Askep Terminal

23
MAKALAH KEPERAWATAN JIWA “ASKEP PASIEN TERMINAL” OLEH : DEVI FITRIA SARI (09/2120101812) DEWI SULISTYARINI (10/2120101813) DIANITA PRIBAWATI (11/2120101814) DITA ANI FARIDA (12/2120101815) AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO 1

Transcript of Askep Terminal

Page 1: Askep Terminal

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

“ASKEP PASIEN TERMINAL”

OLEH :

DEVI FITRIA SARI (09/2120101812)

DEWI SULISTYARINI (10/2120101813)

DIANITA PRIBAWATI (11/2120101814)

DITA ANI FARIDA (12/2120101815)

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA

2012

1

Page 2: Askep Terminal

DAFTAR ISI

BAB I

Pendahuluan :

a. Latar Belakang..................................................................... 3

b. Tujuan.................................................................................. 4

c. Rumusan Masalah.................................................................. 4

BAB II

Pembahasan :

a. Definisi.................................................................................. 5

b. Tipe perjalanan Terminal ...................................................... 6

c. Tanda Klinis Terminal .......................................................... 6

d. Tanda Klinis Meninggal ........................................................ 7

e. Asuhan Keperawatan......... ................................................... 7

BAB II

Penutup :

a. Kesimpulan .......................................................................... 13

b. Saran .................................................................................... 13

c. Daftar Pustaka ....................................................................... 15

2

Page 3: Askep Terminal

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu,

keluarga, dan masyarakat sehingga mereka dapat mencapai,

mempertahankan, atau memulihkan kesehatan yang optimal dan kualitas

hidup dari lahir sampai mati. Bagaimana peran perawat dalam menangani

pasien yang sedang menghadapi proses sakaratul maut? Peran perawat

sangat konprehensif dalam menangani pasien karena peran perawat adalah

membimbing rohani pasien yang merupakan bagian integral dari bentuk

pelayanan kesehatan dalam upaya memenuhi kebutuhan biologis-

psikologis-sosiologis-spritual (APA, 1992 ), karena pada dasarnya setiap

diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual (Basic spiritual needs,

Dadang Hawari, 1999 ).

Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi

ketetapan WHO yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual)

merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehataan seutuhnya (WHO,

1984). Oleh karena itu dibutuhkan dokter dan terutama perawat untuk

memenuhi kebutuhan spritual pasien. Karena peran perawat yang

konfrehensif tersebut pasien senantiasa mendudukan perawat dalam tugas

mulia mengantarkan pasien diakhir hayatnya sesuai dengan Sabda

Rasulullah yang menyatakan bahwa amalan yang terakhir sangat

menentukan, sehingga perawat dapat bertindak sebagai fasilisator

(memfasilitasi) agar pasien tetap melakukan yang terbaik seoptimal

mungkin sesuai dengan kondisinya.

Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat.

Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal

yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul

maut. Menurut Dadang Hawari (1977,53) “ orang yang mengalami

penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami

3

Page 4: Askep Terminal

penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga

pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan

perhatian khusus”. Pasien terminal biasanya mengalami rasa depresi yang

berat, perasaan marah akibat ketidakberdayaan dan keputusasaan. Dalam

fase akhir kehidupannya ini, pasien tersebut selalu berada di samping

perawat. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan spiritual dapat

meningkatkan semangat hidup klien yang didiagnosa harapan sembuhnya

tipis dan dapat mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi alam yang

kekal.

B. Tujuan

1. Mendefinisikan bagaimana kondisi seseorang yang mendekati

kematian

2. Mengetahui konsep teori dari kebutuhan terminal atau menjelang ajal

3. Mengkaji dan memaparkan diagnosa dari kebutuhan terminal.

4. Memberi intervensi serta mengevaluasi pada klien yang menjelang

ajal.

C. Rumusan Masalah

1. Latar belakang permasalahan terminal pada klien.

2. Konsep materi tentang kebutuhan terminal pada klien

3. Diagnosa keperawatan pada pasien terminal.

4. Intervensi masalah.

5. Evaluasi masalah.

4

Page 5: Askep Terminal

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

1. Keadaan Terminal

Adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak

tidak ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan

sakit itu dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu

kecelakaan.

