Askep pada pasien ppok

36
Tugas : KMB II Dosen : La Rangki, S.Kep Asuhan Keperawatan Pada Pasien “ Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) “ Disusun Oleh : Kelompok 2 RASAP JASENG WD. YUYUN ANGGRAINI WD. YUL SARTIKA LILI ASMIN AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN MUNA 2011 / 2012

Transcript of Askep pada pasien ppok

Page 1: Askep pada pasien ppok

Tugas: KMB IIDosen : La Rangki, S.Kep

Asuhan Keperawatan Pada Pasien

“ Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) “

Disusun Oleh :Kelompok 2

RASAP JASENGWD. YUYUN ANGGRAINI

WD. YUL SARTIKALILI ASMIN

AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

2011 / 2012KATA PENGANTAR

Page 2: Askep pada pasien ppok

“Syukur Alhamdulillah” ungkapan yang patutu dipanjatkan kehadirat Allah SWT

atas limpahan rahmat, kasih sayang dan pertolongan – Nya sehingga makalah yang berjudul

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PPOK” ini dapat terselesaikan sebagaimana

yang diharapkan.Shalawat dan Taslim kepada Rasulullah SAW, keluarga, dan pengikutnya

hingga hari kiamat.

Adalah penting bagi manasiswa memahami serta menginterprestaikan mengenai

KMB mengenai Asuhan Keperawatan pada berbagai penyakit khuusnya Asuhan Keperawatan

Pada Pasien PPOK.Oleh karena itu, penyusun merasa perlu penyajian makalah yang dapat

mendukung salah satu indikator pembelajaran KMB.

Dengan segala kerendahan hati, penyusun menyampaikan bahwa makalah ini masih

banyak kekurang sehingga diperlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna

penyempurnaan makalah ini.Namun terlepas dari kekurangan yang ada, semoga makalah ini

dapatbermanfaat bagi para penggunanya “Mahasiswa AKPER PEMKAB MUNA”.

Raha, Oktober 2011

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………… i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. ii

BAB I : PENDAHULUAN

Page 3: Askep pada pasien ppok

A. Latar belakang …………………………………………….. 1

B. Permasalahan …………………………………………….. 1

C. Tujuan ………………………………………………………. 1

D. Metode Penulisan…………………………………………….

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

A.Pengertian ……………………………..………………… 2

B.Anatomi & Fisiologi…………………………………………..

C.Etiologi..............................…………………………………. 2

D. Manifestasi Klinis…………………………………………….

E. Patofisiologi………………………………………………….

F. Komplikasi ............................................................................. 3

G.Pemerikasaan Penunjang……………………………………..

H.Penatalaksanaan Medis………………………………………

BAB III : KONSEP ASKEP PADA PASIEN PPOK………………………

A. Pengkajian ……………………………………………..……

B. Diagnosa……………………………………………………

C. Perencanaa………………………………………………….

D. Implementasi & Evaluasi………………………………….

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………

B. Saran……………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Askep pada pasien ppok

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang

progresif, artinya penyakit ini berlangsung seumur hidup dan semakin memburuk secara

lambat dari tahun ke tahun.Dalam perjalanan penyakit ini terdapat fase-fase eksaserbasi

akut. Berbagai faktor berperan pada perjalanan penyakit ini, antara lain faktor resiko

yaitu faktor yang menimbulkan atau memperburuk penyakit seperti kebiasaan merokok,

polusi udara, polusi lingkungan, infeksi, genetik dan perubahan cuaca.

Derajat obtruksi saluran nafas yang terjadi, dan identifikasi komponen yang

memugkinkan adanya reversibilitas. Tahap perjalanan penyakit dan penyakit lain diluar

paru seperti sinusitis dan faringitis kronik. Yang pada akhirnya faktor-faktor tersebut

membuat perburukan makin lebih cepat terjadi.Untuk melakukan penatalaksanaan PPOK

perlu diperhatikan faktor-faktor tersebut, sehingga pengobatan PPOK menjadi lebih baik.

