Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

59
ASUHAN KEBIDANAN PADA NIFAS FISIOLOGIS DI PUSKESMAS WIYUNG SURABAYA, 15-28 JUNI 2015 Oleh : ANNISA RACHMAWATI NIM. 011211232018

description

askeb nifas

Transcript of Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

Page 1: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

ASUHAN KEBIDANAN PADA NIFAS FISIOLOGIS

DI PUSKESMAS WIYUNG

SURABAYA, 15-28 JUNI 2015

Oleh :

ANNISA RACHMAWATI

NIM. 011211232018

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN

SURABAYA

2015

Page 2: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis dengan judul: “ASUHAN

KEBIDANAN PADA NIFAS FISIOLOGIS DI PUSKESMAS WIYUNG”.

Disusun oleh : Annisa Rachmawati 011211232018

Telah mendapat persetujuan dari Pembimbing Klinik dan Akademik pada :

Hari :

Tanggal :

Surabaya, Juni 2015

Mengetahui,

BAB I

Pembimbing AkademikProgram Studi Pendidikan Bidan

FKUA

Euvanggelia,S.Keb.BdNIK. 139131768

Pembimbing KlinikPuskesmas Wiyung, Surabaya

Renny Sulistyaningrum, S.STNIP . 197903052006042015

Page 3: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa Nifas adalah masa yang dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung

selama kira-kira 6 minggu.

Di masa nifas ini sering ditemukan komplikasi berupa infeksi yang dialami oleh ibu

seperti endometritis, peritonitis, luka perineum, mastitis, bendungan ASI, kelainan pada

puting susu, thromboflebitis yang sering disebabkan oleh Perdarahan, trauma persalinan,

partus lama, retensio plasenta, keadaan Umum ibu (anemia dan malnutrition).

Untuk itu, asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini, karena merupakan masa

kritis, baik pada ibu maupun pada bayinya, diperkirakan bahwa 60% diakibatkan

kehamilan setelah persalinan dan setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi

dalam 24 jam pertama (Prawirohardjo, 2007).

Pada masa nifas harus terselenggara pelayanan bagi ibu meliputi upaya

pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi,

serta penyelidikan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi,

dan nutrisi bagi Ibu. Dengan meningkatkan kualitas pelayanan maternitas diharapkan

para petugas kesehatan dapat mengurangi tingkat infeksi pada masa nifas sehingga dapat

mengurangi AKI di Indonesia.

Peningkatan kualitas pelayanan maternitas dapat dicapai salah satunya dengan

manajemen asuhan kebidan dan dokumentasi yang baik dan benar, maka dari itu dalam

laporan ini kami mengambil kasus nifas fisiologis untuk mempelajari manajemen dan

dokumentasi asuhan kebidanan pada masa nifas sehingga kami dapat meningkatkan

pengetahuan dan pelayanan pada ibu nifas fisiologis.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis

dengan menerapkan pola pikir melalui pendekatan dokumentasi kebidanan.

1.2.2 Tujuan Khusus

1.2.2.1 Menjelaskan konsep dasar teori nifas fisiologis.

1.2.2.2 Menjelaskan komsep dasar asuhan kebidanan pada nifas fisiologis dengan

pendekatan Varney

1.2.2.3 Melakukan asuhan kebidanan pada nifas fisiologis dan mendokumentasikan

dalam SOAP

Page 4: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

1.2.2.4 Melakukan pembahasan.

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Institusi Pendidikan dan Petugas Kesehatan

Diharapkan dapat bermanfaat dalam proses belajar dan mengajar serta

pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang Asuhan Kebidanan

Nifas fisiologis. Serta sebagai acuan dalam menilai pemahaman dan

keterampilan penulis dalam menyikapi kasus.

1.3.2 Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam melaksanakan asuhan

kebidanan pada ibu nifas fisiologis dengan menerapkan pola pikir melalui

pendekatan dokumentasi kebidanan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Page 5: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

2.1 Konsep Dasar Nifas Fisologis.

2.1.1 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Nifas Fisiologis.

2.1.1.1 Pengertian

Masa puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai, dan berakhir

setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali

seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. (Wiknjosastro, 2007).

Masa nifas didefinisikan sebagai periode selama dan setelah kelahiran.

Namun secara popular, diketahui istilah tersebut mencakup 6 minggu berikutnya

saat terjadi involusi kehamilan normal. (Cunningham, 2006).

Istilah puerperium (berasal dari kata puer artinya anak, parele artinya

melahirkan) menunjukkan periode 6 minggu yang berlangsung antara berakhirnya

periode persalinan dan kembalinya organ-organ reproduksi wanita ke kondisi

normal seperti sebelum hamil. (Maryunani, 2009).

2.1.1.2 Fisiologi.

Setelah plasenta dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera

setelah 1-2 hari plasenta lahir, tinggi fundus uteri kira-kira ± 3 jari di bawah

pusat,3-5 hari 1 jari di atas sympisis, 6-10 hari uterus sudah tidak teraba lagi.

Uterus menyerupai suatu buah advokat gepeng berukuran panjang ± 15 cm, lebar

± 12 cm, dan tebal ± 10 cm. Sedangkan pada bekas implantasi plasenta lebih tipis

dari bagian lain. Korpus uteri sekarang sebagian besar merupakan miometrium

yang dibungkus serosa dan dilapisi desidua. Dinding anterior dan posterior

menempel dengan tebal masing-masing 4-5 cm.. Selama 2 hari berikut uterus

tetap dalam ukuran yang sama baru 2 minggu kemudian turun ke rongga panggul

dan tidak dapat diraba lagi diatas symfisis dan mencapai ukuran normal dalam

waktu 4 minggu.

Setelah persalinan uterus seberat ± 1 kg, karena involusio 1 minggu

kemudian beratnya sekitar 500 gram, dan pada akhir minggu kedua menjadi 300

gram dan segera sesudah minggu kedua menjadi 100 gram. Jumlah sel-sel otot

tidak berkurang banyak hanya saja ukuran selnya yang berubah.

Setelah 2 hari persalinan desidua yang tertinggal dalam uterus

berdeferensiasi menjadi 2 lapisan. Lapisan superficial menjadi nekrotik terkelupas

keluar bersama lochea sementara lapisan basalis tetap utuh menjadi sumber

pembentukan endometrium baru. Proses regenerasi endometrium berlangsung

Page 6: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

cepat kecuali tempat plasenta. Seluruh endometrium pulih kembali dalam minggu

ketiga.

Segera setelah persalinan tempat plasenta kira-kira berukuran sebesar

telapak tangan. Pada akhir minggu kedua ukuran diameternya 2-4 cm.

Setelah persalinan tempat plasenta terdiri dari banyak pembuluh darah yang

mengalami trombus. Setelah kelahiran, ukuran pembuluh darah ekstra uteri

mengecil menjadi sama atau sekurang-kurangnya mendekati ukuran sebelum

hamil.

Serviks dan segmen bawah uterus menjadi struktur yang tipis, kolaps dan

kendur setelah kala II persalinan. Mulut serviks mengecil perlahan-lahan. Selama

beberapa hari setelah persalinan, porsio masih dapat dimasuki 2 jari, sewaktu

mulut serviks sempit, serviks kembali menebal dan salurannya akan terbentuk

kembali.

Miometrium segmen bawah uterus yang sangat tipis berkontraksi tetapi

tidak sekuat korpus uteri. Beberapa minggu kemudian segmen bawah menjadi

isthmus uteri yang hampir tidak dapat dilihat.

Vagina dan pintu keluar vagina akan membentuk lorong yang berdinding

lunak yang ukurannya secara perlahan-lahan mengecil. Rugae terlihat kembali

pada minggu ketiga, hymen muncul kembali sebagai potongan jaringan yang

disebut sebagai carunculae mirtiformis.

Pada dinding kandung kencing terjadi edema dan hyperemia, disamping itu

kapasitasnya bertambah besar dan relatif tidak sensitif terhadap tekanan cairan

intravesika ( Maryunani, 2009)

2.1.1.3 Tanda dan Gejala

Masa nifas ditandai dengan :

a.    Adanya perubahan fisik

1)    Uterus (Rahim)

Setelah persalinan uterus seberat ± 1 kg, karena involusio 1 minggu

kemudian beratnya sekitar 500 gram, dan pada akhir minggu kedua menjadi 300

gram dan segera sesudah minggu kedua menjadi 100 gram. Jumlah sel-sel otot

tidak berkurang banyak hanya saja ukuran selnya yang berubah.

Setelah persalinan tempat plasenta terdiri dari banyak pembuluh darah yang

mengalami trombus. Setelah kelahiran, ukuran pembuluh darah ekstra uteri

Page 7: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

mengecil menjadi sama atau sekurang-kurangnya mendekati ukuran sebelum

hamil (Saifuddin, 2006).

