Askep Sinusitis
description
Transcript of Askep Sinusitis
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI
Sinusitis adalah radang pada rongga hidung (A.K Muda Ahmad.2003)
Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal sesuai anatomi sinus yang terkena, dapat
dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis sphenoid1
(Soepardi 2001)
Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung, dapat berupa sinusitis maksilaris
atau frontalis sinusitis dapat berlangsung akut maupun kronik. Dapat mengenai anak yang
sudah besar. Pada sinusitis paranasal sudah berkembang pada anak umur 6-11tahun
(Ngstiya 1997)
2. ETIOLOGI
1 . berbentuk baji (tulang baji)
Beberapa faktor etiologi dan predisposisi antara lain ISPA akibat virus, bermacam
rhinitis2 terutama rhinitis alergi, rhinitis hormonal pada wanita hamil, polip hidung,
kelainan anatomi seperti deviasi septum atau hipertrofi konka3, sumbatan komplek Ostio-
maetal (KOM), infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik, diskinesia silia seperti
pada sindroma Kartagener, dan diluar negri adalah penyakit fibrostik kistik.
Pada anak-anak, hipertrofi adenoid merupakan faktor penting penyebab sinusitis sehingga
perlu diadakan adenoidektomi untuk menghilangkan sumbatan dan menyembuhkan
rinosinusitisnya. Hipertrofi adenoid dapat didiagnosa dengan foto polos leher posisi
lateral.
Faktor lain yang berpengaruh adalah lingkungan berpolusi, udara dingin dan kering serta
kebiasaan merokok. Sinusitis Dentogen terjadi karena penjalaran infeksi dari gigi
geraham atas.
Kuman penyebab :
a. Streptococcus pneumonia
b. Hamophilus influenza
c. Steptococcus viridians
d. Staphylococcus aureus
e. Branchamella catarhatis
3. TANDA DAN GEJALA
a. Sinusitis akut
Penderita mula-mula mengeluh hidung tersumbat (pilek-pilek), sumbatan bertambah
berat dan disertai nyeri atau rasa tekanan pada muka dan ingus purulent4, yang sering
kali turun ke tenggorokan (post nasal drip). Dapat disertai gejala sistemik seperti
demam dan lesu. Keluhan nyeri atau rasa tekanan di daerah sinus yang terkena
merupakan ciri khas sinusitis akut, serta kadang-kadang nyeri juga terasa di tempat
lain (referred pain). Nyeri pipi menandakan sinusitis maksila, nyeri diantara atau di
belakang ke dua bola mata menandakan sinusitis etmoid, nyeri di dahi atau seluruh
kepala menandakan sinusitis frontal. Pada sinusitis sfenoid, nyeri dirasakan di vertex, 2 . radang selaput lendir hidung3 . cekungan daun telinga, salah satu antara tiga pasang tonjol dari tulang tapis atau tulang rahang atas ke dalam rongga hidung.4 . bernanah (pus)
oksipital, belakang bola mata dan daerah mastoid. Pada sinusitis maksila kadang-
kadang dan nyeri alih ke gigi dan telinga.
Gejala lain adalah sakit kepala, hipoosmia atau anosmia, halitosis5, post-nasal drip
yang menyebabkan batuk dan sesak pada anak. Pada pemeriksaan, penderita tampak
mengeluarkan air mata, lidah kotor, dan sukar menutup mulut. Suhu badan tinggi.
Vestibulum hidung tampak merah dan terdapat ekskoriasis. Selaput lender hidung
tampak bengkak dan sering terlihat nanah cair dari meatus medius mengalir
kebelakang diatas konka inferior dan terus ke dalam ruang belakang hidung.
