

Perencanaanà Untuk menentukan apa yang dapat dilakukan perawat terhadap pasien dan pemilihan intervensi keperawatan yang tepat.

Pelaksanaanà Tahap dimana perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi / perencanaan yang telah ditentukan.

Evaluasià Penilaian terhadap tindakan keperawatan yang diberikan / dilakukan dan mengetahui apakah tujuan asuhan keperawatan dapat tercapai sesuai yang telah ditetapkan.

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT DIABETES MILIETUS

keadaan yang ditandai dengan hiperglikemia akibat defisiensi ataua penurunan efektifitas kerja insulin ( Kamus Keperawatan , Edisi 17 hal. 137 ) · Suatu penyakit akibat kekurangan hormone insulin sehingga glukosa tidak dapat diolah oleh tubuh sehingga mangakibatkan glukosa dalam darah meningkat, lalu dikeluarkan dalam kemih yang berasa manis ( Kamus Kedokteran , hal 76 ) · Suatu kelompok gangguan sistemik kronik yang nyata memperlihatkan gangguan metabolisme karbohidrat , sehingga didapati hiperglikemik dan glukosuria ( Kapita Selekta, hal 114 ) · Gangguan metabolik yang ditandai dengan intoleransi glukosa. · Penyakit sistemik yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara supali dan kebutuhan insulin.

Klasifikasi DM : · Type I yaitu : DMTI ( Diabetes Mielitus Tergantung Insulin ) · Type II yaitu DMTTI ( Diabetes Milietus Tidak Tergantung Insulin ) · Secondary Diabetes yaitu diabetes akibat kondisi lain ( Syndrom kerusakan pancreas ) · Gestasional Diabetes Milietus

Komplikasi komplikasi terjadi karena tidak terkontrolnya gula darah dan mempengaruhi pembuluh darah kecil pada semua organ dan jaringan contoh pada mata, ginjal atau mempengaruhi pembuluh darah besar dan saraf

Penatalaksanaan Diabetes Militus Pada prinsipnya terdapat 5 koponen dalam penanganan Diabetes Militus : 1. Diet 2. Latihan dan olahraga 3. Obat dan terapi 4. Pemantauan gula darah 5. pendidikan kesehatan

ETIOLOGI DMTI ditandai oleh penghancuran sel – sel beta pancreas. - Faktor genetic ( Kecenderunagn genetic ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA atau Human Leucocyte Antigen ) - Faktor Imunologi - Faktor lingkungan DMTTI ditandai dengan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin , factor lain adalah : - Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun ) - Obesitas - Riwayat keluarga - Kelompok etnik ( di Amerika Serikat , golongan Hispanik serta penduduk asli Amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya Diabetes Milietus tipe II dibandingkan dengan golongn Sfro Amerika ) FAKTOR PREDISPOSISI · Obesitas · Mempunyai keluarga dengan riwayat DM · Gaya hidup ( nutrisi berlebihan )

TANDA DAN GEJALA Gejala klasik ( khas ) pada klien dengan diabetes adalah : · Polidipsi rasa haus yang berlebihan · Poliuria ( sering kencing , terutama pada malam hari / nokturia ) · Polipagia ( sering merasa cepat lapar ) · Penurunan berat badan yang cepat

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

· Kadang – kadang klien mengeluh badan terasa lemah · Rasa kesemutan pada jari tangan dan kaki · Gatal – gatal · Penglihatan kabur · Gairah seks menurun · Luka sukar sembuh Terkadang ada pasien yang sama sekali tidak merasakan adanya keluhan , mereka mengetahui adanya diabetes milietus hanya karena pada saat check up ditemukan kadar glukjosa darahnya tinggi.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Diagnosa diabetes milietus dipastikan bila : · Kadar glukosa darah sewaktu 200 mg/dl atau lebih ditambah ditambah gejala khas diabetes milietus. · Glukosa darah puasa 140 mg / dl atau lebih pada 2 kali pemeriksaan p-ada saat yang berbeda. · Bila ada keraguan perlu dilakukan test toleransi terhadap glukosa atau yang popular disebut GGT, dengan glukosa darah puasa, 1 jam dan 2 jam setelah minum 75 gr glukosa.

PENATALAKSANAAN MEDIS Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes :

· Diet Prinsip penatalaksanaan diet : - Memberikan semua unsure makanan esensial (misalnya vitamin, mineral) - Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai - Memenuhi kebutuhan energi - Mencegah fluktasi kadar glukosa darah •Memberikan semua unsur makanan esensial ( vitamin, mineral ) •Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesui • memenuhi kebutuhan energi •50-60% karbohidrat •12-20% protein •20-30% lemak •Mencegah fluktuasi peningkatan kadar gula daraharah setiap harinya dengan mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis. - Menurunkan kadar lemak darah , jika kadar ini meningkat

· Latihan. Latihan dengan cara melawan tahanan ( resistance training ) dapat meningkatkan lean body mass dan dengan demikian menambah laju metabolisme istirahat ( resting metabolic rate ).

· Pemantauan. Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri (SMBG ; Self Monitoring of Blood Glucose)

· Terapi ( jika diperlukan ). Terapi pemberian preparat insulin

· Pendidikan Kesehatan dan Penyuluhan. Mengajarkan kepada keluarga atau klien mengenai cara menyuntikkan Insulin mulai dari peralatan, persiapan dan pemberian suntikan insulin, pengetahuan tentang kerja insulin, pelibatan penyuntuikkan insulin kedalam jadwal harian.

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANJUT USIA (LANSIA)

BAB IPENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam Lokakarya Nasional Keperawatan di Jakarta (1983) telah disepakati bahwa keperawatan adalah “suatu bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual yang didasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar manusia”. Dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien bersifat komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat, baik dalam kondisi sehat dan sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia. Sedangkan asuhan yang diberikan berupa bantuian-bantuan kepada pasien karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan dan atau kemauan dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri.

Pada makalah ini akan dibahas secara singkat asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia di tatanan klinik (clinical area), dimanan pendekatan yang digunakan adalah proses keperawatan yang meliputi pengkajian (assessment), merumuskan diagnosa keperawatan (Nursing diagnosis), merencanakan tindakan keperawatan (intervention), melaksanakan tindakan keperawatan (Implementation) dan melakukan evaluasi (Evaluation). Dibawah ini ada beberapa alasan timbulnya perhatian kepada lanjut usia, yaitu :

1. Pensiunan dan masalah-masalahnya2. Kematian mendadak karena penyakit jantung dan stroke3. Meningkatnya jumlah lanjut usia4. Pencemaran pelayanan kesehatan5. Kewajiban Pemerintahterhadap orang cacat dan jompo6. perkembangan ilmu7. Program PBB8. Konfrensi Internasional di WINA tahun 19839. Kurangnya jumlah tempat tidur di rumah sakit10. Mahalnya obat-obatan

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

BAB IIPEMBAHASAN

A. Kegiatan Asuhan Keperawatan Dasar Bagi Lansia

Kegiatan Asuhan Keperawatan Dasar Bagi Lansia menurut Depkes, dimaksudkan untuk memberikan bantuan, bimbingan pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu maupun kelompok, seperti di rumah / lingkungan keluarga, Panti Werda maupun Puskesmas, yang diberikan oleh perawat. Untuk asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau petugas sosial yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya atau bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan asuhan keperawatan di rumah atau panti.

Adapun asuhan keperawatan dasar yang diberikan, disesuaikan pada kelompok lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain:

1.   Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa dukungan tentang personal hygiene: kebersihan gigi dan mulut atau pembersihan gigi palsu: kebersihan diri termasuk kepala, rambut, badan, kuku, mata serta telinga: kebersihan lingkungan seperti tempat tidur dan ruangan : makanan yang sesuai, misalnya porsi kecil bergizi, bervariai dan mudah dicerna, dan kesegaran jasmani.

2.   Untuk lanjut usia yang mengalami pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia pasif pada dasarnya sama seperti pada lanjut usia aktif, dengan bantuan penuh oleh anggota keluarga atau petugas. Khususnya bagi yang lumpuh, perlu dicegah agar tidak terjadi dekubitus (lecet).

