ASKEP STROKE NON HEMORAGIK SUPAR.docx

download ASKEP STROKE NON HEMORAGIK SUPAR.docx

of 16

Transcript of ASKEP STROKE NON HEMORAGIK SUPAR.docx

  • 8/11/2019 ASKEP STROKE NON HEMORAGIK SUPAR.docx

    1/16

  • 8/11/2019 ASKEP STROKE NON HEMORAGIK SUPAR.docx

    2/16

    Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang dalam

    waktu 24 jam.

    b. Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND)

    Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam, tapi tidak

    lebih dari seminggu.

    c. Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation)

    Gejala neurologik makin lama makin berat.

    d. Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke)

    Kelainan neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.

    2. Berdasarkan kausal

    a. Stroke Trombotik

    Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah di otak.

    Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar dan pembuluh darah yang kecil. Pada

    pembuluh darah besar trombotik terjadi akibat aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknyagumpalan darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya kadar

    kolesterol jahat atauLow Density Lipoprotein(LDL). Sedangkan pada pembuluh darah kecil,

    trombotik terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah arteri kecil terhalang. Ini terkait

    dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit aterosklerosis.

    b. Stroke Emboli/Non Trombotik

    Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan lemak yang lepas.

    Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri

    oksigen dan nutrisi ke otak.

    C. ETIOLOGI

    Pada tingkatan makroskopik, stroke non hemoragik paling sering disebabkan oleh

    emboli ektrakranial atau trombosis intrakranial. Selain itu, stroke non hemoragik juga dapat

    diakibatkan oleh penurunan aliran serebral. Pada tingkatan seluler, setiap proses yang

    mengganggu aliran darah menuju otak menyebabkan timbulnya kaskade iskemik yang

    berujung pada terjadinya kematian neuron dan infark serebri.

    1. Emboli

    a. Embolus yang dilepaskan oleh arteria karotis atau vertebralis, dapat berasal dari plaque

    athersclerotique yang berulserasi atau dari trombus yang melekat pada intima arteri akibat

    trauma tumpul pada daerah leher.

    b. Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada:

    1) Penyakit jantung dengan shunt yang menghubungkan bagian kanan dan bagian kiri atrium

    atau ventrikel.

    2) Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun yang meninggalkan gangguan pada katup

    mitralis.

    3) Fibrilasi atrium

    4) Infarksio kordis akut

    5) Embolus yang berasal dari vena pulmonalis

  • 8/11/2019 ASKEP STROKE NON HEMORAGIK SUPAR.docx

    3/16

    6) Kadang-kadang pada kardiomiopati, fibrosis endrokardial, jantung miksomatosus sistemik

    c. Embolisasi akibat gangguan sistemik dapat terjadi sebagai:

    1) Embolia septik, misalnya dari abses paru atau bronkiektasis

    2) Metastasis neoplasma yang sudah tiba di paru.

    3) Embolisasi lemak dan udara atau gas N (seperti penyakit caisson).

    Emboli dapat berasal dari jantung, arteri ekstrakranial, ataupun dari right-sided

    circulation(emboli paradoksikal). Penyebab terjadinya emboli kardiogenik adalah trombi

    valvular seperti pada mitral stenosis, endokarditis, katup buatan), trombi mural (seperti infark

    miokard, atrial fibrilasi, kardiomiopati, gagal jantung kongestif) dan atrial miksoma. Sebanyak

    2-3 persen stroke emboli diakibatkan oleh infark miokard dan 85 persen di antaranya terjadi

    pada bulan pertama setelah terjadinya infark miokard.

    2. Thrombosis

    Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar (termasuk

    sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus Willisi dan sirkulusposterior). Tempat terjadinya trombosis yang paling sering adalah titik percabangan arteri

    serebral utamanya pada daerah distribusi dari arteri karotis interna. Adanya stenosis arteri

    dapat menyebabkan terjadinya turbulensi aliran darah (sehingga meningkatkan resiko

    pembentukan trombus aterosklerosis (ulserasi plak), dan perlengketan platelet.

    Penyebab lain terjadinya trombosis adalah polisetemia, anemia sickle sel, defisiensi

    protein C, displasia fibromuskular dari arteri serebral, dan vasokonstriksi yang berkepanjangan

    akibat gangguan migren. Setiap proses yang menyebabkan diseksi arteri serebral juga dapat

    menyebabkan terjadinya stroke trombotik (contohnya trauma, diseksi aorta thorasik, arteritis).

