Asthma Bronchiale
-
Upload
didox-saiank-gektihh -
Category
Documents
-
view
65 -
download
7
Transcript of Asthma Bronchiale
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan rahmatnya,
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas laporan kasus tentang “Asthma Bronchiale”. Laporan ini
dibuat sebagai salah satu tugas kepanitraan klinik di SMF Ilmu Kesehatan Anak di RSUD dr.Koesma
Tuban.
Dengan penuh rasa hormat, saya turut menyampaikan ucapan terima kasih atas segala bantuan
dari semua pihak, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini, terutama kepada :
1. Dr. H. Tony Widiyanto selaku pembimbing dan kepala SMF Ilmu Penyakit Anak RSUD Dr. Koesma
Tuban
2. Paramedis, dan karyawan di bagian SMF Ilmu Kesehatan Anak yang tidak bisa saya sebutkan
satu persatu, yang telah banyak membantu hingga menyelesaikan tugas ini.
3. Orang Tua tercinta hingga saya dapat menempuh pendidikan sebaik-baiknya.
4. Teman – teman sejawat para Dokter Muda RSUD dr. R. Koesma Tuban
Saya menyadari bahwa tugas laporan ini kurang dari sempurna, sehingga saya mohon kritik dan
saran agar menjadi lebih baik dan berharap semoga dapat bermanfaat bagi kita semua
Tuban, Agustus 2011
Penulis
l. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. “M.A.N”
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 7 tahun
Pekerjaan : SD kelas 2
Agama : Islam
Nama Bapak : Heri Susanto
Pendidikan terakhir Bapak : SMA
Agama : Islam
Suku : Jawa
Nama Ibu : Upik Wulandari
Pekerjaan : IRT
Pendidikan terakhir Ibu :SMA
Agama : Islam
Alamat : Sidomulyo Gang perintis No.35
Geografi : Pasien sejak lahir tinggal di alamat tersebut
Tanggal dan jam masuk RS : Tanggal 23 Juli 2011, 11.15 WIB
Tanggal Pemeriksaan : Tanggal 23 Juli 2011
II. RIWAYAT PENYAKIT
AUTOANAMNESE DAN HETEROANAMNESE
(SUBYEKTIF)
Keluhan utama : Sesak
Riwayat perjalanan penyakit :
Pasien datang ke IRD datang dengan keluhan sesak, sesak mulai pukul 10.15,
muntah 1x, badan terasa panas, batuk +, dahak susah keluar, nafsu makan (+),
BAK (+) biasa, BAB (+) biasa
RPD : Pada tanggal yang sama sebelum MRS di RSUD dr. Koesma Tuban, pagi
pada tanggal yang sama 23 Juli 2011,pasien datang ke RD dengan keluhan
sesak,pasien mendapat terapi Nebulizer combivent 1 ampul,pasang O2 1-2
l/menit.
Riwayat penyakit keluarga : kakek dan paman penderita menderita penyakit asthma
Riwayat kehamilan ibu
Waktu hamil ibu dalam keadaan sehat
Melakukan Kunjungan atenatal ke Bidan dan Dokter Kandungan
Sering menkonsumsi vitamin
Riwayat Kelahiran
Lahir di Bidan secara spontan
Keadaan lahir cukup bulan
Berat badan sesuai masa kehamilan
Riwayat gizi dan makanan : pasien mendapatkan ASI dari ibunya sampai usia 2 tahun,
susu formula dan nafsu makan baik
Riwayat keluarga : social ekonomi menengah
III. PEMERIKSAAN UMUM (OBYEKTIF)
Keadaan umum :
Kesan sedang sakit
Kesadaran compos mentis
Status gizi / nutrisi baik dari postur tubuh
Tanda vital
Nadi : 120x/menit
Suhu : 36,60C
Pernapasan : 32 x/menit
Berat badan : 21.000 gram
Kepala
Besar kepala normal, rambut lebat hitam mengkilat
Konjungtiva anemis (-), sclera icterus (-), cuping hidung dipsneu (+), sianosis (-),lidah kotor (-),
kelainan (-)
Leher
Posisi kepala lurus, panjang normal, pembesaran Kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar
Tiroid (-)
Dada
Inspeksi : bentuk simetris, regular, penonjolan /massa (-)
Palpasi : fremitus suara normal, nyeri tekan (-), pulsasi ictus cordis tidak angkat kuat
Perkusi : sonor pada ke dua lapang paru
Auskultasi : vesikuler, suara rhonki (-/-), suara Whezing (+/+), suara jantung S1 dan S2 tunggal,
murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : supel, sejajar dinding dada
Palpasi : nyeri tekan abdomen (+) di region hipocondrium dekstra, hepar dan lien tidak ada p
Pembesaran
Perkusi : Tympani
Auskultasi : bising usus (+)
Ekstremitas
Akral hangat pada ekstremitas atas dan bawah, pitting edema (-), turgor kulit normal, kelainan
(-)
IV. DIAGNOSA (ASSESMENT)
Observasi dypsneu 1 hari
DD : Susp. Asthma Bronchiale
V. PENATALAKSANAAN (PLANNING)
Infus KAEN 3B 8 tpm
O2 1-2 tpm
Vicillin 3 x 500 mg