Penyakit paru obstruksi kronik adalah klasifikasi luas dari gangguan yang

mencakup bronkitis kronik, bronkiektasis, emfisema dan asma, yang merupakan kondisi

ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan

keluar udara paru-paru.

Penyakit paru obstruksi kronik adalah kelainan paru yang ditandai dengan

gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan oleh

adanya penyempitan saluran napas dan tidak banyak mengalami perubahan dalam masa

observasi beberapa waktu.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk memenuhi tugas kelompok dari dosen pembimbing.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui penyakit PPOK tersebut

Page 5: Askep pada pasien ppok

b. Untuk mengetahui etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, komplikasi,

pemeriksaan penunjang serta penetalaksanaan medis dari penyakit PPOK

c. Untuk mengatahui cara penanganan penyakit tersebut

C. Rumusan Masalah

Masalah yang timbul dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Apa devenisi dari penyakit PPOK ?

2. Apa etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, komplikasi, pemeriksaan penunjang

serta penetalaksanaan medis dari penyakit PPOK ?

3. Bagaimana cara penanganan penyakit PPOK itu sendiri ?

D. Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini adalah tinjauan pustaka dengan mengambil

literatur – literatur atau teori – teori melalui buku – buku yang berkaitan dan informasi

melalui layanan internet.

Page 6: Askep pada pasien ppok

BAB II

KONSEP PENYAKIT

A. Pengertian

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (COPD) atau PPOK merupakan suatu

istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung

lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran

patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang dikenal

dengan COPD adalah : Bronchitis kronis, emfisema paru-paru dan asthma bronchiale (S

Meltzer, 2001 : 595).

PPOK Merujuk pada sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan

udara dari dan keluar Paru.Gangguan yang penting adalah Bronkhitis Obstruktif,

Emphysema dan Asthma Bronkiale.(Black. J. M. & Matassarin,.E. J. 1993).

Suatu kondisi dimana aliran udara pada paru tersumbat secara terus

menerus. Proses penyakit ini adalah seringkali kombinasi dari 2 atau 3 kondisi berikut ini

(Bronkhitis Obstruktif Kronis, Emphysema dan Asthma Bronkiale) dengan suatu

penyebab primer dan yang lain adalah komplikasi dari penyakit primer.(Enggram, B.

1996).

B. Etiologi

Etiologi penyakit ini belum diketahui. Penyakit ini dikaitkan dengan

faktor-faktor risiko yang terdapat pada penderita antara lain:

1. Merokok

Hiperplasia kelenjar mucus bronkus

Metaplasia skuamus epitel saluran pernapasan

Inhibisi aktivitas sel rambut getar, makrofag alveolar, surfaktan

2. Polusi udara, zat-zat kimia antara lain : N2O, hidrokarbon, aldehid

3. Infeksi, bakteri terbanyak adalah haemophilus influenza dan streptococus

pneumonia

Page 7: Askep pada pasien ppok

4. Umur

5. Defisiensi alfa-1 antitripsin

6. Defisiensi anti oksidan

Pengaruh dari masing-masing faktor risiko terhadap terjadinya PPOK

adalah saling memperkuat dan faktor merokok dianggap yang paling dominan.

C. Patofisiologi

Fungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua yang

disebabkan elastisitas jaringan paru dan dinding dada makin berkurang. Dalam usia yang

lebih lanjut, kekuatan kontraksi otot pernapasan dapat berkurang sehingga sulit bernapas.

Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang, yakni jumlah

oksigen yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh.Konsumsi

oksigen sangat erat hubungannya dengan arus darah ke paru-paru.Berkurangnya fungsi

paru-paru juga disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti fungsi

ventilasi paru.

Faktor-faktor risiko tersebut diatas akan mendatangkan proses inflamasi

bronkus dan juga menimbulkan kerusakan pada dinding bronkiolus terminalis. Akibat

dari kerusakan akan terjadi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis), yang

mengalami penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke

alveoli pada saat inspirasi, pada saat ekspirasi banyak terjebak dalam alveolus dan

terjadilah penumpukan udara (air trapping).

Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan segala

akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi

dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-fungsi paru: ventilasi, distribusi

gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan mengalami gangguan (Brannon, et al, 1993).

D. Klasifikasi

1. Bronkitis kronik

Bronkitis merupakan definisi klinis batuk-batuk hampir setiap hari disertai

pengeluaran dahak, sekurang-kuranganya 3 bulan dalam satu tahun dan terjadi

paling sedikit selama 2 tahun berturut-turut.

Page 8: Askep pada pasien ppok

2. Emfisema paru

Emfisema paru merupakan suatu definisi anatomik, yaitu suatu perubahan

anatomik paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal saluran udara

bagian distal bronkus terminalis, yang disertai kerusakan dinding alveolus.

a. Emfisema Centriolobular Merupakan tipe yang sering muncul,

menghasilkan kerusakan bronchiolus, biasanya pada region paru atas.

Inflamasi berkembang pada bronchiolus tetapi biasanya kantung alveolar

tetap bersisa.

b. Emfisema Panlobular (Panacinar) Merusak ruang udara pada seluruh

asinus dan biasanya termasuk pada paru bagian bawah. Bentuk ini

bersama disebut centriacinar emfisema, timbul sangat sering pada seorang

perokok.

c. Emfisema Paraseptal Merusak alveoli pada lobus bagian bawah yang

mengakibatkan isolasi dari blebs sepanjang perifer paru. Paraseptal

emfisema dipercaya sebagai sebab dari pneumothorax spontan. Panacinar

timbul pada orang tua dan klien dengan defisiensi enzim alpha-antitripsin.

Pada keadaan lanjut, terjadi peningkatan dyspnea dan infeksi pulmoner,

seringkali timbul Cor Pulmonal (CHF bagian kanan) timbul.

3. Astma

Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas cabang-cabang

trakeobronkial terhadap pelbagai jenis rangsangan.Keadaan ini bermanifestasi sebagai

penyempitan saluran-saluran napas secara periodic dan reversible akibat bronkospasme.

E. Tanda & Gejala

Tanda dan gejala akan mengarah pada dua tipe pokok:

1. Mempunyai gambaran klinik dominant kearah bronchitis kronis (blue bloater).

2. Mempunyai gambaran klinik kearah emfisema (pink puffers).

Tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut:

a. Kelemahan badan

Page 9: Askep pada pasien ppok

b. Batuk

c. Sesak napas

d. Sesak napas saat aktivitas dan napas berbunyi

e. Mengi atau wheeze

f. Ekspirasi yang memanjang

g. Bentuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut

h. Penggunaan otot bantu pernapasan

i. Suara napas melemah

j. Kadang ditemukan pernapasan paradoksal

k. Edema kaki, asites dan jari tabuh

F. Komplikasi

1. Hipoxemia

Hipoxemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang dari 55 mmHg,

dengan nilai saturasi Oksigen <85%. Pada awalnya klien akan mengalami

perubahan mood, penurunan konsentrasi dan pelupa. Pada tahap lanjut timbul

cyanosis.

2. Asidosis Respiratory

Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnia). Tanda yang muncul

antara lain : nyeri kepala, fatique, lethargi, dizzines, tachipnea.

3. Infeksi Respiratory

Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus,

peningkatan rangsangan otot polos bronchial dan edema mukosa.Terbatasnya

aliran udara akan meningkatkan kerja nafas dan timbulnya dyspnea.

4. Gagal jantung

Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus

diobservasi terutama pada klien dengan dyspnea berat.Komplikasi ini sering kali

berhubungan dengan bronchitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat juga

dapat mengalami masalah ini.

5. Cardiac Disritmia

Page 10: Askep pada pasien ppok

Timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis

respiratory.

6. Status Asmatikus

Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asthma bronchial.

Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan dan seringkali tidak

berespon terhadap therapi yang biasa diberikan. Penggunaan otot bantu

pernafasan dan distensi vena leher seringkali terlihat.

G. Pemeriksaaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan radiologist

Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan:

a. Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang

parallel, keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah

bayangan bronkus yang menebal.

b. Corak paru yang bertambah

Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto dada yaitu:

1) Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary oligoemia dan bula.

Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema panlobular dan pink puffer.

