Askep Parkinson
-
Upload
choirun-nisa-nur-aini -
Category
Documents
-
view
66 -
download
2
description
Transcript of Askep Parkinson
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Parkinson adalah suatu penyakit degeneratif pada sistem saraf
(neurodegenerative) yang bersifat progressive, ditandai dengan
ketidakteraturan pergerakan (movement disorder), tremor pada saat istirahat,
kesulitan pada saat memulai pergerakan, dan kekakuan otot. Tanda-tanda
khas yang ditemukan pada penderita diantaranya resting tremor, rigiditas,
bradikinesia, dan instabilitas postural. Tanda-tanda motorik tersebut
merupakan akibat dari degenerasi neuron dopaminergik pada system
nigrostriatal. Namun, derajat keparahan defisit motorik tersebut beragam.
Tanda-tanda motorik pasien sering disertai depresi, disfungsi kognitif,
gangguan tidur, dan disfungsi autonom.
Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria
dan wanita seimbang. 5 – 10 % orang yang terjangkit penyakit parkinson,
gejala awalnya muncul sebelum usia 40 tahun, tapi rata-rata menyerang
penderita pada usia 65 tahun. Secara keseluruhan, pengaruh usia pada
umumnya mencapai 1 % di seluruh dunia dan 1,6 % di Eropa, meningkat dari
0,6 % pada usia 60 – 64 tahun sampai 3,5 % pada usia 85 – 89 tahun. Di
Amerika Serikat, ada sekitar 500.000 penderita parkinson. Di Indonesia
sendiri, dengan jumlah penduduk 210 juta orang, diperkirakan ada sekitar
200.000-400.000 penderita. Rata-rata usia penderita di atas 50 tahun dengan
rentang usia-sesuai dengan penelitian yang dilakukan di beberapa rumah sakit
di Sumatera dan Jawa- 18 hingga 85 tahun. Statistik menunjukkan, baik di
luar negeri maupun di dalam negeri, lelaki lebih banyak terkena dibanding
perempuan (3:2) dengan alasan yang belum diketahui.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari parkinson?
2. Apa etiologi parkinson?
3. Bagaimana pathofisiologi parkinson?
4. Bagaimana manifestasi klinis pada parkinson?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang parkinson?
6. Bagaimana pengobatan penyakit parkinson?
7. Bagaimana asuhan keperawatan hernia?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari parkinson.
2. Untuk mengetahui etiologi dari parkinson.
3. Untuk mengetahui pathofisiologi parkinson.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada penyakit parkinson.
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada parkinson.
6. Untuk mengetahui dan memahami pengobatan untuk penyakit parkinson.
7. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada parkinson.
D. Manfaat Penulisan
1. Menambah ilmu pengetahuan mengenai penyakit parkinson.
2. Menambah pemahaman bagaimana cara melakukan asuhan keperawatan
pada penderita parkinson secara tepat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Parkinson
Penyakit Parkinson (paralysis agitans) atau sindrom Parkinson
(Parkinsonismus) merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada
ganglia basalis akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari
substansia nigra ke globus palidus/ neostriatum (striatal dopamine
deficiency). Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif progresif
yang berkaitan erat dengan usia. Penyakit ini mempunyai karakteristik
terjadinya degenerasi dari neuron dopaminergik pas substansia nigra pars
kompakta, ditambah dengan adanya inklusi intraplasma yang terdiri dari
protein yang disebut dengan Lewy Bodies. Neurodegeneratif pada parkinson
juga terjadi pasa daerah otak lain termasuk lokus ceruleus, raphe nuklei,
nukleus basalis Meynert, hipothalamus, korteks cerebri, motor nukelus dari
saraf kranial, sistem saraf otonom.
Penyakit Parkinson merupakan suatu gangguan neurologist progresif
yang mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan
mengatur gerakan. Karakteristik yang muncul berupa bradikinesia
(perlambatan gerakan),tremor,dan kekakuan otot.
B. Etiologi Parkinson
Etiologi Parkinson primer belum diketahui. Tetapi terdapat beberapa
dugaan, di antaranya ialah: infeksi oleh virus yang non-konvensional (belum
diketahui), reaksi abnormal terhadap virus yang sudah umum, pemaparan
terhadap zat toksik yang belum diketahui, terjadinya penuaan yang prematur
atau dipercepat. Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di
substansi nigra. Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang
tidak dikehendaki (involuntary). Akibatnya, penderita tidak bisa
mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak disadarinya. Mekanis-me
bagaimana kerusakan itu belum jelas benar.
3
Beberapa hal yang diduga bisa menyebabkan parkinson adalah sebagai
berikut:
1. Usia
Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 sampai 200
dari 10.000 penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini berkaitan dengan reaksi
mikrogilial yang mempengaruhi kerusakan neuronal, terutama pada
substansia nigra, pada penyakit parkinson.
2. Geografi
Faktor resiko yang mempengaruhi perbedaan angka secara geografis ini
termasuk adanya perbedaaan genetik, kekebalan terhadap penyakit dan
paparan terhadap faktor lingkungan.
