Askep Pneumonia

108
ASKEP PNEUMONIA 1. DEFINISI Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agent infeksi 2. ETIOLOGI Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti: 1. Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter 2. Virus: virus influenza, adenovirus 3. Micoplasma pneumonia 4. Jamur: candida albicans 5. Aspirasi: lambung 3. PATOFISIOLOGI Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya. Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis

Transcript of Askep Pneumonia

Page 1: Askep Pneumonia

ASKEP PNEUMONIA

1. DEFINISI

Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang

umumnya disebabkan oleh agent infeksi

2. ETIOLOGI

Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:

1. Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter

2. Virus: virus influenza, adenovirus

3. Micoplasma pneumonia

4. Jamur: candida albicans

5. Aspirasi: lambung

3. PATOFISIOLOGI

Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa

mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius

difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di

saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan

berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik,

dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal

yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan

organisme-organisme infeksius lainnya. Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat

menyebabkan anak mudah mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis

kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang

memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau

epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel

infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan

fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian

atas. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan

menyebabkan pneumonia virus.2

Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan

yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian

bawah. Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal

Page 2: Askep Pneumonia

berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke

orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis

dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes

simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir

atau bakteremia/viremia generalisata.2

Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang

meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli

yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi

lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan

inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan

interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti

yang terjadi pada bronkiolitis.

4. MANIFESTASI KLINIK

• Secara khas diawali dengan awitan menggigil, demam yang timbul dengan cepat

(39,5 ºC

sampai 40,5 ºC).

• Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk.

• Takipnea (25 – 45 kali/menit) disertai dengan pernafasan mendengur, pernafasan

cuping

hidung,

• Nadi cepat dan bersambung

• Bibir dan kuku sianosis

• Sesak nafas

5. KOMPLIKASI

• Efusi pleura

• Hipoksemia

• Pneumonia kronik

• Bronkaltasis

• Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-paru yang

diserang tidak

Page 3: Askep Pneumonia

mengandung udara dan kolaps).

• Komplikasi sistemik (meningitis)

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga

menyatakan abses)

2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua

organisme yang ada.

3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.

4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat

penyakit dan

membantu diagnosis keadaan.

5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis

6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi

7. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing

7. PENATALAKSANAAN

Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal

itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya:

• Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.

• Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus

• Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia mikroplasma.

• Menganjurkan untuk tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda

• Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.

• Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup.

8. PENGKAJIAN

Data dasar pengkajian pasien:

• Aktivitas/istirahat

Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia

Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.

• Sirkulasi

Gejala : riwayat adanya

Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat

Page 4: Askep Pneumonia

• Makanan/cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus

Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia

(malnutrisi)

• Neurosensori

Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)

Tanda : perusakan mental (bingung)

• Nyeri/kenyamanan

Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia.

Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi

gerakan)

• Pernafasan

Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.

Tanda : – sputum: merah muda, berkarat

– perpusi: pekak datar area yang konsolidasi

– premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi

– Bunyi nafas menurun

– Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku

• Keamanan

Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam.

Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar

• Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis

Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 – 8 hari

Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah

9. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,

pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa

oksigen

darah.

Page 5: Askep Pneumonia

3. Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan ketidakadekuatan

pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun), penyakit kronis, malnutrisi.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan

oksigen.

5. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.

6. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

peningkatan

kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.

7. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan

cairan

berlebihan, penurunan masukan oral.

10. RENCANA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,

peningkatan produksi sputum ditandai dengan:

- Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan

- Bunyi nafas tak normal

- Dispnea, sianosis

- Batuk efektif atau tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum.

Jalan nafas efektif dengan kriteria:

- Batuk efektif

- Nafas normal

- Bunyi nafas bersih

- Sianosis

Intervensi:

- Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada

Rasional : takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi

karena ketidaknyamanan.

- Auskultasi area paru, catat area penurunan 1 kali ada aliran udara dan bunyi nafas

Rasional: penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.

- Biarkan teknik batuk efektif

Page 6: Askep Pneumonia

Rasional : batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami untuk

mempertahankan

jalan nafas paten.

- Penghisapan sesuai indikasi

Rasional: merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas suara mekanik pada faktor

yang

tidak mampu melakukan karena batuk efektif atau penurunan tingkat kesadaran.

– Berikan cairan sedikitnya

Rasional: cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret

- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik, eks.

Rasional: alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret, analgetik

diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus

digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk/menekan

pernafasan.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pembawa oksigen darah,

gangguan pengiriman oksigen ditandai dengan:

- Dispnea, sianosis

- Takikardia

- Gelisah/perubahan mental

- Hipoksia

Gangguan gas teratasi dengan:

- Sianosis

- Nafas normal

- Sesak

- Hipoksia

- Gelisah

Intervensi:

- Kaji frekuensi/kedalaman dan kemudahan bernafas

Rasional: manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat keterlibatan

paru dan status kesehatan umum.

- Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis perifer

Page 7: Askep Pneumonia

(kuku)

atau sianosis sentral.

Rasional: sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi respon tubuh terhadap

demam/menggigil namun sianosis pada daun telinga, membran mukosa dan kulit

sekitar mulut menunjukkan hipoksemia sistemik.

- Kaji status mental.

Rasional: gelisah mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat menunjukkan

hipoksia

atau penurunan oksigen serebral.

- Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk efektif.

Rasional: tindakan ini meningkat inspirasi maksimal, meningkat pengeluaran sekret

untuk memperbaiki ventilasi tak efektif.

- Kolaborasi

Berikan terapi oksigen dengan benar misal dengan nasal plong master, master venturi.

Rasional: mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. O2 diberikan dengan metode yang

memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pe.

3. Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan ketidakadekuatan

pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun), penyakit kronis, malnutrisi.

Tujuan:

Infeksi tidak terjadi dengan kriteria:

- waktu perbaikan infeksi/kesembuhan cepat tanpa

- penularan penyakit ke orang lain tidak ada

Intervensi:

- Pantau tanda vital dengan ketat khususnya selama awal terapi

Rasional: selama awal periode ini, potensial untuk fatal dapat terjadi.

- Tunjukkan teknik mencuci tangan yang baik

Rasional: efektif berarti menurun penyebaran/perubahan infeksi.

- Batasi pengunjung sesuai indikasi.

Rasional: menurunkan penularan terhadap patogen infeksi lain

- Potong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang. Tingkatkan

masukan

Page 8: Askep Pneumonia

nutrisi adekuat.

Rasional: memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan tekanan alamiah

- Kolaborasi

Berikan antimikrobial sesuai indikasi dengan hasil kultur sputum/darah misal penicillin,

eritromisin, tetrasiklin, amikalin, sepalosporin, amantadin.

Rasional: Obat digunakan untuk membunuh kebanyakan microbial pulmonia.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

dan kebutuhan oksigen ditandai dengan:

- Dispnea

- Takikardia

- Sianosis

Intoleransi aktivitas teratasi dengan:

- Nafas normal

- Sianosis

- Irama jantung

Intervensi

- Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas

Rasional: merupakan kemampuan, kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan interan.

- Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.

Rasional: menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.

- Jelaskan perlunya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan

aktivitas dan istirahat.

- Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur.

Rasional: pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi.

- Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan

Rasional: meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan

oksigen.

5. Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim varul, batuk menetap ditandai

dengan:

- Nyeri dada

- Sakit kepala

Page 9: Askep Pneumonia

- Gelisah

Nyeri dapat teratasi dengan:

- Nyeri dada (-)

- Sakit kepala (-)

- Gelisah (-)

Intervensi:

- Tentukan karakteristik nyeri, misal kejan, konstan ditusuk.

Rasional: nyeri dada biasanya ada dalam seberapa derajat pada pneumonia, juga

dapat

timbul karena pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.

- Pantau tanda vital

Rasional: Perubahan FC jantung/TD menu bawa Pc mengalami nyeri, khusus bila

alasan

lain tanda perubahan tanda vital telah terlihat.

- Berikan tindakan nyaman pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang /

berbincangan.

Rasional: tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat

menghilangkan

ketidaknyamanan dan memperbesar efek derajat analgesik.

- Aturkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.

Rasional: alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkat

keefektifan

upaya batuk.

- Kolaborasi

Berikan analgesik dan antitusik sesuai indikasi

Rasional: obat dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif atau menurunkan

mukosa berlebihan meningkat kenyamanan istirahat umum.

6. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses inflamasi

ditandai dengan tujuan:

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat diatasi dengan:

Page 10: Askep Pneumonia

- Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan

- Pasien mempertahankan meningkat BB

Intervensi

- identifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya: sputum, banyak nyeri.

Rasional: pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah

- Jadwalkan atau pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan

Rasional: menurun efek manual yang berhubungan dengan penyakit ini

- Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti panggang)

makanan yang menarik oleh pasien.

Rasional: tindakan ini dapat meningkat masukan meskipun nafsu makan mungkin

lambat

untuk kembali.

- Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.

Rasional: adanya kondisi kronis keterbatasan ruangan dapat menimbulkan malnutrisi,

rendahnya tahanan terhadap inflamasi/lambatnya respon terhadap terapi.

7. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan

cairan

berlebihan, demam, berkeringat banyak, nafas mulut, penurunan masukan oral.

Kekurangan volume cairan tidak terjadi dengan kriteria: Pasien menunjukkan

keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter individual yang tepat misalnya

membran mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda vital stabil.

Intervensi:

- Kaji perubahan tanda vital contoh peningkatan suhu demam memanjang, takikardia.

Rasional: peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkat laju metabolik dan

kehilangan

cairan untuk evaporasi.

- Kaji turgor kulit, kelembapan membran mukosa (bibir, lidah)

Rasional: indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membran mukosa

mulut

mungkin kering karena nafas mulut dan O2 tambahan.

- Catat laporan mual/muntah

Page 11: Askep Pneumonia

Rasional: adanya gejala ini menurunkan masukan oral

- Pantau masukan dan keluaran catat warna, karakter urine. Hitung keseimbangan

cairan. Ukur

berat badan sesuai indikasi.

Rasional: memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan keseluruhan

penggantian.

- Tekankan cairan sedikit 2400 mL/hari atau sesuai kondisi individual

Rasional: pemenuhan kebutuhan dasar cairan menurunkan resiko dehidrasi.

- Kolaborasi

Beri obat indikasi misalnya antipiretik, antimitik.

Rasional: berguna menurunkan kehilangan cairan

Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan

Rasional: pada adanya penurunan masukan banyak kehilangan

penggunaan dapat memperbaiki/mencegah kekurangan

DAFTAR PUSTAKA

1. Doenges, Marilynn, E. dkk. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, 2000. EGC,

Jakarta.

2. Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1,

EGC, Jakarta.

3. Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine, Patofisiologi, buku-2, Edisi 4, EGC,

Jakarta.

4. Tim Penyusun. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3. Volume II, 2001, FKUI.

Askep Pneumonia

A. Pengertian

Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang

umumnya disebabkan oleh agent infeksi.

Page 12: Askep Pneumonia

B. Etiologi

Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti :

1. Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter

2. Virus: virus influenza, adenovirus

3. Micoplasma pneumonia

4. Jamur: candida albicans

5. Aspirasi: lambung

C. Patofisiologi

Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa mekanisma

yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung,

atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu

partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler,

dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama

kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya

dari pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya.

Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami pneumonia

misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital, atau

kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi

mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel

infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang

normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat

Page 13: Askep Pneumonia

menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan pneumonia virus.

Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang normal

dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri ini dapat

merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri

yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-

kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus

Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari

sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata.

Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi

eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti

infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada

foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat

mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel

epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.

Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien untuk mencegah infeksi

dan terdiri dari

a. Susunan anatomis rongga hidung

b. Jaringan limfoid di naso-oro-faring

c. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sek¬ ret fiat yang

dikeluarkan oleh set epitel tersebut.

Page 14: Askep Pneumonia

d. Refleks batuk

e. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi.

f. Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.

g. Fagositosis, aksi enzimatik dan respons imuno-humoral terutama dari imu¬ noglobulin A

(IgA).

Anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau tidak mampu

mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Faktor lain yang mem¬pengaruhi timbulnya

pneumonia ialah daya tahan badan yang menurun, misal¬nya akibat malnutrisi energi protein

(MEP), penyakit menahun, faktor iatrogen seperti trauma pada paru, anestesia, aspirasi,

pengobatan dengan antibiotika yang tidak sempurna.

D. Klasifikasi

Pembagian pneumonia tidak ada yang memuaskan. Pada umumnya diadakan pembagian atas

dasar anatomis dan etiologis.

Pembagian anatomis : (1) pneumonia lobaris, (2) pneumonia lobularis (bron¬kopneumonia) dan

(3) pneumonia interstitialis (bronkiolitis).

Pembagian etiologis : (1) bakteria : Diplococcus pneumoniae, Pneumococcus, Streptococcus

hemolyticus, Streptococcus aureus. Hemophilus influenzae, Ba¬cillus Friedlander,

Mycobacterium tuberculosis. (2) virus: Respiratory syncytial virus, virus influenza, adenovirus,

virus sitomegalik. (3) Mycoplasma pneumo- ‘ niae (4)jamur : Histoplasma capsulatum,

Cryptococcus neoformans, Blastomy¬ces dermatitides, Coccidioides immitis, Aspergillus

species, Candida albicans. (5) aspirasi : makanan, kerosen (bensin, minyak tanah), cairan

amnion, benda asing. (6) pneumonia hipostatik. (7) sindrom Loeffler. Secara klinis biasa,

Page 15: Askep Pneumonia

berbagai etiologi ini sukar dibedakan. Untuk pengobatan te-pat, pengetahuan tentang penyebab

pneumonia perlu sekali, sehingga pemba¬gian etiologis lebih rasional daripada pembagian

anatomis.

A. Pneumonia pneumokokus.

a. Epidemiologi,

Pneumococcus merupakan penyebab utama pneumonia. Pneumococcus dengan serotipe 1

sampai 8 menyebabkan pneumonia pada orang dewasa lebih dari 80%, sedangkan pada anak

ditemukan tipe 14, 1, 6 dan 9. Angka kejadian tertinggi ditemukan pada usia kurang dari 4 tahun

dan mengu¬rang dengan meningkatnya umur. Pneumonia lobaris hampir selalu disebabkan oleh

Pneumococcus, ditemukan pada orang dewasa dan anak besar, sedangkan bronkopneumonia

lebih sering dijumpai pada anak kecil dan bayi.

b. Patogenesis

Pneumococcus masuk ke dalam paru melalui jalan pernafasan secara perci¬kan (‘droplet’).

Proses radang pneumonia dapat dibagi atas 4 stadia, yaitu: (1) Stadium kongesti: kepiler melebar

dan kongesti serta di dalam alveolus terdapat eksudat jernih, bakteri dalam jumlah banyak,

beberapa neutrofil dan makrofag. (2) Stadium hepatisasi merah: lobus dan lobulus yang terkena

menjadi padat dan tidak mengandung udara, warna menjadi merah dan pada perabaan seperti

he¬par. Dalam alveolus didapatkan fibrin, leukosit neutrofil, eksudat dan banyak se¬kali eritrosit

dan kuman. Stadium ini berlangsung sangat pendek. (3) Stadium hepatisasi kelabu: lobus masih

tetap padat dan warna merah menjadi pucat kela¬bu. Permukaan pleura suram karena diliputi

oleh fibrin. Alveolus terisi fibrin dan leukosit, tempat terjadi fagositosis Pneumococcus. Kapiler

tidak lagi kongestif. (4) Stadium resolusi: eksudat berkurang. Dalam alveolus makrofag

bertambah dan leukosit mengalami nekrosis dan degenerasi lemak. Fibrin diresorbsi dan

Page 16: Askep Pneumonia

menghilang. Secara patologi anatomis bronkopneumonia berbeda dari pneu¬tpaonia lobaris

dalam hal lokalisasi sebagai bercak-bercak dengan distribusi yang tidak teratur. Dengan

pengobatan antibiotika urutan stadiumn khas ini tidak terli¬hat.

c. Gambaran klinis

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa

hari. Suhu dapat naik sangat mendadak sampai 39-40°C dan mungkin disertai kejang karena

demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, disp¬nu. Pernafasan cepat dan dangkal disertai

pernafasan cuping hidung dan siano¬sis sekitar hidung dan mulut. Kadang-kadang disertai

muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit, mungkin terdapat

batuk se¬telah beberapa hari, mula-mula kering kemudian menjadi produktif. Pada sta¬dium

permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisis, tetapi dengan adanya nafas cepat

dan dangkal, pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar mulut dan hidung, harus dipikirkan

kemungkinan pneumonia. Pada bronkop-neumonia, hasil pemeriksaan tisis tergantung daripada

luas daerah yang terkena. Pada perkusi toraks sering tidak ditemukan kelainan. Pada auskultasi

mungkin hanya terdengar ronki basah nyaring halus atau sedang. Bila sarang bronkop¬neumonia

menjadi satu (kontluens) mungkin pada perkusi terdengar keredupan dan suara pernafasan pada

auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium resolu¬si, ronki terdengar lagi. Tanpa pengobatan

biasanya penyembuhan dapat terjadi sesudah 2 – 3 minggu.

B. Pneumonia lobaris

Biasanya gejala penyakit datang mendadak, tetapi kadang-kadang didahului oleh infeksi traktus

respiratorius bagian atas. Pada anak besar bisa disertai badan menggigil dan pada bayi disertai

kejang. Suhu naik cepat sampai 39-40°C dan suhu ini biasanya menunjukkan tipe febris

Page 17: Askep Pneumonia

kontinua. Nafas menjadi sesak, diser¬tai nafas cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan

mulut dan nyeri pada da¬da. Anak lebih suka tiduran pada sebelah dada yang terkena. Batuk

mula-mula kering, kemudian menjadi produktif. Pada pemeriksaan fisis, gejala khas tampak

setelah 1-2 hari. Pada permulaan suara pernafasan melemah sedangkan pada perkusi tidak jelas

ada kelainan. Setelah terjadi kongesti, ronki basah nyaring akan terdengar yang segera

menghilang setelah terjadi konsolidasi. Kemudian pada perkusi jelas terdengar keredupan

dengan suara pernafasan sub-bronkial sampai bronkial. Pada stadium resolusi ronki terdengar

lebih jelas. Pada inspeksi dan palpasi tampak pergeseran toraks yang terkena berkurang. Tanpa

pengobat¬an bisa terjadi penyembuhan dengan krisis sesudah 5-9 hari.

a. Pemeriksaan Rgntgen toraks

Pemeriksaan ini dapat menunjukkan kelainan sebelum hal ini dapat ditemu¬kan secara

pemeriksaan fisis. Pada bronkopneumonia bercak-bercak infiltrat di¬dapatkan pada satu atau

beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa

lobus. Foto Rontgen dapat juga menunjuk¬kan adanya komplikasi seperti pleuritis, atelektasis,

abses paru, pneumatokel, pneumotoraks, pneumomediastinum atau perikarditis.

b. Pemeriksaan laboratorium

Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 – 40.000/mm3 dengan pergesaran

ke kiri. Kuman penyebab dapat dibiak dari usa¬pan tenggorokan dan 30% dari darah. Urin

biasanya berwarna lebih tua, mung¬kin terdapat albuminuria ringan karena suhu yang naik dan

sedikit torak hia¬lin.

c. Diagnosis banding

Pneumonia pneumokokus tidak dapat dibedakan dari pneumonia yang di¬sebabkan oleh bakteri

Page 18: Askep Pneumonia

lain atau virus, tanpa pemeriksaan mikrobiologis. Keada¬an yang menyerupai pneumonia ialah:

bronkiolitis, gagal jantung, aspirasi benda asing, atelektasis, abses paru, tuberkulosis.

d. Komplikasi

Dengan penggunaan antibiotika, komplikasi hampir tidak pernah dijumpai. Komplikasi yang

dapat dijumpai ialah: empiema, otitis media akut. Komplikasi lain seperti meningitis,

perikarditis, osteomielitis, peritonitis lebih jarang dili¬hat.

e. Prognosis

Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat di¬turunkan sampai

kurang dari 1%. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang terlambat

menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.

f. Pengobatan dan penatalaksanaan

Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi, te¬tapi berhubung hal ini

tidak selalu dapat dikerjakan dan makan waktu maka dalam praktek diberikan pengobatan

polifragmasi. Penisilin diberikan 50.000 U/kgbb/hari dan ditambah dengan kloramfeniko150 –

75 mg/kgbb/hari atau di¬berikan antibiotika yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin.

Pengoba¬tan diteruskan sampai anak bebas panas selama 4- 5 hari. Anak yang sangat se¬sak

nafasnya memerlukan pemberian cairan intravena dan oksigen. Jenis cairan yang digunakan ialah

campuran glukose 5% danNaC10,9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KC110 mEq/500

ml botol infus. Banyaknya cairan yang di¬perlukan sebaiknya dihitung dengan menggunakan

rumus Darrow. Karena temyata sebagian besar penderita jatuh ke dalam asidosis metabolik

akibat kurang makan dan hipoksia, dapat diberikan koreksi dengan perhitungan ke¬kurangan

basa sebanyak – 5 mEq.

Page 19: Askep Pneumonia

C. Pneumonia stafilokokus

Pneumonia stafilokokus disebabkan oleh Staphylococcus aureus, tergolong pneumonia yang

berat karena cepat menjadi progresif dan resisten terhadap pen¬gobatan. Pada umumnya

pneumonia ini diderita bayi, yaitu 30% di bawah umur 3 bulan dan 70% sebelum 1 tahun.

Seringkali terjadi abses paru (abses multipel), pneumatokel, ‘tension pneumothorax’ atau

empiema. Pengobatan diberikan berdasarkan uji resistensi, tetapi mengingat cepatnya perjalanan

penyakit, perlu diberikan antibiotika yang mempunyai spektrum luas yang kiranya belum

resis¬ten. Untuk infeksi Staphylococcus yang membuat penisilinase, dapat diberikan kloksasilin

atau linkomisin. Pengobatan diteruskan sampai ada perbaikan klinis dan menurut pengalaman

rata-rata 3 minggu.

D. Pneumonia streptokokus

Grup A Streptococcus hemolyticus biasanya menyebabkan infeksi traktus respiratorius bagian

atas, tetapi kadang-kadang dapat juga menimbulkan pneu¬monia. Pneumonia streptokokus

sering merupakan komplikasi penyakit virus seperti influenza, campak, cacar air dan infeksi

bakteri lain seperti pertusis, pneu¬mania pneumokokus. Pengobatannya ialah dengan penisilin.

E. Pneumonia bakteria gram negatif

Bakteri gram negatif yang biasanya menyebabkan pneumonia ialah Hemo¬philus influenzae,

basil Friedlander (Klebsiella pneumoniae) dan Pseudomonas aeruginosa. Angka kejadian

pneumonia ini sangat rendah (kurang dari 1%), akan tetapi mulai meningkat selama beberapa

tahun ini karena penggunaan antibioti¬ka yang sangat luas dan kontaminasi alat rumah sakit

seperti ‘humidifier’, alat oksigen dan sebagainya. Secara klinis, pneumonia ini sukar dibedakan

dari pneumonia yang disebabkan oleh bakteria lain dan hanya dapat ditentukan de¬ngan biakan.

Pneumonia yang disebabkan Hemophilus influenzae pada bayi dan anak kecil merupakan

Page 20: Askep Pneumonia

penyakit yang berat dan sering menimbulkan kompli¬kasi seperti bakteremia, empiema,

perikarditis, selulitis dan meningitis. Obat yang terpilih ialah ampisilin dengan dosis 150

mg/kgbb/hari dengan kloramfeni¬kol.

F. Pneumonia klebsiela

Biasanya dijumpai pada orang tua dan pada penderita diabetes melitus, bronkiektasis dan

tuberkulosis. Bayi dapat Menderita penyakit ini karena konta¬minasi alat di rumah sakit.

Penyakit ini dapat menjadi progresif dan menimbul¬kan abses dan kavitas. Komplikasi seperti

empiema, bakteremia biasanya juga di¬jumpai. Obat terpilih untuk mengatasi infeksi ini ialah

kanamisin 7,5 mg/kgbb/12 jam untuk 10-12 hari atau gentamisin.

