Asuhan Keperawatan Kanker
-
Upload
intan-madulara-stratan -
Category
Documents
-
view
47 -
download
1
description
Transcript of Asuhan Keperawatan Kanker
Asuhan Keperawatan Kanker (CA) Colon
A. Pengertian 1. Neoplasma / Kanker adalah pertumbuhan baru (atau tumor) massa yang tidak normal akibat proliferasi sel-sel yang beradaptasi tanpa memiliki keuntungan dan tujuan. Neoplasma terbagi atas jinak atau ganas. Neoplasma ganas disebut juga sebagai kanker (cancer). (SylviaA Price, 2005).2. Karsinoma atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh lambat yang paling sering ditemukan daerah kolon terutama pada sekum, desendens bawah, dan kolon sigmoid. Prognosa optimistik; tanda dan gejala awal biasanya tidak ada. (Susan Martin Tucker, 1998).3. Kanker kolorektal adalah tumbuhnya sel-sel ganas dalam tubuh di dalam permukaan usus besar atau rektum. Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas biasa disebut adenoma yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat). (www.republika.co.id).4. Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen. (Brunner and Suddarth, 2001).
Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan kanker kolon adalah tumbunhya sel-sel ganas di permukaan dalam usus besar (kolon) atau rektum. Lokasi tersering timbulnya kanker kolon adalah di bagian sekum, asendens, dan kolon sigmoid, salah satu penatalaksanaannya adalah dengan membuat kolostomi untuk mengeluarkan produksi faeces.
B. Patofisiologi Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun makanan merupakan faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu berkorelasi dengan faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar serat yang rendah, serta adanya
interaksi antara bakteri di dalam usus besar dengan asam empedu dan makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh minuman yang beralkohol, khususnya bir.
Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologis (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel dalam usus = endotel). Munculnya tumor biasanya dimulai sebagai polip jinak, yang kemudian dapat menjadi ganas dan menyusup, serta merusak; jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitarnya. Tumor dapat berupa masa polipoid, besar, tumbuh ke dalam lumen, dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai striktura annular (mirip cincin). Lesi annular lebih sering terjadi pada bagi rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan kolon asendens.
Tumor dapat menyebar melalui : 1. Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih (vesika urinaria). 2. Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon. 3. Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah balik ke sistem portal.
Gejala klinis kanker usus besar yang paling sering adalah perubahan pola defekas adanya perdarahan per anus, nyeri, anemia, anoreksia dan penurunan berat badan tanda dan gejala penyakit ini bervariasi sesuai dengan letak kanker, dan sering menjadi kanker yang mengenai bagian kanan dan kiri usus besar .
Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat (1197) diantaranya: 1. Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan dinding usus besar (lapisan mukosa). 2. Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah lapisan mukosa. 3. Pada stadium III sel kanker sudah menyebur ke sebagian kelenjar limfe yang banyak terdapat di sekitar usus.4. Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar limfe atau bahkan ke organ-organ lain.
Klasifikasi Klasifikai kanker kolon dapat ditentukan dengan sistem TNM (T = tumor, N = kelenjar getah bening regional, M =jarak metastese).
T Tumor primer TO Tidak ada tumor TI Invasi hingga mukosa atau sub mukosa T2 Invasi ke dinding otot T3 Tumor menembus dinding otot N Kelenjar limfa N0 tidak ada metastaseN1 Metastasis ke kelenjar regional unilateral N2 Metastasis ke kelenjar regional bilateral N3 Metastasis multipel ekstensif ke kelenjar regional
M Metastasis jauh MO Tidak ada metastasis jauh MI Ada metastasis jauh
Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu:1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap. 2. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung.3. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang
menyebabkan hemorragi. 4. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses. 5. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
Pencegahan Kanker Kolon. 1. Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar buang air besar dan menurunkan derajat keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan besi dalam usus besar.
2. Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu. 3. Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin. 4. Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus.
5. Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk buang air besar.
6. Hidup rileks dan kurangi stress.
C. Penatalaksanaan (Medis, Keperawatan, Diet) Penatalaksanaan Medis
1. Pengobatan. Bila sudah pasti ditemukan karsinoma kolorektal, maka kemungkinan pengobatannya adalah:
a. Pembedahan Reseksi. Satu-satunya pengobatan definitif adalah pembedahan reseksi dan biasanya diambil sebanyak mungkin dari kolon, batas minimal adalah 5 cm di sebelah distal dan proksimal dari tempat kanker. Untuk kanker di sekum dan kolon asendens biasanya dilakukan hemikolektomi kanan dan dibuat anastomosis ileo-transversal. Untuk kanker di kolon transversal dan di pleksura lienalis, dilakukan kolektomi subtotal dan dibuat anastomosis ileosigmoidektomi. Pada kanker di kolon desendens dan sigmoid dilakukan hemikolektomi kiri dan dibuat anastomosis kolorektal transversal. Untuk kanker di rektosigmoid dan rektum atas dilakukan rektosigmoidektomi dan dibuat anastomosis. Desenden kolorektal. Pada kanker di rektum bawah dilakukan proktokolektomi dan dibuat anastomosis kolorektal.
b. Kolostomi Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen.
Tujuan Pembuatan Kolostomi adalah. Untuk tindakan dekompresi usus pada kasus sumbatan / obstruksi usus. Sebagai anus setelah tindakan operasi yang membuang rektum karena adanya tumor atau penyakit lain. Untuk
membuang isi usus besar sebelum dilakukan tindakan operasi berikutnya untuk penyambungan kembali usus (sebagai stoma sementara).
Jenis-Jenis Kolostomi. 1. Jenis kolostomi berdasarkan sifatnya: a. Sementara
Indikasi untuk kolostomi sementara : 1). Hirschprung disease 2). Luka tusuk atau luka tembak 3). Atresia ani letak tinggi 4). Untuk mempertahankan kelangsungan anastomosis distal usus setelah tindakan operasi (mengistirahatkan usus). 5). Untuk memperbaiki fungsi usus dan kondisi umum sebelum dilakukan tindakan operasi anastomosis.
b. Permanen Indikasi untuk kolostomi permanen : Penyakit tumor ganas pada kolon yang tidak memungkinkan tindakan operasi reseksi-anastomosis usus.
2. Jenis kolostomi berdasarkan letaknya : Colostoy Asendens Colostomy
TransversalColostomi Desendens
Lokasi Colon Asendens Colon Tansversum Colon DesendensKonsistensi feses Cair atau lunak Lunak PadatIritasi kulit Mudah terjadi,
karena kontak dengan enzim pencernaan
Mungkin terjadi karena lembab terus menerus
Kadang terjadi
Komplikasi Striktur atau retraksi stoma
3. Jenis kolostomi berdasarkan tekhnik pembuatan : a. Single Barreled Colostomy b. Double Barreled Colostomy c. Loop Colostomy
Perawatan Pasca Operasi Kolostomi 1. Keseimbangan cairan dan elektrolit.
Asenden colostomy atau colostomy yang diikuti dengan reseksi mungkin faecesnya cair diperlukan menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Perawatan kulit. Jika ada iritasi kulit harus dikaji secara tepat guna sehingga tindakan yang diambil tepat.
Prinsip pencegahan kulit sekitar stoma : a. Pencegahan primer bertujuan untuk proteksi : Bersihkan dengan perlahan- lahan, gunakan skin barier, ganti segera kantong bila terjadi kebocoran / rembes atau penuh.
b. Pencegahan sekunder / penanganan kulit yang sudah terjadi kerusakan. Kulit dengan eritema : ganti kantong kolostomi setiap 24 jam, bersihkan ku1it dengan air hangat pakai kapas dan keringkan, gunakan kantong kolostomi yang tidak menimbulkan alergi ku1it yang erosi, sama dengan eritema tetapi setelah dibersihkan olesi daerah erosi dengan zalf misalnya zinksalf.
3. Diet. Dianjurkan mengkonsurnsi diet yang seimbang terutama dengan stoma permanen. Diet yang dikonsurnsi sifatnya individual asal tidak menyebabkan diare, konstipasi dan menimbu1kan gas.
4. Irigasi kolostomi bertujuan untuk: a. Mengeluarkan faeses, gas dan lendir/mukus yang memenuhi kolon. b. Membersihkan saluran pencernaan bagian bawah. c. Menetapkan suatu pengeluaran sehingga dapat melakukan aktivitas normal.
5. Membantu pasien stoma. a. Pertemuan grup b. Penyuluhan untuk pasien dan keluarga serta, support mental
c. RadioterapiSetelah dilakukan tindakan pembedahan perlu dipertimbangkan untuk melakukan radiasi dengan dosis adekuat. Memberikan radiasi isoniasi pada neoplasma. Karena pengaruh radiasi yang mematikan lebih besar pada sel-sel kanker yang sedang proliferasi, dan berdiferensiasi buruk, dibandingkan terhadap sel -sel normal yang berada di dekatnya, maka jaringan normal mungkin mengalami cidera da1am derajat yang dapat ditoleransi dan dapat diperbaiki, sedangkan sel-sel kanker dapat dimatikan, selanjutnya dilakukan kemoterapi.
d. KemoterapiKemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini sering dikombinasi dengan leukovorin yang dapat meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada yang memberikan 3 macam kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil penelitian, setelah dilakukan pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi.
Penatalaksanaan Keperawatan 1. Dukungan adaptasi dan kemandirian. 2. Meningkatkan kenyamanan. 3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal. 4. Mencegah komplikasi. 5. Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.
Penatalaksanaan Diet 1. Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel kanker.
2. Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari) 3. Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi terutama yang terdapat pada daging hewan.
4. Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.
5. Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan. 6. Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.
Prognosis pasien yang terkena kanker kolon lebih baik bila lesi masih terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat operasi; dan jauh lebih buruk bila telah terjadi penyebaran di luar usus (metastasis) ke kelenjar limfe, hepar. paru, dan organ-organ lain.
D. Pengkajian Pengkajian pada pasien dengan kanker kolon menurut Marilynn E. Doenges (1999) diperoleh data sebagai berikut sbb: Aktivitas/istirahat Pasien dengan kanker kolorektal biasanya merasakan tidak nyaman pada abdomen dengan keluhan nyeri, perasaan penuh, sehingga perlu dilakukan pengkajian terhadap pola istirahat dan tidur. Sirkulasi Gejala: Palpitasi, nyeri dada pada pergerakan kerja. Kebiasaan: perubahan pada tekanan darah. Integritas ego Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stress ( misalnya merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religius/ spiritual) Masalah tentang perubahan dalam penampilan misalnya, alopesia, lesi, cacat, pembedahan. Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak merasakan, rasa bersalah, kehilangan. Tanda : Kontrol, depresi. Menyangkal, menarik diri, marah.
Eliminasi Adanya perubahan fungsi kolon akan mempengaruhi perubahan pada defekasi pasien, konstipasi dan diare terjadi bergantian. Bagaimana kebiasaan di rumah yaitu: frekuensi, komposisi, jumlah, warna, dan cara pengeluarannya, apakah dengan bantuan alat atau tidak adakah keluhan yang menyertainya. Apakah kebiasaan di rumah sakit sama dengan di rumah. Pada pasien dengan kanker kolerektal dapat dilakukan pemeriksaan fisik dengan observasi adanya distensi abdomen, massa akibat timbunan faeces.Massa tumor di abdomen, pembesaran hepar akibat metastase, asites, pembesaran kelenjar inguinal, pembesaran kelenjar aksila dan supra klavikula, pengukuran tinggi badan dan berat badan, lingkar perut, dan colok dubur. Makanan/cairan Gejala: kebiasaan makan pasien di rumah dalam sehari, seberapa banyak dan komposisi setiap kali makan adakah pantangan terhadap suatu makanan, ada keluhan anoreksia, mual, perasaan penuh (begah), muntah, nyeri ulu hati sehingga menyebabkan berat badan menurun. Tanda: Perubahan pada kelembaban/turgor kulit; edema
Neurosensori
Gejala: Pusing; sinkope, karena pasien kurang beraktivitas, banyak tidur sehingga sirkulasi darah ke otak tidak lancar.
Nyeri/kenyamanan Gejala: Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit)
Pernapasan Gejala: Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seorang perokok).
Pemajanan asbes
Keamanan Gejala: Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen. Pemajanan matahari lama/berlehihan. Tanda: Demam.
Ruam ku1it, ulserasi
Seksualitas Gejala: Masalah seksual misalnya dampak pada hubungan peruhahan pada tingkat kepuasan. Multigravida lebih besar dari usia 30 tahun Multigravida, pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini, herpes genital.
Interaksi sosial Gejala: Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung
Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan, atau bantuan) Masalah tentang fungsi/ tanggungjawab peran penyuluhan/pembelajaran Gejala: Riwayat kanker pada keluarga misalnya ibu atau bibi dengan kanker payudara Sisi primer: penyakit primer, tangga ditemukan didiagnosis Penyakit metastatik: sisi tambahan yang terlibat; bila tidak ada, riwayat alamiah dari primer akan memberikan informasi penting untuk mencari metastatik. Riwayat pengobatan: pengobatan sebelumnya untuk tempat kanker dan pengobatan yang diberikan.
Pemeriksaan Penunjang. 1. Endoskopi. Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan, baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi. Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat dengan jelas pada endoskopi, dan untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan biopsi. 2. Radiologi. Pemeriksaan radiologi yang dapat dikerjakan antara lain adalah : foto dada dan foto kolon (barium enema). Pemeriksaan foto dada berguna selain untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker pada paru juga bisa digunakan untuk persiapan tindakan pembedahan. Pada foto kolon dapat dapat terlihat suatu filling defect pada suatu tempat atau suatu striktura. 3. Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi ada tidaknya metastasis kanker kelenjar getah bening di abdomen dan di hati. 4. Histopatologi/ Selain melakukan endoskopi sebaiknya dilakukan biopsi di beberapa tempat untuk pemeriksaan histopatologis guna menegakkan diagnosis. Gambaran histopatologi karsinoma kolorektal ialah adenokarsinoma, dan perlu ditentukan differensiasi sel.
5. Laboratorium. Tidak ada petanda yang khas untuk karsinoma kolorektal, walaupun demikian setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa Hb. Tumor marker (petanda tumor) yang biasa dipakai adalah CEA. Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml biasanya ditemukan karsinoma kolorektal yang sudah lanjut. Berdasarkan penelitian, CEA tidak bisa digunakan untuk mendeteksi secara dini karsinoma kolorektal, sebab ditemukan titer lebih dari 5 mg/ml hanya pada sepertiga kasus stadium III. Pasien dengan buang air besar lendir berdarah, perlu diperiksa tinjanya secara bakteriologis terhadap shigella dan juga amoeba.
6. Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound: Dilakukan untuk tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi respons pada pengobatan. 7. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk diagnostik banding dan menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui sum-sum tulang, kulit, organ dan sebagainya. 8. Jumlah darah lengkap dengan diferensial dan trombosit: Dapat menunjukkan anemia, perubahan pada sel darah merah dan sel darah putih: trombosit meningkat atau berkurang. 9. Sinar X dada: Menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.
E. Diagnosa Keperawatan. Diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data menurut Marilynn E. Doenges (1999), Brunner and Suddarth (2001), dan Lynda Juall Carpenito (1997).
1. Ansietas / ketakutan berhubungan dengan krisis situasi (kanker) 2. Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder akibat kanker usus besar.3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipometabolik berkenaan dengan kanker. 4. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurang masukan cairan 5. Keletihan berhubungan dengan perubahan kimia tubuh: efek samping obat- obatan, kemoterapi. 6. Risiko tinggi terhadap kerusakan kulit / jaringan berhubungan dengan insisis bedah, pembentukan stoma dan kontaminasi.
7. Risiko tinggi terhadap konstipasi / diare berhubungan dengan karsinoma kolon.
F. Perencanaan 1. Diagnosa Keperawatan 1 : Ansietas/ ketakutan berhubungan dengan krisis
situasi (kanker) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan ansietas dapat berkurang atau dapat dikontrol Kriteria Evaluasi : (1) Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut, (2) Dapat mengungkapkan rasa takutnya, (3) Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang, ( 4) Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif, ( 5) Dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
Intervensi : 1. Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan. 2. Berikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman. 3. Pertahankan kontak sering dengan pasien.4. Bantu pasien/ orang terdekat dalam mengenali rasa takut
5. Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan tenang
2. Diagnosa Keperawatan 2 : Nyeri (akut) berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan kulit sekunder terhadap tindakan pembedahan.Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat melaporkan penghilangan nyeri maksimal/kontrol dengan pengaruh minimal Kriteria Evaluasi: (1) Mengungkapkan nyeri hilang atau berkurang secara bertahap, (2) Mengungkapkan rasa nyerinya, (3) Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan, (4) Mendemonstrasikan ketrampilan relaksasi, (5) Dapat melakukan tekhnik relaksasi nafas dalam jika nyeri timbul dan tekhnik pengalihan lainnya.
Intervensi1. Tentukan riwayat nyeri, misalnya lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas, serta tindakan penghilang yang dilakukan.
2. Berikan tindakan kenyamanan dasar dan aktivitas hiburan. 3. Dorong ketrampilan manajemen nyeri misalnya teknik relaksasi napas dalam (dengan cara tarik nafas melalui hidung tahan sampai hitungan sepuluh lalu hembuskan pelan -pelan melalui mulut sambil dirasakan), tertawa, musik, dan sentuhan terapetik.
4. Evaluasi penghilangan nyeri/ kontrol.
3. Diagnosa Keperawatan 3 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan kanker . Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat mendemonstrasikan berat badan stabil. Kriteria Evaluasi: (1) Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat, (2) Berpartisipasi dalam intervensi spesifik, (3) Menunjukkan peningkatan berat badan secara bertahap, ( 4) Tidak menunjukkan gejala mual dan muntah.
Intervensi : 1. Pantau masukan setiap hari. 2. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
3. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori dan kaya nutrien dengan masukan cairan adekuat.
4. Dorong pasien untuk makan dengan porsi kecil tetapi sering. 5. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan. 6. Identifikasi pasien yang mengalami mual/muntah yang diantisipasi.
4. Diagnosa Keperawatan 4 : Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurang adekuatnya masukan cairan. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kekurangan volume cairan tidak terjadi. Kriteria Evaluasi: (1) Menunjukkan keseimbangan adekuat dibuktikan oleh tanda-tanda vital stabil, membran mukosa lembab. turgor kulit baik, (2) TTV dalam batas normal : TD 120/80 mmHg N 80-88 x/mnt RR 16-24 x/mnt S 36-37oC. (3) intake dan out put seimbang.
Intervensi :
1. Pantau masukan dan keluaran dan berat jenis.2. Timbang berat badan sesuai indikasi 3. Pantau TTV 4. Dorong peningkatan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi individu. 5. Kaji turgor kulit dan membran mukosa
5. Diagnosa Keperawatan 5: Keletihan berhubungan dengan perubahan kimia A tubuh: efek samping obat-obatan, kemoterapi. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat melaporkan perbaikan rasa berenergi.Kriteria Evaluasi: ( 1) Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan pada tingkat kemampuan, (2) Melakukan aktivitas secara bertahap, (3) Kebutuhan nutrisi terpenuhi. Intervensi :
1. Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat. 2. Buat tujuan aktivitas realistis dengan pasien. 3. Dorong pasien untuk melakukan apa saja bila mungkin. 4. Pantau respons fisiologis terhadap aktivitas5. Dorong masukan nutrisi.
6. Diagnosa keperawatan 6 : Risiko tinggi terhadap kerusakan kulit/jaringan berhubungan dengan penurunan imunologisTujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat mengidentifikasi pelaksanaan yang tepat untuk kondisi khusus.Kriteria Evaluasi: (1) Berpartisipasi dalam teknik untuk mencegah komplikasi/meningkatkan penyembuhan cepat, (2) Tidak terdapat tanda-tanda kerusakan integritas kulit.
Interverensi :1. Kaji keadaan kulit dengan sering terhadap efek samping terapi kanker.2. Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan.3. Dorong pasien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit yang kering.4. Baliklah/ubah posisi dengan sering.5. Anjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun, salep, dan bedak kecuali diizinkan
dokter.
7. Diagnosa Keperawatan 7 : Risiko tinggi terhadap konstipasi/diare berhubungan dengan karsinoma kolon.Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat mempertahankan konsistensi/pola defekasi umum.Kriteria Evaluasi : (1) Mengungkapkan pemahaman tentang faktor dan intervensi/solusi yang tepat berkenaan dengan situasi individu, (2) BAB dalam batas normal 1-2 x/hari, (3) Menghindari makanan yang dilarang misalnya tinggi lemak, tinggi protein dan rendah seratInterverensi :
1. Pastikan kebiasaan eliminasi umum.2. Kaji bising usus dan pantau gerakan usus termasuk frekuensi dan konsistensi.3. Pantau masukan dan keluaran serta berat badan.
4. Dorong masukan adekuat, berikan makanan sedikit tapi sering dengan makanan rendah serat.
5. Pastikan diet yang tepat; hindari makanan tinggi lemak.
G. PelaksanaanPekasanaan atau tindakan keperawatan yang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Pelaksanaan merupakan rencana tindakan yang telah dilakukan, dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal. Pelaksanaan mencakup: melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktifitas kehidupan sehari-hari, memberikan arahan perawatan untuk mencapai tujuan yang berpusat pada pasien, menyelia dan mengevaluasi kerja anggota staf, dan mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan pasien yang berkelanjutan. Komponen pelaksanaan dari proses keperawatan klien dengan Ca Kolon:Untuk Diagnosa Keparawatan Pelaksanaannya adalah : Mendorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan, memberikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman, mempertahankan kontak sering dengan pasien, membantu pasien/orng yang terdekat mengenali rasa takut, meningkatkan rasa tenang dan lingkungan yang tenang. Diagnosa Keperawatan Pelaksanaannya adalah : Menentukan riwayat nyeri, misalnya lokasi nyeri, frekuensi, durai, dan intensitas, serta tindakan yang dilakukan, mendorong keterampilan manajemen nyeri misalnya tehnik relaksasi nafas dalam (dengan cara tarik nafas melelui hidung tahan sampai hitungan sepuluh lalu hembuskan pelan-pelan melalui mulut sambil dirasakan), tertawa, musik dan sentuhan terampik, evaluasi penghilangan nyeri/kontrol. Diagnosa Keperawatan Pelaksanaannya adalah : Memantau masukkan setiap hari, menimbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi, mendorong pasien untuk makan diet tinggi kalori dan kaya nutrien dengan masukkan cairan adekuat, mendorong pasien untuk makan dengan porsi kecil tapi sering, menciptakan suasana makan yang menyenangkan, mengidentifikasi pasien yang mengalami mual/muntah yang diantisipasi.Diagnosa Keperawatan Pelaksanaannya adalah : Memantau masukkan dan keluaran berat jenis, menimbang berat badan sesuai indikasi, memantau TTV, mendorong peningkatan masukkan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi individu, mengkaji turgor kulit dan membran mukosa.
