Askep Meningitis

26
Nawang Wulandari

description

ASDFGHJ

Transcript of Askep Meningitis

Nawang Wulandari

• Meningitis merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan arahnoid dan piamatter di otak serta spinal cord. Inflamasi ini lebih sering disebabkan oleh bakteri dan virus meskipun penyebab lainnya seperti jamur dan protozoa juga terjadi. (Donna D.,1999).Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur(Smeltzer, 2001).

Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).

Klasifikasi• Meningitis Bakterial (Meningitis sepsis)

Sering terjadi pada musim dingin, saat terjadi infeksi saluran pernafasan..Klien yang mempunyai kondisi spt: otitis media, pneumonia, sinusitis akut atau sickle sell anemia yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadi meningitis. Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal ini akan menyebabkan jaringan otak akan mengalami infark.

Meningitis Virus (Meningitis aseptic)Meningitis virus adalah infeksi pada meningen; cenderung jinak dan bisa sembuh sendiri. Virus biasanya bereplikasi sendiri ditempat terjadinya infeksi awal (misalnya sistem nasofaring dan saluran cerna) dan kemudian menyebar kesistem saraf pusat melalui sistem vaskuler.Ini terjadi pada penyakit yang disebabkan oleh virus spt: campak, mumps, herpes simplek dan herpes zoster. Virus herpes simplek mengganggu metabolisme sel sehingga sell cepat mengalami nekrosis. Jenis lainnya juga mengganggu produksi enzim atau neurotransmitter yang dapat menyebabkan disfungsi sel dan gangguan neurologic.

• Meningitis JamurMeningitis Cryptococcal adalah infeksi jamur yang mempengaruhi sistem saraf pusat pada klien dengan AIDS. Gejala klinisnya bervariasi tergantung dari system kekebalan tubuh yang akan berefek pada respon inflamasi Respon inflamasi yang ditimbulkan pada klien dengan menurunnya sistem imun antara lain: bisa demam/tidak, sakit kepala, mual, muntah dan menurunnya status mental.

Etiologi1. Bakteri

Merupakan penyebab tersering dari meningitis, adapun beberapa bakteri yang secara umum diketahui dapat menyebabkan meningitis adalah :

• Haemophillus influenzae• Nesseria meningitides (meningococcal)• Diplococcus pneumoniae (pneumococcal)• Streptococcus, grup A• Staphylococcus aureus• Escherichia coli• Klebsiella• Proteus• Pseudomonas

• VirusMerupakan penyebab sering lainnya selain bakteri. Infeksi karena virus ini biasanya bersifat “self-limitting”, dimana akan mengalami penyembuhan sendiri dan penyembuhan bersifat sempurna. Beberapa virus secara umum yang menyebabkan meningitis adalah:Coxsacqy, Virus herpes, Arbo virus, Campak dan varicela

• JamurKriptokokal meningitis adalah serius dan fatal. Bentuk penyakit pada pasien HIV/AIDS dan hitungan CD< 200.Candida dan aspergilus adalah contoh lain jamur meningitis.

Faktor resiko terjadinya meningitis :1. Infeksi sistemikDidapat dari infeksi di organ tubuh lain yang akhirnya menyebar secara hematogen sampai ke selaput otak, misalnya otitis media kronis, mastoiditis, pneumonia, TBC, perikarditis, dll.2. Trauma kepalaBisanya terjadi pada trauma kepala terbuka atau pada fraktur basis cranii yang memungkinkan terpaparnya CSF dengan lingkungan luar melalui othorrhea dan rhinorhea

3. Kelainan anatomisTerjadi pada pasien seperti post operasi di daerah mastoid, saluran telinga tengah, operasi cranium

4. Terjadinya pe ↑ TIK pada meningitis, mekanismenya adalah sebagai berikut :a. Agen penyebab → reaksi local pada meninges → inflamasi meninges → pe ↑ permiabilitas kapiler → kebocoran cairan dari intravaskuler ke interstisial → pe ↑ volume cairan interstisial → edema → Postulat Kellie Monroe, kompensasi tidak adekuat → pe ↑ TIKb. Pada meningitis jarang ditemukan kejang, kecuali jika infeksi sudah menyebar ke jaringan otak, dimana kejang ini terjadi bila ada kerusakan pada korteks serebri pada bagian premotor.

