Askep Sinusitis

25
A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. DEFINISI Sinusitis adalah radang pada rongga hidung (A.K Muda Ahmad.2003) Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal sesuai anatomi sinus yang terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis sphenoid 1 (Soepardi 2001) Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung, dapat berupa sinusitis maksilaris atau frontalis sinusitis dapat berlangsung akut maupun kronik. Dapat mengenai anak yang sudah besar. Pada sinusitis paranasal sudah berkembang pada anak umur 6-11tahun (Ngstiya 1997) 1 . berbentuk baji (tulang baji)

description

Askep Sinusitis

Transcript of Askep Sinusitis

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. DEFINISI

Sinusitis adalah radang pada rongga hidung (A.K Muda Ahmad.2003)

Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal sesuai anatomi sinus yang terkena, dapat

dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis sphenoid1

(Soepardi 2001)

Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung, dapat berupa sinusitis maksilaris

atau frontalis sinusitis dapat berlangsung akut maupun kronik. Dapat mengenai anak yang

sudah besar. Pada sinusitis paranasal sudah berkembang pada anak umur 6-11tahun

(Ngstiya 1997)

2. ETIOLOGI

1 . berbentuk baji (tulang baji)

Beberapa faktor etiologi dan predisposisi antara lain ISPA akibat virus, bermacam

rhinitis2 terutama rhinitis alergi, rhinitis hormonal pada wanita hamil, polip hidung,

kelainan anatomi seperti deviasi septum atau hipertrofi konka3, sumbatan komplek Ostio-

maetal (KOM), infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik, diskinesia silia seperti

pada sindroma Kartagener, dan diluar negri adalah penyakit fibrostik kistik.

Pada anak-anak, hipertrofi adenoid merupakan faktor penting penyebab sinusitis sehingga

perlu diadakan adenoidektomi untuk menghilangkan sumbatan dan menyembuhkan

rinosinusitisnya. Hipertrofi adenoid dapat didiagnosa dengan foto polos leher posisi

lateral.

Faktor lain yang berpengaruh adalah lingkungan berpolusi, udara dingin dan kering serta

kebiasaan merokok. Sinusitis Dentogen terjadi karena penjalaran infeksi dari gigi

geraham atas.

Kuman penyebab :

a. Streptococcus pneumonia

b. Hamophilus influenza

c. Steptococcus viridians

d. Staphylococcus aureus

e. Branchamella catarhatis

3. TANDA DAN GEJALA

a. Sinusitis akut

Penderita mula-mula mengeluh hidung tersumbat (pilek-pilek), sumbatan bertambah

berat dan disertai nyeri atau rasa tekanan pada muka dan ingus purulent4, yang sering

kali turun ke tenggorokan (post nasal drip). Dapat disertai gejala sistemik seperti

demam dan lesu. Keluhan nyeri atau rasa tekanan di daerah sinus yang terkena

merupakan ciri khas sinusitis akut, serta kadang-kadang nyeri juga terasa di tempat

lain (referred pain). Nyeri pipi menandakan sinusitis maksila, nyeri diantara atau di

belakang ke dua bola mata menandakan sinusitis etmoid, nyeri di dahi atau seluruh

kepala menandakan sinusitis frontal. Pada sinusitis sfenoid, nyeri dirasakan di vertex, 2 . radang selaput lendir hidung3 . cekungan daun telinga, salah satu antara tiga pasang tonjol dari tulang tapis atau tulang rahang atas ke dalam rongga hidung.4 . bernanah (pus)

oksipital, belakang bola mata dan daerah mastoid. Pada sinusitis maksila kadang-

kadang dan nyeri alih ke gigi dan telinga.

Gejala lain adalah sakit kepala, hipoosmia atau anosmia, halitosis5, post-nasal drip

yang menyebabkan batuk dan sesak pada anak. Pada pemeriksaan, penderita tampak

mengeluarkan air mata, lidah kotor, dan sukar menutup mulut. Suhu badan tinggi.

Vestibulum hidung tampak merah dan terdapat ekskoriasis. Selaput lender hidung

tampak bengkak dan sering terlihat nanah cair dari meatus medius mengalir

kebelakang diatas konka inferior dan terus ke dalam ruang belakang hidung.