G. Pneumonia psendomonas aeroginosa

Merupakan bronkopneumonia berat, progresif disertai dengan nekrosis dan biasanya

menimbulkan kematian. Biasanya ditemukan sebagai infeksi.

E. Manifestasi Klinis

Secara khas diawali dengan awitan menggigil, demam yang timbul dengan cepat (39,5 ºC

sampai 40,5 ºC).

Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk.

Takipnea (25 – 45 kali/menit) disertai dengan pernafasan mendengur, pernafasan cuping

hidung

Nadi cepat dan bersambung

Bibir dan kuku sianosis

Sesak nafas

Page 21: Askep Pneumonia

F. Komplikasi

Efusi pleura

Hipoksemia

Pneumonia kronik

Bronkaltasis

Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-paru yang diserang

tidak

mengandung udara dan kolaps).

Komplikasi sistemik (meningitis)

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Sinar X : mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga

menyatakan abses)

2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua

organisme yang ada.

3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.

4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat penyakit

dan membantu diagnosis keadaan.

5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis

6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.

7. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.

Page 22: Askep Pneumonia

H. Penatalaksanaan

Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal

itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya :

Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.

Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus

Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia mikroplasma.

Menganjurkan untuk tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda.

Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.

Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup.

KONSEP Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Pneumonia

A. Pengkajian

1. Aktivitas/istirahat

Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia

Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.

2. Sirkulasi

Gejala : riwayat adanya

Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat.

3. Makanan/cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus

Page 23: Askep Pneumonia

Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia

(malnutrisi).

4. Neurosensori

Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)

Tanda : perusakan mental (bingung)

5. Nyeri/kenyamanan

Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia.

Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan)

6. Pernafasan

Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.

Tanda :

o sputum: merah muda, berkarat

o perpusi: pekak datar area yang konsolidasi

o premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi

o Bunyi nafas menurun

o Warna: pucat/sianosis bibir dan kuk

7. Keamanan

Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam.

Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar

8. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis

Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 – 8 hari

Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah.

Page 24: Askep Pneumonia

B. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan Pola Nafas b.d Infeksi Paru

2. Defisit Volume Cairan b.d Penurunan intake cairan

C. Intervensi

1. Ketidakefektifan Pola Nafas b.d Infeksi Paru

Karakteristik :

Batuk (baik produktif maupun non produktif) haluaran nasal, sesak nafas, Tachipnea, suara nafas

terbatas, retraksi, demam, diaporesis, ronchii, cyanosis, leukositosis.

Tujuan :

Anak akan mengalami pola nafas efektif yang ditandai dengan :

o Suara nafas paru bersih dan sama pada kedua sisi

o Suhu tubuh dalam batas 36,5 – 37,2OC

o Laju nafas dalam rentang normal

o Tidak terdapat batuk, cyanosis, haluaran hidung, retraksi dan diaporesis

Intervensi

o Lakukan pengkajian tiap 4 jam terhadap RR, S, dan tanda-tanda keefektifan jalan

napas.

R : Evaluasi dan reassessment terhadap tindakan yang akan/telah diberikan.

Page 25: Askep Pneumonia

o Lakukan Phisioterapi dada secara terjadwal

R : Mengeluarkan sekresi jalan nafas, mencegah obstruksi

o Berikan Oksigen lembab, kaji keefektifan terapi

R : Meningkatkan suplai oksigen jaringan paru

o Berikan antibiotik dan antipiretik sesuai order, kaji keefektifan dan efek samping

(ruam, diare)

R : Pemberantasan kuman sebagai faktor causa gangguan

o Lakukan pengecekan hitung SDM dan photo thoraks

R : Evaluasi terhadap keefektifan sirkulasi oksigen, evaluasi kondisi jaringan paru

o Lakukan suction secara bertahap

R : Membantu pembersihan jalan nafas

o Catat hasil pulse oximeter bila terpasang, tiap 2 – 4 jam

R : Evaluasi berkala keberhasilan terapi/tindakan tim kesehatan.

2. Defisit Volume Cairan b.d Penurunan intake cairan

Karakteristik :

Hilangnya nafsu makan/minum, letargi, demam., muntah, diare, membrana mukosa kering,

turgor kulit buruk, penurunan output urine.

Tujuan :

Anak mendapatkan sejumlah cairan yang adekuat ditandai dengan :

Page 26: Askep Pneumonia

o Intake adekuat, baik IV maupun oral

o Tidak adanya letargi, muntah, diare

o Suhu tubuh dalam batas normal

o Urine output adekuat, BJ Urine 1.008 – 1,020

Intervensi :

o Catat intake dan output, berat diapers untuk output

R : Evaluasi ketat kebutuhan intake dan output

o Kaji dan catat suhu setiap 4 jam, tanda devisit cairan dan kondisi IV line

R : Meyakinkan terpenuhinya kebutuhan cairan

o Catat BJ Urine tiap 4 jam atau bila perlu

R : Evaluasi obyektif sederhana devisit volume cairan

o Lakukan Perawatan mulut tiap 4 jam

R : Meningkatkan bersihan sal cerna, meningkatkan nafsu makan/minum.

DAFTAR PUSRAKA

Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II. Media Aesculapius. Jakarta.

Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta.

Mansjoer, Arif. (2002). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta. Media Aesculapius

Nanda. (2007). Diagnose Nanda: Nic dan Noc.

Nursalam. (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Penyakit. Salemba Medika. Jakarta.

Page 27: Askep Pneumonia

Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Pada Bayi dan Anak (untuk perawat dan bidan). Salemba Medika.

Jakarta.

Setiadi. (2007). Anatomi dan Fisiologi Manusia. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Soegijanto,Soegeng, (2002). Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Pelaksanaan. Salemba

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang mana telah melimpahkan rahmat,

hidayah dan inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun maksud dan

tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai pedoman bagi mahasiswa untuk mengetahui

lebih jelas tentang Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Pneumonia.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah tidak lepas dari berbagai kesulitan,

namun berkat bimbingan yang ada dapat kami atasi.

Terakhir kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

mengembangkan wawasan bagi semua pembaca.

Kudus, Maret 2008

Penyusun

Page 28: Askep Pneumonia

BAB I

PENDAHULUAN

A.          LATAR BELAKANG

Pnueumonia merupakan suatu radang paru yang disebabkan oleh bemacam-macam

etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing. Tubuh mempunyai daya tahan yang

beguna untuk melindungi dari bahaya infeksi melalui mekanisme daya tahan traktus

respiratoris. Anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau

tidak mampu mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Faktor lain yang memperngaruhi

timbulnya pneumonia ialah daya tahan tubuh yang menurun misalnya akibat Malnutrisi

Energi Protein (MEP), penyakit menahun, trauma pada paru, anestesia, aspirasi dan

pengobatan dengan antibiotik yang tidak sempurna.

(Ngastiyah, 2005 : 57)

B.           TUJUAN

Penulisan makalah ini bertujuan untuk :

1.      Agar mahasiswa mengetahui lebih lanjut tentang penyakit pneumonia khususnya pada anak.

2.      Agar mahasiswa dapat memberikan askep pada anak dengan penyakit pneumonia.

C.          METODE PENULISAN

Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan studi pustaka, yaitu suatu metode

dengan sistem pengambilan materi dari berbagai literatur dan referensi yang berhubungan

dengan pneumonia.

D.          SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam penulisan makalah ini, penulis membagi dalam 3 bab yaitu :

BAB I : Pendahuluan meliputi : Latar Belakang, Tujuan Metode Penulisan dan

Sistematika Penulisan.

BAB II : Konsep Dasar meliputi : Pengertian, Klasifikasi, Etiologi, Patofisiologi,

Manifestasi Klinis, Pathway, Komplikasi, Penatalaksanaan, fokus Intervensi.

BAB III : Penutup

DAFTAR PUSTAKA

Page 29: Askep Pneumonia

BAB II

KONSEP DASAR

A.          PENGERTIAN

Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi

seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.

(Ngastiyah, 2005 : 57)

Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai

parenkim paru.

(Mansjoer, 2000 : 465)

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus

terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan kondisi

jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.

(Waspadji, 2001 : 801)

KLASIFIKASI

Pneumonia dibagi atas dasar anatomis dan etiologis.

-          Berdasarkan anatomis

1.      Pneumonia lobaris

2.      Pneumonia lobularis (Bronkopneumonia)

3.      Pneumonia intersitialis (Bronkiolitis)

-          Berdasarkan etiologis

1.       Bakteri : Diploccocus Pneumoniae, Pneumoccocus, Streptococcus Hemolyticus,

Streptococcus Aurens, Hemophilus Influenzae, Bacillus Friedlander, Mycobacterium

Tuberculosis.

2.       Virus : Respiratory Syncitial Virus, Virus Influenza, Adenivirus, Virus Sitomegalik.

3.       Mycoplasma pneumonia.

4.       Jamur : Hitoplasma capsulatum, cryptococcus neoformans, blastomyces dermatitides,

coccidioides immitis, aspergillus species, candida albians.

5.       Aspirasi : Makanan, kerosen (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda asing.

6.       Pneumonia hipostatik.

7.       Sindrom loeffler.

(Hasan dan Alatas, 1985 : 1229)

B.           ETIOLOGI

Page 30: Askep Pneumonia

1.      Bakteri

Ex : Berbagai kokus, hemophillus influenzae.

2.      Virus

3.      Mycoplasma pneumoniae

4.      Jamur

5.      Aspirasi (makanan, kerosen, amnion dsb)

(Ngastiyah, 2005 : 57)

C.          PATOFISIOLOGI

Bakteri penyebab terisap perifer melalui saluran nafas menyebabkan reaksi jaringan

berupa edema, yang mempermudah poliferasi dan penyebaran kuman. Bagian paru yang

terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadinya serbukan sel PMN (polimorfonuklear),

febrin, eritrosit, cairan edema dan kuman di alveoli dan proses fagositosis yang cepat.

Dilanjutkan stadium resolusi, dengan peningkatan jumlah sel makrofag di alveoli, degenerasi

sel dan menipisnya fibrin, serta menghilangnya kuman dan debris.

Proses kerusakan yang terjadi dapat dibatasi dengan pemberian antibiotik sedini

mungkin agar sistem bronkopulmonal yang tidak terkena dapat diselamatkan.

(Mansjoer, 2000 : 466)

D.          MANIFESTASI KLINIS

1.      Manifestasi non spesifik dan toksitas berupa demam, sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise,

nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal.

2.      Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnu, ekspektorasi sputum, nafas

cuping hidung, sesak nafas, air hunger, merintih dan sianosis.

3.      Retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernafas bersama dengan

peningkatan frekuensi nafas) perkusi pekak, fermitus melemah, saluran nafas melemah, dan

ronki.

4.      Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskrusi dada tertinggal di daerah efusi,

perkusi pekak, fremitus melemah, suara nafas tubeler tepat di atas batas cairan, friction rub,

nyeri dada, kaku kuduk/meningimus.

5.      Tanda infeksi ekstrapulmonal.

(Mansjoer, 2000 : 466)

Page 31: Askep Pneumonia

E.           PATHWAY

Page 32: Askep Pneumonia

F.           KOMPLIKASI

-          Efusi pleura dan empiema.

Terjadi pada sekitar 45% kasus, terutama pada infeksi bakterial akut berupa efusi

parapneumonik gram negatif sebesar 60%, staphyloccocus aurens 50%, S. Pneumoniae 40-

60%, kuman an aerob 35%. Sedangkan pada mycoplasma pneumoniae sebesar 20%.

Page 33: Askep Pneumonia

Cairannya transudat dan steril, terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan

cairan eksudat.

-          Komplikasi sistemik.

Dapat terjadi akibat invasi kumabn atau bakteriamia beurpa meningitis. Dapat juga terjadi

dehidrasi dan hiponatremia, anemia pada infeksi kronik, peninggian ureum dan enzim hati.

Adang-kadang terjadi peninggian fosfatase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestatis

intrahepatik.

-          Hopoksemia akibat gangguan disfusi.

-          Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia pada masa anak-anak tetapi dapat juga

oleh infeksi berulang dilokasi bronkus distal pada cystic fibrosis atau hipogamaglobulinemia.

Tuberkulosis atau pneumonia nekrotikans.