Proses involusi uterus disertai dengan penurunan tinggi fundus uteri (TFU).

Pada hari pertama, TFU di atas simfisis pubis atau sekitar 12 cm. proses ini terus

berlangsung dengan penurunan TFU 1 cm setiap harinya, sehingga pada hari ke-7

TFU berkisar 5 cm dan pada hari ke-10 TFU tidak teraba di simfisis pubis

(Suherni, 2009).

2)   Serviks (Leher rahim)

Serviks menjadi tebal, kaku dan masih terbuka selama 3 hari. Namun ada

juga yang berpendapat sampai 1 minggu. Bentuk mulut serviks yang bulat

menjadi agak memanjang dan akan kembali normal dalam 3-4 bulan (Saifuddin,

2006).

3)   Vagina

Vagina yang bengkak serta lipatan (rugae) yang hilang akan kembali seperti

semula setelah 3-4 minggu (Saifuddin, 2006).

4)   Abdomen

Perut akan menjadi lembek dan kendor. Proses involusio pada perut

sebaiknya diikuti olahraga atau senam penguatan otot-otot perut. Jika ada garis-

garis biru (striae) tidak akan hilang, kemudian perlahan-lahan akan berubah warna

menjadi keputihan (Saifuddin, 2006)

5)   Payudara

Payudara menjadi besar, keras dan menghitam di sekitar putting susu, ini

menandakan dimulainya proses menyusui. Pada hari ke-2 hingga ke-3 akan

diproduksi kolostrum atau susu jolong yaitu ASI berwarna kuning keruh yang

kaya akan antibody dan protein yang sangat bagus untuk bayi (Suherni , 2009).

6)    Kulit

Setelah melahirkan, pigmentasi akan berkurang, sehingga hiperpigmentasi

pada muka, leher, payudara dan lainnya akan menghilang secara perlahan-lahan

(Saifuddin, 2006).

b.  Pengeluaran lochea

Page 8: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

Cairan atau secret yang keluar pada masa nifas disebut dengan lochea.

Macam-macam lochea antara lain:

1)  Lochea Rubra

(a)    Muncul pada hari pertama sampai hari ketiga

(b)   Warna merah

(c)    Berasal dari robekan/ luka pada plasenta, liquor amni, mekonium, dan darah

2)  Lochea Sanguiolenta

(a)    Pada hari ketiga sampai hari ketujuh

(b)   Warna coklat

(c)    Terdiri dari sedikit darah, banyak serum, selaput lender, dan kuman penyakit

yang telah mati.

3) Lochea Serosa

(a)    Pada hari ketujuh sampai hari kesepuluh

(b)   Warna agak kuning cair dan tidak berdarah lagi

4)        Lochea Alba

(a)    Setelah 2 minggu ( 10 sampai 15 hari)

(b)   Berwarna kekuningan

(c)    Berisi selaput lendir, leucasisten, dan kuman penyakit yang telah mati

5) Lochea Perusenta

Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk

6) Locheastatis

Lochea tidak lancar keluar

c. Laktasi atau pengeluaran ASI

Pelepasan ASI berada dibawah kendali neuro-endokrin, rangsangan

sentuhan payudara (bayi mengisap) akan merangsang produksi oksitosin yang

menyebabkan kontraksi sel mioepitel. Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari

alveolus mammae melalui duktus ke sinus lactiverus.

Cairan pertama yang diperoleh bayi sesudah ibunya melahirkan adalah

kolostrum, yang mengandung campuran yang lebih kaya akan protein, mineral,

Page 9: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

dan antibody daripada ASI yang telah mature. ASI yang mature muncul kira-kira

pada hari ketiga atau keempat setelah kelahiran ( Prawirohardjo, 2009 )

d.  Perubahan sistem tubuh lain

1)        Endokrin

Endokrin diproduksi oleh kelenjar hypofise anterior, meningkat dan

menekan produksi FSH (Folicle Stimulating Hormon) sehingga fungsi ovarium

tertunda. Dengan menurunnya hormon estrogen dan progesteron, kondisi ini akan

mengembalikan fungsi ovarium kepada keadaan semula. (widyasih, 2009).

2)     Hemokonsentrasi

Volume darah yang meningkat saat hamil akan kembali normal dengan

adanya mekanisme kompensasi yang menimbulkan hemokonsentrasi, umumnya

terjadi pada hari ke tiga dan ke lima. (widyasih, 2009).

3)     Diastasis rekti abdominalis

Yaitu pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5 cm pada tepat setinggi

umbilikus sebagai akibat pengaruh hormon terhadap linea alba serta akibat

perenggangan mekanis dinding abdomen. Kasus ini sering terjadi pada multi

paritas, bayi besar, poli hidramnion, kelemahan otot abdomen dan postur yang

salah. Selain itu, juga disebabkan gangguan kolagen yang lebih ke arah

keturunan, sehingga ibu dan anak mengalami diastasis.

Penanganan: melakukan pemeriksaan rektus untuk mengkaji lebar celah

antara otot rektus; memasang penyangga tubigrip (berlapis dua jika perlu), dari

area xifoid sternum sampai di bawah panggul; latihan transversus dan pelvis dasar

sesering mungkin, pada semua posisi, kecuali posisi telungkup-lutut; memastikan

tidak melakukan latihan sit-up atau curl-up; mengatur ulang kegiatan sehari–hari,

menindaklanjuti pengkajian oleh ahli fisioterapi selama diperlukan ( widyasih,

2009).

4)     Tanda Hofman

Sakit di betis dan area popliteal pada dorsofleksi pasif kaki, menunjukkan

trombosis vena dalam dari betis. Juga dikenal sebagai tanda dorsofleksi. Faktor

Pembekuan biasanya meningkat selama kehamilan. Dalam hal ini, penurunan

aktivitas setelah melahirkan sekunder untuk anestesi atau trauma atau pengiriman

operasi dapat meningkatkan risiko pengembangan bekuan darah atau trombus.

Page 10: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

Penilaian tanda Hofman menyediakan informasi tentang perkembangan trombi

dan harus dievaluasi secara berkesinambungan.

Untuk melakukan tanda Hofman, pasien harus di tempat tidur dengan kaki

santai dan diperpanjang. Refleks dorsal kaki kuat (satu per satu) dan

mengevaluasi rasa sakit pada otot betis. Hasil positif adanya tanda Hofman yaitu

adanya rasa sakit yang tidak normal dan harus dilaporkan kepada penyedia

perawatan kesehatan segera. Indikator lain dari trombi mungkin meliputi

kehangatan, kemerahan atau nyeri di kaki dicurigai. Sedangkan hasil negatif

adanya tanda Hofman yaitu tidak adanya rasa sakit bilateral adalah respon yang

diinginkan ( widyasih, 2009 ).

2.1.1.4 Aspek Psikologis.

Dibagi dalam beberapa fase yaitu :

a.         Fase “Taking In”

1) Perhatian ibu terhadap kebutuhan dirinya, fase ini berlangsung selama 1-2

hari.

2) Ibu memperhatikan bayinya tetapi tidak menginginkan kontak dengan

bayinya. Ibu hanya memerlukan informasi tentang bayinya.

3) Ibu memerlukan makanan yang adekuat serta istirahat/tidur.

b.        Fase “Taking Hold”

1) Fase mencari pegangan, berlangsung ±10 hari.

2) Ibu berusaha mandiri dan berinisistif.

3) Perhatian terhadap kemampuan diri untuk mengatasi fungsi tubuhnya

seperti kelancaran bab, bak, duduk, jalan dan lain sebagainya.

4)    Ibu ingin belajar tentang perawatan diri dan bayinya.

5)    Timbul rasa kurang percaya diri.

c.         Fase “Letting Go”

1) Ibu merasakan bahwa bayinya terpisah dari dirinya.

2) Ibu mandapatkan peran dan tanggung jawab baru

3) Terjadi peningkatan kemandirian diri dalam merawat diri dan bayinya.

4) Terjadi penyesuaian dalam hubungan keluarga dan bayinya.

Ada yang membagi aspek psikologis masa nifas adalah sbb :

Page 11: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

a.         Fase Honeymoon

Yaitu fase setelah anak lahir dimana terjadi kontak yang lama antara ibu, ayah

dan anak pada fase ini.

1)        Tidak memerlukan hal-hal yang romantis

2)        Saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan yang baru.

b.        Bonding and Attachment

Menurut Nelson 2006 bonding adalah dimulainya interaksi emosi sensorik

fisik antara orang tua dan bayi segera setelah lahir.

Menurut Nelson 2006 Attachment adalah ikatan aktif yang terjadi antara individu.

c.         Post Partum Blues

Adalah dimana wanita :

1) Kadang-kadang mengalami kekecewaan yang berkaitan dan mudah

tersinggung dan terluka

2) Nafsu makan dan pola tidur terganggu, biasanya terjadi di Rumah Sakit

karena adanya perubahan hormon dan perlu transisi.