Lanjut usia mempunyai potensi besar untuk menjadi dekubitus karena perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia, antara lain:

1. Berkurangnya jaringan lemak subkutan2. Berkurangnya jaringan kolagen dan elastisitas3. Menurunnya efisiensi kolateral capital pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis dan

rapuh4. Adanya kecenderungan lansia imobilisasi sehingga potensi terjadinya dekubitus.

B. Pendekatan Perawatan Lanjut Usia

1. Pendekatan fisik

Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bias di capai dan dikembangkan, dan penyakit yang yang dapat dicegah atau ditekan progresifitasnya. Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian yaitu:

1. Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannya sehari-hari masih mampu melakukan sendiri.

2. Klien lanjut usia yang pasif atau yang tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien usia lanjut ini

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan keberhasilan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya.

Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul bila keberhasilan kurang mendapat perhatian.

Disamping itu kemunduran kondisi fisik akibat proses penuaan, dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar. Untuk klien lanjut usia yang masih aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi tidurnya, hal makanan, cara memakan obat, dan cara pindahdari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya. Hal ini penting meskipun tidak selalu keluhan-keluhan yang dikemukakan atau gejala yang ditemukan memerlukan perawatan, tidak jarang pada klien lanjut usia dihadapkan pada dokter dalam keadaan gawat yang memerlukan tindakan darurat dan intensif, misalnya gangguan serebrovaskuler mendadak, trauma, intoksikasi dan kejang-kejang, untuk itu perlu pengamatan secermat mungkin.

Adapun komponen pendekatan fisik yang lebuh mendasar adalah memperhatikan atau membantu para klien lanjut usia untuk bernafas dengan lancar, makan, minum, melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tubuh waktu berjalan, tidur, menjaga sikap, tubuh waktu berjalan, duduk, merubah posisi tiduran, beristirahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian, mempertahankan suhu badan melindungi kulit dan kecelakaan.Toleransi terhadap kakurangan O2 sangat menurun pada klien lanjut usia, untuk itu kekurangan O2 yang mendadak harus disegah dengan posisi bersandar pada beberapa bantal, jangan melakukan gerak badan yang berlebihan.

Seorang perawat harus mampu memotifasi para klien lanjut usia agar mau dan menerima makanan yang disajikan. Kurangnya kemampuan mengunyah sering dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan. Untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menghidangkan makanan agak lunak atau memakai gigi palsu. Waktu makan yang teratur, menu bervariasi dan bergizi, makanan yang serasi dan suasana yang menyenangkan dapat menambah selera makan, bila ada penyakit tertentu perawat harus mengatur makanan mereka sesuai dengan diet yang dianjurkan.

Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi bisa saja timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian. Oleh karena itu, kebersihan badan, tempat tidur, kebersihan rambut, kuku dan mulut atau gigi perlu mendapat perhatian perawatan karena semua itu akan mempengaruhi kesehatan klien lanjut usia.

Perawat perlu mengadakan pemeriksaan kesehatan, hal ini harus dilakukan kepada klien lanjut usia yang diduga menderita penyakit tertentu atau secara berkala bila memperlihatkan kelainan, misalnya: batuk, pilek, dsb. Perawat perlu memberikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan, jika ada keluhan insomnia, harus dicari penyebabnya, kemudian mengkomunikasikan dengan mereka tentang cara pemecahannya. Perawat harus mendekatkan diri dengan klien lanjut usia membimbing dengan sabar dan ramah, sambil bertanya apa keluhan yang dirasakan, bagaimana tentang tidur, makan, apakah obat sudah dimminum, apakah mereka bisa melaksanakan ibadah dsb. Sentuhan (misalnya genggaman tangan) terkadang sangat berarti buat mereka.

2. Pendekatan psikis

Disini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter , interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip ” Tripple”, yaitu sabar, simpatik dan service.

Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih sayang dari lingkungan, termasuk perawat yang memberikan perawatan.. Untuk itu perawat harus selalu menciptakan suasana yang aman , tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya.

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

Perawat harus membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut usia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa , rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik, dan kelainan yang dideritanya.

Hal itu perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi karena bersama dengan semakin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala, seperti menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan , perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran diwaktu siang, dan pergeseran libido.

Perawat harus sabar mendengarkan cerita dari masa lampau yang membosankan, jangan menertawakan atau memarahi klien lanjut usia bila lupa melakukan kesalahan . Harus diingat kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan tertentu.

Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat bila melakukannya secara perlahan –lahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi sehinga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan agar di masa lanjut usia ini mereka puas dan bahagia.

3. Pendekatan sosial

Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama klien usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi pendekatan social ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain

Penyakit memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lanjut usia untuk mengadakan konunikasi dan melakukan rekreasi, misal jalan pagi, nonton film, atau hiburan lain. Tidak sedikit klien tidak tidur terasa, stress memikirkan penyakitnya, biaya hidup, keluarga yang dirumah sehingga menimbulkan kekecewaan, ketakutan atau kekhawatiran, dan rasa kecemasan.

Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian diantara lanjut usia, hal ini dapat diatasi dengan berbagai cara yaitu mengadakan hak dan kewajiban bersama. Dengan demikian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun terhadap petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia di Panti Werda.

4. Pendekatan spiritual

Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnua dalam kedaan sakit atau mendeteksikematian.

Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi kematian, DR. Tony styobuhi mengemukakn bahwa maut sering kali menggugah rasa takut. Rasa semacam ini didasari oleh berbagai macam factor, seperti ketidak pastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit dan kegelisahan kumpul lagi bengan keluatga dan lingkungan sekitarnya. Dalam menghadapi kematian setiap klien lanjut usia akan memberikan reaksi yang berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara dalam mengahadapi hidup ini. Adapun kegelisahan yang timbul diakibatkan oleh persoalan keluarga perawat harus dapat meyakinkan lanjut usia bahwa kalaupun kelurga tadi di tinggalkan , masih ada orang lain yang mengurus mereka. Sedangkan rasa bersalah selalu menghantui pikiran lanjut usia.

Umumnya pada waktu kematian akan datang agama atau kepercayaan seseorang merupakan factor yang penting sekali. Pada waktu inilah kelahiran seorang iman sangat perlu untuk melapangkan dada klien lanjut usia.

Dengan demikian pendekatan perawat pada klien lanjut usia bukan hanya terhadap fisik saja, melainkan perawat lebih dituntut menemukan pribadi klien lanjut usia melalui agama mereka.

C. Tujuan Asuhan Keperawatan Lanjut Usia

Agar lanjut usia dapat melaukan kegiatan sehari –hari secara mandiri dengan:

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

1. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut dengan jalan perawatan dan pencegahan.

2. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat hidup klien lanjut usia (life support)

3. menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau gangguan baik kronis maupun akut.

4. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai kelainan tertentu

5. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita suatu penyakit, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal).

D. Fokus Keperawatan Lanjut Usia

Keperawatan lanjut usia berfokus pada :

1. Peningkatan kesehatan (helth promotion)2. Pencegahan penyakit (preventif)3. Mengoptimalkan fungsi mental4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.

E. Diagnosa Keperawatan

1. Aspek fisik atau biologis a. Dx : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak mampu

dalam memasukkan, memasukan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena factor biologi.

NOC I : Status nutrisi

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien diharapkan mampu:

1. Asupan nutrisi tidak bermasalah2. Asupan makanan dan cairan tidak bermasalah3. Energy tdak bermasalah4. Berat badan ideal

NIC I : Manajemen ketidakteraturan makan (eating disorder management)

1. Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan untuk memuat perencanaan perawatan jika sesuai.

2. Diskusikan dengan tim dan pasien untuk membuat target berat badann, jika berat badan pasien tdak sesuia dengan usia dan bentuk tubuh.

3. Diskusikan dengan ahli gizi untuk menentukan asupan kalori setiap hari supaya mencapai dan atau mempertahankan berat badan sesuai target.

