Askep Peritonitis

33
TUGAS GANGGUAN GASTROINTESTINAL Bagian Atas ; Peritonitis OLEH : Kelompok II NI LUH PUTU RINTHO A.D (C12115705) ANDI NUR RAHMAD (C12115712) DIAN PISPITA SARI (C12115715)

description

materi blog gastro

Transcript of Askep Peritonitis

Page 1: Askep Peritonitis

TUGAS

GANGGUAN GASTROINTESTINAL

Bagian Atas ; Peritonitis

OLEH :

Kelompok II

NI LUH PUTU RINTHO A.D (C12115705)ANDI NUR RAHMAD (C12115712)DIAN PISPITA SARI (C12115715)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (PSIK) JALUR KERJASAMAFAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR2015

Page 2: Askep Peritonitis

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penyusunan makalah yang

berjudul “Makalah Asuhan Keperawatan Otitis Media” dapat terselesaikan tepat

waktu.

Kelompok menyadari sepenuhnya dalam penyusunan makalah ini sangat jauh

dari sempurna dan masih banyak kekurangan mengingat kemampuan kami yang

terbatas. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun khususnya dari

Dosen Pengampu mata kuliah sangat kami harapkan dan kami terima dengan

senang hati.

Makassar, Februari 2015

Penyusun

Page 3: Askep Peritonitis

DAFTAR ISI

halama

Kata Pengantar ....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................

1.2 Tujuan................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi...............................................................................................

2.2 Etiologi...............................................................................................

2.3 Patofisiologi.......................................................................................

2.4 Manifestasi Klinis..............................................................................

2.5 Pemeriksaan Diagnostik.....................................................................

2.6 Penatalaksanaan.................................................................................

2.7 Kpmplikasi.........................................................................................

BAB III ASKEP TEORITIS

3.1 Pengkajian..........................................................................................

3.2 Diagnosa............................................................................................

3.3 Implementasi......................................................................................

3.4 Evaluasi..............................................................................................

BAB IV PENUTUP

A.Kesimpulan..........................................................................................

B.Saran....................................................................................................

Page 4: Askep Peritonitis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peritonitis adalah inflamasi peritonium,biasanya akibat dari inflamasi

bakteri ; organisme yang berasal dari penyakit gastrointestinal atau pada

wanita dari organ reproduktif internal. (Smeltzer & Bare, 2002)

Berdasarkan sumber dan terjadinya kontaminasi mikrobial,

peritonitis diklasifikasikan menjadi: primer, sekunder, dan tersier. Peritonitis

primer disebabkan oleh infeksi monomikrobial. Sumber infeksi umumnya

ekstraperitonial yang menyebar secara hematogen. Ditemukan pada

penderita serosis hepatis yang disertai asites, sindrom nefrotik, metastasis

keganasan, dan pasien dengan peritoneal dialisis. Kejadian peritonitis primer

kurang dari 5% kasus bedah. Peritonitis sekunder merupakan infeksi yang

berasal dari intraabdomen yang umumnya berasal dari perforasi organ

berongga. Peritonitis sekunder merupakan jenis peritonitis yang paling

umum, lebih dari 90% kasus bedah. Peritonitis tersier terjadi akibat

kegagalan respon inflamasi tubuh atau superinfeksi. Peritonitis tersier dapat

terjadi akibat peritonitis sekunder yang telah delakukan interfensi

pembedahan ataupun medikamentosa. Kejadian peritonitis tersier kurang

dari 1% kasus bedah.

Sebagaimana dalam penelitian Tarigan pada tahun 2012, peritonitis

didefenisikan suatu proses inflamasi membran serosa yang membatasi

rongga abdomen dan organ-organ yang terdapat didalamnya. Peritonitis

dapat bersifat lokal maupun generalisata, bakterial ataupun kimiawi.

