Asuhan Keperawatan BBLR

31
Asuhan Keperawatan BBLR 31 Votes ASUHAN KEPERAWATAN BBLR OLEH : IIP ARIF BUDIMAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa dasawarsa ini perhatian terhadap janin yang mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan sangat meningkat. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kematian perinatal neonatal karena masih banyak bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir rendah. (Mochtar, 1998 ). Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan low birth weight baby ( bayi dengan berat lahir rendah = BBLR ), karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gr pada waktu lahir bukan bayi premature. Menurut data angka kaejadian BBLR di Rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 1986 adalah 24 %. Angka kematian perinatal di rumah sakit dan tahun yang sama adalah 70 % dan 73 % dari seluruh kematian di sebabkan oleh BBLR ( Prawirohardjo, 2005 ) Melihat dari kejadian terdahulu BBLR sudah seharusnya menjadi perhatian

Transcript of Asuhan Keperawatan BBLR

Asuhan Keperawatan BBLR     

 

31 Votes

ASUHAN KEPERAWATAN BBLR

OLEH :

IIP ARIF BUDIMAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam beberapa dasawarsa ini perhatian terhadap janin yang mengalami gangguan

pertumbuhan dalam kandungan sangat meningkat. Hal ini disebabkan masih tingginya

angka kematian perinatal neonatal karena masih banyak bayi yang dilahirkan dengan

berat badan lahir rendah. (Mochtar, 1998 ).

Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan low birth weight

baby ( bayi dengan berat lahir rendah = BBLR ), karena disadari tidak semua bayi

dengan berat badan kurang dari 2500 gr pada waktu lahir bukan bayi premature.

Menurut data angka kaejadian BBLR di Rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada

tahun 1986 adalah 24 %. Angka kematian perinatal di rumah sakit dan tahun yang

sama adalah 70 % dan 73 % dari seluruh kematian di sebabkan oleh BBLR

( Prawirohardjo, 2005 )

Melihat dari kejadian terdahulu BBLR sudah seharusnya menjadi perhatian yang mutlak

terhadap para ibu yang mengalamai kehamilan yang beresiko karena dilihat dari

frekuensi BBLR di Negara maju berkisar antara 3,6 – 10,8 %, di Negara berkembang

berkisar antara 10 – 43 %. Dapat di dibandingkan dengan rasio antara Negara maju dan

Negara berkembang adalah 1 : 4 ( Mochtar, 1998 ).

Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi

normal pada umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi menjadi dewasa ia akan

mengalami gangguan pertumbuhan, baik fisik maupun mental.

Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang

tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal

seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial, dan hipoglikemia. Bila

bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi

gangguan bicara, IQ yang rendah, dan gangguan lainnya.

Tabel.1

Jumlah kelahiran di Rumah Sakit Kardinah per tahun 2008 sampai dengan bulan

September 2008

Jumlah Kelahiran Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3 Jumlah

Hidup 201 218 266 685

Mati 4 7 8 19

Jumlah 704

Sumber : Data MedRec RSUD Kardinah Tegal Tahun 2008

Tabel. 2

Jumlah bayi yang di rawat di ruang Peristi per 3 bulan sampai bulan September 2008

Kasus Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3 Jumlah

Asfiksia 3 7 13 23

BBLR 32 30 36 98

BBLSR 2 8 10 20

Kelainan kongenital 1 - - -

Kelainan Mongolisme 2 - - -

Kejang - - - -

Kelainan Lain - 2 - 2

Jumlah 143

Sumber : Data MedRec RSUD Kardinah Tegal Tahun 2008

Berdasarkan latar belakang di atas maka diambilah salah satu kasus untuk pembuatan

Asuhan Keperawatan pada By. Y. dengan BBLSR dengan diagnosa Asfiksia di Ruang

Perinatologi (Dahlia) RSUD Kardinah Kota Tegal Tahun 2008.

1.1 TUJUAN PENULISAN

Adapun yang menjadi tujuan penulisan adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian BBLSR dengan kasus asfiksia.

2. Untuk mengetahui penyebab BBLSR dengan kasus asfiksia.

3. Untuk mengetahui komplikasi yang ditimbulkan oleh BBLSR pada Neonatus dan juga

perjalanan penyakit tersebut.

4. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan dan perawatan pada bayi BBLSR dengan

asfiksia.

5. Untuk memenuhi tugas praktek Program Profesi Ners Stase Keperawatan Maternitas.

1.2 MANFAAT PENULISAN

Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa dalam penetalaksanaan bayi BBLSR dengan

asfiksia pada Neonatus.

2. Sebagai sumber referensi untuk kemajuan perkembangan ilmu Keperawatan,

khususnya Keperawatan bayi baru lahir.

I.3 METODE PENULISAN

Metode Penulisan yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi, yaitu mengamati secara langsung keadaan klien melalui pemeriksaan fisik

secara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.

2. Wawancara, Yaitu merupakan cara pengumpulan data melalui komunikasi secara

lisan baik langsung dengan klien maupun dengan keluarga klien.

3. Dokumentasi, yaitu dengan membaca dan mempelajari status klien, baik data

perawatan, buku laporan yang ada diruangan.

4. Studi literatur, yaitu mengambil referensi dari berbagai literatur guna mendapatkan

keterangan dan dasar teoritis yang berkenaan dengan kasus atau masalah yang timbul.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN

Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir dengan berat badan pada saat

kelahiran kurang dari 2500 gr atau lebih rendah ( WHO, 1961 ).

Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya pada saat

kelahiran kurang dari 2500 gr sampai dengan 2499 gr.

Menurut Hanifa Wiknjosastro (2002) asfiksia neonatorum didefinisikan sebagai keadaan

dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir.

Asfiksia Neonatus adalah suatu keadaan dimana saat bayi lahir mengalami gangguan

pertukaran gas dan transport O2 dan kesulitan mengeluarkan CO2 (Markum, 2000).

Asfiksia adalah kurangnya oksigen dalam darah dan meningkatnya kadar karbon

dioksida dalam darah serta jaringan (Kamus saku kep. Edisi 22).

Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara

spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan O2 dan mungkin

meningkatkan C02 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut

(Medicine and linux.com).

