Asma Referat koas

23
BAB I PENDAHULUAN Asma secara klinis praktis adalah adanya gejala batuk dan / atau mengi yang berulang, terutama pada malam hari (nocturnal), dapat sembuh spontan atau dengan pengobatan (reversible) dan biasanya terdapat atopi pada pasien dan atau keluarganya.Yang dimaksud serangan asma adalah episode perburukan yang progresif akut dari gejala-gejala batuk, sesak nafas, mengi, rasa dada tertekan, atau berbagai kombinasi dari gejala-gejala tersebut. Penggolongan asma tergantung pada derajat penyakitnya (aspek kronik) dan derajat serangannya (aspek akut) (1). Pedoman Nasional Asma Anak juga menggunakan definisi yang praktis dalam bentuk definisi yang praktis dalam bentuk definisi operasional yaitu wheezing dan / atau batuk dengan karakteristik sebagai berikut : timbul secara episodik dan / kronik , cenderung pada malam hari ( nokturnal ), musiman, adanya faktor pencetus diantaranya aktifitas fisis, dan bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan, serta adanya riwayat asma atau atopi lain pada pasien / keluarganya, sedangkan sebab-sebab lain sudah disingkirkan (2) . Berdasar derajat penyakitnya, asma dibagi menjadi (1) asma episodik jarang, (2) asma episodik sering dan (3) asma persisten. 1

description

contoh referat asma

Transcript of Asma Referat koas

Page 1: Asma Referat koas

BAB I

PENDAHULUAN

Asma secara klinis praktis adalah adanya gejala batuk dan / atau mengi yang

berulang, terutama pada malam hari (nocturnal), dapat sembuh spontan atau dengan

pengobatan (reversible) dan biasanya terdapat atopi pada pasien dan atau

keluarganya.Yang dimaksud serangan asma adalah episode perburukan yang progresif

akut dari gejala-gejala batuk, sesak nafas, mengi, rasa dada tertekan, atau berbagai

kombinasi dari gejala-gejala tersebut. Penggolongan asma tergantung pada derajat

penyakitnya (aspek kronik) dan derajat serangannya (aspek akut)(1).

Pedoman Nasional Asma Anak juga menggunakan definisi yang praktis dalam

bentuk definisi yang praktis dalam bentuk definisi operasional yaitu wheezing dan / atau

batuk dengan karakteristik sebagai berikut : timbul secara episodik dan / kronik ,

cenderung pada malam hari ( nokturnal ), musiman, adanya faktor pencetus diantaranya

aktifitas fisis, dan bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan,

serta adanya riwayat asma atau atopi lain pada pasien / keluarganya, sedangkan sebab-

sebab lain sudah disingkirkan (2).

Berdasar derajat penyakitnya, asma dibagi menjadi (1) asma episodik jarang, (2)

asma episodik sering dan (3) asma persisten.

Parameter klinis, kebutuhan obat dan

faal paru

Asma episodik jarang Asma episodik sering Asma persisten

Frekuensi serangan < 1x/bulan > 1x/bulan Sering

Lama serangan < 1 minggu ≥ 1 mingguHampir sepanjang tahun, tidak ada remisi

Intensitas serangan Biasanya ringan Biasanya sedang Biasanya beratDi antara serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang dan malamTidur dan aktifitas Tidak terganggu Sering terganggu Sangat tergangguPemeriksaan fisis diluar serangan

Normal (tidak ditemukan kelainan)

Mungkin terganggu (ditemukan kelainan) Tidak pernah normal

Obat pengendali (anti inflamasi) Tidak perlu Perlu Perlu

Uji faal paru (di luar serangan) PEF/FEV1 > 80% PEF/FEV1 60-80%

PEF/FEV1 < 60%Variabilitas 20-30%

Variabilitas faal paru (bila ada serangan) Variabilitas > 15% Variabilitas > 30%

Variabilitas > 50%

 

1

Page 2: Asma Referat koas

Berdasarkan derajat serangannya, asma dikelompokkan menjadi (1) serangan

asma ringan, (2) sedang dan (3) berat.

Parameter klinis,Fungsi paru,laboratorium

Ringan Sedang Berat

Sesak timbul-pada saat (breathless)

Berjalan Bayi:menangis keras

Berbicara Bayi :-    Tangis pendek dan lemah-    Kesulitan makan/minum

Istirahat Bayi : Tidak mau makan/minum

Bicara Kalimat Penggal kalimat Kata-kata

Posisi Bisa berbaring Lebih suka dudukDuduk bertopang lengan

Kesadaran Mungkin iritable Biasanya iritable Biasanya iritableSianosis Tidak ada Tidak ada Ada Mengi (wheezing) Sedang, sering

hanya pada akhir ekspirasi

Nyaring, sepanjang ekspirasi, inspirasi

Sangat nyaring, terdengar tanpa stetoskop

Sesak nafas Minimal Sedang Berat

Obat Bantu nafas Biasanya tidak Biasanya ya YaRetraksi Dangkal, retraksi

interkostalSedang, ditambah retraksi suprasternal

Dalam, ditambah nafas cuping hidung

Laju nafas Meningkat Meningkat Meningkat Pedoman nilai baku laju nafas pada anak sadar :

Usia                       laju nafas normal< 2 bulan                       < 60 / menit2 – 12 bulan                   < 50 / menit1 – 5 tahun                     < 40 / menit6 – 8 tahun                     < 30 / menit

Laju nadi Normal Takikardi TakikardiPedoman nilai baku laju nadi pada anak sadar :

Usia                       laju nadi normal2 – 12 bulan                   < 160 / menit1 – 2 tahun                     < 120 / menit3 – 8 tahun                     < 110 / menit

Pulsus paradoksus (pemeriksaannya tidak praktis)

Tidak ada

< 10 mmHg

Ada

10-20 mmHg

Ada

> 20 mmHgPEFR atau FEV1 (% nilai dugaan/% nilai terbaik)-     pra bronkodilator-     pasca

bronkodilator

   > 60%                      40-60% 

   > 80%                      60-80% 

   < 40% < 60%Respon < 2 jam

SaO2 % > 95% 91-95% 90%PaO2 Normal biasanya

tidak perlu diperiksa

> 60 mmHg < 60 mmHg

PaCO2 < 45 mmHg < 45 mmHg > 45 mmHg

2

Page 3: Asma Referat koas

PATOFISIOLOGI

Proses patologi pada serangan asma termasuk adanya konstriksi bronkus, udema

mukosa dan infiltrasi dengan sel-sel inflamasi (eosinofil, netrofil, basofil, makrofag) dan

deskuamasi sel-sel epitel. Dilepaskannya berbagai mediator inflamasi seperti histamin,

lekotriene C4, D4 dan E4, P.A.F yang mengakibatkan adanya konstriksi bronkus, edema

mukosa dan penumpukan mukus yang kental dalam lumen saluran nafas. Sumbatan yang

terjadi tidak seragam/merata di seluruh paru. Atelektasis segmental atau subsegmental

dapat terjadi. Sumbatan jalan nafas menyebabkan peningkatan tahanan jalan nafas yang

tidak merata di seluruh jaringan bronkus, menyebabkan tidak padu padannya ventilasi

dengan perfusi (ventilation-perfusion mismatch). Hiperinflasi paru menyebabkan

penurunan compliance paru, sehingga terjadi peningkatan kerja nafas. Peningkatan

tekanan intrapulmonal yang diperlukan untuk ekspirasi melalui saluran nafas yang

menyempit, dapat makin mempersempit atau menyebabkan penutupan dini saluran nafas,

sehingga meningkatkan resiko terjadinya pneumotoraks. Peningkatan tekanan intratorakal

mungkin mempengaruhi arus balik vena dan mengurangi curah jantung yang

bermanisfestasi sebagai pulsus paradoksus.

Ventilasi perfusi yang tidak padu padan, hipoventilasi alveolar, dan peningkatan

kerja nafas menyebabkan perubahan dalam gas darah. Pada awal serangan, untuk

mengkompensasi hipoksia terjadi hiperventilasi sehingga kadar PaCO2 yang akan turun

dan dijumpai alkalosis respiratorik. Selanjutnya pada obstruksi jalan nafas yang berat,

akan terjadi kelelahan otot nafas dan hipoventilasi alveolar yang berakibat terjadinya

hiperkapnia dan asidosis respiratorik. Karena itu jika dijumpai kadar PaCO2 yang

cenderung naik walau nilainya masih dalam rentang normal, harus diwaspadai sebagai

tanda kelelahan dan ancaman gagal nafas. Selain itu dapat terjadi pula asidosis metabolik

akibat hipoksia jaringan dan produksi laktat oleh otot nafas. Hipoksia dan asidosis dapat

menyebabkan vasokontriksi pulmonal, namun jarang terjadi komplikasi cor pulmonale.

Hipoksia dan vasokontriksi dapat merusak sel alveoli sehingga produksi surfaktan

berkurang atau tidak ada, dan meningkatkan resiko terjadinya atelektasis.(1)

 

BAB II

3

Page 4: Asma Referat koas

TATA LAKSANA ASMA

A. Tujuan Tata laksana.

Tujuan tata laksana asma pada anak secara umum adalah untuk menjamin

tercapainya potensi tumbuh kembang anak secara optimal. Secara lebih rinci tujuan

yang ingin yang ingin dicapai adalah :

1. Pasien dapat menjalani aktivitas normalnya, termasuk bermain dan berolah raga.

2. Sesedikit mungkin mengurangi angka absensi sekolah.

3. Gejala tidak timbul siang ataupun malam hari.

4. Uji fungsi paru senormal mungkin, tidak ada variasi diurnal yang mencolok.

5. Kebutuhan obat seminimal munkin dan tidak ada serangan.

6. Efek samping obat dapat dicegah agar tidak atau sesedikit mungkin timbul,

terutama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak.

B. Tata laksana Medika Mentosa.

Obat asma dapat dibagi dalam 2 kelompok besar, yaitu :

1. Obat Pereda (Reliever).

Kelompok ini digunakan untuk meredakan serangan atau gejala asma jika

sedang timbul. Bila serangan sudah teratasi dan sudah tidak ada gejala lagi, maka

obat ini tidak digunakan lagi.

2. Obat Pengendali (Controller).

Obat pengendali sering disebut sebagai obat pencegah atau profilaksis.

Obat ini digunakan untuk mengatasi masalah dasar asma, yaitu inflamasi

Respiratorik Khronik. Dengan demikian, pemakain obat ini terus – menerus

dalam jangka waktu yang relatif lama, tergantung dari derajat penyakit asma dan

responnya terhadap pengobatan / penanggulangan. Obat – obat pengendali

diberikan pada Asma Episodik Sering dan Asma Persisten.

4

Page 5: Asma Referat koas

I. Tata Laksana Jangka Panjang.

Berdasarkan derajat penyakit asma pada anak, maka dapat dibagi :

A. Asma episodik jarang

Pada asma ini cukup diobati dengan obat pereda berupa bronkodilator B-

agonis hirupan kerja pendek (Short Acting β-2 Agonist,SABA).disamping itu

pemakaian obat hirupan (Metoxed Dose Inhaler atau Dry Powder Inhaler)

memerlukan teknik penggunaan yang benar (untuk anak besar) dan membutuhkan

alat bantu (untuk anak kecil / bayi).

Pedoman Nasional Asma Anak tidak menganjurkan obat controller pada

asma episode jarang.

B. Asma episodik sering

Jika penggunaan β-Agonis hirupan sudah lebih dari 3x / minggu ( tanpa

menghitung penggunaan pra aktivitas fisis), atau serangan sedang / berat terjadi

lebih dari sekali dalam sebulan, maka penggunaan anti inflamasi sebagai obat

pengendali sudah terindikasi. Tahap prtama obat pengendali adalah obat steroid

hirupan dosis rendah yang biasanya cukup efektif. Obat steroid hirupan yang

sudah sering digunakan pada anak adalah Budesonid, sehingga digunakan sebagai

standar.