G.          PENATALAKSANAAN

-          Oksigen 1-2 l/menit

-          IVFD dekstrose 10% : NaCl 0.9% = 3 : 1 KCL 10 Meg ml ciaran. Jumlah cairan sesuai

dengan berat badan, kenaikan suhu dan status hidrasi.

-          Jika sesak tidak terlalu hebat dapat dimulai makanan anteral bertahap melalui selang

nasobastrik dengan feeding drip.

-          Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta abonis

untuk memperbaiki transpor mukosilier.

-          Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit

-          Anti biotik sesuai hasil biakan atau berikan :

Untuk kasus penumonia community base :

  Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.

  Kloram teknikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.

Untuk kasus pneumonia hospital base :

  Sefotaksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

  Amikusin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

H.          FOKUS INTERVENSI

1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan produksi sputum.

Tujuan : Pasien menunjukkan perilaku mencapai bersihan jalan nafas.

KH : Pasien menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tidak

ada dispneu.

Page 34: Askep Pneumonia

Intervensi :

a.       Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada.

b.      Bantu pasien latihan nafas sering.

c.       Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontra indikasi) tawarkan air hangat

daripada dingin.

d.      Libatkan keluarga dalam perawatan.

e.       Pengihisapan sesuai indikasi.

f.       Kolaborasi.

2.      Gangguan pertukaran gas b.d hipoventilasi

Tujuan : Pasien menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA

dalam rentang normal dan tak ada gejala distres pernapasan.

KH : Pasien berpatisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi.

Intervensi :

a.       Kaji frekuensi/kedalaman dan kemudahan bernafas.

b.      Kaji status mental.

c.       Awasi frekuensi jantung/irama.

d.      Pertahankan istirahat tidur, dorong menggunakan teknik relaksasi dan aktivitas senggang.

e.       Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi nafas dalam, dan batuk efektif.

3.      Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan utama.

Tujuan : Pasien mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi.

KH : Pasien mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko

infeksi.

Intervensi :

a.       Pantau tanda vital dengan ketat

b.      Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran sekret.

c.       Tunjukkan/dorong teknik mencuci tangan yang baik.

d.      Ubah posisi dengan sering dan berikan pembuangan paru yang baik.

e.       Batasi pengunjung sesuai indikasi.

4.      Resiko tinggi pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia.

Tujuan : Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan.

KH : Pasien mempertahankan/meningkaktan berat badan.

Intervensi :

a.       Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah.

Page 35: Askep Pneumonia

b.      Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin.

c.       Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.

d.      Asukultasi bunyi usus.

e.       Berikan makan porsi kecil dan sering.

f.       Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.

5.      Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d demam

Tujuan : Kebutuhan cairan pasien terpenuhi.

KH : Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda vital stabil.

Intervensi :

a.       Kaji perubahan tanda vital.

b.      Kaji turgor kulit.

c.       Pantau masukan dan keluaran cairan.

d.      Kolaborasi medis.

(Doenges, 2000 : 166-173)

Page 36: Askep Pneumonia

BAB III

PENUTUP

A.          KESIMPULAN

Pneumonia adalah suatu peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari

bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta

menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang

disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda dasing.

B.           SARAN

a.       Aspek penyakit pneumonia harus dipahami untuk dapat mengatasi dengan baik.

b.      Tindakan pencegahan harus diambil untuk mengurangi angka morbilitas penyakit.

c.       Faktor resiko penyebab pneumonia harus dikurangi/dihindari.

askep pneumonia

PNEUMONIA

I. DEFINISI

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus

terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan

konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Pada pemeriksaan

histologis terdapat pneumonitis atau reaksi inflamasi berupa alveolitis dan pengumpulan

eksudat yang dapat ditimbulkan oleh berbagai penyebab dan berlangsung dalam jangka

waktu yang bervariasi.

II. PATOGENESIS

Patogenesis pneumonia mencakup interaksi antara mikroorganisme (MO) penyebab yang

masuk melalui berbagai jalan, dengan daya tahan tubuh pasien. Kuman mencapai alveoli

melalui inhalasi, aspirasi kuman orofaring, penyebaran hematogen dari fokus infeksi lain,

atau penyebaran langsung dari lokasi infeksi. Pada bagian saluran nafas bawah, kuman

menghadapi daya tahan tubuh berupa sistem pertahanan mukosilier, daya tahan selular

Page 37: Askep Pneumonia

makrofag alveolar, limfosit bronchial dan neutrofil. Juga daya tahan tubuh humoral IgA dan

IgG dari sekresi bronchial.

Terjadinya pneumonia tergantung pada virulensi MO, tingkat kemudahan dan luasnya daya

tahan tubuh.

III. ETIOLOGI

Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme (bakteri, virus, jamur) dan

tersering disebabkan oleh bakteri. Jenis kuman yang biasa menginfeksi jaringan paru adalah:

1.      Streptococcus

2.      Staphylococcus

3.      Pneumococcus

4.      Hemovirus influenza

5.      Pseudomonas

6.      Fungus

7.      Basil coli

IV. KLASIFIKASI PNEUMONIA

A.    Pneumonia berdasarkan anatomik

1.      Pneumonia lobaris

è radang paru-paru yang mengenai sebagian besar/seluruh lobus.

2.      Pneumonia lobularis

è radang paru yang mengenai satu/beberapa lobus (biasanya ditandai dengan adanya bercak-

bercak infiltrasi)

3.      Pneumonia interstisialis (bronkhiolitis)

è radang pada dinding alveoli, peribronkhial dan jaringan interlobular.

V. GEJALA KLINIS

1.      Biasanya didahului à ISPA

Terjadi peningkatan suhu secara mendadak (38 ºC – 40 ºC) yang dapat disertai kejang.

2.      Gejala khas:

-          Sianosis pada mulut dan hidung

-          Dispneu, napas cepat dan dangkal disertai cuping hidung.

-          Gelisah, cepat lelah.

3.      Batuk: kering à produktif, ronkhi basah, stridor.

4.      Kadang muntah, diare, anoreksia.

5.      Laboratorium: leukositosis, AGD abnormal, LED meningkat.

6.      Roentgen foto: bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus.

Page 38: Askep Pneumonia

VI. PATOFISIOLOGI BERDASARKAN PENYIMPANGAN KDM

Streptococcus, staphylococcus, dll.

Saluran nafas bagian atas

Bronchiolus

Alveoli

Reaksi radang padaAkumulasi Bronchus dan Alveolus Stimulasi chemoreseption

Sekret hipotalamus

Obstruksi jalan nafas Fibrosus dan pelebaran set point berubah

Gangguan ventilasi Atelektasis respon menggigil

Bersihan jalan inefektif Gangguan difusi Reaksi peningkatanSuhu tubuh

Peningkatan frekuensinafas Gangguan Hipertermi

Pertukaran Gas

Merangsang RAS Suplai O2 Evaporasi meningkatke jaringan menurun

Sulit tidur Kelemahan Cairan tubuh berkurang

Perubahan pola tidur Intoleransi aktivitas Defisit volume cairan

Ancaman kehidupan Metabolisme meningkat

Page 39: Askep Pneumonia

Kecemasan Kompensasi: cadangan lemakDipergunakan oleh tubuh

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Page 40: Askep Pneumonia

ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN

1. PENGUMPULAN DATA

A. Identitas Klien

Nama : Tn. A

Umur : 60 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : ––

Pendidikan : SMA

Alamat : Jl. Jend. Sukawati No. 20 A Pangkep

Penanggung Jawab : Tn. L (anak kandung Tn. A)

Umur : 37 tahun

Pendidikan : S.Pd (Sarjana Pendidikan)

Pekerjaan : PNS

Alamat : Jl. Jend. Sukawati No. 20 A Pangkep

Sumber Data : Klien dan keluarga

Tanggal Pangkajian : 21 Maret 2004

B. Keluhan Utama Klien

Demam, batuk berdahak dan sesak nafas

C. Riwayat Penyakit Klien

Awalnya klien mengalami demam secara mendadak dengan suhu 39 ºC yang disertai dengan

kejang. Kemudian klien mengeluh sesak nafas, gelisah, cepat lelah bila beraktivitas, susah

tidur, mulut dan hidung pucat dan sering batuk berdahak. Kadang mual muntah, tidak ada

nafsu makan bahkan diare. Kulit menjadi kering dengan turgor buruk.

Page 41: Askep Pneumonia

D. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Saat kecil klien tidak pernah mengalami penyakit akut maupun kronis, kecuali demam, flu

dan batuk-batuk ringan. Riwayat bronchitis sudah dialami klien sejak berumur 32 tahun, tapi

masih dapat dikendalikan sampai berumur 45 tahun. Klien tidak pernah dioperasi dan tidak

mengalami alergi terhadap berbagai makanan dan minuman.

E. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien menceritakan bahwa bapaknya meninggal pada usia 58 tahun tanpa dikenali jenis

penyakitnya (diduga faktor ketuaan) dan ibunya meninggal karena penyakit bronchitis. Klien

juga mengatakan bahwa salah seorang anak perempuan juga mengidap bronchitis kronis.

Genogram:

 

Keterangan:

□ : Laki-laki

○ : Perempuanà : Klien Tn A.--- : Tinggal serumah

+ : Sudah meninggal

Tn. L 

Page 42: Askep Pneumonia

F. Riwayat Psikospiritual

         Pola koping: klien dapat menerima keadaan penyakitnya sebagai suatu yang wajar terjadi di

hari tua.

         Harapan klien tentang penyakitnya: klien berharap penyakitnya bisa segera sembuh agar

dapat pulang dan berkumpul dengan anak dan cucunya.

         Faktor stressor: merasa bosan diam terus di RS, tapi bila beraktivitas akan sesak dan

kondisinya yang lemah.

         Konsep diri: klien tidak merasa rendah diri karena keadaan penyakitnya dianggapnya wajar.

         Pengetahuan klien: klien mengatakan bahwa penyakitnya terjadi karena sering merokok.

         Hubungan dengan anggota keluarga: baik, anak-anak dan cucunya sering berkumpul

bersama-sama ke rumah klien.

         Hubungan dengan masyarakat: klien sering bergabung ngobrol dengan tetangganya

khususnya dengan teman sebayanya.

         Aktivitas sosial: klien mau mengikuti kegiatan di masyarakat sebatas kemampuannya.

         Kegiataan keagamaan: klien rajin shalat, mengaji dan tidak ketinggalan dalam berpuasa.

G. Kebutuhan Dasar

Pola makan:

Keluarga dan klien makan 3 x sehari dengan komposisi nasi, sayur, laku dan kadang kala

buah-buahan. Akhir-akhir ini klien kehilangan nafsu makan. Klien memilih-milih makanan.

Pola minum:

Akhir-akhir ini klien malas minum. Diperkirakan dalam 24 jam klien minum hanya kira-kira

3 – 4 gelas. Minuman kesukaran kopi pahit setiap pagi.

Pola eliminasi:

Eliminasi BAK

Klien buang air kecil tidak lancar seperti biasanya

Eliminasi BAB

Kadang-kadang klien mengalami diare

Pola tidur:

Klien mengeluh bahwa ia susah tidur karena pengaruh batuk yang berlendir.

Aktivitas sehari-hari:

Klien mengatakan bahwa ia tidak bekerja dan hanya melakukan aktivitas sehari-hari di rumah

dengan membersihkan sekitar rumah dan melakukan kegiatan yang ringan-ringan saja. Klien

sudah tidak dapat berjalan jarak jauh lagi ataupun bersepeda jarak jauh dan kebanyakan

santai dengan teman sebaya di kedai kopi.

Page 43: Askep Pneumonia

H. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum:

Klien tampak lelah, lemah, gelisah, perubahan mood terjadi, klien merasa tidak betah di RS

karena harus berbaring di tempat tidur. Vital sign meliputi:

-          Tekanan darah : 155/90 mmHg

-          Nadi : 110 x/menit (takikardi)

-          Pernafasan : 28 x/menit

-          Suhu : 39 ºC

Kulit:

Kulit sudah keriput, kering dengan turgor buruk tapi tidak ditemukan lesi, sianosis pada

mulut dan hidung, edema tidak ada.

Kepala:

Simetris tegak lurus dengan garis tengah tubuh, tidak ada luka, kulit kepala bersih, rambut

beruban dan lurus.