3. Periode
Fluktuasi jumlah penderita penyakit parkinson tiap periode mungkin
berhubungan dengan hasil pemaparan lingkungan yang episodik, misalnya
proses infeksi, industrialisasi ataupun gaya hidup.
4. Genetik
Adanya riwayat penyakit parkinson pada keluarga meningakatkan faktor
resiko menderita penyakit parkinson sebesar 8,8 kali pada usia kurang dari
70 tahun dan 2,8 kali pada usia lebih dari 70 tahun. Meskipun sangat
jarang, jika disebabkan oleh keturunan, gejala parkinsonisme tampak pada
usia relatif muda.
5. Faktor Lingkungan
a. Xenobiotik
Berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat menmbulkan
kerusakan mitokondria.
b. Pekerjaan
Lebih banyak pada orang dengan paparan metal yang lebih tinggi dan
lama.
c. Infeksi
Paparan virus influenza intrautero diduga turut menjadi faktor
predesposisi penyakit parkinson melalui kerusakan substansia nigra.
4
Penelitian pada hewan menunjukkan adanya kerusakan substansia nigra
oleh infeksi Nocardia astroides.
d. Diet
Konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stress oksidatif, salah
satu mekanisme kerusakan neuronal pada penyakit parkinson.
Sebaliknya, kopi merupakan neuroprotektif.
e. Trauma kepala
Cedera kranio serebral bisa menyebabkan penyakit parkinson, meski
peranannya masih belum jelas benar
f. Stress dan depresi
Beberapa penelitian menunjukkan depresi dapat mendahului gejala
motorik. Depresi dan stress dihubungkan dengan penyakit parkinson
karena pada stress dan depresi terjadi peningkatan turnover katekolamin
yang memacu stress oksidatif.
C. Pathofisiologi
Jauh di dalam otak ada sebuah daerah yang disebut ganglia basalis. Jika
otak memerintahkan suatu aktivitas (misalnya mengangkat lengan), maka sel-
sel saraf di dalam ganglia basalis akan membantu menghaluskan gerakan
tersebut dan mengatur perubahan sikap tubuh. Ganglia basalis mengolah
sinyal dan mengantarkan pesan ke talamus, yang akan menyampaikan
informasi yang telah diolah kembali ke korteks otak besar.
Keseluruhan sinyal tersebut diantarkan oleh bahan kimia neurotransmiter
sebagai impuls listrik di sepanjang jalur saraf dan di antara saraf-saraf.
Neurotransmiter yang utama pada ganglia basalis adalah dopamin.
Pada penyakit Parkinson, sel-sel saraf pada ganglia basalis mengalami
kemunduran sehingga pembentukan dopamin berkurang dan hubungan
dengan sel saraf dan otot lainnya juga lebih sedikit. Penyebab dari
kemunduran sel saraf dan berkurangnya dopamin terkadang tidak diketahui.
Penyakit ini cenderung diturunkan, walau terkadang faktor genetik tidang
memegang peran utama.
5
Kadang penyebabnya diketahui. Pada beberapa kasus, Parkinson
merupakan komplikasi yang sangat lanjut dari ensefalitis karena virus (suatu
infeksi yang menyebabkan peradangan otak). Kasus lainnya terjadi jika
penyakit degeneratif lainnya, obat-obatan atau racun memengaruhi atau
menghalangi kerja dopamin di dalam otak. Misalnya obat anti psikosa yang
digunakan untuk mengobati paranoia berat dan skizofrenia menghambat kerja
dopamin pada sel saraf.
D. Manifestasi Klinis
Meskipun gejala yang disampaikan di bawah ini bukan hanya milik
penderita parkinson, umumnya penderita parkinson mengalami hal itu.
1. Gejala Motorik
a. Tremor/Bergetar
Gejala penyakit parkinson sering luput dari pandangan awam, dan
dianggap sebagai suatu hal yang lumrah terjadi pada orang tua. Salah
satu ciri khas dari penyakit parkinson adalah tangan tremor (bergetar)
jika sedang beristirahat. Namun, jika orang itu diminta melakukan
sesuatu, getaran tersebut tidak terlihat lagi. Itu yang disebut resting
tremor, yang hilang juga sewaktu tidur. Tremor terdapat pada jari
tangan, kadang-kadang tremor seperti menghitung uang logam. Pada
sendi tangan fleksi-ekstensi atau pronasi-supinasi pada kaki fleksi-
ekstensi, kepala fleksi-ekstensi atau menggeleng, mulut membuka
menutup, lidah terjulur-tertarik. Tremor ini menghilang waktu
istirahat dan menghebat waktu emosi terangsang. Tremor tidak hanya
terjadi pada tangan atau kaki, tetapi bisa juga terjadi pada kelopak
mata dan bola mata, bibir, lidah dan jari tangan (seperti orang
menghitung uang). Semua itu terjadi pada saat istirahat/tanpa sadar.