2. Kematian

Adalah suatu pengalaman tersendiri, dimana setiap individu

akan mengalami/menghadapinya seorang diri, sesuatu yang

tidak dapat dihindari, dan merupakan suatu kehilangan.

a. Tahap-tahap Menjelang Ajal

Kubler-Rosa (1969), telah menggambarkan atau membagi

tahap-tahap menjelang ajal (dying) dalam 5 tahap, yaitu:

1. Menolak/Denial

Pada fase ini , pasien/klien tidak siap menerima

keadaan yang sebenarnya terjadi, dan menunjukkan

reaksi menolak.

2. Marah/Anger

Kemarahan terjadi karena kondisi klien mengancam

kehidupannya dengan segala hal yang telah

diperbuatnya sehingga menggagalkan cita-citanya.

3. Menawar/bargaining

Pada tahap ini kemarahan baisanya mereda dan pasien

malahan dapat menimbulkan kesan sudah dapat

menerima apa yang terjadi dengan dirinya

4. Kemurungan/Depresi

Selama tahap ini, pasien cen derung untuk tidak banyak

bicara dan mungkin banyak menangis. Ini saatnya bagi

perawat untuk duduk dengan tenang disamping pasien

5

Page 6: Askep Terminal

yang sedangan melalui masa sedihnya sebelum

meninggal.

5. Menerima/Pasrah/Acceptance

Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar

oleh klien dan keluarga tentang kondisi yang terjadi dan

hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian. Fase ini sangat

membantu apabila kien dapat menyatakan reaksi-

reaksinya atau rencana-rencana yang terbaik bagi

dirinya menjelang ajal. Misalnya: ingin bertemu dengan

keluarga terdekat, menulis surat wasiat.

B. Tipe-tipe Perjalanan Menjelang Kematian

Ada 4 type dari perjalanan proses kematian, yaitu:

1. Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui

Yaitu adanya perubahan yang cepat dari fase akut ke kronik.

2. Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui,

baisanya terjadi pada kondisi penyakit yang kronik.

3. Kematian yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum pasti,

biasanya terjadi pada pasien dengan operasi radikal karena

adanya kanker.

4. Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada

pasien dengan sakit kronik dan telah berjalan lama.

C. Tanda-tanda Klinis Menjelang Kematian

1. Kehilangan Tonus Otot, ditandai:

a. Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun.

b. Kesulitan dalam berbicara, proses menelan dan hilangnya

reflek menelan.

c. Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal, ditandai:

nausea, muntah, perut kembung, obstipasi, dsbg.

d. Penurunan control spinkter urinari dan rectal.

6

Page 7: Askep Terminal

e. Gerakan tubuh yang terbatas.

2. Kelambatan dalam Sirkulasi, ditandai:

a. Kemunduran dalam sensasi.

b. Cyanosis pada daerah ekstermitas.

c. Kulit dingin, pertama kali pada daerah kaki, kemudian

tangan, telinga dan hidung.

3. Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda vital :

a. Nadi lambat dan lemah.

b. Tekanan darah turun.

c. Pernafasan cepat, cepat dangkal dan tidak teratur.

4. Gangguan Sensoria :

a. Penglihatan kabur.

b. Gangguan penciuman dan perabaan.

D. Tanda-tanda Klinis Saat Meninggal

1. Pupil mata melebar.

2. Tidak mampu untuk bergerak.

3. Kehilangan reflek.

4. Nadi cepat dan kecil.

5. Pernafasan chyene-stoke dan ngorok.

6. Tekanan darah sangat rendah.

7. Mata dapat tertutup atau agak terbuka.

E. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian :

a. Faktor Fisik

Pada kondisi terminal atau menjelang ajal klien dihadapkan

pada berbagai masalah pada fisik. Gejala fisik yang

ditunjukan antara lain perubahan pada penglihatan,

pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi, kulit, tanda-tanda

vital, mobilisasi, nyeri.

7

Page 8: Askep Terminal

Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang

terjadi pada klien, klien mungkin mengalami berbagai

gejala selama berbulan-bulansebelum terjadi kematian.

Perawat harus respek terhadap perubahan fisik yang terjadi

pada klien terminal karena hal tersebut menimbulkan

ketidaknyamanan dan penurunan kemampuan klien dalam

pemeliharaan diri.

b. Faktor Psikologis

Perubahan Psikologis juga menyertai pasien dalam kondisi

terminal. Perawat harus peka dan mengenali kecemasan

yang terjadi pada pasien terminal, harus bisa mengenali

ekspresi wajah yang ditunjukan apakah sedih, depresi, atau

marah. Problem psikologis lain yang muncul pada pasien

terminal antara lain ketergantungan, kehilangan harga diri

dan harapan. Perawat harus mengenali tahap-tahap

menjelang ajal yang terjadi pada klien terminal.

c. Faktor Sosial

Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama

kondisi terminal, karena pada kondisi ini pasien cenderung

menarik diri, mudah tersinggung, tidak ingin

berkomunikasi, dan sering bertanya tentang kondisi

penyakitnya. Ketidakyakinan dan keputusasaan sering

membawa pada perilaku isolasi. Perawat harus bisa

mengenali tanda klien mengisolasi diri, sehingga klien

dapat memberikan dukungan social bisa dari teman dekat,

kerabat/keluarga terdekat untuk selalu menemani klien.

d. Faktor Spiritual

Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan

proses kematian, bagaimana sikap pasien menghadapi saat-

saat terakhirnya. Apakah semakin mendekatkan diri pada

Tuhan ataukah semakin berontak akan keadaannya.

8

Page 9: Askep Terminal

Perawat juga harus mengetahui disaat- saat seperti ini

apakah pasien mengharapkan kehadiran tokoh agama untuk

menemani disaat-saat terakhirnya.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Ansietas/ ketakutan individu , keluarga ) yang berhubungan

diperkirakan dengan situasi yang tidak dikenal, sifat dan

kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut akan kematian

dan efek negatif pada pada gaya hidup.

b. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan

kematian yang dihadapi, penurunan fungsi perubahan

konsep diri dan menarik diri dari orang lain.

c. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan

gangguan kehidupan keluarga,takut akan hasil ( kematian )

dengan lingkungnnya penuh dengan stres ( tempat

perawatan )

d. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan

perpisahan dari system pendukung keagamaan, kurang

pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi

ancaman kematian.

3. Intervensi

a. Diagnosa I

1. Bantu klien untuk mengurangi ansietasnya :

Berikan kepastian dan kenyamanan.

Tunjukkan perasaan tentang pemahman dan

empti, jangan menghindari pertanyaan.

Dorong klien untuk mengungkapkan setiap

ketakutan permasalahan yang berhubungan

dengan pengobtannya.

9

Page 10: Askep Terminal

Identifikasi dan dukung mekaniosme koping

efektif Klien yang cemas mempunbyai

penyempitan lapang persepsi denagn penurunan

kemampuan untuk belajar. Ansietas cendrung

untuk memperburuk masalah. Menjebak klien

pada lingkaran peningkatan ansietas tegang,

emosional dan nyeri fisik.

2. Kaji tingkat ansietas klien :

Rencanakan pernyuluhan bila tingkatnya rendah

atau sedang . Beberapa rasa takut didasari oleh

informasi yang tidak akurat dan dapat dihilangkan

denga memberikan informasi akurat. Klien dengan

ansietas berat atau parah tidak menyerap pelajaran.

3. Dorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan

ketakutan-ketakutan mereka. Pengungkapan

memungkinkan untuk saling berbagi dan memberiakn

kesempatan untuk memperbaiki konsep yang tidak

benar.

4. Berika klien dan keluarga kesempatan dan penguatan

koping positif. Menghargai klien untuk koping efektif

dapat menguatkan renson koping positif yang akan

datang.

b. Diagnosa II

1. Berikan kesempatan pada klien da keluarga untuk

mengungkapkan perasaan, didiskusikan kehilangan

secara terbuka, dan gali makna pribadi dari kehilangan.

2. Berikan dorongan penggunaan strategi koping positif

yang terbukti yang memberikan keberhasilan pada masa

lalu.

3. Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikan

atribut diri yang positif

10

Page 11: Askep Terminal

4. Bantu klien mengatakan dan menerima kematian yang

akan terjadi, jawab semua pertanyaan dengan jujur

5. Tingkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian,

menghilangkan ketidak nyamanan dan dukungan

c. Diagnosa III

1. Luangkan waktu bersama keluarga atau orang terdekat

klien dan tunjukkan pengertian yang empati

2. Izinkan keluarga klien atau orang terdekat untuk

mengekspresikan perasaan, ketakutan dan kekawatiran.

