Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Epilepsia

42
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otak merupakan organ maha penting dalam tubuh kita, sebab dapat dikatakan segala aktifitas tubuh dikoordinir oleh organ ini. Anggapan dewasa ini ialah bahwa setelah kelahiran, tidak terjadi lagi penambahan jumlah sel otak. Tidak adanya regenerasi dari jaringan otak ini merupakan sebab utama mengapa kerusakan dari otak pada umumnya tidak dapat sembuh sempurna seperti organ-organ lain. Berbagai keadaan/penyakit dapat menimbulkan herbagai gangguan fungsi otak yang dapat menyerang baik bagian sensorik, motorik maupun pusat-pusat vital dengan akibat kematian. Bangkitan kejang merupakan satu manifestasi daripada lepas muatan listrik yang berlebihan di sel neuron saraf pusat. Keadaan ini merupakan gejala terganggunya fungsi otak. Gangguan ini dapat disebabkan oleh factor fisiologi, biokimiawi, anatomis atau gabungan factor tersebut. Tiap – tiap penyakit atau kelaian yang dapat menganggu fungsi otak, dapat menyebabkan timbulnya bangkitan kejang. Dengan demikian dapatlah difahami bahwa bangkitan kejang dapat disebabkan oleh banyak macam penyakit atau kelainan diantaranya adalah trauma lahir, trauma kapitis, radang otak, perdarahn otak, gangguan perdarahan otak, hipoksia, tumor otak dan sebagainya. Epilepsi merupakan suatu gangguan neurologik yang relative sering terjadi. Epilepsy merupkan suatu gangguan fungsionalkronik dan banyak jenisnya dan ditandai oleh aktivitas serangan yang berulang. Serangan Kejang merupakan gejala atau manieftasi utama epilepsy dapat diakibatkan kelainan fungsional. 1

Transcript of Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Epilepsia

Page 1: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Epilepsia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Otak merupakan organ maha penting dalam tubuh kita, sebab dapat

dikatakan segala aktifitas tubuh dikoordinir oleh organ ini. Anggapan dewasa

ini ialah bahwa setelah kelahiran, tidak terjadi lagi penambahan jumlah sel otak.

Tidak adanya regenerasi dari jaringan otak ini merupakan sebab utama

mengapa kerusakan dari otak pada umumnya tidak dapat sembuh sempurna

seperti organ-organ lain. Berbagai keadaan/penyakit dapat menimbulkan

herbagai gangguan fungsi otak yang dapat menyerang baik bagian sensorik,

motorik maupun pusat-pusat vital dengan akibat kematian.

Bangkitan kejang merupakan satu manifestasi daripada lepas muatan listrik

yang berlebihan di sel neuron saraf pusat. Keadaan ini merupakan gejala

terganggunya fungsi otak. Gangguan ini dapat disebabkan oleh factor fisiologi,

biokimiawi, anatomis atau gabungan factor tersebut. Tiap – tiap penyakit atau

kelaian yang dapat menganggu fungsi otak, dapat menyebabkan timbulnya

bangkitan kejang. Dengan demikian dapatlah difahami bahwa bangkitan kejang

dapat disebabkan oleh banyak macam penyakit atau kelainan diantaranya

adalah trauma lahir, trauma kapitis, radang otak, perdarahn otak, gangguan

perdarahan otak, hipoksia, tumor otak dan sebagainya.

Epilepsi merupakan suatu gangguan neurologik yang relative sering terjadi.

Epilepsy merupkan suatu gangguan fungsionalkronik dan banyak jenisnya dan

ditandai oleh aktivitas serangan yang berulang. Serangan Kejang merupakan

gejala atau manieftasi utama epilepsy dapat diakibatkan kelainan fungsional.

Serangan tersebut tidak terlalu lam, tidak terkontrol serta timbul secara

episodic. Serangan ini mengganggu kelangsungan kegiatan yang sedang

dikerjakan pasien pada saat itu. Serangan ini berkaitan dengan pengeluaran

implus neuron serebral yang berlebihan dan berlangsung lokal.

Epilepsi didefinisikan sebagai suatu sindrom yang ditandai oleh gangguan

fungsi otak yang bersifat sementara dan paroksismal, yang memberi manifestasi

berupa gangguan, atau kehilangan kesadaran, gangguan motorik, sensorik,

psikologik, dan sistem otonom, serta bersifat episodik. Defisit memori adalah

masalah kognitif yang paling sering terjadi pada pederita epilepsi.

Setiap orang punya resiko satu di dalam 50 untuk mendapat epilepsi.

Pengguna narkotik dan peminum alkohol punya resiko lebih tinggi. Pengguna

narkotik mungkin mendapat seizure pertama karena menggunakan narkotik,

tapi selanjutnya mungkin akan terus mendapat seizure walaupun sudah lepas

dari narkotik.Di Inggris, satu orang diantara 131 orang mengidap epilepsi.

Epilepsi dapat menyerang anak-anak, orang dewasa, para orang tua bahkan

bayi yang baru lahir. Angka kejadian epilepsi pada pria lebih tinggi

1

Page 2: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Epilepsia

dibandingkan pada wanita, yaitu 1-3% penduduk akan menderita epilepsi

seumur hidup. Di Amerika Serikat, satu di antara 100 populasi (1%) penduduk

terserang epilepsi, dan kurang lebih 2,5 juta di antaranya telah menjalani

pengobatan pada lima tahun terakhir. Menurut World Health Organization

(WHO) sekira 50 juta penduduk di seluruh dunia mengidap epilepsi (2004

Epilepsy.com)

B. Tujuan

1. Umum

Untuk mengetahui asuhan keperawatan gawat darurat pada klien dengan

gangguan sistem persyarapan epilepsia

2. Khusus

a. Agar mahasiswa mengetahuai anatomi fisiologi sistem syaraf

b. Agar mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami pengertian dari

epilepsia

c. Agar mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi epilepsi

d. Agar mahasiswa mampu menjelaskan etiologi epilepsia

e. Agar mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi pada epilepsia

f. Agar mahasiswa mampu menjelaskan pathway epilepsia

g. Agar mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis epilepsia

h. Agar mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang pada

epilepsia

i. Agar mahasiswa mampu menjelaskan efek/komplikasi epilepsia

j. Agar mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan pada epilepsia

k. Agar mahasiswa mampu melakukan tindakan pengkajian gawat darurat

pada klien dengan epilepsia

l. Agar mahasiswa mampu melakukan intervensi pada klien dengan

epilepsia

m. Agar mahasiswa mampu melakukan intervensi dan implementasi pada

klien dengan epilepsia

n. Agar mahasiswa mampu melakukan tindakan evaluasi pada klien dengan

epilepsia.

C. Manfaat

Manfaat yang diharapkan oleh penulis adalah penulis lebih memahami

proses terjadinya epilepsia penyebab, klasifikasi, tanda gejala sampai Tindakan

yang tepat sesuai dengan keadaan klien dan rasional sesuaidengan fakta yang

ada. Selain itu diharapkan dengan adanya makalah ini dapat membantu sbb :

1. Bagi institusi

Diharapkan dapat menambah konsep-konsep teori keperawatan di Stikes

Yarsi Mataram demi meningkatkan mutu dan kualitas.

2

Page 3: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Epilepsia

2. Bagi perawat dan tenaga medis

Makalah ini bisa sebagai acuan dalam melakukan peraktek pada rumah

sakit supaya hasilnya sesuai dengan harapan.

