ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA NY. S...
Transcript of ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA NY. S...
i
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA
PADA NY. S UMUR 29 TAHUN P2A0 AKSEPTOR
KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN AMENORE
DI BPM MISNI Amd.Keb BOYOLALI
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh:
SETYANING DYAH HESTI HANDAYANI
NIM B13040
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA
PADA NY. S UMUR 29 TAHUN P2A0 AKSEPTOR
KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN AMENORE
DI BPM MISNI Amd.Ke b BOYOLALI
Diajukan Oleh:
SETYANING DYAH HESTI HANDAYANI
NIM B13040
Telah diperiksa dan disetujui
Pada tanggal………………………
Pembimbing
Yunia Renny Andhikatias, SST., MPH
NIK. 201188092
Commented [C1]:
iii
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA
PADA NY. S UMUR 29 TAHUN P2A0 AKSEPTOR
KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN AMENORE
DI BPM MISNI Amd.Keb BOYOLALI
Karya Tulis Ilmiah
SETYANING DYAH HESTI HANDAYANI
B13040
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Ujian Akhir Program D III Kebidanan
Pada tanggal……………..
PENGUJI I PENGUJI II
Eni Rumiyati, SST YuniaRennyAndhikatias, SST., MPH
NIK. 200682019 NIK. 201188092
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Mengetahui,
Ka. Prodi D III Kebidanan
Siti Nurjanah, SST.,M.Keb
NIK. 201188093
Commented [C2]:
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Pada
Ny.S Umur 29 Tahun P2A0 Akseptor KB Suntik 3 Bulan Dengan Amenore di
BPM Misni Amd.Keb Boyolali”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud
memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Studi D
III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Ibu Siti Nurjanah, SST., M.Keb selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Yunia Renny Andikatias, SST., MPH, selaku Dosen Pembimbing yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada
penulis.
4. Bidan Misni Amd.Keb, selaku pemilik BPM yang telah bersedia memberikan
ijin pada penulis dalam melakukan studi kasus.
5. Ny. S yang bersedia menjadi responden dalam pengambilan studi kasus.
6. Seluruh Dosen dan Staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
7. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan berupa doa dan kasih
sayang kepada saya.
8. Semua kakak-kakak saya yang selalu memberikan semangat dan dukungan
kepada saya.
9. Semua teman-teman seperjuangan yang telah membantu dalam penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini.
v
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, 2016
Penulis
vi
MOTTO
“Tak selalu orang terpintar yang mendapatkan yang terbaik. Orang yang
memiliki kegigihan, orang yang terus bertahan dan tak pernah menyerahlah
yang akhirnya mencapai sukses” (WE Corey)
“Masa depan adalah milik mereka yang percaya pada keindahan mimpi-
mimpi mereka” (Eleanort Rosevelt)
Sesungguhnya setiap kesulitan itu pasti disertai dengan kemudahan (QS. Al-
insyiroh : 6)
Apa yang telah berlalu, sudah berlalu dan apa yang telah pergi tidak akan
kembali. Oleh karena itu jangan pikirkan apa yang telah berlalu, karena
sesungguhnya ia telah pergi dan tidak akan kembali (Kahlil Gibran)
PERSEMBAHAN
Dengan segala rendah hati, karya tulis ilmiah ini penulis persembahkan :
1. Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan dan kemudahan dalam
penyusunan karya tulis ini
2. Bapak dan Ibu tercinta terima kasih atas doa restu dan kasih sayang selama
ini.
3. Kakak-kakaku tercinta yang selalu memberikan dukungan dan semangat
disetiap langkahku.
4. Sahabat-sahabatku yang selalu mendukung dan selalu memberi semangat
tiada henti khususnya Reni Fatmawati Wardani, Dwi Kartika Permata Putri,
Alviani Antika Navitarisa, Dyan Ratna Puspitasari dan Alexandria Dhaniyati.
5. Teman-teman satu angkatan khusunya kelas 3a yang selalu menyemangati dan
saling memngingatkan satu sama lain.
6. Almamater tercinta.
vii
CURICULUM VITAE
FOTO 3X4
Nama : Setyaning Dyah Hesti Handayani
Tempat/ Tanggal Lahir : Magelang, 16 Juli 1995
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Titangan Trayu Banyudono Boyolali
Riwayat Pendidikan
1. SDN Trayu 01, Boyolali LULUS TAHUN 2007
2. SMP N 01 Banyudono, Boyolali LULUS TAHUN 2010
3. SMA N 01 SIMO, Boyolali LULUS TAHUN 2013
4. D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada ANGKATAN TAHUN 2013
viii
Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2016
Setyaning Dyah Hesti Handayani
B13040
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA
PADA NY. S UMUR 29 TAHUN P2A0 AKSEPTOR
KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN AMENORE
DI BPM MISNI Amd.Keb BOYOLALI
xi + 61 halaman + 11 lampiran
INTISARI
Latar Belakang: Data yang diperoleh dari hasil survey di BPM Misni
Amd.Keb Boyolali bulan Oktober 2014 sampai Oktober 2015 jumlah akseptor
KB suntik yaitu sebanyak 671 orang. Dari jumlah akseptor KB tersebut dibagi
menjadi dua yaitu sebanyak 568 akseptor KB suntik 3 bulan dan 103 akseptor
KB suntik 1 bulan. Akseptor KB suntik 3 bulan yang mengalami kenaikan
berat badan sebanyak 142 akseptor, yang mengalami amenore sebanyak 102
akseptor, yang mengalami spooting sebanyak 32 akseptor dan sisanya 92
akseptor tidak mengalami efek samping.
Tujuan Studi Kasus:Penulis mampu menerapkan Asuhan Kebidanan
Keluarga Berencana Akseptor KB Suntik 3 Bulan dengan Amenore dengan
penggunaan Manajemen Kebidanan 7 Langkah Varney.
Metodelogi Penelitian: Jenis studi kasus yang digunakan pada pengambilan
data ini yaitu deskriptif yang berlokasi di BPM Misni Amd. Keb Boyolali
dengan menggunakan format asuhan kebidanan 7 langkah Varney dengan
pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekundeer.
Hasil Studi Kasus: Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan selama 5 hari
keadaan umum ibu baik, ibu sudah tidak cemas, ibu mendapatkan haidnya
kembali, dan ibu masih mau menggunakan alat kontrasepsi KB suntik 3 bulan.
Kesimpulan: Setelah dilakukan pengkajian, interpretasi data, diagnosa
potensial, tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pada Ny. S
umur 29 tahun akseptor KB suntik 3 bulan dengan amnore didapatkan
kesenjangan pada pemberian terapi obat yang ditambah dengan tablet Fe.
Kata kunci:asuhan kebidanan, KB suntik 3 bulan, amenore
Kepustakaan: 24 literatur (tahun 2006 s/d 2014)
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ I
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 3
C. Tujuan Studi Kasus .......................................................................... 3
D. Manfaat Studi Kasus ........................................................................ 5
E. Keaslian Studi Kasus ........................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis ...................................................................................... 7
B. Teori Manajemen Kebidanan Varney ............................................. 19
C. Landasan Hukum.............................................................................. 32
BAB III METODOLOGI
A. Studi Kasus ....................................................................................... 34
B. Lokasi Studi Kasus ........................................................................... 34
C. Subjek Studi Kasus........................................................................... 34
x
D. Waktu Studi Kasus ........................................................................... 35
E. Instrumen Studi Kasus ..................................................................... 35
F. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 35
G. Alat-alat Yang Dibutuhkan .............................................................. 38
H. Jadwal Penelitian .............................................................................. 38
BAB VI TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus ..................................................................... 39
B. Pembahasan .......................................................................... 53
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 59
B. Saran ..................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA
DATAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuuan
Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4. Permohonan Ijin Pengambilan Kasus Dalam Rangka Pembuatan KTI
Lampiran 5. Pemberian Ijin Pengambilan Kasus Dalam Rangka Pembuatan KTI
Lampiran 6. Lembar Pedoman Wawancara (Format ASKEB)
Lampiran 7. Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 8. Surat Persetujuan Responden
Lampiran 9. SAP Efek Samping KB Suntik DMPA dan Leaflet
Lampiran 11. Lembar Observasi
Lampiran 12. Dokumentasi
Lampiran 13. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Riwayat Obstetri ................................................................................ 40
Tabel 1.2 Riwayat KB ........................................................................................ 41
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah peningkatan
penduduk yang tinggi, yaitu 237.556.363 orang, terdiri atas 119.507.600 laki-
laki dan 118.048.783 perempuan dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar
1,449% per tahun. Hal tersebut akan berimplikasi secara signifikan terhadap
perkembangan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat (Sensus, 2010 dalam
Sulistyawati, 2014)
Upaya untuk mengatasi ledakan jumlah penduduk salah satunya melalui
program Keluarga Berencana (KB). KB merupakan bagian integral dari
pembangunan Nasional yang bertujuan melembagakan Norma Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera (NKKBS). Program KB saat ini sudah merupakan upaya
menanggulangi pertumbuhan penduduk dunia dan penduduk Indonesia.