Gambaran tadi merupakan petunjuk bagi dokter untuk membuat diagnosa sinusitis
akut. Diagnosa dipastikan dengan beberapa pemeriksaan :
1) Biakan hapusan hidung
2) Radiologi sinus paranasalis
3) Jumlah leukosit dan laju endap darah.
b. Sinusitis kronik
Keluhan sinusitis kronis tidak khas sehingga sulit didiagnosa. Gejalanya sakit kepala
kronik, post nasal drip, batuk kronik, gangguan tenggorokan, gangguan telinga akibat
sumbatan kronik muara tuba Eustachius, gangguan ke paru seperti bronchitis (sino-
bronkitis), bronkiektasis dan yang penting adalah serangan asma yang meningkat dan
sulit diobati. Pada anak, mukopus6 yang tertelan dapat menyebabkan gastroenteritis.
4. PATOFISIOLOGI
Timbulnya Pembengkakan di kompleks osteomeatal, selaput permukaan yang
berhadapan akan segera menyempit hingga bertemu, sehingga silia tidak dapat bergerak
untuk mengeluarkan sekret. Gangguan penyerapan dan aliran udara di dalam sinus,
menyebabkan juga silia menjadi kurang aktif dan lendir yang diproduksi oleh selaput
permukaan sinus akan menjadi lebih kental dan menjadi mudah untuk bakteri timbul dan
berkembang biak.
5 . pernapasan yang berbau busuk6 . lendir yang tampak seperti nanah karena mengandung banyak leukosit
Bila sumbatan terus-menerus berlangsung akan terjadi kurangnya oksigen dan hambatan
lendir, hal ini menyebabkan tumbuhnya bakteri anaerob, selanjutnya terjadi perubahan
jaringan Pembengkakan menjadi lebih hipertrofi hingga pembentukan polip7 atau kista8.
5. MANIFESTASI KLINIS
a. Sinusitis maksila akut
Gejala : Demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung tersumbat, nyeri pada pipi
terutama sore hari, ingus mengalir ke nasofaring, kental kadang-kadang berbau dan
bercampur darah.
b. Sinusitis etmoid akut
Gejala : ingus kental di hidung dan nasofaring, nyeri di antara dua mata, dan pusing.
c. Sinusitis frontal akut
Gejala : demam,sakit kepala yang hebat pada siang hari,tetapi berkurang setelah sore
hari, ingus kental dan penciuman berkurang.
d. Sinusitis sphenoid akut
Gejala : nyeri di bola mata, sakit kepala, ingus di nasofaring
e. Sinusitis Kronis
Gejala : pilek yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang berbau,selalu
terdapat ingus di tenggorok, terdapat gejala di organ lain misalnya rematik, nefritis,
bronchitis9, bronkiektasis10, batuk kering, dan sering demam.
6. KOMPLIKASI
Seperti halnya penyakit-penyakit yang lain, sinusitis juga dapat menyebabkan
komplikasi. Komplikasi sinusitis di antaranya:
a. Otak (infeksi pada otak atau timbunan nanah pada otak)
b. Mata (infeksi pada jaringan di sekitar bola mata, infeksi bola mata, pecahnya bola
mata)
7 . tumbuhan epitel selaput lendir yang menonjol8 . kantung tertutup yang normal atau abnormal, berlapis jaringan epitel dan mengandung cairan atau bahan setengah padat.9 . radang cabang-cabang tenggorokan10 . pelebaran bronkus setempat
c. Infeksi tulang sekitar sinus (dapat terjadi kebocoran nanah keluar dari wajah,
perubahan bentuk wajah/menonjol/membengkak)
d. Radang tenggorok yang sering kambuh
e. Radang amandel
f. Radang pita suara (sering batuk atau serak)
g. Sesak napas atau asma
h. Gangguan pencernaan (sering sakit perut, mual, muntah, diare)
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Rinoskopi anterior
Tampak mukosa konka hiperemis, kavum nasi sempit, dan edema. Pada sinusitis
maksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid anterior tampak mukopus atau nanah
di meatus medius, sedangkan pada sinusitis ethmoid posterior dan sinusitis sfenoid
nanah tampak keluar dari meatus superior.
b. Rinoskopi posterior : Tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip).
c. Dentogen : Caries gigi (PM1,PM2,M1)
d. Transiluminasi (diaphanoscopia)
Sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap. Pemeriksaan transiluminasi
bermakna bila salah satu sisi sinus yang sakit, sehingga tampak lebih suram
dibanding sisi yang normal.
e. Foto sinus paranasalis
Pemeriksaan radiologik yang dibuat ialah Posisi Water’s, Posteroanterior dan Lateral.
Akan tampak perselubungan atau penebalan mukosa atau batas cairan udara (air fluid
level) pada sinus yang sakit. Posisi Water’s adalah untuk memproyeksikan tulang
petrosus supaya terletak di bawah antrum maksila, yakni dengan cara menengadahkan
kepala pasien sedemikian rupa sehingga dagu menyentuh permukaan meja. Posisi ini
terutama untuk melihat adanya kelainan di sinus maksila, frontal dan etmoid. Posisi
Posteroanterior untuk menilai sinus frontal dan posisi lateral untuk menilai sinus
frontal, sphenoid dan etmoid
f. Pemeriksaan CT –Scan
Pemeriksaan CT-Scan merupakan cara terbaik untuk memperlihatkan sifat dan
sumber masalah pada sinusitis dengan komplikasi. CT-Scan pada sinusitis akan
tampak : penebalan mukosa, air fluid level, perselubungan homogen atau tidak
homogen pada satu atau lebih sinus paranasal, penebalan dinding sinus dengan
sklerotik (pada kasus-kasus kronik). Hal-hal yang mungkin ditemukan pada
pemeriksaan CT-Scan :
1) Kista retensi yang luas, bentuknya konveks (bundar), licin, homogen, pada
pemeriksaan CT-Scan tidak mengalami ehans. Kadang sukar membedakannya
dengan polip yang terinfeksi, bila kista ini makin lama makin besar dapat
menyebabkan gambaran air-fluid level.
2) Polip yang mengisi ruang sinus
3) Polip antrokoanal
4) Massa pada cavum nasi yang menyumbat sinus
5) Mukokel, penekanan, atrofi dan erosi tulang yang berangsur-angsur oleh massa
jaringan lunak mukokel yang membesar dan gambaran pada CT Scan sebagai
perluasan yang berdensitas rendah dan kadang-kadang pengapuran perifer.
g. Pemeriksaan di setiap sinus
1) Sinusitis maksila akut
Pemeriksaan rongga hidung akan tampak ingus kental yang kadang-kadang dapat
terlihat berasal dari meatus medius mukosa hidung. Mukosa hidung tampak
membengkak (edema) dan merah (hiperemis). Pada pemeriksaan tenggorok,
terdapat ingus kental di nasofaring.
Pada pemeriksaan di kamar gelap, dengan memasukkan lampu kedalam mulut
dan ditekankan ke langit-langit, akan tampak pada sinus maksila yang normal
gambar bulan sabit di bawah mata. Pada kelainan sinus maksila gambar bulan
sabit itu kurang terang atau tidak tampak. Untuk diagnosis diperlukan foto
rontgen. Akan terlihat perselubungan di sinus maksila, dapat sebelah (unilateral),
dapat juga kedua belah (bilateral).
2) Sinusitis etmoid akut
Pemeriksaan rongga hidung, terdapat ingus kental, mukosa hidung edema dan
hiperemis. Foto roentgen, akan terdapat perselubungan di sinus etmoid.
3) Sinusitis frontal akut
Pemeriksaan rongga hidung, ingus di meatus medius. Pada pemeriksaan di kamar
gelap, dengan meletakkan lampu di sudut mata bagian dalam, akan tampak bentuk
sinus frontal di dahi yang terang pada orang normal, dan kurang terang atau gelap
pada sinusitis akut atau kronis. Pemeriksaan radiologik, tampak pada foto
roentgen daerah sinus frontal berselubung.
4) Sinusitis sfenoid akut
Pemeriksaan rongga hidung, tampak ingus atau krusta serta foto rontgen.
8. PENATALAKSAAN
Diberikan terapi medika mentosa berupa antibiotik selama 10-14 hari, namun dapat
diperpanjang sampai semua gejala hilang. Antibiotik dipilih yang mencakup
anerob,seperti penisilin V. Klidamisin atau augmentin merupakan pilihan yang tepat bila
penisilin tidak efektif. Jika dalam 48-72 jam tidak ada perbaikan klinis diganti dengan
antibiotik untuk kuman yang menghasilkan beta laktamase, yaitu amoksisilin atau
ampisilin dikombinasikan dengan asam klavulanat. Steroid nasal topikal seperti
beklometason berguna sebagai antiinflamasi dan antialergi. Diberikan pula dekongestan
untuk memperlancar drainase sinus. Dapat diberikan sistemik maupun topikal. Khusus
yang topikal harus dibatasi selama 5 hari untuk menghindari terjadinya rinitis medika
mentosa. Bila perlu, diberikan analgesik untuk menghilangkan nyeri; mukolitik untuk
mengencerkan sekret, meningkatkan kerja silia, dan merangsang pemecahan fibrin. Bila
perlu dilakukan diatermi. Diatermi dilakukan dengan sinar gelombang pendek sebanyak
5-6 kali pada daerah yang sakit untuk memperbaiki vaskularisasi sinus. Jika belum
membaik, dilakukan pencucian sinus. Terapi radikal dilakukan dengan mengangkat
mukosa yang patologik dan membuat drainase sinus yang terkena. Untuk sinus maksila
dilakukan operasi cald well-luc, sedangkan untuk sinus etmoid dilakukan edmoidektomi
dari intranasal atu ekstra nasal. Pada sinusitis frontal dilakukan secara intra nasal atau
ekstra nasal (operasi killian). Drainase sinus sfenoid dilakukan secara intranasal.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN SINUSITIS
Tn. M (20 tahun) dating ke poli THT dengan keluhan pilek-pilek sudah berlangsung
sebulan, dan terakhir ini hidung terasa tersumbat dan secret yang keluar purulent banyak, sensori
penciuman terganggu, terasa penuh di pipi ketika membungkuk kedepan, dan keluhan lain sakit
kepala. Kondisi sekarang ini badannya panas sudah 3 hari minum obat penurun panas tidak
berpengaruh sehingga dokter menyarankan rawat inap. Tn. M oleh dokter dinyatakan menderita
Sinusitis. Setelah sampai ruangan rawat inap suster melakukan pemeriksaan fisik Tn, M.
mengeluarkan air mata, lidah kotor dan sukar menutup mulut. Tanda-tanda vital : Suhu : 38,8oC,
RR : 28 x/menit, BB : 52 kg, TB : 165 cm. Saat pemeriksaan menggunakan Speculum hidung,
Vestibulum hidung pasien tampak bengkak dan merah.
I. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1. Identifikasi Klien
Nama : Tn. M
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. Register : 1330091193
Alamat : Jalan tak berujung no 10 blok A Kec. Asmara Kel. Damai
Sentosa
Status Perkawinan : Menikah
Keluarga Terdekat : Tn. Mercedes mariety
Diagnosa Medis : Glaukoma
2. Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh nyeri kepala sinus, tenggorokan.
3. Riwayat Penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu :
a) Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma
b) Pernah mempunyai riwayat penyakit THT
c) Pernah menedrita sakit gigi geraham
5. Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu
yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
6. Riwayat Psikososial
a) Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih)
b) Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
b. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek
samping.
2) Pola nutrisi dan metabolisme :
Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung
3) Pola istirahat dan tidur
Selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek
4) Pola Persepsi dan konsep diri
Klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsepdiri menurun
5) Pola sensorik
Daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus
(baik purulen, serous, mukopurulen).
II. Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
Data kasus :
Pasien mengeluh pilek sudah sebulan
Pasien mengatakan hidungnya
tersumbat secret yang keluar purulent
banyak
Pasien mengatakan sensori
penciumannya terganggu
Data kasus :
Hasil pemeriksaan fisik :
- Pasien mengeluarkan air mata
- Lidah pasien tampak kotor
- Pasien terlihat sukar menutup mulut
Saat pemeriksaan menggunakan
Speculum hidung, Vestibulum hidung
Pasien mengatakan dipipinya penuh
ketika membungkuk kedepan
Pasien mengeluh sakit kepala
Pasien mengatakan badan panas dan
sudah 3 hari minum obat tidak sembuh
pasien tampak bengkak dan merah
TTV
- Nadi : 96 x/menit,
- Suhu : 38,8oC,
- RR : 28 x/menit
- BB : 52 kg
- TB : 165 cm
III.Analisa Data Pre Operasi
No. Data fokus Problem Etiologi
1. DS:
Pasien mengeluh pilek sudah
sebulan
Pasien mengatakan hidungnya
tersumbat secret yang keluar
purulent banyak
Pasien mengatakan sensori
penciumannya terganggu
Pasien mengatakan dipipinya
penuh ketika membungkuk
kedepan
DO:
Saat pemeriksaan menggunakan
Speculum hidung, Vestibulum
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
Adanya
penumpukan secret
hidung pasien tampak bengkak dan
merah
TTV
- RR : 28 x/menit
2. DS :
Pasien mengatakan badan panas
dan sudah 3 hari minum obat tidak
sembuh
Pasien mengatakan dipipinya
penuh ketika membungkuk
kedepan
DO :
Saat pemeriksaan menggunakan
Speculum hidung, Vestibulum
hidung pasien tampak bengkak dan
merah
TTV
- Suhu : 38,8oC,
Hipertermi Proses inflamasi
3. DS :
Pasien mengatakan sensori
penciumannya terganggu
Pasien mengatakan dipipinya
penuh ketika membungkuk
kedepan
Nyeri Peradangan pada
hidung
Pasien mengeluh sakit kepala
DO :
Hasil pemeriksaan fisik :
- Pasien mengeluarkan air mata
TTV
- RR : 28 x/menit
4. DS :
Pasien mengatakan hidungnya
tersumbat secret yang keluar
purulent banyak
Pasien mengatakan badan panas
dan sudah 3 hari minum obat tidak
sembuh
DO :
Hasil pemeriksaan fisik :
- Lidah pasien tampak kotor
- Pasien terlihat sukar menutup
mulut
TTV
- BB : 52 kg
Resiko pemenuhan
kebutuhan nutrisi
Nafsu makan
menurun sekunder
dari peradangan
sinus
IV. Diagnosa Keperawatan Pre Operasi
No. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas b.d adanya penumpukan secret
2. Hipertermi b.d proses inflamasi
3. Nyeri b.d peradangan pada hidung
4. Resiko pemenuhan kebutuhan nutrisi b.d nafsu makan menurun sekunder dari peradangan
sinus
V. Intervensi Keperawatan Pre Operasi
No. Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama ….x…
jam diharapkan pasien
dapat :
- Mengidentifikasi/
menunjukkan perilaku
mencapai bersihan jalan
napas.
- Menunjukkan jalan
napas paten dengan
bunyi napas bersih,
tidak ada dispnea,
sianosis.
- Mendemonstrasikan
batuk efektif.
1. Kaji frekuensi atau
kedalaman pernapasan dan
gerakan dada
2. Auskultasi area paru, catat
area penurunan/tak ada
aliran udara dan bunyi
napas adventisius,
misalnya krekels mengi
1. Takipnea, pernapasan
dangkal, dan gerakan dada
tak simetris sering terjadi
karena ketidaknyamanan
gerakan. Gerakan dinding
dada dan atau cairan paru.
2. Penurunan aliran darah
terjadi pada area konsolidasi
dengan cairan. Bunyi napas
bronchial (normal pada
bronkus) dapat terjadi juga
pada area konsolidasi.
Krekels, rongkhi, dan mengi
terdengar pada inspirasi dan
atau ekspirasi pada respon
terhadap pengumpulan
cairan, secret kental, dan
spasme jalan napas/obstruksi
3. Berikan cairan sedikitnya
2.500 ml/hari, tawarkan air
hangat.
4. Ajarakan metode batuk
efektif dan terkontrol
5. Kolaborasi : Pemeriksaan
sputum pasien di
laboratorium
3. Merangsang batuk atau
pembersihan jalan napas
secara mekanik pada pasien
yang tak mampu melakukan
karena batuk tak efektif atau
penurunan tingkat kesadaran.
Cairan (khususnya yang
hangat) memobilisasi dan
mengeluarkan secret
4. Batuk tidak terkontrol akan
melelahkan klien.
5. Sputum yang di periksa guna
untuk mengetahui adanya
penyakit lain
2. Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama ….x…
jam diharapkan nyeri klien
dapat berkurang / hilang /
terkontrol dengan kriteria
1.
hasil :
- Klien dapat
mengidentifikasi
penyebab nyeri.
- Klien menyebutkan
faktor-faktor yang
dapat meningkatkan
nyeri.
- Klien mampu
melakukan tindakan
untuk mengurangi
nyeri.
3. Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama ….x…
jam diharapkan cemas
klien dapat berkurang /
hilang dengan kriteria
hasil :
- Berkurangnya perasaan
gugup
- Posisi tubuh rileks
- Mengungkapkan
pemahaman tentang
rencana tindakan
1. Kaji tingkat nyeri klien
2. Jelaskan sebab dan akibat
nyeri pada klien serta
keluarganya
3. Ajarkan tehnik relaksasi
dan distraksi
1. Mengetahui tingkat nyeri
klien dalam menentukan
tindakan selanjutnya
2. Dengan sebab dan akibat
nyeri diharapkan klien
berpartisipasi dalam
perawatan untuk mengurangi
nyeri
3. Klien mengetahui tehnik
distraksi dan relaksasi
sehinggga dapat
mempraktekkannya bila
mengalami nyeri
4. Observasi tanda tanda vital
dan keluhan klien
5. Kolaborasi dngan tim
medis :
Terapi konservatif :
- obat Acetaminopen;
Aspirin, dekongestan
hidung
- Drainase sinus
Pembedahan :
- Irigasi Antral, untuk
sinusitis maksilaris
- Operasi Cadwell Luc
4. Mengetahui keadaan umum
dan perkembangan kondisi
klien.
5. Menghilangkan /mengurangi
keluhan nyeri klien
4. Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama ….x…
jam diharapkan klien dapat
mengetahui tentang
penyakitnya dengan kriteria
hasil :
- Pasien menyatakan
pemahaman kondisi,
prognosis, dan
1. kaji pemenuhan kebutuhan
nutrisi klien
2. Jelaskan pentingnya
makanan bagi proses
penyembuhan
1. Mengetahui kekurangan
nutrisi klien
2. Dengan pengetahuan yang
baik tentang nutrisi akan
memotivasi meningkatkan
pemenuhan nutrisi
pengobatan.
- Mengidentifikasi
hubungan antar
gejala/tanda dengan
proses penyakit.
- Melakukan prosedur
dengan benar dan
menjelaskan alasan
tindakan.
3. Catat intake dan output
makanan klien.
4. Anjurkan makan sediki-
sedikit tapi sering
5. Sajikan makanan secara
menarik
3. Mengetahui perkembangan
pemenuhan nutrisi klien
4. Dengan sedikit tapi sering
mengurangi penekanan yang
berlebihan pada lambung
5. Meningkatkan selera makan
klien
VI.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M. G. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC, Jakarta 2000
Soepardi Efiaty Arsyad, Dkk, 2007, edisi 6, Buku ajar ilmu keperawatan telinga
hidung tenggorok kepala dan leher, Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Pracy R., Dkk., 1989, Pelajaran Ringkas Telinga Hidung Dan Tenggorok, Jakarta:
Gramedia Ilmukeperawatan.com
Ramali, Ahmad dkk, 2003, Kamus Kedokteran Arti dan Keterangan Istilah, Jakarta:
Djambatan