Askep Pada Pasien Parkinson. NEURO

36
Askep pada Pasien Parkinson 1. PENGKAJIAN Pengumpulan data subjektif dan objektif pada klien dengan gangguan system persarafan meliputi anamnesis, riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian psikososial. a. Anamnesis Identifitas klien meliputi nama, umur (lebih sering pada kelompok usia lanjut, pada usia 50-60-an), jenis kelamin (lebih banyak laki-laki), pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register dan diagnose medis. Keluhan utama yang sering menjadi alas an klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot, dan hilangnya refleks postural. b. Riwayat Penyakit Saat Ini Pada anamnesis, sering klien mengeluhkan adanya tremor pada salah satu lengan dan tangan, kemudian kebagian lain, dan akhirnya bagian kepala, walaupun tremor ini tetap unilateral. Karakteristik tremor dapat berupa lambat, gerakan membalik (pronasi-supinasi) pada

Transcript of Askep Pada Pasien Parkinson. NEURO

Askep pada Pasien Parkinson1. PENGKAJIAN Pengumpulan data subjektif dan objektif pada klien dengan gangguan system persarafan meliputi anamnesis, riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian psikososial. a. AnamnesisIdentifitas klien meliputi nama, umur (lebih sering pada kelompok usia lanjut, pada usia 50-60-an), jenis kelamin (lebih banyak laki-laki), pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register dan diagnose medis.Keluhan utama yang sering menjadi alas an klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot, dan hilangnya refleks postural. b. Riwayat Penyakit Saat IniPada anamnesis, sering klien mengeluhkan adanya tremor pada salah satu lengan dan tangan, kemudian kebagian lain, dan akhirnya bagian kepala, walaupun tremor ini tetap unilateral. Karakteristik tremor dapat berupa lambat, gerakan membalik (pronasi-supinasi) pada lengan bawah dan telapak tangan, dan gerakan ibu jari terhadap jari-jari seolah-olah memutar sebuah pil diantara jari-jari. Keadaan ini meningkat bila klien sedang berkonsentrasi atau merasa cemas dan muncul pada saat klien istirahat.Keluhan lainnya pada penyakit meliputi adanya perubahan pada sensasi wajah, sikap tubuh, dan gaya berjalan. Adanya keluhan rigiditas deserebrasi, berkeringat, kulit berminyak dan sering menderita dermatitis seboroik, sulit menelan, konstipasi, dan gangguan kandung kemih yang diperberat oleh obat-obat antikolinergik dan hipertrofi prostat. Pertanyaan yang bisa disampaikan pada klien pada pengkajian ini meliputi :a. Apakah anda mengalami kekakuan tangan atau kaki?b. Apakah anda mengalami sentakan tidak teratur pada tangan atau kaki?c. Apakah anda mengalami beku atau terpaku dan tidak mampu bergerak?d. Apakah air liur anda berlebihan?e. Pernahkah anda/orang lain melihat diri anda meringis atau membuat gerakan wajah atau mengunyah?f. Aktivitas fisik apa yang sulit anda lakukan?c. Riwayat Penyakit DahuluPengkajian yang dilakukan adalah dengan mengajukan pertanyaan tentang adanya riwayat hipertensi, DM, penyakit jantung, anemia, penggunaan obat-obat antikoagulan, aspirin, vasodilator, dan penggunaan obat-obat antikolinergik dalam jangka waktu yang lama. d. Riwayat Penyakit KeluargaWalaupun tidak ditemukan adanya hubungan penyakit Parkinson dengan sebab genetic yang jelas, perawat perlu melakukan pengkajian riwayat penyakit pada keluarga. Pengkajian dilakukan dengan menanyakan apakah anggota keluarga terdahulu yang menderita hipertensi dan DM. Hal ini diperlukan untuk melihat adanya komplikasi penyakit lain yang dapat mempercepat progresifnya penyakit.e. Pengkajian Psiko-Sosio-SpiritualPengkajian mekanisme koping yang digunakan klien perlu dilakukan untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya, perubahan dalamkeluarga dan masyarakat, dan respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.Apakah klien mengalami dampak yang timbul akibat penyakit seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh).Adanya perubahan hubungan dan peran disebabkan oleh karena klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri yang ditemukan adalah klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif.Perubahan yang terpenting pada klien dengan penyakit Parkinson adalah tanda depresi. Manifestasi mental muncul dalam bentuk penurunan kognitif, persepsi dan penurunan memori (ingatan). Beberapa manifestasi psikiatrik (perubahan kepribadian, psikosis, demensia, konfusi akut) umumnya terjadi pada lansia.f. Pemeriksaan Fisik Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien, pemeriksaan fisik sangan berguna untuk mendukung data yang diperoleh dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan persistem (B1-B6) dan terarah dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 dan dihubungkan dengan keluhan klien.Keadaan UmumKlien dengan penyakit Parkinson umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran. Adanya perubahan pada tanda vital, yaitu bradikardi, hipotensi, dan penurunan frekuensi pernafasan.B1 (Breathing)Gangguan fungsi pernafasan yang terjadi berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivitas, aspirasi makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran nafas.Inspeksi : ditemukan klien batuk, atau mengalami penurunan kemampuan untuk batuf efektif, peningkatan produksi sputum, sesak nafas danpenggunaa otot bsntu napas.Palpasi : ditemukan taktil fremitus seimbang kanan dan kiriPerkusi : ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapang paru.Auskultasi : ditemukan bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi, stridor, ronkhi, pada klien dengan peningkatan produksi secret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering ditemukan pada klien dengan inaktivitas. B2 (Blood)Hipertensi postural yang terjadi berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga gannguan pada pengaturan tekanan darah oleh system saraf otonom.B3 (brain)Pengkajian B3 merupakan focus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada system lain nya. Pada inspeksi umum ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan.Tingkat KesadaranTingkat kesadaran klien biasanya compos mentis dan juga bergantung pada penurunan aliran darah serebri regional mengakibatkan perubahan pada status kognitif klien.Pemeriksaan fungsi serebriStatus mental: biasanya mengalami perubahan yang berhubungan ndengan penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori baik jangka pendek dan memori jangka panjang.

