Aspek K3 pada pekerja pencuci piring.docx
-
Upload
nugraharachmat91 -
Category
Documents
-
view
502 -
download
16
Transcript of Aspek K3 pada pekerja pencuci piring.docx
BAGIAN IKM DAN IKK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
ASPEK K3 PADA PEKERJA PENCUCI PIRING DI RUMAH MAKAN
Disusun Oleh:
Andini Febrianda
C11108151
Rachmat Nugraha
C11108161
Pembimbing:
dr. Sultan Buraena, MS.Sp.OK
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU
KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peralatan makan adalah peralatan yang digunakan untuk menyediakan,
menyajikan, dan menyantap makanan. Mencuci piring atau peralatan makan
merupakan proses membersihkan peralatan makan yang kotor melalui tahapan
proses pencucian, yang dimulai dari pemisahan sisa makanan, perendaman,
pencucian, desinfektan, sampai penirisan sehingga dapat mencegah kemungkinan
timbulnya sumber penularan penyakit.1
Pada umumnya, semua tempat kerja selalu terdapat sumber bahaya yang
dapat mengancam keselamatan maupun kesehatan tenaga kerja. Hampir tidak ada
tempat kerja yang sama sekali bebas dari sumber bahaya. Potensi bahaya di
tempat kerja dapat ditemukan dapat ditemukan mulai dari bahan baku, proses
kerja, produk dan limbah (cair, padat, dan gas) yang dihasilkan. Seperti pada
rumah makan yang memiliki potensi bahaya kebakaran, keracunan, dan
kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja pada pekerja di rumah makan dapat meliputi
luka karena teriris/terpotong, khususnya saat mencuci peralatan makan. Setelah
mengetahui dan memahami hal tersebut, maka diperlukan penanganan terhadap
semua potensi bahaya.2
Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat membantu dalam
menangani permasalahan tersebut. Oleh karena itu, keberadaan K3 berupaya
untuk menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja serta lingkungan hidup agar
terwujud nuansa kerja yang aman, sehat, dan selamat. Akan tetapi, semua itu tidak
terlepas dari keikutsertaan atau partisipasi baik seluruh pekerja maupun pihak
manajemen. Bagian K3 berfungsi sebagai staff penunjang yang berupaya untuk
mengurangi atau menurunkan tingkat risiko bahaya sampai derajat nol kecelakaan
bagi pekerja dan mencegah dampak negatif bagi lingkungan.2
Salah satu program penerapan K3 adalah inspeksi K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja), dimana program inspeksi ini bertujuan untuk mengidentifikasi
potensi bahaya secara dini dan berupaya untuk menurunkan tingkat risiko dan
bahaya bagi pekerja.2,3
2
b. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
Untuk mengetahui tentang aspek-aspek K3 pada pekerja pencuci piring
di restoran.
2. Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahui tentang faktor hazard yang dialami pekerja
pencuci piring.
b. Untuk mengetahui tentang alat kerja yang digunakan yang dapat
mengganggu kesehatan pekerja pencuci piring.
c. Untuk mengetahui tentang APD yang digunakan pada saat bekerja.
d. Untuk mengetahui adanya rambu-rambu kesehatan dan keselamatan
kerja di tempat kerja.
e. Untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan
sesuai peraturan (sebelum kerja, berkala, berkala khusus)
f. Untuk mengetahui tentang Peraturan pimpinan RS / perusahaan
tentang K3 di tempat kerja
g. Untuk mengetahui keluhan / penyakit yang dialami yang
berhubungan pada pekerjaan pencuci piring.
