Askep Oral Hygiene.

36
ASKEP ORAL HYGIENE BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mulut merupakan bagian pertama dari saluran makanan dan bagian dari sistem pernafasan (Wolf, 1994). Mulut juga merupakan gerbang masuknya penyakit (Adam, 1992). Di dalam rongga mulut terdapat saliva yang berfungsi sebagai pembersih mekanis dari mulut (Taylor, 1997). Di dalam rongga mulut terdapat berbagai macam mikroorgnisme meskipun bersifat komensal, pada keadaan tertentu bisa bersifat patogen apabila respon penjamu terganggu. (Roeslan, 2002). Pembersihan mulut secara alamiah yang seharusnya dilakukan oleh lidah dan saliva, bila tidak bekerja dengan semestinya dapat menyebabkan terjadinya infeksi rongga mulut, misalnya penderita dengan sakit parah dan penderita yang tidak boleh atau tidak mampu memasukkan sesuatu melalui mulut mereka (Bouwhuizen, 1996). Pada penderita yang tidak berdaya perawat tidak boleh lupa memberikan perhatian khusus pada mulut pasien. Pengumpulan lendir dan terbentuknya kerak pada gigi dan bibir dikenal sebagai sordes. Jika terbentuk sordes atau lidahnya berlapis lendir menunjukan kalau kebersihan rongga mulutnya kurang. (Wolf, 1994). Sepanjang masa hidup seseorang, perubahan fisiologi mempengaruhi kondisi dan penampilan struktur dalam rongga mulut. Anak dapat tejadi karies gigi pada gigi susu karena pola makan atau kurangnya perawatan gigi. Gigi remaja adalah permanen dan

description

ggggg

Transcript of Askep Oral Hygiene.

Page 1: Askep Oral Hygiene.

ASKEP ORAL HYGIENE

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Mulut merupakan bagian pertama dari saluran makanan dan bagian dari

sistem pernafasan (Wolf, 1994). Mulut juga merupakan gerbang masuknya

penyakit (Adam, 1992). Di dalam rongga mulut terdapat saliva yang

berfungsi sebagai pembersih mekanis dari mulut (Taylor, 1997).

Di dalam rongga mulut terdapat berbagai macam mikroorgnisme meskipun

bersifat komensal, pada keadaan tertentu bisa bersifat patogen apabila

respon penjamu terganggu. (Roeslan, 2002). Pembersihan mulut secara

alamiah yang seharusnya dilakukan oleh lidah dan saliva, bila tidak bekerja

dengan semestinya dapat menyebabkan terjadinya infeksi rongga mulut,

misalnya penderita dengan sakit parah dan penderita yang tidak boleh atau

tidak mampu memasukkan sesuatu melalui mulut mereka (Bouwhuizen,

1996).

Pada penderita yang tidak berdaya perawat tidak boleh lupa memberikan

perhatian khusus pada mulut pasien. Pengumpulan lendir dan terbentuknya

kerak pada gigi dan bibir dikenal sebagai sordes. Jika terbentuk sordes atau

lidahnya berlapis lendir menunjukan kalau kebersihan rongga mulutnya

kurang. (Wolf, 1994).

            Sepanjang masa hidup seseorang, perubahan fisiologi mempengaruhi

kondisi dan penampilan struktur dalam rongga mulut. Anak dapat tejadi

karies gigi pada gigi susu karena pola makan atau kurangnya perawatan

gigi. Gigi remaja adalah permanen dan memerlukan perhatian teratur untuk

diet dan perawatan gigi dan mencegah masalah pada tahun-yahun

berikutnya. Pada saat orang bertambah tua, praktek hygiene mulut berubah

untuk mempengaruhi gigi dan mukosa lebih lanjut. Usia yang berhubunga

dengan perubahan di dalam mulut, dikombinasi dengan penyakit kronis,

Page 2: Askep Oral Hygiene.

ketikmampuan fisik, dan medikasi yang diresepkan memiliki efek samping

pada mulut, menyebabkan perawatan mulut yang buruk.

            Efek pada ketidakcukupan perawatan meliputi karies dan kehilangan

gigi, penyakit periodontal, permulaan infeksi sistemik, dan efek jangka

panjang pada harga diri, kemampuan untuk makan, dan pemeliharaan

hubungan(Danielson,1988). Pengkajian tingkat perkembangan klien

membantu dalam menetukan tipe masalah hygiene yang di harapkan.

B.   TUJUAN

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

§  Untuk memnuhi tugas mata kuliah PKKDM

§  Untuk mengetahui cara perawatan oral hygiene pada klien baik yang sadar

maupun yang tidak sadar.

§  Untuk menambah pengetahuan dalam mengenal masalah mulut yang umum.

§  Untuk mengetahui diagnose keperawatan yang menyangkut masalah oral

hygiene

§  Untuk mengetahui pengkajian apa saja yang menyangkut oral hygiene.

Page 3: Askep Oral Hygiene.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    PENGKAJIAN

Pada proses pengkajian tentang oral hygiene perawat memeriksa bibir, gigi,

mukosa buccal, gusi, langit-langit dan lidah klien. Perawat memeriksa semua

daerah ini dengan hati-hati tentang warna, hidrasi, tekstur, dan lukanya.

Klien yang tidak mengikuti praktek hygiene mulut yang teratur akan

mengalami penurunan jaringan gusi yag meradang, gigi yang hitam

(khususnya sepanjang margin gusi), karies gigi, kehilangan gigi, dan

halitosis.

Rasa sakit yang dilokalisasi adalah gejala umumdari penyakit gusi atau

gangguan gigi tertentu. Infeksi pada mulut melibatkan organism seperti

Treponema pallidum, Neisseria gonorrhoeae, dan Hominisvirus herpes. Jika

klien hendak memperoleh radiasi atau kemoterapi sangat penting

mengumpulkan data dasar mengenai keadaan rongga mulut klien. Hali ini

berfungsi sebagai dasar untu perawatan preventif bagi klien saat mereka

melewati pengobatan.

Data objektif

§  Klien mengatakan Xerostoma (mulut kering)

§  Klien menyatakan Ketidaknyamanan mulut

Page 4: Askep Oral Hygiene.

§  Klien menyatakan Saliva kental

§  Klien menyatakan Penurunan produksi saliva

§  Klien menyatakan Bibir imflamasi

§  Klien menyatakan Lidah kering dan pecah

Data subjektif

§  Mulut klien berbau

§  Klien memperlihatkan pada mulut banyak plak

§  Klien kelihatan sulit untuk bicara

§  Klien mengatakan nafsu makan berkurang

B.     DIAGNOSA

            Pengkajian rongga mulut klien dapat menunjukkan perubahan actual

atau potensial dalam integritas struktur mulut. Diagnose keperawatan yang

berhubungan dapat merefleksikan masalah atau komplikasi akibat

perubahan rongga mulut. Penemuan perawat juga menunjukkan kebutuhan

kien untuk bantuan perawatan mulut karena divisit perawatan diri.