Bahkan, kepala penderita bisa bergoyang-goyang jika tidak sedang
melakukan aktivitas (tanpa sadar). Artinya, jika disadari, tremor
tersebut bisa berhenti. Pada awalnya tremor hanya terjadi pada satu
6
sisi, namun semakin berat penyakit, tremor bisa terjadi pada kedua
belah sisi.
b. Rigiditas/Kekakuan
Tanda yang lain adalah kekakuan (rigiditas). Jika kepalan tangan yang
tremor tersebut digerakkan (oleh orang lain) secara perlahan ke atas
bertumpu pada pergelangan tangan, terasa ada tahanan seperti melewati
suatu roda yang bergigi sehingga gerakannya menjadi
terpatah-patah/putus-putus. Selain di tangan maupun di kaki, kekakuan itu
bisa juga terjadi di leher. Akibat kekakuan itu, gerakannya menjadi tidak
halus lagi seperti break-dance. Gerakan yang kaku membuat penderita
akan berjalan dengan postur yang membungkuk. Untuk mempertahankan
pusat gravitasinya agar tidak jatuh, langkahnya menjadi cepat tetapi
pendek-pendek. Adanya hipertoni pada otot fleksor ekstensor dan
hipertoni seluruh gerakan, hal ini oleh karena meningkatnya aktifitas
motorneuron alfa, adanya fenomena roda bergigi (cogwheel phenomenon).
c. Akinesia/Bradikinesia
Kedua gejala di atas biasanya masih kurang mendapat perhatian
sehingga tanda akinesia/bradikinesia muncul. Gerakan penderita menjadi
serba lambat. Dalam pekerjaan sehari-hari pun bisa terlihat pada
tulisan/tanda tangan yang semakin mengecil, sulit mengenakan baju,
langkah menjadi pendek dan diseret. Kesadaran masih tetap baik sehingga
penderita bisa menjadi tertekan (stres) karena penyakit itu. Wajah menjadi
tanpa ekspresi. Kedipan dan lirikan mata berkurang, suara menjadi kecil,
refleks menelan berkurang, sehingga sering keluar air liur. Gerakan
volunter menjadi lambat sehingga berkurangnya gerak asosiatif, misalnya
sulit untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan, lambat mengambil
suatu obyek, bila berbicara gerak lidah dan bibir menjadi lambat.
Bradikinesia mengakibatkan berkurangnya ekspresi muka serta mimik dan
gerakan spontan yang berkurang, misalnya wajah seperti topeng, kedipan
mata berkurang, berkurangnya gerak menelan ludah sehingga ludah suka
7
keluar dari mulut. Disamping itu, kulit muka seperti berminyak dan ludah
suka keluar dari mulut karena berkurangnya gerak menelan ludah.
d. Tiba-tiba Berhenti atau Ragu-ragu untuk Melangkah
Gejala lain adalah, yaitu berhenti di tempat saat mau mulai
melangkah, sedang berjalan, atau berputar balik; dan start hesitation, yaitu
ragu-ragu untuk mulai melangkah. Bisa juga terjadi sering kencing, dan
sembelit. Penderita menjadi lambat berpikir dan depresi. Bradikinesia
mengakibatkan kurangnya ekspresi muka serta mimic muka. Langkah Dan
Gaya Jalan (Sikap Parkinson) Berjalan dengan langkah kecil menggeser
dan makin menjadi cepat (marche a petit pas), stadium lanjut kepala
difleksikan ke dada, bahu membengkok ke depan, punggung melengkung
bila berjalan.
e. Bicara Monoton
Hal ini karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita suara,
otot laring, sehingga bila berbicara atau mengucapkan kata-kata yang
monoton dengan volume suara halus ( suara bisikan ) yang lambat.
f. Dimensia
Adanya perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya
dengan deficit kognitif.
g. Gangguan Behavioral
Lambat-laun menjadi dependen ( tergantung kepada orang lain ),
mudah takut, sikap kurang tegas, depresi. Cara berpikir dan respon
terhadap pertanyaan lambat (bradifrenia) biasanya masih dapat
memberikan jawaban yang betul, asal diberi waktu yang cukup.
h. Gejala Lain
Kedua mata berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan diatas
pangkal hidungnya (tanda Myerson positif).
2. Gejala non motorik
a. Disfungsi Otonom
Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter
terutama inkontinensia dan hipotensi ortostatik.
8
Kulit berminyak dan infeksi kulit seborrheic
Pengeluaran urin yang banyak
Gangguan seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan
melemahnya hasrat seksual, perilaku, orgasme.
b. Gangguan Suasana Hati, Penderita Sering Mengalami Depresi
c. Ganguan Kognitif, Menanggapi Rangsangan Lambat
d. Gangguan Tidur, Penderita Mengalami Kesulitan Tidur (Insomnia)
e. Gangguan Sensasi,
kepekaan kontras visuil lemah, pemikiran mengenai ruang,
pembedaan warna,
penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan oleh
hypotension orthostatic, suatu kegagalan sistemsaraf otonom untuk
melakukan penyesuaian tekanan darah sebagai jawaban atas
perubahan posisi badan
berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau ( microsmia
atau anosmia)
E. Patofisiologi
Jauh di dalam otak ada sebuah daerah yang disebut ganglia basalis. Jika
otak memerintahkan suatu aktivitas (misalnya mengangkat lengan), maka sel-
sel saraf di dalam ganglia basalis akan membantu menghaluskan gerakan
tersebut dan mengatur perubahan sikap tubuh. Ganglia basalis mengolah
sinyal dan mengantarkan pesan ke talamus, yang akan menyampaikan
informasi yang telah diolah kembali ke korteks otak besar.
Keseluruhan sinyal tersebut diantarkan oleh bahan kimia neurotransmiter
sebagai impuls listrik di sepanjang jalur saraf dan di antara saraf-saraf.
Neurotransmiter yang utama pada ganglia basalis adalah dopamin. Pada
penyakit Parkinson, sel-sel saraf pada ganglia basalis mengalami kemunduran
sehingga pembentukan dopamin berkurang dan hubungan dengan sel saraf
dan otot lainnya juga lebih sedikit. Penyebab dari kemunduran sel saraf dan
9
berkurangnya dopamin terkadang tidak diketahui. Penyakit ini cenderung
diturunkan, walau terkadang faktor genetik tidang memegang peran utama.
Kadang penyebabnya diketahui. Pada beberapa kasus, Parkinson
merupakan komplikasi yang sangat lanjut dari ensefalitis karena virus (suatu
infeksi yang menyebabkan peradangan otak). Kasus lainnya terjadi jika
penyakit degeneratif lainnya, obat-obatan atau racun memengaruhi atau
menghalangi kerja dopamin di dalam otak. Misalnya obat anti psikosa yang
digunakan untuk mengobati paranoia berat dan skizofrenia menghambat kerja
dopamin pada sel saraf.
F. Pengobatan Parkinson
Pengobatan penyakit parkinson bersifat individual dan simtomatik, obat-
obatan yang biasa diberikan adalah untuk pengobatan penyakit atau
menggantikan atau meniru dopamin yang akan memperbaiki tremor, rigiditas,
dan slowness.
Perawatan pada penderita penyakit parkinson bertujuan untuk
memperlambat dan menghambat perkembangan dari penyakit itu. Perawatan
ini dapat dilakukan dengan pemberian obat dan terapi fisik seperti terapi
berjalan, terapi suara/berbicara dan pasien diharapkan tetap melakukan
kegiatan sehari-hari.
1. Terapi Obat-Obatan
Beberapa obat yang diberikan pada penderita penyakit parkinson:
a. Antikolinergik
Benzotropine ( Cogentin), trihexyphenidyl ( Artane). Berguna untuk
mengendalikan gejala dari penyakit parkinson. Untuk mengaluskan
pergerakan, mengontrol tremor dan kekakuan.
b. Carbidopa/levodopa
Merupakan preparat yang paling efektif untuk menghilangkan gejala
Derivat dopamin-agonis-ergot berguna jika ditambahkan kedalam
levodopa untuk mempelancar fluktasi klinis.
c. Obat-obat antihistamin untuk menghilangkan tremor.
10
Preparat antivirus, Amantandin hidroklorida,digunakan untuk
mengurangi kekakuan,tremor dan bradikinestesia.
d. Inhibitor MAO untuk menghambat pemecahan dopamine
e. Obat-obat antidepresan
f. Selain terapi obat yang diberikan, pemberian makanan harus benar-
benar diperhatikan, karena kekakuan otot bisa menyebabkan penderita
mengalami kesulitan untuk menelan sehingga bisa terjadi kekurangan
gizi (malnutrisi) pada penderita. Makanan berserat akan membantu
mengurangi ganguan pencernaan yang disebabkan kurangnya aktivitas,
cairan dan beberapa obat.
2. Terapi Fisik
Sebagian terbesar penderita Parkinson akan merasa efek baik dari
terapi fisik. Pasien akan termotifasi sehingga terapi ini bisa dilakukan di
rumah, dengan diberikan petunjuk atau latihan contoh diklinik terapi fisik.
Program terapi fisik pada penyakit Parkinson merupakan program jangka
panjang dan jenis terapi disesuaikan dengan perkembangan atau
perburukan penyakit, misalnya perubahan pada rigiditas, tremor dan
hambatan lainnya. Latihan fisik yang teratur, termasuk yoga, taichi,
ataupun tari dapat bermanfaat dalam menjaga dan meningkatkan mobilitas,
fleksibilitas, keseimbangan, dan range of motion. Latihan dasar selalu
dianjurkan, seperti membawa tas, memakai dasi, mengunyah keras, dan
memindahkan makanan di dalam mulut.
3. Terapi Suara
Perawatan yang paling besar untuk kekacauan suara yang diakibatkan
oleh penyakit Parkinson adalah dengan Lee Silverman Voice Treatment
(LSVT). LSVT fokus untuk meningkatkan volume suara.
4. Terapi Gen
Penyelidikan telah dilakukan hingga tahap terapi gen yang melibatkan
penggunaan virus yang tidak berbahaya yang dikirim ke bagian otak yang
disebut subthalamic nucleus (STN). Gen yang digunakan memerintahkan
untuk mempoduksi sebuah enzim yang disebut glutamic acid
11
decarboxylase (GAD) yang mempercepat produksi neurotransmitter
(GABA). GABA bertindak sebagai penghambat langsung sel yang terlalu
aktif di STN.
5. Pencangkokan Syaraf
Cangkok sel stem secara genetik untuk memproduksi dopamine atau
sel sistem yang berubah menjadi sel memproduksi dopamine telah mulai
dilakukan.
G. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Data Dasar
a) Identitas
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan,
status perkawinan, pendidkan, agama, suku, alamat, tanggal dan jam
masuk rumah sakit, no. register, rungan, serta identitas orang yang
bertanggung jawab selama klien di rawat di RS.
b) Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan klien adalah gangguan gerakan, kaku
otot, tremor menyeluruh dan kelemahan otot.
c) Riwayat Penyakit
Latar belakang kehidupan klien sebelum masuk rumah sakit yang
menjadi faktor predisposisi seperti riwayat bekerja mengangkat
benda-benda berat, riwayat penyakit menular dan atau penyakit
keturunan, serta riwayat operasi sebelumnya pada daerah abdomen
atau operasi hernia yang pernah dialami klien sebelumnya.
2) Pola Fungsi
a) Pola Persepsi Kesehatan
Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang pengobatan
dan pemeliharaan kesehatan, khususnya pengetahuan mengenai
penyakit parkinson yang dialami klien.
Kaji riwayat penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya.
12
Kaji upaya untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah
penyakit.
Kaji yang dilakukan klien bila mengalami gangguan kesehatan.
b) Pola Nutrisi Metabolik
Tanyakan makanan dan minuman sehari-hari dalam 24 jam.
Kaji makanan kesukaan atau yang tidak disukai klien serta alergi
makanan.
Kaji adanya gangguan menelan, mual, dan muntah, karena klien
dengan hernia biasanya akan mengalami mual dan muntah
berhubungan dengan proses patofisiologi parkinson. Kaji juga
nafsu makan klien akibat keadaan mual dan muntah tersebut.
c) Pola Eliminasi
Tanyakan kebiasaan buang air besar, teratur atau tidak,
frekuensinya dalam sehari, warna dan konsistensinya, adakah sulit
saat membuang air besar dan bagaimana klien mengatasinya.
d) Pola Aktivitas – Latihan
Kaji tingkat aktivitas klien setiap hari, riwayat pekerjaan yang perlu
mengangkat beban berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama.
Klien dengan parkinaon, biasanya mengalami penurunan rentang
gerak, tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
e) Pola Istirahat dan Tidur
Tanyakan kebiasaan dan jumlah tidur pada siang hari.
Tanyakan kebiasaan sebelum tidur.
Tanyakan jumlah tidur semalam, apakah tetap cukup seperti
biasanya atau terganggu.
f) Pola Kognitif Perseptual
Kaji adakah kekhawatiran karena pusing, kesemutan, gangguan
penglihatan, penglihatan ganda, gangguan koordinasi, pikiran sukar
berkonsentrasi.
g) Pola Persepsi Diri
13
Tanyakan pada klien bagaimana perasaannya terhadap gangguan
yang dialaminya saat ini.
Bagaimana masalah ini dapat membuat pandangan klien terhadap
diri sendiri.
Tanyakan pada klien bagaimana perasaannya tentang operasi yang
dialaminya.
h) Pola Peran-Hubungan
Tanyakan apakah penyakit ini mempengaruhi klien dengan keluarga,
teman dan orang-orang sekitar klien.
i) Pola Seksualitas – Reproduksi
Klien dengan hernia akan mengalami kesulitan dalam hubungan
seksualitas, terutama pada klien dengan pembesaran skrotum akibat
hernia.
j) Pola Koping – Toleransi stress
Kaji apakah klien mengalami stres yang berat baik emosional
maupun fisik. Emosi labil (euforia sedang sampai delirium), depresi.
k) Pola Nilai Kepercayaan
Tanyakan apakah klien menganut sistem kepercayaan tertentu.
Tanyakan kebebasan klien dalam melakukan kegiatan ibadahnya
akibat hernia yang sekarang ini dialami klien.
3) Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-
keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data
yang diperoleh dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya
dilakukan per sistem (B1-B6) dan terarah dengan fokus pemeriksaan
fisik pada pemeriksaan B3 dan dihubungkan dengan keluhan klien.
Klien dengan penyakit Parkinson umumnya tidak mengalami
penurunan kesadaran. Adanya perubahan pada tanda vital, yaitu
bradikardi, hipotensi, dan penurunan frekuensi pernafasan.
14
a. B1 (Breathing)
Gangguan fungsi pernapasan yang terjadi berkaitan dengan
hipoventilasi, inaktivitas, aspirasi makanan atau saliva, dan
berkurangnya fungsi pembersihan saluran nafas.
Inspeksi, ditemukan klien batuk atau mengalami penurunan
kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak
napas dan penggunaan otot bantu napas.
Palpasi, ditemukan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi, ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapangan
paru.
Auskultasi, ditemukan bunyi napas tambahan seperti napas
berbunyi, stridor, ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi
sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering ditemukan
pada klien dengan inaktivitas.
b. B2 (Blood)
Hipotensi postural yang terjadi berkaitan dengan efek samping
pemberian obat dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah
oleh sistem saraf otonom.
c. B3 (Brain)
Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih
lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya. Pada inspeksi
umum ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara
umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan.
1) Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis dan juga
bergantung pada penurunan aliran darah serebri regional
mengakibatkan perubahan pada status kognitif klien.
2) Pemeriksaan fungsi serebri
Status mental : biasanya mengalami perubahan yang berhubungan
dengan penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan
15
penurunan memori baik jangka pendek dan memori jangka
panjang.
3) Pemeriksaan saraf kranial
a) Saraf I. Biasanya pada klien cedera tulang belakang tidak
ditemukan kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan.
b) Saraf II. Hasil uji ketajaman penglihatan mengalami perubahan
sesuai tingkat usia, biasanya klien lanjut usia dengan penyakit
Parkinson mengalami penurunan ketajaman penglihatan.
c) Saraf III, IV, dan VI. Gangguan saraf okulomotorius : sewaktu
melakukan konvergensi penglihatan menjadi kabur karena
tidak mampu mempertahankan kontraksi otot- otot bola mata.
d) Saraf V. Pada klien dengan penyakit Parkinson umumnya
ditemukan perubahan pada otot wajah. Adanya keterbatasan
otot wajah menyebabkan ekspresi wajah klien mengalami
penurunan , saat bicara wajah seperti topeng (sering
mengedipkan mata).
e) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal.
f) Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi yang
berhubungan dengan proses senilis dan penurunan aliran darah
regional.
g) Saraf IX dan X. Ditemukan kesulitan menelan dalam menelan
makanan.
h) Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius.
i) Saraf XII. Lidah simetris, tidak ditemukan deviasi pada satu
sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.
4) Sistem Motorik
a) Inspeksi umum, ditemukan perubahan pada gaya
berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku pada
seluruh gerakan. Klien sering mengalami rigiditas deserebrasi.
b) Tonus otot ditemukan meningkat.
16
c) Keseimbangan dan koordinasi, ditemukan mengalami
gangguan karena adanya kelemahan otot, kelelahan, perubahan
pada gaya berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot dan
kaku pada seluruh gerakan.
5) Pemeriksaan Refleks
Terdapat kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba
untuk berdiri, klien akan berdiri dengan kepala cenderung
kedepan dan berjalan dengan gaya berjalan seperti didorong.
Kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan (salah
satunya kedepan atau kebelakang) dapat menimbulkan sering
jatuh.
6) Sistem Sensorik
Sesuai berlanjutnya usia Klien dengan penyakit Parkinson
mengalami penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif.
Penurunan sensorik yang ada merupakan hasil dari neuropati.
d. B4 (Bladder)
Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan
disfungsi kognitif dan persepsi klien secara umum. Klien mungkin
mengalami inkontinensia urine, ketidakmampuan
mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk
menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural.
Selama periode ini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik
steril.
e. B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan
nutrisi kurang karena kelemahan fisik umum, kelelahan otot dan
adanya tremor menyeluruh. Klien sering mengalami konstipasi
karena penurunan aktivitas.
f. B6 ( Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kelelahan
otot, tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh
17
gerakan menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan pemenuhan
aktivitas sehari-hari. Adanya gangguan keseimbangan dan
koordinasi dalam melakukan pergerakan karena perubahan pada
gaya berjalan dan kaku pada seluruh gerakan memberikan risiko
pada trauma fisik bila melakukan aktivitas.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan
kelemahan otot.
2. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan
neuromuskular, menurunnya kekuatan, kehilangan kontrol otot/koordinasi.
3. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) yang berhubungan dengan medikasi
dan penurunan aktivitas.
4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan tremor, pelambatan dalam proses makan, kesulitan menguyah dan
menelan.
5. Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan
volume bicara, pelambatan bicara, ketidakmampuan menggerakan otot-
otot wajah.
6. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan depresi dan
disfungsi karena perkembangan penyakit.
7. Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan sumber informasi prosedur
perawatan rumah yang tidak adekuat.
c. Perencanaan/Intervensi
No
.
Tgl/
Jam
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Intervensi TTD
1. Hambatan
mobilitas fisik yang
berhubungan
Dalam waktu 2 x
24 jam, klien
mampu
Kaji mobilitas yang ada
dan observasi peningkatan
kerusakan. Kaji secara
18
dengan kekakuan
dan kelemahan
otot.
melaksanakan
aktivitas fisik
sesuai
kemampuannya.
Dengan Kriteria
Hasil:
1.Klien dapat ikut
serta dalam
program latihan,
tidak terjadi
kontraktur sendi.
2.Bertambahnya
kekuatan otot.
3.Klien
menunjukkan
tindakan untuk
meningkatkan
mobilitas.
teratur fungsi motorik.
Lakukan program latihan
yang meningkatkan
kekuatan otot.
Lakukan latihan postural.
Ajarkan teknik berjalan
khusus :
Ajarkan untuk
berkosentrasi pada
berjalan tegak,
memandang lurus
kedepan, dan
menggunakan cara
berjalan dengan dasar
lebar (misalnya berjalan
dengan kaki terpisah).
Klien dianjurkan untuk
latihan berjalan dengan
diiringi musik marching
band atau lagu, karena hal
ini memberikan
rangsangan sensorik.
Latihan bernapas sambil
berjalan membantu untuk
menggerakan rangka
tulang rusuk dan transpor
oksigen untuk mengisi
bagian paru-paru yang
kadar oksigennya rendah.
Melakukan periode
istirahat yang sering untuk
19
membantu pencegahan
frustasi dan kelelahan.
Bantu klien melakukan
latihan ROM, perawatan
diri, sesuai toleransi.
Kolaborasi dengan ahli
fisioterapi untuk latihan
fisik klien.
2. Defisit perawatan
diri yang
berhubungan
dengan kelemahan
neuromuskular,
menurunnya
kekuatan,
kehilangan kontrol
otot/koordinasi.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 2 x 24
jam, perawatan diri
klien terpenuhi
dengan
kriteria Hasil:
1.Klien dapat
menunjukkan
perubahan gaya
hidup untuk
memenuhi
kebutuhan merawat
diri
2.klien mampu
melakukan
aktivitas perawatan
diri sesuai dengan
tingkat
kemampuannya
Kaji kemampuan dan
tingkat penurunan dalam
skala 0-4 untuk
melakukan ADL.
Hindari apa yang tidak
dapat dilakukan klien dan
bantu bila perlu.
Ajarkan dan dukung klien
selama aktivitas.
Rencanakan tindakan
untuk mengatasi
keterbatasan penglihatan
seperti tempatkan
makanan dan peralatan
dalam suatu tempat,
dekatkan tempat tidur
kedinding.
Modifikasi lingkungan.
Gunakan pagar
disekeliling tempat tidur.
Kaji kemampuan
komunikasi untuk buang
air kecil, kemampuan
20
menggunakan urinal,
pispot. Antarkan kekamar
mandi bila kondisi
memungkinkan.
Pemberian supositoria dan
pelumas feses/pencahar.
Konsultasi kedokter terapi
okupasi.
3. Gangguan
eliminasi
(konstipasi) yang
berhubungan
dengan medikasi
dan penurunan
aktivitas.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 2 x 24 jam,
kebutuhan
eliminasi terpenuhi.
Dengan kriteria
Hasil:
1.klien dapat
defekasi secara
spontan dan lancar
tanpa
menggunakan obat.
2. konsistensi feses
lembek, tidak
teraba massa pada
kolon, bising usus
normal(15-30x/mnt
).
Monitor adanya
konstipasi.
Berikan penjelasan pada
klien dan keluarga
penyebab konstipasi.
Modifikasi defekasi yang
teratur. Anjurkan pada
klien untuk makan
makanan yang
mengandung serat.
Bila klien mampu minum,
berikan asupan cairan
yang cukup (2liter/hari)
jika tidak ada
kontraindikasi.
Kolaborasi dengan tim
dokter dalam pemberian
pelunak feses (laksatif,
supositoria, enema).
4. Perubahan nutrisi:
kurang dari
kebutuhan tubuh
yang berhubungan
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 x 24 jam
Evaluasi kemampuan
makan klien.
Observasi/timbang berat
badan jika
21
dengan tremor,
pelambatan dalam
proses makan,
kesulitan
menguyah dan
menelan.
kebutuhan nutrisi
klien terpenuhi.
Dengan kriteria
Hasil:
1. pasien mengerti
tentang pentingnya
nutrisi bagi tubuh,
2. Pasien
memperlihatkan
kenaikan berat
badan sesuai
dengan hasil
pemeriksaan
laboratorium.
memungkinkan.
Berikan makanan kecil
dan lunak dan monitor
pemakaian alat bantu.
Kaji fungsi sistem
gastrointestinal meliputi
suara bising usus, catat
terjadinya perubahan
didalam lambung seperti
mual, muntah. Observasi
perubahan pergerakan
usus misalnya diare,
konstipasi.
Anjurkan pemberian
cairan 2500 cc/hari selama
tidak terjadi gangguan
jantung.
Lakukan pemeriksaan
laboratorium yang
diindikasikan, seperti
serum, transferin,
BUN/kreatinin, dan
glukosa.