Pemeriksaan saraf kranialSaraf I : biasanya pada klien cedera tulang belakang tidak ditemukan kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan.Saraf II : hasil uji ketajaman penglihatan mengalami perubahan sesuai tingkat usia, biasanya klien lanjut usia dengan penyakit Parkinson mengalami penurunan ketajaman penglihatan.Saraf III, IV, dan VI : gangguan saraf okulomotorius: sewaktu melakukan konvergensi penglihatan menjadi kabur karena tidak mampu mempertahankan kontraksi otot-otot bola mata.Saraf V : pada klien dengan penyakit Parkinson umumnya ditemukan perubahan pada otot wajah. Adanya keterbatasan otot wajah menyebabkan ekspresi wajah klien mengalami penurunan, saat bicara wajah seperti topeng (sering mengedipkan mata).Saraf VII : persepsi pengecapan dalam batas normal.Saraf VIII : adanya tuli konduktif dan tuli persepsi yang berhubungan dengan proses senilis dan penurunan aliran darah regional.Saraf IX dan X : ditemukan kesulitan menelan dalam menelan makanan.Saraf XI : tidak ada atrofi atot sternokleidomastoideus dan trapezius.Saraf XII : lidah simetris, tidak ditemukan deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi, indra pengecapan normal.System Motorik Inspeksi umum, ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan. Klien sering mengalami rigiditas deserebrasi. Tonus otot ditemukan meningkat. dan keseimbangan dan koordinasi, ditemukan mengalami gangguan karena adanya kelemahan otot, kelelahan, perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan.Pemeriksaan RefleksTerdapat kehilangan reflex postural, apabila klien mencoba untuk berdiri, klien akan berdiri dengan kepala cenderung kedepan dan berjalan dengan gaya berjalan seperti didorong. Kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan (salah satunya kedepan atau kebelakang) dapat menimbulkan sering jatuh.System SensorikSesuai berlanjutnya usia klien dengan penyakit Parkinson mengalami penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensorik yang ada merupakan hasil dari neuropati.B4 (Bladder)Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan persepsi klien secara umum. Klien mungkin mengalami inkontinensia urine, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan control motoric dan postural. Selam periode ini, dilakukan kateterisasi intermitten dengan teknik steril.B5 (Bowel)Pemenuhan nutrisi berkuran yang berhubungan dengan asupan nutrisi kurang karena kelemahan fisik umum, kelelahan otot dan adanya tremor menyeluruh. Klien sering mengalami konstipasi karena penurunan aktivitas.B6 (Bone)Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kelelahan otot, tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan pemenuhan aktivitas sehari-hari. Adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan pergerakan karena perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada seluruh gerakan memberikan risiko pada trauma fisik bila melakukan aktivitas.2. DIAGNOSA 1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot.2. Deficit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuscular, menurunnya kekuatan, kehilangan control otot/koordinasi.3. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) yang berhubungan dengan medikasi dan penurunan aktivitas.4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan tremor, pelambatan dalam proses makan, kesulitan mengunyah dan menelan.5. Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume bicara, pelambatan bicara, ketidakmampuan menggerakan otot-otot wajah.6. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan depresi dan disfungsi karena perkembangan penyakit.7. Deficit pengetahuan yang berhubungan dengan sumber informasi prosedur perawatan rumah yang tidak adekuat.3. INTERVENSIHambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot.

Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam, klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.

Kriteria Hasil : klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur sendi, bertambahnya kekuatan otot. Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.

Intervensi Rasional

1. Kaji mobilitas yang ada dan observasi peningkatan kerusakan. Kaji secara teratur fungsi motorik. Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.

2. Lakukan program latihan yang meningkatkan kekuatan otot. Meningkatkan koordinasi dan ketangkasan, menurunkan kekakuan otot dan mencegah kontraktur bila otot tidak digunakan.

3. Lakukan latihan postural. Latihan postural untuk melawan kecenderungan kepala dan leher tertarik kedepan dan kebawah.

4. Ajarkan teknik berjalan khusus :a. Ajarkan untuk berkonsentrasi pada berjalan tegak, memandang lurus kedepan.b. Klien dianjurkan untuk latihan berjalan dengan diiringi music marching band atau lagu, karena hal ini memberikan ransangan sensorik.c. Latihan bernapas sambil berjalan membantu untuk menggerakan rangka tulang rusuk dan transport oksigen untuk mengisi bagian paru-paru yang kadar oksigennya rendah.d. Melakukan periode istirahat yang sering untuk membantu pencegahan frustasi dan kelelahan

Teknik berjalan khusus dapat juga dipelajari untuk mengimbangi gyaa berjalan menyeret dan kecenderungan tubuh condong kedepan.

5. Anjurkan mandi hangat dan masase otot.Mandi hangat dan masase membantu otot-otot rileks saat melakukan aktivitas pasif dan aktif dan mengurangi nyeri otot akibat spasme yang mengakibatkan kekakuan.

6. Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi.Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan.

7. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien. Peningkatan kemampuan dalam mobilisasi ekstermitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik oleh tim fisioterapis.

Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuscular, menurunnya kekuatan, kehilangan control otot/koordinasi.

Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam, perawatan diri klien terpenuhi.

Kriteria Hasil : klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan merawat diri, klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuannya, mengidentifikasi personal/masyarakat dapat yang membantu.

Intervensi Rasional

1. Mandiri

Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam skala 0-4 untuk melakukan ADL.

Membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan kebutuhan individual.

2. Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu. Menghindari klien dari keadaan cemas dan ketergantungan untuk mencegah frustasi dan harga diri klien rendah.

3. Ajarkan dan dukung klien selama aktivitas. Dukungan pada klien selama aktivitas kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan perawatan diri.

4. Rencanakan tindakan untuk mengatasi keterbatasan penglihatan seperti tempatkan makanan dan peralatan dalam suatu tempat, dekatkan tempat tidur kedinding.

Klien akan mampu melihat dan memakan makanan, akan mampu melihat keluar masuknya orang ke ruangan.

5. Modifikasi lingkungan .

Modifikasi lingkungan diperlukan untuk mengompensasi ketidakmampuan fungsi.

6. Gunakan pagar disekeliling tempat tidur.Gunakan pagar disekeliling tempat tidur baik tempat tidur dirumah sakit dan dirumah, atau sebuah tali yang diikatkan pada kaki tempat tidur untuk memberi bantuan dalam mendorong diri untuk bangun tanpa bantuan orang lain.