Identifikasi diagnose yang akurat memerlukan seleksi factor yang

berhubungan yang menyebabkan masalah klien.

            Perubahan pada mukosa mulut akibat pemaparan radiasi misalnya

kan memerlukan intervensi berbeda daripada kerusakan mukosa akibat

penempatan selang endotrakea.

Contoh Diagnose Keperawatan Nanda Untuk Masalah Hygiene

Perubahan membrane mukosa mulut yang berhubungan dengan :

§  Trauma oral

§  Asupan cairan yang terbatas

§  Hygiene mulut yang tidak efektif

§  Trauma yang berhubungan dengan kemoterapi atau terapi radiasi pada

kepala dan leher.

Nyeri yang berhubungan dengan :

§  Gingivitis

§  Kehilangan gigi

Page 5: Askep Oral Hygiene.

           Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan :

§  Gigi palsu yang tidak pas

§  Gingivitis

Devisit perawatan diri mandi/hygiene oral yang berhubungan dengan :

§  Perubahan tingkat kesadaran

§  Kelemahan ektremitas atas

Gangguan gambaran diri yang berhubungan dengan :

§  Halitosis

§  Ketidakadaan gigi

Kurang pengetahuan tentang hygiene oral yang berhubungan dengan :

§  Kesalahpahaman praktek hygiene

Resiko infeksi yang berhubungan dengan :

§  Trauma mukosa oral

C.    INTEVENSI

1.      Tujuan

Oral hygiene merupakan tindakan untuk membersihkan dan

menyegarkan mulut, gigi dan gusi (Clark, 1993). Menurut Taylor et al (1997),

oral hygiene adalah tindakan yang ditujukan untuk :

(1) menjaga kontiunitas bibir, lidah dan mukosa membran mulut,

(2) mencegah terjadinya infeksi rongga mulut dan

(3) melembabkan mukosa membran mulut dan bibir.

      Sedangkan menurut Clark (1993), oral hygiene bertujuan untuk :

(1) mencegah penyakit gigi dan mulut,

(2) mencegah penyakit yang penularannya melalui mulut,

(3) mempertinggi daya tahan tubuh, dan

(4) memperbaiki fungsi mulut untuk meningkatkan nafsu makan.

Secara umum dapat di simpulkan tujuan dari hygiens mulut meliputi :

§  Klien akan memiliki mukosa mulut utuh yang terhidrasi baik

§  Klien mampu melakukan sendiri perawatan hygiene mulut dengan benar

§  Klien akan memahami praktek hygiene mulut

Page 6: Askep Oral Hygiene.

§  Klien akan mencapai rasa nyaman.

2.      Hasil yang Di harapkan

            Mukosa mulut dan lidah terlihat merah muda, lembab, utuh. Gusi

basah dan utuh, gigi terlihat bersih, dan licin. Lidah berwarna merah muda

dan tidak kotor. Bibir lembab, mukosa dan pharynx tetab bersih.

            Peradangan, kerak, luka, dan kotoran yang keras akan tidak ada. Dan

gigi bebas dari partikel makanan. Dan diharapkan klien secara verbal

menyatakan kenyamanan dan perasaannya tentang kebersihan mulut.

Sehingga klien akan menelan dan berbicara lebih nyaman.

3.      Persiapan Alat

Adapun persiapan alat yang di gunakan dalam oral hygiene adalah :

1.      Pencuci mulut atau larutan antiseptik

2.      Spatel lidah dengan bantalan/spons

3.      Handuk wajah, handuk kertas

4.      Baskom

5.      Gelas air dengan air dingin

6.      Jeli larut air

7.      Spuit ber-bulb kecil (opsional)

8.      Kateter penghisap yang dihubungkan dengan alat pengisap

9.      Sarung tangan sekali pakai.

4.      Persiapan Pasien

Persiapan pasien :

·         Memberitahukan pada pasien tindakan yang akan di lakukan

·         Menjelaskan prosedur yang akan di lakukan

Page 7: Askep Oral Hygiene.

5.      Prosedur dan Rasional

Melakukan intervensi perawatan mulut untuk pasien yang tidak sadar atau

lemah

Langkah Rasional

1. Kaji adanya refleks muntah. Posisikan klien dalam posisi Sims atau miring dengan kepala diputar kea rah sisi yang terkena.

Menunjukkan klien beresiko aspirasi. Membuat sekresi mengalir dari mulut daripada menumpuk dibelakang faring dan mencegah aspirasi.

2. Jelaskan prosedur kepada klien.

Klien yang tidak sadar masih mampu mendengar.

3. Persiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan;a. larutan anti infeksib. sikat gigi spon atau spatel lidah dibungkus kasa tunggal;sikat gigi kecilc. spatel lidah berbantaland. handuk wajahe. mangkok piala ginjalf. handuk kertasg. gelas air dengan air dinginh. jeli larut airi. mesin pengisap portable dengan kateter suksionj. sarung tangan sekali pakai    

                                                                               Menghilangkan enkrustrasi dan bertindak sebagai anti infeksi.Sikat membersihkan gigi dengan efektif. Spon atau swab menstimulasi dan membersihkan gigi dan mukosa.Mempertahankan mulut terbuka dan gigi terpisah selama prosedur tanpa membuat trauma struktur mulut.

Melubrikasi bibirMengangkat sekresi mulut yang tertinggal selama membersihkan rongga mulut.,Rongga mulut berisi mikroorganisme penginfeksi yang tinggi.

4. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sekali pakai.

Mengurangi transmisi perpindahan mikroorganisme.

5. Letakkan handuk kertas di atas meja tempat tidur dan atur peralatan. Hidupkan mesin pengisap dan hubungkan selang ke kateter pengisap.

Mencegah atas meja menjadi kotor. Peralatan yang dipersiapkan sebelumnya memastikan prosedur lancar dan aman.

6. Tarik tirai sekitar Memberikan privasi

Page 8: Askep Oral Hygiene.

tempat tidur atau tutup pintu ruangan.7. Tinggikan tempat tidur pada tingkat horizontal tertinggi;turunkan pagar tempat tidur.

Penggunaan mekanika tubuh yang baik denga tempat tidur pada posisi tinggi mencegah cedera pada perawat dank lien.

8. Pindahkan klien mendekati sisi tempat tidur dank e dekat perawat;pastikan kepala klien diputar ke arah matras.

Pengaturann posisi kepala yang sesuai mencegah aspirasi.

9. Letakkan handuk di bawah wajah klien dan mangkok piala ginjal di bawah dagu.

Mencegah linen tempat tidur menjadi kotor.

10. Secara hati-hati retraksi gigi bagian atas dan bawah klien dengan spatel lidah yang berbantalan dengan memasukkan spatel dengan cepat tetapi lembut diantara geraham belakang. Masukkan saat klien rileks.