Page 44: Askep Pneumonia

Mata:

Ikterus (–), pupil isokhor kiri dan kanan, refleks cahaya (+), tanda-tanda anemis tidak

dijumpai.

Telinga:

Bentuk simetris kiri dan kanan, pendengaran tidak terganggu dan tidak ada nyeri, serumen

sedikit, tidak mengganggu pendengaran dan tidak ditemukan cairan.

Hidung:

Bentuk simetris, fungsi penciuman baik, polip (–), tidak ditemukan darah/cairan keluar dari

hidung.

Mulut dan tenggorokan:

Mulut sianosis, bibir kering, lidah hiperemesis, dapat dijulurkan maksimal keluar dan

bergerak bebas, refleks menelan kurang baik dan tonsil tidak infeksi.

Leher:

Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, dan leher dapat digerakkan dengan bebas.

Dada:

Bentuk dada simetris, pernafasan dibantu oleh penggunaan otot aksesori, klavikula menonjol

dan sternum terlihat rata. Nyeri dada timbul saat batuk.

Sistem pernafasan:

Pernafasan cepat (takipneu) dan dangkal disertai cuping hidung dispneu. Terdapat tanda-

tanda konsolidasi paru yakni pekak pada perkusi, suara nafas bronchial, ronki basah.

Sistem kardiovaskuler:

Klien mengalami takikardia dan terjadi peningkatan tekanan darah.

Page 45: Askep Pneumonia

Sistem muskuloskeletal:

Klien mempunyai postur tubuh yang tinggi dengan massa otot yang sudah menurun (kurus).

Sistem neurologi:

Kesadaran menurun/letargi, komunikasi kurang lancar, orientasi terhadap orang, waktu dan

tempat kurang baik, gelisah.

Sistem endokrin:

Riwayat DM tidak ada, belum pernah dideteksi adanya penyakit akibat gangguan

metabolisme lainnya.

I. Pemeriksaan Diagnostik

Hasil laboratorium:

-          Leukositosis (+)

-          LED meningkat

-          AGD abnormal

Foto dada:

-          Terdapat bercak infiltrate pada satu atau beberapa lobus.

2. PENGELOMPOKAN DATA

A. Data Subjektif

-          Demam mendadak disertai kejang

-          Klien mengeluh lemah

-          Sesak nafas

-          Mengeluh cepat lelah bila beraktivitas

-          Susah tidur

-          Batuk berdahak

-          Mual, muntah, tidak ada nafsu makan

-          Kadang-kadang mengalami diare

-          Berat badan menurun

Page 46: Askep Pneumonia

B. Data Objektif

-          Sianosis pada mulut dan hidung

-          Kulit kering dengan turgor buruk

-          Klien tampak lelah

-          Pernafasan cepat (takipneu) dan dangkal disertai cuping hidung

-          Dispneu, bunyi nafas bronchial, ronkhi basah.

-          Pernafasan menggunakan otot aksesori

-          Pekak dijumpai pada perkusi

-          Kesadaran menurun/letargi

-          Komunikasi kurang lancar

-          Orientasi terhadap orang, waktu dan tempat kurang baik

-          Hasil laboratorium: leukositosis, LED meningkat, AGD abnormal

-          Foto dada: terdapat bercak infiltrat pada lobus.

3. ANALISA DATA

No

.Data Penyebab/Etiologi Masalah

1. DS:

-    Sesak nafas

-    Batuk berdahak

DO:

-    Takipneu/pernafasan cepat,

dangkal disertai cuping

hidung

-    Bunyi nafas bronchial,

ronkhi

-    Pernafasan menggunakan

otot aksesori

-    Dispneu, sianosis

Reaksi radang pada bronchus dan alveolus

Akumulasi sekret

Obstruksi jalan nafas

Gangguan ventilasi

Bersihan jalan nafas inefektif

Bersihan jalan

nafas inefektif

Page 47: Askep Pneumonia

2. DS:

-    Sesak nafas

DO:

-    Dispneu, sianosis

-    Takikardia

-    Gelisah

Reaksi radang pada bronchus dan alveolus

Fibrosus dan pelebaran

Atelektasis

Gangguan difusi

Gangguan pertukaran gas

Gangguan

pertukaran gas

3. DS:

-    Nafsu makan menurun

-    Berat badan menurun,

lemah

DO:

-    Tonus otot menurun

Hipertermi

Metabolisme meningkat

Kompensasi: cadangan lemak dipergunakan oleh

tubuh

Nutrisi kurang dari kebutuhan badan

Nutrisi kurang

dari kebutuhan

badan

4. DS:

-    Mengeluh demam

DO:

-    Suhu tubuh meningkat

(39 %)

Bronchus dan alveolus

Stimulasi chemoreseption hipotalamus

Set point berubah

Respon menggigil

Reaksi peningkatan panas tubuh

Hipertermi

Hipertermi

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan peradangan, terjadinya penumpukan

sekret, ditandai dengan:

-          Takipneu/pernafasan cepat, dangkal disertai cuping hidung.

-          Bunyi nafas bronchial, ronki basah, penggunaan otot aksesori.

-          Dispneu, sianosis

-          Batuk dengan produksi sputum.

2.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolar ditandai

dengan:

-          Dispneu, sianosis

Page 48: Askep Pneumonia

-          Takikardia

-          Gelisah

3.      Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kekurangan intake oral ditandai dengan:

-          Nafsu makan menurun

-          Berat badan menurun: lemah, tonus otot menurun

4.      Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan ditandai dengan:

-          Suhu tubuh meningkat (39 ºC)

III. PERENCANAAN

A. Tujuan

1.      Jalan nafas efektif, dengan kriteria:

-          Ventilasi adekuat

-          Tidak ada penumpukan

2.      Pertukaran gas secara optimal, oksigenasi ke jaringan adekuat, dengan kriteria:

-          Tidak ada dispneu

-          Tidak ada sianosis

3.      Klien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat, dengan kriteria:

-          Nafsu makan meningkat

-          Mempertahankan/meningkatkan berat badan

4.      Demam hilang dengan kriteria:

-          Suhu tubuh turun dalam batas normal

Page 49: Askep Pneumonia

B. Rencana Tindakan Keperawatan

1.      Bersihan jalan nafas tak efektif

Tindakan/Intervensi Rasional

Mandiri:

Kaji frekuensi/kedalaman

pernafasan dan gerakan dada

Takipneu, pernafasan dangkal, dan gerakan

dada tak simetris sering terjadi karena

ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan

atau cairan paru.

Bantu pasien latihan nafas

sering. Tunjukkan/bantu pasien

mempelajari melakukan batuk,

misalnya menekan dada dan

batuk efektif sementara posisi

duduk tinggi

Nafas dalam memudahkan ekspansi

maksimum paru-paru/jalan nafas lebih kecil.

Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan

nafas alami/membantu silia untuk

mempertahankan jalan nafas paten.

Penekanan menurunkan ketidaknyamanan

dada dan posisi duduk memungkinkan

upaya nafas lebih dalam dan lebih kuat.

Penghisapan sesuai indikasi Merangsang batuk atau pembersihan jalan

nafas secara mekanik pada pasien yang tak

mampu melakukan karena batuk tak efektif

atau penurunan tingkat kesadaran.

Berikan cairan sedikitnya 2500

ml/hari (kecuali kontraindikasi).

Tawarkan air hangat daripada

dingin.

Cairan (khususnya yang hangat)

memobilisasi dan mengeluarkan sekret.

Kolaborasi

Bantu mengawasi efek

pengobatan nebuliser dan

fisioterapi lain. Misalnya,

spirometer insentif, IPPB,

tiupan botol, perkusi, drainase

postural. Lakukan tindakan di

antara waktu makan dan batasi

cairan bila mungkin.

Memudahkan pengenceran dan pembuangan

sekret. Drainase postural tidak efektif pada

pneumonia interstisial atau menyebabkan

eksudat alveolar atau kerusakan. Koordinasi

pengobatan/jadwal dan masukan oral

menurunkan muntah karena batuk,

pengeluaran sputum.

Berikan obat sesuai indikasi: Alat bantu untuk menurunkan spasme

Page 50: Askep Pneumonia

mukolitik, ekspektoran,

bronkodilator, analgetik

bronkus dengan mobilisasi sekret. Analgesik

diberikan untuk memperbaiki batuk dengan

menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus

digunakan secara hati-hati, karena dapat

menurunkan upaya batuk/menekan

pernafasan.

2.      Gangguan pertukaran gas

Tindakan/Intervensi Rasional

Mandiri:

Kaji frekuensi, kedalaman, dan

kemudahan bernafas

Manifestasi distress pernafasan tergantung

pada indikasi derajat keterlibatan paru dan

status kesehatan

Observasi warna kulit membran

mukosa, dan kaku, catat adanya

sianosis perifer (kaku) atau

sianosis sentral (surkumoral)

Sianosis kaku menunjukkan vasokonstriksi

atau respon tubuh terhadap

demam/menggigil. Namun sianosis daun

telinga, membran mukosa, dan kulit sekitar

mulut (membran hangar) menunjukkan

hipoksemia sistemik.

Kaji status mental Gelisah, mudah terangsang bingung, dan

samnolen dapat menunjukkan

hipoksemia/penurunan oksigenasi serebral.

Awasi frekuensi jantung/irama Takikardia biasanya ada sebagai akibat

demam/dehidrasi tetapi dapat sebagai

respons terhadap hipoksemia.

Awasi suhu tubuh, sesuai

indikasi. Bantu tindakan

kenyamanan untuk

menurunkan demam dan

menggigil, misalnya selimut

tambahan/menghilangkannya,

suhu ruangan nyaman, kompres

hangat atau dingin

Demam tinggi (umum pada pneumonia

bakterial dan influenza) sangat

meningkatkan kebutuhan metabolik dan

kebutuhan oksigen dan mengganggu

oksigenasi seluler.

Tinggikan kepala dan dorong

sering mengubah posisi, nafas

Tindakan ini meningkatkan inspirasi

maksimal. Meningkatkan pengeluaran sekret

Page 51: Askep Pneumonia

dalam, dan batuk efektif untuk memperbaiki ventilasi (rujuk pada

DK: bersihkan jalan nafas, Takefektif, hal.

166)

Kolaborasi

Berikan terapi oksigen benar,

misalnya, dengan nasal pro,

masker, masker venture.

Tujuan terapi oksigen adalah

mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg.

Oksigen diberikan dengan metode yang

memberikan pengiriman tepat dalam

toleransi pasien.

3.      Nutrisi kurang dari kebutuhan

Tindakan/Intervensi Rasional

Mandiri:

Identifikasi faktor yang

menimbulkan mual/muntah,

misalnya sputum banyak,

pengobatan derosol, dispnea

berat, nyeri

Pilihan intervensi tergantung pada penyebab

masalah

Page 52: Askep Pneumonia

Berikan wadah tertutup untuk

sputum dan buang sesering

mungkin. Berikan/bantu

kebersihan mulut setelah

muntah, setelah tindakan

aerosol dan drainase postural,

dan sebelum makan

Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari

lingkungan pasien dan dapat menurunkan

mual

Jadwalkan pengobatan

pernafasan sedikitnya 1 jam

sebelum makan

Menurunkan efek mual yang berhubungan

dengan efek ini

Berikan makan porsi kecil dan

sering termasuk makanan

kering (roti panggang, krekers),

dan atau makanan yang

menarik untuk pasien.

Tindakan ini dapat meningkatkan masukan

meskipun nafsu makan mungkin lambat

untuk kembali.

Evaluasi status nutrisi umum,

ukur berat badan dasar

Adanya kondisi kronis (seperti PPOM atau

alkoholisme) atau keterbatasan keuangan

dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya

tahanan terhadap infeksi, dan atau lambatnya

respons terhadap terapi.

4.      Demam hilang

Tindakan/Intervensi Rasional

Mandiri:

Pantau suhu pasien (derajat dan

pola)

Suhu 38,9 ºC – 41,1 ºC menunjukkan proses

penyakit infeksius akut. Pola demam dapat

membantu dalam diagnosis

Pantau suhu lingkungan,

batasi/tambahkan linen tempat

tidur, sesuai indikasi

Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah

untuk mempertahankan suhu mendekati

normal

Berikan kompres mandi hangat,

hindari penggunaan alkohol

Dapat mengurangi demam

Catatan: penggunaan air es/alkohol mungkin

menyebabkan kedinginan, peningkatan suhu

secara aktual, selain itu alkohol dapat

Page 53: Askep Pneumonia

mengeringkan kulit.

Kolaborasi

Berikan antipiretik, misalnya

ASA (aspirin) asetaminofen

(tylenol)

Digunakan untuk mengurangi demam

dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.

IV. IMPLEMENTASI

Pada tahap ini semua tindakan yang telah direncanakan dilaksanakan berdasarkan prioritas

masalah.

V. EVALUASI

Kriteria keberhasilan:

-          Berhasil

Tuliskan kriteria keberhasilannya dan hentikan tindakan.

-          Tidak berhasil

Tuliskan mana yang belum berhasil dan lanjutkan tindakan.

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pneumonia adalah penyakit umum di semua bagian dunia. Ini adalah penyebab utama

kematian di antara semua kelompok umur. Pada anak-anak, banyak dari kematian ini terjadi

pada masa neonatus. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa satu dari tiga

kematian bayi baru lahir disebabkan pneumonia. Lebih dari dua juta anak balita meninggal

setiap tahun di seluruh dunia. WHO juga memperkirakan bahwa sampai dengan 1 juta ini

(vaksin dicegah) kematian yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus''''pneumoniae, dan

lebih dari 90% dari kematian ini terjadi di negara-negara berkembang. Kematian akibat

pneumonia umumnya menurun dengan usia sampai dewasa akhir. Lansia individu,

bagaimanapun, berada pada risiko tertentu untuk pneumonia dan kematian terkait. Karena

beban yang sangat tinggi penyakit di negara berkembang dan karena kesadaran yang relatif

rendah dari penyakit di negara-negara industri, komunitas kesehatan dunia telah menyatakan

Page 54: Askep Pneumonia

untuk 2 November Hari Pneumonia Dunia, sehari untuk warga yang prihatin dan pembuat

kebijakan untuk mengambil tindakan terhadap penyakit. Di Inggris, kejadian tahunan dari

pneumonia adalah sekitar 6 kasus untuk setiap 1000 orang untuk kelompok usia 18-39. Bagi

mereka 75 tahun lebih dari usia, ini meningkat menjadi 75 kasus untuk setiap 1000 orang.

Sekitar 20-40% individu yang membutuhkan pneumonia kontrak yang masuk rumah sakit

antara 5-10% diterima ke unit perawatan kritis. Demikian pula, angka kematian di Inggris

adalah sekitar 5-10%. Individu-individu ini juga lebih cenderung memiliki episode berulang

dari pneumonia. Orang-orang yang dirawat di rumah sakit untuk alasan apapun juga berisiko

tinggi untuk pneumonia. Pneumonia merupakan komplikasi yang sering terjadi setelah stroke

yang menyulitkan penyembuhan pasien. Insidens yang tinggi dari pneumonia nosokomial

merupakan masalah yang sering terjadi di rumah sakit.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu pneumonia?

2. Mengapa sesorang bisa terkena pneumonia?

3. Apa yang menyebabkan seseorang terkena pneumonia?

4. Bagaimana tanda serta gejala dari pneumonia?

5. Bagaimana Asuhan Keperawatan serta diagnosa keperawatan yang tepat pada kasus

pneumonia?

C. TUJUAN

1. Untuk menjelaskan apa itu Pneumonia

2. Untuk menjelaskan penyebab penyakit Pneumonia, tanda dan gejala serta

patofisiologinya dalam tubuh.

3. Untuk mengetahui tindak lanjut intervensi keperawatan pada klien Pneumonia.

4. Untuk menjelaskan peran perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan

utamanya terhadap penderita Pneumoia

Page 55: Askep Pneumonia

D. MANFAAT

1. Menambah wawasan, pengetahuan penulis dan pembaca di bidang kesehatan

khususnya pneumonia

2. Memberikan informasi mengenai masalah keperawatan pada pasien dengan

pneumonia dan penatalaksanaan masalah keperawatan

3. Dengan makalah ini diharapkan supaya para pembaca bisa lebih mengenal terhadap

tanda dan gejala yang berhubungan dengan Pneumonia.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. DEFINISI

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau alveoli.

Terjadinya pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan dengan proses infeksi

akut pada bronkus, sehingga biasa disebut dengan bronchopneumonia. Gejala penyakit

tersebut adalah nafas yang cepat dan sesak karena paru-paru meradang secara mendadak.

Pneumonia adalah infeksi atau radang yang cukup serius pada paru-paru. Dari jenis-jenis

pneumonia itu ada yang spesifik/khusus yang disebut dengan tuberkulosis atau tbc atau Tb,

yang disebabkan oleh bakteri tuberkulosa. Jenis yang lain, adalah SARS yang adalah

pneumonia akibat -sampai hari ini- virus.

Pneumonia merupakan radang paru yang disebabkan mikroorganisme (bakteri, virus, jamur,

dan parasit).

Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi

akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993).

Penumonia adalah inflasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan di

dalam alveoli. Hal ini terjadi terjadi akibat adanya invaksi agen atau infeksius adalah adanya

kondisi yang mengganggu tahanan saluran. Trakhabrnkialis, adalah pun beberapa keadaan

yang mengganggu mekanisme pertahanan sehingga timbul infeksi paru misalnya, kesadaran

menurun, umur tua, trakheastomi, pipa endotrakheal, dan lain-lain. Dengan demikian flora

endogen yang menjadi patogen ketika memasuki saluran pernafasa.

Page 56: Askep Pneumonia

( Ngasriyal, Perawatan Anak Sakit, 1997)

Pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli)

yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi "inflame" dan terisi oleh

cairan. Pneumonia dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria,

virus, jamur, atau parasit. Pneumonia dapat juga disebabkan oleh iritasi kimia atau fisik dari

paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau terlalu

banyak minum alkohol.

B. TANDA DAN GEJALA

Batuk nonproduktif

Ingus (nasal discharge)

Suara napas lemah

Retraksi intercosta

Penggunaan otot bantu nafas

Demam

Ronchii

Cyanosis

Leukositosis

Thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar

Batuk

Sakit kepala

Kekakuan dan nyeri otot

Sesak nafas

Menggigil

Berkeringat

Lelah.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan: - kulit yang lembab - mual dan muntah - kekakuan

sendi.

Secara umum dapat dibagi menjadi :

Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala, iritabel, gelisah,

malise, nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal. Gejala umum saluran pernapasan

bawah berupa batuk, takipnu, ekspektorasi sputum, napas cuping hidung, sesak napas, air

Page 57: Askep Pneumonia

hunger, merintih, dan sianosis. Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka

berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Tanda pneumonia

berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernapas bersama

dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas

melemah, dan ronki. Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal

di daerah efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler

tepat di atas batas cairan, friction rub, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri berkurang bila

efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku kuduk/meningismus (iritasi

meningen tanpa inflamasi) bila terdapat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang

terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah). Pada neonatus

dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada bayi akan menimbulkan

pekak perkusi.

C. ETIOLOGI

Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara primer atau

sekunder setelah infeksi virus. Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri

positif-gram, Streptococus pneumoniae yang menyebabkan pneumonia streptokokus. Bakteri

Staphylococcus aureus dan streptokokus beta-hemolitikus grup A juga sering menyebabkan

pneumonia, demikian juga Pseudomonas aeruginosa. Pneumonia lainnya disebabkan oleh

virus, misalnya influenza. Pneumonia mikoplasma, suatu pneumonia yang relatif sering

dijumpai, disebabkan oleh suatu mikroorganisme yang berdasarkan beberapoa aspeknya,

berada di antara bakteri dan virus. Individu yang mengidap acquired immunodeficiency

syndrome, (AIDS) sering mengalami pneumonia yang pada orang normal sangat jarang

terjadi yaitu pneumocystis carinii. Individu yang terpajan ke aerosol dari air yang lama

tergenang, misalnya dari unit pendingin ruangan (AC) atau alat pelembab yang kotor, dapat

mengidap pneumonia Legionella. Individu yang mengalami aspirasi isi lambung karena

muntah atau air akibat tenggelam dapat mengidap pneumonia asporasi. Bagi individu

tersebut, bahan yang teraspirasi itu sendiri yang biasanya menyebabkan pneumonia, bukan

mikro-organisme, denmgan mencetuskan suatu reaksi peradangan.

Etiologi:

Bakteri : streptococus pneumoniae, staphylococus aureus

Virus : Influenza, parainfluenza, adenovirus

Page 58: Askep Pneumonia

Jamur : Candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis, coccidioido mycosis, cryptococosis,

pneumocytis carini

Aspirasi : Makanan, cairan, lambung

Inhalasi : Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas

Pneumonia virus bisa disebabkan oleh:

Virus sinsisial pernafasan

Hantavirus

Virus influenza

Virus parainfluenza

Adenovirus

Rhinovirus

Virus herpes simpleks

Sitomegalovirus.

Virus Influensa

Virus Synsitical respiratorik

Adenovirus

Rubeola

Varisella

Micoplasma (pada anak yang relatif besar)

Pneumococcus

Streptococcus

Staphilococcus

Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah: - virus sinsisial pernafasan -

adenovirus - virus parainfluenza dan - virus influenza.

Faktor-faktor risiko terkena pneumonia, antara lain, Infeksi Saluran Nafas Atas (ISPA), usia

lanjut, alkoholisme, rokok, kekurangan nutrisi, Umur dibawah 2 bulan, Jenis kelamin laki-

laki , Gizi kurang, Berat badan lahir rendah, Tidak mendapat ASI memadai, Polusi udara,

Kepadatan tempat tinggal, Imunisasi yang tidak memadai, Membedong bayi, efisiensi

vitamin A dan penyakit kronik menahun.

D. PATHOFISIOLOGI

Page 59: Askep Pneumonia

Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di

tenggorokan terisap masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari luka di

tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran napas, agen (bibit penyakit) yang masuk

akan dilawan oleh pelbagai sistem pertahanan tubuh manusia. Misalnya, dengan batuk-batuk,

atau perlawanan oleh sel-sel pada lapisan lendir tenggorokan, hingga gerakan rambut-rambut

halus (silia) untuk mengeluarkan mukus (lendir) tersebut keluar. Tentu itu semua tergantung

besar kecilnya ukuran sang penyebab tersebut.

E. PENATALAKSANAAN DAN PENGOBATAN

PENGOBATAN

Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik per-oral

(lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah.

Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau

paru-paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu

diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.

Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya

membaik dalam waktu 2 minggu.

Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang ditentukan oleh

pemeriksaan sputum mencakup :

Oksigen 1-2 L/menit.

IVFD dekstrose 10 % : NaCl 0,9% = 3 : 1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah

cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.

Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang

nasogastrik dengan feeding drip.

Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta

agonis untuk memperbaiki transport mukosilier. Koreksi gangguan keseimbangan

asam basa dan elektrolit.

Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :

Untuk kasus pneumonia community base :

Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.

Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberia

Page 60: Askep Pneumonia

Untuk kasus pneumonia hospital base :

Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Gangguan petukaran gas

Bersihan jalan napas tidak efektif

Gangguan pola napas

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Isomnia

Intoleransi aktivitas

Hipertermi

G. NOC

Respiratory status

1. Tidak ada sianosis dan dyspneu

2. Pasien mampu bernafas dengan mudah

3. Tidak ada pursed lips

4. Menunjukkan jalan nafas yang paten (pasien tidak merasa

tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang

normal, tidak ada suara nafas abnormal

5. Tanda tanda vital dalam rentang normal

Respiratory status : airway patency

1. Pasien tidak mengeluh sesak napas

2. Pasien bisa mengeluarkan dahak dengan batuk yang efektif

3. Mulut tidak terlihat sianosis

4. RR dalam rentang normal

Page 61: Askep Pneumonia

Respiratory status : ventilation

1. Pasien tidak sesak nafas

2. Tidak menggunakan otor bantu pernafasan

3. Fase ekspirasi dan inspirasi dalam rentang normal

4. Tidak ada retraksi dada

Nutritional status

1. Peristaltik usus dalam rentang normal

2. Asupan makanan adekuat

3. Asupan cairan seimbang

4. Asupan nutrisi dalam rentang normal

5. Berat badan dalam batas normal

Sleep

1. Pasien tidak mengeluh susah tidur

2. Jam tidur pasien dalam rentang normal

3. Pola tidur pasien tidak terganggu

Thermoregulation

1. Suhu tubuh dalam rentang normal

2. Nadi dan RR dalam rentang nomal

3. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

I. NIC

Respiratory Monitoring

Page 62: Askep Pneumonia

1. Monitor Frekuensi, ritme, kedalaman pernafasan

2. Catat pergerakan dada, kesimetrisan, penggunaan otot tambahandan retraksi otot

intracosta

3. Monitor pernafasan hidung

4. Monitor pola nafas : bradipnea, takipnea, hiperventilasi

5. Palpasi ekspansi paru

6. Monitor hasil rongen

7. Auskultasi suara pernafasan

Airway Management

1. Buka jalan nafas

2. Gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu

3. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

4. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan

5. Lakukan fisioterapi dada bila perlu

6. Keluarkan secret dengan batuk efektif atau suction

7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

8. Monitor respirasi dan status O2

9. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan

10. Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu

11. Pasang mayo bila perlu

12. Lakukan suction pada mayo

Airway Management

1. Buka jalan nafas

2. Gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu

3. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

4. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan

5. Lakukan fisioterapi dada bila perlu

Page 63: Askep Pneumonia

6. Keluarkan secret dengan batuk efektif atau suction

7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

8. Monitor respirasi dan status O2

9. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan

10. Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu

11. Pasang mayo bila perlu

12. Lakukan suction pada mayo

Nutrition Management

1. Kaji adanya alergi makanan

2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukkan jumlah kalori dan nutrisi yang

dibutuhkan pasien

3. Monitor julkah nutrisi dan kandungan kalori

4. Berikan makanan yang terpilih yang disukai pasien

5. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

Sleep enhancement

1. Monitor pola tidur dan jam tidur pasien

2. Sesuaikan lingkungan (cahaya, kebisingan, suhu, tempat tidur

3. Tentukan jam tidur pasien

Temperature regulation

1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam

2. Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu

3. Monitor TD, nadi dan RR

4. Monitor warna dan suhu kulit

5. Monitor tanda-tanda hipertemi dan hipotemi

Page 64: Askep Pneumonia

6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

7. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh

8. Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan, akibat panas

9. Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dan

kedinginan

10. Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang

diperlukan

11. Ajarkan indikasi dari hipertemi dan penanganan yang diperlukan

12. Berikan ant pireti jika perlu

13.LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA 14.15. PNEUMONIA16.17. Pengertian18. Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya

konsolidasi akibat  eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993)19.20. Penyebab21.22. -         Virus Influensa23. -         Virus Synsitical respiratorik24. -         Adenovirus25. -         Rhinovirus26. -         Rubeola27. -         Varisella28. -         Micoplasma (pada anak yang relatif besar)29. -         Pneumococcus30. -         Streptococcus31. -         Staphilococcus32.33.34. Tanda dan Gejala35.36.   Sesak Nafas37.   Batuk nonproduktif38.   Ingus (nasal discharge)39.   Suara napas lemah40.   Retraksi intercosta41.   Penggunaan otot bantu nafas42.   Demam43.   Ronchii44.   Cyanosis45.   Leukositosis46.   Thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar47.

Page 65: Askep Pneumonia

48.49. Jenis 50. Pneumonia lobular 51. Bronchopneumonia52.53. Patofisiologi54.

55. Kuman mati                                        Virulensi tinggi56.

57.Pola nafas tak efektif 

58. Destruksi jaringan59.

Devisit vol. cairan 

60. Shunt darah arteriole alveoli

Page 66: Askep Pneumonia

61. Pengkajian62. Identitas          :63. Umur               : Anak-anak cenderung mengalami infeksi virus dibanding dewasa64.                         Mycoplasma terjadi pada anak yang relatif besar65. Tempat tinggal: Lingkungan dengan sanitasi buruk beresiko lebih besar66.67. Riwayat Masuk68. Anak biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosis atau batuk-batuk

disertai dengan demam tinggi. Kesadaran kadang sudah menurun apabila anak masuk dengan disertai riwayat kejang demam (seizure).

69.70. Riwayat Penyakit Dahulu71. Predileksi penyakit saluran pernafasan lain seperti ISPA, influenza sering terjadi

dalam rentang waktu 3-14 hari sebelum diketahui adanya penyakit Pneumonia.72. Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan dapat memperberat klinis

penderita73.74. Pengkajian75. 1.      Sistem Integumen76. Subyektif : -77. Obyektif     : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder),

banyak keringat , suhu kulit meningkat, kemerahan78.79. 2.      Sistem Pulmonal80. Subyektif : sesak nafas, dada tertekan, cengeng81. Obyektif   : Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk (produktif/nonproduktif),

sputum banyak, penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju pernafasan meningkat, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru,

82.83. 3.      Sistem Cardiovaskuler84. Subyektif : sakit kepala85. Obyektif  : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas darah

menurun86.87. 4.      Sistem Neurosensori88. Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang89. Obyektif   : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi90.91. 5.      Sistem Musculoskeletal92. Subyektif : lemah, cepat lelah93. Obyektif  : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan penggunaan otot

aksesoris pernafasan94.95. 6.      Sistem genitourinaria96. Subyektif : -97. Obyektif   : produksi urine menurun/normal, 98.99. 7.      Sistem digestif100. Subyektif  : mual, kadang muntah101. Obyektif   : konsistensi feses normal/diare

Page 67: Askep Pneumonia

102.103. Studi Laboratorik  :104. Hb                               : menurun/normal105. Analisa Gas Darah       : acidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah,

kadar karbon darah meningkat/normal106. Elektrolit                     : Natrium/kalsium menurun/normal107.108. Rencana Keperawatan109. 1.         Ketidakefektifan Pola Nafas b.d Infeksi Paru110. Karakteristik : batuk (baik produktif maupun non produktif) haluaran nasal,

sesak nafas, Tachipnea, suara nafas terbatas, retraksi, demam, diaporesis, ronchii, cyanosis, leukositosis

111. Tujuan :112. Anak akan mengalami pola nafas efektif yang ditandai dengan :113. Suara nafas paru bersih dan sama pada kedua sisi114. Suhu tubuh dalam batas 36,5 – 37,2OC 115. Laju nafas dalam rentang normal116. Tidak terdapat batuk, cyanosisi, haluaran hidung, retraksi dan diaporesis117.118. Tindakan keperawatan119. Lakukan pengkajian tiap 4 jam terhadap RR, S, dan tanda-tanda keefektifan

jalan napas120. R : Evaluasi dan reassessment terhadap tindakan yang akan/telah diberikan121. Lakukan Phisioterapi dada secara terjadwal122. R : Mengeluarkan sekresi jalan nafas, mencegah obstruksi123. Berikan Oksigen lembab, kaji keefektifan terapi124. R : Meningkatkan suplai oksigen jaringan paru125. Berikan antibiotik dan antipiretik sesuai order, kaji keefektifan dan efek

samping (ruam, diare)126. R : Pemberantasan kuman sebagai faktor causa gangguan127. Lakukan pengecekan hitung SDM dan photo thoraks128. R : Evaluasi terhadap keefektifan sirkulasi oksigen, evaluasi kondisi jaringan

paru129. Lakukan suction secara bertahap130. R : Membantu pembersihan jalan nafas131. Catat hasil pulse oximeter bila terpasang, tiap 2 – 4 jam132. R : Evaluasi berkala keberhasilan terapi/tindakan tim kesehatan133.134. 2.         Defisit Volume Cairan b.d :135. -         Distress pernafasan136. -         Penurunan intake cairan137. -         Peningkatan IWL akibat pernafasan cepat dan demam138.139. Karakteristik :140. Hilangnya nafsu makan/minum, letargi, demam., muntah, diare, membrana

mukosa kering, turgor kulit buruk, penurunan output urine.141.142. Tujuan : Anak mendapatkan sejumlah cairan yang adekuat ditandai dengan :143. Intake adekuat, baik IV maupun oral144. Tidak adanya letargi, muntah, diare

Page 68: Askep Pneumonia

145. Suhu tubuh dalam batas normal146. Urine output adekuat, BJ  Urine 1.008 – 1,020147.148. Intervensi Keperawatan :149. Catat intake dan output, berat diapers untuk output150. R : Evaluasi ketat kebutuhan intake dan output151. Kaji dan catat suhu setiap 4 jam, tanda devisit cairan dan kondisi IV line152. R : Meyakinkan terpenuhinya kebutuhan cairan153. Catat BJ Urine tiap 4 jam atau bila perlu154. R : Evaluasi obyektif sederhana devisit  volume cairan155. Lakukan Perawatan mulut tiap 4 jam156. R : Meningkatkan bersihan sal cerna, meningkatkan nafsu makan/minum157.158. Diagnosa lain :159.160. 1.         Perubahan Nutrisi : Kurang dari kebutuhan b.d anoreksia, muntah,

peningkatan konsumsi kalori sekunder terhadap infeksi161. 2.         Perubahan rasa nyaman b.d sakit kepala, nyeri dada162. 3.         Intoleransi aktivitas b.d distres pernafasan, latergi, penurunan intake,

demam163. 4.         Kecemasan b.d hospitalisasi, distress pernafasan164.165.166.167. Referensi :168. Acton, Sharon Enis & Fugate, Terry (1993) Pediatric Care Plans,

AddisonWesley Co. Philadelphia

Page 69: Askep Pneumonia

169. LAPORAN KASUS170.171. 1.       PENGKAJIAN172. 1.1  Identitas

Nama                        : An. AALJenis kelamin            : PerempuanUsia                          : 4 bulanAgama                     : IslamAlamat                     : Pamekasan

Nama orang tua          : Tn. SukUsia                            : 38  tahunPendidikan                 : D IIIPekerjaan                    : Guru (PNS)Agama                         : IslamAlamat                        : Pamekasan

Data MedikTanggal masuk        : 3 Juli 2002Jam Masuk              : 23.35 WIBCara masuk             : lewat IRDDiagnosa Medik     : Pneumonia & Susp. Encephalitis

173.174. 1.2  Riwayat Penyakit Sekarang175. Klien datang ke rumah sakit dengan diantar keluarga setelah sebelumnya

mengalami mencret selama 2 hari (mulai 1 Juli 2002) dengan jumlah feses + ½ gelas tiap kali mencret dan frekuensi 4 – 5 kali tiap hari. Feses tidak disertai lendir/darah. Demam terjadi sejak 3 hari sebelum demam dan naik turun. Klien sudah dibawa ke Dokter tapi tidak sembuh.

176. Saat ini klien dibawa ke RS karena kejang dan tidak sadarkan diri. Kejang yang dialami klien terjadi tangal 3 Juli 2002 pagi hari (pk. 09.00 WIB) saat demam, selama l.k 2 menit. Kejang tonik disertai dengan keluarnya ludah dari mulut klien. Klien tidak mengalami cyanosis dan tidak mampu menangis setelah kejang. Kejang hilang dengan sendirinya dan hanya terjadi satu kali. Kejang tidak terjadi lagi hingga klien masuk dirumah sakit, tetapi kesadaran klien tetap menurun. (GCS : M 2 V 1 E 2)

177.178. 1.3  Riwayat Penyakit Dahulu179. Kilen tidak pernah menggalami kejang sebelumnya, klien tidak pernah

mengalami batuk pilek akhir-akhir ini. Pernah batuk pilek usia 2 bulan. 180.181. 1.4  Riwayat Penyakit Keluarga182. Tidak terkaji183.184. 1.5  Riwayat Tumbuh Kembang185. Klien telah bisa tengkurap186.187. 1.6  Pengkajian Sistem188.   Sistem Integumen189. Subyektif      : -190. Obyektif       : kulit pucat, suhu tubuh 38,8OC, BB 6 kg, LK 45 cm, LD 43 Cm,

kemerahan pada kulit bokong dan punggung, popok  basah191.192.   Sistem Pulmonal193. Subyektif      : -

Page 70: Askep Pneumonia

194. Obyektif       : Pernafasan cuping hidung, RR 36 X/menit (dengan bantuan oksigen 6 l/m) pola nafas eupnea, sputum banyak keluar dari mulut,  penggunaan otot bantu pernafasan, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru basal kanan dan kiri.

195.196.   Sistem Cardiovaskuler197. Subyektif      : -198. Obyektif       : Denyut nadi 124 X/menit, TD tidak terkaji.199.200.   Sistem Neurosensori201. Subyektif      : -202. (a)      Obyektif     : GCS menurun (V 2 M 1 E 2), refleks pupil positif isokhor,

reflek iris positif, Babinski 1 (-) Babinski 2 (+/?) refleks patella dalam batas normal, refleks palmar (+)

203.204.   Sistem Musculoskeletal205. Subyektif      : -206. Obyektif       : tonus otot menurun, Kekuatan otot 3/3/3/3207.  retraksi paru dan penggunaan otot aksesoris pernafasan208.209.   Sistem genitourinaria210. Subyektif      : -211. Obyektif       : b.a.k 3-4 kali sehari, Jumlah urine banyak, warna kuning muda

volume tidak diketahui  212.213.   Sistem digestif214. Subyektif      : -215. Obyektif       : b.a.b 1 kali sehari (?), konsistensi feses normal216.217. 1.7  Hasil Laboratorik218. Tanggal 3 Juli 2001; 23.50 WIB219. Hb                   : 8,3 mg%        (11,4 – 15,1 mg%)220. Trombosit        : 564 X 109/l    (150 – 300 X 109/l )221. Leukosit          : 29,7  X 109/l (4,3 – 11,3 X 109/l )222. PCV                : 0, 26              (      0,38-0,42       )223. Glukosa           : 165 mg/dl      (           < 200        )224.225. Elektrolit         : 226. Kalium                        : 3,85 mEq/l     ( 3,8 – 5,0 mEq /l)227. Natrium           : 113 mEq/l      (136 – 144 mEq/l)228.229. Analisa Gas Darah230. pH                   : 7, 396            (7,35 – 7,45 )231. pCO2               : 32,1 mmHg   ( 25 – 45 mmHg)232. pO2                  : 335,4 mmHg (80 – 104 mmHg)233. HCO3              : 4,2 mmol/l     (< 4,25 mmol/l)234. O2 saturasi       : 99,8 %235. CO2 saturasi    : 20,2 mmol/l236. BE                   : - 5,7               (-3,3 -- +1,2)237.238. Terapi Pengobatan :

Page 71: Askep Pneumonia

239. -         Oksigen T-Piece 40 %240. -         D5 ½ S 500 cc/24 jam241. -         Sonde D5        3 X 25 cc242. ASI/PASI 5 X 25 cc243. - Cefotaxim                 3 X 500 mg244. - Cloxacillin                 3 X 500 mg245. - Dilantin                     3 X 52 mg246. - Dexamethason          3 X 1 mg247. - Valium                      2 mg (bila perlu)248. analisa Data

Data Etiologi MasalahDS : -DO : Na 133 mEq/l         Riwayat diare

Diare

Pengeluaran Elektrolit berlebih intravekal :

Natium, Kalium

Kadar Natrium rendah

Keseimbangan cairan dan elektrolit

DS : -DO : Sputum pada mulut

    Ronchii lapang basal paru

Invasi kuman penyakit

Per tahanan lokal : Produksi sputum berlebih

oleh sel goblet

Cairan sputum menumpuk pada bronkus terminalis &

bronkeolus

Sumbatan nafas

Bersihan Jalan Nafas

DS :-DO : Suhu tubuh 38,8 OC

Invasi kuman

Pertahanan tubuh nonspesifik : Pengeluaran

pirogen

Peningkatan sirkulasi perifer

Peningkatan Suhu tubuh

Thermoregulasi

DS : -DO : GCS (M2 V1 E 2)         Tonus otot 3/3/3/3

Kondisi sakit, ketidakberdayaan

Pengaruh (depresi) SSP

Penururnan kesadaran

Resiko Cidera

Keselamatan

249.250. 2.       DIAGNOSA KEPERAWATAN

Page 72: Askep Pneumonia

251. 1.      Bersihan Jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sekret pada jalan nafas252. DS       : -253. DO      : - Terdapat secret/sputum pada mulut, Ronchii lapang basal paru

kanan kiri254.255. 2.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d Hiponatremia sekunder

terhadap diare256. DS       : -257. DO      : - Natrium 133 mEq/l258.               - Riwayat Diare (data sekunder)259.260. 3.      Hiperthermia b.d proses penyakit261. DS       : -262. DO      : -Suhu tubuh 38,8 OC263.264. 4.      Resiko tinggi injuri b.d penurunan kesadaran, kelemahan fisik265. DS       : -266. DO      : GCS 5 (M2 V1 E2), Tonus otot 3/3/3/3

Page 73: Askep Pneumonia

267. PERENCANAAN268.Bersihan Jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sekret pada jalan nafasHasil yang diharapkan : Jalan nafas bersih

Rencana Tindakan RasionalKaji tanda-tanda vital; terutama pernafasan

Kaji bersihan jalan nafas : sputum, mulut, stridor, ronchii

Atur posisi klien : kepala hiperekstensi

Atur posisi klien : Trendelenburk

Lakukan fibrasi paru dan postural drainage

Lakukan penghisapan lendir tiap 3 jam atau bila perlu

Evaluasi hasil kegiatan tiap 3 jam atau bila perlu

Pernafasan merupakan karakteristik utama yang terpengaruh oleh adanya sumbatan jalan nafasPemantauan kepatenan jalan nafas penting untuk menentukan tindakan yang perlu diambilMeminimalkan resiko sumbatan jalan nafas oleh lidah dan sputumMerupakan mekanisme postural drainage, memfasilitasi pengeluaran secret paruRangsangan fisik dapat meningkatkan mobilitas secret dan merangsang pengeluaran secret lebih banyakEliminasi lendir dengan suction sebaiknya dilakukan dalam jangka waktu kurang dari 10 menit, dengan pengawasan efek samping suctionMemasatikan tindakan/prosedur yang dilakukan telah mengurangi masalah pada klien

269.Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d Hiponatremia sekunder terhadap diareHasil yang diharapkan :

       Kadar Natrium kembali normal       Tidak terdapat tanda-tanda hiponatremia : kejang, penurunan kesadaran, kelemahan

Rencana Tindakan RasionalKaji adanya tanda/gejala hiponatremia

Kaji Intake dan output harian

Berikan ekstra cairan mengandung Natrium(kolaborasi dengan dokter)

Lakukan pemeriksaan elektrolit : Na minimal dua hari sekali

Gejala hiponatremia; terutama kejang sangat berbahaya bagi kondisi anak dan dapat memperberat kondisi serta menimbulkan cideraMemastikan kebutuhan cairan harian tercukupiMeningkatkan kadar Natrium dalam darah, koreksi dengan menghitung defisit Natrium (berdaraskan hasil laboratorium)Mengevaluasi hasil seluruh tindakan

270.

Page 74: Askep Pneumonia

Hiperthermia b.d proses penyakitHasil yang diharapkan :- Suhu tubuh normal (36-37OC)

Rencana Tindakan RasionalKaji saat timbulnya demam

Kaji tanda-tanda vital tiap 3 jam atau lebih sering

Berikan kebutuhan cairan ekstra

Berikan kompres dingin

Kenakan pakaian minimal

Berikan terapi cairan intravena RL ½ Saline dan pemberian antipiretik

Atur suhu incubator

Mengidentifikasi pola demam

Acuan untuk mengetahui keadaan umum klien

Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyakKonduksi suhu membantu menurunkan suhu tubuh

Pakaian yang tipis akan membantu mengurangi penguapan tubuhPemberian caiaran sangat penting bagi klien dengan suhu tinggi. Pemberian caiaran merupakan wewenang dokter sehingga perawat perlu berkolaborasi dalam hal ini.Inkubator mampu mempengaruhi suhu lingkungan bayi; penting dalam proses konduksi dan evaporasi

271.272. 3.       PELAKSANAAN DAN EVALUASI273. Tanggal 4 Juli 2001

Page 75: Askep Pneumonia

Bersihan Jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sekret pada jalan nafasJam Implementasi Evaluasi

07.3007.45

07.50

07.5008.0008.0011.00

11.0511.1014.00

14.00

Mengkaji tanda-tanda vital : S : 38,6;P : 38 X/mMengkaji bersihan jalan nafas : sputum (+), stridor(+), ronchii (+) pada lapang basal paruMengatur posisi klien : kepala hiperekstensi, diganjal dengan kainMengatur posisi klien : TrendelenburkMelakukan fibrasi paru dan postural drainageMelakukan penghisapan lendir Mengkaji bersihan jalan nafas : sputum (+), stridor(+), ronchii (+) pada lapang basal paruMelakukan fibrasi paru dan postural drainageMelakukan penghisapan lendir Mengkaji bersihan jalan nafas : sputum (-), stridor(+), ronchii (+) minimal pada lapang basal paruMelakukan penghisapan lendir

Tanggal 4 Juli 2001; 14.00 WIBS : -O : lendir pada mulut berkurang

     Stridor minimal (+) Ronchii grade I pada palang paru

A : Masalah belum teratasiP : Rencana tetap, dilanjutkan

274.Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d Hiponatremia sekunder terhadap diare

Jam Implementasi Evaluasi09.00

09.10

09.15

10.0012.10

Mengkaji adanya tanda/gejala hiponatremiaMengkaji Intake dan output harianMemberikan ekstra cairan mengandung Natrium(kolaborasi dengan dokter) : NS 60 ccMengkaji tanda kejang Mengkaji tanda kejang

S : -O : tanda klinis hiponatreima (-)     Intake total 660 cc, Output l.k

500 ccA : Masalah teratasi sebagianP : Evaluasi elektrolit, kaji tanda

klinis hiponatremia

275.Hiperthermia b.d proses penyakit

Jam Implementasi Evaluasi

Page 76: Askep Pneumonia

07.25

07.3009.0009.00

09.00

10.25

12.00

13.30

Mengkaji saat timbulnya demam : l.k 2 jam yang laluKaji tanda-tanda vital : S : 38,6Membuka selimut, mematikan mesin inkubator, membuka jendela sirkulasi inkubatorpemberian antipiretik : Pamol 60 mgMengkaji tanda vital : S ; 38,2OCMengkaji tanda vital : S : 37,8OCMengkaji tanda vital : S : 37,5OC

S : -O : Suhu tubuh 37,4OCA : Masalaha teratasiP : -

276.277.

Page 77: Askep Pneumonia

278. Tanggal 5 Juni 2001Bersihan Jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sekret pada jalan nafas

Jam Implementasi Evaluasi07.30

07.45

07.50

07.50

08.00

08.0011.00

11.05

11.1014.00

14.00

Mengkaji tanda-tanda vital : S : 37,3;P : 38 X/mMengkaji bersihan jalan nafas : sputum (-), stridor(+), ronchii (+) minimal pada lapang basal paruMengatur posisi klien : kepala hiperekstensi, diganjal dengan kainMengatur posisi klien : TrendelenburkMelakukan fibrasi paru dan postural drainageMelakukan penghisapan lendir Mengkaji bersihan jalan nafas : sputum (-), stridor(-), ronchii (+) minimal pada lapang basal paruMelakukan fibrasi paru dan postural drainageMelakukan penghisapan lendir Mengkaji bersihan jalan nafas : sputum (-), stridor(-), ronchii (+) minimal pada lapang basal paruMelakukan penghisapan lendir

Tanggal 5 Juli 2001; 14.00 WIBS : -O : lendir pada mulut berkurang

     Stridor (-) Ronchii grade I pada palang paru

A : Masalah belum teratasiP : Rencana tetap, dilanjutkan

279.Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d Hiponatremia sekunder terhadap diare

Jam Implementasi Evaluasi09.00

09.10

09.15

Mengkaji adanya tanda/gejala hiponatremiaMengkaji Intake dan output harianMengkaji hasil laboratorium : Na 138 mEq/l

S : -O : Na 138 mEq/lA : Masalah teratasi P : -

280.281. Kondisi anak stabil, Ronchii Grade I, Produksi sputum berkurang, tanda

kejang (-)282. Anak dipindah ke Ruang UPI Anak Lt. II283.