h. Untuk mengetahui Upaya K3 lainnya yang dijalankan misalnya
penyuluhan, pelatihan, pengukuran / pemantauan lingkungan tentang
hazard yang pernah dilakukan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
K3 merupakan singkatan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja. K3 meru-
pakan hal yang wajib diterapkan diseluruh lingkungan kerja, baik perkantoran,
rumah sakit, pabrik, sekolah-sekolah, perguruan tinggi, maupun militer. 3
Pengertian Kegiatan K3 adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan manusia baik jasmani maupun rohani serta karya dan
budayanya yang tertuju pada kesejahteraan manusia pada umumnya dan tenaga
kerja pada khususnya. 3
Secara Etimologis, K3 adalah Memberikan upaya perlindungan yang ditu-
jukan agar tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja selalu dalam keadaan sela-
mat dan sehat dan agar setiap sumber produksi perlu dipakai dan digunakan secara
aman dan efisien. 3
Secara Keilmuan, K3 adalah Suatu cabang ilmu pengetahuan dan penerapan
yang mempelajari tentang cara penanggulangan kecelakaan di tempat kerja
Secara filosofi, K3 adalah Suatu konsep berfikir dan upaya nyata untuk men-
jamin kelestarian tenaga kerja dan setiap insan pada umumnya beserta hasil karya
dan budaya dalam upaya mencapai adil, makmur dan sejahtera. 3
Adapun K3 yang harus diperhatikan pada pencuci piring di rumah makan,
diantaranya:
a. Hazard lingkungan kerja
Faktor kimia:
Sabun pencuci piring merupakan produk yang dipakai sehari-hari untuk
mencuci piring. Ternyata produk tersebut mengandung bahaya
tersembunyi bagi kesehatan. Salah satu zat yang berbahaya adalah
Phthalates. Zat ini biasanya ditemukan dalam produk-produk rumah
tangga yang berbau harum seperti pengharum ruangan, sabun cuci piring
atau tisu wangi. Produsen biasanya tidak mencantumkan tulisan
Phthalates pada kemasannya, tapi jika Anda melihat kata fragnance atau
perfume dalam daftar kandungan zat, besar kemungkinan produk tersebut
mengandung phthalates. Bahaya zat tersebut adalah mengganggu kinerja 4
kelenjar endokrin. Menurut temuan dari para peneliti dari Centers for
Disease Control and Prevention di Harvard School of Public Health, pria
dengan konsentrasi phthalates yang tinggi dalam darahnya, jumlah
sperma berkurang. Phthalates juga memicu migrain dan asthma.
Meskipun zat tersebut umumnya masuk ke tubuh lewat pernapasan, tapi
bisa juga merusak lewat kulit dan terserap kemudian masuk ke organ
dalam. Ditambah dengan perilaku pekerja pencuci piring yang sering kali
tidak menggunakan sarung tangan saat mencuci piring, hal ini menambah
berat kemungkinan bahaya dari faktor ini. Di dalam sabun pencuci piring
juga didapatkan formalin dengan kadar rendah. Bila pencuci piring tidak
mencuci piring dan peralatan makan dengan bersih, formalin akan
tertinggal di peralatan makan dan masuk ke dalam tubuh. Formalin
sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan telah dinyatakan bersifat
karsinogen atau pemicu terjadinya kanker. Formalin adalah zat reaktif
yang dapat menghentikan cara kerja enzim sehingga proses pencernaan
dalam tubuh akan kaku dan otomatis terganggu. Formalin yang terserap
tubuh dapat menyebabkan pusing dan mual, lalu iritasi, sedangkan dalam
jangka panjang dapat menyebabkan penyakit kanker dan rusaknya organ
dalam tubuh.
Faktor biologi:
Dari semua ruangan di dalam restoran atau warung, dapur merupakan
yang paling kotor selain kamar mandi. Khususnya tempat pencuci piring.
Dimana kuman dan bakteri sering bersarang di sisa makanan dan lap
pencuci piring. Bakteri yang paling sering ditemukan adalah E Coli,
Staphylococcu Aureus, dan Pseudomonas. Di dalam sabun pencuci piring
juga didapatkan formalin dengan kadar rendah. Formalin berfungi untuk
mencegah pertumbuhan bakteri yang dapat menyebabkan produk rusak.