Diagnosa Keperwatan Pelaksanaannya adalah : Merencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat, membuat tujuan aktivitas realistis dengan pasien, mendorong pasien untuk melekukan apasaja bila mungkin, memantau respon fisiologis terhadap aktivitas, mendorong masukan nutrisi.Diagnosa Keperwatan Pelaskanaannya adalah: Mengkaji kulit dengan sering terhadap efek samping terapi kanker, memandikan dengan air hangat dan sabun ringan, mendorong pasien untuk menghindari, menggaruk dan menepuk kulit yang kering, merubah posisi dengan sering, menganjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun, salep dan bedak kecuali diijinkan dokter. Diagnosa Keperwatan
Pelaksanaannya : adalah memastikan kebiasaan eliminasi umum, mengkaji bising usus dan pantau gerakan usus termasuk frekuensi dan konsistensi, memantau masukan dan keluaran serta berat badan, mendorong masukan adekuat, berikan makanan sedikit tapi sering dengan makanan rendah sisa, memastikan diet yang tepat, hindari makanan tinggi lemak.
H. EvaluasiEvaluasi adalah proses penilaian tujuan serta pengkajian ulang rencana keperawatan. Evaluasi juga merupakan proses yang mengukur seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai berdasarkan standar / kriteria yang telah ditetapkan. Selama evaluasi perawat kearah terbaik untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Perawat harus menyadari bahwa evaluasi adalah dinamis dan berubah terus, bergantung pada diagnosa keperawatan dan kondisi pasien.
Prinsip evaluasi diantarnya adalah obyektifitas : mengukur keadaan yang sebenarnya, dimana keputusannya sama dengan keputusan orang banyak. Realibilitas : ketepatan, hasil ukuran yang diperoleh bila diulang oleh orang lain hasil itu tetap sama. Validitas : mengukur dengan tepat, mengukur apa yang akan diukur sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan menggunakan kriteria pengukur yang tepat.Evaluasi terhadap tindakan diagnosa keperawatan : Ansietas/ketakutan berhubungan dengan krisis situasi (kanker)Kriteria evaluasi : (1) Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut, (2) Dapat mengungkapkan rasa takutnya, (3) Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang, (4) Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif, (5) Dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
Evaluasi terhadap tindakan diagnosa keperawatan nyeri (akut) berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan skunder terhadap tindakan pembedahan. Kriteria evaluasi: (1) Mengungkapkan nyeri hilang atau berkurang secara bertahap, (2) Mengungkapkan rasa nyerinya, (3) Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan, (4) Mendemonstrasikan ketrampilan relaksasi, (5) Dapat melakukan tekhnik relaksasi nafas dalam jika nyeri timbul dan tekhnik pengalihan lainnya.
Evaluasi terhadap tindakan diagnosa keperawatan: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan kanker.Kriteria evaluasi: (1) Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat, (2) Berpartisipasi dalam intervensi spesifik, (3) Menunjukkan peningkatan berat badan secara bertahap, ( 4) Tidak menunjukkan gejala mual dan muntah.
Evaluasi terhadap tindakan diagnosa keperawatan: Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurang masukan cairan. Kriteria evaluasi: (1) Menunjukkan keseimbangan adekuat dibuktikan oleh tanda-tanda vital stabil, membran mukosa lembab. turgor kulit baik, (2) TTV dalam batas normal : TD 120/80 mmHg N 80-88 x/mnt RR 16-24 x/mnt S 36-37oC. (3) intake dan out put seimbang.
Evaluasi terhadap tindakan diagnosa keparawatan: Keletihan berhubungan dengan perubahan kimia A tubuh: efek samping obat-obatan, kemoterapi. Kriteria evaluasi: (1) Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan pada tingkat kemampuan, (2) Melakukan aktivitas secara bertahap, (3) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Evaluasi terhadap tindakan diagnosa keperawatan: Risiko tinggi terhadap kerusakan kulit/jaringan berhubungan dengan penurunan imunologisKriteria evaluasi: (1) Berpartisipasi dalam teknik untuk mencegah komplikasi/meningkatkan penyembuhan cepat, (2) Tidak terdapat tanda-tanda kerusakan integritas kulit.
Diagnosa Keperawatan 7 : Risiko tinggi terhadap konstipasi/diare berhubungan dengan karsinoma kolon.Kriteria evaluasi: (1) Mengungkapkan pemahaman tentang faktor dan intervensi/solusi yang tepat berkenaan dengan situasi individu, (2) BAB dalam batas normal 1-2 x/hari, (3) Menghindari makanan yang dilarang misalnya tinggi lemak, tinggi protein dan rendah serat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Neoplasma / Kanker adalah pertumbuhan baru (atau tumor) massa yang tidak normal akibat
proliferasi sel-sel yang beradaptasi tanpa memiliki keuntungan dan tujuan. Neoplasma terbagi atas jinak
atau ganas. Neoplasma ganas disebut juga sebagai kanker (cancer). (SylviaA Price, 2005).
Karsinoma atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh lambat yang paling sering ditemukan
daerah kolon terutama pada sekum, desendens bawah, dan kolon sigmoid. Prognosa optimistik; tanda
dan gejala awal biasanya tidak ada. (Susan Martin Tucker, 1998).
Kanker kolorektal adalah tumbuhnya sel-sel ganas dalam tubuh di dalam permukaan usus besar
atau rektum. Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas biasa
disebut adenoma yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat).
(www.republika.co.id).
Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan kanker kolon adalah tumbunhya sel-sel
ganas di permukaan dalam usus besar (kolon) atau rektum. Lokasi tersering timbulnya kanker kolon
adalah di bagian sekum, asendens, dan kolon sigmoid, salah satu penatalaksanaannya adalah dengan
membuat kolostomi untuk mengeluarkan produksi faeces. Kanker colon adalah penyebab kedua
kematian di Amerika Serikat setelah kanker paru-paru ( ACS 1998 )
Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui sampai tingkat
yang lebih parah.Pembedahan adalah satu-satunya cara untuk mengubah kanker Colon.
2.2 Etiologi
Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan pengurangan waktu peredaran pada
usus besar (Aliran depan feces) yang meliputi faktor kausatif. Petunjuk pencegahan yang tepat
dianjurkan oleh Amerika Cancer Society, The National Cancer Institute, dan organisasi kanker lainnya.
Faktor resiko telah teridentifikasi. Faktor resiko untuk kanker kolon :
- Usia lebih dari 40 tahun
- Darah dalam feses
- Riwayat polip rektal atau polip kolon
- Adanya polip adematosa atau adenoma villus
- Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga
- Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
- Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.
Makanan-makanan yang pasti di jurigai mengandung zat-zat kimia yang menyebabkan kanker
pada usus besar ( Tabel 56-1 ). Makanan tersebut juga mengurangi waktu peredaran pada perut,yang
mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker. Makanan yang tinggi lemak terutama lemak
hewan dari daging merah,menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya
kanker didalam usus besar. Daging yang di goreng dan di panggang juga dapat berisi zat-zat kimia yang
menyebabkan kanker. Diet dengan karbohidrat murni yang mengandung serat dalam jumlah yang
banyak dapat mengurangi waktu peredaran dalam usus besar. Beberapa kelompok menyarankan diet
yang mengadung sedikit lemak hewan dan tinggi sayuran dan buah-buahan ( e.g Mormons,seventh Day
Adventists ).
Makanan yang harus dihindari :
- Daging merah
- Lemak hewan
- Makanan berlemak
- Daging dan ikan goreng atau panggang
- Karbohidrat yang disaring(example:sari yang disaring)
- Makanan yang harus dikonsumsi:
- Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan kubis ( seperti
brokoli,brussels sprouts )
- Butir padi yang utuh
- Cairan yang cukup terutama air
Karena sebagian besar tumor Colon menghasilkan adenoma,faktor utama yang membahayakan
terhadap kanker Colon menyebabkan adenoma. Ada tiga type adenoma Colon : tubular,villous dan
tubulo villous ( akan di bahas pada polips ).Meskipun hampir besar kanker Colon berasal dari
adenoma,hanya 5% dari semua adenoma Colon menjadi manigna,villous adenoma mempunyai potensial
tinggi untuk menjadi manigna.
Faktor yang menyebabkan adanya adenoma benigna atau manigna tumor tidak diketahui poliposis yang
bergerombol bersifat herediter yang tersebar pada gen autosom dominan. Ini di karakteristikkan pada
permulaan adematus polip pada colon dan rektum. Resiko dari kanker pada tempat femiliar poliposis
mendekati 100 % dari orang yang berusia 20 – 30 tahun.
Orang-orang yang telah mempunyai ucerative colitis atau penyakit Crohn’s juga mempunyai resiko
terhadap kanker Colon. Penambahan resiko pada permulaan usia muda dan tingkat yang lebih tinggi
terhadap keterlibatan colon. Resiko dari kanker Colon akan menjadi 2/3 kali lebih besar jika anggota
keluarga menderita penyakit tersebut.
2.3 Manifestasi Klinis
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat
kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan defekasi. Pasase darah dalam
feses gejala paling umum kedua. Gejala dapat juga anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksi,
atau penurunan berat badan dan keletihan. Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan
adalah nyeri dangkal abdomen dan melena (feses hitam, seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan
dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram,
penipisan feses, konstipasi dan distensi) serta adanya darah merah segar dalam feses. Gejala yang
dihubungakan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi
dan diare bergantian, serta feses berdarah.
2.4 Patofisiologi
Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun makanan merupakan
faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu berkorelasi dengan faktor makanan yang
mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar serat yang rendah, serta adanya interaksi antara
bakteri di dalam usus besar dengan asam empedu dan makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh
minuman yang beralkohol, khususnya bir.
Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologis (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan
epitel dalam usus = endotel). Munculnya tumor biasanya dimulai sebagai polip jinak, yang kemudian
dapat menjadi ganas dan menyusup, serta merusak; jaringan normal dan meluas ke dalam struktur
sekitarnya. Tumor dapat berupa masa polipoid, besar, tumbuh ke dalam lumen, dan dengan cepat
meluas ke sekitar usus sebagai striktura annular (mirip cincin). Lesi annular lebih sering terjadi pada bagi
rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan kolon asendens.
Tumor dapat menyebar melalui :
1. Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
2. Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.
3. Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah balik ke sistem portal.
Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat (1197) diantaranya:
1. Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan dinding usus besar (lapisan
mukosa).
2. Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah lapisan mukosa.
3. Pada stadium III sel kanker sudah menyebar ke sebagian kelenjar limfe yang banyak terdapat di sekitar
usus.
4. Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar limfe atau bahkan ke organ-
organ lain.
2.5 Klasifikasi
Klasifikai kanker kolon dapat ditentukan dengan sistem TNM (T = tumor, N = kelenjar getah
bening regional, M =jarak metastese).
T Tumor primer
TO Tidak ada tumor
TI Invasi hingga mukosa atau sub mukosa
T2 Invasi ke dinding otot
T3 Tumor menembus dinding otot
N Kelenjar limfa
N0 tidak ada metastase
N1 Metastasis ke kelenjar regional unilateral
N2 Metastasis ke kelenjar regional bilateral
N3 Metastasis multipel ekstensif ke kelenjar regional
M Metastasis jauh
MO Tidak ada metastasis jauh
MI Ada metastasis jauh
Karsinoma Colon sebagian besar menghasilkan adenomatus polip. Biasanya tumor ini tumbuh
tidak terditeksi sampai gejala-gejala muncul secara berlahan dan tampak membahayakan. Penyakit ini
menyebar dalam beberapa metode. Tumor mungkin menyebar dalam tempat tertentu pada lapisan
dalam di perut,mencapai serosa dan mesenterik fat. Kemudian tumor mulai melekat pada organ yang
ada disekitarnya,kemudian meluas kedalam lumen pada usus besar atau menyebar ke limpa atau pada
sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi ini langsung masuk dari tumor utama melewati pembuluh darah pada
usus besar melalui limpa,setelah sel tumor masuk pada sistem sirkulasi,biasanya sel bergerak menuju
liver. Tempat yang kedua adalah tempat yang jauh kemudian metastase ke paru-paru.
Tempat metastase yang lain termasuk:
- Kelenjar Adrenalin
- Ginjal
- Kulit
- Tulang
- Otak
Penambahan untuk infeksi secara langsung dan menyebar melalui limpa dan sistem
sirkulasi,tumor colon juga dapat menyebar pada bagian peritonial sebelum pembedahan tumor belum
dilakukan. Penyebaran terjadi ketika tumor dihilangkan dan sel kanker dari tumor pecah menuju ke
rongga peritonial.
2.6 Komplikasi
Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu:
1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
2. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung.
3. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan
hemorragi.
4. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
5. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
6. Pembentukan abses
Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina. Biasanya tumor menyerang pembuluh
darah dan sekitarnya yang menyebabkan pendarahan. Tumor tumbuh kedalam usus besar dan secara
berangsur-angsur membantu usus besar dan pada akirnya tidak bisa sama sekali. Perluasan tumor
melebihi perut dan mungkin menekan pada organ yang berada disekitanya ( Uterus, urinary bladder,dan
ureter ) dan penyebab gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker.
2.7 Pencegahan
Pencegahan Kanker Kolon.
1. Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar buang air besar dan menurunkan derajat keasaman,
kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan besi dalam usus besar.
2. Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu.
3. Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin.
4. Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus.
5. Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk buang air besar.
6. Hidup rileks dan kurangi stress.
2.8 Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan medis
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan nasogastrik.
Apabila terjadi perdarahan yang cukup bermakna terapi komponen darah dapat diberikan.
Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung atau terapi ajufan.
Terapi ajufan biasanya diberikan selain pengobatan bedah. Pilihan mencakup kemoterapi, terapi radiasi
dan atau imunoterapi.
Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini sering dikombinasi dengan
leukovorin yang dapat meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada yang memberikan 3 macam
kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil penelitian, setelah dilakukan pembedahan
sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi
b) Penatalaksanaan bedah
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan rektal, pembedahan
dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengan
kolonoskop. Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi merupakan suatu prosedur yang baru
dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus. Laparoskop digunakan
sebagai pedoman dalam membuat keputusan dikolon, massa tumor kemudian di eksisi. Reseksi usus
diindikasikan untuk kebanyakan lesi kelas A dan semua kelas B serta lesi C. Pembedahan kadang
dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon kelas D. Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah paliatif.
Apabila tumor sudah menyebar dan mencakup struktur vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan. Tipe
pembedahan tergantung dari lokasi dan ukuran tumor.
Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut.
- Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada sisi pertumbuhan,
pembuluh darah dan nodus limfatik)
- Reseksi abominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan tumor dan porsi sigmoid
dan semua rektum serta sfingter anal)
- Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta reanastomosis lanjut dari
kolostomi
- Kolostomi permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak dapat direseksi)
c) Difersi vekal untuk kanker kolon dan rektum
Berkenaan dengan tehnik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi dilakukan pada kurang dari
sepertiga pasien kanker kolorektal. Kolostomi adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara
bedah. Stoma ini dapat berfungsi sebagai difersi sementara atau permanen. Ini memungkinkan drainase
atau evakuasi isi kolon keluar tubuh. Konsistensi drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi
yang ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya invasi pada jaringan sekitar.
d) Penatalaksanaan Keperawatan
1. Dukungan adaptasi dan kemandirian.
2. Meningkatkan kenyamanan.
3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
4. Mencegah komplikasi.
5. Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.
e) Penatalaksanaan Diet
1. Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat dapat melancarkan
pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna
di usus, karena kotoran yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel
kanker.
2. Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)
3. Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi terutama yang terdapat
pada daging hewan.
4. Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut dapat memicu sel
karsinogen / sel kanker.
5. Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
6. Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.
2.9 Pemeriksaan penunjang
1. Endoskopi. Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan, baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.
Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat dengan jelas pada endoskopi, dan untuk
menegakkan diagnosis perlu dilakukan biopsi.
2. Radiologi. Pemeriksaan radiologi yang dapat dikerjakan antara lain adalah : foto dada dan foto kolon
(barium enema).
Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat memperjelas keadaan tumor dan
mengidentifikasikan letaknya. Tes ini mungkin menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut,
dimana terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak
teridentifikasi dengan tes ini. Enema barium secara umum dilakukan setelah sigmoidoscopy dan
colonoscopy.
Computer Tomografi (CT) membantu memperjelas adanya massa dan luas dari penyakit. Chest X-ray dan
liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang sudah metastasis.
Pemeriksaan foto dada berguna selain untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker pada paru juga bisa
digunakan untuk persiapan tindakan pembedahan. Pada foto kolon dapat dapat terlihat suatu filling
defect pada suatu tempat atau suatu striktura.
3. Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi ada tidaknya metastasis kanker
kelenjar getah bening di abdomen dan di hati.
4. Histopatologi/ Selain melakukan endoskopi sebaiknya dilakukan biopsi di beberapa tempat untuk
pemeriksaan histopatologis guna menegakkan diagnosis. Gambaran histopatologi karsinoma kolorektal
ialah adenokarsinoma, dan perlu ditentukan differensiasi sel.
5. Laboratorium. Tidak ada petanda yang khas untuk karsinoma kolorektal, walaupun demikian setiap
pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa Hb. Tumor marker (petanda tumor) yang biasa
dipakai adalah CEA. Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml biasanya ditemukan karsinoma kolorektal yang sudah
lanjut. Berdasarkan penelitian, CEA tidak bisa digunakan untuk mendeteksi secara dini karsinoma
kolorektal, sebab ditemukan titer lebih dari 5 mg/ml hanya pada sepertiga kasus stadium III. Pasien
dengan buang air besar lendir berdarah, perlu diperiksa tinjanya secara bakteriologis terhadap shigella
dan juga amoeba.
6. Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound: Dilakukan untuk tujuan diagnostik, identifikasi
metastatik, dan evaluasi respons pada pengobatan.
7. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk diagnostik banding dan menggambarkan pengobatan
dan dapat dilakukan melalui sum-sum tulang, kulit, organ dan sebagainya.
8. Jumlah darah lengkap dengan diferensial dan trombosit: Dapat menunjukkan anemia, perubahan pada
sel darah merah dan sel darah putih: trombosit meningkat atau berkurang.
9. Sinar X dada: Menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KANKER KOLON
3.1 Pengkajian
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Biodata :
Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 35 th
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : PNS
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Kalirejo, Lampung Tengah
Tanggal Masuk RS : Sabtu, 05 Mei 2012
Diagnosa Medis : Ca. Colon
2. Keluhan utama :
Nyeri hebat pada bagian perut
3. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien masuk ke Rumah Sakit tanggal 5 Mei 2012 akibat mengalami penyakit Ca. Colon. Klien datang ke
RSUD Pringsewu diantar oleh keluarganya melalui IGD, pada tanggal 5 Mei 2012, dengan keluhan nyeri
pada abdomen, kram perut, pola defekasi bermasalah, sering sembelit, feses berwarna kehitaman dan
kadang disertai darah merah segar, tidak nafsu makan, penurunan berat badan, dan cepat letih.
b. Riwayat Penyakit Dahulu :
Klien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap makanan atau obat-obatan, hanya saja tidak terlalu
suka sayuran. + 4 tahun yang lalu klien pernah terkena penyakit thypoid sampai diopname. Klien pernah
mengalami kecelakaan motor namun tidak fatal. Keluarga klien mengatakan bahwa klien hampir setiap
hari mengkonsumsi daging hewan, jarang makan sayur, dan klien mempunyai riwayat peminum /
alkoholic.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien menjelaskan anggota keluarganya tidak ada yang menderita penyakit keturunan yang
umumnya menyerang, seperti DM, Asma, Hipertensi.
GENOGRAM
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Garis Pernikahan
= Garis Keturunan
= Klien
4. Basic Promoting physiology of Health
1. Aktifitas dan latihan
Pekerjaan Tn. A yaitu seorang PNS dan waktu luangnya diisi dengan beristirahat di rumah dan
berkumpul bersama keluarga. Klien jarang berolahraga. Saat sakit, klien hanya bisa berbaring di tempat
tidur, aktifitas terbatas, dan klien dibantu oleh keluarganya.
2. Tidur dan istirahat
Sebelum sakit lama tidur klien 7-8 jam/hari, hanya dipergunakan untuk tidur malam karena klien jarang
sekali tidur siang dan tidak ada gangguan dalam tidur. Saat sakit lama tidur klien hanya 5 jam dengan
tidur siang selama 1 jam. Klien kadang-kadang kesulitan tidur di rumah sakit karena nyeri yang dialami
klien, klien tampak lemah.
3. Kenyamanan dan nyeri
Klien merasakan nyeri pada perutnya dalam 2 bulan belakangan ini. Nyeri akan lebih terasa menyakitkan
jika beraktifitas dan saat defekasi, dan akan berkurang saat klien beristirahat. Region nyeri yaitu pada
abdomen bagian bawah (dessendens bawah). Skala nyeri klien 8, raut muka klien tampak menahan
nyeri.
4. Nutrisi
Sebelum sakit, frekuensi makan Tn. A tidak teratur dikarenakan kesibukan jam kerja yang
mengakibatkan sering telat makan. Berat badan klien 68 kg. Berat badan dalam 2 bulan terakhir turun
drastis menjadi 57 kg. Jenis makanan yang paling sering dikonsumsi klien yaitu daging hewan dan
makanan cepat saji (sate & gulai). Klien tidak suka sayuran, dan tidak memiliki pantangan terhadap
makanan apapun. Klien tidak pernah mengalami operasi gastrointestinal. Saat sakit, klien hanya
mengkonsumsi nasi lembek, sayuran hijau, buah tapi jarang habis karena klien mual, tidak nafsu makan,
& klien tidak makan yang pedas & berminyak. Diet di rumah sakit adalah diet rendah lemak hewani dan
tinggi serat. Kebutuhan pemenuhan nutrisi dibantu oleh keluarganya.
5. Cairan, elektrolit, dan asam basa
Sebelum sakit frekuensi minum klien 7-8 gelas/hari. Saat sakit, frekuensi minum klien + 2-3 gelas/hari.
Turgor kulit tidak elastis. Klien mendapat support IV Line jenis RL 20 tetes/menit
6. Oksigenasi
Klien tidak mengalami sesak, tidak ada keluhan saat bernafas, irama teratur, klien tidak batuk, klien tidak
merokok, klien tidak terpasang oksigen.
7. Eliminasi fekal/bowel
Frekuensi BAB klien sebelum sakit 1x sehari di pagi hari. Feses berwani kuning, konsistensi padat, berbau
khas, warna kuning kecoklatan, dan tidak ada keluhan.
Saat sakit, klien kesulitan BAB, mengalami sembelit, baru 1x selama dirawat di RS, feses berwarna
kehitaman, konsistensi keras, kadang disertai darah merah segar, berbau anyir.
8. Eliminasi urin
Frekuensi BAK klien 2x sehari. Klien tidak mengalami perubahan pola berkemih. Klien tidak
menggunakan kateter, kebutuhan pemenuhan ADL dengan bantuan keluarga.
9. Sensori, persepsi, dan kognitif
Klien tidak memiliki gangguan dan riwayat penyakit yang menyangkut sensori, persepsi, dan kognitif
5. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a. Keadaan Umum
Kesadaran klien composmentis, Vital Sign TD 110/90 mmHg, Nadi 70x/menit, irama reguler kekuatan
sedang, Respirasi 26x/menit, irama regular, Suhu 36,50 C
b. Kepala : kulit kepala normal, tidak ada hematoma, lesi atau kotor. Rambut mudah patah saat dicabut,
hitam tanpa uban, dan bersih.
Mata : mata klien secara umum normal, bentuk simetris, konjungtiva tampak anemis, sklera tidak
ikterik, pupil dapat merespon terhadap cahaya, palpebra normal, tidak ada oedema. Lensa mata normal,
jernih, visus mata kanan dan kiri normal. Tampak garis kehitaman pada kelopak mata klien bagian
bawah.
Hidung : Hidung klien simetris, tidak ada septum deviasi, polip, epistaksis, gangguan indera pencium,
atau secret.
Mulut : Mulut klien normal, dimana gigi klien normal, tidak ada lubang, dan tidak ada gigi palsu. Bibir
klien kering, tidak stomatitis, dan tidak sianosis. Gusi klien berwarna merah, lidah klien tampak kotor.
Telinga : telinga klien simetris, bersih, dan tidak ada gangguan pendengaran.
Leher : leher klien normal, tidak ada pembesaran thyroid, tidak ada kaku kuduk, tidak ada hematoma,
tida ada lesi.
Tenggorokan klien normal, tidak ada nyeri tekan, tidak hipremis, dan tidak ada pembesaran tonsil.
c. Dada : bentuk dada klien normal
Pulmo : Inspeksi : pengembangan dada simetris. Palpasi : Fremitus taktil kanan sama dengan kiri. Perkusi
: pulmo kanan dan kiri sonor. Auskultasi : vesikuler pada pulmo kanan dan kiri
Cor : Inspeksi: ictus cordis tidak nampak. Palpasi : Ictus cordis teraba pada mid clavicula sic 5, Perkusi :
menunjukkan batas jantung normal.
Auskultasi : Bunyi jantung I (SI) di ruang intercosta V sebelah kiri, Bunyi jantung II (SII) di ruang intercosta
II sebelah kanan, Bunyi jantung III (SIII) tidak ada, murmur tidak ada.
d. Abdomen : inspeksi : bentuk agak cembung. Palpasi : adanya nyeri tekan pada perut bawah.
Auskultasi : peristaltik permenit.
e. Genetalia : Laki-laki : normal, tidak ada perdarahan.
f. Rektum : Normal, tidak ada hemoroid, tidak ada prolaps, dan tidak ada tumor.
g. Ekstremitas :
- atas : Kekuatan otot ka/ki : 6/6, ROM ka/ki : aktif/aktif
- bawah : kekuatan otot ka/ki: 6/6, ROM ka/ki : aktif/aktif
Psiko sosio budaya dan spiritual :
Psikologis :
Perasaan klien setelah mengalami masalah ini adalah gelisah. Cara mengatasi gelisahnya klien dihibur
keluarga. Dukungan yang diberikan oleh keluarga sangat baik, keluarga memberikan semangat kepada
klien agar klien selalu berdo’a supaya cepat sembuh.
Rencana klien setelah masalah terselesaikan adalah istirahat di rumah. Klien juga mengatakan sedikit
cemas dengan penyakitnya. Klien takut akan perubahan status kesehatannya.
Sosial :
Aktivitas atau peran di masyarakat adalah sebagai anggota RT 5 Kalirejo. Kebiasaan lingkungan yang
tidak disukai adalah lingkungan yang kotor. Cara mengatasinya dengan melakukan kegiatan kerja bakti.
Budaya :
Budaya yang diikuti klien adalah budaya jawa. Kebudayaan yang dianut tidak merugikan kesehatannya.
Spiritual :
Aktivitas ibadah sehari-hari sholat 5 waktu. Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan adalah yasinan.
Keyakinan klien tentang masalah kesehatan yang sekarang sedang dialami : klien yakin akan dirinya pasti
sembuh.
6. Pemeriksaan Penunjang
Tes Diagnostik : (05 Mei 2012)
Hematologi Hasil Nilai Normal Interpretasi
Hb 11,5 12-18 g/dL Turun
Ht/PVC 42 40-52% Normal
Leukosit 7.000 4.000-10.000 /uL Normal
Trombosit 253.000 150.000-450.000 /uL Normal
Masa protrombin 13.0 11.0-17.0 detik Normal
Radiologi :
Foto colon ( Barium Enema)
Colonoscopy
7. Terapi Medis
Bed rest
IVFD RL 20 tetes/menit
Th/oral :
Th/inj :
Kemoterapi
Leukovorin
5-FU, Levamisol, Leuvocorin
Pembedahan / Laparaskop
3.2 Proses Keperawatan
ANALISA DATA
Nama Klien : Tn. A No. Register : 123
Umur : 35 tahun Diagnosa Medis : Ca. Colon
Ruang Rawat : Paviliun Asri 3 Alamat : Kalirejo
TGL/JAM DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI
05/05/12
08.00 WIB
DS :
Klien mengatakan perutnya
sangat sakit bagian bawah
Klien mengatakan perutnya
bertambah sakit saat bergerak
Klien mengatakan nyeri hilang
timbul
DO :
Klien tampak meringis kesakitan
Klien tampak gelisah
Skala nyeri klien 8
Klien tampak tidak nyaman
dengan perutnya
Nyeri akut Obstruksi tumor pada
usus dengan
kemungkinan
menekan organ yang
lain
06/05/12
13.00 WIB
DS :
- Klien mengatakan nyeri pada
Nyeri akut Agen cedera fisik (insisi
pembedahan)
daerah yang di insisi
- Klien mengatakan tubuhnya
masih lemah
DDO :
- Klien tampak lemah
- Klien tampak menahan nyeri
- Ekspresi wajah klien cemberut
- Tampak kemerahan pada daerah
bekas operasi
06/05/12
13.30 WIB
DS :
- Klien mengatakan gatal pada
daerah yang di insisi
- Keluarga klien mengatakan
badan klien hangat
DO :
- Daerah pembedahan tampak
masih baru dan terfiksasi
- Leukosit : 15.000 /Ul
- Suhu : 37,5 C
Risiko infeksi Tindakan invasif, insisi
post pembedahan
06/05/12
14.00 WIB
DS
- Klien mengatakan punggungnya
terasa panas
- Klien mengatakan susah
bergerak
- Klien mengatakan tidak mampu
beraktifitas secara mandiri
DDO :
Intoleransi aktifitas Kelemahan fisik
06/05/12
15.00 WIB
- Klien terlihat berbaring di
tempat tidur
- Klien tampak terpasang kateter
- Aktifitas klien terlihat dibantu
keluarga
- Klien tampak lemah
- Tampak adanya luka insisi pada
perut klien
DDS :
- Klien mengatakan tidak nafsu
makan
- Klien mengatakan tubuhnya
lemas
- Keluarga klien mengatakan klien
belum memakan apapun pasca
operasi
- Klien mengatakan lidahnya
terasa pahit
DDO :
- Klien tampak lemas
- Bibir klien tampak kering & pucat
- BB turun + 11 kg selama sakit
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Ketidakmampuan
untuk mencerna
makanan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul (NANDA):
Pre Operasi
Nyeri akut b.d obstruksi tumor pada usus dengan kemungkinan menekan organ yang lain
Post Operasi
1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (insisi pembedahan)
2. Risiko infeksi b.d tindakan invasif, insisi post pembedahan
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan untuk mencerna
makanan
3.3 Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan kanker kolon diperoleh data sebagai berikut sbb:
Aktivitas/istirahat
Pasien dengan kanker kolorektal biasanya merasakan tidak nyaman pada abdomen dengan keluhan
nyeri, perasaan penuh, sehingga perlu dilakukan pengkajian terhadap pola istirahat dan tidur.
Sirkulasi
Gejala: Palpitasi, nyeri dada pada pergerakan kerja. Kebiasaan: perubahan pada tekanan darah.
Integritas ego
Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stress ( misalnya merokok,
minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religius/ spiritual)
Masalah tentang perubahan dalam penampilan misalnya, alopesia, lesi, cacat, pembedahan.
Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak merasakan, rasa bersalah,
kehilangan.
Tanda : Kontrol, depresi.
Menyangkal, menarik diri, marah.
Eliminasi
Adanya perubahan fungsi kolon akan mempengaruhi perubahan pada defekasi pasien, konstipasi dan
diare terjadi bergantian. Bagaimana kebiasaan di rumah yaitu: frekuensi, komposisi, jumlah, warna, dan
cara pengeluarannya, apakah dengan bantuan alat atau tidak adakah keluhan yang menyertainya.
Apakah kebiasaan di rumah sakit sama dengan di rumah.
Pada pasien dengan kanker kolerektal dapat dilakukan pemeriksaan fisik dengan observasi adanya
distensi abdomen, massa akibat timbunan faeces.
Massa tumor di abdomen, pembesaran hepar akibat metastase, asites, pembesaran kelenjar inguinal,
pembesaran kelenjar aksila dan supra klavikula, pengukuran tinggi badan dan berat badan, lingkar perut,
dan colok dubur.
Makanan/cairan
Gejala: kebiasaan makan pasien di rumah dalam sehari, seberapa banyak dan komposisi setiap kali
makan adakah pantangan terhadap suatu makanan, ada keluhan anoreksia, mual, perasaan penuh
(begah), muntah, nyeri ulu hati sehingga menyebabkan berat badan menurun.
Tanda: Perubahan pada kelembaban/turgor kulit; edema
Neurosensori
Gejala: Pusing; sinkope, karena pasien kurang beraktivitas, banyak tidur sehingga sirkulasi darah ke otak
tidak lancar.
Nyeri/kenyamanan
Gejala: Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat
(dihubungkan dengan proses penyakit)
Pernapasan
Gejala: Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seorang perokok).
Pemajanan asbes
Keamanan
Gejala: Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen. Pemajanan matahari lama/berlehihan.
Tanda: Demam.
Ruam ku1it, ulserasi
Seksualitas
Gejala: Masalah seksual misalnya dampak pada hubungan perubahan pada tingkat kepuasan.
Multigravida lebih besar dari usia 30 tahun
Multigravida, pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini, herpes genital.
Interaksi sosial
Gejala: Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung
Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan, atau bantuan)
Masalah tentang fungsi/ tanggungjawab peran penyuluhan/pembelajaran
Gejala: Riwayat kanker pada keluarga misalnya ibu atau bibi dengan kanker payudara
Sisi primer: penyakit primer, tangga ditemukan didiagnosis
Penyakit metastatik: sisi tambahan yang terlibat; bila tidak ada, riwayat alamiah dari primer akan
memberikan informasi penting untuk mencari metastatik.
Riwayat pengobatan
Pengobatan sebelumnya untuk tempat kanker dan pengobatan yang diberikan.
3.4 Diagnosa Prioritas
1. Nyeri akut b.d obstruksi tumor pada usus dengan kemungkinan menekan organ yang lain
Kami mengambil diagnosa ini sebagai diagnosa utama karena didasarkan pada keluhan utama klien yaitu
mengalami nyeri perut. Pada kasus ini, nyeri abdomen tersebut karena adanya obstruksi tumor pada
usus dengan kemungkinan menekan organ yang lain. Hal ini jika tidak segera ditangani akan berakibat
fatal pada klien.
2. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (insisi pembedahan)
Nyeri disebabkan karena adanya insisi post pembedahan. Nyeri yang dirasakan oleh klien dalam kasus ini
sangat hebat yaitu skala 8 yang menyebabkan klien kesulitan dalam melakukan aktifitas dan istirahat.
3. Risiko infeksi b.d tindakan invasif, insisi post pembedahan
Resiko infeksi pada klien disebabkan karena adanya luka heacting pasca operasi. Pada kasus tersebut
luka pada perut klien mengalami gatal dan kemerahan, dimana hal tersebut merupakan tanda terjadinya
infeksi.
4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
Intoleransi aktifitas terjadi karena adanya luka insisi post operasi menyebabkan diskontuinitas jaringan
sehingga fungsinya terganggu. Pada kasus klien mengalami luka insisi sehingga kesulitan dalam
beraktifitas. Klien mengatakan apabila bergerak perutnya terasa amat nyeri, sehingga aktifitas klien
perlu dibantu baik oleh keluarga maupun perawat.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan untuk mencerna
makanan
Ketidakseimbangan nutrisi pada klien terjadi karena fungsi digestif klien belum berfungsi secara optimal
pasca operasi, sehingga klien belum mampu mencerna makanan dengan baik.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kanker kolon adalah suatu kanker yang berada di colon. Kanker kolon merupakan penyakit yang bukan
sembarangan namun bukan pula penyakit yang tidak bisa disembuhkan.Kanker kolon adalah penyebab
kedua kematian di Amerika Serikat setelah kanker paru-paru ( ACS 1998). Penyakit ini termasuk penyakit
yang mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang lebih parah. Kanker usus
bila dideteksi dan ditangani dengan cepat maka peluang untuk sembuh total pun akan semakin besar
peluangnya. Pembedahan adalah satu-satunya cara untuk mengubah kanker kolon.
Dari kasus diagnosa keperawatan yang muncul di antaranya :
Pre Operasi
1. Nyeri akut b.d obstruksi tumor pada usus dengan kemungkinan menekan organ yang lain
Post Operasi
1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (insisi pembedahan)
2. Risiko infeksi b.d tindakan invasif, insisi post pembedahan
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan untuk mencerna makanan
5.2 Saran
Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan kita
tentang asuhan keperawatan klien dengan Kanker kolon. Kami selaku penulis sadar bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari para pembaca agar makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Terima Kasih,,.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo Agung., Yasmin
Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan untuk perencanaan
dan pendukomentasian perawatan Pasien, Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC,
Jakarta
.
McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi, By Mosby-Year
book.Inc,Newyork
NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA
Sjamsuhidayat & wong,2005, Buku ajar ilmu bedah, EGC , Jakarta
Suyono,dkk, 2001, Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid II, edisi 3, Balai penercit FKUI, Jakarta.
University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome Classifications, Philadelphia, USA
Manfaat Kemoterapi pada Pasien Penderita Kanker Usus
L M Carethers menulis hal berikut dalam Internation Journal of Gastroenterology & Hepatology, Gut 2006;55:759-761doi:10.1136/gut.2005.085274:
Saat ini standar emas dalam mengobati pasien penderita kanker kolon lanjut adalah kemoterapi dengan rangkaian terapi berbasis 5-fluorouracil (5-FU). Standar ini dibuat berdasarkan
percobaan klinis menarik yang memanfaatkan 5-FU dan levamisole, dan menunjukkan manfaat kelangsungan hidup bagi pasien dengan kanker kolon stadium 3 (Duke C).
Meski tidak ada standar pasti untuk mengobati pasien stadium 2, beberapa dari pasien itu menerima kemoterapi 5-FU.
Pasien stadium 1 penderita kanker kolorektal tidak menerima 5-FU karena prognosis mereka baik dengan cukup mengangkat tumornya.
Pasien stadium 4 dimungkinkan menerima 5-FU untuk meringankan saja (catat: bukan penyembuhan).
Membedah Standar Emas Pengobatan Kanker Kolon (Usus Besar)
Pada tahun 1975, Dr. Charles Moetel, onkologis terkenal dari Mayo Clinic , sebuah klinik yang ternama di Minnesota, Amerika Serikat, menemukan bahwa kelangsungan hidup pasien kanker kolon Duke C dapat diperpanjang ketika diobati dengan kombinasi 5-FU dan levamisole (sebuah obat yang digunakan pada domba, babi dan ternak untuk mengendalikan cacing-cacing perut dan usus dan infeksi parasit nematoda).
Dalam penelitian ini, 971 pasien penderita kanker kolon Duke C yang telah menjalani operasi dibagi ke dalam tiga kelompok dan diberikan salah satu dari tiga pengobatan ini. Masa waktu kelangsungan rata-rata sebenarnya adalah 6,5 tahun.
Referensi: Moertel, C. G. et al. Fluorouracil plus levamisole as effective adjuvant therapy after resection of stage III colon carcinoma. Annals of Internal Medicine. March 1995. Vol: 122: 321-326. http://www.annals.org/content/122/5/321.full.pdf
Penulis menyimpulkan bahwa 5-FU + levamisole adalah terapi penyembuhan yang lumayan sesuai dengan operasi; telah dibenarkan banyak meningkatkan angka penyembuhan bagi pasien penderita kanker kolon risiko tinggi (stadium 3). Pengobatan tersebut seharusnya dianggap sebagai standar pengobatan bagi semua pasien.
RawatanJumlah pasien
Jumlah kambuh kembali
Jumlah meningal
Operasi / Bedah saja315 177 (56.19%) 168 (53.33%)
Levamisole310 172 (55.48%) 158 (50.96%)
Levamisole + 5-FU304 119 (39.14%) 121 (39.80%)
Manfaat Levamisole + 5-FU atas
bedah saja (kemoterapi tidak) Kurang persentase kekambuhan 17.05%
Kurang persentase kematian 13.53%
Terapi dengan 5-FU + levamisole: menyebabkan mual, beberapa kali muntah, stomatitis, diare, dermatitis, kelelahan dan alopecia ringan. Kira-kira setengah dari jumlah pasien menderita leucopenia (sel darah putih rendah).
Reaksi racun yang tidak terantisipasi terhadap 5-FU + levamisole: 40% pasien memiliki hasil tes fungsi hati abnormal selama rangkaian terapi. Toksisitas mereka direfleksikan dalam tingkat fosfatase alkali yang tinggi (yang memuncak sekitar 7 bulan setelah permulaan terapi), tingkat aminotransferase tinggi (AST), dan bilirubin serum yang tinggi selain itu juga menyebabkan lemak hati.
Pertanyaan:
1. Apakah hasilnya menunjukkan bahwa jika Anda tidak menjalani kemoterapi setelah operasi, Anda tidak akan selamat?
2. Tidakkah hasil ini menunjukkan bahwa tanpa kemoterapi hanya 53,3% pasien meninggal, tetapi bahkan jika Anda menjalani kemoterapi hampir 40% meninggal?
3. Tidakkah hasil ini juga menunjukkan bahkan dengan kemoterapi 39% pasien masih mengalami kambuhnya penyakit?
4. Tidakkah bijaksana untuk menimbang-nimbang keuntungan ini terhadap persoalan kualitas hidup, memperihtungkan efek samping yang diakui dari kemoterapi?
Dari data di atas jelas bahwa kemoterapi mengurangi kambuhnya penyakit sebesar 17% dan mengurangi kematian sebesar 13,5% tetapi dengan efek samping yang kerap kali diabaikan sebagai hal yang tidak signifikan.
Kemoterapi terbukti bermanfaat hanya untuk margin kecil (13% sampai 17%). Memang, dari sudut pandang akademis, hasilnya secara statistik signifikan. Hal ini akan menyenangkan para ahli statistik dan ilmuan, tetapi saya tidak yakin jika ini menyenangkan pasien-pasien kanker. Saya yakin hal ini bukanlah apa yang para pasien cari (khususnya mereka yang berasal dari negara tertinggal). Mereka mencari penyembuhan NYATA. Jika tidak mungkin, setidaknya mereka mengharapkan kesempatan yang jauh lebih besar untuk mencapainya. Saya bertanya-tanya apakah manfaat kurang dari 20% itu cukup baik?
Kemoterapi menyebabkan efek samping berbahaya bagi banyak pasien. Kemoterapi tidak seperti “gigitan semut” seperti kata onkologis kepada beberapa pasien. Dengan manfaat yang kurang dari 20%, apakah kemoterapi sebuah perjudian yang berharga?
Satu pertanyaan melintas di pikiran. Tidak bisakah margin kecil dari manfaat kemoterapi ini dicapai melalui cara-cara non invasif dan non racun lainnya? Contohnya, pernahkah terjadi pada orang-orang yang hanya melakukan perubahan pola makan atau meminum obat-obatan herbal, mungkin kita juga dapat meningkatkan kesempatan menyembuhkan kanker kolorektal dan hasilnya dapat lebih baik dibanding kemoterapi?
Di CA Care kami telah menampilkan banyak studi kasus yang menunjukkan bahwa memang hipotesis ini valid dan memiliki kebaikan – obat-obatan herbal dan perubahan pola makan dan gaya hidup dapat memperpanjang kelangsungan hidup lebih baik dibanding kemoterapi!
Standar Emas Tambah Terapi yang Ditargetkan
Saat ini, onkologis memiliki cukup banyak campuran-campuran obat kemo untuk pasien penderita kanker kolon stadium lanjut. Generasi baru “bom pintar” atau obat-obatan terapi yang ditargetkan juga dapat ditambahkan ke dalam campuran itu untuk membantu pengendalian kanker (ah, bukan penyembuhan?). Contoh-contoh cara terapi ini adalah:
FOLFOX (leucovorin [folinic acid], 5-FU, dan oxaliplatin) FOLFIRI (leucovorin, 5-FU, dan irinotecan) CapeOX (capecitabine dan oxoliplatin) Semua kombinasi di atas ditambah salah satu (tidak keduanya) dari Avastin (bevacizumab) atau
Erbitux (cetuximab) 5-FU dan leucovorin, dengan atau tanpa Avastin Capecitabine, dengan atau tanpa Avastin FOLFOXIRI (leucovorin, 5-FU, oxaliplatin, dan irinotecan) Irinotecan, dengan atau tanpa Avastin Erbitux saja Vectibix (panitumumab) saja
Avastin dan Ertibux saat ini pada umumnya ditawarkan kepada pasien kanker di Malaysia. Vetibix masih belum dikenal di sini. Namun akan segera muncul. Tetapi apa yang mereka katakan tentang Avastin dan Ertibux? Dua hal yang jelas: Obat-obatan mahal. Dan tidak menyembuhkan kanker kolon !
Perawatan kanker kolon berdasarkan stadium
Bagi semua stadium kanker kolon, kecuali stadium IV, operasi pengangkatan tumor merupakan
perawatan standar. Pada beberapa tipe kanker, perawatan tambahan (terapi adjuvant) mungkin
direkomendasikan.
Stadium 0
Kanker hanya ditemukan pada dinding kolon yang paling dalam.
Perawatan yang biasa dilakukan :
Polypectomy atau eksisi lokal untuk membuang tumor dan sejumlah kecil jaringan di sekitarnya. Reseksi untuk membuang kanker kolon yang lebih besar dan anastomosis untuk membuang
bagian kolon yang rusak serta melekatkan kembali jaringan yang sehat untuk memelihara fungsi saluran pencernaan.
Operasi pengangkatan seluruh kanker dianggap sebagai pengobatan yang efektif.
Stadium I
Tumor telah menyebar dari dinding kolon yang paling dalam ke lapisan kedua dan ketiga. Namun, belum
menyebar ke dinding luar kolon.
Perawatan standar melibatkan operasi pengangkatan kanker dan sejumlah kecil jaringan di sekitar
tumor. Perawatan tambahan biasanya tidak dibutuhkan.
Operasi yang bersifat agresif untuk membuang seluruh jaringan tumor menawarkan potensi
penyembuhan yang tinggi.
Survival rate (angka harapan hidup) 5 tahun untuk stadium ini dapat mencapai 93%.
Stadium II
Kanker berukuran lebih besar dan telah meluas sampai dinding otot kolon, namun belum ditemukan
kanker pada limfe/kelenjar getah bening (struktur kecil yang ditemukan di seluruh tubuh yang berfungsi
untuk memproduksi dan menyimpan sel-sel yang berperan dalam melawan infeksi)
Perawatan standar meliputi operasi pengangkatan kanker dan jaringan di sekitarnya. Kemoterapi
mungkin juga diberikan sebagai tindakan kewaspadaan untuk mencegah rekurensi (kekambuhan) dan
biasanya terbatas hanya bagi mereka yang beresiko tinggi saja. Onkologi (ahli dalam bidang kanker) akan
membantu membuat keputusan apakah kemoterapi dibutuhkan atau tidak, karena pada stadium ini
keuntungan diberikannya kemoterapi adalah minimal.
Survival rate (angka harapan hidup) 5 tahun untuk stadium ini sekitar 78%.
Stadium III
Kanker telah menyebar keluar dari kolon ke 1 atau lebih limfe (kelenjar getah bening).
Stadium IIIA : tumor masih berada di antara dinding kolon dan juga melibatkan limfe.
Stadium IIIB : tumor telah menyebar keluar dari kolon dan melibatkan 1 – 4 kelenjar getah bening.
Stadium IIIC : tumor telah melibatkan lebih dari 4 kelenjar getah bening.
Perawatannya meliputi :
Operasi pengangkatan kanker dan seluruh limfe yang terlibat jika memungkinkan. Setelah operasi, pasien akan menerima obat-obatan kemoterapi 5 – flurouracil, leucovorin dan
oxaliplatin, atau capecitabine yang dikombinasikan dengan oxaliplatin. Radiasi mungkin dibutuhkan jika tumor berukuran besar dan menginvasi jaringan di sekitarnya.
Survival rate (angka harapan hidup) 5 tahun untuk stadium ini sekitar 64%. Pasien dengan 1 – 4 limfe
yang terlibat kanker memiliki survival rate yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang memiliki
lebih dari 4 limfe yang terlibat kanker.
Stadium IV
Kanker telah menyebar keluar dari kolon ke bagian tubuh lainnya seperti hati atau paru-paru.
Perawatannya meliputi :
Operasi pengangkatan kanker atau prosedur lainnya yaitu bypass dan menghubungkan kolon yang sehat (anastomosis)
Operasi untuk mengangkat sebagian organ tubuh lain yang telah terlibat kanker seperti hati, paru-paru, dan ovarium.
Kemoterapi untuk meringankan gejala dan meningkatkan survival rate. Erbitux, Avastin atau Vectibix yang dikombinasikan dengan kemoterapi standar, tergantung
pada karakteristik tumor. Zaltrap merupakan obat yang juga diterima penggunaannya sebagai kemoterapi pada kasus
dimana kanker telah berkembang luas atau resisten terhadap perawatan. Radiasi untuk meringankan gejala. Terapi imunologi
Survival rate (angka harapan hidup) 5 tahun untuk stadium ini hanya mendekati 8%.
Kanker kolon yang rekuren
Kanker yang rekuren adalah jika kanker terjadi kembali setelah dilakukannya operasi diiringi dengan
atau tanpa disertai kemoterapi sebagai terapi adjuvant. Rekurensi (kekambuhan) dapat terjadi di sekitar
area kanker pertama maupun di organ yang jauh dari kolon.
Hati terlibat sekitar 2/3 bagian pada pasien yang meninggal akibat kanker kolorektum.
Rekurensi cenderung terjadi pada pasien dengan stadium lanjut pada saat pertama kali didiagnosis.
Perawatannya meliputi :
Operasi untuk membuang rekurensi kanker, yang mungkin akan memperpanjang harapan hidup dan pada beberapa kasus dapat memberi kesembuhan jika dilakukan bersama pemberian kemoterapi.
Jika metastasis kanker tidak dapat dihilangkan, kemoterapi menjadi perawatan yang utama.
Mengatasi dan Menangani Efek Samping Kanker
Memahami Kanker
Kanker adalah penyakit dimana kondisi selsel abnormal tumbuh membelah tak terkontrol dan dapat menyerang jaringan lain pada tubuh. Selsel kanker dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya melalui aliran darah dan sistem kelenjar getah bening. Penyebaran ini disebut dengan ‘metastasis’ atau ‘ metastic disease’.
Kanker bukan hanya satu jenis penyakit. Terdapat lebih dari 100 jenis kanker yang berbeda. Kategori pokok kanker antara lain:
Carcinoma – kanker berawal dari kulit atau jaringan yang menyelubungi organ dalam. Sarcoma – Sarcoma Leukemia – kanker yang berawal pada darah – membentuk jaringan seperti tulang sumsum dan
menyebabkan sejumlah besar produksi selsel darah abnormal yang masuk ke dalam darah. Limfoma dan myeloma – kanker yang berawal pada selsel pada sistim kekebalan. Central nervous system cancers – kanker yang berawal pada jaringan otak dan sumsum tulang
belakang.
Kelelahan
Kelelahan dapat menjadi masalah yang sangat penting dalam hidup seseorang yang mengidap kanker. Hal ini dapat mempengaruhi perasaan seseorang tentang dirinya sendiri sehari-harinya dan hubungannya dengan orang lain, dan bagaimana dia melanjutkan pengobatan kanker. Kelelahan ini terjadi pada 14% sampai 96% pasienpasien kanker, terutama mereka yang sedang menjalankan pengobatan kanker. Gejala-gejala khususnya terlihat secara fisik, psikologis dan emosional. Untuk mendapatkan pengobatan yang efektif, kelelahan yang berhubungan dengan kanker dan pengobatannya harus dibedakan dengan kelelahan karena hal lain.
Perawatan untuk mengatasi Kelelahan
Kebanyakan pengobatan untuk kelelahan pada pasien kanker adalah dengan mengendalikan gejalanya dan dengan memberikan dukungan emosional karena penyebab kelelahan yang berhubungan dengan kanker belum diketahui dengan pasti. Beberapa pengobatan dari gejala yang berhubungan dengan kelahan termasuk mengatur dosis pengobatan rasa sakit, melakukan transfusi sel darah merah atau faktor pemicu tumbuhnya sel darah merah, makan makanan suplemen yang mengandung zat besi dan vitamin-vitamin serta anti depresi dan psycostimulan.
Rasa Sakit
Rasa sakit karena kanker dapat diatasi secara efektif pada kebanyakan pasien dengan kanker maupun mereka yang mempunyai riwayat kanker dalam keluarga. Meskipun rasa sakit akibat kanker tidak dapat selalu dihilangkan sepenuhnya,namun terapi dapat mengurangi rasa sakit pada
sebagian besar pasien. Karena setiap pasien mempunyai diagnosa, stadium penyakit dan respon yang berbeda terhadap rasa sakit dan pengobatannya serta kesukaan dan ketidak sukaan yang berbeda, cara mengatasi rasa sakit yang diakibatkan oleh kanker harus ditangani secara individual. Pasien, keluarga pasien dan perawat harus bekerja sama dengan baik untuk mengatasi rasa sakit si pasien secara efektif.
Mengatasi Rasa Sakit
Mengatasi rasa sakit dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dalam menjalani tahapan-tahapan penyakit yang dideritanya. Badan Kesehatan Dunia telah mengembangkan 3 Langkah pendekatan untuk mengatasi rasa sakit berdasarkan pada tingkat keparahan rasa sakitnya:
Untuk sakit yang ringan hingga sedang, dokter dapat menggunakan Langkah 1, yakni mengobati rasa sakit dengan memberikan aspirin, acetaminophen, atau nonsteroidal antiinflammatory drug (NSAID). Efek samping terhadap obatobat tersebut harus di monitor, terutama yang disebabkan oleh obatobatan NSAIDs, seperti pada ginjal, liver dan pembuluh darah, atau masalah-masalah yang timbul pada perut dan usus.
Bila rasa sakit tetap tidak berkurang atau malah bertambah, dokter dapat mengubah cara pengobatan ke Langkah 2 atau Langkah 3. Sebagian besar pasien dengan rasa sakit akibat kanker akan membutuhkan Langkah 2 atau Langkah 3. Dokter dapat langsung melewati pengobatan Langkah 1 apabila dari awal sudah diketahui bahwa rasa sakit yang dirasakan pasien merupakan tahapan sedang atau parah.
Komplikasi dan efek samping lain:
1. Gangguan kognitif dan Keresahan
Gangguan kognitif dan keresahan adalah kondisi dimana pasien mengalami kebimbangan mental dan perubahan perilaku. Orang dengan gangguan kesadaran atau keresahan dapat jatuh pingsan dan kemudian sadar kembali, dan mengalami masalah-masalah pada: perhatian, daya ingat, berpikir, mengontrol otot, respon, tidur dan bangun serta emosi.
Keresahan dapat terjadi kapan saja dan datang secara tiba-tiba. Gejala ini dapat datang dan pergi pada pasien kanker, terutama pasien kanker pada stadium lanjut.
Pengobatan Penyebab Keresahan (Delirium)
Pendekatan standar untuk mengatasi keresahan adalah dengan mengetahui dan mengobati penyebabnya. Gejala dapat diobati pada saat yang bersamaan.
Beberapa pengobatan termasuk dibawah ini:
Berhenti atau mengurangi pengobatan yang dapat mengakibatkan keresahan. Memberikan cairan ke dalam aliran darah untuk mengurangi dehidrasi. Memberikan obat untuk mengurangi hypercalcemia (terlalu banyak Kalsium dalam darah).
Memberikan antibiotik untuk infeksi.
2. Demam
Penyebab utama dari demam pada pasien kanker adalah
Infeksi, penyebab umum yang dapat mengakibatkan demam pada pasien kanker dan dapat mengakibatkan kematian.
Sel-sel tumor, yang dapat memproduksi berbagai zat yang dapat menyebabkan demam. Graft-versus-host-disease, terjadi ketika tulang sumsum yang telah ditransplantasikan atau sel-
sel induk periferal menyerang jaringan pada pasien. Pengobatan seperti obat-obatan kemoterapi, biological response modifiers, dan antibiotik
seperti vancomycin dan amphotericin.
Pengobatan Umum untuk Menghilangkan Demam
Sejalan dengan pengobatan untuk penyebab demam, memberikan rasa nyaman juga dapat membantu mengurangi ketidaknyamanan yang timbul karena demam, menggigil dan berkeringat dingin. Selama masa demam berikan banyak-banyak cairan pada pasien, mengganti pakaian atau selimut yang berlebihan, mandikan atau basuh pasien dengan air hangat dapat melegakan pasien.
Selama pasien merasa kedinginan, ganti selimut yang basah dengan selimut yang hangat dan kering, serta jauhkan pasien dari udara luar dan atur suhu ruangan untuk meningkatkan kenyamanan pasien.
3. Komplikasi Saluran Pencernaan
Komplikasi saluran pencernaan seperti sembelit, sulit buang air, gangguan usus besar, diare, dan radiasi radang usus adalah merupakan masalah yang umum pada pasien kanker, yang disebabkan oleh kanker itu sendiri maupun pengobatan kanker.
a) Sembelit
Bagi pasien kanker, sembelit bisa merupakan gejala akibat kanker, dikarenakan oleh pertumbuhan tumor atau dari pengobatan kanker. Sembelit juga dapat terjadi sebagai efek samping dari pengobatan kanker atau rasa sakit karena kanker dan dapat juga menyebabkan perubahan-perubahan lain pada tubuh (gagal organ, kehilangan kemampuan untuk bergerak, dan depresi).
Pengobatan untuk Sembelit
Pencegahan adalah obat terbaik untuk sembelit dengan mengurangi factor yang mungkin menjadi penyebab dan membatasi penggunaan obat pencuci perut.
b) Impaction (sembelit yang berat)
Pasien dengan impaction dapat memiliki gejala yang sama dengan pasien sembelit, atau mereka dapat merasakan sakit punggung atau kesulitan buang air kecil. Gejala lain yang terjadi adalah perut yang membesar yang menyebabkan kesulitan bernafas, detak jantung yang cepat, pusing-pusing dan tekanan darah rendah.
Pengobatan Impaction
Melembabkan dan lembutkan pembuangan dengan enema (memasukkan cairan ke dalam dubur)
Secara manual memindahkan kotoran dari anus setelah lubang anus melunak Gunakan glycerin suppositories Memberikan enema dan pencuci perut (masukkan dengan berhati-hati agar menghindari
kerusakan pada usus)
c) Gangguan Usus
Kanker yang paling umum mengakibatkan gangguan pada usus adalah kanker pada usus besar, perut dan indung telur. Gangguan usus dapat disebabkan oleh penyempitan usus akibat peradangan atau kerusakan pada perut, tumor, jaringan bekas luka, hernia, usus yang melintir, atau tekanan pada usus perut yang berasal dari luar area usus. Ini juga dapat terjadi karena faktor-faktor yang mengganggu fungsi otot, syaraf, dan aliran darah ke dalam usus.
d) Diare
Faktor-faktor utama penyebab diare antara lain
Pengobatan kanker (seperti kemoterapi, terapi radiasi, transplantasi sumsum tulang belakang, atau pembedahan)
Terapi antibiotik dapat menyebabkan peradangan pada bagian dalam usus Infeksi yang mungkin disebabkan oleh virus-virus, bakteri, jamur, dan mikroorganisme
berbahaya lainnya Stres dan kegelisahan ketika terdiagnosa mengidap kanker dan saat menjalani pengobatan
Perawatan Diare
Diare dapat disembuhkan dengan mengidentifikasi dan mengobati penyebab terjadinya diare. Contohnya, diare bisa disebabkan oleh stool impaction (jenis konstipasi yang lebih berat) dan pengobatan untuk mencegah konstipasi/sembelit. Dokter mungkin akan mengganti pengobatan, asupan pola makan (seperti makan makanan porsi kecil dengan sering atau pantangan terhadap makanan tertentu) dan mengkonsumsi lebih banyak cairan.
3) Radiasi Radang Usus
Terapi radiasi (Radioterapi) dapat menghentikan pertumbuhan selsel yang membelah dengan cepat, seperti selsel kanker. Karena selsel normal yang terdapat pada lapisan usus besar juga membelah secara cepat, pengobatan dengan radiasi juga dapat menghentikan pertumbuhan sel-
sel tersebut, yang dapat menghambat jaringan usus besar untuk memperbaiki sel-selnya. Selama sel-sel usus besar mati dan tidak tergantikan, maka akan terjadi masalah pada usus dan lambung.
Pengobatan untuk Radang Usus
Pengobatan radang usus termasuk mengobati diare, menggantikan cairan yang hilang, meningkatkan kemampuan penyerapan usus besar, meringankan rasa sakit pada perut atau pada dubur. Gejalagejala tersebut biasanya akan membaik setelah mendapatkan pengobatan, mengganti pola makan, dan istirahat yang cukup. Apabila gejala memburuk meskipun telah diobati, maka pengobatan kanker harus dihentikan, paling tidak untuk sementara waktu.
4. Hypercalcaemia
Terjadi pada 10-20% penderita kanker. Kanker yang diasosiasikan dengan Hypercalcaemia antara lain kanker payudara dan paru-paru, dan jenis-jenis kanker darah tertentu, terutama multiple myeloma Diagnosa dini dan perawatan tidak hanya akan menyelamatkan hidup dalam waktu singkat, tetapi juga dapat meningkatkan kemampuan pasien untuk menjalani seluruh terapi kanker dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Mengatasi Hypercalcaemia
Cairan diberikan untuk mengatasi dehidrasi. Pengobatan diberikan untuk menghentikan kerusakan pada tulang.
Tingkat keparahan Hypercalcaemia, akan mempengaruhi jumlah perawatan yang diperlukan. Hypercalcaemia yang berat tentunya memerlukan pengobatan segera secara agresif. Hypercalcaemia yang tidak parah harus dirawat sesuai dengan gejala yang timbul. Respon dari pengobatan yang akan terlihat dari hilangnya gejalagejala Hypercalcaemia dan menurunnya kadar kalsium dalam darah.
5. Mual dan Muntah-muntah
Mual adalah perasaan tidak menyenangkan yang terasa pada tenggorokan dan/atau di bagian perut yang dapat mengakibatkan muntah-muntah. Muntah-muntah adalah terbuangnya isi perut melalui mulut. Meskipun pengobatan telah dilakukan, mual dan muntah-muntah tetap merupakan efek samping yang dikhawatirkan dari terapi kanker.
Tindakan untuk mengantisipasi mual dan muntah-muntah
Pengobatan untuk mengatasi rasa mual dan muntah-muntah seringkali berhasil apabila gejala diketahui dan diberi pengobatan lebih awal. Meskipun obat anti mual tidak terlalu efektif, berikut ini adalah beberapa hal yang dapat mengurangi gejala:
Panduan bergambar Hipnotis Relaksasi
Teknik-teknik terhadap perubahan perilaku Melakukan selingan yang menyenangkan seperti dengan bermain video games
Perawatan untuk rasa mual akut yang datang kemudian
Mual akut dan terlambat serta muntah-muntah pada umumnya diobati dengan menggunakan obat anti mual. Beberapa obat hanya bertahan dalam tubuh untuk beberapa saat, dan perlu diberikan lebih sering; obat yang lain yang dapat bertahan lebih lama dalam tubuh diberikan lebih jarang. Kadar darah yang dalam pengobatan, harus selalu konstan untuk memastikan kefektifan pengendalian mual dan muntah-muntah.
Yang tersebut diatas merupakan efek-efek samping dan adalah bagian dari buku saku yang lebih lengkap. Untuk membaca lebih lanjut mengenai efek samping dan berbagai jenis pengobatan Anda dapat memperoleh buku mengenai ’Coping with Cancer and its Side Effects’ dari Parkway Cancer Centre.
Jenis dukungan apa saja yang tersedia?
CanHOPE adalah sebuah tim pendukung hasil inisiatif ParkwayHealth bersama dengan tim dokter multi-disiplin yang berupaya menjalankan metode holistik untuk merawat kanker tanpa ada biaya tambahan. Para penasehat menjalankan layanan konseling kanker melalui telepon hotline dan email, untuk memberikan dukungan emosi dan psiko-sosial kepada semua pasien dan perawatnya, agar mereka bisa mengatasi kanker dengan efektif. Layanan konseling temu muka juga bisa diselenggarakan.
Pasien, profesional kesehatan & publik juga bisa mendapatkan informasi kanker terbaru, tes skrining yang terkait, pengobatan dan rujukan ke layanan kanker yang tepat, informasi untuk layanan rehabilitasi dan layanan dukungan lanjutan, saran-saran tentang efek samping pengobatan kanker, strategi mengatasi kanker, pola makan serta gizi.