B. Etiologi BBLR dan Asfiksia

1. Etiologi BBLR

a. Faktor ibu (resti).

b. faktor penyakit (toksimia gravidarum, trauma fisik).

c. faktor usia : < 20 tahun.

d. faktor ibu : riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan ante partum,

malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya,

hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan

yang terlalu dekat, infeksi, trauma dan lain-lain.

e. Faktor janin : cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini.

f. Keadaan sosial ekonomi yang rendah.

g. Kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan, merokok.

2. Etiologi Asfiksia

Etiologi secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran gas atau

pengangkutan O2 dari ibu ke janin, pada masa kehamilan, persalinan atau segera

setelah lahir, penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari :

1. Faktor Ibu

a. Hipoksia ibu

Oksigenasi darah ibu yang tidak mencukupi akibat hipoventilasi selama anestesi,

penyakit jantung sianosis, gagal pernafasan, keracunan karbon monoksida, tekanan

darah ibu yang rendah.

b. Gangguan aliran darah uterus

Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya pengaliran

oksigen ke plasenta dan kejanin. Hal ini sering ditemukan pada :

• Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat

penyakit atau obat.

• Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.

• Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.

2. Faktor plasenta

Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi

plasenta. .Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta,

misalnya:

Plasenta tipis

Plasenta kecil

Plasenta tak menempel

Solusio plasenta

Perdarahan plasenta

3. Faktor fetus

Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pcmbuluh

darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan

aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan : tali pusat menumbung, tali pusat

melilit leher kompresi tali pusat antar janin dan jalan lahir dan lain-lain.

4. Faktor Neonatus

Depresi pusat pernapasan pada bayi baun lahir dapat terjadi karena :

• Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung

dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.

• Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarah intrakranial. Kelainan

konginental pada bayi, misalnya hernia diafrakmatika atresia / stenosis saluran

pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain.

5. Faktor persalinan

• Partus lama

• Partus tindakan

(Medicine and linux.com DAN Pediatric.com)

C. PATOFISIOLOGI

Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa

kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia

ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat

perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primary gasping”

yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan.

Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan

persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi

sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan

gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya

asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primany apnea)

disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan

usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada

penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada

dalam periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi

dan penurunan tekanan darah.

Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme dan

pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan

pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidoris respiratorik, bila G3 berlanjut

dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen

tubuh , sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkuang.asam

organik terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis

metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang

disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam

jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan

mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan

kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan

menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi

darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan

gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak.

Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa pada

kehidupan bayi selanjutnya (Medicine and linux.com)

D. KLASIFIKASI KLINIK NILAI APGAR DAN BBLR :

1. Klasifikasi Asfiksia

a. Asfiksia berat ( nilai APGAR 0-3)

Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen terkendali. Karena

selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan natrikus bikarbonat 7,5% dengan dosis 2,4

ml per kg berat badan, dan cairan glucose 40%1-2 ml/kg berat badan, diberikan via

vena umbilikalis.

b. Asfiksia sedang (APGAR 4-6)

Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas kembali.

c. Bayi normal atau asfiksia ringan ( nilai APGAR 7-9).

d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10

Asfiksia berat dengan henti jantung, dengan keadaan bunyi jantung menghilang setelah

lahir, pemeriksaan fisik yang lain sama dengan asfiksia berat. Pediatric.com

2. Klasifikasi BBLR Primaturitas murni.

a. Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan masa

gestasi.

b. Dismaturitas.

c. BB bayi yang kurang dari berat badan seharusnya, tidak sesuai dengan masa

gestasinya.

d. BBLR dibedakan menjadi :

BBLR : berat badan lahir 1800-2500 gram

BBLSR : berat badan lahir < 1500 gram

BBLER : berat badan lahir ekstra rendah < 1000 gr

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Analisa gas darah ( PH kurang dari 7,20 ).

2. Penilaian APGAR Score meliputi (Warna kulit, frekuensi jantung, usaha nafas, tonus

otot dan reflek).

3. Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi.

4. Pengkajian spesifik/

5. Pemeriksaan fungsi paru/

6. Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler/

(Pediatric.com)

F. MANIFESTASI KLINIS

Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksi janin yang menimbulkan tanda:

- DJJ lebih dari 1OOx/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur

- Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala

- Apnea

- Pucat

- Sianosis

- Penurunan terhadap stimulus.

(Medicine and linux.com)

G. PENATALAKSANAAN KLINIS

1. Tindakan Umum

a. Bersihkan jalan nafas.

Kepala bayi dileakkan lebih rendah agar lendir mudah mengalir, bila perlu digunakan

larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir dari saluran nafas yang lebih

dalam.Saluran nafas atas dibersihkan dari lendir dan cairan amnion dengan pengisap

lendir, tindakan ini dilakukan dengan hati- hati tidak perlu tergesa- gesa atau kasar.

Penghisapan yang dilakukan dengan ceroboh akan timbul penyulit seperti: spasme

laring, kolap paru, kerusakan sel mukosa jalan nafas. Pada asfiksia berat dilakukan

resusitasi kardiopulmonal.

b. Rangsang reflek pernafasan.

Dilakukan setelah 20 detik bayi tidak memperlihatkan bernafas dengan cara memukul

kedua telapak kaki menekan tanda achiles. Bayi yang tidak memperlihatkan usaha

bernafas selama 20 detik setelah lahir dianggap telah menderita depresi pernafasan.

Dalam hal ini rangsangan terhadap bayi harus segera dilakukan. Pengaliran O2 yang

cepat kedalam mukosa hidung dapat pula merangsang reflek pernafasan yang sensitive

dalam mukosa hidung dan faring. Bila cara ini tidak berhasil dapat dilakukan dengan

memberikan rangsangan nyeri dengan memukul kedua telapak kaki bayi.

c. Mempertahankan suhu tubuh.

Pertahankan suhu tubuh agar bayi tidak kedinginan, karena hal ini akan memperburuk

keadaan asfiksia.Bayi baru lahir secara relative banyak kehilangan panas yang diikuti

oleh penurunan suhu tubuh. Penurunan suhu tubuh akan mempertinggi metabolisme

sel sehingga kebutuhabn oksigen meningkat. Perlu diperhatikan agar bayi mendapat

lingkungan yang hangat segera setelah lahir. Jangan biarkan bayi kedinginan

(membungkus bayi dengan kain kering dan hangat), Badan bayi harus dalam keadaan

kering, jangan memandikan bayi dengan air dingin, gunakan minyak atau baby oil

untuk membersihkan tubuh bayi. Kepala ditutup dengan kain atau topi kepala yang

terbuat dari plastik (Medicine and linux.com DAN Pediatric.com).