Peradangan peritoneum dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, bahan

kimia iritan, dan benda asing. Kemudian disebutkan juga bahwa peritonitis

merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada penderita bedah

dengan mortalitas sebesar 10-40%. Peritonitis difus sekunder yang

Page 5: Askep Peritonitis

merupakan 90% penderita peritonitis dalam praktek bedah dan biasanya

disebabkan oleh suatu perforasi gastrointestinal ataupun kebocoran.

(Tarigan, M.H, 2012)

Menurut NMS Surgery5th Edition,2008 dikutip dari penelitian

S.carolina,mahasiswa keperawatan Universitas Sumatra Utara; Suatu

perforasi dapat terjadi akibat trauma dan non trauma. Non trauma misalnya

akibat volvulus, spontan pada bayi baru lahir, ingesti obat-obatan, tukak,

malignansi, dn benda asing. Sedangkan trauma dapat berupa trauma tajam

maupun trauma tumpul, misalnya iatrogenik akibat pemasangan pipa

nasogastrik. Sementara itu beberapa contoh lokasi kebocoran atau perforasi

gastrointestinal yang menyebabkan peritonitis sekunder adalah kebocoran

pada lambung maupun kebocoran pada usus (duodenum, jejenum, ileum,

colon, maupun appendik). Kebocoran lambung dapat disebabkan oleh ulkus

gaster atau yang biasanya disebut tukak lambung. Tukak lambung umumnya

terjadi pada pria, orang tua,dan kelompok dengan tingkat sosioekonomi

rendah. Sementara itu tukak duodenum lebih sering terjadi dua kali dari

pada tukak lambung.

Walaupun tukak duodenum lebih sering terjadi dari pada tukak

lambung, tetapi tukak lambung yang perforasi mempunyai mortalitas lebih

tinggi daripada tukak duodenum yang perforasi. Pada kebanyakan kasus

tingkat kematiannya mencapai 15-20% dan kebanyakan perforasi lambung

tersebut terjadi pada daerah antrum atau prepilorik. (Maingot 11th Edition,

2007) Tukak lambung adalah penyakit yang umum ditemukan,

mempengaruhi sekitar lebih dari 6 juta penduduk di Amerika Serikat,

menjadikannya suatu penyakit yang dipertimbangkan dan menjadi salah satu

penyakit dengan pengeluaran besar. Walaupun jumlah pasien yang dirawat

di rumah sakit berangsur turun pada tahun 1980 dan 1990, laju ini masih

dapat dikatakan tinggi.(Feinstein, L.B., 2010).

Page 6: Askep Peritonitis

Di Amerika Serikat angka kematian tukak lambung adalah sekitar 1

kasus per 1.000.000 orang. Angka kematian lebih tinggi pada pasien yang

lebih tua, yang dapat disebabkan oleh tingginya tingkat penggunaan NSAID

(non steroid anti inflammation drugs) dalam kelompok usia ini.Kelompok

berisiko tinggi lainnya termasuk orang dengan diabetes. Tukak lambung

juga terkait dengan morbiditas yang cukup berhubungan dengan nyeri

epigastrium kronis, mual, muntah, dan anemia. (Shrestha, 2009)

Di Indonesia tukak lambung ditemukan antara 6-15% pada usia 20-

50 tahun. Terutama pada lesi yang hilang timbul dan paling sering

didiagnosis pada yang terjadi pada orang dewasa usia pertengahan sampai

usia lanjut, tetapi lesi ini mungkin sudah muncul sejak usia muda. (Nasif et

al, 2008)

Studi seroepidemiologik populasi umum di Indonesia menunjukkan

bahwa prevalensi tukak lambung yang disebabkan oleh Helicobacter pylori

pada anak-anak berumur 0-14 tahun sekitar 7,2-28%, sedangkan pada umur

diatas 15 tahun antara 36.54,3%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin

meningkamur, maka prevalensinya pun semakin tinggi. Sebuah survei di

Jakarta menunjukkan bahwa penderita tukak lambung karena H. pylori lebih

banyak ditemukan pada etnik Batak dan Cina dari pada etnik lainnya.

