Askep Tumor Hipofisis

42
1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelenjar hipofisis medula kelenjar yang sangat penting bagi tubuh manusia, kelenjar ini mnegatur fungsi dari kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, ovarium dan testis, kontrol laktasi, kontraksi uterine sewaktu melahirkan dan tumbuh kembang yang linear, dan mengatur osmolalitas dan volume dari cairan intravascular dengan memelihara resorpsi cairan di ginjal. Kelenjar hipofisis terletak pada sella turcica, pada konvavitas berbentuk sadel dari tulang sphenoid. Superior dari kelenjar hipofisis terdapat diaphragma sella, yang merupakan perluasaan secara transversal dari duramater dimana tungkai hipofisis menembusnya. Diatas diaphragma ini terletak nervus optikus, chiasma dan traktus.Pada dinding lateral dari sella terdapat dinding medial dari sinus kavernosus yang berisi N III, IV, VI, V1,V2 dab A.karotis interna. Kelenjar hipofisis terdiri dari 2 lobus, lobus anterior dan lobus posterior, pada lobus anterior kelenjar ini terdapat 5 type sel yang memproduksi 6 hormon peptida. Sedangkan pada lobus posterior dilepaskan 2 macam hormon peptida. Sekresi hormon pada adenohipofisis diatur oleh hypothalamus dan oleh umpan

description

nursing

Transcript of Askep Tumor Hipofisis

Page 1: Askep Tumor Hipofisis

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelenjar hipofisis medula kelenjar yang sangat penting bagi tubuh

manusia, kelenjar ini mnegatur fungsi dari kelenjar tiroid, kelenjar adrenal,

ovarium dan testis, kontrol laktasi, kontraksi uterine sewaktu melahirkan dan

tumbuh kembang yang linear, dan mengatur osmolalitas dan volume dari cairan

intravascular dengan memelihara resorpsi cairan di ginjal.

Kelenjar hipofisis terletak pada sella turcica, pada konvavitas berbentuk

sadel dari tulang sphenoid. Superior dari kelenjar hipofisis terdapat diaphragma

sella, yang merupakan perluasaan secara transversal dari duramater dimana

tungkai hipofisis menembusnya. Diatas diaphragma ini terletak nervus optikus,

chiasma dan traktus.Pada dinding lateral dari sella terdapat dinding medial dari

sinus kavernosus yang berisi N III, IV, VI, V1,V2 dab A.karotis interna.

Kelenjar hipofisis terdiri dari 2 lobus, lobus anterior dan lobus posterior,

pada lobus anterior kelenjar ini terdapat 5 type sel yang memproduksi 6 hormon

peptida. Sedangkan pada lobus posterior dilepaskan 2 macam hormon peptida.

Sekresi hormon pada adenohipofisis diatur oleh hypothalamus dan oleh umpan

balik negatif dari target organ. Sedangkan pada nuerohipofisis vassopresin (ADH)

dan oxytocin diproduksi oleh hypothalamus lalu dibawa dan ditimbun untuk

akhirnya dilepaskan dri hipofisis. Berbagai faktor dari hypothalamus

mempengaruhi lebih dari satu type sel pada lobus anterior dan mempengaruhi

sekresi lebih dari satu macam hormone lobus anterior, miss TRH akan

merangsang produksi TSH juga merangsang pelepasan prolactin.

Tumor pada kelenjar ini akan memberikan gejala oleh karena adanya efek

masa atau gangguan produksi hormon pada penderitanya. Evaluasi endokrin

diperlukan untuk mengkonfirmasi ada atau tidak adanya suatu endokrinopathy

yang akan menolong menetapkan etiologinya.

Page 2: Askep Tumor Hipofisis

2

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah tumor hipofisis itu?

1.2.2 Bagaimana epidemiologi tumor hipofisis?

1.2.3 Bagaimana etiologi tumor hipofisis?

1.2.4 Bagaimana patofisiologi tumor hipofisis?

1.2.5 Bagaimana tanda dan gejala tumor hipofisis?

1.2.6 Bagaiamana komplikasi dan prognosis tumor hipofisis?

1.2.7 Bagaimana pengobatan tumor hipofisis?

1.2.8 Bagaimana pencegahan tumor hipofisis?

1.2.9 Pemeriksaan apakah yang diperlukan untuk penegakan diagnosis tumor

hipofisis?

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari tumor hipofisis;

1.3.2 Untuk mengetahui epidemiologi dari tumor hipofisis;

1.3.3 Untuk mengetahui etiologi dari tumor hipofisis;

1.3.4 Untuk mengetahui patofisiologi dari tumor hipofisis;

1.3.5 Untuk mengetahui tanda dan gejala dari tumor hipofisis;

1.3.6 Untuk mengetahui komplikasi dan prognosis dari tumor hipofisis;

1.3.7 Untuk mengetahui pengobatan dari tumor hipofisis;

1.3.8 Untuk mengetahui pencegahan dari tumor hipofisis;

1.3.9 Untuk mengetahui pemeriksaan yang diperlukan untuk penegakan

diagnosis dari tumor hipofisis.

Page 3: Askep Tumor Hipofisis

3

BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Hiperpituitary adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor

atau hiperplasi hipofisisme sehingga menyebabkan peningkatkan sekresi salah

satu hormon hipofisis atau lebih.

Hiperpituitary adalah suatu keadaan dimana terjadi sekresi yang

berlebihan satu atau lebih hormon-hormon yang disekresikan oleh kelenjar

pituitary (hipofisis) biasanya berupa hormon-hormon hipofisis anterior.

Tumor hipofisis berasal dari sel-sel kromofob, eosinofil atau basofil dari

hipofisis anterior. Tumor-tumor ini menimbulkan nyeri kepala, hemianopsis

bitemporalis (akibat penekanan pada kiasma optikum), dan tanda-tanda gangguan

sekresi hormon hipofisis anterior (Price dan Wilson, 2005).

2.2 Epidemiologi

Sekitar 10% dari seluruh tumor intrakranial merupakan tumor hipofisis,

terutama terdapat pada usia 20-50 tahun, dengan insiden yang seimbang pada laki-

laki dan wanita. Adenoma hipofisis terutama timbul pada lobus anterior hipofisis,

sedangkan pada lobus posterior (neurohipofisis) jarang terjadi. Tumor ini juga

biasanya bersifat jinak (Japardi,2012).

2.3 Etiologi

Penyebab tumor hipofisis masih belum diketahui secara pasti, namun

sebagian besar diperkirakan tumor hipofisis ini merupakan hasil dari perubahan

pada DNA dari satu sel, sehingga menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak

terkendali. Cacat genetik, sindroma neoplasia endokrin multipel tipe I juga dapat

dikaitkan dengan tumor hipofisis. Namun, hal tersebut hanya sebagian kecil dari

penyebab kasus-kasus tumor hipofisis. Selain itu, tumor hipofisis juga dapat

terjadi akibat dari hasil penyebaran (metastasis) dari kanker area organ tubuh yang

Page 4: Askep Tumor Hipofisis

4

lain. Kanker payudara pada wanita dan kanker paru-paru pada pria merupakan

kanker yang paling sering diperkirakan dapat menyebar pada kelenjar pituitari.

Kanker lainnya yang menyebar pada kelenjar pituitari adalah kanker ginjal,

kanker prostat, melanoma, dan kanker pencernaan.

Hiperpituitari juga dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau

hipotalamus, penyebabnya meliputi :

1.    Adenoma primer, merupakan salah satu jenis sel penghasil hormone,

biasanya sel penghasil GH, ACTH atau prolakter.

2.    Tidak ada umpan balik kelenjar sasaran, misalnya peningkatan kadar

TSH terjadi apabila sekresi HT dan kelenjar tiroid menurun atau tidak ada.

(Buku Saku Patofisiologis, Elisabeth, Endah P., 2000).

Disamping itu juga terdapat beberapa klasifikasi pada tumor hipofisis ini,

yaitu:

A. Klasifikasi berdasarkan gambaran patologi (mulai jarang digunakan)

1. Chromophobe, asalnya dianggap sebagai non fungsional, walaupun pada

kenyataannya memproduksi prolactin, GH atau TSH. Perbandingan insiden

antara chromophobe dengan acidophil 4-20:1. Tumor kromofob adalah tumor

non sekretoris yang menekan kelenjar hipofisis, kiasma optikum dan

hipotalamus. Gejala-gejala tumor otak ini adalah depresi fungsi seksual,

hipotiroidisme sekunder, dan hipofungsi adrenal (amenore, impotensi, rambut

rontok, kelemahan, hipotensi, metabolisme basal rendah, hipoglikemi, dan

gangguan elektrolit).

2. Acidophil (eosinophilic), memproduksi prolactin, TSH dan GH yang

menyebabkan acromegaly dan gigantisme. Adenoma eosinofil umumnya

berukuran lebih kecil dan tumbuh lebih lambat daripada tumor kromofob.

Gejalanya adalah akromegali pada orang dewasa (dan gigantisme pada anak-

anak), nyeri kepala, gangguan berkeringat, parestesia, nyeri otot dan hilangya

libido. Gangguan pada lapang pandang (hemianopsia bitemporalis) jarang

terjadi.

3. Basophil, memproduksi LH, FSH, beta lipoprotein dan terutama ACTH yang

Page 5: Askep Tumor Hipofisis

5

menyebabkan caushing’s disease. Adenoma basofilik pada umumnya

berukuran kecil. Tumor ini dihubungkan dengan gejala-gejala sindrom

cushing (obesitas, kelemahan otot, atrofi kulit, osteoporosis, pletora,

hipertensi, retensi garam dan air, hipertrikosis, dan diabetes mellitus).

B. Klasifikasi berdasarkan gambaran radiology

1. Grade 0: tumor tidak terlihat secara radiologi

2. Grade I dan II: adenoma yang terbatas dalam sella turcica

3. Grade III dan IV: adenoma yang menginvasi ke jaringan sekitarnya

Berdasarkan penyebaran tumor ke extrasellar maka dibagi lagi dalam

subklasifikasi berikut:

1. A,B,C yaitu penyebaran langsung ke suprasellar

2. D yaitu perluasan secara asimetrik ke sinus kavernosus

3. E yaitu perluasan secara asimetrik ke sinus intrakranial

C. Klasifikasi berdasarkan hormon yang diproduksinya, tumor pada kelenjar ini

dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Adenoma hipofisis non fungsional (tidak memproduksi hormon)

2. Tumor hipofisis fungsional yang terdiri dari:

a. adenoma yang bersekresi prolactin

b. adenoma yang bersekresi growth hormon (GH)

c. adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)

d. adenoma yang bersekresiadrenokortikotropik hormon (ACTH)

2.4 Tanda dan Gejala

Tanda gejala dari tumor hipofisis

1. Nyeri kepala

2. Karena perluasan tumor ke area supra sel, maka akan menekan chiasma

optikum, timbul gangguan lapang pandang bitemporal. Karena serabut

nasal inferior yang terletak pada aspek inferior dari chiasma optik

melayani lapang pandang bagian temporal superior (Wilbrand’s knee),

Page 6: Askep Tumor Hipofisis

6

maka yang pertama kali terkena adalah lapang pandang kuadran

bitemporal superior. Selanjutnya kedua pupil akan menjadi atrophi.

3. Jika tumor meluas ke sinus cavernosus maka akan timbul kelumpuhan N

III, IV, VI, V2, V1, berupa ptosis, nyeri wajah, diplopia. Oklusi dari sinue

akan menyebabkan proptosis, chemosis dan penyempitan dari arteria

karotis (oklusi komplit jarang)

4. Perubahan bentuk dan ukuran tubuh serta organ–organ dalam (seperti

tangan, kaki, jari – jari tangan, lidah, rahang, kardiomegali)

5. Impotensi

6. Visus berkurang

7. Nyeri kepala dan penurunan kesadaran

8. Perubahan siklus menstruasi (pada klien wanita), infertilitas

(ketidaksuburan)

9. Libido seksual menurun

10. Kelemahan otot, kelelahan dan letargi  (Hotman Rumahardo, 2000 : 39)

11. Tumor yang besar dan mengenai hipotalamus akan menyebabkan adanya

perubahan yang dapat mengganggu kenyamanan klien, misalnya : suhu

tubuh, nafsu makan dan tidur, serta seringkali kondisi status mentalnya

kurang baik, yaitu tampak mudah emosi.

12. Gangguan penglihatan sampai kebutaan total

Tumor yang tumbuh perlahan akan menyebabkan gangguan fungsi hipofisis

yang progressif dalam beberapa bulan atau beberapa tahun berupa:

a. Hypotiroidism, tidak tahan dingin, myxedema, rambut yang kasar

b. Hypoadrenalism, hipotensi ortostatik, cepat lelah

c. Hypogonadism, amenorrhea (wanita), kehilangan libido dan kesuburan

d. Diabetes insipidus, sangat jarang.

Walaupun gangguan lapang pandang bitemporal dan hypopituitarisme yang

berjalan progresif merupakan gejala klinik yang khas pada tumor ini, kadang-

kadang adenoma hipofisis yang besar memberikan gejala yang akut akibat adanya

perdarahan atau Infark. Tumor intrakranial yang paling sering menimbulkan

perdarahan adalah adenoma hipofisis. Adanya perdarahan yang besar ke dalam

Page 7: Askep Tumor Hipofisis

7

tumor hipofisis akan menyebabkan gejala nyeri kepala yang tiba-tiba, penurunan

kesadaran, gangguan penglihatan dan insufisiensi adrenal yang akut. Pasien yang

menderita abcess pada hipofisis akan memberi gejala yang sama disertai demam.

Menurut Wilson sekitar 3% makroedenoma menunjukkan Pituitary apoplexi.

2.5 Patofisiologi

Penyebab tumor hipofisis tidak diketahui. Sebagian besar diduga tumor

hipofisis hasil dari perubahan pada DNA dari satu sel, menyebabkan pertumbuhan

sel yang tidak terkendali. Cacat genetik, sindroma neoplasia endokrin multipel

tipe I dikaitkan dengan tumor hipofisis. Namun, account cacat ini hanya sebagian

kecil dari kasus-kasus tumor hipofisis. Selain itu, tumor hipofisis didapat dari

hasil penyebaran (metastasis) dari kanker situs lain. Kanker payudara pada wanita

dan kanker paru-paru pada pria merupakan kanker yang paling umum untuk

menyebar ke kelenjar pituitari. Kanker lainnya yang menyebar ke kelenjar

pituitari termasuk kanker ginjal, kanker prostat, melanoma, dan kanker

pencernaan.

Penyebab dari tumor belum diketahui. Namun ada bukti kuat yang

menunjukkan bahwa beberapa agent bertanggung jawab untuk beberapa tipe

tumor-tumor tertentu. Agent tersebut meliputi faktor herediter, kongenital, virus,

toksin, dan defisiensi immunologi. Ada juga yang mengatakan bahwa tumor otak

dapat terjadi akibat sekunder dari trauma cerebral dan penyakit peradangan..

Metastase ke otak dari tumor bagian tubuh lain juga dapat terjadi. Karsinoma

metastase lebih sering menuju ke otak dari pada sarkoma. Lokasi utama dari

tumor otak metastase berasal dari paru-paru dan payudara.

Klasifikasi dibedakan berdasarkan hormon yang diproduksi oleh kelenjar

hipofisis dan dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :

1. Adenoma hipofisis non fungsional (tidak memproduksi hormon)

2. Tumor ini berkisar sekitar 30% dari seluruh tumor pada hipofisis.

Biasanya muncul pada dekade ke 4 dan ke 5 dari kehidupan, dan biasanya

lebih sering ditemukan pada laki-laki dari pada wanita. Nama lain dari

Page 8: Askep Tumor Hipofisis

8

tumor ini yaitu Null cell tumor, Undifferentiated tumor dan non hormon

producing adenoma. Karena tumor ini tidak memproduksi hormon, maka

pada tahap dini seringkali tidak memberikan gejala apa-apa. Sehingga

ketika diagnose ditegakkan umumnya tumor sudah dalam ukuran yang

sangat besar, atau gejala yang timbul karena efek masanya. Tumor

biasanya solid walaupun biasa ditemukan tumor dengan campuran solid

dan kistik

3. Adenoma hipofisis fungsional

4. Adenoma hipofisis fungsional yang terdiri dari :

a. Adenoma yang bersekresi prolaktin

Prolaktinoma (adeno laktotropin) biasanya adalah tumor jinak,

yang terdiri atas sel-sel pensekresi prolaktin. Gejala yang khas pada

kondisi ini sangat jelas pada wanita usia reproduktif dan di mana

terjadi tidak menstruasi, galaktorea (sekresi asi spontan yang tidak ada

hubungannya dengan kehamilan), dan infertilitas. Prolactin adalah

sebuah hormon yang diproduksi oleh kelenjar Pituitary di otak, ia

berfungsi menstimulasi pertumbuhan payudara dan produksi air susu

berkenaan di masa kehamilan. Jumlah kadar hormon Prolactin yang

tinggi (dikenal dengan kondisi Hyperprolactinemia), dapat

mengakibatkan menekan produksi hormon Gonadotropin sehingga

dapat menghambat proses ovulasi.

b. Adenoma yang bersekresi growth hormon (GH)

Gejala klinik hipersekresi hormon pertumbuhan bergantung

pada usia klien pada saat terjadi kondisi ini. Misalnya saja pada klien

prepubertas, dimana lempeng epifise tulang panjang belum menutup,

mengakibatkan pertumbuhan tulang-tulang memanjang sehingga

mengakibatkan gigantisme. Pada klien post pubertas, adenoma dapat

mengakibatkan akromegali, yang ditandai dengan pembesaran

ekstremitas (jari tangan, kaki), lidah, rahang, dan hidung.organ-organ

dalam juga turut membesar (misalnya kardiomegali).

