Asma Bronkiale

31
Oleh : Luh Putu Swastiyani Purnami G0007013

description

preskes asma bronkiale farmasi

Transcript of Asma Bronkiale

  • Oleh :Luh Putu Swastiyani PurnamiG0007013

  • Kata asthma berasal dari bahasa Yunani yang berarti terengah-engah atau sukar bernafas

    Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan 100-150 juta penduduk dunia menderita asma, jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah sebesar 180.000 orang setiap tahun

    mengganggu proses tumbuh kembang anak dan kualitas hidup pasien

  • Di Indonesia prevalensi asma belum diketahui secara pasti, hasil penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner ISAAC (Internationla Study on Asthma and Allergy in Children) tahun 1995 prevalensi asma masih 2,1%,tahun 2003 meningkat menjadi 5,2%.

    Asma telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapat perhatian secara serius

  • Host FaktorGenetikObestiasSex/jenis kelaminLingkunganAlergenBahan-bahan di lingkungan kerjaInfeksiMerokokDietPolusi udara

  • Patofisiologi terjadinya asma sangat kompleks dan melibatkan beberapa hal penting di bawah ini : Inflamasi saluran nafasObstruksi aliran udara intermitenHiperesponsif bronkhial

  • 1. Anamnesis Ada beberapa hal yang harus ditanyakan dari pasien asma antara lain:

    Apakah ada batuk yang berulang terutama pada malam menjelang dini hari?Apakah pasien mengalami mengi atau dada terasa berat atau batuk setelah terpajan alergen atau polutan?Apakah pada waktu pasien mengalami selesma (commond cold) merasakan sesak di dada dan selesmanya menjadi berkepanjangan (10 hari atau lebih)?Apakah ada mengi atau rasa berat di dada atau batuk setelah melakukan aktifitas atau olah raga?Apakah gejala-gejala tersebut di atas berkurang/hilang setelah pemberian obat pelega (bronkodilator)?Apakah ada batuk, mengi, sesak di dada jika terjadi perubahan musim/cuaca atau suhu yang ekstrim (tiba-tiba)?Apakah ada penyakit alergi lainnya (rinitis, dermatitis atopi, konjunktivitis alergi)?Apakah dalam keluarga (kakek/nenek, orang tua, anak, saudara kandung, saudara sepupu) ada yang menderita asma atau alergi?

  • 2. Pemeriksaan FisikInspeksipasien terlihat gelisahsesak (napas cuping hidung, napas cepat, retraksi sela iga, retraksi epigastrium, retraksi suprasternal)sianosisPalpasibiasanya tidak ditemukan kelainanpada serangan berat dapat terjadi pulsus paradoksusPerkusibiasanya tidak ditemukan kelainanAuskultasiekspirasi memanjangmengisuara lendir

  • 3. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan fungsi/faal paru dengan alat spirometerPemeriksaan arus puncak ekspirasi dengan alat peak flow rate meter Uji reversibilitas (dengan bronkodilator)Uji provokasi bronkus, untuk menilai ada/tidaknya hipereaktivitas bronkus.Uji Alergi (Tes tusuk kulit /skin prick test) untuk menilai ada tidaknya alergi.Foto toraks, pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan penyakit selain asma.

  • Klasifikasi derajat asma berdasarkan gambaran klinis secara umum pada orang dewasa :

    Derajat asmaGejalaGejala malamFaal paruIntermittenBulananAPE80%Gejala1x/minggu tetapi2 kali sebulanVEP180% nilai prediksi APE80% nilai terbaik.Variabiliti APE 20-30%.Persisten sedang HarianAPE 60-80%Gejala setiap hari.Serangan mengganggu aktifitas dan tidur.Membutuhkan bronkodilator setiap hari.>2 kali sebulanVEP1 60-80% nilai prediksi APE 60-80% nilai terbaik.Variabiliti APE>30%.Persisten beratKontinyuAPE 60%Gejala terus menerusSering kambuhAktifiti fisik terbatasSeringVEP160% nilai prediksi APE60% nilai terbaikVariabiliti APE>30%

  • Klasifikasi asma menurut derajat serangan

    Parameter klinis, fungsi faal paru, laboratoriumRinganSedangBeratAncaman henti napasSesak (breathless)BerjalanBerbicaraIstirahatBayi :Menangis kerasBayi :-Tangis pendek dan lemah-Kesulitan menetek/makanBayi :Tidakmau makan/minumPosisiBisa berbaringLebih suka dudukDuduk bertopang lenganBicaraKalimatPenggal kalimatKata-kataKesadaranMungkin iritabelBiasanya iritabelBiasanya iritabelKebingunganSianosisTidak adaTidak adaAdaNyataWheezingSedang, sering hanya pada akhir ekspirasiNyaring, sepanjang ekspirasi inspirasiSangat nyaring, terdengar tanpa stetoskopSulit/tidak terdengarPenggunaan otot bantu respiratorikBiasanya tidakBiasanya yaYaGerakan paradok torako-abdominalRetraksiDangkal, retraksi interkostalSedang, ditambah retraksi suprasternalDalam, ditambah napas cuping hidungDangkal / hilangFrekuensi napasTakipnuTakipnuTakipnuBradipnu Pedoman nilai baku frekuensi napas pada anak sadar :Usia Frekuensi napas normal per menit< 2 bulan 20mmHg)Tidak ada, tanda kelelahan otot respiratorikPEFR atau FEV1(%nilai dugaan/%nilai terbaik)Pra bonkodilatorPasca bronkodilator>60%>80%40-60%60-80%

  • Keluhan utama : sesak napasRiwayat penyakit SekarangPasien (Nn. M, 20 th) datang ke IGD RSDM dengan keluhan utama sesak napas. Sesak napas dirasakan sejak 2 jam yang lalu saat pasien membersihkan rak bukunya. Sesak napas dirasakan seperti ditekan dadanya, sulit mengeluarkan napas, dan disertai suara ngik-ngik. Pasien mengakui sudah sering menderita sesak napas sejak umur 8 tahun. Sesak napas kadang disertai dengan dahak yang berwarna putih dan seringkali dirasakan memberat pada malam hari. Akhir-akhir ini pasien mengaku sesak napasnya sering kumat hingga sesak napas terjadi hampir setiap hari apalagi karena tugas-tugasnya yang banyak. Pasien mengobati sesak napasnya dengan membeli obat di warung karena merasa masih bisa diatasi. Pasien merasa sesak napasnya sudah tidak dapat ditahan lagi sekarang sehingga memutuskan untuk memeriksakan diri ke RS. Pasien mengaku bertambah sesak jika berbicara banyak dan tidak berkurang jika istirahat. Pasien mengaku lebih nyaman dalam posisi duduk daripada posisi tidur terlentang.

  • Riwayat penyakit DahuluRiwayat penyakit serupa: (+), sejak berumur 8 tahunRiwayat alergi: (+), alergi udara dingin dan debuRiwayat Keluarga: (+), nenek dan ibunyaRiwayat batuk lama: disangkal

  • Keadaan umum : CM, sakit sedang, tampak sesak napasNafas cuping hidung (+)Retraksi intercostal (+)Wheezing (+/+)

  • Pemeriksaan Laboratorium DarahHb= 12,5 g/dlAE= 4.490.000AL= 8.000Hct= 34,5%AT= 245.000GDS= 96Ureum= 35 mg/dlKreatinin= 0,7%Na= 142 mmol/LK= 5,0 mmol/LCl= 115 mmol/LRadiologi Rontgen thorak tidak ditemukan kelainan, dalam batas normal

  • Serangan akut dalam asma persisten sedang

  • Seretide MDI 2 x puff IIBerotec MDI 2 x puff II (jika sesak)

  • Ad vitam: ad bonamAd sanam: ad bonamAd fungsionam: ad bonam

  • Resep rawat jalanR/ Seretide MDI No. I 2 dd puff II R/ Berotec MDI No.I prn 2 dd puff IIPro: Nn. M ( 20 th)

  • Agonis 2-adrenergikZat-zat ini bekerja secara selektif terhadap reseptor 2 aderenergik (bronkospasmolisis) dan tidak terhadap 1 (stimulasi jantung).

    Mekanisme kerjanya adalah melalui stimulasi reseptor 2 yang banyak terdapat di trachea (batang tenggorok) dan bronchi, yang menyebabkan aktivasi dari adenilsiklase. Enzim ini memperkuat pengubahan adenosintrifosfat (ATP) yang kaya energi menjadi siklik adenosin monofosfat (cAMP) dengan pembebasan enersi yang digunakan untuk proses-proses dalam sel. Meningkatnya kadar cAMP di dalam sel menghasilkan beberapa efek melalui enzim fosfokinase, antara lain bronkodilatasi dan penghambatan pelepasan mediator oleh sel mast.

  • Berotec Merupakan larutan fenoterol HBr o.1 %. Fenoterol merupakan derivat terbutalin dengan khasiat 2 selektif. Secara oral mulai kerjanya sesudah 1-2 jam. Lama kerjanya 6 jam. Lebih sering menakibatkan takikardi. Efeknya lebih kuat dan bertahan lebih lama daripada salbutamol. Dosis 3 dd 2,5-5 mg (bromida), suppositoria malam hari 15 mg, inhalasi 1-2 semprot dari 200 mcg. Inhalasi tunggal 0,2- 1 mg 3x/hari interval minimal 3 jam.

  • Kortikosteroid

    blokade enzim fosfolipase A2, sehingga pembentukan mediator peradangan prostaglandin dan leukotriene dari asam arakidonat tidak terjadi.

    Kortikosteroid meningkatkan jumlah reseptor 2-adrenergik dan meningkatkan respon reseptor terhadap stimulasi 2-adrenergik, yang mengakibatkan penurunan fungsi mucus dan hipersekresi, mengurangi hiperresponsivitas bronkus, serta mencegah dan mengembalikan perbaikan jalur napas

  • Seretide Terdiri dari salmeterol sinapoat 25mcg, flutikason propionate 50 mcg tiap semprotan. Indikasi : untuk terapi rutin penyakit penyumbatan saluran napas reversible termasuk asma, dimana penggunaaan kombinasi (bronkodilator dan kortikosteroid inhalasi) mencukupi untuk terapi penyakit penyumbatan saluran napas kronik sedang- berat meliptui bronchitis dan emfisema. Dosis : dewasa dan anak > 12 tahun 2 x sehari 2 inhalasi.

  • Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan berbagai sel inflamasi.Asma terjadi akibat kepekaan (hiperreaktivitas) saluran napas terhadap berbagai rangsangan yang menimbulakn gejala episodic berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, dan batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari.Dalam penatalaksanaan asma dikenal dua macam obat yaitu obat pengontrol (controller) dan pelega (reliever).Jenis obat yang dipakai dalam penanganan asma adalah obat bronkodilator dan antiinflamasi.