ASTO Latex Ida Ka Marta Siti

8
PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK ASTO Latex A. PENDAHULUAN Latar BelakangPenyakit Jantung Rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya Rheumatic HeartDisease (RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada katup jantung yang bisaberupa penyempitan atau kebocoran, terutama katup mitral (stenosis katup mitral) sebagaiakibat adanya gejala sisa dari Demam Rematik (DR).Demam rematik merupakan suatupenyakit sistemik yang dapat bersifat akut, subakut, kronik, atau fulminan, dan dapat terjadisetelah infeksi Streptococcus beta hemolyticus group A pada saluran pernafasan bagian atas.Demam reumatik akut ditandai oleh demam berkepanjangan, jantung berdebar keras, kadangcepat lelah. Puncak insiden demam rematik terdapat pada kelompok usia 5-15 tahun,penyakit ini jarang dijumpai pada anak dibawah usia 4 tahun dan penduduk di atas 50 tahun. Demam rematik adalah reaksi peradangan (inflamsi) yang terjadi padasendi, jantung, otak dan kulit sebagai akibat infeksi pada tenggorokan (faringitis)yang tidak diobati atau tidak ditangani dengan baik. Jika reaksi radang terjadi

description

laporan patologi klinik

Transcript of ASTO Latex Ida Ka Marta Siti

Page 1: ASTO Latex Ida Ka Marta Siti

PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

ASTO Latex

A. PENDAHULUAN

Latar BelakangPenyakit Jantung Rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya

Rheumatic HeartDisease (RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada

katup jantung yang bisaberupa penyempitan atau kebocoran, terutama katup mitral

(stenosis katup mitral) sebagaiakibat adanya gejala sisa dari Demam Rematik

(DR).Demam rematik merupakan suatupenyakit sistemik yang dapat bersifat akut,

subakut, kronik, atau fulminan, dan dapat terjadisetelah infeksi Streptococcus beta

hemolyticus group A pada saluran pernafasan bagian atas.Demam reumatik akut

ditandai oleh demam berkepanjangan, jantung berdebar keras, kadangcepat lelah.

Puncak insiden demam rematik terdapat pada kelompok usia 5-15 tahun,penyakit ini

jarang dijumpai pada anak dibawah usia 4 tahun dan penduduk di atas 50 tahun.

Demam rematik adalah reaksi peradangan (inflamsi) yang terjadi padasendi, jantung, otak

dan kulit sebagai akibat infeksi pada tenggorokan (faringitis)yang tidak diobati atau tidak ditangani

dengan baik. Jika reaksi radang terjadi pada jantung maka disebut sebagaipenyakit jantung

rematik.Penyakit jantung rematik sangat berbahaya karena dapat menyebabkan gangguan jantung

yang sifatnyamenetap bahkan dapat mengakibatkan kematian jika terjadi gagal jantung.

Umumnyakatup jantung paling sering mengalami gangguan pada penyakit jantung rematik.Demam

rematik terjadi karena kelainan reaksi imunitas yang menyerangtubuh sendiri terutama persendian,

jantung, otak dan kulit. Demam rematik berawaldari infeksi tenggorokan oleh bakteri streptokokus

grup A. Infeksi tersebut akanmenimbulkan reaksi imunitas pada semua orang, namun pada beberapa

orang yang “berbakat”, reaksi imunitas bukan hanya menyerang dan membunuh

bakteristreptokokus grup A, namun menyerang tubuh sendiri terutama pada persendian, jantung,

otak dan kulit tubuh sendiri.

Page 2: ASTO Latex Ida Ka Marta Siti

B. TUJUAN

Uji ini dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi dari antigen

streptolysin O yang dihasilkan oleh Streptococcus β-haemolyticus grup A

dalam serum pasien

C. DASAR TEORI

Anti streptolisin O adalah suatu antibodi yang dibentuk oleh tubuh terhadap

suatu enzim proteolitik. Streptolisin O yang diproduksi oleh β-hemolitik. Streptococcus

A group A dan mempunyai aktivitas biologic merusak dinding seldarah merah serta

mengakibakan terjadinya hemolisis. Anti steptolisin O adalah toksin yang merupakan

dasar sifat β-hemolitik organism ini. Streptolisin O ialah racun sel yang

berpotensi mempengaruhi banyak tiper sel termasuk netrofil, platelets

dan organel sel, menyebabkan respon imun dan penemuan antibodinya. Anti-

Streptolisin O bisa digunakan secara klinisuntuk menegaskan infeksiyang baru saja.

