Askep Tn Lr (Repaired)

55
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa pada mulanya dianggap suatu yang gaib, sehingga penanganannya secara supranatural spiristik yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kekuatan gaib. Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang terjadi pada unsur jiwa yang manifestasinya pada kesadaran, emosi, persepsi, dan intelegensi. Salah satu gangguan jiwa tersebut adalah gangguan perilaku kekerasan. Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai suatu respon terhadap kecemasan yang dirasakansebagai ancaman individu. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruksif pada saat terjadi dapat melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya sehingga individu tidak mengalami kecemasan, stress, dan merasa bersalah dan bahkan merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Dalam hal ini, peran serta keluarga sangat penting, namun perawatan merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan jiwa. 2. Tujuan Penulisan a. Tujuan umum s

description

nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

Transcript of Askep Tn Lr (Repaired)

BAB IPENDAHULUAN

1. Latar Belakang MasalahGangguan jiwa pada mulanya dianggap suatu yang gaib, sehingga penanganannya secara supranatural spiristik yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kekuatan gaib. Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang terjadi pada unsur jiwa yang manifestasinya pada kesadaran, emosi, persepsi, dan intelegensi. Salah satu gangguan jiwa tersebut adalah gangguan perilaku kekerasan.Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai suatu respon terhadap kecemasan yang dirasakansebagai ancaman individu. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruksif pada saat terjadi dapat melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya sehingga individu tidak mengalami kecemasan, stress, dan merasa bersalah dan bahkan merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Dalam hal ini, peran serta keluarga sangat penting, namun perawatan merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan jiwa.

2. Tujuan Penulisana. Tujuan umumSetelah membahas kasus ini diharapkan mengerti dan memberikan asuhan keperawatan pada pasien perilaku kekerasan.b. Tujuan Khusus

Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :

Melakukan pengkajian pada klien dengan perilaku kekerasan

Merumuskan diagnosa untuk klien dengan perilaku kekerasan

Membuat perencanaan untuk klien dengan perilaku kekerasan

Melakukan implementasi pada klien dengan perilaku kekerasan

Membuat evaluasi pada klien dengan perilaku kekerasan.

3. SistematikaUntuk menghindari luas masalah maka dalam penyusunan makalah ini kelompok mengkhususkan pembahasan tentang penatalaksanaan pada pasien dengan perilaku kekerasan. Asuhan keperawatan ini hanya menerapkan proses keperawatan melalui tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, implementasi, dan evaluasi pada kasus perilaku kekerasan.BAB IITINJAUAN TEORI1. Pengertian

Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman individu. (Stuart and Sundeen, 1995). Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang baik secara fisik maupun psikologis (Depkes RI, 2000 hal 147).

Kemarahan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari yang tidak dapat di elakkan dan sering menimbulkan suatu tekanan.

2. Rentang ResponAdaptif

Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan(Stuart dan Sundeen, 1995)

a. Respon marah yang adaptif meliputi :

1. Pernyataan (Assertion)

Respon marah dimana individu mampu menyatakan atau mengungkapkan rasa marah, rasa tidak setuju, tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain. Hal ini biasanya akan memberikan kelegaan.

2. FrustasiRespons yang terjadi akibat individu gagal dalam mencapai tujuan, kepuasan, atau rasa aman yang tidak biasanya dalam keadaan tersebut individu tidak menemukan alternatif lain.

b. Respon marah yang maladaptif meliputi :

1. Pasif Suatu keadaan dimana individu tidak dapat mampu untuk mengungkapkan perasaan yang sedang di alami untuk menghindari suatu tuntutan nyata.

2. AgresifPerilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan individu untuk menuntut suatu yang dianggapnya benar dalam bentuk destruktif tapi masih terkontrol.

3. Amuk dan kekerasanPerasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilang kontrol, dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.3. EtiologiUntuk menegaskan keterangan diatas, pada klien gangguan jiwa, perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.