Page 9: Askep Tumor Hipofisis

9

c. Adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)

Hypertiroidism glycoprotein secreting adenoma tidak

memberikan gejala yang spesifik sehubungan dengan hipersekresinya,

sehingga adenoma ini biasanya baru ditemukan sesudah memberikan

efek kompresi pada struktur didekatnya seperti chiasma optikum atau

tangkai hipofisis. Pada keadaan ini kelenjar tiroid akan menandakan

tanda-tanda seperti pada penyakit hipertiroidisme.

d. Adenoma yang bersekresi adrenokortikotropik hormon (ACTH)

Adenoma kortikotropik terdiri atas sel-sel ACTH. Kebanyakan

tumor ini adalah mikroadenoma dan secara klinis dikenal dengan tanda

khas penyakit Cushing’s. Sindromcushing disebabkan oleh sekresi

kortisol atau kortikosteron yang berlebihan, kelebihan stimulasi

ACTH mengakibatkan hiperplasia korteks anal ginjal berupa adenoma

maupun carsinoma yang tidak tergantung ACTH juga mengakibatkan

sindrom cushing. Demikian juga hiperaktivitas hipofisis, atau tumor

lain yang mengeluarkan ACTH. Syindrom cuhsing yang disebabkan

tumor hipofisis disebut penyakit cusing. Pada metabolisme lipid,

glukokortikoid (GC) memberikan 2 efek regulasi. Efek yang pertama

adalah redistribusi senyawa lipid dan yang kedua adalah aktivasi

senyawa lipolitik. Dosis tinggi GC seperti yang terjadi pada

hiperkortisisme akan menyebabkan senyawa lipid bergerak menuju

upper trunk dan wajah. Hal ini diperkirakan berkaitan dengan jumlah

pencerap glukosa yang terdapat pada adiposit. Sel lemak yang

memiliki jumlah pencerap GLUT (Glucose transporter) lebih banyak,

akan merespon kadar GC yang tinggi dengan menurunkan absorpsi

glukosa sehingga tidak terjadi penimbunan trigliserida. Sedang sel

dengan pencerap lebih sedikit lebih tidak terpengaruh oleh kadar GC

sehingga lebih responsif terhadap insulin dan menyebabkan

penumpukan glukosa dan trigliserida. Mobilisasi lipid dari tumpukan

glukosa/trigliserida distimulasi oleh hormon adrenalin dengan aktivasi

GC.

Page 10: Askep Tumor Hipofisis

10

2.6 Komplikasi dan Prognosis

a. Komplikasi

1.  Adenoma akan bermetastasis pada organ lain yang akan menimbulkan kanker

dan organ yang terdekat dapat diserang adalah otak yang mengakibatkan

menjadi tumor ataupun kanker otak.

2.  Hypotiroidisme.

3.  Hypoadrenalisme.

4.  Hypogonadisme.

5.  Hyperprolactenemia.

6. Gangguan hipotalamus.

7. Penyakit organ ’target’ seperti gagal tiroid primer, penyakit addison atau

gagal gonadal primer.

8. Penyebab sindrom chusing lain termasuk tumor adrenal, sindrome

ACTH ektopik.

9. Diabetes insipidus psikogenik atau nefrogenik.

10. Syndrom parkinson

b. Prognosis

Prognosis tumor hipofisis bervariasi tergantung pada keadaan penderita,

keadaan lain yang menyertai, ukuran tumor serta status fungsional tumor.

2.7 Pengobatan

a. Operasi Tumor Hipofisis

Ada 2 indikasi penting terapi operatif pada kasus tumor hipofisis yaitu untuk

mengurangi efek massa (yang biasanya mempengaruhi fungsi visual) dan

mencoba untuk menyembuhkan gejala hiperfungsi hormonal. Prosedur

operasi yang biasa dipakai sekarang adalah reseksi transfenoid transeptal.

Secara tradisional hal ini dikombinasi dengan insisi sublabial untuk membuka

lapang pandangan operator terhadap sinus sfenoid dan lantai dari sella tursika.

Sekarang ini telah dikenal teknologi endoskopi. Hal ini akan membantu

pendekatan secara endonasal untuk mengurangi waktu penyembuhan pasien

Page 11: Askep Tumor Hipofisis

11

pasca operasi dan mengurangi komplikasi rinologi. Dengan pendekatan ini

pasien dapat dipulangkan dalam 24 jam. Secara keseluruhan angka morbiditas

dan mortalitas pada prosedur operasi transfenoid ini sangat rendah. Resiko

bocornya cairan serebrospinal sekitar 3.9%, insidens meningitis 1.5%, resiko

hilangnya pandangan 1.8%, oftalmoplegi,1.4%, dan insufisiensi hipofisis

anterior 17.8%. Resiko lain yang ditakuti berupa trauma arteri karotis sekitar

1.1%.