2) Corakan paru yang bertambah.

3) Pemeriksaan faal paru

Pada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang

bertambah dan KTP yang normal. Pada emfisema paru terdapat penurunan

VEP1, KV, dan KAEM (kecepatan arum ekspirasi maksimal) atau MEFR

(maximal expiratory flow rate), kenaikan KRF dan VR, sedangkan KTP

bertambah atau normal. Keadaan diatas lebih jelas pada stadium lanjut, sedang

pada stadium dini perubahan hanya pada saluran napas kecil (small airways).

Page 11: Askep pada pasien ppok

Pada emfisema kapasitas difusi menurun karena permukaan alveoli untuk

difusi berkurang.

2. Analisis gas darah

Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul sianosis,

terjadi vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan eritropoesis. Hipoksia yang

kronik merangsang pembentukan eritropoetin sehingga menimbulkan polisitemia.

Pada kondisi umur 55-60 tahun polisitemia menyebabkan jantung kanan harus

bekerja lebih berat dan merupakan salah satu penyebab payah jantung kanan.

3. Pemeriksaan EKG

Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat

kor pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan P pulmonal pada hantaran II, III,

dan aVF. Voltase QRS rendah Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/S

kurang dari 1. Sering terdapat RBBB inkomplet.

a. Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab infeksi.

b. Laboratorium darah lengkap

H. Penatalaksanaan Medis

1. Pencegahan : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi, dan polusi udara

2. Terapi eksaserbasi akut di lakukan dengan :

a. Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi

Infeksi ini umumnya disebabkan oleh H. Influenza dan S. Pneumonia,

maka digunakan ampisilin 4 x 0.25-0.56/hari atau eritromisin 4x0.56/hari

Augmentin (amoksilin dan asam klavulanat) dapat diberikan jika kuman

penyebab infeksinya adalah H. Influenza dan B. Cacarhalis yang

memproduksi B. Laktamase Pemberiam antibiotik seperti kotrimaksasol,

amoksisilin, atau doksisiklin pada pasien yang mengalami eksaserbasi

akut terbukti mempercepat penyembuhan dan membantu mempercepat

kenaikan peak flow rate. Namun hanya dalam 7-10 hari selama periode

eksaserbasi.Bila terdapat infeksi sekunder atau tanda-tanda pneumonia,

maka dianjurkan antibiotik yang kuat.

Page 12: Askep pada pasien ppok

b. Terapi oksigen diberikan jika terdapata kegagalan pernapasan karena

hiperkapnia dan berkurangnya sensitivitas terhadap CO2

c. Fisioterapi membantu pasien untuk mengelurakan sputum dengan baik.

d. Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk di

dalamnya golongan adrenergik b dan anti kolinergik. Pada pasien dapat

diberikan salbutamol 5 mg dan atau ipratopium bromida 250 mg diberikan

tiap 6 jam dengan nebulizer atau aminofilin 0,25 - 0,56 IV secara

perlahan.

3. Terapi jangka panjang di lakukan :

a. Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin 4x0,25-

0,5/hari dapat menurunkan kejadian eksaserbasi akut.

b. Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran napas

tiap pasien maka sebelum pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan

obyektif dari fungsi faal paru.

c. Fisioterapi

d. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik

e. Mukolitik dan ekspektoran

f. Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal napas

tipe II dengan PaO2 (7,3 Pa (55 MMHg)

g. Rehabilitasi, pasien cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa sendiri

dan terisolasi, untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar terhindar dari

depresi.

Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut:

1. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan

merokok, menghindari polusi udara.

2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.

3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi

antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat

sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji

sensitivitas atau pengobatan empirik.

Page 13: Askep pada pasien ppok

4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan

kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme)

masih kontroversial.

5. Pengobatan simtomatik.

6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.

7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan

dengan aliran lambat 1 - 2 liter/menit.

Rehabilitasi untuk pasien PPOK adalah :

a. Fisioterapi

b. Rehabilitasi psikis

c. Rehabilitasi pekerjaan (Mansjoer 2001 : 481-482)]

Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:

1. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasiu gejala tidak hanya pada

fase akut, tetapi juga fase kronik.

2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.

3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat

dideteksi lebih awal.

Page 14: Askep pada pasien ppok

BAB III

KONSEP ASKEP

A. Pengkajian

a. Pengumpulan Data

1) Aktivitas / istirahat

Gejala :

Klien menegatakan selama sakit aktivitas klien di bantu oleh

keluarga dan perawat

Klien mengatakan sesaknya bertambah saat beraktivitas

Tanda :

Nampak aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat

Klien nampak sesak saat beraktivitas

2) Interaksi ego

Gejala :

Klien mengatakan cemas

Tanda :

Menyangkal, marah dan gelisah

3) Makanan dan cairan

Gejala :

KLien mengatakan berat badannya menurun

Klien mengatakan kurang nafsu makan

Tanda :

Porsi maqkan tidak dihabiskan

Badan tambah kurus

4) Pernapasan

Gejala :

Klien mengatakan sesak napas

Klien mengatakan batuknya berdahak

Tanda :

Page 15: Askep pada pasien ppok

Suara paru ronkhi disebelah kanan dada

Kilen nampak batuk berdahak

Frekuensi napas cepat

Klien bernapas menggunakan otot – otot pernapasan

Klien nampak batuk

5) Penyuluhan dan Pembelajaran

Gejala :

Klien selalu bertanya tentang penyalitnya

Tanda :

Klien selalu bertanya

b. Klasifikasi Data

Data Subyektif :

KLien mengatakan sesak naps

Klien mengatakan batuknya berdahak

Klien mengatakan berat badannya menurun

Klien mengatakan kurang nafsu makan

Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas

Klien mengatakan sesak bertambah saat beraktivitas

Klien mengatakan cemas

Klien selalu bertanya tentang penyakitnya

Data Obyektif :

Suara paru ronkhi disebelah dada kanan

Klien nampak betuk berdahak

Frekuensi napas cepat

Klien bernapas menggunakan otot – otot pernapsan

Klien nampak batuk

Porsi makan tidak dihabiskan

Badan tampak kurus

Berat badan menurun

Nampak aktivitas klien dibantu

Page 16: Askep pada pasien ppok

Klien nampak sesak saat beraktivitas

Klien nampak gelisah

Klioen selalu bertanya

c. Analisa Data

No Symptom Etiology Problem

1 DS :

Klien mengatakan

sesak napas

Klien mengatakan

batuknta berdahak

Klien mengataka

sering batuk

DO :

Suara paru

wheezing disebelah

kanan

Batuknya berdahak

Terdapat retraksi

dinding dada

Nampak sesak naps

Frekwensi napas

cepat

Terpapar polusi udara yang

terus menerus

Hypertrofi dan hyperplasia

kelenjar mucus serta

metaplasisel goblek

Sekret terakumilasi pada

jalan napas

Penurunan kemampuan

untuk mengeluarkan secret

Bersihan jalan naps tidak

efektif

Bersihan jalan naps

tidak efektif

2 DS :

Klien mengatakan

kurang nafsu makan

Klien mengatakan

berat badannya

menurun

DO :

Badan nampak

Infasi mikroorganisme dalam

tubuh

Meningkatkan aktivitas

seluler

Gangguan kebutuhan

pemenuhan nutrisi

Gangguan

pemenuhan

kebutuhan nutrisi

Page 17: Askep pada pasien ppok

kurus

Porsi makan tidak

dihabiskan

3. DS :

Klien mengatakan

tidak bisa

beraktivitas

Klien mengatakan

sesaknya bertambah

saat beraktivitas

DO :

Nampak aktivitas

klien dibantu

Klien nampak sesak

saat beraktivitas

Bersihan jalan napas tidak

efektif

Akumulasi sekret pada jalan

napas

Gangguan pertukaran gas

Peningkatan penggunaan

energy untuk bernapas

Penurunan energy cadangan

Kelemahan

Intoleransi aktivitas

Intoleransi aktivitas

4 DS :

Klien mengatakan

cemas

Klien bertanya

tentang penyakitnya

DO :