(Silitonga, 2007)

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui dan memahami proses terjadinya peritonitis serta

asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada pasien yang mengalami

peritonitis.

Page 7: Askep Peritonitis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Anatomi Fisiologi Peritoneum

Peritoneum terdiri dari dua

bagian yaitu peritonium parietal yang

melapisi dinding rongga abdomen

dan peritonium viseral yang melapisi

semua organ yang berada dalam

rongga abdomen.Ruang yang

terdapat diantara dua lapisan ini

disebut ruang peritoneal atau kantong

peritonium.

Pada laki-laki merupakan kantong tertutup dan pada perempuan

merupakan saluran telur yang terbuka masuk kedalam rongga

peritonium,didalam peritonium banyak terdapat lipatan atau kantong.Lipatan

besar (omentum mayor) banyak terdapat lemak yang terdapat di sebelah

depan lambung.Lipatan kecil ( omentum minor ) meliputi hati, kurvatura

minor dan lambung,berjalan keatas dinding abdomen dan membentuk

mesenterium usus halus (Syamsuddin, 2006).

Peritonitis adalah Inflamasi

peritoneum (Lapisan merman serosa

rongga abdomen dan meliputi

visera). Biasanya akibat infeksi

bakteri: organisme yang berasal dari

penyakit saluran gastrointestinal atau

jika terjadi pada wanita biasanya dari

organ reproduksi iternal. (Smeltzer

& Bare,2002)

Page 8: Askep Peritonitis

Berdasarkan buku Peritonitis Harrison Textbook 2011 yang dikutip

dari Karya ilmiah S. Caronila Mahasiswa Universitas Sunatra Utara

Peritonitinis adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa yang sering

bersamaan dengan kondisi bakteremia dan sindroma sepsis.

Klasifikasi peritonitis:

1. Peritonitis primer

Paling sering terjadi pada anak anak dengan sidrom nefritis atau

serosis hati terutama pada anak perempuan. Peritonitis ini biasanya

terjadi tanpa adanya sumber infeksi di rongga peritoneum, kuman masuk

ke rongga peritoneum melalui aliran darah atau pada pasien perempuan

melalui saluran alat genitalia.

2. Peritonitis sekunder

Peritonitis yang terjadi jika ada kuman yang cukup banyak masuk

ke rongga peritoneum, biasanya dari lumen saluran cerna, dan bisa juga

terjadi jika ada trauma yang meyebabkan rupture pada saluran cerna atau

perporasi setelah endoskopi kateterisasi, biopsy atau polipektomi

endoscopic, dan tidak jarang pula setelah perporasi spontan pada tukak

peptic atau keganasan saluran cerna, tertelannya benda asing yang tajam

juga dapat menyebabkan perporasi dan peritonitis.

3. Peritonitis karena pemasangan benda asing dalam peritoneum

Biasanya prosedur infasi yang bisa menimbulkan peritonitis antara lain

sebagai berikut:

a. Kateter pentrikulo – peritoneal yang dipasang pada pengobataan

hidrosefalus

b. Kateter peritoneal – jugular untuk mengurangi asites

c. Continous ambulatoru peritoneal dialysis (Soeparman S,)

2.2 Etiologi

1. Infeksi bakteri

a. Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal

b. Apendisitis yang meradang dan perforasi

Page 9: Askep Peritonitis

c. Tukak eptik (lambung / duodenum)

d. Tukak thypoid

e. Tukak dsentri ambula / colitis

f. Tukak pada tumor

g. Salpingitis

h. Diverkulitis

Kuman yang paling hemolitik adalah stapilokokus aureus dan bakteri

tersering adalah bakteri E.coli,streptokokus enterokokus , yang paling

berbahaya adalah clostridium wechii.

2. Secara langsung dari luar

a. Operasi yang tidak steril

b. Terkontaminasi talcum venetum, lyocopodium, sulfonamide

c. Trauma pada kecelakaan seperti rupture limpa,rupture hati.

d. Melalui tuba fallopius seperti cacing anterobius vermikularis.

3. Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit akut seperti

radang saluran pernapasan bagian atas, otitis media, ma stoiditis,

glomerulonefritis. Penyebab utama adalah streptokokus atau

pnemokokus.

4. Infeksi pada abdomen dan abses abdomen (local infeksi peritonitis

relative sulit ditegakkan dan sangat bergantung dari penyakit yang

mendasarinya).Penyebab yang paling utama adalah spontaneous

bacterial peritonitis (SBP).

2.3 Patofisiologi

Peritonitis disebabkan oleh kebocoran dari isi organ abdomen

biasanya sebagai akibat dari inflamasi infeksi iskemia atau perforasi tumor.

Terjadi poliferasi bacterial terjadi edema jaringan dan dalam waktu singkat

terjadi eksudasi cairan; cairain dalam rongg peritoneal menjadi keruh

dengan peningkatan jumlah protein, sel darah putih, debris seluler dan darah.

Respon segera dari saluran usus adalah hupermotilitas diikuti oleh ileus

paralitik disetai akumulasi udarah dan cairan didalam usus.

Page 10: Askep Peritonitis

Skema Patofisiologi Peritonitis

Infasi kuman kelapisan peritoneum oleh berbagai kelainan pada system gastrointestinal dan penyebaran infeksi dari organ didalam abdomen atau perforasi organ pasca trauma abdomen

Respon peradangan pada peritoneum dan organ

didalamnya

Peritonitis

Penurunan aktifitas fibrinolitik intra abdomen

Respon sistemik

Pembentukan eksudat fibrinosa atau abses

pada peritonium

Peningkatan Suhu Tubuh

Hipertermi

Infasi Bedah Laparatomi Respon Lokal Saraf Terhadap Inflamasi

Preoperatif Pascaoperatif

Resiko Infeksi

Distensi Abdomen

Nyeri

Kerusakan Jaringan Paska Bedah

Sepsis

Respon Kardiovakuler

Curah Jantung Menurun

Suplai darah ke otak menurun

Resiko ketidak efektifan erfusi jaringan otak

Perubahan Tingkat kesadaran

Penurunan Kemampuan batuk efektif

Ketidakefektifan Bersian Jalan

nafas

Resiko psikologis miss interpretasi perawatan dan penatalasanaan

perawatan

Kecemasan

Gangguan Gastrointestinal

Mual, Muntah, Kembung, Anoreksia

Intake Nutrisi tidak Adekuat

Kehilangan Cairan dan Elektrolit

Resiko Ketidak seimbangan Elektrolit

Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh

Kontraksi otot-otot abdomen

Vasodilatasi dan kebocoran plasma kapiler darah

Page 11: Askep Peritonitis

2.4 Manifestasi Klinis

Gelaja tergantung pada lokasi dan luas inflamasi. Pada awalnya nyeri

menyebar dan sangat terasa nyeri cenderung menjadi konstan, terlokalisasi,

lebih terasa didekat sisi inflamasi cdan biasanya diperberat oleh pergerakan.

Area yang sakit dari abdoen menjadi sangat nyeri apabila ditekan dan otot

menjadi kaku. Nyeri tekan lepas dan ileus paralitik dapat terjadi.

Selain manifestasi di atas gejala lain yang dapat muncul dari peritonitis

adalah:

a. Syok (neurogenik, hipovolemik atau septic)

b. Demam

c. Distensi abdomen

d. Nyeri tekan abdomen dan rigiditas yang local , atropi umum,

tergantung pada perluasan iritasi peritonitis.

e. Bising usus tak terdengar, pada peritonitis umum dapat terjadi pada

daerah yang jauh dari lokasi peritonitisnya.

f. Nausea

g. Vomiting

h. Penurunan peristaltic

2.5 Pemeriksaan Diagnostik

1. Leukosit meningkat

2. Hb (Hemoglobin) dan hematokrit rendah

3. Elektrolit serum: dapat mnunjukkan kadar kalium natrium dan klorida

4. Foto rongen sinar-X, menunjukkan udara dan kadar cairan serta

lengkung usus yang terdistensi

5. CT abdomen menunjukkan pembentukkan abses

6. Aspirasi peritoneal dan pemeriksaan kulturserta sensifitas cairan

teraspirasi dapat menunjukkan infeksi dan mengidentifikasi organisme

penyebab.

Page 12: Askep Peritonitis

2.6 Penatalaksanaan

1. Penggantian cairan kolid dan elektrolit adalah focus utama dari

penatalasanaan medis

2. Analgesic diberikan untuk mengatasi nyeri

3. Antiemetic dapat diberikan sebagai terapi mual dan muntah

4. Inkubasi usus dan penyisapan membantu dalam menghilangkan distensi

abdomen dalam meningkatkan fungsi usus

5. Terapi oksigen dengan kanul nasal atau masker akan meningkatkn

oksigenasi secara adekuat tetapi kadang-kadang intubasi jalan nafas dan

bantuan ventilasi juga diperlukan

6. Terapi antibiotic massif biasanya dimulai di awal pegobatan peritonitis

7. Tindakan bedah mencakup mengangkat materi terinfeksi dan

memperbaiki penyebab.

2.7 Komplikasi

Seringkali inflamasi tidak local dan seluruh rongga abdomen

menjadi terkena pada sepsis umum, sepsis adalah peyebab umum kematian

pada kasus peritonitis. Syok dapat diakibatkan dari septic kimia atau

hipolemi, proses inflamasi dapat menyebabkan obstruksi usus terutama yang

berhubungan dengan terjadinya perlengketan usus. Komplikasi pascaoperatif

paling umum adalah eviserasi luka dan pembentukan abses. Luka yang tiba-

tiba mengeluarkan drainase serosainguinosa menunjukkan adanya dehisens

luka.

Page 13: Askep Peritonitis

BAB III

ASKEP TEORITIS

3.1 Pengkajian

1. Identitas

Meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, status pekawinan,

pendidikan, pekerjaan, nomor register, tanggal MRS dan diagnosa

medis.

2. Keluhan utama

Kemungkinan yang ditemukan pada klien dengan peritonitis yaitu

nyeri di sekitar lambung,karakteristik nyeri, lokasi nyeri, nyeri tekan

abdomen, riwayat mual dan muntah, anoreksia dan riwayat demam.

3. Riwayat penyakit sekarang

Biasanya mengeluh nyeri abdomen.

4. Riwayat penyakit keluarga

Apakah ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama

dengan klien.

5. Data Ekonomi

Peritonitis bisa dialami oleh klien yang memiliki golongan ekonomi

rendah maupun ekonomi tinggi.

6. Pola aktivitas

Biasanya klien dengan peritonitis akan memiliki resiko untuk

mengalami gangguan aktivitas.

7. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik meliputi :

a. Inspeksi

Kesimetrisan abdomen,apakah ada pembesaran atau tidak

b. Auskultasi

Apakah bising usus dapat didengar, apakah ada peristaltik, jika ada

hitunglah jumlah permenit,apakah ada penurunan atau tidak.

Page 14: Askep Peritonitis

c. Perkusi

Untuk mengetahui apakah ada cairan dalam rongga abdomen atau

tidak.

d. Palpasi

Untuk mengatahui lokasi nyeri secara pasti.

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen

Kriteria hasil

- Mampu mengontrol nyeri

- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan

manajemen nyeri

- Mampu mengenali nyeri ( skala, intensitas, frekuensi dan tanda

nyeri ).

- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.

Intervensi

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensip termasuk lokasi,

durasi, karakteristik, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.

2. Observasi reaksi nonvernal dari ketidaknyamanan.

3. Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri klien.

4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

6. Evaluasi bersama klien dan tim kesehatan lain tentang

ketidakefektipan kontrol nyeri masa lampau.

7. Bantu klien dan keluarga untuk mencari dan menemukan

dukungan.

8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu

ruangan, pencahayaan dan kebisingan.

9. Kurangi faktor presipitasi nyeri

Page 15: Askep Peritonitis

10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri ( farmakologi, non

farmakologi dan inter personal ).

11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

12. Ajarkan tentang tehnik non farmakologi

13. Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengatasi nyeri

14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perpindahan

cairan ke dalam usus

Kriteria hasil ( NOC )

- Mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan berat badan,

berat jenis urin normal, HT normal.

- Tekanan darah, nadi dan suhu dalam batas normal.

- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik,

membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.

Intervensi ( NIC )

- Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.

- Monitor status hidrasi

- Monitor vital sign

- Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian

- Kolaborasi pemberian cairan IV, berikan cairan IV sesuai suhu

ruangan.

- Monitor status nutrisi

- Dorong maasukan oral

- Dorong keluarga untuk membantu klien makan.

- Kolaborasi dengan dokter

Atur kemungkinan transfusi dan persiapan untuk transfusi.

- Monitor tingkat hb dan hematokrit

- Monitor respon klien terhadap penambahan cairan

- Monitor berat badan

- Dorong klien untuk menambah intake oral

Page 16: Askep Peritonitis

3. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan

primer

Kriteria hasil (NOC)

- Klien bebasi dari tanda dan gejala infeksi

- Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang

mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya

- Menunjukkan kemampuan unytuk mencegah timbulnya infeksi

- Jumlah leukosit dalam batas normal

- Menunjukkan perilaku hidup sehat

NIC

Infection control

- Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain

- Pertahankan teknik isolasi

- Batasi pengunjung bila perlu

- Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangn saat

berkunjung dan setelah berkunjung

- Cuci tangan sebelum dan setelah membeikan tindakan keperawatan

- Gunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan

- Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat

- Berikan terapi anti biotik bila perlu

Infection protection

- Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik

- Monitor hitung granulosit dan WBC

- Monitor kerentanan terhadap infeksi

- Batasi pengunjung

- Inpeksi kulit terhadap kemerahan, panas dan drainase

- Inspeksi kondisi luka incisi bedah

- Dorong masukan nutrisi yang cukup

- Dorong masukan cairan

- Dorong istirahat

Page 17: Askep Peritonitis

- Instrusikan klien untuk minum antibiotik sesuai resep

- Ajarkan klien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

- Ajarkan cara menghindari infeksi

- Laporkan kecurigaan infeksi

4. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi

Kriteria hasil (NOC)

- Suhu tubuh dalam batas normal

- Nadi dan RR dalam batas normal

NIC

Temperature regulation

- Monitor suhu minimal tiap 2 jam

- Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu

- Monitor tekanan darah nadi dan RR

- Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi

- Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

- Selimuti pasien untuk mencegah kehilangan kehanganatan tubuh

- Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan

efek negatif dari kedinginan

- Beritahukan indikasi terjadinya keletihan dan penanganan

emergency yang diperlukan

- Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan

- Berikan anti piretik jika perlu

Vital Sign monitor

- Monitor TD, nadi, suhu dan RR

- Catat adanya fluktuasi TD

- monitor vital sign saat berbaring atau duduk

- Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan

- Monitor suhu, warna da kelembapan kulit

Page 18: Askep Peritonitis

5. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d penurunan kemampuan

batuk efektif

Kriteria hasil ( NOC )

- Mendemontrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak

ada sianosis dan dipnea

- Menunjukkan jalan nafas yang paten

- Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang dapat

menghambat jalan nafas

NIC

Airway suction

- Pastikan kebutuhan oral / trakeal suctioning

- Auskultasi jalan nafas sebelum dan sesudah suctioning

- Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning

- Minta klien nafas dalam sebelum suctioning dilakukan

- Berikan O2 dengan menggunakan nasal

- Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan

- Anjurkan pasien untuk istirahat dan nafas dalam

- Monitor status O2 pasien

- Hentikan suction dan berikan O2 apabila pasien menunjukkan

bradikardi

Airway Management

- Buka jalan nafas

- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan

- Jika perlu lakukan fisioterapi dada

- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

- Berikan bronkodilator bila perlu

- Berikan pelebab udara kassa basah NaCl lembab

- Monitor respirasi dan status O2

Page 19: Askep Peritonitis

6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d

mual / peningkatan kebutuhan metabolik

Kriteria Hasil ( NIC )

