ASKEP Waham

32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan yang memungkinkan untuk terjadinya perkembangan fisik, intelektual, dan emosional individu secara optimal, sejauh perkembangan tersebut sesuai dengan perkembangan optimal individu-individu yang lain. Sementara itu, gangguan jiwa adalah suatu keadaan dengan adanya gejala klinis yang bermakna, serupa sindrom perilaku dan pola psikologik, yang berkaitan dengan adanya distress (tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri), distabilitas (tidak memapu mengerjakan pekerjaan sehari-hari), atau meningkatkan risiko kematian, kesahatan dan distabilitas. Gangguan jiwa terdiri dari beberapa macam termasuk diantaranya adalah waham atau delusi. Waham atau delusi adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat, tidak sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang budaya, selalu dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah dibuktikan kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara umum.

description

Keperawatan Jiwa

Transcript of ASKEP Waham

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar belakangKesehatan jiwa merupakan suatu keadaan yang memungkinkan untuk terjadinya perkembangan fisik, intelektual, dan emosional individu secara optimal, sejauh perkembangan tersebut sesuai dengan perkembangan optimal individu-individu yang lain. Sementara itu, gangguan jiwa adalah suatu keadaan dengan adanya gejala klinis yang bermakna, serupa sindrom perilaku dan pola psikologik, yang berkaitan dengan adanya distress (tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri), distabilitas (tidak memapu mengerjakan pekerjaan sehari-hari), atau meningkatkan risiko kematian, kesahatan dan distabilitas. Gangguan jiwa terdiri dari beberapa macam termasuk diantaranya adalah waham atau delusi. Waham atau delusi adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat, tidak sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang budaya, selalu dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah dibuktikan kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara umum.

B. Rumusan Masalah1. Apakah pengertian waham?2. Apa saja jenis-jenis waham?3. Apa penyebab waham?4. Bagaimana tanda dan gejala waham?5. Bagaiamana proses terjadinya waham?6. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien waham (Pengkajian, Diagnosa, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi)?

C. Tujuan 1. Tujuan Umum Memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengajar mengenai Konsep dan Asuhan keperawatan pada pasien dengan Waham pada Keperawatan Jiwa. 2. Tujuan Khususa. Menjelaskan pengertian waham.b. Menyebutkan jenis-jenis waham.c. Menyebutkan penyebap waham.d. Menyebutkan tanda gejala waham.e. Mengetahui proses terjadinya waham.f. Mengidentifikasi asuhan keperawatan waham (Pengkajian, Diagnosa, Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi).

BAB IITINJAUAN TEORI

A. PengertianMenurut (DEPKES RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol (Direja, 2011).Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2011).Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal. (Stuart dan Sunden, 2008).Wahamadalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan yang tetap dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain.Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol.Wahamadalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan fakta dan keyakinan tersebut mungkin aneh (misal mata saya adalah komputer yang dapat mengontrol dunia) atau bisa pula tidak aneh hanya sangat tidak mungkin (misal FBI mengikuti saya)dan tetap dipertahankan bukti-bukti yang jelas untuk: mengoreksinya .Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk: waham yang spesifik sering ditemukan pada skizophrenia. Semakin akut psikosis semakin sering ditemui waham disorganisasi dan waham tidak sistematis.

Waham (Delusi)adalah keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan dengan realitas.Haber (1982) keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan tingkat intelektual dan latar belakang budayanya.Rawlin (1993)dan tidak dapat digoyahkan atau diubah dengan alasan yang logis(Cook and Fontain 1987) serta keyakinan tersebut diucapkan berulang-ulang.Waham curiga adalah keyakinan seseorang atau sekelompok orang berusaha merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan (Kelliat, 2009).Gangguan isi pikir adalah ketidakmampuan individu memproses stimulus internal dan eksternal secara akurat. Gangguannya adalah berupa waham yaitu keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan dengan realitas. Keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan tingkat intelektual dan latar belakang budayanya, serta tidak dapat diubah dengan alasan yang logis. Selain itu keyakinan tersebut diucapkan berulang kali (Kusumawati, 2010).Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan menilai dan berespons pada realitas. Klien tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan sehingga muncul perilaku yang sukar untuk: dimengerti dan menakutkan. Gangguan ini biasanya ditemukan pada pasien skizofrenia dan psikotik lain.Waham merupakan bagian dari gangguan orientasi realita pada isi pikir dan pasien skizofrenia menggunakan waham untuk: memenuhi kebutuhan psikologisnya yang tidak terpenuhi oleh kenyataan dalam hidupnya. Misalnya: Harga diri, rasa aman, hukuman yang terkait dengan perasaan bersalah atau perasaan takut mereka tidak dapat mengoreksi dengan alasan atau logika (Kusumawati, 2010).

B. Klasifikasi WahamWaham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut Direja (2011) yaitu :Jenis WahamPengertianPerilaku Klien

Waham kebesaranKeyakinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki kekuatan khusus atau kelebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.Saya ini pejabat di Kementrian Semarang! Saya punya perusahaan paling besar lho.

Waham agamaKeyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.Saya adalah tuhan yang bisa menguasai dan mengendalikan semua makhluk.

Waham curigaKeyakinan seseorang atau sekelompok orang yang mau merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapai tidak sesuai dengan kenyataan.Saya tahu mereka mau menghancurkan saya, karena iri dengan kesuksesan saya.

Waham somatikKeyakinan seseorang bahwa tubuh atau sebagian tubuhnya terserang penyakit, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.Saya menderita kanker. Padahal hasil pemeriksaan lab tidak ada sel kanker pada tubuhnya.

Waham nihlistikKeyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia, diucapkan berulang- ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Ini saya berada di alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh nya

C. EtiologiGangguan orientasi realitas menyebar dalam lima kategori utama fungsi otak Menurut Kusumawati, (2010) yaitu :1. Gangguan fungsi kognitif dan persepsi menyebabkan kemampuan menilai dan menilik terganggu.2. Gangguan fungsi emosi, motorik, dan sosial mengakibatkan kemampuan berespons terganggu, tampak dari perilaku nonverbal (ekspresi dan gerakan tubuh) dan perilaku verbal (penampilan hubungan sosial).3. Gangguan realitas umumnya ditemukan pada skizofrenia.4. Gejala primer skizofrenia (bluer) : 4a + 2a yaitu gangguan asosiasi, efek, ambivalen, autistik, serta gangguan atensi dan aktivitas.5. Gejala sekunder: halusinasi, waham, dan gangguan daya ingat.Menurut Kelliat (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya waham adalah: 1. Gagal melalui tahapan perkembangan dengan sehat.2. Disingkirkan oleh orang lain dan merasa kesepian.3. Hubungan yang tidak harmonis dengan orang lain.4. Perpisahan dengan orang yang dicintainya.5. Kegagalan yang sering dialami.6. Keturunan, paling sering pada kembar satu telur.7. Sering menggunakan penyelesaian masalah yang tidak sehat. Misalnya,menyalahkan orang lain.

D. Tanda dan Gejala Waham1. Kognitif a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyatab. Individu sangat percaya pada keyakinannyac. Sulit berfikir realitad. Tidak mampu mengambil keputusan2. Afektifa. Situasi tidak sesuai dengan kenyataanb. Afek tumpul3. Perilaku dan Hubungan Sosiala. Hipersensitifb. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkalc. Depresid. Ragu-rague. Mengancam secara verbalf. Aktifitas tidak tepatg. Streotifh. Impulsifi. Curiga4. Fisika. Higiene kurangb. Muka pucatc. Sering menguapd. BB menurun

E. Proses Terjadinya Waham1. Fase lack of human needWaham diawali dengan terbatasnya kebutuhan kebutuhan klien baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orangorang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi tetapi kesenjangan antara realita dengan self ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai seorang yang dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dan diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang (life span history).2. Fase lack of self esteemTidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal dan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system semuanya sangat rendah3. Fase control internal eksternalKlien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apaapa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dinyatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan, lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.4. Fase environment supportAdanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulangulang. Dari siniah mulai terjadilah kerusakan control diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong. 5. Fase comfortingKlien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan memercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).6. Fase improvingApabila tidak adanya konfrontasi dan upayaupaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhankebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.

F. Manifestasi KlinikPerilaku yang dapat ditemukan pada klien dengan Waham antara lain melakukan percobaan bunuh diri, melakukan tindakan, agresif, destruktif, gelisah, tidak biasa diam, tidak ada perhatian terhadap kebersihan diri, ada gangguan eliminasi, merasa cemas, takut. Kadang-kadang panik perasaan bahwa lingkungan sudah berubah pada klien depersonalisasi (Stuart,2007).G. Mekanisme KopingMenurut Direja (2011), Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman berhubungan dengan respon neurobioligi :1. Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas, hanya mempunyai sedikit energi yang tertinggal untuk aktivitas hidup sehari-hari.2. Projeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.3. Menarik diri

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM

A. Pengkajian1. Faktor Predisposisi a. BiologiWaham dari bagian dari manifestasi psikologi dimana abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurologis yang maladaptif yang baru mulai dipahami, ini termasuk hal-hal berikut :1) Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan keterlibatan otak yang luas dan dalam perkermbangan skizofrenia. Lesi pada area frontal, temporal dan limbik paling berhubungan dengan perilaku psikotik.2) Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. Hasil penelitian sangat menunjukkan hal-hal berikut ini :1) Dopamin neurotransmitter yang berlebihan.2) Ketidakseimbangan antara dopamin dan neurotransmitter lain.3) Masalah-masalah pada sistem respon dopamin.Penelitian pada keluarga yang melibatkan anak kembar dan anak yang diadopsi telah diupayakan untuk mengidentifikasikan penyebab genetik pada skizofrenia. Sudah ditemukan bahwa kembar identik yang dibesarkan secara terpisah mempunyai angka kejadian yang tinggi pada skizofrenia dari pada pasangan saudara kandung yang tidak identik penelitian genetik terakhir memfokuskan pada pemotongan gen dalam keluarga dimana terdapat angka kejadian skizofrenia yang tinggi.

b. PsikologiTeori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologik yang maladaptif belum didukung oleh penelitian. Sayangnya teori psikologik terdahulu menyalahkan keluarga sebagai penyebab gangguan ini sehingga menimbulkan kurangnya rasa percaya (keluarga terhadap tenaga kesehatan jiwa profesional).c. Sosial BudayaStress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia dan gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan.Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbulnya waham (Direja, 2011).

2. Faktor Presipitasia. BiologiStress biologi yang berhubungan dengan respon neurologik yang maladaptif termasuk:1) Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses informasi.2) Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan.b. Stres LingkunganStres biologi menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.c. Pemicu GejalaPemicu yang biasa terdapat pada respon neurobiologik yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan. Lingkungan, sikap dan perilaku individu (Direja, 2011).

B. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan data yang diperoleh ditetapkan diagnosa keperawatan yaitu:1. Gangguan proses pikir: WahamSedangkan masalah keperawatan yang juga perlu dikaji antara lain:a. Risiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkunganb. Kerusakan komunikasi verbalc. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah

C. Rencana Tindakan KeperawatanNODIAGNOSAPERENCANAAN

TUJUANKRITERIA EVALUASIINTERVENSI

1Gangguan proses pikir : wahamTujuan Umum :Klien dapat mengontrol wahamnyaTujuan Khusus :Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawatSetelah 3-5X interaksi dengan klien:a. Mau menerima kehadiran perawat disampingnya.b. Mengatakan mau menerima bantuan perawat.c. Tidak menunjukkan tanda-tanda curiga.d. Mengijinkan duduk disampingBina hubungan saling percaya dengan kliena. Beri salamb. Perkenalkan diri, Tanyakan nama, serta nama panggilan yang disukaic. Jelaskan tujuan interaksid. Yakinkan klien dalam keadaan aman dan perawat siap menolong dan mendampinginyae. Yakinkan bahwa kerahasiaan klien akan tetap terjagaf. Tunjukkan sikap terbuka dan jujurg. Perhatikan kebutuhan dasar dan bantu pasien memenuhinya

Tujuan Khusus : Klien dapat mengidentifikasi perasaan yang muncul secara berulang dalam pikiran klienSetelah 3-5X interaksi Klien :Klien menceritakan ide-ide dan perasaan yang muncul secara berulang dalam pikirannyaBantu klien untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannyaa. Diskusikan dengan klien pengalaman yang dialami selama ini termasuk hubungan dengan orang yang berarti, lingkungan kerja, sekolah, dsbb. Dengarkan pernyataan klien dengan empati tanpa mendukung atau menentang pernyataan wahamnyac. Katakan perawat dapat memahami apa yang diceritakan klien