Terlaksana atau tidaknya program KB ini akan menentukan berhasil tidaknya
mewujudkan kesejahteraan bangsa Indonesia (BKKBN, 2010)
Dalam program KB, pasangan dapat memilih alat kontrasepsi sesuai
dengan kesepakatan bersama untuk mengatur jarak kehamilan. Alat
kontrasepsi yang sering atau umum digunakan pasangan di Indonesia ada
enam jenis yaitu kontrasepsi suntik, kondom, pil kontrasepsi, implant, IUD
atau spiral, dan MOW (Medis Operatif Wanita) (Hartanto, 2004). Namun
diantara sekian banyak alat kontrasepsi, suntik KB ternyata menjadi unggulan
2
atau paling banyak diminati adalah KB suntik 3 bulan, karena tidak
memerlukan waktu setiap bulan untuk kembali melakukan suntik KB (IBI,
2013)
KB suntik 3 bulan mengandung hormon progrestin yang serupa dengan
progresteron yang diproduksi oleh ovarium. KB suntik 3 bulan memiliki dua
efek samping utama yang bermanfaat dan merugikan bagi wanita, yaitu
perubahan menstruasi dan tertundanya untuk kembali subur. Efek samping
lainnya dari suntik KB 3 bulan ini salah satunya adalah mengalami kenaikan
berat badan. Banyak wanita menyukai metode kontrasepsi ini karena metode
ini sama sekali tidak mengganggu hubungan seksual dan sangat efektif
(Varney, 2006).
Bidan sebagai tenaga profesional kesehatan dibawah kementrian
kesehatan merupakan pihak terdekat dengan calon akseptor. Bidan merupakan
pemberi pelayanan pertama mulai dari KIE sampai dengan pemasangan alat
kontrasepsi (Sulistyawati, 2014)
Data yang diperoleh dari hasil survey di BPM Misni Amd.Keb Boyolali
bulan Oktober 2014 sampai Oktober 2015 jumlah akseptor KB suntik yaitu
sebanyak 671 orang. Dari jumlah akseptor KB tersebut dibagi menjadi dua
yaitu sebanyak 568 akseptor KB suntik 3 bulan dan 103 akseptor KB suntik 1
bulan. Akseptor KB suntik 3 bulan yang mengalami kenaikan berat badan
sebanyak 142 akseptor, yang mengalami amenore sebanyak 102 akseptor,
yang mengalami spooting sebanyak 32 akseptor dan sisanya 92 akseptor tidak
mengalami efeksamping.
3
Berdasarkan data diatas KB suntik 3 bulan merupakan salah satu alat
kontrasepsi yang banyak diminati oleh masyarakat. Gangguan pada haid
merupakan salah satu efek dari KB suntik 3 bulan. Salah satunya adalah
Amenore. Banyak wanita yang menganggap bahwa gangguan haid disebabkan
karena mendapat suntikan KB 3 bulan dan banyak wanita yang mengalami
kekhawatiran karena tidak mendapatkan haid. Hal tersebut menjadikan penulis
tertarik untuk memilih judul Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Akseptor
KB Suntik 3 Bulan pada Ny. S umur 29 tahun P2A0 dengan Amenore di BPM
Misni Amd.Keb Boyolali.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Akseptor
KB Suntik 3 Bulan pada Ny. S umur 29 tahun P2A0 dengan Amenore dengan
penggunaan Manajemen Kebidanan 7 Langkah Varney?
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Penulis mampu menerapkan Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana
Akseptor KB Suntik 3 Bulan dengan Amenore dengan penggunaan
Manajemen Kebidanan 7 Langkah Varney
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu :
4
1) Melakukan pengkajian data dasar terhadap akseptor KB suntik 3
bulan pada Ny. S umur 29 tahun P2A0 dengan Amenore.
2) Mengintepretasikan data yang meliputi diagnosa, masalah, serta
kebutuhan terhadap akseptor KB suntik 3 bulan pada Ny. S umur
29 tahun P2A0 dengan Amenore.
3) Menentukan diagnosa potensial yang timbul terhadap akseptor KB
suntik 3 bulan pada Ny. S umur 29 tahun P2A0 dengan Amenore.
4) Menetapkan tindakan segera yang harus dilakukan terhadap
akseptor KB suntik 3 bulan pada Ny. S umur 29 tahun P2A0
dengan Amenore.
5) Menyusun rencana Asuhan Kebidanan terhadap akseptor KB
suntik 3 bulan pada Ny. S umur 29 tahun P2A0 dengan Amenore.
6) Melaksanakan tindakan Asuhan Kebidanan terhadap akseptor KB
suntik 3 bulan pada Ny. S umur 29 tahun P2A0 dengan Amenore
sesuai pelayanan secara efisien dan aman.
7) Mengevaluasi hasil Asuhan Kebidanan terhadap akseptor KB
suntik 3 bulan pada Ny. S umur 29 tahun P2A0 dengan Amenore.
b. Mahasiswa mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus
nyata di lapangan pada Ny. S umur 29 tahun P2A0 dengan akseptor
KB suntik 3 bulan dengan Amenore.
5
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi penulis
Untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan Amenore.
2. Bagi Profesi
Sebagai masukan dan motivasi bagi profesi bidan untuk meningkatkan
kualitas dan pelayanan pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan Amenore.
3. Bagi Institusi
Sebagai bahan referensi dan menambah literatur yang berkaitan dengan
Asuhan Kebidanan pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan Amenore.
E. Keaslian Studi Kasus
1. Titik Winarsih, (2105), dengan judul “Asuhan Kebidanan Keluarga
Berencana Akseptor KB suntik 3 bulan pada Ny. S umur 28 tahun P1A0
dengan Amenore di Puskesmas Gondang Sragen”. Jenis penelitian studi
kasus menggunakan metode deskriptif. Terapi yang diberikan terapi obat
satu siklus pil kombinasi Etilinestradinol 50 mg selama 3 hari kemudian
dilanjutkan dengan ibuprofen 3x800 mg selama 5 hari. Keadaan umum ibu
baik, tidak ada kecemasan, KIE tentang efek samping KB suntik 3 bulan
(amenore), ibu diharapkan untuk menjaga personal hygiene, dan
mengkonsumsi makanan yang bergizi. Ibu tetap menggunakan KB suntik
3 bulan.
6
2. Rika Margiyanti (2013). Dengan judul “Asuhan Kebidanan Akseptor
KB Suntik 3 Bulanan Pada Ny. W dengan Amenorea di BPS Siti Murwani
Batuwarno Wonogiri”. Jenis penelitian studi kasus menggunakan metode
deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa Ny. W akseptor KB suntik
3 bulan dengan Amenore. Diberikan asuhan selama 1 minggu dan
diberikan terapi pil kombinasi Ethinylestradinol 0.3 mg dan
Levonorgastrel 0.15 mg , 3x1 tablet selama 3 hari dengan hasil keadaan
umum ibu baik dan kesadaran composmentis, vital sign normal, KIE dan
terapi sudah diberikan dan ibu mengerti bahwa amenore merupakan efek
samping dari KB suntik, Amenore teratasi sehingga kecemasan ibu
teratasi, ibu mengalami menstruasi.
Persamaan dalam studi kasus ini terletak pada asuhan yang diberikan.
Perbedaan dalam studi kasus ini terletak pada waktu, tempat, dan subjek
penelitian.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Keluarga Berencana
a. Definisi
1) Upaya peningkatan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan
keluarga kecil yang bahagia sejahtera (Undang-Undang No.
10/1992).
2) Keluarga Berancana (familyplanning/plannedparenthood)
merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah
dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi.
3) Menurut WHO (ExpertCommitte, 1970), tindakan yang membantu
individu/ pasutri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu,
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan,
dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Sulistyawati, 2014).
4) Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan
(Proverawatidkk, 2010)
b. Tujuan Program Keluarga Berencana
1) Tujuan umum
Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial
ekonomi suatu keluarga, dengan cara pengaturan kelahiran anak
8
agar diperoleh suatu keluarga dan sejahtera yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2014).
2) Tujuan lain
Menurut Sulistyawati (2014), tujuan lain antara lain :
a) Pengaturan kelahiran
b) Pendewasaan usia perkawinan
c) Peningkatan ketahanan
d) Kesejahteraan keluarga
c. Ruang lingkup program Keluarga Berencana
1) Ibu
Dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran.Adapun
manfaat yang diperoleh oleh ibu adalah sebagai berikut.
a) Tercegahnya kehamilan yang berulang kali dengan jangka waktu
yang terlalu pendek, sehingga kesehatan ibu dapat terpelihara
terutama kesehatan organ reproduksinya.
b) Meningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh
adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak dan
beristirahat yang cukup karena kehadiran akan anak tersebut
memang diinginkan.
2) Suami
Dengan memberikan kesempatan suami agar dapat melakukan hal
berikut :
a) Memperbaiki kesehatan fisik
9
b) Mengurangi beban ekonomi keluarga yang ditanggungnya
3) Seluruh Keluarga
Dilaksanakan program KB dapat meningkatkan kesehatan fisik,
mental, dan sosial setiap anggota keluarga dan bagi anak dapat
memperoleh kesempatan yang lebih besar dalam hal pendidikan serta
kasih sayang orang tuanya (Sulistyawati, 2014).
2. Kontrasepsi Suntik 3 bulan
a. Jenis kontrasepsi suntik
Tersedia dua jenis kontrasepi suntikan yang hanya mengandung
progestin, yaitu:
1) Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera), mengandung
150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik
intramuscular (di daerah bokong).
2) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung
200 mg Noretindon Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara
disuntik intramuscular (Saifuddin, 2006)
b. Mekanisme kerja
Menurut Sulistyawati (2014), mekanisme kerja dari kontrasepsi suntik
3 bulan yaitu:
1) Mencegah ovulasi.
2) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma.
3) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.
10
4) Menghambat transportasi oleh tuba.
c. Efektifitas
Efektifitas sangat tinggi, kegagalan kurang dari 1% (Suratun, 2008).
d. Keuntungan
Menurut Saifuddin (2006), keuntungan dari suntik 3 bulan yaitu:
1) Sangat efektif.
2) Pencegahan kehamilan jangka panjang.
3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri.
4) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah.
5) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
6) Sedikit efek samping.
7) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
8) Dapat digunakan oleh perempuan usia>35 tahun sampai
premenopause.
9) Membantu mencegah kanker endrometrium dan kehamilan
ektopik.
10) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
11) Mencegah beberapa penyebap penyakit radang panggul.
12) Menurunkan krisis anemi bulan sabit (sicklecell).
e. Kerugian
Menurut Sulistyawati (2014), beberapa kerugiannya yaitu:
1) Sering ditemukan gangguan haid seperti berikut:
11
a) Siklus haid yang memendek atau memanjang.
b) Perdarahan yang banyak atau sedikit.
c) Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting).
d) Tidak haid sama sekali.
2) Klien sangat bergantung pada sarana pelayanan kesehatan (harus
kembali untuk disuntik).
3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan
berikutnya.
4) Sering menimbulkan efek samping masalah berat badan.
5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular
seksual, hepatitis B, atau infeksi virus HIV.
6) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian penggunaan.
Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena kerusakan organ/
kelainan pada organ genetalia, tetapi karena belum habisnya
pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan).
7) Terjadi perubahan pada lipid serum dengan gangguan jangka
panjang. Gangguan jangka panjangnya yaitu dapat sedikit
menurunkan kepadatan tulang (densitas). Pada gangguan jangka
panjang juga dapat menimbulkan kekeringan pada vagina,
menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, gugup
atau jerawat.
12
f. Indikasi dan kontra indikasi
Menurut Saifuddin (2006), indikasi dan kontra indikasi pemakian KB
suntik 3 bulan antara lain:
1) Indikasi
a) Usia reproduksi.
b) Nulipara dan yang telah memiliki anak.
c) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki
efektivitas tinggi.
d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
f) Setelah abortus atau keguguran.
g) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.
h) Perokok.
i) Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan
pembekuan darah atau anemi bulan sabit.
j) Menggunakan obat untuk epilepsi (feniton dan barbiturate) atau
obat tuberculosis (rifampisin).
k) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.
l) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
m) Anemia defisiensi besi.
n) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh
menggunakan pil kontrasepsi kombinasi.
13
2) Kontra indikasi
a) Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7 per
100.000 kelahiran).
b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama
amenore.
d) Menderita kanker payudara atau riayat kanker payudara.
e) Diabetes militus disertai komplikasi.
g. Waktu penggunaan
1) Disarankan untuk mulai menggunakan kontrasepsi suntikan selama
5 – 7 hari pertama dari siklus haid (Hanafi, 2015).
Menurut Sulistyawati (2014), waktu mulai menggunakan
kontrasepsi ialah:
a) Setiap saat selama siklus haid, dengan syarat tidak hamil.
b) Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
c) Pada perempuan yang tidak haid, injeksi pertama dapat
diberikan setiap saat, dengan syarat tidak hamil. Selama tujuh
hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan
seksual.
d) Perempuan yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan
ingin mengganti dengan kontrasepsi suntik. Apabila telah
menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya secara benar
14
dan tidak hamil, suntikan pertama dapat diberikan tanpa perlu
menunggu sampai haid berikutnya datang.
e) Apabila sedang menggunakan satu jenis kontrasepsi suntik
dan ingin menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntik jenis
lain, kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai pada
saat jadwal kontrasepsi suntikan sebelumnya
h. Cara pemberian
Menurut Hanafi (2015), teknik penyuntikan meliputi:
1) Semua obat suntik harus dihisap kedalam alat suntiknya.
2) DMPA harus dikocok terlebih dahulu dengan baik.
3) Penyuntikan harus dilakukan dalam-dalam pada otot.
4) Jangan melakukan masase pada tempat suntikan.
Menurut Sulistyawati (2014), cara penggunaan kontrasepsi adalah:
1) Konrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap tiga bulan dengan
cara disuntikan intramuscular dalam di daerah bokong. Apabila
suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontasepsi suntikan
akan lambat dan tidak bekerja secara efektif. Suntikan diberikan
setiap 90 hari.
2) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alcohol yang
dibasahi oleh etil/ isopropyl alcohol 60-90%, biarkan kulit kering
sebelum disuntik, lalu setelah kering baru disuntik.
3) Kocok dengan baik dan hindari terjadinya gelembung udara.
Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Apabila terdapat
15
endapan putih pada dasar ampul, upayakan menghilangkannya
dengan menghangatkannya.
i. Efek samping
Menurut Hanafi (2015), efek samping dari KB suntik 3 bulan ialah:
1) Gangguan haid.
a) Pola haid yang normal dapat berubah menjadi: amenore,
perdarahan ireguler, perdarahan bercak-bercak, perubahan
dalam frekuensi, lama dan jumlah darah yang hilang.
b) Insidens yang tinggi dari amenore diduga berhubungan dengan
atrofi endometrium. Sedangkan sebab-sebab dari perdarahan
ireguler masih belum jelas, dan tampaknya tidak ada hubungan
dengan perubahan-perubahan dalam kadar hormon atau
histology endometrium.
c) DMPA lebih sering menyebabkan perdarahan, perdarahan
bercak, dan amenore
d) Bila terjadi amenore, berkurangnya darah haid sebenarnya
memberikan efek yang menguntungkan yakni berkurangnya
insidens anemi.
2) Berat badan yang bertambah.
a) Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar,
bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun
pertama.
16
b) Penyebab pertambahan berat badan tidak jelas. Tampaknya
terjadi karena bertambahnya lemak tubuh, dan bukan karena
retensi cairan tubuh.
c) Hipotesa para ahli: DMPA merangsang pusat pengendali nafsu
makan di hipotalamus, yang menyebabkan akseptor makan
lebih banyak daripada biasanya.
3) Sakit kepala.
Insidens sakit kepala terjadi pada < 1 – 17% akseptor.
4) Efek metabolic
a) DMPA mempengaruhi metabolisme karbohidrat, tetapi tidak
ditemukan terjadinya diabetes pada akseptor.
b) WHO tidak menganggap diabetes sebagai kontra-indikasi
untukpemakaian kontrasepsi suntikan, hanya disarankan untuk
melakukan pemantauan glukosa tolerans.
5) Efek pada system reproduksi
a) Kembalinya kesuburan/fertilitas
Rata-rata, mantan akseptor suntikan DMPA memerlukan 1,5 –
3 bulan lebih lama untuk kembali hamil dibandingkan Pil-oral
atau IUD.
b) Efek pada fetus/janin
Tidak ditemukan bertambahnya kelaianan konginetal atau
prematuritas pada wanita hamil yang tanpa sengaja diberikan
17
DMPA maupun wanita yang hamil setelah efek kontrasepsi
DMPA berakhir.
c) Laktasi
Pada DMPA tidak ditemukan efek terhadap laktasi, malah
mungkin dapat memperbaiki kuantitas ASI (memperbanyak
produksi ASI).DMPA tidak merubah komposisi dari ASI.
3. Amenore
a. Definisi
1) Amenore adalah keadaan dimana tidak adanya menstruasi untuk
sedikitnya 3 bulan berturut-turut (Proverawati dkk, 2009)
2) Amenore yaitu keterlambatan menstruasi lebih dari tiga bulan
berturut-turut (Manuaba, 2009).
b. Penyebab
Menurut Proverawati dkk (2009), penyebab umum amenore adalah:
1) Kelaianan kromosom
2) Ganggguan pada hipotalamus
3) Penyakit pituitary
4) Kelainan organ reproduksi
5) Struktur vagina yang abnormal
6) Pubertas terlambat
7) Kegagalan dari fungsi indung telur
8) Tidak tumbuhnya organ rahim dan vagina
9) Gangguan pada susunan saraf pusat
18
c. Penanganan
Menurut Sulistyawati (2014), penanganan amenore:
1) KIE
Penjelasan sebab akibat gangguan haid dan motivasi agar tetap
menggunakan suntik.
2) Tindakan medis
Penanganan efek samping karena gangguan haid sampai saat ini
belum ada yang tepat.Walau demikian, penanggulangannya
dianjurkan sebagai berikut.
a) Apabila tidak menimbulkan kegelisahan dan akseptor dapat
menerima dan mengerti bahwa amenore ini merupakan suatu
ciri khas KB suntik dan bukan oleh karena kehamilan, maka
tidak perlu diberikan pengobatan.
b) Apabila menimbulkan kegelisahan, dapat ditanggulangi
dengan pemberian estrogen atau progesteron atau pil
kombinasi.
c) Apabila setelah suntik dihentikan dan amenore masih tetap
terjadi, maka dapat diberikan pengobatan: estrogen, misalnya
estradinol valerat 2 mg (proginova) tiap hari 1 tablet selama
21 hari, lalu diikuti progesterone; atau norethisteron 5 mg
(PrimolutN) tiap hari 1 tablet selama tujuh hari berikutnya.