3) Adanya rasa ketidaknyamanan, kelelahan, kehabisan tenaga yang

menyebabkan ibu tertekan

4) Dapat diatasi dengan menangis. Bila tidak teratasi dapat menyebabkan

depresi.

5) Dapat dicegah dengan memberikan penyuluhan sebelumnya bahwa hal

tersebut di atas adalah normal. (Suherni, 2009)

2.1.1.5 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

1) Nutrisi dan Cairan

Kualitas dan jumlah makanan yang akan dikonsumsi akan sangat

mempengaruhi produksi ASI. Selama menyusui, ibu dengan status gizi  baik

rata-rata memproduksi ASI sekitar 800cc yang mengandung 600 kkal,

sedangkan ibu yang status ggizinya kurang biasnya akn sedikit menghasilkan

ASI. Pemberian ASI sangatlah penting, karena bayi akan tumbuh

sempurna  sebagai menusia yang sehat dan pintar, sebab ASI mengandung

DHA.

1.      Energy

Page 12: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

Penambahan kalori sepanjang 3 bulan pertama pasca post partum

mencapai 500 kkal. Rata-rata produksi ASI sehari 800 cc yang mengandung

600 kkal. Sementara itu, kalori yang dihabiskan untuk menghasilkan ASI

sebanyak itu adalah 750 kkal. Jika laktasi berlangsung selama lebih dari 3

bulan, selama itu pula berat badan ibu akan menurun, yang berarti jumlah

kalori tambahan harus  ditingkatkan.

Sesungguhnya, tambahan kalori tersebut hanya  sebesar 700 kkal,

sementara sisanya (sekitar 200 kkal) diambil dari cadanagn indogen, yaitu

timbunan lemak selama hamil. Mengingatkan efisiensi kofersi energy hanya

80-90 % maka energy dari makanan yang dianjurkan (500 kkal) hanya akan

menjadi energy ASI sebesar 400-500 kkal. Untuk menghasilkan 850cc ASI

dibutuhkan energy 680-807 kkal energy. Maka dapat disimpulkan bahwa

dengan memberikan ASI, berat badan ibu akan kembali normal dengan cepat.

2)      Protein

Selama menyusui ibu membutuhkan tambahan protein  di atas normal

sebesar 20 gram/hari. Maka dari itu ibu dianjurkan makan makanan

mengandung asam lemak omega 3 yang banyak terdapat di ikan kakap,

tongkol, dan lemuru. Asam ini akan diubah menjadi DHA yang akan keluar

sebagai ASI. Selain itu ibu dianjurkan makan makanan yang mengandung

kalsium , zat besi,  vitamin C, B1, B2, B12, dan D

Selain nutrisi, ibu juga membutuhkan banyak cairan seperti air minum.

Dimana kebutuhan minum ibu 3 liter sehari ( 1 liter setiap 8 jam)

Beberapa anjuran yang berhubungan dengan pemenuhan gizi ibu menyusui

antara lain :

a. Mengonsumsi tambahan kalori tiap hari sebanyak 500 kkal

b. Makan dengan diet berimbang, cukup protein, mineral dan vitamin

c. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari terutama setelah menyusui

d. Mengonsumsi tablet zat besi

e. Minum kapsul vitamin A agar dapaat meberikan vitamin A kepada

bayinya.

3) Ambulasi Dini

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk  selekas mungkin membimbing

pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya untuk berjalan.

Ambulasi dini ini tidak dibenarkan pada pasien dengan penyakit anemia,

Page 13: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

jantung, paru-paru, demam dan keadaan lain yang membutuhkan istirahat.

Keuntungannya yaitu :

1. Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat

2. Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik.

3. Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu

mengenai cara merawat bayinya.

4. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia.

Ambulasi dini dilakukan secara perlahan  namun meningkat secara

berangsur-angsur, mulai dari jalan-jalan ringan dari jam ke jam sampai

hitungan hari hingga pasien dapat melakukannya sendiri tanpa pendamping

sehingga tujuan memandirikan pasien dapat terpenuhi.

4) Eliminasi : Buang Air Kecil dan Besar

Biasanya dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah dapat buang air

kecil. Semakin lama urine ditahan, maka dapat mengakibatkan  infeksi. Maka

dari itu bidan harus dapat meyakinkan ibu supaya segera buang air kecil,

karena biasany ibu malas buang air kecing karena takut akan merasa sakit.

Segera buang air kecil setelah melahirkan dapat mengurangi kemungkinan

terjadinya komplikasi post partum.

Dalam 24 jam pertama, pasien juga sudah harus dapat buang air besar.

Buang air besar tidak akan memperparah luka jalan lahir, maka dari itu buang

air besar tidak boleh ditahan-tahan. Untuk memperlancar buang air besar,

anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan tinggi serat dan minum air putih.

5) Kebersihan Diri

Bidan harus bijaksana dalam memberikan motivasi ibu untuk melakukan

personal hygiene secara mandiri dan bantuan dari keluarga. Ada beberapa

langkah dalam perawatan diri ibu post partum, antara lain :

1. Jaga kebersihan seluruh tubuh ibu  untuk mencegah infeksi dan alergi kulit

pada bayi.

2. Membersihakan daerah kelamin dengan sabun  dan air, yaitu dari daerah

depan ke belakang, baru setelah itu anus.

3. Mengganti pembalut minimal 2 kali dalam sehari.

4. Mencuci tangan denag sabun dan air setiap kali selesai membersihkan

daerah kemaluan

5. Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk  menyentuh daerah luka

agar terhindar dari infeksi sekunder.

Page 14: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

6) Istirahat

Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang cukup untuk

memulihkan kembali kekeadaan fisik. Kurang istirahat pada ibu post

partum  akan mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya :

1. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi

2. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan

3. Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan diri

sendiri.

Bidan harus menyampaikan kepada pasien dan keluarga agar ibu kembali

melakukan kegiatan-kegiatan rumah tangga  secara perlahan dan

bertahap.  Namun harus tetap melakukan istirahat minimal 8 jam sehari siang

dan malam.

7) Seksual

Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah

berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa

rasa nyeri. Tetapi banyak budaya dan agama yang melarang sampai masa

waktu tertentu misalnya 40 hari atau 6 mingggu setelah melahirkan. Namun

kepiutusan itu etrgantung pada pasangan yang bersangkutan.

8) Latihan / Senam Nifas

Agar pemulihan organ-organ ibu cepat dan maksimal, hendaknya ibu

melakukan senam nifas sejak awal (ibu yang menjalani persalinan normal).

Berikut ini ada beberapa contoh gerakan  yang dapat dilakukan saat senam

nifas :

1. Tidur telentang, tangan disamping badan. Tekuk salah satu kaki, kemudian

gerakkan ke atas mendekati perut. Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali

secara bergantian untuk kaki kanan dan kkiri. Setelah itu, rileks selama 10

hitungan.

2. Berbaring telentang, tangan di atas perut, kedua kaki ditekuk. Kerutkan

otot bokong dan perut bersamaan dengan mengangkat kepala, mata

memandang ke perut selama 5 kali hitungan. Lakukan gerakan ini

senbanyak 15 kali. Roleks selama 10 hitungan.

3. Tidur telentang, tangan di samping badan, angkat bokong sambil

mengerutkan  otot anus selama 5 hitungan. Lakukan gerakan ini sebanyak

15 kali. Rileks selama 10 hitungan.

Page 15: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

4. Tidur telentang, tangan di samping badan. Angkat kaki kiir lurus keatas

sambil menahan otot perut. Lakukan  gerakan sebanyak  15 kali hitungan,

bergantian  dengan kaki kanan. Rileks selama 10 hitungan.

5. Tidur telentang, letakan kedua tangan dibawah kepala, kemudian bangun

tanpa mengubah posisi kedua kaki (kaki tetap lurus). Lakukan  gerakan

sebanyak 15 kali hitungan, kemudian rileks selama 10 hitungan sambil

menarik nafas panjang lwat hidung, keluarkan lewat mulut.

6. Posisi badan nungging, perut dan paha membentuk sudu 90 derejat.

Gerakan perut keatas sambil otot perut dan anus dikerutkan sekuat

mungkin, tahan selama 5 hitungan. Lakukan gerakan in sebanyak 15 kali,

kemudian rileks selama 10 hitugan. (Sulistyawati 2009)

2.1.1.6 Ketidaknyamanan Nifas dan Cara Menanganinya

Terdapat beberapa ketidaknyamanan pada masa nifas. Meskipun dianggap

normal, ketidaknyamanan tersebut dapat menyebabkan distres fisik yang

bermakna.

1) Nyeri setelah melahirkan

Nyeri setelah melahirkan disebabkan oleh kontraksi dan relaksasi

uterus yang berurutan yang terjadi secara terus menerus. Nyeri ini lebih

umum terjadi pada paritas tinggi dan pada wanita menyusui. Alasan nyeri

yang lebih berat pada wanita dengan paritas tinggi adalah penurunan tonus

otot uterus secara bersamaan, menyebabkan relaksasi intermiten.

Berbeda pada wanita primipara yang tonus ototnya masih kuat dan

uterus tetap berkontraksi tanpa relaksasi intermiten. Pada wanita menyusui,

isapan bayi menstimulasi produksi oksitosin oleh hipofise posterior.

Pelepasan oksitosin tidak hanya memicu refleks let down (pengeluaran

ASI) pada payudara, tetapi juga menyebabkan kontraksi uterus. Nyeri

setelah melahirkan akan hilang jika uterus tetap berkontraksi dengan baik

saat kandung kemih kosong. Kandung kemih yang penuh mengubah posisi

uterus ke atas, menyebabkan relaksasi dan kontraksi uterus lebih nyeri.

2) Keringat berlebih

Wanita postpartum mengeluarkan keringat berlebihan karena tubuh

menggunakan rute ini dan diuresis untuk mengeluarkan kelebihan cairan

interstisial yang disebabkan oleh peningkatan normal cairan intraselular

Page 16: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

selama kehamilan. Cara menguranginya sangat sederhana yaitu dengan

membuat kulit tetap bersih dan kering.

3) Pembesaran payudara

Diperkirakan bahwa pembesaran payudara disebabkan oleh kombinasi

akumulasi dan stasis air susu serta peningkatan vaskularitas dan kongesti.

Kombinasi ini mengakibatkan kongesti lebih lanjut karena stasis limfatik

dan vena. Hal ini terjadi saat pasokan air susu meningkat, pada sekitar hari

ketiga postpartum baik pada ibu menyusui maupun tidak menyusui dan

berakhir sekitar 24 hingga 48 jam.

4) Nyeri perineum

Beberapa tindakan dapat mengurangi ketidaknyamanan atau nyeri

akibat laserasi atau luka episiotomi dan jahitan laserasi atau episiotomi

tersebut. Sebelum tindakan dilakukan, penting untuk memeriksa perineum

untuk menyingkirkan komplikasi seperti hematoma. Pemeriksaan ini juga

mengindikasikan tindakan lanjutan apa yang mungkin paling efektif.

5) Konstipasi

Rasa takut dapat menghambat fungsi bowel jika wanita takut bahwa

hal tersebut dapat merobek jahitan atau akibat nyeri yang disebabkan oleh

ingatannya tentang tekanan bowel pada saat persalinan. Konstipasi lebih

lanjut mungkin diperberat dengan longgarnya abdomen dan oleh

ketidaknyamanan jahitan robekan perineum derajat tiga atau empat.

6) Hemoroid

Jika wanita mengalami hemoroid, mungkin mereka sangat merasakan

nyeri selama beberapa hari. Hemoroid yang terjadi selama masa kehamilan

dapat menimbulkan traumatis dan menjadi lebih edema selama kala dua

persalinan.

Tehnik pemulihan dari ketidaknyamanan fisik dalam masa nifas :

1) Nyeri setelah melahirkan

Beberapa wanita merasa nyerinya cukup berkurang dengan mengubah

posisi tubuhnya menjadi telungkup dengan meletakkan bantal atau

gulungan selimut di bawah abdomen. Kompresi uterus yang konstan pada

posisi ini dapat mengurangi kram secara signifikan. Analgesia efektif bagi

sebagian besar wanita yang kontraksinya sangat nyeri, seperti tylenol,

ibuprofen.

Page 17: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

2) Keringat berlebih

Keringat berlebihan selama masa nifas dapat dikurangi dengan cara

menjaga kulit tetap bersih, kering dan menjaga hidrasi yaitu minum

segelas air setiap satu jam pada kondisi tidak tidur.

3) Pembesaran payudara

Bagi ibu yang tidak menyusui:

o Tindakan untuk mengatasi nyeri bergantung pada apakah ibu

menyusui atau tidak. Bagi ibu yang tidak menyusui, tindakan ini

ditujukan untuk pemulihan ketidaknyamanan dan penghentian

laktasi.

o Menggunakan BH yang menyangga payudara

o Kompres es yang ditujukan untuk membatasi aliran darah dan

menghambat produksi air susu

o Penggunaan analgesik

o Memberikan dukungan pada ibu bahwa ini adalah masalah

sementara

Bagi ibu yang menyusu :

o Kompres hangat

o Menyusui secara sering

o Penggunaan analgesik ringan

4) Nyeri perineum

Teknik pengurangan nyeri perineum pada nifas yaitu:

o Kompres kantong es bermanfaat untuk menguarngi pembengkakan

dan membuat perineum nyaman pada periode segera setelah

melahirkan. Es harus selalu dikompreskan pada laserasi derajat tiga

atau empat, dan jika ada edema perineum. Manfaat optimal dicapai

dengan kompres dingin selama 30 menit.

o Anestesi topikal sesuai kebutuhan, contoh dari anestesi ini adalah

sprai Darmoplast, salep Nupercaine, salep nulpacaine. Jika

menggunakan salep wanita harus diajarkan untuk mencuci tangan

sebelum mengoleskannya. Salep dioleskan selama beberapa hari

postpartum selama periode penyembuhan akut baik karena jahitan

atau jika ada hemoroid.

Page 18: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

o Rendam duduk dua sampai tiga kali sehari dengan menggunakan air

dingin. Nyeri postpartum hilang dengan penggunaan rendam duduk

dingin termasuk penurunan respon pada ujung saraf dan juga fase

konstriksi lokal, yang mengurangi pembengkakan dan spasme otot.

Modifikasi dari tindakan ini adalah dengan mengalirkan air hangat

di atas perineum.

o Kompres witch hazel dapat mengurangi edema dan merupakan

analgesik. Kompres ini dibuat dengan mencampur witch hazel di

atas beberapa kassa berukuran 4 x 4 dalam mangkuk atau baskom

kecil, peras kassa hingga air tidak menetes, tetapi tetap basah, lipat

sekali dan letakkan di atas perineum.

o Cincin karet, penggunaan cincin karet mendapat kritik karena

kemungkinan mengganggu sirkulasi. Akan tetapi penggunaan yang

benar dapat memberikan pemulihan yang aman jika terjadi

penekanan akibat posisi di area perineum. Cincin karet sebaiknya

digembungkan secukupnya untuk menghilangkan tekanan tersebut.

Cincin karet harus besar dan diposisikan sedemikian rupa sehingga

tidak ada titik tekanan di area panggul.

o Latihan Kegel bertujuan menghilangkan ketidaknyamanan dan nyeri

yang dialami wanita ketika duduk atau hendak berbaring dan bangun

dari tempat tidur. Latihan Kegel akan meningkatkan sirkulasi ke area

perineum sehingga meningkatkan penyembuhan. Latihan ini juga

dapat mengembalikan tonus otot panggul. Tindakan ini merupakan

salah satu tindakan yang paling bermanfaat dan seringkali

menghasilkan akibat yang dramatis dalam memfasilitasi kemudahan

pergerakan dan membuat wanita lebih nyaman. Pada wanita yang

mendapat episiotomi, latihan Kegel ini dapat memberi efek

berlawanan sehingga dapat mengakibatkan nyeri.

o Konstipasi Masalah kontipasi dapat dikurangi dengan

mengkonsumsi makanan tinggi serat dan tambahan asupan cairan.

Penggunaan laksatif pada wanita yang mengalami laserasi derajat

tiga atau empat dapat membantu mencegah wanita mengejan.

o Hemoroid Untuk mengurangi masalah ini dapat dilakukan dengan

cara: Kantong es, Rendam duduk es

Page 19: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

2.1.1.7 Standar Asuhan Pelayanan Nifas

Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir

1. Tujuan

menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan serta

mencegah hipotermi, hipoglikemi dan infeksi.

2. Pernyataan standar

Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan

spontan, mencegah asfiksia, menemukan kelainan , dan melakukan tindakan

atau merujuk sesuai kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani

hipotermi dan mencegah hipoglikemia dan infeksi.

3. Hasil

Bayi baru lahir menemukan perawatan dengan segera dan tepat.

Bayi baru lahir mendapatkan perawatan yang tepat untuk dapat memulai

pernafasan dengan baik.

Penurunan kejadian hipotermia, asfeksia infeksi, dan hipoglekimia pada bayi

baru lahir

Penurunan terjadinya kematian bayi baru lahir

Standar 14 : Penanganan Pada Dua Jam Pertama Setelah Persalinan

1. Tujuan

Mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersih dan aman selama

persalinan kala empat untuk memulihkan kesehatan ibu dan bayi.Meningkatan

asuhan sayang ibu dan sayang bayi. Memulai pemberian ASI dalam waktu 1

jam pertama setelah persalinan dan mendukung terjadinya ikatan batin antara

ibu dan bayinya.

2. Pernyataan standar

Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi

paling sedikit selama 2 jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang

diperlukan. Disamping itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang

mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai

pemberian ASI.

3. Hasil

Page 20: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

Komplikasi segera dideteksi dan dirujuk

Penurunan kejadian infeksi pada ibu dan bayi baru lahir

Penurunan kematian akibat perdarahan pasca persalinan primer

Standar 15 : Pelayanan Bagi Ibu Dan Bayi Pada Masa Nifas

1. Tujuannya

Memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah persalinan

dan memberikan penyuluhan ASI eksklusif.

2. Pernyataan standar

Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di puskesmas dan rumah sakit

atau melakukan kunjungan ke rumah pada hari ke-tiga, minggu ke dua dan

minggu ke enam setelah persalinan, untuk membantu proses penatalaksanaan

tali pusat yang benar, penemuan dini, penatalaksanaan atau rujukan komplikasi

yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang

kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, asuhan bayi

baru lahir , pemberian ASI , imunisasi dan KB.

Hasil

Komplikasi pada masa nifassegera dideteksi dan dirujuk pada saat yang tepat

Mendukung dan menganjurkan pemberian ASI eksklusif

Mendukung penggunaan cara tradisional yang berguna dan menganjurkan

untuk menghindari kebiasaan yang merugikan

Menurunkan kejadian infeksi pada ibu dan bayi

Masyarakat semakin menyadari pentingnya keluarga berencana/penjarang

kelahiran

Meningkatkan imunisasi pada bayi. (Syafrudin, 2009)

2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Nifas Fisiologis (Manajemen Asuhan

Kebidanan).

2.2.1 Pengkajian (Data Subjektif, Data Objektif)

Dalam langkah pertama ini bidan harus mencari dan menggali data dari pasien,

baik berasal dari pasien itu sendiri, keluarga, atau data kesehatan lainnya dan hasil

pemeriksaan yang dilakukan oleg bidan itu sendiri (Varney, 2004)

No register :

Tanggal Pengkajian :

Tempat Pengkajian :

Page 21: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

Oleh :

Tempat, tanggal, dan oleh siapa pengkajian itu dilakukan agar petugas

kesehatan selanjutnya mengetahui perlakuan apa sajakah yang telah diberikan kepada

klien, sehingga menghindari adanya ‘double action’, hal ini penting untuk data yang

berkelanjutan/catatan perkembangan.

A. Subjektif

1. Identitas Klien

Bertujuan untuk mengidentifikasi/mengenal penderita dan menentukan

status sosil ekonominya yang harus kita ketahui yang bermanfaat saat kita

menentukan anjuran atau pengobatan apa yang akan diberikan (Hanni Umi

dkk, 2010). Biodata mencakup indentitas pasien, antara lain nama, umur,

agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat (Ambarwati, 2010)

Biodata

Nama :

Perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesamaan nama dengan

klien.Nama perlu ditanyakan kepada klien dan kepada suami

klien .

Umur :

Semakin tua usia ibu lebih dari 35 tahun terlalu muda (> 20 thn )

mempunyai resiko pendarahan lebih besar karena organ reproduksi

belum atau tidak mencapai titik maksimal dan menjalankan fungsi

reproduksinya.

Agama :

Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap

kebiasaan kesehatan pasien/klien. Dengan diketahuinya agama

pasien/klien, akan memudahkan bidan melakukan pendekatan di

dalam melaksanakan asuhan kebidanan. Agama merupakan aspek

yang mendukung dalam kesehatan klien. (Momon Sudarma, 2008)

Pendidikan :

Data status pendidikan diperlukan mengetahui tingkat

intelektualitas kilen, pendidikan merupakan salah bagian dalam

aspek sosial yang harus dikaji.Pendidikan juga merupakan hal yang

dapat mempengaruhi prilaku klien. (Kemenkes no 369).

Menggambarkan kemampuan seorang ibu dalam menyerap

konseling yang di berikan oleh bidan.

Page 22: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

Pekerjaan :

dikaji untuk mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap

permasalahan kesehatan, serta menunjukkan tingkat ekonomi

keluarga klien, sehingga ikut menentukan intervensi yang di

sesuaikan dengan kemampuan klien secara ekonomi.

Suku/Bangsa :

untuk mengetahui ras, sehingga mengetahui resiko penyakit yang

mungkin menyangkut dengan ras, kebiasaan suatu bangsa juga

yang dapat menunjang diagnostik

Alamat :

dikaji untuk mengetahui tempat tinggal klien, sehingga mudah

untuk melakukan kunjungan dan pemantauan.

2. Keluhan Utama

Merupakan alasan utama klien datang ke tempat bidan. Anamnesa

keluhan utama klien dipergunakan untuk membantu menentukan diagnosa

kebidanan. (Harry Oxorn & William R. Forte, Ilmu Kebidanan : Patologi dan

Fisiologi Persalinan).

Untuk mengetahui masalah yang di hadapi yang berkaitan dengan masa

nifas (Ambarwati, 2009). Putting susu dapat mengalami lecet, retak atau

terbentuk celah-celah. Putting susu lecet ini sering terjadi saat minggu-

minggu pertama setelah bayi lahir (Maryunani, 2009)

Afterpain adalah rasa sakit atau mules-mules yang disebabkan oleh

kontraksi rahim, berlangsung 2-4 jam. Tetapi, belum dirasakan oleh

ibu saat ini.

Nyeri akibat luka episiotomi, kebanyakan ibu merasakannya.

Kerigat berlebih

Pembesaran payudara

Konstipasi akibat kekurangan intake cairan.

Kurang mobilisasi ataupun makanan yang berserat.

Retensi urine karena takut sakit saat berkemih. (Maryunani, 2009)

3. Riwayat Kehamilan Sekarang

Page 23: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

Dikaji untuk mengetahui ANC teratur atau tidak, sejak lahir berapa

minggu, tempat ANC, dan untuk mengetahui riwayat kehamilannya, sudah

mendapat imunisasi TT (Tetanus Toxoid), kapan dan berapa kali

(Prawiroharjo, 2005), gerakan janin( pertamna gerakan janin di rasakan dan

bagaimana keadaannya sekarang aktif / berkurang/ tidak bergerak) , obat

yang di konsumsi dan kekhawatiran khusus. HPHT :Periode menstruasi

terakhir, digunakan sebagai dasar untuk menentukan usia kehamilan dan

perkiraan taksiran partus. Normalnya pada persalinan fisiologis usia

kehamilan memasuki usia kehamilan aterm (36-40 minggu) (Varney, 2007).

4. Riwayat obstetri yang lalu

Berapa kali ibu hamil, apakah abortus, jumlah anak, cara persalinan lalu,

siapa penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu (Ambarwati, 2010).

Kehamilan : Untuk mengetahui pasien tidak mengalami gangguan

seperti pendarahan yang hebat pada kehamilan lalu

Persalinan : untuk mengetahui persalinan yang lalu berjalan spontan,

atau sectio, aterm atau prematur, siapa yang menolong

persalinan. Tidak ada penyulit kehamilan dan persalinan

Nifas : tidak adanya panas atau pendarahan pada masa nifas

sebelumnya serta kondisi saat laktasi

Anak : anamnessis kehamilan dan persalinan anak yang

sebelumnya pernah dilakukan. Jenis kelamin anak, hidup

atau tidak, umur, sebab meninggal (jika ada yang

meninggal), serta berat bayi waktu lahir.

5. Riwayat kontrasepsi

Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi

jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi

serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa

(Ambarwati, 2009)

6. Riwayat Persalinan Ini

Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi

meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu di kaji untuk mengetahui

Page 24: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa

berpengaruh pada masa nifas saat ini (Ambarwati, 2009)

7. Riwayat kesehatan sekarang

TBC, Jantung, Ginjal, DM, HT, Hepatitis, Kelainan Darah, Gemelli

(berhubungan dengan masalah atau alasan datang).

Klien dengan riwayat penyakit jantung akan memiliki resiko

dekompensasi kordis dan infeksi nifas dan infeksi nifas akibat perfusi jaringan

. Klien dengan TBC memiliki resiko anemia karena pembentukan Hb tidak

sempurna dan mudah terjadi pendarahan post partum disamping memiliki

resiko penularan ke bayinya . Klien dengan riwayat diabetes mellitus resiko

infeksi yang besar akibat disfungsi sirkulasi bahkan bisa timbul infeksi.karena

peninggian kadar gula akan membuat proses penyembuhan menjadi lama.

Selain itu proses laktasi juga membutuhkan glukosa lebih bnyak dari wanita

dewasa sehingga resiko hipoglikemia lebih besar . Ibu dengan kelainan

pembekuan darah ( haemofilli ) akan memiliki resiko terjadinya perdarahan

post partum.

8. Riwayat kesehatan keluarga

Bila dalam keluarga ada yang menderita penyakit menular seperti TBC,

Hepatitis, ISPA maka ibu dan bayi mempunyi resiko tertular . Penyakit DM

yang di derita keluarga akan bisa menurun pada klien.  

9. Pola Fungsional Kesehatan

Pola nutrisi

Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius,

karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan

sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus

bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak

mengandung cairan.

Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai

berikut.

a)      Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari

b)      Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral,

dan vitamin yang cukup.

Page 25: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

c)      Minum sedikitnya 3 liter setiap hari

d)     Pil zat besi harus diminum untuk menambah zatt gizi, setidaknya

selama 40 hari pascapersalinan.

e)      Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan

vitamin A kepada bayinya melalui ASI.

(Saleha, 2009)

Pola eliminasi

a)      Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar

meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang

air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah (Ambarwati, 2009)

b)      Ibu diminta untuk buang air kecil minimal 6 jam post partum,

apabila setelah 8 jam post partum ibu belum dapat berkemih maka ibu

hendaknya dilakukan kateterisasi.Untuk pola buang air besar, setelah

2 hari ibu diharapkan sudah dapat buang air besar, jika pada hari ke 3

ibu belum dapat buang air besar maka ibu diberi obat peroral atau

perektal ( Saleha, 2009).

c)      Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini

disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pecernaan mendapat

tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong. Supaya buang air

besar kembali teratur dapat diberikan diit atau makanan yang

mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. (Ambarwati,

2009).

Pola Aktifitas

Segera setelah persalinan keaadan umum baik klien dapat melakukan

ambulasi dini, aktifitas santai yang berguna bagi semua sistem tubuh

terutama fungsi usus, kandung kemih . Sirkulasi darah dan paru disamping

membantu mencegah trombosit pada pembuluh darah tungkai dan

mengubah perasaan sakit menjadi sehat .

Pola Tidur-Istirahat

Istirahat yang cukup untuk ibu masa nifas yaitu pada siang kira-kira 2 jam

dan malam 7-8 jam.

Kurang istirahat pada ibu nifas dapat berakibat :

1)      Mengurangi jumlah ASI

2)      Memperlambat ivolusi, yang akhirnya bisa menyebabkan perdarahan

Page 26: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

3)      Depresi (Suherni etc.all, 2009)

Personal Higiene

Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh

karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya

infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat

penting untuk tetap dijaga (Saleha, 2009)

Pola Kesehatan Fungsional

Ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu memiliki riwayat konsumsi

alkohol, jamu-jamu tradisional atau pernah memiliki riwayat menjalani

pijat di luar tindakan medis.

10. Keadaan psikososial, budaya

Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita

mengalami banyak perubahan emosi/psikologis selama masa nifas sementara

ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu (Ambarwati, 2009)

B. OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Kesesuaian penampakan usia

b. Status gizi umum (malnutrisi atau obesitas)

c. Tingkat emosi, , adanya orientasi waktu, tempat, orang, ingatan,

proses logika, perilaku umum (bersahabat, kooperatif, menolak)

d. Temuan kegagalan sistem, seperti sianosis, distres pernafasan, batuk

persisten, abnormalitas suara dan bicara, wajah asimetris, abnormalitas

tulang

e. Postur tubuh, gaya berjalan, dan gerkan tubuh

f. Cara berjalan : apakah klien berjalan normal atau sempoyongan

Kesadaran :

1. COMPOS MENTIS : merespon dengan baik

2. APATIS : perhatian berkurang

3. SOMNOLENS : mudah tertidur walaupun sedang diajak bicara.

4. SOPOR : dengan rangsangan kuat masih memberi respons gerakan.

Page 27: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

5. SOPOR-COMATOUS : hanya tinggal reflex cornea (sentuhan ujung

kapas pada kornea, akan menutup kelopak mata).

6. COMA : tidak memberi repson sama sekali.

TTV:

Tensi Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah

setelah melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi

pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsia

postpartum. (Nanny, 2011)

Suhu Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2°C. sesudah partus

dapat naik kurang dari 0,5 °C dari keadaan normal, namun tidak

akan melebihi 8°C. Sesudah dua jam pertama melahirkan

umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu ibu lebih

dari 38°C, mungkin terjadi infeksi pada klien (Saleha, 2009)

Nadi Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menii setelah

partus, dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan

berlebihan atau ada vitium kordis pada penderita. Pada masa nifas

umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh,

sedangkan pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus

kemudian kembali seperti keadaan semula (Saleha, 2009)

Respirasi (dapat diobservasi dari frekuensi permenit, kedalaman,

keteraturan, dan tanda-tanda yang menyertai, seperti bunyi nafas

dan bau nafas (Johnson Dan Taylor, 2005) frekuensi pernafasan

dalam keadaan istirahat pada yaitu 12-20 kali/menit (Mandriawati,

2008))

BB ketika hamil : untuk mengetahui kenaikan berat badan ibu,

kenaikan berat badan setiap minggu yang tergolong

normal 0,4-0,5 kg (Mandriwati, 2008)

BB sekarang : untuk mengetahui perubahan berat badan post

partum.

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan yang dilakukan adalah periksaan yang fokus tergantung keluhan

dan kebutuhan klien.

Muka :

Page 28: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

untuk menilai apakah simetris atau tidak, pucat atau tidak, odem atau tidak

(Alimul, 2008)

Mata :

adakah pucat pada kelopak bawah mata, adakah ikterus pada sklera. Untuk

menilai visus atau ketajaman penglihatan, untuk ibu anemia konjungtivanya

pucat (Alimul,2008)

Mulut dan gigi :

untuk menilai ada tidaknya trismus, halitosis, dan labioskisis (Alimul, 2008)

Leher : adakah pembesaran kelenjar tiroid, adakah pembersaran

pembuluh limfe

Dada dan payudara :

Apakah payudara kanan dan kiri simetris, puting payudara menonjol atau

tidak, adakah kolostrum atau cairan lain yang keluar dari dalam puting susu.

Pada saat klien mengangkat tangan ke atas kepala, periksa, payudara untuk

mengetahui adanya retraksi, atau dimpling (Hanni, 2010). Pada saat klien

berbaring, lakukan palpasi secara sistemis dari arah payudara dan aksila,

kemungkinan terdapat: massa atau pembesaran pembuluh limfe.

Abdomen :

ukur TFU ibu.

Involusi uterus

Bayi lahir : setinggi pusat

Uri lahir : 2 jari dibawah pusat

Satu minggu : pertengahan pusat-simfisis

Dua minggu : tak teraba diatas simfisis

Enam minggu : bertambah kecil

Delapan minggu : sebesar normal

(Saleha, 2009

Genitalia :

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar

selama proses pesalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu

(Jannah, 2011).

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.lochia mempunyai

bau amismeskipun tidak terlalu menyengat dan volume nya berbeda-beda pada

setiap wanita (Saleha, 2009).

Page 29: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

Lokia sanguilenta berwarna merah kunig bersih darah dan lender yang keluar

pada hari ke-3 sampai ke-7 pascapersalinan (Saleha, 2009).

Setelah persalinan perineum menjadi kendur karena teregang oleh tekanan

kepala yang bergerak maju, pulihnya otot perineum terjadi sekitar 5-6 minggu

post partum. ( Jannah, 2011).

Dilihat juga jahitan luka perinium.

Ekstermitas :

diperiksa apakah ada oedema/bengkak, adakah varises dan kemerahan

(Saifudin,2002)

3. Pemeriksaan penunjang

Uji Laboratorium yang harus diperiksa adalah hemoglobin, hemtokrit, sel

darah putih (leukosit). Hemoglobin normal ; 12-14 g/dl, hemtokrit normal;

37-43%, leukosit normal 12.000/mm3, dan urin yang normal adalah 1500 cc.

(Doenges, 2005)

2.2.2 Interpretasi Data (Diagnosis, Masalah)

Pada tahap ini, bidan mengidentifikasi diagnosis atau masalah dan kebutuhan

klien secara tepat berdasarkan interpretasi data yang akurat. Data dasar yang telah

dikumpulkan kemudian diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau

diagnosis yang spesifik. Kata masalah atau diagnosis sama-sama digunakan karena

beberapa masalah didapat diselesaikan layaknya diagnosis, tetapi memerlukan

pananganan yang tertuang dalam sebuah rencana asuhan bagi klien. Masalah sering

kali berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan sesuai

dengan arahan. Masalah ini sering kali menyertai diagnosis. (Saminem, 2010).

Diagnosa (aktual) diagnosis yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik

kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosis kebidanan, standar

nomenklatur diagnosis kebidanan adalah sebagai berikut:

a. Diskusi dan telah disahkan oleh profesi

b. Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan

c. Memiliki ciri khas kebidanan

d. Didukung oleh penilaian klinik dalam praktik kebidanan

e. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan

Diagnosa dapat berkaitan dengan para, abortus, anak hidup, umur ibu dan

keadaan nifas. kemudian ditegakkan dengan data dasar subjektif dan objektif.

Page 30: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

Dengan masalah aktual yang bersangkutan dengan :

Afterpain

Nyeri akibat luka episiotomi

Kerigat berlebih

Pembesaran payudara

Konstipasi

Retensi urine

2.2.3 Identifikasi diagnosa dan masalah potensial.

Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi masalah dan diagnosis potensial lain

berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi

sebelumnya. Langkah ini membutuhkan upaya antisipasi, atau bila memungkinkan

upaya pencegahan, sambil mengamati kondisi klien. Bidan diharapkan dapat

bersiap-siap bila diagnosis/masalah potensial ini benar-benar terjadi. (Saminem,

2010).

Masalah potensial yang mungkin muncul :

Endometritis

Perotonitis

Sistitis

Tromboplebitis

Depresi post partum

2.2.4 Identifikasi tindakan segera/kolaborasi/rujukan.

Pada tahap ini, bodan mengidentifikasik perlu/tidaknya tindakan segera oleh

bidan maupun oleh dokter, dan/ atau kondisi yang perlu dikonsultasikan atau

ditangani bersama anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien,

Langkah keempat mencerminkan kesinambungan proses manajemen kebidanan.

Dengan kata lain, manajemen bukan hanya dilakukan selama pemberian asuhan

primer berkala atau kunjungan pranatal saja. (Saminem, 2010).

2.2.5 Perencanaan tindakan.

Pada tahap ini, bidan merencanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan

menurut langkah-langkah sebelumnya. Tahap ini merupakan kelanjutan langkah-

langkah sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa

yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah terkait, tetapi

Page 31: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap klien tersebut, seperti yang apa

diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling,

dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah yang berkaitan dengan kondisi

sosial-ekonomi, budaya, atau psikologis. (Saminem, 2010).

Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan merencanakan tindakan

secara komprehensif yang didasari atas rasional tindakan yang

relevan dan diakui kebenaranya, sesuai kondisi dan situasi

berdasarkan analisa yang seharusnya dikerjakan atau tidak oleh

bidan, meliputi :

1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu.

2. Berikan KIE tentang :

Kebutuhan nutrisi

Kebutuhan istirahat

Personal hygiene

Fisiologi penyembuhan luka

Pemberian ASI Ekslusif

Perawatan payudara

KB 40 hari Post partum

3. Lakukan observasi

2.2.6 Pelaksanaan tindakan

Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan

oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota kesehatan lainnya.Jika bidan

tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahan

pelaksanaannya. Dalam upaya kolaborasi bersama dokter untuk menangani klien

yang mengalami komplikasi, bidan bertanggung jawab terhadapa pelkasanaan

rencana asuhan bersama tersebut. Manajemen yang efisien akan menghemat waktu

dan biaya serta meningkatkan mutu asuhan klien. (Saminem, 2010).

2.2.7 Evaluasi

Bidan mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini mencakup

evaluasi tentang pemenuhan kebutuhan, apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai

dengan masalah dan diagnosis yang telah teridentifikasi. Rencana tersebut dapat

dianggap efektif apabila memang telah dilaksanakan secara efektif. Bisa saja

sebagian dari terncana tersebut telah efektif sedangkan sebagaian lagi belum.

Page 32: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

Mengingat manajemen asuhan kebidanan merupakan suatu kontinum, bidan perlu

mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui prosses

manajemen untuk mengidentifikasikan mengapa proses menajemen tersebut tidak

efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan. Langkah-langkah dalam

proses manajemen umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses

pemikiran yang memengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis. Proses

manajemen tersebut berlangsung di dalam tatanan klinis, dan dua langkah terkahir

bergantung pada klien dan situasi klinik. Oleh sebab itu, tidak mungkin proses

manajemen ini dievaluasi hanya dalam bentuk tulisan saja. (Saminem, 2010).

Page 33: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

BAB 3

TINJAUAN KASUS

Tanggal : 17 Juni 2015

Jam ` : 14.15 WIB

Tempat : Kamar bersalin Puskesmas Wiyung

Oleh : Annisa Rachmawati

No. Reg : xxx

I. SUBJEKTIF

A. Identitas

Nama Ibu : Ny. N Nama Suami : Tn. A

Umur : 27 th Umur : 29 th

Suku/Bangsa : Jawa Suku/Bangsa : Jawa

Agama : Islam Agama :Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Tidak bekerja Pekerjaan : Berdagang

Alamat : Lakarsantri

No. Telp : 085xxx

B. Keluhan Utama

Ibu mengatakan nyeri pada perut dan luka jahitan. Puting susu datar dan ASI tidak lancar.

C. Riwayat Obstetri

NoKehamilan Persalinan Anak Nifas

KETSuami UK Peny Jenis Pnlg Tmpt Peny Sex BB/PB H M Laktsi Peny

1. 1 8 bulanTidak

adaNormal Bidan BPM

Tidak

ada♂ 2100 6,5 th hidup Tidak

Tidak

ada

Mengu

nakan

KB pil

2 1 40 mgTidak

adaNormal Bidan PKM

Tidak

ada♂ 2900 1 hari hidup Tidak

Tidak

ada-

Page 34: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

D. Riwayat Kehamilan ini.

ANC sebanyak 11 kali, 9 kali di BPM, 1kali di Puskesmas Jeruk, dan 1 kali di Puskermas

Wiyung

Trimester I : Kunjungan ANC 1 kali di BPM

Keluhan batuk

Terapi vitamin, OBH

Mendapat HE tentang kebutuhan nutrisi seimbang pada kehamilan.

Trimester II: Kunjungan ANC 2 kali di BPM

Tidak ada keluhan

Terapi vitamin

Mendapat HE tentang nutrisi seimbang pada kehamilan.

Trimester III:Kunjungan ANC 8 kali, 6 KALI DI BPM, 1 kali di Puskesmas Jeruk, dan 1 kali

di Puskesmas Wiyung

Keluhan kenceng-kenceng pada UK 40 minggu .

Terapi Fe, Be, KALK

Mendapat HE tentang tanda-tanda persalinan, persiapan persalinan.

E. Riwayat Persalinan Sekarang

Tanggal 16 juni 2015 ibu melahirkan di Puskesmas Wiyung, ditolong oleh bidan. Bayi lahir

spontan, belakang kepala, menangis kuatjam 14.15 WIB, berat 2900 gram, panjang badan

49cm, nilai APGAR 7-8, jenis kelamin laki-laki. Ketuban Mekonium. Lilitan tali pusat 1x.

Plasenta lahir spontan lengkap jam 14.21 WIB. Perdarahan ±500 cc. Terdapat laserasi derajat

I.

F. Riwayat Kontrasepsi

Sebelumnya ibu menggunakan KB pil. Ibu berencana untuk menggunakan kb pil setelah 40

hari PP.

G. Riwayat Kesehatan

Ibu tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit hipertensi, diabetes melitus, ginjal,

jantung,, asma, TBC , HIV, IMS maupun hepatitis. Tidak ada riwayat alergi obat dan

makanan

H. Riwayat Kesehatan keluarga

Page 35: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

Dalam keluarga ibu tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit hipertensi, diabetes

melitus, ginjal, jantung, asma, TBC, HIV, IMS, hepatitis dan penyakit kejiwaan. Dalam

keluarga ibu tidak ada keturunan gemelli.

I. Data Fungsional

1. Nutrisi : makan 3 kali/hari habis sesuai dengan porsi di puskesmas, minum ± 5

gelas. Tidak ada pantangan.

2. Eliminasi : BAK ± 4 kali dan belum BAB.

3. Istirahat : ± 4 jam sehari, sering terbangun di malam hari karena

bayi menangis.

4. Mobilisasi : sudah bisa ke kamar mandi sendiri.

5. Personal Hygiene : mandi 2 kali/hari, sering mengganti pembalut dan celana ±

3 kali/hari.

J. Pola Kebiasaan

Tidak mengkonsumsi alkohol, jamu, obat-obat terlarang, dan merokok, serta tidak memiliki

binatang peliharaan.

K. Riwayat Psikososial dan budaya

Persalinan ini adalah persalinan kedua. Hubungan ibu dengan keluarga baik. Pengambil

keputusan dalam keluarga adalah suami. Tidak ada adat budaya yang mempengaruhi masa

nifas ibu.

II. OBJEKTIF

A. Pemeriksaan umum

KU : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

TTV :

Tekanan Darah : 100/70mmHg

Suhu : 36’1 ºC

Nadi : 82x/menit

Pernafasan : 20x/menit

B. Pemeriksaan fisik

Wajah : tidak pucat dan tidak odem.

Mata : konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterus.

Bibir : tidak kering dan tidak pucat.

Page 36: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

Payudara : tidak ada kelainan, ASI(+) sedikit, puting datar, bersih,

tidak ada nyeri tekan,

Abdomen : tidak ada bekas operasi, TFU 2 jari bawah pusat,

kontraksi uterus baik.

Vulva : lochea Rubra, perineum ada luka jahitan, sedikit odem,

bersih, tidak ada kelainan.

Anus : tidak ada hemoroid, bersih.

Ekstremitas atas dan bawah : tidak ada odem, ataupun varises.

III. ANALISA

Ny “N” P2002 1 hari post-partum fisiologis dengan nyeri luka perinium dan puting datar.

IV. PENATALAKSANAAN

Tanggal 17 Juni 2015

14.45 WIB

15.00 WIB

15.30 WIB

17.30 WIB

18.00 WIB

18.30 WIB

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan.

Evaluasi : Ibu mengetahui keadaannya bahwa ibu dalam keadaan baik.

2. Mengajari ibu cara menyusui yang benar.

Evaluasi : Ibu kurang telaten dalam memberikan ASI pada bayinya.

3. Memberi kesempatan Ibu untuk tidur.

Evaluasi : Ibu tidur selama ± 1 jam.

4. Memberi KIE pada ibu tentang :

Pemberian ASI+PASI.

Evaluasi : Ibu meberikan ASI dan PASI dengan pengawasan bidan.

Proses penyembuhan luka pada ibu nifas.

Evaluasi : ibu dapat menerima dan mengerti keadaannya.

Pemenuhan kebutuhan nutrisi

Evaluasi : ibu makan sesuai porsi di Puskesmas habis, dengan

tambahan roti. Minum air putih ± 2 gelas dan teh manis 1 gelas.

Personal hygiene

Evaluasi : ibu mandi 2x/hari di Puskesmas, dan sering mengganti

softex.

KB 40 hari PP

Evaluasi : ibu ingin menggunakan KB pil

5. Mengajarkan perawatan payudara.

Evaluasi: ibu dapat melakukan perawatan payudara untuk memperlancar

ASI.

6. Melakukan observasi nifas

Page 37: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

20.00 WIB

21.00 WIB

23. 00 WIB

23. 15 WIB

24.00 WIB

Evaluasi : TD : 110/70 mmHg, N : 80x/menit, Suhu: 36,2◦C, ASI :

keluar sedikit, UC: keras, TFU : 3 jari bawah pusat,perdarahan : normal

BAK/BAB: +/+.

7. Mendampingi ibu menyusui bayinya.

Evaluasi : puting susu ibu datar dan ASI sedikit sehingga bayi diberikan

PASI.

8. Memberi kesempatan ibu untuk tidur.

Evaluasi : ibu tidur ±2 jam dan tidak nyenyak.

9. Melakukan observasi.

Evaluasi : TD : 100/70 mmHg, N : 80x/menit, Suhu: 36,1◦C, ASI :

keluar sedikit, UC: keras, TFU : 2 jari bawah pusat,perdarahan : normal

BAK/BAB: +/-

10. Mendampingi ibu menyusui.

Evaluasi : ASI sedikit dan puting susu sudah sedikit menonjol, bayi juga

diberikan PASI.

11. Memberi kesempatan ibu untuk tidur.

Evaluasi : ibu tidur ± 4 jam dan sering terbangun untuk menyusui

anaknya.

.

Page 38: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

BAB 4

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengkajian selanjutnya mengintrepertasi data. Dalam hal ini tidak

ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus. Diagnosa dalam kasus adalah P2002, hari

pertama post-partum dengan nyeri luka perinium dan puting datar. Masalah yang muncul pada

ibu adalah nyeri pada luka perinium. Untuk nyeri perineum terjadi akibat luka masih dalam fase

inflamasi sehingga manifestasi klinisnya adalah rubor, kalor, dolor. Sebagaimana di jelaskan

dalam (Rusda, 2004) Adanya luka robekan yang terjadi setelah episiotomi biasanya akan

menyebabkan rasa nyeri. Dan dimana biasanya proses penyembuhan membutuhkan waktu yang

cukup lama.

Pada kasus Ny N ASI ibu keluar sedikit. Hal ini wajar terjadi pada hari pertama post

partum, sehingga ibu diberi motivasi untuk terus memberikan ASI ekslusif tanpa PASI pada 6

bulan pertama. Namun pada prakteknya ibu kurang telaten dalam memberikan ASI pada bayinya

dan memberikan PASI tanpa sepengetahuan bidan jaga. Sehingga Ny N diberikan KIE

pemberian ASI + PASI yang benar dan dilakukan pendampingan ketika ibu menyusui bayinya.

Ny. N juga di ajarkan cara perawatan payudara untuk memperlancar ASInya. Perawatan

payudara adalah tidakan pengurutan atau rangsangan pada otot payudara pada masa nifas untuk

memperlancar pengeluaran ASI. (Pitriani, 2014)

Ny N diberikan KIE Personal Hygiene untuk menjaga kebersihan tubuh ibu dan terpenting

menjaga kebersihan genetalia untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan diri ibu membanu

mengurangi sumber infeksi. Mandi setiap hari sangat dianjurkan, setelah ibu cukup kuat untuk

beraktivitas untuk melakukan personal hygiene. Personal hygiene dilakukan untuk mengurangi

ketidaknyamanan pada ibu, misalnya mengganti pembalut. (Safrudin, 2009)

Tidak ada kontraindikasi dalam pemberian nutrisi setelah persalinan. Ibu harus mendapat

nutrisi yang lengkap untuk mempercepat pemulihan kesehatan, kekuatan, meningkatkan kualitas

dan kuantitas ASI, serta mencegah infeksi. (Bahiyatun, 2009). Untuk itu Ny N diberikan KIE

tentang kebuthan nutrisi yang seimbang dan tidak melakukan tarak.

Page 39: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Masa nifas merupakan masa yang kritis bagi Ibu maupun bayi sehingga pemberian

asuhan kebidanan yang baik dan benar pada ibu nifas sangatlah dibutuhkan. Asuhan

Kebidanan diawali dari manajemen asuhan kebidanan yang baik dan benar, sehingga

pelayanan yang diberikan efektif dan sesuai kebutuhan ibu khususnya pada kasus nifas

fisiologis.

Tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus yang terjadi pada Ny “N”. Tanda dan

gejala yang terjadi pada ibu nifas meliputi perubahan perubahan fisiologis maupun

psikologis terjadi pada Ny “N”. Asuhan kebidanan yang dilakukan sesuai dengan

kebutuhan Ny “N”.

Dalam kasus Ny “N”, ibu memberikan PASI pada bayinya secara diam-diam, ini

menunjukkan kegagalan dalam memberikan KIE tetang ASI ekslusif pada ibu. Pemberian

PASI juga dilakukan dengan cara yang salah, untuk itu dilakukan monitoring yang lebih

kepada Ny “N” untuk menghindari terjadinya tindakan ibu yang dapat membahayakan

bayinya.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi institusi

Laporan ini dapat menjadi tambahan kepustakaan atau bahan rujukan serta menambah

kajian baru tentang Asuhan Kebidanan nifas fisiologis pada khususnya.

5.2.2 Bagi tempat praktik.

Laporan ini bisa dijadikan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pelayanan

kepada pasien nifas fisiologis pada khusunya.

5.2.3 Bagi mahasiswa

Dapat menjadikan laporan ini sebagai pertimbangan dasar atau bahan data untuk

menyusun laporan selanjutnya.

Page 40: Asuhan Kebidanan Pada Nifas Fisiologis

Daftar Pustaka

Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Ashuan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta :EGC

Handajati, Sutjiati Dwi. 2009. Manajemen Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

Jannah, Nurul. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan :kehamilan.Yogyakarta: CV Andi OF SET

Maryunani. 2009. Asuhan Ibu Nifas. Yogyakarta : Dian Press

Pitriani, Risa. 2014. Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Nifas Normal.Yogyakarta :

Deepublish.

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP

Rusda, M. 2004. Anestesi Filtrasi Pada Episiotomi. USU. Medan

Saefudin AB.2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Jakarta:

EGC

Saminem. 2010. Dokumentasi Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

Suherni,dkk. 2009. Perawatan Maternitas. Jakarta. : Agro Media Pustaka

Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Andi : Yogyakarta.

Syafrudin, Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakrta :EGC

Varney, Helen. 2007. Buku Ajaran Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC

Widyasih . 2009. Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC

Wiknojosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono