ASPEK PENGATURAN MAKANAN IRADIASI

9
Risalah Seminar Nasional Pengawetan Makanan Dengan Iradiasi, Jakarta, 6- 8 Juni 1983 ASPEK PENGATURAN MAKANAN IRADIASI P.S.M. Simatupang* ABSTRAK - ABSTRACI Aspek pengaturan makanan iradiasi. Untuk mempertahankan mutu makanan yang berasal dari pertanaman rakyat, perkebunan, perikanan dan peternakan dilakukan pengawetan dengan berbagai macam cara. Cara yang banyak digunakan ternyata ada yang kurang sempurna cara pelaksanaannya, meninggalkan residu yang dapat mengganggu kesehatan atau terlalu tinggi bia- yanya, sehingga perlu dicari cara pengawetan lain yang cukup efektif, murah biaya dan cukup aman bagi kesehatan manusia. Penelitian pengawetan makanan dengan menggunakan radiasi pengion sudah dilakukan sejak tahun limapuluhan, dan ternyata cara ini dapat memberikan ha- rap an di bidang pengawetan. Iradiasi makanan dengan menggunakan dosis tepat dapat mem- basmi bakteri patogen, menurunkan jumlah total mikroba, membasmi serangga, memperpanjang masa simpan makanan dan menghambat pertunasan, tanpa menimbulkan gangguan kesehatan di bidang gizi, mikrobiologi dan toksikologi. Biaya iradiasi makanan juga dapat dipertanggungja- wabkan secara komersial. F AO, IAEA dan WHO secara bersama-sama telah mengeluarkan ke- tentuan mengenai keamanan makanan iradiasi, dan WHO telah memberikan kejelasan ("clear- ance") beberapa jenis makanan. FAOfWHO Codex Alimentarius Commission telah mengeluar- kan rekomendasi mengenai standar makanan iradiasi dan pengaturan penggunaan fasilitas ira- diasi untuk penanganan makanan, dan di tahun 1982 sedang menyusun rancangan revisi standar makanan iradiasi dengan menetapkan dosis tidak melebihi 10 kGy adalah aman untuk makanan iradiasi. Beberapa negara juga sudah menetapkan ketentuan mengenai iradiasi makanan di pera- turan perundang-undangannya, atau memberikan kejelasan untuk jenis makanan tertentu. Mengingat keunggulan teknik iradiasi di bidang pengawetan makanan, pengetahuan yang cukup tinggi yang perlu dimiliki dan lalu-lintas perdagangan komoditi makanan iradiasi di masa menda- tang, sudah perlu dipertimbangkan pengaturan penggunaan dan pengawasan iradiasi makanan. Untuk menuju ke penetapan pengaturan ini, sudah tentu masih memerlukan waktu untuk me- lakukan pengkajian yang lebih mendalam di bidang iradiasi makanan, dan meningkatkan pene- litiannya. The legal aspect of irradiated food. To maintain the quality of commodities of agricul- ture, horticulture, fishery, and husbandry, produced by the common village people, various pre- servation methods have been applied. The methods extensively utilized sometimes proved to be inadequate, left residues that harm the health of the consumers, and too costly, therefore new more effective preservation methods need to be found, which are not only cheap but also safe to human health. Researches on food preservation by means of ionizing radiation has already been done since the fifties, and this method seemed to give hopeful results in food preservation. Irradiation of food with proper doses can destroy pathogenic bacteria, lower the total micro- bial count, irradicate insects, lengthen the shelf life, and inhibit sprouting without causing de- leterious effects on health factors such as nutritive value, microbiology and toxicology. The irradiation cost meets also the commercial requirements. FAO, IAEA and WHO in a joint com- munique have released statements on the safety of irradiated food, and WHO has already given clearance to a number of food items. FAOfWHO Codex Alimentarius Commission has issued recommendations on irradiated food standards and rules for the application of irradiation faci- lities for food preservation, and in 1982 a revision on the standard of irradiated food has been formulated namely that a dose of not higher than 10 kGy is toxicologically safe for irradiated food. Several countries have also incorporated rules concerning irradiated food into their laws, or have already given clearance to certain food commodities. As irradiation technique in food preservation is indeed superior compared to conventional methods, more and deeper knowledge should be obtained; and while irradiated food commodity trade flow in the future is going to increase it is certainly about time to consider the establishment of rules concerning the control of irradiated food. • Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan. 119

Transcript of ASPEK PENGATURAN MAKANAN IRADIASI

Page 1: ASPEK PENGATURAN MAKANAN IRADIASI

Risalah Seminar Nasional Pengawetan Makanan Dengan Iradiasi, Jakarta, 6 - 8 Juni 1983

ASPEK PENGATURAN MAKANAN IRADIASI

P.S.M. Simatupang*

ABSTRAK - ABSTRACI

Aspek pengaturan makanan iradiasi. Untuk mempertahankan mutu makanan yang berasaldari pertanaman rakyat, perkebunan, perikanan dan peternakan dilakukan pengawetan denganberbagai macam cara. Cara yang banyak digunakan ternyata ada yang kurang sempurna carapelaksanaannya, meninggalkan residu yang dapat mengganggu kesehatan atau terlalu tinggi bia­yanya, sehingga perlu dicari cara pengawetan lain yang cukup efektif, murah biaya dan cukupaman bagi kesehatan manusia. Penelitian pengawetan makanan dengan menggunakan radiasipengion sudah dilakukan sejak tahun limapuluhan, dan ternyata cara ini dapat memberikan ha­rap an di bidang pengawetan. Iradiasi makanan dengan menggunakan dosis tepat dapat mem­basmi bakteri patogen, menurunkan jumlah total mikroba, membasmi serangga, memperpanjangmasa simpan makanan dan menghambat pertunasan, tanpa menimbulkan gangguan kesehatan dibidang gizi, mikrobiologi dan toksikologi. Biaya iradiasi makanan juga dapat dipertanggungja­wabkan secara komersial. FAO, IAEA dan WHO secara bersama-sama telah mengeluarkan ke­tentuan mengenai keamanan makanan iradiasi, dan WHO telah memberikan kejelasan ("clear­ance") beberapa jenis makanan. FAOfWHO Codex Alimentarius Commission telah mengeluar­kan rekomendasi mengenai standar makanan iradiasi dan pengaturan penggunaan fasilitas ira­diasi untuk penanganan makanan, dan di tahun 1982 sedang menyusun rancangan revisi standarmakanan iradiasi dengan menetapkan dosis tidak melebihi 10 kGy adalah aman untuk makananiradiasi. Beberapa negara juga sudah menetapkan ketentuan mengenai iradiasi makanan di pera­turan perundang-undangannya, atau memberikan kejelasan untuk jenis makanan tertentu.Mengingat keunggulan teknik iradiasi di bidang pengawetan makanan, pengetahuan yang cukuptinggi yang perlu dimiliki dan lalu-lintas perdagangan komoditi makanan iradiasi di masa menda­tang, sudah perlu dipertimbangkan pengaturan penggunaan dan pengawasan iradiasi makanan.Untuk menuju ke penetapan pengaturan ini, sudah tentu masih memerlukan waktu untuk me­lakukan pengkajian yang lebih mendalam di bidang iradiasi makanan, dan meningkatkan pene­litiannya.

The legal aspect of irradiated food. To maintain the quality of commodities of agricul­ture, horticulture, fishery, and husbandry, produced by the common village people, various pre­servation methods have been applied. The methods extensively utilized sometimes proved to beinadequate, left residues that harm the health of the consumers, and too costly, therefore newmore effective preservation methods need to be found, which are not only cheap but also safeto human health. Researches on food preservation by means of ionizing radiation has alreadybeen done since the fifties, and this method seemed to give hopeful results in food preservation.Irradiation of food with proper doses can destroy pathogenic bacteria, lower the total micro­bial count, irradicate insects, lengthen the shelf life, and inhibit sprouting without causing de­leterious effects on health factors such as nutritive value, microbiology and toxicology. Theirradiation cost meets also the commercial requirements. FAO, IAEA and WHO in a joint com­munique have released statements on the safety of irradiated food, and WHO has already givenclearance to a number of food items. FAOfWHO Codex Alimentarius Commission has issuedrecommendations on irradiated food standards and rules for the application of irradiation faci­lities for food preservation, and in 1982 a revision on the standard of irradiated food has beenformulated namely that a dose of not higher than 10 kGy is toxicologically safe for irradiatedfood. Several countries have also incorporated rules concerning irradiated food into their laws,or have already given clearance to certain food commodities. As irradiation technique in foodpreservation is indeed superior compared to conventional methods, more and deeper knowledgeshould be obtained; and while irradiated food commodity trade flow in the future is going toincrease it is certainly about time to consider the establishment of rules concerning the controlof irradiated food.

• Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan.

119

Page 2: ASPEK PENGATURAN MAKANAN IRADIASI

PENDAHULUAN

Sebagai negara agraria, Indonesia banyak menghasilkan bahan pangan yang ber­asal dari pertanaman rakyat, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Dalam me­manfaatkannya banyak ditemukan permasalahan yang mengakibatkan kerugian,antara lain kerusakan, pembusukan, pertunasan, infestasi serangga atau pencemaranmikroba. Hal ini sering terjadi sewaktu panen, penangkapan, pemotongan, pengum­pulan, pengangkutan, penanganan atau pengolahan, penyimpanan, atau pemasar­an (1).

Banyak usaha dilakukan untuk mengawetkan makanan hingga mutu tetap da­pat dipertahankan, seperti pengeringan, pengasinan, pengasapan, peragian, pendi­nginan, pembekuan, pemanasan dan penggunaan bahan kimia (2). Cara pengawetanini tidak terlepas dari permasalahan, karena pengeringan yang hanya mengandalkansinar matahari, harga garam atau es yang cukup tinggi, pemanasan at au pembekuan

memerlukan biaya yang tinggi, at au bahan kimia yang digunakan meninggalkan sisayang dapat mengganggu kesehatan. Jadi perlu dicari usaha yang cukup efektif, tidakbanyak memakan biaya dan cukup aman bagi kesehatan manusia.

Sejak tahun limapuluhan sudah dimulai penelitian di bidang pengawetan ma­kanan dengan menggunakan teknik radiasi pengion. Cara ini banyak memberikanharapan, karena mampu membasmi bakteri patogen, menurunkan jumlah total mi­kroba, membasmi serangga, memperpanjang masa simpan gabah, rempah-rempah,buah kering dan buah segar, menghambat pertunasan, serta meningkatkan kualitasdan sanitasi makanan (3).

Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) telah melakukan penelitian iradiasiberas, ikan segar, ikan kering, ikan asin, tepung gandum dan rempah-rempah (4).

Seperti cara pengawetan yang terdahulu disebut, juga iradiasi makanan mem­punyai masalah sendiri, karena pada makanan yang diiradiasi selalu dapat timbulpermasalahan kesehatan. Untuk itu perlu diberikan perhatian terhadap pengaturandi bidang penggunaan dan pengawasan iradiasi makanan, hingga makanan iradiasicukup sehat dan aman untuk dikonsumsi manusia.

PERMASALAHAN IRADIASI MAKANAN

Permasalahan kesehatan di bidang iradiasi makanan ialah masalah gizi, mikro­biologi dan toksikologi (5).

Masalah gizi.

Pada iradiasi makanan dikhawatirkan adanya perubahan kimia yang mengaki­batkan berubahnya komposisi gizi, dan hal ini menyangkut susunan protein, vita­min, dan lain-lain; juga perlu dikhawatirkan berubahnya "bio-availability" zat giziyang bersangkutan (5, 6).

Masalah mikrobiologi.

Di samping kemanfaatan iradiasi untuk membasmi bakteri patogen dan menu­runkan jumlah total mikroba, perlu juga diberikan perhatian terhadap kemungkinan

120

Page 3: ASPEK PENGATURAN MAKANAN IRADIASI

timbulnya resistensi atau efek mutagenik atau peningkatan patogenitas mikroba da­lam makanan (5, 7).

Masalah toksikologi.

Masalah kesehatan di bidang toksikologi makanan iradiasi ialah antara lain ke·

mungkinan timbulnya efek mutagenik atau teratogenik (5, 6).Suatu Komite Ahli yang dibentuk oleh FAO, IAEA dan WHO (Joint FAO/

lAEA/WHO Expert Committee) di tahun 1964,1969,1976 dan 1980 telah menin­jau dan mendalami bukti-bukti yang ada ten tang kesehatan makanan iradiasi, dandi tahun 1982 mengatakan bahwa makanan yang diiradiasi hingga 10 kGy (1 mega­rad) adalah sehat dan aman untuk dikonsumsi manusia. Keamanan ini sudah meli­puti masalah gizi, mikrobiologi dan toksikologi (6, 7,8).

F AO/WHO Codex Alimentarius Commission yang telah mengeluarkan reko­mendasi ten tang standar makanan iradiasi dan tentang pengaturan penggunaan fasi·litas iradiasi untuk penanganan makanan, di tahun 1982 sedang menyusun rancang·an revisi kedua rekomendasi tersebut dalam rangka menetapkan kesehatan makan­an yang diiradiasi tidak melebihi 10 kGy (9, 10).

PENGATURAN MAKANAN IRADIASI

Sesuai dengan penggunaan teknik iradiasi pengion untuk mengawetkan makan­an dan persyaratan kesehatan makanan iradiasi, sudah seharusnya iradiasi makanandiatur dalam peraturan perundang-undangan. Pengaturan ini sebaiknya meliputi(3,8,11):Pengawasan fasilitas iradiasi, meliputi :a. perizinan;

b .. penilikan berkala.Pengawasan iradiasi makanan, meliputi :a. sumber radiasi;b. dosis terserap;c. pengendalian proses;d. pencatatan seluruh kegiatan proses;e. iradiasi ulang;f. pewadahan;g. pemberian label;h. pengujian makanan iradiasi.Pengawasan perdagangan makanan iradiasi, meliputi :a. label;b. pewadahan;c. dokumen perdagangan;d. sertif1kat iradiasi;

e. keIjasama internasional.

Beberapa negara sudah mengatur iradiasi makanan di dalam peraturan perun­dang-undangannya dan telah diberikan kejelasan ("clearance") bagi beberapa jenis

makanan (12) clan WHO juga sudah memberikan kejelasan bagi beberapa jenis ma-

12\

Page 4: ASPEK PENGATURAN MAKANAN IRADIASI

kanan (ikan, daging ayam, beras, gandum, rempah-rempah, biji-bijian, buah-buahan,kentang dan bawang) (5, 7), tetapi masih ada negara yang sedang mempertimbang­kan pengaturannya (13).

Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara kita, ke­wenangan instansi di bidang iradiasi makanan, adalah seoagai berikut:Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) berwenang di bidang yang berhubungandengan penggunaan teknik radiasi pengion, sesuai dengan kewenangannya:a. sebagai badan penyelenggara dan pengawas tertinggi dalam penggunaan tenaga

atom (14);b. mengadakan dan meningkatkan kegiatan di bidang tenaga atom dalam penggu­

naan, penelitian dan pengembangan tenaga atom (15);c. membangun dan memelihara fasilitas penelitian, produksi dan pendidikan di

bidang tenaga atom (15);d. izin pemakaian zat radioaktif dan atau sumber radiasi lainnya (16).

Departemen Kesehatan berwenang di bidang pengawasan makanan, sesuai dengankewenangannya di bidang :a. melindungi rakyat dari sebab-musabab penyakit yang berasal dari makanan

(17);b. menetapkan bahan berbahaya bagi kesehatan (18);c. pengawasan produksi, imp or dan peredaran makanan (19);d. registrasi makanan (20);e. label dan periklanan makanan (21);f. cara produksi yang baik untuk makanan (22);g. bahan tambahan makanan (23);h. standar bahan tambahan makanan (24).

Dari semua peraturan perundang-undangan di atas di bidang makanan, belumada yang mengatur makanan iradiasi.

Sebelum dikeluarkan peraturan perundang-undangan tentang makanan iradiasi,seyogianya harus dilakukan penelitian di bidang iradiasi makanan. Tetapi sepertikondisi yang umumnya terdapat di negara berkembang, di Indonesia belum tersediafasilitas penelitian iradiasi makanan terutama yang mengenai uji toksikologi, danbiaya penelitian yang sangat tinggi. Mengingat hal ini, sebaiknya dilakukan pengka­jian yang mendalam tentang pengaturan makanan iradiasi di negara maju. Untuk iniperlu diperhatikan :1. Rekomendasi FAO/IAEA Codex Alimentarius Commission ten tang standar ma­

kanan iradiasi (25) dan tentang pengaturan penggunaan fasilitas iradiasi untukpenanganan makanan (26). Kedua rekomendasi ini sedang mengalami revisidalam rangka menetapkan bahwa makanan yang diiradiasi dengan dosis rata­rata tidak lebih dari lOkGy (1 megarad = 1000 kilorad) adalah aman dan sehatuntuk dikonsumsi manusia (9,10).

2. Kebijaksanaan FDA mengenai makanan iradiasi yang meliputi hal sebagai beri-\kut (13):a. makanan yang diiradiasi dengan dosis 100 kilorad (1 kGy = 0,1 megarad)

atau kurang dapat dianggap aman untuk konsumsi manusia;b. makanan yang diiradiasi dengan dosis melebihi 100 kilorad, harus meng-

122

Page 5: ASPEK PENGATURAN MAKANAN IRADIASI

alami uji toksikologi yang berkaitan dengan uji mutagenisitas;c. makanan yang merupakan tidak lebih dari 0,01 % diit harian ("daily diet")

yang diiradiasi dengan dosis 5 megarad atau kurang adalah aman untuk di­konsumsi tanpa perlu mengalami uji toksikologi.

FDA juga telah meminta tanggapan masyarakat terhadap perumusan kebijak­sanaan di bidang makanan iradiasi.

3. Saran Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency,IAEA) tentang pengaturan makanan iradiasi, seperti yang tertera dalam ModelRegulation for the Control of and Trade in Irradiated Foods (11,27).

Memperhatikan :1. Rekomendasi FAO/WHO Codex Alirnentarius Commission tentang keamanan

makanan jika diiradiasi dengan dosis tidak melebihi 10 kGy masih merupakanrancangan yang 'masih memerlukan pengesahan di Sidang FAO/WHO CodexAlirnentarius Commission,

2. Kebijaksanaan FDA di bidang makanan iradiasi masih belum dalam bentuk per­aturan perundang-undangan,

3. Perbedaan dosis antara yang dipertirnbangkan FAO/WHO (10 kGy = 1000 kilo-rad) dan FDA (1 kGy = 100 kilorad) yang aman untuk makanan iradiasi.

4. Kemampuan negara kita pada masa ini di bidang penelitian iradiasi makanan.Sudah tentu masih diperlukan waktu untuk mempertirnbangkan pengaturan di bi­dang makanan iradiasi, dan jika mungkin agar meningkatkan penelitian di bidangiradiasi makanan, khususnya uji toksikologi.

PUST AKA

1. SIMATOEPANG, P.S.M., "Legislative aspects of food irradiation in Indonesia", The Spe­cial Committee Meeting on Legislative Aspects of Food Irradiation, Colombo, November(1980).

2. SIMATOEPANG, P.S.M., "Public health of fish preservation and food irradiation in In­donesia", RCA Workshop on Food Irradiation, Tokyo, October (1979).

3. WHO, The Technical Basis for Legislation on Irradiated Food, Report of a Joint FAO/IAEAfWHO Expert Committee (Technical Report Series No. 316), WHO, Geneva (1965).

4. MAHA, M., "Work on food irradiation in Indonesia", Meeting on the Asia Regional Coo­perative Project on Food Irradiation, Jakarta, September (1980).

5. WHO, Wholesomeness of Irradiated Food, Report of a Joint FAO/lAEAfWHO ExpertCommittee (Technical Report Series No. 604), WHO, Geneva (1977).

6. DIEHL, J .F., ''Wholesomeness of Irradiated Foods", Seminar on Food Irradiation for De­veloping Countries in Asia and the Pacific, Tokyo, November (1980).

7. WHO, Wholesomeness of Irradiated Food, Report of a Joint FAO/lAEA/WHO ExpertCommittee (Technical Report Series No. 659), WHO, Geneva (1981).

8. LADOMERY, L.G., "Regulatory control of and international trade in irradiated foods",Seminar on Food Irradiation for Developing Countries in Asia and the Pacific, Tokyo,November (1980).

9. FAO, and WHO, The Joint FAOfWHO Codex Alimentarius Commission, Revised DraftRecommended International General Standard for Irradiated Foods, CX/FA 82/14, FAOand WHO, Rome (1981).

10. FAO, and WHO, The Joint FAOfWHO Codex Alimentarius Commission, Revised DraftRecommended Code of Practice for the Operation of Radiation Facilities used for theTreatment of Food, CX/FA 82/14, FAO and WHO, Rome (1981).

11. GERARD, A., "Model regulations for the control of and trade in irradiated foods", The.Special Committee Meeting on Legislative Aspects of Food Irradiation, Colombo, Novem­ber (1980).

123

Page 6: ASPEK PENGATURAN MAKANAN IRADIASI

12. ANONYMOUS, Joint FAO/lAEA Division of Atomic Energy in Food and Agriculture,listof clearance (1) and list of clearance (2) Food Irradiation Newsletter 1 3 (1977).

13. DEPARTMENT OF HEALTH AND HUMAN SERVICES, FOOD AND DRUG ADMINIS­TRATION, Policy for Irradiated Foods, Advance Notice of Proposed Procedures for theRegulation of Irradiated Foods for Human Consumption, Federal Register. Vol. 46 No.59, Proposed Rules, March 27 (1981).

14. Undang-undang Nomor 21 Tahun 1964 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok TenagaAtom, Lembaran Negara RI Nomor 124 Tahun 1964.

15. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1965 tentang Dewan Tenaga Atom dan BadanTenaga Atom Nasional, Lembaran Negara RI Nomor 88 Tahun 1965.

16. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1975 tentang Izin Pemakaian Zat Radioaktif danAtau Sumber Radiasi Lainnya, Lembaran Negara RI Nomor 16 Tahun 1975.

17. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan, Lembaran NegaraRI Nomor 131 Tahun 1960.

18. Ordonansi Nomor 377 Tahun 1949 tentang Bahan Berbahaya, Surat Keputusan KomisarisTinggi Nomor 14 Tahun 1949.

19. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 329/Men.Kes/Per/XII/76 tentang Produksi danPeredaran Makanan.

20. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 330/Men.Kes/Per/XII/76 tentang Wajib DaftarMakanan.

21. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 79/Men.Kes/Per/I11/1978 tentang Label dan Per­iklanan Makanan.

22. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 23/Men.Kes/SK/I/1978 tentang Pedoman CaraProduksi yang Baik Untuk Makanan.

23. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 235/Men.Kes/Per/VI/79 tentang Bahan TambahanMakanan.

24. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 43/Men.Kes/SK/II/1978 tentang Kodeks Makan­an Indonesia tentang Bahan Tambahan Makanan.

25. FAO, and WHO, Joint FAOfWHO Food Standards Programme Codex Alimentarius Com­mission, Recommended International General Standard for Irradiated Foods, CAC/RS106-1979, FAO and WHO, Rome (1980).

26. FAO, and WHO, Joint FAOfWHO Food Standards Programme Codex Alimentarius Com­mission, Recommended International Code of Practice for the Operation of Radiation Fa­cilities Used for the Treatment of Food, CAC/RCP 19-1979, FAO and WHO, Rome(1980).

27. ANONYMOUS, Report of the Special Committee on Legislative Aspects of Food Irradia­tion, Colombo, November (1980).

124

Page 7: ASPEK PENGATURAN MAKANAN IRADIASI

DISKUSI

SOEWARDJO ADIKOESOEMO :

Setelah mengikuti seminar ini selama 2 hari, saya dapat meyakini bahwa ira­diasi pada makanan dan minuman sangat penting.Atas dasar ini sampai berapajauh rancangan undang-undang makanan sudah di­tuangkan oleh Depkes dengan mengingat anggota untuk menilai undang-undangmakanan ini terdiri dari beberapa Departemen (± 7 buah).

Kami sangat berharap agar rancangan undang-undang ini dapat diajukan padaDPR masih dalam Pelita IV, karena sangat sesuai dengan tahapan pembangun­an, bahwa Pelita N adalah era industrialisasi. Jadi undang-undang terse but sa­ngat mendukung.

P.8M. SIMATUPANG :

Rancangan undang-undang tentang makanan sudah siap disusun tahun 1975, tetapiSekneg waktu itu menetapkan bahwa pengaturan makanan dilakukan dalam bentukperaturan perundang-undangan lain.

MINSIAH MAHA :

Pak Simatupang menyebutkan bahwa kemungkinan legalisasi makanan iradiasi se·dang dipertimbangkan oleh Depkes. Karena dalam bulan Juli 1983 nanti akan ada

revisi terakhir peraturan makanan iradiasi yang dikeluarkan oleh Codex Alimenta­rius Commission di Roma di mana wakil Depkes tentu akan hadir, kami ingin me­ngetahui kira-kira bagaimana posisi Indonesia nanti dalam sidang tersebut.

P.SM. SIMATUPANG :

Depkes menunggu hasil sidang CAC di Roma, dan akan dikaji hasil terse but olehPanitia Higiene Makanan dan Panitia Kodeks Makanan Indonesia.

NAlLY HILMY :

Melihat persyaratan yang akan dikeluarkan oleh FDA yaitu dosis <IOO krad, dan5 Mrad untuk makanan yang dikonsumsi < 0.01% dan melihat pula persyaratanyang dikeluarkan oleh WHO/F AO, menurut hemat kami, sudah waktunya Indonesiamengeluarkan perizinan untuk "irradiated food" yang kering dan dikonsumsi rendahseperti rempah danjamu. Mohon komentar.

P.SM. SIMATUPANG:

Hal ini sudah perlu dipertimbangkan oleh Depkes/Ditjen. POM.

YAY ASAN LEMBAGA KONSUMEN :

1. Menurut Ditjen POM kira-kira kapan penerapan pengaturan makanan iradiasiini dilaksanakan karena pengkajian dan penelitian cara pengawetan makanandengan iradiasi telah banyak dilakukan?

2. Bagaimana caranya untuk mengetahui bahwa makanan terse but diawetkan de­ngan iradiasi seandainya dalam label tidak disebutkan; karena Lembaga Kon­sumen sering sekali menemui kasus-kasus yang labelnya tidak lengkap. Lebih

baik lagi apabila diwajibkan pula menyebutlcan tanggal kadaluwarsanya.

125 .

Page 8: ASPEK PENGATURAN MAKANAN IRADIASI

P.SM.SIMATUPANG:

1. Peraturan di lingkunganPBB (FAD/WHO Codex Alimentarius Commission)masih dalam rancangan revisi.

2. FDA negara maju yang ketat pengawasan makanannya masih mempertimbang­kan peraturannya. Sebaiknya kita lebih mendalami peraturan iradiasi makanan.

Makanan iradiasi tidak dapat dideteksi apakah sudah/belum diiradiasi.Peraturan Menteri Kesehatan akan keluar tentang tanggal kadaluwarsa.

NELLY:

1. Seandainya Depkes telah mengeluarkan ketentuaJ1. mengenai penggunaan ira­diasi sebagai cara pengawetan makanan, apakah setelah itu Depkes akan meng­anjurkan industri-industri makanan untuk memakai cara tersebut?

2. Saya rasa dalam prakteknya hanya industri·industri besar saja yang mungkinmau melakukan karena adanya biaya tambahan untuk mengiradiasi, juga pro­duknya dalam jumlah besar. Industri kecil tentu tidak mau, karena produknyahanya dalam jumlah kecil saja.

3. Kalau semua mengiradiasi produknya apakah BATAN sanggup menanganinya.4. Kalau telah diawetkan dengan iradiasi, apakah masih perlu zat pengawet yang

biasa dipakai misalnya derivat-derivat paraben dan lain-lain.

P.S.M. SIMATUPANG:

1. Depkes hanya menangani kesehatan/keamanan makanan, sedang pembinaanindustri adalah kewenangan Departemen Perindustrian.

2. Biasanya ada badan usaha iradiasi, dan badan ini akan mengiradiasi produkpengusaha lain termasuk pengusaha lemah.

3. Sebaiknya usaha ini berbentuk badan usaha di bawah pengawasan BATAN.4. Tidak perlu jika telah tepat penggunaan dosis iradiasi.

SUNARY A :

Dalam memproses adanya legalisasi pengawetan dengan iradiasi hendaknya tidakhanya dipertimbangkan dalam masalah teknis/keamanan tetapi juga masalah psiko­logi, misalnya bila dilegalisasi penggunaan iradiasi jangan-jangan pasaran negarapengimpor tidak mau menerima.

P.S.M. SIMATUPANG :

Yang akan dipertimbangkan adalah data dari FAD/WHO, CAC, dan FDA.Umumnya tiap negara anggota PBB ikut dalam CAC, dan FDA adalah yang pa­

ling ketat pengawasan makanannya. Jadi tidak ada permasalahan psikologis.

P. SUDARSAN :

If labelling of irradiated food is insisted upon, it may not be practically feasible inmany developing contries. Fruits, vegetables, and fish in these countries are retailedin the loose form without packaging. Compulsary labelling will necessitate packag­ing which can be quite expensive. The IAEA task force has also generally cunc1udedthat labelling is not necessary. What are the views of the Department of Health inIndonesia?

126

Page 9: ASPEK PENGATURAN MAKANAN IRADIASI

P.S.M. SIMATUPANG:

The .Indonesian Government, Department of Health, will consider the Recom­mended Standard issued by FAOjWHO Codex Alimentarius Commission.

P. LOAHARANU:

I have listened to your talk and discussion with great interest. I also heard the nameofUS-FDA mentioned very often during your talk and discussion. I want to pointout fact to avoid any misunderstanding with regard to the advanced notice on foodirradiation of FDA as published in the Federal Register in March 1981, and the re­commendation of the 1980 JECFI. FDA had appointed its own committee to re­view the safety of irradiated food long before the JECFI has convened in February1980. In fact, the committee had submitted the report of the findings to FDA inAugust 1980. Had the FDA appointed its committee after the JECFI meeting in1980, these may not be much, if any, discrepancy on the recommendations concern­ing irradiated food. In any case, FDA is reviewing overwhelming comments receivedfrom the publication of its advanced notice and it may decide to come up with aproposed regulation on food irradiation which could take the recommendations ofthe 1980 JECFI into consideration.

In my view, developing countries should follow the recommendations of theCodex Alimentarius Commission concerning approval of irradiated foods. These re-'commendations are expected to be adopted as International General Standard forIrradiated Food by the Codex Alimentarius Commission at its next session, to beheld in Rome in July this year. .

FEDERASI PENGEMASAN INDONESIA:

Pada setiap kemas makanan, sebaiknya dicantumkan tanggalkadaluwarsanya, agarkonsumen mengetahui dengan pasti bahwa makanan tersebut masih baik atau tidak.Dengan demikian artijkegunaan dari iradiasi menjadi lebih menonjol.

P.S.M. SIMATUPANG :

Dalam waktu dekat Depkes akan mengeluarkan peraturan ten tang pencantumantanggal kadaluwarsa bagi makanan yang lekas rusak, antara lain makanan bayi, susuolahan, dan makanan kaleng.

127