4. Ajarkan dan kuatkan konsep nutrisi yang baik pada pasien5. Kembangkan hubungan suportif dengna pasien6. Dorong pasien untuk memonitor diri sendiri terhadap asupan makanan dan kenaikan atau

pemeliharaan berat badan7. Gunakan teknik modifikasi tingkah laku untuk meningkatkan berat badan dan untuk

menimimalkan berat badan.8. Berikan pujian atas peningkatan berat badan dan tingkah laku yang mendukung

peningkatan berat badan.

b.  Dx. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama, terbangun lebih awal atau terlambat bangun dan penurunan kemampuan fungsi yng ditandai dengan penuaan perubahan pola tidur dan cemas

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2×24 jam pasien diharapkan dapat memperbaiki pola tidurnya dengan criteria :

1        Mengatur jumlah jam tidurnya2        Tidur secara rutin3        Miningkatkan pola tidur4        Meningkatkan kualitas tidur5        Tidak ada gangguan tidur

NIC : Peningkatan Tidur

1        Tetapkan pola kegiatan dan tidur pasien

2        Monitor pola tidur pasien dan jumlah jam tidurnya

3        Jelaskan pentingnya tidur selama sakit dan stress fisik

4        Bantu pasien untuk menghilangkan situasi stress sebelum jam tidurnya

c.    Dx. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan   neuromuskular yang ditandai dengan waktu yang diperlukan ke toilet melebihi waktu untuk menahan pengosongan bladder dan tidak mampu mengontrol pengosongan.

NOC            : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3×24 jam diharapkan pasien mampu :

1        Kontinensia Urin2        Merespon dengan cepat keinginan buang air kecil (BAK).3        Mampu mencapai toilet dan mengeluarkan urin secara tepat waktu.4        Mengosongkan bladde dengan lengkap.5        Mampu memprediksi pengeluaran urin.

NIC  : Perawatan Inkontinensia Urin

1        Monitor eliminasi urin2        Bantu klien mengembangkan sensasi keinginan BAK.3        Modifikasi baju dan lingkungan untuk memudahkan klien ke toilet.4        Instruksikan pasien untuk mengonsumsi air minum sebanyak 1500 cc/hari.

d.   Dx. Gangguan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran atau kerusakan memori sekunder

NOC : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2×24 jam pasien diharapkan dapat meningkatkan daya ingat dengan criteria :

1        Mengingat dengan segera informasi yang tepat2        Mengingat inormasi yang baru saja disampaikan3        Mengingat informasi yang sudah lalu

NIC : Latihan Daya Ingat

1        Diskusi dengan pasien dan keluarga beberapa masalah ingatan2        Rangsang ingatan dengan mengulang pemikiran pasien kemarin dengan cepat3        Mengenangkan tentang pengalaman di masalalu dengan pasien

e.   Dx. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang ditandai dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual.

TUJUAN

NOC  : Fungsi Seksual

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

1        Mengekspresikan kenyamanan2        Mengekspresikan kepercayaan diri

NIC  : Konseling Seksual

1        Bantu pasien untuk mengekspresikan perubahan fungsi tubuh termasuk organ seksual seiring dengan bertambahnya usia.

2        Diskusikan beberapa pilihan agar dicapai kenyamanan.

f.   Dx. Kelemahan mobilitas fisik b.d kerusakan musculoskeletal dan neuromuscular

Yang ditandai dengan :

1        Perubahan gaya berjalan2        Gerak lambat3        Gerak menyebabkan tremor4        Usaha yang kuat untuk perubahan gerak

NOC : Level Mobilitas ( Mobility Level )

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien dapat :

1        Memposisikan penampilan tubuh2        Ambulasi : berjalan3        Menggerakan otot4        Menyambung gerakan/mengkolaborasikan gerakan

NIC :  Latihan dengan Terapi Gerakan ( Exercise Therapy Ambulation )

1        Kosultasi kepada pemberi terapi fisik mengenai rencana gerakan yang sesuai dengan kebutuhan2        Dorong untuk bergerak secara bebas namun masih dalam batas yang aman3        Gunakan alat bantu untuk bergerak, jika tidak kuat untuk berdiri (mudah goyah/tidak kokoh)

g.  Dx. Kelelahan b.d kondisi fisik kurang

Yang ditandai dengan:

1        Peningkatan kebutuhan istirahat2        Lelah3        Penampilan menurun

NOC Activity Tolerance

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien dapat:

1        Memonitor  usaha bernapas dalam respon aktivitas2        Melaporkan aktivitas harian3        Memonitor ECG dalam batas normal4        Memonitor warna kulit

NIC Energy Management

1        Monitor intake nutrisi untuk memastikan sumber energi yang adekuat2        Tentukan keterbatasan fisik pasien3        Tentukan penyebab kelelahan4        Bantu pasien untuk jadwal  istirahat

h.  Dx. Risiko kerusakan integritas kulit

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

NOC : Kontrol Risiko ( risk control )

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien dapat :

1        Kontrol perubahan status kesehatan2        Gunakan support system pribadi untuk mengontrol risiko3        Mengenal perubahan status kesehatan4        Monitor factor risiko yang berasal dari lingkungan

NIC : penjagaan terhadap kulit ( skin surveillance )

1        Monitor area kulit yang terlihat kemerahan dan adanya kerusakan2        Monitor kulit yang sering mendapat tekanan dan gesekan3        Monitor warna kulit4        Monitor suhu kulit5 Periksa pakaian, jika pakaian terlihat terlalu ketat

i. Dx. Kerusakan Memori b.d  gangguan neurologis

Yang ditandai dengan :

1        Tidak mampu mengingat informasi factual2        Tidak mampu mengingat kejadian yang baru saja terjadi atau masa lampau3        Lupa dalam melaporkan atau menunjukkan pengalaman4        Tidak mampu belajar atau menyimpan keterampilan atau informasi baru

NOC : Orientasi Kognitif

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien dapat :

1        Mengenal diri sendiri2        Mengenal orang atau hal penting3        Mengenal tempatnya sekarang4        Mengenal hari, bulan, dan tahun dengan benar

NIC : Pelatihan Memori ( Memory Training )

1        Stimulasi memory dengan mengulangi pembicaraan secara jelas di akhir pertemuan dengan pasien.2        Mengenang pengalaman masa lalu dengan pasien.3        Menyediakan gambar untuk mengenal ingatannya kembali4        Monitor perilaku pasien selama terapi

1. Aspek psikososial 1. Dx. Coping tidak efektif b.d percaya diri tidak adekuat dalam kemampuan koping,

dukungan social tidak adekuat yang dibentuk dari karakteristik atau hubungan.

NOC I : koping (coping)

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien secara konsisten diharapkan mampu:

1. Mengidentifikasi pola koping efektif2. Mengedentifikasi pola koping yang tidak efektif3. Melaporkan penurunan stress4. Memverbalkan control perasaan5. Memodifikasi gaya hidup yang dibutuhkan6. Beradaptasi dengan perubahan perkembangan7. Menggunakan dukungan social yang tersedia8. Melaporkan peningkatan kenyamanan psikologis

NIC I : coping enhancement

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

1. Dorong aktifitas social dan komunitas2. Dorong pasien untuk mengembangkan hubungan3. Dorong berhubungan dengan seseorang yang memiliki tujuan dan ketertarikan yang sama4. Dukung pasein untuk menguunakan mekanisme pertahanan yang sesuai.5. Kenalkan pasien kepada seseorang yang mempunyai latar belakang pengalaman yang

sama.6. Dx. Isolasi social b.d perubhaan penampilan fisik, peubahan keadaan sejahtera,

perubahan status mental.

NOC I : Lingkungan keluarga : internal ( family environment: interna)

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien secara konsisten diharapkan mampu:

1. Berpatisipasi dalam aktifitas bersama2. Berpatisipasi dala tradisi keluarga3. Menerima kujungan dari teman dan  anggota keluarga besar4. Memberikan dukungan satu sama lain5. Mengekspresikan perasaan dan masalah kepada yang lain.6. Mendorong anggota keluarga untuk tidak ketergantungan7. Berpatisipasi dalam rekreasi dan acara aktifitas komunitas8. Memecahkan masalah

NIC I : Keterlibatan keluarga (Family involvement)

1. Mengidentifikasikan kemampuan anggota keluarga untuk terlibat dalam perawatan pasien.

2. Menentukan sumber fisik, psikososial dan pendidikan pemberi pelayanan kesehatan yang utama.

3. Mengidentifkasi deficit perawatan diri pasien4. Menentukan tinggat ketergantungan pasien terhadap keluarganya  yang sesuai dengan

umur atau penyakitnya.5. Dx. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,

perubahan citra tubuh dan fungsi seksual.

NOC :

Setelah dilakukan tindakan intervensi keperawatan selama 2×24 jam pasien diharapkan akan bisa memperbaiki konsep diri dengan criteria :

1. Mengidentifikasi pola koping terdahulu yang efektif dan pada saat ini tidak mungkin lagi digunakan akibat penyakit dan penanganan (pemakaian alkohol dan obat-obatan; penggunaan tenaga yang berlebihan)

2. Pasien dan keluarga mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan dan reaksinya terhadap penyakit dan perubahan hidup yang diperlukan

3. Mencari konseling profesional, jika perlu, untuk menghadapi perubahan akibat pnyakitnya

4. Melaporkan kepuasan dengan metode ekspresi seksual

NIC : Peningkatan harga diri

1. Kuatkan rasa percaya diri terhadap kemampuan pasien mengndalikan situasi2. Menguatkan tenaga pribadi dalam mengenal dirinya3. Bantu pasien untuk memeriksa kembali persepsi negative tentang dirinya4. Dx. Cemas b.d perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola interaksi , fungsi

peran, lingkungan, status ekonomi

Yang ditandai dengan:

1. Ekspresi yang mendalam dalam perubahan hidup2. Mudah tersinggung3. Gangguan tidur

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

NOC  Anxiety Control

1. Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien dapat:2. Memonitor  intensitas  cemas3. Melaporkan tidur  yang adekuat4. Mengontrol respon cemas5. Merencanakan strategi koping dalamsituasi stress

NIC  Anxiety Reduction

1. Bantu pasien untuk menidentifikasi situasi percepatan cemas2. Dampingi pasien untuk mempromosikan kenyamanan dan mengurangi ketakutan3. Identifikasi ketika perubahan level cemas4. Instuksikan pasien dalam teknik relaksasi5. Dx. Resiko Kesendirian

NOC Family Coping

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan pasien dapat:

1. Mendemontrasikan fleksibelitas peran2. Mengatur masalah3. Menggunakan strategi penguranagn stress4. Menghadapi masalah

NIC  Family Support

1. Bantu pekembangan harapan yang realistis2. Identifikasi alami dukungan spiritual  bagi keluarga3. Berikan kepercayaan  dalam hubungan dengan keluarga4. Dengarkan untuk berhubungan dengan keluarga, perasan dan pertanyaan5. Dx. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik

(ketidakseimbangan mobilitas) serta psikologis yang disebabkan penyakit atau terapi

NOC : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24jam pasien diharapkan meningkatkan citra tubuhnya dengan criteria :

1. Merasa puas dengan penampilan tubuhnya2. Merasa puas dengan fungsi anggota badannya3. Mendiskripsikan bagian tubuh tambahan

NIC : Peningkatan Citra Tubuh

1. Bantu pasien untuk mendiskusikan perubahan karena penyakit atau pembedahan2. Memutuskan apakah perubahan fisik yang baru saja diterima dapat masuk dalam citra

tubuh pasien3. Memudahkan hubungan dengan individu lain yang mempunyai penyakit yang sama4. Aspek spiritual

Dx : Distress spiritual b.d peubahan hidup, kematian atau sekarat diri atau orang lain, cemas, mengasingkan diri, kesendirian atau pengasingan social, kurang sosiokultural.

NOC I : pengaharapan (hope)

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien secara luas diharapkan mampu:

1. Mengekspresikan orientasi masa depan yang positif2. Mengekspresikan arti kehidupan3. Mengekspresikan rasa optimis4. Mengekspresikan perasaan untuk mengontrol diri sendiri5. Mengekspresikan kepercayaan

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

6. Mengekspresikan rasa percaya pada diri sendiri dan orang lain

NIC I : penanaman harapan (hope instillation)

1. Pengkaji pasian atau keluarga untuk mengidentifikasi area pengharapan dalam hidup2. Melibatkan pasien secara aktif dalam perawatan diri3. Mengajarkan keluarga tentang aspek positif pengharapan4. Memberikan kesempatan pasien atau keluarga terlibat dalam support group.5. Mengembangkan mekanisme paran koping pasien

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. http://askep- askeb.cz.cc/ diakses tanggal 10 maret 2010.

Jhonson, Marion dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise, Missouri : Mosby, Inc.

McCloskey, Joanne C. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Louise, Missouri : Mosby, Inc.

NANDA. Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2005-2006. Philadelphia : NANDA International.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANJUT USIA

DENGAN HIPERTENSI

PENGERTIANHipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001)Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.

KLASIFIKASIHipertensi pada usia lanjut dibedakan atas : ( Darmojo, 1999 )Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnyaHipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain

ETIOLOGIPenyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan pada :Elastisitas dinding aorta menurunKatub jantung menebal dan menjadi kakuKemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.Kehilangan elastisitas pembuluh darahHal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasiMeningkatnya resistensi pembuluh darah periferMeskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :

Faktor keturunanDari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensiCiri perseoranganCiri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )Kebiasaan hidupKebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )Kegemukan atau makan berlebihanStressMerokokMinum alcoholMinum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :GinjalGlomerulonefritisPielonefritisNekrosis tubular akutTumorVascularAterosklerosisHiperplasiaTrombosisAneurismaEmboli kolestrolVaskulitisKelainan endokrinDMHipertiroidismeHipotiroidismeSarafStrokeEnsepalitisSGBObat – obatanKontrasepsi oralKortikosteroid

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

PATOFISIOLOGI / PATHWAYMekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).

TANDA DAN GEJALATanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :Tidak ada gejalaTidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

Gejala yang lazimSering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.

PEMERIKSAAN PENUNJANGHemoglobin / hematokritUntuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjalGlukosaHiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi )Kalium serumHipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretik.Kalsium serumPeningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

Kolesterol dan trigliserid serumPeningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )Pemeriksaan tiroidHipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensiKadar aldosteron urin/serumUntuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )UrinalisaDarah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.Asam uratHiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensiSteroid urinKenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalismeIVPDapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal / ureterFoto dadaMenunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantungCT scanUntuk mengkaji tumor serebral, ensefalopatiEKGDapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi

PENATALAKSANAANPengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

Terapi tanpa ObatTerapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :DietDiet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hrDiet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuhPenurunan berat badanPenurunan asupan etanolMenghentikan merokokLatihan Fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain

Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu

Edukasi PsikologisPemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

Tehnik BiofeedbackBiofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

Tehnik relaksasiRelaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks

Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

Terapi dengan ObatTujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.

Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.

Pengobatannya meliputi :Step 1Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor

Step 2Alternatif yang bisa diberikan :Dosis obat pertama dinaikkanDiganti jenis lain dari obat pilihan pertamaDitambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpablocker, clonidin, reserphin, vasodilator

Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuhObat ke-2 digantiDitambah obat ke-3 jenis lain

Step 4 : Alternatif pemberian obatnyaDitambah obat ke-3 dan ke-4Re-evaluasi dan konsultasiFollow Up untuk mempertahankan terapiUntuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnyaBicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnyaDiskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitasYakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeterPenderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahuluSedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderitaIkutsertakan keluarga penderita dalam proses terapiPada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumahBuatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehariDiskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadiYakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimalUsahakan biaya terapi seminimal mungkin

Page 21: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih seringHubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.

PENGKAJIANAktivitas / istirahatGejala :KelemahanLetihNapas pendekGaya hidup monoton

Tanda :Frekuensi jantung meningkatPerubahan irama jantungTakipneaSirkulasiGejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup, penyakit serebrovaskulerTanda :Kenaikan TDNadi : denyutan jelasFrekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmiaBunyi jantung : murmurDistensi vena jugularisEkstermitasPerubahan warna kulit, suhu dingin( vasokontriksi perifer ), pengisian kapiler mungkin lambat

Integritas EgoGejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )Tanda :Letupan suasana hati

GelisahPenyempitan kontinue perhatianTangisan yang meledakotot muka tegang ( khususnya sekitar mata )Peningkatan pola bicara

EliminasiGejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit ginjal )Makanan / CairanGejala :Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterolMualMuntahRiwayat penggunaan diureticTanda :BB normal atau obesitasEdemaKongesti venaPeningkatan JVPglikosuriaNeurosensoriGejala :Keluhan pusing / pening, sakit kepalaEpisode kebasKelemahan pada satu sisi tubuhGangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )

Page 22: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

Episode epistaksis

Tanda :Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori ( ingatan )Respon motorik : penurunan kekuatan genggamanPerubahan retinal opticNyeri/ketidaknyamananGejala :nyeri hilang timbul pada tungkai sakit kepala oksipital berat nyeri abdomenPernapasanGejala :Dispnea yang berkaitan dengan aktivitasTakipneaOrtopneaDispnea nocturnal proksimalBatuk dengan atau tanpa sputumRiwayat merokok

Tanda :Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasanBunyi napas tambahan ( krekles, mengi )Sianosis

KeamananGejala : Gangguan koordinasi, cara jalanTanda : Episode parestesia unilateral transien

Pembelajaran / PenyuluhanGejala :Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit serebrovaskuler, ginjalFaktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lainPenggunaan obat / alcohol

DIAGNOSA KEPERAWATANPenurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular

Tujuan :Tidak terjadi penurunan curah jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam.

Kriteria hasil :Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TDMempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterimaMemperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil

Intervensi :Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepatCatat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan periferAuskultasi tonus jantung dan bunyi napasAmati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapilerCatat edema umumBerikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas, batasi jumlah pengunjung.Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursiBantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhanLakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat tidur.Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihanPantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darahBerikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasiKolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi

Page 23: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

Diuretik Tiazid misalnya klorotiazid ( Diuril ), hidroklorotiazid ( esidrix, hidrodiuril ),bendroflumentiazid ( Naturetin )Diuretic Loop misalnya Furosemid ( Lasix ), asam etakrinic ( Edecrin ), Bumetanic ( Burmex )Diuretik hemat kalium misalnay spironolakton ( aldactone ), triamterene ( Dyrenium ), amilioride ( midamor )Inhibitor simpatis misalnya propanolol ( inderal ), metoprolol ( lopressor ), Atenolol ( tenormin ), nadolol ( Corgard ), metildopa ( aldomet ), reserpine ( Serpasil ), klonidin ( catapres )Vasodilator misalnya minoksidil ( loniten ), hidralasin ( apresolin ), bloker saluran kalsium ( nivedipin, verapamil )Anti adrenergik misalnya minipres, tetazosin ( hytrin )Bloker nuron adrenergik misalnya guanadrel ( hyloree ), quanetidin ( Ismelin ), reserpin ( Serpasil )Inhibitor adrenergik yang bekerja secara sentral misalnya klonidin ( catapres ), guanabenz ( wytension ), metildopa ( aldomet )Vasodilator kerja langsung misalnya hidralazin ( apresolin ), minoksidil, lonitenVasodilator oral yang bekerja secara langsung misalnya diazoksid ( hyperstat ), nitroprusid ( nipride, nitropess )Bloker ganglion misalnya guanetidin ( ismelin ), trimetapan ( arfonad ), ACE inhibitor ( captopril, captoten )

Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebralTujuan :Nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jamKriteria hasil :Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepalaPasien tampak nyamanTTV dalam batas normal

Intervensi :Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit peneranganMinimalkan gangguan lingkungan dan rangsanganBantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhanHindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotinBeri tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala seperti kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi dan distraksiHilangkan / minimalkan vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala misalnya mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkukKolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : analgesik, antiansietas (lorazepam, ativan, diazepam, valium )

Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan adanya tahanan pembuluh darahTujuan :Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam

Kriteria hasil :Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.Haluaran urin 30 ml/ menitTanda-tanda vital stabil

Intervensi :Pertahankan tirah baringTinggikan kepala tempat tidurKaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersediaAmbulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahanAmati adanya hipotensi mendadak

Page 24: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

Ukur masukan dan pengeluaranPertahankan cairan dan obat-obatan sesuai programPantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai program

Intoleransi aktifitas berhubungan penurunan cardiac outputTujuan :Tidak terjadi intoleransi aktifitas setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam

Kriteria hasil :Meningkatkan energi untuk melakukan aktifitas sehari – hariMenunjukkan penurunan gejala – gejala intoleransi aktifitas

Intervensi :Berikan dorongan untuk aktifitas / perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi.Berikan bantuan sesuai kebutuhanInstruksikan pasien tentang penghematan energyKaji respon pasien terhadap aktifitasMonitor adanya diaforesis, pusingObservasi TTV tiap 4 jamBerikan jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan waktu istirahat yang tidak terganggu, berikan waktu istirahat sepanjang siang atau sore

Gangguan pola tidur berhubungan adanya nyeri kepalaTujuan :Tidak terjadi gangguan pola tidur setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jamKriteria hasil :Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat 6 – 8 jam per hariTampak dapat istirahat dengan cukupTTV dalam batas normal

Intervensi :Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyamanBeri kesempatan klien untuk istirahat / tidurEvaluasi tingkat stressMonitor keluhan nyeri kepalaLengkapi jadwal tidur secara teraturBerikan makanan kecil sore hari dan / susu hangatLakukan masase punggungPutarkan musik yang lembutKolaborasi pemberian obat sesuai indikasi

Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan adanya kelemahan fisik.Tujuan :Perawatan diri klien terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam

Kriteria hasil :Mampu melakukan aktifitas perawatan diri sesuai kemampuanDapat mendemonstrasikan tehnik untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri

Intervensi :Kaji kemampuan klien untuk melakukan kebutuhan perawatan diriBeri pasien waktu untuk mengerjakan tugasBantu pasien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diriBerikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan klien / atas keberhasilannya

Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang diderita klien

Tujuan:Kecemasan hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24Jam

Page 25: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

Kriteria hasil :Klien mengatakan sudah tidak cemas lagi / cemas berkurangEkspresi wajah rilekTTV dalam batas normal

Intervensi :Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku misalnya kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatanCatat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala, ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalahBantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinyaLibatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatanDorong pasien untuk mengevaluasi prioritas atau tujuan hidupKaji tingkat kecemasan klien baik secara verbal maupun non verbalObservasi TTV tiap 4 jamDengarkan dan beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanyaBerikan support mental pada klienAnjurkan pada keluarga untuk memberikan dukungan pada klien

Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakitTujuan :Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi setelah dilakukan tindakan ekperawatan selama 1 x 24 jam

Kriteria hasil:Pasien mengungkapkan pengetahuan akan hipertensiMelaporkan pemakaian obat-obatan sesuai program

Intervensi :Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedurJelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stressDiskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek samping atau efek toksikJelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokterDiskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter : sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah.Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabilDiskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat beratDiskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai programJelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta alcoholJelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahananBerikan support mental, konseling dan penyuluhan pada keluarga klien

Page 26: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PENDAHULUANDalam lokakarya Nasional Keperawatan di Jakarta (1983) telah disepakati bahwa keperawatan adalah " suatu bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual yang didasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar manusia". Dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien bersifat komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat, baik dalam kondisi sehat dan sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia. Sedangkan asuhan yang diberikan berupa bantuian-bantuan kepada pasien karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan dan atau kemauan dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri.Pada makalah ini akan dibahas secara singkat asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia di tatanan kliniK (clinical area), dimanan pendekatan yang digunakan adalah proses keperawatan (Yura and Walsh,1983) yang meliputi pengkajian (assessment), merumuskan diagnosa keperawatan (Nursing diagnosis), merencanakan tindakan keperawatan (intervention), melaksanakan tindakan keperawatan (Implementation) dan melakukan evaluasi (Evaluation)

