Aspek sosial budaya yang berkaitan dengan praktik perkawinan, kehamilan,persalinan, nifas, dan bayi...

14
TUGAS ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR Dosen Pembimbing : Sugita,M.Pd Kelompok VI : Radhiyatam Mardhiyah P – 27224012 156 Rena Septiana P – 27224012 157 Reni Devi N.S P – 27224012 158 Safitri Nur H. P – 27224012 159 Santi Marta K. P – 27224012 160

description

Aspek sosial budaya yang berkaitan dengan praktik perkawinan, kehamilan,persalinan, nifas, dan bayi baru lahir

Transcript of Aspek sosial budaya yang berkaitan dengan praktik perkawinan, kehamilan,persalinan, nifas, dan bayi...

TUGAS ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

Dosen Pembimbing : Sugita,M.Pd

Kelompok VI :

Radhiyatam Mardhiyah P – 27224012 156Rena Septiana P – 27224012 157Reni Devi N.S P – 27224012 158Safitri Nur H. P – 27224012 159Santi Marta K. P – 27224012 160

Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan Dengan Praktik

Perkawinan, Kehamilan,Persalinan, Nifas, Dan

Bayi Baru Lahir

Berdasarkan pada aspek sosial budaya, pola penyesuaian perkawinan dilakukan secara bertahap meliputi :

• Pada fase pertama adalah bulan madu pasangan masih menjalani hidup

dengan penuh kebahagian.

• Pada fase kedua pengenalan kenyataan, pasangan mengetahui karakteristik

dan kebiasaan yang sebenarnya dari pasangan.

• Pada fase ketiga mulai terjadi krisis perkawinan terjadi proses penyesuaian

akan adanya perbedaan yang terjadi. Faktor pendukung keberhasilan penyesuaian perkawinan terletak dalam hal:

1. saling memberi dan menerima cinta.2. saling menghormati dan menghargai.3. saling terbuka antara suami istri.

Menurut aspek sosial budaya faktor penghambat yang mempersulit penyesuaian perkawinan :

1. suami maupun istri tidak bisa menerima perubahan sifat dan kebiasaan pasangagnya di awal pernikahan.

2. suami maupun istri tidak berinisiatif menyelesaikan masalah.

3. perbedaan budaya dan agama diantara suami dan istri.4. suami maupun istri tidak tahu peran dan tugasnya dalam

rumah tangga. Aspek Sosial Budaya Saat Pra Perkawinan

Pelayanan kebidanan diawali dengan pemeliharaan kesehatan para calon ibu.

Promosi kesehatan pranikah merupakan suatu proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya yang ditujukan pada masyarakat reproduktip pranikah.

Pemeriksaan kesehatan bagi remaja yang akan menikah dianjurkan.

Selain itu bidan juga berperan dalam mencegah perkawinan dini pada pasangan pra nikah dimana masih menjadi masalah penting dalam kesehatan reproduksi perempuan di Indonesia.

Aspek Sosial Budaya Saat Perkawinan

Pembinaan yang dilakukan oleh bidan sendiri antara lain mempromosikan kesehatan agar peran serta ibu dalam upaya kesehatan ibu, anak dan keluarga meningkat.

Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak tersebut diyakini memerlukan pengetahuan aspek sosial budaya dalam penerapannya kemudian melakukan pendekatan-pendekatan untuk melakukan perubahan-perubahan terhadap kebiasaan-kebiasaan yang tidak mendukung peningkatan kesehatan ibu dan anak.

Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Kehamilan

Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu

diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika

persalinan, disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan

janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan (ante natal care) adalah

penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri. Fakta di

berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, masih banyak ibu-ibu yang

menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati. Mereka

merasa tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun

dokter. Masih banyaknya ibu-ibu yang kurang menyadari pentingnya

pemeriksaan kehamilan ke bidan menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-

faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka.

Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada

kehamilan adalah masalah gizi. Hal ini disebabkan karena adanya

kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan terhadap

beberapa makanan. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak

berkurang ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap

beberapa makanan yang sebenamya sangat dibutuhkan oleh

wanita hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap

kesehatan ibu dan janin. Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi

pada wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah pedesaan.

Contoh – Contoh Kebiasaan pada Masyarakat :

• Di daerah Subang, ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit persalinan.

• Pantang minum air tebu, membuat kita melahirkan sebelum saatnya.