Mencegah klien dari menggigit jari dan menyediakan kemudahan ke rongga mulut.

11. Bersihkan mulut dengan menggunakan sikat atau spatel lidah yang dilembabkan dengan anti infeksi dan air. Minta perawat kedua mengisap sekresi yang mengumpul selama pembersihan. Bersihkan permukaan mengunyah dan bagian dalam pertama kali. Bersihkan permukaan luar gigi. Usapkan bagian dasar mulut dan sebelah dalam pipi. Secara lembut usap atau sikat lidah tetapi hindari menstimulasi reflex muntah(jika ada).

Tindakan penggosokkan mengangkat partikel makanan diantara gigi dan sepanjang permukaan pengunyahan. Pengusapan membantu pengangkatan sekresi dan enkrustasi dari mukosa dan melembabkan mukosa. Suksion mengangkat sekresi dan cairan yang berkumpul pada faring posterior. Pengulangan pembilasan mengangkat kotoran yang terlepas dan peroksida yang mengiritasi mukosa.

Page 9: Askep Oral Hygiene.

Lembabkan lidi kapas yang bersih dengan air untuk membilas. Ulangi membilas beberapa kali, isap semua sekresi yang tersisa.

12. Berikan jeli larut air pada bibir.

Melubrikasi bibir untuk mencegah kering dan retak.

13. Jelaskan bahwa prosedur telah selesai

Menyediakan stimulasi yang bermakna pada klien yang tidak sadar atau kurang responsive.

14 .Lepaskan sarung tangan dan letakkan pada tempat yang sesuai.

Mencegah transmisi muikroorganisme.

15. Atur kembali posisi klien yang nyaman, naikkan penghalang tempat tidur, dan kembalikan tempat tidur pada posisi semula.

Mempertahankan kenyamanan dan keamanan klien.

16. Bersihkan peralatan dan kembalikan pada tempatnya yang sesuai. Letakkan linen kotor ke dalam tempat yang sesuai.

Pembuangan peralatan kotor yang tepat mencegah tranmisi infeksi.

17. Cuci tangan. Mengurangi tranmisi mikroorganisme.18. Inspeksi rongga mulut. Menntukan kemanjuran pembersihan. Setelah

sekresi tebal terangkat maka dapat terlihat inflamasi atau lesi dibawahnya.

19. Catat prosedur, termasuk observasi yang berhubungan (mis. Perdarahan gusi, mukosa kering, ulserasi, atau krusta pada lidah) dan laporkan setiap temuan yang tidak umum kepada perawat penanggung jawab atau dokter.

Mencatat respons klien terhadap terapi keperawatan. Perdarahan dapat menunjukkan masalah sistemik yang lebih serius. Lesi rongga mulut mungkin menjadi kanker.

            Melakukan intervensi perawatan mulut pada klien yang menggunakan gigi palsu

Langkah Rasional

Page 10: Askep Oral Hygiene.

1. Tanyakan klien apakah gigi palsunya tidak pas dan apakah ada gilisah atau membrane mukosa yang nyeri atau iritasi. Setelah gigi palsu dilepas, inspeksi rongga mulut dan permukaan gigi palsu.

Gigi palsu yang tidak pas bergesekan dengan gusi, dan membrane mukosa. Daerah iritasi mungkin memerlukan perawatan khusus.

2. Jelaskan prosedur dan pastikan klien bahwa akan menggunakan praktik pilihan pribadi(jika sesuai).

Meningkatkan pemahaman dan kerjasama klien.

3. Persiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan :a. Sikat gigi berbulu lembutb. Sikat gigi untuk gigi palsuc. Mangkok piala ginjal atau westafeld. Detrifikasi gigi palsu atau  pasta gigie. Gelas air (untuk air hangat dan dingin)f. Kasa tunggal 4x4g. Waslaph. Cangkir plastic gigi palsui. Sarung tangan sekali pakai

Digunakan untuk menggosok gusi dan lidah.

Digunakan untuk mengangkat gigi palsu.

Mencegah kontak dengan mikroorganisme di dalam saliva.

4. Cuci tangan Mengurangi transmisi mikroorganisme

5. Atur bahan-bahan di meja tempat tidur atau dekat wastafel.

Menjamin prosedur lancar dan terorganisir.

6. Isi mangkok piala ginjal setengah penuh dengan air biasa atau letakkan waslap pada wastafel dan nyalakan air sampai terisi kurang lebih 2,5 cm.

Membantu mendistribusi dentrifikasi di atas permukaan gigi palsu. Kain melindungi gigi palsu menjadi patah. Air panas menyebabkan gigi palsu menjadi melengkung atau lunak.

7. Kenakan sarung tangan sekali pakai.

Mengurangi transmisi infeksi.

8. Minta klien untuk melepas gigi palsu dan letakkan gigi pada mangkok piala ginjal. Jika klien tidak mampu melepas gigi palsu, pegang piringan bagian atas di depan dengan ibu jari dan jari telunjuk yang di bungkus dengan kassa. Gunakan tarikan yang mantap dan ke arah bawah. Secara lembut

Kassa mencegah tergelincir secara tidak sengaja saat menangani gigi palsu. Permutaran gigi palsu pada sudut mengurangi penarikan bibir selama pelepasan gigi.

Page 11: Askep Oral Hygiene.

angkat gigi palsu sebelah bawah dari dagu dan rotasikan ke satu sisi arah bawah untuk mengeluarkan dari mulut. Letakkan gigi palsu mangkok.9. Gunakan detrifikasi pada gigi palsu dan sikat permukaan gigi palsu. Pegang sikat secara horizontal dan gunakan gerakan kebelakang dan ke depan untuk membersihkan permukaan penggigit. Pegang sikat secara horizontal dan gunakan gosokan pendek dari atas gigi palsu pada permukaan penggigit gigi untuk membersihkan permukaan gigi sebelah luar. Pegang sikat secara vertical dan gunakan gosokan pendek untuk membersihkan permukaan dalam gigi. Pegang sikat secara horizontal dan gunakan gerakan ke belakang dan ke depan untuk membersihkan permukaan bawah gigi palsu.

Mencegah makanan dan bakteri yang menumpuk pada permukaan gigi palsu dan mencegah baud an terbentuknya noda. Memegang gigi palsu dekat dengan air mengurangi peluangretak karena air akan mencegah keluar jika gigi palsu tergelincir.

10. bilas gigi palsu dengan teliti dalam air biasa.

Air hangat bercampur dan membilas dentrifikasi lebih efektif dari pada air dingin.

11. kembalikan gigi palsu pada pasien atau simpan dalam air biasa di dalam cangkir plastic.

Penyimpanan melindungi gigi palsu tetap lembab untuk memudahkan saat pemasukan. Gigi palsu plastic menjadi rapuh dan melengkung jika tidak dipertahankan untuk tetap lembab.

12. kosongkan mangkok piala ginjal dan tambahkan air dingin yang segar. Berikan pasta gigi pada sikat gigi lembut, dan sikat gusi dan langit-langit, dan lidah dengan lembut.

Membantu menstimulasi sirkulasi gusi dan mengangkat sisa-sisa lapisan kotoran gusi dan mukosa.

13. Minta klien untuk berkumur dengan teliti.

Berkumur mengangkat semua partikel makanan dan sekresi.

14. masukkan kembali gigi palsu jika klien menginginkan, ayau biarkan klien melakukan sendiri. Mulai dengan lembut memasukkan

Bagian terbesar dari gigi palsu sebelah atas lebih mudah untuk dimasukkan pertama kali jika klien mempunyai poringan sebelah atas

Page 12: Askep Oral Hygiene.

gigi palsu sebelah atas yang lembab. Minta klien untuk menggunakan jari untuk menekan gigi palsu melekat pada tempatnya, dan kemudian masukkan gigi palsu sebelah bawah yang lembab.

dan bawah. Pelembaban melubrikasikan gigi palsu agar mempermudah insersi. Penggunaan tekanan yang lembut pada gigi palsu sebelah atas memperkuatnya menempel pada langit-langit.

15. Buang sarung tangan pada tempat yang sesuai dan simpan bahan-bahan. Cuci tangan.

Mengontrol penyebaran infeksi.

16. Tanya klien jika gigi palsu terasa nyaman atau tidak.

Pembersihan mengangkat sumber iritasi.

17. Catat prosedur pada flowsheet atau catatan perawat.

Dokumentasi yang akurat dan tepat waktu mempertahankan keakuratan catatan klien.

Contoh Rencana Asuhan Keperawatan untuk Perubahan Membrane Mukosa MulutDiagnosa Keperawatan : Perubahan membrane mukosa mulut yang berhubungan dengan radiasi rongga mulut.Defenisi : perubahan membrane mukosa mulut adalah keadaan individu mengalami gangguan pada lapisan rongga mulut.

TujuanHasil yang diharapkan

Intervensi Rasional

Klien akan memiliki mukosa utuh yang terhidrasi baik pada waktu pulang.

Mukosa, lidah, dan bibir akan menjadi merah muda, lembab, dan utuh.Peradangan, kerak, luka, dan kotoran yang keras akan tidak ada.Gigi bebas dari partikel makanan.Klien secara verbal mengatakan kenyamanan dan

Membangun aturan perawatan-mulut setelah makan dan waktu tidur.▪ menggosok dengan sikat gigi yang lembut menggunakan gerakan horizontal.▪ bilas dengan garam atau larutan baking soda (1/2 sendok teh dengan 473 ml air)

Menggosok yang konsisten meningkatkan jaringan gusi, mengurangi kotoran, dan menghasilakan pengontrolan plak. Sikat gigi yang lembut dengan gerakan horizontal membantu jaringan gusi yang lembut dan mencegah perdarahan.

Page 13: Askep Oral Hygiene.

perasaannya tentang kebersihan mulut.Klien akan menelan dan berbicara dengan nyaman.

▪ Flossing dengan flos gigi yang tidak berlilin dua kali sehari. Hindari flossing  dengan keras dekat garis gusi.

Membilas melarutkan keasaman mulut, mengangkat debris; dan membantu mengurangi mulut yang kering yang terjadi pada terapi untuk mengurangi produksi saliva.

Klien akan melakukan secara mandiri hygiene oral dengan benar.

Teknik hygiene mulut akan didemontrsi dengan tepat.

Minta klien untuk melakukan hygiene mulut.

Larutan soda dan garam meningkatkan penyembuhan dan membantu pembentukan jaringan granulasi. Mereka bertindak sebagai penyegar dan menekan pertumbuahn bakteri.Flossing sistemik mengurangi produksi pertumbuhan bakteri yang hancur pada permukaan gigi dan dekat garis gusi. Menggunakan flossing yang

Page 14: Askep Oral Hygiene.

tidak berlilin dan menghindari flossing yang keras, untuk mencegah perdarahan.

D.    IMPLEMENTASIHygiene Mulut            Hygiene mulut yang baik termasuk kebersihan, kenyamanan dan

kelembaban struktur mulut. Perawatan yang tepat mencegah penyakit mulut

dan kerusakan gigi. Klien di rumah sakit atau fasilitas jangka panjang

seringkali tidak menerima perawatan agresif yang mereka butuhkan.

Perawatan mulut harus diberikan teratur dan setiap hari.

Diet

Untuk mencegah kerusakan gigi klien harus mengubah kebiasaan makan,

mengurangi asupan karbohidrat, terutama kedupan manis diantara

makanan. Makanan manis atau yang mengandung tepung akan menempel

pada permukaan gigi. Setelah memakan yang manis, klien harus menggosok

gigi dalam waktu 30 menit untuk mengurangi aksi plak.

Gosok gigi

            Gosok gigi dengan teliti sedikitnya empat kali sehari (setelah makan

dan waktu tidur) adalah dasar program hygiene mulut yang efektif. Sikat gigi

harus mempunyai pegangan yang lurus, dan bulunya harus cukup kecil

untuk menjangkau semua bagian mulut. Sikat gigi harus diganti setiap tiga

bulan.

Penggunaan Fluorida

            Pada kebanyakan komunitas persediaan air terdiri dari fluoride.

Rosier dan Beck (1991) melaporkan ringkasan studi epidemiologi yang

menunjukkan bahwa pemberian fluor pada air minum telah memainkan

peranan yang dominan dalam menurunkan karies gigi.

Flossing

Page 15: Askep Oral Hygiene.

                      Flossing gigi adalah penting untuk mengangkat plak dan tartar

dengan efektif diantara gigi. Flossing melibatkan insersi floss  gigi, satu per

satu.

Hygiene Mulut Khusus

            Beberapa klien memerlukan metode hygiene mulut yang khusus

karena tingkat ketergantungan mereka pada perawat atu ada kelainan

mukosa mulut. Klien yang tidak sadar. Lebih rentan terkena kekeringan

sekresi air liur pada mukosa yang tebal karena mereka tidak mampu untuk

makan, atau minum, sering bernapas melalui mulut, dan seringkali

memperoleh terapi oksigen.

Melakukan Implementasi Perawatan mulut untuk klien yang tidak sadar

Langkah Rasional

1. Mengkaji adanya refleks muntah. Memposisikan  klien dalam posisi Sims atau miring dengan kepala diputar kea rah sisi yang terkena.

Menunjukkan klien beresiko aspirasi. Membuat sekresi mengalir dari mulut daripada menumpuk dibelakang faring dan mencegah aspirasi.

2. Menjelaskan prosedur kepada klien.

Klien yang tidak sadar masih mampu mendengar.

3. Mempersiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan;a. larutan anti infeksib. sikat gigi spon atau spatel lidah dibungkus kasa tunggal;sikat gigi kecilc. spatel lidah berbantaland. handuk wajahe. mangkok piala ginjalf. handuk kertasg. gelas air dengan air dinginh. jeli larut airi. mesin pengisap portable dengan kateter suksionj. sarung tangan sekali pakai

                                                                               Menghilangkan enkrustrasi dan bertindak sebagai anti infeksi.Sikat membersihkan gigi dengan efektif. Spon atau swab menstimulasi dan membersihkan gigi dan mukosa.Mempertahankan mulut terbuka dan gigi terpisah selama prosedur tanpa membuat trauma struktur mulut.

Melubrikasi bibirMengangkat sekresi mulut yang tertinggal selama membersihkan rongga mulut.,Rongga mulut berisi mikroorganisme penginfeksi yang tinggi.

Page 16: Askep Oral Hygiene.

    

4. Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan sekali pakai.

Mengurangi transmisi perpindahan mikroorganisme.

5. Meletakkan handuk kertas di atas meja tempat tidur dan atur peralatan. Menghidupkan  mesin pengisap dan hubungkan selang ke kateter pengisap.

Mencegah atas meja menjadi kotor. Peralatan yang dipersiapkan sebelumnya memastikan prosedur lancar dan aman.

6. Menarik tirai sekitar tempat tidur atau menutup pintu ruangan.

Memberikan privasi

7. Meninggikan tempat tidur pada tingkat horizontal tertinggi;menurunkan pagar tempat tidur.

Penggunaan mekanika tubuh yang baik denga tempat tidur pada posisi tinggi mencegah cedera pada perawat dank lien.

8. Memindahkan klien mendekati sisi tempat tidur dan ke dekat perawat;memastikan kepala klien diputar ke arah matras.

Pengaturann posisi kepala yang sesuai mencegah aspirasi.

9. Meletakkan handuk di bawah wajah klien dan mangkok piala ginjal di bawah dagu.

Mencegah linen tempat tidur menjadi kotor.

10. Secara hati-hati meretraksi gigi bagian atas dan bawah klien dengan spatel lidah yang berbantalan dengan memasukkan spatel dengan cepat tetapi lembut diantara geraham belakang. Masukkan saat klien rileks.

Mencegah klien dari menggigit jari dan menyediakan kemudahan ke rongga mulut.

11. Membersihkan mulut dengan menggunakan sikat atau spatel lidah yang dilembabkan dengan anti infeksi dan air.

Tindakan penggosokkan mengangkat partikel makanan diantara gigi dan sepanjang permukaan pengunyahan. Pengusapan membantu pengangkatan sekresi dan enkrustasi dari mukosa dan melembabkan

Page 17: Askep Oral Hygiene.

Meminta perawat kedua mengisap sekresi yang mengumpul selama pembersihan. Membersihkan permukaan mengunyah dan bagian dalam pertama kali. Membersihkan permukaan luar gigi. Menusapkan bagian dasar mulut dan sebelah dalam pipi. Secara lembut mengusap atau menyikat lidah tetapi hindari menstimulasi reflex muntah(jika ada). Melembabkan lidi kapas yang bersih dengan air untuk membilas. Ulangi membilas beberapa kali, mengisap semua sekresi yang tersisa.

mukosa. Suksion mengangkat sekresi dan cairan yang berkumpul pada faring posterior. Pengulangan pembilasan mengangkat kotoran yang terlepas dan peroksida yang mengiritasi mukosa.

12. Memberikan jeli larut air pada bibir.

Melubrikasi bibir untuk mencegah kering dan retak.

13Menjelaskan bahwa prosedur telah selesai

Menyediakan stimulasi yang bermakna pada klien yang tidak sadar atau kurang responsive.

14 Melepaskan sarung tangan dan letakkan pada tempat yang sesuai.

Mencegah transmisi muikroorganisme.

15. Mengatur kembali kembali posisi klien yang nyaman, naikkan penghalang tempat tidur, dan kembalikan tempat tidur pada posisi semula.

Mempertahankan kenyamanan dan keamanan klien.

16. Membersihkan peralatan dan kembalikan pada tempatnya yang sesuai. Letakkan linen kotor ke dalam tempat yang sesuai.

Pembuangan peralatan kotor yang tepat mencegah tranmisi infeksi.

17.Mencuci tangan. Mengurangi tranmisi mikroorganisme.18. Menginspeksi rongga mulut.

Menntukan kemanjuran pembersihan. Setelah sekresi tebal terangkat maka dapat terlihat

Page 18: Askep Oral Hygiene.

inflamasi atau lesi dibawahnya.19. Mencatat prosedur, termasuk observasi yang berhubungan (mis. Perdarahan gusi, mukosa kering, ulserasi, atau krusta pada lidah) dan laporkan setiap temuan yang tidak umum kepada perawat penanggung jawab atau dokter.

Mencatat respons klien terhadap terapi keperawatan. Perdarahan dapat menunjukkan masalah sistemik yang lebih serius. Lesi rongga mulut mungkin menjadi kanker.

Melakukan Implementasi Perawatan mulut untuk klien menggunakan gigi

palsu

Langkah Rasional1. Menanyakan kepada klien apakah gigi palsunya tidak pas dan apakah ada gilisah atau membrane mukosa yang nyeri atau iritasi. Setelah gigi palsu dilepas, menginspeksi rongga mulut dan permukaan gigi palsu.

Gigi palsu yang tidak pas bergesekan dengan gusi, dan membrane mukosa. Daerah iritasi mungkin memerlukan perawatan khusus.

2. Menjelaskan prosedur dan pastikan klien bahwa akan menggunakan praktik pilihan pribadi(jika sesuai).

Meningkatkan pemahaman dan kerjasama klien.

3. Mempersiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan :a. Sikat gigi berbulu lembutb. Sikat gigi untuk gigi palsuc. Mangkok piala ginjal atau westafeld. Detrifikasi gigi palsu atau  pasta gigie. Gelas air (untuk air hangat dan dingin)f. Kasa tunggal 4x4g. Waslaph. Cangkir plastic gigi palsui. Sarung tangan sekali pakai

Digunakan untuk menggosok gusi dan lidah.

Digunakan untuk mengangkat gigi palsu.

Mencegah kontak dengan mikroorganisme di dalam saliva.

4. Mencuci tangan Mengurangi transmisi mikroorganisme

5. Mangatur bahan-bahan di meja Menjamin prosedur lancar dan

Page 19: Askep Oral Hygiene.

tempat tidur atau dekat wastafel. terorganisir.6. Mengisi mangkok piala ginjal setengah penuh dengan air biasa atau meletakkan waslap pada wastafel dan menyalakan air sampai terisi kurang lebih 2,5 cm.