3. Jelaskan lingkungan dan peralatan ICU

Informasi ini dapat membantu mengurangi ansietas

yang berkaitan dengan ketidak takutan.

4. Jelaskan tindakan keperawatan dan kemajuan

postoperasi yang dipikirkan dan berikan informasi

spesifik tentang kemajuan klien.

5. Anjurkan untuk sering berkunjung dan berpartisipasi

dalam tindakan perawan. Kunjungan dan partisipasi

yang sering dapat meningakatkan interaksi keluarga

berkelanjutan.

6. Konsul dengan atau berikan rujukan kesumber

komunitas dan sumber lainnya.

d. Diagnosa IV

1. Gali apakah klien menginginkan untuk melaksanakan

praktek atau ritual keagamaan atau spiritual yang

diinginkan bila yang memberi kesemptan pada klien

untuk melakukannya

2. Ekspesikan pengertrian dan penerimaan anda tentang

pentingnya keyakinan dan praktik religius atau spiritual

klien

3. Berikan prifasi dan ketenangan untuk ritual spiritual

sesuai kebutuhan klien dapat dilaksanakan

11

Page 12: Askep Terminal

4. Bila anda menginginkan tawarkan untuk berdo,a

bersama klien lainnya atau membaca buku ke agamaan

5. Tawarkan untuk menghubungkan pemimpin religius

atau rohaniwan rumah sakit untuk mengatur kunjungan.

4. Evaluasi

1. Klien merasa nyaman dan mengekpresikan perasaannya

pada perawat.

2. Klien tidak merasa sedih dan siap menerima kenyataan.

3. Klien selalu ingat kepada Allah dan selalu bertawakkal.

4. Klien sadar bahwa setiap apa yang diciptakan Allah SWT

akan kembali kepadanya

12

Page 13: Askep Terminal

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang

mengalami penyakit/sakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh

sehingga sangat dekat dengan proses kematian.

Respon klien dalam kondisi terminal sangat individual tergantung

kondisi fisik, psikologis, social yang dialami, sehingga dampak yang

ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda. Hal ini mempengaruhi

tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien terminal. Orang yang

telah lama hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal dan menderita

penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi

peredaan terhadap penderitaan. Atau sebagian beranggapan bahwa

kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan

mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai. Sedangkan yang

lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan,

kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup.

Seseorang yang menghadapi kematian/kondisi terminal, dia akan

menjalani hidup, merespon terhadap berbagai kejadian dan orang

disekitarnya sampai kematian itu terjadi. Perhatian utama pasien terminal

sering bukan pada kematian itu sendiri tetapi lebih pada kehilangan

kontrol terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri yang menyakitkan atau

tekanan psikologis yang diakibatkan ketakutan akan perpisahan,

kehilangan orang yang dicintai.

B. Saran

1. Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi

terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan

bagi klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna

dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai.

13

Page 14: Askep Terminal

2. Ketika merawat klien menjelang ajal/terminal, tanggung jawab

perawat harus mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan

social yang unik.

3. Perawat harus lebih toleran dan rela meluangkan waktu lebih banyak

dengan klien menjelang ajal, untuk mendengarkan klien

mengekspresikan duka citanya dan untuk mempertahankan kualitas

hidup pasien.

4. Asuhan perawatan klien terminal tidaklah mudah. Perawat membantu

klien untuk meraih kembali martabatnya. Perawat dapat berbagi

penderitaan klien menjelang ajal dan melakukan intervensi yang dapat

meningkatkan kualitas hidup, klien harus dirawat dengan respek dan

perhatian penuh. Dalam melakukan perawatan keluarga dan orang

terdekat klien harus dilibatkan, bimbingan dan konsultasi tentang

perawatan diperlukan.

14

Page 15: Askep Terminal

DAFTAR PUSTAKA

Smith, Sandra F, Smith Donna J with Barbara C Martin.

Clinical Nursing Skills. Basic to Advanced Skills, Fourth Ed,

1996. Appleton&Lange, USA.

Craven, Ruth F. Fundamentals of nursing : human healt and

function.

Kozier, B. (1995). Fundamentals of nursing : Concept Procees

and Practice, Ethics and Values. California : Addison Wesley

15