Nebulizer pagi-sore
Hasil Laboratorium tgl 23 Juli 2011
Hb : 13,3 gr %
LED : -
PCV : 40,9 %
Eritrosit : 5.460.000 sel/ul
Hitung jenis : -/-/-/81/8/1 sel/ul
Leukosit : 16.600 sel/ul
Trombosit : 255.000 sel/ul
GDA : 64 mg/dl
VI. FOLLOW UP
PERAWATAN HARI KE 2 (24 JULI 2011) Visite Dr.Tony W. Sp.A
S: Sesak sejak tadi malam tapi sudah membaik, batuk darah sedikit tadi pagi, nafsu makan
normal, mual (-), muntah (- ) BAB (+) normal, BAK(+) normal
RPD : tanggal 23 juli 2011 dari IRD datang dengan keluhan sesak, muntah 1 x, badan
terasa panas
O: Kesan sakit (+),kesadaran compos mentis,tanda-tanda vital : nadi : 104x/menit, RR :
52x/menit, tekanan darah : 110/70,Suhu : 36,5oC
Kepala : besar kepala normal, rambut mengkilat, Konjunctiva anemis (-), sclera icterus (-),
cuping hidung dipsneu (-), sianosis (-), lidah kotor (-), kelainan (-)
Leher : Posisi kepala lurus, panjang normal, pembesaran KGB (-), Pembesaran Tiroid (-)
Dada :
1. Inspeksi : bentuk simetris, regular, penonjolan massa (-)
2. Palapasi : fremitus suara normal, nyeri tekan (-), pulsasi ictus cordis tidak angkat kuat
3. Perkusi : Sonor pada ke dua lapang paru
4. Auskultasi : suara nafas vesikuler, suara tambahan rhonki (-/), Whezing (+/+), suara
jantung S1 dan S2 tunggal, murmur (-/-)
Abdomen :
1. Inspeksi : supel, sejajar dinding dada
2. Palpasi : nyeri tekan abdomen (-), hepar dan lien tidak ada pembesaran
3. Perkusi : tympani
4. Auskultasi : bising usus (+), normal
Ekstremitas :
1. Akral hangat pada ekstremitas atas dan bawah
2. Edema (-)
A : observasi dypsneu
P : Kaen 1B tpm
Vicillin 3x500 mg
Nebulizer 3x1
Pasang O2 1-2 lt
PERAWATAN HARI KE 3 (25 JULI 2011) Visite Dr.Tony W. Sp.A
S: Sesak sudah membaik, batuk sedikit-sedikit tadi pagi, dahak (-) nafsu makan normal, mual
(-), muntah (- ) BAB (+) normal, BAK(+) normal, pusing (-)
RPD : tanggal 23 juli 2011 dari IRD datang dengan keluhan sesak, muntah 1 x, badan
terasa panas
O: Kesan sakit (+),kesadaran compos mentis,tanda-tanda vital : nadi : 100x/menit, RR :
32x/menit, tekanan darah : 100/70, Suhu : 36,5oC
Kepala : besar kepala normal, rambut mengkilat, Konjunctiva anemis (-), sclera icterus (-),
cuping hidung dipsneu (-), sianosis (-), lidah kotor (-), kelainan (-)
Leher : Posisi kepala lurus, panjang normal, pembesaran KGB (-), Pembesaran Tiroid (-)
Dada :
1. Inspeksi : bentuk simetris, regular, penonjolan massa (-)
2. Palapasi : fremitus suara normal, nyeri tekan (-), pulsasi ictus cordis tidak angkat
kuat
3. Perkusi : Sonor pada ke dua lapang paru
4. Auskultasi : suara nafas vesikuler, suara tambahan rhonki (-/-), Whezing (+/+), suara
jantung S1 dan S2 tunggal, murmur (-/-)
Abdomen :
1. Inspeksi : supel, sejajar dinding dada
2. Palpasi : nyeri tekan abdomen (-), hepar dan lien tidak ada pembesaran
3. Perkusi : tympani
4. Auskultasi : bising usus (+), normal
Ekstremitas :
1. Akral hangat pada ekstremitas atas dan bawah
2. Edema (-)
A : observasi dypsneu
P : Kaen 1B
Drip Aminophilin 65 mg 15 tts/menit
O2 2 liter/menit
Ricef 3x500 mg
Indexon 3x3 mg
Nebulizer 3x1
Hasil foto thorax 25 juli 2011 : normal tidak ada kelainan
PERAWATAN HARI KE 4 (26 JULI 2011) Visite Dr.Tony W. Sp.A
S: Sesak sudah membaik, batuk kering sedikit-sedikit tadi pagi, dahak (-) nafsu makan normal,
mual (-), muntah (- ) BAB (+) normal, BAK(+) normal, pusing (-)
RPD : tanggal 23 juli 2011 dari IRD datang dengan keluhan sesak, muntah 1 x, badan
terasa panas
O: Kesan sakit (-),kesadaran compos mentis,tanda-tanda vital : nadi : 100x/menit, RR :
36x/menit, tekanan darah : 104/70, Suhu : 36,8oC
Kepala : besar kepala normal, rambut mengkilat, Konjunctiva anemis (-), sclera icterus (-),
cuping hidung dipsneu (-), sianosis (-), lidah kotor (-), kelainan (-)
Leher : Posisi kepala lurus, panjang normal, pembesaran KGB (-), Pembesaran Tiroid (-)
Dada :
1. Inspeksi : bentuk simetris, regular, penonjolan massa (-)
2. Palapasi : fremitus suara normal, nyeri tekan (-), pulsasi ictus cordis tidak angkat kuat
3. Perkusi : Sonor pada ke dua lapang paru
4. Auskultasi : suara nafas vesikuler, suara tambahan rhonki (-/-), Whezing (+/-), suara
jantung S1 dan S2 tunggal, murmur (-/-)
Abdomen :
1. Inspeksi : supel, sejajar dinding dada
2. Palpasi : nyeri tekan abdomen (-), hepar dan lien tidak ada pembesaran
3. Perkusi : tympani
4. Auskultasi : bising usus (+), normal
Ekstremitas :
1. Akral hangat pada ekstremitas atas dan bawah
2. Edema (-)
A : observasi dypsneu
P : Kaen 1B
Drip Aminophilin 65 mg 15 tts/menit
O2 2 liter/menit
Ricef 3x500 mg
Indexon 3x3 mg
Nebulizer 3x1
PERAWATAN HARI KE 5 (27 JULI 2011) Visite Dr.Tony W. Sp.A
S: Sesak sudah membaik, batuk kering sedikit-sedikit tadi pagi, dahak (-) nafsu makan normal,
mual (-), muntah (- ) BAB (+) normal, BAK(+) normal, pusing (-)
RPD : tanggal 23 juli 2011 dari IRD datang dengan keluhan sesak, muntah 1 x, badan
terasa panas
O: Kesan sakit (-),kesadaran compos mentis,tanda-tanda vital : nadi : 92x/menit, RR : 40x/menit,
tekanan darah : 100/70, Suhu : 36,9oC
Kepala : besar kepala normal, rambut mengkilat, Konjunctiva anemis (-), sclera icterus (-),
cuping hidung dipsneu (-), sianosis (-), lidah kotor (-), kelainan (-)
Leher : Posisi kepala lurus, panjang normal, pembesaran KGB (-), Pembesaran Tiroid (-)
Dada :
1. Inspeksi : bentuk simetris, regular, penonjolan massa (-)
2. Palapasi : fremitus suara normal, nyeri tekan (-), pulsasi ictus cordis tidak angkat kuat
3. Perkusi : Sonor pada ke dua lapang paru
4. Auskultasi : suara nafas vesikuler, suara tambahan rhonki (-/-), Whezing (-/-), suara
jantung S1 dan S2 tunggal, murmur (-/-)
Abdomen :
1. Inspeksi : supel, sejajar dinding dada
2. Palpasi : nyeri tekan abdomen (-), hepar dan lien tidak ada pembesaran
3. Perkusi : tympani
4. Auskultasi : bising usus (+), normal
Ekstremitas :
1. Akral hangat pada ekstremitas atas dan bawah
2. Edema (-)
A : Diagnosa akhir : asthma bronchiale
P : combivent
Penderita boleh pulang, keadaan keluar RS sembuh
ASMA BRONKIAL
Asma dapat dipandang sebagai penyakit paru-paru obstruktif,difus dengan (1)
hipereaktivitas jalan nafas terhadap berbagai rangsangan dan (2) tingginya tingkat reversibilitas
proses obstruktif,yang dapat terjadi secara spontan atau sebagai akibat pengobatan.(1)
Asma merupakan penyakit familier, diturunkan secara poligenik dan multifaktorial. Telah
ditemukan hubungan antara asma dan lokus histokompatibilitas (HLA) dan tanda genetik pada
molekul immunoglobulin E (Ig E).(3)
Faktor resiko timbulnya asma adalah kemiskinan, ras kulit hitam, umur ibu < 20 tahun
saat melahirkan, berat badan < 2500 gram, ibu merokok ( > setengah bungkus sehari), ukuran
rumah kecil (< 8 kamar), ukuran keluarga besar ( ≥ 6 anggota ) dan paparan allergen masa bayi
kuat ( > 10 µg allergen tungau debu rumah Der p 1 per gram debu rumah yang dikumpulkan ).
Faktor resiko tambahan dapat meliputi seringnya infeksi pernafasan pada awal masa kanak-
kanak dan kurangnya optimalnya perawatan oleh orang tua. (1)
EPIDEMIOLOGI
Asma dapat timbul pada segala umur ; 30% penderita bergejala pada umur 1 tahun,
sedang 80-90% anak asma mempunyai gejala pertama sebelum umur 4-5 tahun.
Sebanyak 10-15% anak laki-laki dan 7-10% anak wanita dapat menderita asma pada
suatu saat selama masa kanak-kanak. Sebelum pubertas sekitar 2 kali anak laki-laki yang lebih
banyak terkena daripada anak wanita ; setelah itu insidens menurut jenis kelamin sama. (1)
PATOFISIOLOGI
Asma ditandai 3 kelainan utama pada bronkus yaitu bronkokontriksi otot bronkus,
inflamasi mukosa dan bertambahnya sekret yang berada di jalan nafas.
Salah satu sel yang memegang peranan penting pada patogenesis asma adalah sel mast.
Sel mast dapat terangsang oleh berbagai pencetus misal alergen, infeksi, exercise dan lain-lain.
Sel ini akan mengalami degranulasi dan mengeluarkan bermacam-macam mediator missal
histamin, slow reacting substance or anaphylaxis (SRS-A) yang dikenal sebagai leukotrin,
eosinophyl chemotactic of anaphylactic (ECF-A), neutrophyl chemotactic factor of anaphylactic
(NCF-A), platelet activating factor (PAF), bradikinin, enzim-enzim dan peroksidase. Selain sel
mast, sel basofil dan beberapa sel lain dapat juga mengeluarkan mediator.