LANDASAN HUKUM PENANGANAN LANJUT USIAFilsafat Negara/P4UUD 1945, pasal 27 ayat 2 dan pasal 34UU No.9 tahun 1960, tentang pokok-pokok Kesehatan Bab I Pasal 1 ayat 1UU No 4 tahun 1965, tentang pemberian Bantuan penghidupan orang tuaNo.5 tahun 1`974, tentang pokok-pokok pemerintah di daerahUU No.6 tahun 1974, tentang ketentuan-ketentuan pokok Kesejahteraan Sosial.Keputusan Presiden RI No.44 tahun 1974Program PBB tentang lansia, anjuran kongres International WINA tahun 1983GBHN 1983/Pelita IVKeputusan Menteri Sosial RI No 44 tahun 1974, tentang organisasi dan tata kerja Departemen Sosial PropinsiUU No 10 tahun 1992, tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera.UU No.11 tahun 1992 tentang dana pensionUU No.23 tahun 1992 tentang kesehatanKetetapan MPRKeputusan Menteri Sosial RI No. 27 tahun 1995 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Sosial PropinsiDelapan jalur pemerataan dan pelayanan kesehatanHari Lanjut Usia Nasional yang di canangkan oleh Bapak Presiden tanggal 29 Mei 1996 di SemarangUndang Undang Kesejahteraan No. 13 tahun 1998, tentang Kesejahteraan Lanjut UsiaTahun Lanjut Usia Internasional tahun 1999Sasaran WHO tahun 2000

BEBERAPA ALASAN TIMBULNYA PERHATIAN KEPEDA LANJUT USIAMeliputi:

Page 27: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

Pensiunan dan masalah-masalahnyaKematian mendadak karena penyakit jantung dan strokeMeningkatnya jumlah lanjut usiaPencemaran pelayanan kesehatanKewajiban Pemerintahterhadap orang cacat dan jompoperkembangan ilmu:Program PBBKonfrensi Internasional di WINA tahun 1983Kurangnya jumlah tempat tidur di rumah sakitMahalnya obat-obatanTahun Lanjut Uaia Internasional 1 Oktober 1999

KEGIATAN ASUHAN KEPERAWATAN DASAR BAGI LANSIAKegiatan ini menurut Depkes (1993 1b), dimaksudkan untuk memberikan bantuan, bimbingan pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu maupun kelompok, seperti di rumah / lingkungan keluarga, Panti Wreda maupun Puskesmas, yang diberikanoleh perawat. Untuk asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau petugas social yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya atau bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan asuhan keperawatan di rumah atau panti (Depkes, 1993 1b).Adapun asuhan keperawatan dasar yang diberikan, disesuaikan pada kelompok lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain:Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa dukungan tentang personal hygiene: kebersihan gigi dan mulut atau pembersihan gigi palsu: kebersihan diri termasuk kepala, rambut, badan, kuku, mata serta telinga: kebersihan lingkungan seperti tempat tidur dan ruangan : makanan yang sesuai, misalnya porsi kecil bergizi, bervariai dan mudah dicerna, dan kesegaran jasmani.Untuk lanjut usia yang mengalami pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia pasif pada dasarnya sama seperti pada lanjut usia aktif, dengan bantuan penuh oleh anggota keluarga atau petugas. Khususnya bagi yang lumpuh, perlu dicegah agar tidak terjadi dekubitus (lecet)

Dekubitus merupakan keadaan yang dapat di cegah , namun bila telah terlanjur terjadi akan memerlukan perawatan khusus. Adapun pengertian dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan di bawah kulit bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat.

Lanjut usia mempunyai potensi besar untuk menjadi dekubitus karena perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia, antara lain:berkurangnya jaringan lemak subkutanberkurangnya jaringan kolagen dan elastisitasMenurunnya efisiensi kolateral capital pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis dan rapuhAdanya kecenderungan lansia imobilisasi sehingga potensi terjadinya dekubitus.

Disamping itu, factor intrinsic (tubuh sendiri) juga berperan untuk terjadinya dekubitus, yakni:Status gizi (bias underweight atau overweight)AnemiaAdanya hipoalbuminemiaAdanya penyakit-penyakit neurologikAdanya penyakit-penyakit pembuluh darahAdanya dehidrasi

Factor ekstrinsik, yakni:Kurang bersihnya tempat tidurAlat-alat yang kusut dan kotorKurangnya perawatan/perhatian yang baik dari perawat

Dekubitus dapat dibagi dalam 4 derajat, yakni:Derajat I: Reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis. Daerah yang tertekan nampak kemerah-merahan/eritema atau lecet saja

Page 28: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

Derajat II: Reaksi lebih dalam sampai mencapai dermis bahkan sampai ke subkutan. Di sini tampak ulkus dangkal dengan tepi yang jelas dan ada perubahan pigmen kulitDerajat III: Untuk menjadi lebih dalam meliputi jaringan lemak subkutan dan cekung , berbatasan dengan fascia dari otot-otot: sudah dimulai didapat infeksi dengan jaringan nekrotik yang berbau.Derajat IV: Ulkus meluas sampai menembus otot sehingga di dasar ulkus terlihat tulang yang bias terinfeksi dan berakibat osteomelitus.

Bila sudah terjadi dekubitus , segera tentukan stadium atau derajatnya, dan beikan tindakan medik dan keperawatannyasesuai apa yang dihadapi (Vander Cammen), 1991: My Kyta).

Dekubitus derajat IKulit yang kemerahan dibersuhkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi lotion, kemudian di masase 2-3 kali/hari, dan dilakukan posisi tidur secara selang seling (miring kanan, terlentang dan miring kiri).

Dekubitus derajat IIDisini sudah terjadi ulkus yang dangkal: perawatan luka harus memperlihatkan syarat-syarat aseptic dan antiseptic. Daerah bersangkutan di gosok-gosok dengan sedan dihembus dengan udara hangat bergantian untuk merangsang sirkulasi. Dapat diberikan salep topical, mungkin juga untuk merangsang granulasi. Pergantian balut dan salep ini jangan terlalu sering karena dapat merusak pertumbuhan jaringan yang diharapkan.

Dekubitus derajat IIUlkus yang sudah dalam, menggaung , atau cekung pada bungkus otot dan sering sudah ada infeksi: usahakan luka selalu bersih dan eksudat diusahakan dapat mengalir keluar. Balut jangan terlalu tebal dan sebaliknya transparan sehingga permeable untuk masuknya udara / oksigen dan penguapan. Kelembaban luka dijaga tetap basah kalau perlu dikompres karena akan mempermudah regenerasi sel-sel kulit. Jika luka kotor dapat di kunci dengan larutan NaCl fisiologis, dan kalau perlu diberikan antibiotic sistemik.

Dekubitus derajat IVUlkus meluas sampai pada dasar tulang dan sering pula disertai jarinagan nekretik maka semua langkah-langkah diatas tetap dikerjakan dan jaringan nekrotik yang ada harus dibersihkan dan jika perlu dibuang, sebab akan menghalangi pertumbuhan jaringan/epitelisasi. Setelah jaringan necrotic dibuang dan luka bersih, penyembuhan luka secara alami dapat diharapkan. Beberapa usaha mempercepat antara lain dengan memberikan oksigenasi pada luka, tindakan dengan ultrason untuk membuka sumbatan-sumbatan pembuluh darah, dan sampai pada transplantasi kulit setempay. Mortalitas dekubitus derajat IV ini dapat 40 %. Oleh karena itu, walaupun ulkus telah sembuh harus diperhatikan kemungkinan timbul kambuh di daerah tersebut.

