ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI NY. D … · dan tidak ada kelainan congenital (cacat...
Transcript of ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI NY. D … · dan tidak ada kelainan congenital (cacat...
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI
NY. D UMUR 12 JAM DENGAN
DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN
Di ajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Akhir
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI
NY. D UMUR 12 JAM DENGAN IKTERUS DERAJAT I
DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN
KARYA TULIS ILMIAH
Di ajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Akhir
Pendidikan D III Kebidanan
Disusun oleh :
EKA PUJI ASTUTI
NIM B13059
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI
IKTERUS DERAJAT I
DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN
Di ajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Akhir
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap bulan lebih dari 400 bayi (usia 0-11 bulan ) di Indonesia
meninggal dunia. Dibanding Angka KematianIbu (AKI), Angka Kematian
Bayi (AKB) di Indonesia masih lebih banyak. Berdasarkan data Human
Development Report 201, Angka Kematian Bayi di Indonesia mencapai
mencapai 31 per 1.000 kelahiran.Angka tersebut lima kali lebih tinggi
dibanding Malaysia, juga tinggi dibandingkan Filipina dan Thailand. Data
kementrian kesehatan menyebutkan, terjadi disparitas Angka Kematian Bayi
yang cukup besar antar provinsi di Indonesia. Angka Kematian Bayi terbesar
tercatat berada di Sulawesi barat dengan Angka Kematian Bayi sebanyak 74
per 1.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita 96 per 1.000 kelahiran
hidup. Jumlah tersebut empat kali lebih besar dibanding daerah lain yang
jumlah Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balitanya paling rendah
se-Indonesia (Suryani,2014).
Angka kematian Bayi di provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 sebesar
10,75/1000 kelahiran hidup,meningkat lebih dibandingkan dengan tahun
2011 10,34/1000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi di Surakarta sebesar
5,33/1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi menggambarkan tingkat
permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab
kematian bayi : tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat
2
kebersihan program Kesehatan Ibu Anak (KIA) dan Keluarga
Berencana (KB), serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi
(Dinkes Provinsi Jawa Tengah,2012).
Keadaan bayi sangat bergantung pada pertumbuhan janin didalam uterus,
kualitas pengawasan antenatal, penanganan dan perawatan setelah lahir.
Penanggulangan bayi tergantung pada apa dia normal atau tidak. Diantaranya
bayi yang normal ada yang membutuhkan pertolongan medik segera seperti
bayi baru lahir dengan asfiksia, perdarahan, ikterik (Winkjosastro,2010).
Penyebab langsung kematian bayi berdasarkan Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2007 adalah :Penyebab kematian bayi baru lahir usia
0-6 hari adalah gangguan pernafasan 36,9%,prematur 32,4%,sepsis
(peradangan tubuh akibat infeksi) 12%,hipotermi (turunnya suhu
tubuh)6,8%,kelainan darah atau ikterus 6,6% dan lain-lain. Penyebab
kematian bayi usia 7-28 hari adalah sepsis20,5%,kelainan kongenital (cacat
bawaaan) 18,1%, pnumonia (infeksi organ paru ) 15,4%, prematuritas dan
bayi berat lahir rendah (BBLR) 12,8%,RSD (Respiratory Distress Syndrome)
12,8% (Suryani,2014).
Ikterus neonatorum adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva, dan
mukosa akibat penumpukkan bilirubin dalam serum. Lebih dari separuh bayi
normal dan sebagian bayi kurang bulan mengalami ikterus
(Chris tanto,2014).
Menurut paulette S haws(2008) ikterus adalah perubahan warna kuning
pada membran mukosa merupakan gejala paling dini disfungsi hepar dan baru
3
nampak baru tampak bila fraksi inderek >5 mg/dl. Ikterus awitan baru pada
bayi lebih tua dari 2 minggu adalah abnormal. Nilai bilirubin serum total
harus dipecah untuk menentukkan konsentrasi bilirubin takterkonjungasi
(inderek)dan terkonjugasi(direk).
Ikterusapabila tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan kerusakan
pada otak bayi.Tanda kerusakan otak diawali dengan lateragi,layuh dan malas
minum dan dapat menyebabkan kematian bayi. Setelah beberapa hari akan
menjadi opistotonus, tangisan melengking, dan dapat terjadi kejang
(Sarwono,2005).
Berdasarkan data di RSU Asalam Gemolong sragen diperoleh dari
catatan terdapat jumlah kelahiran selama 1 tahun dari bulan November 2014
sampai November 2015 sebanyak 1.273 kelahiran. Jumlah bayi lahir normal
884 kasus (69,44%), Asfiksia sebanyak 138 kasus (9,66%), Bayi berat lahir
rendah sebanyak 132 kasus (10,36%),ikterus sebanyak 49 kasus (3,84%),
Caput succedaneum sebanyak 39 kasus (3,06%), Makrosomia sebanyak 37
kasus (2,66%), Tetanus sebanyak 9 kasus (0,70%).
Berdasarkan latar belakang tersebut angka kejadian bayi baru lahir
dengan ikterus masih tinggi dan merupakan salah satu penyebab kematian
bayi sehingga diperlukan penanganan yang lebih optimal untuk menurunkan
kejadian ikterus,karena itu penulis tertarik melaksanakan studi kasus dengan
judul “Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada Bayi Ny.D umur 12 jam
denganIkterus Derajat 1 di RSU Assalam Gemolong Sragen.
4
B. Perumusan Masalah
Bagaimana Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada
Bayi Ny.D umur 12 jam Dengan ikterus derajat 1 di RSU Assalam
Gemolong Sragendengan menggunakan manajemen kebidanan menurut
Varney ?