Membantu mendistribusi dentrifikasi di atas permukaan gigi palsu. Kain melindungi gigi palsu menjadi patah. Air panas menyebabkan gigi palsu menjadi melengkung atau lunak.

7. Mengenakan sarung tangan sekali pakai.

Mengurangi transmisi infeksi.

8. Meminta klien untuk melepas gigi palsu dan letakkan gigi pada mangkok piala ginjal. Meletakkan gigi palsu mangkok.

Kassa mencegah tergelincir secara tidak sengaja saat menangani gigi palsu. Permutaran gigi palsu pada sudut mengurangi penarikan bibir selama pelepasan gigi.

9. Menggunakan detrifikasi pada gigi palsu dan sikat permukaan gigi palsu. Memegang sikat secara horizontal dan menggunakan gerakan kebelakang dan ke depan untuk membersihkan permukaan penggigit. memegang sikat secara horizontal dan menggunakan gosokan pendek dari atas gigi palsu pada permukaan penggigit gigi untuk membersihkan permukaan gigi sebelah luar. memegang sikat secara vertical dan menggunakan gosokan pendek untuk membersihkan permukaan dalam gigi. memegang sikat secara horizontal dan menggunakan gerakan ke belakang dan ke depan untuk membersihkan permukaan bawah gigi palsu.

Mencegah makanan dan bakteri yang menumpuk pada permukaan gigi palsu dan mencegah baud an terbentuknya noda. Memegang gigi palsu dekat dengan air mengurangi peluangretak karena air akan mencegah keluar jika gigi palsu tergelincir.

10. Membilas gigi palsu dengan teliti dalam air biasa.

Air hangat bercampur dan membilas dentrifikasi lebih efektif dari pada air dingin.

11. Mengembalikan gigi palsu pada pasien atau simpan dalam air biasa di dalam cangkir plastic.

Penyimpanan melindungi gigi palsu tetap lembab untuk memudahkan saat pemasukan. Gigi palsu plastic menjadi rapuh dan melengkung jika tidak dipertahankan untuk tetap lembab.

12. kosongkan mangkok piala ginjal Membantu menstimulasi sirkulasi

Page 20: Askep Oral Hygiene.

dan tambahkan air dingin yang segar. Berikan pasta gigi pada sikat gigi lembut, dan sikat gusi dan langit-langit, dan lidah dengan lembut.

gusi dan mengangkat sisa-sisa lapisan kotoran gusi dan mukosa.

13. Minta klien untuk berkumur dengan teliti.

Berkumur mengangkat semua partikel makanan dan sekresi.

14. Memasukkan kembali gigi palsu Mulai dengan lembut memasukkan gigi palsu sebelah atas yang lembab. Meminta klien untuk menggunakan jari untuk menekan gigi palsu melekat pada tempatnya, dan kemudian masukkan gigi palsu sebelah bawah yang lembab.

Bagian terbesar dari gigi palsu sebelah atas lebih mudah untuk dimasukkan pertama kali jika klien mempunyai poringan sebelah atas dan bawah. Pelembaban melubrikasikan gigi palsu agar mempermudah insersi. Penggunaan tekanan yang lembut pada gigi palsu sebelah atas memperkuatnya menempel pada langit-langit.

15. Membuang sarung tangan pada tempat yang sesuai dan simpan bahan-bahan. mencuci tangan.

Mengontrol penyebaran infeksi.

16. Menanyakan klien jika gigi palsu terasa nyaman atau tidak.

Pembersihan mengangkat sumber iritasi.

17. Mencatat prosedur pada flowsheet atau catatan perawat.

Dokumentasi yang akurat dan tepat waktu mempertahankan keakuratan catatan klien.

E.     EVALUASI

            Hasil yang diharapkan dari hygiene mulut tidak terlihat dalam

beberapa hari. Pembersihan yang berulang-ulang seringkali diperlukan untuk

mengangkat enkrustasi tebal pada lidah dan memperbaiki hidrasi mukosa

yang normal. Perawat mengevaluasi keberhasilan intervensi untuk

memelihara integritas mukosa.Perawat mengantisipasi kebutuhan untuk

mengubah intervensi selama evaluasi. Hal ini memerlukan beberapa minggu

dari hiegine yang teliti untuk mengurangi kejadian karies gigi.

Contoh evaluasi intervensi untuk masalah hygiene mulut

Tujuan Tindakan Evaluatif Hasil yang

Diharapkan

Klien akan memiliki Inspeksi kondisi lidah, Mukosa, lidah, dan

Page 21: Askep Oral Hygiene.

mukosa mulut utuh

dan terhidrasi baik saat

pulang

gusi, dan garis pipi.

Observasi kondisi bibir

Inspeksi permukaan

gigi

bibir akan menjadi

lembab, merah, muda,

dan utuh.

Inflamasi, krusta, lesi

dan kotoraan yang

keras akan tetap tidak

ada.

Gigi bebas dari partikel

makanan dan plak.

Klien akan melakukan

perawatan hygiene

mulut secara mandiri

dengan benar

Observasi pernampilan

klien saat menyikat

gigi, flossing, dan

perawatan gigi palsu.

Minta klien untuk

menjelaskan teknik

hygiene mulut.

Teknik hygiene mulut

akan didemonstrasikan

dengan tepat.

Klien akan menjelaskan

langkah-langkah yang

harus diikuti dalam

penggosokkan,

flossing, atau

perawatan gigi palsu

dengan tepat.

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

            Proses keperawatan pada oral hygiene membantu klien dalam

menghadapi masalah mulut selain itu juga dapat membantu perawat dalam

mengetahui masalah mulut yang umum. Pengkajian perawat tentang mulut

termasuk dalam perawatan terhadap bibir, gigi, mucosa buccal, gusi, langit-

langit dan ,lidah klien. Klien yang tidak mengikuti praktik hygiene mulut yang

teratur akan mengalami penurunan jaringan gusi yang meradang, gigi yang

Page 22: Askep Oral Hygiene.

hitam, karies gigi, kehilangan gigi, dan halitosis. Hygiene mulut membantu

memperthankan kesehatan mulut, gigi, gusi, dan bibir.

            Tahap-tahap dalam proses keperawatan yang meliputi pengkajian,

diagnose, intervensi, implementasi, dan evaluasi memegang peranan yang

penting agar tindakan yang dilakukan perawat terhadap klien terstruktur

dengan baik agar tujuan keperawatan tercapai sehingga mendatangkan

kepuasan pada klien. 

            Hygiene mulut dapat dilakukan dengan cara :

§  Menggosok gigi

§  Hygiene mulut khusus bagi klien yang tidak sadar

§  Menggunakan flourida

§  Flossing

§  Perawatan gigi palsu

B.     Saran

Dengan adanya makalah ini dapat menjadi acuan bagi perawat dalam

melakukan proses keperawatan oral hygiene.