Bila kita tidak mencuci piring dengan bersih maka formalin akan
tertinggal di peralatan makan dan masuk ke dalam tubuh. Formalin
sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan telah dinyatakan bersifat
karsiogen atau pemicu terjadinya kanker. Formalin adalah zat reaktif
yang dapat menghentikan cara kerja enzim sehingga proses pencernaan 5
dalam tubuh akan kaku dan otomatis terganggu. Formalin yang terserap
tubuh dapat menyebabkan pusing dan mual, lalu iritasi, sedangkan dalam
jangka panjang dapat menyebabkan penyakit kanker dan rusaknya organ
dalam tubuh. Tidak jarang, para pegawai pencuci piring tidak
menggunakan sarung tangan saat mencuci piring sehingga dapat terpapar
dengan faktor kimia secara berkesinambungan dalam jangka waktu yang
lama.
Faktor ergonomi
Posisi tubuh saat bekerja sangat berpengaruh pada pekerja pencuci
piring. Rata-rata pekerja pencuci piring bekerja dengan posisi berdiri atau
menjongkok. Apabila terlalu sering menjongkok dapat menyebabkan low
back pain atau nyeri punggung bawah. Low back pain adalah penyakit
neurologis sebagai salah satu wujud nyeri tulang belakang. Faktor
resikonya adalah mengangkat beban berulang, membungkuk, gerak
berlebihan, dan menggunakan alat dengan getaran. Postur statis misalnya
dengan jongkok terlalu lama saat mencuci piring merupakan faktor resiko
utama.
Faktor psikososial
Pengetahuan dan keterampilan perlu ditingkatkan bagi para pekerja
pencuci piring ini sehingga kejadian yang mengancam keselamatan kerja
dapat dihindari. Tentu saja mestinya mereka dapat belajar tentang
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ini berdasarkan pengalaman
selama ini. Akan tetapi selalu akan ada orang baru atau bahkan hanya
orang biasa saja yang terlibat dengan kegiatan dapar khususnya pekerja
pencuci piring.2
b. Alat kerja
Alat kerja yang paling sering digunakan adalah spons atau lap pencuci piring.
6
c. Alat pelindung diri
Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat
bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu
sendiri. Adapun bentuk dari alat tersebut adalah :
Sarung tangan
Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat mencuci piring dan
terhindar dari bakteri berbahaya
Celemek/Apron
Berfungsi sebagai alat pelindung tubuh pada saat mencuci piring dan
terhindar dari bakteri yang menempel pada pakaian
7
BAB III
METODOLOGI
3.1. BAHAN DAN CARA
3.1.1. Peralatan yang diperlukan
Peralatan yang diperlukan untuk melakukan walk through survey
(survey jalan sepintas) dalam rangka untuk survey kesehatan dan
kedokteran kerja di Rumah Makan Marem
a. Alat tulis menulis
Berfungsi sebagai media untuk pencatatan selama survey jalan
sepintas.
b. Kamera
Berfungsi sebagai alat untuk memotret keadaan-keadaan yang
terdapat pada pekerja pencuci piring.
c. Check list
Berfungsi sebagai alat untuk mendapatkan data primer mengenai
survey jalan sepintas yang dilakukan.
3.1.2. Cara Pemantauan
Kami merencanakan untuk memantau dan mengidentifikasi faktor
yang berhubungan dengan aspek K3 pada pekerja pencuci piring.
Pemantauan ini dilakukan dengan metode walk through survey dengan
menggunakan check list.
3.2. LOKASI
Lokasi survey kesehatan dan kedokteran kerja yang di jalankan adalah di
Rumah Makan Marem.
3.3. BIAYA
Biaya yang digunakanpada survey ini adalah swadaya.
8
3.4. JADWAL
Waktu pelaksanaan survey ini dilaksanakan pada pada hari Senin sampai
Sabtu tanggal 15 s/d 20 Juli 2012.
9
JADWAL KEGIATAN
NO Hari / Tanggal Kegiatan
1. Senin
15 Juli2013
Melapor ke bagian K3 RS Ibnu Sina
Pengarahan kegiatan
2. Selasa
16 Juli 2013
Pembuatan proposal
3. Rabu
17 Juli2013
Pembuatan proposal
4. Kamis
18 Juli 2013
Walk Through Survey
5. Jumat
19 Juli 2012
Pembuatan laporan Walk Through Survey
6. Sabtu
20 Juli 2012
Presentasi laporan Walk Through Survey
10
BAB IV
HASIL
4.1 SEJARAH SINGKAT DAN GAMBARAN UMUM LOKASI SURVEY
Survey ini dilakukan di Rumah Makan Marem yang terletak di Jalan
Faisal Raya dan Boulevard. Rumah makan ini berdiri sejak tahun 1999 dan
merupakan salah satu rumah makan yang cukup besar dilihat dari jumlah cabang
yang ada di Makassar dan jumlah karyawan yang bekerja. Survey sendiri
dilakukan pada tanggal 18 Juli 2013.
Rumah makan Marem sudah memiliki empat cabang di kota Makassar. Itu
merupakan kerja keras dan keseriusan Supardi Utomo untuk memberikan yang
terbaik kepada penikmat kuliner di Kota Makassar khususnya nasi pecel. Selain
nasi pecel, rumah makan ini juga menyediakan berbagai menu lain seperti nasi
campur special, nasi campur biasa, gado-gado, soto ayam, dan nasi rawon. Pada
tahun 2011 Rumah Makan Marem mendapat penghargaan sebagai Makassar Most
Favourite Award Culinary. Saat ini, Rumah Makan Marem cabang Faisal
mempekerjakan 10 orang. Jadwal kerja di rumah makan ini adalah senin sampai
sabtu dimulai 09.00-20.00.
11
4.2. TINJAUAN UMUM
Suasana yang ada di rumah makan cukup baik. Tampak sejuk karena
mendapat penerangan alami matahari. Kondisi ini dimungkinkan karena
konstruksi bagian depan rumah makan yang terbuka. Sementara untuk
pemeliharaan tempat dan alat kurang baik.
12
4.3. HAZARD LINGKUNGAN KERJA
Faktor Kebisingan
Faktor kebisingan yang muncul pada saat mencuci piring di rumah
makan umumnya berasal dari dentingan peralatan yang saling
bersentuhan ketika dicuci. Konstruksi ruangan tempat mencuci piring
yang tidak terlalu lapang menjadikan suara bising dari proses mencuci
piring menjadi polusi suara.
Faktor Kimia
Faktor kimia yang terdapat di tempat pencucian piring di rumah makan
kebanyakan berbentuk cair sabun pencuci piring. Sabun pencuci piring
kebanyakan mengandung bahan berbahaya walaupun dalam kadar yang
rendah, seperti phthalates dan formalin. Tidak jarang, para pegawai
pencuci piring tidak menggunakan sarung tangan saat mencuci piring
sehingga dapat terpapar dengan faktor kimia secara berkesinambungan
dalam jangka waktu yang lama.
Faktor Biologi
13
Berdasarkan wawancara singkat dengan salah seorang pekerja dapur,
piring atau peralatan makan yang kotor biasanya tidak langsung
dibersihkan dari sisa makanan. Piring atau peralatan makan yang masih
terdapat sisa makanan biasanya dikumpulkan beberapa saat hingga agak
banyak sebelum dicuci. Setelah piring dicuci, piring akan dikeringkan
menggunakan lap kering. Lap kering yang digunakan biasanya dicuci
sebulan sekali. Kedua hal tersebut akan dapat menjadi salah satu faktor
perpindahan kuman dan bakteri.
Faktor Ergonomi
Proses pencucian piring atau peralatan makan di rumah makan ini
dilakukan dalam posisi berjongkok dalam waktu yang lama hingga
proses pencucian piring selesai.
Faktor Psikososial
Jadwal kerja yang diterapkan di rumah makan ini sama dengan jadwal
kerja yang diterapkan di rumah makan lain pada umumnya. Para pegawai
bekerja selama seminggu dengan kesempatan off satu kali setiap
minggunya. Waktu kerja dibagi menjadi dua shift, yaitu shift siang dan
malam. Setiap shift kerja adalah 7 jam kerja. Hubungan para pekerja
terlihat cukup harmonis. Dan menurut pegawai pencuci piring, gaji yang
diperoleh sudah sesuai dengan UMR Sulawesi Selatan, yakni berjumlah
di atas Rp. 1.500.000
14
4.4. ALAT YANG DIGUNAKAN DALAM BEKERJA
Spons
Berfungsi sebagai alat yang membersihkan piring dan peralatan makan
lainnya dari kotoran atau sisa makanan.
Lap pencuci piring
Berfungsi untuk mengeringkan piring dan peralatan makan lainnya
setelah proses pencucian.
15
4.5. ALAT PELINDUNG DIRI
Pada rumah makan ini diamati juga mengenai penggunaan alat pelindung
diri (Alat Pelindung Diri/APD) untuk keselamatan dan kesehatan kerja.
Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat
bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja
itu sendiri dan orang di sekelilingnya. Pekerja pencuci piring pada rumah
makan ini tidak menggunakan APD dengan selayaknya. Dari hasil wawancara
dengan pekerja tersebut, sebenarnya pihak manajemen rumah makan sudah
menyiapkan sarung tangan dan apron khusus untuk mencuci piring, tetapi
pekerja merasa kurang nyaman menggunakan Alat Pelindung Diri tersebut
pada saat mereka bekerja.
Para pekerja hanya menggunakan baju seragam yang wajib digunakan
saat di rumah makan. Alat pelindung kaki, seperti sepatu, tidak digunakan
oleh pekerja pencuci piring di rumah makan tersebut, para pekerja hanya
menggunakan sendal biasa yang digunakan sehari-hari saat bekerja.
4.5. PEMERIKSAAN KESEHATAN & PERATURAN TENTANG
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting bagi
perusahaan, karena dampak kecelakaan dan penyakit kerja tidak hanya
merugikan tenaga kerja, tetapi juga perusahaan, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Pada rumah makan ini, dari hasil wawancara dengan pekerja
rumah makan, mereka mengatakan bahwa tidak terdapat peraturan tertentu
atau tertulis dari pihak rumah makan mengenai pemeriksaan kesehatan atau
mengenai peraturan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) bagi para pekerja
rumah makan tersebut. Saat bekerja, para pekerja hanya membersihkan
tangan mereka seadanya jika tangan mereka iritasi atau gatal-gatal terkena zat
kimia. Pekerja rumah makan hanya dianjurkan dari pihak rumah makan
mengenai kehati-hatian dalam menjalankan tugasnya.
16
Tidak ada upaya tertentu dari manajemen rumah makan untuk
menjalankan program K3, hanya saja dari pihak manajemen rumah makan
tetap menjamin para pekerja apabila terjadi kecelakaan yang berhubungan
dengan kerja maka pihak manajemen rumah makan akan mengantar ke
Rumah Sakit terdekat dan biaya akan ditanggung oleh pihak manajemen
rumah makan. Adapun untuk pemeriksaan kesehatan para pekerja secara
berkala tidak dilakukan. Juga tidak terdapat rambu-rambu dan penyuluhan
mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada rumah makan ini.
17
BAB V
PEMBAHASAN
Lingkungan kerja dari pekerja pencuci piring merupakan lingkungan kerja
yang dipenuhi zat kimia berbahaya yang terdapat di dalam sabun pencuci piring,
seperti phthalates dan formalin yang bisa mengganggu kesehatan dari para
pekerja pencuci piring. Selain itu, kesehatan dan keselamatan kerja juga menuntut
kondisi kerja yang dilengkapi alat-alat pengaman, penerangan yang baik,
penjagaan lantai yang bebas dari air dan sabun, serta memelihara fasilitas air yang
baik.
Bising dapat diartikan sebagai suara yang timbul dari getaran-getaran yang
tidak teratur dan periodik, kebisingan merupakan suara yang tidak dikehandaki.
Manusia masih mampu mendengar bunyi dengan frekwensi antara 16-20.000 Hz,
dan intensitas dengan nilai ambang batas (NAB) 85 dB (A) secara terus menerus.
Intensitas lebih dari 85 dB dapat menimbulkan gangguan dan batas ini
disebut critical level of intensity. Kebisingan merupakan masalah kesehatan kerja
yang dapat timbul di rumah makan. Dari hasil kunjungan yang dilakukan, sumber
kebisingan yang muncul pada rumah makan ini yaitu berasal dari dentingan
peralatan yang saling bersentuhan ketika dicuci. Konstruksi ruangan tempat
mencuci piring yang tidak terlalu lapang menjadikan suara bising dari proses
mencuci piring menjadi polusi suara.
Faktor kimia yang terdapat di tempat pencucian piring di rumah makan
kebanyakan berbentuk cair sabun pencuci piring. Sabun pencuci piring
kebanyakan mengandung bahan berbahaya walaupun dalam kadar yang rendah,
seperti phthalates dan formalin. Bahaya Phthalates adalah mengganggu kinerja
kelenjar endokrin, dimana salah satu akibatnya adalah jumlah sperma berkurang
pada pria. Phthalates juga memicu migrain dan asthma. Meskipun zat tersebut
umumnya masuk ke tubuh lewat pernapasan, tapi bisa juga merusak lewat kulit
dan terserap kemudian masuk ke organ dalam. Ditambah dengan perilaku pekerja
pencuci piring yang sering kali tidak menggunakan sarung tangan saat mencuci
piring, hal ini menambah berat kemungkinan bahaya dari faktor ini. Di dalam
sabun pencuci piring juga didapatkan formalin dengan kadar rendah. Bila pencuci 18
piring tidak mencuci piring dan peralatan makan dengan bersih, formalin akan
tertinggal di peralatan makan dan masuk ke dalam tubuh. Formalin sangat
berbahaya bagi kesehatan manusia dan telah dinyatakan bersifat karsinogen atau
pemicu terjadinya kanker. Formalin adalah zat reaktif yang dapat menghentikan
cara kerja enzim sehingga proses pencernaan dalam tubuh akan kaku dan otomatis
terganggu. Formalin yang terserap tubuh dapat menyebabkan pusing dan mual,
lalu iritasi, sedangkan dalam jangka panjang dapat menyebabkan penyakit kanker
dan rusaknya organ dalam tubuh.
Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran ergonomi,
karena ergonomi berkaitan dengan orang yang bekerja, selain dalam rangka
efektivitas dan efisiensi kerja. Ergonomi yaitu sebagai salah satu ilmu yang
berusaha untuk menyerasikan antara faktor manusia, faktor pekerjaan dan faktor
lingkungan. Dengan bekerja secara ergonomis maka diperoleh rasa nyaman dalam
bekerja, dihindari kelelahan, dihindari gerakan dan upaya yang tidak perlu serta
upaya melaksanakan pekerjaan menjadi sekecil-kecilnya dengan hasil yang
sebesar-besarnya. Proses pencucian piring atau peralatan makan di rumah makan
ini dilakukan dalam posisi berjongkok dalam waktu yang lama hingga proses
pencucian piring selesai. Hal ini bisa menyebabkan ketidaknyamanan pada saat
bekerja dan dapat menyebabkan penyakit pinggang kronik (low back pain) di
ekmudian hari.
Suasana kerja yang kondusif dan lingkungan yang nyaman bisa menjadi
faktor pendukung terhadap kesehatan psikologis pekerja. Pada kunjungan kami,
kami mendapati hubungan para pekerja terlihat cukup harmonis dan menurut
pekerja pencuci piring, gaji yang diperoleh sudah sesuai dengan UMR Sulawesi
Selatan.
Menurut hirarki upaya pengendalian diri (controling), alat pelindung diri
sesungguhnya merupakan hirarki terakhir dalam melindungi keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja dari potensi bahaya yang kemungkinan terjadi pada saat
melakukan pekerjaan, setelah pengendalian teknik dan administratif tidak
mungkin lagi diterapkan. Ada beberapa jenis alat pelindung diri yang mutlak
digunakan oleh tenaga kerja pada waktu melakukan pekerjaan dan saat
menghadapi potensi bahaya karena pekerjaanya, antara lain: Alat pelindung 19
tangan dan pakaian. Pada rumah makan ini, pekerja pencuci piring tidak
menggunakan satu pun dari alat perlindungan diri karena alasan kenyamanan. Hal
ini meningkatkan peluang terjadinya iritasi akibat bahan kimia pada tangan
pekerja.
Pada rumah makan ini setidaknya perlu dibuat mengenai suatu peraturan
mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) karena keselamatan kerja
adalah proses merencanakan dan mengendalikan situasi yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja melalui persiapan prosedur operasi standar yang
menjadi acuan dalam bekerja sehingga setiap tenaga kerja berhak mendapatkan
perlindungan keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan
dan meningkatkan produktivitas. Hal ini dilakukan karena adanya perbedaan
status sosial antara tenaga kerja dan pengusaha sebagai pemberi kerja dalam
melakukan hubungan kerja.
Hasil survey yang dilakukan memberikan kita pemahaman bahwa praktek-
praktek K3 masih jauh dari ideal. Hal tersebut dibuktikan dengan diketahuinya
akibat-akibat yang mungkin muncul dari tidak terlaksananya aspek-aspek K3,
tetapi tetap dibiarkan tanpa ada kesadaran kritis dari pekerja maupun pihak rumah
makan dalam mengejawantahkan aturan K3. Lebih jauh, alat-alat perlindungan
diri malah dianggap sebagai pengganggu dalam proses kerja.
20
BAB VI
KESIMPULAN
a. Ada beberapa faktor hazard pada rumah makan ini berupa :
Kebisingan yang ditimbulkan dentingan peralatan yang saling
bersentuhan ketika dicuci.
Faktor kimia yang terdapat di rumah makan kebanyakan berbentuk cair,
seperti sabun pencuci piring.
Faktor biologi yang terdapat di rumah makan terdapat pada sisa makanan
yang mengandung banyak kuman dan bakteri.
Faktor ergonomik, yaitu proses pencucian piring atau peralatan makan
yang dilakukan dalam posisi berjongkok.
b. Pada pekerjaan pencuci piring rumah makan ini dijumpai alat yang biasa di-
gunakan untuk mencuci piring berupa spons dan lap pencuci piring.
c. Tidak ada APD yang digunakan pada pekerja pencuci piring rumah makan ini
walaupun pihak manajemen telah menyediakan, berupa sarung tangan dan
apron.
d. Pada rumah makan ini, tidak ada rambu-rambu mengenai kesehatan dan kese-
lamatan kerja (K3).
e. Pada rumah makan ini, tidak pernah dilakukan pemeriksaan kesehatan pada
pekerja, baik pada proses penerimaan ataupun ketika para pekerja sudah bek-
erja di rumah makan tersebut.
f. Pada rumah makan ini tidak terdapat peraturan tertentu atau tertulis dari pihak
manajemen rumah makan mengenai peraturan kesehatan dan keselamatan
kerja (K3) bagi para pekerja rumah makan tersebut.
g. Pada rumah makan ini tidak ada keluhan/penyakit yang dialami pekerja
pencuci piring yang berkaitan dengan pekerjaan mereka di rumah makan.
h. Pada rumah makan ini tidak pernah dilakukan penyuluhan, pelatihan, pen-
gukuran/ pemantauan lingkungan.
21
BAB VII
LAMPIRAN CHECKLIST
NO ASPEK YANG DINILAIACCEPTABLE
KET. TAMBAHANYA TIDAKI HAZARD LINGKUNGAN KERJA A. Faktor kebisingan √ Sumbernya (Jenis) √ Jumlah pekerja √ Berlangsung pada saat √ B. Faktor pencahayaan √ Sumbernya (Jenis) √ matahari Jumlah pekerja √ 3 orang Berlangsung pada saat √ bekerja C. Faktor temperatur √ Sumbernya (Jenis) √ Jumlah pekerja √ Berlangsung pada saat √ D. Faktor tekanan √ Sumbernya (Jenis) √ Jumlah pekerja √ Berlangsung pada saat √ E. Faktor getaran √ Sumbernya (Jenis) √ Jumlah pekerja √ Berlangsung pada saat √ F. Faktor kimia √ Jenis bahan kimia √ cair
Nama bahan: √ phthalates dan
formalin Jumlah Pekerja √ 3 orang G.Faktor Biologi √ Sumber √ sisa makanan hygine perorangan √ H. Faktor ergonomi √ Posisi tubuh saat bekerja √ Cara bekerja √ Ketata rumahtanggaan (house keeping) √ I. Faktor Psikososial √ Jadwal kerja √ siang Hubungan interpersonal √ baik Beban Kerja √ banyak
22
Kemampuan √ kurang Gaji √ sesuai
II ALAT YANG DIGUNAKAN Jenis alat kerja: Alat tangan √ pons dan lap pencuci Kegunaan: Terus-menerus √ Alat kerja yang berhubungan dengan badan √ Alat kerja yang berhubungan dengan listrik √
Alat kerja yang berhubungan dengan cara kerja √
III ALAT PELINDUNG DIRI Jenis: 1. Celemek √ 2. Sarung tangan (gloves) √ Pemeliharaan APD √ Pemakaian selama bekerja √
IV PEMERIKSAAN KESEHATAN √ Bukti Pemeriksaan √ Pemeriksaan kesehatan: Awal.....Berkala....... √ Berkala khusus.... √ Hasil √ Peraturan perusahaan: √ V RAMBU-RAMBU TENTANG K3 √ DI TEMPAT KERJA Peraturan √ Berhubungan dengan pekerjaan √ Terdapat petugas K3 √ Rambu-rambu tentang penggunaan APD √
VI KELUHAN KESEHATAN ATAU SAKIT √ Izin kunjungan klinik / rs / balai pengobatan √ Surat cuti sakit √ Jenis keluhan/sakit yang paling sering √
VII UPAYA K3 LAINNYA √ Penyuluhan: √ Pelatihan: √ Pemantauan hazard/pengukuran √ Rambu-rambu bahaya √ Rambu-rambu evakuasi √
VIII LAIN-LAIN √
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Hestianingsih. Bahaya Tersembunyi di Balik Produk Pembersih Rumah.
http://detik.com/wolipop/read/2011/12/08/085829/1785791/858/bahaya-
tersembunyi-di-balik-produk-pembersih-rumah diaksek pada 15 Juli 2013
pukul 12.00
2. Rachmad G. Waspada terhadap Formalin dalam Cairan Pencuci Piring.
http://www.citizenjurnalism.com/hot-topics/health-lifestyles/waspadalah-
terhadap-formalin-dalam-cairan-pencuci-piring diakses pada 15 Juli pukul
12.00
3. Abem. K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).
http://abemustofa.blogspot.com/2011/04/k3-kesehatan-dan-keselamatan-
kerja.html diakses pada 15 Juli 2013 pukul 11.55
4. Hestianingsih. 5 Pemakaian Lap Dapur yang Bisa Sebarkan Kuman
Berbahaya.
http://detik.com/wolipop/read/2012/01/12/091833/1813279/858/5-
pemakaian-lap-dapur-yang-bisa-sebarkan-kuman-berbahaya diakses pada
tanggal 15 Juli pukul 12.00
5. Narulita D. Penyebab dan Faktor Resiko Nyeri Pinggang.
http://painkillerclinic.wordpress.com/2013/03/14/penyebab-dan-faktor-
resiko-nyeri-pinggang-low-back-pain diakses pada 15 Juli 2013 pukul
12.00
24