4. Tanda dan Gejala1. Muka merah2. Pandangan tajam3. Otot tegang4. Nada suara tinggi5. Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak6. Memukul jika tidak senangProses KemarahanStress, cemas, harga diri rendah, dan bersalah dapat menimbulkan kemarahan. Respons terhadap marah dapat di ekspresikan secara eksternal maupun internal.

a. Eksternal yaitu konstruktif, agresif.

b. Internal yaitu perilaku yang tidak asertif dan merusak diri sendiri.

c. Mengekspresikan marah dengan perilaku konstruktif dengan menggunakan kata-kata yang dapt di mengerti dan diterima tanpa menyakiti hati orang lain, akan memberikan perasaan lega, keteganganpun akan menurun dan perasaan marah teratasi.

d. Marah di ekspresikan dengan perilaku agresif dan menentang, biasanya dilakukan individu karena ia merasa kuat. Cara ini tidak menyelesaikan masalah bahkan dapat menimbulkan kemarahan yang berkepanjangan dandapat menimbulkan tingkah laku yang destruktif, amuk yang ditujukan pada orang lain maupun lingkungan.

e. Perilaku tidak asertif seperti menekan perasaan marah atau melarikan diri dan rasa marah tidak terungkap. Kemarahan demikian akan menimbulkan rasa bermusuhan yang lama dan pada suatu saat dapat menimbulkan kemarahan destruktif yang ditujukan pada diri sendiri.

5. Faktor Predisposisi dan Faktor PresipitasiFaktor PredisposisiBerbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi, artinya mungkin terjadi perilaku kekerasan jika factor berikut di alami oleh individu : Psikologis : kegagalan yang dialami dapat mnimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan di tolak, di hina, di aniyaya atau saksi penganiayaan. Perilaku : reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan. Sosial budaya : budaya tertutup dan membalas secara alam (positif agresif) dan control social yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan diterima (permissive) Bioneurologis : banyak pendapat bahwa kerusakan sisitem limbic, lobus frontal, lobus temporal dan ketidak seimbangan neurotransmiter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasanFaktor PresipitasiFactor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti ini kelemahan fisik (penyakit fisik), keputus asaan, ketidak berdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintainya / pekerjaan dan kekerasan merupakan factor penyebab yang lain. Interaksi yang profokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.1. Tingkah Lakua. Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebar.b. Memaksakan kehendak, merampas makanan, memukul jika tidak senang perilaku yang berkaitan dengan marah antara lain :1. Menyerang atau menghindar (flight or fight)Timbul karena kegiatan sistem saraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, mual, sekresi HCL meningkat, peristaltik usus menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan meningkat disertai ketegangan otot, seperti rahang terkatub, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.2. Menyatakan dengan jelas (assertiveness)Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah disamping dapat dipelajari juga akan mengembangkan pertumbuhan diri pasien.3. Memberontak (acting out)Perilaku biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku acting out untuk menarik perhatian orang lain.

4. Amuk atau kekerasan (violence)Perilaku dengan kekerasan atau amuk dapat ditujukan pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

2. Mekanisme KopingMekanisme koping adalah tiap upaya yang diharapkan pada penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelasaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri (tuart dan sundeen, 1998 hal : 33)Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara lain :a) Sublimasi : menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluranya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas remas adona kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuanya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.b) Proyeksi : menyalahkan orang lain kesukaranya atau keinginanya yang tidak baik, misalnya seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temanya tersebut mencoba merayu, mencumbunyac) Represi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kealam sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh tuhan. Sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakanya.d) Reaksi formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan. Dengan melebih lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakanya sebagai rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kuat.e) Deplacement : melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan. Pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya : timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya karena menggambar didinding kamarnya. Dia mulai bermai perang-perangan dengan temanya.

Sumber KopingMenurut Suart Sundeen 1998 :

1. Aset ekonomi

2. Kemampuan dan keahlian

3. Tehnik defensif

4. Sumber sosial

5. Motivasi

6. Kesehatan dan energi

7. Kepercayaan

8. Kemampuan memecahkan masalah

9. Kemampuan sosial

10. Sumber sosial dan material

11. Pengetahuan

12. Stabilitas budaya

3. Penatalaksanaan Umum

a. FarmakoterapiKlien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat. Adapun pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi contohnya Clorpromazine HCL yang berguna untuk mengendalikan psikomotornya. Bila tidak ada dapat digunakan dosis efektif rendah, contohnya Trifluoperasine estelasine, bila tidak ada juga maka dapat digunakan Transquilizer bukan obat anti psikotik seperti neuroleptika, tetapi meskipun demikian keduanya mempunyai efek anti tegang, anti cemas, dan anti agitasi.

b. Terapi OkupasiTerapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini bukan pemberian pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan mengembalikan kemampuan berkomunikasi, karena itu dalam terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan tetapi segala bentuk kegiatan seperti membaca Koran, main catur dapat pula dijadikan media yang penting setelah mereka melakukan kegiatan itu diajak berdialog atau berdiskusi tentang pengalaman dan arti kegiatan uityu bagi dirinya. Terapi ini merupakan langkah awal yangb harus dilakukan oleh petugas terhadap rehabilitasi setelah dilakukannyan seleksi dan ditentukan program kegiatannya.

c. Peran serta keluargaKeluarga merupakan system pendukung utama yang memberikan perawatan langsung pada setiap keadaan(sehat-sakit) klien. Perawat membantu keluarga agar dapat melakukan lima tugas kesehatan, yaitu mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan, memberi perawatan pada anggota keluarga, menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, dan menggunakan sumber yang ada pada masyarakat. Keluarga yang mempunyai kemampuan mengatasi masalah akan dapat mencegah perilaku maladaptive (pencegahan primer), menanggulangi perilaku maladaptive (pencegahan skunder) dan memulihkan perilaku maladaptive ke perilaku adaptif (pencegahan tersier) sehingga derajat kesehatan klien dan kieluarga dapat ditingkatkan secara opti9mal. (Budi Anna Keliat,1992).

d. Terapi somaticMenurut Depkes RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi somatic terapi yang diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang mal adaftif menjadi perilaku adaftif dengan melakukan tindankan yang ditunjukkan pada kondisi fisik klien, tetapi target terapi adalah perilaku klien

e. Terapi kejang listrikTerapi kejang listrik atau elektronik convulsive therapy (ECT) adalah bentuk terapi kepada klien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang ditempatkan pada pelipis klien. Terapi ini ada awalnya untukmenangani skizofrenia membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya dilaksanakan adalah setiap 2-3 hari sekali (seminggu 2 kali).4. Pohon MasalahResiko menciderai diri sendiri

Orang lain atau lingkungan.

E

Perlaku kekerasan

CP

Mekanisme koping individu in efektif

CGambar 1 : pohon masalah PK ( Budi Anna Keliat )5. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko menciderai diri dan orang lain.

2. Perilaku kekerasan.6. Fokus Intervensi

1. Resiko menciderai diri dan orang lain b.d perilaku kekerasan.TUM : Klien dapat melanjutkan peran sesuai dengan tanggung jawab.TUK : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.Kriteria hasil :

Klien mau menjawab salam

Klien mau menjabat tangan

Klien mau menyabutkan nama

Klien mau tersenyum

Ada kontak mata

Mau mengetahui nama perawat

Mau menyediakan waktu untuk kontakIntervensi :a. Memberi salam atau panggil nama klienb. Sebutkan nama perawat sambil menjabat tangan c. Jelaskan tujuan interaksid. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuate. Beri sikap aman dan empatif. Lakukan kontrak singkat tapi seringTUK 2 : Klien dapat mengnidentifikasi penyebab perilaku kekerasanKriteria Evaluasi :

Klien dapat mengungkapkan perasaannya

Klien dapat mengungkapkan penyebab marah, baik dari diri sendiri nmaupun orang lain dan lingkungan.Intervensi :a. Anjurkan klien mengnungkapkan yang dialami saat marah.b. Obsevasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.c. Simpulkan tanda-tanda jengkel atau kesal yang dialami klien.TUK 3 : klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.Kriteria Evaluasi :

Klien dapat mengunngkapkan yang dialami saat marah.

Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda marah yang dialami.Intervensi :a. Anjurkan klien mengnungkapkan yang dialami saat marah.b. Obsevasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.c. Simpulkan tanda-tanda jengkel atau kesal yang dialami klien.TUK 4 : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.Kriteria evaluasi : Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah atau tidak.Intervensi :

a. Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

b. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

c. Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai.TUK 5: Klien dapat mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan.Kriteria evaluasi : Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien.Intervensi : a. Berbicara akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan klien.b. Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan oleh klien.

c. Tanyakan pada klien Apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat.TUK 6 : Klien dapat mengidentifikasi cara kontruktif dalam berespon terhadap kemarahan.Kriteria evaluasi : Klien dapat melakukan cara berespon terhadap kemarahan secara konstruktif.Intervensi :

a. Tanyakan pada klien Apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat.

b. Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat.

c. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat :

a. Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal atau memukul bantal atau kasur atau olahraga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.

b. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang kesal atau tersinggung atau jengkel (saya kesal Anda berkata seperti itu : saya marah karen mami tidak memenuhi keinginan saya).

c. Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat ; latihan asertif.

d. Secar spiritual : anjurkan klien sembahyang, berdoa atau ibadah lain meminta pada Tuhan untuk beri kesabaran, mengadu pada Tuhan kekerasan atau kejengkelan.TUK 7 : Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.Kriteria evaluasi : Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan. Fisik : tarik nafas dalam olahraga menyiram tanaman,Verbal : mengatakan secara langsung dengan tidak menyakiti.Spiritual : sembahyang, berdoa atau ibadah klien.Intrevensi :

a. Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.

b. Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih.

c. Bantu klien untuk memaksimulasi cara tersebut (role play).

d. Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien mensimulasi cara tersebut.

e. Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel atau marah.BAB IIITINAJUAN KASUSA.Pengkajian Keperawatan.Pengkajian dilakukan pada tanggal 30 Desember 2014 adapun data yang didapat adalah bahwa klien masuk rumah sakit diruangan Melati Terakhir Pada pada tanggal 5 januari 2013 dengan nomor register 049962 dengan diagnosa medis skizofrenia paranoid .

1.Identitas Klien.klien bernama Tn. LR yang berjenis kelamin laki-laki berusia 32 tahun, sudah menikah, beragama islam, suku buton , pendidikan terakhir SD.tambah kan data keluarga klien2.Alasan MasukKlien selalu gelisah , sulit untuk tidur dan mudah emosi 3.Faktor PencetusPada saat klien banyak pikiran4.FAKTOR PREDISPOSISI

Klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu namun pengobatan sebelumnya kurang berhasil. Klien juga pernah melakukan penganiyayaan fisik kepada 3 orang korban dan melakukan tindakan kriminal yaitu berjudi .

Masalah keperawatan ; prilaku kekerasaan `5. Pemeriksaan FisikDari hasil pemeriksaan fisik di dapatkan hasil :

TD :140/90 mmHg, S : 37 C , N : 90 x/menit, RR : 22x/menit

Maslah keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan.5.Status Psikososial

GENOGRAM

Keterangan :

= Perempuan = Meninggal

= Laki-laki =Meninggal= Klien

Klien merupakan anak pertama dari 3 bersaudara, klien serumah dengan ketiga saudara dan kedua orang tuanya, sebelumnya anggota keluarga klien tidak memiliki riwayat gangguan Jiwa. b.Konsep diri.Untuk masalah gambaran diri, klien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnyac.Hubungan Sosial.Klien mengatakan orang yang paling berarti dalam hidupnya adalah anaknya klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan bermasyarakat

Masalah keperawatan: isolasi sosial.

d.Spiritual. Klien mempercayai adanya tuhan dengan menganut agama islam.

Kegiatan ibadah klien ingin sekali melakukan sholat.a.Penampilan.

Tn.LR berpenampilan terlihat kurang rapi dan pakaiannya jarang di ganti klien mandi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore dengan menggunakan sabun mandi dan shampo namun jarang gosok gigi. Gigi klien terlihat kotor dan badan agak bau dan kuku terlihat panjang.

Masalah keperawatan : defisit perawatan diri ( Kebersihan Diri)b.Pembicaraan.

Bicara klien lambat dan gagap, klien kadang tidak mau menjawab pertanyaan dari perawat , klien juga tampak kurang kooperatif saat di wawancarai oleh perawat.

Masalah keperawatan : gangguan komunikasi sosial/verbal.

c.Aktivitas Motorik.Klien mengatakan lesu dan gelisah.

Masalah keperawatan:cemas.

d.Alam Perasaan.Klien mengatakan sedih dengan keadaanya sekarang ini,.

Masalah keperawatan : isolasi sosial.e.Efek.Afek klien datar dan labil .Klien mengatatakan tidak mampu menahan amarahnya.Masalah keperawatan :resiko perilaku kekerasan.f.Interaksi selama wawancara.Klien tampak kurang kooperatif ,kontak matanya kurang, dan selalu curiga.Pada saat klien berbicara klien merasa curiga dengan lawan bicaranyaMasalah keperawatan :harga diri rendah.

g.Proses Pikir.Proses pikir klien klien sering mengulangi pembicaraan dan meloncat ke topic lain yang masih ada hubungannya dan terkadang terhenti sebentar.

Masalah keperawatan: Gangguan Komunikasi Verbal h.Isi PikirPada isi pikir klien mengalami gangguan obsesi, Selain itu juga tidak mengalami waham sepertib waham agama, somatic, kebesaran, curiga, nihilistik, sisip piker, dan control pikir.

Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah.i.Tingkat kesadaran.Klien tampak bingung saat berbicara.Masalah keperawatan: gangguan komunikasi verbal.k.Memori.Klien mengalami gangguan daya ingat, jangka pendek.

Klien selalu lupa apa yang klien barusan ia katakan.Masalah keperawatan:.gangguan proses pikir.l.Tingkat konsentrasi dan berhitung.Klien mampu berhitung dari 1 10, namun tidak dapat menjawab pertanyan perawat saat ditanya penjumlahan, pengurangan, dan perkalian.

Masalah keperawatan: tidak ditemukan masa.m.Mekanisme KopingTn.Lr mengatakan jika ada masalah.ia lebih sering mencederai dirinya sendiri dan orang lain.

Masalah keperawatan :perilaku kekerasan.9.Masalah Psikososial dan Lingkungan

Masalah dukungan kelompok,spesifik: tidak ada masalah dalam kelompok,klien mampu bergaul dengan orang lain

. Masalah berhubungan dengan lingkungan,spesifik: hubungan klien dengan tetangganya kurang baik. Masalah dengan pendidikan,spesifik:klien hanya sampai di jenjang pendidikan sekolah dasar (SD).

Masalah dengan dukungan pekerjaan, spesifik; klien mampu bekerja dan ada masalah dalam hal pekerjaan berat.

Masalah ekonomi , spesifik ; klien tidak mempunyai uang karena keluarga jarang menjenguk dan memberikan uang.

Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik; tidak ada masalah dalam pelayanan kesehatan. Masalah keperawatan: perilaku kekerasan.10.Pengetahuan.Klien kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa, koping dan obat-obatan.

Masalah keperawatan ; kurang pengetahuan 11. Aspek Medik

Diagnosa medik : schizoprenia paranoid.12. daftar masalah keperawatan

Prilaku kekerasaan

Gangguan komunikasi verbal

Devisit perawatan diri

Harga diri rendah

13. daftar diagnosa keperawatan

Klasifikasi dataData subyektif

Klien mengatakan sulit untuk mengontrol emosinya

Klien menggatakan cemas akan keadaannnya

Klien mengatakan ingin cepat pulang

Klien mengatakn lesu dan gelisah

Klien mengatakan takut untuk bergaul dengan orang lain

Klien menggatakan pernah di ikat oleh keluarganya

Klien mengatakan pernah melakukan penganiyayaan

Klien mengatakan pernah melakukan tindak kriminal

Klien menggatakan sering lupa apa yang ia barusan dia katakan

Data obyektif

Klien nampak gelisah dan cemas

Klien nampak murung

Klien nampak memandang melotot

Klien nampak binggung

Klien nampak terlihat sedih

Klien nampak gagap saat berbicara

Klien nampak curiga saat melihat teman-temannya

Klien nampak kaku dan tegang11. Analisa DataNama : Tn. LrRuangan : MelatiNo. RM : 049962Hari / Tanggal / JamData fokusMasalah Keperawatan

Selasa 30 desember 2014Ds : Klien mengatakan sulit untuk mengontrol emosinya

Klien menggatakan cemas akan keadaannnya

Klien mengatakan ingin cepat pulang

Klien mengatakn lesu dan gelisah

Klien mengatakan takut untuk bergaul dengan orang lain

Klien menggatakan pernah di ikat oleh keluarganya

Klien mengatakan pernah melakukan penganiyayaan

Klien mengatakan pernah melakukan tindak kriminal

Klien menggatakan sering lupa apa yang ia barusan dia katakan

Do: Klien nampak gelisah dan cemas

Klien nampak murung

Klien nampak memandang melotot

Klien nampak binggung

Klien nampak terlihat sedih

Klien nampak gagap saat berbicara

Klien nampak curiga saat melihat teman-temannya

Klien nampak kaku dan tegang

Mencederai diri sendiri dan orang lain

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

( SPTK )

Hari/tanggal

: selasa, 30 desember 2014

Sp/ Diagnosa

: 1/ perilaku kekerasan

Pertemuan

: Ke-2

Ruang

: MelatiA. Proses Keperawatan

1. Kondisi KlienDs : - klien mengatakan tidak pernah dijengguk oleh keluarganyaDo : - Klien sering tertwa sendiri -kontak mata kurang

- tatapan mata tajam2. Diagnosa Keperawatan

Resiko gangguan Perilaku Kekerasan

3. Tujuan Khususa. Klein mampu membina hubungan saling percyab. Klien dapat mengenal penyebab prilaku kekerasaan

c. Klien mampu mempraktekan cara mengontrol4. Tindakan Keperawatana. Membina hubungan saling percyab. Mengenal penyebab

c. Mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian

B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

1. Orientasi

a. Salam TerapeutikSelamat Pagi pak , saya perawat yang akan merawat bapak , kalau bapak siapa namanya, senangnya di panggil siapa ?b. Evaluasi atau ValidasiBagaimana perasaan bapak saat in, apa kabar bapak hari ini ?c. KontrakTopikBagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang bisikan yang selama ini bapak dengar?

TempatBagaimana kalau di dlam ruangan sja pak

WaktuBagaimna kalau 30 menit sja pak.

2. Fasse Kerja

1. Apakah yang dibisikan suara tersebuttanpa ada waktunya 2. Apakah bisikan itu terus menerus terdengar atau sewaktu-waktu

3. Kpan paling sering bisikan itu didengar

4. Berapa kali sehari di dengar?

5. Pada keadaan apa bisikan itu terdengar?

6. Apakah waktu sendiri?

7. Apa yang di rasakan pada saat bisikan itu?

8. Bagaimna kalau kita belajar cara-cara untuk mengatasibisikan itu agar bapak tidak terhasut oleh bisikan itu3. Fase Terminasi

a. Evaluasi Subyektif

Bagaimana perasaan Mas setelah berbincang-bincang dengan saya???

b. Evaluasi obyektif

Mas bisa menyebutkan kembali apa yang dirasakan? Terus apa yang dilakukan saat kesal atau marah??

c. Tindak lanjut

Baiklah Mas saya rasa perbincangan kita cukup sampai disini dulu, nanti ingat-ingat kembali yang Mas rasakan.

d. Kontrak Yang Akan Datang,

1) Topik

Baiklah Mas, bagaimana kalau kita bertemu lagi sebentar untuk berbincang- bincang tentang cara mengontrol marah.

2) Tempat

Bagaimana tempatnya kalau di sisni lagi sebentar?

3) Waktu

Bagaimana kalau jam 16.00 sebentar kita lanjut bincang-bincang lagi.

BAB IVPEMBAHASANA. PENGKAJIANNama klien : Tn. LR, umur 32 tahun, Jenis Kelamin : Laki-Laki, Agama : Islam, Pendidikan : SD, Suku / Bangsa : buton / Indonesia, Status Perekawinan : Kawin, Alamat :Siompo barat . klien mengatakan gelisah susah tidur ,emosi dan labil apabila klien berpikir B. DIAGNOSA KEPEARAWATANDengan adanya data-data haail pengkajian pada kasus Tn. LR penulis menyimpulkan terdapat diagnosa keperawatan yaitu resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan Diagnosa yang pertama yaitu resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan hal ini didukung karena pada kasus Tn. LR didapatkan hasil sebagai berikut : saat dirumah klien mengamuk dan menganiyaya fisik.Menurut Budi Anna Keliat S.Kp (1998), mengatakan bahwa perilaku yang berhubungan dengan perilaku kekerasan adalah sebagai berikut : mata merah, memaksakan kehendak, menyerang atau menghindar, mengatakan dengan jelas (asertivines), memberontak (acting out), amuk atau kekerasan (violence).

Dari data teori yang ditanyakan Budi Anna Keliat S.Kp 1998 pad dasarnya tidak efektif berbeda tetapi pada saat pengkajian tidak ditemukan klien klien muka merah.ssC. INTERVENSI DAN I MPLEMENTASIPenulis akan menguraikan rencana dan penatalaksanaan yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada pada Tn. LR.

Diagnosa pertama yaitu resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Pada diagnosa pertama ini terdapat 7 rencana keperawatan serta 7 tindakan yang telah dilaksanakan. Untuk SP 1 adalah bina hubungan saling percaya. Dengan mengungkapkan komunikasi terapeutik yaitu sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal, perknalkan diri dengan sopan, tanyakan nama lengkap klien nama panggilan yang disukai klien, jelaskan tujuan pertemuan, tunjukkan sikap empati dan menerima keadaan klein apa adanya, beri perhatian pada klien, dan perhatikan kebutuhan dasar klien. Pada SP 1 kelompok tidak mengalami hambatan karena klien dpat diajak bekerja sama dengan cukup kooperatif.

Rencana keperawatan yang telah disusun oleh kelompok untuk SP 2 adalah memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaanya. Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab jengkel dan marah. Tindakan yang telah dilakukan kelompok adalah memberikan kesempatan klien untuk menungkapkan perasaannya, membantu klien mengungkapkapkan rasa jengkel/ kesal pada diri sendiri. Pada SP 2 kelompok tidak mengalami kesulitan atau kendala, karena klien mampu mengungkapkan penyebab marah yang dialami yaitu karena keinginan yang tidak dipenuhi.