7. Kaji kemampuan komunikasi untuk buang air kecil, kemampuan menggunakan urinal, pispot. Antarkan ke kamar mandi bila kondisi memungkinkan. Ketidakmampuan komunikasi dengan perawat dapat menimbulkan masalah pengosongan kandung kemih oleh karena masalah neurogenic.

8. KolaborasiPemberian supositoria dan pelumas feses/ pencahar .Pertolongan utama terhadap fungsi bowel atau buang air besar.

9. Konsultasi ke dokter terapi okupasi. Untuk mengembangkan terapi dan melengkapi kebutuhan khusus.

Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) yang berhubungan dengan medikasi dan penurunan aktivitas.

Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam, kebutuhan eliminasi alvi terpenuhi.

Kriteria Hasil : klien dapat defekasi secara spontan dan lancer tanpa menggunakan obat, konsistensi feses lembek, tidak teraba massa pada kolon, bising usus normal (15-30x/mnt)

Intervensi Rasional

1. Monitor adanya konstipasi Klien Parkinson mempunyai masalah konstipasi berat. Factor-faktor yang menyebabkan kondisi ini adalah melemahnya otot-otot yang digunakan dalam defekasi, kurangnya latihan, tidak adekuatnya asupan cairan, dan penurunan aktivitas system saraf otonom dan obat-obatan digunakan untuk mengobati penyakit, juga menghambat sekresi normal usus.

2. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga penyebab konstipasi.

Klien dan keluarga akan mengerti tentang penyebab obstipasi.

3. Modifikasi defekasi yang teratur. Anjurkan pada klien untuk makan makanan yang mengandung serat. Defekasi yang teratur dan rutin dapat membangun semangat klien untuk mengikuti pola yang teratur, sadar untuk meningkatkan asupan cairan dan makan makanan serat. Diet seimbang tinggi kandungan serat merangsang peristaltic dan eliminasi regular.

4. Atur posisi duduk toilet Dudukan toilet ditinggikan untuk memudahkan aktivitas toileting karena klien sulit bergerak dari posisi berdiri ke posisi duduk.

5. Bila klien mampu minum, berikan asupan cairan yang cukup (2L/hari) jika tidak ada kontraindikasi. Asupan cairan adekuat membantu mempertahankan konsistensi feses yang sesuai pada usus dan membantu eliminasi regular.

6. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian pelunak feses (laksatif, supositoria, enema).Pelunak feses meningkatkan efisiensi pembasahan air pada usus, yang melunakkan massa feses dan membantu eliminasi.

Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan tremor, pelambatan dalam proses makan, kesulitan mengunyah dan menelan.

Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.

Kriteria Hasil : mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh, memperlihatkan berat badan yang stabil.

Intervensi Rasional

1. Evaluasi kemampuan makan klien.Klien mengalami kesulitan dalam mempertahankan berat badannya. Mulut mereka kering akibat obat-obatan dan mengalami kesulitan mengunyah dan menelan.

2. Observasi/ timbang berat badan jika memungkinkan.Tanda kehilangan berat badan (7-10%) dan kekurangan asupan nutrisi menunjang terjadinya masalah katabolisme, kandungan glikogen dalam otot, dan kepekaan terhadap pemasangan ventilator.

3. Manajemen mencapai kemampuan menelan.

a. Gangguan menelan disebabkan oleh tremor pada lidah, ragu-ragu dalam memulai menelan, kesulitan dalam membentuk makanan dalam bentuk bolus.b. Makanan setengah padat dengan sedikit air memudahkan untuk menelan.c. Klien dianjurkan untuk menelan secara berurutan.d. Klien dianjurkan untuk meletakkan makanan diatas lidah, menutup bibir dan gigi, dan menelan.e. Klien dianjurkan untuk mengunyah pertama kali pada satu sisi mulut dan kemudian kesisi lain.f. Untuk mengontrol air liur, klien dianjurkan untuk menahan kepala tetap tegak dan membuat keadaan sadar untuk menelan.g. Masase otot wajah dan leher sebelum makan dapat membantu.h. Berikan makanan kecil dan lunak.

Meningkatkan kemampuan klien dalam menelan dan dapat membantu pemenuhan nutrisi klien melalui oral.

Tujuan lain adalah untuk mencegah terjadinya kelelahan, memudahkan masuknya makanan, dan mencegah gangguan pada lambung.