Bila allergen sebagai pencetus maka allergen yang masuk ke dalam tubuh merangsang sel
plasma atau sel pembentuk antibodi lainnya untuk menghasilkan antibodi reagenik yang disebut
Immunoglobulin E (Ig E). Selanjutnya Ig E akan beredar dan menempel pada reseptor yang
sesuai pada dinding sel mast. Sel mast yang demikian disebut sel mast yang tersensitisasi.
Apabila allergen yang serupa masuk kedalam tubuh, alergen tersebut akan menempel pada sel
mast yang tersensitisasi dan kemudian akan terjadi degradasi dinding dan degranulasi. Mediator
dapat bereaksi langsung dengan reseptor di mukosa bronkus sehingga menurunkan siklik AMP
kemudian terjadi bronkokonstriksi. Mediator dapat juga menyebabkan bronkokontriksi dengan
mengiritasi reseptor irritant.
MBP (Major Basic Protein) enzim proteolitik dan peroksidase akan merusak penghubung
antara sel epitel mukosa dan dengan demikian alegen dapat lebih masuk sampai sel mast
submukosa. Sel mast submukosa mengeluarkan mediator sehingga menambah jumlah mediator
yang berada dilingkungan itu.
Permeabilitas epitel dapat juga meningkat karena infeksi, asap rokok dan peningkatan
aktivitas reseptor iritan. Mediator dapat pula meninggikan permeabilitas dinding kapiler
sehingga Ig E dan leukosit masuk kedalam jaringan ikat bronkus. Dapat juga terjadi reaksi tipe
III pada leukosit (reaksi kompleks antigen-antibodi) kemudian terjadi kerusakan leukosit,
lisosom keluar, kerusakan jaringan setempat dan pengeluaran prostaglandin serta mediator
lainnya. Prostaglandin F2 (PGIF2) menurunkan siklik AMP dan menyebabkan bronkokonstriksi.
Lawan dari PGIF2 adalah PGIF1 yang meninggikan siklik AMP dan menyebabkan
bronkodilatasi. Lekotrin, prostaglandin, PAF, tromboksan adalah hasil proses dari asam
arachidomide.
Ujung saraf vagus merupakan reseptor batuk dan atau reseptor taktil (irirtan) yang dapat
terangsang oleh mediator, peradangan setempat, batuk dan pencetus bukan allergen lainnya
sehingga terjadi reflex parasimpatik kemudian bronkokonstriksi. Bila tingkat hipereaktivitas
bronkus tinggi maka diperlukan jumlah pencetus sedikit sebaliknya tingkat hipereaktivitas
rendah diperlukan jumlah pencetus banyak untuk menimbulkan serangan asma. (Cockroft, 1979)
Fase-fase terjadinya obstruksi bronkus :
11 Fase cepat dan spasmogenik.
Jika ada pencetus terjadilah peningkatan tahanan saluran nafas yang cepat dalam 10-15
menit. Fase cepat ini kemungkinan besar melalui kerja histamin terhadap otot polos
secara langsung atau melalui refleks vagal.
12 Fase lambat dan lama.
Rangsangan bronkus oleh allergen spesifik menyebabkan peninggian tahanan saluran
nafas yang menghebat maksimum setelah 6-8 jam. Patogenesis reaksi yang tergantung
pada Ig E, biasanya berhubungan dengan pengumpulan netrofil 4-8 jam setelah
rangsangan. Reaksi lambat mungkin juga berhubungan dengan reaktivasi sel mast,
leukotrin, prostaglandin dan tromboksan mungkin juga mempunyai peranan pada reaksi
lambat karena mediator ini menyebabkan kontraksi otot polos bronkus yang lama dan
endema submukosa.