Rencana keperawatan yang telah dilakukan penulis untuk SP 3 adalah anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan yang dialami saat marah, jengkel, observasi tanda, perilaku kekerasan pada klien. Pada SP 3 ini kelompok tidak mengalami kendala karena klien mampu untuk mengungkapkan perasaan saat marah, jengkel, klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel dan marah, yaitu saat marah klien berbicara keras, banyak bicara, perilaku tidak wajar dan sulit diarahkan.

Rencana keperawatan yang kelompok susun untuk SP 4 adalah anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Bicarakan dengan klien apakah yang klien lakukan masalahnya selesai. Tindakan keperawatan untuk SP 4 ini kelompok tidak mengalami kesulitan kendala karena klien dapat menyebutkan perilaku kekerasan yang dilakukan yaitu berbicara keras dan berguling-guling ditanah.

Rencana keperawatan untuk SP 5 yang kelompok susun adalah bicarakan akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan klien, bersama klien menyimpulkan akibat atau cara yang digunakan oleh klien. Tanyakan pada klien apakah klien ingin membicarakan cara baru yang sehat. Tindakan kelompok yang telah dilakukan bersama dengan klien membicarakan akibat dan kerugian yang klien lakukan dan menyimpulkan akibat atau kerugian yang klien lakukan dan menyimpulkan akibat atau kerugian dari cara yang digunakan klien. Pada SP 5 kelompok tidak mengalami kendala karena klien kooperatif sehingga klien mampu menyebutkan akibat dan kerugian dari cara yang telah klien gunakan adalah klien bisa menyakiti diri sendiri, klien bisa dijauhi teman-temannya.

Rencana keperawatan untuk SP 6 adalah apakah klien klien ingin belajar cara yang baru yang sehat, berikan pujian jika klien mengetahui cara klien yang sehat, didiskusikan dengan klien cara yang sehat tindakan yang telah kelompok lakukan menanyakan pada klien apakah klien mau mempelajari cara baru sehat, berikan pujian pada klien jika mengetahui cara baru dan sehat tersebut, mendiskusikan cara yang baru dan sehat. Pada SP 6 ini kelompok mengalami kendala karena klien kurang kooperatif, klien juga tidak dapat melakukan Sholat dan berdoa karena beranggapan sia - sia.

D. EVALUASIPengkajian inervensi dan implementasi yang telah dilakukan menghasilkan sebagai berikut :

Diagnosa 1 yaitu resiko mencederai diri sndiri, orang lain dan lingkungan. Pada diagnosa pertama, akan menjabarkan atau menjelaskan hasil yang diperoleh.

Evaluasi SP 1 klien sudah mampu membina hubungan saling percaya dengan menunjukkan ekspresi wajah yang bersahabat: menunjukkan rasa senang: kontak mata kurang: mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, duduk berdampingan dengan perawat dan mau mengutarakan masalah yang dihadapi. Pada SP 1 tidak ada kendala karena klien kooperatif. Kesimpulan pada SP 1 telah dapat dilakukan dan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun oleh penulis.Evaluasi SP 2 klien dapat mengungkapkan perasaannya dan klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau marah(dari diri sendiri, orang lain dan lingkungan). Pada SP 2 ini kelompok tidak mengalami kendala karena klien bisa mengungkapkan penyebab jengkel: bila keinginannya tidak dipenuhi. Kesimpulan SP 2 dapat dilakukan dengan baik dan sudah sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan dan disusun oleh kelompok.

Evaluasi SP 3 klien dapat mengungkapkan perasaan pada saat marah atau jengkel dan klien menyimpulkan tanda-tanda jengkel atau marah yang dialami yaitu : suka marah-marah, bicara keras, perilaku tidaak wajar dan sulit diarahkan. Pada SP 3 kelompok tidak mengalami kendala dalam pelaksanaan dengan baik dan sesuai dengan rencana yang disusun.

Evaluasi SP 4 klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan yaitu : marah-marah, suara keras dan suka memukul pintu rumah tetangganya. Klien dapat bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan dan dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah atau tidak. SP 4 ini penulis tidak mengalami kendala dalam pelaksanaan tersebut, klien kooperatif dan dapat diajak kerjasama. Kesimpulan SP 4 dapat terlaksanan dengan baik sesuai dengan rencana yang telah disusun.

Evaluasi SP 5 klien dapat mengungkapkan akibat cara marah yang di lakukan oleh klien yaitu : dapat merugikan orang lain dan diri sendiri maupun orang lain. Dalam SP 5 ini penulis tidak mengalami kendala dalam pelaksanaan tersebut, klien kooperatif dan dapat diajak kerjasama. Kesimpulan SP 5dapat terlaksanan dengan baik sesuai dengan rencana yang telah disusun.

Evaluasi SP 6 klien dapat memilih cara yang sehat dan dapat mempraktekan cara yang sehat menyalurkan kemarahanya yaitu dengan sholat dan berdoa. Dalam SP 6 ini penulis mengalami kendala dalam pelaksanaan tersebut, klien kurang kooperatif dan tidak dapat diajak kerjasama. Kesimpulan SP 6 belum dapat terlaksanan dengan baik sesuai dengan rencana yang telah disusun.

Evaluasi SP 7 klien dapat minum obat secara teratur. Dalam SP 6 ini penulis tidak ada kendala dalam pelaksanaan tersebut, klien kooperatif dan dapat diajak kerjasama. Kesimpulan SP 7 dapat terlaksanan dengan baik sesuai dengan rencana yang telah disusun.

BAB IVPENUTUPSetelah kelompokmelakukan asuhan keperawatan pada Tn.Lr dengan masalah utama prilaku kekerasaan diruangan Melati RS jiwa Kendari 29 12 2014 s.d.6 Januari 2015 maka kelompok pada BAB V ini membahas tentang kesimpulandan saran sebagai berikut:Kesimpulan

Pada kasus perilaku kekerasan yang dialami pada Tn. LR tindakan yang dilakukan sesuai dengan konsep teori adalah membina hubungan saling percaya, membantu klien mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau marah, membantu klien mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan, membantu mengungkapkan akibat atau kerugian dari cara yang digunakan klien, membantu klien mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespon terhadap kemarahannya dan mengajarkan cara untuk menyalurkan energy marah yang sehat agar tidak menciderai diri sendiri, oarng lain dan lingkungan.

(Budi Anna Keliat , S.Kp 1998)

SaranUntuk pasien :

Usulan penulis pada klien dengan ekspresi marah untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

1. Hindarkan hal-hal yang bisa menyebabkan marah yaitu mengungkit masalah tentang keinginan yang tidak terpenuhi, menjauhi hal-hal yang menyebabkan klien jengkel.

2. Ekspresikan marah dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain

3. Anjurkan klien untuk mengikuti kegiatan atau aktivitas sehari-hari baik didalam ruangan maupun diluar ruangan.

4. Anjurkan klien minum obat secara teratursesuai dengan ketentuan dokter.

5. Anjurkan klien kontrol dengan teratur setelah pulang dari rumah sakit

Untuk perawat :

1. Perawat perlu mengeksplorasikan perasaan marah dengan : mengkaji pengalaman marah masa lalu dan bermain peran dalam mengungkapkan marah.

2. Perawat perlu mengembangkan tingkah laku asertif bagi klien yaitu menganjurkan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya secara berkelompok misal dengan keluarga untuk dapat pemecehan masalahya.

3. Perawat perlu mengembangkan dan menyalurkan nergi kemarahannya dengan cara yang konstruktif.

4. Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, lari pagi, angkat berat dan aktivitas lain yang membantu relaksasi otot seperti olahraga.

5. Mengikutsertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok.

Untuk di Rumah Sakit :

1. Dapat memperthankan keperawatan yang komprehensif yang telah dilakukan selama ini.

2. Pertahankan kerjasama dalam keperawatan kepada pasien, dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan disetiap sub keperawatan.

Untuk mahasiswa :

1. Tingkatkan semangat individu dan kerjasama kelompok, mengelola kasus kelompok agar dapat memberikan asuhan keperawatan secara profesional.

2. Mempersiapkan diri baik fisik maupun materi sebelum praktek khususnya dalam bidang keperawatan jiwa.

DAFTAR PUSTAKADirektorat Jendral Kes. Wa, 1998, Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Direktorat Kesehatan Jiwa RSJP, Bandung

Keliat B.A, 1998, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, ( Terjemahan ). Penerbit Buku Kedokteran , EGC, Jakarta.

Maramis, WF. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press. Surabaya.

Stuart G. W, Sundeen. S. J. 1998 Buku Saku Keperawatan Jiwa. (Terjemahan) Edisi 3, Alih Bahasa Yasmin Asih, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Stuart G. W, dan Laria M. T, 2001, Erinciple and Practice of Phychitric Nursing. (Terjemahan) (7 th ed), St. Lois : Mosby

Townsend M. C, 1998, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Psikiatri, (terjemahan), Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

k

K

s