4. Monitor pemakaian alat bantu.Pemakaian elektrik digunakan untuk menjaga makanan tetap hangat dank lien diizinkan untuk istirahat selama waktu yang ditetapkan untuk makan, alat-alat khusus juga membantu makan.

Penggunaan piring yang stabil, cangkir yang tidak pecah-pecah bila jatuh, dan alat-alat makan yang dapat digenggam sendiri digunakan sebagai alat bantu.

5. Kaji fungsi system gastrointestinal meliputi suara bising usus, catat terjadinya perubahan didalam lambung seperti mual, muntah. Observasi perubahan pergerakan usus misalnya diare, konstipasi.

Fungsi system gastrointestinal sangat penting untuk asupan makanan. Ventilator dapat menyebabkan kembung pada lambung dan perdarahan lambung.

6. Anjurkan pemberian cairan 2500cc/hari selama tidak terjadi gangguan jantung.Mencegah terjadinya dehidrasi akibat penggunaan ventilator selama klien tidak sadar dan mencegah terjadinya konstipasi.

7. Lakukan pemeriksaan laboratorium yang diindikasikan, seperti serum, transferrin, BUN/kreatinin, dan glukosa.

Memberikan informasi yang tepat tentang keadaan nutrisis yang dibutuhkan klien.

Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume bicara, pelambatan bicara, ketidakmampuan menggerakkan otot-otot wajah.

Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam klien mampu membuat teknik/metode komunikasi yang dapat dimengerti sesuai kebutuhan dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi.Kriteria Hasil : klien dapat berkomunikasi dengan sumber yang ada.

Intervensi Rasional

1. Kaji kemampuan klien untuk berkomunikasi. Gangguan bicara ditemukan pada banyak klien dengan penyakit Parkinson. Bicara merekan yang lemah, monoton, dan terdengar halus menuntut kesadaran berupaya untuk bicara dengan lambat, dengan penekanan perhatian pada apa yang mereka katakana.

2. Menentukan cara-cara komunikasi seperti mempertahankan kontak mata, memberikan pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak, menggunakan kertas dan pensil/bolpoin, gambar, atau papan tulis, bahasa isyarat, perjelas arti dari komunikasi yang disampaikan. Mempertahan kontak mata akan membuat klien tertarik selama komunikasi. Jika klien dapat menggerakkan kepala, mengedipkan mata, taau senang dengan isyarat-isyarat sederhana, lebih baik dengan menggunakan pertanyaan ya/tidak.

Kemampuan menulis kadang-kadang melelahkan klien, selain itu dapat mengakibatkan frustasi dalam upaya memenuhi kebutuhan komunikasi. Keluarga dpaat bekerja sama untuk membantu memenuhi kebutuhan klien.

3. Pertimbangkan bentuk komunikasi bila terpasang kateter intravena.Kateter intravena yang terpasang ditangan akan mengurangi kebebasan klien dalam menulis/ membeli isyarat.

4. Letakkan bel pemanggil dalam jangkauan klien dan berikan penjelasan cara menggunakannya. Jawab panggilan tersebut dengan segera. Penuhi kebutuhan klien. Katakana kepada klien bahwa perawat siap membantu jika dibutuhkan. Ketergantungan klien pada ventilator akan membuat klien lebih baik dan rileks, merasa aman dan mengerti bahwa selama menggunakan ventilator, perawat akan memenuhi segala kebutuhannya.

5. Buatlah catatan dikantor perawat tentang keadaan klien yang dapat bicara. Mengingatkan staf perawat untuk berespon dengan klien selama memberikan perawatan.

6. Buatlah rekaman pembicaraan klien. Rekaman pembicaraan klien dalam pita kaset secara periodic dibutuhkan dalam memantau perkembangan klien. Amplifier kecil membantu bila klien mengalami kesulitan mendengar.

7. Anjurkan keluarga/orang lain yang dekat dengan klien untuk berbicara dengan klien, memberikan informasi tentang keluarganya, dan keadaan yang sedang terjadi. Keluarga dapat merasa akrab dengan klien dalam berada dekat klien selama berbicara. Pengalaman ini dapat membantu atau mempertahankan kontak nyata seperti merasakan kehadiran anggota keluarga yang dapat mengurangi perasaan kaku.