5. Hambatan
komunikasi verbal
yang berhubungan
dengan penurunan
volume bicara,
pelambatan
bicara,ketidakmam
puan menggerakan
Setelah dilakukan
tindakan selama 2
x 24 klien mampu
membuat
teknik/metode
komunikasi yang
dapat dimengerti
sesuai kebutuhan
Kaji kemampuan klien
untuk berkomunikasi.
Menentukan cara-cara
komunikasi seperti
mempertahankan kontak
mata, memberikan
pertanyaan dengan
jawaban ya atau tidak,
22
otot-otot wajah. dan meningkatkan
kemampuan
berkomunikasi.
Dengan kriteria
hasil: klien dapat
berkomunikasi
dengan sumber
yang ada.
menggunakan kertas dan
pensil/bolpoin, gambar,
atau papan tulis, bahasa
isyarat, perjelas arti dari
komunikasi yang
disampaikan.
Pertimbangkan bentuk
komunikasi bila terpasang
kateter intravena.
Letakkan bel pemanggil
dalam jangkauan klien dan
berikan penjelasan cara
menggunakannya. Jawab
panggilan tersebut dengan
segera. Penuhi kebutuhan
klien. Katakan kepada
klien bahwa perawat siap
membantu jika
dibutuhkan.
Buatlah rekaman
pembicaraan klien.
Anjurkan keluarga/orang
lain yang dekat dengan
klien untuk berbicara
dengan klien, memberikan
informasi tentang
keluarganya, dan keadaan
yang sedang terjadi.
Kolaborasi dengan ahli
wicara bahasa.
23
6. Koping individu
tidak efektif yang
berhubungan
dengan depresi dan
disfungsi karena
perkembangan
penyakit.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1 x 24
koping individu
menjadi efektif.
Dengan kriteria
Hasil:
1. mampu
menyatakan atau
mengomunikasikan
dengan orang
terdekat tentang
situasi dan
perubahan yang
sedang terjadi,
2. mampu
menyatakan
penerimaan diri
terhadap situasi,
mengakui, dan
menggabungkan
perubahan kedalam
konsep diri dengan
cara yang akurat
tanpa harga diri
yang negatif.
Kaji perubahan gangguan
persepsi dan hubungan
dengan derajat
ketidakmampuan, dukung
kemampuan koping klien.
Catat ketika klien
menyatakan sekarat atau
mengingkari dan
menyatakan inilah
kematian.
Pernyataan pengakuan
terhadap penolakan tubuh,
mengingatkan kembali
fakta kejadian tentang
realitas bahwa masih
dapat menggunakan sisi
yang sakit dan belajar
mengontrol sisi yang
sehat.
Bantu dan ajarkan
perawatan yang baik
dengan memperbaiki
kebiasaan.
Buat rencana program
aktivitas harian pada
keseluruhan hari.
Anjurkan orang terdekat
untuk mengizinkan klien
melakukan sebanyak
mungkin hal untuk
dirinya.
24
Monitor gangguan tidur,
peningkatan kesulitan
konsentrasi, letargi dan
penolakan.
Kolaborasi: rujuk pada
ahli neuropsikologi dan
konseling bila ada
indikasi.
7. Defisit
pengetahuan yang
berhubungan
dengan sumber
informasi prosedur
perawatan rumah
yang tidak adekuat.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1 x 24,
informasi dapat
diterima klien.
Dengan kriteria
Hasil : klien
mampu mengulang
informasi tentang
prosedur perawatan
rumah.
Kaji pengetahuan klien
dan keluarga tentang
perawatan kesehatan
dirumah serta jelaskan
pentingnya perawatan
kesehatan dirumah pada
klien dan keluarga.
Beri dukungan pada
keluarga dalam merawat
klien Parkinson.
Fasilitasi anggota keluarga
untuk mengekspresikan
perasaannya terhadap
frustasi, marah, dan
perasaan bersalah, karena
hal ini sering membantu
mereka.
Berikan mereka informasi
tentang pengobatan dan
perawatan yang mencegah
masalah yang tidak perlu
ada.
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat kronis
progresif, merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia
basalis akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari
substansia nigra ke globus palidus/ neostriatum (striatal dopamine deficiency).
Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang membutuhkan
penanganan secara holistik meliputi berbagai bidang.
Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi
pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul . Tanpa
perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progress hingga terjadi total
disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan
dapat menyebabkan kematian. Dengan perawatan, gangguan pada setiap
pasien berbeda-berbeda. Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi.
Perluasan gejala berkurang, dan lamanya gejala terkontrol sangat bervariasi.
Efek samping pengobatan terkadang dapat sangat parah. Obat-obatan yang ada
sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson, sedangkan perjalanan
penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali terkena parkinson,
maka penyakit ini akan menemani sepanjang hidupnya.
B. SARAN
1. Bagi Pendidikan
Bagi Dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih
baik dalam pembuatan makalah selanjutnya.
2. Bagi Kesehatan
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk
mahasiswa keperawatan agar mengetahui begaimana asuhan keperawatan
pada klien parkinson.
26
DAFTAR PUSTAKA
27