    D. ANATOMI PEMBULUH DARAH OTAK

    Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang dikenal sebagai

    sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua orang memiliki jumlah neuron yang

    sama sekitar 100 miliar, tetapi koneksi di antara berbagi neuron berbeda-beda. Pada orang dewasa,

    otak membentuk hanya sekitar 2% (sekitar 1,4 kg) dari berat tubuh total, tetapi mengkonsumsi

    sekitar 20% oksigen dan 50% glukosa yang ada di dalam darah arterial.

    Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah per menit, yaitu sekitar 15% dari darah

    total yang dipompa oleh jantung saat istirahat agar berfungsi normal. Otak mendapat darah dari

    arteri. Yang pertama adalah arteri karotis interna yang terdiri dari arteri karotis (kanan dan kiri),

    yang menyalurkan darah ke bagian depan otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior.

    Yang kedua adalah vertebrobasiler, yang memasok darah ke bagian belakang otak disebut sebagai

    sirkulasi arteri serebrum posterior. Selanjutnya sirkulasi arteri serebrum anterior bertemu dengan

    sirkulasi arteri serebrum posterior membentuk suatu sirkulus willisi.

    Ada dua hemisfer di otak yang memiliki masing-masing fungsi. Fungsi-fungsi dari otak

    adalah otak merupakan pusat gerakan atau motorik, sebagai pusat sensibilitas, sebagai area

    broca atau pusat bicara motorik, sebagai area wernicke atau pusat bicara sensoris, sebagai area

    visuosensoris, dan otak kecil yang berfungsi sebagai pusat koordinasi serta batang otak yang

    merupakan tempat jalan serabutserabut saraf ke target organ

  • 8/11/2019 ASKEP STROKE NON HEMORAGIK SUPAR.docx

    4/16

    Gambar. Sel gilia pada otak

    Gambar. Pembuluh darah di otak

    http://3.bp.blogspot.com/-nV3p-gdfIoo/UtmqoZ9DL1I/AAAAAAAABJQ/Dd1MSsgUbMo/s1600/LAPORAN+PENDAHULUAN+STROKE++NON+HEMORAGIK.jpghttp://1.bp.blogspot.com/-QpvBF4y-2UU/UtmqojogjRI/AAAAAAAABJI/uOvhhoFLYgM/s1600/LAPORAN+PENDAHULUAN+STROKE+NON+HEMORAGIK.jpghttp://3.bp.blogspot.com/-nV3p-gdfIoo/UtmqoZ9DL1I/AAAAAAAABJQ/Dd1MSsgUbMo/s1600/LAPORAN+PENDAHULUAN+STROKE++NON+HEMORAGIK.jpghttp://1.bp.blogspot.com/-QpvBF4y-2UU/UtmqojogjRI/AAAAAAAABJI/uOvhhoFLYgM/s1600/LAPORAN+PENDAHULUAN+STROKE+NON+HEMORAGIK.jpg
  • 8/11/2019 ASKEP STROKE NON HEMORAGIK SUPAR.docx

    5/16

  • 8/11/2019 ASKEP STROKE NON HEMORAGIK SUPAR.docx

    6/16

  • 8/11/2019 ASKEP STROKE NON HEMORAGIK SUPAR.docx

    7/16

    F. MANIFESTASI KLINIS

    Tanda dan gejala dari stroke adalah (Baughman, C Diane.dkk,2000):

    1. Kehilangan motorik

    Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi)

    dan hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan disfagia

    2. Kehilangan komunikasi

    Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria (kesulitan berbicara) atau afasia (kehilangan

    berbicara).

    3. Gangguan persepsi

    Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau kehilangan penglihatan perifer

    dan diplopia, gangguan hubungan visual, spesial dan kehilangan sensori.

    4. Kerusakan fungsi kognitifparestesia (terjadi pada sisi yang berlawanan).

    http://4.bp.blogspot.com/-l2O6Vx-9820/UtngWgilWMI/AAAAAAAABJk/t4s3E1DgW4k/s1600/LAPORAN+PENDAHULUAN+STROKE++NON++HEMORAGIK.png
  • 8/11/2019 ASKEP STROKE NON HEMORAGIK SUPAR.docx

    8/16

    5. Disfungsi kandung kemih meliputi: inkontinensiaurinarius transier, inkontinensia urinarius

    peristen atau retensi urin (mungkin simtomatik dari kerusakan otak bilateral),Inkontinensia

    urinarius dan defekasiyang berlanjut (dapat mencerminkan kerusakan neurologi ekstensif).

    Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak yang terkena:

    1. Penngaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa tubuh sebelah

    2. Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan sentuhan dan sensasi, gangguan penglihatan

    3. Pengaruh terhadap komunikasi, bicara tidak jelas, kehilangan bahasa.

    Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:

    Hemisfer kiri Hemisfer kanan

    Mengalami hemiparese kanan

    Perilaku lambat dan hati-hati

    Kelainan lapan pandang kanan

    Disfagia global

    Afasia

    Mudah frustasi

    Hemiparese sebelah kiri tubuh

    Penilaian buruk

    Mempunyai kerentanan terhadap sisi

    kontralateral sehingga memungkinkan

    terjatuh ke sisi yang berlawanan tersebut

    G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    1. Angiografi serebral

    Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.

    2. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).

    Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga mendeteksi, melokalisasi, dan

    mengukur stroke (sebelum nampak oleh pemindaian CT).

    3. CT scan

    Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan

    otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.

    4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)

    Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar terjadinya perdarahan

    otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.

    5. EEG

    Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang

    infark sehingga menurunya impuls listrik dalam jaringan otak.

    6. Pemeriksaan laboratorium

    a. Lumbal pungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif,

    sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu

    hari-hari pertama.

    b. Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)

    c. Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi hiperglikemia.

    d. gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur-rangsur turun

    kembali.

    e. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.

  • 8/11/2019 ASKEP STROKE NON HEMORAGIK SUPAR.docx

    9/16

    H. KOMPLIKASI

    Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi, komplikasi ini

    dapat dikelompokan berdasarkan:

    1. Berhubungan dengan immobilisasiinfeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan,

    konstipasi dan thromboflebitis.

    2. Berhubungan dengan paralisis nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi,

    deformitas dan terjatuh

    3. Berhubungan dengan kerusakan otak epilepsi dan sakit kepala.

    4. Hidrocephalus

    Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol respon

    pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.

    I. PENATALAKSANAAN Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan melakukan tindakan

    sebagai berikut:

    Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendiryang sering,

    oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.

    Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk usaha memperbaiki

    hipotensi dan hipertensi.

    Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.

    Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien harus

    dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.

    Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK

    Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan,

    Pengobatan Konservatif

    a. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan, tetapi maknanya:

    pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.

    b. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.

    c. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan

    agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.d. Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/ memberatnya trombosis atau

    emboli di tempat lain di sistem kardiovaskuler.

    Pengobatan Pembedahan

    Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral:

    a. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka arteri

    karotis di leher.

    b. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling dirasakan

    oleh pasien TIA.

    c. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut

  • 8/11/2019 ASKEP STROKE NON HEMORAGIK SUPAR.docx

    10/16

    d. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma

    ASUHAN KEPERAWATAN

    A. PENGKAJIAN

    1. Identitas klien

    Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat,

    pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.

    2. Keluhan utama

    Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat

    berkomunikasi.

    3. Riwayat penyakit sekarang

    Serangan stroke seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan

    aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar,disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.

    4. Riwayat penyakit dahulu

    Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala,

    kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat

    adiktif, kegemukan.

    5. Riwayat penyakit keluarga

    Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.

    Pengkajian Fokus:

    a.

    Aktivitas/istirahat:Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya rasa, paralisis,

    hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.

    b. Sirkulasi

    Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF, polisitemia. Dan hipertensi

    arterial.

    c. Integritas Ego.

    Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk mengekspresikan diri.

    d. Eliminasi

    Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine, anuria, distensi kandung

    kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang.

    e.

    Makanan/caitan :

    Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan, dysfagia

    f. Neuro Sensori

    Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial. Kelemahan dengan

    berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur, dyspalopia, lapang pandang menyempit.

    Hilangnya daya sensori pada bagian yang berlawanan dibagian ekstremitas dan kadang-kadang

    pada sisi yang sama di muka.

    g. Nyaman/nyeri

  • 8/11/2019 ASKEP STROKE NON HEMORAGIK SUPAR.docx

    11/16

    Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka

    h. Respirasi

    Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara nafas, whezing, ronchi.

    i.

    Keamanan

    Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury. Perubahan persepsi dan orientasi

    Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan mengatur kebutuhan nutrisi. Tidak mampu

    mengambil keputusan.

    j. Interaksi social

    Gangguan dalam bicara, Ketidakmampuan berkomunikasi.

    B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

    1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke otak terhambat

    2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak

    3. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan kerusakanneurovaskuler

    4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler

    5. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik

    6. Resiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran

    7. Resiko injuri berhubungan dengan penurunan kesadaranPola nafas tidak efektif berhubungan

    dengan penurunan kesadaran.

    http://1.bp.blogspot.com/-pr4PYaamNEU/UtmqNgZI-FI/AAAAAAAABI8/BovMdJhulQ8/s1600/LAPORAN++PENDAHULUAN+STROKE+NON+HEMORAGIK.jpg
  • 8/11/2019 ASKEP STROKE NON HEMORAGIK SUPAR.docx

    12/16

    C. RENCANA KEPERAWATAN

    No Diagnosa Keperawatan Tujuan

    1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan

    serebral b.d aliran darah ke otak

    terhambat.