2. Tindakan khusus

a. Asfiksia berat

Berikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal. dapat

dilakukan dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2. Tekanan O2 yang

diberikan tidak 30 cm H 20. Bila pernafasan spontan tidak timbul lakukan message

jantung dengan ibu jari yang menekan pertengahan sternum 80 –100 x/menit.

b. Asfiksia sedang/ringan

Pasang relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri) selama 30-60 detik. Bila gagal

lakukan pernafasan kodok (Frog breathing) 1-2 menit yaitu : kepala bayi ektensi

maksimal beri O2 1-2 1/mnt melalui kateter dalam hidung, buka tutup mulut dan hidung

serta gerakkan dagu ke atas-bawah secara teratur 20 x/menit Penghisapan cairan

lambung untuk mencegah regurgitasi (Medicine and linux.com).

H. THERAPI CAIRAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA

1. Tujuan Pemberian Cairan untuk Bayi Baru Lahir dengan asfiksia

a. Mengembalikan dan mempertahankanKeseimbangan airan

b. Memberikan obat – obatan

c. Memberikan nutrisi parenteral

2. Keuntungan dan kerugian therapy Cairan

Keuntungan :

a. Efek therapy segera tercapai karena penghantaran obat ketempat target

berlangsung cepat

b. Absorbsi total, memungkinkan dosis obat lebih tepat dan therapy lebih dapat

diandalkan

c. Kecepatan pemberian dapat dikontrol sehingga efek therapy dapat dipertahankan

maupun dimodifikasi

d. Ras sakit dan iritasi obat- obat tertentu jika diberikan intramuscular dan subkutan

dapat dihindari

e. Sesuai untuk obat yang tidak dapat diabsorpsi dengan rute lain karena molekul yang

besar, iritasi atau ketidakstabilan dalam traktus gastrointestinal.

Kerugian :

1. Resiko toksisitas/anapilaktik dan sensitivitas tinggi

2. Komplikasi tambahan dapat timbul :

• Kontaminasi mikroba melalui sirkulasi

• Iritasi vaskuler ( spt phlebitis )

• Inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat tambahan.

3. Peran Perawat terhadap Therapi Cairan pada bayi baru lahir dengan asfiksia

1. Memastikan tidak ada kesalahan maupun kontaminasi cairan infuse maupun

kemasannya.

2. Memastikan cairan infuse diberikan secara benar (pasien, jenis cairan, dosis, cara

pemberian dan waktu pemberian)

3. Memeriksa kepatenan tempat insersi

4. Monitor daerah insersi terhadap kelainan

5. Mengatur kecepatan tetesan sesuai dengan program

6. Monitor kondisi dan reaksi pasien

BAB III

TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN

1. Pengumpulan Data

a. Identitas klien

Nama : By. Y

Usia : 7 hari

Jenis Kelamin : Perempuan

Ruang/kamar : Peristi/Dahlia

No. Reg : 407221

Diagnosa medik : BBLSR dengan Asfiksia Berat

Dr. penanggung jawab : dr. S Sp A

Tanggal masuk : 5-12-2008 Pukul 07.15 WIB

Tanggal pengkajian : 13-12-2008 Pukul 08.00 WIB

Apgar skor : 3 (Asfiksia Berat)

b. Identitas penanggung jawab

Nama : Tn. A

Umur : 35 tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : SMA

Hub dengan klien : Anak

Alamat rumah : Pecabean RT 04/01 Kec. Pangkah Kab. Tegal

Masalah utama :

Sesak nafas

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pada saat dikaji tanggal 13 Desember 2008 Jam 08.00 Wib, bayi tampak sesak nafas

dengan respirasi 76 x/menit. Sesak berkurang jika posisi bayi semi ekstensi dan

terpasang O2 Sungkup 5 liter/menit ditandai dengan menurunnya retraksi rongga dada

dan sesak tampak bertambah dengan posisi bayi fleksi ditandai dengan peningkatan

PCH.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Bayi lahir pada 5 – 12 – 2008 Pukul 07.15 WIB di Ruang Mawar RSUD Kardinah Tegal

melalui persalinan spontan dengan gravidarum II, APGAR SCORE pada menit pertama 3,

menit ke 5 nilainya 3 dan pada menit ke 10 nilainya 3, berat badan 1400 gram, panjang

badan 38 cm dan air ketuban berwarna jernih. Dan ibu klien mengatakan riwayat

kehamilan dan persalinan anak pertama prematur.

Riwayat penyakit keluarga :

Keluarga klien mengatakan bahwa keluarganya tidak mempunyai penyakit infeksi

menular (Misalnya TB), penyakit kardiovaskuler (Hipertensi), dan penyakit keturunan

(DM/Asma). Riwayat kehamilan persalinan sebelumnya adalah prematur dan tidak ada

riwayat kehamilan gemeli (Kembar).

Genogram

Riwayat Psikologis :

Keluarga klien mengatakan khawatir dengan keadaan bayinya, ekspresi wajah ayahnya

tampak cemas, dan bertanya-tanya mengenai kondisi bayinya ketika menjenguk

bayinya di ruang perawatan.

Data Sosial Ekonomi :

Kepala keluarga adalah ayah klien, sekaligus penangung jawab perekonomian,

keputusan diambil oleh ayah dan ibu klien secara musyawarah.

A. PENGKAJIAN FISIK :

1 Keadaan umum

Keadaan umum : Klien tampak lemah

Lingkar kepala : 26 cm

Lingkar Dada : 28 cm

Lingkar Perut : 25 cm

Panjang Badan : 38 cm

Berat badan lahir : 1400 gr

BB saat dikaji : 1200 gr

Lingkar lengan atas : 5 cm

2 Vital Sign

P : 138 x/menit

RR : 76 x/menit

T : 39,1 0C

3 Kepala

Bentuk kepala normochepal, rambut tipis lurus dengan warna rambut hitam, tidak

terdapat benjolan, tidak ada lesi, keadaan sutura sagitalis datar, tidak ada nyeri tekan,

terdapat lanugo disekitar wajah.

4 Mata

Bentuk mata simetris, tidak terdapat kotoran, bulu mata belum tumbuh, sklera tidak

ikterik.

5 Telinga

Bentuk simetris, tidak terdapat serumen, tidak terdapat benjolan dan lesi, tulang telinga

lunak, tulang kartilago tidak mudah membalik/lambat, terdapat lanugo

6 Hidung

Bentuk hidung normal, PCH positif, terpasang O2 sungkup 5 liter/menit, terpasang NGT,

keadaan hidung bersih, tidat terdapat polip dan benjolan.

7 Mulut

Bentuk bibir simetris, tidak terdapat labio palato skizis, tidak terdapat stomatitis,

mukosa bibir tampak pucat dan terdapat jamur sisa – sisa pemberian PASI.

8 Dada

Bentuk dada cekung, bersih, terdapat retraksi (pada dinding epigastrium), RR

76x/menit, suara nafas Vesikuler, Cor BJ I BJ II terdengar jelas, tidak terdapat bunyi

jantung tambahan (BJ III), tidak terdapat kardiomegali, palpasi nadi radialis brakhialis

dan karotis teraba lemah dan ireguler.

9 Punggung

Keadaan punggung bersih, terdapat banyak lanugo, tidak terdapat tanda-tanda

dekubitus/ infeksi.

10 Abdomen

Bentuk abdomen datar, BU 10 x/menit, lingkar perut 25 cm, tidak terdapat

hepatomegali, turgor kulit kurang elastis ditandai dengan kulit kembali ke bentuk

semula lebih dari 2 detik.

11 Umbilikus

Tidak ada kelainan dan tanda-tanda infeksi tali pusat, warna merah muda, bau tidak

ada, tali pusat sudah terlepas.

12 Genitalia

Labia mayor belum menutupi labia minor, Anus paten ditandai dengan bayi sudah BAB,

mekoniun sudah keluar dan warna terlihat hitam dan konsistensi lembek.

13 Integumen

Struktur kulit halus dan tipis, merah pucat (Pale Pink), lapisan lemak tipis pada jaringan

kulit, keriput, tidak ada ruam merah (Skin rash). Lanugo tersebar diseluruh permukaan

tubuh.

14 Tonus Otot

Gerakan bayi kurang aktif, bayi bergerak apabila diberi rangsangan.

15 Ekstrimitas

Atas : Bentuk simetris, jari-jari tangan lengkap, akral dingin tidak terdapat benjolan dan

lesi.

Bawah : Bentuk simetris, jari-jari kaki lengkap, akral dingin, terpasang IVFD D5 ½ NS

Mikro drip di kaki sebelah kanan dengan 10 tetes/menit, tidak terdapat benjolan dan

lesi.

Udema Sianosis

16 Refleks

Moro : Moro ada ditandai dengan cara dikejutkan secara tiba-tiba

dengan respon bayi terkejut tapi lemah (sedikit merespon)

Menggenggam : Refleks genggam positif tetapi lemah ditandai dengan respon

bayi menggenggam telunjuk pengkaji tetapi lemah.

Menghisap : Menghisap lemah ditandai dengan bayi mau menghisap dot

tetapi daya hisap masih lemah.

Rooting : Rooting positif tapi masih lemah ditandai dengan kepala bayi mengikuti

stimulus yang di tempelkan yang disentuhkan di daerah bibir bawah dagu hanya tetapi

bayi hanya mengikuti setengah dari stimulus tersebut.

Babynski : Refleks babinsky positif ditandai dengan semua jari hiper ekstensi dengan

jempol kaki dorsi pleksi ketika diberikan stimulus dengan menggunakan ujung bolpoint

pada telapak kaki.

17 Therapy

Efotax 2 x 100 mg Antibiotik iv

Gentamicine 3 x 5 mg Antibiotik iv

Aminophiline 3 x 5 mg Bronkodilator iv

Dexamethasone 3 x 1/3 ampul Kortikosteroid iv

Sanmol 2 x 0.2 cc Antipiretik parenteral

Sorbital 30 mg Antikompulsif iv (Jika perlu)

IVFD D5 ½ NS Mikro drip 9 tts/menit iv

18 Laboratorium

WBC 10.0 103/mm3 4.0/11.0 103/mm3

HGB 13,3 g/dl 11.0/18.8 g/dl

HCT 36,9 % 35.0/55.0 %

PLT 235 103/mm3 150/400 103/mm3

MPV 107 Fl 6.0/10.0 Fl

B. DATA IBU

Nama : Ny. Y

Usia : 32 tahun

Pekerjaan : IRT

Pendidikan : SMA

Status Kehamilan : G2 P2 A0 usia kehamilan 29 minggu

HPHT : 10 Mei 2008

HPL : 17 Februari 2009

Riwayat Persalinan : Persalinan spontan, P2 A0

Riwayat Kesehatan : Kehamilan prematur kurang bulan

Lama Persalinan : 8 jam 45 menit, Kala I : 7 jam, Kala II : 15 Menit, Kala III 30

menit, kala IV 1jam setelah plasenta lahir.

Riwayat ANC : Trimester 1 : 1 kali di bidan

Trimester 2 : 1 kali

Trimester 3 (usia kehamilan 7 bulan ): 2 kali di bidan

Obat – obatan : Obat warung

Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Masa Nifas dahulu

No Jk Umur Usia kehamilan Penolong BBL Nifas Masalah Ket

1. ♀ 2 hari 28 minggu Bidan 1200 gr Normal

40 hari BBLSR Meninggal

2. ♀ 7 hari 29 minggu Bidan 1400 gr Normal BBLSR Hidup

Riwayat menstruasi ibu :

Haid pertama : 12 tahun

Siklus : 28 hari teratur

Volume/banyaknya : 2 x ganti balutan

Lama haid : 5 hari

C. ANALISA DATA

No

Data Fokus Etiologi Masalah

1 Ds:

Do:

Bayi tampak sesak nafas

RR 76 x/Menit

Terlihat retraksi pada dinding epigastrium

PCH +

Terpasang O2 sungkup (5 liter / menit)

Ujung ekstrimitas teraba dingin BBLSR

Imaturitas sistem pernafasan

Usaha nafas bayi tidak maksimal (A.S : 3)

CO2 meningkat (Hiperkapneu)

Gangguan pertukaran gas GG. Pertukaran O2

2 Ds:

Do:

S : 39,1 0C/Anal

Leukosit 10. 103/mm3

Struktur kulit halus dan tipis

Bayi di simpan dalam inkubator

Imaturitas jaringan lemak pada subkutan

Mekanisme penguapan panas (E,R,K,K)

Gangguan suhu tubuh (Hipertermi)

GG. Thermoregulasi : Hypertermi

3 Ds :

Do :

NGT terpasang

IVFD D5 ½ NS Mikro drip 10tts/menit

PASI 12x 5 – 7,5 cc/hari

Refleks hisap lemah dan menelan lemah

BB lahir 1400 gr

BB saat dikaji 1200 gr Imaturitas sistim pencernaan

Motilitas usus rendah

Daya mencerna dan mengabsorpsi makanan

berkurang

Pengosongan lambung bertambah

Distensi abdomen

Kerja otot spingter kardio esophagus berkurang

Intake nutrisi kurang dari kebutuhan

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

4 Ds :

Keluarga klien mengatakan khawatir dengan keadaan bayinya

Do :

Ekspresi wajah ayahnya tampak cemas

Ayah klien sering bertanya-tanya mengenai kondisi bayinya ketika menjenguk

bayinya di ruang perawatan. BBLSR

Hospitalisasi

Perawatan ekstra di ruang perinatologi

Bonding Attachment tidak terjadi

Koping keluarga in efektif

Cemas

Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua

5 Ds

Do:

Terpasang NGT

IVFD D5 ½ NS Mikro drip10tts/menit di ekstrimitas bawah dextra

S : 39,1 0 C

Oedem pada ektremitas bawah dextra yang terpasang infus

Leukosit 10. 103/mm3

Imaturitas sistem imunologi

Rendahnya kadar Ig G ( gammaglobulin )

Penurunan antibodi dan daya tahan fagositosis belum matur

Invasi bakteri kuman patogen,selang infus/NGT

Resiko tinggi terjadi infeksi Resiko tinggi terjadi infeksi

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Imaturitas sistem pernafasan

2. Gangguan Thermoregulasi Hipertermi berhubungan dengan cairan yang

diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi

3. Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

Imaturitas sistem pencernaan

4. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan proses hospitalisasi

5. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi

E. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Imaturitas sistem pernafasan

2. Gangguan Thermoregulasi: Hipertermi berhubungan dengan cairan yang

diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi

3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas

sistem pencernaan

4. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan proses hospitalisasi

5. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi

F. NURSING CARE PLANNING (NCP)

Nama : By. Y No Medrek : 407221

Umur : 7 hari Dx Medis : BBLSR + Asfiksia

No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1 Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Asfiksia. Ditandai dengan :

Ds:

Do:

Bayi tampak sesak

RR 76 x/Menit

Terlihat retraksi pada dinding epigastrium

PCH +

Terpasang O2 sungkup (5 liter / menit) Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3 x 24 jam diharapkan gangguan pertukaran O2 kembali normal dengan kriteria

hasil :

• Nafas spontan

• O2 tidak terpasang

• PCH negatif

• Frekuensi nafas normal 30 – 60 x/menit.

• Sianosis negatif. 1. Atur posisi kepala bayi sedikit ekstensi

2. Therapi O2 sesuai kebutuhan

3. Monitor irama, kedalaman frekuensi pernafasan bayi

4. Monitor saturasi O2 tiap 2 jam

5. Kolaborasi pemberian obat bronchodilator sesuai kebutuhan 1. Posisi kepala sedikit

ekstensi bertujuan untuk membuka jalan nafas dan mempermudah pengaliran O2 atau

oksigenasi

2. Suplai O2 diberikan bertujuan untuk mempertahankan kadar O2 dalam jaringan.

3. Mengetahui perubahan yang terjadi apakah pernafasan dalam batas normal atau

terjadi gangguan.

4. Saturasi O2 dilakukan bertujuan untuk mengetahui kadar O2 dalam jaringan apakah

dalam batas normal atau terjadi gangguan.

5. Obat bronkodilator berfungsi untuk membantu menurunkan sesak.

2 Gangguan Thermoregulasi Hipertermi berhubungan dengan cairan yang

diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi

Ditandai dengan :

Ds:

Do:

S : 39,1 0C/Anal

Kadar leukosit 10. 103/mm3

Struktur kulit halus dan tipis

Bayi di simpan dalam inkubator Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x

24 jam diharapkan suhu tubuh bayi dalam batas normal kriteria hasil :

• Suhu tubuh dalam batas normal 36.50 C – 37.50C

• Bayi tidak rewel

• Bayi bisa tidur

• Kadar leukosit dalam batas normal 4.0 – 11.0 103/mm3

• Sekresi keringat tidak nampak. 1. Atur suhu inkubator sesuai dengan keadaan bayi.

2. Observasi TTV

3. Kompres bayi dengan kasa yang telah dibasahi dengan air hangat.

4. Kolaborasi pemberian obat antipiretik 1. Pengaturan suhu inkubator bertujuan untuk

mencegah bayi hipertermi dan menurunkan suhu bayi.

2. Observasi TTV ditegakan untuk mengetahui apakah bayi mengalami gangguan atau

masih dalam keadaan batas normal.

3. Kompres air hangat adalah mempercepat penurunan suhu bayi.

4. Pemberian antipiretik berfungsi untuk menurunkan suhu tubuh

3 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas

sistem pencernaan

Ditandai dengan :

Ds :

Do :

NGT terpasang

IVFD D5 ½ NS Mikro drip 10 tts/menit.

PASI 12x 5 – 7,5 cc/hari

Refleks hisap lemah dan menelan lemah

BB lahir : 1400 gr

BB saat dikaji : 1200 gr Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

kebutuhan cairan dan elektrolit dapat terpenuhi dengan kriteria :

• Turgor kulit elastis

• Tidak terjadi penurunan BB

• Produksi urine 1 -2 ml / kg BB / jam.

• Retensi cairan normal 1. Kaji reflek hisap dan menelan bayi

2. Timbang BB / hari dengan timbangan yang sama

3. Beri ASI atau PASI tiap 2 jam jika tidak terjadi retensi

4. Lakukan Oral hygiene

5. Kolaborasi pemberian cairan sesuai kebutuhan 1. Reflek hisap dan menellan pada

bayi menandakan bayi sudah dapat di berikan asupan peroral

2. Status nutrisi teridentifikasi

3. ASI PASI sebagai nutrisi utama pada bayi

4. Mencegah terjadinya kebasian sisa makanan dan terjadinya pertumbuhan jamur

5. Keseimbangan cairan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan

4 Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan tidak terjadinya

Bonding Attachment. Ditandai dengan :

Ds :

Keluarga klien mengatakan khawatir dengan keadaan bayinya

Do :

Ekspresi wajah ayahnya tampak cemas

Ayah klien terus bertanya-tanya mengenai kondisi bayinya ketika menjenguk bayinya

di ruang perawatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapakan orang tua tidak cemas lagi dengan kriteria :

• Orang tua tampak tenang

• Orang tua kooperatif

• Tidak bertanya-tanya tentang keadaan penyakit anaknya

• Orang tua suadah bertemu dengan bayinya. 1. Kaji tingkat kecemasan keluarga klien

2. kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit yang diderita bayinya

3. Beri penjelasan tentang keadaan bayinya

4. Beri waktu keluarga untuk mengungkapkan perasaannya

1. Mengetahui derajat kecemasan yang diderita oleh keluarga dan memudahkan dalam

memberikan intervensi

2. Memudahkan perawat untuk melakukan komunikasi terapeutik dalam proses

keperawatan

3. Menambah pengetahuan dengan memberikan informasi tentang keadaan yang

dialami oleh bayi

4. Mengetahui tigkat kecemasan yang dialami oleh keluarga.

5 Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi

Terpasang NGT

IVFD 10 tetes/menit

Kadar leukosit 10.103/mm3

S : 39,1 0 C

Oedem pada ektremitas yang terpasang alat tindakan medis Setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam infeksi tidak terjadi dengan kriteria :

Tidak terjadi tanda-tanda infeksi

• Kadar leukosit dalam batas normal 4.0 – 11.0 103/mm3

• Suhu dalam batas normal 36,5o C – 37,5 o C

1. Kaji tanda – tanda infeksi

2. Observasi TTV

3. Perawatan NGT

4. Perwatan IVFD

5. Kolaborasi pemberian antibiotik

1. Tanda-tanda infeksi diantaranya dolor, kalor, rubor, tumor dan fungsio laesa.

2. Untuk mengetahui keadaan umum bayi apakah terjadi gangguan atau dalam batas-

batas normal

3. Mencegah infeksi

4. Mencegah infeksi

5. Antibiotik berfungsi untuk mematikan invasi bakteri penyebab infeksi

G. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama : By. Y No Medrek : 407221

Umur : 7 hari Dx Medis : BBLSR + Asfiksia

NO DIAGNOSA

KEPERAWATAN TANGGAL/ PUKUL IMPLEMENTASI KEPERAWATAN TTD

1 Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Asfiksia

13-12-2008

08.00 WIB

08.05

15-12-2008

Pukul 08.00 WIB

08.05 WIB

16-12-2008

Pukul 08.00 WIB

08.05 WIB

1. Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensi

R : Klien tampak lemah

H : Posisi kepala sudah semi ekstensi

2. Memonitor irama, kedalaman frekuensi pernafasan bayi

R : Sesak nafas masih terlihat

H : Frekuensi pernapasan 76 x/menit, retraksi dinding dada berlebihan tidak

terdapat suara nafas tambahan

3. Melakukan observasi Therapi O2 sesuai 5 liter/menit sungkup

R : Klien tampak lemah dan pernapasan cepat dan dangkal

H : Oksigen telah terpasang dengan sungkup 5 liter/menit

4. memberikan therapy injeksi Aminophiline dosis 5 mg dan Dexamethason 1/3 ampul

secara parenteral intravena.

R : Klien tampak menyeringai ekspresi kesakitan

H : Obat bronckodilator telah diinjekan pada jam 08.00 WIB

1. Mengobservasi pemberian Therapi O2 5 liter/menit sungkup

R : klien tampak lemah dan pernapasan cepat dan dangkal

H : Oksigen telah terpasang dengan sungkup 5 liter/menit

2. Memberikan injeksi Aminophiline dosis 5 mg dan Dexamethason 1/3 ampul secara

parenteral intravena

R : Klien tampak menyeringai ekspresi kesakitan

H : Obat bronckodilator telah diinjekan pada jam 08.00 WIB

1. Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensi

R : Klien tampak lemah

H : Posisi kepala sudah semi ekstensi

2. Mengobservasi pemberian Therapi O2 sesuai 5 liter/menit sungkup

R : Klien tampak lemah dan pernapasan cepat dan dangkal

H : Oksigen telah terpasang dengan sungkup 5 liter/menit

3. Memonitor irama, kedalaman frekuensi pernafasan bayi

R : Sesak masih terlihat

H : Frekuensi pernapasan 70x/menit, retraksi dinding dada berlebihan tidak

terdapat suara nafas tambahan

4. memberikan injeksi obat Aminophiline dosis 5 mg dan Dexamethason 1/3 ampul

secara parenteral intravena.

R : Klien tampak menyeringai ekspresi kesakitan

H : Obat bronckodilator telah diinjekan pada jam 08.00 WIB

2 Gangguan Thermoregulasi Hipertermi berhubungan dengan cairan yang

diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi

13-12-2008

Pukul 08.00 WIB

08.05 WIB

08.10 WIB

15-12-2008

08.00 WIB

08.05 WIB

16-12-2008

08.00 WIB

08.05 WIB 1. Mengobservasi TTV Bayi

R : Klien tampak menangis dan meringgis

H : Vital Sign bayi

S : 39.1 0C

N: 138 x/menit

R :76x/menit

2. Memberikan Sanmol Drop 0.2 cc secara parenteral selang NGT.

R : Klien Tampak menyeringai dan menangis

H : Obat antipiretik telah diberikan

3. Mengatur suhu inkubator 35 0C

R : Bayi berada dalam inkubator

H : Suhu inkubator telah disesuaikan 35 0 C

1. Mengobservasi TTV Bayi

R : Klien tampak menangis dan meringgis

H : Vital Sign bayi

S : 37,6 0C P: 120 x/menit

R :74x/menit

2. Memberikan obat antipiretik Sanmol Drop 0.2 cc 2x perhari secara parenteral selang

NGT.

R : Klien Tampak menyeringai dan menangis

H : Obat antipiretik telah diberikan

1. Mengobservasi TTV Bayi

R : Klien tampak menangis dan meringgis

H : Vital Sign bayi

S : 370C P: 120 x/menit

R :70 x/menit

2. Memberikan obat antipiretik Sanmol Drop 0.2 cc 2x perhari secara parenteral selang

NGT.

R : Klien Tampak menyeringai dan menangis

H : Obat antipiretik telah diberikan

3 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas

sistem pencernaan 13-12-2008

09.00 WIB

09.05 WIB

15-12-2008

09.05 WIB

09.10 WIB

16-12-2008

09.05 WIB

09.10 WIB 1. Mengkaji reflek hisap dan menelan bayi

R : Bayi merespon dengan menjulurkan lidah pada saat disentuh bibirnya

H : Reflek menelan dan menghisap ada tetapi lemah dan terpasang selang NGT

2. MemberikanPASI sebanyak 5-7,5 cc melalui selang NGT

R : Klien tampak lemah

H : PASI telah diberikan sebanyak 7,5 cc melalUI selan NGT

3. Menimbang BB / hari dengan timbangan yang sama

R : Klien tampak lemah pergerakan kurang aktif

H : BB Klien 1200 gram

3. Melakukan kolaborasi pemberian cairan sesuai kebutuhan .

H : Kebutuhan cairan Bayi adalah 10 tts/menit (240 ml)

1 Memberikan PASI sebanyak 5-7,5 cc melalui selang NGT

R : Klien tampak lemah

H : PASI telah diberikan sebanyak 7,5 cc melalui selang NGT pada pukul 08.10

WIB

2 Melakukan kolaborasi pemberian cairan sesuai kebutuhan .

H : Kebutuhan cairan Bayi adalah 10 tts/menit (240 ml)

1. Memberikan PASI sebanyak 5-7,5 cc melalui selang NGT

R : Klien tampak lemah

H : PASI telah diberikan sebanyak 7,5 cc melalui selang NGT pada pukul 09.00

WIB

2. Melakukan kolaborasi pemberian cairan sesuai kebutuhan .

H : Kebutuhan cairan Bayi adalah 10 tts/menit (240 ml)

4 Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan tidak terjadinya

Bonding Attachment. 13-12-2008

11.30 WIB

15-12-2008

10.00 WIB 1. Mengkaji kecemasan keluarga

R : Keluarga mau berkomunikasi dengan perawat dan kooperatif

H : Orang tua klien mengatakan khawatir tehadap kondisi bayinya saat ini

2. Mengkaji pengetahuan orang tua tentang penyakit dan keadaan bayinya

R : Orang tua tidak mengerti dengan keadaan yang dialami bayinya.

H : Orang tua tidak mengetahui penyakit yang diderita bayinya

3. Memberi penjelasan tentang keadaan bayinya saat ini

R : Orang tua bayi tampak cemas

H : Orang tua tampak mengerti dengan penjelasan yang disampaikan perawat.

4. Memberi waktu keluarga untuk bertemu dengan bayinya

H : Orang tua telah melihat bayinya dari luar jendela ruangan dan tampak senang..

5. Memberi waktu keluarga untuk mengungkapkan perasaannya

R : Orang tua kooperatif

H : Orang tua berharap semoga bayinya cepat sembuh dan segera dibawa pulang.

.

1. Mengkaji kembali kecemasan keluarga

R : Keluarga mau berkomunikasi dengan perawat dan kooperatif

H : Orang tua klien mengatakan masih khawatir tehadap kondisi bayinya

2. Memberi waktu keluarga untuk bertemu dengan bayinya

H : Orang tua telah melihat bayinya dari luar jendela ruangan dan tampak

senang. dan ingin segera membawa bayinya pulang

5 Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi

13-12-2008

08.00 wib

08.05 WIB

12.00 WIB

15-12-2008

08.00 WIB

08.05 WIB

12.00 WIB 1. Mengkaji tanda – tanda infeksi pada daerah yang terpasang infus dan NGT

R : Klien tampak lemah dan gerakan kurang aktif

H : Pada daerah yang terpasang infus lerlihat ruam merah dan sedikit bengkak.

2. Memberikan anti biotik Efotak 100mg

R : Klien tampak lemah

H : Antibiotik telah diinjekan melalui selang IVFD

3. Melakukan kolaborasi pemberian anti biotik Gentamycin 5mg hari pada jam R : Klien

tampak tertidur

H : Antibiotik telah diinjekan melalui selang IVFD

1. Mengkaji tanda – tanda infeksi pada daerah yang terpasang infus dan NGT

R : Klien tampak lemah dan gerakan kurang aktif

H : Pada daerah yang terpasang infus lerlihat ruam merah dan sedikit bengkak.

2. Memberikan anti biotik Efotak 100mg

R : Klien tampak lemah

H : Antibiotik telah diinjekan melalui selang IVFD

3. Melakukan kolaborasi pemberian anti biotik Gentamycin 5mg hari pada jam R : Klien

tampak tertidur

4. H : Antibiotik telah diinjekan melalui selang IVFD

H. EVALUASI KEPERAWATAN

Nama : By. Y No Medrek : 407221

Umur : 7 hari Dx Medis : BBLSR + Asfiksia

NO DIAGNOSA

KEPERAWATAN TANGGAL /PUKUL EVALUASI TTD

1 Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Asfiksia

17-12-2008

Pkl. 08.00 S :

O :

• Bayi terlihat Sesaknya berkurang

• R : 68 x/menit

• O2 masih terpasang secara binasal 2 liter/menit

• Retraksi rongga epigastrium

• PCH tidak terdapat

• Tidak terjadi cyanosis

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

I :

• Atur posisi kepala bayi sedikit ekstensi

• Therapi O2 sesuai kebutuhan

• Monitor frekuensi pernafasan bayi

• Monitor saturasi O2 tiap 2 jam

• Kolaborasi pemberian obat bronchodilator sesuai kebutuhan

2 Gangguan Thermoregulasi Hipertermi berhubungan dengan cairan yang

diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi

17-12-2008

Pkl. 08.10 Wib S :

O :

• Keadaan umum bayi lemah dan gerakannya kurang aktif

• Bayi masih dalam inkubator

• Tanda-tanda vital

S: 36.5 0 C P: 108 x/ menit R. 68 x/menit

• Bayi dibedong dengan kain yang bersih dan hangat

• Kulit tipis dan belum terbentuk jaringan lemak

A : Masalah teratasi

P : Lanjutkan intervensi

I :

• Observasi TTV

• Atur suhu inkubator sesuai dengan suhu ruangan

• Kaji penyebab hipertermi/hipotermi

• Ganti popok apabila basah

Kolaborasi pemberian antipiretik sesuai kebutuhan

3 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas

sistem pencernaan 17-12-2008

Pkl. 09.00 Wib S: -

O:

• NGT tidak terpasang

• Muntah tidak ada

• Replek menghisap ada dan lemah

• PASI peroral 2 jam sekali sebanyak 5 cc

• BB: 1200 gram

• Turgor kulit tidak elastis

• IVFD D5 ½ NS Mikro drip 10 tts/menit

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi

I :

• Kaji reflek hisap dan menelan bayi

• Timbang BB / hari dengan timbangan yang sama

• Beri ASI atau PASI tiap 2 jam jika tidak terjadi retensi

• Bersihkan sisa-sisa susu di mulut bayi

• Observasi intake dan output cairan

• Kaji Bab dan BAK bayi

• Kolaborasi pemberian cairan sesuai kebutuhan perhari

4 Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan tidak terjadinya

Bonding Attachment. 17-12-2008

Pkl. 11.00 WIB S :

Orang tua bayi mengatakan ingin segera membawa pulang bayinya dan kapan bayinya

sembuh

O :

• Orang tua klien tampak gelisah

• Orang tua klien kooperatif

• Orang tua klien tampak cemas

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

I :

• Kaji tingkat kecemasan Orang Tua

• Kaji tingakat pengetahuan Orang Tua

• Beri waktu keluarga untuk bertemu dengan bayinya

• Beri penjelasan tentang keadaan bayinya

• Beri waktu keluarga untuk mengungkapkan perasaannya

• Motivasi Orang tua bayi agar selalu menjenguk selam bayi salam perawatan

5 Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi

17-12-2008

Pkl. 12.00 WIB S :

O :

• Tanda-tanda vital

• S: 36.8 0 C P: 102 x/menit R. 68 x/menit

• Terdapat bengkak pada daerah yang terpasang IVFD.

• Terpasang IVFD D5 ½ Ns 10 tts/menit

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

I :

• Kaji tanda – tanda infeksi

• Melakukan perawatan NGT dan Infus

• Observasi TTV

• Kolaborasi pemberian antibiotik

BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan study kasus BBLSR dengan Asfiksia pada By. Y di Ruang

Perinatologi/Dahlia RSUD Kardinah Tegal, ditemukan beberapa masalah keperawatan

yaitu :

6. Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Imaturitas sistem pernafasan

7. Gangguan Thermoregulasi: Hipertermi berhubungan dengan cairan yang

diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi

8. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas

sistem pencernaan

9. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan proses hospitalisasi

10. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi

Sedangkan masalah keperawatan pada teori :

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kurangnya transfer oksigen dari ibu ke

janin.

2. Resiko tinggi gangguan keseimbangan asam basa : Asidosis metabolik dan

respiratory berhubungan dengan kegagalan bernafas.

3. Resiko tinggi kurangnya volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan

pembatasan intake.

4. Resiko tinggi komplikasi Hipoglikemia berhubungan dengan peningkatan

metabolisme.

Dari beberapa diagnosa yang di temukan dilapangan, ada beberapa diagnosa yang

tidak muncul pada teori diantaranya :

1. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan proses hospitalisasi

2. Gangguan Thermoregulasi: Hipertermi berhubungan dengan cairan yang

diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi

3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas

sistem pencernaan

4. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi

normal pada umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi menjadi dewasa ia akan

mengalami gangguan pertumbuhan, baik fisik maupun mental.

Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang

tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal

seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial, dan hipoglikemia. Bila

bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi

gangguan bicara, IQ yang

Berdasarkan study kasus BBLSR dengan Asfiksia pada By. Y di Ruang

Perinatologi/Dahlia RSUD Kardinah Tegal, ditemukan beberapa masalah keperawatan

yaitu :

11. Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Imaturitas sistem pernafasan

12. Gangguan Thermoregulasi: Hipertermi berhubungan dengan cairan yang

diperoleh/sediaan cairan dalam tubuh bayi

13. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

Imaturitas sistem pencernaan.

14. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan proses hospitalisasi.

15. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologrendah,

dan gangguan lainnya.

B. SARAN

1. Intitusi Pendidikan.

Diharapkan agar lebih mempersiapkan mahasiswa yang terjun ke lahan praktek, agar

lebih bisa menerapkan apa yang telah didapat dari institusi pendidikan, dan lebih

memantau kinerja mahasiswa selama di lahan praktek, melalui bimbingan secara

intensif.

2. Lahan Praktek.

Disarankan untuk dapat meningkatkan pengawasan (bimbingan) kepada Mahasiswa

Praktikan yang selanjutnya, agar lebih baik, terarah, dalam mengaplikasikan materi

yang sudah didapat dari kampus di lahan praktek sehingga lebih meningkatkan mutu

keperawatan khususnya pada kasus-kasus BBLSR dengan Asfiksia dan menurunkan

angka kematian neonatus.

3. Mahasiswa praktikan.

Diharapkan agar lebih mendalami ilmu keperawatan, khususnya pada kasus-kasus

BBLSR dengan Asfiksia dan perinatal, juga diharapkan mampu menerapkan teori secara

aplikatif sebisa mungkin yang telah didapatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Betz, L C dan Sowden, L A. 2002. Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta : EGC.

Friedman, 1998. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.

Gaffar, Jumadi. L.O. 1999. Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC.

Garna, Heri.dkk. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi Ke

dua.Bandung : FKU Padjadjaran.

Irianto, Kus. Drs. 2004. Struktur Dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis. Bandung :

Yrama Widya.

Laksman, Hendra, T. Dr. 2003. Kamus Kedokteran. Jakarta : Djambaran.

Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1. Jakarta : EGC.

Markum. 1998. Ilmu Kesehatan Anak, Buku Ajar Jilid 1, Bagian Kesehatan Anak ,

Fakultas UI, Jakarta.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.