Klien nampak

gelisah

Klien selalu

bertanya

Adanya penyakit kronik

Merupakan stressor

psikologis bagi klien

Kurang terpaparnya

informasi tentang

penyakitnya dan proses

pengobatan

Ansietas

Page 18: Askep pada pasien ppok

Ansietas

5 DS :

Klien mengatakan

batuk berdahak

DO :

Klien nampak batuk

Adanya batuk terus menerus

Kuman mikroorganisme

terbawa oleh batuk

Merupakan media

penyebaran bakteri melalui

udara

Kurang pengetahuan tentang

cara penularan dan

pencegahan penyakit

Resiko tinggi penyebaran

infeksi

Resiko tinggi

penyebaran infeksi

B. Diagnosa Keperawatan

a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukkan sekresi pada jalan

napas ditandai dengan :

DS :

Klien mengatakan sesak napas

Klien mengatakan batuk berdahak

Klien mengatakan sering batuk

DO :

Suara paru ronkhi sebelah kanan

Batuknya berdahak

Respirasi 32x/ menit

Terdapat retraksi dinding dada

Nampak sesak napas

Page 19: Askep pada pasien ppok

b. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan meningkatnya metabolisme

berlebihan ditandai dengan :

DS :

Klien mengatakan k

|`urang nafsu makan

Klien mengatakan berat badannya menurun

DO :

Klien nampak kurus

BB menurun

Porsi makan tidak dihabiskan

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan :

DS :

Klien mengatakan selama sakit aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan

perawat

Klien mengatak sesaknya bertambah saat beraktivitas

DO :

Nampak aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat

Klien nampak sesak saat beraktivitas

d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan

pengobatan ditandai dengan :

DS :

Klien mengatakan cemas

Klien selalu bertanya tentang penyakitnya

DO :

Klien nampak gelisah

Klien selalu bertanya

e. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

tentang cara penularan dan pencegahan penyakit ditandai dengan :

DS :

Klien mengatakan batuk

Page 20: Askep pada pasien ppok

DO :

Klien nampak batuk

C. Rencana Asuhan Keperawatan

No Tujuan Intervensi Rasional

1 Tupan :

Setelah diberikan tindakan

keperawatan selama 7 hari

pola napas kembali efektif.

Tupen :

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2 hari

pola napas berangsur –

angsur membaik, dengan

kriteria hasil :

Sesak berkurang

Tidak menggunakan

otot – otot

pernapasan

1. Observasi tanda – tanda

vital .

2. Auskultasi bunyi

pernapasan.

3. Pertahankan posisi semi

fowler.

4. Anjurkan kepada klien

untuk minum air

hangat.

5. Bimbing dan latih

teknik napas dalam dan

batuk efektif yang

teratur.

6. Pemberian nebulizer

sesuai indikasi.

7. Lanjutkan pemberian

O2 sesuai intruksi

dokter.

1. Untuk menentukan

intervensi selanjutnya.

2. Bunyi napas tidak

normal menandakan

masih adanya masalah.

3. Posisi semi fowler

dapat mengurangi

sesak.

4. Mengencerkan dahak

agar mudah keluar.

5. Batuk tidak terkontrol

adalah melelahkan dan

tidak efektif

menyebabkan frustasi.

6. Pemberian nebulizer

dapat membantu

pengenceran dahak.

7. O2 dapat mengurangi

sesak dan membantu

memenuhi kebutuhan

oksigen.

2 Tupan :

Setelah diberikan tindakan

keperawatan selama 5 hari

1. Observasi tingkat

pemasukkan nutrisi

klien.

1. Sebagai data dasar

untuk menentukan

intervensi selanjutnya.

Page 21: Askep pada pasien ppok

gangguan pemenuhan

kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Tupen :

Setelah diberikan tindakan

keperawatan selama 1 hari

nutrisi berangsur – adngsur

terpenuhi, dengan kriteria

hasil :

Nafsu makan baik

BB naik

2. Hindarkan klien untuk

mengkonsumsi

makanan yang dapat

merangsang batuk.

3. Berikan makanan

pasien dalam porsi

kecil tapi sering.