- Adanya peningkatan BB sesuai tujuan

- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

- Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan

- Tidak terjadi penurunan BB yang berarti

NIC

Nutrition Management

- Kaji adanya alergi makanan

- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan

nutrisi yang dibutuhkan pasien

- Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe

- Berikan substansi gula

- Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk

mencegah konstipasi

- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kandungan kalori

- Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

- Kaji kebuutuhan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang

dibutuhkan

Nutrition Monitoring

- BB pasien dalam bates normal

- Monitor adanya penurunan BB

- Monitor lingkungan selama makan

- Monitor turgor kulit

- Monitor pucat, kemerahan dan kekeringan jaringan konjungtiva

Page 20: Askep Peritonitis

7. Kecemasan b/d kurang pengetahuan tentang penyakit,ancaman

kematian / perubahan status kesehatan

Kriteria Hasil (NOC)

- Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas

- Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk

mengontrol cemas

- Vital sign dalam batas normal

- Postur tubuh, ekpresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas

menunjukkan berkurangnya kecemasan

NIC

- Gunakan pendekatan yang menenangkan

- Nyatakan dengan jelas harapan terhadap prilaku pasien

- Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur

- Pahami perspektif pasien terhadap situasi stress

- Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi rasa

takut

- Dengarkan dengan penuh peerhatian

-

- Identifikasi tingkat kecemasan

- Bantu paasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan

- Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan dan

persepsi

- Instruksikan pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi

- Kolaborasi pemberian obat untuk mengurangi kecemasan

3.3 Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam

rencana keperawatan,tindakan keperawan mencangkup tindakan mandiri dan

tindakan kolaborasi.

Page 21: Askep Peritonitis

3.4 Evaluasi

Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya,tujuan

adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan keperawan dapat dicapai dan

memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan.

Page 22: Askep Peritonitis

BAB IV

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Proses keperawatan yang kami sajikan dalam makalah ini adalah

peritonitis. Peritonitis adalah Inflamasi peritoneum (Lapisan merman serosa

rongga abdomen dan meliputi visera). Biasanya akibat infeksi bakteri: organisme

yang berasal dari penyakit saluran gastrointestinal atau jika terjadi pada wanita

biasanya dari organ reproduksi iternal. (Smeltzer & Bare,2002)

Bersarkan buku Peritonitis Harrison Textbook 2011 yang dikutip dari

Karya ilmiah S. Caronila Mahasiswa Universitas Sunatra Utara Peritonitinis

adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa yang sering bersamaan dengan

kondisi bakteremia dan sindroma sepsis.

Asuhan keperawatan pada penyakit diatas memberikan gambaran untuk

dapat memahami infeksi pada peritoneum sehingga dapat membantu dalam

perawatan pasien untuk proses penyembuhannya.

B.SARAN

Kami dari kelompok mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk

kesempurnaan makalah proses keperawatan gangguan gastrointestinal bagian

atas ; peritonitis.

Saran untuk dosen pengampu sekiranya dapat memberikan penjelasan

lebih rinci mengenai kasus diatas terutama mengenai hal-hal penting apa yang

perlu dilakukan untuk dapat mengkaji lebih rinci dan akurat sehingga kami dapat

memberikan asuhan keperawatan yang lebih tepat kepada pasien.

Page 23: Askep Peritonitis

-

Daftar Pustaka

Smeltzer, S., & Bare, B. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah brunner & suddart edisi 8 vol.2. Jakarta: Egc.

Syamsuddin, D. (2006). Anatomi fisiologi untuk mahasiswakeperawatan edisi 3. Jakarta: EGC.

Carolin, S. (2011). Artikel latar belakang peritonitis. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4/Chapter%2011.pdf.