5. Hidrosefalus pada meningitis terjadi karena mekanisme sebagai berikut :Inflamasi local → scar tissue di daerah arahnoid ( vili ) → gangguan absorbsi CSF → akumulasi CSF di dalam otak → hodosefalus

Tanda dan gejala1. Aktivitas / istirahat ;Malaise, aktivitas terbatas,

ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter, kelemahan, hipotonia

2. Sirkulasi ;Riwayat endokarditis, abses otak, TD ↑, nadi ↓, tekanan nadi berat, takikardi dan disritmia pada fase akut

3. Eliminasi ; Adanya inkontinensia atau retensi urin4. Makanan / cairan ; Anorexia, kesulitan menelan,

muntah, turgor kulit jelek, mukosa kering5. Higiene ; Tidak mampu merawat diri

6. Nyeri / kenyamanan ; Sakit kepala hebat, kaku kuduk, nyeri gerakan okuler, fotosensitivitas, nyeri tenggorokan, gelisah, mengaduh/mengeluh

7. Pernafasan ; Riwayat infeksi sinus atau paru, nafas ↑, letargi dan gelisah

PatofisiologiMeningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral.

Pemeriksaan penunjang• analisa cairan otak. yaitu untuk jumlah sel,

protein, dan konsentrasi glukosa • Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk

menganalisa hitung jenis sel dan protein.cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan TIK.

Lumbal punksi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan peningkatan TIK

• pemeriksaan Kernigs sign (+) dan Brudzinsky sign (+) menandakan bahwa infeksi atau iritasi sudah mencapai ke medulla spinalis bagian bawah.

• Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya meningkat diatas nilai

• MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor

• Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial

Penatalaksanaan1. Farmakologis

Obat anti inflamasi2. Pengobatan simtomatis

1) Diazepam IV kemudian klien dilanjutkan dengan.2) Fenitoin 3) Turunkan panas (Antipiretika, Kompres air biasa

3. Perawatana. Pada waktu kejang•Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka.•Hisap lendir• Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan

aspirasi•Hindarkan penderita dari rodapaksa (misalnya jatuh)b. Bila penderita tidak sadar lama• Beri makanan melalui sonde• Cegah dekubitus dan pnemunia dengan merubah posisi

penderita sesering mungkin• Cegah kekeringan kornea dengan boor water atau saleb

antibiotika

c. Pada inkontinensia urine lakukan katerisasi.Pada inkontinensia alvi lakukan lavement.

d. Pemantauan ketat.1) Tekanan darah2) Respirasi3) Nadi4) Produksi air kemih

Pencegahan• Meningitis dapat dicegah dengan cara mengenali dan

mengerti dengan baik faktor presdisposisi seperti otitis media atau infeksi saluran napas (seperti TBC) dimana dapat menyebabkan meningitis serosa. Dalam hal ini yang paling penting adalah pengobatan tuntas (antibiotik) walaupun gejala-gejala infeksi tersebut telah hilang.Setelah terjadinya meningitis penanganan yang sesuai harus cepat diatasi. Untuk mengidentifikasi faktor atau janis organisme penyebab dan dengan cepat memberikan terapi sesuai dengan organisme penyebab untuk melindungi komplikasi yang serius

ASUHAN KEPERAWATAN

Anamnesa1. Identitas pasien.2. Keluhan utama: sakit kepala dan demam3. Riwayat penyakit sekarangHarus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti sakit kepala, demam, dan keluhan kejang. Kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk, bagaimana sifat timbulnya, dan stimulus apa yang sering menimbulkan kejang.

4. Riwayat penyakit dahuluRiwayat sakit TB paru, infeksi jalan napas bagian atas, otitis media, mastoiditis, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala dan adanya pengaruh immunologis

5. Riwayat psikososialRespon emosi pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien juga penting untuk menilai pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran pasien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.

• Pemeriksaan fisikB1: Peningkatan kerja pernapasan pada fase awalB2: TD meningkat, nadi menurun, tekanan nadi berat (berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh pada pusat vasomotor), takikardia, disritmia (pada fase akut) seperti disritmia sinusB3: afasia/ kesulitan dalam berbicara, mata (ukuran/ reaksi pupil), unisokor atau tidak berespon terhadap cahaya (peningkatan TIK) nistagmus (bola mata bergerak-gerak terus menerus), kejang lobus temporal, otot mengalami hipotonia/ flaksid paralysis (pada fase akut meningitis), hemiparese/ hemiplegi, tanda Brudzinski (+) dan atau tanda kernig (+) merupakan indikasi adanya iritasi meningeal (fase akut), refleks tendon dalam terganggu, babinski (+), refleks abdominal menurun/ tidakl ada

• B4: Adanya inkontinensia dan/atau retensiB5: Muntah, anoreksia, kesulitan menelanB6: Turgor kulit jelek

Diagnosa1. Nyeri b.d proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi2. Risiko tinggi terhadap penyebaran infeksi b.d

diseminata hematogen dari patogen.3. Risiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan

serebral b.d edema serebral yang mengubah/menghentikan darah arteri/virus

4. Risiko tinggi terhadap trauma b.d kejang umum/fokal, kelemahan umum, vertigo

5. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskular, penurunan kekuatan

6. Perubahan persepsi sensori b.d defisit neurologis