8. Kolaborasi dengan ahli wicara bahasa. Ahli terapi wicara bahasa dapat membantu dalam membentuk peningkatan latihan percakapan dan membantu petugas kesehatan untuk mengembangkan metode komunikasi untuk memenuhi kebutuhan klien.

Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan depresi dan disfungsi karena perkembangan penyakit.

Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 koping individu menjadi efektif.

Kriteria Hasil : mampu menyatakan/ mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi, mengakui, dan menggabungkan perubahan kedalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa harga diri yang negatife.

Intervensi Rasional

1. Kaji perubahan gangguan persepsi dan hubungan dengan derajat ketidakmampuan. Menentukan bantuan individual dalam menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi.

2. Dukung kemampuan koping klien. Kepatuhan terhadap program latihan dan berjalan membantu perlambat kemajuan penyakit. Dukungan dan sumber bantuan dapat diberikan melalui ketekunan berdoa dan penekanan keluar terhadap aktivitas dengan mempertahankan partisipasi aktif.

3. Catat ketika klien menyatakan sekarat atau mengingkari dan menyatakan inilah kematian.Mendukung penolakan terhadap bagian tubuh atau perasaan negative terhadap gambaran tubuh dan kemampuan yang mennujukkan kebutuhan dan intervensi serta dukungan emosional.

4. Pernyataan pengakuan terhadap penolakan tubuh, mengingatkan kembali fakta kejadian tentang realitas bahwa masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan belajar mengontrol sisi yang sehat. Membantu klien untuk melihat bahwa perawat menerima kedua bagian sebagai bagian dari seluruh tubuh. Mengizinkan klien untuk merasakan adanya harapan dan mulai menerima situasi baru.

5. Beri dukungan psikologis secara menyeluruh. Klien penyakit Parkinson sering merasa malu, apatis, tidak adekuat, bosan, dan merasa sendiri. Perasaan ini dapat disebabkan akibat keadaan fisik yang lambat dan upaya yang besar dibutuhkan terhadap tugas-tugas kecil. Klien dibantu dan didukung untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (seperti meningkatnya mobilitas). Karena Parkinson mengarah akan menunjukan menarik diri dan depresi, klien harus aktif berpartisipasi dalam program terapi yang mencakup program social dan rekreasi.

6. Bantu dan ajarkan perawatan yang baik dengan memperbaiki kebiasaan. Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan mengontrol lebih dari satu area kehidupan.

7. Buat rencana program aktivitas harian pada keseluruhan hari.Program aktivitas pada keseluruhan hari mencegah waktu tidur yang terlalu banyak yang dapat mengarah pada tidak adanya keinginan beraktivitas dan apatis. Setiap upaya dibuat untuk mendukung klien keluar dari tugas-tugas yang termasuk koping dengan kebutuhan mereka setiap hari dan untuk membentuk klien mandiri. Apapun yang dilakukan hanya untuk keamanan sewaktu mencapai tujuan dengan meningkatnya kemampuan koping.

8. Anjurkan orang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan sebanyak mungkin hal untuk dirinya.Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan membantu perkembangan harga diri serta memengaruhi proses rehabilitasi.

9. Dukung perilaku atau usaha seperti peningkatan minat atau partisipasi dalam aktivitas rehabilitasi. Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan pengertian tentang peran individu masa mendatang.

10. Monitor gangguan tidur, peningkatan kesulitan konsentrasi, letargi dan penolakan. Dapat mengindikasikan terjadinya depresi. Deoresi umumnya terjadi sebagai pengaruh dari stroke yang memerlukan intervensi dan evaluasi lebih lanjut.

11. Kolaborasi : rujuk pada ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi. Dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk perkembangan perasaan. Kerjasama fisioterapi, psikoterapi, terapi obat-obatan, dan dukungan partisipasi kelompok dapat menolong mengurangi depresi yang juga sering muncul pada keadaan ini.

Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan sumber informasi prosedur perawatan rumah yang tidak adekuat.

Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam informasi dapat diterima klien.

Kriteria Hasil : Klien mampu mengulang informasi tentang prosedur perawatan rumah.

Intervensi Rasional

1. Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang perawatan kesehatan dirumah.Mengetahui tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan akan memudahkan perawat dalam memberika informasi yang sesuai dengan kondisi klien.