Streptolisin O bersifat meracuni jantung(kardiotoksik). Penentuan tes ASTO di

gunakan untuk membantu menegakkan diagnosa  penyakit demam rheumatic

dan glomerulonefritis serta meramalkan kemungkinanterjadinya kambuh pada kasus

demam rhuematik.

Ada dua prinsip dasar penetuan ASO, yaitu:

1. Netralisas / penghambat hemolisis

Streptolisin O dapat menyebabkan hemolisis dari sel darah merah akan tetapi

bila Streptolisin O tersebut dicampur lebih dahulu dengan serum penderita yang

mengandung cukup anti streptolisin O sebelum ditambahkan pada sel darah

merah, maka streptolisin O tersebut akan dinetralkan oleh ASO sehingga tidak

dapat menimbulkan hemolisis lagi. Pada tes ini serum penderita diencerkan secara

serial dan ditambahkan sejumlah streptolisin O yang tetap (Streptolisin O

diawetkan dalam sodium thioglycolate). Kemudian ditambahkan suspense sel

darah merah 5%. Hemolisis akan terjadi pada pengenceran serum dimana kadar /

Page 3: ASTO Latex Ida Ka Marta Siti

titer dari ASO tidak cukup untuk menghambat hemolisis tidak terjadi

pengenceran serum yang mengandung titer ASO tinggi.

2. Aglutinasi Pasif

Streptolisin O merupakan antigen yang larut. Agar dapat menyebabkan

aglutinasi dengan ASO, maka streptolisin O perlu disalutkan pada partikel-

partikel tertentu. Partikel yang sering dipakai yaitu partikel lateks. Sejumlah

tertentu streptolisin O (yang dapat meningkat 200 IU/ml ASO) ditambahkan pada

serum penderita, sehingga terjadi ikatan streptolisin O – anti streptolisin O ( SO –

ASO ). Bila dalam serum penderita terdapat ASO lebih dari 200 IU/ml, maka sisa

ASO yang tidak terikat oleh streptolisin O akan menyebabkan aglutinasi dari

streptolisin O yang disalurkan pada partikel-partikel latex. Bila kadar ASO dalam

serum penderta kurang dari 200 IU/ml, maka tidak ada sisa ASO bebas yang

menyebabkan aglutinasi dengan streptolisin O pada partikel-partikel latex. Tes

hambatan hemolisis mempunyai sensitivitas yang cukup baik, sedangkan tes

aglutinasi latex memiliki sensitivitas yang sedang. Tes aglutinasi latex hanya

dapat mendeteksi ASO dengan titer diatas 200 IU/ml.

Page 4: ASTO Latex Ida Ka Marta Siti

D. CARA KERJA

1. Menyiapkan seluruh alat dan bahan yang diperlukn.

2. Mengocok reagen/latex CPR

3. Meneteskan reagen pda kertas kerja dilingkaran 1, 5 dan 4

4. Menambahkan satu tetes control positif CRP pada lingkaran 1, serum psien

pda lingkaran 5 dan satu tetes control negative pada lingkran 4

5. Meratakan reagen dengn ujung pipet

6. Menggoyangkan campuran serum Selma 2 menit dn mengamati perubahan

yang terjadi

Page 5: ASTO Latex Ida Ka Marta Siti

E. HASIL dan PEMBAHASAN

Keterangan:

1. Kontrol Positif (Ada aglutinasi)

2. Kontrol Negatif (Tidak ada aglutinasi)

Hasil positif (>200 μ/mL) jika terdapat

aglutinasi.

Pada praktikum ASTO Latex diperoleh hasil bahwa pencampuran tersebut tidak

ditemukan aglutinasi atau diperoleh hasil negatif (titer ASTO dibawah 200 IU/ml).

Apabila hasil yang didapat negative ini menandakan bahwa tidah ditemukan Tidak

ditemukan adanya Antistreptolisin O terhadap Streptokokus grup A (Streptokokus

beta hemolitik) pada serum pasien. Namun, pemeriksaan ini masih dinilai kurang

spesifik untuk menentukan tingkat virulensi Streptokokus karena nilai titer rendah

palsu dapat muncul ketika subjek sedang dalam terapi antibiotik atau konsumsi

kortikosteroid. Selain itu, nilai lipoproteins juga dapat memberikan hasil yang

meningkat palsu.. Tetapi, pemeriksaan ini dapat dijadikan acuan dalam penanganan

penyakit ini lebih dini.