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Penulis dapat menerapkan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir umur
12 jamdenganikterus derajat 1 di RSU Assalam Gemolong Sragen
melalui pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu :
1) Melaksanakan pengkajian data baik data subjektif maupun data
objektif pada bayi baru lahir Ny.D umur 12 jam Dengan
ikterus derajat I di RSU Assalam Gemolong Sragen.
2) Menginterprestasikan data dan merumuskan
diagnosa,masalah,kebutuhan bayi baru lahir umur 12 jam
dengan ikterus derajat Idi RSU Assalam Gemolong Sragen.
3) Mengidentifikasi diagnosa potensial pada bayi baru lahir umur
12 jam Dengan ikterus derajat I di RSU Assalam Gemolong
Sragen.
5
4) Mengidentifikasikan tindakan segera pada bayi baru lahir
umur 12 jam dengan ikterus derajat I di RSU Assalam
Gemolong Sragen.
5) Merencanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir umur 12
jam dengan ikterus derajat I di RSU Assalam Gemolong
Sragen.
6) Melaksanakan perencanaan yang sesuai dengan pengkajian
pada bayi baru lahir umur 12 jam dengan ikterus derajat I di
RSU Assalam Gemolong Sragen.
7) Melakukan evaluasi pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir umur 12 jam dengan ikterus derajat I di RSU
Assalam Gemolong Sragen.
b. Penulis mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus
nyata di lapangan pada bayi baru lahirumur 12 jam dengan ikterus
derajat I di RSU Assalam Gemolong Sragen.
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi Diri sendiri
Mendapatkan pengetahuan ,wawasan dan ketrampilan penulis dalam
mengatasi dan melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
dengan ikterus derajat 1 serta mendapatkan pengalaman yang nyata
dalam penanganan kasus pada bayi baru lahir umur 12 jam dengan
ikterus derajat 1di RSU Assalam Gemolong Sragen.
6
2. Bagi profesi
Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan
pertimbangan dalam memberikan asuhan kebidanan bayi dengan ikterus.
3. Bagi institusi
a. Bagi Rumah Sakit
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi Rumah
Sakit dan dapat meningkatkan mutu pelayanan Asuhan Kebidanan
pada khususnyadengan ikterus.
b. Bagi Pendidikan
Dapat menambah Referensi tentang asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir dengan ikterus.
E. Keaslian Penelitian
1. Tianamustika (2010) StikesAisyiyah Surakarta DIII Kebidanan
“AsuhanKebidananPadaBayiBaruLahirDenganIkterikNeonatorum di
RS PantiWaluyo Surakarta” denganhasilasuhanselama 5
haritindakanpemberian ASI yang adekuat,
pemeriksanlaboraturiumkadar bilirubin,
sehinggadidapatkanhasilkeadaanumumbaik, kesadarancomposmentis,
kadar bilirubin turun, bayidapatmenyusudenganbaik, beratbadannaik.
Hasil laboratorium yakni didapat kadar bilirubin turun dari 9 mg%
menjadi 5 mg%.
7
2. Esthi putri kusuma murti (2014 ) Stikes Kusuma Husada surakarta DIII
Kebidanan“Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Dengan Ikterus
Derajat I di RSUD Dr.Moewardi Surakarta” setelah dilakukan asuhan
selama 3 hari dengan melakukan jemur bayi setiap pagi jam 7-8
selama 30 menit, dirawat dalam inkubator dengan suhu 320C,
pemantauan TTV, dan kolaborasi dengan dokter spesialis anak. Hasil
keadaan umum bayi baik, kesadaran composmentis, cairan terpenuhi,
bilirubin dalam darah turun menjadi 0,71 mg%. Ibu bersedia menjemur
bayinya waktu pagi hari dirumah, ibu bersedia menyusui bayinya tidak
dijadwal.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
menggunakan metode yang sama yaitu metode deskriptif. Sedangkan
perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah lokasi ,
waktu, dan pasien.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Bayi Baru Lahir
a. Pengertian
Bayi baru lahir dalam presentasi belakang kepala melalui
vagina tanpa memakai alat,pada usia kehamilan genap 37 minggu
sampai dengan 42 minggu,dengan berat badan 2500-4000 gram,nilai
Apgar > 7 dan tanpa cacatbawaan(Rukiyah , 2013)
Menurut M.Sholeh kosim, (2007) Bayi baru lahir normal berat
lahir antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis,
dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bayi
baru lahir adalah bayi lahir dengan umur
37-42 minggu dan berat lahir 2500-4000 gram tanpa cacat bawaan.
b. Tanda-tanda bayi normal
Menurut Stright (2014), ciri-ciri bayi normal adalah :
1) Berat badan : 2500 – 4000 gr
2) Panjang badan : 48 - 52 cm
3) Lingkar kepala : 33 – 35 cm
4) Lingkar dada : 30 38 cm
5) Bunyi jantung : 120 – 160 x/menit
6) Pernafasan dada : 40 – 60 x/menit
9
7) Kulit kemerahan dan licin,karena jaringan dan diikuti vernik
caseosa.
8) Rambut lanugo terlihat,rambut kepala biasanya sudah sempurna
9) Genetalia,jika perempuan labia mayora telah menutupi labia
minora , jika laki-laki testis telah turun.
10) Eliminasi baik,urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam.
c. Klasifikasi Bayi Baru Lahir
Menurut Ika Pantiawati (2010), klasifikasi bayi baru lahir menurut
usia gestasi, yaitu :
1) Preterm (premature) : bayi dengan masa kehamilan kurang
dari 37 minggu (259) hari.
2) Term (cukup bulan ) : Bayi dengan masa kehamilan mulai
37 minggu sampai dengan 42
minggu (259-293 hari).
3) Post term (lebih bulan) : Bayi dengan masa kehamilan mulai
42 minggu atau lebih (294 hari atau
lebih ).
d. Komplikasi Pada Bayi Baru Lahir
1) Asfiksia
Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan
pernafasan secara spontan dan teratur pada saat bayi baru
lahiratau beberapa saat sesudah lahir (Sudarti,2013).
10
2) BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
Bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500gram
(Alief,2009)
3) Tetanus Neonatorum
Penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus(bayi <1 bulan)
yangdisebabkan oleh clostridium tetani (Sudarti, 2013).
4) Ikterus
Ikterus adalah warna kuning, pada kulit,konjungtiva, dan
mukosa akibat penumpukkan bilirubin dalam serum
(Hanifah dkk, 2014).
5) Prematur
Bayi premature adalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan
minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir) menurut
Alief (2009).
6) Hipotermi
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal.
Adapun suhu normal bayi adalah 36,5-37,50c (suhu ketiak).
Gejala awal hipotermi apabila suhu <360c atau kedua kaki &
tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka
bayi sudah mengalami hipotermi sedang (suhu 32-360c)
hipotermi berat bila suhu <320C (Ai yeyeh, 2013).
11
7) Diare
Diare adalah kehilangan air atau elektrolit (dehidrasi)
yang menyebabkan terjadinya gangguan keseimbangan
(Ai yeyeh, 2013).
2. Ikterus
a. Pengertian
Ikterus adalah diskolorisasi kuning punumpukan pada
kulit atau organ lain akibat penumpukan bilirubin dalam
darah(Sudarti,2013).
Ikterus adalah warna kuning pada kulit,konjungtiva,dan
mukosa akibat penumpukan bilirubuin dalam serum. Lebih dari
separuh bayi normal dansebagian besar bayi kurang bulan
mengalami ikterus (Christanto dkk,2014).
Jadi ikterus adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva, dan
mukosa akibatpenumpukan bilirubin dan karena fungsi hati yang
belum matang .
b. Pembagian ikterus
Menurut Syafrudin(2011),pembagian ikterus ada 2 yaitu :
1) Fisiologis/normal
Adalah ikterus yang normal yang dialami oleh bayi baru
lahir, tidak memiliki dasar patologis sehingga tidak berpotensi
menjadi kern ikterus.
12
Ikterus fisiologis ini memiliki tanda-tanda sebagai berikut :
a) Timbul pada hari kedua- ketiga
b) Kadar bilirubin direk kurang dari 1mg %
c) Ikterus hilang pada 10 hari pertama
Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan
patologis/tidak normal tertentu.
2) Patologis/tidak normal
Adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis dengan kadar
bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia.
Ikterus patologis ini memiliki tanda-tanda sebagai berikut :
a) Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran.
b) Ikterus disertai proses hemoliris
c) Ikterus disertai berat lahir < 2000 gr, masa kehamilan < 36
minggu.
c. Penyebab
Menurut Syarifudi (2011),penyebab ikterus pada bayi baru
lahir dapat disebabkan oleh beberapa faktor,yaitu :
1) Pemecahan yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih
banyak danberumur lebih pendek.
2) Fungsi hati yang kurang sempurna .peningkatan kadar bilirubin
yang berlebihan.
3) Pemberian minum ASI yang belum mencukupi.
13
d. Penegakan Diagnosis
Menurut Rohman (2011), penegakan ikterus pada bayi baru lahir
dengan ikterusadalah :
1) Visual
Metode Visual memiliki angka kesalahan yang tinggi,namun
masih dapat digunakan apabila tidak ada alat, pemeriksaan ini
sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna, karena besarnya
bias penilaian.Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak
direkomendasikan, namun apabila terdapat keterbatasan alat
masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan
skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana
lebih lanjut.
Cara menentukan ikterus secara visual, sebagai berikut :
a) Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di
siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa
terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan
dan bisa tidak terlihat pada pencahyaan yang kurang.
b) Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di
siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa
terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan
dan bisa tidak terlihat pada pencahyaan yang kurang.
c) Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk
mengetahui warna dibawah kulit dan jaringan subkutan.
14
d) Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan
bagian tubuh yang tidak tampak kuning.
2) Bilirubin serum
Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas
penegakan diagnosis ikterus neonatorum serta untuk
menentukan perlunya intervensi lebih lanjut. Beberapa hal
yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan
serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan
invansif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas
neonatus.Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total.
e. Tanda dan Gejala Ikterus
Menurut Marmi (2012),tanda dan gejala ikterus meliputi:
1) Sklera, puncak hidung, mulut, dada,perut, dan ekstremitas
berwarna kuning.
2) Latergi
3) Kemampuan menghisap turun
4) Kejang
f. Jenis-jenis ikterus
Menurut Marmi (2012),jenisikterusmeliputi :
1) Ikterus fisiologik
Ikterus fisiologik adalah ikterus yang timbul pada hari
kedua dan hari ketiga yang tidak mempunyai dasar patologik,
kadarnya tidak melewati kadar yang membahayakan atau
15
mempunyai potensi menjadi kern ikterus dan tidak
menyebabkan morbiditas pada bayi.
Ikterus fisiologi bisa juga disebabkan karena hati dalam
bayi tersebut belum matang, atau disebabkan kadar penguraian
sel darah merah yang cepat.
2) Ikterus patologi
Ikterus patologi adalah ikterus yang mempunyai dasar
patologi atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yang
disebut hiperbilirubinemia. Dasar patologi ini misalnya jenis
bilirubin saat timbulnya dan menghilangnya ikterus dan
penyebabnya.
3) Kern ikterus
Kern mengacu pada ensefalopati bilirubin yang berasal
dari deposit bilirubin terutama pada batang otak (brainsten) dan
nucleus serebrobasal.Kern ikterus adalah kerusakan otak akibat
perlekatan bilirubin inderek pada otak.
g. Patofisiologi
Menurut Marmi (2012), pada dasarnya warna kekuningan
pada bayi baru lahir dapat terjadi karena bebrapa hal, diantaranya :
1) Produksi yang berlebihan lebih dari pada kemampuan bayi
untuk mengeluarkannya misalnya hemolisis yang meningkat
pada inkompatibilitas darah Rh, ABO, golongan darah lain,
16
defiensi enzim G6PD, pyuvate kinase, perdarahan tertutup dan
sepsis.
2) Gangguan dalam proses uptake dan konjungasi hepar gangguan
ini dapat disebabkan karena imaturitas hepar, kurangnya substrat
untuk konjungasi bilirubin. Penyebab lain ialah defisensi protein
Y dalam hepar yang berperanan penting dalam uptake bilirubin
ke sel-sel hepar.
3) Gangguan dalam proses transfortasi bilirubin dalam darah
terikat oleh albumin kemudian diangkut kehepar, ikatan
bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat-obatan
misalnya salisilat, sulfatfurazole. Defisiensi albumin
menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin inderek yang
bebas dalam darah yang mudah melekat ke sel otak.
4) Gangguan dalam sekresi. Gangguan ini dapat terjadi akibat
obstruksi dalam hepar atau diluar hepar biasanya akibat infeksi
atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.
5) Obstruksi saluran pencernaan (fungsional atau structural) dapat
mengakibatkan hiperbilirubinemia unconjugated akibat
penambahan dari bilirubin yang berasal dari sirkulasi
enterahepatik.
6) Ikterus akibat Air Susu Ibu (ASI). Ikterus akibat asi merupakan
unconjugated hiperbilirubinemia yang mecapai puncaknya
terlambat (biasanya menjelang hari ke 6-14). Dapat dibedakan
17
dari penyebab lain dengan reduksi kadar bilirubin yang cepat
bila disubsitusi dengan susu formula selama 1-2 hari. Sebagian
bahan yang terkandung dalam ASI (beta glucoronidase) akan
memecah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam lemak
,sehingga bilirubin inderek akan meningkat, dan kemudian akan
diresorbsi oleh usus.
h. Penilaian kadar bilirubin
Menururt Marmi (2012), penilaian kadar bilirubin adalah
pengamatan ikterik kadang-kadang agak sulit apalagi dalam cahaya
buatan. Paling baik pengamatan dilakukan dalam cahaya matahri dan
dengan menekan sedikit kulit yang akan diamati untuk
menghilangkan warna karena pengaruh sirkulasi darah.
Ada bebrapa cara untuk menentukan derajat ikterus yang
merupakan resiko terjadinya kern ikterus, misalnya kadar bilirubin
bebas, kadar bilirubin 1 dan 2 atau cara klinis (kramer) yng
dilakukan sinar biasa (daylight).Sebaliknya penilaian ikterus
dilakukan secara laboratories, apabila fasilitas tidak memungkinkan
dapat dilakukan secara klinis.
Dibawah ini dapat dilihat gambar pembagian derajat dan daerah
ikterus.
1) Derajat I : kepala samppai leher
2) Derajat II : kepala, badan sampai umbilicus
3) Derajat III : kepala, badan sampai paha
18
4) Derajat IV : kepala, badan paha sampai dengan lutut
5) Derajat V : kepala, badan, semua ekstremitas sampai ujung
jari.
Gambar 2.1
Pembagian derajat ikterus dan daerah kulit bayi yang berwarna
kuning untuk penerapan rumus Kramer
Tabel 2.1.Rumus Kramer
Daerah Luas Hiperbilirubin Kadar bilirubin (mg%)
1 Kepala dan Leher 5
2 Daerah 1(+) 9
Badan bagian atas
3 Daerah 1,2 (+) 11
Badan bagian bawah dan tungkai
4 Daerah 1,2,3 (+)
Lengan dan kaki dibawah dengkul 12
5 Daerah 1,2,3,4(+) >12,5
Tangan dan kaki
Sumber : (Marmi, 2012)
i. Penatalaksanaan
Menurut Dewi (2011), penatalaksanaan ikterus neonatus derajat
1adalah :
1) Lakukan perawatan seperti bayi baru lahir normal lainnya.
19
2) Lakukan perawatan bayi sehari-hari seperti memandikan,
melakukan perawatan tali pusat, membersihkan jalan nafas,
menjemur bayi dibawah sinar matahari pagi, kurang lebih 30
menit.
3) Ajarkan ibu cara memandikan bayi, melakukan perawatan tali
pusat, menjaga agar bayi tidak hipotermi, menjemur bayi
dibawah sinar matahari pagi, kurang lebih 30 menit.
4) Jelaskan pentingnya hal-hal seperti memberikan ASI sedini
mungkin,
5) Jemur bayi di bawah sinar matahari dengan kondisi telanjang
selama 30 menit, 15 menit dalam posisi terlentang dan 15 menit
sisanya dalam posisi tengkurap.
6) Periksa kadar bilirubin dalam darah dengan pemeriksaan
laboraturium.
Penatalaksanaan
Menurut Varney (2007), antara lain :
1) Memenuhi kebutuhan atau nutrisi
a) Beri minum sesuai kebutuhan, karena bayi malas minum, berikan
berulang-ulang, jika tidak mau menghisap dot berikan pakai
sendok,. Jika tidak dapat habis berikan melalui sonde.
b) Perhatikan frekuensi buang air besar, mungkin susu tidak cocok
(jika bukan ASI) mungkin perlu ganti susu.
20
2) Mengenal gejala dini mencegah meningkatnya ikterus
a) jika bayi terlihat mulai kuning, jemur pada matahari pagi (sekitar
pukul 7-8 selama 15-30 menit)
b) periksa darah untuk bilirubin, jika hasilnya masih dibawah 7
mg% ulang esok harinya.
c) berikan banyak minum
d) perhatikan hasil darah bilirubin, jika hasilnya 7mg% lebih segera
hubungi dokter,bayi perlu terapi.
3) Gangguan rasa aman dan nyaman akibat pengobatan
a) mengusahakan agar bayi tidak kepanasan atau kedinginan
b) memelihara kebersihan tempat tidur bayi dan lingkungannya
c) mencegah terjadinya infeksi (memperhatikan cara bekerja
aseptik)
B. Teori Asuhan Kebidanan
1. Pengertian Teori Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh
bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara
sistematis,mulai dari pengkajian,analis data, diagnosa
kebidanan,perencanaan,pelaksanaan dan evaluasi(Ambarwati, 2010).
2. Proses Manajemen Kebidanan
Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan
masalah yang memperkenalkan sebuah metode atau pemikiran dan
21
tindakan-tindakan dengan urutan yang logis sehingga pelayanan
komprehensif dan aman dapat tercapai. Selain itu metode ini memberikan
pengertian untuk menyatukan pengetahuan dan penilaian yang terpisah-
pisah menjadi satu kesatuan yang berarti (Ambarwati dkk, 2010).
a. Langkah I : pengkajian
Pengkajian adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan
untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama
untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien (Ambarwati, 2010).
1) Data Subjektif
Data yang mencakup identitas pasien (Sondakh, 2013)
a) Biodata
(1) Nama Bayi
Untuk mengetahui identitas bayi dan menghindari
kekeliruan.
(2) Umur Bayi
Untuk mengetahui usia bayi yang nantinya disesuaikan
dengan tindakkan yang akan dilakukan.
(3) Tanggal Lahir
Untuk mengetahui usia neonatus.
(4) Jenis Kelamin
Untuk mengetahui jenis kelamin bayi dan memastikan
bahwa yang diperiksa benar-benar bayi yang dimaksud.
22
(5) Nama ayah /ibu
Untuk memudahkan memanggil atau menghindari
kekeliruan.
(6) Umur
Untuk mengetahui apakah ibu termasuk resiko tinggi
atau tidak.
(7) Pekerjaan
Untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi.
(8) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat
intelektualnya,sehingga bidan dapat memberikan
konseling sesuai dengan pendidikannya(Ambarwati
dkk,2010).
(9) Suku /bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-
hari (Ambarwati dkk, 2010)
(10) Alamat
Untuk memudahkan komunikasi dan kunjungan rumah.
b) Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan
dengan Ikterus (Ambarwati dkk, 2010).
23
c) Riwayat kehamilan dan persalinan
(1) Riwayat prenatal
Untuk mengetahui riwayat ANC, jumlah anak, ada
keluhan atau tidak, HPHT, HPL, dan kebiasaan-
kebiasaan ibu saat hamil (Sondakh,2013)
(2) Riwayat persalinan sekarang
Untuk mengetahui berapa usia kehamilan, jam berapa
waktu persalinan, jenis persalinan, lama kala I sampai
kala IV , berat badan bayi, jumlah air ketuban, ditolong
oleh siapa, adakah komplikasi dalam persalinan
(Sondakh, 2013)
2) Data objektif
Data ini dikumpulkan guna melengkapi data untuk menegakkan
(Suliswati dkk,2013)
a) Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan awal pada bayi baru lahir dapat dilakukan
dengan observasi melalui pemeriksaan nilai apgar score.
pada ikterus reflek sucking lemah, pemeriksaan inspeksi,
pemeriksaan kadarbilirubin (Marmi, 2012).
24
Tabel 10.1 Apgar Score Bayi Baru Lahir Ikterus
ASPEK NILAI
YANG
DINILAI 0 1 2
JUMLAH
Menit 5 5
I menit menit
I II
Apperance Biru/pucat Badan Badan dan
(Warna kulit) merah ekstremitas
muda merah muda
ektremi
tas biru
Pulse Tidak ada <100 >100
(Denyut
Jantung)
Grimace Tidak ada Lambat Menangis
(Tonus kuat
Otot)
Activity Lemas/ Gerakan Aktif
(Aktivitas) lumpuh sedikit
Respiratory Tidak ada Lambat, Baik
(pernafasan) tidak menangis
teratur kuat
JUMLAH
Sumber : Rohani dkk, 2011
b) Pemeriksaan keadaan umum
Data ini didapat dengan mengamati keadaan pasien secara
keseluruhan (Sulisyawati dkk,2013)
(1) Suhu
Suhu tubuh bayi normal 36,50c sampai 37,5
0c
(Muslihatun dkk, 2009)
(2) Pernafasan
25
Pernafasan bayi baru lahir normal 30 - 60 kali per
menit, tanpa retraksi dada dan tanpa suara merintih
pada nafas ekpirasi (Muslihatun dkk, 2009). Pada bayi
ikterus pernafasan sekitar 45 sampai 50 kali per
menit(Manuaba,2012)
(3) Denyut jantung
Denyut jantung bayi baru lahir normal antara 100 -
160x/menit tetapi dianggap masih normal jika diatas
160x/menit dalam jangka waktu pendek, beberapa kali
dalam satu hari selama beberapa hari pertama
kehidupan (Miuslihatun dkk,2009). Bayi ikterus denyut
jantung 140x/menit (Manuaba,2012)
c) Menurut Sondakh (2013), pemeriksaan fisik sistematis
meliputi :
(1) Kepala
Pemeriksaan terhadap ukuran, sutura menutup atau
terbuka, adanya caput succedeneum,kraniotabes,dan
sebagainya.Pada bayi dengan ikterus derajat 1 baik.
(2) Muka
Warna kulit merah atau tidak, simetris atau
tidak.Simetris atau nampak kekuningan.
26
(3) Mata
Simetris atau tidak, warna conjungtiva pucat atau
tidak,adakah sklera ikterus pada mata atau tidak.Sklera
dan konjungtiva nampak kekuningan.
(4) Mulut
Reflek hisap baik atau tidak, bibir kering atau tidak,
adakah kelainan palatum atau tidak.Reflek hisap bayi
lemah.
(5) Hidung
Simetris atau tidak, berih atau tidak,tidak atau ada
pernafasan cuping hidung.Bayi dengan ikterus derajat 1
nampak kekuningan.
(6) Telinga
Simetris atau tidak, bersih atau tidak, adakah kelainan.
(7) Leher
Untuk mengetahui pembesaran kelenjar tiroid dan
bendungan vena jugalaris.Pada bayi dengan ikterus
derajat 1 nampak kekuningan.
(8) Dada
Simetris atau tidak, adakah retraksi dinding dada atau
tidak, apakah ada kelainan atau tidak
27
(9) Tali pusat
Bersih atau tidak, adakah perdarahan atau tidak,
terbungkus kassa atau tidak
(10) Abdomen
Simetris atau tidak, adakah perdarahan tali pusat atau
tidak, adakah tanda –tanda infeksi atau tidak.
(11) Genetalia
Jika laku-laki apakah testis sudah turun pada
skrotum,jika perempuan apakah labia mayora sudah
menutupi labia minora
(12) Ekstremitas
Simetris atau tidak, jumlah jari tangan lengkap atau
tidak dan kaki lengkap atau tidak, adakah polidaktili
atau tidak
(13) Anus
Apakah anus berlubang atau tidak
3. Pemeriksaan Reflek
(1) Reflek Moro
Reflek moro adalah apabila bayi diberi sentuhan
mendadak terutama dengan jari dan tangan, maka
menimbulkan gerak terkejut (Sondakh,2013) .pada bayi
ikterus masih lemah.
28
(2) Reflek Grasping
Apabila telapak tangan bayi disentuh dengan jari
pemeriksa,maka bayi akan beerusaha mengenggam jari
pemeriksa (Sondakh, 2013). Pada bayi dengan ikterus
reflek ini masih lemah.
(3) Reflek Rotting
Apabila pipi bayi disentuh oleh jari pemeriksa,
maka bayi akan menoleh dan mencari sentuhan itu
(Sondakh,2013). Pada bayi dengan ikterus reflek ini
masih lemah (Hidayat, 2008)
(4) Reflek Sucking
Apabila bayi diberi dot atau puting,maka bayi
akan berusaha untuk menghisap (Sondakh,2013).
Reflek menghisap pada bayi ikterus masih
lemah(Hidayat, 2008)
(5) Reflek Walking
Apabila bayi diangkat dari tempat tidur (digendong)
maka ia akan berusaha menggangkat kepala
(Sondakh,2013)
(6) Reflek Tonick Neck
Apabila bayi diangkat dari tempat tidur,maka bayi akan
mengankat kepalanya (Sondakh,2013)
29
4) Pemeriksaan Antropometri
Menurut Jitowiyono (2011), pemeriksaan antropometri
meliputi:
(1) Lingkar Kepala
Normal pada bayi baru lahir antara 33-38 cm.
(2) Lingkar Dada
Normal pada bayi baru lahir antara 30-35 cm.
(3) Panjang Badan
Normal pada bayi baru lahir antara 48-52 cm
(4) Berat Badan
Normal berat badan bayi baru lahir antara2500 gram
sampai 4000 gram.
(5) Nutisi
Kebutuhan nutrisi pada bayi baru lahir hari pertama 60
cc/kgBB, selanjutnya ditambah 30cc/kgBB
(Sondakh, 2013)
(6) Eliminasi
(a). Urine
Pengeluaran urine pada bayi baru lahir terjadi 24
jam pertama setelah lahir. Urine yang normal
berwarna kuning (Sondakh, 2013). Pada keadaan
normal urine sudah keluar pada 24 jam pertama.
30
(b). Mekonium
Pengeluaran mekonium pada bayi baru lahir
normal agak lembek dan berwarna hitam kehijauan
(Sondakh, 2013). Pada keadaan normal mekonium
sudah keluar pada 24 jam pertama.
5) Data penunjang
Data penunjang ini diperoleh dari pemeriksaan laboraturium
antara lain : pemeriksaan Hb dan golongan darah, serta
kadar bilirubin dalam darah pada bayi dengan ikterus
mencapai >5mg% (Depkes RI, 2007).
b. Langkah II : Interpretasi Data
Melakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa masalah dan
kebutuhan bati berdasarkan data yang dikumpulkan
(Muslihatun, 2009)
1) Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan dapat ditegakkan yang berkaitan
(Ambarwati dkk, 2010)
By baru lahir Ny. X umur . . .jam dengan ikterus derajat I
Data dasarmeliputi :
a) Data subjektif
(1) Ibu mengatakanbayinya lahir pada tanggal . . .
pukul. . . .
31
(2) Ibu mengatakan bayinya lahir dengan berat badan
3100 gram.
(3) Ibu mengatakan saat bayinya lahir menangis dengan
keras atau kuat.
b) Data Objektif
(1) Pemeriksaan inspeksi meliputi pemeriksaan : reflek
menghisap dan menelan masih lemah, kepala sampai
leher berwarna kuning (Wiknjosastro, 2007)
(2) Pemeriksaan laboraturium meliputi : Hb, golongan
darah serta kadar bilirubin>5mg% dalam darah
(Prawiroharjo, 2005)
2) Masalah
Masalah-masalah yang sering dijumpai pada bayi baru lahir
dengan ikterus adalah gangguan sistem pernafasan, reflek hisap
dan menelan minuman, rewel dan kenaikan suhu tubuh
(Manuaba, 2007).
3) Kebutuhan
Kebutuhan-kebutuhan yang harus diberikan pada bayi baru lahir
dengan ikterusadalah oksigen sesuai terapi, pemberian cairan
yang cukup, mengobservasi keadaan umum bayi secara intensif
menjaga supaya lingkungan sekitar tetaap nyaman dan
hanya.(Ngastiyah, 2005).
32
c. Langkah III : Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial adalah mengidentifikasi dengan kritis tanda dan
gejala yang memerlukan tindakan kebidanan untuk membantu pasien
mengatasi dan mencegah masalah. Masalah potensial pada bayi
baru lahir dengan ikterusakan muncul apabila kadar bilirubin
semakin meningkat dan potensial terjadinya ikterus derajat
II(Wiknjosastro, 2007).
d. Langkah IV : Tindakan Segera / Antisipasi Masalah
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan, atau dokter
dan ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan lain sesuai kondisinya
(Muslihatun, 2009). Bayi dengan ikterus derajat 1 dirawat di
inkubator dengan suhu 350c dan BB inkubator berat badan 2000 –
2500 gram dengan suhu 33-340c diturunkan 1
0c per minggu
(Proverawat-ismawati, 2010)
e. Langkah V : Perencanaan
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya
yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasikan atau di antisipasi.Semua keputusan yang
dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan
benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date
serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan
dilakukan klien (Varney, 2007).
33
Rencana asuhan bayi dengan ikterusmenurut Varney (2007) dan
Dewi (2011) sebagai berikut :
1) Lakukan perawatan seperti bayi baru lahir normal.
2) Lakukan perawatan bayi sehari-hari seperti memandikan,
melakukan perawatan tali pusat, membersihkan jalan nafas dan
menjaga bayi agar tidak hipotermi.
3) Berikan kebutuhan cairan yaitu ASI segera mungkin.
4) Jemur di matahari pagi jam 7-8 selama 10 menit. Badan bayi
telanjang dan mata ditutup.
5) Periksa kadar bilirubin dalam darah dengan pemeriksaan
laboraturium.
6) Perhatikan frekuensi buang air besar, mungkin susu tidak cocok
(jika bukan ASI ) mungkin perlu ganti susu.
7) Berikan banyak minum.
f. Langkah VI : Pelaksanaan
Tahap ini dilakukan dengan melaksanakan rencana asuhan
kebidanan yang menyeluruh yang dibatasi oleh asuhan kebidanan
pada bayi ikterus (Rukiyah, 2014)
Menurut Varney (2007) dan Dewi (2011), pada langkah ini rencana
asuhan yang menyeluruh dilakukan secara efisien dan aman.
1. Melakukan perawatan seperti bayi baru lahir normal lainnya
34
2. Melakukan perawatan bayi sehari-hari seperti
memandikan,melakukan perawatan tali pusat, membersihkan
jalan nafas dan menjaga bayi agar tidak hipotermi.
3. Memberikan kebutuhan cairan yaitu ASI segera mungkin
4. Menjemur dimatahari pagi jam 7-9 selama 10 menit. Badan bayi
telanjang dan mata ditutup.
5. Memeriksa kadar bilirubin dalam darah dengan pemeriksaan
laboraturium.
g. Langkah VII : Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang
telah dilakukan bidan meliputi pemenuhan kebutuhan
terpenuhi,kadar bilirubin atau ikterus menurun sampai tidak terjadi
ikterus, bayi tidak kesulitan dalam menyusu.
35
Data Perkembangan SOAP
Menurut ( Marmi, 2012) metode SOAP merupakan singkatan dari :
S : subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesa. Data subjektif diperoleh melalui wawancara
langsung ibu bayi Ny.X
O : objektif
a. Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien,
Hasil laboraturium dalam data fokus untuk mendukung assessment.
Data objektif diperoleh langsung berdasarkan pemeriksaan fisik yang
diperlukan pada bayi Ny.X
A : Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data
subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi.
a. Diagnosa atau masalah
b. Antisipasi diagnosa dan kebutuhan
c. Kebutuhan akan tindakan segera
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi
berdasarkan assesment.
36
C. Landasan Hukum
Berdasarkan dalam melakukan peran,fungsi dan tugasnya didasarkan
pada kemampuan pada kemampuan dan kewenangan yang diberikan. Dalam
memberikan asuhan kebidanan pda bayi dengan ikterus dan pertolongan pada
kegawatdaruratan.Memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga (IBI, 2007)
Sedangkan menurut pasal 11 ayat 2 huruf b kabupaten Mentri
Kesehatan RI No.1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktek bidan menyebutkan bahwa bidan dalam
memberikan pelayanan kesehatan anak berwenang untukpenanganan
hipotermi pada bayi baru lahir dengan segera merujuk (Kepmenkes, 2010)
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus
Jenis studi yang digunakan penulis dalam studi ini adalah metode
deskriptif.Metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang digunakan
dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif keadaan suatu
objek.Studi kasus adalah melakukan penelitian yang rinci tentang seseorang
atau suatu unit selamakurun waktu tertentu (Notoatmodjo, 2012).
Studi kasus yang digunakan penulis dalam membuat studi kasus ini
dengan menggunakan asuhan kebidanan menurut tujuh langkah Varney dari
pengkajian sampai evaluasi dan data perkembangan menggunakan SOAP.
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi studi kasus merupakan tempat, dimana pengambilan kasus
dilaksanakan (Notoatmodjo, 2012).Studi kasus ini telah dilaksanakan di RSU
Assalam Gemolong sragen.
C. Subyek Stusi Kasus
Subyek merupakan orang yang dijadikan sebagai pasien untuk
mengambil kasus (Arikunto, 2013), subyek pengambilan study kasus ini
adalah bayibarulahirdenganikterus derajat I di RSU Asalam gemolong sragen
38
D. Waktu studi kasus
Waktu pelaksanaan merupakan batas waktu yang digunakan
penulis untuk melakukan pengambilan kasus yang diambil
(Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini dilaksanakan pada 28 Desember- 28
Mei 2016
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen adalah alat yang akan digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data (Notoatmodjo, 2012), instrumen yang digunakan untuk
pengambilan data studi kasus ini yaitu dengan menggunakan format asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir dengan 7 langkah Varney dan data
perkembangan SOAP.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang yang digunakan oleh penulis adalah :
1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian
dengan menggunakan alat pengukur atau alat pengambil data, langsung
pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari (Saryono, 2011).
Data primer diperoleh dengan cara :
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengetahui keadaan fisik pasien
secara sistematis menurut Nursalam (2009), dengan cara sebagai
berikut :
39
1) Inspeksi
Inspeksi merupakan proses observasi yang dilaksanakan
secara sistematik. Inspeksi dilakukan dengan menggunakan
indra penglihatan, pendengaran, dan penciuman sebagai alat
untuk mengumpulkan data. Inspeksi dimulai pada awal
berinteraksi dengan klien dan diteruskan pada pemeriksaan
selanjutnya. Penerangan yang cukup sangat diperlukan agar
perawat dapat membedakan warna, bentuk, dan kebersihan
tubuh .pada kasus bayi dengan ikterus yaitu melihat warna kulit
secara berurutan mulaidari kepala sampai bagian bawah atau
kaki (Wiliams, 2005). Pada kasus ikterus terdapat inspeksi
dilakukan secara berurutan mulai dari kepala sampai kaki.Pada
bayi dengan ikterus derajat 1 ini kepala relatif lebih besar,
pergelangan kaki dalam fleksi/lurus dan kepala mengarah ke
satu sisi.
2) Palpasi
Merupakan teknik pemeriksaan yang menggunakan indra
peraba, tangan dan jari adalah instrumen yang paling sensitif
dan dapat digunakan untuk mengumpulkan data tentang
suhu, turgor, bentuk, kelembapan, vibrasi, dan ukuran
(Nursalam, 2009). Pada kasus bayi dengan ikterus
dilakukan palpasiuntuk memeriksa reflek dan turgor kulit
40
(Notoatmodjo, 2005).Pada kasus bayi baru lahir dengan ikterus
palpasi dilakukan pada turgor kulit.
3) Perkusi
Perkusi merupakan teknik pemeriksaan dengan mengetuk-
ngetukan jari perawat (sebagai alat untuk menghasilkan suara)
ke bagian tubuh klien yang akan dikaji untuk membandingkan
bagian yang kiri dengan yang kanan, bertujuan untuk
mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk, dan konsistensi
jaringan (Nursalam, 2009). Pada kasus bayi dengan ikterus
untuk memeriksa perut kembung atau tidak (Alimul, 2008).
Pada kasus bayi baru lahir dengan ikterus derajat I dilakukan
pada abdomen.
4) Auskultasi
Merupakan pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop
untuk mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh.Pada
kasus anemia sedang stetoskop digunakan untuk mendeteksi
bunyi jantung pasien dan untuk mengukur tekanan darah ibu
(Nursalam, 2009).Pada kasus bayi baru lahir dengan ikterus
derajat I dilakukan untuk mendeteksi frekuensi jantung.
b. Wawancara
Menurut Notoatmodjo (2012), wawancara adalah suatu
metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana
peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari
41
seorang sasaran penelitian, atau bercakap-cakap berhadapan muka
dengan orang tersebut (face to face). Wawancara ini dilakukan
secara tanya jawab dengan keluarga klien, bidan dan perawat di
RSU Asalam Gemolong.
c. Observasi
Menurut Notoatmodjo (2012), observasi adalah suatu hasil
perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari
adanya rangsangan. Mula-mula rangsangan dari luar mengenai
indra, dan terjadilan pengindraaan, kemudian apanila rangsangan
tersebut menarik perhatian akan dilanjutkan dengan adanya
pengamatan (Notoadmodjo, 2012).
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung
dari objek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang
dikumpulkan pihak lain dengan berbagai metode baik secara komersil
maupun non komersil (Riwidikdo, 2013). Data sekunder diperoleh
dengan cara :
a. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi adalah semua bentuk sumber informasi
yang berhubungan dengan dokumen (Notoatmodjo, 2012).
Pengambilan studi kasus ini akanmenggunakan catatan informasi
dan catatan medik yang ada RSU Assalam Gemolong.
42
b. Studi kepustakaan
Bahan pustaka merupakan hal yang penting
dalam menunjang latar belakang teoritis dari suatu kasus
(Notoatmodjo, 2012).Kepustakaan pada studi kasus ini akandiambil
dari buku-buku referensi tentang kesehatan dari tahun 2006 sampai
2015.
Alat-alat yang dibutuhkan
Alat-alat yang dibutuhkan untuk pengambilan data antara lain :
1) Untuk wawancara
a. Format Asuhan Kebidanan pada bayi
b. Buku tulis
c. Alat tulis (pena dan kertas)
2) Untuk pemeriksaan
a. Termometer
b. Stetoskop
c. Jam tangan/ arloji
d. Alat ukur tinggi badan
e. Timbangan berat badan
f. Semprit dan jarum
g. Tourniquette
h. Botol penampung
i. Kapas alkohol
j. Plester
43
3) Untuk dokumen
a. Buku referensi
b. Komputer
c. Alat tulis
G. Jadwal Penelitian
Menurut (Notoadmodjo, 2012), dalam bagian ini diuraikan langkah-
langkah kegiatan dari mulai penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah sampai
dengan laporan penelitian, berdasarkan waktu berjalan atau berlangsung tiap
kegiatan tersebut.
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74