4. Beri HE kepada klien

dan keluarga tentang

nutrisi.

5. Anjutkan pemberian

diet TKTP.

2. Makanan yang

merangsang batuk

dapat meningkatkan

frekwensi batuk lebih

tinggi.

3. Mencegah klien cepat

bosan terhadap

makanan yang

diberikan.

4. Agar dapat mengerti

pentingnya nutrisi bagi

tubuh.

5. Memenuhi kebutuhan

nutrisi.

3 Tupan :

Setelah diberikan tindakan

keperawatan selama 5 hari

intoleransi aktivitas teratasi.

Tupen :

Stelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1 hari

intoleransi aktivitas

berangsur – angsur teratasi,

dengan kriteria hasil :

Aktivitas klien tidak

dibantu lagi

Saat beraktivitas

klien tidak sesak lagi.

1. Observasi tingkat

aktivitas klien.

2. Bantu klien melakukan

aktivitas yang tidak

dapat dilakukan.

3. Libatkan keluarga

dalam pemenuhan ADL

klien.

4. Anjurkan klien

melakaukan aktivitas

sesuai dengan

kemempuannya.

5. Selingi periode

aktivitas dengan

istirahat.

1. Mengetahui batasan

yang dapat dilakukan

klien.

2. Dengan bantuan orang

lain kebutuhan ADL

klien terpenuhi.

3. Mengurangi

ketergantungan

keluarga kepeda

petugas.

4. Aktivitas tang sesuai

dapat mencegah

kekakuan otot.

5. Mengurangi kerja otot

meminimalkan

penggunaan energy

yang berlebihan.

Page 22: Askep pada pasien ppok

4 Tupan :

Setelah diberikan tindakan

keperawatan selama 1 hari

cemas hilang.

Tupen :

Setelah diberikan tindakan

keperawatan selama 1 x 24

jam cemasnya berangsur –

angsur hilang dengan kriteria

hasil :

Ekspresi wajah

tenang.

Klien mengerti

dengan penjelasan

perawat.

1. Kaji sejauh mana

pasien mengetahui

penyakitnya.

2. Jelaskan pada klien

tentang penyakit dan

prosedur

pengobatannya.

3. Anjurkan pada keluarga

untuk memberikan

support dan motivasi

kepeda klien.

1. Diharapkan klien dapat

memberikan gambaran

sejauh mana

pengetahuannya

sehingga dapat

melakukan langkah

selanjutnya.

2. Diharapakan klien

mengetahui dan

memahami tentang

penyakitnya dan

prosedur pengobatan.

3. Keluarga adalah

support yang baik

untuk percepatan proses

penyembuhan klien.

5 Tupan :

Tidak terjadi penyebaran

infeksi.

Tupen :

Setelah diberikan tindakan

keperawatan selama 2 hari

tidak ada penyebaran infeksi,

dengan kriteria hasil :

Klien tidak batuk.

1. Pantau suhu tubuh

klien.

2. Berikan antibiotic

sesuai anjuran,

mis :cefotaxime.

3. Laksanakan

kewaspadaan umum

1. Untuk mengidentifikasi

kemajuan – kemajuan

yang dapat dicapai .

2. Infeksi merupakan

factor pencetus distress

pernapasan yang sering,

oleh karena itu sering

kali antibiotic diberika

sebagai pengobatan dan

pencegahan terhadap

infeksi.

3. Cuci tangan adalah

tindakan yang paling

sering dan utama

Page 23: Askep pada pasien ppok

seperti cuci tangan. dilakukan oleh perawat.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (COPD) atau PPOK merupakan suatu istilah

yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan

ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi

utamanya.Diagnosa atau gangguan yang dialami.

B. Saran

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan olenya itu dibutuhkan kritik dan saran yang

sifatnya membangun.

C.

Page 24: Askep pada pasien ppok

DAFTAR PUSTAKA

http://www.Google.co.id

Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – proses

Penyakit. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Robbins & Kumar. 1995. Patofisiologi II Edisi 4. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Smeltzer, Sizanne C. & Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8. Jakarta :

Buku Kedokteran EGC