19
B. Teori Menejemen Kebidanan Varney
Menejemen kebidanan merupakan metode pemecahan masalah
kesehatan yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Walyani,
2015).
Menejemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, temuan, serta keterampilan dalam rangkaian atau
tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus pada
pasien (Sulistyawati, 2013)
Dalam proses penatalaksanaan asuhan kebidanan menurut Varney ada 7
langkah, meliputi :
1. Langkah 1 : Pengkajian
a. Data subjektif
1) Identitas klien dan suami
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), terdiri dari :
a) Nama : Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama
panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam
memberikan penanganan.
b) Umur : Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya
resiko
20
c) Agama : Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut
untuk membimbing atau mengarahkan pasien
dalam berdoa.
d) Suku bangsa : Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan
sehari-hari.
e) Pendidikan : Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan
untuk mengetahui sejauh mana tingkat
intelektualnya, sehingga bidan dapat
memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya.
f) Pekerjaan : Untuk mengetahui dan megukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi
dalam gizi pasien tersebut.
g) Alamat : Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan
rumah bila diperlukan.
2) Alasan datang
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).Keluhan utama adalah alasan kenapa klien
datang ke tempat bidan (Walyani, 2015).Ibu mengatakan ingin
memeriksakan keadaannya yang sudah tidak haid selama 3 bulan
berturut-turut (Manuaba, 2010).
21
3) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui adanya gambaran mengenai suasana rumah
tangga pasangan (Sulistyawati, 2013).
4) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui gambaran tentang keadaan dasar dari organ
reproduksinya (Sulistyawati, 2013).Menurut Nursalam dalam Rika
(2013) pada kasus amenoreibu dikatakan mengalami efek samping
KB suntik 3 bulanan setelah ibu tidak mendapatkan haid selama 3
bulan berturut-turut.Menurut Sulistyawati (2013) riwayat
menstruasi meliputi :
a) Menarche
Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi.
Wanita Indonesia pada umumnya mengalami menarche sekitar
12-16 tahun.
b) Siklus
Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi yang dialami
dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan hari.Biasanya
sekitar 23-32 hari.
c) Volume
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi yang
dikeluarkan.
22
d) Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan
ketika mengalami menstruasi.
5) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah pernah keguguran,
jumlah anak,cara persalinan, penolong persalinan, dan keadaan
nifas yang lalu (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada kasus
akseptor KB suntik 3 bulan dengan amenore ibu mengatakan
mempunyai 2 anak, dengan jenis persalinan normal, menyusui.
6) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, dan adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi sebelumnya (Ambarwati dan Wulandari,
2010). Menurut Sutrisni dalam Rika (2013) pada kasus akseptor
KB suntik 3 bulan dengan amenore ibu mengatakan menggunakan
jenis kontrasepsi KB suntik 3 bulan, lama penggunaannya 1 tahun
keluhan tidak mengalami haid.
7) Riwayat kesehatan
Data dari riwayat kesehatan ini dapat digunakan sebagai “penanda”
(warning) akan adanya penyulit atau tidak. Beberapa data penting
tentang riwayat kesehatan pasien adalah apakah pasien pernah atau
sedang menderita penyakit, seperti jantung, diabetes mellitus (DM),
ginjal, hipertensi/hipotensi, dan hepatitis (Sulistyawati, 2013)
23
8) Pola kebiasaan sehari-hari
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), pola kebiasaan sehari-
hari meliputi:
a) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,
banyaknya, jenis makanan dan pantangan makanan.
b) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air
besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau, serta
kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, dan
jumlah.
c) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam
pasien tidur. Pada amenore tidak mempengaruhi pola istirahat
sehari-hari (Saifuddin, 2010)
d) Aktivitas
Untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan ibu sehari-hari
(Hartanto, 2007). Pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan
amenore tidak mempengaruhi aktivitas ibu sehari-hari
(Saifuddin, 2010)
24
e) Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan
tubuh. Beberapa kebiasaan yang dilakukan dalam perawatan
kebersihan meliputi: mandi, kramas, ganti baju dan celana
dalam, dan kebersihan kuku (Sulistyawati, 2013).
f) Pola seksual
Untuk mengetahui frekuensi dan gangguan ketika melakukan
hubungan seksual dengan suami (Sulistyawati, 2013).
b. Data objektif
Setelah data subjektif kita dapatkan, untuk melengkapi data kita
dalam menegakan diagnosis, maka kita harus melakukan pengkajian
data objektif melalui pemeriksaan inspeksi, auskultasi,dan perkusi
yang dilakukan secara berurutan (Sulistyawati, 2013).
1) Status generalis
a) Keadaan umum : Untuk mengetahui keadaan umum ibu dalam
keadaan baik atau lemah.Pada akseptor KB suntik 3 bulan
dengan amenorekeadan ibu baik (Nursalam, 2009).
b) Kesadaran : Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran
pasien. Pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan
amenorekesadaran ibu composmentis (Nursalam, 2009)
c) Tanda vital : Untuk mengetahui keadaan yang berkaitan
dengan kondisi yang dialami pasien (Ambarati, 2010).
25
a) Temperatur/suhu
Untuk mengetahui adanya kenaikan atau tidak pada suhu
badan pasien.Normalnya 36,60C – 37,70C.
b) Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung selama satu
menit.Normalnya 60-80 kali permenit.
c) Pernapasan
Untuk mengetahui frekuensi pernapasan pasien yang
dihitung selama satu menit.Normalnya 20-30 kali permenit.
d) Tekanan darah
Untuk mengetahui tekanan darah pasien.Dengan batas
normal 110/90 mmHg.
2) Pemeriksaan sistematis
Pemeriksaan dengan melihat klien dari ujung rambut sampai ujung
kaki
a) Kepala
(1) Rambut : Meliputi warna, mudah ronrok atau tidak dan
kebersihannya.
(2) Muka : Keadaan muka pucat atau tidak, adakah
kelainan, adakah oedema.
(3) Mata : Untuk mengetahui apakah konjungtiva berarna
merah muda dan sclera warna putih.
26
(4) Hidung : Bagaimana kebersihannya, adakah benjolan
atau tidak.
(5) Telinga : Bagaimana kebersihannya, adakah serumen
atau tidak.
(6) Mulut : Adakah stomatitis atau tidak, keadaan gigi,
gusi berdarah atau tidak.
b) Leher : Ada pembesaran kelenjar tyroid atau tidak, ada
benjolan atau tidak, ada pembesaran kelenjar limfe atau tidak.
c) Dada dan axial : Untuk mengetahui keadaan payudara, simetris
atau tidak, ada benjolan atau tidak, ada nyeri atau tidak.
d) Abdomen : Apakah ada luka bekas operasi, ada benjolan atau
tidak, ada nyeri atau tidak.
e) Ekstermitas atas dan bawah : Ada cacat atau tidak, ada oedema
atau tidak, terdapat varices atau tidak.
3) Pemeriksaan penunjang
Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa, apabila
diperlukan.Misalnya pemeriksaan labolatoriun, seperti pemeriksaan
Hb dan papsmear (Nursalam, 2013). Pada amenorehasil PP test (-)
2. Langkah II : Intepretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis, masalah, dan
kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang
telah dikumpulkan.Langkah awal dari perumusan diagnosis atau masalah
27
adalah pengolahan data dan analisis dengan menggabungkan data satu
dengan lainnya sehingga tergambar fakta (Sulistyawati, 2013).
a. Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup
praktek kebidanan (Varney, 2006)
Diagnosa : Ny. X umur...tahun P...A... akseptor KB suntik 3 bulan
dengan amenore.
Data subjektif yang dapat disampaikan oleh klien :
1) Ibu mengatakan menggunakan KB suntik 3 bulan.
2) Ibu mengatakan tidak mendapatkan haid selama 3 bulan.
(Proverawati dkk, 2009).
Data objektif:
1) Keadaan umum : baik (Nursalam, 2009)
2) Kesadaran : composmentis (Nursalam, 2009)
3) TTV : - Tekanan Darah : 110/90 mmHg
- Nadi : 60-80 x/menit
- Suhu :36,6-36,7 0C
- Respirasi :20-30x/menit
4) Pemeriksaaan penunjang : PP Test (-)
b. Masalah
Dalam asuhan kebidanan digunakan istilah “masalah” dan
“diagnosis”.Kedua istilah tersebut dipakai karena beberapa masalah
tidak dapat didefinisikan sebagai diagnosis, tetapi tetap perlu
28
dipertimbangkan untuk membuat rencana yang menyeluruh.Masalah
sering beruhubungan dengan bagaimana wanita itu mengalami
kenyataan dalam diagnosisnya (Sulistyawati, 2013). Masalah yang
sering muncul pada akseptor KB suntik 3 bulan yaitu merasa cemas
dalam menjalaniamenore (Nursalam, 2009)
c. Kebutuhan
Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan
belum terdefinisikan dalam diagnosa dan masalah yang didapat dengan
analisa data (Varney, 2007).
Pada kasus ini, menurut Sulistyawati (2014) kebutuhan yang
dibutuhkan klien adalah pemberian KIE tentang amenore dan tindakan
medis jika diperlukan.
3. Langkah III : Diagnosa Potensial
Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan
antisipasi pencegahan.Bila memungkinkan menunggu, mengamati, dan
bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
Diagnosa potensial pada kasus amenoretidakmuncul karena
amenore sering dijumpai pada akseptor KB suntik, dan tidak
berbahaya.Pada kasus akseptor KB suntik 3 bulan dengan amenore tidak
ditemukan diagnosa potensial (Manuaba, 2008)
29
4. Langkah IV : Antisipasi
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari menejemen
kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh
bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).Pada kasus ini, antisipasi yang
diberikan kepada klien yaitu menjelaskan bahwa amenore ini merupakan
suatu ciri khas KB suntik dan bukan karena kehamilan, maka tidak perlu
diberikan obat.Apabila menimbulkan kegelisahan, dapat ditanggulangi
dengan pemberian estrogen atau progesteron atau pil kombinasi
(Sulistyawati, 2014).
5. Langkah V : Rencana Tindakan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh
berdasarkan langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang dibuat harus
berdasarkan pertimbangan yang tepat, meliputi pengetahuan, teori yang
uptodate,perawatan berdasarkan bukti (evidencebasedcare), serta
divalidasi dengan asumsi mengenai apa yang diinginkan dan tidak
diinginkan oleh pasien (Sulistyawati, 2013).
Menurut Sulistyawati (2014), rencana tindakan yang diberikan
kepada klien dengan amenore adalah:
a. KIE
Jelasan sebab akibat gangguan haid dan motivasi agar tetap
menggunakan suntik.
30
b. Tindakan medis
Berikan tindakan medis yang sesuai dengan kebutuhan klien,
seperti:
1) Apabila tidak menimbulkan kegelisahan dan akseptor dapat
menerima dan mengerti bahwa amenore ini merupakan suatu ciri
khas KB suntik dan bukan oleh karena kehamilan, maka tidak perlu
diberikan pengobatan.
2) Apabila menimbulkan kegelisahan, dapat ditanggulangi dengan
pemberian estrogen atau progesterone atau pil kombinasi.
3) Apabila setelah suntik dihentikan dan amenore masih tetap terjadi,
maka dapat diberikan pengobatan: estrogen, misalnya estradinol
valerat 2 mg (proginova) tiap hari 1 tablet selama 21 hari, lalu
diikuti progesterone; atau norethisteron 5 mg (Primolut N) tiap hari
1 tablet selama tujuh hari berikutnya.
6. Langkah VI : Implementasi
Pada langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan
penyuluhan pada klien dan keluarga.Mengarahkan atau melaksanakan
rencana asuhan secara efisien dan aman (Ambarwati dan Wulandari,
2010). Pada langkah ini bidan melaksanakan langsung tindakan yang telah
direncanakan pada klien (Saifuddin, 2010)
7. Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa
yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektivan dari asuhan yang
31
diberikan, ulangi kembali proses menejemen dengan benar terhadap setiap
aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau
merencanakan kembali yang belum terlaksana (Ambarwati dan Wulandari,
2010). Hasil akhir yang diharapkan pada asuhan kebidanan akseptor KB
suntik 3 bulan dengan amenore adalah:
a. Ibu paham bahwa amenore adalah efek samping KB suntik 3 bulan
b. Kecemasan ibu atas amenore teratasi
c. Ibu tetap menggunakan KB suntik
d. Ibu sudah mendapatkan haid kembali
Data Perkembangan
Data perkembangan menggunakan pedoman SOAP (Walyani, 2015)
S : Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesa.
O : Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien,
hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam
data fokus untuk mendukung asuhan.
A : Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi
data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi, meliputi :
a. Diagnosa atau masalah
b. Antisipasi masalah atau diagnosa potensial
32
c. Perlunya tindakan segera setelah bidan atau dokter, konsultasi
atau kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah interpretasi
data, diagnosa potensial dan intervensi.
P : Planing
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi
berdasarkan asuhan.
C. Landasan Hukum
Sebagai seorang bidan yang akan memberikan pelayanan kepada klien
harus berdasarkan aturan dan hukum yang berlaku. Dalam memberikan
asuhan kebidanan kewenangan yang diberikan berdasarkan dengan pendidikan
dan pengalaman.Sedangkan dalam pemberian pelayanan harus berdasarkan
standar profesi. Landasan hukum yang digunakan adalah Peraturan Mentri
Kesehatan (Permenkes) Nomor 146/MENKES/PER/X/2010, tentang izin
penyelanggaran praktik bidan
1. BAB III tentang penyelenggaraan praktik, pasal 9 yang berbunyi bidan
dalam menjalankan praktek, berwenang untuk memberikan pelayanan
yang meliputi pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, dan
pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana.
2. Pasal 13 ayat 1 : selain kewenangan sebagaiamana dimaksud dalam Pasal
10, Pasal 11, dan Pasal 12, Bidan yang menjalankan program Pemerintah
berwenang melakukan pelayanan kesehatan meliputi : (a) pemberian alat
33
kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan
pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus
Studi kasus ini merupakan penelitian diskriptif observasional yang
bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan) peritiwa-peristiwa penting
yang terjadi pada masa kini. Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis
dan lebih menekankan pada data faktual dari pada penyimpulan (Nursalam,
2013). Studi kasus ini dilakukan pada akseptor KB suntik 3 bulan Ny. S umur
29 tahun P2A0 dengan amenore.
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi studi kasus merupakan tempat yang dilakukan oleh penulis
dalam melaksanakan kegiatan penelitian (Hidayat, 2010). Lokasi studi kasus
ini dilakukan di BPM Misni Amd.Keb Boyolali.
C. Subjek Studi Kasus
Subjek penelitian sebagai informasi, yang artinya orang pada latar
penelitian yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi
dan kondisi latar penelitian (Moleong, 2010). Subjek studi kasus ini
dilakukan pada Ny. S umur 29 tahun P2A0 akseptor KB suntuk 3 bulan
dengan amenore.
35
D. Waktu Studi Kasus
Waktu pelaksanaan adalah perkiraan waktu yang diperlukan peneliti
dalam pengambilan kasus (Nursalam, 2013). Studi kasus ini dilaksanakan
pada bulan Oktober 2015- Juni 2016.
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan
data dalam penelitian (Machfoedz, 2008). Intrumen yang digunakan untuk
mendapatkan data adalah dengan cara melakukan wawancara dengan format
asuhan kebidanan Keluarga Berancana dan data perkembangan dengan
SOAP.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah:
1. Data primer
Data primer disebut juga data tangan pertama. Data primer
diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat
pengukur atau alat pengambil data langsung pada subjek sebagai sumber
informasi yang dicari (Saryono, 2011).
a. Pemeriksaan fisik
Menurut Priharjo (2006), pemeriksaan fisik dilakukan secara
sistematis dengan cara :
36
1) Inspeksi
Merupakan proses observasi dengan menggunakan mata.
Inspeksi dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang
berhubungan dengan status fisik. Pada kasus ini dilakukan
pemeriksaan secara berurutan mulai dari kepala, muka, tangan,
hingga ujung kaki.
2) Palpasi
Palpasi dilakukan dengan menggunakan sentuhan atau
rabaan. Metode ini dikerjakan untuk mendeterminasi ciri-ciri
jaringan atau organ. Dalam melakukan palpasi, hanya sentuh
bagian tubuh yang akan diperiksa. Pada kasus ini dilakukan
pemeriksaaan palpasi utuk mengetahui ada tidaknya kehamilan.
3) Perkusi
Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara mengetuk.
Tujuan perkusi adalah menentukan batas-batas organ atau bagian
tubuh dengan cara merasakan vibrasi yang ditimbulkan akibat
adanya gerakan yang diberikan kebawah jaringan. Pada kasus ini
tidak dilakukan pemeriksaan perkusi.
4) Auskultasi
Auskultasi merupakan metode pengkajian yang
menggunakan stetoskop untuk memperjelas pendengaran.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa tekanan darah ibu
normal atau tidak.
37
5) Pengamatan
Pengamatan merupakan cara pengumpulan data dengan
mengandalkan pengamatan secara lengsung kepada responden
penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti
(Aziz, 2010).
b. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara
mewawancarai langsung responden yang diteliti, metode ini
memberikan hasil secaral angsung (Aziz, 2010). Wawancara
dilakukan pada Ny. S umur 29 tahun P2A0 akseptor KB suntik 3
bulan dengan amenore dan bidan.
2. Data sekunder
Data sekunder disebut juga data tangan kedua. Data sekunder
adalah data yang diperoleh lewat pihak lain. Tidak langsung diperoleh
oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Biasanya berupa data dokumentasi
atau data laporan yang sudah tersedia (Saryono, 2011).
a. Studi dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan
cara mengambil data yang berasal dari dokumentasi asli (Aziz, 2010).
Dalam studi kasus ini informasi didapat dari data rekam medik BPM
Misni Amd.Keb Boyolali.
b. Studi kepustakaan
38
Studi kepustakaan merupakan kegiatan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dalam rangka mencari landasan teoritis dari
permasalahan penelitian (Aziz, 2010). Pada kasus ini mengambil
kepustakaan dari buku kesehatan terbitan tahun 2005-2015.
G. Alat-Alat Yang Dibutuhkan
Alat dan bahan yang di butuhkan dalam pengambilan data antara lain :
1. Alat dan bahan dalam pengambilan data
a. Format pengkajian pada akseptor KB
b. Buku tulis
c. Ballpoint
2. Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan fisik dan observasi
a. Timbangan berat badan
b. Alat pengukur tinggi badan
c. Tensimeter
d. Stetoskop
e. Thermometer
f. Jam tangan
3. Alat untuk pendokumentasian adalah menggunakan lembar observasi.
H. Jadwal Penelitian (Terlampir)
39
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN KASUS
1. PENGKAJIAN
Tanggal: 1 April 2016 Pukul: 16.00 WIB
a. IDENTITAS PASIEN IDENTITAS SUAMI
1). Nama : Ny. S 1). Nama : Tn. T
2). Umur : 29 tahun 2). Umur : 30 tahun
3). Agama : Islam 3). Agama : Islam
4). Suku bangsa : Jawa Indonesia 4).Suku bangsa : Jawa Indonesia
5). Pendidikan : SMK 5). Pendidikan : STM
6). Pekerjaan : IRT 6). Pekerjaan : Swasta
7). Alamat : Sanggrahan 05/ 02 Trayu Banyudono Boyolali
8). NO. Seri Kartu KB : 672003
b. ANAMNESA (DATA SUBJEKTIF)
1). Alasan Kunjungan : Ibu mengatakan ingin memeriksakan
dirinya karena sudah 3 bulan tidak
mendapatkan haid berutut – turut dan ibu
mengatakan khawatir atas keadaanya.
2). Riwayat Perkawinan :
a). Status perkawinan sah, kawin 1 kali
b). Kawin umur 21 tahun dengan suami umur 22 tahun, lama 8
tahun, anak 2 orang
40
3). Riwayat Menstruasi
a). Menarche : Ibu mengatakan haid pertama pada
usia 14 tahun.
b). Siklus : Ibu Mengatakan siklus haidnya 28 hari.
c). Lama : Ibu Mengatakan lama haidnya 7 hari.
d). Banyaknya : Ibu Mengatakan sehari ganti pembalut 2
kali.
e). Teratur / tidak teratur : Ibu Mengatakan haidnya teratur.
f). Sifat darah : Ibu Mengatakan sifat darah haidnya
encer dan sedikit ada gumpalan.
g). Dismenorhoe : Ibu Mengatakan saat haid tidak pernah
sakit perut sampai mengganggu
aktivitas.
4). Riwayat Obstetri
No. Tgl/Thn
Partus
Tempat
Partus
Umur Kehamila
(bulan) Jenis Partus Penolong
Anak Nifas Keadaan
Anak
Sekarang JK
BB
(gram) PB (cm) Kead Laktasi
1 2007 BPM 40 mg Spontan Bidan L 2500 49 baik baik Hidup
2 2013 BPM 40 mg Spontan Bidan P 2600 50 baik baik Hidup
41
5). Riwayat KB
a). Macam peserta KB : Lama
b). Metode yang pernah dipakai:
Jenis
KB
Lama
Penggunaan Ket
Alasan
Dilepas
KB Suntik
3 Bulan
3 Tahun Setelah
Anak Pertama
Ingin Memiliki
Anak Lagi
KB Suntik
3 Bulan
3 Bulan Setelah
Anak Kedua -
c). Keluhan selama pemakaian kontrasepsi: Tidak ada keluhan
6). Riwayat penyakit
a). Riwayat penyakit sekarang : Ibu mengatakan tidak sedang sakit
apapun seperti batuk, pilek,
ataupun flu.
b). Riwayat penyakit sistemik
(1). Jantung : Ibu mengatakan tidak pernah nyeri pada
dada sebelah kiri, merasakan dadanya
berdebar – debar, dan tidak mudah cepat
lelah saat beraktivitas.
(2). Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah sakit
pinggang dan sakit saat BAK.
(3). Asma : Ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas.
(4). TBC : Ibu mengatakan tidak pernah batuk lebih
dari 2 minggu.
42
(5). Hepatitis : Ibu mengatakan pada kuku, kulit, dan
mata tidak pernah berwarna kuning
(6). DM : Ibu mengatakan tidak pernah merasa haus
dan lapar pada malam hari dan sering
BAK pada malam hari
(7). Hipertensi : Ibu mengatakan tidak pernah memiliki
tekanan darah lebih dari 140/ 90 mmHg
(8). Epilipsi : Ibu mengatakan tidak pernah kejang
sampai mengeluarkan busa dari mulutnya.
(9). Lain-lain : Ibu mengatakan tidak ada penyakit lain –
lain.
c). Riwayat penyakit keluarga : Ibu mengatakan baik dari
keluarga suami atau
keluarganya tidak ada riwayat
penyakit menurun dan menular.
d). Riwayat keturunan kembar : Ibu mengatakan baik dari
keluarga suami atau
keluarganya tidak ada riwayat
keturunan kembar.
e). Riwayat operasi : Ibu mengatakan tidak pernah
mendapatkan tindakan operasi
apapun.
43
7). Data Psikologis : Ibu mengatakan cemas dengan keadaanya karena
belum mendapatkan haid selama 3 bulan berturut – turut.
c. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBYEKTIF)
1. Status Generalis
a. Keadaan umum : Baik
b. TTV :
TD : 110/ 70 mmHg
N : 80 x/ menit
R : 22 x/ menit
S : 36,5 oC
c. TB : 160 cm
d. BB : 55 kg
2. Pemeriksaan sistematis
a. Kepala
1) Rambut : Hitam, bersih, tidak berketombe, tidak mudah
rontok
2) Muka : Bersih, tidak berjerawat, tidak oedema
3) Mata :
a) Oedema : Tidak oedema
b) Conjungtiva : Merah muda
c) Sclera : Putih
4) Hidung : Bersih, tidak ada benjolan, tidak ada sekret
5) Telinga : Bersih, simetris, tidak ada serumen
44
6) Mulut/ gigi/ gusi : Mulut tidak kering, tidak pecah – pecah,
tidak ada stomatitis, tidak ada caries, gusi tidak berdarah.
b. Leher
1) Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran kelenjar gondok
2) Tumor : Tidak ada tumor
3) Pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar
limfe
c. Dada dan Axila
1) Mamae
a) Membesar : Tidak ada pembesaran
b) Tumor : Tidak ada tumor
c) Simetris : Simetris
2) Axila
a) Benjolan : Tidak ada benjolan
b) Nyeri : Tidak ada nyeri
d. Abdomen
1) Pembesaran uterus : Normal
2) Pembesaran hati : Tidak ada pembesaran hati
3) Benjolan/ tumor : Tidak ada benjolan/ tumor
4) Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
5) Luka bekas operasi : Tidak ada luka bekas operasi
45
e. Anogenetal
1) Vulva vagina
a) Varices : Tidak dilakukan
b) Luka : Tidak dilakukan
c) Kemerahan : Tidak dilakukan
d) Nyeri : Tidak dilakukan
e) Pengeluaran pervaginam : Tidak dilakukan
2) Inspeculo
a) Vagina : Tidak dilakukan
b) Vulva : Tidak dilakukan
c) Tanda Chadwick : Tidak dilakukan
3) Pemeriksaan dalam
a) Portio/ servik
(1). Keras/ lunak : Tidak dilakukan
(2). Erosi : Tidak dilakukan
b) Posisi uterus : Tidak dilakukan
c) Tumor/ benjolan : Tidak dilakukan
d) Nyeri : Tidak dilakukan
4) Anus
a) Haemoroid : Tidak dilakukan
b) Keluhan lain : Tidak dilakukan
f. Ekstermitas
1) Varices : Tidak ada varices
46
2) Oedema : Tidak ada oedema
3) Reflek patella : Tidak dilakukan
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium : Tidak dilakukan
b. Pemeriksaan penunjang lain : PP test (-)
2. INTEPRETASI DATA
Tanggal: 01 April 2016 Pukul: 16. 15 WIB
a. DIAGNOSA KEBIDANAN
Ny. S P2A0 Umur 29 tahun Akseptor KB suntik 3 bulan dengan
amenore
Data Dasar :
DS :
1). Ibu mengatakan bernama Ny. S
2). Ibu mengatakan pernah melahirkan dua kali dan belum
pernah keguguran
3). Ibu mengatakan menggunakan KB suntik 3 bulan selama 3
bulan
4). Ibu mengatakan tidak mendapatkan haid selama 3 bulan
berturut – turut
5). Ibu mengatakan cemas dengan keadaanya.
DO :
1). Keadaan umum: Baik
2). TTV :
47
TD : 110/ 70 mmHg
N : 80 x/ menit
R : 22 x/ menit
S : 36,5 oC
3). TB : 160 cm
4). BB : 55 kg
5). PP test : (-)
b. MASALAH
Ibu cemas dengan keadaannya
c. KEBUTUHAN
Berikan support mental (dukungan) dan berikan KIE tentang efek
samping dari KB suntik 3 bulan
3. DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak ada
4. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA
Memberikan terapi obat berupa KB mini pil 28 tablet berisi 0,03
Ethylestradiol dan 0,15 Levonogastrel diminum 3 x 1 tablet 3 hari, 1 x 1
untuk hari ke 4. Apabila sudah mendapatkan haid maka hentikan
penggunaan dan tablet Fe 1 x 1
5. PERENCANAAN
Tanggal 1 April 2016 Pukul: 16.20 WIB
a. Memberi tahu ibu hasil pemeriksaan
b. Menjelaskan kepada ibu tentang efek samping KB suntik 3 bulan
48
c. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene, terutama pada
daerah kewanitaan ibu
d. Memberikan ibu terapi
e. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 2 hari lagi atau jika ada
keluhan dan memberi tahu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah 2
hari lagi
6. PELAKSANAAN
Tanggal 1 April 2016 Pukul: 16.25 WIB
1. Memberi tahu ibu hasil pemeriksaan
a. Keadaan umum : Baik
b. TTV :
TD : 110/ 70 mmHg
N : 80 x/ menit
R : 22 x/ menit
S : 36,5 oC
c. TB : 160 cm
d. BB : 55 kg
2. Menjelaskan efek samping KB suntik 3 bulan yaitu ganggguan haid,
berat badan yang bertambah,sakit kepala, efek metabolic dan efek pada
system reproduksi. Salah satu efek samping dari gangguan haid yaitu
amenore. Amenore adalah keadaan dimana tidak adanya menstruasi
untuk sedikitnya 3 bulan berturut – turut.
49
3. Menganjurkan ibu menjaga daerah kewanitaannya agar tetap kering dan
tidak lembab. Apa bila ibu merasa lembab harus segera mengganti
celana dalam dan apabila setelah BAK maka segera keringkan.
4. Memberi terapi obat pada ibu berupa KB mini pil 28 tablet berisi 0,03
Ethylestradiol dan 0,15 Levonogastrel diminum 3 x 1 tablet 3 hari, 1 x 1
untuk hari ke 4. Apabila sudah mendapatkan haid maka hentikan
penggunaan dan tablet Fe 1 x 1
5. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 2 hari lagi atau jika ada
keluhan dan memberi tahu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah 2
hari lagi
7. EVALUASI
Tanggal 1 April 2016 Pukul : 16. 35 WIB
a. Ibu sudah mengerti dan paham dengan keadaanya
b. Ibu sudah mengerti tentang salah satu efek samping dari KB suntik 3
bulan
c. Ibu bersedia untuk menjaga personal hygiene terutama pada daerah
kewanitaanya
d. Ibu sudah diberikan terapi
e. Ibu bersedia untuk kunjungan ulang 2 hari lagi atau jika ada keluhan dan
ibu paham bahwa akan dilakukan kunjungan rumah 2 hari lagi
50
DATA PERKEMBANGAN I
(Kunjungan Rumah)
Tanggal 03 April 2016 Pukul : 10.00 WIB
S : Subyektif
1. Ibu mengatakan belum mendapatkan haid
2. Ibu mengatakan masih mengkonsumsi obat
3. Ibu mengatakan masih sedikit khawatir dengan keadaannya
O: Obyektif
1. Keadaan umum : Baik
2. TTV :
TD : 110/ 70 mmHg
N : 80 x/ menit
R : 22 x/ menit
S : 36,5 oC
3. TB : 160 cm
4. BB : 55 kg
A: Assesment
Ny. S P2A0 Umur 29 tahun Akseptor KB suntik 3 bulan dengan
amenore
P: Planing
1. Memberi tahu ibu keadaan ibu bahwa ibu dalam keadaan
baik
51
2. Memberi semangat kepada ibu dan dukungan agar ibu tidak
cemas dengan keadaanya
3. Menganjurkan ibu untuk melanjutkan terapi obat yang diberikan
sesuai dengan anjuran
4. Menganjurkan ibu untuk menghentikan terapi obat apabila sudah
mendapatkan haid
5. Menganjurkan ibu untuk periksa apabila ada keluhan dan
member tahu ibu akan dilakukan kunjungan rumah 3 hari lagi
Evaluasi
Tanggal 3 April 2016 Pukul: 11.00 WIB
a. Ibu sudah paham dan mengerti dengan keadaanya
b. Ibu sudah diberikan semangat dan dukungan agar tidak
cemas dengan keadaanya
c. Ibu bersedia melanjutkan terapi obat yang diberikan
d. Ibu bersedia menghentikan terapi obat apa bila sudah
mendapatkan haid
e. Ibu bersedia periksa apa bila ada keluhan yang dirasakan ibu
dan ibu paham akan dilakukan kunjungan rumah 3 hari lagi
52
DATA PERKEMBANGAN II
( Kunjungan Rumah )
Tanggal 6 April 2016 Pukul : 10.00 WIB
S : Subyektif
1. Ibu mengatakan sudah mendapatkan haid pada tanggal 5 April
2016
2. Ibu mengatakan sudah tidak melanjutkan terapi obat yang
diberikan
3. Ibu mengatakan haidnya keluar sedikit dengan sifat darah encer
dan sehari ganti pembalut 2 kali
4. Ibu mengatakan sudah tidak cemas lagi dengan keadannya
O: Obyektif
1. Keadaan umum : Baik
2. TTV :
TD : 110/ 70 mmHg
N : 80 x/ menit
R : 23 x/ menit
S : 36,5 oC
3. TB : 160 cm
4. BB : 55 kg
5. PPV : Darah encer, ± 20 cc, warna merah kecoklatan
53
A: Assesment
Ny. S P2A0 Umur 29 tahun Akseptor KB suntik 3 bulan dengan
riwayat amenore
P: Planning
1. Memberi tahu ibu bahwa ibu dalam keadaan baik
2. Menanyakan kembali kepada ibu apakah ibu ingin tetap
menggunakan KB suntik 3 bulan setelah mengetahui efek
sampingnya
3. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene terutama pada
daerah kewanitaan ibu agar tidak lembab dan selalu kering
Evaluasi
Tanggal 6 April 2016 Pukul : 11.00 WIB
1. Ibu sudah paham dan mengerti tentang keadaanya bahwa ibu dalam
keadaan baik
2. Ibu bersedia menggunakan KB suntik 3 bulan lagi
3. Ibu bersedia menjaga daerah kewanitaanya agar tetap kering dan
tidak lembab
B. PEMBAHASAN
Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. S akseptor
KB suntik 3 bulan dengan amenore dengan menggunakan menejemen
54
kebidanan tujuh langkah Varney, maka penulis akan membandingkan antara
penatalaksanaan asuhan kebidanan menurut teori dengan kasus yang nyata
dilapangan saat memberikan asuhan.
1. PENGKAJIAN
Pada langkah ini dilakukan pengumpulan data dasar untuk
mengetahui keadaan pasien. Data yang dikumpulkan meliputi data
subyektif dan data obyektif. Menurut Nursalam dalam Rika (2013) pada
kasus amenore ibu dikatakan mengalami efek samping KB suntik 3 bulan
setelah ibu tidak mendapatkan haid 3 bulan secara berturut – turut.
Keluhan utama adalah alasan kenapa klien datang ke tempat bidan
(Walyani, 2015). Ibu mengatakan ingin memeriksakan keadaanya yang
sudah tidak haid selama 3 bulan berturut – turut (Manuaba, 2010).
Setelah data subjektif didapatkan, untuk melengkapi data dalam
menegakkan diagnosis, maka dilakukan pengkajian data objektif melalui
pemeriksaan inspeksi, auskultasi, dan perkusi yang dilakukan secara
berurutan (Sulistyawati, 2013). Selain pemeriksaan data subjektif,
dilakukan pemeriksaan data objektif berupa pemeriksaan tanda – tanda
vital. Pemeriksaan tanda vital dilakukan untuk mengetahui keadaan yang
berkaitan dengan kondisi yang dialami pasien (Ambarwati, 2010). Data
penunjang dilakukan sebagai pendukung diagnosa apabila diperlukan
(Nursalam, 2013).
Pada kasus Ny. S ibu mengatakan datang untuk memeriksaan
keadannya karena ibu tidak mendapatkan haid selama 3 bulan secara
55
berturut – turut. Pada pemeriksaan tanda – tanda vital didapatkan semua
data dalam batas normal sesuai dengan terori Ambarwati (2010).
Pemeriksaan penunjang dilakukan berupa PP test dengan hasil negatif.
Sehingga dari data yang diperoleh tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktek dilapangan.
2. INTEPRETASI DATA
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis,
masalah dan kebutuhan pasien berdasarkan intepretasi yang benar atas data
– data yang telah dikumpulkan (Sulistyawati, 2013). Diagnosa kebidanan
adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan
(Varney, 2006). Diagnosa: Ny. X umur Y tahun P..A.. akseptor KB suntik
3 bulan dengan amenore. Masalah yang sering muncul pada akseptor KB
suntik 3 bulan yaitu merasa cemas dalam menghadapi amenore (Nursalam,
2009). Pada kasus ini, menurut Sulistyawati (2014) kebutuhan yang
dibutuhkan klien adalah memberikan dukungan kepada ibu agar tidak
cemas, pemberian KIE tentang amenore dan tindakan medis jika
diperlukan.
Pada kasus Ny. S diagnosa kebidanan yang ditegakkan adalah
Ny.S umur 29 tahun P2A0 akseptor KB suntik 3 bulan dengan amenore.
Masalah pada kasus ini yaitu Ny. S merasa cemas dengan keadaanya.
Kebutuhan yang dibutuhkan Ny. S yaitu memberikan dukungan atau
support mental kepada ibu dan memberikan KIE tantang efek samping KB
56
suntik 3 bulan (amenore). Jadi pada langkah ini tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dengan praktek dilapangan.
3. DIAGNOSA POTENSIAL
Diagnosa potensial pada kasus ini amenore tidak muncul karena
amenore sering dijumpai pada akseptor KB suntik, dan tidak berbahaya.
Pada kasus akseptor KB suntik 3 bulan dengan amenore tidak ditemukan
diagnosa potensial (Manuaba, 2008). Pada kasus Ny. S diagnosa potensial
tidak muncul karena amenore merupakan salah satu efek samping dari KB
suntik 3 bulan. Jadi pada langkah ini tidak ada kesenjangan antara teori
dan praktek di lapangan.
4. ANTISIPASI
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari menejemen
kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh
bidan atau dokter dan atau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Pada kasus Ny. S umur 29 tahun P2A0 akseptor KB suntik 3 bulan
dengan amenore dilakukan tindakan segera berupa pemberian KB mini pil
28 tablet berisi 0,03 Ethylestradiol dan 0,15 Levonogastrel diminum 3 x 1
tablet 3 hari, 1 x 1 untuk hari ke 4. Apabila sudah mendapatkan haid maka
hentikan penggunaan dan tablet Fe 1 x 1. Jadi tidak ada kesenjangan antara
teori dan praktek dilapangan.
57
5. PERENCANAAN
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh
berdasarkan langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang dibuat harus
berdasarkan pertimbangan yang tepat, meliputi pengetahuan, teori yang up
to date, perawatan berdasarkan bukti, serta divalidasi dengan asumsi
mengenai apa yang diinginkan dan tidak diinginkan oleh pasien
(Sulistyawati, 2013). Menurut Sulistyawati (2014) rencana tindakan yang
diberikan kepada klien dengan amenore adalah KIE dan tindakan medis
untuk pemberian estrogen atau pil kombinasi.
Pada kasus Ny. S perencanaan yang akan diberikan yaitu memberi
tahu ibu hasil pemeriksaan, menjelaskan kepada ibu tentang efek samping
KB suntik 3 bulan, menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene,
terutama pada daerah kewanitaan ibu, memberikan ibu terapi obat pada ibu
berupa KB mini pil 28 tablet berisi 0,03 Ethylestradiol dan 0,15
Levonogastrel diminum 3 x 1 tablet 3 hari, 1 x 1 untuk hari ke 4. Apabila
sudah mendapatkan haid maka hentikan penggunaan dan tablet Fe 1 x 1
dan menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 2 hari lagi atau jika ada
keluhan. Pada tahap ini ditemukan kesenjangan pada saat pemberian terapi
yang berupa penambahan tablet Fe. Tablet Fe diberikan kepada ibu untuk
menghindari anemia pada saat ibu mendapatkan haidnya kembali.
6. PELAKSANAAN
Pada langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan
penyuluhan pada klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan
58
rencana asuhan secara efisien dan aman (Ambarwati dan Wulandari,
2010). Pada langkah ini bidan melaksanakan langsung tindakan yang telah
direncanakan pada klien (Saifuddin, 2010).
Pada langkah ini semua perencanaan asuhan kebidanan yang
menyeluruh telah dilaksanakan secara efisien dan aman. Sehingga antara
teori dan praktek dilapangan tidak ada kesenjangan
7. EVALUASI
Pada langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa
yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektivan dari asuhan yang
diberikan, ulangi kembali proses menejemen dengan benar terhadap setiap
aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau
merencanakan kembali yang belum terlaksana (Ambarwati dan Wulandari,
2010). Hasil akhir yang di harapkan pada asuhan kebidanan akseptor KB
suntik 3 bulan dengan amenore adalah ibu paham bahwa amenore adalah
efek samping KB suntik 3 bulan, kecemasan ibu atas amenore teratasi, ibu
tetap menggunakan KB suntik dan ibu sudah mendapatkan haidnya
kembali.
Hasil akhir dari kasus Ny. S setelah diberikan asuhan selama 5 hari
yaitu keadaan umum ibu baik, kecemasan ibu teratasi, ibu mendapatkan
haidnya kembali, dan ibu tetap menggunakan KB suntik 3 bulan. Sehingga
antara teori dan praktek dilapangan tidak ada kesenjangan.
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan dengan menggunakan
menejemen kebidanan menurut Hellen Varney pada Ny. S umur 29 tahun
P2A0 akseptor KB suntik 3 bulan dengan amenore, maka penulis mengambil
kesimpulan:
1. Dari pengkajian diperoleh data subjektif yaitu Ny. S ingin memeriksakan
keadaanya karena tidak mendapatkan haid selama 3 bulan secara berturut
– turut dan ibu merasa cemas dengan keadaanya, ibu memiliki dua anak
dan belum pernah keguguran, ibu berusia 29 tahun. Dari data obyektif
hasil pemeriksaan yaitu TD: 110/ 70 mmHg, N: 80 x/ menit, R: 22 x/
menit, S: 36, 50c, TB: 160 cm, BB: 55 kg, hasil PP test (-).
2. Intepretasi data diperoleh dari pengumpulan data yang diteliti dan akurat
yang diambil dari pengkajian, sehingga didapat diagnosa yang tepat,
yaitu: Ny. S umur 29 tahun P2A0 akseptor KB suntik 3 bulan dengan
amenore. Masalah yang timbul adalah ibu merasa cemas dengan
keadaanya. Sehingga kebutuhan yang dibutuhkan ibu adalah pemberian
dukungan (support) kepada ibu dan memberikan KIE tentang efek
samping KB suntik 3 bulan.
3. Diagnosa potensial pada Ny. S tidak ada karena amenore merupakan salah
satu efek samping dari KB suntik 3 bulan.
60
4. Tindakan segera pada Ny. S yaitu memberikan terapi obat berupa KB mini
pil 28 tablet berisi 0,03 Ethylestradiol dan 0,15 Levonogastrel diminum 3
x 1 tablet 3 hari, 1 x 1 untuk hari ke 4. Apabila sudah mendapatkan haid
maka hentikan penggunaan dan tablet Fe 1 x 1
5. Perencanaan tindakan yang akan diberikan kepada Ny. S adalah member
tahu ibu hasil pemeriksaan, menjelaskan kepada ibu tentang efek samping
KB suntik 3 bulan, menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene
terutama pada daerah kewanitaan ibu, memberikan terapi obat pada ibu
berupa KB mini pil 28 tablet berisi 0,03 Ethylestradiol dan 0,15
Levonogastrel diminum 3 x 1 tablet 3 hari, 1 x 1 untuk hari ke 4. Apabila
sudah mendapatkan haid maka hentikan penggunaan dan tablet Fe 1 x 1,
dan menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 2 hari lagi atau jika ada
keluhan dan memberi tahu ibu akan dilakukan kunjungan rumah 2 hari
lagi.
6. Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan apa yang direncanakan secara
efisien.
7. Evaluasi dari asuhan kebidanan padaNy. S umur 29 tahun P2A0 akseptor
KB suntik 3 bulan dengan amenore selama 5 hari diperoleh hasil akhir
keadaan umum ibu baik, kecemasan ibu teratasi dan ibu mendapatkan
haidnya kembali, dan ibu tetap menggunakan KB suntik 3 bulan.
8. Analisis pada kasus Ny. S umur 29 tahun P2A0 akseptor KB suntik 3
bulan dengan amenore didapatkan kesenjangan pada pemberian terapi
obat yang ditambahakan dengan pemberian tablet Fe. Pemberian tablet Fe
61
bertujuan untuk menghindari terjadinya anemia pada ibu pada saat ibu
sudah mendapatkan haidnya kembali.
B. Saran
Saran yang dapat penulis berikan kepada semua pihak pada kasus ini
adalah sebagai berikut:
1. Bidan
Diharapkan dapat meningkatkan asuhan kebidanan kepada pasien dengan
menggunakan menejemen kebidanan sesuai dengan kondisi pasien.
2. Bagi pasien
Diharapkan apabila pasien mengalami efek samping dari KB suntik 3 bulan
(amenore) harus segera diperiksakan ke tenaga kesehatan agar segera
mendapatkan penanganan.
3. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan institusi lebih meningkatkan tambahan referensi buku
khususnya mengenai asuhan kebidanan akseptor KB suntik 3 bulan dengan
amenore.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati dan Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarata: Nuha
Medika.
Anggraini dan Martini. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:
Rohima Press
Baradero, dkk.2007. Klien Gangguan Sistem Reproduksi dan Seksualitas.
Jakarta: EGC.
Hartanto.2015. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan
Hidayat, A. A. A. 2010. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisi Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat.2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknis Analisi Data. Edisi ke 2,
Jakarta: Salemba Medika.
Manuaba.2009. Memahami Kesehatan reproduksi Wanita. Edisi 2, Jakarta: EGC.
Notoatmodjo.S. 2012. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. 2013. Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 3, Jakarta:
Salemba Medika.
Prawirohardjo. 2011. Ilmu Kandungan. Edisi 3, Jakarta: PT. Bima Pustaka
Priharjo, R. Karyuni. P. E. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC.
Proverawati dan Misaroh. 2009. Menarche. Yogyakarta: Nuha Medika.
Proverawati, dkk. 2010. Panduan Memilih Kontrasepsi. Yogyakarta: Moha
Medika.
Saifuddin.2006. Buku Panduan Praktis pelayanan Kontrasepsi. Edisi 3, Jakarta:
PT. Bina Pustaka.
Saryono. 2011. Metode Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia
Setiawan, A. Saryono. 2011. Metode Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1 dan
S2. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sulistyawati, A. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:
Salemba Medika.
Sulistyawati. 2011. Layanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika.
Suratun, dkk.2008. Layanan Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta:
Trans Info Media.
Syafrudin, dkk. 2011. Himpunan Penyuluhan Kesehatan. Jakarta: Trans Info
Media.
Vaney, H. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.
Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.
Walyani, E, S. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.
Yanti. 2011. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama.