Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

57
Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan Pemerintah dalam Pembangunan Nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang medis atau ilmu kedikteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat. Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di Negara maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia bertambah 1000 orang per hari pada tahun 1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia 50 tahun sehingga istilah Baby Boom pada masa lalu berganti menjadi ledakan penduduk lanjut usia. Secara demografi, menurut sensus penduduk pada tahun 1980 di Indonesia jumlah penduduk 147,3 juta. Dari angka tersebut terdapat 16,3 juta orang (11%) orang yang berusia 50 tahun ke atas, dan 5,3 juta orang (4,3%) berusia 60 tahun ke atas. Dari

Transcript of Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

Page 1: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan keberhasilan Pemerintah dalam Pembangunan Nasional, telah

mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi,

perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di

bidang medis atau ilmu kedikteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan

penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat.

Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia

rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di Negara maju

seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia bertambah 1000 orang per hari pada

tahun 1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia 50 tahun sehingga istilah Baby Boom

pada masa lalu berganti menjadi ledakan penduduk lanjut usia.

Secara demografi, menurut sensus penduduk pada tahun 1980 di Indonesia jumlah

penduduk 147,3 juta. Dari angka tersebut terdapat 16,3 juta orang (11%) orang yang berusia 50

tahun ke atas, dan 5,3 juta orang (4,3%) berusia 60 tahun ke atas. Dari 6,3 juta orang terdapat

822,831 (23,06%) orang yang tergolong jompo, yaitu para lanjut usia yang memerlukan

bantuan khusus sesuai undang-undang bahkan mereka harus dipelihara oleh Negara.

Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi penuaan secara alamiah. Hal ini akan

menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi, dan psikologis. Survei rumah tangga

tahun 1980 angka kesakitan penduduk usia lebih dari 55 tahun, sebesar 25,70% diharapkan

pada tahun 2000 nanti angka tersebut akan menurun menjadi 12,30% (Depkes RI, Pedoman

Pembinaan Kesehatan Lanjut usia bagi Petugas Kesehatan I, 1992)

Pada sistem muskuloskeletal termasuk di dalamnya adalah tulang, persendian, dan otot-

otot akan mengalami perubahan pada lansia yang dapat mempengaruhi penampilan fisik dan

fisiologisnya. Semua perubahan ini sangat mempengaruhi rentang gerak, gerak secara

keseluruhan, dan cara berjalan.

Page 2: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

Kekuatan muskular mulai merosot pada usia sekitar 40 tahun, dengan suatu kemunduran

yang dipercepat setelah usia 60 tahun. perubahan gaya hidup dan penggunakan sistem

neuromuscular adal penyebab utama kehilangan kekuatan otot. Secara umum, terdapat

kemunduran kartilago sendi, sebagian besar terjadi pada sendi-sendi yang menahan berat dan

pemebentukan tulang di permukaan sendi. Komponen-komponen kapsul sendi pecah dan

kolagen yang terdapat pada jaringan penyambung meningkat progresif yang jika tidak dipakai

lagi, mungkin menyebabkan inflamasi, nyeri, penurunan mobilitas sendi, dan deformitas.

Penyakit inflamasi artikular yang paling sering terjadi pada lansia adalah Atritis Reumatoid.

Berbagai penyakit sendi, termasuk Atritis Reumatoid dapat terjadi resiko jatuh pada

lansia. Jatuh merupakan kejadian terbesar pada lansia. Jatuh adalah suatu kejadian yang

dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, sehingga mengakibatkan seseorang

mendadak terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendak dengan atau tanpa

kehilangan kesadaran atau luka (Reuben, 1996 dalam Buku Ajar Geriatri, Darmojo, 1999).

Penyakit kronis, pengobatan, dan faktor lingkungan seperti penerangan yang kurang,

lantai yang licin, tersandung, alas kaki kurang pas, kursi roda yang tidak terkunci, serta jalan

menurun/ adanya tangga juga dapat memperbesar risiko jatuh pada lansia. Karena hal-hal

tersebut maka perhatian dan dukungan keluarga terhadap lansia menjadi sangat penting.

Keluarga mempunyai peran yang penting dalam perawatan pasien lansia. Peran penting

tersebut dimiliki keluarga dikarenakan keluarga paling banyak berhubungan dengan pasien

(lansia), keluarga adalah orang yang paling dekat dan paling mengetahui keadaan pasien,

Pasien (lansia) yang dirawat di rumah sakit nantinya akan kembali ke lingkungan keluarga.

Salah satu aspek penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga adalah unit

terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan atau si penerima asuhan keperawatan.

Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga yang

sakit. Secara empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga menjadi sangat

berhubungan atau signifikan.

Prioritas tertinggi dari keluarga adalah kesejahteraan anggota keluarganya. Hal ini

tercapai apabila fungsi-fungsi dari keluarga untuk memenuhi kebutuhan tiap individu yang ada

dalam keluarga dapat tercapai dan terpenuhi.

Keluarga Tn. T yang beralamatkan di RT 13 RW 09 Desa Kasih Sayang Kembar

Purwokerto menjadi studi kasus dalam asuhan keperawatan keluarga saat ini dikarenakan

terdapat alasan yang mendukung dijadikannya Tn. T sebagai sasaran Asuhan Keperawatan

Keluarga yaitu keluarga Tn. T merupakan keluarga resiko tinggi kesehatan karena didalamnya

terdapat usia lanjut.

Page 3: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Keluarga Tn. T bisa dan mampu meningkatkan derajat kesehatannya

melalui pemberian asuahan keperawatan keluarga.

1.2.2. Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang terjadi di dalam keluarga Tn. T

2. Menganalisa dan merumuskan masalah keperawatan yang terjadi pada

keluarga Tn. T kemudian menentukan prioritas masalah melalui skoring

keluarga

3. Menyusun rencana tidakan keperawatan keluarga

4. Memberikan implementasi pendidikan kesehatan dan memberikan fasilitas

perawatan kesehatan

5. Mengevaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan kepada

keluarga Tn. T

1.3. Manfaat

1. Mahasiswa

Untuk melatih dan membiasakan mahasiswa dalam menyelesaikan

masalah kesehatan keluarga melalui Asuhan Keperawatan keluarga. Untuk

meningkatkan ketrampilan berfikir kritis dalam menyesuiakan masalah kesehatan

keluarga melalui Asuhan Keperawatan keluarga.

2. Keluarga

Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menyelesaikan masalah

kesehatan sendiri, sehingga tercipta peningkatan stastus dan derajat kesehatan

keluarga yang optimal.

Page 4: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Tahap Perkembangan Keluarga Usia Lanjut

1. Definisi keluarga

Keluarga didefinisikan dalam berbagai cara. Definisi keluarga berbeda-beda, tergantung

kepada orientasi teoritis “pendefinisi” yaitu dengan menggunakan menjelaskan yang penulis

cari untuk menghubungkan keluarga. Misal para penulis mengikuti orientasi teoritis

interaksionalis keluarga, memandang keluarga sebagai suatu arena berlangsungnya suatu

interaksi kepribadian, dengan demikian menekankan karakteristik transaksi dinamika. Para

penulis yang mendukung suatu perspektif sistem-sistem sosial terbuka ukuran kecil yang

terdiri dari seperangkat bagian yang sangat tergantung sama lain dan dipengaruhi oleh

struktur internal dan sistem-sistem yang ekstrem (Friedman, 1998).

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan

aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian

dari keluarga (Friedman, 1998)).

2. Tipe dan Bentuk Keluarga

Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuwan dan orang yang

mengelompokkan menurut (Murwani, 2007) tipe keluarga ada 6 yaitu :

a. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak

yang diperoleh dari keturunan atau adopsi atau keduanya.

b. Keluarga besar (Extented Family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga yang

lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, paman, bibi).

c. Keluarga berantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang

menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.

Page 5: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

d. Keluarga duda/janda (Single famili), adalah keluarga yang terjadi karena

perceraian/kematian.

e. Keluarga berkomposisi (Composite Family), adalah keluarga yang perkawinannya

berpoligami dan hidup secara bersama.

f. Keluarga kabitas (Cahabitation Family), adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan

membentuk satu keluarga.

3. Peran keluarga

a. Peran formal keluarga menurut (Murwani, 2007) antara lain:

1) Peran parental dan perkawinan

Ada delapan peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah dan istri-ibu

antara lain yaitu, Peran sebagai provider (penyedia), Peran sebagai rumah tangga, Peran

perawat anak, Peran perawatan anak, Peran rekreasi, Peran persaudaraan/kinship (memelihara

hubungan keluarga paternal dan maternal), Peran terapeutik (Memenuhi kebutuhan afektif

pasangan), Peran seksual.

2) Peran perkawinan

Kebutuhan bagi pasangan memelihara suatu hubungan perkawinan yang kokoh itu sangat

penting. Anak-anak terutama dapat mempengaruhi membentuk suatu koalisi dengan anak.

Memelihara suatu hubungan perkawinan yang memuaskan merupakan salah satu tugas

perkembangan yang vital dari keluarga.

b. Peran Informal

1) Pengharmonis : Menengahi perbedaan yang terdapat di anatara para anggota, menghibur

dan menyatukan kembali perbedaan pendapat.

2) Insiator-kontributor : mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau cara-cara

mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok.

3) Pendamai : merupakan salah satu dari bagian dari konflik dan ketidak sepakatan, pendamai

menyatakan kesalahannya, atau menawarkan penyelesaian “setengah jalan”.

Page 6: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

4) Perawat keluarga : Orang yang terpanggil untuk merawat dan mengasuh anggota keluarga

lain yang membutuhkannya.

5) Koordinator keluarga : Mengorganisasi dan merencanakan kegiatan-kegiatan keluarga,

berfungsi mengangkat keterikatan/keakraban.

4. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) antara lain :

a. Fungsi Afektif (The affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk

mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan

orang lain.

b. Fungsi Sosialisasi dan penempatan social (sosialisation and social placement fungtion)

adalah fungsi pengembangan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan social sebelum

meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

c. Fungsi Reproduksi (reproductive function) adalah fungsi untuk mempertahankan generasi

menjadi kelangsungan keluarga.

d. Fungsi Ekonomi (the economic function) adalah untuk memenuhi kebutuhan keluarga

secara ekonomi dan tempat untuk

mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi

kebutuhan keluarga.

e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the healty care function) adalah untuk

mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas

tinggi.

5. Tugas Kesehatan Keluarga

Tugas kesehatan keluarga menurut (Friedman, 1998) yaitu :

a. Mengenal masalah kesehatan

Megenal masalah kesehatan dalam mengenal masalah kesehatan nyeri sendi karena

kurangnya pengetahuan tentang nyeri sendi dan rasa takut akibat masalah yang di ketahui.

b. Ketidak mampuan keluarga dalam mengambil keputusan di sebabkan oleh tidak

memahami mengeni sifat, berat, dan luasnya masalah, maslah tidak begitu menonjol dan

tidak sanggup memcahkan masalah kurang pengetahuan tentang nyeri sendi.

Page 7: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit. Ketidak mampuan keluarga dalam

merawat anggota keluarga yang sakit nyeri sendi di karenakan oleh ketidak mampuan tentang

penyakit, misal penyebab, gejala, penyebaran, dan perawatan penyakit.

d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat Dikarenakan oleh keluarga

dapat melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan rumah, dan ketidak tahuan

tentang usaha penyakit nyeri sendi.

e. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan masyarakat.

Ketidak mampuan keluarga menggunakan sumber di masyarakat guna memelihara kesehatan

di sebabkan keluarga tidak memahami keuntungan yang di peroleh dan tidak ada dukungan

dari masyarakat.

6. Tugas Perkembangan Keluarga Usia Lanjut

Tugas perkembangan keluarga usia lanjut merupakan bagian penting dalam konsep keluarga

usia lanjut. Perawat keluarga perlu memahami setiap tahap perkembannganya yaitu

menerima penurunan kemampuan dan keterbatasan, menyesuaikan dengan masa pensiun,

mengatur pola hidup yang terorganisir, menerima kehilangan dan kematian dengan tentram

(Mubarak, 2006).

a. Tugas-tugas perkembangan keluarga usia lanjut.

1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun

3) Mempertahankan hubungan perkawinan

4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan

5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi

6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (diadaptasi dari caeter dan McGoldrik

(1988 ), Duval dan Miller (1985)

b. Permasalahan yang terjadi pada usia lanjut

1) Menurunya fungsi dan kekuatan fisik

2) Sumber-sumber finansial yang tidak memadai

3) Isolasi sosial

Page 8: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

4) Kesepian

(kelley et al, 1977 dalam friedman)

B. Konsep Lansia

1. Pengertian Lansia

Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan

sosial, perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk

kesehatanya, oleh karena itu kesehatan lansia perlu mendapat perhatian khusus dengan tetap

dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan

kemampuanya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan (Mubarak, 2006).

Aging process atau proses menua merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat dihindarkan,

yang akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-

lahan (graduil) kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti

dan mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan terhadap injuri termasuk

adanya infeksi (Paris Contantinides, 1994).

Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa, misalnya dengan

terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf dan jaringan lain sehingga tubuh “mati”

sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seorang

mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal

pencapaian puncak maupun aat menurunya. Namun umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai

puncaknya pada umur 20-30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan berada

dalam kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai

bertambahnya umur.

a. Batasan-batasan lansia

Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagiai berikut:

1) Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 th) sebagai masa vibrilitas

2) Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai presenium

3) Kelompok usia lanjut (65 th >) sebagai senium

Page 9: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

Menurut organisasi kesehatan Dunia lanjut usia dikelompokkan menjadi

1) Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

2) Lanjut usia (elderly) : antara 60 dan 74 tahun.

3) Lanjut usia tua (old) : antara 75 dan 90 tahun.

4) Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun.

b. Teori menua

Menurut Wahyudi (2008), Teori proses menua dibagi menjadi dua, yaitu teori biologis dan teori

sosiologis. Adapun teori biologis diantaranya sebagai berikut :

Teori biologis

1) Teori biologis

Teori genetic clock merupakan teori intrinsik yang menjelaskan bahwa didalam tubuh terdapat

jam biologis yang mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori ini menyatakan bahwa

menua itu telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu. Setiap spesies didalam inti

selnya memiliki suatu jam genetik atau jam biologis sendiri dan setiap spesies mempunyai batas

usia yang berbeda-beda yang telah diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jenius ini

berhenti berputar, maka ia akan mati.

Teori mutasi somatik. Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya mutasi somatic akibat

pengaruh lingkungan

yang buruk. Terjadi kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses

translasi RNA protein atau enzim. Kesalahan ini terjadi terus-menerus sehingga akhirnya akan

terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi kanker atau penyakit. Setiap sel pada

saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi sel kelamin sehingga

terjadi penurunan kemampuan fungsional sel.

2) Teori nongenetik

Teori penurunan sistem imun tubuh merupakan mutasi yang berulang dapat menyebabkan

berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Jika

mutasi yang merusak membrane sel, akan menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya

sehingga merusaknya. Dalam proses metabolisme tubuh, diproduksi suatu zat khusus. Ada

Page 10: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi

lemah dan sakit. Sebagai contoh, tambahan kelenjar timus yang pada usia dewasa berinvolusi dan

sejak itu terjadi kelainan autoimun.

Teori kerusakan akibat radikal bebas, teori radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan

didalam tubuh karena adanya proses metabolisme atau proses pernapasan didalam mitokondria.

Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil karena mempunyai elektron

yang tidak berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat atom atau molekul lain yang

menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan dalam tubuh.

Radikal bebas yang terdapat dilingkungan seperti :

a) Asap kendaraan bermotor

b) Asap rokok

c) Zat pengawet makanan

d) Radiasi

e) Sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan kolagen pada proses

menua.

Teori sosiologis

1) Teori interaksi sosial teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada suatu

situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Kemampuan lanjut usia untuk

terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci mempertahankan status sosialnya berdasarkan

kemampuannya bersosialisasi.

2) Teori aktivitas atau kegiatan

a) Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini

menyatakan bahwa usia lanjut

yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan sosial.

b) Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin.

c) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup lanjut usia.

d) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia. 3) Teori kepribadian berlanjut

Page 11: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan teori yang disebutkan sebelumnya. Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang usia lanjut sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut usia. 4) Teori pembebasan atau penarikan diri

Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran

individu dengan individu lainnya. Menurut teori ini seorang lanjut usia dinyatakan mengalami

proses menua yang berhasil apabila ia menarikdiri dari

kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi kematiannya. c. Perubahan sistem muskuloskeletal

Perubahan pada lansia Menurut Wahyudi (2008), Perubahan Fisik meliputi : 1) Sistem persarafan

a) Menurun hubungan persarafan

b) Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang berkurang setiap harinya)

c) Respons dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap stress

d) Saraf panca-indra mengecil

e) Penglihatan berkurang, pendengaran menhilang, saraf penciuman dan perasa mengecil, lebih sensitif terhadap perubahan suhu, dan rendahnya ketahanan terhadap dingin

f) Kurang sensitif terhadap sentuhan

g) Defisit memori

2) Sistem muskoloskeletal

Sistem muskuloskeletal bekerja membuat gerakan dan tindakan yang harmoni sehingga manusia

menjadi seorang yang bebas dan mandiri. Sistem muskuloskeletal terdiri dari

kerangka, sendi, otot, ligamentum dan bursa. Kerangka membentuk dan menopang tubuh, melindungi organ penting dan berperan sebagai penyimpanan mineral tertentu seperti kalsium, magnesium, dan fosfat. Rongga medula tulang adalah tempat utama yang memproduksi sel darah. Otot memberikan kekuatan untuk menggerakkan tubuh, menutup lobang luar dari sistem gastrointestinal dan saluran kencing serta meningkatkan produksi panas untuk menjaga kontrol temperatur. Perubahan pada sistem muskuloskeletal (Surini, 2003) a) Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai protein pendukung utama pada kulit, tendon, tulang, artilago, dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan cross linking yang tidak teratur. Bentangan yang tidak teratur dan penurunan hubungan tarikan linier pada jaringan kolagen merupakan salah satu alasan penurunan mobilitas pada jaringan kolagen merupakan salah satu alasan penurunan mobilitas pada jaringan tubuh. Setelah kolagen

Page 12: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

mencapai puncak fungsi atau daya mekaniknya karena penuaan, tensile strength dan kekakuan dari kolagen mulai menurun. Kolasen dan elastin yang merupakan jaringan ikat pada jaringan penghubung

mengalami perubahan kualitatif dan kuantitatif sesuai penuaan. Perubahan pada kolagen itu merupakan penyebab turunya fleksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan dampak berupa nyeri, penurunan kemampuan untuk meningkatkan kekakuan otot, kesulitan bergerak dari duduk keberdiri, jongkok dan berjalan, dan hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

b) Kartilago. Jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan mengalami granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata. Selanjutnya, kemampuan kartilago untuk generasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung ke arah progresif. Proteoglikan yang merupakan komponen dasar matriks kartilago berkurang atau hilang secara bertahap. Setelah matriks mengalami deteriorasi, jaringan fibril pada kolagen kehilangan kekuatanya, dan akhirnya kartilago cenderung mengalami fibrilasi. Kartilago mengalami klasifikasi di beberapa tempat, seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago menjadi tidak efektif, tidak hanya sebagai peredam kejut, tetapi juga sebagai permukaan sendi berpelumas. Konsekuensinya,

kartilago pada persendian menjadi rentan terhadap gesekan. Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi besar penumpu berat badan. Akibat perubahan itu sendi mudah mengalami peradangan, kekakuan, nyeri, keterbatasan gerak dan terganggunya aktivitas sehari-hari.

c) Tulang. Berkurangnya kepadatan tulang, setelah diobservasi, adalah bagian dari penuaan fisiologis. Trabekula longitudinal menjadi tipis dan trabekula transversal terabsorbsi kembali. Sebagai akibat dari perubahan itu, jumlah tulang spongiosa berkurang dan tulang kompakta menjadi tipis. Perubahan lain yang terjadi adalah penurunan estrogen sehingga produksi osteoklas tidak terkendali, penurunan penyerapan kalsium di usus, peningkatan kanal Haversi sehingga tulang keropos. Berkurangnya jaringan dan ukuran tulang secara keseluruhan menyebabkan kekuatan dan kekakuan tulang menurun. Dapak kekurangan kepadatan akan mengakibatkan osteoporosis. Osteoporosis lanjut akan mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.

d) Otot. Perubahan otot pada penuaan sangat bervariasi. Penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung, dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif.

e) Sendi. Pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligamen dan fasia mengalami penurunan elastisitas. Terjadi degenerasi, erosi, dan klasifikasi pada kartilago dan kapsul sendi. Sendi kehingan fleksibilitasnya sehingga terjadi penurunan luas gerak sendi. Beberapa kelainan akibat perubahan pada lansia antara lain osteoartritis, artritis reumatoid, gout, dan pseudogout. Kelainan tersebut dapat menimbulkan gangguan berupa bengkak, nyeri, kekakuan sendi, keterbatasan luas gerak sendi, gangguan jalan dan aktivitas keseharian lainya. Proses destruksi dari tulang rawan pada kondisi arthritis sepsis seperti tampak pada Gb. 2.1 berikut : Gambar 2.1 Proses destruksi tulang rawan pada kondisi arthritis sepsis Tampak dari gambar diatas 2.1 kondisi destruksi pada tulang rawan. Pertemuan antar tulang taji akan menyebabkan mengikisnya pada tulang rawan dan meniskus. Berikut adalah gambar dari struktur sendi, normal dan tidak normal. Gambar 2.2 Perbedaan Sendi Normal dan Artritis Tampak dari gambar 2.2 diatas kondisi dari sendi normal tulang tidak mengalami bone erosion. Sedangkan pada sendi arthritis, akibat dari penekanan antar tulang menyebabkan cairan synovial semakin menipis dan terjadi gesekan antar tulang sehingga tulang meradang, bengkak dan mengalami nyeri pada persendian.

Page 13: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

Tulang rawan sendi pada orang dewasa tidak mendapat aliran darah, limfe, atau persarafan.

Oksigen dan bahan-bahan metabolisme lain dibawa oleh cairan sendi yang membasahi

tulang rawan tersebut. Perubahan susunan kolagen dan pembentukan proteoglikan dapat terjadi setelah cedera atau ketika usia bertambah. Beberapa kolagen baru pada tahap ini mulai membentuk kolagen tipe satu yang lebih fibrosa. Proteoglikan dapat kehilangan sebagian kemampuan hidrofiliknya. Perubahan-perubahan ini berati tulang rawan akan kehilangan kemampuanya untuk menahan kerusakan bila diberi beban berat. Sendi dilumasi oleh cairan sinovial dan oleh perubahan-perubahan hidrostatik yang terjadi pada

cairan interstisial tulang rawan. Tekanan yang terjadi pada tulang rawan akan mengakibatkan

pergeseran cairan kebagian yang kurang mendapat tekanan. Sejalan dengan pergeseran sendi

kedepan, cairan yang bergerak ini juga bergeser kedepan mendahului beban. Cairan kemudian

akan bergerak ke belakang kembali kebagian tulang rawan ketika tekanan berkurang. Tulang

rawan sendi dan tulang-tulang yang membentuk sendi biasanya terpisah selama gerakan selaput

cairan ini. Selama terdapat cukup selaput atau cairan, tulang rawan tidak dapat aus meskipun

dipakai terlalu banyak. Kapsul sendi terdiri atas suatu selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan

dalam yang terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh darah

banyak dan sinovium. Sinovium membentuk suatu kantung yang melapisi seluruh sendi dan membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi. Sinovium tidak meluar melalui permukaan sendi, tetapi terlipat sehingga memungkinkan gerakan sendi secara penuh. Lapisan-lapisan bursa diseluruh persendian membentuk sinovium. Periosteum tidak melewati kapsul sendi. Cairan sinovial normalnya bening, tidak membeku, dan tidak berwarna. Jumlah yang ditemukan pada tiap-tiap sendi relative kecil (1-3 ml). hitung sel darah putih pada cairan ini normalnya kurang dari 200 sel/ml dan sebagian besar merupakan sel mononuclear. Asam hialuronidase adalah senyawa yang bertanggung jawab atas viskositas cairan sinovial dan disintesis oleh sel-sel pembungkus sinovial. Penurunan progresif pada massa tulang total terjadi sesuai proses penuaan. Beberapa

kemungkinan penyebab dari penurunan ini meliputi ketidak aktifan fisik, perubahan hormonal

dan reasorbsi tulang aktual. Efek penurunan tulang adalah makin lemahnya tulang vertebra lebih

lunak dan dapat tertekan, dan tulang berbatang panjang kurang tahanan terhadap penekukan dan

menjadi lebih cenderung fraktur. Menyertai penurunan tulang ini dari permukaan dalam

endosteum adalah penambahan tulang aktual pada permukaan

luar periosteum. Akibatnya, bentuk taji dan tepi, membuat beberapa tonjolan tulang lebih

menonjol. Klasifikasi kartilago artikular, disertai dengan penyimpangan noninflamasi dari sendi

penyokong berat badan, dapat terjadi. Cairan sinovial mengental dan kartilago hialin

berdegenerasi. Perubahan-perubahan ini dapat mempengaruhi rentang gerak, gerakan mudah

keseluruhan, dan cara berjalan. Ankilosis dari ligamen dan sendi menambah gambaran feksi

umum.

Page 14: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

Pengertian Lansia

Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara memuaskan . Menurut

Organisasi Kesehatan Dunia lanjut usia meliputi :

-       Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun

-       Lanjut usia (elderly) ialah kelompok usia antara 60 sampai 74

-       Lanjut usia tua (old) ialah kelompok usia antara 75 sampai 90

-       Usia sangat tua (very old) ialah kelompok usia diatas 90

2. perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia

-       Perubahan sel

-       Sistem pernafasan

-       Sistem pendengaran

-       Sistem penglihatan

-       Sistem kardiovaskuler

-       Sistem pengaturan temperature tubuh

-       Sistem respirasi

-       Sistem gastrointestinal

-       Sistem genitourinaria

-       Sistem endokrin

-       Sistem kulit

-       Sistem musculoskeletal

-       Perubahan-perubahan mental

-       Perubahan-perubahan psokososial

-       Peningkatan spiritual

3. Penyakit Radang Sendi : Atritis Reumatoid

a. Patofisiologi

Atritis Reumatoid adalah suatu penyakit kronis, sistemik, yang secara khas berkembang

perlahan-lahan dan ditandai oleh adanya radang yang sering kambuh pada sendi-sendi

Page 15: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

diartrodial dan struktur yang berhubungan. AR sering disertai dengan nodul-nodul

rheumatoid, arthritis, neuropati, skleritis, perikarditis, limfadenopati, dan splenomegali. AR

ditandai oleh periode-periode remisi dan bertambah parahnya penyakit (Stanley dan Beare,

2007).

b. Manifestasi Klinis

pada lansia, AR dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok :

1)   Kelompok 1 adalah AR klasik. Sendi-sendi kecil pada kaki dan tangan sebagian besar

terlibat. Terdapat faktor raumatoid, dan nodula-nodula rheumatoid yang sering terjadi.

Penyakit dalam kelompok ini dapat mendorong kea rah kerusakan sendi yang progresif.

2)   Kelompok 2 termasuk klien yang memenuhi criteria dari American Rheumatologic

Association untuk AR karena mereka mempunyai radang sinovitis yang terus-menerus dan

simetris, sering melibatkan pergelangan tangan dan sendi-sendi jari.

3)   Kelompok 3, sinovitis terutama mempengaruhi bagian proksimal sendi, bahu, dan panggul.

Awitannya mendadak, sering ditandai dengan kekakuan pada pagi hari. Pergelangan tangan

pasien sering mengalami hal ini, dengan adanya bengkak, nyeri tekan, penurunan kekuatan

genggaman, dan sindrom carpal tunnel. Kelompok ini mewakili suatu penyakit yang dapat

smbuh sendiri yang dapat dikendalikan secara baik dengan menggunakan prednisone dosis

rendah atau agens antiinflamasi dan memiliki prognosis yang baik.

Jika tidak diistirahatkan, AR akan berkembang menjadi empat tahap :

1)   Terdapat radang sendi dengan pembengkakan membran sinovial dan kelebihan produksi

cairan sinovial. Tidak ada perubahan yang bersifat merusak terlihat pada radiografi. Bukti

osteoporosis mungkin ada.

2)   Secara radiologis, kerusakan tulang pipih atau tulang rawan dapat dilihat. Klien mungkin

mengalami keterbatasan gerak tetapi tidak ada deformitas sendi.

3)   Jaringan ikat fibrosa yang keras menggantikan pannus, sehingga mengurangi ruang gerak

sendi. Ankilosis fibrosa mengakibatkan penurunan gerakan sendi, perubahan kesejajaran

tubuh, dan deformitas. Secara radiologis terlihat adanya kerusakan kartilago dan tulang,

4)   Ketika jaringan fibrosa mengalami klasifikasi, ankilosis tulang dapat menyebabkan

terjadinya imobilisasi sendi secara total. Atrofi otot yang meluas dan luka pada jaringan lunak

seperti nodula-nodula mungkin terjadi.

c. Penalaksanaan

Page 16: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

Penanganan medis bergantung pada tahap penyakit ketika diagnosis dibuat dan

termasuk dalam kelompok mana yang sesuai dengan kondisi tersebut. Untuk menghilangkan

nyeri dengan menggunakan aggens inflamasi, obat yang dapat dipilih dalah aspirin. Namun,

efek antiinflamasi dari aspirin tidak terlihat pada dosis kurang dari 12 tablet perhari, yang

dapat menyebabkan gejala gastrointestinal dan sistem saraf pusat. Obat antiinflamasi non

steroid sangat bermanfaat, tetapi dianjurkan menggunakan dosis yang direkomendasikan

oleh pabrik dan pemantauan efek samping secara hati-hati sangat perlu dilakukan. Terapi

kotikosteroid yang diinjeksikan melalui sendi mungkin digunakan untuk infeksi di dalam satu

atau dua sendi. Injeksi secara cepat dihubungkan dengan nekrosis dan penurunan kekuatan

tulang. Biasanya, injeksi yang diberikan ke dalam sendi apapun tidak boleh diberikan lebih

dari tiga kali. Rasa nyeri dan pembengkakan umumnya hilang untuk waktu 1 sampai 6

minggu.

Penalaksanaan keperawatn menekankan pemahaman klien tentang sifat alami AR

kronis dan kelompok serta tahap-tahap yang berbeda untuk memantau perkembangan

penyakit. Klien harus ingat bahwa walaupun pengobatan mungkin mengurangi radang dan

nyeri sendi, mereka harus pula mempertahankan pergerakan dan kekuatan untuk mencegah

deformitas sendi. Suatu program aktivitas dan istirahat yang seimbang sangat penting untuk

mencegah peningkatan tekanan pada sendi.

Page 17: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

ASUHAN KEPERWATAN KELUARGA DENGAN LANSIA

A.  Pengkajian

1.    Data Umum

a. Identitas Keluarga

Identitas Kepala Keluarga

Nama : Tn. T

Jenis Kelamin : Laki – Laki

Suku : Jawa

Umur : 67 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Petani

Telp : 085740032156

Alamat : RT 13 RW 09 Dusun Kasih Desa Sayang

Kec. Kembar Kab. Purwokerto Jateng

b. Komposisi Keluarga

No Nama Jenis

kelamin

Hub. Dg

keluarga

Umur Pendidikan Pekerjaan

1 Tn. T L KK 67 th SD Pensiunan

2 Tn. M L Menantu 30 th SMA Buruh Pabrik

3 Ny. S P Anak 25 th SMP IRT

Page 18: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

4 An. A L Cucu 5 th TK Pelajar

c. Genogram

 

 

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Sakit

: meninggal

: Tinggal serumah

d. Tipe Keluarga

Page 19: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

keluarga Tn. T merupakan keluarga besar yang terdiri dari ayah, ibu, anak, menantu, serta

cucu ( The extended family). Terkadang Tn. T merasa istirahatnya terganggu karena aktivitas

bermain yang dilakukan cucu beserta teman-temannya.

e. Suku Bangsa

Tn. T menyatakan bahwa keluarganya merupakan suku jawa dan tinggal di lingkungan

orang-orang yang bersuku jawa. Tn. T berkomunikasi dengan bahasa Jawa dan bahasia

Indonesia baik antara anggota keluarga maupun kelurga sekitar.

f. Agama

Semua anggota keluarga Tn. T beragama Islam dan menjalankan ibadah sesuai keyakinan di

rumah dan di masjid. Dalam menjalankan perintah agama keluarga cukup taat dan rajin

mengikuti kegiatan keagamaan seperti sholat jamaah di Musholla, sholat Jumat di Mesjid,

acara tahlilan/yasiinan (bapak-bapak dan ibu-ibu), dan acara keagamaan lainnya.

g. Status Sosial Ekonomi Keluarga

penghasilan keluarga ± Rp. 1.150.000 perbulan di, yang diperoleh dari hasil pensiunan Tn. T

sebesar Rp. 400.000 dan hasil kerja Tn. M sebagai buruh pabrik sebesar Rp. 750.000.

Sedangkan Ny. S tidak menghasilkan uang karena hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Tn. T memelihara ternak berupa ayam sebanyak 5 ekor. Pengeluaran perbulan untuk

keperluan makan sekitar Rp. 700.000,- dan sisanya untuk keperluan lain –lain seperti

membayar listrik, kebutuhan anak sekolah.

h. Aktivitas Rekreasi Keluarga

Kegiatan yang dilakukan keluarga setiap hari mereka menonton TV bersama-sama, dan

semua berkumpul menonton TV ketika malam hari. Kadang mereka berkumpul bersama

tetangga atau saudara dekat untuk berbincang-bincang bersama. Jika memiliki tabungan

cukup dan kesehatan yang mendukung mereka berwisata ke tempat rekreasi terdekat.

2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

a.    Tahap perkembangan keluarga saat ini dengan lansia

Tahap perkembangan keluarga Tn. T saat ini adalah keluarga usia lanjut, yang dimulai pada

masa pension dan salah satu atau kedua orang tua meninggal. Semua anak Tn. T sudah

menikah dan mempunyai tempat tinggal sendiri-sendiri, hanya anak yang terakhir yang

Page 20: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

tinggal serumah dengannya dan mempunyai seorang anak yang masih berumur 5 tahun.

Menantu Tn. T bekerja sebagai buruh pabrik.

b.    Tahap perkembangan yang belum terpenuhi

Tidak ada tahap perkembangan keluarga sampai saat ini yang belum terpenuhi.

c.    Riwayat kesehatan keluarga inti

-            Tn. T mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan. Tn. T mengatakan beberapa

minggu ini sering merasa linu di persendian kakinya sehingga kaku untuk berjalan, ketika

bangun pagi kakinya merasa senut-senut (nyeri) dan berat untuk berjalan. Tn. T mengatakan

pernah hampir jatuh karena kakinya merasa tidak kuat menopang badannya.

-          Anak Tn. T (Ny. S) tidak memiliki masalah kesehatan.

-          Menantu Tn. T (Tn. M) mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan dan tidak

memiliki masalah kesehatan

-          Cucu Tn. T (An. A) tidak mempunyai masalah kesehatan

d.   Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

Tn. T mengatakan istrinya (Ny . S) meninggal dunia karena penyakit kanker payudara, Ny. S

(anak dari Tn. T) mengatakan Ayah mertuanya memiliki riwayat diabetes. Keluarga dari

pihak Tn. M saat ini hubungannya baik, minimal setiap minggu bersilaturahmi, tidak ada

konflik dengan keluarga.

3. Data Lingkungan

a. Karakteristik Rumah

Rumah Tn. T merupakan rumah permanen dengan ukuran panjang ± 10 meter dan lebar 7

meter. Di rumah tersebut terdapat :

-          Kamar tidur ( terdapat 3 kamar tidur, 1 kamar tidur berada di depan samping ruang tamu, 2

kamar tidur berada di samping ruang keluarga ).

-          Kamar kosong ( 3 kamar kosong. Model rumah Tn. T adalah model rumah jaman dahulu

yang banyak terdapat kamar-kamar yang jarang digunakan dan biasanya kamar tersebut

digunakan untuk menaruh barang-barang yang tidak terpakai).

-          Ruang tamu berukuran 3x3 meter, Ruang tamu cukup rapi dan bersih, terdapat perabotan

-          Ruang makan Tn. T biasanya bergabung dengan ruang keluarga atau ruang menonton TV.

Page 21: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

-          Kamar mandi bergabung dengan WC berjumlah 2.

Lantai rumah Tn. T terbuat dari semen, kecuali dapur lantainya masih berupa tanah, Lantai

dapur tampak licin dan lembab. Atap rumah dari genting. Ventilasi ada beberapa yaitu : di

ruang tamu ada jendela, di ruang keluarga, di 2 kamar tidur dan 2 kamar kosong, serta dapur.

Ventilasi masih terlalu sempit, < 10 m luas lantai. Kamar tamu ada sebuah lampu neon 20

watt, ruang keluarga terdapat bola lampu 15 watt, masing–masing kamar dan dapur terdapat

lampu pijar 10 watt.

Sumber air keluarga berasal dari sumur gali yang telah dipasang pompa air, kualitas air

tergantung musim, pada musim hujan warna air keruh kekuning-kuningan, pada musin

kemarau warna air agak bening, kadang-kadang air agak berbau. Sumber air minum keluarga

menggunakan air sumur yang ditampung dan diendapkan dalam tong. Jarak septictank

dengan sumur ± 8 meter. Keluarga mengatakan membuang air limbah keluarga langsung ke

kolam dibelakang rumah dengan membuat saluran yang menuju ke kolam penampungan.

Untuk pembuangan sampah dilakukan penampungan dulu di ember sampah kemudian di

pindah dan di bakar di dalam lubang di samping rumah. Untuk sarana penerangan keluarga

Tn. T menggunakan listrik semuanya. Di belakang rumah terdapat kolam penampungan

limbah keluarga beserta ikan lele peliharaan, dan terdapat kandang ayam.

Gambar Denah Rumah :

 

Jalan

U

B

S

Page 22: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

 

Kamar kosong ruang tamu ruang

keluarga kamar

Kamar

kamar

Kamar kosong kamar kosong kamar kosong dapur

 

K.M + WC

b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas

Rumah Tn. T berada di wilayah kelurahan yang mayoritas penduduk sekitarnya adalah

petani. Sarana jalan tersebut belum diaspal. Sarana kesehatan di lingkungan tersebut berupa

bidan desa. Di dekat rumah Tn. T ± 7 meter terdapat masjid. Tetangga Tn. T mayoritas

Kandang

ayam Kolam penampungan+

ikan

Page 23: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

beragama islam serya memiliki sifat kebersamaan serta menganut adat jawa, misalnya

selamatan, yasinan setiap malam jum’at, dll. Jika ada kegiatan sosial kemasyarakatan

biasanya diumumkan melalui pengeras suara yang ada di musholla atau mesjid.

c. Mobilitas Geografis Keluarga

Keluarga Tn. T Keluarga jarang bepergian ke tempat-tempat yang jauh. Kegiatan rutin Tn. T

adalah pergi ke sawah untuk sekedar melihat-lihat, sawah tersebut tidak jauh dari rumahnya

(sekitar 1 km), aktivitas lainnya menonton TV dan mengikuti kegiatan keagamaan. Tempat

tinggal keluarga juga tidak berpindah – pindah. Keluarga Tn.T yang lain berada di sekitar

tempat tinggalnya (masih satu desa).

d. Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Keluarga Dengan Masyarakat.

Keluarga Tn. T mengatakan setiap hari raya semua anak-anak dan keluarga Tn. T berkumpul

di rumah. Saudara-saudara Tn. T yang berada di sekitar rumah sering datang berkunjung. Tn.

T dan keluarganya rutin mengikuti kegiatan, seperti pengajian.

e. Sistem Pendukung Keluarga

Tn. T memiliki keluarga yang berada di sekitar rumahnya sehingga sewaktu-waktu dapat

dimintai bantuan. Tn. T memiliki ASKES. Jika sakit biasanya keluarga Tn. T dibawa ke

Bidan, dan jika perlu rujukan ke Puskesmas yang berjarak 5 meter dari rumah.

4. Struktur Keluarga

a. Pola Komunikasi Keluarga

keluarga Tn. T dalam berkomunikasi menggunakan bahasa jawa dan bahasa Indonesia.

Komunikasi antar anggota lancar dan tidak ada konflik dalam keluarga. Dalam keluarga

mempunyai kebiasaan berkomunikasi setiap malam ketika menonton TV, keluarga bertukar

pendapat dan menceritakan hal-hal yang terjadi dalam keluarga.

b. Struktur Kekuatan Keluarga

Dalam keluarga Tn. T adalah penentu keputusan terhadap suatu masalah karena Tn. T

dianggap sebagai orang yang paling tua dan sebagai kepala keluarga. Untuk anak-anak yang

telah berkeluarga keputusan diserahkan kepada keluarga masing-masing, tetapi anak-anaknya

juga sering meminta pendapat Tn. T. keluarga Tn. T sangat menyayangi dan menghargai Tn.

T, apabila Tn. T sakit keluarga langsung mengantarkannya berobat, anak-anaknya juga

mengingatkannya untuk minum obat jika Tn. T lupa.

Page 24: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

c. Struktur Peran ( Formal Dan Informal )

-       Tn. T berperan sebagai kepala keluarga, seorang ayah ayah dan kakek. Tn. T juga sering

mengasuh cucunya jika kedua anaknya sibuk atau ada keperluan.

-       Tn. A berperan sebagai anak (menantu), suami, dan bapak.

-       Ny. S berperan sebagai anak, istri, dan ibu.

-       An. A berperan sebagai anak, An. A belum menyadari dan menjalankan perannya karena

masih kecil.

d. Nilai Dan Norma Keluarga

Tn. T mengatakan ia terbiasa menanamkan pada anak-anaknya sikap hormat-menghormati

dan menyayangi antar keluarga dan dengan tetangga. Keluarga Tn. T menganut agama Islam,

dalam kehidupan keseharian menggunakan keyakinan sesuai syariat islam. Keluarga Tn. T

menganut norma atau adat yang ada di lingkungan sekitar misalnya takziah atau menjenguk

tetangga yang sakit. Disamping itu keluarga menganut kebudayaan Jawa, norma yang dianut

juga kebudayaan jawa. Dalam kebiasaan keluarga Tn. T tidak ada yang bertentangan dengan

kesehatan.

5. Fungsi Keluarga

a. Fungsi Afektif

Keluarga Tn. T mengatakan berusaha memelihara keharmonisan antar anggota keluarga,

saling menyayangi, dan menghormati. Keluarga Tn. T sangat harmonis, rukun dan tentram.

Apabila ada anggota yang membutuhkan atau sakit maka keluarga yang lain berusaha

membantu.

b. Fungsi Sosialisasi

Tn. T mengatakan interaksi antar anggota keluarga dapat berjalan dengan baik. keluarga Tn.

T menganut kebudayaan jawa. Keluarga Tn. T berusaha untuk tetap memenuhi aturan yang

ada keluarga, misalnya saling menghormati dan menghargai. Keluarga juga mengatakan

mengikuti norma yang ada di masyarakat sekitar, sehingga dapat menyesuiakan dan

berhubungan baik dengan para tetangga atau masyarakat sekitar.

c. Fungsi Perawatan Kesehatan

-       Kemampuan mengenal masalah kesehatan

Page 25: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

Keluarga mengatakan mengetahui penyakit di keluarganya tetapi tidak mengetahui sama

sekali apa penyebabnya. Keluarga Tn. T mengatakan hanya sedikit mengetahui tentang tanda

dan gejala, serta tidak mengetahui apa-apa saja yang harus dihindari untuk mencegah

terjadinya penyakit pada Tn. T. Tn.

-       Kemampuan mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan

Keluarga mengatakan linu pada sendi kaki yang diderita oleh Tn. T merupakan sakit yang

biasa diderita oleh orang tua. Keluarga terus mengingatkan kepada Tn. T untuk tidak banyak

melakukan aktivitas dan beristirahat saja.

-       Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit

Jika ada keluarga yang sakit, hal pertama yang dilakukan adalah mengerokinnya dan jika

sakitnya berlarut segera dibawa ke Bidan atau ke Puskesmas terdekat.

-       Kemampuan keluarga memelihara/ memodifikasi lingkungan rumah yang sehat

Keluarga mengatakan tiap hari selalu membersihkan lingkungan rumahnya (menyapu,

mengepel), sistem pembuangan limbah keluarga langsung ke saluran kolam di belakang

rumah, pembuangan sampah ditampung sementara di ember sampah kemudian di bakar di

lubang pembakaran setiap dua hari sekali.

-       Kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat

Keluarga Tn. T mengatakan jika ada keluarga yang sakit segera dibawa ke Bidan, dan jika

perlu rujukan dibawa ke Puskesmas terdekat. Tn. T seringkali tidak mau dibawa ke pelayanan

kesehatan kecuali benar-benar dirasa parah.

d. Fungsi Reproduksi

Tn. T memiliki tiga orang anak yang sudah menikah semua. Ny. S dan Tn. A memiliki satu

orang anak, Ny. S menggunakan alat kontrasepsi berupa pil untuk mengatur jarak anak

selanjutnya.

e. Fungsi Ekonomi

Keluarga Tn. T termasuk keluarga mampu, hal ini dapat dilihat dari penghasilan keluarga tiap

bulannya sekitar Rp.1.150.000/perbulan. Keluarga Tn. T dapat memenuhi setiap kebutuhan

sandang, pangan dan papan walaupun dengan kapasitas seadanya. Untuk memenuhi

kebutuhan makan sehari-hari, Tn.A menanam sayur di tepi sawah Tn. T yang dikelola

olehnya. Jika ingin makan lauk-pauk, Tn. T biasa memancing ikan bersama kawan-kawannya

di sungai dekat rumah

Page 26: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

6. Stres Dan koping Keluarga

a. Stressor Jangka Pendek Dan Panjang

-       Stresor jangka pendek

Keluarga Tn. MS mengatakan pernah mengalami stres ketika Ny. S (istri Tn. T) meninggal

dunia karena kanker payudar, namun hal tersebut tidak berlangsung lama karena keluarga

sudah mengikhlaskannya. Hal-hal lain yang menimbulkan stress dalam keluarga segera dapat

diatasi.

-       Stresor jangka panjang

Keluarga Tn. MS mengatakan hampir tidak pernah mengalami stres baik itu stes jangka

panjang ( > 6 bulan ).

b. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Situasi/Stressor

Pemecahan masalah dalam keluarga Tn. T biasanya dengan cara musyawarah antar anggota

keluarga, kadang juga melibatkan anaknya. Dalam menentukan pengobatan yang harus

dijalani salah satu anggota keluarga, Tn. A pengambil keputusan karena Tn. A yang dianggap

mampu dan memiliki fisik yang kuat.

c. Strategi Adaptasi Disfungsional

Dalam menghadapi suatu permasalahan keluarga Tn. MS biasanya mengkonsentrasikan pada

bagaimana cara pemecahan masalah tersebut. Sehingga keluarga tidak terganggu dalam

melakukan pekerjaan keseharian.

7. Pemeriksaan Fisik

a. Tn T

Tekanan Darah : 130/100 mmHg

Berat Badan : 57 kg

Tinggi Badan : 160 cm

Nadi : 80 x/mnt

RR : 20x/mnt

Termometer : 36,5° C

Page 27: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

Kekuatan otot : 5 5

4 3

Skala nyeri : 6

b. Tn A

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Berat Badan : 59 kg

Tinggi Badan : 163 cm

Nadi : 80 x/mnt

RR : 20x/mnt

Termometer : 36,3° C

Keadaan fisik tidak menunjukan adanya kelainan

c. Ny. S

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Berat Badan : 52 kg

Tinggi Badan : 155 cm

Nadi : 80 x/mnt

RR : 20x/mnt

Termometer : 36,5° C

Keadaan fisik tidak menunjukan adanya kelainan

d. An. A

Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Berat Badan : 25 kg

Tinggi Badan : 65 cm

Nadi : 80 x/mnt

RR : 20x/mnt

Termometer : 36,5° C

Page 28: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

Keadaan fisik tidak menunjukan adanya kelainan

8. Harapan Keluarga

Keluarga sangat berharap agar masalah kesehatan yang terjadi di dalam keluarga dapat

teratasi atas bantuan dari pertugas kesehatan.

B. Diagnosa Keperawatan Keluarga

1. Analisa Dan Sintesa Data

N

o

Data Penunjang Masalah Etiologi

1. DS :

-    Tn. T mengatakan sering merasa

linu di persendian kakinya sehingga

kaku untuk berjalan

-    Tn. T mengatakan ketika bangun

pagi kakinya merasa senut-senut

(nyeri) dan berat untuk berjalan.

-    Tn. T mengatakan pernah hampir

jatuh karena kakinya merasa tidak

kuat menopang badannya

DO :

-    Tn. T berumur 67 tahun

-    TD 130/100 mmHg

-    Kekuatan otot 5 5

4 3

-    Skala nyeri 6

-    Lantai tanah yang berada di dapur

Resiko Jatuh Reumathoid,

lantai yang licin,

ketidakmampuan

keluarga

merawat anggota

yang sakit.

Page 29: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

tampak licin dan lembab

DS :

-    Keluarga mengatakan mengetahui

penyakit di keluarganya tetapi tidak

mengetahui sama sekali apa

penyebabnya. Keluarga Tn. T

mengatakan hanya sedikit

mengetahui tentang tanda dan

gejala, serta tidak mengetahui apa-

apa saja yang harus dihindari untuk

mencegah terjadinya penyakit pada

Tn. T. Tn.

-    Jika ada keluarga yang sakit, hal

pertama yang dilakukan adalah

mengerokinnya dan jika sakitnya

berlarut segera dibawa ke Bidan

atau ke Puskesmas terdekat

-    Tn. T mengatakan tidak ada

pantangan makanan

DO :

-    Keluarga tidak bisa menjawab

pertanyaan tentang pengertian

penyakit, pencegahan, perawatan

dan pengobatannya

-    Tn. T bertanya apa saja makanan

yang harus dihindari agar tidak

sakit, Tn. T tampak bingung

Kurang

pengetahuan,

ketidak tahuan

tentang penyakit

Kurang

informasi dan

keterbatasan

kemampuan

mencapai

informasi,

ketidakmampuan

keluarga

mengenal

masalah

kesehatan

DS :

-    Tn. T mengatakan sering merasa

Nyeri, gangguan

muskulus

Page 30: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

linu di persendian kakinya sehingga

kaku untuk berjalan

-    Tn. T mengatakan ketika bangun

pagi kakinya merasa senut-senut

(nyeri) dan berat untuk berjalan.

-    Tn. T mengatakan pernah hampir

jatuh karena kakinya merasa tidak

kuat menopang badannya

DO:

-    Skala nyeri sedang (6)

-    Klien tampak perlahan-lahan saat

berjalan karena menahan nyeri.

-    Klien tampak lambat dalam

berjalan.

-    Tingkat funsional klien 0, namun

kadang-kadang 1

Hambatan

mobilitas fisik

skeletal, kaku

sendi (AR).

DS :

-    Tn. T mengatakan sering merasa

linu di persendian kakinya sehingga

kaku untuk berjalan

-    Tn. T mengatakan ketika bangun

pagi kakinya merasa senut-senut

(nyeri) dan berat untuk berjalan.

-    Tn. T mengatakan pernah hampir

jatuh karena kakinya merasa tidak

kuat menopang badannya

DO:

-    skala nyeri sedang (6)

Nyeri Agen cedera

fisik ( rematik)

Page 31: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

-    Klien tampak perlahan-lahan saat

berjalan karena menahan nyeri

2. Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga

No Diagnosa Keperawatan

1 Resiko jatuh b.d Reumathoid, lantai yang licin, ketidakmampuan keluarga

merawat anggota yang sakit.

2 Kurang pengetahuan, ketidak tahuan tentang penyakit b.d Kurang informasi dan

keterbatasan kemampuan mencerapai informasi, ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah kesehatan.

3 Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri, gangguan muskulus skeletal, kaku sendi,

gangguan sensori perseptual.

4 Nyeri b.d agen cedera fisik (rematik).

3. Prioritas Masalah

a. Resiko jatuh b.d Reumathoid, lantai yang licin, ketidakmampuan keluarga merawat anggota

yang sakit.

KRITERIA SKORE PEMBENARAN

Sifat masalah

(bobot 1)

Skala :

3 : Aktual

2 : Resiko

1 : Sejahtera

2/3 x 1 = 2/3 Tn. T dan keluarga

mengetahui bahwa Tn. T

memiliki penyakit linu

pada kakinya dan pernah

hampir jatuh.

Kemungkinan masalah

dapat diubah (bobot 2)

Skala :

2 : Mudah

1/2 x 2 = 1 Keluarga mengatakan Tn.

T sering tidak mau diajak

ke tempat pelayanan

kesehatan, kecuali benar-

benar parah. Tn. T

Page 32: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

1 : Sebagian

0 : Tidak dapat

merasa masih dapat

beraktivitas sehingga

sering tidak mau dibantu

dalam beraktivitas.

Potensial masalah untuk

dicegah (bobot 1)

3 : Tinggi

2 : Cukup

1 : Rendah

3/3 x 1 = 1 Keluarga mengatakan

jika Tn. T tidak banyak

melakukan aktivitas dan

banyak beristirahat maka

penyakit Tn. T dapat

terminimalisir.

Menonjolnya masalah

(bobot 1)

2 : Berat, segera ditangani

1 : Tidak perlu segera

ditangani

0 : tidak dirasakan

0/2 x 1 = 0 Keluarga mengatakan

hanya satu kali Tn. T

pernah hampir jatuh dan

Tn. T sudah bisa

mengimbangkan

tubuhnya untuk berjalan

walaupun lambat.

Total 2 2/3

b. Kurang pengetahuan, ketidaktahuan tentang penyakit b.d Kurang informasi dan keterbatasan

kemampuan mencerapai informasi, ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

KRITERIA SKORE PEMBENARAN

Sifat masalah

(bobot 1)

Skala :

3 : Aktual

2 : Resiko

1 : Sejahtera

2/3 x 1 = 2/3 -    Tn. T mengatakan sering

merasa linu di persendian

kakinya sehingga kaku

untuk berjalan. Ketika

bangun pagi kakinya

merasa senut-senut

(nyeri) dan berat untuk

berjalan. Tn. T pernah

hampir jatuh karena

kakinya merasa tidak

Page 33: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

kuat menopang badannya

Kemungkinan masalah

dapat diubah (bobot 2)

Skala :

2 : Mudah

1 : Sebagian

0 : Tidak dapat

2/2 x 2 = 2 Keluarga Tn. T

mengatakan jika ada

anggota keluarga yang

sakit segera dibawa ke

Bidan atau Puskesmas

terdekat, namun belum

ada pertugas yang

menjelaskan bagaimana

penyakitnya.

Potensial masalah untuk

dicegah (bobot 1)

3 : Tinggi

2 : Cukup

1 : Rendah

2/3 x 1 = 2/3 Tn. T mengatakan sudah

mulai mengurangi

aktivitasnya agar

penyakitnya tidak

bertambah parah, Tn. T

belum tahu makanan apa

yang harus dihindari.

Menonjolnya masalah

(bobot 1)

2 : Berat, segera ditangani

1 : Tidak perlu segera

ditangani

0 : tidak dirasakan

2/2 x 1 = 1 Tn. T mengatakan

penyakitnya mengganggu

aktivitas geraknya

sehingga menyusahkan

keluarga yang lain.

Total 3 4/3

c. Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri, gangguan muskulus skeletal, kaku sendi, gangguan

sensori perseptual.

KRITERIA SKORE PEMBENARAN

Sifat masalah

(bobot 1)

3/3 x 1 = 1 Tn. T mengatakan Tn. T

mengatakan penyakitnya

mengganggu aktivitas

Page 34: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

Skala :

3 : Aktual

2 : Resiko

1 : Sejahtera

geraknya sehingga

menyusahkan keluarga

yang lain.

Kemungkinan masalah

dapat diubah (bobot 2)

Skala :

2 : Mudah

1 : Sebagian

0 : Tidak dapat

1/2 x 2 = 1 Keluarga Tn. T

mengatakan Tn T sudah

bisa menyeimbangkan

badannya walaupun

dengan gerakan yang

lambat.

Potensial masalah untuk

dicegah (bobot 1)

3 : Tinggi

2 : Cukup

1 : Rendah

2/3 x 1 = 2/3 Tn. T mengatakan

aktivitasnya terganggu.

Menonjolnya masalah

(bobot 1)

2 : Berat, segera ditangani

1 : Tidak perlu segera

ditangani

0 : tidak dirasakan

2/2 x 1 = 1 Tn. T mengatakan capek

dengan penyakitnya yang

tidak sembuh-sembuh

dan mengganggu

geraknya sehingga

menyusahkan keluarga.

Total 3 2/3

d. Nyeri b.d agen cedera fisik (rematik)

KRITERIA SKORE PEMBENARAN

Sifat masalah

(bobot 1)

3/3 x 1 = 1 Tn. T mengatakan ketika

bangun pagi kakinya

merasa senut-senut

Page 35: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

Skala :

3 : Aktual

2 : Resiko

1 : Sejahtera

(nyeri) dan berat untuk

berjalan

Kemungkinan masalah

dapat diubah (bobot 2)

Skala :

2 : Mudah

1 : Sebagian

0 : Tidak dapat

1/2 x 2 = 1 Tn. T mengatakan

nyerinya ketika bangun

pagi tidak hilang-hilang,

padahal sudah minum

obat dari warung.

Keluarga mengatakan Tn.

T sering tidak mau diajak

ke tempat pelayanan

kesehatan, kecuali benar-

benar parah.

Potensial masalah untuk

dicegah (bobot 1)

3 : Tinggi

2 : Cukup

1 : Rendah

3/3 x 1 = 1 Tn. T mengatakan

sakitnya tidak bertambah

parah jika banyak

beristirahat.

Menonjolnya masalah

(bobot 1)

2 : Berat, segera ditangani

1 : Tidak perlu segera

ditangani

0 : tidak dirasakan

2/2 x 1 = 1 Tn. T mengatakan

sakitnya mengganggu

aktivitasnya, kadang Tn.

T tidak tahan dengan

senut-senutnya.

Total 4

Maka prioritas masalahnya sebagai berikut :

No Diagnosa Keperawatan Skore

Page 36: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

1 Nyeri b.d Agen cedera fisik (rematik). 4

2 Kurang pengetahuan, ketidak tahuan tentang penyakit b.d Kurang

informasi dan keterbatasan kemampuan mencerapai informasi,

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.

3 4/3

3 Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri, gangguan muskulus skeletal,

kaku sendi, gangguan sensori perseptual.

3 2/3

4 Resiko jatuh b.d Reumathoid, lantai yang licin, ketidakmampuan

keluarga merawat anggota yang sakit.

2 2/3

 

E. Rencana Asuhan Keperawatan

No

Dx

Tujuan Kriteria Intervensi

1 Setelah dilakukan

perawatan selama 5

hari, Tn. T

mengalami

penurunan rasa nyeri

atau dapat mentolerir

rasa nyeri dengan

kriteria :

1.      Klien memahami

mekanisme nyeri

yang terjadi

2.      klien mengetahui dan

dapat memperagakan

teknik distraksi dan

relaksasi

Non verbal Pain management (1400)

1.       Monitor nyeri : lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi,

keparahan dan faktor presipitasi

2.       Observasi respon non verbal klien

saat nyeri terjadi

3.       Gunakan komunikasi terapeutik

untuk mengetahui pengalaman

nyeri klien

4.       Jelaskan mekanisme nyeri yang

terjadi pada klien

5.       Ajarkan teknik distraksi dan

relaksasi untuk mengurangi rasa

nyeri

6.       Berikan support sistem untuk

Page 37: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

3.      klien tidak banyak

mengeluh tentang

nyerinya

mentolerir nyeri

7.       Libatkan orang terdekat klien

(keluarga) untuk pemberian

support sistem

8.       Kolaborasi dalam pemberian

analgetik

9.       Kontrol faktor-faktor pemicu

timbulnya nyeri : pembatasan

aktivitas, nutrisi tinggi serat,

minum air putih banyak, psikis

tidak terganggu

10.   Identifikasi PQRST sebelum

dilakukan pengobatan

11.   Berikan obat analgetik

12.   Menganjurkan klien untuk

bergerak perlahan pada setiap

melakukan aktivitas

2 Setelah dilakukan

pendidikan

kesehatan, keluarga

mengetahui tentang

penyakit yang

diderita keluarganya

(AR), dengan kriteria

hasil :

-  Keluarga dapat

menjelaskan tentang

pengertian,

penyebab, tanda dan

gejala, serta

penalaksanaan pada

penyakit AR.

Verbal

pengetahuan

Teaching : Disease Prosess (5602)

1.     Menilai tingkat pengetahuan

keluarga yang berhubungan dengan

penyakit yang diderita oleh anggota

keluarga (AR)

2.     Menjelaskan pengertian penyakit

(AR)

3.     Menjelaskan patofisiologi penyakit

(AR)

4.     Menjelaskan tanda dan gejala yang

muncul dari penyakit yang dialami

(AR)

5.     Menjelaskan penalaksanaan atau

Page 38: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

-  Keluarga dapat

melakukan perawatan

dengan mengontrol

makanan-makanan

yang harus dihindari

lansia

hal-hal yang harus dihindari

6.     Mengidentifikasi kemungkinan

penyebab terjadinya penyakit

7.     Mendiskusikan dengan keluarga

tentang pilihan terapi yang bisa

dilakukan

2 Setelah dilakukan

perawatan selama 5

hari klien mampu

melakukan mobilisasi

sesuai kemampuan,

klien dan keluarga

mampu melakukan

perawatan pada

lansia yang

imobilisasi dengan

kriteria :

1.      Mampu memotivasi

diri untuk melakukan

mobilisasi sesuai

kemampuan

Non verbal Immobilization care (0940)

1.      Diskusikan dengan klien tentang

imobilisasi

2.      Berikan contoh dan demonstrasi

mobilisasi yang aman dan dapat

dilakukan oleh klien

3.      Observasi terjadinya nyeri

4.      Motivasi klien untuk melakukan

mobilisasi sesuai kemampuan

5.      Beri reinforcement atas upaya

pemahaman informasi dan usaha

mobilisasi yang dilakukan

4 Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 5 hari klien

dapat mencegah

terjadinya jatuh dan

aman dalam

pergerakannya,

dengan kriteria hasil :

-  Menggunakan alat

bantu yang

Verbal

pengetahuan

Fall Prevention (6490)

1.    Mengidentifikasi ketidaktahuan

dan kelemahan fisik yang

kemungkinan menjadi potensi

terjadinya jatuh

2.    Mengidentifikasi lingkungan

sekitar yang dapat menjadi

penyebab jatuh

3.    Memonitor nyeri, kelemahan,

Page 39: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik(TGS).docx

dibutuhkan

-  Menempatkan

barang-barang di

tempat yang sesuai

agar tidak

menggangu lansia

-  Memperhatikan

kondisi lantai

keseimbangan tubuh lansia

4.    Mengajarkan pada pasien

bagaimana mencegah terjadinya

jatuh

5.    Menyarankan keluarga untuk

membantu kegiatan pasien apabila

diperlukan

DAFTAR PUSTAKA

Bandiah, S. (2009) Lanjut Usia dan Keperawatan gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika.

Jhonson R. dan Leny R (2010) keperawatan keluarga plus contoh askep keluarga. Yogyakarta

: Nuha Medika.