    Setelah dilakukan tindakan keperawatan

    diharapkan suplai aliran darah keotak

    lancar dengan kriteria hasil:

    Nyeri kepala / vertigo berkurang sampai

    de-ngan hilang

    Berfungsinya saraf dengan baik

    Tanda-tanda vital stabil

    Monitorang neurologis

    Monitor ukuran, kesimet Monitor tingkat kesadar

    Monitir tanda-tanda vital

    Monitor keluhan nyeri k

    Monitor respon klien ter

    Hindari aktivitas jika TI

    Observasi kondisi fisik

    Terapi oksigen

    Bersihkan jalan nafas da

    Pertahankan jalan nafas

    Berikan oksigen sesuai i Monitor aliran oksigen,

    Beri penjelasan kepada

    oksigen

    Observasi tanda-tanda hi

    Monitor respon klien ter

    Anjurkan klien untuk tet

    aktifitas dan tidur

    2 Kerusakan komunikasi verbal b.d

    penurunan sirkulasi ke otak

    Setelah dilakukan tindakan keperawatan,

    diharapkan klien mampu untuk

    berkomunikasi lagi dengan kriteria hasil:

    dapat menjawab pertanyaan yang diajukan

    perawat

    dapat mengerti dan memahami pesan-

    pesan melalui gambar

    dapat mengekspresikan perasaannya

    secara verbal maupun nonverbal

    Libatkan keluarga untuk

    memahamkan informasi

    Dengarkan setiap ucapa

    Gunakan kata-kata seder

    dengan klien

    Dorong klien untuk men

    Berikan arahan / perinta

    dengan klien

    Programkan speech-lang

    Lakukan speech-langua

    klien

    3 Defisit perawatan diri;

    mandi,berpakaian, makan,

    Setelah dilakukan tindakan keperawatan,

    diharapkan kebutuhan mandiri klien

    terpenuhi, dengan kriteria hasil:

    Klien dapat makan dengan bantuan orang

    lain / mandiri

    Klien dapat mandi de-ngan bantuan orang

    lain

    Klien dapat memakai pakaian dengan

    bantuan orang lain / mandiri

    Klien dapat toileting dengan bantuan alat

    Kaji kamampuan klien u

    Pantau kebutuhan klien

    mandi, berpakaian dan t

    Berikan bantuan pada kl

    mandiri

    Berikan dukungan pada

    normal sesuai kemampu

    Libatkan keluarga dalam

    perawatan diri klien

  • 8/11/2019 ASKEP STROKE NON HEMORAGIK SUPAR.docx

    13/16

  • 8/11/2019 ASKEP STROKE NON HEMORAGIK SUPAR.docx

    14/16

    aspirasi Haluskan obat sebelum

    7 Resiko Injuri berhubungan dengan

    penurunan tingkat kesadaran

    Setelah dilakukan tindakan perawatan,

    diharapkan tidak terjadi trauma pada pasiendengan kriteria hasil:

    bebas dari cedera

    mampu menjelaskan factor resiko dari

    lingkungan dan cara untuk mencegah

    cedera

    menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

    Risk Control Injury

    menyediakan lingkunga

    memberikan informasi

    memberikan peneranga

    menganjurkan keluarga

    8 Pola nafas tidak efektif berhubungan

    dengan penurunan kesadaran

    Setelah dilakukan tindakan perawatan,

    diharapkan pola nafas pasien efektif dengan

    kriteria hasil :

    - Menujukkan jalan nafas paten ( tidak

    merasa tercekik, irama nafas normal,

    frekuensi nafas normal,tidak ada suara

    nafas tambahan

    - Tanda-tanda vital dalam batas normal

    Respiratori Status Mana

    Pertahankan jalan nafas

    Observasi tanda-tanda h Berikan terapi O2

    Dengarkan adanya kela

    Monitor vital sign

  • 8/11/2019 ASKEP STROKE NON HEMORAGIK SUPAR.docx

    15/16

    DAFTAR PUSTAKAJohnson, M., et all.2002.Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper

    Saddle River

    Mansjoer, A dkk. 2007.Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media Aesculapius FKUIMc Closkey, C.J., et all. 2002.Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New

    Jersey: Upper Saddle River

    Muttaqin, Arif. 2008.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta:

    Salemba Medika

    NANDA, 2012,Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.

    Price, A. Sylvia.2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 4. Penerbit Buku

    Kedokteran EGC.

    Santosa, Budi. 2007.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika

    Smeltzer, dkk. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol2.alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta: EGC

  • 8/11/2019 ASKEP STROKE NON HEMORAGIK SUPAR.docx

    16/16