Gambaran tadi merupakan petunjuk bagi dokter untuk membuat diagnosa sinusitis

akut. Diagnosa dipastikan dengan beberapa pemeriksaan :

1) Biakan hapusan hidung

2) Radiologi sinus paranasalis

3) Jumlah leukosit dan laju endap darah.

b. Sinusitis kronik

Keluhan sinusitis kronis tidak khas sehingga sulit didiagnosa. Gejalanya sakit kepala

kronik, post nasal drip, batuk kronik, gangguan tenggorokan, gangguan telinga akibat

sumbatan kronik muara tuba Eustachius, gangguan ke paru seperti bronchitis (sino-

bronkitis), bronkiektasis dan yang penting adalah serangan asma yang meningkat dan

sulit diobati. Pada anak, mukopus6 yang tertelan dapat menyebabkan gastroenteritis.

4. PATOFISIOLOGI

Timbulnya Pembengkakan di kompleks osteomeatal, selaput permukaan yang

berhadapan akan segera menyempit hingga bertemu, sehingga silia tidak dapat bergerak

untuk mengeluarkan sekret. Gangguan penyerapan dan aliran udara di dalam sinus,

menyebabkan juga silia menjadi kurang aktif dan lendir yang diproduksi oleh selaput

permukaan sinus akan menjadi lebih kental dan menjadi mudah untuk bakteri timbul dan

berkembang biak.

5 . pernapasan yang berbau busuk6 . lendir yang tampak seperti nanah karena mengandung banyak leukosit

Bila sumbatan terus-menerus berlangsung akan terjadi kurangnya oksigen dan hambatan

lendir, hal ini menyebabkan tumbuhnya bakteri anaerob, selanjutnya terjadi perubahan

jaringan Pembengkakan menjadi lebih hipertrofi hingga pembentukan polip7 atau kista8.

5. MANIFESTASI KLINIS

a. Sinusitis maksila akut

Gejala : Demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung tersumbat, nyeri pada pipi

terutama sore hari, ingus mengalir ke nasofaring, kental kadang-kadang berbau dan

bercampur darah.

b. Sinusitis etmoid akut

Gejala : ingus kental di hidung dan nasofaring, nyeri di antara dua mata, dan pusing.

c. Sinusitis frontal akut

Gejala : demam,sakit kepala yang hebat pada siang hari,tetapi berkurang setelah sore

hari, ingus kental dan penciuman berkurang.

d. Sinusitis sphenoid akut

Gejala : nyeri di bola mata, sakit kepala, ingus di nasofaring

e. Sinusitis Kronis

Gejala : pilek yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang berbau,selalu

terdapat ingus di tenggorok, terdapat gejala di organ lain misalnya rematik, nefritis,

bronchitis9, bronkiektasis10, batuk kering, dan sering demam.

6. KOMPLIKASI

Seperti halnya penyakit-penyakit yang lain, sinusitis juga dapat menyebabkan

komplikasi. Komplikasi sinusitis di antaranya:

a. Otak (infeksi pada otak atau timbunan nanah pada otak)

b. Mata (infeksi pada jaringan di sekitar bola mata, infeksi bola mata, pecahnya bola

mata)

7 . tumbuhan epitel selaput lendir yang menonjol8 . kantung tertutup yang normal atau abnormal, berlapis jaringan epitel dan mengandung cairan atau bahan setengah padat.9 . radang cabang-cabang tenggorokan10 . pelebaran bronkus setempat

c. Infeksi tulang sekitar sinus (dapat terjadi kebocoran nanah keluar dari wajah,

perubahan bentuk wajah/menonjol/membengkak)

d. Radang tenggorok yang sering kambuh

e. Radang amandel

f. Radang pita suara (sering batuk atau serak)

g. Sesak napas atau asma

h. Gangguan pencernaan (sering sakit perut, mual, muntah, diare)

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Rinoskopi anterior

Tampak mukosa konka hiperemis, kavum nasi sempit, dan edema. Pada sinusitis

maksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid anterior tampak mukopus atau nanah

di meatus medius, sedangkan pada sinusitis ethmoid posterior dan sinusitis sfenoid

nanah tampak keluar dari meatus superior.

b. Rinoskopi posterior : Tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip).

c. Dentogen : Caries gigi (PM1,PM2,M1)

d. Transiluminasi (diaphanoscopia)

Sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap. Pemeriksaan transiluminasi

bermakna bila salah satu sisi sinus yang sakit, sehingga tampak lebih suram

dibanding sisi yang normal.

e. Foto sinus paranasalis

Pemeriksaan radiologik yang dibuat ialah Posisi Water’s, Posteroanterior dan Lateral.

Akan tampak perselubungan atau penebalan mukosa atau batas cairan udara (air fluid

level) pada sinus yang sakit. Posisi Water’s adalah untuk memproyeksikan tulang

petrosus supaya terletak di bawah antrum maksila, yakni dengan cara menengadahkan

kepala pasien sedemikian rupa sehingga dagu menyentuh permukaan meja. Posisi ini

terutama untuk melihat adanya kelainan di sinus maksila, frontal dan etmoid. Posisi

Posteroanterior untuk menilai sinus frontal dan posisi lateral untuk menilai sinus

frontal, sphenoid dan etmoid

f. Pemeriksaan CT –Scan

Pemeriksaan CT-Scan merupakan cara terbaik untuk memperlihatkan sifat dan

sumber masalah pada sinusitis dengan komplikasi. CT-Scan pada sinusitis akan

tampak : penebalan mukosa, air fluid level, perselubungan homogen atau tidak

homogen pada satu atau lebih sinus paranasal, penebalan dinding sinus dengan

sklerotik (pada kasus-kasus kronik). Hal-hal yang mungkin ditemukan pada

pemeriksaan CT-Scan :

1) Kista retensi yang luas, bentuknya konveks (bundar), licin, homogen, pada

pemeriksaan CT-Scan tidak mengalami ehans. Kadang sukar membedakannya

dengan polip yang terinfeksi, bila kista ini makin lama makin besar dapat

menyebabkan gambaran air-fluid level.

2) Polip yang mengisi ruang sinus

3) Polip antrokoanal

4) Massa pada cavum nasi yang menyumbat sinus

5) Mukokel, penekanan, atrofi dan erosi tulang yang berangsur-angsur oleh massa

jaringan lunak mukokel yang membesar dan gambaran pada CT Scan sebagai

perluasan yang berdensitas rendah dan kadang-kadang pengapuran perifer.

g. Pemeriksaan di setiap sinus

1) Sinusitis maksila akut

Pemeriksaan rongga hidung akan tampak ingus kental yang kadang-kadang dapat

terlihat berasal dari meatus medius mukosa hidung. Mukosa hidung tampak

membengkak (edema) dan merah (hiperemis). Pada pemeriksaan tenggorok,

terdapat ingus kental di nasofaring.

Pada pemeriksaan di kamar gelap, dengan memasukkan lampu kedalam mulut

dan ditekankan ke langit-langit, akan tampak pada sinus maksila yang normal

gambar bulan sabit di bawah mata. Pada kelainan sinus maksila gambar bulan

sabit itu kurang terang atau tidak tampak. Untuk diagnosis diperlukan foto

rontgen. Akan terlihat perselubungan di sinus maksila, dapat sebelah (unilateral),

dapat juga kedua belah (bilateral).

2) Sinusitis etmoid akut

Pemeriksaan rongga hidung, terdapat ingus kental, mukosa hidung edema dan

hiperemis. Foto roentgen, akan terdapat perselubungan di sinus etmoid.

3) Sinusitis frontal akut

Pemeriksaan rongga hidung, ingus di meatus medius. Pada pemeriksaan di kamar

gelap, dengan meletakkan lampu di sudut mata bagian dalam, akan tampak bentuk

sinus frontal di dahi yang terang pada orang normal, dan kurang terang atau gelap

pada sinusitis akut atau kronis. Pemeriksaan radiologik, tampak pada foto

roentgen daerah sinus frontal berselubung.

4) Sinusitis sfenoid akut

Pemeriksaan rongga hidung, tampak ingus atau krusta serta foto rontgen.

8. PENATALAKSAAN

Diberikan terapi medika mentosa berupa antibiotik selama 10-14 hari, namun dapat

diperpanjang sampai semua gejala hilang. Antibiotik dipilih yang mencakup

anerob,seperti penisilin V. Klidamisin atau augmentin merupakan pilihan yang tepat bila

penisilin tidak efektif. Jika dalam 48-72 jam tidak ada perbaikan klinis diganti dengan

antibiotik untuk kuman yang menghasilkan beta laktamase, yaitu amoksisilin atau

ampisilin dikombinasikan dengan asam klavulanat. Steroid nasal topikal seperti

beklometason berguna sebagai antiinflamasi dan antialergi. Diberikan pula dekongestan

untuk memperlancar drainase sinus. Dapat diberikan sistemik maupun topikal. Khusus

yang topikal harus dibatasi selama 5 hari untuk menghindari terjadinya rinitis medika

mentosa. Bila perlu, diberikan analgesik untuk menghilangkan nyeri; mukolitik untuk

mengencerkan sekret, meningkatkan kerja silia, dan merangsang pemecahan fibrin. Bila

perlu dilakukan diatermi. Diatermi dilakukan dengan sinar gelombang pendek sebanyak

5-6 kali pada daerah yang sakit untuk memperbaiki vaskularisasi sinus. Jika belum

membaik, dilakukan pencucian sinus. Terapi radikal dilakukan dengan mengangkat

mukosa yang patologik dan membuat drainase sinus yang terkena. Untuk sinus maksila

dilakukan operasi cald well-luc, sedangkan untuk sinus etmoid dilakukan edmoidektomi

dari intranasal atu ekstra nasal. Pada sinusitis frontal dilakukan secara intra nasal atau

ekstra nasal (operasi killian). Drainase sinus sfenoid dilakukan secara intranasal.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN SINUSITIS

Tn. M (20 tahun) dating ke poli THT dengan keluhan pilek-pilek sudah berlangsung

sebulan, dan terakhir ini hidung terasa tersumbat dan secret yang keluar purulent banyak, sensori

penciuman terganggu, terasa penuh di pipi ketika membungkuk kedepan, dan keluhan lain sakit

kepala. Kondisi sekarang ini badannya panas sudah 3 hari minum obat penurun panas tidak

berpengaruh sehingga dokter menyarankan rawat inap. Tn. M oleh dokter dinyatakan menderita

Sinusitis. Setelah sampai ruangan rawat inap suster melakukan pemeriksaan fisik Tn, M.

mengeluarkan air mata, lidah kotor dan sukar menutup mulut. Tanda-tanda vital : Suhu : 38,8oC,

RR : 28 x/menit, BB : 52 kg, TB : 165 cm. Saat pemeriksaan menggunakan Speculum hidung,

Vestibulum hidung pasien tampak bengkak dan merah.

I. Pengkajian

a. Pengumpulan data

1. Identifikasi Klien

Nama : Tn. M

Umur : 20 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

No. Register : 1330091193

Alamat : Jalan tak berujung no 10 blok A Kec. Asmara Kel. Damai

Sentosa

Status Perkawinan : Menikah

Keluarga Terdekat : Tn. Mercedes mariety

Diagnosa Medis : Glaukoma

2. Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh nyeri kepala sinus, tenggorokan.

3. Riwayat Penyakit sekarang

4. Riwayat penyakit dahulu :

a) Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma

b) Pernah mempunyai riwayat penyakit THT

c) Pernah menedrita sakit gigi geraham

5. Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu

yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.

6. Riwayat Psikososial

a) Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih)

b) Interpersonal : hubungan dengan orang lain.

b. Pola Fungsi Kesehatan

1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek

samping.

2) Pola nutrisi dan metabolisme :

Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung

3) Pola istirahat dan tidur

Selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek

4) Pola Persepsi dan konsep diri

Klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsepdiri menurun

5) Pola sensorik

Daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus

(baik purulen, serous, mukopurulen).

II. Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif

Data kasus :

Pasien mengeluh pilek sudah sebulan

Pasien mengatakan hidungnya

tersumbat secret yang keluar purulent

banyak

Pasien mengatakan sensori

penciumannya terganggu

Data kasus :

Hasil pemeriksaan fisik :

- Pasien mengeluarkan air mata

- Lidah pasien tampak kotor

- Pasien terlihat sukar menutup mulut

Saat pemeriksaan menggunakan

Speculum hidung, Vestibulum hidung

Pasien mengatakan dipipinya penuh

ketika membungkuk kedepan

Pasien mengeluh sakit kepala

Pasien mengatakan badan panas dan

sudah 3 hari minum obat tidak sembuh

pasien tampak bengkak dan merah

TTV

- Nadi : 96 x/menit,

- Suhu : 38,8oC,

- RR : 28 x/menit

- BB : 52 kg

- TB : 165 cm

III.Analisa Data Pre Operasi

No. Data fokus Problem Etiologi

1. DS:

Pasien mengeluh pilek sudah

sebulan

Pasien mengatakan hidungnya

tersumbat secret yang keluar

purulent banyak

Pasien mengatakan sensori

penciumannya terganggu

Pasien mengatakan dipipinya

penuh ketika membungkuk

kedepan

DO:

Saat pemeriksaan menggunakan

Speculum hidung, Vestibulum

Bersihan jalan nafas

tidak efektif

Adanya

penumpukan secret

hidung pasien tampak bengkak dan

merah

TTV

- RR : 28 x/menit

2. DS :

Pasien mengatakan badan panas

dan sudah 3 hari minum obat tidak

sembuh

Pasien mengatakan dipipinya

penuh ketika membungkuk

kedepan

DO :

Saat pemeriksaan menggunakan

Speculum hidung, Vestibulum

hidung pasien tampak bengkak dan

merah

TTV

- Suhu : 38,8oC,

Hipertermi Proses inflamasi

3. DS :

Pasien mengatakan sensori

penciumannya terganggu

Pasien mengatakan dipipinya

penuh ketika membungkuk

kedepan

Nyeri Peradangan pada

hidung

Pasien mengeluh sakit kepala

DO :

Hasil pemeriksaan fisik :

- Pasien mengeluarkan air mata

TTV

- RR : 28 x/menit

4. DS :

Pasien mengatakan hidungnya

tersumbat secret yang keluar

purulent banyak

Pasien mengatakan badan panas

dan sudah 3 hari minum obat tidak

sembuh

DO :

Hasil pemeriksaan fisik :

- Lidah pasien tampak kotor

- Pasien terlihat sukar menutup

mulut

TTV

- BB : 52 kg

Resiko pemenuhan

kebutuhan nutrisi

Nafsu makan

menurun sekunder

dari peradangan

sinus

IV. Diagnosa Keperawatan Pre Operasi

No. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas b.d adanya penumpukan secret

2. Hipertermi b.d proses inflamasi

3. Nyeri b.d peradangan pada hidung

4. Resiko pemenuhan kebutuhan nutrisi b.d nafsu makan menurun sekunder dari peradangan

sinus

V. Intervensi Keperawatan Pre Operasi

No. Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

1. Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama ….x…

jam diharapkan pasien

dapat :

- Mengidentifikasi/

menunjukkan perilaku

mencapai bersihan jalan

napas.

- Menunjukkan jalan

napas paten dengan

bunyi napas bersih,

tidak ada dispnea,

sianosis.

- Mendemonstrasikan

batuk efektif.

1. Kaji frekuensi atau

kedalaman pernapasan dan

gerakan dada

2. Auskultasi area paru, catat

area penurunan/tak ada

aliran udara dan bunyi

napas adventisius,

misalnya krekels mengi

1. Takipnea, pernapasan

dangkal, dan gerakan dada

tak simetris sering terjadi

karena ketidaknyamanan

gerakan. Gerakan dinding

dada dan atau cairan paru.

2. Penurunan aliran darah

terjadi pada area konsolidasi

dengan cairan. Bunyi napas

bronchial (normal pada

bronkus) dapat terjadi juga

pada area konsolidasi.

Krekels, rongkhi, dan mengi

terdengar pada inspirasi dan

atau ekspirasi pada respon

terhadap pengumpulan

cairan, secret kental, dan

spasme jalan napas/obstruksi

3. Berikan cairan sedikitnya

2.500 ml/hari, tawarkan air

hangat.

4. Ajarakan metode batuk

efektif dan terkontrol

5. Kolaborasi : Pemeriksaan

sputum pasien di

laboratorium

3. Merangsang batuk atau

pembersihan jalan napas

secara mekanik pada pasien

yang tak mampu melakukan

karena batuk tak efektif atau

penurunan tingkat kesadaran.

Cairan (khususnya yang

hangat) memobilisasi dan

mengeluarkan secret

4. Batuk tidak terkontrol akan

melelahkan klien.

5. Sputum yang di periksa guna

untuk mengetahui adanya

penyakit lain

2. Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama ….x…

jam diharapkan nyeri klien

dapat berkurang / hilang /

terkontrol dengan kriteria

1.

hasil :

- Klien dapat

mengidentifikasi

penyebab nyeri.

- Klien menyebutkan

faktor-faktor yang

dapat meningkatkan

nyeri.

- Klien mampu

melakukan tindakan

untuk mengurangi

nyeri.

3. Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama ….x…

jam diharapkan cemas

klien dapat berkurang /

hilang dengan kriteria

hasil :

- Berkurangnya perasaan

gugup

- Posisi tubuh rileks

- Mengungkapkan

pemahaman tentang

rencana tindakan

1. Kaji tingkat nyeri klien

2. Jelaskan sebab dan akibat

nyeri pada klien serta

keluarganya

3. Ajarkan tehnik relaksasi

dan distraksi

1. Mengetahui tingkat nyeri

klien dalam menentukan

tindakan selanjutnya

2. Dengan sebab dan akibat

nyeri diharapkan klien

berpartisipasi dalam

perawatan untuk mengurangi

nyeri

3. Klien mengetahui tehnik

distraksi dan relaksasi

sehinggga dapat

mempraktekkannya bila

mengalami nyeri

4. Observasi tanda tanda vital

dan keluhan klien

5. Kolaborasi dngan tim

medis :

Terapi konservatif :

- obat Acetaminopen;

Aspirin, dekongestan

hidung

- Drainase sinus

Pembedahan :

- Irigasi Antral, untuk

sinusitis maksilaris

- Operasi Cadwell Luc

4. Mengetahui keadaan umum

dan perkembangan kondisi

klien.

5. Menghilangkan /mengurangi

keluhan nyeri klien

4. Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama ….x…

jam diharapkan klien dapat

mengetahui tentang

penyakitnya dengan kriteria

hasil :

- Pasien menyatakan

pemahaman kondisi,

prognosis, dan  

1. kaji pemenuhan kebutuhan

nutrisi klien

2. Jelaskan pentingnya

makanan bagi proses

penyembuhan

1. Mengetahui kekurangan

nutrisi klien

2. Dengan pengetahuan yang

baik tentang nutrisi akan

memotivasi meningkatkan

pemenuhan nutrisi

pengobatan.

- Mengidentifikasi

hubungan antar

gejala/tanda dengan

proses penyakit.

- Melakukan prosedur

dengan benar dan

menjelaskan alasan

tindakan.

3. Catat intake dan output

makanan klien.

4. Anjurkan makan sediki-

sedikit tapi sering

5. Sajikan makanan secara

menarik

3. Mengetahui perkembangan

pemenuhan nutrisi klien

4. Dengan sedikit tapi sering

mengurangi penekanan yang

berlebihan pada lambung

5. Meningkatkan selera makan

klien

VI.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M. G. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC, Jakarta 2000

Soepardi Efiaty Arsyad, Dkk, 2007, edisi 6, Buku ajar ilmu keperawatan telinga

hidung tenggorok kepala dan leher, Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Pracy R., Dkk., 1989, Pelajaran Ringkas Telinga Hidung Dan Tenggorok, Jakarta:

Gramedia Ilmukeperawatan.com

Ramali, Ahmad dkk, 2003, Kamus Kedokteran Arti dan Keterangan Istilah, Jakarta:

Djambatan