3. Bagi masyarakat

Dengan adanya makalah ini masyarakat dapat mengetahui penyakit

epilepsia

4. Bagi mahasiswa

Dengan adanya makalah ini dapat digunakan sebagai pembanding oleh

mahasisiwa kesehatan dalam pembuatan tugas.

3

Page 4: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Epilepsia

BAB II

PEMBAHASAN

A. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM SARAF

a. Sistem Saraf

Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan

bersambungan serta terdiri terutama dari jaringan saraf. Dalam mekanisme

sistem saraf, lingkungan internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur.

Kemampuan khusus seperti iritabilitas, atau sensitivitas terhadap stimulus,

dan konduktivitas, atau kemampuan untuk mentransmisi suatu respons

terhadap stimulasi, diatur oleh sistem saraf dalam tiga cara utama :

1. Input sensorik. Sistem saraf menerima sensasi atau stimulus melalui

reseptor, yang terletakdi tubuh baik eksternal (reseptor somatic) maupun

internal (reseptor viseral).

2. Antivitas integratif. Reseptor mengubah stimulus menjadi impuls listrik

yang menjalar di sepanjang saraf sampai ke otak dan medulla spinalis,

yang kemudian akan menginterpretasi dan mengintegrasi stimulus,

sehingga respon terhadap informasi bisa terjadi.

3. Output motorik. Input dari otak dan medulla spinalis memperoleh respon

yang sesuai dari otot dan kelenjar tubuh , yang disebut sebagai efektor.

b. Organisasi Struktural Sistem Saraf

1. Sistem saraf pusat (SSP).

Terdiri dari otak dan medulla spinalis yang dilindungi tulang kranium dan

kanal vertebral.

2. Sistem saraf perifer .

Meliputi seluruh jaringan saraf lain dalam tubuh. Sistem ini terdiri dari

saraf cranial dan saraf spinal yang menghubungkan otak dan medulla

spinalis dengan reseptor dan efektor. Secara fungsional sistem saraf

perifer terbagi menjadi sistem aferen dan sistem eferen.

a) Saraf aferen (sensorik) mentransmisi informasi dari reseptor sensorik

ke SSP

b) Saraf eferen (motorik) mentransmisi informasi dari SSP ke otot dan

kelenjar.

Sistem eferen dari sistem saraf perifer memiliki dua sub divisi :

Divisi somatic (volunter) berkaitan dengan perubahan lingkungan

eksternal dan pembentukan respons motorik volunteer pada otot

rangka.

Divisi otonom (involunter) mengendalikan seluruh respon

involunter pada otot polos, otot jantung dan kelenjar dengan cara

mentransmisi impuls saraf melalui dua jalur

4

Page 5: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Epilepsia

1) Saraf simpatis berasal dari area toraks dan lumbal pada medulla

spinalis

2) Saraf parasimpatis berasal dari area otak dan sacral pada medulla

spinalis.

3) Sebagian besar organ internal di bawah kendali otonom memiliki

inervasi simpatis dan parasimpatis.

c. Sel-Sel Pada Sistem Saraf

1. NEURON adalah unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel

dan perpanjangan sitoplasma.

a) Badan sel atau perikarion, suatu neuron mengendalikan metabolisme

keseluruhan neuron. Bagian ini tersusun dari komponen berikut :

Satu nucleus tunggal, nucleolus yang menanjol dan organel lain

seperti konpleks golgi dan mitochondria, tetapi nucleus ini tidak

memiliki sentriol dan tidak dapat bereplikasi. Badan nissi, terdiri dari

reticulum endoplasma kasar dan ribosom-ribosom bebas serta berperan

dalam sintesis protein.

Neurofibril yaitu neurofilamen dan neurotubulus yang dapat

dilihat melalui mikroskop cahaya jika diberi pewarnaan dengan perak.

b) Dendrit adalah perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan

pendek serta berfungsi untuk menghantar impuls ke sel tubuh.

c) Akson adalah suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih

panjang dari dendrite. Bagian ini menghantar impuls menjauhi badan

sel ke neuron lain, ke sel lain (sel otot atau kelenjar) atau ke badan sel

neuron yang menjadi asal akson.

2. Klasifikasi Neuron

a) Fungsi. Neuron diklasifikasi secara fungsional berdasarkan arah

transmisi impulsnya.

1) Neuron sensorik (aferen) menghantarkan impuls listrik dari reseptor

pada kulit, organ indera atau suatu organ internal ke SSP.

2) Neuron motorik menyampaikan impuls dari SSP ke efektor.

3) Interneuron (neuron yang berhubungan) ditemukan seluruhnya

dalam SSP. Neuron ini menghubungkan neuron sensorik dan

motorik atau menyampaikan informasi ke interneuron lain.

b) Struktur Neuron diklasifikasi secara structural berdasarkan jumlah

prosesusnya.

1) Neuron unipolar memiliki satu akson dan dua denderit atau lebih.

Sebagian besar neuron motorik, yang ditemukan dalam otak dan

medulla spinalis, masuk dlam golongan ini.

2) Neuron bipolar memiliki satu akson dan satu dendrite. Neuron ini

ditemukan pada organ indera, seperti amta, telinga dan hidung.

5

Page 6: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Epilepsia

3) Neuron unipolar kelihatannya memiliki sebuah prosesus tunggal,

tetapi neuron ini sebenarnya bipolar.

3. Sel Neuroglial.

Biasanya disebut glia, sel neuroglial adalah sel penunjang tambahan

pada SSP yang berfungsi sebagai jaringan ikat.

a) Astrosit adalah sel berbentuk bintang yang memiliki sejumlah prosesus

panjang, sebagian besar melekat pada dinding kapilar darah melalui

pedikel atau “kaki vascular”.

b) Oligodendrosit menyerupai astrosit, tetapi badan selnya kecil dan

jumlah prosesusnya lebih sedikit dan lebih pendek.

c) Mikroglia ditemukan dekat neuron dan pembuluh darah, dan dipercaya

memiliki peran fagositik.

d) Sel ependimal membentuk membran spitelial yang melapisi rongga

serebral dan ronggal medulla spinalis.

4. kelompok Neuron

a) Nukleus adalah kumpulan badan sel neuron yang terletak di dalam

SSP.

b) Ganglion adalah kumpulan badan sel neuron yang terletak di bagian

luar SSP dalam saraf perifer.

c) Saraf adalah kumpulan prosesus sel saraf (serabut) yang terletak di luar

SSP.

d) Saraf gabungan. Sebagian besar saraf perifer adalah saraf gabungan ;

saraf ini mengandung serabut arefen dan eferen yang termielinisasi dan

yang tidak termielinisasi.

e) Traktus adalah kumpulan serabut saraf dalam otak atau medulla

spinalis yang memiliki origo dan tujuan yang sama.

f) Komisura adalah pita serabut saraf yang menghubungkan sisi-sisi yang

berlawanan pada otak atau medulla spinalis.

6

Page 7: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Epilepsia

B. DEFINISI

Epilepsi adalah suatu gejala atau manifestasi lepasnya muatan listrik yang

berlebihan di sel neuron saraf pusat yang dapat menimbulkan hilangnya

kesadaran, gerakan involunter, fenomena sensorik abnormal, kenaikan aktivitas

otonom dan berbagai gangguan fisik.

Bangkitan epilepsy adalah manifestasi gangguan otak dengan berbagai

gejala klinis, disebabkan oleh lepasnya muatan listrik dari neuron-neuron otak

secara berlebihan dan berkala tetapi reversible dengan berbagai etiologi

(Tjahjadi, dkk, 1996). Pengkajian kondisi/kesan umum

Epilepsi adalah kompleks gejala dari beberapa kelainan fungsi otak yang

ditandai dengan terjadinya kejang secara berulang. Dapat berkaitan dengan

kehilangan kesadaran, gerakan yang berlebihan, atau kehilangan tonus atau

gerakan otot, dan gangguan prilaku suasana hati, sensasi dan persepsi (Brunner

dan suddarth, 2000).

Kejang adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang

mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang

besifat sementara. Istilah epilepsy biasanya merupakan suatu kelaianan yang

bersifat kronik yang timbul sebagai suatu bentuk kejang berulang (Hudak dan

Gallo, 1996).

C. KLASIFIKASI EPILEPSI

Kejang berkisar dari melotot bengong sampai gerakan konvulsif yang

berkepanjangan dengan disertai kehilangan kesadaran. Kejang diklasifikasikan

sebagai parsial, umum, dan taktergolongkan sesuai dengan area otak yang

terkena. Aura, yang merupakan sensasi pertanda atau premonitory, terjadi

sebelum kejang (mis. Melihat kilatan cahaya, mendengarkan suara-suara).

a. Kejang Parsial Sederhana

Hanya jari atau tangan yang bergetar; atau mulut bergerenyut

tekterkontrol; bicara tak dapat dimengerti; mungkin pening; dapat

mengalami penglihatan, suara, bau, atau kecap yang taklazim atau tak

menyenangkan—semua tanpa terjadi kehilangan kesadarana

b. Kejang Parsial Kompleks

Masih dalam keadaan sedikit bergerak atau gerakan secara otomatis

tetapi tidak bertujuan terhadap waktu dan tempat; dapat mengalami emosi

rasa ketakutan, marah, kegirangan, atau peka rangsang yang berlebihan;

tidak mengingat peeriode tersebut ketika sudah berlalu.

c. Kejang Umum (kejang Grand Mal)

Mengenai kedua hemisfer otak, kekuatan yang kuat dari seluruh

tubuh diikuti dengan perubahan kedutan dari relaksasi otot dan kontraksi

(kontraksi tonik klonik umum).

7

Page 8: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Epilepsia

1) Kontaksi diafragma dan dada simultan menyebabkan karateristik tangis

epilektik.

2) Lidah tergigit, inkontinen urine dan fecces.

3) Gerakan konvulsif berlangsung 1 atau 2 menit.

4) Relaks dan berbaring dalam koma yang dalam, napas bising.

Kejang Umum terdiri dari :

1) Mioklonik

Pada epilepsi mioklonik terjadi kontraksi mendadak, sebentar, dapat

kuat atau lemah sebagian otot atau semua otot, seringkali atau berulang-

ulang. Bangkitan ini dapat dijumpai pada semua umur.

2) Klonik

Pada epilepsi ini tidak terjadi gerakan menyentak, repetitif, tajam,

lambat, dan tunggal multiple di lengan, tungkai atau torso. Dijumpai

terutama sekali pada anak.

3) Tonik

Pada epilepsi ini tidak ada komponen klonik, otot-otot hanya

menjadi kaku pada wajah dan bagian tubuh bagian atas, flaksi lengan dan

ekstensi tungkai. Epilepsi ini juga terjadi pada anak

4) Tonik- klonik

Epilepsi ini sering dijumpai pada umur di atas balita yang terkenal

dengan nama grand mal. Serangan dapat diawali dengan aura, yaitu

tanda-tanda yang mendahului suatu epilepsi. Pasien mendadak jatuh

pingsan, otot-otot seluruh badan kaku. Kejang kaku berlangsung kira-kira

¼ – ½ menit diikutti kejang kejang kelojot seluruh tubuh. Bangkitan ini

biasanya berhenti sendiri. Tarikan napas menjadi dalam beberapa saat

lamanya. Bila pembentukan ludah ketika kejang meningkat, mulut

menjadi berbusa karena hembusan napas. Mungkin pula pasien kencing

ketika mendapat serangan. Setelah kejang berhenti pasien tidur beberapa

lamanya, dapat pula bangun dengan kesadaran yang masih rendah, atau

langsung menjadi sadar dengan keluhan badan pegal-pegal, lelah, nyeri

kepala.

5) Atonik

Pada keadaan ini otot-otot seluruh badan mendadak melemas

sehingga pasien terjatuh. Kesadaran dapat tetap baik atau menurun

sebentar. Epilepsi ini terutama sekali dijumpai pada anak.

6) Status Postiktal

Setelah kejang, pasien sering bingung dan sulit untuk bangun, mungkin

tidur selama berjam-jam. Banyak yang mengeluhkan sakit kepala dan

nyeri otot.

8

Page 9: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Epilepsia

Menurut Commision of Classification and Terminonology of the

international league againa Epilepsy (ILAE) tahun 1981, klasifikasi epilepsi

sebagai berikut:

1) Sawan parsial (fokal, lokal)

a) Sawan parsial sederhana; sawan parsial dengan kesadran tetap normal

Dengan gejala motorik

Fokal motorik tidak menjalar:sawan terbatas pada satu bagian

tubuh saja

Fokal motorik menjalar: sawan dimulai dari satu bagiab tubuh

dan menjalar meluas ke daerah lain. Disebut juga dengan

epilepsi Jackson

Versif: sawan disertai gerakan memutar kepala, mata, tubuh

Postural: sawan disertai gerakan lengan atau tungkai kaku dalam

sikap tertentu

Disertai gangguan fonasi: sawan disertai arus bicara yang

terhenti atau pasien mengeluarkan bunyi – bunyi tertentu

Dengan gejala somatosensoris atau sensoris parsial; sawan disertai

halusinasi sederhana yang mengenai kelima pancaindra dan

bangkitan yang disertai vertigo

Somatosensoris: timbul rasa kesemutan atau rasa seperti ditusuk

– tusuk jarum

Visual: terlihat cahaya

Audiotoris: terdengar sesuatu

Olfaktoris: terhidu sesuatu

Gustatoris: terkecap sesuatu

Disertai vertigo

Dengan gejala atau tanda gangguan saraf otonom ( sensasi

epigastrium, pucat, berkeringat, membera, piloereksi, dilatasi pupil)

Dengan gejal psikis( gangguan fungsi luhur)

Disfasia: gangguan bicara misalnya mengulang sesuatu suku kata

atau bagian kalimat

Dimnesia: gangguan proses ingatan misalnya merasa seperti

sudah mengalami, mendengar, melihat, atau sebaliknya tidak

pernah mengalami mendengar, melihat, mengetahui sesuatu.

Mungkin mendadak mengingat sesuatu peristiwa dimasa lalu,

merasa seperti melihatnya lagi.

Kognitif: gangguan orientasi waktu, merasa diri berubah

Afektif: merasa sangat senang, susah, marah takut

Ilusi: perubahan persepsi benda yang dilihat tampak seperti kecil

atau lebih besar

9

Page 10: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Epilepsia

Halusinasi kompleks ( berstruktur ): mendengar ada yang bicara,

musik, melihat sesuatu fenomena tertentu dan lain – lain

b) Sawan parsial kompleks(disertai gangguan kesadaran)

Serangan parsial sederhana diikuti gangguan sederhana: kesadarna

mula – muka baik kemudian baru menurun

Dengan gejala parsial sederhana A1-A4; gejala – gejala seperti

golongan A1-A4 diikuti dengan menurunnya kesadaran

Dengan automatisme. Automarisme yaitu: gerakan – gerakan,

perilaku yang timbul dengan sendirinya, misalnya gerakan

mengunyah-ngunyah, menelan, wajah muka berubah seringkali

seperti ketakutan, menata-nata sesuatu, memegang kancing baju,

berjalan,dll.

Dengan penurunan kesadaran sejak serangan; kesadaran menurun

sejak mulai serangan

Hanya dengan penurunan kesadaran

Dengan automatisme

c) Sawan parsial yang berkembang menjadi bangkitan umum (tonik-

klonik,tonik,klonik)

Sawan parsial sederhana yang berkembang menjadi bangkitan

umum

Sawan parsial kompleks yang berkembang menjadi bangkitan

umum

Sawan parsial sederhana yang menjadi bangkitan parsial kompleks

lalu berkembang menjadi bangkitan umum

2) Sawan umum (konvulsif atau nonkonvulsif)

a) Sawan lena (Abvance)

Hanya penurunan kesadaran

Dengan komponen klonik ringan

Dengan komponen atonik

Dengan komponen tonik

Dengan automatisme

Dengan komponen autonom Lena tak khas, dapat disertai dengan:

gangguan tonus yang lebih jelas, permulaan dan berakhirnya

bangkitan tidak mendadak

b) Sawan mioklonik terjadi kontraksi mendadak, sebentar, dapat kuat atau

lemah sebagian otot atau semua otot-otot, sekali atau berulang.

Bangkitan ini dapat dijumpai pada semua umur

c) Sawan klonik, pada sawan ini tidak ada komponen tonik, hanya terjadi

kejang kelojot. Dijumpai terutama sekali pada anak

10

Page 11: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Epilepsia

d) Sawan tonik, Pada sawan ini tidak ada komponen klonik, otot – otot

hanya menjadi kaku, juga terdapat pada anak

e) Sawan tonik-klonik

f) Sawan atonik, Pada keadaan ini otot – otot seluruh badan mendadak

melemas sehingga pasien terjatuh. Kesadaran dapat tetap baik atau

menurun sebentar. Sawan ini terutama sekali dijumpai pada anak

D. ETIOLOGI

a. Penyebab pada kejang epilepsi sebagianbesara belum diketahui (Idiopatik)

Sering terjadi pada:

1) Trauma lahir, Asphyxia neonatorum

2) Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf

3) Keracunan CO, intoksikasi obat/alcohol

4) Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)

5) Tumor Otak

6) kelainan pembuluh darah (Tarwoto, 2007)

b. Acquerit : kerusakan otak, keracunan obat, metabolik, bakteri.

1) Trauma Lahir

2) Trauma Kepala (5-50%)

3) Tumor Otak

4) Stroke

5) Cerebral Edema (bekuan darah pada otak)

6) Hypoxia

7) Keracunan

8) Gangguan Metabolik

9) Infeksi. (Meningitis)

c. Penyebab spesifik epilepsi :

1) Kelainan yang terjadi selama perkembangan janin/kehamilan ibu, seperti

ibu menelan obat-obat tertentu yang dapat merusak otak janin, mengalami

infeksi, minum alcohol, atau mengalami cidera.

2) Kelainan yang terjadi pada saat kelahiran, seperti kurang oksigen yang

mengalir ke otak (hipoksia), kerusakan karena tindakan.

3) Cidera kepala yang dapat menyebabkan kerusakan pada otak.

4) Tumor otak merupakan penyebab epilepsy yang tidak umum terutama

pada anak-anak.

5) Penyumbatan pembuluh darah otak atau kelainan pembuluh darah otak.

6) Radang atau infeksi pada otak dan selaput otak, yaitu encephalitis dan

meningitis. Organ-organ dari CNS (otak dan medulla spinalis) dilapisi

oleh tiga lapisan jaringan konektifyang disebut dengan meningen dan

berisikan pia meter, arachnoid, dan durameter. Meningen ini membantu

menjaga aliran darah dan cairan cerebrospinal. Struktur-struktur ini

11

Page 12: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Epilepsia

merupakn yang dapat terjadi meningitis, inflamasi meningitis, dan jika

terjadi keparahan maka dapat menjadi encephalitis, dan inflamasi otak.

7) Penyakit keturunan seperti fenilketonuria (FKU), sclerosis tuberose dan

neurofibromatosis dapat menyebabkan kejang-kejang yang berulang.

8) Kecerendungan timbulnya epilepsy yang diturunkan. Hal ini disebabkan

karena ambang rangsang serangan yang lebih rendah dari normal

diturunkan pada anak.

9) Gangguan mekanisme biologis : abnormalitas dalam otak  yang

menyebabkan sejumlah sel-sel syaraf dan kortex serebral menjadi aktif

secara serempak, memancarkan secara tiba-tiba, dan peledakan yang

berlebihan dari energy elektrikal. Hal ini meliputi kerja dari kanal-kanal

ion dan neurotransmitter (Gamma aminobutyric acid (GABA), Serotonin,

Acetylcholine  ).

E. PATOFISIOLOGI

Mekanisme terjadinya serangan epilepsi ialah :

a. Adanya focus yang bersifat hipersensitif (focus epilesi) dan timbulnya

keadaan depolarisasi parsial di jaringan otak

b. Meningkatnya permeabilitas membran.

c. Meningkatnya senstitif terhadap asetilkolin, L-glutamate dan GABA (gama-

amino-butiric-acid) bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik

saraf dalam sinaps.

Fokus epilepsy dapat menjalar ke tempat lain dengan lepasnya muatan

listrik sehingga terjadi ekstasi, perubahan medan listrik dan penurunan ambang

rangasang yang kemudian menimbulkan letupan listrik masal. Bila focus tidak

menjalar kesekitarnya atau hanya menjalar sampai jarak tertentu atau tidak

melibatkan seluruh otak, maka akan terjadi bangkitan epilepsy lokal (parsial).

Menurut para penyelidik bahwa sebagian besar bangkitan epilepsi berasal

dari sekumpulan sel neuron yang abnormal di otak, yang melepas muatan

secara berlebihan dan hypersinkron. Kelompok sel neuron yang abnormal ini,

yang disebut juga sebagai fokus epileptik mendasari semua jenis epilepsi, baik

yang umum maupun yang lokal (parsial). Lepas muatan listrik ini kemudian

dapat menyebar melalui jalur-jalur fisiologis-anatomis dan melibatkan daerah

disekitarnya atau daerah yang lebih jauh letaknya di otak.

Tidak semua sel neuron di susunan saraf pusat dapat mencetuskan

bangkitan epilepsi klinik, walaupun ia melepas muatan listrik berlebihan. Sel

neuron diserebellum di bagian bawah batang otak dan di medulla spinalis,

walaupun mereka dapat melepaskan muatan listrik berlebihan, namun posisi

mereka menyebabkan tidak mampu mencetuskan bangkitan epilepsi. Sampai

saat ini belum terungkap dengan pasti mekanisme apa yang mencetuskan sel-sel

12

Page 13: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Epilepsia

neuron untuk melepas muatan secara sinkron dan berlebihan (mekanisme

terjadinya epilepsi).