13 Fase Inflamasi sub akut atau kronik.
Asma yang berlanjut yang tidak diobati atau kurang terkontrol berhubungan dengan
inflamasi didalam dan disekitar bronkus sering ditemukan sumbatan bronkus oleh mukus
yang lengket dan kental. Infiltrasi eosinofil dan sel-sel monouklear terjadi akibat faktor
kemotatik dari sel mast seperti ECF-A dan LTB4. Akhir-akhir ini ditemukan mediator
PAF (Platelet Activating Factor) yang dihasilkan oleh sel mast basofil dan makrofag yang
dapat menyebabkan hipertrofi otot polos dan kerusakan mukosa bronkus, PAF juga
menyebabkan bronkokonstriksi yang lebih kuat.(3)
MANIFESTASI KLINIS
Timbulnya eksaserbasi asma dapat secara akut atau diam-diam. Penyakit ini bersifat
episodik dengan eksaserbasi akut yang diselingi oleh periode tanpa gejala dan gejala yang
timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat hipereaktivitas bronkus. Derajat
obstruksi ditentukan oleh diameter lumen saluran nafas, dipengaruhi oleh endema
dinding bronkus, produksi mukus, kontraksi dan hipertrofi otot polos bronkus.(5,6,7,8)
Tanda-tanda dan gejala asma adalah batuk yang kedengarannya lengket dan batuk
yang non produktif pada awal perjalanan serangan ; mengi, takipnea, dan dispnea dengan
ekspirasi panjang serta menggunakan otot-otot pernafasan tambahan ; sianosis ;
hiperinflasi ; dad ; takikardi dan pulsus paradoksus ; yang mungkin dijumpai pada
berbagai tingkat, tergantung pada stadium dan keparahan serangan. Dapat dijumpai batuk
tanpa mengi atau dijumpai mengi tanpa batuk ; juga dapat dijumpai takipnea tanpa
mengi. Menifestasinya akan bervariasi tergantung pada keparahan eksaserbasi.(3)
Pembagian Derajat Penyakit Asma Pada Anak (2)
Parameter Kinis,
Kebutuhan Obat dan
Faal Paru
Asma Episodik JarangAsma Episodik
SeringAsma Persisten
Frekuensi serangan < 1x/bulan >1x/bulan Sering
Lama serangan < 1 minggu ≥ 1 minggu
Hampir sepanjang
tahun,
Tidak ada remisi
Intensitas serangan Biasabya ringan Biasanya sedang Biasanya berat
Di antara serangan Tanpa gejala Sering ada gejalaGejala siang dan
malam
Tidur dan aktivitas Tidak terganggu Sering terganggu Sangat terganggu
Pemeriksaan fisis diluar
serangan
Normal ( tidak ditemukan
kelainan )
Mungkin terganggu
( ditemukan kelainan)Tidak pernah normal
Obat pengendali (anti
inflamasi)Tidak perlu Perlu Perlu
Uji faal paru ( diluar
serangan )PEF/FEV1 > 80% PEF/FEV1 60-80%
PEF/FEV1 < 60%
Variabilitas 20-30%
Variabilitas faal paru
( bila ada serangan )Variabilitas > 15% Variabilitas > 30% Variabilitas > 50%
Penilaian Derajat Serangan Asma(2)
Parameter klinis,
fungsi paru,
laboratorium
Ringan Sedang BeratAncaman henti
nafas
Sesak timbul pada saat
(breathless)
Berjalan
Bayi : menangis
keras
Berbicara
Bayi : tangis pendek dan
lemah,kesulitan
makan/minum
Istirahat
Bayi : tidak mau
makan/minum
Bicara Kalimat Penggal kalimat Kata-kata
Posisi Bisa berbaring Lebih suka duduk Duduk bertopang lengan
Kesadaran Mungkin Iritabe Biasanya iritable Biasanya iritable Bingung dan mengantuk
Sianosis Tidak ada Tidak ada Ada Nyata/jelas
Mengi ( Wheezing )Sedang, sering
hanya pada akhir
ekspirasi
Nyaring,sepanjang
ekspirasi dan inspirasi
Sangat nyaring,
terdengar tanpa
stetoskop
Sulit/ tidakterdengar
Sesak nafas Minimal Sedang Berat
Obat bantu nafas Biasanya tidak Biasanya ya Ya Gerakan paradoktorako-
abdominal
Retraksi Dangkal, retraksi Sedang.bertambah Dalam ditambah nafas Dangkal/hilang
interkostalRetraksi
suprasternalCuping hidung
Laju nafas Meningkat Meningkat Meningkat Menurun
Pedoman nilai baku laju nafas pada anak sadar :
Usia Laju nafas normal
< 2 bulan < 60/menit
2-12 bulan < 50/menit
1-5 tahun < 40/menit
6-8 tahun < 30/menit
Laju nadi Normal Takikardi Takikardi Bradikardi
Pedoman nilai baku laju nafas pada anak sadar :
Usia Laju nafas normal
2-12 bulan < 160x/menit
1-2 tahun < 120x/menit
3-8 tahun < 110x/menit
Pulsus paradoksus
( pemeriksaannya tidak
praktis )
Tidaj ada
< 10mmHg
Ada
10-20 mmHg
Ada
>20 mmHg
Tidak ada,tanda
kelelahan otot nafas
PEFR atau FEVI
( % nilai dugaan / % nilai
terbaik )
Pra bronkodilator
Pasca bronkodilator
>60%
40-60%
>80%
60-80%
<40%
<60%
Respon <2 jam
Sa O2% >95% 91-95% 90%
Pa O2 Normal biasanya
tidak perlu diperiksa>60 mmHg <60 mmHg
Pa CO2 <45 mmHg <45 mmHg >45 mmHg
Sistem Skoring Pernafasan(2)
0 1 2
Sianosis (-) (+) pada udara kamar (+) pada 40% O2
Aktivitas otot otot
pernafasan tambahan(-) Sedang Nyata
Pertukaran udara Baik Sedang Jelek
Keadaan mental Normal Depresi / gelisah Koma
Pulsus paradoksus (Torr) <10 10-40 >40
Pa O2 (Torr) 70-100 ≤70 pada udara kamar ≤70 pada 40% O2
Pa CO2 (Torr) <40 40-65 >65
Skor :
0-4 : tidak ada bahaya
5-6 : akan terjadi gagal nafas siapkan UGD
≥ 7 : gagal nafas
Varian bentuk sama :
1. Asma episodik berat dan berulang
2. Asma persisten pada bayi
3. Asma hipersekresi
4. Asma karena beban fisik
5. Asma dengan allergen atau sensitifitas spesifik
6. Batuk malam
7. Asthma yang memburuk pada pagi hari (early morning dipping )(3)
PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi ; terlihat pernafasan cepat dan sukar disertai batuk-batuk paroksismal, kadang-
kadang terdapat suara wheezing (mengi), ekspirium memanjang, pada inspirasi terlihat
retraksi daerah supraklavukular, suprasternal, epigastrium dan sela iga. Pada asma kronik
terlihat thorax bentuk emfisematus, bongkok kedepan, sela iga melebar dan diameter
antero- posterior thoraxs bertambah.