Tujuan Khusus:Klien dapat mengidentifikasi stresor atau pencetus wahamnyaSetelah 3-5X interaksi klien :a. Dapat menyebutkan kejadian sesuai dengan urutan waktu serta harapan atau kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi seperti harga diri, rasa aman, dsb.b. Dapat menyebutkan hubungan antara kejadian traumatik kebutuhan tidak terpenuhi dengan wahamnyaBantu klien mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi serta kejadian yang menjadi faktor pencetus wahamnyaa. Diskusikan dengan klien tentang kejadian-kejadian traumatik yang menimbulkan rasa takut, ansietas maupun perasaan tidak dihargaib. Diskusikan kebutuhan atau harapan yang belum terpenuhic. Diskusikan cara-cara mengatasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kejadian traumatikd. Diskusikan dengan klien antara kejadian-kejadian tersebut dengan wahamnya

Tujuan Khusus: Klien dapat mengidentifikasi wahamnyaSetelah 3-5X interaksi klien : menyebutkan perbedaan pengalaman nyata dengan pengalaman wahamnyaBantu klien mengidentifikasi keyakinan yang salam tentan situasi yang nyata (bila klien sudah siap)a. Diskusikan dengan klien pengalaman wahamnya tanpa berargumentasib. Katakan kepada klien akan keraguan perawat tehadap pernyataan klienc. Diskusikan dengan klien respon perasaan terhadap wahamnyad. Diskusikan frekuensi, intensitas dan durasi terjadinya wahame. Bantu klien membedakan situasi nyata dengan situasi yang dipersepsikan salah oleh klien

Tujuan Khusus:Klien dapat mengidentifikasi konsekuensi dari wahamnyaSetelah 3-5 X interaksi klien : Dapat menjelaskan gangguan fungsi hidup sehari-hari yang diakibatkan ide-ide atau pikirannya yang tidak sesuai dengan kenyataan seperti :a. Hubungan dengan keluargab. Hubungan dengan orang lainc. Aktivitas sehari-harid. Pekerjaane. Sekolahf. Prestasi, dsb.Diskusikan tentang pengalaman-pengalaman yang tidak menguntungkan sebagai akibat dari wahamnya seperti :Hambatan dalam berinteraksi dengan keluarga, Hambatan dalam interaksi dengan orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-haria. Ajak klien melihat bahwa waham tersebut adalah masalah yang membutuhkan bantuan dari orang lain.b. Diskusikan dengan klien tentang orang atau tempat ia dapat meminta bantuan apabila wahamnya timbul atau sulit di kendalikan

Tujuan Khusus: Klien dapat melakukan teknik distraksi sebagai cara menghentikan pikiran yang terpusat pada wahamnya Setelah 3-5X interaksi klien : Dapat melakukan aktivitas yang konstruktif sesuai dengan minatnya yang dapat menglihkan fokus klien dari wahamnyaa. Diskusikan hobi atau aktivitas yang disukainya.b. Anjurkan klien memilih dan melakukan aktivitas yang membutuhkan perhatian dan keterampilan.c. Ikut sertakan klien dalam aktivitas fisik yang membutuhkan perhatian sebagai pengisi waktu luang.d. Libatkan klien pada topik-topik yang nyata.e. Anjurkan klien untuk bertanggung jawab secara personal dalam mempertahankan atau meningkatkan kesehatan dan pemulihannya.f. Beri penghargaan bagi setiap upaya klien yang positif.

Tujuan Khusus:

Klien mendapat dukungan keluargaSetelah 3-5 X interaksi klien :

Keluarga dapat menjelaskan tentang cara mempraktekkan cara merawat klien wahama. Diskusikan pentingnya peran keluarga sebagai pendukung untuk mengatasi waham.b. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi wahamc. Jelaskan pada keluarga tentang 1) Pengertian waham2) Tanda gejala waham3) Penyebab dan akibat waham4) Cara merawat klien wahamd. Latih keluarga cara merawat waham.e. Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatih.f. Beri pujian pada keluarga atas keterlibatannya merawat klien di rumah.

Tujuan Khusus :

Klien dapat memanfaatkan obat dengan baikSetelah 3-5 X interaksi dengan klien :Dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan baika. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat b. Pantau klien saat penggunaan obat, beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benarc. Diskusikan akibat klien berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokterd. Anjurakan klien untuk konsultasi kepada perawat atau dokter jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

D. STRATEGI PELAKSANAANSTRATEGI PELAKSANAAN (SP) PASIEN WAHAMSP 1 PASIEN1. Identifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi2. Bicarakan konteks realita3. Latih pasien untuk memenuhi kebutuhannya4. Masukkan ke dalam jadwal kegiatan pasienSP 2 PASIEN1. Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp 1)2. Identifikasi potensi/kemampuan yang dimiliki3. Pilih dan latih potensi/kemampuan yang dimiliki4. Masukkan ke dalam jadual kegiatan pasien

SP 3 PASIEN1. Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp1 & Sp2)2. Pilih kemampuan lain yang dapat dilakukan3. Pilih dan latih potensi kemampuan lain yang dimiliki4. Masukkan ke dalam jadual kegiatan pasien

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) KELUARGASP 1 KELUARGA1. Identifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien2. Jelaskan proses terjadinya waham3. Jelaskan tentang cara merawat pasien waham4. Latih (simulasi) cara merawat5. RTL keluarga/jadual untuk merawat pasienSP 2 KELUARGA1. Evaluasi kemampuan Sp 12. Latih keluarga cara merawat (langsung ke pasien)3. Susun RTL keluarga

SP 3 KELUARGA1. Evaluasi kemampuan keluarga2. Evaluasi kemampuan pasien3. RTL keluarga : follow up dan rujukan

E. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan yang dilakukan disesuaikan dengan rencana keperawatan dan strategi pelaksanaan yang telah disusun.

F. EvaluasiLakukan evaluasi setelah dilakukannya implementasi. Contoh lembar evaluasi sebagai berikut:PENILAIAN KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA DENGAN MASALAH WAHAMNAMA PASIEN :RUANGAN :NAMA PERAWAT :

NOKEMAMPUANTANGGAL

APasien

1Berkomunikasi sesuai dengan kemampuan

2Menyebutkan cara memenuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi

3Mempraktikkan cara memenuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi

4Menyebutkan kemampuan positif yang dimilik

5Mempraktikkan kemampuan positif yang dimiliki

6Menyebutkan jenis jadwal dan waktu minum obat

7Melakukan jadwal aktivitas dan minum obat sehari-hari

BKeluarga

1Menyebutkan pengertian waham dan proses terjadinya waham

2Menyebutkan cara merawat pasien waham

3Mempraktikkan cara merawat pasien waham

4Membuat jadwal aktivitas dan minum obat untuk klien

BAB IVPENUTUP

A. KesimpulanWaham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif, dan mekanisme ego spesifik, reaksi formasi dan penyangkalan. Klien dengan waham menggunakan mekanisme pertahanan reaksi formasi, penyangkalan dan proyeksi. Pada reaksi formasi, digunakan sebagai pertahanan melawan agresi, kebutuhan, ketergantungan dan perasaan cinta. Kebutuhan akan ketergantungan ditransformasikan mejadi kemandirian yang kokoh.Penyangkalan, digunakan untuk menghindari kesadaran akan kenyataanyang menyakitkan.Proyeksi digunakan untuk melindungi diri dari mengenal impuls yang tidak dapat di terima dari dirinya sendiri. Hypersensitifitas dan perasaan inferioritas telah dihipotesiskan telah menyebabkan reaksi formasi dan proyeksi waham dan suporioritas.Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran rahasia yang menggunakan fantasi sebagai cara untuk meningkatkan harga diri mereka yang terluka. (Kalpan dan Sadock 2007). Tindakan keperawatan jiwa yang diberikan antara lain BHSP, tidak mendukung atapun menyangkal Waham pasien, mempertahankan pasien untuk tetap pada realita, mengajarkan cara minum obat dan mempertahankan pengobatan, serta dapat juga diberikan tindakan keperawatan untuk keluarga.

B. Saran

Sebagai tenaga kesehatan jiwa, kita hendaknya memperhatikan setiap aspek yang mungkin dapat mempengaruhi Waham seseorang, seperti lingkungan, keluarga dan faktor-faktor lain yang mungkin mendukung waham yang dialami. Sehingga dengan mengidentifikasi setiap aspek yang mungkin berpengaruh, diharapakan tindakan keperawatan yang diberikan sesuai dan dapat menghasilkan hasil yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Budi, Anna Keliat. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGCDireja. 2011. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika AditamaKelliat. 2009. Buku Pintar Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba MedikaKusumawati, Farida. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba MedikaStuart dan Sunden. 2008. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGCStuart. 2007. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC