Aspek Keterkaitan Lingkungan

37
BAB II ASPEK KETERKAITAN LINGKUNGAN/ KONTEKSTUALITAS 2.1. Perencanaan Kota (Urban Planning) Perencanaan kota merupakan proses penyusunan rencana tata ruang kota, yang didalamnya terkandung arahan penataan ruang kota dan juga merupakan suatu kegiatan dan upaya yang dilakukan secara sistematis di dalam ranah publik untuk membentuk masa depan wilayah perkotaan. Perencanaan kota perlu menghadapi kemajemukan dan perbedaan, perencana kota mesti menghindarkan keyakinan adanya kepentingan publik seragam. Diprediksi dapat menyerap ribuan tenaga Kerja nantinya. Pertumbuhan ekonomi di wilayah Surabaya utara dan sekitarnya diyakini akan tumbuh pesat, seiring dengan beroperasinya Jembatan Suramadu sebagai penghubung ke pulau madura. Sejumlah investor asing maupun dalam negeri terus dijajagi untuk mengembangkan kawasan ini. sekitar kaki jembatan Suramadu akan terus dikembangkan sebagai kawasan industri bergengsi. Sehingga, diharapkan investasi di kawasan itu kian menjanjikan. 2.1.1. Dasar Pengembangan Kawasan Kaki Jembatan Suramadu (KKJS) Menggabungkan areal perumahan, rekreasi, dan industri, pembangunan Jembatan Suramadu dibarengi dengan penataan daerah sekitarnya. Skenario besar sudah disiapkan pemprov. Sesuai rencana, kawasan "kaki-kaki" jembatan bakal dirombak secara besar-besaran dengan konsep kota modern. Pemprov telah menyerahkan draft rencana pengembangan kawasan kaki Suramadu ke DPRD Jatim untuk dibahas lebih detail. Sesuai rencana, lahan di sekitar kaki jembatan itu

Transcript of Aspek Keterkaitan Lingkungan

Page 1: Aspek Keterkaitan Lingkungan

BAB II

ASPEK KETERKAITAN LINGKUNGAN/ KONTEKSTUALITAS

2.1. Perencanaan Kota (Urban Planning)

Perencanaan kota merupakan proses penyusunan rencana tata ruang kota, yang

didalamnya terkandung arahan penataan ruang kota dan juga merupakan suatu kegiatan

dan upaya yang dilakukan secara sistematis di dalam ranah publik untuk membentuk masa

depan wilayah perkotaan. Perencanaan kota perlu menghadapi kemajemukan dan

perbedaan, perencana kota mesti menghindarkan keyakinan adanya kepentingan publik

seragam.

Diprediksi dapat menyerap ribuan tenaga Kerja nantinya. Pertumbuhan ekonomi di

wilayah Surabaya utara dan sekitarnya diyakini akan tumbuh pesat, seiring dengan

beroperasinya Jembatan Suramadu sebagai penghubung ke pulau madura. Sejumlah

investor asing maupun dalam negeri terus dijajagi untuk mengembangkan kawasan ini.

sekitar kaki jembatan Suramadu akan terus dikembangkan sebagai kawasan industri

bergengsi. Sehingga, diharapkan investasi di kawasan itu kian menjanjikan.

2.1.1. Dasar Pengembangan Kawasan Kaki Jembatan Suramadu (KKJS)

Menggabungkan areal perumahan, rekreasi, dan industri, pembangunan Jembatan

Suramadu dibarengi dengan penataan daerah sekitarnya. Skenario besar sudah disiapkan

pemprov. Sesuai rencana, kawasan "kaki-kaki" jembatan bakal dirombak secara besar-

besaran dengan konsep kota modern.

Pemprov telah menyerahkan draft rencana pengembangan kawasan kaki

Suramadu ke DPRD Jatim untuk dibahas lebih detail. Sesuai rencana, lahan di sekitar kaki

jembatan itu akan dibangun dengan konsep yang mengombinasikan perumahan, rekreasi,

dan industri.

Kaki Suramadu berada di sisi Surabaya dan Madura. Sisi Surabaya meliputi Tambak

Wedi, sedangkan Madura dipusatkan di kawasan Desa Sukolilo Barat Labang, Bangkalan. Dua

kawasan itu ditata agar tidak kumuh dan sesuai dengan pembangunan jembatan tersebut.

Sisi Surabaya akan diarahkan untuk daerah wisata. Di sana disiapkan 300 hektare

lahan untuk pengembangan fungsi rekreasi keluarga. Kawasan yang dikonsep sebagai areal

fairground itu diperuntukkan sebagai ruang pameran, shopping mall, taman bermain anak,

concert hall, dan convention hall.

Page 2: Aspek Keterkaitan Lingkungan

Gambar 2.1. Peta Pembagian Wilayah PengembanganSumber : RTRW Surabaya Tahun 2013

Sementara itu, sisi Bangkalan akan dibangun sesuai konsep wisata yang bernuansa

budaya masyarakat setempat. Misalnya, dibangun lapangan karapan sapi, pusat kerajinan,

dan hasil bumi khas Madura. Namun, fokus utamanya adalah pengembangan perumahan

dan perindustrian.

Berdasarkan Rencana Unit Pengembangan Wilayah Darat Kota Surabaya di dalam

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surabaya Tahun 2008 , Unit Pengembangan III

Tambak Wedi dengan luas wilayah 1.441,53 Ha terdiri dari Kecamatan Bulak seluas 677,52

Ha dan Kecamatan Kenjeran seluas 764,01 Ha yang terletak disisi bagian timur laut dari

wilayah Kota Surabaya yang berbatasan langsung dengan Selat Madura. UP III Tambak Wedi

memiliki Fungsi utama sebagai kawasan permukiman, perdagangan jasa, rekreasi dan

konservasi yang berpusat di daerah Tambak Wedi.

Sedang berdasarkan Rencana Zona Wilayah Laut Kota Surabaya, karena UP III

Tambak Wedi berbatasan langsung dengan pantai Selat Madura maka Unit Pengembangan

ini masuk ke dalam Zona 3 Tambak Wedi – Kenjeran yang terdiri atas wilayah laut yang

berada di sebelah timur laut di sekitar Tambak Wedi – Pantai Kenjeran. Zona ini sendiri

memiliki luas wilayah 4.375 Ha yang memiliki fungsi utama sebagai wisata bahari, areal

penangkapan dan budidaya perikanan, dan alur pelayaran kapal nelayan.

Page 3: Aspek Keterkaitan Lingkungan

Perkembangan Kota Surabaya di sekitar pantai utara di Kawasan Kaki Jembatan

Suramadu sangat berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi serta sosial masyarakat

daerah pesisir pantai utara Surabaya. Perkembangan ini direncanakan pada tahun 2005

sejauh 400ha, sekarang direncanakan hingga mencapai 600ha dari KKJS, tidak hanya

berkembang peruntukannya menjadi perumahan namun juga menjadi perdagangan, jasa,

dan pelayanan umum. Perubahan penggunaan yang semula didominasi tambak menjadi

kawasan terbangun, ternyata menambah problem di tempat lain, yang menonjol adalah

banjir yang terjadi di bagian wilayah sebelah Barat Pantai Timur Surabaya, semakin

berkurangnya kawasan konservasi dan meningkatnya pencemaran baik dari luar maupun

dari dalam wilayah perencanaan sendiri.

Oleh karena itu untuk kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH), jalur hijau tepi pantai,

yang membentang sekitar 11 Km dari pantai Kenjeran sampai muara Sungai Wonokromo

sebagian besar ditumbuhi oleh mangrove dan diperkirakan mencapai luas sekitar 55 – 75 Ha.

Jalur hijau tepi sungai yang terdapat di sepanjang Kali Surabaya, Kali Kanal dan Kali Mas,

selain berupa tanaman rerumputan juga berupa tanaman hias dan tanaman peneduh.

Adapun luas wilayah perencanaan untuk daerah KKJS yang sebesar ±600Ha belum

direncanakan secara eksplisit, masih secara implisit. Untuk wilayah perencanaan yang

sebesar ±400ha di kaki Surabaya, memiliki batasan wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Selat Madura

Sebelah Timur : Selat Madura

Sebelah Selatan : Perempatan Kec. Kenjeran

Sebelah Barat : Sungai di Bulak banteng dan Bulak Banten Lor

2.1.2. Karakteristik Kawasan Kaki Jembatan Suramadu

Kondisi Geografis

Faktor - faktor fisik dasar yang dibutuhkan untuk perencanaan kawasan antara lain adalah :

a. Topografi

Topografi merupakan kondisi tinggi-rendahnya muka bumi. Berdasarkan Peta Data

Pokok Kotamadya Dati II Surabaya tahun 1992, bahwa kawasan perencanaan sisi

Surabaya terletak pada ketinggian antara +1 sampai +4 meter dari Titik I BPP Tanjung

Perak dan +3,6075 meter terhadap ARP (Air Rendah Purnama), dengan kemiringan tanah

antara 0 – 2%. Tepatnya bagian dari pesisir pantai Utara Surabaya.

Page 4: Aspek Keterkaitan Lingkungan

b. Geologi dan Jenis Tanah

Menurut Peta Data Pokok Kotamadya Dati II Surabaya tahun 1992, wilayah perencanaan

bagian Surabaya didominasi oleh jenis tanah alluvial hidromorf (endapan sungai atau

endapan pantai) dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm dan bertekstur halus.

Kondisi permeabilitas tanah umumnya lambat dan produktivitas bervariasi, dari rendah

sampai sedang. Kondisi tanahnya merupakan tanah lempung/liat, dengan tingkat

plastisitas yang relative tinggi, hal ini berarti daya dukung terhadap bangunan relatif

rendah. Kawasan ini mempunyai ketebalan tanah permukaan 10 meter sampai 18 meter

yang terletak di atas dasar tanah liat. Sehingga untuk konstruksi bangunan tinggi

kedalaman harus mencapai 25 sampai 30 meter. Disamping itu air permukaan bersifat

asin.

c. Hidrologi

Kawasan perencanaan wilayah Surabaya dilewati oleh dua sungai dari arah selatan-utara

menuju dan bermuara di selat Madura, yaitu Saluran Tambak Wedi (Kali Tebu/Pogot)

dan Saluran Jeblokan (Kali Kedung Cowek/Kali Lom). Sedangkan genangan air terdapat di

daerah perempatan Jl. Kedinding Lor serta genangan akan terjadi kalau air laut sedang

pasang.

d. Daya Dukung Tanah

Kemampuan tanah adalah daya dukung tanah terhadap bangunan di atasnya. Beberapa

faktor yang berhubungan dengan kemampuan tanah adalah :

Tekstur tanah, yaitu keadaan bahan padat anorganik atau kasar halusnya tanah yang

ditemukan berdasarkan perbandingan fraksi-fraksi debu, pasir, dan air. Surabaya

termasuk daerah dengan tekstur tanah halus.

Kedalaman efektif tanah, yaitu tebalnya lapisan tanah dari permukaan sampai bahan

baku induk atau sampai suatu lapisan tanah dimana akar tanaman tidak dapat

menembusnya. Untuk wilayah perencanaan Surabaya kedalaman efektif tanah ± 90

cm.

Lereng adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan tanah dengan bidang horizontal.

Untuk wilayah perencanaan Surabaya mempunyai kemiringan (lereng) 0-2%.

Erosi adalah peristiwa pengikisan permukaan tanah oleh aliran permukaan, sehingga

mengakibatkan butiran-butiran tanah tergerus. Untuk wilayah perencanaan

Surabaya tidak terdapat erosi laut.

Drainase adalah keadaan menunjukkan lama dan seringnya tanah jenuh terhadap

kandungan air atau menunjukkan kecepatan meresapnya air dari permukaan tanah.

Page 5: Aspek Keterkaitan Lingkungan

Untuk wilayah perencanaan Surabaya merupakan daerah tergenang khususnya pada

kawasan tambak (bagian utara).

e. Klimatologi

Kondisi iklim di wilayah perencanaan Surabaya, antara lain temperature terendah di

Surabaya pada bulan September yaitu 19oC dan tertinggi pada bulan Januari yaitu

35,2oC. tekanan udara di Surabaya maksimum sebesar 1.013,6 mbs pada bulan Januari

dan minimum sebesar 1.007,3 mbs pada bulan Desember. Curah hujan tertinggi

mencapai 532 mm selama 15 hari hujan pada bulan Februari, sedang terendah adalah 5

mm selama 3 hari pada bulan September.

2.1.3. Tinjauan Nasional, Regional, dan Lokal

Gerbangkertosusila, adalah akronim dari Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya,

Sidoarjo, Lamongan. Kawasan ini dimaksudkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Jawa Timur sebagai kawasan perkembangan ekonomi dengan pusatnya di Surabaya.

Kawasan ini serupa dengan istilah Jabodetabek dengan pusat di Jakarta. Dengan

perkembangan yang sangat pesat, yang meliputi jumlah penduduk dan ekonomi, dari

wilayah urban megapolitan Gerbangkertosusila, maka kemungkinan adanya pengembangan

wilayah sendiri menjadi Daerah Khusus Metro Sutabaya, setingkat dengan propinsi terpisah

dari wilayah Propinsi Jawa Timur, yang dipimpin oleh seorang gubernur.

Pemisahan ini untuk mengurangi beban Jawa Timur sebagai propinsi paling besar

jumlah penduduknya. Dengan adanya Jembatan Suramadu yang menghubungkan Surabaya

dengan Bangkalan (Madura), maka makin jelas arah dari wilayah megapolitan

Gerbangkertosusila sebagai wilayah propinsi tersendiri.

Tinjauan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah kota yang mempunyai potensi sebagai pintu

gerbang ke kawasan-kawasan internasional dan mempunyai potensi untuk mendorong

daerah sekitarnya serta sebagai pusat jasa, pusat pengolahan, simpul transportasi yang

melayani beberapa propinsi dan nasional, dengan criteria penentuan: kota yang mempunyai

potensi sebagai pintu gerbang ke kawasan internasional dan mempunyai potensi untuk

mendorong daerah sekitarnya, pusat jasa-jasa pelayanan keuangan/bank yang cakupan

pelayanannya berskala nasional/beberapa propinsi, pusat pengolahan/pengumpul barang

secara nasional/beberapa propinsi, simpul transportasi secara nasional/beberapa propinsi,

jasa pemerintahan untuk Nasional/beberapa propinsi, jasa publik yang lain untuk

Nasional/beberapa propinsi.

Page 6: Aspek Keterkaitan Lingkungan

Kawasan Gerbang Kertosusilo merupakan kawasan yang berperan penting dalam

kegiatan ekonomi skala nasional maupun internasional di masa kini dan masa mendatang.

Kota Surabaya merupakan salah satu dari tujuh kabupaten/ kota yang disebut sebagai

Gerbang Kertosusilo. Area ini merupakan salah satu Kawasan Andalan sebagaimana

ditetapkan dalam PP 47/1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

Pada sekitar wilayah Kedung Cowek dan Tambak Wedi merupakan kawasan yang

direncanakan dengan ciri:

Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama

kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional.

Kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan prdagangan

jasa/kawasan komersial skala nasional atau melayani beberapa propinsi; dan/atau

kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai simpul utama transportasi skala nasional

atau melayani beberapa propinsi.

Kebijakan pengembangan kawasan lindung yang terdapat di UP. Tambak Wedi:

1. Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan pencegahan

dampak negatif kegiatan menusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup.

2. Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat

pengembangan kegiatan budidaya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara

keseimbangan ekosistem wilayah.

3. Sempadan pantai memiliki daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100

meter dari titik pasang surut air laut tertinggi ke arah darat atau daratan sepanjang

tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal dengan jarak

proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai.

4. Adanya zonasi untuk taman wisata alam dan taman wisata alam laut di kawasan

perencanaan, dimana dalam perencanaan UP. Tambak Wedi terdapat dalam zona 3

dengan kebijakan: pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa mengubah bentang

alam, pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan pariwisata.

5. Sedangkan pada infrastruktur kegiatan yang mendukung kebijakan nasional adalah

adanya akses jembatan Suramadu dan rencana pembangunan jalan lingkar timur luar

yang memiliki keterkaitan antar wilayah.

Tinjauan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah kota sebagai pusat jasa, pusat pengolahan dan

simpul transportasi yang melayani beberapa kabupaten, dengan kriteria penentuan: pusat

jasa pelayanan keuangan/bank yang melayani beberapa kabupaten, pusat

Page 7: Aspek Keterkaitan Lingkungan

pengolahan/pengumpul barang yang melayani kabupaten, simpul transportasi untuk

beberapa kabupaten, pusat pelayanan jasa pemerintahan untuk beberapa kabupaten, pusat

pelayanan jasa yang lain untuk beberapa kabupaten.

Kota Surabaya merupakan kota metropolitan yang terus berkembang dengan tingkat

konurbasi regional yang terus berkait dengan kota di sekitarnya. Sehubungan dengan

dibangunnya Jembatan Suramadu yang akan dihubungkan dengan jaringan jalan Tol

Nasional, maka pertumbuhan wilayah di Surabaya khususnya di kaki Suramadu diyakini akan

berkembang pesat sebagai akibat adanya multiplier effect dari pembangunan berbagai

sarana prasarana yang menyertai pembangunan Jembatan Suramadu.

Kota Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) meliputi Sampang, Tuban, Jombang, Kediri,

Tulungagung, Madiun, Pasuruan, Sedayu, Gempol, Malang, Probolinggo, Situbondo, dan

Banyuwangi.

Pembangunan Jembatan Suramadu dapat menjadi daya tarik wisata penduduk, baik

dari provinsi Jawa Timur maupun daerah-daerah dikawasan timur Indonesia untuk

menyaksikan dan berkunjung. Hal ini akan membawa dampak yang besar untuk kawasan

timur Indonesia. Agar potensi tersebut dapat memberi manfaat luas dan merata perlu

dilakukan penataan, pengkajian, dan perencanaan yang menjangkau masa depan, guna

meraih manfaat yang optimum.

Potensi yang terdapat pada area di sekitar Jembatan Suramadu baik dari sisi

Surabaya maupun di sisi Madura secara garis besar adalah:

Keberadaan kaki Jembatan Suramadu sebagai kawasan wisata dan pusat

aktivitas perekonomian dapat menjadi stimulan pertumbuhan ekonomi regional,

khususnya untuk Pulau Madura, yang saat ini pertumbuhan ekonominya cenderung

tertinggal.

Lingkup pelayanan obyek wisata dan fasilitas umum di kawasan kaki Jembatan

Suramadu tidak hanya untuk Kota Surabaya atau Kabupaten Bangkalan saja akan tetapi

pada skala regional maupun ligkup propinsi. Kondisi tersebut akan memberikan pluang

kepada masyarakat untuk mengembangkan potensi ekonominya.

Pada area kaki Jembatan Suramadu masih banyak terdapat ruang terbuka

yang dapat dimanfaatkan dengan pertimbangan keseimbangan ekologis (baik dalam

lingkup konservasi atau penataan lingkungan kota).

Tinjauan Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah kota sebagai pusat jasa, pusat pengolahan dan

simpul transportasi yang mempunyai pelayanan satu kabupaten atau beberapa kecamatan,

Page 8: Aspek Keterkaitan Lingkungan

dengan kriteria penentuan: pusat jasa keuangan/ bank yang melayani satu kabupaten atau

beberapa kecamatan, pusat pengolahan/pengumpul barang untuk beberapa kecamatan,

jasa pemerintahan untuk beberapa kecamatan, bersifat khusus dalam arti mendorong

perkembangan sektor strategis.

Kota Pusat Kegiatan Lokal (PKL) meliputi Priorejo, Porong, Krian, Krigen, Sedayu,

Tanggul Angin, Gedep, Manyar, Diwele, Kamal, Waru, Singosari, Batu, Bulu Lawang, Lawang,

Bangil, Leces, Pandaan, Lumajang, Jatiroto, Bojonegoro, Babat, Blitar, Trenggalek,

Bondowoso, Panarukan, Jember, Tamanan, Besuki, Puger, Ponorogo, Magetan, Ngawi,

Nanjuk, Pacitan, Muncar, Genteng, Blega, Ambuten, Glenmore, Pamekasan, Sumenep, Kali

Anget.

UP. Tambak Wedi merupakan kawasan yang terus berkembang dengan adanya

dukungan aksesibilitas yang mulai direalisasikan sebagai upaya pemerataan pembangunan.

Wilayah UP. Tambak Wedi terbagi atas 2 wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Bulak dan

Kecamatan Kenjeran.

Kecamata Bulak memiliki potensi dasar sebagai pengembangan pariwisata bahari

dan dengan didukung oleh pengembangan atraksi hiburan yang terletak di Kelurahan

Sukolilo. Terus berjalannya perkembangan Kota Surabaya hampir seluruh kawasan

permukiman telah berkembang menjadi permukiman yang relatif padat. Seiring dengan

perkembangan Kota Surabaya, eksistensi kawasan permukiman “nelayan” tidak lagi identik

dengan permukiman penduduk asli Surabaya. Bersamaan dengan perkembangan penduduk

pendatang banyak yang bermukim di kawasan permukiman informal di wilayah Kelurahan

Sukolilo dan Kelurahan Kenjeran.

Pengembangan yang sekarang sedang berjalan untuk wilayah UP.III, area untuk

wisata bahari diletakkan pada kaki suramadu sebelah kanan terus hingga mencapai wilayah

kenjeran.

Page 9: Aspek Keterkaitan Lingkungan

Gambar 2.2. Peta Pembagian Wilayah WisataSumber: RTRW Surabaya Tahun 2013

Gambar 2.3. Peta Rencana Penggunaan LahanSumber: RTRW Surabaya Tahun 2013

2.1.4 Pengelompokkan Pengembangan Kawasan Kaki Jembatan Suramadu Sisi Surabaya

Berdasarkan studi arahan dan RTBL KKJS, garis besar pengelompokkan

Pengembangan Kawasan Jembatan Suramadu sisi Surabaya adalah seperti dibawah ini :

1. Kawasan Niaga dan Jasa.

2. Kawasan Hunian

3. Kawasan Wisata dan Olahraga

4. Kawasan Ruang Terbuka

Kawasan di sekitar kaki Suramadu (fairground) yang merupakan kawasan potensial

didesain sebagai mixed use area. Didalamnya akan dikembangkan fasilitas yang akan ikut

mendukung percepatan pengembangan kawasan kaki suramadu pada khususnya dan

Surabaya Timur pada umumnya. Di antara yang direncanakan adalah ruang pameran,

shopping mall, concert hall, dan hiburan.

Pada area ini rencananya sebagai pusat CBD di Surabaya. Kelengkapan pendukung

berupa terminal, stasiun kereta, shelter angkutan umum, pompa bensin serta jalan

lingkungan akan melengkapi keseluruhan kawasan ini.

Rencana Jalan Tol Rencana Jalan Arteri Primer

Page 10: Aspek Keterkaitan Lingkungan

Gambar 2.4. Rencana Pembangunan KKJSSumber: RTRW Surabaya Tahun 2013

Penjelasan Keterangan:

SWP Gerbangkertasusila Plus diarahkan pengembangannya mempunyai fungsi

wilayah sebagai pengembangan kegiatan pertanian tanaman pangan, perkebunan,

hortikultura, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perdagangan, jasa,

pendidikan, kesehatan, pariwisata, transportasi, industri, dan sumberdaya energi dengan

fungsi pusat SWP sebagai pusat pelayanan wilayah, pemerintahan, perdagangan, jasa,

industri, pendidikan, kesehatan, transportasi, dan prasarana wisata.

1. Kawasan Perdagangan dan Jasa Bussines Centre (Twin Tower) (7Ha) Hotel (Twin Tower dan menengah) (3.6

Ha) Office dan Kantor Otorita (3.5 Ha) Area Grosir (Grocerry) (2.6 Ha) Convention Hall (4.3 a) Shoping Mall (3.7 Ha) Hypermarket (4.5 Ha) Fair Ground (15 Ha) City Walk (7.5 Ha) Trade Bloks (11.5 Ha) Sea Food Centre (1.3 Ha) Pertokoan (7.5Ha) Kawasan Industri Kecil (4.2 Ha)

2. Kawasan Fasilitas Umum Theme Park (6.3 Ha) Cottage (2.2 Ha) Amphiteater (Theater terbuka) (2.6 Ha) Museum Bahari (3.2 Ha) Dunia Laut (2.4 Ha) Driving Range (2.3 Ha) Sport Area (4.2 Ha) Pasar Seni (3.5 Ha)

3. Kawasan Ruang Terbuka Hijau Hutan Mangrove (9.6 Ha) Danau dan Boezem (8.5 Ha) Taman, Parkir, makam, dan Jalan (2.6 Ha) Terminal, Shelter, dan Stasiun KA (4.4 Ha) Clean Water Fasility (4.7 Ha)

4. Kawasan Perumahan Pemukiman nelayan (9 Ha) Relokasi rumah susun (16.9 Ha) Redevelopment permukiman nelayan

(12.5) Apartemen (5.3 Ha) Town House (2.8 Ha)

Page 11: Aspek Keterkaitan Lingkungan

Secara umum, hampir seluruh koridor yang menjadi sirkulasi utama baik Jalan Tol

maupun arteri primer didominasi oleh kegiatan dan atau jasa komersial. Percampuran

kegiatan tidak mencerminkan keterhubungan antar kegiatan fungsional yang ideal, sehingga

perlu pengendalian perkembangan kegiatan agar tidak menarik perkembangan koridor yang

berpotensi berdampak negatif terhadap pola perkembangan ruang di Kota Surabaya.

Intensitas persebaran koridor perdagangan dan jasa di Pengembangan Kawasan Kaki

Suramadu dapat dilihat pada gambar berikut ini.

2.1.5. Kawasan Pengembangan Kawasan Kaki Jembatan Suramadu

Pengembangan Kawasan Kaki Jembatan Suramadu (KKJS) memiliki potensi sebagai

generator pembangkit, namun apabila tidak dikendalikan maka diprediksi akan membawa

pengaruh perubahan terhadap pengembangan wilayah di kawasan Kawasan Kaki Jembatan

Suramadu dan sekitarnya baik pada sisi Surabaya maupun Bangkalan. Fenomena perubahan

tersebut dapat terlihat antara lain dengan menurunnya fungsi bangunan dan kualitas

lingkungan. Disinilah pentingnya suatu perencanaan melalui suatu konsep penataan

bangunan yang terpadu dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang terkait antara lain

pertimbangan ekologi, ekonomi, sosial budaya dan regional, supaya dapat menghasilkan

suatu wajah kawasan yang terkendali dan dapat menunjukkan jatidirinya

Kecamatan Kenjeran dan Bulak merupakan kecamatan di wilayah Surabaya Utara

yang termasuk dalam Kawasan Kaki Jembatan Suramadu (KKJS). Kecamatan Kenjeran

memiliki kepadatan penduduk yang relatif sangat tinggi dibandingkan dengan Kecamatan

Bulak (Lihat Tabel 1). Kecamatan Bulak memiliki banyak potensi sosial ekonomi, seperti THP

Kenjeran, Kenjeran Baru, Sentra Kerajinan, Sentra penjualan hasil laut, dan potensi wisata

lain yang belum dimanfaatkan dengan baik. Dalam konteks pengembangan wilayah, potensi

Gambar 2.5. Koridor Jalan di Sekitar KKJSSumber: RTRW 2013

Page 12: Aspek Keterkaitan Lingkungan

Gambar 2.6. Rencana Pembangunan di sekitar KKJSSumber: RTRW Surabaya Tahun 2013

sosial, ekonomi yang ada di Kecamatan Kenjeran dan Bulak harus dimanfaatkan sebagai

esensi pengembangan wilayah.

Tabel 3.1 Profil Kecamatan Kenjeran dan Bulak

No Uraian Kenjeran Bulak

1 Luas Wilayah (Km2) 7,72 5,62

2 Penduduk (jiwa) 122.612 15.377

3 Jumlah Kelurahan 4 5

4 Kepadatan Pendudukrata rata (Jiwa/Km)

15.882 2.745

Sumber: diolah dari Data Kecamatan Dalam Angka

Pola ruang UP. Tambak Wedi secara keseluruhan terdiri dari perumahan,

perdagangan dan jasa, kawasan militer, ruang terbuka hijau, fasilitas umum dan

perkantoran. Secara struktural pola ruang yang terbentuk di UP. Tambak Wedi membentuk

pola yang terdiri dari kawasan permukiman informal/permukiman “lama”, perdagangan jasa

komersial serta kawasan perkantoran dan permukiman militer miliki TNI AL. Namun nantinya

akan dilakukan pengembangan seperti pada gambar, adanya Kawasan Niaga dan Jasa,

Kawasan Hunian, Kawasan Wisata dan Olahraga, dan Kawasan Ruang Terbuka.

Kawasan Wisata

Obyek wisata di Kota Surabaya memiliki beberapa klasifikasi, antara lain wisata

hiburan, wisata konservasi, dan wisata bahari. Di bagian timur Kota Surabaya terdapat obyek

wisata Pantai Kenjeran memiliki luas 2,3 Ha yang dikelola oleh pemerintah Kota Surabaya,

Page 13: Aspek Keterkaitan Lingkungan

Gambar 2.7. Peta Rencana Kawasan Wisata bahari, konservasi, dan hiburanSumber: RTRW Surabaya Tahun 2013

terletak di kawasan pantai timur Kota Surabaya, tepatnya di Kelurahan Kenjeran, Kecamatan

Kenjeran wilayah Surabaya Utara.

Rencana pengembangan kawasan Wisata Bahari berada pada zona III yaitu perairan

laut yang berada di sekitar Jembatan Suramadu dan Pantai Kenjeran. Kawasan wisata

penelitian bahari untuk mendukung upaya pelestarian sumber daya hayati dan rehabilitasi

wilayah pesisir / laut diarahkan pada Zona Pengembangan IV yaitu di Kawasan Perairan laut

Pantai Timur Kota.

Optimalisasi Pantai Kenjeran serta ekowisata hutan mangrove di Surabaya timur.

Dengan adanya pengembangan terstruktur Pantai Kenjeran bisa jauh lebih bagus, atraktif

dan memikat dari apa yang terlihat saat ini. Peningkatan mutu dan kualitas sebagai objek

dan daya tarik wisata di satu sisi, serta integrasi dengan wisata hutan mangrove di kawasan

timur Surabaya, akan berdaya sinergis yang memajukan keduanya.

Rambu-Rambu Penataan Ruang Wilayah Kota Surabaya & Madura

Beroperasinya Jembatan Surabaya-Madura (Suramadu) membawa dampak bagi

struktur tata ruang pembangunan Jawa Timur. Kini Pulau Madura tidak lagi terpisah, namun

sudah menjadi bagian strategis pembangunan Surabaya Metropolitan. Oleh karena itu,

konsep pengembangan kota metropolitan Gerbangkertosusilo (Peraturan Pemerintah-No.26

Tahun 2008) yang menempatkan kota Bangkalan sebagai salah satu pusat kegiatannya, perlu

dikaji ulang dengan mempertimbangkan potensi kota-kota lain di Pulau Madura.

Page 14: Aspek Keterkaitan Lingkungan

Sementara itu, penataan Ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah yang

aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan (Undang-Undang No.26 Tahun 2007). Dalam

kerangka pengembangan Gerbangkertasusila, jembatan Suramadu berperan dalam

melancarkan arus barang dan jasa, memicu pertumbuhan ekonomi Surabaya dan Madura,

mengurangi kesenjangan ekonomi, dan mendekatkan interaksi budaya Jawa dengan Madura

(Djoko Kirmanto, 2009). Untuk menjamin tercapainya tujuan tersebut diperlukan rambu

rambu pembangunan yang dituangkan kedalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

Tabel 3.2. Rencana Fungsi Wilayah Suramadu & Pulau Madura

No Perkotaan/wilayah Rencana fungsi wilayah

SWP Gerbangkertosusila PlusKawasan Pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perdagangan, jasa, pendidikan,kesehatan, pariwisata, transportasi, industry

1Kota Surabaya

Pusat Pelayanan, perdagangan, jasa, industri, pemerintahan, pendidikan, kesehatan, transportasi, prasarana wisata

2 Bangkalan (Bagian SWPGerbangkertosusilo Plus)

Industri, pertanian, perikanan, peternakan, perdagangan, jasa, dan pariwisata, kesehatan

2.1.6. Analisis Utilitas Kawasan

Pengembangan dan pembangunan sistem utilitas kota dilakukan secara terpadu,

merata, dan terstruktur berdasarkan pada rencana pengembangan wilayah dan lokasi pusat

pertumbuhan yang ditekankan pada upaya peningkatan pelayanan, penambahan kapasitas

dan jangkauan pelayanan.

Pengembangan dan pembangunan sistem utilitas kota dilakukan secara terpadu

melalui koordinasi dan kerjasama antara Pemerintah Kota dan pihak-pihak lain yang terkait

dengan pengembangan dan sistem utilitas kota.

Pengembangan dan pembangunan jaringan air bersih dilakukan untuk mendukung

kegiatan pembangunan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat terutama pada

wilayah pengembangan dan pusat-pusat pertumbuhan baru.

Sumber : Bappeda Prop. Jatim 2008

Gambar 2.8. Arahan Rencana Fasilitas Umum Kawasan KKJSSumber: RTRW 2013 Surabaya

Page 15: Aspek Keterkaitan Lingkungan

Upaya mengatasi masalah banjir di Surabaya

Dinas Bina Marga dan Pematusan Kota sebenarnya telah melakukan upaya – upaya

untuk mengurangi banjir di Surabaya. Hal ini terlihat dalam penyusunan Surabaya Drainase

Master Plan (SDMP). SDMP menerapkan konsep pengoperasian rumah pompa dan sejumlah

boezem penampungan air buangan dari saluran pipa primer sebelum akhirnya air itu

dibuang ke laut.

Dari berbagai data, ditemukan ternyata SDMP juga belum dapat diterapkan secara

maksimal karena baru ada 33 pompa dari total 66 pompa menurut Dinas Bina Marga. Di

antaranya ditempatkan lima pompa berskala penyedot 1,5 m3 per detik dan dua pompa

pegas berskala 0,5 m3 per detik di boezem Morokrembangan. Juga penempatan dua pompa

1,5 m3 per detik diletakkan di boezem Wonorejo. Satu pompa 0,25 m3 per detik ditempatkan

di Kali Rungkut dan tiga pompa 2,5 m3 per detik ditempatkan di Kebun Agung. Selain itu,

Pemerintah Kota juga melakukan normalisasi sejumlah saluran primer, seperti Kalidami dan

Kalibokor. Saringan sampah (mechanical screen) bernilai miliaran rupiah juga diusulkan pada

SDMP.

Page 16: Aspek Keterkaitan Lingkungan

Soulusi pemecahan :

Menerapkan Perencanaan Tata Ruang Komprehensif yang Berbasis Ekologis untuk

Revitalisasi Surabaya yang memperhatikan Tata Air (Master Plan Drainase) yang

menyeluruh.

Menerapkan Integrated Water Resource Management (IWRM) dan Low Impact

Development (LID) pada Daerah Aliran Sungai yang mempengaruhi Surabaya yang akan

mendukung keberhasilan SDMP 2018.

Menerapkan sistem Polder di Kawasan Utara dan Timur Surabaya untuk mengurangi

dampak banjir dan mengefisienkan penanganan banjir

Pengolahan Limbah di Kawasan Surabaya Utara

Kawasan Kaki Jembatan Suramadu ini diharapkan dapat menjadi satu kawasan yang

menarik serta mempunyai nilai investasi yang tinggi. Hal ini dapat dicapai jika KKJS

mengelola limbah, sehingga meski di KKJS terjadi kegiatan yang beraneka rupa dengan

intensitas yang tinggi, lingkungan KKJS tetap terjaga.

Gambar 2.9. Pengelolaan limbah di kota SurabayaSumber : RTRW 2013 Surabaya

Pengolahan Limbah Cair

Page 17: Aspek Keterkaitan Lingkungan

Danau Buatan

Wetland

Hutan Bakau

Septic Tank

Air Buangan

Grey Water(Kamar Mandi dan

Dapur)

Dark Water(Water Closet)

Air Hujan

Gambar 2.10.. Bagan Alir Pengolahan Air Buangan pada KKJSSumber: Business Plan KKJS 2005

Limbah cair yang dihasilkan di KKJS berupa limbah domestic dari aktivitas manusia

seperti MCK (Mandi, Cuci, dan Kakus). Limbah ini akan diolah pada septic tank, wetland dan

danau. Sebagai tempat pengolahan limbah, wetland dapat dijadikan kawasan wisata. Di

bawah ini akan digambarkan tentang pengolahan air buangan agar tetap terjadi

keseimbangan alam seperti yang diharapkan semula.

Danau sebagai pengolahan lanjutan limbah cair juga berpotensi untuk dijadikan

kawasan wisata. Pengunjung tidak perlu khawatir dengan bau yang seringkali ditimbulkan

pada pengolahan limbah, karena pada pengolahan di wetland, baud an lalat tidak akan

timbul; hal ini disebabkan air limbah tidak dapat kontak langsung dengan udara dan

manusia. Air limbah yang diolah di wetland dialirkan di bawah permukaan tanah melalui

konstruksi pipa yang ditanam di permukaan tanah. Sehingga air yang mengalir di danau

sudah bersih dan dapat dimanfaatkan sebagai kawasan wisata.

Pengolahan Limbah Padat

Gambar 2.11. WetlandSumber: Business Plan KKJS 2005

Page 18: Aspek Keterkaitan Lingkungan

Waste Managemen Centre dapat berfungsi juga sebagai Learning Education Centre

(Pusat Pendidikan) khususnya untuk pengolahan sampah. Pada tempat ini pengunjung diajak

berkeliling sekaligus belajar cara memilah sampah kering sesuai dengan jenisnya. Sebagai

contoh sampah plastik yang selama ini dikenal sebagai sampah plastik saja ternyata dapat

dipilah menurut material pembentuknya seperti PE, HDPE, PVS, dsb. Pengunjung juga dapat

berkunjung di recycle centre yang mengolah sampah plastik menjadi benda-benda yang

diperlukan seperti kantong plastik belanja, tali raffia, ember dan jepit jemuran.

Sebagai pengolahan akhir pengolahan sampah padat adalah pembuatan batako dari

abu incinerator. Hasil akhir dari incinerator adalah abu. Abu tersebut dimanfaatkan sebagai

batako pada mini workshop.

Pengolahan Limbah Gas

Limbah gas yang dihasilkan dari incinerator tidak dibuang ke lingkungan tetapi

dimanfaatkan sebagai energi panas untuk penerang ruangan di Waste Management

Centre. Dengan demikian pengolahan limbah cair, padat, dan gas jika dilakukan dengan

benar bukan saja akan mendatangkan keuntungan, namun juga menjaga lingkungan

tetap bersih dan menambah pengetahuan bagi pengunjung yang datang. Terlebih dapat

menjadi percontohan pengelolaan limbah secara terpadu.

2.1.7. Sistem Transportasi

Gambar 2.13. Irrigated Cyclone Scrubber

Gambar 2.12. Incinerator

Page 19: Aspek Keterkaitan Lingkungan

Gambar 2.14. Rencana Pengembangan Jalan TolSumber: RTRW Surabaya 2013

Gambar 2.15. Peta Struktur Jaringan Jalan Skenario IISumber: RTRW Surabaya 2013

Page 20: Aspek Keterkaitan Lingkungan

Jaringan jalan di wilayah studi direncanakan sesuai dengan fungsi dari jaringan jalan

yang ada dan sebagai penunjang aksesbilitas perkembangan kota kedepannya. Fungsi yang

dimaksud adalah :

Sebagai jalur utama yaitu jalan tol dalam kawasan studi, ditunjukkan dengan warna

merah.

Jaringan jalan pengumpul dari jalan lokal yaitu jalan arteri primer, ditunjukkan dengan

warna ungu

Jaringan jalan lokal yaitu jalan arteri sekunder, yang merupakan jalan penghubung antar

bangunan pada masing-masing cluster ditunjukan dengan warna orange

Gambar 2.16. Node jalan yang direncanakan sebagai jalan lingkar

Pengembangan jaringan jalan tersebut nantinya dimaksudkan untuk memisahkan

arus pergerakkan kendaraan antara kendaraan yang menerus dengan kendaraan yang

melakukan pergerakan intra cluster dan/atau antar cluster yang berdekatan. Pemisahan ini

harus didukung dengan adanya pembatasan akses jalan arteri primer ke jalan tol. Jalan-jalan

arteri sekunder dihubungkan ke jalan tol melalui jalan arteri primer. Pada gambar jaringaan

jalan, ditunjukkan bahwa akses ke jalan tol dibatasi hanya dari jalan arteri utama. Jaringan

jalan yang ada di wilayah studi merupakan jalan dua arah. Hal ini dimaksudkan untuk

memperkecil travel time.

Page 21: Aspek Keterkaitan Lingkungan

Akses Jembatan Suramadu

Jangka pendek (kurun waktu 2003 – 2006)

Rekomendasi/Usulan

Penunjang Suramadu

melalui jalan tol Surabaya – Gempol dan Surabaya - Gresik berlanjut ke Jl.

Sisingamaraja - Jl. Danakarya - Jl. Sidotopo dan Jl. Kenjeran (kendala pada jalan

Sidotopo yaitu adanya bottle neck). Selain itu juga bisa melalui jalan arteri / Jl.

Gresik, melalui Jl. Tanjuk Perak Barat - berlanjut ke Jl.Sisingamangaraja - Jl.

Danakarya - Jl. Sidotopo dan Jl. Kenjeran.

Arteri Primer (Utara-Selatan)

melalui jalan lingkar tengah barat maupun timur (Middle Eastern Ring Road dan

Middle Western Ring Road). Jalan lingkar tengah timur diharapkan nyambung

dengan arteri primer dan ring road Sidoarjo, sedangkan Jalan lingkar tengah barat

akan nyambung dengan jalan arteri primer Mojokerto. Agar jalan tersebut saling

nyambunag maka di bawah jalan tol Waru – juanda dapat diberi jalan pendamping

untuk menyambungkan jalan arteri primer Mojokerto – arteri primer Sidoarjo dan

ring road Sidoarjo.

Gambar 2.17. Akses Jalan Menuju Jembatan Suramadu

Page 22: Aspek Keterkaitan Lingkungan

Jangka Menengah (kurun waktu 2006 – 2009)

Rekomendasi/Usulan

Penunjang Suramadu

melalui jalan MERR (jalan lingkar tengah timur) - berlanjut ke Jl. Kenjeran.

Arteri Primer (Utara-Selatan)

melalui jalan lingkar luar barat (Western Ring Road), bila jalan ini terealisai

diharapkan akan nyambung dengan jalan arteri primer Mojokerto - Surabaya.

Arteri Primer (Timur-Barat)

dari Jl. Benowo berlanjut ke Jl. Tandes - Jl. Banyu Urip - Jl. Pandegiling - Jl. Kertajaya

(berakhir di ITS).

Jangka panjang (kurun waktu 2009 – 2013)

Rekomendasi/Usulan

Penunjang Suramadu

melalui Lingkar Timur / Outer Ring Road.

Arteri Primer (Utara-Selatan)

melalui jalan lingkar luar timur (Estern Ring Road), bila terealisasi diharapkan akan

nyambung dengan jalan tol Waru – Juanda dan arteri primer Sidoarjo.

Arteri Primer (Timur-Barat)

dari Jl. Mayjend Sungkono - J l. HR. Mohammmad - Jl. Adityawarman - Jl. Panjang

Jiwo - Jl. Kedung Baruk dan Jl. Wonorejo Rungkut.

2.1.8. Penataan Permukiman Pesisir di Kaki Jembatan Suramadu

Di balik kebanggaan bangsa terhadap Jembatan Suramadu dan segala aspek

keuntungannya, ternyata masih menyisakan cerita pahit bagi permukiman nelayan di

sekitarnya, terutama di wilayah pinggiran Kota Surabaya. Kawasan pesisir pantai di sekitar

Jembatan Suramadu juga tak luput dari pembangunan kota metropolitan ini, seperti

permukiman mewah di sekitar Jembatan Suramadu, tepatnya di Kelurahan Tambak Wedi

Kecamatan Kenjeran yang akan dikembangkan menjadi Waterfront Central Bussines Distric

(Waterfront CBD). Masyarakat di sana rawan terhadap pergeseran (relokasi) akibat rencana

pengembangan Waterfront CBD tersebut.

Rencana perubahan peruntukan kawasan yang didisain dalam tata ruang kota

dilakukan untuk mendukung tumbuhnya industrialisasi dan perdagangan pasca

pembangunan Jembatan Suramadu. Namun, hal ini akan menyebabkan ruang hidup warga

Gambar 2.18. Rencana pembangunan kawasan modern di KKJS

Page 23: Aspek Keterkaitan Lingkungan

pesisir semakin menyempit dan mungkin akan mengalami pergeseran melalui

kebijakan relokasi. Selain itu, perubahan desain peruntukan kawasan yang lebih modern,

mengancam kaum nelayan kehilangan sumber penghidupan dari perairan laut. Akibatnya,

kemiskinan bagi mereka adalah Sebuah keniscayaan

Seperti kita ketahui, kawasan pesisir adalah lokasi strategis yang dimiliki oleh

masyarakat, sehingga berpotensi meningkatkan kualitas masyarakat dan lingkungannya jika

dikelola dengan baik. Pada sisi lain, pengembangan Kawasan Kaki Jembatan Suramadu (KKJS)

bisa jadi boomerang jika tidak mampu bersaing dengan lingkungan sekitarnya dan kemudian

tercipta kesenjangan.

Untuk meminimalisir konflik di tingkat komunitas maka pola penataan kawasan

Kelurahan Tambak Wedi Kecamatan Kenjeran, khususnya pada Kawasan Kaki Jembatan

Suramadu (KKJS) hendaknya melibatkan masyarakat sekitar. Dengan melibatkan masyarakat,

diharapkan akan timbul rasa memiliki (sense of belonging) untuk tetap memelihara

lingkungannya pasca penataan.

Page 24: Aspek Keterkaitan Lingkungan

Gambar 2.19. Kawasan Perumahan Nelayan di KKJS

Arahan Penataan Permukiman Tambak Wedi

Arahan penataan permukiman nelayan Tambak Wedi dibagi dalam dua aspek, fisik dan non

fisik. Variabel fisik sebagai arahan penataan permukiman nelayan, dapat digambarkan

sebagai berikut;

· Pertama, Lokasi geografis yang meliputi;

Aksesibilitas memadai keluar dan ke dalam permukiman; aksesibilitas nelayan terhadap

shoreline melalui jalur khusus; dan ketersediaan dermaga yang dekat dengan permukiman.

· Kedua, lingkungan alam yang meliputi;

Penetapan garis sempadan pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi; penetapan

daratan pantai dengan fungsi permukiman dan pengolahan selebar 400m – 2km dari GSP;

dan pemikiran terhadap isu pemanasan global dan antisipatif terhadap kenaikan muka air

laut.

· Ketiga, Lingkungan permukiman. Hal ini meliputi;

Orientasi dua arah bagi permukiman nelayan tangguh dan pengolah ikan, yaitu waterfront

dan inside-out tersusun dalam komposisi ruang yang berulang (continuity of space);

penggunaan central place dalam cluster sebagai ruang pengolahan dengan barier tertentu;

dan mempertahankan struktur ruang social yang telah tercipta sebelumnya dalam

permukiman eksisting.

· Keempat, prasarana dan sarana. Aspek ini meliputi;

Penyediaan air minum di permukiman dan ruang pengolahan; penyediaan jalan sebagai

sarana transportasi sekaligus pencegah perambatan kebakaran dan jalur evakuasi melalui

jarak yang sudah ditetapkan. Mempertahankan system IPAL yang ada dan mengembangkan

sistem UASP pada kawasan pesisir yaitu; pemberdayaan masyarakat dalam pengolahan

sampah organik dan penguatan sistem koperasi sebagai sarana ekonomi pendukung

kehidupan nelayan.

Page 25: Aspek Keterkaitan Lingkungan

Gambar 2.20. Pemukiman nelayan Tambak Wedi di Kaki Jembatan Suramadu

Rekomendasi penataan permukiman pesisir Tambak Wedi

Dalam Penanganan penataan permukiman pesisir di Kelurahan Tambak Wedi, Kecamatan

Kenjeran, Kota Surabaya, direkomendasi beberapa upaya sebagai berikut:

· Pertama, Memperhatikan fungsi dan kebutuhan kawasan.

Dalam pengembangan kawasan harus memperhatikan fungsi kawasan itu sendiri.

Permukiman pesisir Tambak Wedi memiliki aktivitas utama nelayan selain aktivitas lainnya.

Oleh karena itu pengembangan permukiman harus mendukung perkembangan aktivitas ini.

Pola nearby relocation yang akan diterapkan seharusnya tetap memberikan akses yang

memadai bagi aktivitas nelayan.

· Kedua, memperhatikan peran kawasan terhadap perkembangan kawasan Suramadu.

Jembatan Suramadu telah terbangun, selanjutnya akan dikembangkan Waterfront CBD yang

dapat mendongkrak aktivitas ekonomi Kota Surabaya dan regional Jawa Timur secara lebih

luas. Oleh karena itu, kawasan permukiman pesisir Tambak Wedi harus ditingkatkan

kualitasnya agar dapat berfungsi maksimal dan dapat mendukung kegiatan wisata

Suramadu. Ketersediaan dermaga kapal nelayan, tempat pelelangan ikan, pasar, dan layanan

lainnya perlu diperhatikan agar permukiman nelayan dapat berkembang.

· Ketiga, pengelolaan lahan.

Prinsip nearby relocation dan land sharing yang akan diterapkan di dalam penataan

permukiman pesisir yang akan dikembangkan sebagai kawasan waterfront CBD Suramadu,

Page 26: Aspek Keterkaitan Lingkungan

permukiman pesisir di Tambak Wedi terpaksa harus dipindahkan dengan syarat tetap

memiliki akses ke laut. Mengingat sebagian masyarakat berprofesi sebagai nelayan. Menurut

wawancara yang dilakukan terhadap sampel warga Tambak Wedi, diperoleh kesimpulan

bahwa pada dasarnya penduduk tidak keberatan dipindahkan selama masih dapat

menjalankan aktivitas seperti semula. Dalam proses relokasi yang dekat dengan lokasi awal,

masyarakat juga perlu diberikan kebebasan untuk menentukan komunitas mereka sendiri

yang didasarkan atas tatanan sosial, ikatan keluarga dan jenis pekerjaan. Land sharing

merupakan alternative penyelesaian pembagian lahan diantara masyarakat melalui

kesepakatan masing-masing pihak dengan diketahui oleh pihak yang berwenang atas

pencatatan lahan, yakni BPN (Badan Pertanahan Nasional)

Gambar 2.21. Peta udara penataan kawasan permukiman di kaki jembatan suramadu

· Keempat, pengelolaan Prasarana dan Sarana.

Arahan pembangunan prasarana dan sarana yang dilakukan di permukiman pesisir Tambak

Wedi, harus memperhatikan kebutuhan masyarakat setempat yang sebagian besar

penduduknya merupakan nelayan. Dalam proses pembangunan infrastruktur harus

melibatkan sepenuhnya masyarakat sebagai pengguna dan agar masyarakat mempunyai

rasa memiliki lingkungannya. Kondisi prasarana dan sarana harus didesain sedemikian rupa

sehingga dapat berfungsi dengan baik di lokasi yang dekat dengan laut. Prasarana yang mesti

disediakan dalam permukiman pesisir Tambak Wedi meliputi : jalan akses, akses menuju

Page 27: Aspek Keterkaitan Lingkungan

laut, saluran drainase, saluran limbah, pengelolaan sampah, air bersih, sarana pengolahan

dan pengeringan produk tangkapanlaut, pasar atau tempat pelelangan ikan, dan lain-lain.

Dalam pengelolaan prasarana dan sarana diperlukan dukungan pemerintah daerah dalam

hal ini Pemerintah Kota Surabaya dan juga masyarakat sendiri sebagai pengguna. Peran

kedua belah pihak ini diperlukan agar kondisi prasarana dan sarana yang sudah tersedia

dapat terpelihara secara maksimal.

· Kelima, pembiayaan perumahan.

Pemerintah Kota Surabaya juga mengenal lembaga keuangan yang dapat membiayai

pembangunan perumahan seperti bank pemerintah maupun swasta, koperasi, dan lain-lain.

Dalam kasus relokasi permukiman Tambak Wedi, masyarakat mempunyai hak atas lahan

yang saat ini mereka tempati, sehingga penggantian lahan di lokasi lain menjadi hal mutlak,

karena masyarakat memang menghendaki demikian. Pembiayaan terhadap penggantian

lahan dapat dilakukan oleh pemerintah kota, sedang pembangunan perumahan dapat

dilakukan oleh swasta sebagai kompensasi diijinkannya berinvestasi di kawasan tersebut.

· Keenam, kelembagaan dalam Pengembangan Perumahan.

Kelompok-kelompok masyarakat di Kelurahan Tambak Wedi perlu diberdayakan agar dapat

terlibat secara aktif dalam proses perencanaan pembangunan permukiman Tambak Wedi.

Untuk itu, perlu adanya arahan pendampingan agar mereka mampu merencanakan dan

memelihara lingkungan permukimannya dengan dukungan pemerintah kota. Kemitraan

dengan kelompok kelompok di luar Tambak Wedi perlu pula dijalin dan ditingkatkan, agar

terjadi saling tukar informasi dan perkembangan di daerah lainnya. Peran perguruan tinggi

ITS (Institut Teknologi Surabaya) dalam hal ini sangat diharapkan untuk menjembatani

antara masyarakat, dengan Pemerintah Kota Surabaya, Pengelola Kawasan Suramadu,

investor dan lembaga lainnya yang terkait. Pemerintah Kota Surabaya diharapkan dapat

menetapkan peraturan dan regulasi yang berpihak kepada masyarakat Tambak Wedi serta

mampu mengakomodasi kepentingan investasi bagi perkembangan perekonomian Kota

Surabaya. Diharapkan dengan arahan penataan permukiman pesisir di bawah kaki Jembatan

Suramadu, dapat memberikan manfaat bagi masyarakat pesisir di kaki untuk meningkatkan

kehidupan yang lebih baik pasca pembangunan Jembatan Suramadu.