b. Radioterapi

Radioterapi dilakukan sebagai terapi tambahan pada kasus residu dan

rekurensi adenoma hipofisis. Radioterapi dapat mengontrol tumor dan

menurunkan morbiditas pasien. Akhir-akhir ini radioterapi direkomendasikan

untuk kasus tumor hipofisis dengan hiperproduksi hormonal yang tidak dapat

dikontrol dengan obat-obatan, kasus dengan residu tumor yang masih besar

setelah dilakukan operasi, dan pasien dengan pertumbuhan kembali tumor

dari residu pasca operasi atau kasus rekurensi. Radioterapi diberikan dengan

dosis 45 dan 54 Gy dalam 25 hingga 30 fraksi dari 180 cGy, biasanya 50.4

Gy dalam 28 fraksi. Radioterapi beresiko menginduksi neuropati optik sekitar

kurang dari 2%. Modalitas ini dapat mengontrol tumor selama 10 tahun pada

98% kasus adenoma nonfungsional, 85% kasus adenoma yang mensekresi

GH, 83% kasus prolaktinoma, dan 67% kasus penyakit Cushing. Efek

samping lainnya berupa defisiensi hormonal. Oleh karena itu sangatlah

penting untuk memonitor status endokrin pasien diikuti follow up imajing dan

lapang pandang pasien.

c. Stereotactic radiosurgery

Stereotactic radioseurgery menggunakan beberapa macam alat,

diantaranya gamma knife, liniar accelerators yang dimodifikasi dan proton

dari cyclotron. Saat dilakukan prosedur ini pasien disedasi dengan oral

benzodiazepine.

Untuk tujuan menghambat pertumbuhan tumor digunakan dosis 14 Gy

atau lebih bila batas tumor memungkinkan. Bila tujuannya untuk

mengembalikan fungsi dari endokrin, dosis yang lebih tinggi dapat diberikan

Page 12: Askep Tumor Hipofisis

12

yaitu sekitar 25 Gy atau lebih tergantung batas tumor. Untuk mengurangi

kemungkinan terganggunya fungsi pandangan pasca tindakan radiosurgery,

dosis pada sistem visual dibatasi hingga 10 Gy jika memungkinkan.

Komplikasi yang paling umum terjadi pada tindakan ini yaitu disfungsi dari

hipofisis anterior dimana 15% membutuhkan terapi hormonal tambahan.

Sekitar 2% pasien mengalami neuropati saraf kranial seperti defek lapang

pandang dan diplopia. Komplikasi lain berupa nekrosis pada lobus temporal

akibat radiasi. Tindakan ini terbukti efektif pada beberapa kasus. Pada

analisis selama 3 tahun didapatkan angka kesembuhan adenoma hipofisis

fungsional pada 75% kasus. Penelitian lain pada kasus tumor yang lebih kecil

terdapat kesembuhan hormonal pada 90% kasus.

2.8 Pencegahan

a. Perbanyak makan buah-buahan yang mengandung antioksidan seperti

manggis, kurma.

b. Hindari bahan-bahan karsinogenik, misalnya pemakaian minyak goreng yang

berulang-ulang.

c. Jauhi benda dengan kadar radiasi tinggi, karena paparan radiasi dapat memicu

perkembangan sel abnormal.

2.9 Pemeriksaan Diagnostik

a.   Kadar prolaktin serum

b. CT – Scan / MRI.

c. Pengukuran lapang pandang.

d. Pemeriksaan hormon.

e. Angiografi.

f. Tes toleransi glukosa.

g. Tes supresi dengan dexamethason.

Adenoma Hipofisis non fungsional:

1) Pada rontgen foto lateral tengkorak terlihat sella turcica membesar, lantai

sella menipisdan membulat seperti balon. Jika pertumbuhan adenomanya

asimetrik maka padalateral foto tengkorak akan menunjukkan double floor.

Page 13: Askep Tumor Hipofisis

13

Normal diameter AP darikelenjar hipofisis pada wanita usia 13-35 tahun < 11

masing-masing, sedang pada yanglainnya normal < 9 masing-masing. 

2) MRI dan CT scan kepala, dengan MRI gambaran a.carotis dan chiasma

tampak lebih jelas, tetapi untuk gambaran anatomi tulang dari sinus sphenoid

CT scan lebih baik.c. Test stimulasi fungsi endokrin diperlukan untuk

menentukan gangguan fungsi darikelenjar hipofisis.

Adenoma Fungsional 

1) Adenoma yang bersekresi Prolaktin

Penilaian kadar serum prolactin, kadar serum lebih dari 150 ng/ml

biasanya berkorelasi dengan adanya prolactinomas. Kadar prolactin antara

25-150 ng/ml terjadi pada adanya kompresi tangkai hipofisis sehingga

pengaruh inhibisi dopamin berkurang, juga pada stalk effect (trauma

hypothalamus, trauma tungkai hipofisis karena operasi). 

2) Adenoma yang bersekresi growth hormone

Pengukuran kadar GH tidak bisa dipercaya karena sekresi hormon ini

yang berupa cetusan, walaupun pada keadaan adenoma. Normal kadar basal

Gh <1 ng/ml, pada penderita acromegali bisa meningkat sampai > 5 ng/ml,

walaupun pada penderita biasanya tetap normal. Pengukuran kadar

somatemedin C lebih bisa dipercaya, karenakadarnya yang konstan dan

meningkat pada acromegali. Normal kadarnya 0,67 U/ml, pada acromegali

mebningkat sampai 6,8 U/ml. Dengan GTT kdar GH akan ditekan sampai < 2

ng/ml sesudah pemberian glukosa oral (100 gr), kegagalan penekanan ini

menunjukkan adanya hpersekresi dari GH. Pemberian GRF atau TRH

perdarahan infusakan meningkatkan kadar GH, pada keadaan normal tidak.

Jika hipersekresi telah ditentukan maka pastikan sumbernya dengan MRI, jika

dengan MRI tidak terdapatsesuatu adenoma hipofisis harus dicari sumber

ektopik dari GH.

3) Adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)

Hormon TSH, LH dan FSH masing-masing terdiri dari alpha dan beta

subarakhnoidunit, alpha subarakhnoid unitnya sama untuk ketiga

Page 14: Askep Tumor Hipofisis

14

hormon,sedangkan betasubarakhnoid unitnya berbeda. Dengan teknik

immunohistokimia yang spesfik bisa diukur kadar dari alpha subarakhnoid

unit atau kadar alpha dan beta subarakhnoid unit.Pada tumor ini terdapat

peninggian kadar alpha subarakhnoid unit, walaupun padaadenoma non

fungsional 22% kadar alpha subarakhnoid unitnya juga meningkat.

MRIdengan gadolinium, pada pemeriksaan ini tidak bisa dibedakan antara

adenoma yangsatu dengan yang lainnya

4) Adenoma yang bersekresi ACTH

CRH dilepaskan dari hipotalamus dan akan merangsang sekresi

ACTH dari adenihipofisis, ACTH akan meningkatkan produksi dan sekresi

cortisol dari adrenalcortex yang selanjutnya dengan umpan balik negatif akan

menurunkan ACTH. Pada kondisi stres fisik dan metabolik kadar cortisol

meningkat, secara klinik sulit mengukur ACTH, maka cortisol dalam

sirkulasi dan metabolitnya dalam urine digunakan untuk status diagnose dari

keadaan kelebihan adrenal. Cushing’ssyndroma secara klinik mudah dikenal

tapi sulit untuk menentukan etiologinya.

Page 15: Askep Tumor Hipofisis

15

BAB 3. PATHWAYS

Kurang energi protein

Faktor Presidposisi: herediter, kongingental, virus, tosik, defisiensi imun

Perubahan pada DNA dari suatu sel

Pertumbuhan sel tidak terkendali

Munculnya tumor

Adanya kanker di organ lain

Metastasis/menyebar

Sel kanker bermetastasis di hipofisis

TUMOR HIPOFISIS

Adenoma fungsionalAdenoma nonfungsional

Penekanan otak oleh tumor

Penekanan chiasma optikum

Gangguan penglihatan

MK: Gg persepsi sensori penglihatan

Mempengaruhi fungsi hipotalamus

Hipertensi

Peningkatan TIK

Nyeri akut

Mual Muntah

Resiko nutrisi kurang

Adenoma prolaktin

Adenoma ACTHAdenoma Glikoprotein (TSH, FSH, LH)

Adenoma GH

Page 16: Askep Tumor Hipofisis

16

Adenoma fungsional

Adenoma prolaktin Adenoma ACTHAdenoma Glikoprotein (TSH, FSH, LH)

Adenoma GH

kadar hormon Prolactin

Hyperprolactinemia

menekan produksi hormon Gonadotropin

Menghambat Ovulasi

Infertilitas

Disfungsi seksual

Hipersekresi GH

pertumbuhan berlebih

Gigantisme & Akromegali

Gg Citra tubuh

Hipersekresi hormon tiroid

Peningkatan metabolisme tubuh

Hormon ACTH

Hormon Glukokortikoid

Sindrom Cushing

Gangguan citra tubuh

Page 17: Askep Tumor Hipofisis

17

BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian

Ruangan :

Tgl. / Jam MRS :

Dx. Medis :

No. Reg. :

TGL/Jam Pengkajian :

1. Biodata

a. Identitas Klien

1. Nama

Nama klien sangat dibutuhkan sebagai identitas klien dan untuk

membangun hubungan salling percaya sehingga mempermudah

dalam melakukan askep.

2. Umur

Umur berguna dalam pemberian dosis obat.

3. Jenis kelamin

Jenis kelamin dalam insidensi kejadian tumor hipofisis seimbang

antara laki-laki dan perempuan.

4. Agama

Untuk mengakaji status spiritual sehingga kebutuhan fisik, psikis dan

spiritual dapat dipenuhi.

5. Pendidikan

Untuk mengkaji tingkat pengetahuan klien terkait penyakit yang

dideritanya.

6. Pekerjaan

Untuk mengkaji tempat bekerja pasien yang mungkin mempengaruhi

kejadian sakitnya.

7. Alamat

Untuk mengkaji status lingkungan tempat tinggal yang mungkin

mempengaruhi keadaan sakitnya.

Data disamping tujuannya yaitu untuk mempermudah dalam melakukan pengenalan dan pendataan terkait pelayanan yang nantinya akan diberikan kepada pasien.

Page 18: Askep Tumor Hipofisis

18

8. Status kawin

9. Tgl masuk

Untuk melihat bagaimana perkembangan status kesehatannya dari

hari ke hari semakin baik atau buruk selama dilakukan perawatan.

10. Tgl pengkajian

Untuk memastikan perkembangan status kesehatan pada saat itu.

11. Diagnosa medik

Mengetahui penyakit apa yang diderita oleh pasien.

b. Riwayat Kesehatan

Pengakajian riwayat kesehatan didapatkan melalui anamnesa, baik

dengan pasien maupun dengan keluarga pasien. Riwayat pengkajian

pasien terdiri dari:

1. Riwayat kesehatan sekarang

Klien mengeluhkan sakit kepala, pandangan kabur yang

disebabkan oleh tekanan pada saraf yang menuju ke mata,

demensia, perasaan mengantuk, nafsu makan berkurang.

2. Riwayat penyakit dahulu

Kaji apakah sebelumnya klien pernah mengalami tumor pada

bagian tubuh lain.

3. Riwayat penyakit keluarga

Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit tumor hipofisis

(genogram 3 generasi).

c. Pola-pola fungsi kesehatan

1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Perilaku pasien dalam menjaga kesehatan misalnya saat sakit

pasien memaka obat-obatan yang dibeli di warung, apotik atau

langsung memeriksakan dirinya ke dokter.

2. Pola nutrisi dan metabolisme

Page 19: Askep Tumor Hipofisis

19

Meliputi kebiasaan makan klien dalam sehari terkait keteraturan

pola makan.

3. Pola aktivitas

Px biasanya mengurangi aktivitasnya terkait nyeri yang dirasakan

pada area kepala.

4. Pola persepsi dan kognitif

Persepsi Px tentang penyakit yang diderita dan sejauh mana

pengetahuan Px tentang penyakit dan kesehatannya.

5. Pola tidur dan istirahat

Biasanya Px mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan

istirahat karena nyeri yang dirasakan di area kepala.

6. Pola persepsi diri

Adanya perasaan cemas, takut dan kekhawatiran atas kondisi

penyakitnya.

7. Mekanisme koping

Perilaku Px dalam menghadapi dan mengatasi masalah yang

dihadapinya terkait penyakit yang diderita.

8. Pola eliminasi muksi dan defekasi

Biasanya pada BAB dan BAK tidak mengalami gangguan.

9. Pola reproduksi dan sexual

Px berstatus menikah atau tidak serta jumlah keturunan yang

dimiliki.

10. Pola hubungan dan peran

Hubungan biasanya tidak mengalami gangguan dalam keluarga,

namun ada pergeseran peran dari sebelum dan saat sakit.

d. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum

Meliputi keadaan umum klien seperti penurunan tingkat

kesadaran, tanda-tanda fisik seperti lemah.

2. Sistem integumen

Page 20: Askep Tumor Hipofisis

20

Kulit teraba nyeri diarea wajah.

3. Sistem neurologi

Pasien mengalami diplopia (penglihatan ganda), ptosis, atropi

pada pupil, nyeri kepala dan pasien tampak meringis.

4. Sistem respirasi

Tidak terdapat gangguan pernafasan.

5. Sistem kardiovakuler

Terdapat gangguan di sistem kardiovaskuler yaitu terjadi

kardiomegali.

6. Sistem perkemihan

Tidak terdapat gangguan pada sistem perkemihan.

7. Sistem pencernaan

Mengalami mual-muntah, nafsu makan turun.

8. Sistem musculoskeletal

Px tampak susah menggerakkan bagian tubuh karena kelemahan

pada otot.

9. Sistem reproduksi

Libido seksual menurun, terjadi perubahan siklus menstruasi

(pada klien wanita), infertilitas (ketidaksuburan).

4.1 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan otak akibat pembesaran tumor

yang ditandai dengan klien mengatakan kepalanya nyeri dan tampak

meringis.

2. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan penekanan

chiasma optikum yang ditandai dengan pasien mengalami diplopia

(penglihatan ganda), ptosis, atropi pada pupil.

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pertumbuhan berlebih dan

peningkatan produksi hormon yang ditandai dengan perubahan bentuk tubuh

seperti sindrom chusing, gigantisme, dan akromegali.

Page 21: Askep Tumor Hipofisis

21

4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan

tekanan intra kranial yang ditandai dengan mual-muntah.

5. Disfungsi seksualitas berhubungan dengan penekanan produksi hormon

gonadotropin yang menghambat ovulasi yang ditandai dengan infertilitas,

tidak menstruasi, galaktorea (sekresi asi spontan yang tidak ada hubungannya

dengan kehamilan),.

4.3 Intervensi

1. Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan penekanan otak akibat

pembesaran tumor yang ditandai dengan klien mengatakan kepalanya nyeri

dan tampak meringis.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien

merasa nyerinya berkurang.

Kriteria Hasil :Tidak ada keluhan nyeri di kepala.

No Intervensi Rasional

1

2

3

4

5

Kaji tingkat nyeri, perhatikan

lokasi, intensitas dan waktu nyeri.

Ajarkan teknik relaksasi

Berikan waktu istirahat yang

cukup.

Observasi adanya tanda-tanda

nyeri non verbal, seperti: ekspresi

wajah.

Kolaborasi, lakukan pemberian

analgesik opiat contohnya

tramadol.

Mengetahui tingkat nyeri yang

dirasakan klien.

Untuk mengalihkan rasa nyeri.

Pasien dapat beristirahat dengan

tenang.

Untuk mengidentifikasi

perkembangan atas nyeri yang

dirasakan.

Untuk mengurangi rasa nyeri

Page 22: Askep Tumor Hipofisis

22

2. Diagnosa 2 : Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan

penekanan clasma optikum yang ditandai dengan pasien mengalami diplopia

(penglihatan ganda), ptosis, atropi pada pupil.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam

penglihatan pasien tidak semakin memburuk.

Kriteria Hasil: tidak ada keluhan penglihatan ganda dan penglihatan

membaik.

No Intervensi Rasional

1

2

3

4

Kaji adanya diplopia, gerakan bola

mata dan visus.

Kaji fungsi saraf III, IV, VI, VII

Orientasikan pasien pada

lingkungan sekitar sebagaimana

kebutuhan.

Tutup sumber cahaya yang tidak

penting, gunakan cahaya yang

redup pada malam hari.

1. Dapat mengidentifikasi

penyebab keluhan dan

mengetahui besar tajam

serta lapang pandang

penglihatan klien.

Menentukan adekuatnya

saraf cranial yang

berhubungan dengan

kemampuan pergerakan

mata.

Mengenali lingkungan.

Dapat mengurangi atau

menghilangkan factor-factor

yang memunculkan gejala dan

mengurangi pandangan kilauan

dari lingkungan luar

Page 23: Askep Tumor Hipofisis

23

3. Diagnosa 3 : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pertumbuhan

berlebih dan peningkatan produksi hormon yang ditandai dengan

perubahan bentuk tubuh seperti sindrom chusing, gigantisme, dan

akromegali.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24

jam, harga diri pasien meningkat.

Kriteria Hasil : pasien menunjukkan adaptasi awal dan merasa tidak malu

dengan perubahan bentuk tubuhnya.

No Intervensi Rasional

1

2

3

4

5

Kaji kondisi pasien mengenai

perubahan bentuk tubuhnya.

Berikan motivasi untuk

meningkatkan harga diri pasien

Ajarkan pasien untuk

menumbuhkan koping positif

Libatkan keluarga memperhatikan

pasien dan mengajak pasien

berinteraksi

Kolaborasi dengan ahli terapi

psikologi

Mengidentifikasi masalah dan untuk

menentukan perencanaan

selanjutnya.

Memberikan rasa semangat pada

pasien untuk menjalankan hidupnya.

Memberikan pasien untuk

penerimaan tentang perubahan

kondisinya yang sekarang.

Menumbuhkan rasa bahwa ada

kepedulian dalam keluarga.

Pendekatan menyeluruh diperlukan

untuk membantu pasien menghadapi

rehabilitasi dan kesehatan.

Page 24: Askep Tumor Hipofisis

24

4.4 Implementasi

No Diagnosa Implementasi

1. Nyeri akut

berhubungan dengan

peningkatan tekanan

intra kranial yang

ditandai dengan

klien mengatakan

kepalanya nyeri dan

tampak meringis.

1. Telah dikaji tingkat nyeri, diperhatikan

lokasi, intensitas dan waktu nyeri.

2. Telah diajarkan teknik relaksasi

3. Telah diberikan waktu istirahat yang

cukup.

4. Telah diobservasi adanya tanda-tanda

nyeri non verbal, seperti: ekspresi wajah.

5. Telah dilakukan kolaborasi terkait

pemberian analgesik

2. Gangguan persepsi

sensori penglihatan

berhubungan dengan

penekanan clasma

optikum yang

ditandai dengan

Pasien mengalami

diplopia

(penglihatan ganda),

ptosis, atropi pada

pupil.

1. Telah dikaji adanya diplopia, gerakan

bola mata dan visus.

2. Telah dikaji fungsi saraf III, IV, VI, VII

3. Telah diorientasikan pasien pada

lingkungan sekitar sebagaimana

kebutuhan.

4. Telah dilakukan tindakan untuk menutup

sumber cahaya yang tidak penting,

gunakan cahaya yang redup pada malam

hari.

3. Gangguan citra tubuh

berhubungan dengan

sindrom chusing dan

gigantisme

akromegali yang

ditandai dengan

perubahan bentuk

1. Telah dikaji kondisi pasien mengenai

perubahan bentuk tubuhnya.

2. Telah diberikan motivasi untuk

meningkatkan harga diri pasien

3. Telah diajarkan pasien untuk

menumbuhkan koping positif

4. Telah dilibatkan keluarga memperhatikan

Page 25: Askep Tumor Hipofisis

25

tubuh. pasien dan mengajak pasien berinteraksi

5. Telah dikolaborasikan dengan ahli terapi

psikologi

4.5 Evaluasi

Diagnosa 1

S: Pasien mengatakan, “Sus, saya sudah tidak nyeri lagi”

O: 1. Pasien tampak tidak kesakitan

2. Pasien terlihat tenang dan nyaman dengan kondisinya

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

Diagnosa 2

S: Pasien mengatakan, “sus, penglihatan saya sudah membaik, tidak terlihat

bayangan ganda dan saya merasa lebih nyaman”

O: Pasien tampak tenang dan nyaman dengan kondisinya.

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

Diagnosa 3

S: Pasien mengatakan “saya sekarang ingin hidup seperti dulu lagi dan saya

merasa percaya diri dalam berinteraksi dengan orang lain”

O: 1. Pasien terlihat berinteraksi dengan keluarga dan orang sekitarnya

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

Page 26: Askep Tumor Hipofisis

26

BAB 5. PENUTUP

Kesimpulan

Kelenjar hipofisis medula kelenjar yang sangat penting bagi tubuh

manusia, kelenjar inimengatur fungsi dari kelenjar tiroid, kelenjar adrenal,

ovarium dan testis, kontrol laktasi, kontraksi uterine sewaktu melahirkan dan

tumbuh kembang yang linear, dan mengatur osmolalitas dan volume dari cairan

intravascular dengan memelihara resorpsi cairan diginjal. Kelenjar hipofisis terdiri

dari 2 lobus, lobus anterior dan lobus posterior, pada lobus anterior kelenjar ini

terdapat 5 tipe sel yang memproduksi 6 hormon peptida. Sedangkan pada lobus

posterior dilepaskan 2 macam hormon peptida. Pituitary tumor, pertumbuhan

abnormal yang berkembang di kelenjar hipofisis di otak, hampir selalu

noncancerous (jinak).

Sebagian besar tumor hipofisis (adenomas) tidak menyebar di luar

tengkorak (nonmetastatic) dan biasanya masih terbatas pada kelenjar  pituitari

atau di dekatnya jaringan otak. Pituitary tumor cukup umum dan

seringdidiagnosis melalui scan MRI yang dilakukan untuk alasan lain.

Saran

Saran-saran yang dapat penulis berikan yaitu sebagai berikut.

a. Pada Mahasiswa

Mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan diharapkan dapat

mempelajari lebih lanjut mengenai penyakit Tumor Hipofisis beserta

askepnya sebagai pengetahuan dan bekal ilmu di masa depan

b. Pada Perawat

Perawat diharapkan dapat melakukan perawatan dengan benar dan sesuai

dengan standar operasional prosedur guna untuk memenuhi kebutuhan dan

kesembuhan pasien.

Page 27: Askep Tumor Hipofisis

27

DAFTAR PUSTAKA

Fadlillah. 2012. Gangguan pada kelenjar hipofisis. [serial online].

http://www.scribd.com/doc/115618446/MAKALAH-hidrosefalus-

Kelompok-1. [29 september 2013].

Handra, Dwi. 2012. Asuhan keperawatan tumor hipofisis. [serial online].

http://www.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/FK.pdf. [29 september

2013].

Iskandar, Japardi. 2012. Tumor kelenjar hipofisis. [serial online].

www.digilib.usu.ac.id. [29 september 2013].

Moyet, Lynda Juall Carpenito. 2006. Buku saku diagnosis keperawatan. Edisi 10.

Jakarta: EGC.