1. Dosis rendah steroid hirupan adalah setara dengan 100 – 200 mikogram / hari

Budesonid ( 50 – 100 mikogram / hari Flutikason ) untuk anak berusia kurang

dari 12 tahun,

2. Dosis 200 – 400 mikrogram / hari Budesonid ( 100 – 200 mikrogram / hari

Flutikason ) untuk anak usia diatas 12 tahun.

Penilaian efek terapi dilakukan setelah 6 – 8 minggu yaitu waktu yang

diperlukan untuk mengendalikan inflamasinya. Setelah pengobatan selama 6- 8

minggu tidak ada respon, maka dosis steroid hirupan dinaikan sampai 400

mikrogram/hari yang termasuk dalam tatalaksana asma persisten. Sebaiknya jika

asma terkendali dalam 6-8 minggu, maka derajatnya beralih ke yang lebih ringan.

5

Page 6: Asma Referat koas

Asma persisten

Setelah pemberian sterod dosis rendah tidak memberikan respon terapi alternatif

pengganti yaitu meningkatkan steroid menjadi dosis medium ditambah dengan LABA

(Long Acting β-2 agonis) atau ditambahkan theopillin slow release ( TSR) atau

ditambah anti leukotiren reseptor ( ALTR ).

II. Terapi Inhalasi.

A. Metered Dose Inhaler (MDI) :

I. MDI tanpa Spacer :

Cara kerja :

Terlebih dahulu kanister dikocok agar obat tetap homogen, lalu tutup

kanister dibuka.

Inhaler dipegang tegak, kemudian pasien melakukan ekspirasi maksimal

secara perlahan.

Mulut kanister diletakkan diantara bibir, lalu bibir dirapatkan dan

dilakukan inspirsi perlahan sampai maksimal.

Pada pertengahan inspirasi kanister ditekan agar obat keluar.

Pasien menahan nafas 10 detik atau dengan menghitung 10 hitungan pada

inspirasi maksimal.

Setelah 30 – 60 detik, prosedur yang sama dapat diulang kembali.

Setelah proses selesai, jangan lupa berkumur dan airnya dibuang untuk

mencegah efek samping.

II. MDI dengan Spacer :

Spacer (alat penyambung) akan menambah jarak antara aktuator dengan mulut

sehingga kecepatan aerosol pada saat dihisap menjadi berkurang. Hal ini

mengurangi pengendapan di Orofaring. Spacer berupa tabung dengan panjang

sekitar 10 – 20 cm atau bentuk kerucut dengan volume 700 -1000 ml.

Pengendapan di orofaring akan berkurang yaitu sekitar 5 % dosis yang

diberikan bila digunakan spacer katup satu arah. Pada spacer tanpa katup satu

arah, pengendapan di orofaring sekitar 8 – 60 % dosis. Dengan penggunaan

6

Page 7: Asma Referat koas

spacer, deposisi pada paru akan meningkat menjadi 20 % dibanding tanpa

spacer.

B. Dry Powder Inhaler (DPI).

Penggunaan obat dry powder atau serbuk kering pada DPI memerlukan inspirasi

yang cukup kuat. Pada anak kecil hal ini sulit dilakukan, sehingga deposisi obat

pada saluran nafas berkurang. DPI dianjurkan diberikan pada anak diatas 5 tahun.

C. Nebulizer.

Alat nebulizer dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol

secara terus – menerus dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan

atau gelombang ultrasonik. Aerosol yang terbentuk dihirup penderita melalui

mouth piece (sungkup). Dengan nebulizer dihasilkan partikel aerosol yang

berukuran antara 2 – 5 mikron. Pada orang normal saat istirahat, pengendapan

aerosol dalam paru terjadi sebanyak 30 -60 % dari dosis yang diberikan.

Bronkodilator yang diberikan dengan nebilizer memberikan efek bronkodilatasi

yang bermakna tanpa menimbulkan efek samping.(2)

7

Page 8: Asma Referat koas

TATA LAKSANA SERANGAN ASMA PADA ANAK

( UK Respirologi)

Pasien di klinik atau Unit Gawat Darurat, penatalaksanaan awalnya :

Nebulisasi agonis beta 1 – 3 kali selang 20 menit.

Nebulisasi ke 3 ditambah antikolinergik.

Jika serangan berat, nebulisasi beta ditambah antikolinergik.

Nilai derajat serangan, jika :

1. Serangan ringan (nebulisasi 1 kali, respon baik) :

Observasi 1 jam.

Bila efek bertahan, boleh pulang.

Bila gejala timbul lagi, perlakukan sebagai serangan sedang.

Boleh pulang : - Bekali obat agonis beta (hirup / oral).

- Jika sudah ada obat pengendali,teruskan.

- Jika infeksi virus sebagai pencetus, dapat diberi steroid oral (3 -

5 hari).

- Reevaluasi setelah 24 – 48 jam.

2. Serangan sedang (nebulisasi 2 - 3 kali, respon parsial) :

Berikan oksigen.

Nilai kembali derajat serangan, bila sesuai dengan serangan sedang, observasi

di ruang rawat sehari.

Berikan steroid oral.

Pasang jalur parenteral.

Ruang rawat sehari / Observasi :

Teruskan oksigen.

Steroid oral dilanjutkan.

Nebulisasi tiap 2 jam.

Bila dalam 12 jam perbaikan klinis stabil, boleh pulang.

8

Page 9: Asma Referat koas

Bila dalam 12 jam klinis tetap belum membaik atau memburuk, alih rawat

ke ruang rawat inap.

3. Serangan berat (nebulisasi 3 kali, respon buruk) :

Sejak awal berikan oksigen saat/diluar nebulisasi.

Pasang jalur parenteral.

Steroid intravena.

Nilai ulang klinisnya, bila sesuai dengan serangan berat, rawat diruang rawat

inap.

Foto rontgen thoraks.

Ruang Rawat Inap :

Teruskan oksigen.

Atasi dehidrasi dan asidosis jika ada.

Steroid IV tiap 6 - 8 jam.

Nebulisasi tiap 1 - 2 jam.

Aminophillin IV awal, lanjutkan rumatan.

Jika membaik dalam 4 - 6 x nebulisasi, interval menjadi 4 - 6 jam.

Jika dalam 24 jam perbaikan klinis stabil, boleh pulang.

Jika dengan steroid dan aminophillin parenteral tidak membaik, bahkan

timbul ancaman henti nafas, alih rawat ke ruang rawat intensif.

Catatan:

1. Jika menurut penilaian serangan berat, nebulisasi cukup 1 kali, langsung dengan

agonis beta + antikolinergik.

2. Jika tidak ada alatnya, nebulisasi dapat diganmti dengan adrenalin subkutan 0,01 mg /

kg / kali, maksimal 0,3 ml / kali.

3. Untuk serangan sedang dan terutama berat, berikan oksigen 2 - 4 liter/menit sejak

awal, termasuk saat nebulisasi.

9

Page 10: Asma Referat koas

PENATALAKSANAAN ASMA AKUT DIRUMAH(3)

Lanjutkan penilaian

Respon tidak sempurnaPEFR > 50 % dan < 70 % garis dasar atauPEFR atau gejala memburuk.

10

Menilai keparahanMengukur PEFR, frekuensi pernafasan, kehabisan nafas, penggunaan otot – otot tambahan (accecoris), ketajaman perhatian,

Albuterol melalui nebullizer 0,15 mg/kg/dosis (maksimum 5 mg) atau dengan inhaler dosis – terukur dengan dosis 2 semprot setiap 20 menit sampai 1 jam jika diperlukan.

Respon baik :o Frekuensi pernafasan : normalo Kehabisan nafas : tidak adao Otot – otot tambahan : tidak ada

penggunaan, tidak ada retraksi intercostal.

o Waspada, tidak ada perubahan warna.o PEFR 70 – 90 % garis dasar.

Respon tidak sempurna :o Frekuensi pernafasan : normal atau

meningkato Kehabisan nafas : sedango Penggunaan otot – otot tambahan minimal,

retraksi ICS ringan sampai sedang.o Waspasa, tidak ada perubahan warna.o PEFR > 50 % dan < 70 % garis dasar.

Respon jelek :Frekuensi pernafasan : meningkat.Kehabisan nafas : berat.Otot – otot tambahan : retraksi berat dengan

pengembangan hidung.Kewaspadaan (ketajaman perhatian)

menurun.Perubahan warna.PEFR < 50 % garis dasar.

Hubungi pemberi perawatan kesehatan danLanjutkan Albuterol 0,15 mg/kg/dosis setiap 2 jam sebanyak 3 kali danMulai prednison oral 1 – 2 mg/kg/dosis.

Lanjutkan penilaian

o Lanjutkan Albuterol 0,15 mg/kg/dosis setiap 3 – 4 jam dan

o Lanjutkan obat – obatan rutin dano Hubungi dokter jika gejala berulang.

Pergi kebagian Gawat Darurat

o Respon baiko PEFR > 70 % - 90 % garis dasar dan

bertahan selama 4 jam.

Frekuensi Albuterol dikurangi sampai setiap 4 jam.

Lanjutkan penilaian

Hubungi dokter untuk pemantauan (follow up) intruksi.

Hubungi dokter atau pergi ke bagian gawat darurat.

Page 11: Asma Referat koas

Bagian Gawat Darurat atau Bagian Penanganan Asma di tempat Praktek(3)

11

Penilaian awal :FJ, FR, PEFR, auskultasi, penggunaan otot tambahan, pulsus paradoksus, dispnea, ketajaman perhatian, warna, saturasi O2.

Catatan : jika penderita tidak mampu menghasilkan PEFR atau kesadarannya menurun, beri epinefrin 0,01 mg/kg (maksimum 0,3 mg) dengan suntikan subkutan segera.

Ulangi penilaianFJ, FR, PEFR, auskultasi, penggunaan otot tambahan, pulsus paradoksus, dispnea, ketajaman perhatian, warna, saturasi O2.

Respon baik : PEFR > 70 % garis dasar. FJ menurun, FR menurun. Auskultasi : tidak ada mengi. Otot – otot tambahan : tidak digunakan. Dispnea : minimal sampai tidak ada. Pulsus paradoksus : < 10 mmHg. Saturasi O2 > 95 %.

Oksigen untuk mempertahankan saturasi O2 > 95 %. Nebulisasi albuterol dengan O2 6L/menit, 0,15 mg/kg/dosis (maksimum 5 mg/dosis) setiap 20 menit,

sampai 1 jam. Jika PEFR > 90 % sesudah dosis inisial, dosis tambahan tidak perlu. Mulai steroid jika tidak berespons sesudah satu pengobatan nebulisasi atau jika penderita tergantung

steroid.

Respon tidak sempurna : PEFR (>40%, < 70%) garis dasar. FJ naik, FR naik. Auskultasi : mengi ringan. Otot – otot tambahan : penggunaan sedang Dispnea : sedang. Pulsus paradoksus : ≥ 10 - 15 mmHg. Saturasi O2 < 95 % > 91 %.

Respon jelek : PEFR < 40 % garis dasar. FJ naik, FR naik. Auskultasi : gerakan udara berkurang. Otot–otot tambahan : penggunaan berat. Dispnea : berat. Pulsus paradoksus : ≥ 15 mmHg. Saturasi O2 < 91 %.

Kurangi hirupan Albuterol menjadi setiap 2 jam.

Tambahkan prednison oral : 1-2 mg/kg/dosis atau metilprednisolon intravena dan terskan hirupan Albuterol 0,15 mg/kg/dosis setiap 20 menit.

Rawat inap di rumah sakit

Obsevasi sekurang – kurangnya 1 jam. Nilai keparahannya pada 1 jam.

Stabil : PEFR > 70% garis

dasar. Saturasi O2 > 95% dan

parameter lain membaik

Tidak stabil: PEFR < 70 %

garis dasar dan parameter lain tidak membaik.

Respon baik : PEFR > 70 % garis

dasar. Saturasi O2 > 95 %

dan parameter lain membaik

Respon jelek : PEFR < 40 % garis

dasar Saturasi O2 < 91%

dan parameter lain tidak membaik

Pikirkan perawatan rumah sakit

Dipulangkan dengan edukasi penderita, obat-obatan (pikirkan kortikosteroid), dan rencana pementauan (follow up).

Respon tidak sempurna : PEFR 40 % - 70 % garis dasar. Saturasi O2 91% - 95% dan parameter lain membaik

Lanjutkan pengobatan ; pikirkan pengiriman ke rumah sakit, jika tidak ada perbaikan.

Page 12: Asma Referat koas

Penanganan Rumah Sakit Asma Akut(3)

ALUR DIAGNOSIS ASMA ANAK(2)

Nilai keparahanFJ, FR, PEFR, auskultasi, penggunaan otot-otot tambahan, pulsus paradoksus, dispnea, ketajaman, perhatian, warna, saturasi 02

Penerimaaan di rumah sakitPEFR < 40 % garis dasarFJ: naik; FR: naikPulsus paradoksus : 15 mmHgAuskultasi : mengi inspirasi dan ekspirasiOtot tambahan :penggunaan sedang sampai beratDispnea: sedang sampai beratSaturasi 02 91% sesudah penanganan yang agresif

12

Unit pemantauan Unit perawatan intensif(konsultasikan dengan spesialis)

Oksigen untuk mempertahankan saturasi O2 > 90%Nebulisasi albuterol 0,15mg/kg/dosis setiap 6 jamTeofilin oral setiap 12 jam (lihat teks) atau aminofilin IV ( lihat teks)

Oksigen untuk mempertahankan saturasi 02 > 95 %Tentukan nebulisasi albuterol 0,15mg/kg/dosis-maksimum 15mg/jamMetilprednisolon IV 1-2 mg/kg/dosis setiap 6 jam Aminifilin ( lihat teks)

Membaik PEFR > 70% garis dasar FJ dan FR : normal Auskultasi: minimal sampai

tidak ada mengi Otot-otot tambahan

pengggunaan sedang atau tidak ada

Dispnea: tidak ada Pulsus paradoksus: tidak ada

Tidak membaik PEFR < 30% garis dasar PCO2 > 40 mmHg dan

parameter lain memburuk

Nilai keparahanPC02 > 55 mmHg atau meningkat > 5-10 mmHg / jam, dispnea dan kelelahan bertambah disertai penggunaan otot tambahan, penurunan ketajaman perhatian, pulsus paradoksus > 30 mmHg, asidosis dan desaturasi

Lanjutkan obat-obatan Pikirkan penambahan ventilasi mekanis

Dipulangkan dengan edukasi penderita, obat-obatan dan rencana follow up

PEFR > 30 % garis dasar dan/atau PC02 < 40 mmHgSaturasi 02 90 %Auskultasi: mengi sedangOtot-otot tambahan:penggunaaan sedangDispnea: sedangPulsus paradoksus: 15 mmHg

PEFR <30% garis dasar dan/atau PC02 > 40 mmHgSaturasi O2 < 90 %Auskultasi: mengi berat, gerakan usara berkurangOtot-otot tambahan: penggunaaan beratDispnea: beratPulsus paradoksus > 15 mmHg

Page 13: Asma Referat koas

Batuk dan / wheezing

berhasil

Daftar Obat Asma yang ada di Indonesia(2)

Pertimbangan :Foto thoraks dan sinusUji faaal paruUji respon terhadap bronkodilator dan

steroid sistemik 5 hariUji provokasi bronkusUji keringatUji imunologisPemeriksaan motilitas siliaPemeriksaan refluks GE

Tidak jelas asma:Timbul masa neonatusGagal tumbuhInfeksi kronikMuntah/tersedakKelainaan fokal paruKelainan sistem kardiovaskuler

Tidak berhasil

13

Riwayat penyakitPemeriksaan Fisik

Uji tuberkulin

Patut diduga asma : Episodik dan / khronik. Nocturnal / morning dip. Musiman. Pajanan terhadap pencetus. Riwayat atopi pasien / keluarga.

Periksa peak flowmeter atau spirometer untuk menilai: Reversibilitas(≥ 15 %) Variabilitas (≥ 15 %)

Berikan bronkodilator

Diagnosis kerja:asma

Berikan obat anti asma: tidak berhasil nilai ulang diagnosis dan ketaatan berobat

Tidak mendukung diagnisis lain

Mendukung diagnosis lain

Diagnosis dan pengobatan penyakit lain

Pertimbangan asma diserati penyakit lain

Bukan asma

Page 14: Asma Referat koas

Fungsi Nama Generik Nama Dagang Sediaan Keterangan

14

Page 15: Asma Referat koas

Obat pereda(Reliever)

Golongan β Agonis (kerja pendek)Terbutalin Bricasma Syrup,tablet,

turbuhaler0,05 – 0,1

mg/kgBB/kaliSalbutamol Ventolin Syrup, tablet,

MDI0,05 – 0,1

mg/kgBB/kaliOrsiprenalin Alupent Syrup,tablet,

turbuhalerHeksoprenalin Tablet

Fenoterol Berotec MDIGolongan Santin

Teofilin Syrup,tablet

Obat pengendali(controller)

Golongan anti inflamasi non steroidKromoglikat MDI Tidak tersedia lagiNedokromil MDI Tidak tersedia lagi

Beklomethason Bechotide MDIGolongan β Agonis (kerja panjang)

Prokaterol Meptin Syrup, tablet, MDI*

Bambuterol Bambec TabletSalmeterol Serevent MDIKlenbuterol Spiropent Syrup, tablet

Golongan obat lepas lambat / lepas terkendaliTerbutalin KapsulSalbutamol Volmax Tablet

Teofilin Tablet salutGolongan anti leukotrin

ZafirlukasMontelukas

Accolate Tablet AdaBelum ada

Golongan kombinasi steroid LABABudesonid + Formoterol

Flutikason + Salmeterol

Symbicort*Seretide

TurbuhalerMDI

* LABA yang mempunyai awitan kerja cepat

Daftar Obat untuk Nebulisasi(2)

Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Nebulisasi

15

Page 16: Asma Referat koas

Golongan β AgonisFenoterol Berotec Solution 0,1 % 5 – 10 tetes

Salbutamol Ventolin Nebule 2,5 mg 1 NebuleTerbutalin Bricasma Respule 2,5 mg 1 Respule

Golongan antikolinergikIpratropium Bromide Atrovent Solution 0,025 % > 6 thn : 8 – 20 tetes

≤ 6 thn : 4 – 10 tetesGolongan Steroid

Budesonide Pulmicort Respules -Flutikason Flixotide Nebules -

Golongan β Agonis + AntikolinergikSalbutamol + Ipratoprium

Combivent UDV Unit Dose Vial ½ - 1 vial

Daftar Steroid Sistemik untuk Serangan Asma(2)

Nama Generik Nama Dagang Sediaan DosisMetilprednisolon Prednicort Tablet 4 mg, 8 mg 0,5 – 1 mg/kgBB/hari

tiap 6 jamPrednison Tablet 5 mg 0,5 – 1 mg/kgBB/hari

tiap 6 jamM. prednisolon suksinat

Inj.Prednicort Vial 125 mg, vial

500 mg30 mg dalam 30 menit

(dosis tinggi) tiap 6 jamHidrokortison suksinat Inj. Vial 100 mg 4 mg/kgBB/kali tiap 6

jamDexametason Inj. Etason Ampul 0,5 – 1 mg/kgBB bolus,

dilanjutkan 1 mg/kgBB/hari tiap 6 – 8

jamBetametason Inj. Ampul 0,05 – 0,1 mg/kgBB tiap

6 jam

Daftar Obat Antihistamin untuk Asma yang disertai Rhinitis Alergika(2)

Nama Generik Nama Dagang Sediaan DosisSetirizin Rydian Tablet 10 mg -Ketotifen Nortifen Tablet -

DAFTAR PUSTAKA

16

Page 17: Asma Referat koas

1. http/: www.pediatrik.com

2. Rahajoe.N,dkk. Pedoman Nasional Asma Akut. UKK Pulmonologi PP Ikatan

Dokter Anak Indonesia. Jakarta : 2004

3. Behrman,dkk. Ilmu Kesehatan Anak Nelson edisi 15. EGC. Jakarta : 2000.

17