• Tidak boleh memotong atau menjahit baju.• Minum air es akan menyebabkan bayi besar.

ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERKAITAN DENGAN KELAHIRAN, NIFAS, DAN BAYI BARU LAHIR

Berdasarkan survei rumah tangga (SKRT) pada tahun 1986, angka kematian ibu maternal berkisar 450 per 100.000 kelahiran hidup atau lebih dari 20.000 kematian pertahunnya. Angka kematian ibu merupakan salah satu indikator kesehatan ibu yang meliputi ibu dalam masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Masih tingginya angka kematian ibu dan anak di Indonesia berkaitan erat dengan faktor sosial budaya masyarakat, seperti tingkat pendidikan penduduk, khususnya wanita dewasa yang masih rendah, keadaan sosial ekonomi yang belum memadai, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang masih rendah dan jauhnya lokasi tempat pelayanan kesehatan dari rumah-rumah penduduk, kebiasaan-kebiasaan dan adat istiadat dan perilaku masyarakat yang kurang menunjang dan lain sebagainya.

Kebiasaan-kebiasaan adat istiadat dan perilaku masyarakat sering kali merupakan penghalang atau penghambat terciptanya pola hidup sehat di masyarakat. Perilaku, kebiasaan, dan adat istiadat yang merugikan seperti misalnya:

· Ibu hamil dilarang tidur siang karena takut bayinya besar dan akan sulit melahirkan,

· Ibu menyusui dilarang makan makanan yang asin, misalnya: ikan asin, telur asin karena bisa membuat ASI jadi asin

· Ibu habis melahirkan dilarang tidur siang,· Bayi berusia 1 minggu sudah boleh diberikan nasi atau pisang

agar mekoniumnya cepat keluar,· Ibu post partum harus tidur dengan posisi duduk atau setengah

duduk karena takut darah kotor naik ke mata, · Ibu yang mengalami kesulitan dalam melahirkan, rambutnya

harus diuraikan dan persalinan yang dilakukan di lantai, diharapkan ibu dapat dengan mudah melahirkan.

· Bayi baru lahir yang sedang tidur harus ditemani dengan benda-benda tajam.

Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1992 rnenunjukkan bahwa 65% persalinan ditolong oleh dukun beranak. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek-praktek persalinan oleh dukun yang dapat membahayakan si ibu. Misalnya mengurut perut yang bertujuan untuk mengembalikan rahim ke posisi semula; memasukkan ramuan-ramuan seperti daun-daunan kedalam vagina dengan maksud untuk membersihkan darah dan cairan yang keluar karena proses persalinan; atau memberi jamu tertentu untuk memperkuat tubuh (Iskandar et al., 1996).

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya sekitar 40 hari.Jadi arti keseluruhan dari aspek sosial budaya pada masa nifas adalah suatu hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia untuk mencapai tujuan bersama pada masa sesudah persalinan.

Contoh aspek sosial budaya pada masa nifas Masa nifas dilarang makan telur, daging, udang, ikan laut dan

lele, keong ,daun lembayung, buah pare, nenas, gula merah, dan makanan yang berminyak.

Dampak positif: tidak ada Dampak negative :merugikan karena masa nifas memerlukan makananyang bergizi seimbang agar ibu dan bayi sehat. Setelah melahirkan atau setelah operasi hanya boleh makan

tahu dan tempe tanpa garam(ngayep), dilarang banyak makan dan minum, makanan harus disangan/dibakar.

Dampak  positif:tida ada.Dampak negative :merugikan karena makanan yang sehat akan mempercepat penyembuhan luka.

Mitos-mitos yang lahir dimasyarakat ini kebenarannya kadang tidak masuk akal dan bahkan dapat berbahaya bagi ibu dan bayi. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang merawat bayi baru lahir.

Mitos-mitos merawat bayi baru lahir yang berkembang di masyarakat antara lain :

Dibedong agar kaki tidak bengkok. Hidung ditarik-tarik agar mancung. Pemakaian gurita agar tidak kembung. Menggunting bulu mata agar lentik. Beri setetes kopi agar bayi tidak step (kejang). Jangan memeras kencang-kencang saat mencuci baju bayi, bayi akan

gelisah tidurnya. Jangan menyusui bayi jika bunda sedang sakit. Popok kain lebih baik daripada diapers.

Sekian dan Terima Kasih