Perawatan rehabilitasi dasar juga dapat diberikan, misalnya: latihan menggerakkan sendi, perawatan pernafasar, dan otot-otot (Depkes, 1993Ib)

PENDEKATAN PERAWATAN LANJUT USIAPendekatan fisikPerawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bias di capai dan dikembangkan, dan penyakit yang yang dapat di cegah atau di tekan progresifitasnya.Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian yaitu:Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannya sehari-hari masih mampu melakukan sendiri.Klien lanjut usia yang pasif atau yang tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien usia lanjut ini terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan keberhasilan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya. Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan , mengingat sumber infeksi dapat timbul bila keberhasilan kurang mendapat prhatian.Disamping itu kemunduran kondisi fisik akibat proses ketuaan, dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar.Untuuk klien lanjut usia yang masih aktifdapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut

Page 29: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku , kebersihan tempat tidur serta posisi tidurnya, hal makanan, cara memakan obat, dan cara pindahdari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya. Hal ini penting meskipun tidak selalu keluhan-keluhan yang dikemukakan atau gejala yang ditemukan memerlukan perawatan, tidak jarang pada klien lanju usia dihadapka pada dokter dalam keadaan gawat yang memerlukan tindakan darurat dan intensif, misalnya gangguan serebrovaskuler mendadak, trauma, intoksikasi dan kejang-kejanh, untuk itu perlu pengamatan secermat mungkin .

Adapun komponen pendekatan fisik yang lebuh mendasar adalah memperhatikan ayau membantu para klien lanjut usia untuk bernafas dengan lancer, makanminum, melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tubuh waktu berjalan , tidur, menjaga sikap, tubuh waktu berjalan, duduk, merubah posisi tiduran , beristirahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian, mempertahankan suhu badab, melindungi kulit dan keclakaan

Toleransi terhadap kakurangan O2 sangat menurun pada klien lanjut usia, untuk itu kekurangan O2 yang mendadak harus disegah dengan posisi bersandar pada beberapa bantal, jangan melakukan gerak badanyang berlebihan.

Seorang perawat harus mampu memotifasi para klien lanjut usi agar mau dan menerima makanan yang disajikan.Kurangnya kemampuan mengunyah sering dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan. Untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menghidangkan makanan agak lunak atau memakai gigi palsu. Waktu makan yang teratur, menu bervariasi dan bergizi, makanan yang serasi dan suasana yang menyenangkan dapat menambah selera makan, bila ada penyakit tertentu perawat harus mengatur makanan mereka sesuai dengan diet yang dianjurkan.

Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi bisa saja timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian. Oleh karena itu , kebersihan badan , tempat tidur, kebersihan rambut, kuku dan mulut atau gigi perlu mendapatperhatian perawatan karena semua itu akan mempengaruhi kesehatan klien lanjut usia.

Perawat perlu mengadakan pemeriksaan kesehatan , hal ini harus dilakukan kepada klien lanjut usia yang diduga menderita penyakit tertentu atau secara berkala bila memperlihatkan kelainan, misalnya: batuk, pilek, .

Perawat perlu memberikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan, jika ada keluhan insomnia , harus dicari penyebabnya, kemudian mengkomunikasikan dengan mereka tentang cara pemecahannya.

Perawat harus mendekatkan diri dengan klien lanjut usia membimbing dengan sabar dan ramah, sambil bertanya apa keluhan yang dirasakan, bagaimana tentang tidur, makan, apakah obat sudah dimminum, apakah mereka bisa melasanakan ibadah dsb. Sentuhan (misalnya gangguan tangan) terkadang sangat berarti buat mereka.Pendekatan psikisDisini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter , interpreter terhadap segal sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip " Tripple", yaitu sabar, simpatik dan service.

Pada dsarnya klien lanjut usia membutuhkan rsa aman dan cinta kasih saying dari lingkungan, termasuk perawat yang memberikan perawata.. Untuk itu perawat harus selalu menciptakan suasana yang aman , tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya.

Perawat harus membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut usia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa , rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik, dan kelainan yang dideritanya.

Hal itu perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi karena bersama dengan semakin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala, seperti menurunyya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peninngkatan

Page 30: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

kewaspadaan , perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran diwaktu siang, dan pergeseran libido.

Perawat harus sabar mendengarkan cerita dari masa lampau yang membosankan, jangan mentertawakan atau memarahi klien lanjuusia bila lupa melakukan kesalahan . Harus diingat kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan tertentu.

Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan , perawat bila melakukannya secara perlahan –lahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka kea rah pemuasan pribadi sehinga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan agar di masa lanjut usia ini mereka puas dan bahagia.

Pendekatan socialMengadakan diskusi , tukar pikiran,dan bercerita merupakan salah satu upaya perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesame klien usia berarti menciptakan sosialisasi kereka. Jadi pendekatan social ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk social yang membutuhkan orang lain

Penyakit memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lanjut usia untuk mengadakan konunikasi dan melakukan rekreasi, misa jalan pagi, nonton film, atau hiburan lain.

Tidak sedikit klien tidak tidur terasa , stress memikirkan penyakitnya, biaya hidup, keluarga yang dirumah sehingga menimbilkan kekecewaan , ketakutan atau ke khawatiran, dan rasa kecemasan .Tidak jarang terjadi pertengkarav dan pperlahian diantara lanju usia , hal ini dapat diatasi dengan berbagai cara yaitu mengadakan hak dan kewajiban bersama. Dengan demikian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun ter hadap pepetugas yang secara langsunga berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan social bagi lanjut usia di Panti Wreda.

Pendekatan spiritualPerawat harus bisa memberikan ketenagan dan kepuaran batinn dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnua dalam kedaan sakit atau mendeteksikematian.

Sehubungan dengan pedekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi kematian , DR. Tony styobuhi mengemukakn bahwa maut sering kali menggugah rasa takut. Rasa semacam ini didasari oleh berbagai macam factor, seperti ketidak pastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit dan kegelisahan kumpul lagi bengan keluatga dan lingkungan sekitarnya.

Dalam menghadapi kematian setiap klien lanjut usia akan memberikan reaksi yang berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara dalam mengahadapi hidup ini.Adapun kegelisahan yang timbul diakigatkan oleh persoalan keluargaperawat harus dapat meyakinkan lanjut usia bahwa kalaupun kelurga tadi di tinggalkan , masih ada orang lain yang mengurus mereka. Sedangkan rasa bersalah selalu menghantui pikiran lanjut usia.

Umumnya pada waktu kematian akan dating agama atau kepercayaan sesorang merupakan factor yang penting sekali. Pada waktu inilah kelahiran seorang iman sangat perlu untuk melapngkan dada klien lanjut usia.

Dengan demikian pendekatan perawat pada klien lanjut usia bukan hanya terhadap fisik saja, melainkan perawat lebih dituntut menemukan pribadi klien lanjut usia melalui agama mereka.

TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIAAgar lanjut usia dapat melaukan kegiatan sehari –hari secara mandiri dengan:Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut dengan jalan perawatan dan pencegahan.Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat hidup klien lanjut usia (life support)menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau gangguan tmaupun akut)Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai kelainan tertentu

Page 31: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita suatu penyakit , masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal)

FOKUS KEPERAWATAN LANJUT USIAPeningkatan kesehatan (helth promotion)Pencegahan penyakit (preventif)Mengoptimalkan fungsi mentalMengatasi gangguan kesehatan yang umum.

PENGKAJIANTujuan:Menentukan kemampuan klien untuk memlihara diri sendiriMelengkapi dasar-dasar rencana perawatan individuMembantu menghindarkan bentuk dan penandaan klienMemberi waktu kepada klien untuk menjawab.

Meliputi aspek:FisikWawancara:Pandangan lanjut usia tentang kesehatannyaKegiatan yang mampu dilakukan lanjut usiaKebiasaan lanjut usia merawat diri sendiriKekuatan fisik lanjut usia: otot,sendi, penglihatan, dan pendengaranKebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BZAB/BAKKebiasaan gerak badan / olah raga/senam lanjut usiaPerubahan fungsi tubuh yang sanga bermaknang dirasakanKebiasaan lanju usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam minum obat.Pemeriksaan fisikPemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi , perkusi, dan auskultasi untuk mengetahui perubahan fungsi tubuhPendekatan yang digunakan untuk pemeriksaan fisik, yaitu:Head to teaSistem tubuh

PsikologisApakah mengenal masalah-masalah utamanyaBagaimana sikapnya terhadap proses penuaanApakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidakApakah optimis dalm memandang suatu kehidupanBagaimana mengatasi stress yang dialamiApakah mudah dalam menyesuaikan diriApakah lanjut usia sering mengalami kegagalanApakah harapan pada ssaat ini akan datingPerlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, prosespikir, alam perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaian masalah.

Sosial ekonomiDari man sumber keuangan lanjut usiaApa saja kesibukan lanju usia dalam menisci waktu luangDengan siapa dia tinggalKegiatan organisasi apa yang diikutu lanjut usiaBagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannyaBerapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain diluar rumahSiap saj yang mengunjungiSeberapa besar ketergantungannyaApakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yang ada.

SpiritualApakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanyaApakah secara teratur mengikuti atu terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan, misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin

Page 32: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalh apakah dengan berdoaApakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal

Pengkajian dasarTemperaturMungkin serendah 95 F (hipotermi) kurang lebih 35 CLebih teliti dperiksa di sublingualPulse (denyt nadi)kecepatan, irama, dan volumeAplika, radial, pedal

RespirasiKecepatan, irama, dan kedalamanTidak terturnya pernafasanTekanan darahSaat baring, duduk, berdiriHipotensi akibat posisi tubuhBB hilang pada tahun-tahun terahirTingkat orientasiMemory (ingatan)Pola tidurPenyesuaian psikososial

Sistem persyarafanKesimetrisan raut wajahTingkat kesadaran adanya perubahan dari otakMata: kejelasan melihat, adanya katarakPupil: kesamaan, dilatasiKetajaman penglihatan penurunan karena menuaGangguan sensori (sensory deprivarion)Ketajaman mendengaranAdanya sakit dan nyeri

Sistem kardiovaskulerstatus gizipemasukan dietanoreksia, tidak direka , mual, dan mulutmengunyah dan menelankeadaah gigi, rahang, mual muntahauskultasi bising ususpalpasi apakah perut kembung dan perlebatran kolonapakah ada kondstipakl

Siatem gastrointertinalwarna dan bau urineDistensi kandeng kemih, inkontinensiaFrekuensi, tekanan, atau desakanPemasukancairan dan pengeluarkan cairanDisuriaSeksualitas.

Sistem kulitKulittemperature, tingkat kelembabanKeutuhan luka, luka terbakar, robekanTurgorPerubahan pigmenAdanya jaringan parutKeadaan kukuKeadaan rambutAdanga ganttuan umu

Page 33: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

Sistem musculoskeletalKontrakturatrofi ototmengecilkan tendoketidakadekuatannya gerakan senditingkat mobilisasiambulasi dengan atau tanpa bantuan/peralatanketerbatasan gerakkekuatan ototkemampuan melangkah atau berjalangerakan sendiparalysiskifosis

PsikososialMenunjukkan tanda-tanda meningkatnya ketergantunganFokus pada diri bertambahMemperlihatkan semakin sempitnya perhatianMembutuhkan bukti nyata akan rasa kasih saying yang berlebihan.

DIAGNOSA KEPERAWATANFisik/BiologisGangguan nutrisi :kurang/lebih dari kebutuhan tubuh b/d pemasukan yang tidak adequateGangguan persepsi sensorik : Pendengaran, penglihatan b/d hambatan penerimaan dan pengiriman rangsanganKurangnya perawatan diri b/d penurunan minat dalam merawat diriPotensial cedera fisik b/d penurunan fungsi tubuhGangguan pola tidur b/d kecemasan atau nyeriPerubahan pola eliminasi b/d kecemasan atau nyeriPerubahan pola eliminasi b/d penyempitan jalan nafas atau adanya secret pada jalan nafasGangguan mobilitas fisik b/d kekuatan sendi

PsikososialIsolasi social b/d perasaan curigaMenarik diri dari lingkungan b/d perasaan tidak mampuDepresi b/d isolasi socialHarga diri rendah b/d perasaan ditolakCoping tidak adequate b/d ketidakmampuan mengemukakan perasaan secara tepatCemas b/d sumber keuangan yang terbatas

SpiritualReaksi berkabung atau berduka cita b/d ditinggal pasanganPenolakan terhadap proses penuaan b/d ketidakstabilan menghadapi kematianMarah terhadap tuhan b/d kegagalan yang dialamiPerasaan tidak tenang b/d ketidakmampuan melakukan ibadah secara tepat

RENCANA KEPERAWATANMeliputi :Melibatkan klien dan keluarganya dalam perencanaanBekerjasama dengan profesi kesehatan yang lainnyaTentukan prioritas :Klien mugkin puas dengan situasio demikianBangkitkan perubahan tetapi jangan memaksakanKeamanan atau rasa aman adalah utama yang merupakan kebutuhanCegah timbulnya masalah-masalahSediakan klien cukup waktu untuk mendapat input atau pemasukanTulis semua rencana jadwal

Perencanaan

Page 34: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

Tujuan tindakan keperawatan lansia diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dasar, antara lain :Pemenuhan kebutuhan nutrisiPeningkatan keamanan dan keselamatanPemeliharaan kebersihan diriPemeliharaan keseimbangan istirahat/tidurMeningkatnya hubungan interpersonal melalui komunikasi

Pemenuhan Kebutuhan NutrisiPenyebab gangguan nutrisi pada lansia :Penurunan alat penciuman dan pengecapMengunyah kurang sempurnaGigi yang tidak lengkapRasa penuh pada perut dan susah BABMelemah otot lambung dan ususMasalah gizi yang timbul pada lansia :Gizi berlebihanGizi kurangKekurangan vitaminKelebihan vitamin

Kebutuhan Nutrisi pada lansia :Kalori pada lansia :Laki – laki = 2.100 kaloriPerempuan = 1.700 kaloriDapat dimodifikasi tergantung keadaan lansia, missal gemuk atau kurus atau disertai penyakit demam.Karbohidrat, 60 % jumlah karbohidrat yang dibutuhkanLemak, tidak dianjurkan karena menyebabkan hambatan pencernaan dan terjadi penyakit, 15%-20% dari total kalori yang dibutuhkan.Protein, untuk mengganti sel-sel yang rusak, 20-25% dari total kalori yang dibuhkanVitamin dan mineralsama dengan kebutuhannya pada usia mudaAir, 6-8 gelas perhari

Rencana makanan untuk lansiaBerikan makanan porsi kecil tapi seringBanyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asinBerikan makanan yang mengandung seratBatasi pemberian makanan yang tinggi kaloriMembatasi minum kopi dan teh

Meningkatkan keamanan dan Keselamatan lansiaPenyebab kecelakaan pada lansia :Fleksibilitas kaki yang kurangFungsi penginderaan dan pendengaran menurunPencahayaan yang kurangLantai licin dan tidak rataTangga tidak ada pengamanKursi atau tempat tidur yang mudah bergerakTindakan Mencegah Kecelakaan :Klien/Lansia :Biarkan lansia menggunakan alat Bantu untuk meningkatkan keselamatanLatih lansia untuk pindah dari tempat tidur ke kursiBiasakan menggunakan pengaman tempat tidur, jika tidurBila mengalami masalah fisik, misalnya rematik, latih klien untuk menggunakan alat Bantu untuk berjalanBantu ke kamar mandi terutama untuk lansia yang menmggunakan obat penenang /diureticMenggunakan kacamata bila berjalan atau melakukan sesuatuUsahakan ada yang menemani, jika berpergian.

LingkunganTempatkan klien di ruangan khusus dekat kantor sehingga mudah diobservasi bila lansia tersebut di rawat

Page 35: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

Letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara penggunaannyaGunakan tempat yang tidak terlalu tinggi