DAFTAR PUSTAKA

Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik.                        Terjemahan oleh Komalasari, Renata dkk. Dari Fundamental of Nursing:                           Concept, Process,             and Practice. Jakarta: EGC.Wikinson, Judith. M. 2007. Buku Ajar Diagnosis Keperawatan. Terjemahan oleh Widyawati                   dkk. dari Nursing Diagnosis Handbook with NIC Interventions and NOC Outcomes.            Jakarta: EGC.

Page 23: Askep Oral Hygiene.

Asuhan Keperawatan Oral Hygiene

A. PENGKAJIAN

1.      Pengkajian Fisik

Mengkaji  bibir,   gigi,  mulkosa  buccal,   gusi,   langit-langit,  dan   lidah  klien.  Perawat  memeriksa 

semua daerah ini dengan hati-hati tentang warna, hidrasi, tekstur, luka, karies gigi, kehilangan gigi, dan 

halitosis (bau napas yang menusuk). Klien yang tidak mengikuti praktik hygiene mulut yang teratur akan 

mengalami penurunan jaringan gusi, gusi yang meradang, gigi yang hitam (khususnya sepanjang margin 

gusi), karies gigi, dan halitosis. Rasa sakit yang dihalokalisasi adalah gejala umum dari penyakit gusi atau 

gangguan gigi tertentu.

Infeksi pada mulut melibatkan organisme seperti Treponema pallidum, Neissera gonorrhoeae, 

dan  hominis   virus   herpes.   Jika   klien   hendak  memperoleh   radiasi   atau   kemoterapi,   sangat   penting 

Page 24: Askep Oral Hygiene.

mengumpulkan data dasar mengenai keadaan rongga mulut klien. Hal ini berfungsi sebagai dasar untuk 

perawatan preventif bagi klien saat mereka melewati pengobatan.

2.      Perubahan Perkembangan

Sepanjang masa hidup seseorang, perubahan fisiologi mempengaruhi kondisi dan penampilan 

struktur dalam rongga mulut.  Anak dapat terjadi  karies gigi  pada gigi  susu karena pola makan atau 

kurangnya perawatan gigi. Gigi remaja adalah permanen dan memerlukan perhatian teratur untuk diet 

dan perwatan gigi  serta mencegah masalah-masalah pada tahun-tahun berikutnya.  Pada saat  orang 

bertambah tua, praktik hygiene mulut berubah untuk mempengaruhi gigi dan mukos lebih lanjut.

Usia yang berhubungan dengan perubahan di dalam mulut, dikombinasi dengan penyakit kronis, 

ketidakmampuan fisik, dan medikasi yang diresepkan memiliki efek samping pada mulut, menyebabkan 

perawatan.  Efek pada ketidakcukupan perawatan meliputi karies dan kehilangan gigi, 

2

penyakit periodontal, permulaan infeksi sistemik, dan efek jangka panjang pada harga diri, kemampuan 

untuk makan, dan pemeliharaan hubungan. Pengkajian tingkat perkembangan klien membantu dalam 

menentukan tipe masalah higienis yang diharapkan.

3.      Pola Makan

Pengkajian pola makan klien dilakukan untuk mendeteksi keberadaan iritasi local pada gusi atau 

struktur  mukosa.  Bertanya  pada klien   jika  ada  masalah   tertentu  dalam mengunyah,  kecocokan  gigi 

palsu,   atau  menelan.   Adanya   bisul   atau   iritasi  mengganggu   pengunyahan  dan  menyebabkan   klien 

menghindar untuk makan. Hal ini tidak umum pada klien lansia dengan gigi palsu yang kurang pas.

4.      Pilihan dan Praktik Higienis 

Penting bahwa perawat mengkaji praktik higiene mulut klien untuk mengidentifikasi kesalahn 

dalam teknik, defisiensipada tipe-tipe praktik, dan tingkat pengetahuan klien tentang perawatan gigi. 

Pertanyaan yang menolong sebagai berikut :

a.       Frekuensi menggosok gigi.

b.      Pasta gigi dan jenis bahan pembersih gigi yang digunakan.

c.       Gigi palsu (kapan dan bagaimana cara membersihkannya).

Page 25: Askep Oral Hygiene.

d.      Penggunaan obat kumur atau sediaan gliserin-lemon.

e.       Penggunaan flossing untuk gigi (seberapa sering).

f.       Kunjungan terakhir ke dokter gigi dan hasilnya.

g.      Seberapa sering ke dokter gigi.

h.      Air yang diminum mengandung fluoride atau tidak.

i.        Penutup gigi.

5.      Faktor Risiko untuk Masalah Higiene Mulut

Klien tertentu berisiko untuk masalah mulut karena kurang pengetahuan tentang hygiene oral, 

ketidakmampuan  melakukan   perawatan  mulut,   atau   perubahan   integritas   gigi   dan  mukosa   akibat 

penyakit atau pengobatan.

3

6.      Masalah Umum Mulut

Hal   ini   membantu   perawat   untuk   mengenal   maslah   umum   pada   mulut.   Setiap   masalah 

menunjukkan tanda dan gejala yang dikenal dan mempengaruhi tipe perawatan hygiene dan pengajaran 

yang diberikan.

Dua tipe masalah besar adalah karies gigi (lubang) dan penyakit periodontal (pyorrhea). Karies 

gigi merupakan masalah mulut paling umum dari orang muda. Perkembangan lubang merupakan proses 

patologi yang melibatkan kerusakan email gigi pada akhirnya melalui kekurangan kalsium. Kekurangan 

kalsium adalah hasil  dari  akumulasi  musin,  karbohidrat,  basilus  asam laktat pada saliva yang secara 

normal ditemukan pada mulut, yang membentuk lapisan gigi yang disebut plak. Plak adalah transparan 

dan melekat pada gigi, khususnya dekat dasar kepala gigi pada margin gusi. Plak mencegah dilusi asam 

normal dan netralisasi, yang mencegah disolusi bakteri pada rongga mulut. Asam akhirnya merusak gigi 

dan email, pada kasus yang berat, merusak pulpa atau jaringan spon dalam gigi. Lubang pertama kali 

mulai  sebagi diskolorasi  pengapuran putih dari  gigi.  Selanjutnya dengan berkembangnya  lubang, gigi 

menjadi kecoklatan atau kehitaman.

Page 26: Askep Oral Hygiene.

Untuk orang yang berusia  lebih dari  35 tahun, masalah yang paling umum adalah pyorrhea. 

Penyakit Periodontal adalah penyakit jaringan sekitar gigi, seperti peradangan membrane periodontal 

atau ligament periodontal. Penambahan penyakit meliputi sebagai berikut:

a.       Deposit kalkulus pada gigi di garis gusi.

b.      Gingiva menjadi bengkak dan perih.

c.       Peradangan menyebar, pembentukan celah atau kantong antara gusi dan gingival, gusi menyusut.

d.      Tulang alveolar hancur, dan gigi lepas.

Halitosis (bau napas) merupakan masalah umum rongga mulut akibat hygiene mulut yang buruk, 

pemasukan  makanan   tertentu,   atau  proses   infeksi   atau  penyakit.  Hygiene  mulut   yang   tepat  dapat 

mengeliminasi bau kecuali penyebabnya adalah kondisi sistemik seprti penyakit liver atau diabetes.

4

Keilosis, bibir pecah-pecah atau retak terutama pada sudut mulut karena defisiensi riboflavin, 

napas   mulut,   dan   salivasi   yang   berlebihan.   Pemberian   minyak   pada   bibir   mempertahankan 

kelembaman, dan salep anti-jamur atau anti-bakteri memperkecil perkembangan mikroorganisme.

Gejala penyakit periodontal meliputi gusi berdarah; bengkak, jaringan yang radang; garis gusi 

yang menyusut, dengan pembentukan celah atau kantong antara gigi dan gusi, dan kehilangan gigi tiba-

tiba.   Jika   perawatan   mulut   yang   tepat   tidak   dipelihara   maka   bakteri   mati,   disebut  tartar  yang 

mengumpul   di   sepanjang   garis   gusi.   Tartar  menyerang   gusi   dan   serat   yang  menempel   pada   gigi, 

akibatnya kehilangan gigi. Tindakan preventif yang paling baik adalah pembersihan dengan flossing dan 

gosok gigi yang teratur.

7.      Masalah Mulut Lain

Stomatitis  adalah  kondisi  peradangan  pada  mulut  karena  kontak  dengan   pengiritasi,   seperi 

tembakau; defisiensi vitamin; infeksi oleh bakteri, virus, atau jamur; atau penggunaan obat kemoterapi. 

Glositis adalah peradangan lidah karena infeksi atau cedera, seperti luka bakar atau gigitan. Gingivitis 

adalah   peradangan   gusi,   biasanya   karena   hygiene  mulut   yang   buruk   atau   terjadi   tanda   leukemia, 

defisiensi vitamin, atau diabetes mellitus. Perawatan mulut khusus merupakan keharusan apabila klien 

memiliki maslah oral ini. Perubahan mukosa mulut yang berhubungan dengan mudah mengarah kepada 

malnutrisi, yang merupakan perhatian utama bagi klien yang memiliki kanker.

Page 27: Askep Oral Hygiene.

Malignansi mulut terlihat sebagai guumpalan atau bisul di dalam atau sekitar mulut, biasanya 

pada   klien   perokok   pipa   atau   tembakau   kunyah.   Tempat   yang   paling   umum   adalah   dasar   lidah. 

Pendeteksian   awal   adalah   vital   untuk   keberhasilan   pengobatan.   Luka   apapun   di  mulut   yang   tidak 

sembuh harus dibawa ke dokter gigi.

5

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Nyeri berhubungan dengan radang pada daerah gusi / gigi (gingivitis), kehilangan gigi.

2.       Perubahan  nutrisi   (kurang  dari   kebutuhan)   tubuh  berhubungan  dengan   intake   (asupan)  yang  tidak 

adekuat (cukup) akibat radang gigi / gusi (gingivitis), gigi palsu yang tidak pas.

3.      Perubahan membrane mukosa mulut berhubungan dengan trauma oral, asupan cairan yang terbatas, 

trauma B/D kemoterapi.

4.       Deficit  perawatan oral  diri/oral  berhubungan dengan perubahan kesadaran,  kelemahan ekteremitas 

atas.

5.      Gangguan gambaran diri berhubungan dengan halitosis, ketidakadaan gigi.

6.      Kurang pengetahuan tentang hygiene oral berhubungan dengan kesalahpahaman praktik hygiene.

7.      Risiko infeksi berhubungan dengan trauma mukosa oral.

C. PERENCANAAN

Menyusun   rencana  keperawatan  untuk  klien   yang  membutuhkan  hygiene   mulut   termasuk 

mempertimbangkan   pilihan,   status   emosional,   sumber   daya   ekonomi,   dan   kemampuan   fisik   klien. 

Perawat harus membina hubungan yang baik dengan klien untuk membantu praktik hygiene mulut. 

Beberapa  klien   sangat   sensitive   tentang  kondisi  mulut  mereka  dan  enggan  memberikan  orang   lain 

merawat. Dalam banyak kasus, klien (seperti yang terkena diabetes dan kanker) juga tidak sadar bahwa 

mereka berisiko penyakit gigi dan periodontal dan karenanya memerlukan pendidikan ekstensif. Klien 

yang mengalami perubahan mukosa mulut  akan memerlukan perawatan  jangka panjang.  Hasil  tidak 

dapat   terlihat  untuk  beberapa  hari   atau  minggu.   Keluarga  dapat  memainkan  peran  penting  dalam 

Page 28: Askep Oral Hygiene.

pembelajaran bagaimana untuk memeriksa rongga mulut klien terhadap perubahan dan memberikan 

hygiene.

Tujuan klien yang membutuhkan hygiene mulut sebagai berikut:

1.      Klien akan memiliki mukosa mulut utuh yang terhidrasi baik.

6

2.      Klien mampu melakukan sendiri perawatan hygiene mulut dengan benar.

3.      Klien akan mencapai merasa nyaman.

4.      Klien akan memahami praktik hygiene mulut.

Rencana tindakan hygiene mulut sebagai berikut:

1.      Diet, mengurangi asupan karbohidrat terutama yang manis di antara waktu makan; menimbulkan plak, 

memakan buah yng  mengandung  asam seperti  apel  dan  sayuran berserat;  mengurangi  plak.  Untuk 

wanita hamil, asupan kalsium sesuai rekomendasi, 4-6 gelas susu per hari.

2.      Gosok gigi, sedikitnya 4 kali sehari setiap selesai makan dan tidur.

3.      Hygiene mulut khusus, diterapkan pada klien yang tidak sadar, klien berisiko stomatitis, diabetes, dan 

infeksi mulut.

4.      Penggunaan fluoride, pemberian fluor pada air minum telah memainkan peranan yang dominan dalam 

menurunkan karies gigi. Fluoridasi berlebihan menyebabkan perubahan warna pada email gigi.

5.      Flossing untuk mengangkat plak dan tartar dengan efektif di antara gigi.

6.      Perawatan gigi palsu, harus dibersihkan seperti frekuensi gigi alami untuk mencegah infeksi gingival dan 

iritasi.

D. EVALUASI

Evaluasi secara umum menilai danya kemampuan untuk mempertahankan kebersihan gigi dan 

mulut serta kemapuan untuk mempertahankan status nutrisi. Hal ini ditanadai dengan keadaan mulut 

dan gigi yang bersih, tidak ada tanda radang, dan intake yang adekuat.

Page 29: Askep Oral Hygiene.