Perkusi ; terdengar hipersonor seluruh thorax, terutama bagian bawah posterior. Daerah
pekak jantung dan hati mengecil.
Auskultasi ; mula-mula bunyi nafas kasar / mengeras, tapi pada stadium lanjut suara
nafas melemah atau hamper tidak terdengar karena aliran udara sangat lemah. Dalam
keadaan normal fase ekspirasi 1/3-1/2 dari fase inspirasi. Pada waktu serangan fase
ekspirasi memanjang. Terdengar juga ronkhi kering dan ronkhi basah serta suara lendir
bila banyak sekresi lendir.(3)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Uji fungsi paru dengan spirometri atau peak flow meter.
Diagnosis asma dapat ditegakkan bila didapatkan :
Variasi pada PFR (Peak Flow Meter = arus puncak ekspirasi) atau FEV1 (Forced
Expiratory Volume 1 second = volume ekspirasi paksa pada detik pertama) ≥
15%.
Kenaikan ≥ 15% pada PFR atau FEV1 setelah pemberian inhalasi bronkodilator.
Penuruna ≥ 20% pada PFR atau FEV1 setelah provokasi bronkus.
Pemeriksaan Ig E dan eosinofil total. Bila terjadi peningkatan dari nilai normal akan
menunjang diagnosis.
Foto thorax untuk melihat adanya gambaran emfisematous atau adanya komplikasi pada
saat serangan. Foto sinus paranasal perlu dipertimbangkan pada anak >5 tahun dengan
asma persisten atau sulit diatasi.
Tanda-tanda patognomis adalah kristal Charcot-Leyden ( lisifosfolipase membrane
eosinofil ), spiral Crsch-mann ( silinder mukosa bronchial ) dan benda-benda creola ( sel
epitel terkelupas ).(2)
DIAGNOSA(2)
Riwayat penyakit
Pemeriksaan fisik
Uji tuberkulin
Patut diduga asma :
Episodik dan atau kronik Nocturnal / morning drip Musiman Pajanan terhadap pencetus Riwayat atopi pasien
Tidak jelas asma :
Timbul masa neonatus Gagal tumbuh Infeksi kronik Muntah / tersedak Kelainan fokal paru Kelainan system
Periksa peak flow meter / spirometer
Untuk menilai :
Reversibilitas ( ≥ 15% ) Variabilitas (≥ 15% )
Pertimbangan Pemeriksaan :
Foto rontgen thorax & sinus Uji faal paru Uji respon terhadap
bronkodilator dan steroid sistemik 5 hari
Uji provokasi bronkus Uji keringat Uji imunologis Pemeriksaan motilitas silia
Berikan Tidak
berhasi
Diagnosa kerja :
Asma
Tidak Mendukung
Mendukung diagnosis lain
Berikan obat anti asma, bila tidak berhasil nilai ulang diagnosis dan ketaatan
Diagnosis dan pengobatan penyakit lain
Tata laksana serangan asma pada anak(2)
KLINIK / IGD
bukanPertimbangkan asma disertai penyakit lain
Nilai derajat serangan
Tata laksana awal :
Nebulisasi β-agonis 1-3x selang 20 menit
Nebulasi ketiga + antikolinergik
Jika serangan berat, nebulisasi β-agonis ( + antikolinergik )
Serangan ringan
( Nebulasi 1x respon baik gejala hilang )
Observasi 2 jam Jika efek bertahan, boleh
pulang Juka gejala timbul
lagi,perlakukan sebagai serangan sedang
Serangan sedang
( Nebulasi 2-3x, respon parsial )
Berikan oksigen Nilai kembali derajat
serangan, jika sesuai dengan serangan sedang, observasi di Ruang Rawat Sehari
Berikan steroid oral Pasang jalur parenteral
Serangan berat
( Nebulasi 3x, respon buruk )
Sejak awal berikan oksigenSaat / diluar nebulasi
Pasang jalur parental Steroid intravena Nilai ulang klinisnya, jika
sesuai dengan serangan berat, rawat di Ruang Rawat Inap
Foto rontgen thorax
Boleh pulang
Bekali obat β-agonis ( hirup / oral )
Jika sudah ada obat pengendali, teruskan
Dalam 24-48 jam kontrol ke Klinik Rawat Jalan, untuk reevaluasi
Ruang rawat sehari
Oksigen teruskan Berikan steroid oral Nebulasi tiap 2 jam Bila dalam 8-12 jam
perbaikan klinis stabil, boleh pulang
Bila dalam 12 jam klinis tetap belum membaik, alih rawat ke Ruang Rawat Inap
Ruang rawat inap
Oksigen teruskan Atasi dehidrasi dan asidosis
jika ada Steroid IV tiap 6-8 jam Nebulasi tiap 1-2 jam Aminofilin IV awal, lanjutkan
rumatan Jika membaik dalam 4-6x
nebulasi, interval 4-6 jam Jika dalam 24 jam perbaikan
klinis stabil boleh pulang Jika dengan steroid dan
aminifilin parenteral tidak membaik, bahkan timbul ancaman henti nafas, alih rawat ke Ruang Rawat Intensif
DIAGNOSA BANDING
Mengi dan dispnea ekspiratoir dapat terjadi pada bermacam-macam keadaan yang
menyebabkan obstruksi pada saluran nafas
1. Pada bayi adanya korpus alienum di saluran nafas dan esophagus atau kelenjar timus
yang menekan trakea.
2. Penyakit kronik yang berhubungan dengan bronkiektasis atau fibrosis kistik.
3. Bronkiolitis akut, biasanya mengenai anak dibawah umur 2 tahun dan terbanyak
dibawah umur 6 bulan dan jarang berulang.
4. Bronkitis, tidak ditemukan eosinofilia, suhu biasanya tinggi dan tidak herediter. Bila
sering berulang dan kronik biasanya disebabkan oleh asma.
5. Tuberculosis kelenjar limfe didaerah trakeobronkial.
6. Asma kardial, sangat jarang pada anak. Dispnea paroksismal terutama malam hari dan
biasanya didapatkan tanda-tanda kelainan jantung.
7. Kelainan trakea dan bronkus, misalnya trakeobronkomalasi dan stenosis bronkus.(3)
TATA LAKSANA
A. Pendidikan / edukasi kepada penderita dan keluarga
Catatan :
1. Jika menurut penilaian serangan berat, nebulasi cukup 1x langsung dengan β-agonis + antikolinergik
2. Jika tidak ada alatnya, nebulasi dapat diganti dengan adrenalin subkutan 0,01 ml/kgBB/kali maksimal 0,3 ml/kali
3. Untuk serangan sedang dan terutama berat, oksigen 2-4 L/menit berikan sejak awal termasuk saat nebulasi
1. Memahami sifat-sifat dari penyakit asma.
2. Memahami faktor yang menyebabkan serangan atau memperberat serangan.
3. Memahami faktor-faktor yang dapat mempercepat kesembuhan, membantu
perbaikan dan mengurangi serangan.
4. Memahami kegunaan, cara kerja dan cara pemakaian obat-obatan yang diberikan
oleh dokter.
5. Mampu menilai kemajuan dan kemunduran dari penyakit dan hasil pengobatan.
6. Mengetahui kapan ‘self treatment’ atau pengobatan mandiri harus diakhiri dan segera
mencari pertolongan dokter.
B. Pengobatan
Pada prinsipnya tata cara pengobatan asma dibagi atas :
1. Pengobatan asma jangka pendek
Pengobatan diberikan pada saat terjadi serangan asma yang hebat dan terus diberikan
sampai serangan merendah, biasanya memakai obat-obatan yang melebarkan saluran
pernafasan yang menyempit.
Obat untuk mengatasi penyempitan jalan nafas.
Obat jenis ini untuk melemaskan otot polos pada saluran nafas dan dikenal
sebagai obat bronkodilator. Ada 3 golongan besar obat ini, yaitu :
Golongan Xantin
Aminophyline IV : 5 mg/kgBB tiap 6 jam permulaan dan 0,9
mg/kgBB perjam dalam infuse
Theophyline
Standard
Slow release
Oral : 5-6 mg/kgBB tiap 6 jam maks 200 mg
Oral : 8-1mg/kgBB tiap 12 jam maks 500 mg
Golongan Simpatomimetika
Nama Obat Merk Dagang Dosis
Terbutaline
Orciprenalin (metaproterenol)
Bricasma
Alupent
Oral : 0,075 mg/kgBB tiap 6 jam
Subkutan : 0,005 mg/kgBB
Aerosol : 1-2 semprotan (250-500
mikrogram) tiap 4-6 jam
Oral : 0,3 mg/kgBB tiap 6 jam
Larutan respirator (2%) : 0,01-
0,02 ml/kgBB tiap 4-6 jam
Salbutarnol (albuterol) Ventolin Oral : 0,15 mg/kgBB tiap 6 jam
Aerosol : 2 semprotan (200
mikrogram) taip 4-6 jam
Larutan respirator : 0,02-0,03
ml/kgBB tiap 4-6 jam
Efedrin HCl Oral : 1 mg/kgBB/kali 3-4x/hari
Adrenalin Subkutan : larutan 1:1000 ; 0,01
ml/kgBB/kali maksimal 0,5 ml
Golongan Antikolinergik
Obat untuk mengatasi sembab selaput lendir jalan nafas.
Obat jenis ini termasuk kelompok kortikosteroid. Meskipun efek
sampingnya cukup berbahaya (bila pemakaianya tak terkontrol), namun
cukup potensial untuk mengatasi sembab pada bagian tubuh manusia
termasuk pada saluran nafas atau dapat juga dipakai kelompok kromolin.
Obat untuk mengatasi produksi dahak yang berlebihan
Jenis ini tidak ada dan diperlukan. Yang terbaik adalah usaha untuk
mengencerkan dahak yang kental tersebut dan mengeluarkannya dari jalan
nafas dengan refleks batuk.
Oleh karenanya penderita asma yang mengalami ini dianjurkan
untuk minum yang banyak. Namun tak menutup kemungkinan diberikan obat
jenis lain seperti Ambroxol dan Carbo Cystein.
2. Pengobatan asma jangka panjang
Pengobatan diberikan setelah serangan asma merendah, karena tujuan pengobatan
ini untuk pencegahan serangan asma.
Pengobatan asma diberikan dalam jangka waktu yang lama, bisa berbulan-bulan
sampai bertahun-tahun dan harus diberikan secara teratur. Penghentian pemakaian
obat ditentukan oleh dokter yang merawat.(4)
Obat-obat Yang Umum Digunakan(2)
Takaran obat, cairan, dan waktu untuk nebulasi
Cairan, obat, waktu Nebulisasi jet Nebulisasi ultrasonik
Garam faali ( NaCl 0,9% ) 5 ml 10 ml
Β-agonis / antikolinergik / steroid Lihat tabel dibawah
Waktu 10-15 menit 3-5 menit
Obat untuk nebulasi, jenis dan dosis
Nama generik Nama dagang Sediaan Dosis nebulasi
Golongan β-agonis
Fenoterol Berotec Solution 0,1% 5-10 tetes
Salbotamol Ventolin Nebule2,5mg1 nebule(0,1-0,15
mg/kg)
Terbutalin Bricasma Respule 2,5 mg 1 respule
Golongan antikolinergik
Ipratropium bromide Atroven Solution 0,025% >6 tahun : 8-20 tetes
- 6 tahun : 4-10 tetes
Golongan steroid
Budesonide
Fluticasone
Pulmicort
Flixotidde
Respule
Nebule
Sediaan steroid yang dapat digunakan untuk serangan asma
STEROID ORAL
Nama generik Nama dagang Sediaan Dosis
Prednisolon Medrol, Medixon,
Lameson, Urbason
Tablet
4 mg
1-2 mg/kgBB/hari
tiap 6 jam
Prednison Hostacortin,
Pehacort, Dellacorta
Tablet
5 mg
1-2 mg/kgBB/hari
tiap 6 jam
Triamsinolon Kenacort Tablet
4 mg
1-2 mg/kgBB/hari
tiap 6 jam
STEROID INJEKSI
Nama generik Nama dagang Sediaan Jalur Dosis
Methylprednisolon
suksinat
Solu-Medrol
Medixon
Vial 125 mg
Vial 500 mgIV / IM
1-2 mg/kgBB tiap
6 jam
Hidrokortison-
suksinat
Solu-Cortef
Silacort
Vial 100 mg
Vial 100 mgIV / IM
4 mg/kgBB/x tiap
6 jam
Dexamethason Oradexon
Kalmetason
Fortecortin
Corsona
Ampul 5 mg
Ampul 4 mg
Ampul 4 mg
Ampul 5 mg
IV / IM
0,5-1 mg/kgBB
bolus, dilanjutkan
1 mg/kgBB/hari
diberikan tiap 6-8
jam
Betamethason Celestone Ampul 4 mgIV / IM
0,05-0,1 mg/kgBB
tiap 6 jam
KOMPLIKASI
Bila serangan asma sering terjadi dan telah berlangsung lama, maka akan terjadi
emfisema dan mengakibatkan perubahan bentuk thoraks yaitu thoraks membungkuk kedepan dan
memanjang. Pada foto rontgen thorax terlihat diafragma letaknya rendah, gambaran jantung
menyempit, corakan hillus kiri dan kanan bertambah. Pada asma kronik dan berat dapat terjadi
bentuk dada burung dara dan tampak suklus Harrison.
Bila sekret banyak dan kental, salah satu bronkus dapat tersumbat sehingga dapat terjadi
atelektasis pada lobus segmen yang sesuai. Mediastinum tertarik kea rah atelektasis. Bila
atelektasis berlangsung lama dapat berubah menjadi bronkiektasis, dan bila ada infeksi akan
terjadi bronkopneumonia. Serangan asma yang terus menerus dan berlangsung beberapa hari
serta berat dan tidak dapat diatasi dengan obat-obat yang biasa disebut status asmatikus. Bila
tidak ditolong dengan semestinya dapat menyebabkan kematian, kegagalan pernafasan dan
kegagalan jantung.(3)
PROGNOSA
Prognosis jangka panjang asma anak pada umumnya baik. Sebagian besar asma anak hilang atau
berkurang dengan bertambahnya umur. Secara keseluruhan dapat dikatakan 70-80% asma anak
bila diikuti sampai dengan umur 21 tahun asmanya sudah menghilang. (3)
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman. E. Richard MD: Gangguan Alergi, Asma; Nelson Ilmu Kesehatan Anak, volume 1, Bab 137; edisi 15th, W.B.Saunders Company, Philadelphia, 1996, 775-790.
2. Pedoman Diagnosis dan Terapi, SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD dr Soetomo 2006.
3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Ilmu Kesehatan Anak 3. Jakarta percetakan Info Media, 1985, 1203-1228.
4. http://medlinux.blogspot.com/2008/07/penatalaksanaan-asma-bronkial.html . 5. Bakta, Made, I, dkk; Penatalaksanaan Asma Akut Berat dan Status Asmatikus
dalam Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam, Edisi pertama, EGC, Jakarta: 1999,43-51.
6. Harrison, Penyakit Asma Dalam Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 13, EGC, Jakarta: 1991, hal 1311-1380.
7. Mansjoer, Arif, dkk, Pulmonologi Dalam Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Media Aesulapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta: 2001. Hal 476-480.
8. Wapadji, Sarwono, dkk. Alergi-Imunologi dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Editor: Slamet Suyono, Jilid II, Edisi Ketiga, Balai Penerbit FKUI, Jakarta:2011, hal 21-32.