Mekanisme yang pasti dari aktivitas kejang pada otak tidak semuanya

dapat dipahami. Beberapa pemicu menyebabkan letupan abnormal mendadak

stimulasi listrik, menganggu konduksi syaraf normal otak. Pada otak yang tidak

rentan terhadap kejang, terdapat keseimbangan antar sinaptik eksitatori dan

inhibitori yang mempengaruhi neuron postsinaptik. Pada otak yang rentan

terhadap kejang, keseimbangan ini mengalami gangguan, menyebabkan pola

ketidakseimbangan konduksi listrik yang disebut perpindahan depolarisasi

paroksismal. Perpindahan ini dapat terlihat baik ketika terdapat pengaruh

eksitatori yang berlebihan atau pengaruh inhibitori yang tidak mencukupi

(Hudak dan Gallo, 1996).

Ketidakseimbangan asetilkolin dan GABA. Asetilkolin dalam jumlah

yang berlebihan menimbulkan bangkitan kejang, sedangkan GABA

menurunkan eksitabilitas dan menekan timbulnya kejang.

13

Page 14: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Epilepsia

F. PATHWAY

Sumber : Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persyarafan, Arif

muttaqin (2011).

14

Factor predisposisi

- Pasca trauma kelahiran, asfiksia neonates, pasca cedera kepala- Riwayat bayi dari ibu yang menggunakan obat anti konvuslan- Riwayat ibu yang mempunyai resiko tinggi- Adanya riwayat penyakit infeksi pada masa kanak-kanak- Keracunan, gangguan metabolism dan nutrisi gizi- Riwayat gangguan sirklasi serebral- Riwayat demamtinggi- Riwayat keturunan, riwayat tumor otak, abses dan keturunan epilepsi

Gangguanpada system listrik dari sel-sel saraf pusat pada suatu bagian otak

Sel-sel memberikan muatan listrik yang abnormal, berlebihan secara berulang dan tidak terkontrol

Priode pelepasan impuls yang tidak diinginkan

Aktivitas kejang umum lama akut, tanpa pernbaikan kesadaran penuh di antara serangan

Status epileptikus

Briting & CirculasionGangguan pertukaran o2

dan Co2 dalam darah

Pola nafas tidak efektif

AirwayGangguan pernafasan

Kebutuhan metabolik besar

Gangguan Perfusi jaringan

Kejang parsial

Peka rangsangan

Kejang berulang

Resiko tinggi injuri

Gangguan perilaku, alam perasaan,sensasi dan

persepsi

Gangguan harga diri dan identitas pribadi

Penurunan kesadaran

Tidak tahu keadaannya

Kurangnya pengetahuan

Page 15: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Epilepsia

G. MANIFESTASI KLINIK

a. Kejang Parsial Sederhana

Hanya jari atau tangan yang bergetar; atau mulut yang bergergerak tak

terkontrol; bicara tidak dapat dimengerti; mungkin pening; dapat mengalami

perubahan penglihatan, suara, bau atau pengecapan yang tak lazim atau tak

menyenangkan.

b. Kejang Parsial Kompleks

Masih dalam keadaan sedikit bergerak atau gerakan secara otomatis

tetapi tidak bertujuan; dapat mengalami perubahan emosi, ketakutan, marah,

kegirangan, atau peka rangsang yang berlebihan; tidak mengingat periode

tersebut ketika sudah berlalu.

c. Kejang Umum (kejang grand Mal)

Mengenai kedua hemisfer otak, kekuatan yang kuat dari seluruh tubuh

diikuti dengan perubahan kedutan dari relaksasi otot dan kontraksi (kontraksi

tonik klonik umum)

H. FASE SERANGAN KEJANG

a. Fase Prodromal

Beberapa jam/hari sebelum serangan kejang. Berupa perubahan alam

rasa (mood), tingkah laku

b. Fase Aura

Merupakan fase awal munculnya serangan. Berupa gangguan perasaan,

pendengaran, penglihatan, halusinasi, reaksi emosi afektif yang tidak

menentu.

c. Fase Iktal

Merupakan fase serangan kejang, disertai gangguan muskuloskletal.

Tanda lain : hipertensi, nadi meningkat, cyanosis, tekanan vu meningkat,

tonus spinkter ani meningkat, tubuh rigid-tegang-kaku, dilatasi pupil, stridor,

hipersalivasi, lidah resiko tergigit, kesadaran menurun.

d. Fase Post Iktal

Merupakan fase setelah serangan. Ditandai dengan : confuse lama,

lemah, sakit kepala, nyeri otot, tidur lama, amnesia retrograd, mual, isolasi

diri.

e. Status Epileptikus

Serangan kejang yang terjadi berulang, merupakan keadaan darurat.

Berakibat kerusakan otak permanen, dapat disebabkan karena : peningkatan

suhu yang tinggi, penghentian obat epileptik, kurang tidur, intoksikasi obat,

trauma otak, infeksi otak.

15

Page 16: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Epilepsia

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Elektroensefalogram (EEG)

Digunakan  untuk mengklasifikasi tipe kejang, waktu serangan. EEG

adalah pemeriksaan gelombang otak untuk meneliti ketidaknormalan

gelombang. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk dilakukan pada kejang

demam yang baru terjadi sekali tanpa adanya defisit (kelainan) neurologis.

Tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa EEG yang dilakukan saat

kejang demam atau segera setelahnya atau sebulan setelahnya dapat

memprediksi akan timbulnya kejang tanpa demam di masa yang akan

datang. Walaupun dapat diperoleh gambaran gelombang yang abnormal

setelah kejang demam, gambaran tersebut tidak bersifat prediktif terhadap

risiko berulangnya kejang demam atau risiko epilepsi.

b. Neuroimaging

Yang termasuk dalam pemeriksaan neuroimaging antara lain:

1) CT Scan

Digunakan untuk mendeteksi lesi pada otak, fokal abnormal,

serebrovaskuler abnormal, gangguan degeneratif serebral. Merupakan test

gambaran otak pertama yang dianjurkan untuk banyak anak dan dewasa

dengan kejang awal. Teknik gambaran ini cukup sensitive untuk berbagai

tujuan.

Teknik penggambaran yang lebih sensitive dibandingkan dengan x-

ray, mengikuti makna yang tinggi  terhadap struktur tulang dan jaringan-

jaringan yang lunak.clear images dari orga-organ seperti otak, otot,

struktur join, vena, dan arteri.

2) MRI (magnetic resonance imaging) kepala.

Digunakan untuk melihat ada tidaknya neuropati fokal. MRI lebih

disukai karena dapat mendeteksi lesi kecil (misalnya lesi kecil,

16

Page 17: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Epilepsia

malformasi pembuluh, atau jaringan parut) di lobus temporalis. Gambaran

dari MRI dapat digunakan untuk persiapan pembedahan.

Kedua pemeriksaan tersebut tidak dianjurkan pada kejang demam

yang baru terjadi untuk pertama kalinya.

c. Kimia darah : hipoglikemia, meningkatnya BUN, kadar alkohol darah.

d. Pungsi Lumbar. Pungsi lumbar adalah pemeriksaan cairan serebrospinal

(cairan yang ada di otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti

kecurigaan meningitis. Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang demam

pertama pada bayi.

e. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan seperti pemeriksaan darah rutin, kadar elektrolit, kalsium,

fosfor, magnsium, atau gula darah tidak rutin dilakukan pada kejang demam

pertama. Pemeriksaan laboratorium harus ditujukan untuk mencari sumber

demam, bukan sekedar sebagai pemeriksaan rutin.

J. EFEK/KOMPLIKASI

a. Dampak pada anak-anak

1) Long-Term General Effects. Secara umum untuk efek jangka lama dari

kejang sangat bergantung pada penyebabnya.  Anak-anak yang

mengalami epoilepsi akan berdampak terhadap kondisi yang spesifik

(contohnya injuri kepala dan gangguan syaraf) mempunyai mortalitas

lebih tinggi dari pada populsi normal.

2) Effect on Memory and Learning. Secara umum anak-anak yang

mengalami kejang akan lebih berdampak pada perluasan gangguan otak

dan akan terjadi keburukan. Anak dengan kejang yag tidak terkontrol

merupakan faktor resiko terjadinya kemunduran intelektual.

3) Social and Behavioral Consequences. Gangguan pengetahuan dan

bahasa, dan emosi serta gangguan tingkahlaku, terjadi pada sejumlah anak

dengan beberapa sindrom epilepsy parsial. Anak-anak tersebut biasanya

berpenapilan denagn sikap yang burk dibandingkan dengan anak-anak

lainnya.

b. Dampak pada dewasa

1) Effect on Mental Functioning in Adults. Dampak dari epilepsy dewasa

adalah pada fungsi mental yang tidak benar.

2) Psychological Health.  Kira-kira 25-75% orang dewasa dengan epilepsy

menunjukan tanda-tanda depresi. Orang dengan epilepsi mempunyai

resiko tinggi untuk bunuh diri, setelah 6 bulan didiagnosa. Resiko bunuh

diri terbesar diantara orang-orang yang terkena epilepsy dan mengarah

pada kondisi psikiatrik seperti depresi, gangguan ansietas, skizoprenia,

dan penggunaan alcohol kronik.

17

Page 18: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Epilepsia

3) Overall Health. Beberapa pasien dengan epilepsi menggambarkan dirinya

dengan wajar atau buruk, orang dengan epilepsy juga melaporkan ambang

nyeri yang lebih besar, depresi dan ansietas, serta gangguan tidur.faktanya

kesehatan mereka dapat disamakan dengan orang dengan penyakit kronik,

meiputi arthritis, masalah jantung, diabetes, dan kanker.

c. Dampak pada kesehatan seksual dan reproduksi

1) Effects on Sexual Function. Pasien dengan epilepsi akan mengalami

gangguan sexual, meliputi impotensi pada laki-laki. Penyebab-penybab

dari masalah-masalah tersebut kemungkinan emosi, indusi medikasi, atau

menghasilkan perubahan pada tingkat hormone.

2) Epilepsy pada childhood dapat mengakibatkan gangguan pada pengaturan

hormone puberitas.

3) Kejang yang persisten pada adult dapat dihubungkan dengan hormonal-

hormonal lain dan perubahan neurologi yang berkontribusi terhada

disfungsi seksualitas.

4) Emosi negatif yang mengarah pada epilepsy dapat mengurangi perjalanan

seksual.

K. PENATALAKSANAAN

Penatalaksaan epilepsy direncanakan sesuai dengan program jangka

panjang dan dibuat untuk memenuhi kebutuhan khusus masing-masing klien.

Tujuan dari pengobatan adalah untuk menghentikan kejang sesegera

mungkin, untuk menjamin oksigenasi serebral yang adekuat, dan untuk

mempertahankan klien dalam status bebas kejang.

Pengobatan Farmakologis :

a) Pengobatan biasanya dimulai dengan dosis tunggal.

b) Pengobatan anti konvulsan utama termasuk karbamazepin, primidon,

fenitoin, fenobarbital, etosuksimidin, dan valproate.

c) Lakukan pemeriksaan fisik secara periodic dan pemeriksaan laboratorium

untuk klien yang mendapatkan obat yang diketahui mempunyai efek

samping toksik.

d) Cegah terjadinya hiperplasi gingival dengan hygiene oral yang menyeluruh,

perawatan gigi teratur, dan masase gusi teratur untuk klien yang

mendapatkan fenitoin (Dilantin).

Pembedahan

a) Diindikasikan bila epilepsy diakibatkan oleh tumor intrakranial, abses, kista,

atau anomaly vaskuler.

b) Pengangkatan secara pembedahan pada focus epileptogenik dilakukan untuk

kejang yang berasal dari area otak yang terkelilingi dengan baik yang dapat

dieksisi tanpa menghasilkan kelainan neurologis yang signifikan.

18

Page 19: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Epilepsia

A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Keadaan Umum

Pada kasus epilepsia terjadi pelepasan aliran listrik yang berlebihan disel

neuron saraf pusat yang dapat menimbulkan hilangnya kesadaran, sehingga

pada pengkajian gawat darurat kondisi umum klien tergolong sakit

berat. sakit berat

b. Penggolongan sesuai Triage

Epilepsi merupakan manifestasi lepasnya muatan listrik yang berlebihan di

sel neuron saraf pusat yang dapat menimbulkan hilangnya kesadaran,

gerakan involunter, fenomena sensorik abnormal, kenaikan aktivitas otonom,

sehingga dapat menyebabkan kematian apabila terlambat mendapatkan

pertolongan. Oleh karena itu epilepsi termasuk ke dalam P1 (urgent).

c. Pengkajian kesadaran

Setelah melakukan pengkajian kesan umum, kaji status mental pasien

dengan berbicara padanya. Kenalkan diri, dan tanya nama pasien. Perhatikan

respon pasien. Bila terjadi penurunan kesadaran, lakukan pengkajian

selanjutnya.

Pengkajian kesadaran dengan metode AVPU meliputi :

1) Alert (sadar lingkungan)

Pada kasus ini klien tidak berespon terhadap lingkungan sekelilingnya

karena kondsi klien tidak sadar.

2) Respon velbal (menjawab pertanyaan)

Pada kasus ini klien tidak berespon terhadap pertanyaan perawat atau tim

medis lainnya saat melakukan pengkajian.

3) Tidak berespon (U)

Pada kasus ini klien tidak berespon terhadap stimulus verbal dan nyeri

ketika dicubit dan ditepuk wajahnya, karena klien tidak sadar.

d. Primery survey

a. Airway ( jalan nafas ) : Adanya sumbatan jalan nafas sehingga

menyebabkan klien sulit bernafas.

Tindakan yang dilakukan :

1) Semua pakaian ketat dibuka

2) Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung

3) Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen

4) Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan

oksigen.

5) Observasi TTV setiap 5 menit

Evaluasi :

1) Inefektifan jalan nafas tidak terjadi

19

Page 20: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Epilepsia

2) Jalan nafas bersih dari sumbatan

3) RR dalam batas normal

4) Suara nafas vesikuler

b. Breathing (pola nafas)

Pada fase iktal, pernapasan klien menurun/cepat, peningkatan

sekresi mukus, dan kulit tampak pucat bahkan sianosis. Pada fase post

iktal, klien mengalami apneu, Na meningkat, kebutuhan O2 dan energi

meningkat untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoxia

dan menimbulkan terjadinya asidosis.

Tindakan yang dilakukan :

1) Mengatasi kejang secepat mungkin

Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam

keadaan kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat

kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga

secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang

diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui

intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga

berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara

intravena.

2) Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan

oksigen

Evaluasi :

1) RR dalam batas normal

2) Tidak terjadi asfiksia

3) Tidak terjadi hipoxia

c. Circulation

Pada fase iktal terjadi peningkatan nadi dan penurunan tekanan darah,

sehingga terjadi gangguan pertukatan O2 dan CO2 dalam darah yang

menyebabkan akral dingin, sianosis, dan klien biasanya dalam keadaan

tidak sadar.

Tindakan yang dilakukan :

1) Semua pakaian ketat dibuka

2) Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung

3) Usahakan agarjalan napas bebas untuk menjamin  kebutuhan oksigen

4) Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan

oksigen

5) Observasi TTV setiap 5 menit

Evaluasi :

1) Tidak terjadi gangguan peredaran darah

2) Tidak terjadi hipoxia

20

Page 21: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Epilepsia

3) Tidak terjadi kejang

4) RR dalam batas normal

e. Secondary survey

1) Riwayat pasien

a) S (sign and symptom) : Terjadi kejang yang berulang, klien tidak sadar

dengan lingkungan.

b) A (allergies) : kaji apakah pasien ada riwayat alergi.

c) M (Medication) : kaji riwayat pengobatanya pasien.

d) P (Pentinant past medical histori) : kaji riwayat penyakit dahulu

pasien.

e) L (Last oral intake solid liquid) : kaji kejadian sebelumnya.

f) E (Event leading to injuri ilmes)

2) TTV

a) Tekanan darah : tekanan darah pada pasien gigitan binatang cenderung

mengalami penurunan dibawah 100/80 mmHg

b) Irama dengan kekuatan nadi meningkat

c) Irama, kedalaman dan penggunaan otot bantu pernapasan : klien

dengan epilepsi mengalami pernapasan yang tidak teratur, akral dingin,

terjadi sianosis, apneu.

d) Suhu tubuh klien menurun < 36 ºC, N : 110-120 kali/menit.

Tindakan: rujuk ke fasilitas kesehatan sesuai triage

Evaluasi: evaluasi keadaan umum pasien, pantau keadaan pasien setiap 15 menit atau sesuai indikasi.

3) Pemeriksaan fisik

a) Kepala dan leher

Sakit kepala, leher terasa kaku

b) Thoraks

Pada klien dengan sesak, biasanya menggunakan otot bantu napas

c) Ekstermitas

Keletihan, kelemahan umum, keterbatasan dalam beraktivitas,

perubahan tonus otot, gerakan involunter/kontraksi otot, akral dingin,

sianosis.

d) Eliminasi

Peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus sfingter. Pada post iktal

terjadi inkontinensia (urine/fekal) akibat otot relaksasi

e) Sistem pencernaan

Sensitivitas terhadap makanan, mual/muntah yang berhubungan

dengan aktivitas kejang, kerusakan jaringan lunak

21

Page 22: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Epilepsia

f. Analisa data

Data Etiologi MasalahDS : keluarga klien

mengeluh kelien sulit bernafas

DO: Klien nampak

sesak Klen biasanya

menggunakan otot bantu napas

R : 30-35 kali/menit.

Peningkatan sekresi mukosa

Sumbatan jalan nafas

Pola nafas tidak efektif

Pola napas tidak efektif

DS : keluarga klien mengeluh klien dingin di ujung tangan dan kaki

DO: Akral dingin Sianosis, apneu N : 110-120

kali/menit. TD : < 100/80

mmHg

Pola nafas tidak efektif

Gangguan pertukaran O2 dan CO2 dalam

darah

Gangguan perfusi jaringan

Gangguan perfusi jaringan

DS : keluarga klien mengeluh klien kejang

DO: klien tidak sadar klien kejang N : 110-120

kali/menit. TD : < 100/80

mmHg

Gangguan ion kalium dalam pembentukan

impuls

Penurunan Kesadaran

Resiko tinggi injuri

Resiko tinggi injuri

DS : Keluarga klien mengatakan klien tidak sadar

DO : Klien tidak sadar Klien tidak

mampu mengontrol dirinya

Penurunan Kesadaran

Persepsi tidak terkontrol

Gangguan harga diri/identitas pribadi

Gangguan harga diri/identitas pribadi

DS : Keluarga klien mengatakan klien tidak mengetahui keadaannya.

DO: Klien tidak tidak

tahu keadaannya Klien tidak bias

menjawab pertanyaan.

Penurunan Kesadaran

Tidak tahu keadaannya

Kurang pengetahuan

Kurang pengetahuan

22

Page 23: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Epilepsia

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan epilepsi

adalah:

a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler,

peningkatan sekresi mucus

b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan tidak efektif pertukaran O2

dan C02 dalam darah.

c. Resiko tinggi injuri b.d perubahann kesadaran , kerusakan kognitif,selama

kejang atau kerusakan perlindungan diri.

d. Gangguan harga diri/identitas pribadi berhubungan dengan stigma berkenaan

dengan kondisi, persepsi tidak terkontrol ditandai dengan pengungkapan

tentang perubahan gaya hidup, takut penolakan; perasaan negative tentang

tubuh

e. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses perjalanan penyakit

berhubungan dengan kurangnya informas

3. INTERVENSI

a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler,

peningkatan sekresi mucus

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2 x 60 menit diharapkan pola

nafas klien efektif

Kriteria Hasil : Mempertahankan pola pernapasan efektif dengan jalan napas

paten.

Intervensi Rasional

Anjurkan klien untuk mengosongkan mulut dari benda/zat tertentu/gigi palsu atau alat lainnya jika fase aura terjadi dan untuk menghindari rahang mengatup jika kejang terjadi tanpa ditandai gejala awal

Letakkan klien pada posisi miring, permukaan datar, miringkan kepala selama serangan kejang

Tanggalkan pakaian pada daerah leher, dada, dan abdomen

Masukkan spatel lidah/ jalan napas buatan atau gulungan benda lunak sesuai indikasi

Lakukan penghisapan sesuai indikasi

Menurunkan resiko aspirasi atau masuknya benda asing ke faring

Meningkatkan aliran (drainase) secret, mencegah lidah jatuh sehingga menyumbat jalan napas

Untuk memfasilitasi usaha bernapas

Mencegah tergigitnya lidah dan memfasilitasi saat melakukan penghisapan lender. Jalan napas buatan mungkin diindikasikan setelah meredanya aktivitas kejang jika pasien tersebut tidak sadar dan tidak dapat mempertahankan posisi lidah yang aman

Menurunkan resiko aspirasi atau asfiksia

23

Page 24: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Epilepsia

Berikan tambahan oksigen/ ventilasi manual sesuai kebutuhan pada fase posiktal

Siapkan/bantu melakukan intubasi jika ada indikasi

Dapat menurunkan hipoksia serebral sebagai akobat dari sirkulasi yang menurun atau oksigen sekunder terhadap spasme vaskuler selama serangan kejang

Munculnya apneu yang berkepanjangan pada fase posiktal membutuhkan

b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan tidak efektif pertukaran O2

dan C02 dalam darah.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2 x 60 menit diharapkan perfusi

jaringan lebih efektif

Kriteria Hasil : akral tidak dingin, tidak terjadi sianosis pada jaringan perifer.

Intervensi Rasional Atur posisi kepala dan leher untuk

mendukung airway (jaw thrust). Jangan memutar atau menarik leher ke belakang (hiperekstensi), mempertimbangkan pemasangan intubasi nasofaring.

Atur suhu ruangan

Tinggikan ekstremitas bawah

Gunakan servikal collar, imobilisasi lateral kepala, meletakkan papan di bawah tulang belakang.

Pantau adanya ketidakadekuatan perfusi  : Peningkatan rasa nyeri Kapilari refill . 2 detik Kulit : dingin dan pucat Penurunanan output urine

Pantau GCS

Awasi pemeriksaan AGD

Untuk mempertahankan ABC dan mencegah terjadi obstruksi jalan napas

Untuk menurunkan keparahan dari poikilothermy.

Meningkatkan aliran balik vena ke jantung.

Stabilisasi tulang servikal

Sediakan oksigen dengan nasal  canul untuk mengatasi hipoksia.

Menunjukkan adanya ketidakadekuatan perfusi jaringan. Penurunan perfusi terutama di otak dapat mengakibatkan penurunan tingkat kesadaran

Penurunan perfusi jaringan dapat menimbulkan infark terhadap organ jaringan

c. Resiko tinggi injuri b.d perubahann kesadaran , kerusakan kognitif,selama

kejang atau kerusakan perlindungan diri.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2 x 60 menit diharapkan kejang

berkurang dan kesadaran meningkat

Kriteria Hasil : Mengurangi resiko injuri pada pasien

24

Page 25: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Epilepsia

Intervensi Rasional

Kaji karakteristik kejang

Jauhkan pasien dari benda benda tajam / membahayakan bagi pasien

Masukkan spatel lidah/jalan napas buatan atau gulungan benda lunak sesuai indikasi

Kolaborasi dalam pemberian obat anti kejang

Untuk mngetahui seberapa besar tingkatan kejang yang dialami pasien sehingga pemberian intervensi berjalan lebih baik

Benda tajam dapat melukai dan mencederai fisik pasien

Dengan meletakkan spatel lidah diantara rahang atas dan rahang bawah, maka resiko pasien menggigit lidahnya tidak terjadi dan jalan nafas pasien menjadi lebih lancer

Obat anti kejang dapat mengurangi derajat kejang yang dialami pasien, sehingga resiko untuk cidera pun berkurang

d. Gangguan harga diri/identitas pribadi berhubungan dengan stigma berkenaan

dengan kondisi, persepsi tidak terkontrol ditandai dengan pengungkapan

tentang perubahan gaya hidup, takut penolakan; perasaan negative tentang

tubuh.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2 x 60 menit diharapkan klien

menerima keadaannya.

Kriteria Hasil : Mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping dengan

persepsi negative pada diri sendiri

Intervensi Rasinal

Diskusikan perasaan pasien mengenai diagnostic, persepsi diri terrhadap penanganan yang dilakukannya.

Anjurkan untuk mengungkapkan/ mengekspresikan perasaannya

Identifikasi/antisipasi kemungkinan reaksi orang pada keadaan penyakitnya. Anjurkan klien untuk tidak merahasiakan masalahnya

Gali bersama pasien mengenai keberhasilan yang telah diperoleh atau yang akan dicapai selanjutnya dan kekuatan yang dimilikinya

Reaksi yang ada bervariasi diantara individu dan pengetahuan/ pengalaman awal dengan keadaan penyakitnya akan mempengaruhi penerimaan

Adanya keluhan merasa takut, marah dan sangat memperhatikan tentang implikasinya di masaa yang akan datang dapat mempengaruhi pasien untuk menerima keadaanya

Memberikan kesempatan untuk berespon pada proses pemecahan masalah dan memberikan tindakan control terhadap situasi yang dihadapi

Memfokuskan pada aspek yang positif dapat membantu untuk menghilangkan perasaan dari kegagalan atau kesadaran terhadap diri sendiri dan

25

Page 26: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Epilepsia

Tentukan sikap/kecakapan orang terdekat. Bantu menyadari perasaan tersebut adalah normal, sedangkan merasa bersalah dan menyalahkan diri sendiri tidak ada gunanya

Tekankan pentingnya orang terdekat untuk tetap dalam keadaan tenang selama kejan

membentuk pasien mulai menerima penangan terhadap penyakitnya

Pandangan negative dari orang terdekat dapat berpengaruh terhadap perasaan kemampuan/ harga diri klien dan mengurangi dukungan yang diterima dari orang terdekat tersebut yang mempunyai resiko membatasi penanganan yang optimal

Ansietas dari pemberi asuhan adalah menjalar dan bila sampai pada pasien dapat meningkatkan persepsi negative terhadap keadaan lingkungan/diri sendiri

e. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses perjalanan penyakit

berhubungan dengan kurangnya informas

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2 x 60 menit diharapkan keluarga

mengerti keadaan klien.

Kriteria Hasil : Pengetahuan keluarga meningkat, keluarga mengerti dengan

proses penyakit epilepsy, keluarga klien tidak bertanya lagi

tentang penyakit, perawatan dan kondisi klien.

Intervensi Rasional

Kaji tingkat pendidikan keluarga klien.

Kaji tingkat pengetahuan keluarga klien.

Jelaskan pada keluarga klien tentang penyakit kejang demam melalui penyuluhan.

Beri kesempatan pada keluarga untuk menanyakan hal yang belum dimengerti.

Libatkan keluarga dalam setiap tindakan pada klien.

pendidikan merupakan salah satu faktor penentu tingkat pengetahuan seseorang

untuk mengetahui seberapa jauh informasi yang telah mereka ketahui,sehingga pengetahuan yang nantinya akan diberikan dapat sesuai dengan kebutuhan keluarga

untuk meningkatkan pengetahuan

untuk mengetahui seberapa jauh informasi yang sudah dipahami

agar keluarga dapat memberikan penanngan yang tepat jika suatu-waktu klien mengalami kejang berikutnnya.

4. IMPLEMENTASI

5. Sesuai Intervensi

BAB III

PENUTUP

26

Page 27: Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Epilepsia

A. KESIMPULAN

Epilepsi merupakan gangguan susunan saraf pusat (SSP) yang dicirikan oleh

terjadinya bangkitan (seizure, fit, attact, spell) yang bersifat spontan (unprovoked)

dan berkala. Bangkitan dapat diartikan sebagai modifikasi fungsi otak yang

bersifat mendadak dan sepintas, yang berasal dari sekolompok besar sel-sel otak,

bersifat singkron dan berirama. Bangkitnya epilepsi terjadi apabila proses eksitasi

didalam otak lebih dominan dari pada proses inhibisi.

Setiap orang punya resiko satu di dalam 50 untuk mendapat epilepsi.

Pengguna narkotik dan peminum alkohol punya resiko lebih tinggi. Pengguna

narkotik mungkin mendapat seizure pertama karena menggunakan narkotik, tapi

selanjutnya mungkin akan terus mendapat seizure walaupun sudah lepas dari

narkotik. Umumnya epilepsi mungkin disebabkan oleh kerusakan otak dalam

process kelahiran, luka kepala, strok, tumor otak, alkohol. Kadang epilepsi

mungkin juga karena genetik, tapi epilepsi bukan penyakit keturunan. Tapi

penyebab pastinya tetap belum diketahui.

Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala

yang datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas

muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan berbagai

etiologi.

B. SARAN

Pada kesempatan ini penulis akan mengemukakan beberapa saran sebagai

bahan masukan yang bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu pelayanan asuhan

keperawatan yang akan datang, diantaranya :

1. Bagi institusi

Dengan adanya makalah ini dapat menambah konsep-konsep teori

keperawatan di Stikes Yarsi Mataram demi meningkatkan mutu dan kualitas.

2. Bagi perawat dan tenaga medis

Makalah ini bisa sebagai acuan dalam melakukan peraktek pada rumah

sakit supaya hasilnya sesuai dengan harapan.

3. Bagi masyarakat

Dengan adanya makalah ini masyarakat dapat mengetahui penyakit epilepsia

4. Bagi mahasiswa

Dengan adanya makalah ini dapat digunakan sebagai pembanding oleh

mahasisiwa kesehatan dalam pembuatan tugas.

27