2. Jelaskan pentingnya perawatan kesehatan dirumah pada klien dan keluarga. Kebutuhan informasi tentang penyakit Parkinson ditujukan agar klien mampu beradaptasi dan mempunyai kemampuan menghadapi penyakit. Setiap upaya yang dibuat untuk menjelaskan keadaan nyata, penyakit, dan pengelolaan kecemasan dan ketakutan yang muncul, dan mungkin merupakan ketidakmampuan akibat penyakit itu sendiri.

3. Beri dukungan pada keluarga dalam merawat klien Parkinson.Keluarga mengalami stress akibat hidup dan merawat orang yang mengalami ketidakmampuan.

4. Fasilitasi anggota keluarga untuk mengekspresikan perasaannya terhadap frustasi, marah, dan perasaan bersalah, karena hal ini sering membantu mereka.

Akan memudahkan dalam menentukan intervensi selanjutnya.

5. Berika mereka informasi tentang pengobatan dan perawatan yang mencegah masalah yang tidak perlu ada. Memberi pelayanan kesehatan diikutsertakan dalam perencanaan dan mungkin sebagai konsultan dalam mengajarkan klien dan keluarga tentang teknik menurunkan atress, bekerjasama dalam proses memberikan perawatan.

4. IMPLEMENTASI Sasaran tindakan adalah untuk meningkatkan transmisi dopamine. Terapi obat-obatan mencakup antihistamin, antikolinergik, amantidin, levodopa, anhibitor monoamine oksidasi (MAO), dan antidepresi. Beberapa obat-obat ini menyebabkan efek samping psikiatrik pada lansia meliputi :a. Antihistamin Antihistamin mempunyai efek sedatif dan antikolinergik pusat ringan, dapat membantu dalam menghilangkan tremor. b. Terapi Antikolinergik Agen antikolinergik (triheksifenidil, prosiklidin, dan benzotropin mesilat) efektif untuk mengontrol tremor dan kekakuan Parkinson. Obat-obatan ini dapat digunakan dalam kombinasi dengan levodopa. Agen ini menghilangkan aksi asetikolin pada system saraf pusat. Efek samping mencakup penglihatan kabur, wajah memerah, raum pada wajah, konstipasi, retensi urine, dan kondusi akut. Tekanan intraocular dipantau ketat karena obat-obat ini kontraindikasi pada klien dengan glaucoma meskipun glaucoma yang dialami klien hanya sedikit. Klien dengan hyperplasia prostatic dipantau terhadap adanya tanda-tanda retensi urine.

c. Amantadine HidrokloridaAmantadine hidroklorida (symmetrel), agen antivirus yang digunakan pada awal pengobatan penyakit Parkinson untuk menurunkan kekakuan, tremor dan bredikinesia. Agen ini diperkirakan bekerja melalui pelepasan dopamine dari daerah psikiatrik (perubahan perasaan hati, konfusi, halusinasi), muntah, adanya tekanan pada epigastrium, pusing, dan gangguan penglihatan.

d. Terapi LevadopaWalaupun levodopa bukan untuk pengobatan, saat ini merupakan agen yang paling efektif untuk pengobatan pada penyakit Parkinson. Levodopa diubah dari (MD4)L dan (MD$)-dopa menjadi dopamine pada basal ganglia. Seperti disebutkan diatas dopamine dengan konsentrasi normal yang terdapat didalam sel-sel substansia nigra menjadi hilang pada klien dengan penyakit Parkinson. Gejala yang hilang juga dapat terjadi akibat kadar dopamine yang lebih tinggi akibat pemberian levodopa.

e. Derivat Ergoet-Agonis DopaminAgen-agen ini (bromokriptin dan pergolid) dianggap sebagai reseptor dopamine, agen ini bermanfaat bila ditambahkan dengan levodopa dan pada klien yang mengalami reaksi on-off terhadap fluktuasi klinis ringan.

f. Inhibitor MAOEldepril adalah salah satu perkembangan dalam farmakoterapi penyakit Parkinson. Obat ini menghambat pemecahan dopamine, sehingga peningkatan jumlah dopamine tercapai, tidak seperti bentuk terapi lain, agen ini secara nyata memperlambat kemajuan penyakit.

g. Antidepresan Antidepresan trisiklik dapat diberikan untuk mengurangi depresi yang juga biasa terjadi pada penyakit Parkinson.